Disusun Oleh :
Yesi Agraini 2114901075
Eis Winangsih 2114901076
Nada Nusaibah 2114901077
Puji Anaref 2114901078
Astrid Devi 2114901079
Dany Novianto 2114901080
Ni Putu Vivi
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan tugas makalah masalah reproduksi pada remaja.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Seperti kata pepatah "tak ada gading yang tak retak", oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun
guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
Ucapan terima kasih kami kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................3
C. Tujuan......................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Seksualitas pada remaja ........................................................................4
B. Kehamilan pada remaja..........................................................................8
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fenomena pernikahan di usia muda masih sangat tinggi. Hal tersebut terlihat
dari maraknya pernikahan usia muda pada kalangan remaja, yang kini tidak
hanya terjadi di pedesaan tetapi juga kota-kota besar di Indonesia. Fenomena
pernikahan usia muda ini tampaknya merupakan “mode” yang terulang. Dahulu,
pernikahan usia muda dianggap lumrah. Tahun berganti, makin banyak yang
menentang pernikahan usia muda namun fenomena ini kembali lagi. Jika dahulu
orang tua ingin agar anaknya menikah muda dengan berbagai alasan, maka kini
tidak sedikit remaja sendiri, bukan hanya remaja pedesaan tetapi juga remaja di
kota besar, yang ingin menikah muda.
Pernikahan di usia muda hanyalah sepenggal realitas sosial yang dihadapi
masyarakat saat ini. Pada kalangan remaja, pernikahan di usia muda ini dianggap
sebagai jalan keluar untuk menghindari seks bebas. Ada juga yang
melakukannya karena terpaksa dan karena hamil di luar nikah. Pendapat tersebut
mungkin ada benarnya, namun pernikahan tentunya bukan hanya sekedar
menyatukan diri dalam suatu perkawinan sebagai jawaban atas permasalahan
hidup yang sedang dihadapi. Pernikahan merupakan suatu bekal hidup yang
harus dipersiapkan dengan matang.
Dorongan seksual remaja yang tinggi karena didorong oleh lingkungan
pergaulan remaja yang mulai permisif (suka memperbolehkan/mengizinkan) dan
nyaris tanpa batas. Pada akhirnya, secara fisik anak bisa terlihat lebih cepat
matang dan dewasa, namun psikis, ekonomi, agama, sosial, maupun bentuk
kemandirian lainnya belum tentu mampu membangun komunitas baru bernama
keluarga. Untuk membentuk suatu keluarga, pasangan suami istri memerlukan
kesiapan moril dan materil untuk mengarungi dan berbagi apapun kepada
pasangan tercinta, harus cukup dewasa, sehat jasmani rohani dan serta sudah
mempunyai kemampuan untuk mencari nafkah
1
Pernikahan di usia muda sangat rentan ditimpa masalah karena tingkat
pengendalian emosi belum stabil. Dalam sebuah perkawinan akan dijumpai
berbagai permasalahan yang menuntut kedewasaan dalam penanganannya
sehingga sebuah perkawinan tidak dipandang sebagai kesiapan materi belaka,
tetapi juga kesiapan mental dan kedewasaan untuk mengarunginya. Biasanya
kondisi dimana pasangan yang tidak sanggup menyelesaikan serta
menanggulangi permasalahan yang terjadi dapat menimbulkan berbagai masalah
lainnya yang dapat mengarah pada perceraian keluarga. Sehingga banyaknya
perkawinan usia muda ini juga berbanding lurus dengan tingginya angka
perceraian. Banyaknya kasus perceraian ini merupakan dampak dari mudanya
usia pasangan bercerai ketika memutuskan untuk menikah. Namun dalam alasan
perceraian tentu saja bukan karena alasan menikah muda, melainkan masalah
ekonomi dan sebagainya, tetapi masalah tersebut tentu saja sebagai dampak dari
perkawinan yang dilakukan tanpa kematangan diri dari segala aspek. Hal ini
disebabkan oleh pengambilan keputusan menikah yang terlalu ringkas dan
kurang pertimbangan demi efisiensi waktu sehingga bukan menyelesaikan
masalah tetapi menumpuk masalah dengan masalah lainnya.
Contoh kasus yang sering kita lihat adalah menikah muda karena
keterlanjuran hubungan seks akibatnya terpaksa dikawinkan karena telanjur
hamil dan orangtua tidak memberi pilihan pada anak itu selain menikah dengan
sang pacar padahal sebenarnya tidak ingin menikah, tetapi juga tidak ingin
mengugurkan kandungan. Kasus-kasus seperti ini merupakan fenomena di kota-
kota besar. Hal ini juga akan mengakibatkan penolakan dari keluarga karena
malu.
Selain itu, fenomena menikah di usia muda ini akan beruntut pada masalah
sosial lainnya seperti tindak kriminal aborsi, risiko penyakit menular seks
(PMS), serta perilaku a-sosial lainnya dan juga tidak menutup kemungkinan
pekerja seksual juga muncul dari “budaya kebablasan” ini.
2
B. RumusanMasalah
Dari latar belakang diatas penulis dapat merumuskan beberapa rumusan
masalah, yaitu :
a. Bagaimana seksualitas pada remaja?
b. Bagaimana kehamilan pada remaja?
C. Tujuan
Dari penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa jurusan keperawatan dapat :
a. Mengetahui mengenai seksualitas pada remaja
b. Mengetahui mengenai kehamilan pada remaja
3
BAB II
PEMBAHASAN
2. Dimensi Seksualitas
Seksualitas memiliki dimensi dimensi sosiokultural, dimensi agama dan
etik, dimensi psikologis dan dimensi biologis (Perry & Potter, 2005). Masing-
masing dimensi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Dimensi Sosiokultural
Seksualitas dipengaruhi oleh norma dan peraturan kultural yang
menentukan apakah perilaku yang diterima di dalam kultur. Keragaman
kultural secara global menciptakan variabilitas yang sangat luas dalam
norma seksual dan menghadapi spektrum tentang keyakinan dan nilai yang
luas.
b. Dimensi Agama danetik
Seksualitas juga berkaitan dengan standar pelaksanaan agama dan etik.
Ide tentang pelaksanaan seksual etik dan emosi yang berhubungan dengan
seksualitas membentuk dasar untuk pembuatan keputusan seksual. Spektrum
sikap yang ditunjukan pada seksualitas direntang dari pandangan tradisional
tentang hubungan seks yang hanya dalam perkawinan sampai sikap yang
memperbolehkan individu menentukan apa yang benar bagi dirinya.
4
c. Dimensi Psikologis
Seksualitas bagaimana pun mengandung perilaku yang dipelajari. Apa
yang sesuai dan dihargai dipelajari sejak dini dalam kehidupan dengan
mengamati perilaku orangtua. Orangtua biasanya mempunyai pengaruh
signifikan pertama pada anak-anaknya. Mereka sering mengajarkan tentang
seksualitas melalui komunikasi yang halus dan nonverbal. Orangtua
memperlakukan anak laki-laki dan perempuan secara berbeda berdasarkan
jender.
d. Dimensi Biologis
Seksualitas berkaitan dengan pebedaan biologis antara laki-laki dan
perempuan yang ditentukan pada masa konsepsi. Material genetic dalam
telur yang telah dibuahi terorganisir dalamkromosom yang menjadikan
perbedaan seksual. Ketika hormon seks mulai mempengaruhi jaringan janin,
genitalia membentuk karakteristik laki-laki dan perempuan.
5
bagus dan halus. Kadar estrogen yang meningkat mempengaruhi genital.
Uterus mulai membesar, dan terjadi peningkatan lubrikasi vaginal.
b. Remaja putra
Proses kematangan seks pada remaja putra mulai antara 11 dan 15
tahun, dengan umur rata-rata 13 dan 14 tahun. Proses ini dimulai dengan
pertumbuhan buah pelir dan zakar. Tumbuhnya rambut di daerah alat
kelamin luar lebih lambat. Percepatan pertumbuhan buah pelir terjadi kira-
kira bersamaan dengan percepatan penambahan tinggi badan. Baru setahun
kemudian mulai penambahan panjang alat kelamin bagian luar atau penis,
testis, prostat, dan vesikula seminalis yang dipengaruhi oleh peningkatan
kadar testosterone dalam tubuh.
6
yang dapat ditularkan dari seseorang kepada orang lain melalui
hubungan seksual dan hubungan seksual dengan berganti-ganti
pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Pemeriksaan fisik
pada adolesens yang aktif secara seksual setiap tahun harus meliputi
pemeriksaan seksama genetalia sehingga kondilomata akuminata
(kutil genital), herpes, dan PMS yang lain tidak terlewat. Uji yang
direkomendasikan bagi wanita meliputi pap smear, kultur serviks
untuk jenis gonore dan uji sifilis. Jika pria melakukan aktivitas
homoseksual, kultur rektal dan faring juga perlu dilakukan untuk
memeriksa adanya gonore. Penyakit kelamin yang dapat terjadi antara
lain kencing nanah (Gonorrhoe), raja singa (Sifilis), herpes genitalis,
limfogranuloma venereum (LGV), kandidiasis, trikomonas vaginalis,
kutil kelamin. Karena perilaku seksual dapat mencakup seluruh tubuh
dan tidak hanya genital, banyak bagian tubuh adalah tempat potensial
untuk PMS.
a) Tanda-tanda penyakit kelamin (Pria), berupa: bintil-bintil berisi
cairan, lecet atau borok pada penis/alat kelamin, luka tidak sakit;
keras dan berwarna merah pada alat kelamin, adanya
kutilatautumbuhdagingsepertijenggerayam, rasagatalyang hebat
sepanjang alat kelamin, rasa sakit yang hebat pada saat kencing,
kencing nanah atau darah yang berbau busuk, bengkak panas dan
nyeri pada pangkal paha yang kemudian berubah menjadi borok.
b) Tanda-tanda penyakit kelamin (Wanita), berupa: rasa sakit/nyeri
saat kencing/hubungan seksual, rasa nyeri pada perut bagian
bawah, pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin, keputihan
berwarna putih susu, bergumpal , rasa gatal dan kemerahan pada
alat kelamin atau sekitarnya , keputihan yang berbusa, kehijauan,
berbau busuk, dan gatal, timbul bercak-bercak darah setelah
berhubungan seksual, bintil-bintil berisi cairan, lecet atau borok
pada alat kelamin.
7
B. Kehamilan Pada Usia Remaja
1. Pengertian Kehamilan Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan atau masa transisi atau masa
pancaroba yang penuh gejolak yaitu masa kanak-kanak menuju masa dewasa
mandiri. Kehamilan bisa jadi dambaan tetapi mungkin juga di anggap
malapetaka apabila kehamilan itu sendiri tidak di inginkan.
Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita usia antara
14–19 tahun baik melalui proses pra nikah atau nikah. Menurut ciri-ciri
perkembangannya, masa remaja di bagi menjadi tiga tahap yaitu masa remaja
awal 10-12 th, masa remaja tengah 13-15 th, masa remaja akhir 16-19 th
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001)
Kehamilan usia dini memuat resiko yang tidak kalah berat. Pasalnya,
emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatan
kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan, adanya rasa
penolakan secara emosional ketika ibu mengadung bayinya. (Ubydillah, 2000)
8
porno. Dan hanya 5% yang mendapatkan informasi tentang seks dari orang
tua.
9
pernikahan. Keadaan akan makin rumit bila pemuda atau laki-laki yang
menghamili malah tidak bertanggung jawab sehingga derita hanya
ditanggung sendiri dengan keluarga. Keluarga pun menghadapi masalah
yang sulit ditengah masyarakat seolah-olah tidak mampu memberikan
pendidikan moral pada anak gadisnya.
c. Masalah sosial dan ekonomi keluarga
Perkawinan yang dianggap dapatmenyelesaikan masalah kehamilan
remaja tidak lepas dari kemelut seperti:
1) Penghasilan yang terbatas sehingga kelangsungan hamilnya dapat
menimbulkan berbagai masalah kebidanan
2) Putus sekolah sehingga pendidikan jadi terlantar
3) Putus kerja, karena berbagai alasan, sehingga menambah sulitnya
masalah sosial ekonomi
4) Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan stres
(tekanan batin)
5) Nilai gizi yang relativ rendah dapat menimbulkan berbagai masalah
kebidanan
Bila remaja memilih untuk mengasuh anaknnya sendiri,masyarakat
nelum siap menerima kelahiran tanpa pernikahan berbeda halnya dengan
negara maju seperti Amerika, masyarakat sudah dapat menerima kehamilan
sebagai hasil hidup bersama
10
rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu
yang belum menginjak 20 tahun. cacat bawaan dipengaruhi kurangnya
pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah,
pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil.
selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses
pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan
(gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri.
c. Mudah terjadi infeksi.
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress
memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
d. Anemia kehamilan / kekurangan zat besi.
Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang
pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda.karena pada
saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. tambahan zat besi
dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah,
membentuk sel darah merah janin dan plasenta.lama kelamaan seorang yang
kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis.
e. Keracunan Kehamilan (Gestosis).
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia
makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-
eklampsia atau eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan
perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian.
f. Kematian ibu yang tinggi.
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena
perdarahan dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena gugur kandung
juga cukup tinggi.yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga non profesional
(dukun).
11
d. Jangan terjebak pada rayuan gombal
e. Hindari pergi dengan orang yang terkenal
f. Mendekatkan diri pada Tuhan
g. Penyuluhan meliputi Kesehatan Reproduksi Remaja, Keluarga Berencana
(alat kontrasepsi, kegagalan dan solusinya), kegiatan rohani dengan tokoh
agama.
h. Bagi pasangan menikah sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi yang
tingkat kegagalannya rendah, misalnya steril, AKBK, AKDR, dan suntik.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pengertian orang tua adalah ayah ibu
kandung; orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dsb). Sejalan dengan
pendapat tersebut, Soelaeman menganggap bahwa istilah orang tua hendaknya
tidak pertama-tama diartikan sebagai orang yang tua, melainkan sebagai orang
yang dituakan, karenanya diberi tanggung jawab untuk merawat dan mendidik
anaknya menjadi manusia dewasa.
Remaja atau adolescere yang berarti tumbuh kearah kematangan.
Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi
juga kematangan sosial dan psikologis (Yani Widyastuti,2009). Sedangkan faktor-
faktor yang menyebabkan menjadi orang tua pada masa remaja
1. Sebab dari Anak.
a. Faktor Pendidikan
b. Faktor telah melakukan hubungan biologis
c. Hamil sebelum menikah
2. Sebab dari luar Anak
a. Faktor Pemahaman Agama.
b. Faktor ekonomi
c. Faktor adat dan budaya
B. Saran
Penulis berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran
demi perbaikan makalah kami, lebih kurangnya kami mohon maaf jika ada
kekurangan dari makalah kami
13
DAFTAR PUSTAKA
14