Anda di halaman 1dari 17

MASALAH REPRODUKSI PADA REMAJA

Disusun Oleh :
Yesi Agraini 2114901075
Eis Winangsih 2114901076
Nada Nusaibah 2114901077
Puji Anaref 2114901078
Astrid Devi 2114901079
Dany Novianto 2114901080
Ni Putu Vivi

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan tugas makalah masalah reproduksi pada remaja.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Seperti kata pepatah "tak ada gading yang tak retak", oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun
guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
Ucapan terima kasih kami kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Bandar Lampung, Agustus 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................3
C. Tujuan......................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
A. Seksualitas pada remaja ........................................................................4
B. Kehamilan pada remaja..........................................................................8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan............................................................................................21
B. Saran .....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fenomena pernikahan di usia muda masih sangat tinggi. Hal tersebut terlihat
dari maraknya pernikahan usia muda pada kalangan remaja, yang kini tidak
hanya terjadi di pedesaan tetapi juga kota-kota besar di Indonesia. Fenomena
pernikahan usia muda ini tampaknya merupakan “mode” yang terulang. Dahulu,
pernikahan usia muda dianggap lumrah. Tahun berganti, makin banyak yang
menentang pernikahan usia muda namun fenomena ini kembali lagi. Jika dahulu
orang tua ingin agar anaknya menikah muda dengan berbagai alasan, maka kini
tidak sedikit remaja sendiri, bukan hanya remaja pedesaan tetapi juga remaja di
kota besar, yang ingin menikah muda.
Pernikahan di usia muda hanyalah sepenggal realitas sosial yang dihadapi
masyarakat saat ini. Pada kalangan remaja, pernikahan di usia muda ini dianggap
sebagai jalan keluar untuk menghindari seks bebas. Ada juga yang
melakukannya karena terpaksa dan karena hamil di luar nikah. Pendapat tersebut
mungkin ada benarnya, namun pernikahan tentunya bukan hanya sekedar
menyatukan diri dalam suatu perkawinan sebagai jawaban atas permasalahan
hidup yang sedang dihadapi. Pernikahan merupakan suatu bekal hidup yang
harus dipersiapkan dengan matang.
Dorongan seksual remaja yang tinggi karena didorong oleh lingkungan
pergaulan remaja yang mulai permisif (suka memperbolehkan/mengizinkan) dan
nyaris tanpa batas. Pada akhirnya, secara fisik anak bisa terlihat lebih cepat
matang dan dewasa, namun psikis, ekonomi, agama, sosial, maupun bentuk
kemandirian lainnya belum tentu mampu membangun komunitas baru bernama
keluarga. Untuk membentuk suatu keluarga, pasangan suami istri memerlukan
kesiapan moril dan materil untuk mengarungi dan berbagi apapun kepada
pasangan tercinta, harus cukup dewasa, sehat jasmani rohani dan serta sudah
mempunyai kemampuan untuk mencari nafkah

1
Pernikahan di usia muda sangat rentan ditimpa masalah karena tingkat
pengendalian emosi belum stabil. Dalam sebuah perkawinan akan dijumpai
berbagai permasalahan yang menuntut kedewasaan dalam penanganannya
sehingga sebuah perkawinan tidak dipandang sebagai kesiapan materi belaka,
tetapi juga kesiapan mental dan kedewasaan untuk mengarunginya. Biasanya
kondisi dimana pasangan yang tidak sanggup menyelesaikan serta
menanggulangi permasalahan yang terjadi dapat menimbulkan berbagai masalah
lainnya yang dapat mengarah pada perceraian keluarga. Sehingga banyaknya
perkawinan usia muda ini juga berbanding lurus dengan tingginya angka
perceraian. Banyaknya kasus perceraian ini merupakan dampak dari mudanya
usia pasangan bercerai ketika memutuskan untuk menikah. Namun dalam alasan
perceraian tentu saja bukan karena alasan menikah muda, melainkan masalah
ekonomi dan sebagainya, tetapi masalah tersebut tentu saja sebagai dampak dari
perkawinan yang dilakukan tanpa kematangan diri dari segala aspek. Hal ini
disebabkan oleh pengambilan keputusan menikah yang terlalu ringkas dan
kurang pertimbangan demi efisiensi waktu sehingga bukan menyelesaikan
masalah tetapi menumpuk masalah dengan masalah lainnya.
Contoh kasus yang sering kita lihat adalah menikah muda karena
keterlanjuran hubungan seks akibatnya terpaksa dikawinkan karena telanjur
hamil dan orangtua tidak memberi pilihan pada anak itu selain menikah dengan
sang pacar padahal sebenarnya tidak ingin menikah, tetapi juga tidak ingin
mengugurkan kandungan. Kasus-kasus seperti ini merupakan fenomena di kota-
kota besar. Hal ini juga akan mengakibatkan penolakan dari keluarga karena
malu.
Selain itu, fenomena menikah di usia muda ini akan beruntut pada masalah
sosial lainnya seperti tindak kriminal aborsi, risiko penyakit menular seks
(PMS), serta perilaku a-sosial lainnya dan juga tidak menutup kemungkinan
pekerja seksual juga muncul dari “budaya kebablasan” ini.

2
B. RumusanMasalah
Dari latar belakang diatas penulis dapat merumuskan beberapa rumusan
masalah, yaitu :
a. Bagaimana seksualitas pada remaja?
b. Bagaimana kehamilan pada remaja?

C. Tujuan
Dari penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa jurusan keperawatan dapat :
a. Mengetahui mengenai seksualitas pada remaja
b. Mengetahui mengenai kehamilan pada remaja

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Seksualitas Pada Remaja


1. Pengertian seksualitas
Istilah seks dan seksualitas adalah suatu hal yang berbeda. Kata seks
sering digunakan dalam dua cara. Paling umum seks digunakan untuk mengacu
pada bagian fisik dari berhubungan, yaitu aktivitas seksual genital. Seks juga
digunakan untuk memberi label jender, baik seseorang itu pria atau wanita
(Zawid, 1994; Perry & Potter 2005). Seksualitas adalah istilah yang lebih luas.
Seksualitas diekspresikan melalui interaksi dan hubungan dengan individu dari
jenis kelamin yang berbeda dan mencakup pikiran, pengalaman, pelajaran,
ideal, nilai, fantasi, dan emosi

2. Dimensi Seksualitas
Seksualitas memiliki dimensi dimensi sosiokultural, dimensi agama dan
etik, dimensi psikologis dan dimensi biologis (Perry & Potter, 2005). Masing-
masing dimensi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Dimensi Sosiokultural
Seksualitas dipengaruhi oleh norma dan peraturan kultural yang
menentukan apakah perilaku yang diterima di dalam kultur. Keragaman
kultural secara global menciptakan variabilitas yang sangat luas dalam
norma seksual dan menghadapi spektrum tentang keyakinan dan nilai yang
luas.
b. Dimensi Agama danetik
Seksualitas juga berkaitan dengan standar pelaksanaan agama dan etik.
Ide tentang pelaksanaan seksual etik dan emosi yang berhubungan dengan
seksualitas membentuk dasar untuk pembuatan keputusan seksual. Spektrum
sikap yang ditunjukan pada seksualitas direntang dari pandangan tradisional
tentang hubungan seks yang hanya dalam perkawinan sampai sikap yang
memperbolehkan individu menentukan apa yang benar bagi dirinya.

4
c. Dimensi Psikologis
Seksualitas bagaimana pun mengandung perilaku yang dipelajari. Apa
yang sesuai dan dihargai dipelajari sejak dini dalam kehidupan dengan
mengamati perilaku orangtua. Orangtua biasanya mempunyai pengaruh
signifikan pertama pada anak-anaknya. Mereka sering mengajarkan tentang
seksualitas melalui komunikasi yang halus dan nonverbal. Orangtua
memperlakukan anak laki-laki dan perempuan secara berbeda berdasarkan
jender.
d. Dimensi Biologis
Seksualitas berkaitan dengan pebedaan biologis antara laki-laki dan
perempuan yang ditentukan pada masa konsepsi. Material genetic dalam
telur yang telah dibuahi terorganisir dalamkromosom yang menjadikan
perbedaan seksual. Ketika hormon seks mulai mempengaruhi jaringan janin,
genitalia membentuk karakteristik laki-laki dan perempuan.

3. Perkembangan Seks PadaRemaja


Pada proses kematangan seks, sama halnya seperti aspek perkembanagn
lainnya akan terlihat juga adanya perbedaan-perbedaan individu dalam hal saat
permulaan mulainya perubahan dan lamanya proses. Walaupun ada pengaruh-
pengaruh individu itu, akan tetapi prosesnya sama saja seperti perkembangan
fisik dan tinggi badan, dimana pada remaja putri akan dimulai rata-rata 2 tahun
lebih dahulu daripada teman remaja prianya. Perubahan-perubahan yang terjadi
pada tubuh remaja itu, sebenarnya merupakan akibat dari berfungsinya
kelenjar-kelenjar seks dalam dalam tubuh yang disertai dengan kematangan
alat-alat seks atau yang lazim dikenal dengan sebutan organ reproduksi.
a. Remajaputri
Pada anak perempuan sekitar umur 9 sampai 11 tahun sudah mulai
timbul tanda-tanda pertama kematangan seks yakni pembesaran payudara
dan pinggul. Sesudah itu baru mulai pertumbuhan rambut di daerah
kemaluan bagian luar dan ketiak. Suaranya berubah merdu, kulit bertambah

5
bagus dan halus. Kadar estrogen yang meningkat mempengaruhi genital.
Uterus mulai membesar, dan terjadi peningkatan lubrikasi vaginal.
b. Remaja putra
Proses kematangan seks pada remaja putra mulai antara 11 dan 15
tahun, dengan umur rata-rata 13 dan 14 tahun. Proses ini dimulai dengan
pertumbuhan buah pelir dan zakar. Tumbuhnya rambut di daerah alat
kelamin luar lebih lambat. Percepatan pertumbuhan buah pelir terjadi kira-
kira bersamaan dengan percepatan penambahan tinggi badan. Baru setahun
kemudian mulai penambahan panjang alat kelamin bagian luar atau penis,
testis, prostat, dan vesikula seminalis yang dipengaruhi oleh peningkatan
kadar testosterone dalam tubuh.

4. Dampak seksualitas pada remaja


Menurut Perry & Potter (2005), Wong (2008), Jusuf (2006) beberapa
dampak yang timbul dari remaja yang aktif secara seksual adalah sebagai
berikut:
a. Dampak Fisik
1) AIDS singkatan dari Aquired Immuno Deficiency Syndrome.
Penyakit ini adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya
system kekebalan tubuh. Penyebabnya adalah virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus). Salah satu cara penularannya adalah melalui
hubungan seksual. Selain itu HIV dapat menular melalui pemakaian
jarum suntik bekas orang yang terinfeksi virus HIV, menerim tranfusi
darah yang tercemar HIV atau dari ibu hamil yang terinfeksi virus HIV
kepada bayi yang dikandungannya. Di Indonesia penularan HIV/AIDS
paling banyak melalui hubungan seksual yang tidak aman serta jarum
suntik (bagi pecandunarkoba).
2) Penyakit kelamin (Penyakit Menular Seksual/PMS)
Remaja yang aktif secara seksual memiliki risiko tinggi tertular PMS.
Secara fisiologis, serviks remaja putri memiliki ektropion (eversi
kanalis serviks uteri) yang besar, terdiri atas sel-sel epithelial
kolumnar yang jauh lebih rentan tertular PMS. PMS adalah penyakit

6
yang dapat ditularkan dari seseorang kepada orang lain melalui
hubungan seksual dan hubungan seksual dengan berganti-ganti
pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Pemeriksaan fisik
pada adolesens yang aktif secara seksual setiap tahun harus meliputi
pemeriksaan seksama genetalia sehingga kondilomata akuminata
(kutil genital), herpes, dan PMS yang lain tidak terlewat. Uji yang
direkomendasikan bagi wanita meliputi pap smear, kultur serviks
untuk jenis gonore dan uji sifilis. Jika pria melakukan aktivitas
homoseksual, kultur rektal dan faring juga perlu dilakukan untuk
memeriksa adanya gonore. Penyakit kelamin yang dapat terjadi antara
lain kencing nanah (Gonorrhoe), raja singa (Sifilis), herpes genitalis,
limfogranuloma venereum (LGV), kandidiasis, trikomonas vaginalis,
kutil kelamin. Karena perilaku seksual dapat mencakup seluruh tubuh
dan tidak hanya genital, banyak bagian tubuh adalah tempat potensial
untuk PMS.
a) Tanda-tanda penyakit kelamin (Pria), berupa: bintil-bintil berisi
cairan, lecet atau borok pada penis/alat kelamin, luka tidak sakit;
keras dan berwarna merah pada alat kelamin, adanya
kutilatautumbuhdagingsepertijenggerayam, rasagatalyang hebat
sepanjang alat kelamin, rasa sakit yang hebat pada saat kencing,
kencing nanah atau darah yang berbau busuk, bengkak panas dan
nyeri pada pangkal paha yang kemudian berubah menjadi borok.
b) Tanda-tanda penyakit kelamin (Wanita), berupa: rasa sakit/nyeri
saat kencing/hubungan seksual, rasa nyeri pada perut bagian
bawah, pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin, keputihan
berwarna putih susu, bergumpal , rasa gatal dan kemerahan pada
alat kelamin atau sekitarnya , keputihan yang berbusa, kehijauan,
berbau busuk, dan gatal, timbul bercak-bercak darah setelah
berhubungan seksual, bintil-bintil berisi cairan, lecet atau borok
pada alat kelamin.

7
B. Kehamilan Pada Usia Remaja
1. Pengertian Kehamilan Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan atau masa transisi atau masa
pancaroba yang penuh gejolak yaitu masa kanak-kanak menuju masa dewasa
mandiri. Kehamilan bisa jadi dambaan tetapi mungkin juga di anggap
malapetaka apabila kehamilan itu sendiri tidak di inginkan.
Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita usia antara
14–19 tahun baik melalui proses pra nikah atau nikah. Menurut ciri-ciri
perkembangannya, masa remaja di bagi menjadi tiga tahap yaitu masa remaja
awal 10-12 th, masa remaja tengah 13-15 th, masa remaja akhir 16-19 th
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001)
Kehamilan usia dini memuat resiko yang tidak kalah berat. Pasalnya,
emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatan
kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan, adanya rasa
penolakan secara emosional ketika ibu mengadung bayinya. (Ubydillah, 2000)

2. Faktor Terjadinya Kehamilan Remaja


a. Kurangnya peran orang tua dalam keluarga.
Perhatian dan peran orang tua amat berpengaruh besar terhadap
perkembangan mental dan kejiwaan si anak. Anak yang tidak merasakan
ketentraman didalam keluarganya akan cenderung mencari ketentraman di
luar dengan berbagai cara, ada kalanya mereka melakukan hal-hal yang
banyak diantaranya yang cenderung melakukan hal-hal negatif sebagai
bentuk kekesalan mereka terhadap kedua ibu bapaknya.
b. Kurangnya Pendidikan Seks dari Orang Tua dan Keluarga terhadap Remaja.
Berdasarkan penelitian yang didapat sejak September 2007 yang
dilakukan di 4 kota di Indonesia. Dengan mengambil 450 responden dan
dengan kisaran usia antara 15 – 24 tahun, kategori masyarakat umum dan
dengan kelas sosial menengah ke atas dan ke bawah. Didapakan informasi
bahwa sekitar 65% informasi tentang seks didapat dari kawan 35% dari film

8
porno. Dan hanya 5% yang mendapatkan informasi tentang seks dari orang
tua.

c. Perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental


yang kuat.
Semakin majunya IPTEK membuat para remaja semakin mudah untuk
mendapatkan informasi-informasi mengenai seks dan apabila hal ini tidak
didasari dengan perkembangan mental yang kuat maka dapat membuat para
remaja terjerumus ke arah pergaulan yang salah dan sehingga terciptalah
perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan norma dan agama yang
berlaku.

3. Masalah yang Timbul Akibat Kehamilan Remajaa


a. Masalah Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting untuk mendapatkan
perhatian terutama dikalangan remaja. Remaja yang kelak akan menikah
dan menjadi orang tua sebaiknya mempunyai kesehatan reproduksi yang
prima sehinnga dapat menurunkan generasi sehat. Dikalangan remaja telah
terjadi semacam revolusi hubungan seksual yang menjurus kearah
diberalisasi yang dapat berakibat timbulnya berbagai penyakit hubungan
seks yang merugikan alat reproduksi. Bila pada saatnya diperlukan untuk
hamil normal, besar kemungkinan kesehatan reproduksi sudah tidak optimal
dan dapat menimbulkan berbagai akibat samping kehamilan. Dengan
demikian dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya sehingga
dapat mempersiapkan diri untuk hamil dalam keadaan optimal.
b. Masalah Psikologi Pada Kehamilan Remaja
Remaja yang hamil diluar nikah menghadapi berbagai masalah
psikologis yaitu rasa takut, kecewa, menyesal, dan rendah diri terhadap
kehamilannya sehingga terjadi usaha untuk menghilangkan dengan jalan
gugur kandung. Gugur kandung mempunyai kerugian yang paling kecil bila
dibandingkan dengan melanjutkan kehamilan. Sukur bila kehamilannya
terjadi menjelang kehamilan sehinnga segera dilanjutkan dengan

9
pernikahan. Keadaan akan makin rumit bila pemuda atau laki-laki yang
menghamili malah tidak bertanggung jawab sehingga derita hanya
ditanggung sendiri dengan keluarga. Keluarga pun menghadapi masalah
yang sulit ditengah masyarakat seolah-olah tidak mampu memberikan
pendidikan moral pada anak gadisnya.
c. Masalah sosial dan ekonomi keluarga
Perkawinan yang dianggap dapatmenyelesaikan masalah kehamilan
remaja tidak lepas dari kemelut seperti:
1) Penghasilan yang terbatas sehingga kelangsungan hamilnya dapat
menimbulkan berbagai masalah kebidanan
2) Putus sekolah sehingga pendidikan jadi terlantar
3) Putus kerja, karena berbagai alasan, sehingga menambah sulitnya
masalah sosial ekonomi
4) Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan stres
(tekanan batin)
5) Nilai gizi yang relativ rendah dapat menimbulkan berbagai masalah
kebidanan
Bila remaja memilih untuk mengasuh anaknnya sendiri,masyarakat
nelum siap menerima kelahiran tanpa pernikahan berbeda halnya dengan
negara maju seperti Amerika, masyarakat sudah dapat menerima kehamilan
sebagai hasil hidup bersama

4. Dampak Kebidanan Kehamilan Remaja


a. Keguguran
Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja.
misalnya : karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang
sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan
akibat efek samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan
infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
b. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan.
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksiterutama
rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir

10
rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu
yang belum menginjak 20 tahun. cacat bawaan dipengaruhi kurangnya
pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah,
pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil.
selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses
pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan
(gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri.
c. Mudah terjadi infeksi.
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress
memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
d. Anemia kehamilan / kekurangan zat besi.
Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang
pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda.karena pada
saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. tambahan zat besi
dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah,
membentuk sel darah merah janin dan plasenta.lama kelamaan seorang yang
kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis.
e. Keracunan Kehamilan (Gestosis).
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia
makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-
eklampsia atau eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan
perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian.
f. Kematian ibu yang tinggi.
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena
perdarahan dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena gugur kandung
juga cukup tinggi.yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga non profesional
(dukun).

5. Pencegahan Kehamilan Remaja


a. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
b. Kegiatan positif
c. Hindari perbuatan yang memberi dorongan negatif misalnya perilaku sex.

11
d. Jangan terjebak pada rayuan gombal
e. Hindari pergi dengan orang yang terkenal
f. Mendekatkan diri pada Tuhan
g. Penyuluhan meliputi Kesehatan Reproduksi Remaja, Keluarga Berencana
(alat kontrasepsi, kegagalan dan solusinya), kegiatan rohani dengan tokoh
agama.
h. Bagi pasangan menikah sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi yang
tingkat kegagalannya rendah, misalnya steril, AKBK, AKDR, dan suntik.

6. Penanganan Kehamilan Remaja


a. Sikap bersahabat jangan mencibir
b. Konseling kepada remaja dan keluarga meliputi kehamilan dan persalinan.
c. Membantu mencari penyelesaian masalah yaitu dengan menyelesaikan
secara kekeluargaan, segera menikah.
d. Periksa kehamilan sesuai standart
e. Gangguan jiwa atau resiko tinggi segera rujuk ke Sp.OG
f. Bila ingin abortus maka berikan konseling resiko abortus.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pengertian orang tua adalah ayah ibu
kandung; orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dsb). Sejalan dengan
pendapat tersebut, Soelaeman menganggap bahwa istilah orang tua hendaknya
tidak pertama-tama diartikan sebagai orang yang tua, melainkan sebagai orang
yang dituakan, karenanya diberi tanggung jawab untuk merawat dan mendidik
anaknya menjadi manusia dewasa.
Remaja atau adolescere yang berarti tumbuh kearah kematangan.
Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi
juga kematangan sosial dan psikologis (Yani Widyastuti,2009). Sedangkan faktor-
faktor yang menyebabkan menjadi orang tua pada masa remaja
1. Sebab dari Anak.
a. Faktor Pendidikan
b. Faktor telah melakukan hubungan biologis
c. Hamil sebelum menikah
2. Sebab dari luar Anak
a. Faktor Pemahaman Agama.
b. Faktor ekonomi
c. Faktor adat dan budaya

B. Saran
Penulis berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran
demi perbaikan makalah kami, lebih kurangnya kami mohon maaf jika ada
kekurangan dari makalah kami

13
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN.(2002).Program dan pelayanan kesehatan reproduksi. Jakarta: BKKBN.


BKKBN. (2005) .Panduan praktis konseling kesehatan reproduksi remaja.
Bandung BKKBN
BKKBN.(2008).Kurikulum dan modul pelatihan pengelolaan pemberian
informasi kesehatan reproduksi remaja oleh pendidik sebaya. Jakarta. :
BKKBN
https://www.scribd.com/document/372682116/menjadi-orang-tua-pada-masa-
remaja, diakses 31 agustus 2020
https://www.scribd.com/doc/171600128/makalah-kesehatan-reproduksi-remaja,
diakses 31 agustus 2020
https://www.academia.edu/11847121/makalah_kesehatan_reproduksi_remaja,
diakses 31 agustus 2020

14

Anda mungkin juga menyukai