Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laparatomi merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi pada dinding
abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsuhidayat, 2003). Kematian pasien yang mengalami
pembedahan terbanyak timbul pada saat pasca bedah. Tujuan laparatomi urogrnital, dan saluran
reproduksi. adalah menenukan orga viscera secara langsung seperti organ pencernaan, saluran
Tindakan bedah yang sering dilakukan dengan teknik sayatan arah laparatomi adalian berbagai
jenis operasi. Contohnya operasi uterus, operasi ovarium, operasi ileus selain tindakan bedah
dengan teknik sayatan laparatomi dengan bedah digesif dan kandungan Ada tiga jenis
laparatomi yaitu, laparatomi flank, medianus dan paramedius.
Persiapan pre operasi yang dilakukan antara lain hewan harus dipuasakan 6 - 12 jam. cukur
area yang akan dioperasi, dan hewan diberikan premedikasi sebelum anestesi.
Laparotomi dilakukan untuk sejumlah kasus seperti pengangkatan kista ovarium. penghapusan
fbroid, kehamilan ektopik, endometriosis, eksisi jaringan parut (adhesi). pengangkatan uterus
(rahim) Namun laparatomi juga memiliki kerugian, yaitu diantaranya adalah dapat
mengakibatkan hernia apabila jahitan bekas sayatan tidak kuat dan tidak bagus. Maka dari itu
dalam melaksanakan laparatomi harus dilakukan dengan baik dan benar.
1.2 Tujuan
1.2.1 Mahasiswa mampu melakukan laparatomy dengan baik dan benar
1.2.2 Mahasiswa mampu mengetahui tindakan pre operasi dan post operasi

1.3 Manfaat
1.3.1 Mahasiswa mampu melakukan laparatomy dengan baik dan benar
1.3.2 Mahasiswa mampu mengetahui tindakan pre operasi dan post operasi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laparatomy
Laparatomi adalah operasi yang dilakukan untuk membuka abdomen (bagian perut). Kata
"laparotomi" pertama kali digunakan untuk merujuk operasi semacam ini pada tahun 1878 oleh
seorang ahli bedah Inggris, Thomas Bryant. Kata tersebut terbentuk dari dua kata Yunani,
"lapara" dan "tome". Kata "lapara" berarti bagian lunak dari tubuh yg terletak di antara tulang
rusuk dan pinggul. Sedangkan "tome" berarti pemotongan
Bedah laparatomi adalah tindakan operasi pada daerah abdomen merupakan teknik
sayatan yang di lakukan pada daerah abdomen yang dilakukan pada bedah digesif dan sayatan
yang dilakukan pada daerah abdome kandungan. Adapun tindakan digesif yang sering
dilakukan dengan teknik sayatan arah laparatomi. Tindakan bedah yang sering dilakukan
adalah berbagai jenis operasi. Contohnya operasi uterus, operasi ovarium, operasi ileus dah
dengan teknik sayatan laparatomi dengan bedah digesif dan kandungan
2.2 Anatomi reproduksi kucing betina

Sistem reproduksi pada betina terdiri atas ovarium, saluran kelamin dan alat
penggantungnya. Saluran kelamin terdiri dari : tuba fallopii (oviduk), tanduk rahim (kornua
uteri), badan rahim (korpus uteri), leher rahim (servik uteri), vagina dan vulva. Sistem
reproduksi pada betina tidak hanya menerima sel-sel telur yang diovulasikan oleh ovarium dan
membawa sel-sel telur tersebut ke tempat implantasi yaitu rahim, tetapi juga menerima sperma
dan membawanya ke tempat fertilisasi yaitu tuba fallopii.

Ovarium dan bagian saluran kela min dari sistem reproduksi tidak berhubungan satu dengan
yang lain dan melekat pada dinding tubuh dipertautkan oleh alat penggantungnya. Ovarium
menerima suplai darah dan suplai saraf melalui hilus yang juga melekat pada uterus. Tuba
fallopii berada di dalam lipatan mesosalping, sedangkan mesosalping melekat pada ligamen
ovarium. Ligamen ini melanjutkan diri ke ligamen inguinal, yang homolog dengan
gubernakulum testis. Bagian lain ligamen ini membentuk ligamen bulat pada uterus yang
kemudian melebarkan diri dari uterus ke daerah inguinal.
Sistem reproduksi pada betina terdiri atas ovarium, saluran kelamin dan alat penggantungnya.
Saluran kelamin terdiri dari : tuba fallopii (oviduk), tanduk rahim (kornua uteri), badan rahim
(korpus uteri), leher rahim (servik uteri), vagina dan vulva. Sistem reproduksi pada betina
tidak hanya menerima sel-sel telur yang diovulasikan oleh ovarium dan membawa sel-sel telur
tersebut ke tempat implantasi yaitu rahim, tetapi juga menerima sperma dan membawanya
ke tempat fertilisasi yaitu tuba fallopii.
Ovarium dan bagian saluran kelamin dari sistem reproduksi tidak berhubungan satu
dengan yang lain dan melekat pada dinding tubuh dipertautkan oleh alat penggantungnya.
Ovarium menerima suplai darah dan suplai saraf melalui hilus yang juga melekat pada uterus.
Tuba fallopii berada di dalam lipatan mesosalping, sedangkan mesosalping melekat pada
ligamen ovarium. Ligamen ini melanjutkan diri ke ligamen inguinal, yang homolog dengan
gubernakulum testis. Bagian lain ligamen ini membentuk ligamen bulat pada uterus yang
kemudian melebarkan diri dari uterus ke daerah inguinal.
2.3 Fisiologi kucing

Pertama, system respirasi. Hidung dan leher membentuk sistem pernafasan atas atau
upper respiratory tract , sedangkan trakea dan paru-paru membentuk sistem pernafasan bawah
atau lower respiratory tract. Anatomi pernafasan kucing adalah hampir sama dengan manusia,
walaupun hidung kucing berbeda dan lebih berbulu namun fungsinya sama. Udara memasuki
tubuh badan melalui lubang hidung (dan juga mulut). Mukus (sejenis lendiran) dan bulu-bulu
kecil yang melitupi saluran hidung akan memerangkap kotoran dan bakteria dari udara. Udara
itu kemudiannya menjadi lebih suam dan lembab sebelum ia memasuki paru-paru.

Sistem pencernaan terdiri dari kelenjar pencernaan dan organ pencernaan. Kelenjar
pencernaannya terdiri dari 4 pasang kelenjar ludah : paratiroid, infaorbital, submaksilari, dan
sublingual. Terdapat kantung empedu dengan saluran empedu dan saluran getah pankreas
yang bermuara dalam duodenum. Sekum (caecum) berdinding tipis, panjangnya kira-kira 50
cm, mempunyai apendiks vermiformis (umbai cacing) yang bentuknya seperti jari. Sedangkan
organ pencernannya terdiri dari mulut, kerongkongan, ventrikulus, duodenum, ileum, rectum
dan anus.

Sistem eksresi kucing berupa ginjal, ginjal ini berbentuk seperti kacang merah, pada
bagian ginjal yaitu pelvis renalis berhubungan langsung dengan kandung kemih, yang
dihubungkan oleh ureter. Eksresi yang dikeluarkan oleh kucing yaitu berupa feses dan urin.
Kucing sudah mempunyai saluran yang terpisah-pisah, tidak seperti hewan vertebrata lainnya
yang menggunakan kloaka. Kucing memiliki saluran pembuangan sisa pencernaan melalui
anus, urin melalui uretra, dan saluran reproduksi memalui vagina dan penis.

Kucing memiliki jantung yang mempunyai 4 ruang, yaitu dua atria dan dua vertikel
yang terpisah secara sempurna. Peredaran darah pada kucing yaitu peredaran darah ganda
(sirkuit sistemik dan pulmoner). Pengiriman oksigen ke seluruh tubuh akan semakin meningkat
karena tidak adanya pencampuran darah yang kaya akan oksigen dengan yang miskin oksigen,
jadi lebih sempurna dari reptil. Sebagai hewan endotermik kucing lebih membutuhkan banyak
oksigen per gram bobot tubuhnya dibandingkan dengan vertebrata lain dengan dengan ukuran
tubuh yang sama.
Sistem saraf pada kucing, secara general memiliki tingkat perkembangan yang lebih
tinggi dari kelas lain. Cerebrum berukuran lebih besar jika dibandingkan keseluruhan bagian
otak. Cerebellum juga berukuran lebih besar dan berlobus lateral 2 buah. Lobus optikus ada 4
buah, setiap bagian lateralnya dibagi oleh alur transversal menjadi lobus anterior dan posterior.
Otak terdiri dari beberapa bagian yang hampir sama dengan vertebrata yang lain, seperti
prosenchepalon, lobus opticus, cerebellum, dan medulla oblongata.

Hormone dihasilkan melalui kelenjar endokrin. Setelah diproduksi, hormon memasuki


aliran darah dan menghasilkan efek di dalam tubuh. Tidak semua sel dalam tubuh dipengaruhi
oleh hormon dan hanya beberapa sel dari organ tertentu mungkin merespon hormon tertentu.
Beberapa hormon mengontrol pelepasan hormon lainnya. Misalnya, kelenjar hipofisis yang
terletak di dasar otak menghasilkan banyak hormon. Hormon ini bertindak atas kelenjar lain
seperti kelenjar adrenal dan menyebabkan mereka untuk melepaskan hormon mereka sendiri.
Kelenjar hipofisis disebut “kelenjar master” karena menyediakan lebih banyak jenis hormon
daripada kelenjar lainnya. Hormon pituitari mengontrol pelepasan hormon dari kelenjar
endokrin lainnya, termasuk tiroid, paratiroid, adrenal, ovarium, testis, dan pankreas.

2.4 Premedikasi
Obat-obatan preanestetik yang disebut juga premedikasi dibutuhkan untuk
mempersiapkan hewan sebelum pemberian obat anestetik baik lokal regional maupun umum.
Premedikasi diberikan kurang lebih setengah jam sampai satu jam sebelum pemberian anestesi
umum atau anestesi lokal. obat-obat tersebut disuntikkan secara intramuskuler, subkutan atau
bahkan intravena.
Manfaat premedikasi diantaranya ialah:
 Membuat hewan menjadi lebih tenang dan terkendali. Premedikasi akan
menyebabkan fase induksi menjadi lebih tenang dan memberikan rasa nyaman bagi
pasien maupun dokter hewannya.
 Mengurangi dosis anestesi. Beberapa kombinasi obat dapat bersifat sinergis
sehingga diharapkan menghemat obat anestetik dan sekaligus mengurangi efek
toksiknya.
 Mengurang efek-efek otonomik yang tidak diinginkan. Hal ini mencakup efek
parasimpatetik, bradikardia melalui peningkatan tonus vagal dan saliva berlebihan.
 Mengurangi efek-efek samping yang tidak diinginkan. Obat-obat premedikasi
tertentu dipakai khusus untuk mengantisipasi efek-efek samping obat anestetik yang
tidak diinginkan, seperti nausea, vomit dan eksitasi postoperasi.
 Mengurangi nyeri post operasi. Pemberian analgesik seringkali dibutuhkan untuk
mengurangi kepekaan pasien terhadap rasa nyeri. Bebeapa analgesik dapat diberikan
sebelum atau sesudah anestesi atau pembedahan.
Sedatif, transquilizer dan analgesik biasanya digunakan untuk menurunkan
respon terhadap adanya stimulasi pada sistem saraf pusat dan kemudian berpengaruh pada
obat-obat anestetik. Pada umumnya obat-obat premedikasi bersifat sinergis dengan anestetik.
Misalnya obat-obat sedatif yang menimbulkan depresi respirasi, sehingga bila diberikan
anestetik (misalnya thipentone, halothene) akan menimbulkan depresi respirasi, dalam hal ini
kegagalan respirasi akan dapat terjadi sebelum anestesi tercapai. Seringkali dilapangan dapat
digunakan satu atau lebih obat yang berbeda. Tergantung kepada kebutuhan.
2.5 Anastesi
Dalam setiap pembedahan, diperlukan upaya untuk menghilangkan rasa nyeri. Thomas
morton pada tahun 1846 menemukan bahwa inhalasi gas eter dapat menimbulkan analgesia
selama pembedahan gigi. Sejak saat itu anestesiologi berkembang pesat. Pada saat ini, bidang
anestesia tidak saja meliputi pengelolaan nyeri dan fungsi vital selama pembedahan, tetapi juga
dalam hal pengelolaan perioperatif untuk mendukung keberhasilan dalam pemebedahan.
Istilah anestesia umum dipakai dalam pemberian anestetik sistemik menghilangkan
rasa nyeri (the loss of feeling) disertai hilangnya kesadaran. Istilah analgesia merujuk pada
hilangnya nyeri yang tidak disertai hilangnya kesadaran. Proses menghilangkan nyeri di suatu
lokasi yang terbatas atau disalah satu bagian tubuh saja tanpa menghilangkan kesadaran,
walaupun termasuk kategori analgesia, lebih populer disebut sebagai anastesia lokal dan
anestesia regional.
Beberapa obat anestetik ada yang mampu menghilangkan kesadaran tetapi tidak dapat
menghilangkan rasa nyeri, sehingga masih dibutuhkan obat-obat yang mempunyai kemampuan
analgesik. Oleh karena itu dibutuhkan pemilihan protokol anestesi yang tepat, sebagai contoh
pada pembedahan ringan dengan waktu yang singkat (misalnya kastrasi) hanya digunakan
obat-obat anestetik lokal, seperti procaine hydrochloride, lidocaine hydrocholoride dan
sebagiannya, sedangkan untuk pembedahan besar yang memerlukan waktu lama dibutuhkan
obat-obat anestetik umum, misalnya ketamine, derivat barbiturat dan sebagiannya.
Pemilihan obat dan teknik anestesia yang rasional dan aman ditentukan berdasarkan
pertimbangan atas masalah dan penyakit bedah, penyakit penyerta (komorbiditas), maupun
resiko tindak anestesia. Farmakokinetik dan farmakodinamika pada kondisi patologis pasien
menentukan pilihan obat anestesia (anestetik), sedangkan pemilihan teknik anestesia
membutuhkan pengenalan alat dan cara kerja mesin anestesia (anestesi inhalasi) maupun
keterampilan pada pengetahuan tentang efek samping blokade saraf pada anestesia regional.
Dengan demikian, anestesia adalah tindakan medis veteriner yang harus dipertanggung
jawabkan oleh seorang dokter hewan dengan kompetensi yang dimiliki.
BAB 3
METODOLOGI
3.1 Alat Dan Bahan
Alat

 scalpel holder
 gunting tajam – tajam
 guntinhg tajam – tumpul
 pinset anatomis dan cirughis
 needle holder
 towel clamp
 blade
 jarum
 needle

Bahan

 Atropin
 Xylazine dan Ketamine
 alkohol 70%
 NaCl fisiologis
 tampon
 benang catgut
 silk
 Ampiciline
 juga Tolfenamic acid
 Hypafix
 Kasa
3.2 Cara Kerja (Diagram Alir)
3.2.1 Persiapan Alat

Alat-alat
bedah
Kain pembungkus dibuka di atas meja, kemudian wadah peralatan diposisikan di
bagian tengah
Sisi kain yang dekat dengan tubuh dilipat hingga menutupi peralatan dan ujung
lainnya dilipat mendekati tubuh
Sisi bagian kanan dilipat, kemudian bagian kiri
Disiapkan kain wadah yang telah dibungkus dengan kain pembungkus pertama
diposisikan kembali di bagian tengah pada sisi diagonal
Sisi bagian kanan dilipat, kemudian bagian kiri
Ujung lainnya dilipat mendekati tubuh dan diselipkan untuk memudahkan pada saat
membuka
Sterilisasi dengan oven dengan suhu 100°C selama 60 menit.
Penanganan dan penyimpanan alat bedah
dikeluarkan
Didinginkan dan dikeringkan dalam rak
Ditempatkan dibagian tengah
Setelah kering, disimpan dalam tempat yang tidak berair dan berdebu serta terlindung
dari kontaminasi
Disimpan dalam ventilasi yang mempunyai sirkulasi udara yang baik dan terkena
cahaya
Pembukaan alat bedah yang sudah steril
Kain dibuka dari bagian yang diselipkan
Peralatan diletakkan di atas meja
Operasi
Sebelum hewan dioperasi dilakukan pemeriksaan fisik telebih dahulu untuk
mengetahui keadaan normal hewan. Sepuluh menit sebelum dioperasi, hewan
diberikan premedikasi atropin dengan dosis mg/kgBB,diverikan dengan rute sub cutan.

Hasil
3.2.2 Persiapan Hewan

Hewan

Dilakukan puasa makan akan tetapi tetap diberikan minum 8-12 jam sebelum operasi

Dilakukan pemeriksaan fisik telebih dahulu untuk mengetahui keadaan normal hewan.
Sepuluh menit sebelum dioperasi.

Hasil

3.2.3 Persiapan Operator

Operator

Dilakukan sterilisasi anggota badan seperti tangan dengan menggunakan sabun


antiseptis

Dilakukan penutupan atau pemakaian alat penunjang operasi seperti gaun, sarung
tangan, nurse cap dan lain-lain.

Mengerti posisi dan tugas masing-masing

Hasil
3.2.4 Prosedur Operasi

Hewan

dilakukan Premedikasi

diberikan anastethikum atropin dan xylazine dengan rute intra muscular.

Operasi dilakukan setelah hewan teranasthesi.

Bagian abdomen hewan dicukur kemudian didesinfeksi menggunakan


alkohol 70% dan povidone iodine.

dilakukan Penyayatan pada daerah medianus abdomen tepat di linea alba.


Setelah itu dilakukan penyayatan pada kulit menggunakan blade, diikuti
penyayatan linea alba, aponeurose m. obliquus abdominis internus et
externus, dan peritoneum. Sayatan diperluas menggunakan gunting. operasi
dilakukan, setelah itu dilakukan penjahitan.

Hasil

3.2.5 Prosedur Post Operasi

Hewan

Pasca operasi laparatomi dilakukan pemantauan konsdisi hewan seperti


temperature, frekuensi nafas, pulsus, urinasi, nafsu makan, dan yang paling
penting adalah penanganan luka bekas insisi agar lebih cepat kering.

Pemberian obat juga dapat diberikan sampai 2 jam setelah operasi.


Antibiotic amoxicillin bisa diberikan 2 kali selama 5 hari. Kucing harus
dijaha makan dan minumnya, diusahakan asupam cukup dan bergizi agar
luka cepat sembuh.

Pembersihan perban luka juga peril diusahakan perban selalu kering.

Hasil
BAB IV
HASIL

4.1 Form laparatomi


4.2 Perhitungan Dosis

BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Analisa Prosedur


a. Manajemen Pre Operasi
Manajemen pre operasi yang dilakukan adalah melakukan sterilisasi alat 24 jam sebelum
praktikum, mencukur rambut disekitar abdomen sampai pelvis, dan hewan dipuasakan 6 jam
sebelum operasi, dan sterilisai gunting dan operator. Ada banyak hal yang perlu dilakukan atau
dipersiapkan sebelum dokter hewan melakukan tindakan pembedahan atau operasi terhadap suatu
kasus bedah yaitu persiapan operasi atau preoperasi, yang meliputi desinfeksi dan sterilisasi
terhadap peralatan-peralatan yang digunakan dalam operasi, tindak operasi itu sendiri dan
perawatan hewan yang masuk dalam tindakan postoperasi. Selain sterilisasi dan desinfeksi
peralatan operasi, status hewan seperti sejarah penyakit, anamnese dan status present diperlukan
untuk dapat mendiagnosa penyakit. Selanjutnya tindak bedah apa yang akan dilakukan, perlu juga
mempertimbangkan anastesi yang diberikan sebelum operasi dan tindak bedah yang akan
dilakukan pada hewan tersebut.
Sterilisasi adalah pembinasaan dari semua jasad renik ( bakteri, virus, dan spora) pada suatu
bagian. Sterilisasi ini pada umumnya mengacu pada obyek ( mis., peralatan, penutup, kateter,
jarum jahit) yang berhubungan langsung dengan jaringan steril atau yang masuk dalam sistem
vaskuler. Desinfeksi adalah pembinasaan dari jasad renik yang paling patogenik pada objek mati
( tidak hidup), dan antiseptis adalah pembinasaan dari jasad renik yang paling patogenik selama
persiapan preoperasi.
Desinfeksi pada umumnya menggunakan cairan desinfektan. Pemilihan desinfektan yang sesuai
tergantung pada hasil yang diinginkan. Beberapa desinfektan efektif membinasakan jumlah
terbatas jasad renik; yang lainnya efektif membunuh semua organisme, mencakup spora.
Penggunaan dan pencegahan desinfektan yang umum dipakai adalah alkohol, iodine dan
glutaaldehyde.
Preparasi Alat Operasi
• Alat-alat dicuci dengan sabun, dan disikat bila ada percikan darah
• Lalu dibilas dengan air hangat sampai bersih dan desinfektan. Alat-alat dikeringkan dengan
lap bersih dan steri). Lalu dimasukkan dalam bak instrument.
• Peralatan dibungkus dengan kain.
Masukkan dalam autoclave 121° C selama 1 jam.

Preparasi Hewan
• Hewan dibius.
• Bagian yang akan disayat dicukur = 5-10 cm di sebelah sayatan
Preparasi Operator
• Tutup kepala dan masker dipakai.
• Semua asessoris di tangan di lepas, kuku harus pendek.
• Tangan dicuci dengan sabun , kemudian disikat dari ujung kuku keatas
• Lalu dibilas sampai bersih , dan disemprotkan alcohol 70%
• Dikeringkan dengan haduk steril
• Setelah selesai , baju operasi dan sarung tangan dipakai
b. Manajemen Operasi
Operasi dimulai dengan pemasangan infus dan anastesi umum dengan menyuntikkan ketamin
xylazine secara intra muskuler. Kemudian dilakukan pemasangan infus secara intravena.
Kemudian ikat yangan dan kaki kucing menggunakan sumbu di meja operasi. Operasi dimulai
dengan melakukan incisi sepanjang 5 cm menggunakan blade pada linea alba. Kemudia dilakukan
Preparir menggunakan gunting tumpul untuk memisahkan kulit dengan lapisan subcutaneus.
Setelah itu dilakukan incisi subcutaneus sampai lemak abdomen terlihat. Kemudian Incisi lemak
sampai tampak musculus rectus abdominis. Setelah itu diakukan explorasi untuk melihat baguian
dalam rongga abdomen. Kemudian cuci menggunakan NaCl fisiologis dan antibiotik. Kemudian
dilakukan jahit lapisan pertama dengan jahitan simple interupted, lapisan subcutaneus dijahit
menggunakan teknik jahit simple continous dengan benang absorable, dan kulit dijahit dengan
simple interupted dengan benang silk. Selama dilakukan operasi dicek suhu dan pulsus selam 15
menit.
Teknik Operasi
• Orientasi anatomis abdomen. Uterus terletak dorsolateral dinding rongga perut.
• sebelum penyayatan situs operasi dibersikan dengan menggukana xylol dengan cara memutar
seperti spiral dari dalam menuju keluar dilanjutkan dengan pemasangan duck.
• Penyayatan dan prosedur bedah Penyayatan dilakukan pada linea alba yang
berupa garis putih yang menghubungkan cartilago xyphoideus hingga tendon pubis.
Laparatomi dilakukan di posterior memotong m. rectus abdominis.
• Setelah selesai mengeksplorasi, cuci dengan Naci fisiologis,
Sayatan dijahit dengan teknik penjahitan sederhana untuk lapisan linea alba menggunakan
simple interrupted dengan menggunakan benang cromic untuk laposan sub cutan menggunakan
simple continues dengan menggunakan benang cromic dan lapisan terakhir dijahit dengan
mengunakan tehnik jahitan simple interrupted dengan menggunakan benang silk. Semprot dengan
iodium tinctuur 10% lalu tutup dengan kasa.
c. Manajemen Post Operasi
Perawatan post operatif adalah penting seperti halnya persiapan preoperatif. Perawatan post
operatif yang kurang sempurna akan rnenghasilkan ketidakpuasan clan tidak memenuhi standard
operasi.Tujuan perawatan post operatif adalah untuk menghilangkan rasa nyeri, sedini mungkin
mengidentifikasi masalah dan mengatasinya sedini mungkin. Mengantisipasi dan mencegah
terjadinya kornplikasi lebih baik daripada sudah terjadi komplikasi (Lestari, 2008).
Pada perawatan post operatif perlu;
• Memberi dukungan pada pasien.
• Menghilangkan rasa sakit.
• Antisipasi dan atasi segera komplikasi.
• Memelihara komunikasi yang baik dengan tim. Komunikasi yang tidak baik merupakan masalah
yang sering rnenyebabkan kegagalan dalam perawatan post operatif.
• Rencana perawatan. Menyesuaikan perawatan dengan kebutuhan pasien. Setiap pasien
membutuhkan modifikasi yang sesuai dengan protokol perawatan, yang mempunyai-prbblem
unik tersendiri.
Wound care dan bantlaging merupakan elemen penting untuk meminimalkan komplikasi
dan akan memberi hasil kosrnetik dan fungsional yang optimal. Dengan mengangkat debris dari
permukaan luka akar-r merangsang re-epiteltsasi. Banduge yang baik dapat menyokong dan
menstabilkan luka, menampung darah atau cairan yang berlebihan, memberi tekanan pada luka
untuk hemostasis, melindungi luka dari kekeringan dan kontaminisasi bakteri. Luka kecil yang
dangkal dapat sembuh dengan secondary intention, dimana setiap hari luka dibersihkan dengan
sabun lunak dan air sampai iuka telah re-epitelisasi sempurna. Krusta dibuang atau kotoran pada
luka dibersihkan menggunakan lidi kapas atau verban kemudian dioiesi salaf antihiotik dan ditutup
dengan penutup kornersial (MTelfa) dan adhesive bandage seperti M Band Aid. Luka besar dan
dangkal, yang juga menutup dengan secondary intentiin, membutuhkan bandage khusus biasanya
mengandung salaf basitrasin. N Telfa, verban atau katun dan plester untuk melekatkan bandage
pada tempatnya. Bandage juga diperlukan pada Ir-rka yang dijahit. Salaf basitrasin dioleskan di
atas pinggir luka. Kemudian gunakan plester steril seperti M Steristrip yang diletakkan tegak lurus
terhadap garis jahitan. Dapat juga digunakan verban dan plester kertas. Dressing elastik seperti M
Cobaiaupu, digunakar-r untuk kornpresi, mudah dilepaskan dan digunakan kembali, clan jika
digunakan melingkar tidak rnengganggu aliran darah bagian distal (Lestari, 2008).
5.2 Analisa Hasil
A. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik pada kucing statue yang dilakukan 1 hari sebelum operasi yaitu memiliki
berat badan 2,39 kg, suhu 38,8°C, pulsus 144 kali/menit, fresuensi pernafasan 52 kali/menit,
membrane mukosa bertvarna pink cerah, CRT < 2 detik, turgor kulit < 2 detik, konsistensi feses
berbentuk dan coklat, kondisi badan normal, dan kesehatan system tubuh keseluruhan normal.
Pemeriksaan fisik saat operasi yaittu memiliki berat badan 2,39 kg, suhu 37,7°C, membłane
mukosa pink cerah, CRT < 2 detik, turgor < 2 detik, pulsus 128 kali/menit, dan Frekuensi
pernafasan 48 kali/menit. Setelah dilakukan operasi terjadi penurunan suhu yang sangat drastis
mencapai 34,2°C.
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan secara umum,
meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga,
pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status
pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. Selain itu
pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan
mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi,
tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih
awal.
5.3 Obat Yang Digunakan
1. Ketamin
Indikasi untuk kucing adalah untuk restrain, atau sebagai agen anestesi tunggal untuk diagnostik,
atau prosedur bedah kecil, singkat, yang tidak memerlukan relaksasi otot rangka. Ketamine dapat
menghambat reseptor NMDA di CNS dan dapat menurunkan efek “wind-up”. Peningkatan dalam
menggunakannya untuk mencegah rasa sakit berlebihan yang terkait dengan operasi atau keadaan
sakit kronis pada hewan.
Ketamin adalah anestesi umum akting cepat yang memiliki aktivitas analgesik yang signifikan dan
kurangnya efek depresan kardiopulmoner. Diperkirakan menginduksi anestesi dan amnesia
dengan mengganggu secara fungsional SSP melalui stimulasi CNS atau menginduksi keadaan
kataleptik. Ketamine menghambat GABA, dan dapat memblokir serotonin, norepinefrin, dan
dopamin di CNS. Sistem thalamoneokortikal tertekan ketika sistem limbik diaktifkan. Ini
menginduksi tahap anestesi I dan II, tetapi bukan stadium III. Pada kucing, itu menyebabkan efek
hipotermia sedikit ketika suhu tubuh menurun rata-rata sebesar 1,6 °C setelah dosis
terapeutik.
2. Xylazin
Xylazine disetujui untuk digunakan pada anjing, kucing, kuda, rusa, dan rusa. Diindikasikan pada
anjing, kucing, dan kuda untuk menghasilkan keadaan sedasi dengan periode analgesia yang lebih
singkat, dan sebagai praanestesi sebelum anestesi lokal atau umum. Karena aksi emetik dari
xylazine pada kucing, kadang kadang digunakan untuk menginduksi muntah setelah menelan
racun.
Xylazine digolongkan sebagai obat penenang / analgesik dengan sifat relaksasi otot. Meskipun
xylazine memiliki beberapa tindakan farmakologis yang sama seperti morfin, itu tidak
menyebabkan eksitasi CNS pada kucing, kuda atau sapi, tetapi menyebabkan sedasi dan depresi
SSP. Xylazine menyebabkan relaksasi otot skeletal melalui jalur mediasi pusat. Emesis sering
terlihat pada kucing, dan kadang-kadang pada anjing yang menerima xylazine. Emesis umumnya
terlihat dalam 3 - 5 menit setelah pemberian xylazine pada kucing dan kadang-kadang pada anjing.
Meskipun dianggap dimediasi oleh pusat, tidak ada blokade dopaminergik (misalnya, fenotiazin)
atau alfa-bloker (yohimbine, tolazoline) memblokir efek emetik.
Jika terjadi overdosis yang tidak disengaja, aritmia jantung, hipotensi, dan CNS yang mendalam
dan depresi pernafasan dapat terjadi. Kejang juga telah dilaporkan setelah overdosis.
3. Atropin Sulfat
Indikasi utama untuk atropin sistemik meliputi: Preanesthetic untuk mencegah atau mengurangi
sekresi sistem pernafasan, treatment sinus bradycardia, sebagai penangkal untuk organofosfat,
karbamat, muskarinik jamur, intoksikasi ganggang biru-hijau Hypersialisme Treatment penyakit
bronchoconstrictive.
Atropin, seperti agen antimuskarinik lain, secara kompetitif menghambat asetilkolin atau stimulan
kolinergik lainnya di lokasi neuroeffektor parasimpatis postganglionik. Dosis tinggi dapat
memblokir reseptor nikotinik di ganglia otonom dan pada sambungan neuromuskuler. Efek
farmakologis terkait dengan dosis. Pada dosis rendah air liur, sekresi bronkus, dan berkeringat
(bukan kuda) dihambat. Pada dosis sistemik moderat, atropin melebar dan menghambat akomodasi
pupil dan meningkatkan denyut jantung. Dosis tinggi akan menurunkan motilitas saluran cerna
dan saluran kemih. Dosis yang sangat tinggi akan menghambat sekresi lambung.
Atropin sulfat terserap dengan baik setelah pemberian oral, injeksi IM, inhalasi, atau pemberian
endotrakeal. Setelah pemberian IV, efek puncak pada denyut jantung
terjadi dalam 344 menit.
4. Ketoprofen
Ketoprofen menunjukkan tindakan serupa dengan tindakan nonsteroid lainnya agen antiinflamasi
karena mengandung antipiretik, analgesik dan aktivitas antiinflamasi. Mekanisme aksi yang diakui
adalah penghambatan katalisis siklooksigenase asam arakidonat menjadi prekursor prostaglandin
(endoperoxides), sehingga menghambat sintesis prostaglandin dalam jaringan. Ketoprofen konon
memiliki aktivitas penghambatan pada lipoxygenase.
Pada anjing atau kucing, ketoprofen dapat menyebabkan muntah, anoreksia, dan Ulkus GI.
5. Amoxicillin
Amoxicillin / potassium clavulanate tablets dan produk suspensi oral disetujui untuk digunakan
pada anjing dan kucing untuk pengobatan infeksi saluran kemih, kulit dan jaringan lunak yang
disebabkan oleh organisme yang rentan. Ini juga diindikasikan untuk penyakit periodontal canine
karena strain bakteri yang rentan.
Asam klavulanat hanya memiliki aktivitas antibakteri lemah ketika digunakan sendiri dan saat ini
hanya tersedia dalam kombinasi dosis-fxed dengan amoxicillin (oral) atau ticarcillin (parenteral).
Asam klavulanat bertindak secara kompetitif dan ireversibel mengikat beta-laktamase, termasuk
tipe II, III, IV, dan V, dan penicillinase yang dihasilkan.oleh Staphylococcus. Staphylococci yang
tahan terhadap penisilin penicillinase-tahan (misalnya, oksasilin) dianggap tahan terhadap
amoxicillin , potassium klavulanat, meskipun pengujian kerentanan dapat menunjukkan
sebaliknya. Amoxicillin / potassium klavulanat biasanya tidak efektif melawan tipe I
cephalosporinase. Ini cephalosporinases plasmidmediated sering diproduksi oleh anggota
Enterobacteriaceae keluarga, terutama Pseudomonas aeruginosa. Ketika dikombinasikan dengan
amoxicillin, ada sedikit jika ada aktivitas sinergis terhadap organisme yang sudah rentan terhadap
amoxicillin, tetapi strain yang resistan terhadap amoksisilin (karena inaktivasi beta-laktamase)
dapat tertutup.
5.4 Faktor Kesembuhan Luka
5.5 Kendala
5.6 Prinsip Operasi Healstead

BAB VI
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai