HERIANTO SITEPU
Herianto Sitepu
NIM B04130155
ABSTRAK
HERIANTO SITEPU. Jenis-Jenis Cacing pada Organ Tubuh Tikus Got (Rattus
norvegicus) dan Tikus Rumah (Rattus tanezumi. Dibimbing oleh RISA TIURIA
dan RIDI ARIF.
ABSTRACT
HERIANTO SITEPU. Types of Helminths on Rattus norvegicus and Rattus
tanezumi Organs. Supervised by RISA TIURIA and RIDI ARIF.
HERIANTO SITEPU
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada TUHAN yang maha ESA atas segala
karunia dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Judul
karya ilmiah ini adalah Jenis-Jenis Cacing pada Organ Tubuh Tikus Got (Rattus
norvegicus) dan Tikus Rumah (Rattus tanezumi).
Terima kasih dan rasa syukur yang besar penulis ucapkan kepada kedua orangtua
penulis atas semua kasih sayang, nasihat, dukungan, dan motivasi sehingga penulis
dapat menuntut ilmu hingga sarjana. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Drh
Risa Tiuria, MS PhD dan Drh Ridi Arif selaku dosen pembimbing karya ilmiah yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis dari awal penelitian hingga akhir
penulisan karya ilmiah. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Drh Titiek
Sunartatiek, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing,
mendukung, dan membantu penulis selama empat tahun ini. Ungkapan terima kasih
penulis ucapkan kepada Pemerintah Kabupaten Simalungun atas beasiswa selama
empat tahun sehingga penulis dapat melaksanakan kuliah dengan lancar.
Terima kasih kepada rekan-rekan Beasiswa Utusan Daerah yang telah menjadi
saudara penulis di Institut Pertanian Bogor. Selanjutnya rasa terima kasih penulis
ucapkan kepada keluarga besar Gyrfalcon 50 yang bersama-sama berjuang dalam
menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Penulis menyadari kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini dan
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penelitian selanjutnya. Penulis
berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Herianto Sitepu
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Tikus 2
Nematoda 4
Nippostrongylus brasiliensis 4
Angiostrongylus cantonensis 4
Cestoda 5
Hymenolepis diminuta 5
Taenia taeniaeformis 6
BAHAN DAN METODE 6
Metode Penelitian 6
Waktu dan Tempat Penelitian 6
Pembedahan Tikus 7
Pewarnaan Cacing 7
Identifikasi Cacing 8
Analisis Data 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Hasil 8
Pembahasan 10
SIMPULAN DAN SARAN 14
Simpulan 14
Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 14
RIWAYAT HIDUP 17
DAFTAR TABLE
1. Cacing yang teridentifikasi pada organ tubuh tikus 8
2. Cacing berdasarkan pola infeksinya 8
3. Persentase cacing pada Rattus norvegicus dan Rattus tanezumi
berdasarkan jenis kelamin 8
4. Persentase cacing pada Rattus norvegicus dan Rattus tanezumi
berdasarkan umur 9
DAFTAR GAMBAR
1. Rattus norvegicus 3
2. Rattus tanezumi 3
3. Siklus hidup cacing Angiostrongylus cantonensis 4
4. Siklus hidup cacing Hymenolepis diminuta 5
5. Morfologi Hymenolepis diminuta
a. Scolex 10
b. Proglotid Muda 10
c. Proglotid Dewasa 10
d. Proglotid Gravid 10
6. Morfologi Nippostrongilus braziliensis 11
7. Morfologi posterior A. cantonensis
a. Morfologi ujung anterior 12
b. Morfologi ujung anterior literatur 12
c. Morfologi ujung posterior 12
d. Morfologi ujung posterior literatur 12
8. Morfologi Strobilocercus
a. Strobilocercus 13
b. Strobilocercus literatur 13
c. Strobilocercus setelah diekskitas 13
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Tikus
Tikus adalah binatang yang termasuk dalam ordo Rodentia, sub ordo
Myormorpa, famili Muridae. Famili Muridae ini merupakan famili yang dominan
dari ordo Rodentia karena memiliki daya reproduksi yang tinggi, pemakan segala
macam makanan (omnivorous), dan mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Jenis tikus yang sering berhabitat di rumah adalah tikus got (Rattus norvegicus)
dan tikus rumah (Rattus tanezumi) (Priyambodo 2006).
Klasifikasi tikus menurut Krinke (2000) :
Kingdom : Animalia
Phylum : Cordata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus
Rattus tanezumi
Nematoda
Nippostrongylus brasiliensis
Nippostrongylus brasiliensis adalah parasit yang umum pada sistem
pencernaan tikus (Rattus assimilis, Rattus conatus, R. norvegicus dan R. tanezumi)
dan mencit (M. musculus). Cacing tersebut pada tahap dewasa hidup di duodenum,
jejunum kadang di ileum bagian atas, namun duodenum adalah tempat yang disukai
cacing tersebut dibandingkan tempat lain didalam saluran pencernaan. Cacing ini
termasuk nematoda yang tidak bersifat zoonosis
Siklus hidup Nippostrongylus brasiliensis yaitu siklus hidup langsung.
Telur cacing dapat ditemukan di dalam feses hospes setelah enam hari infeksi
(Noble dan Noble 1989).
Angiostrongylus cantonensis
Angiostrongylus cantonensis merupakan genus parasit pada rodensia dan
beberapa mamalia. Angiostrongylus cantonensis betina memiliki panjang 13-33
mikron dan berdiameter 280-500 mikron serta menghasilkan telur yang tidak
bersegmen. Induk semang antara adalah siput dan keong (Levine 1990). Larva
masuk kedalam kaki siput atau keong. Tumbuh didalam otot kaki maupun di dalam
rongga badan.
Taenia taeniaeformis
Taenia taeniaeformis merupakan cacing pita yang hidup di usus halus kucing
dan karnivora. Spesies ini memiliki ukuran panjang 50-60 cm, berbentuk unik yaitu
tidak memiliki leher serta proglotid posteriornya berbentuk mirip genta (bell-
shaped). Skoleks berukuran lebar 1,7 mm memiliki rostellum lebar dengan kait
yang berjumlah 26-52 buah (biasanya 34 buah). Penghisapnya menonjol, mengarah
keluar dan kedepan. Telurnya berbentuk bundar, berdiameter 31-37 mikron
(Tutstsintaiyn 2013).
Proglotid T. taeniaeformis yang matang berisi ribuan telur yang dikeluarkan
melalui tinja hospes definitif yaitu kucing dan beberapa karnivora lainnya ke
lingkungan. Hospes intermediet dapat terinfeksi ketika mengonsumsi makanan, air,
maupun rerumputan atau dedaunan yang terkontaminasi oleh telur T. taeniaeformis.
Tikus yang terinfeksi T. taeniaeformis akan menimbulkan lesi yang diikuti
peningkatan sekresi asam lambung, hiperplasia mukosa usus dan hipergastrinemia
Cacing dewasa dapat mengganggu pencernaan makanan yang serius pada tikus.
Pada organ hati tikus ditemukan dalam bentuk metascestoda. Metacestodanya
dikenal sebagai Strobilocercus, ditemukan pada urat daging babi, anjing , kadang
kadang manusia, dan ditemukan juga pada organ organ hati tikus. Taenia
taeniaeformis merupakan salah satu cacing yang bersifat zoonosis. Levine (1990)
melaporkan Strobilocercus menginfeksi 2% pada manusia yang diotopsi di Berlin,
akan tetapi sekarang sejak tinja manusia dibuang lebih efisien, kejadian
strobilocerkosis pada manusia banyak menurun sedemikian banyak sehingga secara
praktis dapat diabaikan.
Metode Penelitian
Cara kerja
Tikus yang telah dibius dengan eter dibedah secara vertikal dari bagian
bawah abdomen sampai thoraks. Organ-organ jantung, hati, paru-paru, dan saluran
pencernaan dikeluarkan dan dimasukan ke dalam plastik. Pemeriksaan dilakukan
dengan menggunakan mikroskop stereo. Cacing yang ditemukan dimasukan ke
dalam cawan petri yang berisi NaCl fisiologis dan disimpan dalam refrigerator
selama 1 hari. Selanjutnya cacing dibersihkan menggunakan aquades dan disimpan
ke dalam botol berisi alkohol 70 %.
Pewarnaan Cacing
Alat dan Bahan
Aquades, alkohol (70%, 85%, 90% dan 100%), Gliserin, Lactopenol,
Semichon’s Acetocarmine, HCL, Xylol, entellan, gelas ukur, dan cawan petri.
Identifikasi Cacing
Identifikasi cacing dilakukan berdasarkan Levine (1990), Noble dan Noble
(1989), Cowie ( 2011), Priyanto et al. (2012), Harley and Parker (1961).
Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif berdasarkan data
tabel dan gambar.
Hasil
Tebel 3. Persentase cacing pada Rattus norvegicus dan Rattus tanezumi berdasarkan
jenis kelamin
Tikus Jenis kelamin Jumlah parasit
Jenis cacing tikus(%) (±ekor)
Jenis tikus Habitat positif (%)
parasit
NEMATODA ♂ ♀ ♂ ♀
N. braziliensis R. norvegicus Usus 30 0 75 0 26
A. cantonensis R. norvegicus Jantung 10 0 25 1 0
CESTODA
H. diminuta R. tanezumi Usus 40 40 0 3 0
R. norvegicus Usus 80 100 50 39 2
Strobilocercus R. tanezumi Hati 0
R. norvegicus Hati 80 83 75 1 1
Keterangan : ♂ = Tikus jantan ♀ = Tikus betina
Tebel 4. Persentase cacing pada Rattus norvegicus dan Rattus tanezumi berdasarkan
umur
Tikus Umur Indeks parasit
Jenis cacing positif (%) relatif(%)
Jenis tikus Habitat (±ekor)
parasit
NEMATODA BD D BD D
N. braziliensis R. norvegicus Usus 30 67 14 26 4
A. cantonensis R. norvegicus Jantung 10 0 14 0 1
CESTODA
H. diminuta R. tanezumi Usus 40 0 40 0 3
R. norvegicus Usus 80 67 83 5 37
Strobilocercus R. tanezumi Hati 0 0 0 0 0
R. norvegicus Hati 80 67 86 1 1
Pembahasan
a b
c d
Gambar 5. Morfologi Hymenolepis diminuta, (a) Scoleks, (b) Proglotid muda, (c)
Proglotid dewasa, (d) Proglotid gravid. Perbesaran 10x10
Sumber : (a, b, dan c) : Dokumen pribadi, (d) : Priyanto (2012)
Hymenolepis diminuta merupakan cacing yang umum pada tikus. Cacing ini
menyukai usus halus sebagai habitat. Usus halus merupakan organ yang memiliki
banyak sari-sari makanan. Hymenolepis merupakan cacing pita yang terdiri atas dua
spesies yaitu Hymenolepis nana dan Hymenolepis diminuta. Hymenolepis nana
sering disebut cacing pita kerdil karena berukuran sangat kecil. Berbeda dengan
Hymenolepis nana, Hymenolepis diminuta memiliki panjang 10-60 cm dan lebar 3-
11
(Capinera dan Walden 2016). Manusia terinfeksi apabila mengkonsumsi keong atau
siput yang mengandung larva infektif Angiostrongylus cantonensis.
a b
c d
Gambar 7. Perbandingan morfologi cacing A. cantonensis yang ditemukan pada sampel
dengan literatur. Morfologi bagian anterior ( a dan b ). Morfologi bagian posterior ( c
dan d). (a dan b ) : Dokumen Pribadi, (b dan d) Sumber : Namue C dan Wongsawad
C (1997)
Keterangan : AN = Anus, BC = Buccal Capsule, E = Eggs, ESO = Esophagus, INT =
Intestine, TE = Teeth, UT = Uterus, S = Spine. Perbesaran 10x10
a b c
Gambar 7 Morfologi (a dan b) Strobilocercus, (c) Strobilocercus setelah diekskistasi.
Sumber : (a dan b) : Dokumen pribadi, (c): Priyanto et al. (2012)
Gambaran infeksi cacing pada tikus dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu jenis
tikus, pola infeksi, jumlah cacing berdasarkan umur, dan jenis kelamin.
Berdasarkan pola infeksi persentase infeksi tunggal pada R. norvegicus dan R.
tanezumi yaitu 70% dan 40%. Hymenolepis diminuta merupakan cacing yang
paling banyak menginfeksi tikus secara tunggal. Hal ini dikarenakan cacing H.
diminuta ditemukan dalam jumlah yang besar. Jumlah yang besar akan berpengaruh
pada penyerapan sari makanan yang sangat tinggi sehingga sulit untuk cacing yang
lain untuk berkompetisi. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Setyaningrum (2016) bahwa 91% cacing yang menginfeksi tikus adalah infeksi
tunggal, sedangkan Infeksi campuran hanya 10%. Infeksi campuran menyebabkan
potensi penularan sangat tinggi karena tikus dapat menyebarkan penyakit kepada
tikus dan manusia.
Berdasarkan jenis tikus, jumlah dan jenis cacing lebih banyak ditemukan
pada tikus Rattus norvegicus. yang dipengaruhi oleh higene dan sanitasi tempat
tinggal tikus tersebut. Rattus norvegicus lebih banyak tinggal di dalam got dan
saluran pembuangan rumah tangga yang kotor. Rattus norvegicus memiliki daya
jelajah yang lebih jauh sehingga mempunyai potensi lebih tinggi terinfeksi oleh
inang antara (Ahmad et al. 2014). Berdasarkan penelitian Rattus norvegicus
merupakan reservoir penyakit berbahaya dan zoonosis. Hal ini digambarkan dari
cacing yang teridentifikasi pada organ-organ tersebut, sedangkan Rattus tanezumi
lebih banyak hidup di dalam perabotan rumah tangga seperti dapur, lemari, dan
lain lain ( Supriyati dan Ustiawan 2013).
Berdasarkan umur pada Rattus norvegicus menunjukkan bahwa persentase
H. diminuta lebih tinggi pada tikus dewasa daripada tikus yang belum dewasa.
Tingkat infeksi H. diminuta lebih tinggi pada tikus dewasa karena konsumsi pakan
pada tikus dewasa lebih banyak dan daya jelajah yang lebih jauh dibandingkan
dengan tikus muda (Ahmad et al. 2014). Selain itu, persentase H. diminuta lebih
tinggi pada tikus dewasa disebabkan oleh paparan oleh lingkungan yang lebih lama
pada tikus dewasa sehingga peluang mendapatkan infeksi lebih tinggi daripada
yang lebih muda (Onyenwe et al. 2009). Infeksi cacing pada tikus yang belum
dewasa lebih banyak terinfeksi N. brassiliensis yaitu 67%. Hal ini dipengaruhi oleh
ketersediaan makanan dan kompetisi dengan H. diminuta. Nippostrongilus
brassiliensis mampu bertahan pada tikus muda atau betina yang belum terinfeksi
berat oleh H. diminuta. Hymenolepis diminuta akan mendominasi penyerapan
makanan di dalam usus sehingga cacing lain tidak mampu berkompetisi.
14
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad MS, Maqbool A, Anjum AA, Ahmad N, Khan MR, Sultana R, Ali MA.
2014. Occurance of Hymenolepis diminuta in rats and mice captured from
urban localities of Lahore, Pakistan. J Anim Plant Sci. 24(2): 392–96.
Capinera J, Walden HS. 2016. Rat Lungworm Angiostrongylus cantonensis (Chen,
1935) (Nematoda: Strongylida: Metastrongylida). U.S. Department of
Agriculture. UF/IFAS Extension Service, University of Florida. Hal 1-4
15
Setyaningrum AD. 2016. Jenis tikus dan endoparasit cacing dalam usus tikus di
Pasar Rasamala Kelurahan Srondol Wetan Kecamatan Banyumanik Kota
Semarang. J Kes Mas. 4(3): 52-56
Sholichah Z. 2007. Mengenal jenis tikus. Balaba. 5(2): 18-19.
Supriyati D, Ustiawan A. 2013. Spesies tikus, cecurut dan pinjal yang ditemukan
di Pasar Kota Banjarnegara, Kabupaten Banjarnegara Tahun 2013. Balaba.
9(2): 39-46
Soulsby EJL. 1982. Helminths, Anthropods, and Protozoa of Domesticated
Animals. Eds Seveb London (GB) : Bailiere-Tindall.
Suyanto, A. 2006. Rodent di Jawa. Bogor (ID) : LIPI.
Tutstsintaiyn R. 2013. Pemeriksaan cacing endoparasit pada tikus (rattus spp.) di
desa Citereup Kecamatan Dayeuh Kolot, Kabupaten Bandung Jawa Barat
2013. Balaba. 9(2):47-52
Widiastuti D, Astuti NT, Pramestuti N, Sari TF.2016. Infeksi cacing Hymenolepis
nana dan Hymenolepis diminuta pada tikus dan cecurut di area pemukiman
Kabupaten Banyumas. Vek Vol. 8(2): 81 – 90
17
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ujung Teran pada tanggal 09 Mei 1995 dari ayah
Benar Sitepu dan ibu Perobahen Br Ginting. Penulis adalah putra kedua dari lima
bersaudara. Pada tahun 2007 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar
(SD) di SD 045955 Ujung Teran Deram selama 6 tahun. Kemudian penulis
melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Berastagi
selama 3 tahun. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan di SMK Plus
Kesehatan Efarina. Tahun 2013 penulis lulus dari SMK Plus Kesehatan Efarina dan
pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dan diterima di Fakultas Kedokteran
Hewan. Selama mengikuti perkuliahan aktif di Himpro Satwa liar divisi eksternal,
pada tahun 2016 penulis melakukan praktek lapang di Balai Besar Inseminasi
Buatan (BBIB) Singosari. Penulis juga pernah aktif dalam pelayanan PMK komisi
Diaspora.