Anda di halaman 1dari 43

BIOLOGI PARASITOID TELUR Trichogramma japonicum

Ashmead dan Trichogrammatoidea nana Zehntner


(Hymenoptera: Trichogrammatidae)

ANGITIA KESUMA WIDIASWARA

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Biologi Parasitoid


Telur Trichogramma japonicum Ashmead dan Trichogrammatoidea nana
Zehntner (Hymenoptera:Trichogrammatidae) adalah benar karya saya dengan
arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2017

Angitia Kesuma Widiaswara


NIM A34110090
ABSTRAK

ANGITIA KESUMA WIDIASWARA. Biologi Parasitoid Telur Trichogramma


japonicum Ashmead dan Trichogrammatoidea nana Zehntner (Hymenoptera:
Trichogrammatidae). Dibimbing oleh PUDJIANTO.

Parasitoid telur dari famili Trichogrammatidae berpotensi sebagai agens


pengendali hayati yang efektif. Penelitian ini bertujuan mengamati siklus hidup
parasitoid telur Trichogramma japonicum Ashmead dan Trichogrammatoidea
nana Zehtner, pengaruh waktu memarasit, dan pengaruh umur telur inang
alternatif Corcyra cephalonica. Percobaan yang dilakukan, meliputi siklus hidup
parasitoid, lama pemarasitan, dan pengaruh umur telur inang. Setiap percobaan
menggunakan sepuluh pasang parasitoid telur dan satu lembar pias yang berisikan
100 telur dengan masing-masing percobaan dilakukan sebanyak enam kali
ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siklus hidup T. japonicum dan T.
nana ± 9 hari dengan laju kemunculan imago relatif sama, yaitu pada hari ke 8-12
untuk T. japonicum, dan hari ke 8-13 untuk T. nana. Perbedaan morfologi T.
japonicum dan T. nana terletak pada bagian antena dan sayap depan. Tingkat
parasitisasi dan kemunculan imago T. japonicum dan T. nana tidak dipengaruhi
oleh lamanya waktu pemarasitan. Tingkat parasitisasi T. japonicum dan T. nana
tidak dipengaruhi umur inang (C. cephalonica). Tingkat keberhasilan T.
japonicum berkembang menjadi imago lebih tinggi pada telur muda (1 hari)
dibandingkan telur yang lebih tua (2 dan 3 hari), sedangkan tingkat keberhasilan
T. nana berkembang menjadi imago tidak dipengaruhi oleh umur inang.

Kata kunci: biologi, parasitoid telur, pembiakan massal, pengendali hayati


ABSTRACT

ANGITIA KESUMA WIDIASWARA. Biology of Egg Parasitoids Trichogrmma


japonicum Ashmead and Trichogrammatoidea nana Zehntner (Hymenoptera:
Trichogrammatidae). Supervised by PUDJIANTO.

Egg parasitoids from the family Trichogrammatidae have a potential as


effective biological control agensts. This study aims to observe the life cycle of
egg parasitoids Trichogramma japonicum Ashmead and Trichogrammatoidea
nana Zehntner, and the effect of the parasitization duration and host (Corcyra
cephalonica eggs) age on the parasitization and parasitoid adult emergence rates.
The treatments performed in the study will include: the life cycle of the
parasitoids and effects of host age and duration of host exposure to the
parasitization rate. Each treatments using ten pairs of eggs parasitoid and The
result showed that the life cycle of T. japonicum and T. nana were approximately
9 days with the rate of adult emergence of T. japonicum was faster compared to T.
nana. Morphological differences between T. japonicum and T. nana were located
on the structures of the antennae and fore wings. The emergence of parasitoid
adults occured on the 8th – 12th day after parasitization for T. japonicum, and the
8th – 13th day after parasitization for T. nana. The rates of parasitization and
adult emergence of T. japonicum and T. nana were not affected by the duration of
parasitization and host age. The success of T. japonicum to develop to adults was
higner when the parasitoid was reared with young host (one-day-old eggs) than
the older hosts (2 and 3 day-old eggs). Meanwhile, the success of T. nana to
develop to be adult was not affected by the host age.

Keywords: biological control agenss, biology, egg parasitoids, mass rearing


©
Hak Cipta milik IPB, tahun 2017
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu massalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis


dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
BIOLOGI PARASITOID TELUR Trichogramma japonicum
Ashmead dan Trichogrammatoidea nana Zehntner
(Hymenoptera: Trichogrammatidae)

ANGITIA KESUMA WIDIASWARA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
ilW NVr e l :snlnl luEEuul
usru€u€J r$leloJd uatu
rdVcSIz\[ pq,ont
qalo rnr{B}o
$,ffi
Eurqullqruod uosog
ISIAI'oluurlpnd 'tIjjl&
qolo 1nfnreslgl
0600twgv: WIN
Br€zlrs€lpl16 Brunso) BIllEuy : s/v\sISBt{BIA[ uw€l{
(euplteruruurEoqcug
:ereldouarur(tt) rouluqoz ouou oaplotoutulo8oqc1rJ uup
p€arrrqsv utwruodnt ou,utto,tSot1clrJ JnloJ ploqs€red r8olorg :
ISdlqS Inpnf
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Biologi Parasitoid Telur Trichogramma
japonicum Ashmead dan Trichogrammatoidea nana Zehntner (Hymenoptera:
Trichogrammatidae)”. Penulisan tugas akhir penelitian ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Pudjianto, MSi, selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, pengetahuan, saran,
arahan, dan masukan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Prof. Dr. Ir.
Sri Hendrastuti Hidayat, MSc, selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan
kritik dan saran untuk menyempurnakan penulisan tugas akhir ini, kepada Dr. Efi
Toding Tondok, MScAgr, selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan, pengetahuan, dan dukungan selama penulis menuntut
ilmu di Departemen Proteksi Tanaman, serta kepada Dr. Ir. R.Yayi Munara
Kusumah, MSi yang telah memberikan kritik, saran, dan dukungan moral selama
penulisan tugas akhir ini. Terima kasih kepada Ayahanda Kuswara Irianto, Ibunda
Wiwara Widi Hartati, Anjarsana Kusuma Wiwaha dan Icha Mustika yang telah
memberikan doa, kasih sayang, dan dukungan yang luar biasa kepada penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf pengajar dan laboran
Departemen Proteksi Tanaman.
Terima kasih penulis ucapkan pada keluarga Laboratorium Pengendalian
Hayati atas dukungan, motivasi, dan saran hingga terselesaikannya skripsi ini, Bu
Adha, Bu Eva, Mbak Ayas, Kak Manda, Kak Ihsan, Kak Susi, Kak Kidung. Kak
Laila, Kak Badrus, Mbak Nita, Pak Ucup, Novi, Iga, dan Donio. Ucapan terima
kasih juga penulis sampaikan pada sahabat Andini, Aldila, Rahma, Ruth, Afni,
Nadya, Fara, Mona, dan Asad, sahabat seperjuangan di PTN Aliftya, Anysa,
Barli, Caca, Dede, Gita, Hillda, Ikbal, Irham, Lutfianti, Nugi, Safira, Sri Ningsih,
Suci, Wildan serta teman-teman PTN 48 yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu atas motivasi dan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi
penulisan yang lebih baik. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan
memberikan pengetahuan bagi siapa saja yang membacanya.

Bogor, Januari 2017

Angitia Kesuma Widiaswara


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL v iii


DAFTAR GAMBAR v iii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
BAHAN DAN METODE 3
Tempat dan Waktu 3
Metode Penelitian 3
Penyediaan Inang Corcyra cephalonica 3
Pemeliharaan dan Pembiakan Parasitoid Telur
Trichogrammatidae 4
Pengamatan Siklus Hidup 5
Pengujian Lama Pemarasitan 5
Pengujian Umur Telur Inang 6
Analisis Data 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Telur Trichogrammatidae 7
Pengaruh Lama Pemarasitan terhadap Parasitisasi dan Kemunculan
Imago Trichogrammatidae 10
Pengaruh Umur Telur Inang C. cephalonica terhadap Parasitisasi
dan Kemunculan Imago Trichogrammatidae 11
SIMPULAN DAN SARAN 13
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN 19
RIWAYAT HIDUP 25
DAFTAR TABEL

1 Lama perkembangan parasitoid telur T. japonicum dan T. nana 9


2 Pengaruh lama waktu pemarasitan terhadap tingkat pemarasitan pada
parasitoid T. japonicum dan T. nana 10
3 Pengaruh lama waktu pemarasitan terhadap jumlah imago yang muncul
pada parasitoid T. japonicum dan T. nana 11
4 Pengaruh umur telur inang C. cephalonica terhadap tingkat parasitisasi
pada parasitoid T. japonicum dan T. nana 11
5 Pengaruh umur telur inang C. cephalonica terhadap jumlah imago yang
muncul pada parasitoid T. japonicum dan T. nana 12

DAFTAR GAMBAR

1 Pemeliharaan inang C. cephalonica di laboratorium 3


2 Proses peneluran C. cephalonica 4
3 Tabung pembiakan T. japonicum dan T. nana 5
4 Ciri morfologi imago T. japonicum dan T. nana 7
5 Kertas pias yang berisikan telur C. cephalonica 8
6 Bentuk pupa parasitoid telur 9
7 Persentase laju pemunculan imago T. japonicum dan T. nana 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pengamatan lama perkembangan Trichogrammatoidea nana 21


2 Persentase laju pemunculan imago Trichogrammatoidea nana 21
3 Pengamatan lama perkembangan Trichogramma japonicum 23
4 Persentase laju pemunculan imago Trichogramma japonicum 23
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengendalian hayati diartikan sebagai kegiatan parasitoid, predator, dan


patogen yang memelihara dan menjaga keseimbangan kepadatan populasi suatu
organisme lain pada suatu tingkat populasi rata-rata tanpa pengendalian lain
(DeBach 1973). Salah satu kelompok agens pengendali hayati adalah musuh alami
serangga hama. Musuh alami yang banyak dikembangkan adalah parasitoid.
Parasitoid umumnya merupakan serangga dari ordo Hymenoptera, dan salah satu
famili yang anggotanya banyak berperan dalam pengendalian hayati adalah
Trichogrammatidae.
Trichogrammatidae merupakan famili yang terkenal sebagai agens pengendali
hayati berbagai serangga hama yang tergolong pada jenis parasitoid telur.
Parasitoid ini telah banyak dikembangkan dan dimanfaatkan untuk mengendalikan
berbagai jenis hama karena sifatnya yang generalis. Penggunaan parasitoid telur ini
telah lama dilakukan dalam bidang pertanian dan kehutanan (Li 1994). Penelitian
mengenai pengembangan dan pelepasan parasitoid dari famili Trichogrammatidae
telah banyak dilakukan di beberapa negara dan dilaporkan mampu menekan
populasi hama terutama dari ordo Lepidoptera (Smith 1996).
Dua genus yang sering digunakan adalah Trichogramma dan
Trichogrammatoidea (Nagarkatti dan Nagaraja 1977). Beberapa hasil penelitian
menunjukkan keefektifan penggunaan parasitoid ini untuk mengendalikan berbagai
jenis hama di lapangan. Tingkat parasitisasi Trichogrammatoidea armigera sebesar
37.7% mampu menurunkan kerusakan hama polong kedelai sebesar 23.27% dan
meningkatkan produksi sebesar 70 g biji kering/10 rumpun di Cianjur (Ramlan
2001), Trichogramma chilonis berhasil mengendalikan Plutella xylostella
(Lepidoptera: Plutellidae) dalam rumah kaca dengan tingkat parasitisasi mencapai
80% (Hasriyanty 2006). Trichogramma evanescens berhasil mengendalikan
Ostrinia furnacalis (Lepidoptera: Crambidae) dari 8.5 pupa/20 tanaman menjadi
1.0 pupa/20 tanaman pada jagung (Pabbage 2013), Trichogramma chilonis mampu
mengendalikan Chilo auricilius (Lepidoptera: Pyralidae) pada tebu (Jannah 2010),
dan T. armigera berhasil mengendalikan Helicoverpa armigera (Lepidoptera:
Noctuidae) pada kedelai (Buchori et al. 2010).
Pemanfaatan parasitoid dari famili Trichogrammatidae sudah berlangsung
sejak tahun 1926 dengan cara dibiakkan secara massal oleh Flander dengan
menggunakan telur inang pengganti Sitotroga cerealella Oliver (Lepidoptera:
Gelechiidae) (Li 1994). Trichogrammatidae telah banyak digunakan secara luas di
Indonesia terutama untuk mengendalikan hama-hama penting pada tanaman kapas,
bit gula, anggur, kubis, apel, tomat, padi, dan tebu. Parasitoid ini sering menjadi
pilihan karena mengendalikan hama pada fase paling awal sehingga kerusakan
tanaman dapat dicegah lebih awal. Penggunaan parasitoid telur mempunyai
keuntungan dibandingkan penggunaan parasitoid larva karena parasitoid ini
menyerang telur hama sehingga dapat mengendalikan hama pada fase paling awal
sebelum hama merusak tanaman (Hasriyanty 2008). Agar pengendalian hayati
dengan menggunakan parasitoid telur Trichogramma spp. dapat berhasil, maka
perlu dilakukan perbanyakan parasitoid ini sebelum dilepas ke lapangan.
2

Perbanyakan massal parasitoid telur secara umum dapat dilakukan di


laboratorium dalam dua tahap, yaitu perbanyakan inang pengganti dan perbanyakan
parasitoid. Inang pengganti yang umum digunakan untuk perbanyakan parasitoid
telur adalah serangga yang hidup di gudang, salah satunya ulat beras Corcyra
cephalonica Stainton (Lepidoptera: Pyralidae) (Herlinda et al. 2002). Namun
demikian, pembiakan massal paraitoid di laboratorium dengan kondisi lingkungan
yang relatif stabil dan penggunaan inang alternatif secara terus menerus dapat
berpengaruh pada siklus hidup parasitoid, lama perkembangan, parasitisasi
parasitoid, serta kemunculan imago parasitoid tersebut. Hal ini yang menjadi dasar
perlu adanya pengamatan siklus hidup, parasitisasi, dan kemunculan imago dari
parasitoid telur yang telah lama dibiakkan di laboratorium.

Tujuan Penelitian

Penelitan bertujuan mengamati siklus hidup parasitoid telur Trichogramma


japonicum dan Trichogrammatoidea nana, mengamati pengaruh lama waktu
pemarasitan, dan pengaruh umur telur inang alternatif Corcyra cephalonica
terhadap aktivitas pemarasitan oleh kedua parasitoid tersebut.

Manfaat Penelitian

Informasi yang diperoleh dari penelitian diharapkan dapat menjadi acuan


dalam pengembangan dan pemanfaatan parasitoid telur T. japonicum dan T. nana
sebagai upaya pengendalian hama di lapangan.
3

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengendalian Hayati,


Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2015 hingga Maret 2016.

Metode Penelitian

Penyediaan Inang Alternatif Corcyra cephalonica


Inang C. cephalonica dibiakkan pada media campuran pakan ayam dan
jagung giling dengan perbandingan 1:2 yang telah disterilkan dengan cara
dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 100 ºC selama satu jam untuk mematikan
organisme kontaminan yang terbawa dalam media. Media dimasukkan ke dalam
kotak pemeliharaan dengan ketebalan ± 3 cm. Kotak pemeliharaan (Gambar 1a)
yang digunakan berbahan plastik dengan ukuran 35.7 cm x 25.5 cm x 7 cm, yang
bagian tutupnya kotak dilubangi dan diberi kain kassa sebagai ventilasi udara agar
kotak tidak lembap. Telur atau larva C. cephalonica dimasukkan ke dalam kotak
pemeliharaan yang telah berisi media pembiakan kemudian disimpan pada rak
penyimpanan (Gambar 1b) dengan suhu ruangan pemeliharaan berkisar antara
27.1 ºC sampai 29.7 ºC dan rata-rata kelembapan nisbi ruangan 60.47%.
Pemeliharaan imago C. cephalonica memerlukan waktu selama lima sampai tujuh
minggu.

(a) (b)
Gambar 1 Pemeliharaan C. cephalonica di laboratorium: (a) Kotak
pemeliharaan C. cephalonica (b) Rak pemeliharaan C. cephalonica
Imago yang muncul diambil dengan menggunakan tabung reaksi, lalu
dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam tabung peneluran. Tabung peneluran
4

(Gambar 2a) terbuat dari kertas karton yang berukuran diameter 9 cm dan tinggi
14 cm, pada bagian atas dan bawah diberi kawat kassa dan ditutup dengan kertas.
Tabung peneluran disimpan dalam kotak peneluran (Gambar 2b) pada posisi tegak
dan dialasi dengan kertas buram. Selama dalam tabung peneluran, imago C.
cephalonica tidak memerlukan makanan. Imago C. cephalonica akan meletakkan
telur-telurnya pada bagian atas dan bawah tabung peneluran.

(a) (b)
Gambar 2 Proses peneluran C. cephalonica: (a) Tabung peneluran C.
cephalonica disimpan dengan posisi tegak (b) Kotak peneluran C.
cephalonica
Telur-telur C. cephalonica diambil setiap pagi hari. Telur-telur yang
menempel pada kawat kassa disikat dengan kuas dan ditampung sementara di atas
kertas buram. Setelah terkumpul, telur-telur tersebut dibersihkan dari sisa-sisa
kotoran dan imago yang mati. Hal tersebut dilakukan berulang kali hingga kotoran
dan sisa-sisa imago tidak ada lagi. Telur-telur yang telah bersih dimasukkan ke
dalam cawan petri, kemudian dimasukkan ke dalam freezer dengan suhu -20 ºC
selama dua jam untuk mematikan embrio telur. Bila telur tidak dimatikan, telur
akan menetas dan larva dapat memakan telur-telur C. cephalonica yang lainnya.
Telur dikeluarkan dari dalam freezer dan dibuat pias. Pias dibuat dari kertas
karton manila berukuran 1 cm x 4 cm, pada ujung kertas dioles lem gum arabic
untuk menempelkan telur inang. Telur C. cephalonica ditempelkan dengan cara
ditaburkan pada ujung kertas pias yang telah diberi lem. Telur yang digunakan ±
300 butir telur.

Pemeliharaan dan Pembiakan Trichogrammatidae


Parasitoid telur T. japonicum dan T. nana diperoleh dari Laboratorium
Pengendalian Hayati, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Parasitoid diperoleh dari penelitian sebelumnya yang diambil
dari perkebunan tebu di Lampung. Parasitoid telur dipelihara dalam tabung reaksi
dan diberi madu dengan konsentrasi 20% sebagai makanan imago di dalamnya.
Madu diberikan dengan cara dioles pada dinding tabung menggunakan jarum. Pias
yang dimasukkan dalam tabung reaksi, yaitu satu pias untuk satu tabung. Ke
dalam tabung tersebut juga dimasukkan imago parasitoid ± 30 pasang imago
5

parasitoid. Tabung reaksi ditutup dengan kain hitam dan diikat dengan
menggunakan karet.
Tabung reaksi disimpan pada rak dengan posisi mulut tabung menjauhi
arah datangnya cahaya. Pias diparasitkan selama 24 jam. Setelah itu, pias yang
berada dalam tabung reaksi diambil dan dipindahkan ke tabung reaksi yang baru.
Telur yang terparasit ditandai dengan warna telur yang berubah warna menjadi
kehitaman dan disimpan pada suhu ruang. Imago parasitoid muncul delapan
sampai sepuluh hari setelah telur C. cephalonica terparasit.

Pengamatan Siklus Hidup


Pengamatan siklus hidup dilakukan pada sepuluh pasang imago parasitoid
yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan diberikan kertas pias yang ditempeli
telur C. cephalonica ± 100 butir telur per pias, kemudian ditutup dengan kain
warna hitam dan diikat karet gelang (Gambar 3).

Gambar 3 Tabung pembiakan parasitoid telur yang berisikan pias


Telur diparasitkan selama tiga jam, kemudian pias dikeluarkan dan
dipindahkan ke tabung baru. Pias yang telah diparasitkan disimpan dalam suhu
ruang. Setelah berumur tiga hari, telur yang terparasit akan berubah warna
menjadi hitam. Telur yang tidak terparasit ditusuk agar tidak menetas menjadi
larva. Pengamatan selanjutnya mengamati perkembangan parasitoid
Trichogrammatidae, laju pemunculan imago, dan perbedaan morfologi imago T.
japonicum dan T. nana diamati. Pengamatan morfologi dilakukan di bawah
mikroskop stereo. Percobaan ini dilakukan sebanyak enam kali pengulangan.

Pengujian Lama Pemarasitan


Pengujian lama pemarasitan dilakukan pada sepuluh pasang imago T.
japonicum dan T. nana. Imago parasitoid dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
diberikan kertas pias yang ditempeli telur C. cephalonica ± 100 telur per pias.
Tabung reaksi ditutup kain hitam dan diikat dengan karet gelang serta label untuk
memberi tanda. Waktu pengujian yang diberikan, yaitu tiga jam; enam jam; 12
jam dan 24 jam. Pias yang telah diparasitkan kemudian dipindahkan ke tabung
yang baru dan diberi label. Pada hari ke-empat, telur diamati dan dihitung jumlah
telur yang terparasit dan yang tidak terparasit. Telur yang tidak terparasit ditusuk
dengan jarum agar tidak menetas menjadi larva. Setelah muncul imago,
6

pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah imago parasitoid. Pengujian


dilakukan sebanyak enam kali ulangan.

Pengujian Umur Telur Inang


Pengujian yang dilakukan sama seperti pengujian yang sebelumnya, yang
membedakan adalah penggunaan umur telur inang. Umur telur yang digunakan
untuk pengujian, yaitu umur satu hari; dua hari; dan tiga hari yang diparasitkan
selama ± 24 jam. Pias yang telah diparasitkan kemudian dipindahkan ke tabung
yang baru dan diberi label. Pada hari ke-empat, telur diamati dan dihitung jumlah
telur yang terparasit dan yang tidak terparasit. Setelah muncul imago, pengamatan
dilakukan dengan menghitung jumlah imago parasitoid. Pengujian dilakukan
sebanyak enam kali ulangan.

Analisis Data
Persentase Parasitisasi (PP). Persentase parasitisasi akan diketahui dengan
menghitung banyaknya telur inang yang terparasit. Telur yang terparasit akan
berwarna kehitaman pada hari ketiga.
PP = × 100%

m : Jumlah telur terparasit


M : Total telur yang diberikan
Lama Perkembangan Parasitoid (LP). Lama perkembangan dihitung
mulai dari hari pertama telur dimasukkan ke dalam telur sampai waktu
pemunculan imago.

LP =

Ni : Jumlah imago yang muncul pada hari ke-i


ni : Hari ke-i
N : Total imago muncul
Persentase Laju Pemunculan Imago (PLPI). Persentase laju pemunculan
imago dihitung dari jumlah telur yang diberikan.

PLPI = × 100%

Ni : Jumlah imago yang muncul pada hari ke-i


N : total imago
Persentase Keberhasilan Hidup Parasitoid. Persentase laju survival
merupakan kemampuan hidup parasitoid, dari mulai imago memarasitkan telur
inang sampai berhasil menjadi imago dan total kemunculan imago.
Analisis Statistik. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak
lengkap dengan enam kali ulangan dihitung dengan menggunakan program
stastistik SAS 9.1.3 Portable dan tabulasi menggunakan program Microsoft Excel
2007.
7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Biologi Parasitoid Telur Famili Trichogrammatidae

Hasil pengamatan menunjukkan perbedaan morfologi T. japonicum dan T.


nana terletak pada bagian antena dan sayap depan (Gambar 4). Parasitoid telur ini
tergolong ke dalam serangga endoparasitoid. Trichogrammatidae merupakan
parasitoid telur dengan ukuran yang sangat kecil (<0.5mm), sayap memilki
rumbai (fringe setae), mata berwarna merah (Kalshoven 1983).
a b c

e f g h

Gambar 4 Ciri morfologi imago T. japonicum (a-d) dan T. nana (e-h): (a)
imago jantan T. japoicum, (b) antena jantan, (c) antena betina, (d)
sayap depan, (e) imago jantan T. nana, (f) antena jantan, (g) antena
betina, (h) sayap depan (perbesaran 40 × 10)
T. japonicum memiliki antena berbentuk gada tidak beruas untuk imago
jantan dan betina, sedangkan T. nana jantan memiliki antena berbentuk gada
beruas tiga dan memiliki fenikula beruas dua dan antena betina berbentuk gada
dan fenikula beruas dua. T. japonicum memiliki fringe setae yang lebih pendek
daripada T. nana yang memilki fringe setae lebih panjang, T. japonicum memiliki
trichia pada remigium banyak sedangkan T. nana memiliki trichia lebih sedikit,
dan pada sayap depan T. japonicum memiliki Rs1 sedangkan T. nana tidak ada.
Perkembangan biologi T. japonicum dan T. nana bergantung pada pengaruh
suhu. Suhu merupakan faktor penting dalam menentukan lama siklus hidup
parasitoid serta rata-rata reproduksi maksimum dapat terjadi pada suhu
lingkungan 27 ºC dan kelembapan relatif 70%-80% (Sweetman 1963). Total
periode perkembangannya rata-rata tujuh sampai sembilan hari, sama dengan
perkembangan T. chilonis. Menurut Alba (1978), imago parasitoid betina mampu
8

memarasit telur 99.25% pada hari pertama dan rata-rata memproduksi 20.36 telur
ketika memarasit inang dengan nisbah kelamin 1 jantan : 2.9 betina.
Menurut Murtiyarini (2001), parasitoid ini mengalami metamorfosis
sempurna, yaitu fase telur – larva I – larva II – larva III – prapupa – pupa –
dewasa. Fase telur pada parasitoid ini terjadi saat imago betina menusukkan
ovipositornya ke dalam telur inang. Imago betina mampu memproduksi telur
sebanyak 20-50 butir telur (Kalshoven 1981). Masa inkubasi telur T. japonicum
dan T. nana selama ± 22 jam atau satu hari. Perkembangan telur menjadi embrio
terjadi setelah telur berumur 72 jam. Proses pengenalan inang oleh parasitoid
menyangkut berbagai faktor, antara lain ukuran, bentuk, tekstur serta kairomon.
Pada hari ke-tiga setelah diparasitkan, telur inang mulai berubah warna menjadi
hitam keabu-abuan. Menghitamnya kulit telur menandai bahwa mulai
terbentuknya larva parasitoid didalam telur, namun saat pengamatan belum
berhasil menemukan bentuk fase larva dari kedua parasitoid ini. Seiring dengan
mematangnya jaringan embrio serta meningkatnya jumlah sel dalam telur, maka
meningkat pula kompetisi antara larva parasitoid dengan embrio itu sendiri dalam
mendapatkan sumber nutrisi (Goldstein et al. 1983).

(a) (b)
Gambar 5 Kertas pias yang berisikan telur inang C. cephalonica: (a) telur inang
yang belum terparasit, (b) telur inang yang telah terparasit
(perbesaran 40 × 10)
Fase prapupa mulai terbentuk pada hari kelima setelah telur diparasitkan.
Pada fase prapupa ini ditandai dengan terbentuknya mata dan bentuknya lebih
memanjang. Menurut Mangangantung (2001), fase prapupa Hymenoptera
mempunyai dua fase berbeda, yaitu fase eonimfa dan pronimfa. Fase eonimfa
memiliki bentuk yang lebih pendek dan gemuk berwarna putih buram. Fase
pronimfa ditandai dengan bentuk yang lebih panjang dan mata sudah tampak
namun belum terlihat jelas. Fase pupa berwarna kuning muda yang secara
perlahan berubah menjadi coklat kehitaman. Pada fase pupa struktur serangga
dewasa sudah lengkap dengan tampak jelas (Hagens dalam Mangangantung
2001). Pupa T. japonicum dan T. nana berbentuk eksarata yaitu, bakal sayap dan
bakal tungkai nampak jelas dari luar dan bebas (Gambar 6). Imago parasitoid
muncul dengan cara membuat lubang dari korion telur inang. Imago muncul pada
hari ke-8. Pada umumnya imago jantan keluar terlebih dahulu daripada betina.
Ukuran tubuh betina lebih besar daripada jantan. Setelah muncul, imago segera
berkopulasi. Betina hanya berkopulasi satu kali, tetapi imago jantan mampu
berkopulasi berkali-kali (Godfray 1994).
9

(a)

(a) (b)
Gambar 6 Bentuk pupa parasitoid telur, Trichogramma japonicum (a),
Trichogrammatoidea nana (b) (perbesaran 40 × 10)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembiakan massal yang rutin
dilakukan dan umur generasi T. japonicum dan T. nana tidak memengaruhi secara
langsung siklus hidup dari parasitoid tersebut. Siklus hidup T. japonicum dan T.
nana ± 9 hari mulai dari imago diberikan pias sampai muncul imago baru. Rata-
rata lama perkembangan T. japonicum lebih cepat (8.31-8.79 hari), dibandingkan
T. nana (9.04-9.51 hari) (Tabel 1) dengan persentase awal kemunculan imago T.
japonicum lebih tinggi pada hari ke-8 sebesar 63.86%, dibandingkan T. nana lebih
rendah sebesar 35.09%. Imago T. japonicum terakhir muncul pada hari ke-12
sebesar 1.09%, lebih cepat dibandingkan kemunculan imago T. nana sebesar 0.5%
pada hari ke-13 (Gambar 7). T. nana memiliki ketahanan hidup relatif panjang
dibandingkan dengan T. japonicum. Ketahanan setiap masing-masing parasitoid
berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh parasitoid yang telah lama dikembang
biakkan di dalam laboratorium sehingga ketahanan tubuh masing-masing
parasitoid menurun. Ketahanan hidup merupakan salah satu variabel yang
digunakan sebagai dasar untuk memastikan interval pelepasan parasitoid di
lapangan (Sujak dan Sunarto 2011).
Tabel 1 Lama perkembangan parasitoid telur T. japonicum dan T. nana
Lama Perkembangan Parasitoid
Total Imago*
Ulangan Telur (hari)
T. japonicum T. nana T. japonicum T. nana
1 67 67 8.61 9.29
2 65 57 8.46 9.31
3 77 58 8.51 9.51
4 59 66 8.79 9.40
5 54 40 8.31 9.12
6 56 62 8.69 9.04
Rata-rata 8.57 ± 0.17 9.28 ± 0.17
*dari jumlah 100 telur pada pias yang diumpankan
10

100
Persentase kemunculan
80 Trichogramma japonicum

60 Trichogrammatoidea nana

40
20
0
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Hari kemunculan imago

Gambar 7 Persentase laju pemunculan imago T. japonicum dan T.nana

Pengaruh Lama Pemarasitan terhadap Parasitisasi dan Kemunculan Imago


Trichogrammatidae

Hasil pengujian menunjukkan bahwa lamanya waktu memarasit tidak


memengaruhi parasitisasi T. japonicum dan T. nana. Pada tabel 2 dapat dilihat
bahwa parasitisasi yang terjadi pada kedua parasitoid tidak berbeda nyata. Hal ini
menunjukkan bahwa perlakuan tiga jam sudah menunjukkan hasil parasitisasi
yang cukup baik. Parasitisasi pada pengujian ini cukup baik karena indikator
persentase parasitisasi yang baik adalah sebesar 60% (Strand 1985). Lamanya
waktu pemarasitan juga tidak memengaruhi ketertarikan imago parasitoid
terhadap inangnya meskipun parasitoid yang digunakan lebih dari 100 generasi
(Yuanita 2002).
Tabel 2 Pengaruh lama pemarasitan terhadap tingkat parasitisasi pada pengujian
waktu memarasit pada parasitoid telur T. japonicum dan T. nana

Lama pemarasitan (jam) Jumlah telur yang terparasit*


T. japonicum T. nana
24 60.66a** 64.05a
12 59.88a 66.32a
6 57.26a 66.45a
3 50.66a 63.59a
* dari jumlah 100 telur pada pias yang diparasitkan
**angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata pada uji selang berganda Duncan pada taraf nyata 5%

Jumlah imago yang muncul menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata.
Tabel 3 menunjukkan bahwa lamanya pemarasitan tidak memengaruhi pada
kemunculan imago parasitoid T. japonicum dan T. nana. Jumlah imago yang
11

muncul dipengaruhi oleh kuantitas serta kualitas makanan yang diperoleh pada
saat di dalam telur inang (Schmidt 1994).
Imago yang muncul dari telur inang yang terparasit tidak semuanya berhasil,
hal ini bisa terjadi oleh beberapa faktor seperti kebugaran dari telur inang,
kurangnya nutrisi, dan adanya predator. Menurut Usyati (2003), predator utama
Trichogrammatidae adalah semut, larva Chrysopid, dan larva atau imago
Coccinellid.
Tabel 3 Pengaruh lama pemarasitan terhadap jumlah imago yang muncul pada
pengujian waktu memarasit pada parasitoid telur T. japonicum dan T.
nana
Jumlah imago yang muncul*
Lama pemarasitan
T. japonicum T. nana
24 50.32a** 51.89a
12 50.82a 56.43a
6 49.22a 52.77a
3 42.50a 52.05a
* dari jumlah 100 telur pada pias yang diumpankan
** angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata pada uji selang berganda Duncan pada taraf nyata 5%

Pengaruh Umur Telur Inang C. Cephalonica Terhadap Parasitisasi dan


Kemunculan Imago Trichogrammatidae

Hasil pengujian umur telur C. cephalonica menunjukkan bahwa umur telur


inang C. cephalonica tidak memengaruhi parasitisasi T. japonicum dan T. nana.
Namun, pada umur telur satu hari T. japonicum dan T. nana memiliki nilai
parasitisasi yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan umur telur dua hari dan
tiga hari (Tabel 4). Rendahnya parasitisasi terjadi karena umur inang terlalu tua.
Selain itu juga, rendahnya parasitisasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor
seperti faktor biologi, fisik lingkungan, dan faktor kimia.
Tabel 4 Pengaruh umur telur inang C. cephalonica terhadap tingkat
parasitisasi pada parasitoid telur T. japonicum dan T. nana

Jumlah telur terparasit*


Umur telur inang
T. japonicum T. nana
1 hari 71.83a** 63.83a
2 hari 60.17a 57.83a
3 hari 59.17a 49.83a
* dari jumlah 100 telur pada pias yang diumpankan
** angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata pada uji selang berganda Duncan pada taraf nyata 5%

Faktor biologi, seperti lama hidup, kebugaran, lama generasi, ukuran tubuh,
dan lain-lain yang memengaruhi aktifitas parasitoid. Faktor fisik lingkungan,
seperti cahaya, kelembapan, dan suhu dapat dijadikan sinyal oleh parasitoid untuk
12

menemukan inangnya. Perubahan suhu mampu memengaruhi aktifitas perilaku


parasitoid, misalnya dalam penangan dan laju pencarian inang. Faktor kimia,
seperti senyawa kimia yang dikeluarkan oleh telur inang dapat menjadi tanda bagi
parasitoid dalam menemukan inangnya.
Jumlah imago yang muncul pada pengujian umur telur inang menunjukkan
hasil yang berbeda nyata pada parasitoid T. japonicum, namun sebaliknya tidak
berbeda nyata pada parasitoid T. nana. Jumlah imago tertinggi terjadi pada umur
telur satu hari dan terendah terjadi pada umur telur tiga hari, namun umur telur
dua atau tiga hari menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan
oleh telur C. cephalonica yang telah berumur tiga hari lebih dulu berkembang
apabila dibandingkan dengan kedua umur C. cephalonica lainnya dan
menyebabkan tingginya kompetisi antara embrio C. cephalonica dengan larva
parasitoid untuk mendapatkan nutrisi di dalam telur inang
Tabel 5 Pengaruh umur telur inang C. cephalonica terhadap jumlah imago yang
muncul pada parasitoid telur T. japonicum dan T. nana
Jumlah imago yang muncul*
Umur telur inang
T. japonicum T. nana
1 hari 62.67a** 52.83a
2 hari 47.00b 47.00a
3 hari 43.33b 40.17a
* dari jumlah 100 telur pada pias yang diumpankan
** angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata pada uji selang berganda Duncan pada taraf nyata 5%

Adapun parasitoid yang tidak muncul dari telur inang karena mengalami
kematian. Dari beberapa telur inang yang terparasit, ditemukan telur inang yang
masih utuh tanpa adanya lubang bekas keluar imago. Dari hasil pengamatan,
diketahui parasitoid mati sebelum berhasil menjadi imago yaitu berada dalam fase
pupa. Faktor lain yang mungkin terjadi adalah ketidakcocokan parasitoid terhadap
inang pada saat proses pengenalan inang yang disebabkan oleh umur telur inang
yang sudah terlalu tua. Kecocokan inang ini memengaruhi perkembangan
parasitoid (Vinson dan Iwantch 1980). Selain itu, faktor lain yang dapat juga
memengaruhi tingkat keberhasilan kemunculan imago parasitoid, yaitu sistem
ketahanan dari inang (Susniahti dan Susanto 2005).
Ciri-ciri kebugaran Trichogrammatidae yang telah banyak dipelajari antara
lain, potensi produksi telur, potensi produksi maksimum, lama hidup, dan
keberhasilan kawin setiap individu dalam suatu kompetisi dengan individu lain.
Kebugaran parasitoid betina erat hubungannya dengan kualitas telur inang yang
diparasit (Godfray 1994). Imago betina Trichogrammatidae menentukan ukuran
dan kualitas telur inang dengan cara mengelilingi telur inang, meraba-raba dengan
antenanya untuk beberapa saat, jika merasa siap untuk diparasitkan imago betina
akan menusukkan ovipositornya ke dalam telur inang menembus korion untuk
meletakkan satu telur atau lebih tergantung pada ukuran telur inang tersebut
(Hassan 1993).
13

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siklus hidup T. japonicum dan T. nana


± 9 hari dengan laju kemunculan imago relatif sama, yaitu pada hari ke 8-12 untuk
T. japonicum, dan hari ke 8-13 untuk T. nana. Perbedaan morfologi T. japonicum
dan T. nana terletak pada bagian antena dan sayap depan. Tingkat parasitisasi dan
kemunculan imago T. japonicum dan T. nana tidak dipengaruhi oleh lamanya
waktu pemarasitan. Tingkat parasitisasi T. japonicum dan T. nana tidak
dipengaruhi umur inang (C. cephalonica). Tingkat keberhasilan T. japonicum
berkembang menjadi imago lebih tinggi pada telur muda (1 hari) dibandingkan
telur yang lebih tua (2 dan 3 hari), sedangkan tingkat keberhasilan T. nana
berkembang menjadi imago tidak dipengaruhi oleh umur inang.

Saran

Perlu dilakukan pengujian penggunaan telur inang C. cephalonica steril


atau tidak steril agar dapat melengkapi informasi pembiakan dan pemeliharaan
parasitoid telur di laboratorium.
14
15

DAFTAR PUSTAKA

Alba MC. 1978. Biology of Trichogramma spp. and their effectiveness as


biological control for the sugarcane stem borer Tetramoera schistaceana Sn
[thesis]. Laguna (PH): UP Los Baños College.
Alba MC. 1988. Trichogrammatids in the Philippines. Phillip Ent. 7: 253-271.
Buchori D, Meilin A, Hidayat P, Sahari B. 2010. Species distribution of
Trichogramma and Trichogrammatoidea genus (Hymenoptera:
Trichogrammatidae) in Java. J. ISSAAS. 16(1): 83-96.
DeBach P. 1973. The scope of biological control. Di dalam: DeBach P, editor.
Biological control of Insect Pests and Weeds. London (UK): Chapman and
Hall LTD.
Godfray HCJ. 1994. Parasitoids; Behavioral and Evolutionary Ecology. New
Jersey (US): Princeton University Press.
Goldstein LF, Burbutis PB, Ward DG. 1983. Rearing Trichogramma nubilale
(Hymenoptera:Trichogrammatidae) irradiated eggs of the European Corn
Borer, Ostrinia nubilalis (Lepidoptera:Pyralidae). J. Econ. Entomol. 76:
969-971.
Hasriyanty. 2006. Perilaku, pola peletakan telur, dan efisiensi pemarasitan
parasitoid Trichogramma chilotreae Nagaraja dan Nagarkatti
(Hymenoptera: Trichogrammatidae) pada berbagai jumlah inang dan
kepadatan parasitoid [tesis]. Institut Pertanian Bogor.
Hasriyanty. 2008. Jumlah inang dan kepadatan parasitoid: pengaruhnya terhadap
perilaku self superparasitism parasitoid Trichogramma chilotraeae
Nagaraja dan Nagarkatti (Hymenoptera : Trichogrammatidae). J Agroland.
15(1): 27–21.
Hassan SA. 1993. The mass rearing and utilization of Trichogramma to control
Lepidopterous pest; Achievements and Outlook. Pestic Sci. 37:387-391.
Herlinda S. 2002. Teknologi produksi massal dan pemanfaatan parasitoid
telur hama sayuran. Di dalam: Kerjasama Himpunan Mahasiswa Teknologi
Pertanian (HIMATETA), Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan (PATPI)
Sumbagsel, dan Perhimpunan Teknik Pertanian (PAPETA) Sumsel, editor.
Prosiding Seminar Nasional Agribisnis dan Agroindustri Unggulan dan
Andalan Daerah di Era Otonomi; 2002 Oktober 7; Palembang, Indonesia.
Palembang (ID): Universitas Sriwijaya. hlm 1-8.
Jannah M. 2010. Informasi dasar parassitoid telur Trichogramma chilonis Ishii
(Hymenoptera: Trichogrammatidae) dalam kaitannya dengan pengendalian
hayati [skripsi]. Institut Pertanian Bogor.
Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Lan PA van der,
penerjemah. Jakarta (ID): Ichtiar Baru-van Hoeve. Terjemahan dari: De
Plagens van de Cultuurgewassen in Indonesie.
Kalyebi A, Overholt WA, Schulthess F, Mueke JM, Hassan SA, Sithanantham S.
2005. Functional response of six indigenous trichogrammatid egg
parasitoids (Hymenoptera:Trichogrammatidae) in Kenya: influence of
temperature and relative humidity. Biol Con. 32:164-171.
16

Li YL. 1994. Worldwide use of Trichogramma for biological control on different


crops: a survey. Wajnberg E and Hassan SA, editor. Biological Control with
Egg Parasitoid. UK: CAB International. 37-54.
Mangangantung H. 2001. Kebugaran enam populasi parasitoid
Trichogrammatidae (Hymenoptera) dari Jawa Barat dan Jawa Tengah yang
dibiakkan pada serangga inang Corcyra cephalonica Stainton (Lepidoptera:
Pyralidae) [skripsi]. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas
Pertanian, IPB.
Maryani Y. 2013. “Trap and Kill” Teknologi Pengendalian Hama Penggerek
Batang Tebu dengan Aplikasi Perangkap Feromon. Jakarta (ID): Direktorat
Perlindungan Perkebunan.
Meidalima D. 2014.Parasitoid hama penggerek batang dan pucuk tebu di Cinta
Manis, Ogan Ilir Sumatera Selatan. Biosaintifika. 6(1):1-7.
Meilin A. 1999. Keragaman karakter morfologi dan genetik populasi parasitoid
telur Trichogramma spp. dan Trichogrammatoidea spp. (Hymenoptera:
Trichogrammatidae) dari daerah geografis yang berbeda di pulau Jawa
[tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Murtiyarini. 2001. Penyimpanan suhu rendah pada beberapa fase hidup parasitoid:
pengaruhnya terhadap parasitisasi dan kebugaran Trichogrammatoidea
armigera Nagaraja (Hymenoptera:Trichogrammatidae) [skripsi]. Jurusan
Hama dan Penyakit, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Nagarkatti S and Nagaraja H. 1977. Biosystematics of Trichogramma and
Trichogrammatoidea species. Ann. Rev. Entomol. 22:157-176.
Nurindah dan Bindra OS. 1989. Studies on Trichogramma spp. (Hymenoptera:
Trichogrammatidae) in the control of Heliothis armigera Hubner
(Lepidoptera: Noctuidae). Biotrop. Spec. Publ. 36: 165-173.
Pabbage MS. 2013. Kinerja Parasitoid Trichogramma evanescens Westwood
dalam pengendalian penggerek batang jagung Ostrinia furnacalis Guenee di
lapangan. Di dalam : Agus hasbianto, editor. Prosiding Seminar Nasional
Inovasi Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan 2013; 26-27 Maret 2013;
Banjar baru, Indonesia. Banjar baru (ID): BPTP Kalimantan Selatan. hlm
106-115.
Pramono D. 2005. Seri Pengelolaan Hama Tebu Secara Terpadu. Seri Pertanian
2. Malang (ID): Dioma.
Rachman MNY. 2006. Tanggap fungsional parasitoid telur Trichogramma
prestiosum Riley terhadap telur inang Corcyra cephalonica Stainton pada
pertanaman kedelai [skripsi]. Bogor (ID): Departemen HPT, Fakultas
Pertanian, IPB.
Ramlan. 2001. Kajian pelepasan populasi parasitoid Trichogrammatidae untuk
pengendalian Helicoverpa armigera Hubner dan dampaknya terhadap
komunitas arthropoda pada pertanaman kedelai [tesis]. Program
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Schimdt JM. 1994. Host recognition and acceptance by Trichogramma. Wajnberg
and SA Hassan, editor. CAB Int. 79-95.
Strand MR. 1985. The physiological interactions of parasitoids with their hosts
and their influence on reproductive strategies. Waage J and Greathead D,
editor. Di dalam: Insect Parasitoid. 13th Symphosium of The Royal
Entomological Society of London. Departement of Physics Lecture Theatre
17

Imerial College; London, 18-19 Sept 1985. London (UK): Academic Press
London. hlm 97-136.
Sujak, Sunarto DA. 2011. Kapasitas reproduksi parasitoid telur
Trichogrammatoidea nana Zehntner (Hymenoptera:Trichogrammatidae).
Agrovigor. 4(2): 93-98.
Susniahti N, Susanto A. 2005. Pengaruh umur telur Corcyra cephalonica Stainton
yang diradiasi ultraviolet terhadap perkembangan parasitoid Trichogramma
japonicum Ash. Agrikultura. 16(3) 181-188.
Sweetman HL. 1963. The Principles of Biological Control; Interrelation of Hosts
and Pests and Utilization in Regulation of Animal and Plant Population.
Dubuque (US): WM.C.Brown Co.Inc
Vinson SB, Iwantsch GF. 1980. Host suitability for insect parasitoid.
Ann.Rev.Entomology. 397-419.
Yuanita R. 2002. Pembiakan parasitoid telur Trichogrammatoidea spp.
(Hymenoptera:Trichogrammatidae) selama 100 generasi: implikasinya
terhadap preferensi dan kebugaran parasitoid pada lima jenis inang [skripsi].
Bogor (ID): Departemen HPT, Fakultas Pertanian, IPB.
Zahro’in E. 2014. Upaya pengendalian organisme penganggu tanaman tebu dalam
pengawalan swasembada gula nasional tahun 2014.[Internet].[diunduh 2015
Nov 10]. Tersedia pada: http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpsurabaya/
berita-694-upaya-pengendalian-opt-tanaman-tebu-dalam-pengawalan-
program-swasembada-gula-nasional-tahun-2014.
18
19

LAMPIRAN
20
19

Lampiran 1 Lama perkembangan Trichogrammatoidea nana

Lama Perkembangan Trichogrammatoidea nana (hari)


Ulangan LP
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 192 180 110 55 60 26 0 0 0 0 9.298507
2 120 198 100 77 36 0 0 0 0 0 9.315789
3 152 162 100 77 48 13 0 0 0 0 9.517241
4 248 171 100 66 36 0 0 0 0 0 9.409091
5 96 135 90 44 0 0 0 0 0 0 9.125
6 192 189 100 44 36 0 0 0 0 0 9.048387
Rata-rata 9.285669

Lampiran 2 Persentase laju pemunculan imago Trichogrammatoidea nana

Persentase Laju Pemunculan Imago Trichogrammatoidea nana


Ulangan
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 35.8209 29.85075 16.41791 7.462687 7.462687 2.985075 0 0 0 0
2 26.31579 38.59649 17.54386 12.2807 5.263158 0 0 0 0 0
3 32.75862 31.03448 17.24138 12.06897 6.896552 1.724138 0 0 0 0
4 46.9697 28.78788 15.15152 9.090909 0 0 0 0 0 0
5 30 37.5 22.5 10 0 0 0 0 0 0
6 38.70968 33.87097 16.12903 6.451613 4.83871 0 0 0 0 0
Rata-rata 35.09578 33.27343 17.49728 9.559146 4.076851 0.784869 0 0 0 0
21
Lampiran 3 Lama perkembangan Trichogramma japonicum

Lama perkembangan Trichogramma japonicum (hari)


Ulangan LP
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 344 108 80 33 12 0 0 0 0 0 8.61194
2 344 144 40 22 0 0 0 0 0 0 8.46154
3 384 189 50 33 0 0 0 0 0 0 8.51948
4 288 81 70 44 36 0 0 0 0 0 8.79661
5 328 81 40 0 0 0 0 0 0 0 8.31481
6 240 135 90 22 0 0 0 0 0 0 8.69643
Rata-rata 8.5668

Lampiran 4 Persentase laju pemunculan imago Trichogramma japonicum

Persentase Laju Pemunculan Imago Trichogramma japonicum


Ulangan
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 64.1791 17.91045 11.9403 4.477612 1.492537 0 0 0 0 0
2 66.15385 24.61538 6.153846 3.076923 0 0 0 0 0 0
3 62.33766 27.27273 6.493506 3.896104 0 0 0 0 0 0
4 61.01695 15.25424 11.86441 6.779661 5.084746 0 0 0 0 0
5 75.92593 16.66667 7.407407 0 0 0 0 0 0 0
6 53.57143 26.78571 16.07143 3.571429 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 63.86415 21.41753 9.988482 3.633621 1.096214 0 0 0 0 0
23

21
23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung pada tanggal 21 Mei 1993. Penulis adalah


anak kedua dari Bapak Ir. Kuswara Irianto dan Ibu Wiwara Widi Hartati. Penulis
menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Pasundan 1 Bandung
pada program IPA dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis
diterima sebagai mahasiswa program studi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Tulis Mandiri IPB.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan dan
kepanitiaan pada Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA),
termasuk menjadi anggota pengurus di Divisi Eksternal Informasi pada tahun
2014. Penulis pernah mengikuti kepanitian dalam acara Serie A Action Fakultas
Pertanian sebagai anggota divisi Humas. Penulis juga aktif dalam mengikuti
kegiatan Serie A dalam cabang olahraga basket, futsal, dan aerobik pada tahun
2013, serta aktif mengikuti kegiatan OMI (Olimpiade Mahasiswa IPB) dalam
cabang aerobik pada tahun 2014 dan 2015.

Anda mungkin juga menyukai