Anda di halaman 1dari 10

A.

WAKTU DAN TEMPAT


 WAKTU
Jum’at, 23 April 2021
15.00 – 18.15
 TEMPAT
Kel. Sangaji
Kampus B

B. TUJUAN
1. Mengetahui jenis umpan dan cara penangkapan tikus.
2. Mengetahui jenis/spesies melalui ciri-ciri morfologi tikus.
3. Mengetahui cara penangkapan ektoparasit pada tikus.

1
C. DASAR TEORI

Tikus merupakan satwa liar dan sangat sering berhubungan dengan manusia. Tikus
merupakan binatang yang paling menikmati positif dari kemajuan ekonomi negara – negara
Asia. Hubungan tikus dengan manusia seringkali bersifat parasitisme, (Priyambodo S, 2006)
tikus dan mencit adalah hewan mengerat (rodensia) yang lebih dikenal sebagai hama tanaman
pertanian, perusak barang digudang dan hewan penggangu yang menjijikan di perumahan.
Belum banyak diketahui dan disadari bahwa kelompok hewan ini juga membawa,
menyebarkan dan menularkan berbagai penyakit kepada manusia, ternak dan hewan
peliharaan. Menimbulkan rasa takut/jijik pada orang tertentu. Hampir tidak ada informasi
menguntungkan tentang tikus bagi manusia, terkecuali untuk binatang percobaan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.

Tikus sebagian besar aktivitas hidupnya berada di lingkungan manusia (commensal),


keberadaan binatang 2 tersebut sering diabaikan, banyak orang tidak peduli terhadap adanya
tikus dalam rumah, bahkan secara sadar ataupun tidak manusia sendiri menyediakan
makanan, tempat berlindung, dan sarana transportasi bagi binatang tersebut. Tikus sering
menimbulkan kerugian bagi manusia, baik kerugian secara materi, maupun kerugian jasmani
misalnya menularkan penyakit {pes, leptospirosis, demam semak (scrub typhus),
Haemorragic Fever with Renal Syndrom (hanta virus), salmonellosis}. (Gage, K.L., 1996)

Menurut Weber (1982), menyatakan bahwa dengan berkembangnya teknologi


kesehatan modern diketahui bahwa tikus berpotensi menularkan 31 jenis penyakit cacing, 28
jenis penyakit virus, 26 penyakit bakteri, 14 jenis penyakit protozoa, 8 jenis penyakit
ricketsia, dan 4 jenis penyakit jamur. Dampak yang diakibatkan penyakit tersebut dapat
ringan sampai fatal bagi kesehatan manusia dan hewan, bahkan beberapa jenis penyakit
sangat mematikan baik bagi manusia maupun hewan ternak.

Pengenalan kehidupan tikus pada umumnya ditujukan untuk kebutuhan pengendalian


populasi, gangguan dibidang pertanian, kesehatan, dan rumah tangga telah menarik perhatian
petugas pertanian, kesehatan, para ilmuwan biologi, kesehatan masyarakat, kimia dan
sebagainya. Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih mendalam kehidupan tikus demi
keberhasilan pengendalian, maka mempelajari aspek biologinya, terutama morfologi,
taksonomi dan ekologi merupakan hal yang harus dilakukan

2
D. PROSEDUR KERJA
 Alat
1. Perangkap tikus
2. Cutter
3. Jarum
4. Benang
5. Jarum/ spoid 5cc dan 3cc
6. Penggaris
7. Sisir kutu
8. Wadah/baskom

 Bahan
1. Formalin
2. Alqohol
3. Kapas
4. kloroform

E. CARA KERJA

1. Pre Biting

a. Pasanglah berbagai makanan ditempat-tempat yang akan dipasang perangkap


tikus (sesuai dengan kaidah sampling). Hindarkan kemungkinan termakan oleh
binatang.
b. Biarkan selama sehari semalam, kemudian amati jenis makanan yang paling
banyak dimakan oleh tikus.
c. Ulangi cara diatas, hingga diperoleh data yang cuckup meyakinkan.
d. Interpretasi data diatas ialah : makanan yang paling banyak dimakan oleh tikus,
berarti paling disukai.

3
2. Trapping
a. Semua perangkap yang akan dipakai, dicuci terlebih dahulu, dengan
memasukanya pada air panas, untuk menghilangkan lemak/bau khas tikus. Gunakan
perangkap tikus hidup (Cage Trap)
b. Pasanglah perangkap dibeberapa tempat (sesuai dengan kaidah sampling),
dengan menggunakan umpan berdasarkan data dari Pre Biting. Waktu pemasangan
dilakukan sore hari.
c. Pada pagi hari berikutnya, semua perangkap diambil. Pisahkan antara perangkap
yang kosong dan perangkap yang ada tikusnya.
d. Perangkap yang ada tikusnya dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi
tikusnya dan ektoparasitnya

2. Identificating

a. Perangkap yang ada tikusnya dimasukan pada kantong plastik, kemudian


kantong diikat rapat.
b. Ambil chloroform dengan spuit, kemudian disuntikan kedalam kantong
tersebut.
c. Diamkan beberapa saat hingga tikus mati, kemudian kantong dibuka, dengan mulut
kantong tidak berhadapan dengan kita.
d. Bila perlu, semprotkan insectisida aerosol kedalam kantong untuk membunuh
ektoparasit yang tidak mati oleh chloroform.
e. Perangkap dikeluarkan dari kantong, dan tikus yang mati dikeluarkan dari
perangkap.
f. Lakukan penyisiran (dengan sikat sepatu) terhadap tikus tersebut untuk mendapatkan
ektoparasit.
g. Ektoparasit yang diperoleh, dimasukan pada botol yang diberi bahan pengawet
(misal : alkohol), unutk identifikasi pada waktu yang lain.
h. Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan dan pengukuran terhadap tikus tersebut
dengan kunci identifikasi.dapat pula dilakukan pengukuran terutama terhadap
warana punggung,warna dada dan perut, warna ekor, Panjang kepala ditambah badan

4
(H&B), ekor (T), Cakar/kaki belakang (HF), telinga (E), tengkorak (SK), dan
susunan susu (Mamae).
i. Interpretasi data diatas, sesuai dengan kunci identifikasi, atau mencocokan
pada tabel deskripsi tikus.

F. HASIL IDENTIFIKASI

N P.
JENIS P. P. P. SATU U. P. L. JMLH U. W. W.
O TIKUS EKOR BADAN KEPALA BADAN TANGAN KAKI BADAN MAMAE TELINGA KUKU W. EKOR DADA

Tikus 21 48 9 8 Putih Sawo Coklat


1
Got cm 22 cm 6 cm cm 6 cm cm 8 cm Mamae 2 cm Pucat Matang Muda

DOKUMENTASI

 Pembiusan tikus menggunakan kloroform

 Penyisiran Tikus

5
 Pengukuran

 Pembedahaan

6
G. PEMBAHASAN
 Mengambil tikus dari perangkap
Pada dasarnya tikus tidak nyaman berada dalam perangkap dan
berusaha untuk keluar atau melawan, proses memasukkan tikus ke dalam
kantong harus dilakukan dengan hati hati agar tidak lepas. Siapkan label berisi
kode/nomor rumah tikus tertangkap kemudian kantong diletakkan diujung
perangkap dan usahakan rapat dengan perangkap. Tekan dengan hati hati
pengungkit untuk membuka perangkap, perlu diperhatikan ujung perangkap
sering tertahan oleh kantong dan apabila dipaksa bisa berakibat kantong
terbuka sehingga tikus dapat lepas. Setelah tikus masuk kedalam kantong
tekan ujung kantong dekat perangkap kemudian lepaskan dari perangkap dan
ditali. Pasang label lapangan pada masing masing kantong bertikus sesuai
dengan nomor rumah tikus tertangkap,1 kantong berisi 1 tikus.

 Pembiusan
Salah satu metode aplikasi obat bius paling efektif adalah dengan cara
penyuntikan formalin pada tikus. Dengan tujuan menghilangkan fungsi panca
indera, aktifitas motorik, ingatan dan aktivitas emosional otak tanpa
mengganggu serebral kortex sehingga mempermudah prosesing tikus.
 Pengambilan Ektoparasit
Ektoparasit pada tikus dikelompokkan menjadi 5 group: pinjal, kutu,
caplak, tungau dan larva tungau. Spesies beberapa ektoparasit sangat spesifik
dan terbagi menurut bagian badan dan spesies inangnya. Merupakan vektor
dari beberapa penyakit bersumber virus, bakteri, dan riketsia (Pes, murine
thypus, encephalitis, haemoragic with renal syndrom). Distribusi kutu dan
pinjal pada badan tikus baik dorsal maupun ventral, caplak pada lipatan leher
dan kaki depan sedangkan tungau berada di punggung bagian belakang.
 Pengukuran dilakukan untuk identifik asi jenis tikus, satuan panjang dalam
milimeter (mm) dan berat dalam gram. Selain pengukuran penghitungan
jumlah puting susu juga menentukan jenis spesies, rumus penghitungan
jumlah pasang putting susu dibagian dada ditambah jumlah di bagian perut
(2+2, 2+3, 3+2 atau 3+3). (lihat hal 24) Langkah langkah pengukuran pada
tikus meliputi:
7
 Panjang Total (Total Length): tikus diletakkan telentang disisi/diatas
penggaris, diukur dari ujung moncong sampai ujung ekor.
 Panjang ekor (Tail): diukur dari pangkal sampai ujung ekor
 Panjang kaki belakang (Hind Foot): diukur dari ujung tumit sampai ujung
daging paling panjang, apabila kuku ikut diukur harus diberi tanda
 Panjang telinga (Ear): diukur dari pangkal telinga sampai ujung daun telinga
tertinggi.
 Panjang kepala, diukur menggunakan caliper dari tengkuk sampai moncong
(penghitungan kira kira untuk mendapatkan panjang tengkorak: panjang
kepala terukur dikurangi 0,3-0,5 mm)
 Pencatatan jumlah puting susu pada tikus betina dan besar testis pada tikus
jantan (panjang x lebar) 7.

8
Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang dilakukan mengenai penangkapan Ekstoparasit pada tikus yang
tertangkap dipasar hygine Gamalama dapat disimpulkan sebagai berikut:

a) Dapat mengetahui jenis atau spesies tikus yang ada melalui identifikasi maupun
deskripsi. Jenis tikus yang ditangkap yaitu tikus got (Rattus Norvegicus) dan berjenis
kelamin betina.
b) Jumlah tikus yang tertangkap yaitu satu ekor.
c) Untuk mengetahui jenis umpan yang diberikan terhadap tikus, yaitu dengan
menggnakan umpan ikan asin.

9
DAFTAR PUSTAKA

B. Yuliadi, Muhidin, Siska Indriyani / tikus jawa teknik survey di bidang kesehatan,
2016

Aplin, K.P., Brown, P.R., Jacob, J., Krebs, C.J. and

Singleton, G.R. 2003. Field methods for rodent studies in

Asia and the Indo-Pacific. ACIAR Monograph No. 100, 233p.

Barnett, A. & Dutton, J. (1995). Expedition Field

Techniques: Small Mammals (excluding bats). Expedition

Advisory Centre, London

10

Anda mungkin juga menyukai