KLINIK/TERAPAN
‘STAPHYLLOCOCCUS AUREUS’
OLEH :
KELOMPOK 6
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat limpahan rahmat dan karuniaNya saya dapat menyelesaika tugas
hambatan. Akan tetapi, karena adanya bantuan dari beberapa pihak tantangan
Jika dalam tugas ini masih terdapat kesalahan, kami mohon maaf. Akhir
kata semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi yang membaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................3
C. Tujuan..............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................4
A. Staphylococcus aureus.......................................................................................4
B. Klasifikasi..........................................................................................................6
C. Sifat..................................................................................................................7
D. Dosis Keracunan Staphylococcus aureus.............................................................8
E. Mekanisme Keracunan Staphylococcus aureus....................................................8
F. Bahan Pangan Sering Terkontaminasi Staphylococcus aureus.............................10
G. Patogenesis dan Konisasi.................................................................................10
H. Struktur Antigen..............................................................................................14
I. Faktor Virulensi...............................................................................................14
J. Manifestasi Klinik Infeksi Staphylococcus aureus...............................................17
J. Pencegahan Kontaminasi Staphylococcus aureus...............................................18
BAB III PENUTUP...................................................................................................……22
A. Kesimpulan.....................................................................................................22
B. Saran..............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penyebab penyakit infeksi adalah bakteri. Mikroorganisme alami yang ada dalam
flora normal ini tidak patogen, namun dalam keadaan tertentu dapat bersifat
patogen dan menimbulkan penyakit infeksi. Contoh flora normal yang dapat
terutama disekitar hidung, mulut, alat kelamin, dan sekitar anus. Dapat
kumpulan nanah atau cairan dalam jaringan yang disebabkan oleh infeksi.
Infeksi oleh S. aureus bisa menyebabkan sindroma kulit. Luka adalah kerusakan
Contoh yang paling mudah jika jari tangan tersayat oleh pisau, maka luka yang
timbul akan menyebabkan terjadinya kerusakan pada kulit sehingga kulit tidak
lagi dapat melindungi struktur yang ada dibawahnya. Infeksi pada luka dapat
terjadi jika luka terkontaminasi oleh debu atau bakteri, hal ini disebabkan karena
1
luka tidak dirawat dengan baik. Salah satu bakteri yang menyebabkan infeksi
bagian dari genus Staphylococcus. Bakteri ini pertama kali diamati dan dibiakan oleh
Pasteur dan Koch, kemudian diteliti secara lebih terinci oleh Ogston dan Rosenbach
pada era tahun 1880-an. Nama genus Staphylococcus diberikan oleh Ogston karena
bakteri ini, pada pengamatan mikroskopis berbentuk seperti setangkai buah anggur,
sedangkan nama spesies aureus diberikan oleh Rosenbach karena pada biakan murni,
bahwa S. aureus merupakan penyebab infeksi pada luka dan furunkel. Sejak itu S.
aureus dikenal secara luas sebagai penyebab infeksi pada pasien pascabedah dan
Gambar 1: Gambar
2
Staphylococcus aureus umumnya dilakukan pada kulit atau di hidung
orang sehat. Sekitar dua sampai tiga dari setiap sepuluh orang membawa bakteri
di hidung mereka. Hal ini dikenal sebagai 'penjajahan' bakteri yang hadir tetapi
tidak menyebabkan infeksi. Ketiak (aksila), pangkal paha dan di bawah lipatan
minor infeksi kulit, seperti jerawat, impetigo hal itu dapat menyebabkan bisul
tersiram air panas dan abses yang dapat menyebabkan infeksi paru-paru atau
pneumonia
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
manusia
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Staphylococcus Aureus
teratur seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak
bergerak. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk
pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 ºC). Koloni pada perbenihan padat
dan berkilau. Lebih dari 90% isolat klinik menghasilkan S. aureus yang
mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis yang berperan dalam virulensi
4
Gambar 2: Staphylococcus Aureus yang dilihat dari mikroskop
elektron.
saprophyticus.
pada kulit dan mukosa manusia yang dapat menjadi penyebab infeksi pada
manusia maupun hewan. S. aureus adalah patogen utama pada manusia dan
Selain itu, dapat juga mengancam jiwa seperti sepsis, berbagai infeksi
5
bakteri gram positif, tidak berspora, berbentuk kokus, dan tersusun
beberapa media dalam suasana aerob atau mikroaerofilik pada suhu 37ºC,
walaupun sebenarnya bisa tumbuh pada suhu 6ºC - 48ºC. Ukuran S. aureus
baik pada temperatur ruang sekitar 20º-25ºC. Sifat dari S.aureus adalah aerob
B. Klasifikasi
Domain : Bacteria
Kerajaan : Eubacteria
Filum : Firmicutes
6
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : S. aureus
C. Sifat
anggur yang tersusun rapi dan tidak teratur satu sama lain. Bakteri S. aureus
tumbuh dan berkembang biak pada suhu dari 50 oF - 120oF, dengan pertumbuhan yang
2. Sel-selnya bersifat gram positif dan tidak aktif melakukan pergerakan (non motil).
5. Menghasilkan katalase.
6. Sebagian besar adalah saprofit yang hidup di alam bebas, namun habitat
7. Bersifat β-hemolitik.
7
9. Menghasilkan pigmen kuning dan mungkin memproduksi eksotoksin.
Staphylococcus aureus. Waktu onset dari gejala keracunan biasanya cepat dan
akut, tergantung pada daya tahan tubuh dan banyaknya toksin yang termakan.
Jumlah toksin yang dapat menyebabkan keracunan adalah 1,0 μg/gr makanan.
Tingkat racun ini dicapai apabila populasi S. aureus lebih dari 100.000 per gram.
Gejala keracunan ditandai oleh rasa mual, muntah-muntah, dan diare yang
adalah bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat
(MHC) yang menstimulasi sel T hasil maturasi dari limposit oleh timus untuk
8
diteruskan ke sistem syarat pusat (central nervous system) sehingga memicu
pusat muntah (Vomic center) yang ada di sistem syaraf pusat dan
Toksin akan cepat menyerang Vomiting reflex center dari otak, kejang
otot perut dan diare kemudian biasanya terjadi. Terjadinya diare pada
cairan dan elektrolit intestinal (usus) dengan meningkatkan sekresi anion aktif
(menghambat absorpsi NaCl) dan air, gangguan system transportasi air dan
jaringan usus). Bahaya dari diare ini adalah dapat menyebabkan pengeluaran
cairan tubuh yang berlebih pada penderita. Pemberian larutan gula-garam (Na)
muncul secara cepat dan dapat menjadi kasus serius tergantung respon individu
inkubasi yang pendek (hanya beberapa jam). Gejala keracunan dapat terjadi
9
dalam jangka waktu 30 menit sampai 6 jam, dan puncaknya terjadi setelah 5
sampai 3 jam [ CITATION Win07 \l 1033 ]. Gejala umum dapat berupa mual,
sakit perut, muntah (lebih dari 24 jam), diare, hilangnya nafsu makan, kram
perut hebat, distensi abdominal, dan demam ringan. Pada beberapa kasus yang berat
dapat timbul sakit kepala, kejang otot perut, dan perubahan yang nyata pada tekanan
patogen yang mampu hidup dan beraktivitas pada berbagai jenis bahan pangan.
adalah:
b. Produk daging dan unggas (bacon, sosis, daging kaleng, ham, dan kornet
daging)
derajat keparahan yang beragam, dari keracunan makanan atau infeksi kulit
ringan hingga infeksi berat yang mengancam jiwa. Sebagian bakteri Stafilokokus
merupakan flora normal pada kulit, saluran pernafasan, dan saluran pencernaan
10
makanan pada manusia. Bakteri ini juga ditemukan di udara dan lingkungan
disertai abses. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus adalah
bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya
Sindroma syok toksik (SST) pada infeksi S. aureus timbul secara tiba-
tiba dengan gejala demam tinggi, muntah, diare, mialgia, ruam, dan hipotensi,
dengan gagal jantung dan ginjal pada kasus yang berat. SST sering terjadi dalam
lima hari permulaan haid pada wanita muda yang menggunakan tampon, atau
pada anak-anak dan pria dengan luka yang terinfeksi stafilokokus. S. aureus
dapat diisolasi dari vagina, tampon, luka atau infeksi lokal lainnya, tetapi praktis
besar akan membentuk koloni yang bersifat intermitten dan sedikit yang
Koloni S. aureus dapat ditemukan di semua orang. Di rumah sakit atau tempat
pelayanan kesehatan yang lain sering ditemukan pada petugas kesehatan dan
pasien. Sebagian besar S. aureus pada orang dewasa dapat ditemukan di nares
11
anterior. Sedangkan tempat potensial lain yang dapat membentuk koloni S.
aureus adalah tenggorokan, kulit, ketiak, rectum dan perineum. S. aureus dapat
vektor utama untuk transmisi S. aureus dari tangan ke hidung, seperti kegiatan
kolonisasi S. aureus, misal rumah sakit dimana petugas kesehatan baik tenaga
medis maupun non medis, pasien, dan pengunjung rumah sakit saling
yang mengarah ke lesi pada kulit juga memiliki hubungan dengan kolonisasi S.
aureus, seperti saat melakukan puncture melalui kulit dan sebagainya. Selain
sebagai berikut:
12
Kemudian membentuk matriks ekstraseluler dari epitel dan permukaan
rusak. Pengaruh adesi juga akan memacu penempelan pada kolagen dan
arthritis.
fagositosis.
13
3. Leukosidin Leukosidin atau Panton Valentine Leukocidin (PVL) adalah
H. Struktur Antigen
aureus yang berikatan dengan berbagai Fc dari molekul IgG kecuali IgG3.
Bagian Fab dari IgG yang terikat dengan protein A bebas berikatan dengan
antigen spesifik. Protein A menjadi reagen yang penting dalam imunologi dan
nonenzimatik, sehingga
I. Faktor Virulensi
14
Staphylococcus aureus dapat menimbulkan penyakit melalui
zat ekstraseluler. Berbagai zat yang berperan sebagai faktor virulensi dapat
a. Katalase
Katalase adalah enzim yang berperan pada daya tahan bakteri terhadap
b. Koagulase
Enzim ini dapat menggumpalkan plasma oksalat atau plasma sitrat, karena
adanya faktor koagulase reaktif dalam serum yang bereaksi dengan enzim
c. Hemolisin
pada medium agar darah. Toksin ini dapat menyebabkan nekrosis pada kulit
Stafilokokus yang diisolasi dari hewan, yang menyebabkan lisis pada sel
15
darah merah domba dan sapi. Sedangkan delta hemolisin adalah toksin
yang dapat melisiskan sel darah merah manusia dan kelinci, tetapi efek
d. Leukosidin
Toksin ini dapat mematikan sel darah putih pada beberapa hewan. Tetapi
patogen tidak dapat mematikan sel-sel darah putih manusia dan dapat
difagositosis.
e. Toksin eksfoliatif
Sebagian besar galur S. aureus yang diisolasi dari penderita sindrom syok
dalam tubuh.
g. Enterotoksin
Enterotoksin adalah enzim yang tahan panas dan tahan terhadap suasana
basa di dalam usus. Enzim ini merupakan penyebab utama dalam keracunan
16
makanan, terutama pada makanan yang mengandung karbohidrat dan
protein.
1. Infeksi Piogenik
a. Folikulitis
furunkel.
otak dan epidural serta dapat terjadi infeksi ginjal, osteomielitis, septic
17
2. Penyakit Toksigenik
difus, hipotensi, muntah, diare, nyeri otot yang berat, dan pengelupasan
C1, C2, C3, D, E, atau H. Mempunyai gejala mual, muntah, diare, dan
K. Pencegahan Kontaminasi
makanan sampai matang, menjaga makanan pada suhu aman dan menggunakan
air bersih untuk mencuci bahan pangan. Mengingat kasus keracunan akibat S.
18
pertumbuhan S. aureus. Pada dasarnya ada beberapa metode yang dapat
suhu dibawah 4oC jika tidak langsung dikonsumsi. Suhu optimum untuk
pertumbuhan S.aureus adalah 35oC – 37oC dengan suhu minimum 6,7oC dan
makanan yang sudah dimasak bersentuhan dengan bahan mentah atau peralatan
dengan suhu yang cukup hanya dapat menghilangkan bakteri enterik tetapi
S.aureus. Pemisahan ruang serta peralatan untuk bahan mentah dan matang
19
Kontaminasi ulang dapat dicegah melalui program sanitasi dan higiene
yang baik pada ruangan, peralatan maupun pekerja dan pengawasan kebiasan-
kebiasaan pekerja. Selain itu higiene personal dan sanitasi peralatan juga perlu
mencegah tangan agar tidak memegang mulut, hidung, atau rambut pada sat
sanitasi, soal sepele seperti kebersihan kuku, pakaian kerja, dan rambut sering
1. Cuci tangan dan sela-sela kuku secara seksama dengan sabun dan air sebelum
3. Jangan menyiapkan makanan jika Anda memiliki penyakit hidung atau infeksi mata.
4. Tidak menyiapkan atau melayani makanan untuk orang lain jika anda memiliki luka
6. Jika makanan yang akan disimpan lebih dari dua jam, jaga agar makanan tetap
panas (lebih dari 140oF) atau tetap dingin (40oF atau di bawah).
20
7. Mengingat bahwa S.aureus berada dimana saja, maka dituntut untuk selalu menjaga
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebagai karier. Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah
B. Saran
Saran yang dapat saya berikan, yaitu untuk mengcegah agar kita tidak
harus mencegah kebersihan tubuh dengan baik dan menjaga pola hidup yang
22
sehat. Akhir kata, semoga makalah inni dapat memberikan banyak manfaat bagi
kita semua.
23
DAFTAR PUSTAKA
24