Anda di halaman 1dari 11

A.

PARKINSON

Farmakologi levodopa pada Penyakit Parkinson adalah melalui metabolit aktifnya yang
mensubstitusi defisiensi dopamin di sistem saraf pusat.

Farmakodinamik

Degenerasi basal ganglia pada otak penderita Parkinson menganggu fungsi neuron
dopaminergik di substansia nigra yang menyebabkan penurunan konsentrasi
neurotransmiter dopamin. Oleh karena itu, perlunya pengganti dopamin dari luar tubuh
untuk mengatasi defisiensi dopamin ini. Levodopa diambil oleh neuron dopaminergik
melalui proses dekarboksilasi pada terminal presinaptik yang kemudian menghasilkan
dopamin. Levodopa dapat melewati sawar darah otak, sedangkan dopamin tidak dapat
melewati sawar darah otak. Maka levodopa disebut juga obat prekursor
dopamin.[1,2,10]
Namun, levodopa banyak dikarboksilasi menjadi dopamin di jaringan ekstraserebral
terutama traktus gastrointerstinal pada administrasi oral dengan sangat cepat, sehingga
hanya sedikit saja levodopa yang berhasil sampai sistem saraf pusat. Maka dari itu,
levodopa biasa diberikan bersama dengan karbidopa atau benserazide, yaitu inhibitor
dekarboksilase untuk mencegah formasi dopamin di perifer. Inhibitor dekarboksilase ini
tidak dapat melewati sawar darah otak.[1,2,10]
Farmakokinetik

Farmakokinetik levodopa hampir seluruhnya diabsorpsi.


Absorpsi
Absorpsi levodopa per oral hampir seluruhnya diabsorpsi dengan hanya 2% yang
ekskresi di feses. Namun hanya 30% konsentrasi levodopa yang berhasil masuk sistem
peredaran darah dan tidak dimetabolisme di saluran pencernaan pada pemberian
levodopa tanpa karbidopa. Peningkatan dosis levodopa tidak menambah konsentrasi
levodopa dalam darah. [1,2,10]
Bioavailabilitas levodopa meningkat 2-3 kalinya jika pemberian bersamaan dengan
inhibitor dekarboksilase. Konsentrasi puncak di plasma absorbsi via oral levodopa
adalah 30 menit sampai 2 jam. Waktu paruh levodopa meningkat bermakna dari 1-3
jam menjadi 15 jam dengan pemberian bersamaan dengan karbidopa. [1,2,10]
Penyerapan levodopa juga dipengaruhi oleh komposisi protein, semakin tinggi
konsumsi protein (65-104 gram protein) saat pemberian intravena levodopa konstan
membuktikan bahwa lebih banyak LNAA akan membuat efek terapeutik levodopa
menurun. Protein yang direkomendasikan per harinya adalah 0.8 gram
protein/kgbb/hari, agar tidak mengganggu kerja levodopa.[11]
Distribusi
Levodopa didistribusikan ke seluruh tubuh sebanyak 65% dari total volume tubuh.
Distribusi yang mencapai hingga sistem saraf pusat hanya kurang dari 1%. [12]
Levodopa dapat melewati sawar darah otak dimediasi oleh stereospesifik sistem
transpor large neutral amino acid (LNAA). [1]
Pemberian levodopa intravena 50 mg Vss (Volume steady state) pada populasi usia
muda dan sehat ditemukan meningkat sebanyak 70% dibandingkan dengan populasi
usia tua.[1]
Levodopa melewati plasenta dan didistribusikan ke ASI. [13]
Metabolisme
95% metabolisme levodopa terdekarbosilasi menjadi dopamin terjadi pre-sistemik oleh
enzim L-aromatic amino acid decarboxylase (AAAD) di gaster, lumen usus halus, ginjal,
adrenal, limfa, jantung, liver, dan pembuluh darah otak. [1]
Levodopa juga termetoksilasi oleh enzim liver catechol-O-methyltransferase
(COMT)menjadi 3-O-methyldopa (3-OMD) dimana tidak dapat diubah menjadi dopamin
sentral. [1]
Levodopa juga dimetabolisme oleh tyrosine aminotransferase lewat proses
transamilasi. Proses transamilasi ini bersifat reversibel, maka 3,4-
dihydroxyphenylpyruvat, berfungsi sebagai prekursor levodopa. Levodopa juga
teroksidasi oleh enzim tyrosinase dan oksidan lainnya, hasilnya adalah cysteinyldopa
menjadi dopa quinone yang kemudian dimetabolisme menjadi melanin. Oleh karena
kedua hal ini levodopa yang berhasil sampai sistem saraf pusat hanya berkisar 1%.[1]
Ekskresi
Administrasi oral dosis 100 mg levodopa, sebanyak 90% dosis radioaktif dapat
ditemukan di urin 48 jam kemudian. Apabila dikombinasikan dengan karbidopa (100 mg
dosis tunggal maupun 100 mg 3 kali sehari) ekskresi berkurang sebanyak 60% pada
urin 48 jam.[1]
Resistensi

Resistensi levodopa harus dibedakan dengan pseudoresisten levodopa, kedua hal ini
ditandai oleh menurunnya efek levodopa dalam memperbaiki gejala motorik dan non
motorik penyakit Parkinson. Untuk ditegakkannya diagnosis resistensi levodopa, harus
disingkirkan terlebih dahulu pseudoresisten levodopa.
Pseudoresisten Levodopa
Pseudoresisten levodopa adalah tanda dan gejala yang sebenarnya sensitif terhadap
levodopa diinterpretasi sebagai resisten, namun sebenarnya hanya mekanisme
penyerapan atau terapi dopaminergik yang kurang optimal.
Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya pseudoresisten adalah:
 Perbedaan farmakodinamik dan farmakokinetik masing-masing orang yang disebabkan
oleh:
 Terapi levodopa diberikan bersamaan dengan agen penghalang reseptor dopamin
 Diet tinggi protein yang menyebabkan menurunnya penyerapan levodopa
 Disfungsi gastrointestinal seperti absorbsi yang terhambat
 Dosis dibatasi untuk mencegah efek samping
 Dosis tidak adekuat (underdosing)
 Beragamnya tanda dan gejala Penyakit Parkison yang membutuhkan dosis levodopa
yang lebih tinggi agar tanda dan gejala teratasi.
Maka sebelum menyatakan bahwa pasien resisten levodopa, tenaga medis profesional
harus mengatasi pseudoresisten diatas sehingga bisa dinilai dengan lebih objektif.
Masing-masing pasien memiliki kebutuhan dosis yang berbeda-beda karena luasnya
dosis median efektif. Sehingga keputusan one-size-fits-all regimen tidak akan bisa
membuat gejala Parkinson hilang, namun dosis harus disesuaikan dengan keadaan
pasien:
 Respon levodopa akan menurun jika pasien juga mengkonsumsi terapi penghalang
reseptor dopamin seperti obat-obat antipsikotik
 Diet tinggi protein berpengaruh pada penyerapan levodopa karena protein berkompetisi
dengan levodopa untuk berikatan dengan transporter. Edukasi pasien untuk
mnegurangi jumlah asupan protein per hari dan tidak dikonsumsi saat hendak
mengkonsumsi levodopa
 Gangguan pengosongan lambung terjadi pada 70-100% pasien Parkinson, penyerapan
levodopa terganggu karena penyerapan yang seharusnya terjadi di gaster jadi terjadi di
usus halus dan menurunkan kadar levodopa sehingga dapat terlihat seperti gejala
resistensi levodopa. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian levodopa cair (karena
levodopa tablet dipengaruhi oleh kecepatan pengosongan lambung)
Pembatasan dosis levodopa untuk mencegah efek samping levodopa seperti mual,
muntah, diskinesia, atau psikosis menyebabkan terjadinya pseudoresisten dosis tidak
mencapai efek terapeutik yang diinginkan. Hal ini dapat diselesaikan dengan pemberian
obat-obatan lain yang dapat mengatasi gejala tersebut, misalnya pemberian
domperidon pada pasien yang mengeluh mual.
Keterbatasan ketiga adalah ketakutan tenaga kerja medis untuk memberikan levodopa
dalam dosis tinggi karena pada terapi jangka panjang levodopa dosis tinggi dapat
menyebabkan diskinesia dan fluktuasi yang lebih parah; akselerasi progresi penyakit,
kehilangan efek terapeutiknya seiring dengan waktu. Namun penelitian terbaru
menyebutkan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan hubungan levodopa dan
kejadian diatas. Penggunaan jangka panjang levodopa dengan dosis tinggi
meningkatkan kemungkinan komplikasi lebih awal, namun studi ini tidak bisa
diandalkan karena studi ini tidak bisa membedakan gejala yang muncul merupakan
gejala komplikasi levodopa atau perburukan dari Parkinson itu sendiri.
Beragam masam-macam gejala Parkinson memiliki perbedaan kebutuhan dosis untuk
mengatasi keluhan-keluhan tersebut. Misalnya dosis untuk mengatasi gejala freezing
gaitditemukan lebih tinggi dari dosis yang dibutuhkan untuk mengatasi bradikinesia atau
tremor.

OBAT-OBAT PARKINSON

Anti Parkinson. Obat anti Parkinson digunakan untuk penyakit parkinson. Penyakit Parkinson merupakan suatu
sindrom dengan gejala utama berupa trias gangguan neuromuskular; Tremor, Rigiditas, Akinesia (hipokinesia)
disertai kelainan postur tubuh dan gaya berjalan.Penyakit Parkinson bisa diobati dengan berbagai obat, seperti
Levodopa, Carbidopa, Bromokriptin, Antikolinergik (Triheksifenidil), anti depresi (Pramipexole), Entacapone.

Obat anti Parkinson terdiri atas empat golongan, diantaranya :

Obat Dopaminerik sentral : Prekursor DA (Levodopa) dan Agonis DA (Bromokriptin, apomorfin, ropinirol,
pramipreksol)

Levodopa.

Pengobatan dasar untuk Parkinson adalah Levodopa- Karbidopa. Penambahan Karbidopa dimaksudkan untuk
meningkatkan efektivitas Levodopa di dalam otak dan untuk mengurangi efek Levodopa yang tidak diinginkan di luar
otak. Kini ada kombinasi tiga obat selain Levodopa dan Karbidopa juga ditambahkan Entacapone. Dimana fungsi
Entacapone membantu kerja kedua obat tersebut dengan memperlancar masuknya kedua obat tersebut ke otak.

Mekanisme Kerja. Di dalam otak Levodopa dirubah menjadi Dopamin. Pengubahan levodopa menjadi dopamin
membutuhkan adanya dekarboksilase asam L-amino aromatik.

Dosis. Oral semula 2-3 dd 125 mg d.c. dan dinaikkan setiap 2-4 hari dengan 125-250 mg sampai tercapai dosis
pemeliharaan dari 2,5 – 7 g sehari.

Efek samping. Yang paling sering terjadi adalah mual, muntah dan anoreksia. Pada permulaan terapi juga dapat
timbul hipotensi ortostatis dan gangguan pusat ringan seperti gelisah, rasa takut, bingung dan pikiran kacau.

Interaksi Obat. Piridoksin, sebagai ko-enzim, mempercepat perombakan perifer levodopa dengan jalan
memperkuat kegiatan dekarboksilase.

Bromokriptin.

Bromokriptin merupakan prototip kelompok ergolin yaitu alkaloid ergot yang bersifat dopaminergik, yang
dikelompokkan sebagai ergolin.

Mekanisme Kerja. Bromokriptin merangsang reseptor dopeminergik. Obat ini lebih besar afinitasnya terhadap
reseptor D2 dan merupakan antagonis reseptor D1. organ yang dipengaruhi ialah yang memilki reseptor dopamin
yaitu SSP, kardiovaskular, poros hipotalamus dan saluran cerna.

Dosis. Terapi dengan bromokriptin dimulai dengan dosis 1,25 mg, dua kali sehari. Kemudian dosis dinaikkan sampai
efek terapi tercapai atau timbul efek samping. Obat sebaiknya diberikan dengan makanan. Peningkatan dosis
dilakukan setiap 2-4 minggu sebanyak 2,5 mg/hari. Dosis optimum kira-kira 45 mg sehari (20-75 mg) yang dapat
dicapai dalam kira-kira 6 minggu (2-15 minggu).

Efek samping. Efek samping bromokriptin memperlihatkan variasi individu yang nyata. Gangguan psikis berupa
halusinasi penglihatan dan pendengaran lebih sering ditemukan dibandingkan dengan pemberian levodopa. Efek
samping yang jarang-jarang terjadi adalah eritromelalgia, kemerahan, nyeri, panas dan edema ditungkai bawah.

Interaksi Obat. Pemberian obat bersama antasid atau makanan, mengurangi mual yang berat. Antipsikotropika dan
metoklorpromida sebagai antagonis dopamin, dapat mengurangi efeknya.

Obat antikolinergik sentral :

Senyawa antikolinergik sentral: triheksifenidil, biperidin, sikrimin, prosiklidin, benzotropin mesilat, dan karamifen,

Senyawa antihistamin : Difenhidramin, klorfenoksiamin, orfenadrin, dan fenindamin.

Derivat fenotiazin : etopropazin, prometazin, dan dietazin

Antikolinergik merupakan obat alternatif levodopa dalam pengobatan parkinsonisme. Prototip kelompok ini adalah
triheksifenidil. Termasuk dalam kelompok ini adalah biperidin, prosiklidim, benzotropin, dan antihistamin.

Mekanisme Kerja. Dasar kerja obat ini adalah mengurangi efektivitas kolinergik yang berlebihan di ganglia basal.

Dosis. Triheksifenidil (2 mg, 2-3 kali sehari), Biperidin HCL atau laktat (0,5 – 2 mg, 2-4 kali sehariZ), Prosiklidin (5
mg, 2 -3 kali sehari), Benzotropin mesilat (0,5 – 1 m/hari diberikan pada malam hari).

Efek samping. Antiparkinson kelompok antikolinergik menimbulkan efek samping sentral dan perifer. Efek samping
sentral dapat berupa gangguan neurologik yaitu : ataksia, disartria, hipertermia, gangguan mental, pikiran kacau,
amnesia, delusi, halusinasi, somnolen, dan koma.

Interaksi Obat. Obat parkinson dapat melawan atau meniadakan efek antipsikotika dan bisa mencetuskan gejala
psikosi pada pasien yang ditangani dengan dua obat. Dengan demikian dianjurkan untuk menurunkan dosis obat
parkinson. Sebaliknya antidepresiva dapat memperkuat efek kognitif dar antikolinergika.

Obat Dopamino-antikolinergik : Amantadin dan Antidepresan trisiklik

Amantadin

Amantadin adalah antivirus yang digunakan terhadap influenza Asia. Secara kebetulan penggunaan amantandin
pada seorang pasien yang menderita influenza yang juga menderita Parkinson memperlihatkan perbaikan gejala
neurologik. Kenyataan ini merupakan titik tolak penggunaan amantandin.

Mekanisme kerja. Amantandin diduga meningkatkan aktivitas dopaminergik serta menghambat aktivitas kolinergik di
korpus striatum. Amantandin membebaskan DA dari ujung saraf dn menghambat ambilan prasinaptik DA, sehingga
memperpanjang waktu paruh DA di sinaps.

Dosis. Pemberian amnatandin dimulai dengan 100 mg per hari. Jika pasien cukup toleran setelah 1 minggu dosis
dapat ditambah menjadi dua kali 100 mg sehari dan kemudian menjadi 3 kali 100 mg.

Efek samping. Efek samping amantandin menyerupai gejala intoksikasi atropin. Gejala yang dapat timbul adalah
depresi, gelisah, insomnia, pusing, gangguan saluran cerna, mulut kering dan dermatitis.

Penghambat MAO-B : Selegilin

Selegilin merupakan penghambat monoamin oksidase-B (MAO-B) yang relatif spesifik. Saat ini dikenal dua bentuk
penghambat MAO, tipe A yang terutama berhubungan dengan deaminasi oksidatif norepinefrin dan serotonin, tipe B
yang memperlihatkan aktivitas terutama pada dopamin.

Mekanisme kerja. Selegilin menghabat deaminasi dopamin sehingga kadar dopamin sehingga kadar dopamin
diujung saraf dopaminergik lebih tinggi. Selain itu, ada hipotesis yang mengemukakan bahwa selegilin mungkin
mencegah pembentukan neurotoksin endogen yang membutuhkan aktivasi oleh MAO-B.
Dosis. Selegilin dengan dosis 10 mg per hari dapat terterima dengan baik.

Efek samping. Efek samping berat tidak dilaporkan terjadi, efek samping kardoivaskuler jelas kurang dari
penghambat MAO-A. Hipotensi, mual, kebingungan dan psikosis pernah dilaporkan.

Obat-obatan untuk mengobati penyakit Parkinson :

Obat Aturan Pemakaian Keterangan

Merupakan pengobatan
utama untuk parkinson.
Diberikan bersama
karbidopa untuk
meningkatkan
efektivitasnya &
mengurangi efek
sampingnya
Levodopa Mulai dengan dosis Setelah beberapa
(dikombinasikan rendah, yg selanjutnya tahun digunakan,
dengan ditingkatkan sampai efek efektivitasnya bisa
karbidopa) terbesar diperoleh berkurang

Pada awal pengobatan


seringkali ditambahkan
pada pemberian levodopa
untuk meningkatkan kerja
levodopa atau diberikan
kemudian ketika efek
samping levodopa
Bromokriptin menimbulkan masalah Jarang diberikan
atau pergolid baru sendiri

Bisa
Seringkali diberikan meningkatkan
sebagai tambahan pada aktivitas levodopa
Seleglin pemakaian levodopa di otak

Obat
antikolinergik Pada stadium awal
(benztropin & penyakit bisa diberikan
triheksifenidil), tanpa levodopa, pada
obat anti depresi stadium lanjut diberikan
tertentu, bersamaan dengan Bisa menimbulkan
antihistamin levodopa, mulai diberikan beberapa efek
(difenhidramin) dalam dosis rendah samping

Digunakan pada stadium


awal untuk penyakit yg
ringan
Pada stadium lanjut Bisa menjadi tidak
diberikan untuk efektif setelah
meningkatkan efek beberap bulan
Amantadin levodopa digunakan sendiri
B. SEPSIS

C. ANEURISME
D. ARYTMIA

TERAPI
A. Farmakologi
1. Obat-Obat Antiaritmia
Pengelompokan kerja obat anti aritmia yang aling banyak di gunakan secara luas dibagi
menjadi empat kelompok :
a. Golongan 1 adalah penghambat kanal natrium, kerja obat ini menggambarkan efek pada durasi
potensial aksi (action potential duratin [APD]) dan kinetik blokade kanal natrium. Obat yang
berkerja golongan 1A memperpajang APD dan berpisa dengan kanal melalui kinetik intermediat;
obat yang memiliki kerja golongan 1B memperpendek APD pada beberapa jaring jantung dan
berpisa dengan kanal melalui kinetik cepat; dan obat memiliki kerja golonga 1C mempunyai efek
inimal pada APD dan berpisa dengan kanal melalui kinetik lambat.
Contoh obat :
1) Golongan 1A
a) Prokainamid
Dengan memblokade kanal natrium,memperlambat upstroke potensial aksi, memperlambat
hantaran dan memper panjang durasi QRS dan EKG.
Efek samping
Dapat menyebabkan hipotensi, terutama pada pemberian intravena. Efek samping jangka
panjang adalah sindrom mirip lupus eritematosa dan biasanya terdiri atas nyeri sendi dan radang
sendi, pada beberapa pasien dapat juga terjai pleuritis, perikarditis, atau penyakit parenkim paru.
b) Kuinidin
Dengan memblokade kanal natrium, emperlambatupstroke potensial aksi, memperlambat
hantaran dan memper panjang durasi QRS dan EKG, dengan memblokade kanal natrium. Obat
ini dapat juga memperpanjang durasi potensial aksi dengan memblokade kanal kalium
nonspesifik. Digunakan untuk mempertahankan irama sinus normal pada pasien yang menderita
flutter/fibrialis
Farmakokinetik
Kuinidin segera diserap dalam pemebrian oral, beriakatan dengan albumin dan α1-asam
glikorotein, dan dieliminasi dengan metabolisme melalui hati, kwaktu paruh eliminasi 6-8 jam,
diberikan dan formulasi lepas lambat, misal garam glukonat.
Efek Samping
Pada saluran cerna : diare, mual dan muntah. Sakit kepala, limbung dan tinitus (cinchonism).
c) Disopiramid
Obat yang memperlambat hantaran atreoventrikular harus diberikan bersama dengan
disopiramid pada pengobatan flutter atau fibrilasi atrium .
Farmakokinetik
Biasanya terdapat dalam bentuk oral, dosis 150 mg 3 kali sehari adapula yang diberikan
sebanyak 1 gram/hari pada pasien yang memiliki kelainan gijal dosis ini harus dikurangin karena
berbahaya dapat menimbulkan gagal jantung
Efek Samping
Jantung : dapat mengakibatkan gangguan elektrofisiologik, dapat mencetuskan gagal jantungde
novo atau pasien yang sebelumnya menderita kelainan fungsi ventikel kiri.
Luar Jantung : retensi urien, mulut kering, penglihatan kabur, sembelit dan bertambanya
beratnya glukoma yang telah ada efek-efek ini mungkin mengharuskan penghentian obat.
2) Golongan 1B
a) Lidokain
Untuk menekan takikardia ventrikel dan mencegah vibrilasi ventrikel setelah kardioversi pada
keadaan iskemia akut. Pada penggunaan sebagai profilaksis dapat meningkatkan mortalitas
karena meningkatnya kejadian asistol.
Farmakokinetik
Hanya 3% diberikan per oral jadi lidokein harus diberikan secara parenteral. Dewasa ; 150 -200
mg di berikan lebih dari 15 menit (sebagai infus tunggal atau rangkaian bolus yang lambat)
sebaiknya di ikuti infus dosis pemeliharaan 2- 4 mg/menit untuk mencapai kadar terapi dalam
plasma sebesar 2-6 mcg/ml.
Efek Samping
Jantung : proaritmi, termasuk berhentinya nodus sinoatrial, memburuknya hantaran ynag rusak
dan aritmia ventrikel. Pada dosis yang besar, pada pasien yang memiliki gagal jantung dapat
menyebabkan hipotensi sebagian karena penekanan kontak tilitas otot jantung
Luar Jantung : parestesia, tremor, mual karena pengaruh sentral, kepala terasa ringan, kelainan
pendengaran, berbicara seperti menelan, dan kejang.

2) Meksiletin
Digunakan pada pengobatan aritmia ventrikel eleminasi waktu paruh adalah 8-20 jam dan
memper bolehkan pemberian 2/3 kali sehari dosis harian 600- 1200 mg perhari.
Efek Samping
Neurologi meliputi tremor, penglihatan kabur dan lesu, mual merupakan efek yang sering terjadi,
nyeri kronik, terutam nyeri akibat neuropati diabetik dan terauma syaraf dosis oral 450-750 mg
per hari
3) Golongan 1 C
a) Flekainid
Menyekat kuat kanal natrium dan kalium yang blokadenya lambat dilepaskan. Di gunakan untuk
pasien yang memiliki aritmia supraventrikel tetapi jantungnya normal , obat ini dapat
menyebabkan eksaserbasi aritmia yang hebat bahkan jika dosis normal diberiakn pada pasien
dengan takikardiakardia ventrikel yang sudah ada sebelumnya dan pasein yang menderita infark
miokard serta ektopi ventrikel. Flekainid di absobsi dengan baik dan memiliki waktu paruh
sekitar 20 jam eleminasi melalui metaboisme di hati dan ginjal. Dosis 100 – 200 mg 2 kali
sehari.
b) Propafenon
Untuk meblokade kanal natrium. Di metabolime dalam hati dengan waktu paruh rata-rata 5- 7
jam dosis harian 450-900 mg dalam 3 dosis digunakan untuk artitmia supra ventrikel
Efek Samping
Rasa logam dan kostipasi ; dapat terjadi eksaserbasi aritmia.

c) Morisizin
Obat antiaritmia derifat fenotoazine yang di gunakan untuk pengobatan aritmia ventrikel. Obat
ini merupakan penyekat kanal natrium yang relatif poten dan tidak memperpanjang durasi
potensial aksi. Dosis 200 – 300 mg per oral 3 kali sehari.
Efek Samping : Pusing dan mual

b. Kerja golongan 2 adalah simpatolitik. Obat yang memiliki efek ini mengurangi aktivitas
adrenergik-β pada jantung
1) Propanolol
Sebagai antiaritmia karena kemapuannya menyekat reseptor β dan efek langsung pada membran,
obat ini dapat mencegah infark berulang dan kematian mendadak pada pasien yang sedang
proses penyembuhan infark miokar akut.
2) Esmolol
Penyekat β kerja singkat terutama di gunakan sebagai obat antiaritmia intaorprasi dan aritmia
akut lainnya.
3) Sotalol
Obat penyekat β non selektif yang memperpanjang potensial aksi.

c. Kerja golongan obat 3 dalam bermanifestasi sebagai pemanjangan APD. Kebanyakan obat yang
memiliki kerja ini, menghambat komponen cepat penyearah arus kalium yang ditunda, Ikr .
1) Amiodaron
Sebagai obat untuk mengobatkan aritmia ventrikel yang serius obat ini sangat efektif untuk
pengobatan aritmia subraventrikel seperti vibrilasiatrium.

Farmakokinetik
Absobsi berfariasi dan memiliki bioavilabilitas 35-65%, obat mengalami metabolisme di hati,
dan metabolit utamanya desetiamiodaron adalah bioaktif.
Dosis awal total 10 gram biasanya dapat di capai dengan dosis harian 0,8-1,2 gram dosis
pemeliharaan 200-400 mg/ hari, efek farmakologi dapat di capai dengan pemberia intara vena.
Amiodaron menghambat enzim lain yang memetabolisme sitokrom hati dan dapat menyebabkan
tingginya kadar obat yang merupakan subtrat untuk enzim tersebut, misalnya : digoksin dan
wafarin.
Efek Samping
Jantung : menyebabkan bradikardia simtomatik dan blokade jantung
Luar Jantung : akumulasi amiodaron di banyak jaringan termasuk jantung, paru, hati dan kulit
serta berkonsentrasi di air mata.
2) Bretilium
Sebagai obat anti hipertensi obat ini mempengaruhi pelpasan katekolamin saraf tetapi jika
mempunya sifat sebgai antiaritmia secara langsung.
Faramakokinetik
Hanya tersedia untuk pemberian intra vena pada orang dewasa bolus bretilium tosilat intravena 5
mg / kilogram di berikan dalam waktu lebih dari 10 menit, dosis ini dapat di ulangi setelah 30
menit. Terapi pemeliharaan tercapai dengan bolus serupa tiap 4-6 jam atau melalui infus konstan
0,5-2 mg/ menit.
Efek Samping
Memperpanjang durasi potesial aksi ventrikel dan periode refrakter efektif. Hipotensi postural,
dapat terjadi mual dan muntah setelah pemberian bolus bretilium intavena.

d. Kerja golongan 4 adalah memblokade arus kalsium jantung. Krerja obat ini memperlambat
hantaran pada tempat yangupstroke potensial aksinya bergantung kalsium, misalnya nodus
sinoatrial dan atrioventrikular.
1) Verapamil
Memblokade kanal kalsium tipe L baik yang aktif maupun tidak aktif biasanya Verapamil
memperlambat nodus sinoatrial melalui kerja langsungnya tetapi kerja hipotensinya kadang-
kadang dapat menyebabkan refleks kecil yang meningkatkan kecepatan nodus sinoatrial.
Verakamil dapat menekan afterdipolarization baik yang awal atau yang tertunda serta dapat
mengantagonisasi respon lambat yang muncul pada berbagai jaringan yang mengalami
depolarisasi berat.
Farmakokinetik
Waktu paru kira-kira 7 jam di metabolisasi di hati pemberian secara oral biovabilitasnya hanya
20 %diberikan secara hati-hati pada pasien yang memiliki kelainan fungsi hati. Dosis bolus awal
5 mg diberikan selama lebih dari 2-5 menit di ikuti beberapa menit kemuadian dengan
pemeberian kedua 5 mg dapat di berikan 4-6 jam atau dapat di gunakan infus konstan 0,4
mcg/kg/menit. Dosis oral efektif lebih besar dari pada dosis intafena karena metabolisme lintas
pertam dan rentangnya antar 120-640 mg perhari di bagi dalam 3 atau 4 dosis.
Efek Samping :
Jantung : Hipotensi dan fibrilasi ventikel.
Luar Jantung : konstifasi, keleahan, kegelisahan dan edema perifer.

B. Non Farmakologi
1. Disarankan menghindari merokok dan konsumsi alcohol
2. Menjaga tekanan darah agar tetap stabil.
3. Juga harus dihindari makanan dan faktor lain yang mencetuskan terjadinya aritmia.
4. Mengatur pola hidup
5. Hindari stimulan yang digunakan pada obat batuk dan pilek. Beberapa obat tersebut berisi
bahan2 yang memicu aritmia
6. Kurangi stress
7. Diet

C. Terapi Mekanis
1. Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik unutk menghentikan disritmia yang memiliki
kompleks GRS, biasanya merupaka prosedur elektif.
3. Defiblrilasi : Kerdioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
4. Defibrilator Kardioverter Implantable : suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode
takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi
vantrikel.
5. Terapi Pace maker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke
otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.

E. CARDIAC ARREST

Anda mungkin juga menyukai