Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

MANAJEMEN KERACUNAN BENZODIAZEPIN (LORAZEPAM)

Dosen pengampu: Ririn Lispita W, M. Med., Apt.

Disusun oleh :
Kelompok V

Novia Sulistyaningrum 18405021100

Kurniawati Nurfadzrin 18405021106

Mutiatul Millah 18405021108

Hanshel Satria Kusuma 18405021112

Umi Darojah 18405021142

Ricky Chandra Kurniawan 18405021149

Uswatun Khasanah 18405021154

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Lorazepam
a. Pengertian Lorazepam
Lorazepam masuk kelompok obat yang disebut Benzodiazepines. Obat ini
mempengaruhi zat kimia di otak yang bisa saja menjadi tidak seimbang dan dapat
menyebabkan gangguan jiwa dan anxiety. Lorazepam juga dapat digunakan untuk
penangan dari anxiety. Ketidakseimbangan zat kimia dalam otak dapat menyebabkan
gangguan kecemasan dan kegelisahan. Lorazepam digunakan untuk mengobati
gangguan kecemasan.
Lorazepam awalnya dipasarkan di bawah nama merek Ativan dan Temesta.
Lorazepam memiliki efek sedativa atau hipnotik yang cukup kuat, dimana obat
lorazepam tersebut bisa digunakan untuk penderita insomnia (susah tidur).(Kearney,
2007)
b. Struktur Lorazepam

Lorazepam sebagai obat anti anxietas mempunyai rumus kimia, 7 chloro-5-


(ochlorophenyl) -1, 3-dihydro-3-hydroxy-2H-1,4-benzodiazepin-2-one :
C15H19CL2N2O2

Gambar 1. Struktur kimia Lorazepam


Lorazepam mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
102,0% C15H19CL2N2O2 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Tidak larut
dalam air, agak sukar larut dalam etanol, sukar larut dalam kloroform. (MIMS, 2015)
c. Fisikokimia
Berat Molekul lorazepam : 321,16
Pemberian: Lorazepam sebagian besar dibuat dalam bentuk sedian tablet, injeksi,
oral, tablet sublingual. Dapat juga berupa serbuk putih yang tidak larut dalam air.
Tablet lorazepam diminum peroral yang mengandung 0.5mg, 1mg, dan 2mg
lorazepam. Komposisi inaktif lorazepam adalah lactose, monohydrate,maghnesium
stearate, microcyristalline cellulose, polacriline potassium.
Onset : Setelah pemberian oral, konsentrasi plasma maksimal dari lorazepam akan
tercapai pada 2-4 jam. Infu intrvena lorazepam dapat menunjukkan onset kerja dalam
1-2 menit, dan efek puncaknya terlihat dalam 20-30 menit.
Durasi : Bertahan pada kadar terapeutik selama 24 jam- 48 jam, efek sedasi dari
infuse intravena yaitu sampai 10 jam.(MIMS,2015)
d. Efek Farmakologi
Efek farmakologi lorazepam merupakan akibat aksi gamma-aminobutyric
acid (GABA) sebagai neurotransmitter penghambat sehingga kanal klorida terbuka
dan terjdi hiperpolarisasi post sinaptik membran sel tidak dapat dieksitasi. Hal ini
menghasilkan efek anxiolisis, sedasi, amnesia retrograde, potensiasi alkohol,
antikonvulsi dan relaksasi otot skeletal. Efek sedative timbul dari aktivasi reseptor
GABA, sub unit alpha-1 yang merupakan 60% dari reseptor GABA di otak (korteks
serebral, korteks sereblum, thalamus). (Mandrioli, 2008)
Sementara efek ansiolitik timbul dari aktifasi GABA sub unit alpha 2
(Hipokampus dan amiglada). Perbedaan onset dan durasi kerja diantara lorazepam
menunjukkan perbedaan potensi (afinitas terhadap reseptor), kelarutan lemak
(kemampuan menembus sawar darah otak dan redistribusi jaringan perifer) dan
farmakokinetik (penyerapan, distribusi, metabolism dn ekskresi). Hampir semu
lorzepam larut dalam lemak dan terikat kuat dengan protein plasma. Sehingga
keadaan hipoalbumin pada cirrhosis hepatis dan chronic renal disease akan
meningkatkan efek obat ini. Lorazepam menurunkan degradasi adenosine dengan
menghambat transportasi nukleosida. Adenosine penting dalam regulasi fungsi
jantung (penurunan kebutuhan oksigen jantung melalui penurunan detak jantung dan
meningkatkan oksigenase melalui vasodilatasi arteri koroner) dan semua fungsi
fisiologi proteksi jantung (David, 2007).
e. Mekanisme Kerja
Lorazepam termasuk golongan benzodiazepine. Benzodiazepine termasuk
kelompok obat yang disebut depresan SSP. Depresan SPP adalah obat yang
memperlambat sistem saraf. Obat ini mempengaruhi zat kimia dalam otak yang
mungkin menjadi tidak seimbang dan menyebabkan kecemasan.
Lorazepam memfasilitasi aksi Gamma (ᵞ) Aminobutryc acid (GABA), suatu
neurotransmitter inhibitor utama di SSP benzodiazepine tidak mengaktivasi reseptor
GABA. Namun memperkuat reseptor GABA akibat adanya peningkatan afinitas
reseptor GABA untuk neurotransmitter inhibisi yang terinduksi oleh benzodiazepine,
maka terjadi peningkatan saluran klorida yang terbuka sehingga meningkatkan
konduktansi klorida, menghasilkan hiperpolarisasi membrane sel postsynaptic dan
mengubah neuron postsynaptic sehingga menjadi lebih resisten terhadap eksitasi.
Resistensi terhadap eksitasi dianggap sebagai mekanisme yang berperan pada
benzodiazepine dan menimbulkan efek anxiolitik, sedasi, amnesia, aterograde,
potensi alcohol, antikonvulsan dan relaksan otot rangka. (Katzung, 2002)
f. Farmakodinamik
Lorazepam memiliki struktur yang menyerupai oxazepam yang
membedakannya hanya keberadaan sebuah atom klorida tambahan pada posisi ortho
dimolekul 5-phenyl moiety. Lorazepam memiliki efek sedative dan amnesif yang
jauh lebih besar dari midazolam dan diazepam sedangkan efek ventilasi, system
kardiovaskuler, dan pengaruh pada otot rangka yang menyerupai benzodiazepine
lainnya. Lorazepam dapat menekan system pusat respiratory sehingga dapat
menyebabkan gagal respiratory.
Bioavailabilitas 85% untuk dosis oral.metebolisme dihati dengan waktu paruh
9-16 jam. Karena kelarutan lorazepam lemah dalam lemak maka absorpsi relative
lambat melalui mulut. Bagaimanapun karena lemahnya kelarutan dalam lemak dan
tingginya derajat tingkat ikatan protein (85%-90%) ini berarti bahwa volume
distribusi sebagian besar adalah vaskuler compartement. (Katzung, 2002).
g. Farmakokinetik
Lorazepam dapat diabsorpsi dengan baik pada pemberian secara oral maupun
injeksi IM. Setelah pemberian oral konsentrasi plasma maksimal darilorazepam akan
tercapai pada 2 hingga 4 jam dan akan bertahan pada kadar terapeutik selama 24-48
jam.
Lorazepam dikonjunggasikan dengan asam glucoronic pada hati guna
membentuk metabolit inaktif yang dapat diekskresikan melalui ginjal. Waktu paruh
eliminasi obat ini mencapai 10 hingga 20 jam, dan mayoritas dieksresikan melalui
ginjal dalam bentuk lorazepam glucoronide.
Jika dibandingkan dengan midazolam, lorazepam lebih lambat mengalami
proses pembersihan oleh tubuh. Karena terjadi pembentukan metabolit glucoronide,
maka lorazepame tidak sepenuhnya bergantung pada enzim mikrosomal hati
sehingga metabolisme lorazepam tidak terlalu dipengaruhi oleh fungsi hati,
penambahan usia, atau pun obat – obatan yang menghambat enzim p-450 seperti
simetide, sehingga waktu paruh eliminasi lorazepam tidak akan mengalami
pemanjangan pada pasien tua atau pada pasien yang mendapat terapi simetidine
Lorazepam memiliki onset aksi yang lebih lambat dari midazolame atau
diazepam karena rendahnya larutan zat ini dalam lemak serta lambatnya zat ini
memasuki SSP. (Katzung, 2002)
h. Indikasi
Terapi anxietas, tetapi tidak digabungkan dengan stress yang dialami setiap
hari, sedasi hipnotik, terapi insomnia, memberikan efek antikonvulsan dan amnestic
(hanya parenteral), antipanic agent dan antitremor agent (secara oral), antiemetic
pada kemoterapi kanker (hanya parenteral), relaksai otot
i. Kontraindikasi
Dilihat dari masalah – masalah dalam pengobatan : intoksikasi alcohol
dengan gejala vital yang di tekan (depresi CNS), koma, shock (efek hypnotic atau
hiposensitif dari pemberian benzodiazepine secara parenteral). Menimbulkan
kematian jika di konsumsi setelah minum alcohol.
j. Efek samping
Konsultasikan ke dokter apabila timbul reaksi dibawah ini :
 Hives atau gatal diikuti kulit kemerahan
 Sulit bernafas
 Pembengkakan pada wajah, bibir, lidah dan tenggorokan

Hubungi dokter apabila timbul efek samping serius :


 Depresi, ingin menyakiti diri sendiri atau bunuh diri
 Hiperaktif, mudah marah
 Berhalusinasi
 Kepala terasa ringan, pingsan

Efek samping lainnya :


 Mengantuk, pusing, lelah
 Pandangan kabur
 Sulit tidur
 Otot lemah hilang keseimbangan atau koordinasi
 Amnesia atau pelupa sulit berkonsentrasi
 Mual, muntah, konstipasi
 Perubahan nafsu makan
 Ruam pada kulit

Efek samping pada high dose :


 Timbul toleransi
 Amnesia antegrad (Blitt et al menunjukan ketiadaan ingatan tidak
dihasilkan selama 4 – 6 jam tanpa sedasi berlebihan. Dosis lebih tinggi
menghasilkan sedasi berkepanjangan dan berlebihan tanpa lebih banyak
amnesia
 Mental depresi
 Palpitasi (detak jantung tidak teratur)
 Depresi respirasi yang tidak diinginkan pada dosis pada penyakit paru
(Kearney,2007)
k. Informasi Penting
Jangan menggunakan obat ini jika memiliki alergi terhadap lorazepam atau jenis
benzodiazepines lainnya seperti alprazolam (Xanax), chlordiazepoxide (Librium), clorazepate
(Tranxene), diazepam (Valium), atau oxazepam (Serax). Obat ini dapat menyebabkan
kecacatan pada janin. Jangan gunakan Lorazepam jika anda sedang hamil.
Sebelum menggunakan Lorazepam beritahukan kepada dokter jika anda memiliki
masalah pernapasan, glaukoma, penyakit ginjal atau hati, depresi, atau ketergantungan
terhadap obat dan alkohol. Jangan minum alkohol saat menggunakan Lorazepam. Obat ini
dapat meningkatkan efek dari alkohol. Hindari penggunaan obat lain yang membuat anda
mengantuk. Karena dapat menambah rasa kantuk yang disebabkan obat ini.
Lorazepam hanya boleh digunakan berdasarakan resep dokter dan tidak boleh dibagi
dengan orang lain. Jaga obat ini pada tempat yang aman dimana orang lain tidak dapat
menemukannya.
l. Contoh obat dan spesifikasi
Nama Merek: ATIVAN®
- Indikasi :
Pengobatan kegelisahan, komponen ansietas pada
depresi berat, medikasi pra- bedah, tambahan
pengobatan emesis pada kemoterapi kanker.
- Dosis : 1mg 2-3 kali sehari.
- Kontra Indikasi :
Hipersensitivitas, insufisiensi pernafasan parah,
kehamilan, laktasi.
- Perhatian : Riwayat alkoholisme, penyalahgunaan obat, kerusakan fugsi hati atau
ginjal,lansia, pasien lemah, insufisiensi nafas kronis, glaukoma sudut sempit.
- Efek Samping :
Mengantuk, pusing, disorientasi, sakit kepala, gangguan tidur, diskrasia darah.
- Interaksi Obat :
Alkohol, barbiturat.
- Kemasan : Tablet 0,5 mg 100 tablet, Tablet 1 mg 100 tablet
BAB II
PEMBAHASAN
A. Toksikokinetik Lorazepam
Toksisitas 4.1.1. Data pada Hewan (1,5,8,9) LD50 oral-tikus 352 mg/kg; LD50
oral-tikus 249 mg/kg; LD50 intraperitoneal-tikus 46500 µg/kg; LD50 subkutan-tikus
6350 µg/kg; LD50 intravena-tikus 32 mg/kg; LD50 oral-mencit 48 mg/kg; LD50
kulitmencit 800 mg/kg; LD50 intraperitoneal-mencit 37 mg/kg; LD50 subkutan-mencit
800 mg/kg; LD50 intravena-mencit 25 mg/kg; LD50 intramuskular-mencit 65 mg/kg;
LD50 parenteral-mencit 150 mg/kg; LD50 tidak dilaporkan rute paparannya-mencit 140
mg/kg; LD50 oralkelinci 328 mg/kg; LD50 intravena-kelinci 9 mg/kg; LD50 oral-
mamalia 500 mg/kg; LD50 tidak dilaporkan rute paparannya-mamalia 110 mg/kg; LD50
oral-tikus 1200 mg/kg; LD50 oral-anjing 1000 mg/kg; LD50 oral-mencit 700 mg/kg.
4.1.2. Data pada Manusia (1) TDLo oral-lelaki 143 µg/kg; TDLo oral-perempuan 5
mg/kg; TDLo intramuskular-perempuan 181 µg/kg; TDLo intravena-lelaki 143 µg/kg;
TDLo intravena-lelaki 71 µg/kg/1 menit kontinyu.
B. Tanda dan Gejala Keracunan Lorazepam
Overdosis benzodiazepine biasanya dimanifestasikan dengan berbagai derajat
depresi sistem saraf pusat mulai dari kantuk hingga koma. Secara ringan kasus, gejala
termasuk mengantuk, kebingungan mental, reaksi paradoks, disartria dan kelesuan.
Dalam kasus yang lebih serius, dan terutama ketika obat lain atau alkohol dicerna, gejala
mungkin termasuk ataksia, hipotonia, hipotensi, depresi kardiovaskular, depresi
pernapasan, keadaan hipnosis, koma, dan kematian.
Gejala toksik :
a. Depresi SSP umumnya akan terjadi setelah 30 – 120 menit setelas ingesti,
tergantung dari kecepatan distribusi masing – masing obat
b. Lethargy, slurred speech, ataksia, koma, gagal pernafasan mungkin terjadi
c. tanda koma yang khas pada hyporeflexia dan pupil mengecil (small pupil).
untuk obat-obat sedative hipnotik tana-tanda komanya sepesifik karena semua
reflek akan hilang, sedangkan pada benzodiazepine yang paling khas adalah
terjadinya small puil
d. Hipotemia mungkin terjadi
e. Jika diminum bersamaan dengan obat depresi yang lain maka bisa
menimbulkan komplikasi yang serius karena efeknya akan bertambah kuat
C. Diagnosis Lorazepam
 sejarah ingesti atau tidaknya bekas suntikan
 koma dan small pupil yang tidak berespon dengan nalakson tetapi sembu kembali
dengan flumazenil
 Skrining kualitatif darah dan urin merupakan cara tercepat untuk mengetahui
keadaan pasien
 pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, elektrolit, glukosa, BUD, kreatinin,
dan darah arteri.
D. Pengobatan dan Penanganan Keracunan Lorazepam
1. Resusitasi dan Stabilisasi
a. Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas untuk menjamin
pertukaran udara.
b. Penatalaksanaan fungsi pernapasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara
memberikan pernapasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan
pengeluaran karbon dioksida.
c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah.
2.Dekontaminasi
 Dekontaminasi Mata :
a. Posisikan pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring kan
b. Secara perlahan, bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan sejumlah air
bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% diguyur perlahan selama 15-20 menit atau
sekurangnya satu liter untuk setiap mata.
c. Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.
d. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
e. Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
f. Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas
kesehatan terdekat dan konsul ke dokter mata.
 Dekontaminasi Kulit (termasuk rambut dan kuku) :
a. Bawa segera pasien ke pancuran terdekat

b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang dingin atau hangat
serta sabun minimal 10 menit.

c. Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas secara
lembut. Jangan digosok.

d. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahannya dan
buanglah dalam wadah/plastik tertutup.

e. Penolong perlu dilindungi dari percikan misalnya dengan mengggunakan sarung


tangan, masker hidung, dan apron. Hatihati untuk tidak menghirupnya.

f. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.

 Dekontaminasi Gastrointestinal :
a. Tidak disarankan penggunaan arang aktif karena risiko yang mungkin timbul
kemungkinan akan lebih besar daripada manfaatnya, kecuali diduga adanya bahan lain
yang tertelan. Metode dekontaminasi gastrointestinal lainnya (induksi muntah, kumbah
lambung, dan whole bowel irrigation) tidak disarankan.

Antidotum :
 Flumazenil
Pemberian flumazenil umumnya tidak dianjurkan tetapi dapat dipertimbangkan
jika dapat secara hati-hati dititrasi untuk membalikkan depresi pernapasan pada
pasien yang membutuhkan ventilasi mekanis dan tanpa kontra-indikasi. Kontra-
indikasi cenderung muncul pada pasien anak.
Dosis untuk dewasa : 0,2 mg IV selama 15 detik Jika tidak memberikan respons
setelah 45 detik, berikan titrasi 0,1 mg dosis IV setiap menit hingga memberikan
respons atau dosis total yang diberikan 2 mg. Jika tidak ada respons juga pada
kondisi ini, pertimbangkan diagnosa.
Dosis untuk anak: 0,01 mg/kg (maksimal 0,2 mg) IV selama 15 detik. Jika tidak
memberikan respons setelah 45 detik, ulangi dosis ini dengan interval 60 detik
hingga dosis total 0,05 mg/kg atau 1 mg.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari makalah diatas adalah sebagai berikut.
1. Lorazepam merupakan obat golongan benzodizepin yang mempengaruhi zat kimia di
otak yang bisa saja menjadi tidak seimbang dan dapat menyebabkan gangguan jiwa
dan anxiety.
2. Gejala keracunan dapat berupa berbagai derajat depresi sistem saraf pusat mulai dari
kantuk hingga koma.
3. Diagnosa lorazepam dapat melalui uji laboratorium meliputi darah lengkap, elektrolit,
glukosa, BUD, kreatinin, dan darah arteri.
4. Keracunan akibat lorazepam dapat ditangani dengan flumazenil.
B. Saran
Makalah ini masih banyak kurangnya hingga perlu adanya saran dan masukan yang
membangun dari dosen pengampu.
DAFTAR PUSTAKA

Cyman Chemical. 2019. https://www.caymanchem.com/msdss/15891m.pdf . Diakses pada 22


Maret 2019.

David A Tenon. Benzodiazepines. In: Kent R Olson (ED.). Poisoning and drug overdose, fifth
edition, Mc Graw-Hill’S, 2007

Katzung.2002, Bertram, G.2002. Farmakologi dasar dan Klinik. Jakarta : Salemba Medika

Kearney. T.E. Benzodiazepines (Diazepam, Lorazepam, and Midazolam) in Poisoning & Drug
Overdose Fifth Ed. Olson, K.R., et al. (Eds.). McGraw-Hill Companies, Inc./Lange
Medical Books. New York. 2007.

Mandrioli R, Mercolini L, Raggi MA. Benzodiazepine metabolism: an analytical perspective.


Curr. Drug Metab. 2008 Oct; 9(8): 827-44.

Mims.2015.Mims Referensi Obat Informasi Ringkas Produk Obat Edisi 16.Jakarta : PT. Bhuana
Ilmu Populer

Sentra Informasi keracunan (SIKer) dan tim. Pedoman Penatalaksanaan Keracunan untuk
Rumah Sakit. 2001
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai