Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

“PASUTRI ASAL MARON TEWAS DIDUGA KERACUNAN


IKAN BUNTAL”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen keracunan
Dosen pengampu: Ririn Lispita W, M.Sc., Apt

Disusun oleh:
1. Siti Komariyah 18405021091
2. Mutiatul Millah 18405021108
3. Hansel Satriya Kusumo 18405021112
4. Ahlianda Rahastiyan 18405021116
5. Aria Noviyanto 18405021126
6. Cindy Priscilia D.P 18405021132

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2019
Kasus keracunan ikan buntal (kembung) hingga tewas
https://www.wartabromo.com/2019/02/08/pasutri-asal-maron-tewas-diduga-
keracunan-ikan-buntal/
A. Kasus
Satu keluarga mengalami keracunan ikan buntal (kembung) bintik
hitam, yang dibawanya. Sepasang suami istri (pasutri) asal Desa Brumbungan
Kidul, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo, tewas diduga keracunan
ikan buntal (kembung). Sedangkan, 2 lainnya kritis, dirawat di rumah sakit.
Ikan buntal (kembung) didapat dari hasil mancing pukul 13.00 WIB
kemudian dimasak untuk berbuka puasa. Pukul 18.00 WIB ikan itu dimakan
bersama-sama oleh para korban. Satu jam kemudian keempatnya merasakan
pusing, sesak nafas, dan muntah-muntah.
Korban dilarikan ke puskesmas namun 4 jam kemudian sepasang
pasutri meninggal dunia. Sedangkan 2 lainnya dirujuk ke RS karena kondisi
terus menurun.
Hasil penyelidikan menunjukkan, korban ini meninggal karena
mengkonsumsi ikan buntal bintik hitam. Murni kelalaian korban, yang kurang
berhati-hati dalam mengolah ikan beracun itu,” tandas Dadang
B. Analisa kasus
Korban mengalami keracunan ikan buntal dimungkinkan karena
korban tidak mengetahui jika ikan buntal adalah ikan beracun yang dapat
menyebabkan keracunan hingga kematian. Menurut Deskawati (2015) ikan
buntal dapat dikonsumsi dengan aman apabila diolah oleh seorang yang
memiliki sertifikasi dan kemampuan dalam mengolah ikan buntal dengan
benar. Memasak ikan buntal dengan cara menggoreng, merebus, menumis,
dan lain sebagainya tidak dapat menghilangan kandungan racun.
1) Kandungan racun dalam ikan buntal (kembung)
Keracunan akibat mengkonsumsi ikan buntal terjadi karena
ikan ini mengandung tetrodotoksin (TTX), yakni senyawa organik
heterosiklik yang termasuk golongan aminoperhydroquinazolone.
TTX juga merupakan suatu zat yang stabil terhadap panas (baru
terdegradasi pada suhu 1000C dalam lingkungan pH asam), tidak stabil
pada pH di atas 8 atau di bawah 3, bukan tergolongprotein, larut air
dan banyak ditemukan di dalam jaringan kulit, hati, ovarium, usus dan
otot dari ikan buntal. Kandungan TTX paling tinggi biasanya
ditemukan di dalam ovarium ikan buntal dan pada saat musim bertelur
(Pratama, 2015). Dalam spesies ikan buntal yang sama, kandungan
TTX sangat bervariasi, namun distribusi di dalam bagian tubuhnya
sangat spesifik. TTX sendiri kemungkinan besar diproduksi oleh
bakteri dan termakan oleh ikan buntal (Gopalakrishnakone P (eds.),
1990).

Gambar 1. Senyawa tetrotodoksin


Terdapat kemungkinan bahwa kandungan TTX dipengaruhi
oleh makanan dan kondisi perairannya. Setelah termakan, TTX
biasanya terakumulasi di suatu jaringan atau organ dari hewan
tersebut. Karena sifat TTX yang stabil terhadap panas, memasak ikan
buntal tidak dapat mengurangi
risiko keracunan TTX. Dosis kematian TTX adalah 10 mikrogram/kg
berat badan (Pratama, 2015).
TTX ini bersifat neurotoksik karena zat ini bekerja di membran
syaraf. Membran ini biasanya mempertahankan suatu potensial
istirahat negatif. Bila dirangsang, potensial kerja akan bangkit.
Potensial istirahat dan potensial kerja merupakan akibat dari
perbedaan antara kadar Na+ dan K+ lintas membran (kadar ion-ion ini
dipertahankan oleh pompa Na+ dan K+). TTX terbukti dapat
menghambat potensial kerja dengan memblokade pompa Na+. Selain
memblokade pompa kanal ion Na+, zat tersebut juga dapat
mempengaruhi fungsi sistem syaraf pusat dan sistem syaraf perifer
(yang berpengaruh pada otot jantung dan otot rangka (Deskawati,
2015).
2) Jenis keracunan yang dialami
Korban mengalami keracunan akut karena 1 jam setelah ingesti,
gejala klinis keracunan Nampak berupa pusing, sesak nafas dan muntah-
muntah. 4 jam setelah kejadian, sepasang pasutri meninggal dunia dan 2
lainnya segera dirujuk ke RS untuk mendapatkan perawatan karena
kondisinya semakin menurun.
C. Gejala keracunan ikan buntal
1) Gejala yang pertama kali muncul adalah paraestesia oral (mati rasa di
daerah bibir, lidah dan mulut). Gejala pertama di atas dapat disertai
dengan mual, muntah, diaforesis (berkeringat hebat), hipersalivasi
(peningkatan produksi air ludah), sakit perut, pusing, kesulitan menelan
dan kesulitan berbicara dapat muncul.
2) Rasa tidak enak badan, kelemahan otot, fasciculation dan ascending
paralysis (kelumpuhan bertahap dimulai dari tungkai bawah lalu naik ke
bagian tubuh lain) muncul pada 4-24 jam pertama.
3) Kematian terjadi karena adanya kelumpuhan otot-otot yang berkaitan
dengan sistem pernafasan
D. Pertolongan pertama keracunan ikan buntal
Menurut Departemen Kesehatan (2001), pertolongan pertama pada keracunan
ikan buntal adalah sebagai berikut.
1) Memicu muntah apabila korban masih sadar, dan tidak mengalami
kesulitan dalam menelan makanan/minuman maupun berbicara.
2) Tidak boleh memasukkan makanan atau minuman bila korban sedang
tidak sadar atau mengalami kesulitan dalam menelan
3) Segera bawa korban ke rumah sakit dengan fasilitas UGD (unit gawat
darurat) untuk segera mendapatkan pertolongan
E. Tatalaksana keracunan teratodoksin pada ikan buntal di IGD (Viccelli, 1993)
1) Diberikan terapi suportif dengan tabilisasi
 Penatalaksanaan jalan nafas
 Penatalaksanaan fungsi pernafasan,: ventilasi dan oksigenasi
 Penatalaksanaan sirkulasi: pasang infus kristaloid
2) Dekontaminasi saluran pencernaan
Induksi muntah
Aspirasi dan kumbah/cuci lambung (dengan larutan natrium
bikarbonat 2%)
Karbon aktif
F. Mencegah keracunan dan konsumsi ikan buntal (Nelson et al,2006).
Untuk mencegah keracunan ikan buntal, masyarakat bisa melakukan hal-hal
berikut ini.
1) Apabila Anda tertarik untuk mengkonsumsi hidangan ikan buntal,
pilihlah dengan cermat dan hati-hati di restoran Jepang yang kokinya
telah disertifikasi untuk menyajikan hidangan ikan buntal
2) Memasak ikan buntal (menggoreng, merebus, dll) tidak menghilangkan
bahaya racunnya. Karena itu, jangan mengkonsumsi ikan buntal yang
diolah oleh orang yang tidak memiliki sertifikasi dan kemampuan
mengolah ikan buntal dengan benar.
G. Sdj
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001, Pedoman penatalaksanaan


keracunan untuk rumah sakit, Jakarta, 246-247.

Deskawati E, 2015, Isolasi senyawa racun dari ikan buntal, tesis magister, Institut
Pertanian Bogor, Bogor

Gopalakrishnakone P (eds.), 1990, A colour guide to dangerous animals , Singapore


University Press, Singapura, 71-81.

Nelson LS et al. (eds.), 2006, Goldfrank’s Toxicologic Emergencies, McGraw-Hill,


New
York, 671.

Viccellio P (eds.), 1993, Handbook of medical toxicology, 1st edn., Brown and
Company, Massechusetts, 704.

Pratama G, 2015, Kajian tetrodotoksin ikan buntal pisang (Tetraodon lunaris) dari
perairan kabupaten cirebon, tesis magister, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Anda mungkin juga menyukai