untuk gangguan otot/kaku otot digunakan diazepam Pada pasien dengan gangguan pernapasan
dependensi
Farmakokinetik
Sifat fisikokimia dan farmakokinetik benzodiazepine sangat
mempengaruhi penggunaannya dalam klinik karena menentukan
lama kerjanya.Semua benzodiazepin pada dasarnya diabsorpsi
sempurna, kecuali klorazepat; obat ini cepat mengalami
dekarboksilasi dalam cairan lambung menjadi N-desmetil-diazepam
(nordazepam), yang kemudian diabsorpsi sempurna. Setelah
pemberian per oral, kadar puncak benzodiazepin plasma dapat
dicapai dalam waktu 0,5-8 jam. Kecuali lorazepam, absorbsi
benzodiazepin melalui suntikan IM tidak tratur.
Lanjutan....
Secara umum penggunaan terapi benzodiazepine bergantung kepada waktu
paruhnya, dan tidak selalu sesuia dengan indikasi yang dipasarkan.
Benzodiazepin yang bermanfaat sebagai antikonvulsi harus memiliki waktu
paruh yang panjang, dan dibutuhkan cepat masuk ke dalam otak agar dapat
mengatasi status epilepsi secara cepat. Benzodiazepin dengan waktu paruh
yang pendek diperlukan sebagai hipnotik, walaupun memiliki kelemahan yaitu
peningkatan penyalahgunaan dan dan berat gejala putus obat setelah
penggunaannya secara kronik. Sebagai ansietas, benzodiazepine harus
memiliki waktu paruh yang panjang, meskipun disertai risiko neuropsikologik
disebabkan akumulasi obat.
Derivat Benzodiazepine
a) Diazepam
Diazepam adalah benzodiazepine yang sangat larut dalam lemak dan memiliki durasi kerja yang
lebih panjang dibandingkan midazolam. Diazepam dilarutkan dengan pelarut organic (propilen glikol,
sodium benzoat) karena tidak larut dalam air. Larutannya pekat dengan pH 6,6-6,9.
b) Lorazepam
Lorazepam memiliki struktur yang sama dengan oxazepam, hanya berbeda pada adanya klorida
ekstra pada posisi orto 5-pheynil moiety. Lorazepam lebih kuat dalam sedasi dan amnesia disbanding
midazolam dan diazepam sedangkan efek sampingnya sama.
c) Flurazepam
Flurazepam diindikasikan sebagai obat untuk mengatasi insomnia. Hasil dari uji klinik terkontrol
telah menunjukkan bahwa Flurazepam menguarangi secara bermakna waktu induksi tidur, jumlah dan
lama terbangun selama tidur , maupun lamanya tidur. Mula efek hipnotik rata-rata 17 menit setelah
pemberian obat secara oral dan berakhir hingga 8 jam. Efek residu sedasi di siang hari terjadi pada
sebagian besar penderita,oleh metabolit aktifnya yang masa kerjanya panjang, karena itu obat
Fluarazepam cocok untuk pengobatan insomia jangka panjang dan insomnia jangka pendek yang disertai
gejala ansietas di siang hari.
NAMA OBAT, CARA PEMBERIAN & DOSIS BEBERAPA BENZODIAZEPIN
GABA berperan penting dalam proses tidur. Itulah sebabnya sebagian besar obat sedatif-hipnotik bekerja
mempengaruhi reseptor GABA, dalam hal ini reseptor subtipe A (GABAA).
Barbiturat juga memfasilitasi kerja GABA. Barbiturat meningkatkan lama pembukaan kanal ion klorida.
Selanjutnya ion-ion klorida akan masuk melewati membran sel sehingga membuat sel dalam keadaan
hiperpolarisasi dan mengurangi eksitabilitas neural. Dalam konsentrasi tinggi, Barbiturat bersifat GABA-mimetik.
Tanpa adanya molekul GABA, Barbiturat dapat mengaktifkan reseptor dan kanal-kanal ion klorida secara
langsung.
Barbiturat bekerja secara tidak selektif. Selain mengaktifkan reseptor GABA, Barbiturat juga mendepresi
neurotransmiter eksitatorik. Ketidakselektifan ini mungkin mendasari kemampuan Barbiturat yang dapat
berfungsi sebagai anestesi total dan kuatnya efek depresi saraf pusat. Barbiturat mempunyai efek minimal dalam
mempengaruhi tidur NREM, tetapi secara potensial menurunkan tidur REM.
Insomnia yang sulit diobati dan berat pada pasien
indikasi yang pernah mendapat barbiturat
Hipnotik sedatif, anestesi
Penurunan kesadaran
Efek
Gangguan keseimbangan
samping
Depresi pernapasan
Pusing,ataksia
dependensi
farmakokinetik
• Barbiturat secara oral diabsorpsi cepat dan sempurna dari lambung dan usus halus ke dalam darah.
Secra IV barbiturate digunakan untuk mengatasi status epilepsy dan menginduksi serta
mempertahankan anestesi umum. Barbiturate didistribusi secra luas dan dapat melewati plasenta,
ikatan dengan protein plasma sesuai dengan kalarutan dalam lemak. Barbiturat yang mudah larut
dalam lemak, misalnya thiopental dan metoheksital, setelah pemberian secara IV, akan ditimbun di
jaringan lemak dan otot. Hal ini akan menyebabkan kadarnya dalam plasma dan otak turun dengan
cepat.
• Barbiturate yang kurang lipofilik misalnya aprobarbital dan fenobarbital, dimetabolisme hampir
sempurna di dalam hati sebelum diekskresi di ginjal. Pada kebanyakan kasus, perubahan pada fungsi
ginjal tidak mempengaruhi eliminasi obat. Fenobarbital diekskresikan ke dalam urin dalam bentuk
tidak berubah sampai jumlah tertentu (20-30%) pada manusia.
• Faktor yang mempengatuhi biodisposisi hipnotik dan sedatif dapat dipengaruhi oleh berbagai hal
terutama perubahan pada fungsi hati sebagai akibat dari penyakit, usia tua yang mengakibatkan
penurunan kecepatan pembersihan obat yang dimetabolisme yang terjadi hampir pada semua obat
golongan barbiturat.
Klasifikasi
• Barbiturat diklasifikasikan berdasarkan lama kerjanya.
Barbiturat dengan kerja panjang adalah Fenobarbital yang
mempunyai waktu kerja 1-2 hari.
• Sedangkan Barbiturat dengan kerja singkat antara lain:
Pentobarbital, Sekobarbital, dan Amobarbital. Ketiganya
mempunyai lama kerja 3-8 jam.
• Tiopental adalah contoh Barbiturat dengan kerja sangat singkat
yaitu 20 menit.
Derivat Barbiturat
a) Fenobarbital
Fenobarbital dikenal dengan nama dagang luminal dan digunakan sebagai obat anti kejang. Obat ini
diindikasikan untuk semua tipe seizure kecuali absence seizure. Fenobarbital adalah obat lini pertama
untuk kejang pada neonatus. Bioavailabilitas Fenobarbital per oral mencapai 90%. Puncak konsentrasi
plasma tercapai setelah 8-12 jam. Dosis fenobarbital yang lazim digunakan untuk sedasi dan hipnosis
adalah 15-30 mg 2-3 kali sehari
b) Tiopental
Karena kelarutan dalam lipid yang tinggi serta waktu kerja yang sangat singkat, Tiopental digunakan
sebagai obat induksi anestetika umum intravena. Setelah diinjeksikan intravena, hanya dalam waktu 30-
45 detik, Tiopental mencapai otak dan mampu menyebabkan anestesi. Bahkan bila diberikan dalam dosis
yang cukup dapat menyebabkan hipnosis dalam satu waktu sirkulasi. Setelah itu dalam 5-10 menit
Tiopental mengalami redistribusi ke otot dan jaringan lemak sehingga konsentrasi obat dalam otak
berkurang dan menyebabkan kesadaran pulih. Dosis yang lazim dipakai untuk induksi anestesi bekisar
antara 3- 7 mg/kg BB.
NAMA OBAT, BENTUK SEDIAAN & DOSIS BEBERAPA OBAT BARBITURAT
Farmakokinetik
Propofol didegradasi di hati melalui metabolism oksidatif hepatic oleh cytochrome P-450. Namun,
metabolismenya tidak hanya dipengaruhi hepatic tetapi juga ekstrahepatik. Metabolism hepatic lebih
cepat dan lebih banyak menimbulkan inaktivasi obat dan terlarut air sementara metabolism asam
glukoronat diekskresikan melalui ginjal. Propofol membentuk 4-hydroxypropofol oleh sitokrom P450.
Propofol yang berkonjugasi dengan sulfat dan glukoronide menjadi tidak aktif dan bentuk 4
hydroxypropofol yang memiliki 1/3 efek hipnotik. Kurang dari 0,3% dosis obat diekskresikan melalui
urin. Waktu paruh propofol adalah 0,5-1,5 jam.
2. Ketamin
Ketamin adalah derivate phencyclidine yang meyebabkan disosiative anesthesia yang ditandai
dengan disosiasi EEG pada talamokortikal dan sistem limbik. Ketamin memiliki keuntungan dimana
tidak seperti propofol dan etomidate, ketamine larut dalam air dan dapat menyebabkan analgesic pada
dosis subanestetik. Namun ketamin sering hanya menyebabkan delirium.
• Mekanisme Kerja
Ketamin bersifat non-kompetitif phenycyclidine di reseptor N-Methyl D Aspartat (NMDA). Ketamin
juga memiliki efek pada reseptor lain termasuk reseptor opioid, reseptor muskarinik, reseptor
monoaminergik, kanal kalsium tipe L dan natrium sensitive voltase. Tidak seperti propofol dan etomide,
katamin memiliki efek lemah pada reseptor GABA. Mediasi inflamasi juga dihasilkan local melalui
penekanan pada ujung saraf yang dapat mengaktifasi netrofil dan mempengaruhi aliran darah. Ketamin
mensupresi produksi netrofil sebagai mediator radang dan peningkatan aliran darah. Hambatan langsung
sekresi sitokin inilah yang menimbulkan efek analgesia.
• Farmakokinetik
Farmakokinetik ketamin mirip seperti thiopental yang memiliki aksi kerja singkat, memiliki aksi
kerja yang relatif singkat, kelarutan lemak yang tinggi, pK ketamin adalah 7,5 pada pH fisiologik.
Konsentrasi puncak ketamin terjadi pada 1 menit post injeksi ketamin secara intravena dan 5 menit
setelah injeksi intramuscular. Ketamin tidak terlalu berikatan kuat dengan protein plasma namun secara
cepat dilepaskan ke jaringan misalnya ke otak dimana konsentrasinya 4-5 kali dari pada konsentrasi di
plasma.
3. Dekstromethorpan
Dekstromethorphan adalah NMDA antagonis dengan afinitas ringan yang paling sering digunakan
sebagai penghambat respon batuk di sentral. Obat ini memiliki efek yang seimbang dengan kodein
sebagai antitusif tetapi tidak memiliki efek analgesic. Tidak seperti kodein, obat ini tidak menimbulkan
efek sedasi atau gangguan sistem gastrointestinal. DMP memiliki efek euphoria sehingga sering
disalahkan. Tanda dan gejala penggunaan berlebihan DMP adalah hipertensi sistemik, takikardia,
somnolen, agitasi, ataxia, diaphoresis, kaku otot, kejang, koma, penurunan suhu tubuh. Hepatotoksisitas
meningkat pada pasien yang mendapat DMP dan asetaminofen.
4. Paraldelhyd
ParaldehYd merupakan polimer dari asetaldehid. Secara oral, paraldehid diabsorbsi cepat dan
didistribusi secara meluas; tidur dapat dicapai 10 – 15 menit setelah pemberian dosis hipnotik. Cara
pemberiannya oral dan rectal. Nama dagang Paral untuk pengobatan delirium tremens pada pasien yang
dirawat di rumah sakit; eliminasi lewat metabolisme di hati (75%) dan lewat pernafasan (25%), gejala
toksik meliputi asidosis, hepatitis, dan nefrosis.
5. Kloralhidrat
Kloralhidrat merupakan derivat monohidrat dari kloral. Trokloroetanol terutama dikonjugasi oleh
asam glukuronat dan konjugatnya(asam uroklorat) di ekskresikan sebagian besar lewat urin. Cara
pemberiannya oral, rectal. Cepat diubah jadi trikloroetanol oleh alcohol dehidrogenase di hati.
Penggunaan kronik menyebabkan kerusakan di hati, gejala putus obatnya berat. Efek samping dan
intoksikasi, kloralhidrat mengiritasi kulit dan mukosa membrane. Efek iritasi ini menimbulkan rasa tidak
enak, nyeri epigantrik, mual, dan kadang – kadang muntah. Efek samping pada SSP meliputi pusing,
lesu, ataksia, dan mimpi buruk. Hang over juga dapat terjadi, keracunan akut obat ini dapat menyebabkan
ikterus. Penghentian mendadak dari penggunaan kronik dpat mengakibatkan delirium dan bangkitan,
yang sering fatal.
6) Etklorvinol
Digunakan sebagai hipnotik jangka pendek, untuk mengatasi insomnia. Secara oral, diabsorbsi cepat
(bekerja dalam waktu 15 -30 menit), kadar puncak dalam darah dicapai dalam 1- 1,5 jam, dan didistribusi
secra meluas. Waktu paruh eliminasi 10 -20 jm. Sekitar 90% obat dirusak di hati. Etklorfvinol dapat
memacu metabolism hati obat – obat seperti antikoagulan oral. Efek samping yang paling umum adalah
aftertaste sperti mint, pusing, mual, mntah, hipotensi, dan rasa kebal (numbness) di daerah muka. Reaksi
idiosinkrasi dpat merupakan rangsangan ringan hingga sampai kuat, dan hysteria. Reaksi hipersensitifitas
meliputi urikaria. Intoksikasi akut menyerupai barbiturate.
7. Meprobamat
Obat ini pertama kali diperkenalkan sebagai antiansietas, namun saat ini juga dipakai sebgai hipnotik
sedative, dan digunakan pada pasien insomnia usia lanjut. Sifat farmakologi obat ini dlam bebrapa hal
menyerupai benzodiazepine. Tidak dpat menimbulkan anestesi umum. Konsumsi obat ini secra tunggal dengan
dosis yang sangat besar dapat menyebabkan depresi nafas yang berat hingga fatal, hipetensi, syok, dan gagal
jamtung.
Meprobamat tampaknya memiliki efek analgesic ringan pada pasien nyeri tulang otot, dan meningkatkan
efek obat analgetik yang lain. Absorbsi peroral baik. Kadar puncak dalam plasma, tercapai 1 - 3 jam. Sedikit
terikat protein plasma. Sebagian besar dimetabolisme di hati, terutama secra hidroksilasi, kinetika eliminasi,
dapat bergantung kepada dosis. Waktu paro miprobamat dapat diperpanjang selama penggunaaan kronis,
sebagian kecil obat diekskreikan lewat urin. Pada dosis sedatif, efek samping utama ialah ngantuk dan ataksia.
Pada dosis yang lebih besar, sangat mengurangi kemampuan belajar dan koordinasi gerak, dan memperlambat
waktu reaksi. Miprobamat meningkatkan efek depresi depresan SSP lain. Gejala efek samping lain yang
mugkin timbul antara lain : hipotensi, alergi pada kulit, purpura nontrombositopenik akut, angioedema, dan
bronkospasme.
Penyalahgunaaan meprobamat tetap terjadi walaupun penggunaannya secara klinik telah menurun.
Carisoprodol (SOMA), suatu perelaksasi otot yang menghasilkan meprobamat sebagai metabolit aktifnya, juga
banyak disalahgunakan. Gejala putus obat terjadi bila obat dihentikan secara mendadak setelah pemberian
meprobamat jangka lama. Gejala yang timbul meliputi : ansietas, insomnia, tremor, ganguan saluran cerna, dan
sering kali timbul halusinasi. Bangkitan umum sering terjadi pada kira – kira 10 % kasus.
Daftar Pustaka
Irawan,Ari .ANSIOLITIK BY GROUP II.https://slideplayer.info/slide/14299175/ . Diakses 2 oktober 2020
Putra,arif.2020. Mengenal Ansiolitik, Kategori Obat untuk Atasi Gangguan Kecemasan.
https://www.sehatq.com/artikel/mengenal-ansiolitik-kategori-obat-untuk-atasi-gangguan-kecemasan .
Diakses 2 oktober 2020
Rahmi,Selvia .MAKALAH FARMAKOLOGI SEDATIV-HIPNOTIK.
https://www.academia.edu/35812809/MAKALAH_FARMAKOLOGI_SEDATIV_HIPNOTIK . Diakses 2
oktober 2020