Anda di halaman 1dari 21

KESESUAIN PENGGUNAAN OBAT DENGAN FORMULARIUM NASIONAL DAN

FORMULARIUM RUMAH SAKIT RSUD dr. Rasidin

Tri Evi Lestari Sibarani 22021059


Rika Andani 22021060
01. FORNAS
FORMULARIUM NASIONAL
Fornas adalah susunan daftar obat yang di bentuk oleh komite nasional disahkan

oleh menteri kesehatan, didasarkan pada bukti ilmiah mutakhir, berkhasiat, aman DEFINISI
dan dengan harga yang terjangkau yang disediakan dan digunakan sebagai acuan

penggunaan obat dalam jaminan kesehatan nasional.

sebagai acuan bagi fasilitas kesehatan dalam menjamin

ketersediaan obat yang berkhasiat, bermutu, aman, dan


TUJUAN
terjangkau dalam sistem JKN (Kemenkes RI, 2013).
TIM PENYUSUN FORNAS
Fornas disusun oleh Komnas Fornas yang merupakan Tim
Seleksi Obat yang bertanggung jawab untuk penyusunan
Formularium Nasional yang ditetapkan melalui Keputusan
Menteri Kesehatan No. HK.01.07/MENKES/1295/2022 tentang
Komite Nasional Seleksi Obat dan Fitofarmaka dengan
didampingi kelompok kerja yang ditetapkan melalui Keputusan
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan tentang No.
HK.02.02/E/21560/2022 Tim Seleksi Obat Formularium
Nasional (Kemenkes RI, 2013).
02. FORMULARIUM RUMAH SAKIT
DEFINISI
Formularium rumah sakit merupakan
daftar obat yang disepakati staf
medis, disusun oleh komite farmasi
dan terapi yang ditetapkan oleh
pimpinan rumah sakit.

TUJUAN
Formularium bermanfaat sebagai acuan bagi
penulis resep, mengoptimalkan pelayanan
kepada pasien, memudahkan perencanaan,
dan penyediaan obat pada fasilitas pelayanan
kesehatan.
Kriteria pemilihan obat untuk masuk
Formularium Rumah Sakit

 Obat yang dikelola di rumah sakit merupakan obat yang memiliki


Nomor Izin Edar (NIE)
 Mengutamakan penggunaan obat generik
 Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling
menguntungkan penderita
 Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien
 Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi
berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung; dan
 Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman
(evidence based medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan
dengan harga yang terjangkau
Tahapan Penyusunan Formularium Rumah Sakit

 Meminta usulan obat dari masing-masing Kelompok Staf Medik (KSM) dengan berdasarkan pada Panduan
Praktik Klinis (PPK) dan clinical pathway.
.
Membuat rekapitulasi usulan obat dari masing-masing KSM berdasarkan standar terapi atau standar
pelayanan medik.
 Mengelompokkan usulan obat berdasarkan kelas terapi.
 Membahas usulan tersebut dalam rapat Komite/Tim Farmasi dan Terapi, jika diperlukan dapat meminta
masukan dari pakar.
 Mengembalikan rancangan hasil pembahasan Komite/Tim Farmasi dan Terapi, dikembalikan ke masing-
masing Staf Medik Fungsional (SMF) untuk mendapatkan umpan balik.
 Membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF untuk mendapatkan obat yang rasional dan cost
effective.
 Menyusun usulan daftar obat yang masuk ke dalam Formularium Rumah Sakit.
 Menyusun usulan kebijakan penggunaan obat.
 Penetapan formularium rumah sakit oleh Direktur.
 Melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada seluruh tenaga kesehatan rumah sakit.
 Melakukan monitoring dan evaluasi kepatuhan. (Kemenkes RI, 2020)
AKSES
Formularium Rumah Sakit dapat
berbentuk hard copy dan/atau soft
copy dan harus dapat diakses oleh
seluruh tenaga kesehatan yang
terlibat dalam penggunaan obat
(Kemenkes RI, 2020).

REVIU
Pelaksanaan reviu formularium dilakukan
paling sedikit 1 (satu) tahun sekali meliputi
efektifitas obat dan monitoring medication
error. Reviu terkait efektifitas meliputi
dokumen pemantauan terapi pasien
(Kemenkes RI, 2020).
Kegiatan pendukung penyusunan Formularium
Rumah Sakit

 Kajian pemilihan dan reviu obat.


 Evaluasi penggunaan obat, termasuk kesesuaian dengan Fornas.
 Evaluasi keamanan obat terutama obat baru yang masuk ke dalam
daftar obat Formularium Rumah Sakit.
 Kesesuaian antara Panduan Praktik Klinis dengan daftar obat
dalam Formularium Rumah Sakit.Pengembangan kebijakan
penggunaan obat.
Metoda pengambilan data retrospektif. Metoda retrospektif ialah pengambialan

data fariabel akibat dilakukan terlebih dahulu, kemudian baru di ukur variabel METODE
sebab telah terjadi pada waktu yang lalu. Pada tanggal 1 juni 2023 sampai 10 juni

2023, dan data yang di kumpulkan berupa data kuantitatif.


Tempat dan Waktu

Pengambilan data di lakukan pada Instalasi Farmasi Depo Central Pasien Rawat

Jalan RSUD dr. Rasidin Padang.


TEMPAT

1 juni 2023 sampai 10 juni 2023

WAKTU
Pengambilan Data

Data di ambil dari lembar resep pasien rawat


jalan Instalasi Farmasi Depo Central Pasien Rawat
Jalan RSUD dr. Rasidin Padang. Dari tanggal 1 juni
2023 sampai 10 juni 2023. Resep yang di ambil
secara acak yaitu sebanyak 30 lembar resep.
OPERASIONAL
01 Lembar R/
Lembar R/ Pasien Rawat Jalan RSUD dr. Rasidin Padang yang di layani di Instalasi Farmasi Depo Central.
Dari tanggal 1 juni 2023 sampai 10 juni 2023.

02 Item obat
Item obat yang ada dalam lembar resep pasien rawat jalan RSUD dr. Rasidin Padang yang di layani di Instalasi Farmasi Depo
Central. Dari tanggal 1 juni 2023 sampai 10 juni 2023.

Kelas Terapi
03 Kelas terapi yang di maksud adalah kelas terapi yang ada di dalam Formularium Nasional sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan RI No.HK.01.07/MENKES/659/2017 dan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.HK.01.07/MENKES/707/2018 dan kelas terapi yang ada dalam Formularium RSUD dr. Rasidin Padang.

Kesesuaian Item Obat


04 Kesesuain item obat yang di maksud adalah kesesuain item anata obat yang di tulis dalam resep dengan kelas terapi dan item
obat dalam Formularium Nasional dan Formularium RSUD dr. Rasidin Padang

05 Kesesuain lembar resep


Lembar resep di katakan sesuai bila semua item obat dalam resep sesuai dengan Formularium
Nasional.
OPERASIONAL
06 Formularium Nasional
Formularium Nasional yang di gunakan sebagai acuan adalah Formualrium Nasional sesuai Keputusan
Menteri Kesehatan RI No.HK.01.07/MENKES/659/2017 2017 dan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.HK.01.07/MENKES/707/2018.

07 Formularium Rumah Sakit RSUD dr. Rasidin Padang


Formularium yang berisi daftar tambahan obat di luar Formularium Nasional yang telah di setujui oleh di reksi untuk di berikan
ke pasien.

Presentase kesesuain berdasarkan kelas terapi dalam Formularium Nasional


08 Presentase di hitung pada tiap kelas terapi dalam Formularium Nasional. Presentase kesesuain di dapat dengan
membandingkan antara jumlah item obat dari tiap kelas terapi yang sesuai dengan kelas terapi di Formularium Nasional
dengan jumlah semua item obat yang termasuk dalam kelas terapi tersebut di kalikan 100%.
Analisis Data
Presentase yang di hitung adalah presentase kesesuaian item obat berdasarkan kelas terapi dalam formularium nasional.
• Rumus slovin apabila jumlah populasi besar dari 30, yaitu :
n= N
1 + N e2

Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = presentase kelonggaran ketidakterikatan karena kesalahan pengambilan sampel yang masih di inginkan

• Apabila jumlah populasi kecil atau kecil sama 30 maka menggunakan rumus :

Jumlah R/ recipe dalam lembar resep


yang sesuai dengan fornas
Kesesuaian sesuai fornas =
Jumlah R/ recipe dalam lembar resep
yang di observasi
Hasil

KESESUAIAN PENGGUNAAN FORMULARIUM NASIONAL KESESUAIAN PENGGUNAAN FORMULARIUM NASIONAL


PASIEN PROLANIS 01 JUNI - 10 JUNI 2023 PASIEN INA CBGs 01 JUNI - 10 JUNI 2023

NO Tanggal Total R/ Sesuai Fornas Diluar Fornas Keterangan N Tanggal Total R/ Sesuai Fornas Diluar Keteranga
O Fornas n

1 01 Juni 2023 - - -   1 01 Juni 2023 - - -  


2 2 02 Juni 2023 - - -  
02 Juni 2023 - - -  
3 03 Juni 2023 171 161 10   3 03 Juni 2023 169 109 60  

4 04 Juni 2023 4 04 Juni 2023 - - -  


- - -  
5 05 Juni 2023 144 103 41  
5 05 Juni 2023 361 335 26  
6 06 Juni 2023 126 84 42  
6 06 Juni 2023 174 169 5  
7 07 Juni 2023 112 87 25  
7 07 Juni 2023 220 190 30  
8 08 Juni 2023 130 90 40  
8 08 Juni 2023 186 164 22  
9 09 Juni 2023 143 102 41  
9 09 Juni 2023 176 160 16  
10 10 Juni 2023 134 115 19  
10 10 Juni 2023 119 105 14  
  TOTAL 958 690 268  
  TOTAL 2365 1284 123  

Kesesuaian sesuai fornas = x 100 % = 91,25 % Kesesuaian sesuai fornas = x 100 % = 72,02 %
KESESUAIAN PENGGUNAAN FORMULARIUM NASIONAL
01 JUNI - 10 JUNI 2023

NO Tanggal Total R/ Sesuai Fornas Diluar Fornas Keterangan

1
01 Juni 2023 - - -  
2 02 Juni 2023 - - -  
3 03 Juni 2023 340 270 70  

4 04 Juni 2023 - - -  
5 05 Juni 2023 505 438 67  

6 06 Juni 2023 300 253 47  

7 07 Juni 2023 332 277 55  

8 08 Juni 2023 316 254 62  

9 09 Juni 2023 319 262 57  

10 10 Juni 2023 253 220 33  

  TOTAL 2365 1974 391  

Kesesuaian sesuai fornas = x 100 % = 83,47 %


Pembahasan

Dari hasil telaah resep pada tanggal 01 Juni- 10 Juni 2023, terdapat 2.365 resep yang terdiri dari 958 resep pasien INA CBGs dan 1.407
pasien prolanis. Kesesuaian dokter dalam menuliskan resep yang sesuai dengan obat fornas adalah 83,47 %. Persentase kesesuaian
penulisan resep pada pasien INA CBGs tergolong rendah dibandingkan pasien prolanis. Tingkat kesesuaian penulisan resep yang mengacu
pada formularium nasional berdasarkan SK Menkes RI No. 129/Menkes/SK/II/2008 yaitu 100 %. Hal ini sebagai tolak ukur dalam standar
pelayanan rumah sakit.
Banyak faktor yang menyebabkan suatu rumah sakit tidak dapat memenuhi standar pelayanan minimal kesesuaian penulisan resep
berdasarkan formularium. Faktor internal yang memengaruhi adalah formularium yang dibuat belum sempurna sehingga banyak terapi
pengobatan tertentu yang belum mencantumkan obat yang diperlukan di formualrium, dan kurang tersosialisainya formularium yang telah
ditetapkan kepada dokter selaku profesi yang berhak menuliskan resep dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien (Nasyanka,
2020). Semakin rendah tingkat kesesuaian terapi obat terhadap formularium, akan memperlambat proses pelayanan terhadap pasien
(Musnelina & Agung, 2016). Faktor internal lainnya adalah adanya perbedaan pabrik yang memproduksi obat serta perbedaan kekuatan atau
dosis obat antara yang di formularium dengan stok fisik di depo (Kusumahati et al., 2017).
Faktor eksternal yang memengaruhi adalah adanya faktor marketing kepada dokter dari perusahaan farmasi yang
produknya tidak terdapat formularium rumah sakit, agar dapat menuliskan resep produk mereka (Nasyanka, 2020). Biaya
marketing obat di Indonesia mencapai 40% dari biaya produksi. Target marketing obat adalah dokter dalam bentuk biaya
pelatihan, kongres, seminar, workshop, bahkan gratififikasi yang mengakibatkan dokter tidak menuliskan resep berdasarkan
formularium rumah sakit (Winda, 2018). Ketidaksesuaian terhadap formularium di era Jaminan Kesehatan Nasional
berakibat terhadap efifisiensi pengadaan perbekalan farmasi, karena ada perbekalan farmasi yang persediaanya kekurangan,
sementara ada perbekalan farmasi yang persediaannya berlebih dan cenderung tidak terpakai, sehingga mengakibatkan
kerugian di instalasi farmasi (Mahfudhoh & Rohmah, 2015).
Pada fornas obat-obatan dikelompokkan berdasarkan golongan cara kerjanya. Penggunaan obat yang paling banyak
digunakan sesuai formularium nasional yaitu golongan anlgetik, H-2 antagonis, anestesi, laksatif dan antitusif dengan
jumlah total sebesar 1.974. Penggunaan obat golongan tersebut banyak digunakan karena merupakan obat dasar untuk
penyakit terbesar yang ada RSUD dr. Rasidin Padang. Peresepan obat yang tidak sesuai dengan fornas paling besar terjadi
pada golongan diuretik, kombinasi kortikosteroid, vitamin, antihipertensi dan neuroprotector, jumlah total sebesar 391.
Untuk golongan vitamin, dokter lebih sering meresepkan vitamin yang isinya kombinasi dan beberapa jenis (multivitamin),
karena jenis vitamin yang masuk dalam formularium nasional berisi zat aktif tunggal. Untuk obat golongan neuroprotector
yang bersifat spesialistik dibutuhkan pada kasus syaraf, tidak terdapat substitusinya didalam fornas.
Evaluasi kesesuaian penulisan resep berdasarkan formularium di RSUD dr. Rasdin Padang dapat mengetahui faktor
penyebab peresepan di luar formularium, baik dari internal maupun eksternal, dilakukan minimal satu tahun sekali di akhir
tahun yang hasilnya harus dapat ditindaklanjuti oleh manajemen rumah sakit agar kepatuhan penulisan resep terhadap
formularium dapat meningkat ditahun berikutnya (Susanto & Permanasari, 2018).
 
Kesimpulan
Kesesuaian dokter dalam penulisan resep berdasarkan
formularium nasional pada pasien INA CBYs rata-rata
persentase kesesuaiannya adalah 72,02 % dan pada pasien
pronalis rata-rata persentase kesesuaiannya adalah 91,25 %.
Sehingga rata- rata kesesuaian dokter dalam penulisan resep
berdasarkan formularium nasional di RSUD dr.Rasidin Padang
adalah 83,47 %.

Saran
• Membangun komunikasi yang baik antara direktur, KFT, staf
di unit farmasi dan dokter sebagai pelaksana kebijakan.

• Perlu dipertimbangkan untuk penambahan jumlah staf di


instalasi farmasi agar beban kerjanya lebih terkontrol dan
terarah dalam pemantauan setiap resep yang masuk ke
farmasi sehingga mampu dilakukannya evaluasi secara rutin
terhadap kepatuhan peresepan obat fornas. Diharapkan
kedepannya kendali mutu dan biaya dapat berjalan efisien.
THANK YOU
Enter your text here, or paste your text here.

Anda mungkin juga menyukai