oleh menteri kesehatan, didasarkan pada bukti ilmiah mutakhir, berkhasiat, aman DEFINISI
dan dengan harga yang terjangkau yang disediakan dan digunakan sebagai acuan
TUJUAN
Formularium bermanfaat sebagai acuan bagi
penulis resep, mengoptimalkan pelayanan
kepada pasien, memudahkan perencanaan,
dan penyediaan obat pada fasilitas pelayanan
kesehatan.
Kriteria pemilihan obat untuk masuk
Formularium Rumah Sakit
Meminta usulan obat dari masing-masing Kelompok Staf Medik (KSM) dengan berdasarkan pada Panduan
Praktik Klinis (PPK) dan clinical pathway.
.
Membuat rekapitulasi usulan obat dari masing-masing KSM berdasarkan standar terapi atau standar
pelayanan medik.
Mengelompokkan usulan obat berdasarkan kelas terapi.
Membahas usulan tersebut dalam rapat Komite/Tim Farmasi dan Terapi, jika diperlukan dapat meminta
masukan dari pakar.
Mengembalikan rancangan hasil pembahasan Komite/Tim Farmasi dan Terapi, dikembalikan ke masing-
masing Staf Medik Fungsional (SMF) untuk mendapatkan umpan balik.
Membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF untuk mendapatkan obat yang rasional dan cost
effective.
Menyusun usulan daftar obat yang masuk ke dalam Formularium Rumah Sakit.
Menyusun usulan kebijakan penggunaan obat.
Penetapan formularium rumah sakit oleh Direktur.
Melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada seluruh tenaga kesehatan rumah sakit.
Melakukan monitoring dan evaluasi kepatuhan. (Kemenkes RI, 2020)
AKSES
Formularium Rumah Sakit dapat
berbentuk hard copy dan/atau soft
copy dan harus dapat diakses oleh
seluruh tenaga kesehatan yang
terlibat dalam penggunaan obat
(Kemenkes RI, 2020).
REVIU
Pelaksanaan reviu formularium dilakukan
paling sedikit 1 (satu) tahun sekali meliputi
efektifitas obat dan monitoring medication
error. Reviu terkait efektifitas meliputi
dokumen pemantauan terapi pasien
(Kemenkes RI, 2020).
Kegiatan pendukung penyusunan Formularium
Rumah Sakit
data fariabel akibat dilakukan terlebih dahulu, kemudian baru di ukur variabel METODE
sebab telah terjadi pada waktu yang lalu. Pada tanggal 1 juni 2023 sampai 10 juni
Pengambilan data di lakukan pada Instalasi Farmasi Depo Central Pasien Rawat
WAKTU
Pengambilan Data
02 Item obat
Item obat yang ada dalam lembar resep pasien rawat jalan RSUD dr. Rasidin Padang yang di layani di Instalasi Farmasi Depo
Central. Dari tanggal 1 juni 2023 sampai 10 juni 2023.
Kelas Terapi
03 Kelas terapi yang di maksud adalah kelas terapi yang ada di dalam Formularium Nasional sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan RI No.HK.01.07/MENKES/659/2017 dan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.HK.01.07/MENKES/707/2018 dan kelas terapi yang ada dalam Formularium RSUD dr. Rasidin Padang.
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = presentase kelonggaran ketidakterikatan karena kesalahan pengambilan sampel yang masih di inginkan
• Apabila jumlah populasi kecil atau kecil sama 30 maka menggunakan rumus :
NO Tanggal Total R/ Sesuai Fornas Diluar Fornas Keterangan N Tanggal Total R/ Sesuai Fornas Diluar Keteranga
O Fornas n
Kesesuaian sesuai fornas = x 100 % = 91,25 % Kesesuaian sesuai fornas = x 100 % = 72,02 %
KESESUAIAN PENGGUNAAN FORMULARIUM NASIONAL
01 JUNI - 10 JUNI 2023
1
01 Juni 2023 - - -
2 02 Juni 2023 - - -
3 03 Juni 2023 340 270 70
4 04 Juni 2023 - - -
5 05 Juni 2023 505 438 67
Dari hasil telaah resep pada tanggal 01 Juni- 10 Juni 2023, terdapat 2.365 resep yang terdiri dari 958 resep pasien INA CBGs dan 1.407
pasien prolanis. Kesesuaian dokter dalam menuliskan resep yang sesuai dengan obat fornas adalah 83,47 %. Persentase kesesuaian
penulisan resep pada pasien INA CBGs tergolong rendah dibandingkan pasien prolanis. Tingkat kesesuaian penulisan resep yang mengacu
pada formularium nasional berdasarkan SK Menkes RI No. 129/Menkes/SK/II/2008 yaitu 100 %. Hal ini sebagai tolak ukur dalam standar
pelayanan rumah sakit.
Banyak faktor yang menyebabkan suatu rumah sakit tidak dapat memenuhi standar pelayanan minimal kesesuaian penulisan resep
berdasarkan formularium. Faktor internal yang memengaruhi adalah formularium yang dibuat belum sempurna sehingga banyak terapi
pengobatan tertentu yang belum mencantumkan obat yang diperlukan di formualrium, dan kurang tersosialisainya formularium yang telah
ditetapkan kepada dokter selaku profesi yang berhak menuliskan resep dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien (Nasyanka,
2020). Semakin rendah tingkat kesesuaian terapi obat terhadap formularium, akan memperlambat proses pelayanan terhadap pasien
(Musnelina & Agung, 2016). Faktor internal lainnya adalah adanya perbedaan pabrik yang memproduksi obat serta perbedaan kekuatan atau
dosis obat antara yang di formularium dengan stok fisik di depo (Kusumahati et al., 2017).
Faktor eksternal yang memengaruhi adalah adanya faktor marketing kepada dokter dari perusahaan farmasi yang
produknya tidak terdapat formularium rumah sakit, agar dapat menuliskan resep produk mereka (Nasyanka, 2020). Biaya
marketing obat di Indonesia mencapai 40% dari biaya produksi. Target marketing obat adalah dokter dalam bentuk biaya
pelatihan, kongres, seminar, workshop, bahkan gratififikasi yang mengakibatkan dokter tidak menuliskan resep berdasarkan
formularium rumah sakit (Winda, 2018). Ketidaksesuaian terhadap formularium di era Jaminan Kesehatan Nasional
berakibat terhadap efifisiensi pengadaan perbekalan farmasi, karena ada perbekalan farmasi yang persediaanya kekurangan,
sementara ada perbekalan farmasi yang persediaannya berlebih dan cenderung tidak terpakai, sehingga mengakibatkan
kerugian di instalasi farmasi (Mahfudhoh & Rohmah, 2015).
Pada fornas obat-obatan dikelompokkan berdasarkan golongan cara kerjanya. Penggunaan obat yang paling banyak
digunakan sesuai formularium nasional yaitu golongan anlgetik, H-2 antagonis, anestesi, laksatif dan antitusif dengan
jumlah total sebesar 1.974. Penggunaan obat golongan tersebut banyak digunakan karena merupakan obat dasar untuk
penyakit terbesar yang ada RSUD dr. Rasidin Padang. Peresepan obat yang tidak sesuai dengan fornas paling besar terjadi
pada golongan diuretik, kombinasi kortikosteroid, vitamin, antihipertensi dan neuroprotector, jumlah total sebesar 391.
Untuk golongan vitamin, dokter lebih sering meresepkan vitamin yang isinya kombinasi dan beberapa jenis (multivitamin),
karena jenis vitamin yang masuk dalam formularium nasional berisi zat aktif tunggal. Untuk obat golongan neuroprotector
yang bersifat spesialistik dibutuhkan pada kasus syaraf, tidak terdapat substitusinya didalam fornas.
Evaluasi kesesuaian penulisan resep berdasarkan formularium di RSUD dr. Rasdin Padang dapat mengetahui faktor
penyebab peresepan di luar formularium, baik dari internal maupun eksternal, dilakukan minimal satu tahun sekali di akhir
tahun yang hasilnya harus dapat ditindaklanjuti oleh manajemen rumah sakit agar kepatuhan penulisan resep terhadap
formularium dapat meningkat ditahun berikutnya (Susanto & Permanasari, 2018).
Kesimpulan
Kesesuaian dokter dalam penulisan resep berdasarkan
formularium nasional pada pasien INA CBYs rata-rata
persentase kesesuaiannya adalah 72,02 % dan pada pasien
pronalis rata-rata persentase kesesuaiannya adalah 91,25 %.
Sehingga rata- rata kesesuaian dokter dalam penulisan resep
berdasarkan formularium nasional di RSUD dr.Rasidin Padang
adalah 83,47 %.
Saran
• Membangun komunikasi yang baik antara direktur, KFT, staf
di unit farmasi dan dokter sebagai pelaksana kebijakan.