Anda di halaman 1dari 47

PENGELOLAAN OBAT DI

KABUPATEN BUTON
Nawacita Presiden dan Renstra Kemenkes

 Nawacita 5: meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia


 Terselenggaranya manajemen logistik alat kesehatan, obat, dan vaksin dalam rangka
pemenuhan tepat waktu baik jumlah dan kualitas.
 Tersedianya obat-obatan esensial dan vaksinasi dasar sesuai standar WHO dan IDI pada
akhir 2015 di 40% Puskesmas dan/atau (Pustu)
 Renstra Kemenkes 2015-2019: Aksesibilitas serta Mutu Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan.
 Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas sebesar 90%.
 Persentase instalasi farmasi kabupaten/kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat
dan vaksin sesuai standar sebesar 75%
KEBIJAKAN OBAT NASIONAL
SK Menkes No.189/Menkes/SK/III/2006
TEPAT TEPAT
KETERSEDIAAN
A DIAGNOSA OBAT

K TUJUAN PENGGUNAAN
PEMERATAAN S K OBAT
O RASIONAL
E N
KETERJANGKAUAN S A
TEPAT
PENGGUNAAN
TEPAT
DOSIS
S

KEAMANAN KHASIAT MUTU

PENGAWASAN
◊ Obat merupakan komponen esensial dari suatu pelayanan
kesehatan.

◊ Pembangunan di bidang obat  tersedianya jumlah dan jenis


obat yang mencukupi.
◊ Proses pengelolaan tidak tepat :

 Kekosongan stok obat yang pemakaiannya


cukup besar;

 Bertumpuknya stok obat yang jarang


digunakan;

 Banyak obat yang menunggu hanya untuk


expire.
PERENCANAAN

PENCATATAN & PENGADAAN


PELAPORAN
PENGELOLAAN
OBAT

PENDISTRIBUSIAN PENYIMPANAN
Tata Kelola Obat Secara Terpadu
Pemilihan/Seleksi
Monitoring & FORNAS
(e-FORNAS)
Evaluasi

Penggunaan
POR
Perencanaan
Good Prescribing Practice
RKO

Good Pharmacy Practice

FORNAS

Distribusi
LP-LPO Pengadaan
Good Distribution Practice - E-Purchasing (e-Katalog)
- Cara lain sesuai Perpres 54/2010
Good Storage Practice

E-Monev Katalog
Pemilihan / Seleksi
Penyediaan obat di fasilitas kesehatan dilaksanakan dengan mengacu kepada Fornas dan harga obat
yang tercantum dalam e-katalog obat.
FORMULARIUM NASIONAL

Formularium Nasional merupakan acuan yang digunakan dalam


penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk pelaksanaan program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN).

Terdiri dari :
• Kelas Terapi : 29
• Sub kelas terapi : 96
• 586 item obat/zat aktif, (dalam 1036 kekuatan/bentuk sediaan), terdiri dari:

• 537 item obat /zat aktif (dalam 957 kekuatan/bentuk sediaan)


yang sudah ada di dalam Fornas 2013
• Usulan Obat Baru: 49 item (terdiri dari 51 kekuatan dan
bentuk sediaan)
• Usulan Sediaan Baru: 28 kekuatan dan bentuk sediaan
Perkembangan Formularium Nasional

FORNAS 2015 7
SK Menkes No. 1
HK.02.02/Menkes/523/2015 20 PENYUSUNAN FORNAS 2017
-562 item obat/zat aktif (terdiri dari 983 kekuatan dan Usulan yang sudah masuk
bentuk sediaan) sebesar:
-Obat Rujuk Balik : 75 item dalam 151 Bentuk sediaan. 477 item dalam 673 sediaan
6
201
ADENDUM PERUBAHAN 2016

1 5
FORNAS 2013 + ADENDUM 2014 SK Menkes No. HK.02.02/Menkes/137/2016

20
SK Menkes No. 328/ Menkes/ SK/ VIII/2013 -573 item obat/zat aktif (terdiri dari 1018 kekuatan dan bentuk sediaan)
-540 item dalam 968 sediaan/ kekuatan
-Obat Rujuk Balik : 82 item dalam 155 sed/kek SK Menkes No. HK.02.02/Menkes/636/2016
-586 item obat/zat aktif (terdiri dari 1036 kekuatan dan bentuk sediaan)

1 4
20

2013
Boleh tidak penyediaan obat di luar FORNAS ?

- -
Penggunaan Obat Di Luar Formularium Nasional

Pada pelaksanaan pelayanan kesehatan, penggunaan obat disesuaikan dengan standar pengobatan
dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Apabila dalam pemberian pelayanan kesehatan, pasien membutuhkan obat yang belum tercantum
di Formularium nasional, maka:

a. Penggunaan obat di luar Formularium nasional di FKTP dapat digunakan apabila sesuai dengan indikasi medis
dan sesuai dengan standar pelayanan kedokteran yang biayanya sudah termasuk dalam kapitasi dan tidak boleh
dibebankan kepada peserta.

b. Penggunaan obat di luar Formularium nasional di FKRTL hanya dimungkinkan setelah mendapat rekomendasi
dari Ketua Komite Farmasi dan Terapi dengan persetujuan Komite Medik atau Kepala/Direktur Rumah Sakit
yang biayanya sudah termasuk dalam tarif INA CBGs dan tidak boleh dibebankan kepada peserta.
1. J K N
2. DAK
• Perencanaan Kebutuhan Obat

- -
- Perencanaan :
menetapkan jenis dan jumlah obat 
Metode konsumsi & morbiditas (pola penyakit).
Perencanaan Kebutuhan Obat (RKO)
• DAK Kefarmasian (18 Bulan)
- 12 bulan
- 6 bulan Buffer stock
• Kapitasi BPJS (jumlah terbatas dan sesuai kebutuhan)
- Jumlah terbatas/sesuai kebutuhan dan hanya mengisi
kekosongan yang bersifat sementara
- Tidak boleh double pembiayaan (DAK Kefarmasian dan Kapitasi
BPJS)

- -
Rencana Kebutuhan Obat (RKO)

Penetapan RKO

• Proses Tayang e-
• Fornas sebagai Acuan JKN Katalog
• RKO FKTP • Perencanaan
• Sesuai penggunaan pada
• RKO FKRTL penyediaan obat
tingkatan pelayanan di Faskes
RKO Program Kesehatan program
Nasional
Item Manfaat RKO

Pengajuan RKO melalui


http://monevkatalogobat.kemkes.go.id/
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
- -
Kementerian Kesehatan
Rencana Kebutuhan obat (RKO) dan Proses Pengadaan Obat

Proses Pengadaan obat dan Perbekkes

Industri :

Kepastian pemenang dan kebutuhan


Industri sudah mulai persiapan produksi (3-6 Pembatalan oleh
Bulan) RUP (rencana Umum Pengadaan) Penerimaan Penyedia

Faskes: Kontrak Kerja dengan PBF Pembayaran Lakukan Pengadaan non


e purchesing
Perencanaan Pengadaan

Juni Oktober Januari Feb April Juli Oktober

RKO tahun
berikutnya

Faskes sudah
Tayang katalog Review RKO tingkat
merencanakan Review RKO Review RKO
Prov
kebutuhan

Review RKO
Kabupaten

Proses Penyusunan RKO


Kebijakan Tata Kelola Obat JKN
- Pengadaan :
memperhatikan kesesuaian antara jumlah dan jenis obat yang
direncanakan dan yang diadakan.
PENGADAAN
Pengadaan obat dalam e-katalog menggunakan mekanisme e-
purchasing, atau bila terdapat kendala operasional dapat
dilakukan secara manual.

Dalam hal jenis obat tidak tersedia dalam Fornas dan harganya
tidak terdapat dalam e-katalog, maka pengadaannya dapat
menggunakan mekanisme pengadaan yang lain sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku.
BAGAIMANA PEMANFAATAN DANA KAPITASI
PUSKESMAS UNTUK PENGADAAN OBAT DAN
BMHP ?

- -
PERMENKES 21 TAHUN 2016 TENTANG PENGGUNAAN DANA
KAPITASI JKN UNTUK JASA YANKES DAN DUKUNGAN BIAYA
OPERASIONAL PADA FKTP MILIK PEMERINTAH DAERAH
Pasal 3
• Dana Kapitasi yang diterima FKTP dimanfaatkan seluruhnya untuk pembayaran jasa
yankes dan dukungan biaya operasional yankes;
• Alokasi untuk jasa yankes minimum 60% dari dana kapitasi dan sisanya untuk
dukungan biaya operasional yankes serta ditetapkan setiap tahun dengan keputusan
Kepala Daerah atas usul Dinkes Kab/kota;
• Keputusan tentang proporsi alokasi mempertimbangkan:
a.Kebutuhan obat, alkes, dan BMHP;
b.Kegiatan operasional yankes dalam rangka mencapai target kinerja di bidang yankes;
c.Tunjangan yang telah diterima dari Pemda
Pasal 5
Dukungan biaya operasional digunakan untuk:
a.Obat, alkes, dan BMHP
b.Kegiatan operasional yankes lainnya.

Pengadaan obat, alkes, dan BMHP dapat dilakukan melalui Dinkes


dengan mempertimbangkan ketersediaan obat, alkes, dan BMHP.
Pasal 5
• Ayat 5
Pengadaan obat, alkes dan BMHP harus berpedoman pada fornas
• Ayat 6
Dalam hal obat dan BMHP yang dibutuhkan tidak tercantum dalam
fornas, dapat menggunakan obat lain (termaksud obat tradisional,
obat herbal terstandar dan fitofarmaka) secara terbatas dengan
persetujuan Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota
Penyimpanan dan Distribusi
- Penyimpanan :
suatu kegiatan menyimpan dan memelihara obat-obatan yang diterima
pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang
dapat merusak mutu obat.
Penyimpanan dan Distribusi

 FIFO (First In First Out)


 FEFO (First Expire First Out)
 Sistem pengelolaan obat, BMHP berbasis elektronik yaitu
E - Logistik
- Pendistribusian :
suatu rangkaian kegiatan pengeluaran dan pengiriman obat-obatan
yang bermutu, terjamin serta tepat jenis dan jumlah dari instalasi
farmasi untuk memenuhi kebutuhan unit-unit pelayanan
kesehatan.
Pencatatan & Pelaporan
tersedianya data mengenai jenis dan jumlah mutasi obat, yang
nantinya dapat digunakan untuk mendukung perencanaan
pengadaan obat selanjutnya.
Program Kefarmasian

1. Kesesuaian obat di Instalasi Farmasi Kab/Kota sesuai Fornas


2. Kesesuaian obat di RS sesuai Fornas
3. Persentase Kabupaten/Kota yang menerapkan penggunaan obat rasional
di Puskesmas
4. Ketersediaan Obat dan vaksin di Puskesmas (20 item)
5. Persentase Instalasi Farmasi Provinsi Kab/Kota yang menerapkan
aplikasi logistic obat dan BMHP
6. Realisasi obat menggunakan e catalogue dan non e catalogue
No InstalasiFarmasiKabupaten/Kota % KesesuaiandenganFornas

1 Instalasi Farmasi Kota Kendari 75%


2 Instalasi FarmasiKab.Konawe 78%

3 Instalasi FarmasiKab.Konawe Selatan 79%

4 Instalasi FarmasiKab.Konawe Utara 86%


5 Instalasi FarmasiKab.Bombana 83%
6 Instalasi FarmasiKab.Kolaka 75%
7 Instalasi FarmasiKab.Kolaka Utara 80 %
8 Instalasi FarmasKolakaTimur 77%
9 Instalasi FarmasiKab.Muna 80%
10 Instalasi Farmasi Kota Bau-Bau 83%
11 Instalasi FarmasiKab.Buton 75%
12 Instalasi FarmasiKab.Buton Utara 81%
13 Instalasi FarmasiKab.Wakatobi 78%
14 Instalasi FarmasiKab.Konawe Kepulauan 79%
15 Instalasi FarmasiKab.Buton Selatan 83

16 Instalasi FarmasiKab.Buton Tengah 93%


17 Instalasi FarmasiKab.Muna Barat 91% 34
  Rata-rata 82%
36
CAPAIAN INDIKATOR KETERSEDIAAN OBAT & VAKSIN ESENSIAL
TAHUN 2017
Persentase Puskesmas yang Memiliki 80% Obat &
Vaksin Esensial Tahun 2017
(Secara Nasional)

: Mencapai Target (21)


: Belum Mencapai Target (13)
Jumlah Puskesmas Melapor : 8472

bankdataelog.kemkes.go.id/apps
37
Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial
di Sulawesi Tenggara Tahun 2017

Keterangan
: Mencapai target (7 Kab/Kota)
: Belum mencapai target (10
Kab/Kota)
38
Evaluasi Implementasi E-Logistik 2017
PENERAPAN APLIKASI SISTEM E-LOGISTIK
TW I TAHUN 2018

Integrasi Data
Yang sudah melakukan integrasi data terdiri dari
14 IF Provinsi &120 IF Kab/Kota. 9 Prov/Kab/Kota diantaranya
berasal dari Provinsi Sulawesi Tenggara, yaitu PROVINSI,
KONAWE, MUNA, KOLAKA UTARA, KONAWE
n = 476 SELATAN, BOMBANA, KOLAKA, BUTON UTARA &
BUTON. 40
Peran Dinkes Kab/Kota

1. Menginventaris dan membantu merumuskan rencana kegiatan


program kefarmasian dalam mendukung pengelolaan obat JKN
2. Memfasilitasi Kegiatan Rencana Kebutuhan Obat (RKO) tingkat
Provinsi
3. Memastikan tersedianya Dokumen Rencana Kebutuhan Obat
(RKO) masing-masing Faskes
4. Melakukan Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan
obat era JKN (RKO, Pengadaan, Distribusi/Penerimaan,
Pembayaran) melalui e-Monev kataloge obat.
5. Melakukan evaluasi program kefarmasian
6. Melakukan pembinaan dan bimbingan teknis terhadap faskes
dalam pengelolaan obat era JKN
HARAPAN

 Proses Pengelolaan Obat era JKN (RKO, Pengadaan, Distribusi,


Pembayaran)dapat terlaksana secara Optimal
 Ketersediaan obat era JKN terlaksana dengan baik
 Pelayanan Kesehatan era JKN dapat terlaksana secara Optimal
HARAPAN TERKHUSUS UNTUK
INDIKATOR PELAYANAN FARMASI DAN
 OBLIK
IMPLEMENTASI FORNAS DI RS, PUSKESMAS DAN POR DI
PUSKESMAS
 KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN DI PUSKESMAS
TAHUN 2018 > 90% (artinya hanya boleh ada minimal 2 item obat
yang stock out dari 20 item obat dan vaksin essential)
LAPORAN BULANAN FARMASI DI
PUSKESMAS
 LPLPO (DAK DAN PROGRAM)
2 RANGKAP (DINAS & GFK)
 LAPORAN NARKOTIK&PSIKOTROPIK
 LAPORAN POR
 LAPORAN PELAYANAN KEFARMASIAN (PIO)
 LAPORAN 20 OBAT&VAKSIN
LANGKAH STRATEGIS PENGUMPULAN DATA INDIKATOR
LAPORAN
PERMINTAAN DARI BPKAD

 PERSEDIAAN FIFO OBAT PUSKESMAS PER 30 SEPTEMBER 2018


(bentuk file)

 PERSEDIAAN FIFO OBAT PUSKESMAS PER 31 DESEMBER 2018


(bentuk file dan print out)

Anda mungkin juga menyukai