POR DI FASYANKES
MENYONGSONG UHC DI
SULAWESI TENGGARA
Oleh Barwik Sirait
Kabid. Yankes dan Kefarmasian
Dinas Kesehatan Prov. Sultra
Permenkes No. 19/2014 Permenkes No. 21/2016 Tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan
Nasional
untuk Jasa pelayanan dan Dukungan Operasional pada
FKTP
milik Pemerintah daerah
Permenkes No 27/2014 sedang proses revisi Tentang Juknis Sistem INA CBG
Permenkes No 59/2014 dan perubahannya: Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam
Permenkes No 12/2016 Sedang proses revisi ke 2 penyelenggaraan J
Permenkes No 36/2015 Tentang Pencegahan Kecurangan (Fraud) dalam
pelaksanaan
program JK pada sistem JKN
Permenkes No 5/2016 Tentang Penyelenggaraan Pertimbangan Klinik
3 Dimensi UHC:
1. Seberapa besar prosentase penduduk
yang dijamin
2. Seberapa lengkap pelayanan yang dijamin
3. Seberapa besar pembiayaannya
Sukses Wujudkan Program JKN-KIS di
Daerah, Empat Kepala Daerah Diganjar
Penghargaan Mendagri (Rakyat Sultra 25
Mei 2018)
Pemerintah BPJ
S • Ketidakpuasan
• Resiko Fiskal
Peserta
• Keluhan Masyarakat
• Defisit
• Sustainabilitas program
• Overlapping Regulasi
JKN
PESERTA JKN DI SULTRA
(SUMBER: LAPORAN BPJS-K, MARET 2018)
Kecuali Puskesmas belum teregistrasi, semua Puskesmas sdh kerjasama BPJS-K. Jumlah FKTP
kerjsama sebanyak 374, termasuk praktek mandiri dokter dan klinik,
KETERSEDIAAN RS
(SETIAP KAB/KOTA TELAH MEMILIKI RS)
No Kab/Kota JML RS JML TT No Kab/Kota JML RS JML TT
1 KENDARI 12 1466 10 BUTUR 1 50
2 BAUBAU 4 267 11 KONUT 1 62
3 KONAWE 3 200 12 WAKATOBI 1 79
4 KOLAKA 2 247 13 KOLTIM 1 20
5 MUNA 3 89 14 KONKEP 1 15
6 BUTON 1 89 15 MUBAR 1 22
7 KONSEL 1 125 16 BUTENG 1 50
8 BOMBANA 1 95 17 BUSEL 1 24
9 KOLUT 1 120 JUMLAH 36 3020
Iuran
Biaya Pelayanan
Peserta PBI
Kesehatan di FKTP (
Kapitasi & Non
Kapitasi) Kendali Mutu dan
BPJS- Kendali Biaya:
1. Standar tarif
Iuran Peserta K Biaya Pelayanan 2. HTA
Non PBI Kesehatan di FKRTL 3. DPK
( INA-CBG & Non 4. Monev
INA CBG
Dana Operasional
TANTANGAN IURAN
Norma Kapitasi:
Puskesmas : Rp 3.000-6.000 Kapitasi Berbasik Komitmen Pelayanan:
Klinik: Rp 8.000-10.000 Pemenuhan indikator yang meliputi :
Dr Praktek Mandiri : Rp 8.000 1. Angka Kontak
Drg : Rp 2.000 2. Rasio Rujukan Rawat Jalan Non Spesialistik
RS Kelas D Pratama : Rp 10.000 3. Rasio Peserta Prolanis Berkunjung
FKTP Terpencil dan Kepulauan: 4. Pelaksanaan kunjungan rumah dalam rangka pendekatan
- Dengan Dokter : Rp 10.000 keluarga
- Tanpa Dokter (bidan & perawat) Rp Pada Tahun 2017 diterapkan di seluruh
8.000 FKTP milik Pemerintah, kecuali DTPK
OBAT, FORNAS, DAN POR
KETERSEDIAAN OBAT TERGANTUNG
ANTARA LAIN PADA PERENCANAAN
KEBUTUHAN, PERENCANAAN
PENGADAAN, PROSES PENGADAAN
DAN PROSES PENDISTRIBUSIAN.
Kebijakan Tata Kelola Obat JKN
RKO PENGADAAN
FORNAS OBAT
- Daftar obat terpilih Rencana Dilakukan oleh
yang dibutuhkan dan
harus tersedia di
kebutuhan masing-masing
fasyankes dlm rangka obat SKPD dan
pelaksanaan JKN
- KepMenkes No.
Fasyankes Fasyankes/RS
636/2016 ttg (tahunan)
Perubahan Kedua atas
Kepmenkes 523/2015
ttg Fornas
KEBIJAKAN PENERAPAN
FORNAS
• Formularium Nasional merupakan acuan yang digunakan dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan untuk pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN).
• Formularium Nasional harus digunakan sebagai acuan bagi :
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota untuk pengadaan obat
dalam menjamin ketersediaan obat pada penyelenggaraan dan pengelolaan
Program JKN.
FKTP dan FKRTL yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dalam pengadaan
obat untuk kebutuhan pelayanan kesehatan.
Fornas digunakan sebagai acuan oleh Rumah Sakit dan Puskesmas untuk
penyusunan formularium Rumah Sakit dan Puskesmas
KEBIJAKAN PENERAPAN FORNAS
• Apabila obat yang dibutuhkan tidak tercantum dalam Fornas dapat digunakan
obat lain secara terbatas berdasarkan rekomendasi Komite Farmasi dan Terapi
dan disetujui oleh Komite Medik atau Kepala/Direktur RS.
• Penambahan dan atau pengurangan daftar obat yang tercantum dalam
Fornas ditetapkan oleh Menkes setelah mendapatkan rekomendasi Komnas
Fornas (Adendum Fornas)
• Pelayanan obat bagi peserta Jaminan Kesehatan harus memperhatikan restriksi
obat dan peresepan maksimal obat sebagaimana tercantum dalam Fornas
Penggunaan Obat Di Luar Formularium Nasional
• Proses Tayang e-
• Fornas sebagai Acuan JKN Katalog
• Sesuai penggunaan pada • RKO FKTP • Perencanaan
tingkatan pelayanan di Faskes • RKO FKRTL penyediaan obat
RKO Program Kesehatan program
Nasional
Item
Dalam hal jenis obat tidak tersedia dalam Fornas dan harganya tidak terdapat dalam
e-katalog, maka pengadaannya dapat menggunakan mekanisme pengadaan yang lain
sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
OBAT RUJUK BALIK (PSL 25 PMK
99/2015)
1. Untuk menjamin pemenuhan obat program rujuk balik BPJS
Kesehatan harus melakukan kerjasama dengan apotek, ruang farmasi
atau instalasi farmasi di Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang
mudah diakses oleh peserta JKN.
2. Obat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayar BPJS Kesehatan di
luar biaya kapitasi.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur pelayanan obat program
rujuk balik diatur dengan Peraturan BPJS Kesehatan.
PROGRAM RUJUK BALIK
Diagnosis :
Diabetes Melitus, hipertensi, jantung, asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), epilepsi, gangguan kesehatan jiwa
kronik, stroke, dan Sistemik Lupus Eritematosus (SLE)
Ruang Farmasi Harga Obat Program Rujuk Balik yang Biaya pelayanan kefarmasian
Puskesmas atau Sesuai dengan obat rujuk ditagihkan kepada BPJS Kesehatan adalah faktor pelayanan
instalasi farmasi klinik balik yang tercantum dalam mengacu pada harga dasar obat sesuai
kefarmasian dikali Harga Dasar
pratama atau apotek Formularium Nasional E- Catalogue ditambah biaya pelayanan
kefarmasian Obat sesuai E-Catalogue
jejaring
SK Menteri Kesehatan No. 254 Tahun 2017 tanggal 29 Mei 2017 ttg Harga
Dasar Obat PRB, Obat Penyakit Kronis di FKRTL dan Obat Sitostatika 93
item
SK Menteri Kesehatan No. 255 Tahun 2017 tanggal 29 Mei 2017 ttg Harga
Dasar Obat Khusus 23 item
SK Menteri Kesehatan ttg Harga Obat Sitotoksik : mengatur mekanisme
penerimaan obat sitotoksik (dalam proses finalisasi)
FRAUD BERKAITAN DENGAN
PELAYANAN OBAT DALAM JKN
• Tindakan Kecurangan JKN yang dilakukan oleh peserta : “memperoleh obat dan/atau
alat kesehatan yang diresepkan untuk dijual kembali” (Psl 3 huruf f)
• Tindakan Kecurangan JKN yang dilakukan pemberi pelayanan kesehatan di FKRTL:
“penggelembungan tagihan obat dan alkes/inflated bills”(Psl 5 ayat 3 huruf d);
Penggelembungan tagihan obat dan alkes/inflated bills merupakan Klaim atas biaya
obat dan/atau alat kesehatan yang lebih besar dari biaya yang sebenarnya.
Contoh belanja:
Paracetamol (Tab, Syrup), Amoksisillin (Tab, Syrup), Antacida (Tab,
Syrup), CTM (Tab), Alopurinol (Tab), Asam Askorbat/Vit C (Tab),
Captopril (Tab), Deksamethason (Tab), Asam Mefenamat (Tab),
Lidokain, dan lain-lain.
DANA KAPITASI UNTUK OBAT (PSL 5 PMK 21/2016)
1. Alokasi Dana Kapitasi untuk pembayaran dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan
dimanfaatkan untuk: a. biaya obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai; dan b.
biaya operasional pelayanan kesehatan lainnya
2. Pengadaan obat, alat kesehatan, bahan medis habis pakai, dan pengadaan barang/jasa yang
terkait dengan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan lainnya dapat dilakukan
oleh SKPD dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3. Pengadaan harus mempertimbangkan ketersediaan yang dialokasikan oleh pemerintah dan
pemerintah daerah.
4. Pengadaan harus berpedoman pada formularium nasional.
5. Dalam hal obat dan bahan medis habis pakai yang dibutuhkan tidak tercantum dalam
formularium nasional, dapat menggunakan obat lain termasuk obat tradisional, obat herbal
terstandar dan fitofarmaka secara terbatas, dengan persetujuan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
PENGGUNAAN OBAT YANG RASIONAL
DALAM PRAKTEK
• WHO memperkirakan bahwa lebih dari separuh dari seluruh obat di dunia diresepkan,
diberikan dan dijual dengan cara yang tidak tepat dan separuh dari pasien menggunakan obat
secara tidak tepat.
• Tujuan Penggunaan Obat Rasional:
Untuk menjamin pasien mendapatkan pengobatan yang sesuai dengan kebutuhannya, untuk
periode waktu yang adekuat dengan harga yang terjangkau
Penggunaan suatu obat dikatakan tidak rasional jika kemungkinan dampak negatif yang diterima oleh
pasien lebih besar dibanding manfaatnya. Dampak negatif di sini dapat berupa:
a. Dampak klinik (misalnya terjadinya efek samping dan resistensi kuman),
b. Dampak ekonomi (biaya tidak terjangkau)
PENGGUNAAN OBAT DIKATAKAN RASIONAL
1 Tepat Diagnosis Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang tepat. Jika
diagnosis tidak ditegakkan dengan benar, maka pemilihan obat akan terpaksa mengacu
pada diagnosis yang keliru tersebut. Akibatnya obat yang diberikan juga tidak akan
sesuai dengan indikasi yang seharusnya.
2 Tepat Indikasi Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifi k. Antibiotik, misalnya diindikasikan untuk
Penyakit infeksi bakteri. Dengan demikian, pemberian obat ini hanya dianjurkan untuk pasien yang
memberi gejala adanya infeksi bakteri
3 Tepat Pemilihan Obat Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis ditegakkan dengan benar.
Dengan demikian, obat yang dipilih harus yang memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum
penyakit
4 Tepat Dosis Dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh terhadap efek terapi obat. Pemberian
dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan rentang terapi yang sempit, akan
sangat beresiko timbulnya efek samping. Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan
menjamin tercapainya kadar terapi yang diharapkan
PENGGUNAAN OBAT DIKATAKAN RASIONAL
5 Tepat Cara Pemberian Obat Antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan..
6 Tepat Interval Waktu Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan praktis, agar
Pemberian mudah ditaati oleh pasien.
7 Tepat lama pemberian Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masingmasing
8 Waspada terhadap efek Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak
samping diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi,
9 Tepat penilaian kondisi Respon individu terhadap efek obat sangat beragam
pasien
10 . Obat yang diberikan harus efektif dan aman dengan mutu terjamin, serta tersedia setiap saat dengan harga
yang terjangkau
PENGGUNAAN OBAT DIKATAKAN
RASIONAL
11 Tepat informasi Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting
dalam menunjang keberhasilan terapi
12 Tepat tindak lanjut (follow- Pada saat memutuskan pemberian terapi, harus sudah dipertimbangkan upaya
up) tindak lanjut yang diperluka
13 Tepat penyerahan obat Penggunaan obat rasional melibatkan juga dispenser sebagai penyerah obat
(dispensing) dan pasien sendiri sebagai konsumen
Centre for Strategic and International Studies (CSIS) bekerjasama dengan GP. Farmasi Indonesia dan International
Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG)
Bahwa suatu obat menjadi sangat esensial ketika obat tersebut sangat mahal tetapi banyak dibutuhkan. Konsep obat
esensial adalah jangkauan terbatas pada obat-obatan esensial yang dipilih, yang mengarah pada layanan kesehatan yang
lebih baik, manajemen obat yang lebih baik, dan biaya yang lebih murah. Definisi obat esensial yaitu obat yang
memenuhi prioritas kebutuhan layanan kesehatan di masyarakat.
Dalam hal akses terhadap obat-obatan esensial yang ada, bahwa pengobatan kronis seumur hidup dengan obat-obatan
esensial murah untuk NCDs menyebabkan tingginya pengeluaran di bidang kesehatan, kebangkrutan, dan kematian.
Bahwa kurangnya pemerataan obat-obatan esensial yang tersedia hanya bisa dikoreksi oleh pemerintah melalui asuransi
kesehatan sosial dengan subsidi untuk masyarakat miskin. Perlu disadari pula bahwa pengaruh globalisasi dan
kurangnya kontrol peraturan di negara berpenghasilan menengah ke bawah menyebabkan banyaknya obat yang tidak
memenuhi standar di pasaran, sehingga perlu fokus pada penegakan hukum terhadap beberapa badan peraturan yang
dipalsukan.
Dr. Suwit Wibulpolprasert serta Ms. Woranan Witthayapipopsakul dari International Health Policy Program,
Ministry of Health, Thailand.
Pengalaman Thailand dalam memastikan akses terhadap obat-obatan yang terjangkau dan berkualitas untuk UHC/JKN.
Sistem JKN di Thailand mulai dibangun sejak 1975. Hingga sekarang, kebijakan obat nasional diperbarui setiap 5 tahun sekali. Setiap
kebijakan obat nasional yang dibuat akan ditranslasikan ke dalam daftar nasional obat-obatan esensial (National List of Essential
Medicines – NLEM). NLEM adalah manfaat farmasi dasar yang menjadi hak warga Thailand untuk skema asuransi kesehatan utama
JKN. Beberapa kriteria dalam seleksi NLEM antara lain kebutuhan kesehatan, efektivitas biaya, dampak anggaran, kelayakan
pengiriman, dan pemerataan. Obat-obatan herbal dan obat-obatan dengan harga yang sangat mahal pun masuk ke dalam NLEM.
Thailand menggunakan harga standar sebagai harga referensi untuk pengadaan publik, mencakup obat-obatan modern, tradisional,
maupun herbal. Penetapan harga standar bertujuan untuk memastikan harga yang wajar di bawah persaingan pasar.
Terkait dengan sistem pengadaan pemerintah, fasilitas umum harus mendapatkan obat-obatan penting yang
diproduksi oleh organisasi farmasi pemerintah. Pengadaan dilakukan secara terpusat, melalui proses seleksi,
spesifikasi, perkiraan permintaan, negosiasi harga, pengadaan dan distribusi.
Pelajaran yang bisa diambil dari sistem JKN yang diterapkan di Thailand adalah JKN meningkatkan daya negosiasi publik melalui
harga referensi standar pembelian monopsonistik, pengendalian anggaran akhir yang efisien memotivasi rumah sakit untuk
menggunakan obat generik yang dapat menghemat biaya dan manfaat industri local, sistem pengadaan dan tawar-menawar secara
kolektif dapat menjamin akses yang terjangkau terhadap obat-obatan berkualitas, dan beberapa mekanisme ada untuk memperkuat
industri lokal bersamaan dengan memastikan akses terhadap obat-obatan esensial.
TERIMA KASIH