MEMUTUSKAN :
Menetapkan
KESAT Pedoman Pelayanan Kesehatan Geriatri di Rumah
Sakit Umum Daerah Wates.
U Pedoman sebagaimana dimaksud dalam dictum
KESATU tercantum dalam lampiran keputusan ini.
KEDUA Pedoman ini se bagai acuan dalam pelaksanaan
Pelayanan Kesehatan Geriatri di Rumah Sakit Umum
KETIGA Daerah Wates.
Segala biaya yang timbul akibat ditetapkan Surat
Keputusan ini dibebankan pada Biaya Anggaran
KEEMPAT Rumah Sakit Umum Daerah Wates.
Keputusan ini berlaku sejak tanggal di tetapkan.
KELIM
A
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
WATES NOMOR 194 TAHUN 2018
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN GERIATRI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WATES
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tidak dapat dipungkiri bahwa pada saat ini sedang terjadi
perubahan proporsi kelompok umur penduduk di dunia termasuk
Indonesia. Perubahan ini terjadi akibat menurunnya tingkat
fertilitas dan mortalitas. Menurut data Perserikatan Bangsa-
Bangsa, Indonesi diperkirakan mengalami peningkatan jumlah
warga berusia lanjut tertinggi di dunia, yaitu 414%, hanya dalam
waktu 35 tahun. Pada tahun 2020 diperkirakan jumlah penduduk
usia lanjut akan mencapai 25,5 juta jiwa.
Akibat populasi lanjut usia yang meningkat, maka akan
terjadi transisi epidemiologi yaitu bergesernya pola penyakit dari
penyakit infeksi dan gangguan gizi menjadi penyakit-penyakit
degenerative, diabetes, hipertensi, neoplasma, penyakit jantung
coroner. Selain perubahan pola morbiditas, terjadi pula perubahan
penyebab kematian.
Konsekuensi dari peningkatan jumlah warga lanjut usia
adalah peningkatan pasien geriatri. Pasien geriatri pada hakikatnya
adalah warga lanjut usia juga, namun karena karakteristiknya
maka perlu dibedakan dari mereka yang sekedar berusia lanjut
namun sehat. Karakteristik pasien geriatri yang pertama adalah
multi patologi, yaitu ada satu pasien terdapat lebih dari satu
penyakit dimana pada umumnya penyakit tersebut bersifat kronik
degeneratif. Kedua, menurunnya daya cadangan faali yang
menyebabkan pasien geriatri sangat mudah jatuh pada kondisi
gagal pulih. Ketiga, berubahnya gejala dan tanda penyakit dari
gejala dan tanda klasik. Keempat adalah terganggunya status
fungsional pasien geriatri yaitu kemampuan seseorang untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Kelima adalah seringnya
terjadi gangguan nutrisi, gizi kurang atau gizi buruk.
Jika karena suatu sebab pasien geriatri mengalami kondisi
akut (seperti pneumonia, infeksi saluran kemih, gagal jantung,
keganasan atau stroke), maka pada pasien geriatri juga sering kali
muncul gangguan kognitif, depresi, instabilitas, immobilisasi dan
inkontinensia. Keadaan akan semakin rumit jika secara psikososial
terdapat kendala, seperti neglected atau miskin (finansial). Pada
kondisi ini, pendekatan yang dilakukan mutlak harus bersifat
holistic atau paripurna. Pendekatan paripurna meliputi bio-psiko-
sosial, kuratif, rehabilitative, promotive dan preventif.
Penatalaksanaan pasien geriatri dengan pendekatan
paripurna memerlukan pendekatan khusus yang disebut sebagai
pendekatan paripurna pasien geriatri (comprehensive geriatri
assesement/CGA). Tujuan lain dari pendekatan geriatri paripurna
adalah mengkaji asset (aset sosial, psikologik maupun biologik)
yang ada untuk kemudian ditingkatkan guna memperoleh hasil
penatalaksanaan optimal dari segi kuratif (jika masih mungkin),
rehabiltatif maupun reventif. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan interdisiplin.
Komponen pendekatan paripurna pasien geriatri meliputi:
pendekatan interdisiplin, intensitas perawatan lebih tinggi,
rehabilitasi medik langsung merawat tanpa konsul (automatis),
psikiatri langsung merawat tanpa konsul (automatis), tempat/ruang
rawat bersifat khusus (terpisah dari ruang rawat umum) sehingga
penatalaksanaan rehabiltasi dan psikiatrik dapat lebih menyatu
dan terfokus, terdapat sarana komunikasi intens antara unsur-
unsur yang terkait (ilmu penyakit dalam, rehabilitasi medik,
psikiatri, ahli farmasi, perawat gerontik dan ahli gizi), kewaspadaan
terhadap akibat bahaya iatrogenesis lebih tinggi, terdapat tim
keperawatan gerontik, tindak lanjut terus menerus yang diikuti
dengan perubahan atau penyesuaian tujuan pengobatan spesifik
secara berkala sesuai perkembangan yang terjadi.
Mengacu pada hal tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa
di setiap rumah sakit harus dilaksanakan upaya peningkatan
kesehatan geriatri dengan pelaksanaan Pelayanan Kesehatan
Geriatri. Dalam rangka memberikan pedoman yang lebih terinci
tentang Pengorganisasian Pelayanan Kesehatan Geriatri, maka
disusunlah “Pedoman Pengorganisasian Pelayanan Kesehatan
Geriatri di Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kabupaten Kulon
Progo”. Selanjutnya diharapkan Pedoman ini dapat dijadikan
pedoman bagi Tim Terpadu Geriatri Rumah Sakit Wates Kabupaten
Kulon Progo dalam pelaksanaan program layanan.
B. Tujuan Pedoman
1.Tujuan Umum
Sebagai pedoman dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan
Geriatri Tingkat Sederhana di Rumah Sakit Umum Daerah
Wates Kabupaten Kulon Progo.
2.Tujuan Khusus
a. Terlaksananya penyelenggaraan pelayanan kesehatan
geriatri di Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kabupaten
Kulon Progo.
b. Meningkatkan kesejahteraan warga lanjut usia di Rumah
Sakit Umum Daerah Wates Kabupaten Kulon Progo.
D. Batasan Operasional
Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kabupaten Kulon Progo
Kabupaten Kulon Progo menyelenggarakan pelayanan kesehatan
geriatri tingkat sederhana.
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia;
2. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
4. Undang–undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang
Praktek Kedokteran;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004
tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lanjut
Usia;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
229/Menkes/SK/VII/2012 tentang Pedoman Pelayanan
Psikogeriatri;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 79 tahun
2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Geriatri di
Rumah Sakit.
BAB II STANDAR
KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Tim Geriatri di RS Kelas B pendidikan memiliki 3 peranan:
1. Penyelengara pelayanan.
2. Penyelenggara pendidikan, pelatihan dan penelitian.
3. Penyelenggara kerjasama lintas program dan lintas sektoral.
2. Koordinator Poliklinik
a. Tugas Pokok
Menyelenggarakan upaya pelayanan geriatri di ruang
lingkup poliklinik, meliputi assesmen geriatri, tugas
konsultatif kuratif (sederhana) serta melaksanakan rujukan
ke dan dari KSM lain bila perlu.
b. Uraian Tugas
1) Merencanakan/membuat rencana kerja serta rencana
kebutuhan poliklinik geriatri setiap tahunnya.
2) Menyelenggarakan upaya pelayanan geriatri di poliklinik
berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan oleh ketua
tim geriatri.
3) Menyelenggarakan tugas pendidikan, latihan dan
penelitian serta pengembangan sesuai kebijakan tim
geriatri.
4) Menyelenggarakan kerja sama dengan KSM di rumah
sakit.
5) Bertanggung jawab kepada ketua tim geriatri atas
penyelenggaraan pelayanan geriatri di poliklinik.
geriatr
i.
-
Bekerjasama dengan tim/profesi lain dalam
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga
geriatr
i.
-
Bekerjasama dengan tim/ profesi lain dalam
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga
6. Perawat Geriatrik
Uraian Tugas
a. Sebagai Pelaksana Pelayanan
- Bertindak sebagai anggota tim geriatri di semua jenis
pelayanan geriatri.
- Melaksanakan semua program perawatan, sesuai
rencana keperawatan yang disepakati oleh tim geriatri.
- Membantu pelaksanaan semua program pelayanan
geriatri yang meliputi aspek preventif,
promotif/edukatif, kuratif dan rehabilitatif.
- Melaksanakan re-evaluasi pasien dan mengusulkan
program keperawatan selanjutnya bagi pasien usia
lanjut.
- Bertanggung jawab atas pelaksanaan program
perawatan geriatri kepada ketua tim geriatri.
- Melaksanakan penyuluhan tentang perawatan
kesehatan usia lanjut.
- Pencatatan pelaporan.
b. Sebagai Pelaksana Pendidikan dan Pelatihan.
- Membantu pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
tenaga medis dan para medis di lingkungan pelayanan
geriatri.
- Bekerjasama dengan tim/ profesi lain dalam
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga medis
dan para medis.
7. Fisioterapis
Uraian Tugas
a. Sebagai Pelaksana Pelayanan
- Bertindak sebagai anggota tim geriatri di semua jenis
pelayanan geriatri.
- Melaksanakan pelayanan fisioterapi yang diprogram
oleh spesialis rehabilitasi medik, atau disepakati
bersama oleh tim geriatri.
- Menegakkan diagnosis fisioterapi, mengusulkan
program dan modalitas fisioterapi.
- Melaksanakan re-evaluasi pasien dan mengusulkan
program fisioterapi selanjutnya bagi pasien usia lanjut.
- Bertanggung jawab atas pelaksanaan program
fisioterapi, yang meliputi penggunaan modalitas
fisioterapi.
- Melaksanakan penyuluhan tentang fisioterapi pada usia
lanjut.
- Pencatatan pelaporan.
b. Sebagai Pelaksana Pendidikan dan Pelatihan.
- Membantu pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
tenaga medis dan para medis di lingkungan pelayanan
geriatri.
- Bekerjasama dengan tim/ profesi lain dalam
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga medis
dan para medis.
c. Sebagai Pelaksana Pelatihan dan Pengembangan.
- Membantu pelaksanaan penelitian dan pengembangan
ilmu geriatri.
- Bekerjasama dengan semua pihak dalam membantu
penelitian dan pengembangan ilmu/ pelayanan geriatri
atau pelayanan lainnya yang berhubungan dengan
geriatri.
d. Sebagai Pelaksana Kerjasama Lintas Program dan Lintas
Sektoral.
- Membantu pelaksanaan kerjasama lintas program dan
lintas sektoral yang berkaitan dengan pelayanan
geriatri.
- Bekerjasama dengan tim lain dalam membantu
pelaksanaan kerjasama lintas program dan lintas
sektoral
8. Okupasi Terapis
Uraian Tugas
a. Sebagai Pelaksana Pelayanan
- Bertindak sebagai anggota tim geriatri di semua jenis
pelayanan geriatri yang membutuhkan.
- Melaksanakan pelayanan okupasi terapis yang
diprogram oleh spesialis rehabilitasi medik, atau yang
disepakati bersama tim geriatri. Membantu
pelaksanaan semua program pelayanan geriatri yang
meliputi aspek preventif, promotif/edukatif, kuratif dan
rehabilitatif.
- Menegakkan diagnosis okupasi terapi, mengusulkan
program dan modalitas okupasi terapi.
- Melaksanakan re-evaluasi pasien dan mengusulkan
program okupasi terapi selanjutnya bagi pasien usia
lanjut.
- Bertanggung jawab atas pelaksanaan program okupasi
terapi, yang meliputi penggunaan modalitas okupasi
terapi.
- Melaksanakan penyuluhan tentang okupasi terapi pada
usia lanjut.
- Pencatatan pelaporan.
b. Sebagai Pelaksana Pendidikan dan Pelatihan.
- Membantu pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
tenaga medis dan para medis di lingkungan pelayanan
geriatri.
- Bekerjasama dengan tim/ profesi lain dalam
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga medis
dan para medis.
c. Sebagai Pelaksana Pelatihan dan Pengembangan.
- Membantu pelaksanaan penelitian dan pengembangan
ilmu geriatri.
- Bekerjasama dengan semua pihak dalam membantu
penelitian dan pengembangan ilmu/ pelayanan geriatri
atau pelayanan lainnya yang berhubungan dengan
geriatri.
d. Sebagai Pelaksana Kerjasama Lintas Program dan Lintas
Sektoral.
- Membantu pelaksanaan kerjasama lintas program dan
lintas sektoral yang berkaitan dengan pelayanan
geriatri.
- Bekerjasama dengan tim lain dalam membantu
pelaksanaan kerjasama lintas program dan lintas
sektoral.
BAB III
STANDAR FASILITAS
B. Persyaratan bangunan:
1. Konstruksi bangunan
a. Jalan
Jalan menuju poliklinik geriatri cukup kuat, rata, tidak
licin dan disertai jalur untuk pengunjung dengan kursi
roda.
b. Pintu
Cukup lebar untuk memudahkan pasien dengan kursi roda
atau tempat tidur. Lebar pintu 120 cm terdiri dari pintu 90
cm dan pintu 30 cm.
c. Listrik
Daya listrik cukup dengan cadangan daya bila suatu saat
memerlukan tambahan penerangan, dilengkapi dengan
generator listrik.
d. Penerangan
Penerangan Lorong dan ruang terang namun tidak
menyilaukan.
e. Lantai
Lantai rata, mudah dibersihkan dan tidak licin, apabila ada
undakan/tangga dapat terlihat jelas dengan warna ubin
yang berbeda untuk mencegah jatuh.
f. Langit-langit
Langit-langit kuat dan mudah dibersihkan
g. Dinding
Dinding permanen dan kuat, dicat dengan warna terang.
Pada tempat tertentu diberi pengaman dan leaning/hand
rail yang berfungsi sebagai pegangan bagi pasien saat
berjalan. Menghindari adanya sudut-sudut tajam pada
bagian tertentu untuk menghindari kemungkinan
terjadinya bahaya/trauma.
h. Ventilasi
Semua ruangan diberi cukup ventilasi
i. Kamar mandi
Kamar mandi menggunakan kloset duduk dengan
pegangan di sampingnya. Shower dilengkapi tempat duduk
dan pegangan, diletakkan di tempat yang mudah dijangkau
dalam posisi duduk. Tempat sabun diletakkan sedemikian
agar mudah dijangkau. Tersedia bel untuk meminta
bantuan dan pintu membuka keluar.
j. Air
Penyediaan air untuk kamar mandi, WC dan cuci tangan
harus cukup dan memenuhi persyaratan.
Pada dinding-dinding tertentu diberi pengaman dan leuning
yang berfungsi sebagai pegangan bagi pasien pada saat
berjalan serta untuk melindungi dinding dari benturan
kursi roda.
k. Agar dihindari sudut-sudut yang tajam pada dinding atau
bagian tertentu untuk menghindari kemungkinan
terjadinya bahaya atau trauma
l. Wastafel tersedia di ruang pemeriksaan
2. Kebutuhan Ruangan
a. Ruang pendaftaran administrasi
Ruangan ini harus cukup luas untuk penempatan meja
tulis, lemari arsip untuk penyimpanan dokumen medik
pasien. Letaknya dekat ruang tunggu sehingga mudah
dilihat oleh pasien yang baru datang.
b. Ruang tunggu
Bersih dan cukup luas, aman dan nyaman baik untuk
pasien yang dari luar ataupun dari bangsal yang
menggunakan kursi roda atau tempat tidur.
c. Ruang periksa
Ruang ini dekat dengan ruang pendaftaran serta dilengkapi
fasilitas dan alat-alat pemeriksaan. Ruangan terdiri dari :
1) Ruang periksa perawat geriatri untuk melakukan
anamnesis
2) Ruang periksa dokter/tim geriatri
3) WC dan kamar mandi
4) Ruang diskusi tim geriatri atau pertemuan dengan
keluarga pasien
C. Persyaratan Peralatan
1. Tempat tidur pasien
2. Satu set alat pemeriksaan fsik
3. EKG
4. Light box
5. Timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan
6. Instrumen penilaian Kognitif, Psikologi, Psikiatri
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
C. TATA LAKSANA
1. Pelayanan kesehatan geratri dilaksanakan secara terpadu,
dengan pendekatan multidisiplin yang berkerja secara
interdisiplin
2. Dokter dari berbagai spesialisasi yang terkait, perawat, ahli
gizi, farmasi, fisioterapis dan terapi okupasi bekerja bersama
secara interdisiplin.
3. Mempunyai Standar Prosedur Operasional (SPO) dalam
pelayanan poliklinik dan kunjungan rumah.
BAB V
LOGISTIK
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
BAB IX
PENUTUP