Anda di halaman 1dari 27

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WATES


Jl. Tentara Pelajar Km.1 No.5 Wates Kulon Progo Yogyakarta 55611. Telp. (0274) 773169 Fax.(0274) 773092

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WATES


NOMOR 194 TAHUN 2018
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN GERIATRI
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WATES

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WATES,


Menimbang : a. bahwa peningkatan populasi lanjut usia dapat
menimbulkan permasalahan terkait aspek
medis, psikologis, ekonomi dan sosial sehingga
diperlukan peningkatan pelayanan kesehatan
terhadap lanjut usia melalui pelayanan geriatri
terpadu yang paripurna dengan pendekatan
multi disiplin yang bekerja secara interdisiplin;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Wates tentang Tim Pelayanan Kesehatan Geriatri
Rumah Sakit Umum Daerah Wates.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang


Kesejahteraan Lanjut Usia;
2. Undang-Undang Nomor: 29 tahun 2004 tentang
Praktek Kedokteran;
3. Undang-Undang Nomor: 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004
tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Lanjut Usia
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 79 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Geriatri Di Rumah sakit;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
229/Menkes/SK/VII/2012 tentang Pedoman
Pelayanan Psikogeriatri;
8. Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor
10 Tahun 2010 ten tang Organisasi dan Tata
Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Wates;
9. Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 14 Tahun
2015 Tentang Pola Tata Kelola Rumah Sakit
Umum Daerah Wates.
10. Peraturan Direktur RSUD Wates Nomor 2 Tahun
2018 Tentang Perubahan atas Peraturan
Direktur RSUD Wates Nomor 125 Tahun 2015
Tentang Kebijakan Pelayanan pada RSUD Wates.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan
KESAT Pedoman Pelayanan Kesehatan Geriatri di Rumah
Sakit Umum Daerah Wates.
U Pedoman sebagaimana dimaksud dalam dictum
KESATU tercantum dalam lampiran keputusan ini.
KEDUA Pedoman ini se bagai acuan dalam pelaksanaan
Pelayanan Kesehatan Geriatri di Rumah Sakit Umum
KETIGA Daerah Wates.
Segala biaya yang timbul akibat ditetapkan Surat
Keputusan ini dibebankan pada Biaya Anggaran
KEEMPAT Rumah Sakit Umum Daerah Wates.
Keputusan ini berlaku sejak tanggal di tetapkan.

KELIM
A
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
WATES NOMOR 194 TAHUN 2018
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN GERIATRI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WATES

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tidak dapat dipungkiri bahwa pada saat ini sedang terjadi
perubahan proporsi kelompok umur penduduk di dunia termasuk
Indonesia. Perubahan ini terjadi akibat menurunnya tingkat
fertilitas dan mortalitas. Menurut data Perserikatan Bangsa-
Bangsa, Indonesi diperkirakan mengalami peningkatan jumlah
warga berusia lanjut tertinggi di dunia, yaitu 414%, hanya dalam
waktu 35 tahun. Pada tahun 2020 diperkirakan jumlah penduduk
usia lanjut akan mencapai 25,5 juta jiwa.
Akibat populasi lanjut usia yang meningkat, maka akan
terjadi transisi epidemiologi yaitu bergesernya pola penyakit dari
penyakit infeksi dan gangguan gizi menjadi penyakit-penyakit
degenerative, diabetes, hipertensi, neoplasma, penyakit jantung
coroner. Selain perubahan pola morbiditas, terjadi pula perubahan
penyebab kematian.
Konsekuensi dari peningkatan jumlah warga lanjut usia
adalah peningkatan pasien geriatri. Pasien geriatri pada hakikatnya
adalah warga lanjut usia juga, namun karena karakteristiknya
maka perlu dibedakan dari mereka yang sekedar berusia lanjut
namun sehat. Karakteristik pasien geriatri yang pertama adalah
multi patologi, yaitu ada satu pasien terdapat lebih dari satu
penyakit dimana pada umumnya penyakit tersebut bersifat kronik
degeneratif. Kedua, menurunnya daya cadangan faali yang
menyebabkan pasien geriatri sangat mudah jatuh pada kondisi
gagal pulih. Ketiga, berubahnya gejala dan tanda penyakit dari
gejala dan tanda klasik. Keempat adalah terganggunya status
fungsional pasien geriatri yaitu kemampuan seseorang untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Kelima adalah seringnya
terjadi gangguan nutrisi, gizi kurang atau gizi buruk.
Jika karena suatu sebab pasien geriatri mengalami kondisi
akut (seperti pneumonia, infeksi saluran kemih, gagal jantung,
keganasan atau stroke), maka pada pasien geriatri juga sering kali
muncul gangguan kognitif, depresi, instabilitas, immobilisasi dan
inkontinensia. Keadaan akan semakin rumit jika secara psikososial
terdapat kendala, seperti neglected atau miskin (finansial). Pada
kondisi ini, pendekatan yang dilakukan mutlak harus bersifat
holistic atau paripurna. Pendekatan paripurna meliputi bio-psiko-
sosial, kuratif, rehabilitative, promotive dan preventif.
Penatalaksanaan pasien geriatri dengan pendekatan
paripurna memerlukan pendekatan khusus yang disebut sebagai
pendekatan paripurna pasien geriatri (comprehensive geriatri
assesement/CGA). Tujuan lain dari pendekatan geriatri paripurna
adalah mengkaji asset (aset sosial, psikologik maupun biologik)
yang ada untuk kemudian ditingkatkan guna memperoleh hasil
penatalaksanaan optimal dari segi kuratif (jika masih mungkin),
rehabiltatif maupun reventif. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan interdisiplin.
Komponen pendekatan paripurna pasien geriatri meliputi:
pendekatan interdisiplin, intensitas perawatan lebih tinggi,
rehabilitasi medik langsung merawat tanpa konsul (automatis),
psikiatri langsung merawat tanpa konsul (automatis), tempat/ruang
rawat bersifat khusus (terpisah dari ruang rawat umum) sehingga
penatalaksanaan rehabiltasi dan psikiatrik dapat lebih menyatu
dan terfokus, terdapat sarana komunikasi intens antara unsur-
unsur yang terkait (ilmu penyakit dalam, rehabilitasi medik,
psikiatri, ahli farmasi, perawat gerontik dan ahli gizi), kewaspadaan
terhadap akibat bahaya iatrogenesis lebih tinggi, terdapat tim
keperawatan gerontik, tindak lanjut terus menerus yang diikuti
dengan perubahan atau penyesuaian tujuan pengobatan spesifik
secara berkala sesuai perkembangan yang terjadi.
Mengacu pada hal tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa
di setiap rumah sakit harus dilaksanakan upaya peningkatan
kesehatan geriatri dengan pelaksanaan Pelayanan Kesehatan
Geriatri. Dalam rangka memberikan pedoman yang lebih terinci
tentang Pengorganisasian Pelayanan Kesehatan Geriatri, maka
disusunlah “Pedoman Pengorganisasian Pelayanan Kesehatan
Geriatri di Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kabupaten Kulon
Progo”. Selanjutnya diharapkan Pedoman ini dapat dijadikan
pedoman bagi Tim Terpadu Geriatri Rumah Sakit Wates Kabupaten
Kulon Progo dalam pelaksanaan program layanan.

B. Tujuan Pedoman
1.Tujuan Umum
Sebagai pedoman dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan
Geriatri Tingkat Sederhana di Rumah Sakit Umum Daerah
Wates Kabupaten Kulon Progo.
2.Tujuan Khusus
a. Terlaksananya penyelenggaraan pelayanan kesehatan
geriatri di Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kabupaten
Kulon Progo.
b. Meningkatkan kesejahteraan warga lanjut usia di Rumah
Sakit Umum Daerah Wates Kabupaten Kulon Progo.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Upaya Pelayanan Kesehatan Geriatri Tingkat Sederhana:
1. Pemberian pelayanan kesehatan di Poliklinik Rawat Jalan
Geriatri
2. Penyelenggaraan layanan Home Care
3. Penyelenggaraan promosi dan edukasi sebagai bagian dari
pelayanan kesehatan warga lanjut usia di masyarakat

D. Batasan Operasional
Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kabupaten Kulon Progo
Kabupaten Kulon Progo menyelenggarakan pelayanan kesehatan
geriatri tingkat sederhana.

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia;
2. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
4. Undang–undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang
Praktek Kedokteran;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004
tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lanjut
Usia;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
229/Menkes/SK/VII/2012 tentang Pedoman Pelayanan
Psikogeriatri;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 79 tahun
2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Geriatri di
Rumah Sakit.

BAB II STANDAR
KETENAGAAN

Ketenagaan dalam pelayanan Geriatri di Rumah Sakit Umum


Daerah Wates Kabupaten Kulon Progo terdiri atas tenaga kesehatan
dan tenaga non kesehatan yang bekerja bersama-sama sebagai Tim
Terpadu Geriatri. Tim Terpadu Geriatri dibentuk oleh Direktur Rumah
Sakit yang terdiri atas ketua dan koordinator pelayanan yang
merangkap sebagai anggota, dan anggota. Ketua Tim Terpadu
pelayanan Geriatri tingkat sederhana yaitu dokter spesialis penyakit
dalam.

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


No Jenis Tenaga Tugas Jumlah

1 Dokter spesialis Penanggung jawab dan 4


Penyakit Dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan geriatric
2 Dokter spesialis Kedokteran Penyelenggaraan Pelayanan 1
Fisik dan Rehabilitasi Medik
3 Dokter Spesialis Obstetri Penyelenggaraan Pelayanan 3
dan Gynekologi Medik
4 Dokter spesialis penyakit Penyelenggaraan pelayanan 3
syaraf medik
5 Dokter spesialis Kesehatan Penyelenggaraan Pelayanan 1
Jiwa medik
No Jenis Tenaga Tugas Jumlah

6 Dokter spesialis Jantung Penyelenggaraan pelayanan 1


medik
7 Dokter Spesialis Bedah Penyelenggaraan pelayanan 2
medik
8 Dokter Spesialis Bedah Penyelenggaraan pelayanan 1
Ortopedi medik
9 Dokter Spesialis Anestesi Penyelenggaraan pelayanan 2
medik
10 Dokter Spesialis THT Penyelenggaraan pelayanan 1
Medik
11 Dokter Spesialis Kulit Dan Penyelenggaraan pelayanan 1
Kelamin medik
12 Dokter Spesialis Bedah Penyelenggaraan pelayanan 1
Mulut medik
13 Dokter Umum Penyelenggaraan pelayanan 12
medik
14 Dokter Gigi Penyelenggaraan pelayanan 1
medik
15 Perawat Asuhan keperawatan 18
16 Bidan Asuhan Kebidanan 3
17 Psikolog Penyelenggaraan pelayanan 1
psikologi
18 Apoteker Pelayanan kefarmasian 15
19 Ahli Gizi Pelayanan dan edukasi gizi 7
20 Fisiotetapis 3
21 Okupasi terapis 1
22 Terapi Wicara 1
23 Perekam Medis Pelayanan Rekam Medis 17

B. Distribusi Ketenagaan
Tim Geriatri di RS Kelas B pendidikan memiliki 3 peranan:
1. Penyelengara pelayanan.
2. Penyelenggara pendidikan, pelatihan dan penelitian.
3. Penyelenggara kerjasama lintas program dan lintas sektoral.

Uraian tugas masing-masing personil tim geriatri adalah sebagai


berikut:
1. Ketua Tim Geriatri
a. Tugas Pokok
Menyelenggarakan upaya pelayanan geriatri sesuai dengan
kemampuan ketenagaan yang ada. Menyelenggarakan dan
melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral
dengan berbagai disiplin dan sektor yang terkait.
b. Uraian Tugas
1) Merencanakan/membuat rencana kerja serta rencana
kebutuhan tim geriatri setiap tahunnya.
2) Menyelenggarakan pelayanan geriatri berdasarkan
kemampuan ketenagaan, sesuai kebijaksanaan yang
telah ditetapkan direktur Rumah Sakit.
3) Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, penelitian
serta pengembangan ilmu geriatri.
4) Menyelenggarakan rujukan, baik di dalam maupun ke
dan dari luar Rumah Sakit.
5) Menyelenggarakan kerjasama dengan tim/KSM lain di
Rumah Sakit, serta hubungan lintas program dan lintas
sektoral melalui direktur Rumah Sakit.
6) Bertanggung jawab atas laporan berkala tim geriatri.
7) Bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan
geriatri di Rumah Sakit.
8) Bertanggung jawab kepada direktur Rumah Sakit melalui
wakil direktur pelayanan medik atau komite medik.
9) Mengadakan supervisi dan pembinaan pelayanan geriatri
di Rumah Sakit.

2. Koordinator Poliklinik
a. Tugas Pokok
Menyelenggarakan upaya pelayanan geriatri di ruang
lingkup poliklinik, meliputi assesmen geriatri, tugas
konsultatif kuratif (sederhana) serta melaksanakan rujukan
ke dan dari KSM lain bila perlu.

b. Uraian Tugas
1) Merencanakan/membuat rencana kerja serta rencana
kebutuhan poliklinik geriatri setiap tahunnya.
2) Menyelenggarakan upaya pelayanan geriatri di poliklinik
berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan oleh ketua
tim geriatri.
3) Menyelenggarakan tugas pendidikan, latihan dan
penelitian serta pengembangan sesuai kebijakan tim
geriatri.
4) Menyelenggarakan kerja sama dengan KSM di rumah
sakit.
5) Bertanggung jawab kepada ketua tim geriatri atas
penyelenggaraan pelayanan geriatri di poliklinik.

3. Geriatris/ Internis yang dilatih


Uraian Tugas
a. Sebagai pelaksana pelayanan
- Bertindak sebagai staf teknis fungsional.
- Melaksanakan semua program pelayanan geriatri, yang
meliputi aspek preventif, promotif/edukatif, kuratif dan
rehabilitatif.
- Mendistribusikan pasien ke masing-masing pelayanan
dalam tim geriatri dan/ atau merujuk ke KSM lain
sesuai kebutuhan.
- Melaksanakan re-evaluasi pasien dan menentukan
program selanjutnya bagi pasien usia lanjut.
- Mengirim kembali dan menyampaikan jawaban
konsultatif kepada dokter pengirim.
- Bertanggung jawab atas pelaksanaan program
pelayanan geriatri kepada ketua tim geriatri.
- Melaksanakan penyuluhan tentang kesehatan usia
lanjut.
b. Sebagai Pelaksana Pendidikan dan Pelatihan.
- Membantu pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
tenaga medis dan para medis di lingkungan pelayanan

geriatr
i.
-
Bekerjasama dengan tim/profesi lain dalam
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga

c. Sebagai Pelaksana Penelitian dan


- Membantu pelaksanaan penelitian dan
pengembangan
- Bekerjasama dengan semua pihak dalam
penelitian dan pengembangan ilmu geriatri.

d. Sebagai Pelaksana Kerjasama Lintas Program dan Lintas


Sektoral.
- Membantu pelaksanaan kerjasama lintas program dan
lintas sektoral yang terkait dengan pelayanan geriatri.
- Bekerjasama dengan tim lain dalam membantu
pelaksanaan kerja sama lintas program dan lintas
sektoral.

4. Dokter umum yang telah dilatih pelayanan geriatri


Uraian Tugas
a. Sebagai Pelaksana Pelayanan.
- Bertindak sebagai anggota tim geriatri di pelayanan
geriatri.
- Melaksanakan semua program pelayanan geriatri, yang
meliputi aspek preventif, promotif, edukatif, kuratif dan
rehabilitatif.
- Mendistribusikan pasien ke masing-masing pelayanan
dalam tim geriatri dan/ atau merujuk ke KSM lain
sesuai kebutuhan.
- Melaksanakan re-evaluasi pasien dan menentukan
program selanjutnya bagi pasien usia lanjut.
- Bertanggung jawab atas pelaksanaan program
pelayanan geriatri kepada ketua tim geriatri.
- Melaksanakan penyuluhan tentang kesehatan usia
lanjut.
b. Sebagai Pelaksana Pendidikan dan Pelatihan.
- Membantu pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
tenaga medis dan para medis di lingkungan pelayanan
geriatri.
- Bekerjasama dengan tim/ profesi lain dalam
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga medis
dan para medis.
c. Sebagai Pelaksana Pelatihan dan Pengembangan.
- Membantu pelaksanaan penelitian dan pengembangan
ilmu geriatri
- Bekerjasama dengan semua pihak dalam membantu
penelitian dan pengembangan ilmu geriatri atau bidang
ilmu lainnya yang berkaitan dengan pelayanan geriatri.
d. Sebagai Pelaksana Kerjasama Lintas Program dan Lintas
Sektoral.
- Membantu pelaksanaan kerjasama lintas program dan
lintas sektoral yang berkaitan dengan pelayanan
geriatri.
- Bekerjasama dengan tim lain dalam membantu
pelaksanaan kerjasama lintas program dan lintas
sektoral.

5. Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik


Uraian Tugas
a. Sebagai Pelaksana Pelayanan
- Melaksanakan evaluasi pasien dan menegakkan
diagnosis rehabilitasi medik serta membuat program
terapi rehabilitasi medik bagi pasien.
- Bertanggung jawab atas pelaksanaan semua program
rehabilitasi medik pasien usia lanjut, yang meliputi
aspek preventif, promotif/edukatif, kuratif dan
rehabilitatif sesuai dengan prosedur yang berlaku.
- Melaksanakan penyuluhan tentang rehabilitasi medik
pada usia lanjut.
b. Sebagai Pelaksana Pendidikan dan Pelatihan.
- Membantu pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
tenaga medis dan para medis di lingkungan pelayanan

geriatr
i.
-
Bekerjasama dengan tim/ profesi lain dalam
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga

c. Sebagai Pelaksana Penelitian dan


- Membantu pelaksanaan penelitian dan
pengembangan
- Bekerjasama dengan semua pihak dalam
penelitian dan pengembangan ilmu geriatri atau
ilmu/pelayanan lainnya yang berhubungan dengan
geriatri.
d. Sebagai Pelaksana Kerjasama Lintas Program dan Lintas
Sektoral.
- Membantu pelaksanaan kerjasama lintas program dan
lintas sektoral yang berkaitan dengan pelayanan
geriatri.
- Bekerjasama dengan tim lain dalam membantu
pelaksanaan kerjasama lintas program dan lintas
sektoral.

6. Perawat Geriatrik
Uraian Tugas
a. Sebagai Pelaksana Pelayanan
- Bertindak sebagai anggota tim geriatri di semua jenis
pelayanan geriatri.
- Melaksanakan semua program perawatan, sesuai
rencana keperawatan yang disepakati oleh tim geriatri.
- Membantu pelaksanaan semua program pelayanan
geriatri yang meliputi aspek preventif,
promotif/edukatif, kuratif dan rehabilitatif.
- Melaksanakan re-evaluasi pasien dan mengusulkan
program keperawatan selanjutnya bagi pasien usia
lanjut.
- Bertanggung jawab atas pelaksanaan program
perawatan geriatri kepada ketua tim geriatri.
- Melaksanakan penyuluhan tentang perawatan
kesehatan usia lanjut.
- Pencatatan pelaporan.
b. Sebagai Pelaksana Pendidikan dan Pelatihan.
- Membantu pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
tenaga medis dan para medis di lingkungan pelayanan
geriatri.
- Bekerjasama dengan tim/ profesi lain dalam
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga medis
dan para medis.

c. Sebagai Pelaksana Pelatihan dan Pengembangan.


- Membantu pelaksanaan penelitian dan pengembangan
ilmu geriatri
- Bekerjasama dengan semua pihak dalam membantu
penelitian, pengembangan ilmu/pelayanan geriatri atau
pelayanan lainnya yang berhubungan dengan geriatri.
d. Sebagai Pelaksana Kerjasama Lintas Program dan Lintas
Sektoral.
- Membantu pelaksanaan kerjasama lintas program dan
lintas sektoral yang berkaitan dengan pelayanan
geriatri.
- Bekerjasama dengan tim lain dalam membantu
pelaksanaan kerjasama lintas program dan lintas
sektoral.

7. Fisioterapis
Uraian Tugas
a. Sebagai Pelaksana Pelayanan
- Bertindak sebagai anggota tim geriatri di semua jenis
pelayanan geriatri.
- Melaksanakan pelayanan fisioterapi yang diprogram
oleh spesialis rehabilitasi medik, atau disepakati
bersama oleh tim geriatri.
- Menegakkan diagnosis fisioterapi, mengusulkan
program dan modalitas fisioterapi.
- Melaksanakan re-evaluasi pasien dan mengusulkan
program fisioterapi selanjutnya bagi pasien usia lanjut.
- Bertanggung jawab atas pelaksanaan program
fisioterapi, yang meliputi penggunaan modalitas
fisioterapi.
- Melaksanakan penyuluhan tentang fisioterapi pada usia
lanjut.
- Pencatatan pelaporan.
b. Sebagai Pelaksana Pendidikan dan Pelatihan.
- Membantu pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
tenaga medis dan para medis di lingkungan pelayanan
geriatri.
- Bekerjasama dengan tim/ profesi lain dalam
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga medis
dan para medis.
c. Sebagai Pelaksana Pelatihan dan Pengembangan.
- Membantu pelaksanaan penelitian dan pengembangan
ilmu geriatri.
- Bekerjasama dengan semua pihak dalam membantu
penelitian dan pengembangan ilmu/ pelayanan geriatri
atau pelayanan lainnya yang berhubungan dengan
geriatri.
d. Sebagai Pelaksana Kerjasama Lintas Program dan Lintas
Sektoral.
- Membantu pelaksanaan kerjasama lintas program dan
lintas sektoral yang berkaitan dengan pelayanan
geriatri.
- Bekerjasama dengan tim lain dalam membantu
pelaksanaan kerjasama lintas program dan lintas
sektoral

8. Okupasi Terapis
Uraian Tugas
a. Sebagai Pelaksana Pelayanan
- Bertindak sebagai anggota tim geriatri di semua jenis
pelayanan geriatri yang membutuhkan.
- Melaksanakan pelayanan okupasi terapis yang
diprogram oleh spesialis rehabilitasi medik, atau yang
disepakati bersama tim geriatri. Membantu
pelaksanaan semua program pelayanan geriatri yang
meliputi aspek preventif, promotif/edukatif, kuratif dan
rehabilitatif.
- Menegakkan diagnosis okupasi terapi, mengusulkan
program dan modalitas okupasi terapi.
- Melaksanakan re-evaluasi pasien dan mengusulkan
program okupasi terapi selanjutnya bagi pasien usia
lanjut.
- Bertanggung jawab atas pelaksanaan program okupasi
terapi, yang meliputi penggunaan modalitas okupasi
terapi.
- Melaksanakan penyuluhan tentang okupasi terapi pada
usia lanjut.
- Pencatatan pelaporan.
b. Sebagai Pelaksana Pendidikan dan Pelatihan.
- Membantu pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
tenaga medis dan para medis di lingkungan pelayanan
geriatri.
- Bekerjasama dengan tim/ profesi lain dalam
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga medis
dan para medis.
c. Sebagai Pelaksana Pelatihan dan Pengembangan.
- Membantu pelaksanaan penelitian dan pengembangan
ilmu geriatri.
- Bekerjasama dengan semua pihak dalam membantu
penelitian dan pengembangan ilmu/ pelayanan geriatri
atau pelayanan lainnya yang berhubungan dengan
geriatri.
d. Sebagai Pelaksana Kerjasama Lintas Program dan Lintas
Sektoral.
- Membantu pelaksanaan kerjasama lintas program dan
lintas sektoral yang berkaitan dengan pelayanan
geriatri.
- Bekerjasama dengan tim lain dalam membantu
pelaksanaan kerjasama lintas program dan lintas
sektoral.

9. Terapis Wicara (Speech Therapist)


Uraian Tugas
a. Sebagai Pelaksana Pelayanan
- Bertindak sebagai anggota tim geriatri di semua jenis
pelayanan geriatri.
- Melaksanakan pelayanan terapi wicara yang diprogram
oleh spesialis rehabilitasi medik, atau yang disepakati
bersama oleh tim geriatri.
- Menegakkan diagnosis terapi wicara, mengusulkan
program dan modalitas terapi wicara.
- Melaksanakan re-evaluasi pasien dan mengusulkan
program terapi wicara selanjutnya bagi pasien usia
lanjut.
- Bertanggung jawab atas pelaksanaan program terapi
wicara, yang meliputi penggunaan modalitas terapi
wicara.
- Melaksanakan penyuluhan tentang terapi wicara pada
usia lanjut.
- Pencatatan pelaporan.
b. Sebagai Pelaksana Pendidikan dan Pelatihan.
- Membantu pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
tenaga medis dan para medis di lingkungan pelayanan
geriatri.
- Bekerjasama dengan tim/ profesi lain dalam
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga medis
dan para medis.
c. Sebagai Pelaksana Pelatihan dan Pengembangan.
- Membantu pelaksanaan penelitian dan pengembangan
ilmu geriatri.
- Bekerjasama dengan semua pihak dalam membantu
penelitian dan pengembangan ilmu/ pelayanan geriatri
atau pelayanan lainnya yang berhubungan dengan
geriatri.
d. Sebagai Pelaksana Kerjasama Lintas Program dan Lintas
Sektoral.
- Membantu pelaksanaan kerjasama lintas program dan
lintas sektoral yang berkaitan dengan pelayanan
geriatri.
- Bekerjasama dengan tim lain dalam membantu
pelaksanaan kerjasama lintas program dan lintas
sektoral.
10. Nutrisionis
Uraian Tugas
a. Sebagai Pelaksana Pelayanan
- Bertindak sebagai anggota tim geriatri di semua jenis
pelayanan geriatri yang membutuhkan.
- Melaksanakan pelayanan nutrisi/gizi yang diprogram
oleh dokter/geriatris, atau disepakati bersama oleh tim.
- Menegakkan diagnosis status gizi, mengusulkan dan
melaksanakan program gizi pasien usia lanjut.
- Melaksanakan re-evaluasi pasien dan mengusulkan
program gizi selanjutnya bagi pasien usia lanjut.
- Bertanggung jawab atas pelaksannan program gizi
- Melaksanankan penyuluhan tentang gizi pada usia
lanjut.
- Pencatatan pelaporan.
b. Sebagai Pelaksana Pendidikan dan Pelatihan
- Membantu pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
tenaga medis dan paramedis di lingkungan pelayanan
geriatri.
- Bekerjasama dengan tim/ profesi lain dalam
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga medis
dan para medis.
c. Sebagai pelaksana penelitian dan pengembangan
- Membantu pelaksanaan penelitian dan pengembangan
ilmu geriatri.
- Bekerjasama dengan semua pihak dalam membantu
penelitian dan pengembangan ilmu/ pelayaann geriatri
atau pelayanan lainnya yang berhubungan dengan
geriatri.

11. Farmasis/Asisten Farmasi


Melaksanakan fungsi kefarmasian sesuai kesepakatan tim
geriatri.
C. Pengaturan Jaga
Pengaturan jaga dokter dilakukan oleh Kelompok Staf Medis (KSM)
dan untuk tenaga lainnya dilaksanakan oleh masing-masing kepala
instalasi.

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Sarana Dan Prasarana


Dalam rangka menjaga mutu penyelenggaraan pelayanan
geriatri maka telah dipenuhi hal-hal sebagai berikut:
1. Ruang pendaftaran/administrasi yang bergabung dengan ruang
pendaftaran/administrasi Rumah Sakit
2. Ruang tunggu poliklinik geriatri
3. Ruang periksa poliklinik geriatri
4. Ruang Tim Terpadu Geriatri

B. Persyaratan bangunan:
1. Konstruksi bangunan
a. Jalan
Jalan menuju poliklinik geriatri cukup kuat, rata, tidak
licin dan disertai jalur untuk pengunjung dengan kursi
roda.
b. Pintu
Cukup lebar untuk memudahkan pasien dengan kursi roda
atau tempat tidur. Lebar pintu 120 cm terdiri dari pintu 90
cm dan pintu 30 cm.
c. Listrik
Daya listrik cukup dengan cadangan daya bila suatu saat
memerlukan tambahan penerangan, dilengkapi dengan
generator listrik.
d. Penerangan
Penerangan Lorong dan ruang terang namun tidak
menyilaukan.
e. Lantai
Lantai rata, mudah dibersihkan dan tidak licin, apabila ada
undakan/tangga dapat terlihat jelas dengan warna ubin
yang berbeda untuk mencegah jatuh.
f. Langit-langit
Langit-langit kuat dan mudah dibersihkan

g. Dinding
Dinding permanen dan kuat, dicat dengan warna terang.
Pada tempat tertentu diberi pengaman dan leaning/hand
rail yang berfungsi sebagai pegangan bagi pasien saat
berjalan. Menghindari adanya sudut-sudut tajam pada
bagian tertentu untuk menghindari kemungkinan
terjadinya bahaya/trauma.
h. Ventilasi
Semua ruangan diberi cukup ventilasi
i. Kamar mandi
Kamar mandi menggunakan kloset duduk dengan
pegangan di sampingnya. Shower dilengkapi tempat duduk
dan pegangan, diletakkan di tempat yang mudah dijangkau
dalam posisi duduk. Tempat sabun diletakkan sedemikian
agar mudah dijangkau. Tersedia bel untuk meminta
bantuan dan pintu membuka keluar.
j. Air
Penyediaan air untuk kamar mandi, WC dan cuci tangan
harus cukup dan memenuhi persyaratan.
Pada dinding-dinding tertentu diberi pengaman dan leuning
yang berfungsi sebagai pegangan bagi pasien pada saat
berjalan serta untuk melindungi dinding dari benturan
kursi roda.
k. Agar dihindari sudut-sudut yang tajam pada dinding atau
bagian tertentu untuk menghindari kemungkinan
terjadinya bahaya atau trauma
l. Wastafel tersedia di ruang pemeriksaan

2. Kebutuhan Ruangan
a. Ruang pendaftaran administrasi
Ruangan ini harus cukup luas untuk penempatan meja
tulis, lemari arsip untuk penyimpanan dokumen medik
pasien. Letaknya dekat ruang tunggu sehingga mudah
dilihat oleh pasien yang baru datang.

b. Ruang tunggu
Bersih dan cukup luas, aman dan nyaman baik untuk
pasien yang dari luar ataupun dari bangsal yang
menggunakan kursi roda atau tempat tidur.

c. Ruang periksa
Ruang ini dekat dengan ruang pendaftaran serta dilengkapi
fasilitas dan alat-alat pemeriksaan. Ruangan terdiri dari :
1) Ruang periksa perawat geriatri untuk melakukan
anamnesis
2) Ruang periksa dokter/tim geriatri
3) WC dan kamar mandi
4) Ruang diskusi tim geriatri atau pertemuan dengan
keluarga pasien

C. Persyaratan Peralatan
1. Tempat tidur pasien
2. Satu set alat pemeriksaan fsik
3. EKG
4. Light box
5. Timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan
6. Instrumen penilaian Kognitif, Psikologi, Psikiatri

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. SASARAN PELAYANAN GERIATRI


Pelayanan geriatri diberikan kepada pasien lanjut usia dengan
kriteria :
1. Memiliki lebih dari 1(satu) penyakit fisik dan/atau psikis;atau
2. Memiliki 1 (satu) penyakit dan mengalami gangguan akibat
penurunan fungsi organ, psikologi, social, ekonomi, dan
lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
3. Pasien usia 70 (tujuh puluh) tahun ke atas yang memiliki 1
(satu) penyakit fisik dan/atau psikis

B. TINGKAT PELAYANAN GERIATRI SEDERHANA


Tingkat pelayanan geriatri sederhana mempunyai 2 jenis layanan
yaitu:
1. Poliklinik rawat jalan
2. Kunjungan rumah (home care)
Selain layanan di atas, layanan geriatri juga melakukan promosi
dan edukasi sebagai bagian dari Pelayanan Kesehatan Warga Lanjut
Usia di masyarakat.

C. TATA LAKSANA
1. Pelayanan kesehatan geratri dilaksanakan secara terpadu,
dengan pendekatan multidisiplin yang berkerja secara
interdisiplin
2. Dokter dari berbagai spesialisasi yang terkait, perawat, ahli
gizi, farmasi, fisioterapis dan terapi okupasi bekerja bersama
secara interdisiplin.
3. Mempunyai Standar Prosedur Operasional (SPO) dalam
pelayanan poliklinik dan kunjungan rumah.

BAB V
LOGISTIK

Dasar kebutuhan yang diperlukan Pelayanan Kesehatan Geriatri


adalah sebagai berikut :
1. Belanja Pegawai
Termasuk diantaranya :
a. Pelatihan
b. Akomodasi rapat
c. Honor - honor
2. Belanja Habis Pakai
a. Sarana dan prasarana penunjang layanan
b. Biaya pengadaan/produksi leaflet, poster dan banner
3. Belanja Modal
Perlengkapan termasuk alat kesehatan pelayanan geriatri.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Perubahan paradigma standar akreditasi baru diaplikasikan


pada pelayanan berfokus pasien, patient safety atau keselamatan
pasien menjadi standar utama, kesinambungan pelayanan harus
dilakukan baik saat merujuk keluar maupun serah terima pasien
di dalam rumah sakit. Mengingat masalah keselamatan pasien
merupakan masalah keselamatan pasien rumah sakit yang merupakan
acuan bagi rumah sakit di Indonesia untuk melaksanakan
kegiatannya.
Standar Keselamatan Pasien wajib diterapkan rumah sakit dan
penilaian dilakukan dengan menggunakan Instrumen Akreditasi
Rumah Sakit.
Standar Keselamatan pasien tesebut terdiri dari tujuh standar yaitu :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.

Dalam profesi kesehatan, komunikasi petugas dengan pasien


merupakan salah satu hal yang harus dikuasai petugas. Kompetensi
komunikasi menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian
masalah kesehatan pasien. Karena kompetensi komunikasi dapat
dikatakan terabaikan, baik dalam pemberian informasi pendidikan
pasien dan keluarga maupun dalam pelayanan kesehatan untuk itu
dalam rangka memberikan pedoman yang lebih terinci tentang
bagaimana seyogyanya keselamatan pasien oleh rumah sakit
dilaksanakan dalam memberikan pelayanan kepada pasien,
keselamatan pasien merupakan prioritas utama rumah sakit maka
disusunlah Pedoman Pelayanan Kesehatan Geriatri di Rumah sakit
Umum Daerah Wates sebagai penjabaran dari Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 79 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Geriatri di Rumah Sakit.
Sedangkan Sasaran Keselamatan Pasien di Instalasi Rawat Jalan
Rumah sakit Umum Daerah Wates, meliputi:
1. Ketepatan identifikasi pasien
Adalah ketepatan penentuan identitas pasien sejak awal pasien
masuk sampai dengan pasien keluar terhadap semua pelayanan
yang diterima pasien di Rumah sakit Umum Daerah Wates.
Ketepatan identifikasi pasien:
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak
boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
b. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk
darah.
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen
lain untuk pemeriksaan klinis.
d. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan/prosedur.
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
Adalah komunikasi lisan maupun telepon (verbal) yang
menggunakan prosedur CABAK (Catat, Baca, Konfirmasi).
Peningkatan komunikasi yang efektif:
a. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
b. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau
hasil pemeriksaan dibacakan secara lengkap oleh penerima
perintah.
c. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi
perintah atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan.
d. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi
keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon secara
konsisten.
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert
medications)
4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Infeksi biasa dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan
termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah,
pneumonia yang sering berhubungan kontak rumah sakit. Pokok
eliminasi infeksi ini maupun infeksi yang lain adalah dengan cuci
tangan (hand higiene) yang tepat.
6. Pengurangan risiko pasien jatuh
a. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien
terhadap resiko jatuh dan melakukan asesmen ulang bila pasien
diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan dan
lain-lain.
b. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi
mereka yang pada hasil asesmen dianggap beresiko jatuh.
c. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan,
pengurangan cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian yang
tidak diharapkan.
d. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan berkelanjutan resiko pasien cedera akibat jatuh di
rumah sakit.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


dalam pasal 1 menyebutkan pengertian rumah sakit yaitu institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat. Selanjutnya dikatakan bahwa
Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang
meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 pasal 164 ayat (1)
menyatakan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi
pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan
serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah sakit
adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti tersebut
diatas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan
kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan bagian
integral dari perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini Instalasi
Rawat Jalan dan perlindungan terhadap rumah sakit. Pegawai adalah
bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja akan meningkatkan produktifitas pegawai dan meningkatkan
produktifitas rumah sakit.
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja,
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat terjadi apabila:
1. Sarana dan prasarana tidak memenuhi standar kualitas
2. Ruangan kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai,
ruangan terlalu panas atau terlalu dingin
3. Tidak tersedia alat-alat pengaman
4. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya
kebakaran.

Adapun perlindungan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Petugas


adalah:
1. Penyediaan dan penggunaan APD sesuai standar
2. Pelatihan keselamatan kerja
3. Pemeriksaan berkala
4. Vaksinasi bagi karyawan
5. Alur pelaporan kejadian keselamatan kerja
6. Penanganan paska pajanan

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara


berkesinambungan guna mewujudkan keberhasilan program pelayanan
kesehatan bagi pasien geriatri. Pemantauan dan evaluasi harus
ditindak lanjuti untuk menentukan faktor-faktor yang potensial
berpengaruh agar dapat diupayakan penyelesaian yang efektif.
Pemantauan dan evaluasi mutu dilakukan dalam bentuk kegiatan
pencatatan dan pelaporan diperlukan sejumlah indikator dalam
pencatatan, diantaranya sebagai berikut:
1. Status fungsional dengan index BARTHEL
2. Kepuasan pasien
3. Kejadian pasien jatuh
4. Jumlah kunjungan pasien di Poliklinik Geriatri
5. Jumlah pasien dengan Home Care

BAB IX
PENUTUP

Demikian Pedoman Pelayanan Kesehatan Geriatri di Rumah


Sakit Umum Daerah Wates Kabupaten Kulon Progol ini kami buat.
Pedoman pengorganisasian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
pedoman dalam Pelayanan Kesehatan Geriatri di Rumah Sakit Umum
Daerah Wates Kabupaten Kulon Progo.
Pelayanan Kesehatan Geriatri merupakan tanggungjawab dari
Tim Kerja Geriatri pada khususnya dan seluruh jajaran rumah sakit
pada umumnya, sehingga diperlukan dukungan dan partisipasi dari
seluruh petugas yang ada di rumah sakit. Semoga pedoman ini dapat
dilaksanakan dengan baik dan bermanfaat bagi petugas di Rumah
Sakit Umum Daerah Wates Kabupaten Kulon Progo dan semua pihak
yang terkait.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan buku
mi, untuk itu perlu dilakukan tinjauan kembali setelah 3 tahun atau
sewaktu-waktu diperlukan dalam upaya perbaikan.

Anda mungkin juga menyukai