1
PT. Kalimantan Medika Nusantara
Rumah Sakit Parindu 2023
LEMBAR PENGESAHAN PANDUAN PELAYANAN GERIATRI TERPADU
DI RUMAH SAKIT PARINDU
Disusun Oleh :
POKJA PAP
Ditetapkan Oleh :
dr.Mislaini Matondang
Direktur Rumah Sakit Parindu
Tahun 2023
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karuniaNya
sehingga Panduan Pelayanan Geriatri Dan Tim Geriatri Terpadu Rumah Sakit dapat kami
terselesaikan.
Pelayanan Geriatri merupakan program nasional, oleh karena itu pelaksanaan pelayanan
Geriatri dapat diselenggarakan secara balk dan sukses, dalam hal ini peran manajemen Rumah Sakit
sangat penting dalam mendukung pelaksanaan pelayanan Geriatri.
Kami menyadari bahwa rencana kerja pelayanan tim terpadu Geriatri ini jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami memirita saran dan masukan yang membangun demi terwujudnya
Pelayanan Geriatri yang lebih baik. Akhir kata, kami mengucapkan mohon maaf dan terimakasih atas
bantuan dan dukungan dan semua pihak, semoga rencana kerja tim terpadu geriatri ini dapat
bermanfaat. Aamiin.
Ditetapkan di : Sanggau
Pada Tanggal : 27 Juli 2023
Direktur Rumah Sakit Parindu
dr.Mislaini Matondang
3
DAFTAR ISI
DIREKTUR RUMAH SAKITPARINDU NOMOR:RSPAR/SK-243/VII/2023 TENTANG PANDUAN
PELAYANAN GERIATRI TERPADU RUMAH SAKIT PARINDU
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... 3
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 7
BAB II RUANG LINGKUP .................................................................................................. 9
BAB III TATA LAKSANA .................................................................................................. 10
BAAB IV DOKUMENTASI………………………………………………………………………………………………..19
4
KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT PARINDU
NOMOR: RSPAR/SK-243/VII/2023
TENTANG
PANDUAN PELAYANAN GERIATRI TERPADU
RUMAH SAKIT PARINDU
5
MEMUTUSKAN
Keempat : peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan : di Sanggau
Pada tanggal : Juni 2023
Direktur Rumah Sakit Parindu
Dr.Mislaini Matondang
6
Lampiran : SK Direktur Rumah Sakit Parindu
Nomor : RSPAR/SK- 243/VII/2023
Tentang :Panduan Pelayanan Geriatri Terpadu
Di Rumah Sakit Parindu
A.LATAR BELAKANG
Geriatri merupakan cabang ilmu dari gerontologi yang mempelajari tingkat kesehatan pada
lanjut usia dari berbagai aspek, diantaranya: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
mencakup kesehatan jasmani, jiwa, dan sosial. Pada prinsipnya geriatri mengusahakan masa tua
yang bahagia dan berguna (Tamher, 2009). Proses penuaan merupakan suatu hal yang wajar, dan ini
adalah dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang, hanya cepat dan lambatnya proses
tersebut tergantung pada usia individu. Secara teori perkembangan manusia yang dimulai dari masa
bayi, anak, remaja, dewasa, tua, dan akhirnya masuk fase usia lanjut dengan umur diatas 60 tahun.
Dibutuhkan persiapan untuk menyambut hal tersebut supaya tidak menimbulkan masalah fisik,
mental sosial bahkan psikologis. Menua ( menjadi tua) adalah proses menghilangnya secara
perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan atau penyakit yang di
derita (Sunaryo, 2016). Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang dan di masa ini akan
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap.
Indonesia menempatkan para lanjut usia (lansia) pada posisi yang dihormati bukan saja
karena nilai-nilai budaya yang hidup dan berkembang di masyarakat tetapi juga karena lansia
tergolong dalam kelompok yang rentan. Penghormatan tersebut dapat berupa pemberian fasilitas
dan pelayanan khusus dalamrangka perlindungan dan pemenuhan hak!hak mereka sebagaimana
diatur dalam pasal 8 UU Nomor 39 Tahun 1999 . Salah satu wujudnya adalah tersedianya fasilitas
dan pelayanan khusus di rumah sakit berupa kursi roda khusus toilet jalan/akses bagi lansia yang
bertongkat tangga fasilitas lain dan layanan khusus berupa pelayanan geriatri .
Data menunjukkan jumlah lansia di Indonesia baik itu di pedesaan maupun di perkotaan terus
meningkat. Berdasarkan jenis kelaminnya jumlah lansia perempuan ± 9,5 juta lebih banyak
dibanding lansia laki-laki ± 8,2 juta. Penyebabnya adalah angka harapan hidup perempuan lebih
tinggi jika dibanding dengan angka harapan hidup laki-laki.
B.TUJUAN
Panduan pelayanan geriatri disusun agar adastandar pelayanan kesehatan bagi lansia yang
populasinya sudah semakin meningkat yaitu;
7
1.Mempertahankan derajat kesehatan para lansiapada taraf yang setinggi-tingginya sehingga
terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan;
2.memelihara kesehatan melalui aktivitas fisik dan mental
3.Merangsang para petugas kesehatan (dokter perawat) untuk dapat mengenal dan menegakkan
diagnosa yang tepat dan dini bila dijumpai suatu kelainan
4.Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang menderita penyakit atau gangguan
kesehatan dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan
(memelihara kemandirian secara maksimal)
5.Bila para lansia sudah sampai stadium terminal/penyakit atau gangguan kesehatan sudah tidak
dapat disembuhkan ilmu ini mengajarkan untuk tetap memberikan bantuan yang simpatik dan
perawatan dengan penuh pengertian (dalam akhir hidupnya memberikan bantuan moril dan
perhatian yang maksimal sehingga kematiannya berlangsung dengan tenang)
6.Memberdayakan kemandirian penderita dalam waktu lama dan mencegah disabilitas handicap
diwaktu mendatang. Sifat dari asesmen ini tidak sekedar multi disiplin tetapi juga interdisiplin
dengan koordinasi serasi antar disiplin dan lintas pelayanan kesehatan.
C. PENGERTIAN
1.Gerontologi cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses penuaan/masalah yang
timbul pada orang yang berusia lanjut.
2.Pasien geriatri orang tua berusia diatas 60 tahun yang memiliki penyakit lebih dari
2(dua)/majemuk/multipatologi akibat gangguan fungsi jasmani dan rohani dan atau kondisi sosial
yang bermasalah.
3.Konsep/pengertian secara bertingkat dari mundurnya kemandirian lansia yaitu
a.Hambatan (impairment) adalah setiap kehilangan atau kelainan baik psikologik, fisiologik, maupun
struktur atau fungsi anatomik;
b.Disabilitas adalah semua restriksi atau kekurangan dalam kemampuan untuk melakukan kegiatan
yang dianggap dapat dilakukan oleh orang normal.
c.Handicap adalah ketidakmampuan seseorang sebagai akibat impairment/disabilitas sehingga
membatasinya untuk melaksanakan peranan hidup secara normal (berhubungan erat dengan usia
jenis kelamin dan faktor-faktor sosial budaya)
4.Asesmen geriatri adalah suatu proses pendekatan multidisiplin untuk menilai aspek medik
fungsional psikososial dan ekonomi penderita usia lanjut dalam rangka menyusun program
pengobatan dan pemeliharaan kesehatan yang rasional.
5.Tim geriatri adalah suatu tim multidisipliner yang bekerja secara multidisipliner interdisiplin untuk
menangani masalah kesehatan usia lanjut.Tim ini minimal terdiri atas dokter geriatris atau
internis/dokter umum yang dilatih juga dokter spesialis psikologis perawat yang telah mendapatkan
pelatihan geriatri fisioterapi nutrisionis dan farmasi
8
BAB II
RUANG LINGKUP
Upaya peningkatan kesejahteraan pada lanjut usia di arahkan untuk memperpanjang usia harapan
hidup dan masa produktif agar terwujud kemandirian dan kesejahteraan .Salah satu upaya
peningkatan pelayanan Kesehatan geriatric di Rumah Sakit.Dalam upaya peningkatan pelayanan
Kesehatan geriatri di Rumah Sakit yang berkualitas, merata dan terjangkau maka pelayanan geriatri
harus dilakukan secara terpadu melalui pendekatan yang bersifat interdisiplin oleh berbagai tenaga
professional yang bekerja dalam tim terpadu geriatri. Oleh karena itu dalam rangka peningkatan
pelayanan Kesehatan geriatri di Rumah Sakit dan mengakomodasi berbagai kemajuan ilmu
pengetahuan dan tehnologi di bidang pelayanan geriatri, perlu di susun penyelenggaraan geriatri di
Rumah Sakit.
9
BAB III
TATALAKSANA
A.PELAYANAN GERIATRI .
1. Batasan Pelayanan
Pelayanan geriatri adalah pelayanan kesehatan usia lanjut dengan pendekatan interdisiplin yang
mencakup aspek medik promotif,preventif, kuratif dan rehabilitatif serta aspek sosial dan psikologik
pada pasien usia lanjut.
a. Pelayanan geriatri sederhana adalah suatu bentuk pelayanan geriatri yang mempunyai kegiatan
hanya berupa pelayanan poliklinik. Pelayanan tersebut diberikan oleh Tim geriatri yang minimal
terdiri dari:
1) Dokter umum yang telah mendapatkan pelatihan geriatri
2) Perawat yang telah mendapat pelatihan geriatri
3) Tim rehabilitasi medik, minimal fisioterapi
b. Pelayanan geriatri yang ada di RS Parindu termasuk pelayanan geriatri sederhana. Pelayanan
geriatri sederhana paling sedikit terdiri atas: Ruang pendaftaran/administrasi;
c. Ruangan ini harus cukup luas untuk penempatan meja tulis, lemari arsip untuk penyimpanan
dokumen medik pasien. Letaknya dekat denganruang tunggu, sehingga mudah dilihat oleh
pasien yang baru datang.
d. Ruang tunggu;
e. Harus bersih dan cukup luas, aman dan nyaman, baik untuk pasie dari luar ataupun dari bangsal
yang mengguanakan kursi roda atau tempat tidur.
f. Ruang periksa;dan
g. Ruangan ini dekat dengan ruang pendaftaran serta dilengkapi dengan fasilitas dan alat-alat
pemeriksaan.
h. Ruang Tim Terpadu Geriatri
2. Alur pelayanan geriatri
a.Bagan alur pelayanan geriatri di rumah Sakit Parindu
10
Assesment lansia adalah suatu rangkaian kegiatan proses keperawatan yang ditujukan kepada usia
lanjut
a) Meliputi kegiatan pengkajian dengan memperhatikan kebutuhan fisik psikologis sosial
dan spiritual
b) Menganalisis masalah dan merumuskan diagnosis keperawatan
c) Membuat perencanaan
d) Melaksanakan implementasi dan melakukan evaluasi.
7.Tujuan Assesment usia lanjut Menegakkan
a) Diagnosis kelainan fisik/psikis yang bersifat fisiologik;
b) Diagnosis kelainan fisik/psikis yang bersifat patologik
c) Dan melakukan terapi atas kelainan tersebut.
d) Menegakkan adanya gangguan organ/sistem (impairment) ketidak mampuan (disabilitas)
dan ketidak mampuan sosial (handicap) untuk dapat dilakukan terapi dan/atau rehabilitasi.
e) Untuk mengetahui sumber daya sosial ekonomi dan lingkungan yang dapat
digunakan untuk penatalaksanaan penderita tersebut
11
(1)Tegap (2)membungkuk(3)skoliosis(5)lordosis
Tanda-tanda vital :
(1)sushu(2)tekanan darah(3)nadi(4)respirasi(5)berat badan(6)tinggi badan(7)IMT
e. Status gizi :
Sehari makan berpa kali, habis berapa porsiMakan sendiri/dengan bantuan....
f.Pengkajian head to toe
1) Kepala
Kebersihan :kotor/bersih
Kerontokan rambut :ya/tidak
Keluhan :ya/yidak
Jika ya,jelaskan :..........................................................
2) Mata
Konjungtiva :anemis/tidak
Sklera : ikterik/tidak
Strabismus :ya/tidak
Penglihatan : kabur/tidak
Peradangan : ya/tidak
1. Melawan grafitasi tapi tidak ada tahanan
2. Melawan grafitasi dengan tahanan sedikit
3. Melawan grafitasi dengan kekuatan penuh
4. Rentang gerak : maksimal/terbatas
Deformitas : ya/tidak, jelaskan...........................................
Tremor : ya/tidak
Edema kaki : ya/tidak,pitting edema/tidak
Alat bantu : ya/tidak, jenis :............................................
2.Dengan bantuan sedang s/d maksimal 14-27 : dengan bantuan sedang s/d maksimal
12
No Aspek penilaian keterangan nilai
1 Berdiri dg postur normal
13
0-17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan .............................................................
8) Pengkajian perilaku terhadap kesehatan
Kebiasaan merokok : > 3 batang sehari
<3 batang seahari
Tidak meroko
Kebiasaan minum alkohol : (1) tdk pernah (2) sering
Minum kopi : (1) tidak (2) ya : 1 gelas /hari
2 gelas/hari
Lebih dari 3 gelas/hari
14
Gangguan BAB : - inkontinensia alvi, -konstipasi,- diare,-tidak ada
Pola BAK
Frekuensi BAK : 1-3 kali sehari, 4-6 kali sehari, >6 kali sehari.
Warna urine :- kuning, - jerni, -putih jerni,-kuning keruh
Pola aktifitas
Kegiatan produktif lansia yang sering dilakukan :
- membantu kegiatan dapur
- Berkebun
- Pekerjaan rumah tangga
- Keterampilan tangan
Pola pemenuhan kebersihan diri
Mandi :1 kali sehari, 2 kali sehari, 3 kali sehari,< 1 kali sehari
Memakai sabun (1) ya(2) tidak
Sikat gigi : 1 kali sehari,2 kali sehari, todak pernah, alasan............................................
Kebiasaan berganti pakaian bersih : 1 kali sehari, > 1 kali sehari, tidak ganti.
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (indeks barthel)
No Kriteria Dengan mandiri Skor yang keterangan
bantuan didapat
1 Makan 5 10 Frekuensi juumlah
jenis
2 Minum 5 10 Frekuensi juumlah
jenis
3 Berpindah dari kursi roda ke tempta tidur, 5-10 15
atau sebaliknya
6 Mandi 5 15 Frekuensi
7 Jalan dipermukaan datar 0 5
8 Naik turun tangga 5 10
9 Mengenakan pakaian 5 10
15
Interpretasi :ketergantungan total
65-125 : ketergantungan segabagian
Kesimpulan :.....................................
B. GERIATRI GIANTS
Penampilan suatu penyakit pada usia lanjut sering berbeda dengan usia muda. Carus
dapat dibedakan, apakah kelainan yang terjadi berkenaan dengan bertambahnya usia atau
memang ada suatu proses patologi sebagai penyebabnya. Beberapa problema klinik dari
penyakit pada lansia yang sering dijumpai disebut “GERIATRI
GIANTS” yang terdiri dari
1.Sindroma Serebral
Dengan adanya kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada usia lanjut dapat
dimengerti bahwa sirkulasi otak pada orang tua sangat rentan terhadap perubahan-
perubahan baik perubahan posisi tubuh maupun faktor lain misalnya yang berkaitan
dengan tekanan darah seperti fungsi jantung bahkan fungsi otak yang berkaitan dengan
pengaturan tekanan darah (sistem otonom).
2.Konfusio dan Dimentia
Konfusio akut adalah suatu akibat gangguan menyeluruh fungsi kognitif yang ditandai oleh
memburuknya secara mendadak derajat kesadaran dan kewaspadaan dan terganggunya
proses berfikir yang berakibat terjadinya disorientasi.
gambaran klasik penderita konfusio yaitu
a. Derajat kesadaran menurun misalnya sulit untuk tetap bangun saat diperiksa
b. Gangguan persepsi antara lain ilusi delusi halusinasi dan mis intrepretasi
c. Terganggunya siklus bangun tidur dengan terjadinya insomnia tetapi siang hari
tertidur
d. Aktivitas spikomotor meningkat atau menurun
e. Disorientasi waktu tempat dan orang
f. gangguan memori.
Dimentia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan
ingatan/memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari.
Secara garis besar dementia pada usia lanjut dapat dikategorikan dalam 4 (empat) golongan
yaitu:
a. Dementia degeneratif primer 50-60 %
b. Dementia multi-infark 10-20%
c. Demnetia yang reversibbel atau sebagian reversibel 20-30%
d. Gangguan lain (terutama neurologik)5-10%.
Pemeriksaan Portabel untuk Status Mental (PPSM=MMSE=Mini Mental State Examination)
16
1. Tanggal berapakah hari ini?(bulan,tahun) 0-2 keslaahan =baik
2. Hari apakah hari ini? 3-4 kesalahan= gangguan intelek
3. Apakah nama tempat ini? ringan
4. Berapa nomor telepon bpk/ibu?(bila tidak 5-7 kesalahan =gangguan intelek
ada telepon, jalan apakah rumah sedang
bpk/ibu?) 8-10 kesalahan= gangguan intelektual
5. Berapa umur bapak/ibu? berat
6. Kapan bapak/ibu lahir? (tanggal, bulan Berat penderita tidak pernah
tahun) sekolah,nilai kesalahan diperbolehkan
7. Siapakah nama gubernur? + 1 dari nilai di atas.
(walikota/lurah/camat) Bila penderita sekolah lebih dari SMA
8. Siapakah nama gubernur sebelum kita ? kesalahan yang diperbolehkan -1 dari
(walikota/lurah/camat) atas.
9. Siapakah nama gadis ibu anda?
10. Hitung umur 3-3,dimulai dari 20
2. Gangguan otonom
Beberapa hal yang dikatakan sebagai penyebab seringnya gangguan syaraf otonom pada
usia lanjut adalah :
Dengan meningkatnya usia, terdapat beberapa perubahan pada neurotransmisi pada
ganglion otonom, berupa penurunan asetil kolin terutama disebabkan oleh penurunan enzim
utama, yaitu kolin asetilase.hal ini cenderung menurunkan fungsi otonom.
3. Inkontinensia
Inkontinensia urine merupakan salah satu keluhan utama pada penderita lansia.
Inkontinensia adalah pengeluaran urine (atau feses) tanpa disadari,dalam jumlah dan frekuensi
yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan atau sosial.
Inkontinensia dapat disebabkan oleh “DRIP”
D=delirium
R=Retriksi mobilitas,retensi
I=infeksi, inflamasi,impaks feses
P=pharmasi (obat-obatan),poliuri
4. Jatuh (the true geriatric giant)
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian
seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai/ditempat yang lebih rendah dengan atau
tanpa kehilangan kesadaran atau luka.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jatuh pada lansia:
a. Faktor intrinsik
1) Kondisi fisik dan neuropsikiatrik
2) Penurunan visus dan pendengaran
3) Perubahan neuro muskular,gaya berjalan,dan reflek postural karena proses menua
4) Faktor ekstrinsik
5) Obat-obatan yang diminum
6) Alat-alat bantu berjalan
7) Lingkungan yang tidak mendukung (berbahaya).
b. Penyebab-penyebab jatuh pada lansia:
Kecelakaan : merupakan penyebab jatuh yang utama
17
1) Nyeri kepala dan atau vertigo
2) Hipotensi orthostatic
3) Obat-obatan
4) Proses penyakit yang spesifik
5) Idiopatik
6) Sinkope
c. Faktor-faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan kecelakaan pada lansia:
1. Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak stabil, atau tergeletak
dibawah;
2. Kelaianan pada tulang belakang
Penyakit tu;ang dan patah tulang merupakan salah satu dari sindroma geriatrik. Dengan
bertambahnya usia terdapat peningkatan hilang tulang secara linear. Hilang tulang ini lebih
nyata pada wanita dibanding pria.
d. Dekubitus
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan menembus
otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus
menerus,sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi setempat.
Area yang biasa terjasi dekubitus adalah tempat di atas tonjolan tulang dan tidak dilindungi
cukup dengan lemak subkutan, mislanya: daerah sakrum, daerah trokanter mayor dan spina
ischiadica superior anterior, daerah tumit dan siku.
Karakter penampilan klinis dari dekubitus dapat dibagi sebagai berikut:
•Derajat I : reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis, kemerahan/eritema indurasi
atau lecet.
•Derajat II: reaksi yang lebih mencapai seluruh dermis hingga lapisan lemak subkutan. Tampak
sebagai ulkus yang dangkal,dengan tepi yang jelas dan perubahan warna pigmen kulit
•Derajat III:ilkus menjadi lebih dalam, meliputi jaringan lemak subkutan dan menggaung,
berbatasan dengan fascia dari otot. Sudah mulai didapat infeksi dengan jaringan nekrotik yang
berbau.
•Derajat IV: perlpuadan ulkus yang dapat mengakibatkan infeksi pada tulang atau sendi
Faktor-faktor penyebab dekubitus :
1. Faktor intristik (dari tubuh sendiri);
a. Status gizi
b. Anemia
c. Hipoalbuminemia
d. Penyakit-penyakit neurologik
e. Keadaan hidrasi/cairan tubuh perlu dinilai dengan cermat
f. Faktor ekstrinsik
g. Kebersihan tempat tidur
h. Alat-alat yang kusut dan kotor
i. Perlaatan medik yang menyebabkan penderita terfiksasi pada suatu sikap tertentu.
Pengelolaan Dekubitus:
a) Dekubitus Derajat I
Dengan reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis kulit yang kemerahan dibersihkan
hati-hati dengan air hangat dan sabun diberi lotion, kemudian dimassage 2-3 kali/hari.
b) Dekubitus Derajat II
Terjadi ulkus yang dangkal :perawatan luka harus memperhatikan syarat-syarat aseptik dan
antiseptik. Daerah bersangkutan digesek dengan es dan dihembus dengan udara hangat
bergantian untuk merangsang sirkulasi. 0apat diberikan salep topikal mungkin juga
merangsang tumbuhnya jaringan muda/granulasi. Pergantian balut dan salep ini jangan
terlalu sering karena malah dapat merusakkan pertumbuhan jaringan yang diharapkan.
c) Dekubitus Derajat III
18
Usahakan luka selalu bersih dan eksudat, diusahakan dapat mengalir keluar. Balut jangan
terlalu tebal dan sebaiknya transparan sehingga permeabel untuk masuknya udara/oksigen
dan penguapan.
d) Dekubitus Derajat IV .
Semua langkah-langkah di atas tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik yang ada harus
dibersihkan sebab akan menghalangi pertumbuhan jaringan/epitelisasi. Beberapa preparat
enGim coba diberikan untuk usaha ini dengan tujuan mengurangi
perdarahan. Setelah jaringan nekrotik dibuang dan luka bersih penyembuhan luka secara
alami dapat diharapkan. Beberapa usaha mempercepat antara lain dengan memberikan
oksigenasi pada daerah luka, tindakan dengan ultrasono untuk membuka sumbatan-
sumbatan pembuluh darah dan sampai transplantasi kulit setempat.
Skor norton untuk mengukur resiko dekubitus
Aktivitas:
9. Ambulan 4
10. Ambulan dengan bantuan 3
11. Hanya bisa duduk 2
12. Tiduran 1
Mobilitas:
13. Bergerak bebas 4
14. Sedikit terbatas 3
15. Sangat terbatas 2
16. Tidak bisa bergerak 1
Inkontinesia:
17. Tidak 4
18. Kadang-kadang 3
19. Sering inkontinensia 2
urine 1
20. Inkontinensia alvi dan
urine
Skor total
Skor total ≤ 14
19
BAB IV
DOKUMENTASI
20
BAB V
PENUTUP
Panduan Pelayanan Geriatri Terpadu ini dibuat dan ditetapkan sebagai panduan bagi seluruh personil
di RS Parindu. Bila mana ada perkembangan dan perbaikan terhadap panduan ini maka dapat
dilakukan koreksi demi kemajuan pelayanan di RS Parindu.
Ditetapkan di : Sanggau
Pada Tanggal : 27 Juli 2023
Direktur Rumah Sakit Parindu
dr.MislainiMatondang
21