Anda di halaman 1dari 140

PEDOMAN MANAGEMEN PENGGUNAAN OBAT

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN BADUNG
MANGUPURA
2014
PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
JALAN RAYA KAPAL – MENGWI – BADUNG – BALI
TELP. (0361)9006812-13, FAX. (0361) 4427218

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN BADUNG

NOMOR 382 TAHUN 2013


TENTANG
PEDOMAN MANAGEMEN PENGELOLAAN OBAT
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG

----------------------------------------------------------------------------------

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka mewujudkan pelayanan yang memenuhi standar


akreditasi Rumah Sakit khususnya dalam penggunaan, pengelolaan obat dan
sediaan Farmasi di RSUD kabupaten Badung yang aman, efektif, efisien dan
menjamin keselamatan pasien yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur ;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran


Negara RI Tahun 2009 Nomor 144. Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 5063);
2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara RI Tahun 2009 Nomor 153. Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 5072);
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004
tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit ;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara RI tahun 2005
Nomor 48. Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4502);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara RI tahun 2005
Nomor 48. Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4502);
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.03/I/1127/2013 tentang
Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Badung
Provinsi Bali menetapkan kelas RSUD Kabupaten Badung Provinsi Bali
sebagai Rumah Sakit Umum kelas B.
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 755/Menkes/Per/IV2011 tentang
penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.
8. Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata laksana Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten Badung;
.9. Peraturan Bupati Badung Nomor 62 Tahun 2010 tentang penetapan
RSUD Kabupaten Badung sebagai Badang Layanan Umum Daerah
(BLUD) (Lembaran Daerah Kabupaten Badung Tahun 2010 Nomor 42);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KESATU : Melakukan pemilihan, pengadaan, penyimpanan, peresepan, distribusi,


pemberian dan pemantauan terhadap pengelolaan obat di RSUD Kabupaten
Badung yang sesuai dengan pedoman.

KEDUA : Melakukan pelayanan pemberian obat yang benar yaitu ; benar orang, benar
dosis, benar cara pemberian, benar waktu pemberian dan benar obat kepada
pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Badung

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini.

Ditetapkan di Mangupura
pada tanggal 18 Juni 2013
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Badung,

dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes


Pembina
NIP. 19630615 199503 1 004

Tembusan disampaikan kepada Yth:


1. Ketua Komite Medik
2. Para Kepala Bidang/Bagian
3. Ketua SMF/Bagian
4. Para Kepala Instalasi
5. Pertinggal
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rakhmat dan
karuniaNya Panduan Managemen dan Penggunaan Obat (MPO) dapat diselesaikan.

Manajemen penggunaan obat sangat diperlukan untuk menjamin pelayanan farmasi yang
efektif dan efisien yang merupakan salah satu aspek yang menentukan untuk suksesnya program
pengobatan secara rasional. Selain itu dengan adanya pengelolaan dan managemen penggunaan
obat yang baik akan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas anggaran yang tersedia.

Penyusunan buku panduan ini dimaksudkan sebagai petunjuk teknis pelaksanaan untuk
memudahakan dalam melaksanakan pelayanan farmasi yang dapat meningkatkan standar
pelayanan kepada pasien dan peningkatan standar layanan akreditasi bagi Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Badung.

Kami menyadari bahwa buku panduan ini masih mengandung kekurangan sehingga
segala saran dan masukan yang bersifat membangun dan meningkatkan mutu pelayanan Farmasi
di Rumah Sakit Umum Daerah Badung kami terima dengan senang hati.

Perhatian dan kerjasama dari semua pihak sangat kami harapkan dan kami ucapkan terima kasih.

Mangupura, Desember 2012


BAB I
DEFINISI

Managemen penggunaan obat merupakan suatu siklus kegiatan pengelolaan obat yang
mencakup kegiatan perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan, penghapusan, monitoring dan evaluasi.

BAB II
RUANG LINGKUP

Pedoman ini menetapkan pedoman untuk pelayanan farmasi di Rumah Sakit


Umum Daerah Badung dalam Managemen Pengelolaan Obat yang meliputi seleksi,
pengadaan, penyimpanan, peresepan dan pencatatan serta persiapan dan penyaluran/
disepensing.

BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN

1.Pemilihan/seleksi perbekalan farmasi

Metode perencanaan yang digunakan di Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten


Badung menggunakan metode konsumsi sesuai dengan anggaran yang tersedia .
Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi didasarkan pada data real konsumsi
perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaiaan dan koreksi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam rangka menghitung jumlah
perbekalan farmasi yang dibutuhkan adalah :
1. Pengumpulan data dan pengolahan data .
2. Analisa data untuk informasi dan evaluasi.
3. Perhitungan perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi.
4. Penyesuaian jumlah kebutuhan perbekalan farmasi dengan
alokasi dana.
Pemilihan obat-obat yang akan digunakan di RSUD Kabupaten Badung
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan pengusulan dari masing masing SMF,
setelah mendapatkan persetujuan dari Komite Medik akan ditetapkan menjadi
Formularium Rumah Sakit. Selain itu pemilihan obat di Rumah Sakit merujuk pada
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), Formularium RS, formularium Jamkesmas,
Formularium Askes, Formularium JKBM. Sedangkan pemilihan alat kesehatan di rumah
sakit dapat berdasarkan dari data pemakaian oleh pemakai, standar ISO, daftar harga
alat, daftar alat kesehatan yang dikeluarkan oleh ditjen Binfar dan Alkes, serta
spesifikasi yang ditetapkan oleh rumah sakit. kriteria yang harus dipenuhi dalam
pemilihan obat meliputi :
a. Mengutamakan penggunaan obat generic

b. Pemilihan obat harus menghindari obat dengan jenis yang sama, antara obat

generic : original : mee-too

c. Pemilihan mengutamakan obat yang memiliki manfaat, resiko dan biaya yang

paling menguntungkan bagi pasien.

d. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas.

e. Memudahkan dalam penyimpanan dan pengangkutan

f. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan

g. Memberikan keuntungan yang maksimal dalam hal kepatuhan dan penerimaan

oleh pasien

h. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (Evidence Based

Medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan,

2. Pengadaan perbekalan farmasi


Tujuan pengadaan : mendapatkan perbekalan farmasi dengan harga yang
layak, dengan mutu yang baik, pengiriman barang terjamin dan tepat waktu, proses
berjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga serta waktu berlebihan.disamping
untuk menjaga ketersediaan obat di RSUD Kabupaten Badung. Pengadaan obat, alat
kesehatan, dan reagensia dilakukan oleh Unit Layanan Pengadaan (ULP) setelah
melalui proses sistem pengadaan. Sistem pengadaan yang dilakukan di RSUD
Kabupaten Badung dilakukan secara langsung ke distributor berdasarkan
Formularium yang digunakan yaitu : Formularium Nasional, JKBM, Formularium
Rumah Sakit.
Prioritas yang perlu diperhatikan dalam pengadaan obat di RSUD Kabupaten
Badung :
Berdasarkan jenisatau ítem barang :
a. Obat-obat emergensi yang merupakan prioritas utama karena berfungsi
sebagai penyelamat nyawa
b. Obat-obat strategis, dimana golongan obat ini digunakan untuk
mengurangi kecacatan dan biasanya dibutuhkan dalam keadaan darurat.
c. Bahan keperluan diagnostik
d. Obat/alat untuk kegiatan klinik khusus
e. Obat-obat untuk rawat inap
f. Obat-obat untuk rawat jalan
Selain itu perlu juga dilakukan skala prioritas pengadaan berdasarkan unit
pelayanan:
a. Pelayanan unit gawat darurat yang terdiri dari UGD, kamar operasi< ICU,
HCU, NICU, Hemodialisa
b. Unit penunjang klinik seperti pelayanan pasien di instalasi Laboratorium dan
Radiologi
Pengadaan juga harus mempertimbangkan siklus penyakit musiman, seperti :
DBD dan mutaber yang memerlukan sediaan infus RL yang cukup. Pemantauan
terhadap stok obat seperti gudang farmasi, instalasi farmasi, persediaan ruangan dan
box emergensi harus terpantau ketersediaannya.
Proses pengadaan obat di RSUD Kabupaten Badung diawali dengan
pengajuan usulan kebutuhan perbekalan farmasi oleh petugas farmasi gudang yang
dilakukan berdasarkan data penggunaan dari instalasi farmasi dan ruangan. Setelah
surat pesanan ditandatangani , selanjutnya ditujukan kepada pejabat pengadaan
untuk disetujui. Untuk obat di luar formularium dilakukan pengusulan dari unit
yang kemudian diterukan ke panitia farmasi dan terapi untuk ditindak lanjuti.
Apabila disetujui oleh pejabat pengadaan maka dibuatkan surat pesanan untuk
memesan obat ke distributor. Untuk obat yang dikategorikan cito apoteker dapat
melakukan pemesanan langsung ke distributor.
Untuk obat yang habis pakai di luar jam kerja, maka petugas farmasi
melakukan pengambilan barang ke gudang farmasi yang disertai mutasi barang.
Bukti mutasi selanjutnya dicetak dan keesokan harinya diserahkan kepada petugas
gudang farmasi. Untuk obat yang persediaannya habis diusahakan segera mungkin
dilakukan pemesanan obat.
3. Penyimpanan perbekalan farmasi

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara


menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
Tujuan penyimpanan adalah :
a. Memelihara mutu sediaan farmasi
b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung-jawab
c. Menjaga ketersediaan
d. Memudahkan pencarian dan pengawasan
Penyimpanan perbekalan farmasi dilakukan sebagai berikut :
1. Area penyimpanan perbekalan farmasi tidak boleh dimasuki selain
petugas farmasi.
2. Penyimpanan obat, alkes dan gas medis harus dilakukan sesuai
persyaratan dan standar kefarmasian untuk menjamin stabilitas dan
mempercepat pelayanan.
3. Penyimpanan dilakukan dengan alfabetis
4. Penyimpanan dilakukan secara FIFO (First in First out) dan FEFO
(Fisrt Expied Fiest out).
5. Obat dan bahan kimia yang digunakan diberikan label secara akurat
untuk isi, tanggal kadaluarsa dan peringatan.
6. Dilakukan inspeksi secara berkala di tempat-tempat penyimpanan
obat untuk memastikan obat disimpan dengan benar dan untuk
meminimalisasi kehilangan obat.
7. Untuk sediaan NORUM/LASA dipisahkan dengan pembatas dan
dilabeli dengan stiker LASA.
8. Untuk obat High Alert diberi stiker dan diletakkan secara terpisah
sesuai dengan SPO.
9. Elektrolit pekat yang termasuk obat High Alert, contoh : Kalium
klorida 7,46% tudak boleh berada di ruang rawat, kecuali di unit-unit
tertentu atas pertimbangan live saving.
10. Untuk sediaan emergensi diletakkan di tempat khusus yang disimpan
di “trolley emergency atau box emergency” dikunci dengan segel.
Harus dipantau dan penggunaan obat harus dapat
dipertanggungjawabkan.
11. Penempatan cairan infuse harus diletakkan di atas pallet tidak boleh
langsung bersentuhan dengan lantai.
12. Khusus bahan beracun dan berbahaya (B3) harus disimpan terpisah
dan disertai tanda bahan berbahaya dan beracun
13. Pasien tidak boleh membawa obat dari luar RSUD Kabupaten
Badung, jika melanggar maka pasien/keluarga harus menandatangani
surat pernyataan dan semua obat yang dibawa harus di tulis di Form
Rekonsiliasi. Dan obat pasien di simpan di intalasi farmasi dengan
wadah terpisah dan label yang jelas.
14. Perbekalan farmasi yang tidak digunakan, rusak dan kadaluarsa
harus dikembalikan ke instalasi farmasi yang diatur dengan
menggunakan Standar Prosedur Operasional.
15. Obat yang sudah kadaluarsa, rusak harus dismpan terpisah sambil
menunggu pemusnahan. Penghapusan dilakukan sesuai Standar
Prosedur Operasional.
16. Tata cara penghapusan perbekalan Farmasi lebih rinci dituangkan
dalam Standar Prosedur Operasional.

5. Pemesanan/penulisan Resep
Kegiatan pemesanan perbekalan farmasi di rumah sakit dilakukan melalui
proses peresepan yang selalu dipantau untuk menjamin proses peresepan yang
rasional dan menjamin terapi yang efektif, efisien, dan aman bagi pasien.
Prosedur yang dilakukan dalam pemesanan obat yang baik adalah sebagai berikut:
1. Resep ditulis oleh staf medis (dokter atau dokter gigi), dokter yang
mempunyai surat izin praktik di Rumah Sakit Badung. Resep
narkotika berhak ditulis oleh dokter yang memiliki nomor Surat Izin
Praktek (SIP). Penulisan resep harus mencegah terjadinya duplikasi
obat dan memperhatikan terapi pasien
2. Penulis resep harus melakukan penyelarasan obat dengan
membandingkan antara daftar obat yang sedang digunakan oleh
pasien dengan obat yang akan diresepkan agar tidak terjadi duplikasi
atau terhentinya terapi suatu obat.
3. Terapi obat dituliskan dalam rekam medis hanya ketika obat pertama
kali diresepkan, rejimen berubah atau obat dihentikan. Untuk terapi
lanjutan ditulis terapi lanjutan dan pada catatan penggunaan obat
(rawat inap) tetap dicantumkan nama obat dan regimen dosisnya.
4. Resep ditulis menggunakan blangko catatan penggunaan obat yang
telah disediakan (rawat inap). Dan pada lembar resep atau catatan
penggunaan obat tulisan harus jelas dan dapat dibaca sehingga tidak
menimbulkan salah pengertian.
5. Penulis resep harus memperhatikan kemungkinan adanyta
kontraindikasi, interaksiobat dan reaksi alergi.
6. Obat-obatan yang termasuk dalam daftar Look Alike Sound Alike
(LASA) dalam penulisan resepnya, dokter harus mengenali obat-
obatan LASA untuk menghindari kesalahan pembacaan oleh tenaga
kesehatan lainnya, daftar obat-obatan LASA diterbitkan oleh instalasi
farmasi.
7. Obat yang diresepkan harus sesuai dengan Formularium RSUD
Kabupaten Badung, Formularium Nasional dan JKBM
8. Jenis resep yang dilayani adalah resep pertama pasien baru masuk,
resep regular, resep dengan pemberlakuan automatic stop order.
Penulisan resep harus dilengkapi/ memenuhi hal-hal sebagai berikut :
a. Nama pasien
b. Tanggal lahir atau umur pasien
c. Nomor Rekam Medis Pasien
d. Berat badan pasien. Jika diperluka berat badan dan tinggi
badan untuk pasien yang perhitungan dosis obatnya
berdasarkan luas permukaan tubuh (Body surface Area)
e. Nama dokter
f. Tanggal penulisan resep
g. Nama ruang pelayanan
h. Riwayat alergi pasien
i. Tanda R/ pada setiap sediaan
j. Untuk nama obat tunggal ditulis dengan nama generic.
Untuk obat kombinasi ditulis sesuai nama dalam
formularium, dilengkapi dengan bentuk sediaan obat
( contoh : injeksi, tablet, kapsul, salep), serta kekuatannya
(contoh : 500mg, 1 gram )
k. Jumlah sediaan
l. Bila obat berupa racikan dituliskan nama setiap
jenis/bahan obat dan jumlah bahan obat (untuk bahan
padat : microgram, milligram, gram) dan untuk cairan :
tetes, milliliter, liter.
m. Pencampuran beberapa obat jadi dalam satu sediaan tidak
dianjurkan, kecuali sediaan dalam bentuk campuran
tersebut telah terbukti aman dan efektif.
n. Penggunaan obat off-label (penggunaan obat yang
indikasinya di luar indikasi yang disetujui oleh BPOM RI)
harus berdasarkan panduan pelayanan medic yang
ditetapkan oleh Departemen.
o. Aturan pakai (frekuensi, dosis, rute pemberian). Untuk
aturan pakai jika perlu atau prn atau “pro re nata”, harus
dituliskan dosis maksimal dalam sehari dan indikasinya.
9. Pasien diberi penjelasan tentang efek tidak diharapkan yang mungkin
terjadi akibat penggunaan obat.
10. Perubahan terhadap resep/instruksi pengobatan yang telah diterima
oleh apoteker/ asisten apoteker harus diganti dengan resep/ instruksi
pengobatan yang baru.
11. Resep/ instruksi pengobatan yang yang tidak memenuhi kelengkapan
yang ditetapkan, tidak akan dilayani oleh farmasi.
12. Jika resep/instruksi pengobatan tidak dapat dibaca atau tidak jelas,
maka perawat/apoteker/asisten apoteker yang menerima
resep/instruksi pengobatan tersebut harus menghubungi dokter
penulis resep sesuai dengan SPO.
13. Meminimalkan instruksi verbal(lisan). Untuk obat high alert tidak
diperbolehkan instruksi secara lisan kecuali dalam situasi emergensi.
14. Setiap obat yang diresepkan harus sesuai dengan yang tercantum
dalam rekam medic.
15. Kelanjutan terapi obat yang sempat dihentikan karena operasi atau
sebab lain harus dituliskan kembali dalam bentuk resep/ instruksi
pengobatan baru.

5. Penyiapan dan penyaluran (dispensing)

Penyiapan obat adalah proses mulai dari resep pengobatan diterima di unit
pelayanan farmasi sampai dengan obat diterima oleh perawat di ruangan rawat inap
untuk diberikan kepada pasien rawat inap, atau pasien rawat jalan. Obat yang
diberikan kepada pasien harus dijamin keamanannya. Resep bias datang dari resep
individu (UGD atau poliklinik) dan dari ruangan melalui lembar CPO. Sebelum resep
disiapkan maka dilakukan kajian dan beberapa hal yang perlu dilakukan diantaranya :
1.Kajian dilakukan oleh petugas farmasi sebelum obat disiapkan,
apoteker/asisten apoteker melakukan kajian terhadap kelengkapan
resep/ instruksi pengobatan yang meliputi :
a. Ketepatan obat, dosis, frekuensi, rute pemberian
b. Duplikasi obat
c. Alergi
d. Interaksi obat
e. Kontraindikasi
f. Kesesuaian dengan pedoman pelayanan dan menghubungi
dokter penulis resep jika ditemukan ketidakjelasan atau
ketidaksesuaian.
2. Kajian tidak perlu dilakukan pada keadaan emergensi, di ruang
operasi dan tindakan intervensi diagnostic.
3. Apoteker/asisten apoteker diberi akses data pasien yang diperlukan
untuk melakukan kajian resep
4. Dalam proses penyiapan obat oleh petugas farmasi diberlakukan
substitusi generic yang dimaksud farmasi diperbolehkan memberikan
sediaan yang mempunyai kandungan bahan aktif yang sama seperti
pada pasien jaminan yang jika diberikan resep obat paten dapat
diganti dengan pemberian obat generik dengan kandungan bahan aktif
yang sama dan tersedia di RSUD Kabupaten Badungdengan terlebih
dahulu memberithukan dokter.
5. Substitusi terapetik adalah penggantian obat yang sama kelas
terapinya tetapi berbeda zat kimianya dalam dosis yang ekivalen,
dapat dilakukan oleh petugas farmasi dengan terlebih dahulu meminta
persetujuan dokter penulis resep/konsulen. Persetujuan dokter baik
dilakukan secara lisan atau melalui telepon. Petugas farmasi
menuliskan obat pengganti, tanggal, jam komunikasi, dan nama dokter
yang memberikan persetujuan, yang dicatat pada lembar resep.
6. Dalam kegiatan penyiapan obat juga diperhatikan tempat penyiapan
yang bersih, aman sesuai aturan dan standar praktik kefarmasian.
7. Area penyiapan obat tidak boleh dimasuki selain oleh petugas
farmasi.petugas yang menyiapkan pbat steril harus mendapatkan
pelatihan teknik aseptic dispensing.
8. Sistem distribusi dan penyiapan obat rawat inap dilakukan dengan
system dosis sehari(one daily dose dispensing) yang dilakukan di
ruangan rawat inap. Untuk pasien rawat jalan diberlakukan system
resep individual (penyiapan obat yang dikemas sesuai dengan
permintaan jumlah yang tercantum di resep.
9. Obat yang disiapkan harus diberi label obat dan harus disiapkan
dengan benar.

6. Pemberian
1. Pemberian obat untuk pasien rawat jalan di RSUD Kabupaten Badung
diberikan oleh apoteker/tenaga teknis kefarmasian yang memiliki
kompetensi dan mempunyai surat ijin praktek di RSUD Kabupaten
Badung.
2. Pemberian obat untuk pasien rawat inap diberikan oleh perawat yang
memiliki kompetensi dan mempunyai surat izin praktek di RSUD
Kabupaten Badung.
3. Pemberian obat ke pasien harus diatur dalam suatu pedoman atau
Standar Operasional Prosedur agar pemberian obat dapat dilakukan
dengan benar.
4. Untuk pemberian obat secara infuse, pada botol infuse atau syringe
pump harus ditempelkan label nama obat. Apabila obat diberikan lebih
dari satu maka label obat ditempelkan pada setiap syringe pump dan
setiap ujung jalur selang.
5. Perawat peserta didik dapat memberikan obat dengan supervise
instruksi klinik, kecuali obat khusus dan high alert.
6. Obatyang akan diberikan kepada pasien harus dipastikan dan
diverifikasi oleh perawat mengenai kesesuaian resep/ instruksin
pengobatan meliputi : nama obat, waktu dan frekuensi pemberian,
dosis, rute pemberian dan identitas pasien.
7. Memasitikan mutu obat yang diberikan kepada pasien dengan
pemeriksaan secara visual.
8. Memastikan pasien tidak memiliki alergi obat dan kontraindikasi
dengan obat yang diberikan.
9. Untuk obat yang tergolong obat high alert harus diperiksa kembali oleh
perawat kedua sebelum diberikan kepada pasien (doble check)
10. Setiap pemberian obat harus dicatat dalam status pasien .
11. Penggunaan obat secara mandiri oleh pasien harus mendapatkan
edukasi terlebih dahulu dan dipantau oleh perawat.
12. Jika terjadi kesalahan dalam penggunaan obat dan perbekalan farmasi
lainnya, termasuk kehilangan, menjadi tanggung jawab pihak yang
bersalah.

7. Pemantauan terapi obat (Monitoring)


Pemantauan terapi obat adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk
memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Kegiatan
tersebut mencakup: pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respon
terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki, dan rekomendasi perubahan atau
alternative terapi.

a. Efek samping obat


1. Pemantauan efek terapi dan efek yang tidak diharapkan dari obat harus
dilakukan pada setiap pasein.
2. Semua petugas kesehatan dapat melakukan pemantauan dan
melaporkannya ke tim Farmasi dan Terapi.
3. Pemantauan diprioritaskan pada obat baru yang masuk formularium
RSUD Kabupaten Badung dan obat terbukti menimbulkan efek
samping serius (literatur).
4. Pemantauan efek samping obat didokumentasikan dalam formulir
monitoring efek samping obat
5. Efek samping yang dilaporkan ke Tim Farmasi dan Terapi adalah yang
berat, fatal, dan meninggalkan gejala sisa.
6. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat dikoordinasikan oleh
Panitia Farmasi dan Terapi RSUD Kabupaten Badung.
7. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat dilaksanakan oleh
dokter, perawat, dan apoteker di ruang rawat inap maupun poliklinik.
8. Panitia farmasi dan terapi rumah Sakit melaporkan hasil evaluasi
pemantauan ESO kepada Direktur dan menyebarluaskannya ke seluruh
SMF/ instalasi di RSUD Kabupaten Badung sebagai umpan
balik/edukasi.

b. Kesalahan obat

1. Kesalahan obat adalah setiap kejadian yang dapat dicegah yang dapat
menyebabkan penggunaan obat secara tidak tepat atau membahayakan
keselamatan pasien. Kesalahan obat meliputi kesalahan yang terjadi
pada tahap penulisan resep, penyalinan resep, penyiapan/peracikan
atau pemberian obat baik yang menimbulkan efek merugikan atau
tidak.
2. Setiap kesalahan obat yang terjadi, wajib dilaporkan oleh petugas yang
menemukan/ terlibat langsung dengan kejadian tersebut atau atasan
langsungnya.
3. Pelaporan dilakukan secara tertulis menggunakan Formulir Laporan
Insiden ke Tim Keselamatan Pasien Rumah sakit.
4. Kesalahan obat harus dilaporkan maksimal 2x24 jam setelah
ditemukannya insiden.
5. Tipe kesalahan yang dilaporkan ;
a. Kejadian Nyaris Cedera (KNC, Near Miss): terjadinya insiden yang
belum terpapar ke pasien
b. Kejadian tidak cedera (KTC, No harm Incident): suatu kejadian insiden
yang sudah terpapar ke pasien tetapi tidak menimbulkan cidera
c. Kejadian tidak diharapkan (KTD, Sentinel Event): suatu kejadian
insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien, atau krtiteria yang
ditetapkan oleh Tim Kesehatan Pasien rumah Sakit Umum daerah
Kabupaten Badung.
6. Rekapitulasi laporan insiden dilakukan oleh Unit Penjaminan Mutu.

Indentifikasi Masalah Terkait Obat


Setelah data terkumpul, perlu dilakukan analisis untuk identifikasi adanya
masalah terkait obat. Masalah terkait obat menurut Hepler dan Strand dapat
dikategorikan sebagai berikut :
1. Ada indikasi tetapi tidak diterapi
Pasien yang diagnosisnya telah ditegakkan dan membutuhkan terapi
obat tetapi tidak diresepkan. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua
keluhan/ gejala klinik harus diterapi dengan obat.
2. Pemberian obat tanpa indikasi
Pasien mendapatkan obat yang tidak diperlukan
3. Pemilihan obat yang tidak tepat
Pasien mendapatkan obat yang bukan pilihan terbaik untuk kondisinya
(bukan merupakan pilihan pertama, obat yang tidak cost effective,
kontra indikasi)
4. Dosis terlalu tinggi
5. Dosis terlalu rendah
6. Reaksi obat yang tidak dikehendaki
7. Interaksi obat
8. Pasien tidak menggunakan obat karena suatu sebab.
Beberapa penyebab pasien tidak menggunakan obat antara lain:
masalah ekonomi, obat tidak tersedia, ketidakpatuhan pasien, kelalaian
petugas.

BAB IV
DOKUMENTASI

Setiap langkah kegiatan yang dilakukan harus didokumentasikan. Hal ini


penting berkaitan dengan bukti otentik pelaksanaan pelayanan kefarmasian yang dapat
di gunakan untuk tujuan akuntabilitas/ pertanggungjawaban, evaluasi pelayanan,
pendidikan dan penelitian.
Daftar pustaka

1. DEPKES RI, 2004, Standar Pelayanan farmasi di Rumah Sakit, Direktorat


Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta.
2. DEPKES RI, 2009, Pedoman Pemantaun Terapi Obat, Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik Ditjen Bina kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta
3. DEPKES RI, 2009, Pedoman Pencampuran Obat Suntik dan Penanganan
Sitostatika, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina
kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta
4. DEPKES RI, 2008, Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit,
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina kefarmasian dan Alat
Kesehatan RI bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency

LAMPIRAN :
1. PROSEDUR APABILA OBAT TIDAK TERSEDIA DI RUMAH SAKIT
(No. Dokumen 01.06.02/75/2013)
2. PROSEDUR PEMESANAN OBAT
( No. Dokumen 01.06.2.2/76/2013)
3. PROSEDUR PENAMBAHAN OBAT DALAM DAFTAR OBAT RS
( No. Dokumen 01.06.2.1/77/2013)
4. PROSEDUR TETAP PEMBERIAN OBAT PASIEN RAWAT INAP
( No. Dokumen 01.06.6.2/78/2013)
5. PROSEDUR TETAP PEMBERIAN OBAT PASIEN RAWAT JALAN
(No. Dokumen 01.06.6.2/79/2013)
6. PROSEDUR MONITORING EFEK SAMPING OBAT
(No. Dokumen 01.06.07/80/2013)
7. PROSEDUR PENYALURAN OBAT
(No. Dokumen 01.06.5.2/81/2013)
8. PROSEDUR PERSEDIAAN OBAT YANG HABIS
(No. Dokumen 01.06.2.2/82/2013)
9. PROSEDUR OBAT YANG TIDAK TERSEDIA DI RS (OBAT TERKUNCI)
( No. Dokumen 01.06.2.2/83/2013)
10. PROSEDUR PENYIMPANAAN PRODUK NUTRISI
( No. Dokumen 01.06.3.1/84/2013)
11. PROSEDUR PENYIMPANAN OBAT EMERGENSI
( No. Dokumen 01.06.3.2/85/2013)
12. PROSEDUR PENGGANTIAN DAN MONITOR OBAT EMERGENSI YANG
RUSAK/KADALUWARSA
(No. Dokumen 01.06.3.2/86/2013)
13. PROSEDUR PENARIKAN OBAT
( No. Dokumen 01.06.3.3/87/2013)
14. KEBIJAKAN DAN PROSEDUR MENYEBUTKAN SETIAP PENGGUNAAN OBAT YANG
DIKETAHUI KADALUWARSA
(No. Dokumen 01.06.3.3/88/2013)
15. KEBIJAKAN DAN PROSEDUR MENYEBUTKAN PEMUSNAHAN OBAT YANG DIKETAHUI
KADALUWARSA
( No. Dokumen 01.06.3.3/89/2013)
16. PROSEDUR PENYIMPANAAN OBAT
(No. Dokumen 03.03.03/90/2013)
17. PROSEDUR PENYERAHAN OBAT
(No. Dokumen 01.06.5.2/91/2013)
18. PEMESANAN/AMPRAHAN UNIT PELAYANAN FARMASI KE GUDANG FARMASI
(No. Dokumen 01.06.0.4/92/2013)
19. PEMESANAN/AMPRAHAN RUANGAN KE GUDANG FARMASI
(No. Dokumen 01.06.0.4/93/2013)
20. PROSEDUR RESEP RAWAT JALAN YANG TIDAK TERBACA
(No. Dokumen 01.06.0.4/94/2013)
21. PENYIMPANAN OBAT/ALKES MILIK PASIEN DI RUANG PERAWATAN
(No. Dokumen 01.06.0.4/95/2013)
22. PERENCANAAN PERBEKALAN FARMASI
(No. Dokumen 01.06.0.4/95/2013)
23. PROSEDUR UNTUK MENGHUBUNGI PETUGAS YANG MENULIS ATAU MEMESAN OBAT
BILA TIMBUL PERTANYAAN
( No. Dokumen 01.06.5.1/96/2013)
24. PENYALURAN DAN PENDISTRIBUSIAN OBAT
(No. Dokumen 01.06.05/97/2013)
25. PEMBACAAN RESEP
(No. Dokumen 01.06.0.4/98/2013)
26. PERSIAPAN DAN PENYALURAN OBAT
(No. Dokumen 01.06.5.2/99/2013)
27. PROSES PENYALURAN DAN PENDISTRIBUSIAN OBAT RAWAT INAP
(No. Dokumen 01.06.5.2/100/2013)
28. PROSES PENYALURAN DAN PENDISTRIBUSIAN OBAT RAWAT JALAN
(No. Dokumen 01.06.5.2/101/2013)
29. PROSEDUR IDENTIFIKASI EFEK KEJADIAN TIDAK DIINGINKAN KARENA OBAT PADA PASIEN RS
(No Dokumen 01.06.07/102/2013)
30. PROSEDUR MONITORING EFEK OBAT DAN KEJADIAN TIDAK DIINGINKAN
( No. Dokumen 01.06.07/103/2013)
31. PENANGANAN OBAT YANG DIBAWA PASIEN DARI RUMAH (LUAR RUMAH SAKIT) (No.
Dokumen 01.06.5.1/1229/2014)
32. PROSEDUR PENGGUNAAN INFORMASI KESALAHAN OBAT UNTUK PERBAIKAN PROSES
PENGGUNAAN OBAT
(No. Dokumen 01.06.7.1/104/2013)
33. PENYIMPANAN BAHAN-BAHAN BERBAHAYA
(No. Dokumen 01.06.5.1/1220/2014)
34. PENYERAHAN PERBEKALAN FARMASI KE PASIEN
(No. Dokumen 01.06.5.1/1221/2014)
35. PENGGUNAAN OBAT SECARA MANDIRI
(No. Dokumen 01.06.5.1/1223/2014)
36. PENGENDALIAN BAHAN HABIS PAKAI DI RUANGAN RAWAT INAP DAN POLIKLINIK
(No. Dokumen 01.06.5.1/1224/2013)
37. INSPEKSI PENYIMPANAN PERBEKALAN FARMASI
(No. Dokumen 01.06.5.1/1225/2014)
38. PELAPORAN SEDIAAN FARAMASI OLEH PETUGAS POLI DAN RUANGAN
(No. Dokumen 01.06.5.1/1226/2014)
39. PENCAMPURAN INJEKSI ELEKTROLIT PEKAT
(No. Dokumen 01.06.5.1/1227/2014)
40. PENANGANAN OBAT YANG DIBAWA PASIEN DARI RUMAH (LUAR RUMAH SAKIT)
(No. Dokumen 01.06.5.1/1228/2014)
41. PENGELOLAAN OBAT HIGH ALERT
(No. Dokumen 01.06.5.1/1246/2014)
42. AUTOMATIC STOP ORDER
(No. Dokumen 01.06.5.1/1230/2014)
43. PENERIMAAN RESEP
(No. Dokumen 01.06.3.2/1066/2013)
44. PENGELOLAAN NARKOTIKA
(No. Dokumen 01.06.03/1072/2013)
45. PENANGANAN JIKA OBAT JATUH (PECAH)
(No. Dokumen 01.06.5.2/1071/2013)
46. PENGAMBILAN SEDIAAN DAN ALKES KE GUDANG DI LUAR JAM KERJA
(No. Dokumen 01.06.3.2/1069/2013)
47. PENGELOLAAN OBAT MENJELANG KADALUWARSA
(No. Dokumen 01.06.3.2/1067/2013)
48. DISTRIBUSI OBAT EMERGENCY
(No. Dokumen 01.06.5.1/1245/2014)
49. PENGAMBILAN OBAT DI RUANG OK JIKA PETUGAS TIDAK ADA/DEPO OK TERKUNCI
(No. Dokumen 01.06.5.1/1232/2014)
50. PEMESANAN DAN PENERIMAAN OBAT NARKOTIK DAN PSIKOTROPIK
(No. Dokumen 01.06.5.1/1233/2014)
51. PEMESANAN DAN PENERIMAAN OBAT ANTI TUBERKULOSA (OAT) DARI GUDANG
FARMASI KE DINAS KESEHATAN
(No. Dokumen 01.06.5.1/1234/2014)
52. PEMESANAN DAN PENERIMAAN OBAT ATI TUBERKULOSA (OAT) DARI UPF KE GUDANG
FARMASI
(No. Dokumen 01.06.5.1/1235/2014)
53. TELAAH OBAT
(No. Dokumen 01.06.5.1/1236/2014)
54. TELAAH RESEP
(No. Dokumen 01.06.5.1/1237/2014)

55. TATA CARA PERUBAHAN ITEM OBAT DALAM FORMULARIUM


(No. Dokumen 01.06.5.1/1238/2014)
56. Penyertaan Formulir CPO dalam status Pasien saat dipindahkan
(No. Dokumen 01.06.5.1/1239/2014)
57. Mencegah kehilangan obat
(No. Dokumen 01.06.3.2/1063/2013)

Lampiran SK Kebijakan :
1. Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 534 Tahun 2013 tentang
kebijakan dan formulir rekonsiliasi obat yang dibawa oleh pasien
2. Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 531 Tahun 2013 tentang
Pelayanan Farmasi dan Penulisan Resep sesuai dengan standar
3. Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 530 Tahun 2013 tentang
Monitoring efek Obat
4. Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 533 Tahun 2013 tentang
Penetapan Obat Emergensi dan Penyimpanan Obat Emergensi
5. Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 497 Tahun 2014 tentang
Penambahan dan Pengurangan Obat dalam Formularium
6. Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 460 Tahun 2014 tentang
Pelayanan Farmasi ketika Apoteker Tidak Hadir
7. Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 501 Tahun 2014 tentang
Petugas yang Berhak Memesan Obat dan Alkes
8. Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 361 Tahun 2013 tentang Daftar
Nama Dokter yang diijinkan meresepkan Obat sitostatika di RSUD Badung
9. Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor474 Tahun 2014 tentang Obat
yang dibawa pasien
10. Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 489 Tahun 2013 tentang
resep dan catatan penggunaan obat yang tidak terbaca
11. Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 382 Tahun 2013 tentang
pedoman managemen pengelolaan obat
12. Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 475 Tahun 2014 tentang
penarikan obat
13. Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 499 Tahun 2014 tentang
pengendalian obat sampel
14. Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 489 Tahun 2014 tentang
tempat dan penyimpanan obat dan bahan kimia yang baik
15. Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 477 Tahun 2014 tentang
tempat dan penyimpanan produk nutrisi
16. Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 476 Tahun 2014 tentang
penggunaan obat LivE saving dan Life thereatening
17. Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 535 Tahun 2014 tentang
kebijakan inspeksi berkala untuk memastikan obat disimpan secara benar
18. Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 529 Tahun 2013 tentang staf
yang berwenang memberi obat
PROSEDUR APABILA OBAT TIDAK TERSEDIA DI RUMAH SAKIT

No. Dokumen No. Revisi Halaman

01.06.02/75/2013 00 1/2

Ditetapkan oleh

SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung


Manajemen dan
Penggunaan Obat 14 Januari 2013

dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes


NIP. 19630615 199503 1 004

1. Pengertian: 1. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter
hewan kepada Apoteker, untuk menyediakan dan menyerahkan obat
bagi paseien sesuai peraturan yang berlaku.
2. Ketersediaan obat sangat diperlukan dalam menunjang terapi bagi
kesembuhan pasien.
2. Tujuan: 1. Untuk menjamin ketersediaan obat yang sangat diperlukan dalam
menunjang terapi bagi pasien
2. Memberikan pelayanan yang maksimal kepada pasien dalam teerapi
pengobatan kepada pasien
3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 531 Tahun 2013
tentang Pelayanan Farmasi dan Penulisan Resep sesuai dengan standar
4. Prosedur: 1. Melakukan pengecekan terhadap keabsahan resep yang diberikan
oleh penulis resep
2. Bila obat yang diresepkan tidak tersedia di unit pelayanan farmasi,
maka unit pelayanan farmasi akan melakukan pengecekan terhadap
kandungan dari bahan aktif obat yang tidak tersedia.
3. Membandingan kandungan bahan aktif obat yang tersedia dengan
kandungan bahan aktif obat yang sama yang tersedia di unit
pelayanan farmasi.
4. Apabila tersedia obat dengan bahan aktif dan kandungan yang sama
di unit pelayanan farmasi maka unit pelayanan farmasi akan
menghubungi penulis resep (dokter) untuk melakukan konfirmasi
melalui telepon bahwa obat yang diresepkan tidak tersedia tetapi ada
substitusi obat yang memilik kandungan bahan aktif yang sama
dengan obat yang diresepkan tanpa mengurangi efek terapi kepada
pasien.
5. Bila penulis resep menyetujui obat yang diresepkan diganti dengan
obat substitusi yang memiliki kandungan bahan aktif yang sama yang
tersedia di unit pelayanan farmasi maka petugas unit pelayanan akan
menuliskan nama obat substitusi di atas resep asli dari dokter penulis
resep
6. Petugas farmasi akan mencatat resep substitusi pada resep asli dan
mencatat jam dan waktu dilakukannya konfirmasi melalui telepon
PROSEDUR APABILA OBAT TIDAK TERSEDIA DI RUMAH SAKIT

No. Dokumen No. Revisi Halaman

01.06.02/75/2013 00 2/2

7. Petugas farmasi akan menyiapkan resep obat pada lembar resep


sesuai dengan obat substitusi yang telah di acc oleh dokter
pembuat resep
8. Petugas farmasi menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan
penjelasan singkat tentang obat yang diberikan

5. Unit terkait: Perawat, Dokter, Instalasi farmasi


PROSEDUR PEMESANAN OBAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


01.06.2.2/76/2013 00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen dan 14 Januari 2013
Penggunaan Obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Pemesanan obat yang dilakukan dengan mempertimbangkan
keunggulan produk dibandingkan yang lainnya atas dasar khasiat,
keamanan, ketersediaan di pasaran, harga dan biaya pengobatan
yang paling murah sesuai dengan kebutuhan dan anggaran.
2. Tujuan: 1. Menghindari kekosongan sedian obat
2. Obat-obatan yang dipergunakan di rumah sakit diperoleh dari
distributor resmi yang terjamin khasiat, keamanan dan
keasliannya
3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 533 Tahun
2013 tentang Penambahan dan Pengurangan Obat dalam
Formularium
4. Prosedur: 1. Sistem pengadaan obat di rumah sakit dilakukan berdasarkan
system terder (oleh Panitia Pembelian Barang Farmasi) dan
pembelian langsung dari pabrik/ distributor/ pedagang besar
farmasi/ rekanan.
2. Pengadaan barang di rumah sakit dilakukan dengan melalui
perencanaan tahunan, bulanan, maupun triwulan
3. Untuk obat-obatan yang yang ditanggung oleh pemerintah maka
system pengadaannya dilakukan dengan mengunakan sistem
tender yang berasal dari APBN, Program Jamkesmas, maupun
JKBM dan pembelian langsung
4. Obat-obatan yang regular pemesanan dilakukan dengan
menggunakan sistem pembelian langsung dengan menggunakan
surat pesanan dari pabrik/ distributor/ pedagang besar farmasi/
rekanan
5.Obat yang stoknya menipis atau tidak tersedia dapat dilakukan
pemesanan yang sifatnya insidentil (cito) melalui pembelian
langsung ke distributor resmi.

5. Unit Terkait: Panitia pengadaan rumah sakit, instalasi farmasi


PROSEDUR PENAMBAHAN OBAT DALAM DAFTAR OBAT RS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


01.06.2.1/77/2013 00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen dan 14 Januari 2013
Penggunaan Obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Obat adalah zat yang dipakai dalam diagnosis, mengurangi rasa sakit,
mengobati dan mencegah penyakit dan mempunyai beraneka ragam kerja
dan efek pada manusia.
2. Tujuan: 1.Melengkapi ketersediaan obat di rumah sakit
2.Memperlancar proses pelayanan kepada pasien
3.Memaksimalkan terapidemi kesembuhan pasien
3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 497 Tahun 2013
tentang Penambahan dan Pengurangan Obat dalam Formularium
4. Prosedur: 1.Obat-obat yang diusulkan harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Obat merupakan senyawa kimia baru dengan mekanisme kerja
berbeda dengan yang sudah ada di formularium.
b. Obat tersebut memiliki keuntungan yang lebih dari obat yang
sudah tersedia seperti : efek samping lebih kecil, biaya lebih
murah, meningkatkan kepatuhan, lebih efektif dan alasan lain yang
rasional.
c. Obat tersebut merupakan obat satu~satunya untuk mengobati
penyakit tertentu.
2. Dokter yang akan menambahkan obat ke dalam formularinm harus
mengisi formulir usulan perubahan item obat formularium RSUD
Badung.
3. Formulir usulan perubahan item obat formularium RSUD Badung
yang sudah diisi disampaikan kepada Panitia Farmasi dan Terapi
(PFT).
4. Permintaan obat di luar formularium dievaluasi oleh PFT untuk
ditinjau ulang dan diagendakan pada rapat PFT.
5. Obat yang diusulkan tersebut dikaji pada rapat PFT untuk diputuskan
diterima atau ditolak ditambahkan ke dalam formularium.
6. Apabila rapat PFT memutuskan menerima usulan obat tersebut, maka
usulan tersebut direkomendasikan ke Komite Medik/Direktur Medik
untuk dimintakan persetujuan.
7. Apabila rapat PFT memutuskan untuk menolak usulan obat, maka
PFT akan menginformasikan kepada dokter yang meminta obat
tersebut. Dokter harus melengkapi dengan alasan yang tepat apabila
akan mengusulkan kembali obat tersebut.
5. Unit Terkait: Dokter, Komite medik, Instalasi farmasi.
PROSEDUR TETAP PEMBERIAN OBAT PASIEN RAWAT INAP

No. Dokumen No. Revisi Halaman


01.06.6.2/78/2013 00 1/2

Disahkan oleh
SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen dan 14 Januari 2013
Penggunaan Obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Pengelolaan Perbekalan Farmasi adalah suatu proses yang merupakan
siklus kegiatan, dimulai dari pemeilihan, perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusa,
administrasi danpelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan
pelayanan.
2. Tujuan: 1. Untuk menjamin obat yang tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat
waktu pemberian dan cara pemberian sehingga dapat memaksimalkan
terapi yang diberikan kepada pasien.
2. Pencegahan medication error merupakan salah satu upaya patient
safety.
3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 531 Tahun 2013
tentang Pelayanan Farmasi dan Penulisan Resep sesuai dengan standar
4. Prosedur: Untuk Pasien Rawat Inap
1.Cuci tangan.
2.Cocokan label obat yang akan diberikan dengan instruksi/resep dokter.
3.Lakukan pemberian obat dengan sebelumnya memastikan
dilaksanakannya 6 benar
a. Benar pasien : Tanyakan nama pasien, tanggal lahir ,cocokkan
dengan gelang pasien (nama, tanggal lahir, nomor RM) Cek nama
dokter yang meresepkan pada catatan pemberian obat,serta kartu
obat.
b. Benar obat : bila pasien memperoleh obat generik pastikan bahwa
obat generik sesuai dengan nama dagang obat, dan pasien tidak
alergi pada kadungan obat yang didapat dengan memeriksa
identitas obat dengan catatan.
c. Benar dosis : memastikan dosis yang diberikan sesuai dengan
rentang pemberian dosis untuk cara pemberian tersebut, berat
badan dan umur pasien, periksa dosis pada label obat untuk
membandingkan dengan dosis yang sesuai pada catatan pemberian
obat.
d. Benar waktu : Periksa waktu pemberian obat sesuai dengan waktu
yang tertera pada catatan pemberian obat (misalnya obat yang
diberikan 2 kali sehari, maka pada catatan pemberian obat akan
tertera waktu pemberian jam 6 pagi dan jam 6 sore).
e. Benar cara : Memeriksa label obat untuk memastikan bahwa obat
tersebut dapat diberikan sesuai cara yang diinstruksikan, dan
periksa cara pemberian pada catatan pemberian obat.
f. Benar dokumentasi : Memeriksa label obat untuk memastikan
bahwa obat tersebut dapat diberikan sesuai cara yang
diinstruksikan, dan periksa cara pada catatan pemberian obat.
PROSEDUR TETAP PEMBERIAN OBAT PASIEN RAWAT INAP

No. Dokumen No. Revisi Halaman


01.06.6.2/78/2013 00 2/2

4.Periksa kembali catatan pemberian obat dan resep/instruksi dokter


untuk memastikan obat pasien sesuai dengan obat yang telah
disiapkan.
5.Obat yang tergolong ke dalam obat High Alert harus diperiksa kembali
oleh perawat kedua sebelum diberikan kepada pasien (double
check). Perawat yang memeriksa harus 2 orang yang berbeda.
6.Serahkan obat kepada pasien dengan informasi, edukasi tentang obat
yang diberikan kepada pasien
5. Unit Terkait: Petugas farmasi, perawat di ruangan

PROSEDUR PENYIMPANAAN PRODUK NUTRISI


No. Dokumen No. Revisi Halaman

01.06.3.1/84/2013 00 1/1

Ditetapkan oleh

SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung


Manajemen dan
Penggunaan Obat 14 Januari 2013
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes
NIP. 19630615 199503 1 004

1. Pengertian: 1. Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan


cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang
dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak
mutu obat.
2. Produk nutrisi adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan
langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan.
2. Tujuan: 1. Memelihara mutu seduaan produk nutrisi
2. Mencegah terjadinya kerusakan produk nutrisi akibat kesalahan
penyimpanan sehingga dapat menjamin stabilitas produk nutrisi
3. Menghindari penggunaan yng tidak bertanggung jawab
4. Menjaga ketersediaan
5. Memudahkan pencarian dan pengawasan.
3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 477 Tahun 2014
tentang tempat dan penyimpanan produk nutrisi
4. Prosedur Penyimpanan nutrisi di unit pelayanan (rawat inap dan rawat jalan) :
1. Asisten apoteker pengamprah barang melakukan pengecekan produk
nutrisi yang dimutasi dari gudang farmasi berdasarkan amprahan
kebutuhan di unit pelayanan farmasi (rawat inap dan rawat jalan )
2. Produk nupetugas order barang) dan harus sesuai dengan jenis item
dan jumlah produk nutrisi pada printnan mutasi yang diprint oleh
apoteker/asisten apoteker gudang farmasi sesuai dengan lokasi stok
tujuan (farmasi a, farmasi b, farmasi d)
3. Produk nutrisi ditata di lemari penyimpanan di unit pelayanan (rawat
jalan, rawat inap) oleh asisten apoteker (petugas order barang).
Untuk produk nutrisi yang tidak diletakan di rak, produk nutrisi harus
diletakkan di atas pallet-pallet dan tidak boleh diletakkan di lantai.
4. Produk nutrisi diletakan berdasarkan lokasi layanan (farmasi A,
farmasi B, farmasi D) dan diletakan berdasarkan FIFO dan FEFO dan
kriteria penyimpanan produk nutrisi yang terdapat pada pedoman
penyimpanan.
Penyimpanan Produk nutrisi di gudang farmasi :
1. Produk nutrisi yang datang dari distributor berdasarkan surat
pesanan, dicocokan antara jenis , jumlah, tanggal expied dengan
faktur dari distributor oleh asisten apoteker di gudang farmasi.
2. Apoteker/ asisten apoteker gudang farmasi melakukan input data
barang ke komputer selanjutnya melakukan penyimpanan produk
nutrisi berdasarkan kriteria penyimpanan dalam pedoman
penyimpanan obat dan bahan kimia yang disusun oleh instalasi
farmasi.
3. Produk nutrisi diletakkan di rak dan pallet-palllet sesuai dengan
kriteria penyimpanan, FIFO dan FEFO.
Petugas farmasi

PROSEDUR PENYIMPANAN OBAT EMERGENSI

No. Dokumen No. Revisi Halaman

01.06.3.2/85/2013 00 1/2

Ditetapkan oleh
SPO
Manajemen dan Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung
Penggunaan Obat 14 Januari 2013
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes
NIP. 19630615 199503 1 004

1. Pengertian: 1. Obat emergensi adalah obat wajib tersedia di ruangan dan bersifat life
saving.
2. Penyimpanan emergensi adalah suatu kegiatan menyimpan dan
memelihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang
diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan
fisik yang dapat merusak mutu obat.
2. Tujuan: 1. Obat emergensi tersedia dalam unit dimana akan diperlukan atau dapat
terakses segera dalam RS untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat
emergensi.
2. Melindungi obat emergensi dari kehilangan atau pencurian.
3. Memelihara mutu sediaan farmasi
4. Memonitor agar obat emergensi tidak kadaluwarsa atau rusak.
5. Menghindari penggunaan yng tidak bertanggung jawab
6. Menjaga ketersediaan
3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 533 Tahun 2013
tentang Penetapan Obat Emergensi dan Penyimpanan Obat Emergensi
4. Prosedur 1. Obat emergensi yang sudah ditetapkan jumlah dan jenisnya disimpan
dalam lemari emergensi pada unit pelayanan diruangan .
2. Membatasi akses obat emergensi sehingga tidak mudah disalahgunakan
dan menjaga keamanan obat emergensi.
3. Obat emergensi yang termasuk High alert harus diberi sticker high alert.
4. Obat-obatan LASA (Look-Alike Sound-Alike) ditempatkan terpisah dan
diberi penandaan yang jelas. Obat emergensi harus disimpan dalam troli/
lemari penyimpanan yang terkunci.
5. Penyimpanan obat memperhatikan FIFO dan FEFO
6. Obat-obat emergensi harus diganti segera jika jenis dan jumlahnya tidak
sesuai lagi dengan daftar, sesuai dengan jumlah dan jenis yang sama agar
stock sediaan obat emergensi selalu berada dalam jumlah yang sesuai
dengan daftar stock obat yang terdapat pada lemari emergensi. Pada
lemari penyimpanan obat emergensi hanya boleh diisi dengan obat
emergensi, tidak boleh dicampur dengan obat-obatan lainnya.
7. Petugas farmasi bersama perawat setiap bulan memantau pengelolaan
sediaan farmasi dan alat kesehatan di lemari emergensi meliputi jumlah,
jenis, tanggal kadaluarsa, dan kondisi obat-obat tertentu. Pemantauan
dilakukan dengan melakukan pengecekan kartu stok obat dengan
membandingkan dengan stok fisik obat pada lemari emergensi.
8. Bila terdapat kelebihan jumlah sediaan dalam lemari emergensi, maka
petugas farmasi akan meretur sediaan obat yang berlebih ke unit
pelayanan obat.
9. Obat emergensi harus diletakkan pada lokasi yang gampang dijangkau
sehingga mempermudah dalam pengaksesan obat emergensi dan tidak
menghambat pemberian terapi pengobatan pada pasien.

5. Unit terkait Petugas farmasi, perawat


PROSEDUR PENGGANTIAN DAN MONITORING OBAT EMERGENSI

No. Dokumen No. Revisi Halaman

01.06.3.2/86/2013 00 1/1

Ditetapkan oleh

SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung


Manajemen dan
Penggunaan Obat 14 Januari 2013

dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes

NIP. 19630615 199503 1 004

1. Pengertian: Obat adalah zat yang dipakai dalam diagnosis, mengurangi rasa sakit,
mengobati dan mencegah penyakit dan mempunyai beraneka ragam
kerja dan efek pada manusia. Obat emergensi adalah obat wajib
tersedia di ruangan dan bersifat life saving.

2. Tujuan: 1. Obat emergensi tersedia dalam unit dimana akan diperlukan atau
dapat terakses segera dalam RS untuk memenuhi kebutuhan yang
bersifat emergensi.
2. Melindungi obat emergensi dari kehilangan atau pencurian.
3. Memonitor agar obat emergensi tidak kadaluwarsa atau rusak.
4. Pengelolaan penggunaan anggaran agar efektif dan efisien
3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 533 Tahun 2013
tentang Penetapan Obat Emergensi dan Penyimpanan Obat Emergensi

4. Prosedur: 1. Jika ada pemakaian obat emergensi di ruang perawatan perawat


ruangan menghubungi petugas farmasi dengan menyebutkan
nama obat, jumlah obat yang terpakai, nama pasien, dan no cm
pasien.
2. Asisten apoteker menyiapkan obat dan jumlah obat yang
diperlukan dan mengembalikan ke box emergensi di unit ruangan
yang box emergensinya terbuka.
3. Asisten apoteker mencatat no kunci box emergensi yang dibuka
disertai alasan di buka pada lembar monitoring.
4. Asisten apoteker disertai perawat di ruangan melakukan
pengecekan terakhir bahwa obat sudah diganti dan tanda tangan
pada lembar monitoring.
5. Asisten apoteker mengunci box emergensi dengan kode kunci yang
baru .
6. Asisten apoteker menginput data pemakaian obat ke dalam billing
pasien.
5. Unit terkait: Petugas farmasi, perawat
PROSEDUR PENARIKAN OBAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


01.06.3.3/87/2013 00 1/2

Ditetapkan oleh
SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen dan 14 Januari 2013
Penggunaan Obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Pengelolan obat sangat diperlukan untuk memonitor dan mengatur
penggunaan obat di rumah sakit. Penarikan obat dilakukan atas dasar
surat edaran dari pabrik obat maupun dari BPOM dengan mengkaji stok
obat di rumah sakit
2. Tujuan: Menjamin keselamatan pasien dan mengcegah masalah yang dapat
membahayakan pasien akibat penggunaan obat
3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor475 Tahun 2014
tentang penarikan obat
4. Prosedur: 1. Apabila ada edaran pemberitahuan penarikan obat baik dari pabrik
maupun dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM),
Kepala lnstalasi Farmasi atau yang didelegasikan/mewakili akan
menetapkan proses penarikan obat tersebut di rumah sakit.
2. Surat edaran dilengkapi dengan pengkajian dokumen kartu stok
untuk melihat jika ada dari obat yang dimaksud tercatat di dalam
kartu stock.
3. Jika kita tidak memiliki obat yang ditarik, tidak perlu melakukan
tindak lanjut.
4. Jika kita memiliki merek dan nomor batch obat yang ditarik, tahapan
langkah berikut harus dilakukan dengan segera.
a.Semua persediaan (stok) obat yang ditarik yang tersedia di
inventaris lnstalasi Farmasi diambil dari rak atau tempat
penyimpanan dan dikarantina.
b. Semua tempat dimana obat disimpan di seluruh Rumah Sakit
harus diinspeksi. Semua stok obat yang ditarik harus
dikembalikan ke Instalasi Farmasi. Diperlukan koordinasi antara
Instalasi Farmasi dan Kepala Bidang Perawatan.
c. Staf medis dan semua pihak yang terkait akan mencatat
penarikan obat ini.
d. Obat yang digunakan dihentikan sampai obat pengganti tersedia.
e. Inspeksi khusus di tempat penyimpanan obat (termasuk lemari
emergensi) dilakukan oleh apoteker ruangan atau petugas farmasi
untuk memastikan obat yang ditarik dari peredaran semuanya
sudah dibawa/dipindahkan ke Instalasi Farmasi.
5. Obat pengganti yang baru dipesan melalui distributor. Obat-obat
pengganti dipesan sesegera mungkin.
6. Dokumen penarikan obat akan disimpan di lnstalasi Farmasi untuk
dikaji secara internal maupun eksternal.
PROSEDUR PENARIKAN OBAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


01.06.3.3/87/2013 00 2/2

7.Pengkajian efek dari obat yang ditarik dilakukan oleh Bidang


Pelayanan Penunjang, kemudian dilaporkan oleh Kepala lnstalasi
Farmasi ke Badan Pengawasan Obat dan Makanan

5. Unit Terkait: Petugas farmasi, unit pelayanan


KEBIJAKAN DAN PROSEDUR MENYEBUTKAN SETIAP PENGGUNAAN OBAT
YANG DIKETAHUI KADALUWARSA

No. Dokumen No. Revisi Halaman

01.06.3.3/88/2013 00 1/1

Ditetapkan oleh

SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung


Manajemen dan
Penggunaan Obat 14 Januari 2013

dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes


NIP. 19630615 199503 1 004

1. Pengertian Obat dikatakan kadaluwarsa jika obat melewati batas waktu tanggal
kadaluwarsa yang tertera pada kemasan obat, obat kadaluarsa sangat
berbahaya jika diberikan pada pasien karena dapat menimbulkan kejadian
yang tidak diinginkan yang dapat membahayakan keselamatan pasien.

2. Tujuan 1. Menjamin bahwa obat yang diberikan kepada pasien adalah obat yang
aman.
2. Menjamin keselamatan pasien tentang penggunaan obat
3. Memaksimalkan pengelolaan anggaran
3. Kebijakan Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 489 Tahun 2014
tentang tempat dan penyimpanan obat dan bahan kimia yang baik
4. Prosedur 1. Petugas farmasi wajib melakukan pemeriksaan tanggal kadaluwarsa
obat yang tertera pada obat dan mengecek kartu stok obat di untuk
memastikan apakah obat tersebut sudah kadaluwarsa.
2. Jika diketahui obat mendekati masa kadaluarsa (3 bulan sebelum
tanggal kadaluwarsa berakhir), atau sudah kadaluwarsa maka petugas
farmasi wajib mengumpulkan obat tersebut dari unit pelayanan.
3. Obat dikatakan kadaluwarsa sesuai dengan tanggal batas kadaluwarsa
yang terdapat pada kemasan atau label obat tersebut.
4. Selain itu dilakukan pengecekan pada faktur obat untuk memastikan
bahwa obat tersebut sudah kadaluarsa.
5. Obat yang mendekati batas kadaluwarsa (3 bulan sebelum tanggal
kadaluwarsa pada obat ), maka obat tersebut ditarik dari unit
pelayanan atau dari instalasi farmasi untuk selanjutnya dilaporkan pada
distributor untuk dilakukan retur obat, apabila obat tersebut masih
dapat diretur.
6. Jika obat tersebut dapat diganti dengan obat yang baru maka obat akan
ditukar dengan yang baru, jika tidak dapat diganti maka obat akan
dikumpulkan dengan obat kadaluwarsa lainnya untuk dimusnahkan.
5. Unit terkait Petugas farmasi, petugas ruangan
KEBIJAKAN DAN PROSEDUR MENYEBUTKAN PEMUSNAHAN OBAT YANG
DIKETAHUI KADALUWARSA

No. Dokumen No. Revisi Halaman

01.06.3.3/89/2013 00 1/1

Ditetapkan oleh

SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung


Manajemen dan
Penggunaan Obat 14 Januari 2013

dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes

NIP. 19630615 199503 1 004

1. Pengertian: Obat kadaluwarsa adalah yang obat melewati batas waktu tanggal kadaluwarsa
yang tertera pada kemasan obat, obat kadaluarsa sangat berbahaya jika
diberikan pada pasien karena dapat menimbulkan kejadian yang tidak
diinginkan yang dapat membahayakan keselamatan pasien. Pemusnahan obat
yang kadaluarsa diperlukan untuk menjamin keamanan pemberian obat kepada
pasien.

2. Tujuan: 1. Menjamin bahwa obat yang diberikan kepada pasien adalah obat yang
aman.
2. Menjamin keselamatan pasien tentang penggunaan obat .
3. Mencegah penyalahgunaan obat oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
4. Menjamin pemusnahan obat yang aman dan sesuai dengan peraturan yang
berlaku
3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 489 Tahun 2014 tentang
tempat dan penyimpanan obat dan bahan kimia yang baik

4. Prosedur: 1. Melaksanakan inventarisasi terhadap sediaan farmasi yang kadaluarsa


dan yang akan dimusnahkan dan memastikan kembali secara seksama obat
kadaluwarsa yang akan dimusnahkan.
2. Menyiapkan administrasi (berupa laporan dan berita acara pemusnahan).
3. Mengkoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak
terkait)
4. Menyiapkan tempat pemusnahan.
5. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan
6. Membuat laporan pemusnahan obat yang kadaluwarsa, sekurang-
kurangnya memuat:
a. Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan obat yang sudah
kadaluwarsa
b. Nama dan jumlah sediaan obat yang telah kadaluwarsa
c. Nama apoteker pelaksana pemusnahan
d. Nama saksi dalam pelaksanaan pemusnahan obat yang telah
kadaluwarsa
7. Laporan pemusnahan sedíaan farmasi dan perbekalan kesehatan diitanda
tangani oleh apoteker dan saksi dalam pelaksanaan pemusnahan ( berita
acara terlampir).

5. Unit terkait: Instalasi farmasi, dinas kesehatan


PROSEDUR PENYIMPANAAN OBAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman

03.03.03/90/2013 00 1/2

Ditetapkan oleh

SPO Tanggal Terbit Direktur RSUD Kab. Badung


Manajemen dan
Penggunaan Obat 14 Januari 2013

dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes


NIP. 19630615 199503 1 004

1. Pengertian Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman
dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat

2. Tujuan 1. Obat disimpan dalam kondisi yang sesuai untuk stabilitas produk
2. Mencegah terjadinya kerusakan obat akibat tidak sesuai dengan kondisi
penyimpanan obat
3. Memelihara mutu sediaan obat
4. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
5. Menjaga ketersediaan
6. Memudahkan pencarian dan pengawasan.
3. Kebijakan Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 489 Tahun 2014 tentang
tempat dan penyimpanan obat dan bahan kimia yang baik

4. Prosedur 1. Penyimpanan obat disimpan dalam kondisi yang sesuai bagi stabilitas produk.
2. Bahan yang terkontrol dilaporkan secara akurat sesuai UU dan peraturan yang
berlaku, misalnya narkotik, psikotropik
3. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk menyiapkan obat diberi label
secara akurat untuk isi, tanggal kadaluwarsa dan peringatan.
4. Seluruh tempat dilakukan pengecekan secara intensif untuk menjamin kondisi
penyimpanan sesuai dengan stabilitas obat.
5. Khusus bahan berbahaya seperti obat karsinogenik harus disimpan terpisah
dengan obat lainnya dan harus diberukan penandaan dan pelabelan.
6. Narkotika disimpan dalam lemari tersendiri dengan pintu terkunci ganda.obat
jadi dan bahan baku harus diberi label yang mencantumkan : kandungan,
tanggal kadaluwarsa dan peringatan penting.
7. Obat high alert (obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi) harus disimpan di
tempat terpisah dan diberi label khusus. Akses terhadap obat high alert harus
dibatasi untuk penggunaan yang tidak dikehendaki. Untuk elektrolit pekat harus
disimpan pada wadah dengan warna menyolok dan diberi label PERINGATAN
yang memadai.
PROSEDUR PENYIMPANAAN OBAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman

03.03.03/90/2013 00 2/2

8. Obat dengan nama dan rupa mirip (Look Alike Sound Alike/LASA)
disimpan tidak berdekatan dan diberi label “LASA”.
9. Obat yang memiliki kekuatan dosis yang berbeda maka dosis
tertinggi diberi label dengan latar belakang berwarna merah, dosis
menengah warga kuning dan dosis terendah warna hijau. Jika obat
hanya mempunyai dua kekuatan dosis, maka dosis tertinggi diberi
label dengan latar belakang warna merah dan dosis yang lebih kecil
menggunakan latar belakang warna hijau.
10. Produk nutrisi disimpan secara terpisah dalam kelompok nutrisi
sesuai dengan rekomendasi penyimpanan dari masing-masing
produsen.
11. Obat emergensi harus disimpan pada tempat yang terkunci dengan
segel yang mudah dibuka. Serta dapat diakses dengan cepat ketika
obat tersebut diperlukan.
12. Perbekalan farmasi yang rusak, kadaluarsa harus dikembalikan ke
instalasi farmasi. Obat kadaluarsa dan rusak harus disimpan
terlebih dahulu sambil menunggu pemusnahan.
5. Unit terkait Petugas farmasi. Unit pelayanan

PROSEDUR RESEP RAWAT JALAN YANG TIDAK TERBACA


No. Dokumen No. Revisi Halaman
01.06.0.4/94/2013 00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen 14 Januari 2013
Pengelolaan Obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Resep adalah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau dokter
Pengertian: hewan kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam bentuk sediaan
tertentu dan menyerahkannya kepada penderita.
2. 1.Mencegah risiko kesalahan akibat komunikasi lisan saja dan
Tujuan: kesalahan akibat tulisan tangan yang tidak jelas
2.Memastikan bahwa semua penulisan resep obat adalah rasional,
berbasis bukti dan tepat individu. (meminimalkan risiko kesalahan
pemberian obat, memastikan pemberian obat yang paling tepat)
3.Memastikan bahwa apa yang dimaksudkan oleh dokter tidak
menimbulkan kemungkinan terjadinya kekeliruan penafsiran
3. Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 489 Tahun 2013
Kebijakan: tentang resep dan catatan penggunaan obat yang tidak terbaca
4. 1.Apoteker/asisten apoteker menganalisa resep, apabila resep tidak
Prosedur: terbaca/ kurang jelas petugas farmasi langsung menghubungi dokter
penulis resep.
2.Apoteker/asisten apoteker mengeja semua huruf yang ada dalam
resep yang tidak terbaca, dan menanyakan resep yang tidak terbaca
kepada dokter penulis resep.
3.Apoteker/asisten apoteker memberi tanda garis bawah dalam resep
yang tidak terbaca, dan menulis nama obat yang sudah dikonfirmasi
disertai dengan nama petugas, tgl, dan waktu saat melakukan
konfirmasi.
4.Apoteker/asisten apoteker memberi stempel read back untuk resep
yang sudah dikonfirmasi ke dokter penulis resep.
5.Apoteker/asisten apoteker menyiapkan obat, dan dilakukan
pengecekan ulang sebelum obat diserahkan.

5. Unit Terkait Dokter, Petugas Farmasi


PROSEDUR PENYERAHAN OBAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman

01.06.5.2/91/2013 00 1/1

Ditetapkan oleh

SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung


Manajemen dan
Penggunaan Obat 14 Januari 2013

dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes


NIP. 19630615 199503 1 004

1. Pengertian: Penyerahan obat harus menjamin bahwa obat yang diserahkan


kepada pasien dipastikan tepat pasien, tepat indikasi, tepat waktu
pemberian, tepat obat, tepat dosis, tepat label obat (aturan pakai),
tepat rute pemberian

2. Tujuan: 1. Memastikan penggunaan obat yang rasional tepat indikasi, tepat


obat, tepat dosis, biaya yang sesuai.
2. Memastikan bahwa pasien mendapatkan informasi yang jelas cara
penggunaan obat
3. Memberikan terapi maksimal bagi pasien
3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 529 Tahun 2013
tentang staf yang berwenang memberi obat
4. Prosedur: 1. Petugas farmasi harus melakukan pengecekan yang terakhir
sebelum obat diserahakan
2. Dilakukan pengecekan ganda (pengecekan pertama dilakukan oleh
petugas checker (apoteker) dan pengecekan kedua oleh petugas
yang menyerahkan obat) dari petugas yang berbeda untuk
memastikan obat yang diserahkan kepada pasien sesuai dengan
resep yang ditulis oleh dokter.
3. Obat yang diserahkan harus dipastikan tepat pasien, tepat indikasi,
tepat waktu pemberian, tepat obat, tepat dosis, tepat label obat
(aturan pakai), tepat rute pemberian
4. Penyerahan obat kepada pasien yang disertai pemberian informasi,
edukasi mengenai terapi obat yang diberikan kepada pasien .

5. Unit terkait: Petugas farmasi


PENYIMPANAN OBAT/ALKES MILIK PASIEN
DI RUANG PERAWATAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


01.06.0.4/95/2013 00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen 14 Januari 2013
pengelolan obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Merupakan kegiatan identifikasi, penyimpanan dan pelabelan obat milik
pasien di ruang perawatan
2. Tujuan: 1.Terwujudnya keselamatan penggunaan obat (medicatoin safety)
2.Terhindarnya pasien dari kesalahan pemberian obat
3.Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit

a. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 534 Tahun 2013
tentang kebijakan dan formulir rekonsiliasi obat yang dibawa oleh pasien
a. Prosedur: 1.Pada saat obat dan/ alkes milik pasien sampai di ruangan, petugas
ruangan harus memastikan bahwa obat dan/ alkes yang diterima
sesuai permintaan dalam resep
2.Petugas ruangan menempatkan obat dan/alkes tersebut dalam tempat
tersendiri untuk masing-masing pasien
3.Tempat penyimpanan obat milik pasien (di bagian luarnya) harus
diberi identitas pasien yakni nama (2 kata) dan no.RM
4.Petugas ruangan memastikan bahwa kondisi penyimpanan obat milik
pasien sesuai dengan ketentuan yang berlaku
5.Pemantauan terhadap kondisi penyimpanan obat termasuk suhu
ruangan/almari pendingin dilakukan sesuai dengan SPO terkait.
6.Sebelum menuliskan resep, dokter atau perawat harus melakukan
pengecekan terhadap obat/alkes milik pasien sehingga persediaan
obat dan/alkes milik pasien tidak berlebihan
7.Obat dan alkes milik pasien yang sudah tidak digunakan segera diretur
sesuai dengan SPO retur obat
3. Unit Terkait Istalasi Farmasi, instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Darurat.
PROSEDUR TETAP PEMBERIAN OBAT PASIEN RAWAT JALAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


01.06.6.2/79/2013 00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen dan 14 Januari 2013
Penggunaan Obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Pengelolaan Perbekalan Farmasi adalah suatu proses yang merupakan
siklus kegiatan, dimulai dari pemeilihan, perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusa,
administrasi danpelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan
pelayanan.
2. Tujuan: 1. Untuk menjamin obat yang tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat
waktu pemberian dan cara pemberian sehingga dapat memaksimalkan
terapi yang diberikan kepada pasien.
2. Pencegahan medication error merupakan salah satu upaya patient
safety.
3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 531 Tahun 2013
tentang Pelayanan Farmasi dan Penulisan Resep sesuai dengan standar
4. Prosedur: Untuk Pasien Rawat Jalan
1.Sebelum obat diberikan kepada pasien terlebih dahulu dilakukan
pengecekan oleh petugas farmasi (Apoteker), petugas yang
melakukan pengecekan adalah petugas yang berbeda dengan petugas
pengentrian, penyiapan obat, dan petugas penyerahan obat.
2.Cocokan label obat yang akan diberikan dengan instruksi/resep dokter.
Lakukan pengecekan terhadap obat meliputi tepat penderita, tepat
dosis, tepat cara pemakaian, tepat jangka pemberian, tepat kombinasi,
tepat informasi. Setelah dilakukan pengecekan petugas cheker
selanjutanya akan menyerahkan obat yang sudah dilakukan
pengecekan kepada petugas penyerahan obat.
3.Petugas penyerahkan menyerahkan obat yang sudah dicheck oleh
petugas cheker disertai pemberian informasi dan edukasi terhadap
obat yang diberikan pada pasien dan melakukan pengecekan kembali
bahwa obat diberikan pada pasien yang tepat.
5. Unit Terkait: Petugas farmasi

PROSEDUR MONITORING EFEK SAMPING OBAT


No. Dokumen No. Revisi Halaman
01.06.07/80/2013 01 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen dan 14 Januari 2013
Penggunaan Obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Merupakan kegiatan pemantauan dan pelaporan respon atau reaksi
terhadap obat yang merugikan/membahayakan dan tidak dikehendaki,
terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk
profilaksis, diagnosis, terapi penyakit atau untuk modifikasi fungsi
fisiologis.
2. Tujuan: 1. Meningkatkan keamanan penggunaan obat.
2. Menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang
berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang serta menginformasikan
sedini mungkin pula kepada dokter.
3. Menentukan frekuensi dan insidensi Efek Samping Obat yang sudah
dikenal sekali, yang baru saja ditemukan.
4. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/
mempengaruhi timbulnya Efek Samping Obat atau mempengaruhi
angka kejadian dan tingkat keparahan Efek Samping Obat.
3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 530 Tahun 2013
tentang Monitoring efek Obat
4. Prosedur: 1.Dokter, apoteker atau perawat yang menemukan kejadian efek samping
obat segera mencatat efek samping obat di form MESO (Monitoring
Efek Samping Obat) .
2.MESO dilaporkan ke Komite Farmasi dan Terapi
3.Komite Farmasi dan Terapi mengevaluasi laporan yang masuk dan
mengirimkan formulir ke pusat MESO Nasional, Badan POM..
4.instalasi

5. Unit Terkait: Perawat, dokter, petugas farmasi

PROSEDUR PENYALURAN OBAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


01.06.5.2/81/2013 00 1/2

Ditetapkan oleh
SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen dan 14 Januari 2013
Penggunaan Obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.
NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Penyaluran obat merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan
farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi
pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan
medis
2. Tujuan: 1.Untuk memperlancar proses pemberian obat kepada pasien
2.Menjamin ketersediaan obat di unit pelayanan
3.Tersedianya perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan secara tepat
waktu tepat jenis dan jumlah.
4.Obat dapat diakses dengan cepat terutama untuk obat obat life saving
dalam kondisi emergensi.
3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 531 Tahun 2013
tentang Pelayanan Farmasi dan Penulisan Resep sesuai dengan standar
4. Prosedur: 1.Distribusi/penyaluran obat dilakukan dengan peresepan
langsung/resep perorangan, floor stok ruangan, dan sistem odd.
2.Untuk pasien rawat inap distribusi obat dilakukan dengan
menggunakan system odd (penyiapan obat yang dikemas untuk satu
kali pemakaian) dan menggunakan system floor stok ruangan
3.Untuk pemberian secara odd petugas farmasi akan menyalurkan obat
ke ruangan sesuai dengan obat yang diresepkan pada cpo setelah
dokter selesai melakukan visite
4.Pada sistem odd petugas farmasi melakukan pengambilan cpo ke
ruangan dan melakukan penyiapan obat di apotek sesuai obat yang
diresepkan pada cpo pasien.
5.Petugas farmasi melakukan pengecekan terhadap obat yang
diresepkan di cpo pasien sebelum petugas farmasi menyiapkan obat
yang diresepkan pada cpo. Pengecekan yang dilakukan meliputi :
tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu pemberian dan cara
pemberian
6.Khusus untuk obat-obat yang tergolong ke dalam high alert petugas
farmasi diwajibkan melakukan pengecekan ganda oleh 2 petugas
yang berbeda .
7.Setelah obat disiapkan maka petugas farmasi akan menyalurkan ke
masing- masing ruangan dan pasien.
8.Penyaluran obat di ruangan juga menggunakan system floor stock
khususnya untuk obat-obat emergensi yang diperlukan pada kondisi
darurat dan life saving pasien sehingga selalu tersedia di unit
pelayanan.

PROSEDUR PENYALURAN OBAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


01.06.5.2/81/2013 00 2/2

9.Untuk pasien rawat jalan penyaluran obat dilakukan secara langsung


sesuai dengan resep yang ditulis oleh dokter (resep individual
dengan obat dikemas sesuai permintaan jumlah yang tercantum di
resep).

5. Unit Terkait: Perawat, dokter, petugas farmasi


PROSEDUR PERSEDIAAN OBAT YANG HABIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


01.06.2.2/82/2013 00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen dan 14 Januari 2013
Penggunaan Obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.
NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Pengadaan adalah kegiatan merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui melalui pembelian, produksi maupun
sumbangan sehingga dapat menjaga stok ketersedian obat agar selalu
tetap tersedia.
2. Tujuan: 1.Menjaga stok dan ketersediaan obat dan menjaga kualitas layanan
2.Memperlancar proses pelayanan dan memberikan terapi yang maksimal
kepada pasien.
3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 531 Tahun 2013
tentang Pelayanan Farmasi dan Penulisan Resep sesuai dengan standar
4. Prosedur: 1. Melakukan pengecekan stok ketersediaan obat
2. Lakukan pengecekan stok obat di gudang farmasi apakah masih
ada`cadangan obat yang tersimpan di gudang farmasi
3. Jika di gudang farmasi masih terdapat cadangan obat maka dilakukan
pengamprahan obat ke gudang farmasi
4. Jika stok persediaan obat di gudang farmasi kosong, maka dilakukan
pemesanan obat secara langsung ke distributor resmi dengan
menggunakan surat pesanan.
5. Pemesanan obat yang habis dilakukan dengan menganalisa kebutuhan
penggunaan obat minimal sebulan pemakaian.

5. Unit Terkait: Petugas farmasi

PROSEDUR OBAT YANG TIDAK TERSEDIA DI RS

(OBAT TERKUNCI)

No. Dokumen No. Revisi Halaman


01.06.2.2/83/2013 00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen dan 14 Januari 2013
Penggunaan Obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.
NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Pengadaan adalah kegiatan merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui melalui pembelian, produksi maupun
sumbangan sehingga dapat menjaga stok ketersedian obat agar selalu
tetap tersedia.
2. Tujuan: 1.Menjaga stok dan ketersediaan obat dan menjaga kualitas layanan
2.Memperlancar proses pelayanan dan memberikan terapi yang
maksimal kepada pasien.
3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 531 Tahun 2013
tentang Pelayanan Farmasi dan Penulisan Resep sesuai dengan standar
4. Prosedur: 1. Bila terdapat obat yang tidak tersedia di Rumah Sakit/ dalam keadaan
apotek tutup atau terkunci maka untuk memperlancar proses terapi
pengobatan, jika obat tersebut tersedia pasien diberikan terapi terlebih
dahulu dengan proses peminjaman obat dari instalasi farmasi, dan
ketika farmasi sudah buka maka pasien dapat mengurus administrasi
untuk melengkapi proses pengambilan.
2. Pemberitahuan kepada unit pelayanan untuk memberitahukan kepada
unit farmasi agar melakukan pengamprahan obat pada hari kerja atau
sehari sebelum obat yang akan digunakan untuk terapi pasien
digunakan.
3. Instalasi farmasi melakukan analisa apakah obat yang tidak tersedia
tersebut perlu dilakukan pengadaan untuk jangka waktu yang lama
dan perlu dimasukan ke dalam formularium rumah sakit, atau
digunakan pada kebutuhan terapi pasien tertentu
4. Bila obat diperlukan untuk menunjang terapi pengobatan pasien secara
berkesinambungan maka dilakukan pengusulan penambahan item
obat ke dalam formularium untuk dilakukan pengadaannya seterusnya
5. Jika obat yang dibutuhkan oleh pasien tidak tersedia di rumah sakit,
dan merupakan obat cito maka petugas farmasi akan melakukan
pemesanan obat secara langsung kepada distributor resmi
6. Obat yang diperlukan merupakan obat baru yang tidak tersedia dan
merupakan terapi untuk pasien/penyakit tertentu dan tidak
membutuhkan pengadaan secara berkelanjutan maka petugas farmasi
akan membuatkan copy resep kepada pasien untuk membeli obat
diluar instalasi farmasi.
5. Unit Terkait Perawat, dokter, petugas farmasi

PEMESANAN/AMPRAHAN UNIT PELAYANAN FARMASI KE


GUDANG FARMASI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


01.06.0.4/92/2013 00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen 14 Januari 2013
Pengelolaan Obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Pemesanan/amprahan adalah suatu permintaan tertulis dari unit
pelayanan ke gudang farmasi untuk memenuhi kebutuhan stock
obat/alkes disetiap unit berdasarkan waktu dan ketentuan yang berlaku
2. Tujuan: 1.Mencegah risiko kesalahan akibat komunikasi lisan saja dan kesalahan
akibat tulisan tangan yang tidak jelas
2.Memastikan bahwa semua penulisan resep obat adalah rasional, berbasis
bukti dan tepat individu. (meminimalkan risiko kesalahan pemberian
obat, memastikan pemberian obat yang paling tepat)
3.Memastikan bahwa apa yang dimaksudkan oleh dokter tidak
menimbulkan kemungkinan terjadinya kekeliruan penafsiran
3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 531 Tahun 2013
tentang Pelayanan Farmasi dan Penulisan Resep sesuai dengan standar
4. Prosedur: Pemesanan/amprahan Unit pelayanan farmasi ke gudang farmasi
1.Pemesanan obat dari unit pelayanan farmasi ke gudang farmasi
dilakukan pada hari kerja oleh petugas yang diberikan wewenang
dengan mengevaluasi ketersediaan stok obat pada unit pelayanan
farmasi.
2.Petugas farmasi yang bertanggung jawab segera melakukan pemesanan
ke gudang farmasi dengan membawa buku orderan amprahan obat.
3.Petugas gudang farmasi mengulang kembali dengan menyebutkan nama
obat yang dipesan oleh unit pelayanan farmasi.
4.Petugas farmasi menyiapkan amprahan sesuai dengan jumlah yang
tertulis dalam buku order.

5. Unit Terkait: Petugas Farmasi, petugas gudang farmasi

PEMESANAN/AMPRAHAN RUANGAN KE GUDANG FARMASI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


01.06.0.4/93/2013 00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen 14 Januari 2013
Pengelolaan Obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
a. Pengertian: Resep adalah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau dokter
hewan kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam bentuk sediaan
tertentu dan menyerahkannya kepada penderita.
b. Tujuan: 1.Mencegah risiko kesalahan akibat komunikasi lisan saja dan
kesalahan akibat tulisan tangan yang tidak jelas
2.Memastikan bahwa semua penulisan resep obat adalah rasional,
berbasis bukti dan tepat individu. (meminimalkan risiko kesalahan
pemberian obat, memastikan pemberian obat yang paling tepat)
3.Memastikan bahwa apa yang dimaksudkan oleh dokter tidak
menimbulkan kemungkinan terjadinya kekeliruan penafsiran
a. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 531 Tahun 2013
tentang Pelayanan Farmasi dan Penulisan Resep sesuai dengan standar
b. Prosedur: Pemesanan/amprahan Ruangan ke gudang farmasi
1.Setiap ruangan rawat inap, ugd melakukan pesanan/amprahan ke
gudang farmasi pada hari sabtu pagi.
2.Perawat/petugas langsng ke gudang farmasi membawa buku orderan
yang di tanda tangani kepala ruangan dan kepala bidang pelayanan
3.Petugas farmasi menyiapkan amprahan sesuai dengan jumlah yang
tertulis dalam buku order.

5. Unit Terkait: Petugas Farmasi, perawat ruangan

PERENCANAAN PERBEKALAN FARMASI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


01.06.0.4/95/2013 00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen 14 Januari 2013
pengelolan obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga
perbekalan farmasi dalam dalam rangka pengadaan
2. Tujuan: Untuk mendapatkan jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan
anggaran, serta menghindari kekosongan perbekalan farmasi

3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 531 Tahun 2013
tentang Pelayanan Farmasi dan Penulisan Resep sesuai dengan standar

4. Prosedur: 1. Supervisor gudang menyusun dan mengusulkan daftar kebutuhan alat


kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan medis habis pakai dalam
setahun
2. Koordinator perbekalan farmasi merekap dan mengkoreksi usulan
perencanaan usulan perencanaan yang dibuat oleh supervisor gudang
dan melaporkan hasil rekap ke Kepala Instalasi Farmasi
3. Kepala Instalasi Farmasi mengkoreksi dan melengkapi, khususnya
tentang spesifikasi barang dan perkiraan harga barang
4. Bidang penunjang menerima dan mengkoreksi perencanaan kebutuhan
alat kesehatan, sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dalam
setahun yang dibuat oleh Instalasi Farmasi. Setelah disetujui
perencanaan diteruskan ke Direktur Medik dan Keperawatan.
5. Direktur Medik dan Keperawatan mengkoreksi perencanaan, apabila
perencanaan disetujui maka perencanaan diteruskan ke Bidang
Perencanaan, dilanjutkan ke Bidang Penyusunan Anggaran diteruskan
ke Pejabat Pembuat Komitmen dan terakhir disampaikan ke Unit
Layanan pengadaan, dan apabila perencanaan tidak disetujui maka
perencanaan dikembalikan ke Kepala Instalasi Farmasi untuk direvisi
5. Unit Terkait Instalasi farmasi, Bidang Penunjang, Kabid Pelayanan, Pejabat Pembuat
Komitmen, Unit Pelayanan Pengadaan

PROSEDUR UNTUK MENGHUBUNGI PETUGAS YANG MENULIS ATAU


MEMESAN OBAT BILA TIMBUL PERTANYAAN

No. Dokumen No Revisi: Halaman

01.06.5.1/96/2013 00 1/1

Ditetapkan Oleh

SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung


Manajemen
pengelolan obat 14 Januari 2013

dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Kegiatan dilaksanakan yang dapat menjamin kejelesan dan mencegah
terjadinya kesalahan penafsiran tentang obat yang dipesan, serta
mendapatkan tambahan informasi yang berkaitan dengan obat yang
diresepkan.

2. Tujuan: Mempermudah/ mempercepat proses pasien mendapatkan obat

Mencegah terjadinya kesalahan dalam baca resep

3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 489 Tahun 2013
tentang resep dan catatan penggunaan obat yang tidak terbaca
4. Prosedur: 1. Petugas farmasi menelfon keruangan / poli untuk menghubungi
dokter (penulis resep).
2. Petugas farmasi menjelaskan maksud dan tujuan menghubungi
dokter (penulis resep)
3. Petugas farmasi menginformasikan kepada dokter nama pasien,
umur, BB, alamat dan meminta penjelasan tentang kebenaran
resep tersebut.
4. Petugas farmasi menganalisa CPO dari ruangan dengan
memperhatikan sediaan dan dosis harian, dan kejelasan resep yang
ditulis.
5. Petugas farmasi meng eja semua huruf yang ada dalam CPO yang
tidak terbaca, dan menanyakan komposisi obat kepada dokter
penulis resep
6. Pada obat-obatan golongan LASA, petugas farmasi wajib
melakukkan konfirmasi kembali, dengan meng eja nama obat
menggunakan sandi morse.
7. Petugas farmasi memberi tanda garis bawah pada CPO yang tidak
terbaca, dan menulis nama obat yang sudah dikonfirmasi disertai
dengan nama petugas, tgl, dan waktu saat melakukan konfirmasi.
5. Unit terkait: Dokter, Petugas Farmasi

PENYALURAN DAN PENDISTRIBUSIAN OBAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman

01.06.05/97/2013 00 1/2

Ditetapkan oleh

SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung

Manajemen 14 Januari 2013


Penggunaan Obat dr. Agus Bintang Suryadi. M.Kes
NIP. 19630615199503004

1. Pengertian: Distribusi obat merupakan penyerahan obat sejak setelah obat disiapkan
oleh instalasi farmasi rumah sakit sampai dengan dihantarkan kepada
perawat, dokter, tenaga professional lain untuk diberikan kepada penderita

2. Tujuan: Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan selama


pendistribusian dan pemberian .
3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 531 Tahun 2013
tentang Pelayanan Farmasi dan Penulisan Resep sesuai dengan standar
4. Prosedur: 1. Pasien rawat jalan
 Pasien/ keluarga langsung menerima obat dari instalasi farmasi
sesuai dengan resep yang ditulis oleh dokter keadaan ini
kemungkinan terjadinya konseling pada pasien/keluarga pasien
 Petugas farmasi menerima resep yang dibawa pasien
 Lakukan skrining resep meliputi administrasi, pharmaceutical
klinik
 Menghitung harga dan minta persetujuan nominal harga
 Pasien diberi no antrian
 Tulis nomor pada struk, pada resep dan satukan print out
dengan resep
 Cocokan nama, jumlah dan kekuatan obat dalam resep dengan
print out
 Siapkan obat sesuai dengan resep
 Teliti kembali resep sebelum diserahkan pada pasien termasuk
salinan resep dan kwitansi
 Serahkan obat kepada pasien disertai informasi tentang obat
meliputi dosis, pemakaian sehari, waktu penggunaan obat,cara
penggunaan, dan kemungkinan efek samping yang ditimbulkan
 Catat nama pasien, no telpn pasien
2. Pasien rawat inap
 System distribusi obat dosis unit (unit dose dispensing/UDD
 Dokter (penulis resep) menulis obat yang dibutuhkan pasien
dalam CPO (catatan penggunaan obat)
 Petugas farmasi mengambil CPO ke masing –masing ruangan
 Petugas farmnasi langsung mengkonfirmasi kepada dokter
adanya resep yang tidak terbaca
PENYALURAN DAN PENDISTRIBUSIAN OBAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman

01.06.05/97/2013 00 2/2

 Petugas farmasi menyipakan obat di instalasi farmasi dilakukan


skrining resep meliputi administrasi pharmaceutical klinik
Cocokkan nama, jumlah dan kekeuatan resep dengan print out
 Siapkan obat sesuai dengan resep
 Teliti kembali resep sebelum diserahkan pada pasien termasuk
salinan resep dan kwitansi
 Serahkan obat kepada pasien diruangan di sertai informasi
tentang obat meliputi dosis, pemakaian sehari, waktu
penggunaan obat,cara penggunaan, dan kemungkinan efek
samping yang ditimbulkan
 Meminta persetujuan biaya obat kepada pasien, dengan
menandatangani formulir persetujuan.
3. Pasien VK dan UGD
 Dokter (penulis resep) menulis resep obat yang dibutuhkan
pasien dalam CPO (catatan penggunaan obat) yang telah
disediakan di ruangan UGD dan VK
 CPO yang telah ditulis diserahkan keluarga pasien ke Instalasi
Fasmasi untuk menebus Obat yang tertulis di CPO.
 Petugas farmasi menerima CPO dan mengecek Resep obat yang
tertulis di CPO, apabila ada resep obat ada yang tidak terbaca
petugas farmasi melakukan konfirmasi obat ke ruangan UGD/
VK.
 Siapkan obat sesuai dengan resep. Petugas farmasi menyipakan
obat di instalasi farmasi dan dilakukan skrining resep meliputi
administrasi pharmaceutical klinik Cocokkan nama, jumlah dan
kekeuatan resep dengan print out
 Petugas farmasi melakukan pengecekan kembali sebelum obat
diserahkan meliputi kebenaran identitas pasien, kebenaran
obat, aturan minum, cara penggunaan, termasuk bill tagihan
pasien salinan resep dan kwitansi
5. Unit Terkait: Dokter, petugas farmasi, pasien

PEMBACAAN RESEP

No. Dokumen No. Revisi Halaman


01.06.0.4/98/2013 00 1/2

Ditetapkan oleh
SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen 14 Januari 2013
Pengelolaan obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Resep adalah adalah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter
gigi atau dokter hewan kepada apoteker untuk membuatkan obat
dalam bentuk sediaan tertentu dan menyerahkannya kepada
penderita.
2. Tujuan: 1.Mencegah risiko kesalahan akibat komunikasi lisan saja dan
kesalahan akibat tulisan tangan yang tidak jelas
2.Memastikan bahwa semua penulisan resep obat adalah rasional,
berbasis bukti dan tepat individu. (meminimalkan risiko kesalahan
pemberian obat, memastikan pemberian obat yang paling tepat)
3.Memastikan bahwa apa yang dimaksudkan oleh dokter tidak
menimbulkan kemungkinan terjadinya kekeliruan penafsiran
3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 531 Tahun
2013 tentang Pelayanan Farmasi dan Penulisan Resep sesuai dengan
standar
4. Prosedur: 1. Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep
yaitu nama dokter, nomor ijin praktek, alamat, tanggal
penulisan resep, tanda tangan atau paraf dokter serta nama
pasien, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
2. Melalukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik yaitu : bentuk
sediaan, dosis, frekuensi, kekuatan, stabilitas, inkompatibilitas,
cara dan lama pemberian obat
3. Mengkaji aspek klinis yaitu : adanya alergi, efek samping,
interaksui, kesesuaian ( dosis, durasi, jumlah obat dan kondisi
khusus laninya). Membuatkan kartu pengobatan pasien
(medication record)
4. Mengkonsultasikan ke dokter tentang masalah resep apabila
diperlukan
5. Petugas farmasi meng eja semua huruf yang ada dalam CPO
yang tidak terbaca, dan menanyakan komposisi obat kepada
dokter penulis resep
6. Pada obat-obatan golongan LASA, petugas farmasi wajib
melakukkan konfirmasi kembali, dengan meng eja nama obat
menggunakan sandi morse.
7. Petugas farmasi memberi tanda garis bawah pada CPO yang
tidak terbaca, dan menulis nama obat yang sudah dikonfirmasi
disertai dengan nama petugas, tgl, dan waktu saat melakukan
konfirmasi.

PEMBACAAN RESEP

No. Dokumen No. Revisi Halaman


01.06.0.4/98/2013 00 2/2

8. Periksa pola obat yang diresepkan terhadap kemungkinan


adanya duplikasi, interaksi obat dengan obat, makanan dan
hasil pemeriksaan laboratorium.
9. Periksa lama terapi terutama yang menggunakan antibiotika
(disesuaikan dengan Pedoman Penggunaan Antibiotika)
10. Periksa apakah pasien ada alergi atau hipersensitif terhadap
obat tertentu. Jika diketahui ada segera hubungi dokter
5. Unit Terkait: Dokter, Petugas Farmasi
PERSIAPAN DAN PENYALURAN OBAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


01.06.5.2/99/2013 00 1/3

Ditetapkan oleh
SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen 14 Januari 2013
Pengelolaan obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Persiapan obat Merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap
validasi, interpretasi, menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket,
penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai
sistem dokumentasi.
Penyaluran obat merupakan penyerahan obat sejak setelah obat
disiapkan oleh instalasi farmasi rumah sakit sampai dengan dihantarkan
kepada perawat, dokter, tenaga profesional lain untuk diberikan kepada
penderita/ sampai secara langsung kepada pasien.
2. Tujuan: 1. Pasien menerima obat yang bermutu tinggi.
2. Obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang
ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 531 Tahun 2013
tentang Pelayanan Farmasi dan Penulisan Resep sesuai dengan standar
4. Prosedur: 1. Sediaan racikan puyer, capsul
 Membersihkan mortir dan stamper dengan alkohol 70%,
lalu keringkan dengan tissue/lap bersih
 Memgambil obat dari rak/tempatnya sesuai dengan
jumlah yang diresepkan (kalau perlu lakukan perhitungan
dosis dan potensi terjadinya penyulit seperti obat tidak
tercampurkan, campuran eutektik dsb)
 Menggerus obat dan mencampur sampai halus dan
homogen
 Bila diperlukan penimbangan, obat ditimbang (terutama
untuk obat-obat dengan indeks terapi sempit)
 Dibungkus menggunakan kertas puyer yang bisa di press
yang kedap udara
 Untuk sediaan racikan yang dikemas dalam kapsul
dilakukan pengisisian secara manual (dengan tangan)
tangan harus kering, bila perlu menggunakan sarung
tangan.
 Membuat etiket yang berisi tanggal peracikan, nama
pasien dan aturan pakai obat. Etiket putih untuk obat per
oral, etiket biru untuk obat pemakaian luar.
 Menyerahkan obat dengan memberikan informasi yang
jelas.
 Mendokumentasikan resep sesuai dengan peraturan yang
berlaku

PERSIAPAN DAN PENYALURAN OBAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


01.06.5.2/99/2013 00 2/3

2. Tablet, kapsul (sediaan jadi)


 Tablet dan kapsul disiapkan sesuai dengan jumlah yang
tertulis dalam resep
 Petugas farmasi menyiapkan obat- obat menggunakan
nampan mini, sebagai tempat obat yang sudah diambil
pada tempatnya masing-masing
 Petugas farmasi menyiapkan etiket untuk masing obat,
yang dikemas dalam klip plastic berwarna bening , berisi
aturan pakai, dan dosis pemakaian.
 obat diserahkan di informasikan kepada pasien untuk lebih
memperjelas aturan pakai obat yang tertertulis dalam
etiket.
3. Syrup
 Syrup antibiotika diperlukan air steril/ air matang untuk
mengencerkan serbuk kering obat
 Syrup diencerkan dengan air sesuai dengan volume yang
tertera dalam brosur obat, diencerkan menggunakan gelas
ukur dalam praktiknya digunakan spuit steril yang dibuat
khusus.
 Beri etiket informasikan bahwa syrup tersebut hanya
digunakan untuk 7 hari, sebelum diminum di kocok dahulu.
 Syrup non antibiotika di siapkan secara langsung kemudian
beri etiket
 Informasikan aturan minum dan cara penggunaan.
4. Salep/cream/gel
 Racikan salep disiapkan dan di campur dalam mortir halus
dan stampher yang khusus untuk obat luar, dibersihkan
dengan etanol 70%, salep diracik masukkan kedalam
wadah bersih (pot salep) dibersihkan dengan etanol, beri
etiket, informasikan
 Untuk salep dalam bentuk tube, langsung diberikan etiket
biru.
5. Supositoria
 Sediaan supositoria, di simpan dalam kulkas,
didistribusikan ke pasien , dimasukkan dalam klip obat beri
etiket informasikan cara penggunaan
6. Ampul, vial
 Sediaan ampul/vial didistribusikan untuk pasien rawat inap
dan ugd dengan menggunakan klip obat , perawat akan
mengambil obat tersebut pada saat digunakan

7. Cairan infuse
 Cairan infus didistribusikan langsung kepasien, dibungkus
menggunakan kantong plastic sesuai dengan jumlah yg
diberikan, perawat mengambil obat tersebut pada saat
obat akan digunakan.
PERSIAPAN DAN PENYALURAN OBAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


01.06.5.2/99/2013 00 3/3

5. Unit Terkait: Pasien, Petugas Farmasi


PROSES PENYALURAN DAN PENDISTRIBUSIAN OBAT RAWAT INAP

No. Dokumen No. Revisi Halaman

01.06.5.2/100/2013 00 1/2

Ditetapkan Oleh

SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung

Manajeman 14 Januari 2013


Pengelolaan Obat
dr. Agus Bintang Suryadi M.Kes
NIP. 19630615199503004

1. Pengertian: Kegiatan dilaksanakan yang dapat menjamin kejelesan dan mencegah


terjadinya kesalahan penafsiran tentang obat yang dipesan, serta
mendapatkan tambahan informasi yang berkaitan dengan obat yang
diresepkan.

2. Tujuan: Mempermudah/ mempercepat proses pasien mendapatkan obat

Mencegah terjadinya kesalahan dalam baca resep

3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 531 Tahun 2013
tentang Pelayanan Farmasi dan Penulisan Resep sesuai dengan standar
4. Prosedur: 1. Setelah dokter selesai memeriksa pasien, dokter akan menulis resep
pada kartu CPO untuk keperluan obat selama 1 hari
2. Untuk obat antibiotika dan obat racikan bisa diberikan sesuai
kebutuhan terapi.
3. Petugas ruangan selanjutnya mengumpulkan CPO yang sudah
lengkap paling lambat pukul 11.00 WITA
4. Petugas instalasi farmasi kemudian mengambil CPO keruangan dan
menuliskan jumlah CPO yang diterima dari ruangan pada buku serah
terima CPO
5. Pasien yang pada pukul 11.00 belum memperoleh resep, maka
pasien tidak akan menerima pelayanan ODDD sehingga penunggu
pasien harus menyerahkan CPO ke Instalasi Farmasi
6. Kartu CPO selanjutnya diserahkan kepada petugas dibagian
persiapan resep
7. Khusus untuk pasien kelas III dan pasien non kelas berlaku kebijakan
direktur tentang kewajiban untuk menulis obat dengan nama
generik.
8. Apabila pada pasien kelas III dan pasien non kelas masih terdapat
obat dengan nama dagang, maka petugas instalasi farmasi dapat
langsung mengganti obat dengan obat generic
9. Resep dihargai kemudian disiapkan dan diberi etiket
10. Setelah obat disiapkan,teliti kembali resep sebelum diserahkan
kepada pasien termasuk salinan resep dan kwitansi, petugas farmasi
mengantar kembali obat keruangan.
11. Penerima obat wajib menandatangani bukti penyerahan obat pada
CPO
12. Meminta persetujuan biaya obat kepada pasien, dengan
menandatangani formulir persetujuan
5. Unit terkait : Instalasi farmasi, semua ruangan rawat inap dan non kelas

PROSES PENYALURAN DAN PENDISTRIBUSIAN OBAT RAWAT JALAN


No. Dokumen No. Revisi Halaman

01.06.5.2/101/2013 00 1/1

Ditetapkan Oleh

SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung

Manajemen 14 Januari 2013


Pengelolaan Obat dr. Agus Bintang Suryadi M.Kes
NIP. 19630615199503004

1. Pengertian: Kegiatan dilaksanakan yang dapat menjamin kejelesan dan mencegah


terjadinya kesalahan penafsiran tentang obat yang dipesan, serta
mendapatkan tambahan informasi yang berkaitan dengan obat yang
diresepkan.

2. Tujuan: Mempermudah/ mempercepat proses pasien mendapatkan obat

Mencegah terjadinya kesalahan dalam baca resep

3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 531 Tahun 2013
tentang Pelayanan Farmasi dan Penulisan Resep sesuai dengan
standar

4. Prosedur: 1. Pasien /keluarga langsung menerima obat dari instalasi farmasi


sesuai dengan resep yang ditulis oleh dokter, keadaan ini
kemungkinan terjadinya konseling pada pasien/keluarga pasien
2. Petugas farmasi menerima resep yang dibawa pasien.
3. Pasien diberi no antrian
4. Tuliskan nomor antrian yang diterima pasien pada resep yang
dibawa,
5. Lakukan skrining resep meliputi administrasi, pharmaceutical
klinik
6. Petugas farmasi meng entry resep, menghitung harga dan
minta persetujuan nominal harga kepada pasien.
7. Petugas farmasi menyiapkan obat yang dientry, dilakukan
pengecekan kembali nama pasien, jumlah dan kekuatan obat
dalam resep dengan print out
8. Teliti kembali resep dan obat sebelum diserahkan pada pasien
termasuk salinan resep dan kwitansi
9. Serahkan obat kepada pasien disertai informasi tentang obat
meliputi dosis, pemakaian sehari, waktu penggunaan obat,
cara penggunaan, dan kemungkinan efek samping ringan yang
ditimbulkan.
5. Unit terkait: Instalasi farmasi, semua ruangan rawat inap dan non kelas

PROSEDUR IDENTIFIKASI EFEK KEJADIAN TIDAK DIINGINKAN KARENA OBAT


PADA PASIEN RS
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
01.06.07/102/2013
00 1/1

Ditetapkan Oleh

SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung


Manajemen dan
14 Januari 2013
Penggunaan Obat
Dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes

NIP: 1963061599503 1 004

1. Pengertian: Kejadian Tidak Diingikan karena obat adalah suatu kejadian yang mengakibatkan
efek yang tidak diharapkan pada pasien karena penggunaan obat dan bukan
karena kondisi pasien tersebut.

2. Tujuan: Mengidentifikasi Kejadian Tidak Diinginkan karena obat pada pasien RS

3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 530 Tahun 2013
tentang Monitoring efek Obat
4. Prosedur: 1. Identifikasi Efek Kejadian Tidak Diinginkan karena obat dilakukan pada
laporan pagi (Morning report), dimana diharapkan dokter jaga, perawat
kontrol, kepala ruangan dan kepala poliklinik melaporkan apabila ada pasien
yang mengalami kejadian yang tidak diinginkan karena obat.
2. Identifikasi masalah terkait obat yang dapat dikategorikan :
 Ada indikasi tetapi tidak diterapi
 Pemberian obat tanpa indikasi
 Pemilihan yang tidak tepat
 Dosis obat terlalu tinggi
 Dosis obat terlalu rendah
 Reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD)
 Interaksi obat
 Pasien tidak menggunakan obat karena suatu sebab seperti tidak
mempunyai biaya, obat tidak tersedia, ketidakpatuhan pasien,
kelalaian petugas.
3. Apabila ada pasien yang mengalami Kejadian Tidak Diinginkan karena obat
maka dokter yang menangani akan mengisi formulir Kejadian Tidak
Diinginkan karena obat
4. Formulir yang sudah diisi diserahkan ke instalasi farmasi untuk dicatat
,dievaluasi dan ditindaklanjuti.
5. Unit terkait: Seluruh ruangan rawat inap, rawat jalan, IRD
PROSEDUR MONITORING EFEK OBAT DAN KEJADIAN TIDAK DIINGINKAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

01.06.07/103/2013 00 1/1

Ditetapkan Oleh

SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung


Manajemen dan
14 Januari 2013
Penggunaan Obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes

NIP: 1963061599503 1 004

1. Pengertian: Monitoring efek obat dan kejadian tidak diinginkan karena obat adalah suatu
proses untuk memonitoring bahwa pasien mendapat obat yang paling sesuai,
dalam bentuk dan dosis yang tepat, di mana waktu pemberian dan lamanya
terapi dapat dioptimalkan, dan DRP diminimalkan pada dosis normal.

2. Tujuan: 1. Memastikan obat yang diperoleh pasien menghasilkan efek yang diinginkan
dan menghindari kejadian yang tidak diinginkan.
2. Memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.
3. Menemukan ESO (Efek Samping Obat ) sedini mungkin terutama yang berat,
tidak dikenal, frekuensinya jarang.
4. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi
timbulnya Efek Samping Obat
3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 530 Tahun 2013
tentang Monitoring efek Obat

4. Prosedur: 1. Mengkaji kesesuaian obat yang diresepkan oleh dokter dengan diagnosa
pasien.
2. Mengkaji obat –obat yang mungkin dapat menimbulkan terjadinya kejadian
tidak diinginkan seperti obat dengan indeks terapi sempit, obat nefrotoksik,
hepatotoksik, sitotoksik, antikoagulan, obat kardiovaskuler, kompleksitas
regimen (polifarmasi, variasi rute pemberian, variasi aturan pakai, cara
pemberian khusus (inhalasi)).
3. Mengkaji rute, jadwal dan metode pemberian dosis yang obat.
4. Mengkaji respon yang tidak diharapkan terhadap terapi obat yang
mengganggu atau menimbulkan cedera pada penggunaan dosis normal
seperti efek samping obat yang berbahaya bagi pasien.
5. Unit terkait: Seluruh ruangan rawat inap, rawat jalan, IRD

PROSEDUR PENGGUNAAN INFORMASI KESALAHAN OBAT UNTUK PERBAIKAN


PROSES PENGGUNAAN OBAT
No. Dokumen No. Revisi Halaman

01.06.7.1/104/2013 00 1/1

Ditetapkan Oleh

SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung

Manajemen 14 Januari 2013


Penggunaan Obat
Dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes

NIP: 1963061599503 1 004

1. Pengertian: Pemantauan terapi obat sangat diperlukan untuk memastikan terapi yang aman,
efektif dan rasional bagi pasien. Setiap pasien yang mendapatkan terapi obat
mempunyai risiko mengalami masalah terkait dengan obat.

2. Tujuan: Mengurangi biaya perawatan selama pasien dirawat

Mengoptimalkan efek terapi dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki.

3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 530 Tahun 2013
tentang Monitoring efek Obat

4. Prosedur: 1. Mencatat semua kesalahan yang terjadi dalam proses penggunaan obat
dalam suatu buku pencatatan obat yang berisi tangga, waktu, dan jenis
kesalahan yang terjadi
2. Melakukan analisa terhadap kesalahan yang terjadi sehingga dapat
dijadikan bukti klinis untuk mencari solusi penyelesaian masalah jika
terjadi kesalahan yang sama.
3. Informasi sebaiknya ditulis singkat dan jelas .
4. Mencatat semua hasil bukti kesalahan dan solusi yang diperoleh dari
hasil analisa terhadap pemantauan kesalahan obat yang terjadi
5. Unit terkait: Seluruh ruangan rawat inap, rawat jalan, IRD
PENYIMPANAN BAHAN-BAHAN BERBAHAYA

No. Dokumen
01.06.5.1/1220/2014 No. Revisi Halaman
00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen Tanggal Terbit
Pengelolaan Obat
19 Juli 2014 dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Merupakan kegiatan penyimpanan bahan-bahan berbahaya yaitu bahan kimia
dan biologi, baik dalma bentuk tunggal maupun campuran yang dapat
membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung maupun tidak
langsung yang mempunyai sifat racun, karsinogenik, teratogenik, mutagenik,
korosif dan iritatif.

2. Tujuan: Sebagai acuan langkah dalam penyimpanan bahan berbahaya.

3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 489 Tahun 2014
tentang tempat dan penyimpanan obat dan bahan kimia yang baik
4. Prosedur: 1. Menyediakan gudang dengan persyaratan penyimpanan
Tertutup rapat, terdapat pintu yang dilengkapi dengan kunci
Ventilsi yang memadai
Pencahayaan yang cukup memadai
Pengamanan sumber listrik
Terdapat peringatan di bagian luar pintu
2. Bahan yang telah diterima harus memiliki lembar MSDS
(Material Safety Data Sheet) dari bahan yang akan disimpan,
kemudian diikuti prosedur penyimpanan
3. Bahna berbahaya disimpan dalam almari yang tertutup dan
terkunci.
4. Pada sisi luar pintu almari penyimpanan dipasangi labeb berisi
Nama bahan, tandabahaya, tanda peringatan, bobot/volume
bahan.
5. Dilakukan pengawasan secara berkala untuk memastikan bahan-
bahan berbahaya tersimpan dengan aman
6. Unit Terkait: Instalasi unit pemakai
PENYERAHAN PERBEKALAN FARMASI KE PASIEN

No. Dokumen
01.06.5.1/1221/2014 No. Revisi Halaman
00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen Tanggal terbit
Pengelolaan Obat 19 Juli 2014
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Merupakan suatu proses pemebriana perbeklaan farami oleh petugas ruangan
kepada pasien / penunggu pasien

2. Tujuan: Sebagai acuan langkah dalam proses penyerahan perbekalan farmasi


ke pasien / penunggu pasien yang tepat
3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 534 Tahun 2013
tentang kebijakan dan formulir rekonsiliasi obat yang dibawa oleh pasien
4. Prosedur: 1. Petugas farmasi memeriksa ulang perbeklana faramsi
(mencocokan kesesuaiaan antara perbekalan faramsi dengan resep
/ CPO yang ditulis dokter serta billing farmasi
2. Petugas farmasi melalaui petugas kurir obat menghantarkan obat
ke ruangan
3. Penyerahan perbekaalan faramsi diketahui oleh petugas ruangan /
perawat kepada pasien / penunggu pasien ( harus dipastikan
diserhkan pada pasien / penunggu pasien yang tepat, dengan
minimal 2 identitas yaitu nama minimal 2 suku kata, tanggal lahir
/ alamat / nama ibu kandung dan tidak boleh menyebutkan nama
ruangan rawat inap / nomonr kamar)
4. Dilakukan double check sebelum diserahkan
5. Untuk pemberian obat oral oleh perawat mengikuti jadwal
pemberian obat (misal 3 X 1 berarti diberikan tiap 8 jam
(pk.06.00, pk. 12.00, pk. 19.00)
6. Jadwal ini tidak berlaku untuk antibiotic injecksi dan obat dengan
program pengobatan khusus.
5. Unit Terkait: Petugas Farmasi, perawat, pasien dan keluarga pasien.
INSPEKSI PENYIMPANAN PERBEKALAN FARMASI
No. Dokumen
01.06.5.1/1225/2014 No. Revisi Halaman
00 1/1

Ditetapkan oleh
STANDAR Tanggal terbit Direktur RSUD Kab. Badung
PROSEDUR 19 Juli 2014
OPERASIONAL
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Merupakan kegiatan memeriksa dan memantau perbekalan farmasi di lingkungan
RSUD Kabupaten Badung.

2. Tujuan: Sebagai acuan langkah dalam melakukan proses inspeksi


penyimpanan obat
3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 535 Tahun 2014
tentang kebijakan inspeksi berkala untuk memastikan obat disimpan secara
benar
4. Prosedur: 1. Setelah berkoordinasi dengan penanggung jawab ruangan,
petugas farmasi melaksanakan inspeksi rutin.
2. Inspeksi dilaksanakan oleh tenaga kefarmasian bersama
petugas terkait, untuk gudang farmasi, depo farmasi, trolley
emergency dilakukan setiap bulan, untuk floor stock di
ruang perawatan dilakukan 1 bulan sekali.
3. Inspeksi yang dilakukan meliputi jumlah barang, waktu
kadaluarsa dan kesesuaian suhu penyimpanan dengan
produk. Hasil inspeksi didokumentasikan pada lembar Berita
Acara Pengecekan Stok yang ditandatangani petugas farmasi
dan penanggung jawab tempat yang diinspeksi.
4. Permasalahan yang ditemukan segera dicarikan solusinya
pada saat inspeksi, bila belum terselesaikan maka
permasalahan disampaikan ke Ka. Instalasi farmasi untuk
ditindaklanjuti.
5. Hasil inspeksi disampaikan ke Ka. Instalasi Farmasi serta
dilaporkan ke Kasi Penunjang Medis untuk ditindaklanjuti.
6. Unit Terkait: Petugas farmasi, penanggung jawab ruangan, Ka. Instalasi Farmasi,
Kasi Penunjang Medis.
PELAPORAN SEDIAAN FARMaSI OLEH PETUGAS POLI DAN RUANGAN

No. Dokumen
01.06.5.1/1226/2014 No. Revisi Halaman
00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen Tanggal terbit
Pengelolaan Obat 19 Juli 2014
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Tata cara pelaporan sediaan farmasi yang terdapat di poli dan ruang rawat
inap

2. Tujuan: Sebagai acuan langkah dlam melakukan pelaporan sediaan farmasi


oleh petugas poli / ruangan
3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 535 Tahun
2014 tentang kebijakan inspeksi berkala untuk memastikan obat
disimpan secara benar
4. Prosedur: 1. Setiap akhir bulan dilakukan pemeriksaan sediaan faramsi di
poli/ ruangan
2. Dilakukan pencatatan terkait sediaan farmasi yang meliputi
nama sediaan farmasi, jumlahnya serta waktu
kadaluwarsanya.
3. Untuk sediaan farmasi yang sudah rusak / kadaluwarsa
disisihkan dan dikembalikan ke IFRS dan ditempatkan dalam
wadah yang terpisah
4. Sediaan farmasi tersebut dicatat dalam lembar daftar sediaan
faramsi yang kadaluwarsa.
5. Petugas poli dan ruangan membuat laporan terkait point 2 dan
3 diatas, dan ditandatangai oleh keplaa poli / ruangan
6. Laporan dibuat rangkap dua, dimana satu berkas disampaikan
ke IFRS, berkas kedua disimpan sebagau arsip poli/ ruangan.
7. Unit Terkait: Poli, ruangan, Instalasi farmasi
PENCAMPURAN INJEKSI ELEKTROLIT PEKAT

No. Dokumen
01.06.5.1/1227/2014 No. Revisi Halaman
00 1/2

Ditetapkan oleh
SPO Tanggal terbit Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen 19 Juli 2014
Pengelolaan Obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Injeksi eletrolit pekat adalah elektrolit yang dalam penggunaannya harus
dilakukan pengenceran terlebih dahulu

2. Tujuan: Sebagai acuan penerapan langlah-langkah untuk melakukan


pengenceran dan pencampuran elektrolit pekat sehingga dapat
menghasilkan sediaan yang aman dan sesuai dengan kebutuhan
pasien
3. Kebijakan: Pencampuran larutan elektrolit pekat dilakukan sesuai dengan SK
Direktur No. 103 Tahun 2014 tentang Kebujakan Pelayanan Farmasi
di RSUD Badung
4. Prosedur: 1. Obat yang termasuk dalam kategori elektrolit pekat adalah
dextrose 40% KCL 7,64%, Nacl 3 %, Na. Bicarbonat, Ca.
Gluconas
2. Cairan injeksi elektrolit pekat yang akan di rekonstitusi harus
direpkan oleh dokter dan tertulis pada formulir permintaan
pencampuran sediaan steril
3. Langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam pencampuran
elektrolit pekat adalah sebagai berikut :
A. PENYIAPAN
a. Pemeriksaan kelengkapan formulir permintaan pencampuran
sediaan steril meliputi : nama, nomor rekam medis, umur,
berat badan pasien, diagnosis, resep, dan tanda tangan dokter
b. Periksa identitas injeksi elektrolit pekat yang akan
diencerkan meliputi : nama obat, jumlah, dan tanggal
kadaluarsa
c. Lakukan konfirmasi ulang
d. Hitung dosis pencampuran injeksi elektrolit yang akan di
buat
e. Pilih pelarut yang tepat dan di hitung valume pelarut yang di
butuhkan
f. Siapkan penanda (label) untuk produk hasil pengenceran
yang meliputi : nama pasien, nomor rekam medis, identitas
obat, tanggal pengenceran dan tanggal kadaluarsa
B. PENGENCERAN
a. Lakukan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sesuai
standar
b. Kenakan alat pelindung diri, masker dan sarung tangan
c. Lakukan desinfeksi pada sarung tangan dengan
menyemprotkan alkohol 70%
d. Lakukan disenfeksi pada area kerja dengan menggunakan
disinfektan alat

PENANGANAN OBAT YANG DIBAWA PASIEN DARI


RUMAH (LUAR RUMAH SAKIT)
No. Dokumen
01.06.5.1/1228/2014 No. Revisi Halaman
00 1/2

Ditetapkan oleh
STANDAR Tanggal terbit Direktur RSUD Kab. Badung
PROSEDUR 19 Juli 2014
OPERASIONAL
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Merupakan kegiatan penanganan obat yang dibawa dari rumah atau luar
rumah sakit pada saat pasien masuk rumah sakit.

2. Tujuan: Sebagai acuan langkah dalam penanganan obat yang dibawa


pasien dari luar rumah sakit.

3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 534 Tahun


2013 tentang kebijakan dan formulir rekonsiliasi obat yang dibawa
oleh pasien
4. Prosedur: 1. Pada pengkajian awal pasien, dokter harus memastikan
apakah pasien membawa obat dari luar rumah sakit atau
tidak.
2. Jika pasien membawa obat dari luar rumah sakit, maka
dilakukan langkah-langkah sbb:
a. Obat sebaiknya dikembalikan kepada keluarga pasien
untuk disimpan.
b. Bila pasien menghendaki obat disimpan di rumah
sakit, maka obat harus disimpan di Apotek dan diberi
penandaan yang jelas.
3. Jika pasien/keluarga pasien menghendaki untuk
menggunakan obat yang tersebut, maka pasien/keluarga
pasien menandatangani surat pernyataan bahwa
pasien/keluarga pasien bertanggung jawab atas resiko
akibat penggunaan obat yang dibawa.
4. Dokter melakukan pengkajian untuk memutuskan
apakah obat tersebut boleh digunakan atau tidak
berdasarkan kebutuhan klinis pasien.
5. Apoteker secara visual mengidentifikasi obat apakah
masih layak digunakan atau tidak dengan ketentuan sbb:
a. Obat yang dapat digunakan adalah obat dengan
kondisi baik, identitas jelas dan belum melampau
kadaluarsa.
b. Tablet lepas tanpa identitas yang bercampur dengan
obat lain tidak boleh diberikan kepada pasien.
c. Obat yang didispensing oleh apotek luar rumah sakit
dapat diberikan kepada pasien jika didispensing tidak
lebih dari 6 bulan yang lalu.
6. Apabila obat boleh digunakan, maka harus diberi
penandaan ulang di apotek rumah sakit.
7. Dokter mencantumkan daftar obat yang dipakai dalam
form rekonsiliasi serta dalam rekam medis.
8. Petugas ruangan menyimpan obat tersebut di
tempat penyimpanan obat pasien.
9. Penggunaan obat yang dibawa pasien dari rumah (luar
rumah sakit) harus dicatat dalam catatan pengobatan di
Rekam Medis pasien dan diberi penandaan obat yang
dibawa dari luar rumah sakit.
Unit Terkait: Dokter, Perawat, Petugas Farmasi.

PENGELOLAAN OBAT HIGH ALERT


No. Dokumen
01.06.5.1/1228//2014 No. Revisi Halaman
00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen Tanggal terbit
Pengelolaan Obat 19 Juli 2014
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Obat high alert adalah obat-obat yang jika digunakan secara salah memiliki
resiko tinggi untuk mengakibatkan bahaya yang signifikan pada pasien

2. Tujuan: Sebagai acuan langkah dalam pengelolaan obat high alert

3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 533 Tahun 2013
tentang Penetapan Obat Emergensi dan Penyimpanan Obat Emergensi
4. Prosedur: A. Gudang Farmasi
a. Identifikasi setiap obat yang datang dari distributor apakah
obat yang dtaang termasuk obat High Alert atau tidak
b. Obat-obat yang termasuk ke dalam daftar obat High alert
ditempatkan pada tempat penyimpanan khusus untuk obat
High alert
c. Tempelkan label / stiker High Alert di kemasan primer obat

B. Apotek
a. Identifikasi setiap obat yang diresepkan apakah obat tersebut
termasuk dalam katagori High Alert
b. Apabila obat yang diresepkan adalah obat High alert maka
obat diambil di tempat penyimpanan High Alert
c. Dilaskukan pengecekan terhadap oabt High Alert yang
diresepkan apakah sudah berisi label atau tidak.
d. Obat siap diserahkan

C. Ruang Perawat
a. Identifikais obat yang diterima dari farmasi apakah obat
tersebut termasuk obat High Alert atau tidak.
b. Jika obat yang diidentifikasi termajusk obat High alert, maka
obat tersebut harus disimpan di tempat penyimpanan khusus
dan dikunci kembali.
c. Pengambilan obat High alert harus dilakuakn oleh perawat
dibawah supervisi kepal ruangan atau koordinator perawat
jaga
5. Unit Terkait: Petugas Farmasi, Petugas Medis, Perawat, Pasien.
AUTOMATIC STOP ORDER
No. Dokumen No. Revisi Halaman
01.06.5.1/1230/2014 00 1/2

Ditetapkan oleh
STANDAR Tanggal terbit Direktur RSUD Kab. Badung
PROSEDUR 19 Juli 2014
OPERASIONAL
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Prosedur penghentian pemberian obat secara otomatis setelah mencapai
rentang batas waktu pemberian sesuai standar.

2. Tujuan: Sebagai acuan langkah dalam melayani pesanan obat kategori


automatic stop order.

3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 531 Tahun 2013
tentang Pelayanan Farmasi dan Penulisan Resep sesuai dengan standar
4. Prosedur: 1. Obat-obatan berikut akan dihentikan secara otomatis setelah
rentang waktu pemberian yang disepakati sesuai standar
yang berlaku.
2. Obat tersebut harus dievaluas i/ direview oleh dokter
penulis resep bila ingin melanjutkan penggunaan obat
tersebut.
3. Pemberian / pengobatan lanjutan hanya atas permintaan
resep ulang dari dokter.
4. Pemberlakuan kondisi Automatic Stop Order tidak berlaku
pada:
 Pasien dalam kondisi di kamar operasi
 Pasien dalam proses transfer / keluar dari Critical Care
Unit.
Berikut daftar kelas terapi obat-obatan yang termasuk obat-obatan Automatic
Stop Order:

No. Kelas Terapi Lama Pemberian

1. Vasoconstriktor (Ophtalmic, nasal) 3 hari

2. Antiinfeksi: 10 hari

 Oral, topical, ophthalmic


 Antifungi, oral
NSAIDs, dan COX II inh

Corticosteroid, ophthalmic, oral

3. Antifungal, topical 30 hari

Narcotics

Corticosteroid topical

4. Ketorolac inj 5 hari

Unit Terkait: Tenaga Kefarmasian, Dokter, Perawat.


PENERIMAAN RESEP

No. Dokumen No. Revisi Halaman


01.06.3.2/1066/2013 00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen 14 Januari 2013
pengelolan obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Melayani permintaan perbekalan farmasi melalui CPO dan resep dokter

2. Tujuan: Terjaminnya pemberian obat secara rasional

3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 531 Tahun 2013 tentang
Pelayanan Farmasi dan Penulisan Resep sesuai dengan standar
4. Prosedur: 1.petugas farmasi menerima CPO/Resep Dokter
2.petugas melakukan pengkajian CPO/resep meliputi :
- keabsahan resep (kop resep, nama dokter, paraf)
- Tanggal penulisan CPO/resep
- Nama pasien, umur, alamat pasien
- Nama obat
- Bentuk sediaan
- Kekuatan sediaan
- Aturan pakai
- Dosis
- Jumlah perbekalan farmasi yang diminta
- Kemungkinan terjadinya maslah yang timbul tentang obat
3.Petugas farmasi menyampaikan kepada pasien jika memperoleh obat racikan
maka pasien akan menunggu dalam waktu yang cukup lama dan jika ada obat
dalam racikan yang diluar tanggungan, pasien bersedia untuk melunasi terlebih
dahulu obat yang diluar tanggungan.
4.Melayani obat sesuai dengan status cara bayar dan jaminan pasien (pasien umum,
pasien jaminan seperti Askes, Jamkesmas, JKBM).
5.Melakukan klarifikasi kepada ruangan tempat pasien dirawat atau kepada dokter
yang merawat apabila ada masalah seperti resep yang tidak terbaca, atau
kesalahan dalam penulisan dosis dan aturan pakai.
6.Setelah dilakukan klarifikasi dan review CPO atau Resep segera disiapkan.

5. Unit Terkait Instalasi farmasi, unit pelayanan (perawat, dokter).

PENGELOLAAN NARKOTIKA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
01.06.03/1072/2013 00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen 14 Januari 2013
pengelolan obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Merupaakan pengelolaan narkotik sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku
2. Tujuan: Menjamin penyimpanan dan pengawasan peredaran narkotik

3. Kebijakan: 1. Undang-undang no 35 tahun 2009 tentang Narkotika


2. Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 531 Tahun 2013
tentang Pelayanan Farmasi dan Penulisan Resep sesuai dengan standar

4. Prosedur: 1. Pemesanan Narkotika dilakukan dengan menggunakan surat pesanan


narkotika yang ditanda tangani oleh Kepala Instalasi Farmasi
2. Narkotika yang dikirim oleh distributor diterima oleh petugas gudang
farmasi dengan mengecek kesesuaian jumlah dan jenis narkotika dengan
faktur dan surat pesanan.
3. narkotika disimpan di rak yang telah disediakan oleh petugas gudang
farmasi
4. Narkotika didistribusikan ke depo-depo farmasi sesuai dengan kebutuhan
dan amprahan dari depo.
5. Narkotika didistribusikan ke pasien sesuai dengan resep asli/CPO dari
dokter RSUD Kabupaten Badung.
6. Penyimpanan lemari narkotika menggunakan lemari yang disimpan
dengan pintu rangkap 2 dan terkunci.
7. Kunci lemari narkotika disimpan pada tempat yang diketahui oleh petugas
farmasi
8. Petugas farmasi melakukan pengecekan dan penghitungan stok narkotik
pada waktu selesai jaga, petugas pengecekan sesuai jadwal yang telah
dibuat.
9. Petugas farmasi membuat laporan pemakaian narkotik setiap bulan.
10. penyimpanan obat narkotika untuk perawatan pasien di ruangan menjadi
tanggung jawab kepala ruangan dan dipastikan keamanannya.
5. Unit Terkait Instalasi farmasi, depo farmasi, dan gudang farmasi, Ruangan dan unit
pelayanan farmasi.
PENANGANAN JIKA OBAT JATUH (PECAH)

No. Dokumen No. Revisi Halaman


01.06.5.2/1071/2013 00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen 14 Januari 2013
pengelolan obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Kegiatan pengawasan dan pengelolaan sediaan farmasi jika obat jatuh

2. Tujuan: Terjaminnya keselamatan petugas, pasien dan lingkungan

3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 531 Tahun 2013
tentang Pelayanan Farmasi dan Penulisan Resep sesuai dengan standar
4. Prosedur: 1. Apabila terjadi obat jatuh/ pecah segera amankan area jatuh untuk
mencegah hal yang tidak diinginkan seperti tertusuk, tergelincir, terpapar
obat berbahaya dll
2. Tutup daerah tumpahan yang jatuh dengan bahan yang dapat menyerap
cairan
3. Pecahan botol atau vial segera diambil dengan menggunakan alat seperti
serok dan sapu, dan pastikan tidak terdapat pecahan yang dapat
membahayakan.
4. Gunakan sarung tangan dan masker jika obat yang jatuh merupakan
bahan yang berbahaya.
5. Segera panggil petugas clening sevis untuk membersihkan tempat yang
terkontaminasi
6. Cuci tangan dan bersihkan anggota tubuh yang terkena paparan atau
cairan obat yang jatuh.
7. Catat dan laporkan insiden yang terjadi untuk mencegah terjadinya resiko
yang tidak diinginkan.
5. Unit Terkait Instalasi farmasi, depo farmasi, dan gudang farmasi, Ruangan dan unit
pelayanan farmasi.
PENGAMBILAN SEDIAAN DAN ALKES KE GUDANG DI LUAR JAM
KERJA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


01.06.3.2/1069/2013 00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen 14 Januari 2013
pengelolan obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Merupakan kegiatan pengambilan sediaan farmasi dan alat kesehatan dari
gudang farmasi atau depo di luar jam kerja
2. Tujuan: Terjaminnya ketersediaan farmasi dan alat kesehatan

3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 531 Tahun 2013
tentang Pelayanan Farmasi dan Penulisan Resep sesuai dengan standar
4. Prosedur: 1. Petugas farmasi melakukan pengecekan stok obat di gudang obat melalui
komputer untuk mengecek stok yang terdapat di gudang.
2. Petugas shift farmasi melakukan pengambilan obat ke gudang farmasi
yang terlebih dahulu menghubungi satpam untuk membantu membuka
gudang farmasi.
3. Petugas shift mencatat obat/alkes yang akan diambil, kemudian
mencatat pada buku amprahan untuk melakukan mutasi barang dari
gudang ke depo atau instalasi farmasi.daftar mutasi di print untuk
selanjutnya keesokan harinya diserahkan kepada petugas gudang.
4. Memastikan setelah meninggalkan gudang pintu gudang terkunci
dengan rapat dan kunci gudang dibawa oleh petugas shift dan ditaruh
pada tempat kunci.

5. Unit Terkait Instalasi farmasi, depo farmasi, dan gudang farmasi


PENGELOLAAN OBAT MENJELANG KADALUWARSA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


01.06.3.2/1067/2013 00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen 14 Januari 2013
pengelolan obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Upaya preventif yang dilakukan untuk menghindari agar obat tidak
kadaluwarsa
2. Tujuan: Untuk menjaga kualitas, khasiat dan keamanan obat yang digunakan serta
mencegah kerugian finansial.
3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 535 Tahun 2014
tentang kebijakan inspeksi berkala untuk memastikan obat disimpan secara
benar

4. Prosedur: 1. Pada saat melakukan pengecekan Stock opname, dan pengecekan ruangan
petugas farmasi menyisihkan obat yang tanggal kadaluwarsanya kurang
dari 6 bulan.
2. Petugas farmasi menempatkan obat yang dikategorikan mendekati
kadaluwarsa dalam klip dan menyerahkannya ke petugas gudang
farmasi.
3. Petugas gudang farmasi menyerahkan obat yang mendekati expied ke
depo atau instalasi farmasi agar dapat segera dijalankan.
4. Jika pada pengecekan stok opname ternyata obat tersebut masih ada dan
tanggal kadaluwarsanya kurang dari 4 bulan, maka petugas instalasi dan
depo farmasi mengembalikan obat tersebut ke gudang farmasi.
5. Petugas gudang farmasi menghubungi pihak distributor, jika obat
tersebut dapat dikembalikan maka obat tersebut segera dikembalikan,
jika tidak maka petugas gudang melakukan penyimpanan barang untuk
segera dilakukan proses pemusnahan sesuai dengan peraturan
pemusnahan yang berlaku.
5. Unit Terkait Instalasi farmasi, unit pelayanan (perawat, dokter).
PEMANTAUAN SUHU LEMARI PENYIMPANAN OBAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


01.06.3.2/1064/2013 00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen 14 Januari 2013
pengelolan obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Pemantauan berkala suhu lemari penyimpanan obat

2. Tujuan: Menjaga kualitas sediaan farmasi yang disimpan pada lemari


penyimapanan obat dengan suhu yang terkontrol
3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 535 Tahun 2014
tentang kebijakan inspeksi berkala untuk memastikan obat disimpan
secara benar
4. Prosedur: 1. Petugas farmasi melakukan pemantauan berkala sushu lemari
penyimpanan setiap pukul 08.00-09.00 dan 19.00-20.00
2. Hasil pemeriksaan ditulis pada lembar pemantauan suhu yang telah
disiapkan. Obat disimpan dalam suhu kulkas berkisar 2 sampai
delapan derajat celcius.
3. Apabila suhu tidak sesuai segera melaporkan IPSRS ke no pesawat
230 agar segera ditintak lanjuti

5. Unit Terkait Instalasi farmasi, unit pelayanan


PEMANTAUAN SUHU RUANGAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


01.06.3.2/1065/2013 00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen 14 Januari 2013
pengelolan obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Merupakan upaya untuk menjaga kondisi penyimpanan obat yang
tersimpan terjaga kualitasnya terutama dari aspek stabilitas.
2. Tujuan: Untuk menjaga stabilitas obat yang disimpan di ruangan

3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 535 Tahun 2014
tentang kebijakan inspeksi berkala untuk memastikan obat disimpan
secara benar
4. Prosedur: 1. Petugas farmasi mengecek suhu ruangan sesuai jawal yang ditentukan
secara teratur pukul 08.00-09.00 dan 19.00-20.00, dan pastikan suhu
rungan sesuai dengan yang ditentukan, cek kondisi pendingin ruangan
jika suhu terlalu tinggi atau rendah.
2. Apabila suhu pada pemeriksaan, suhu lebih atau kurang dari seharusnya
(15-30 derajat celcius), petugas farmasi mengatur ulang suhu pada
kulkas. Jika suhu tetap tidak sesuai segera melaporkan IPSRS ke no
pesawat 230 agar segera ditindak lanjuti.

5. Unit Terkait Instalasi farmasi, unit pelayanan


PROSES YANG DISUSUN UNTUK MENGHADAPI BILAMANA OBAT TIDAK
TERSEDIA, PEMBERITAHUAN KEPADA PEMBUAT RESEP SARAN
SUBSTITUSINYA

NO. DOKUMEN NO. REVISI : HALAMAN :

01.06.3.0/1072/2013 0 1/1

Ditetapkan oleh
Direktur RSUD Kab. Badung

SPO TANGGAL
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.
MANAGEMEN DAN 14 JANUARI 2013
NIP.196306151995031004
PENGGUNAAN OBAT

1. PENGERTIAN Ketersediaan obat sangat penting dalam menunjang pelayanan sehingga


memaksimalkan dan memperlancar proses pelayanan kepada pasien

2. TUJUAN 1. Memberikan pelayanan yang maksimal kepada pasien

2. mencegah terjadinya kekeliruan dalam peresepan obat kepada pasien

3. memaksimalkan penggunaan obat yang terdapat di apotek

3.KEBIJAKAN Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 489 Tahun 2013 tentang
resep dan catatan penggunaan obat yang tidak terbaca
5. PROSEDUR 1. Melakukan pengecekan terhadap sediaan obat yang tidak tersedia di
apotek apakah tersedia obat substitusi yang mempunyai kandungan
bahan aktif yang sama.
2. Jika obat yang diresepkan oleh dokter tidak tersedia di apotek maka
pihak apotek akan menghubungi dokter yang menulis resep untuk
menyarankan apakah ada obat substitusi yang sediaanya ada di apotek.
3. Jika obat yang diresepkan tersebut terdapat nama lain dengan isi bahan
aktif yang sama maka diinformasikan kepada penulis resep bahwa dia
apotek terdapat obat dengan isi yang sama dengan obat yang
diresepkan
4. Apabila dokter yang meresepkan obat tersebut menyetujui obat
pengganti/ obat substitusi yang terdapat di apotek maka dilakukan
penggantian obat sesuai dengan obat yang tersedia di apotek.
5. Setelah mendapat persetujan dari dokter penulis resep maka pihak
apotek akan menyiapkan obat sesuai dengan obat substitusi yang
mempunyai bahan aktif yang sama.
6. UNIT TERKAIT Dokter penulis resep, petugas farmasi
DISTRIBUSI OBAT EMERGENCY

No. Dokumen
01.06.5.1/1230/2014 No. Revisi Halaman
00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Tanggal terbit Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen 19 Juli 2014
Pengelolaan Obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
darurat (emergency) di ruangan perawatan, poliklinik, dan UGD, yang diselenggarakan
secara floor stock.
2. Tujuan: 1. Menanggulangi Kegawat Daruratan.
2. Memberikan Pelayanan Perbekalan Frmasi tepat waktu.
3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 533 Tahun 2013
tentang Penetapan Obat Emergensi dan Penyimpanan Obat Emergensi
4. Prosedur: 1. Obat Life Saving yang diperlukan oleh pasien baik diruang
perawatan, poliklinik maupun di UGD, akan diambilkan di troli /
box emergency di masing-masing ruangan
2. Dokter menuliskan jenis dan jumlah obat yang sudah dipakai
oleh pasien di CPO / resep
3. Petugas farmasi mengambil CPO / resep
4. Petugas farmasi akan mengganti obat emergency yang sudah di
gunakan oleh pasien diruang perawatan, poliklinik atau UGD.
5. Petugas farmasi mengunci kembali troli/box emergency dan
mencatat no seri kunci pada lembar pemantauan obat emergency.
5. Unit Terkait: 1. Apoteker,
2. Asisten Apoteker,
3. Dokter,
4. Perawat.
PENULISAN OBAT DILUAR FORMULARIUM
No. Dokumen
01.06.5.1/1230/2014 No. Revisi Halaman
00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen Terbit tanggal
Pengelolaan Obat 19 Juli 2014
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Permintaan tertulis dari Dokter/Dokter Gigi utuk mengadakan Obat
tertentu yang namanya tidak tercantum dalam Formularium RSUD
Kabupaten Badung

2. Tujuan: Memenuhi Kebutuhan Obat Pasien,pada Keadaan dimana Obat tersebut


tidak tersedia.

3. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten BadungNomor :388 Tahun 2013


tentang penetapan Formularium RSUD Kabupaten Badung .

4.Prosedur: 1. Dokter/Dokter Gigi yang ingin melakukan peresepan Obat di


luar Formularium RSUD Kabupaten Badung, harus memastikan
bahwa hanya Obat tersebut yang harus di berikan untuk
memperbaiki kondisi Pasien.
2. Obat di tulis di atas FORMULIR PERMINTAAN KHUSUS
OBAT NON FORMULARIUM (terlampir) disertai alasan
meresepkan obat di luar Formularium;
3. Setelah Formulir di isi dengan lengkap,Dokter/Dokte Gigi yang
bersangkutan menanda-Tangani formulir;
4. Formulir yang sudah di tanda tangani Dokter/Dokter Gigi yang
bersangkutan di mintakan tanda tangan Kepala SMF;
5. Selanjutnya Formulir yang sudah Terisi lengkap di ajukan ke
Tim Farmasi dan terapi RSUD Kabupaten Badung;
6. Tim Farmasi dan terapi menunjuk orang yang berkompetan
untuk melakukan kajian terhadap Obat yang di Resep;
7. Keputusan di tolak atau di terimanya usulan peresepan obat di
luar Formularium tersebut segera dikomunikasikan ke Dokter
pengusul;
4. Unit Terkait: 1. Dokter;
2. PFT;
3. Apoteker
PENULISAN OBAT DILUAR FORMULARIUM

No. Dokumen
01.06.5.1/1230/2014 No. Revisi Halaman
00 1/2

Terbit tanggal Ditetapkan oleh


SPO 19 Juli 2014 Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen
Pengelolaan Obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG

FORMULIR PERMINTAAN KHUSUS

OBAT NON FORMULARIUM

I. Nama Generic :

II. Nama dagang dan generic :

III. Bentuk sediaan dan kekuatan :

IV. Indikasi :

V . Alasan Permintaan :

VI. Jumlah yang diminta :

Mengetahui : Mangupura,Ketua SMF

Dokter Yang Meminta

( ) ( )

NIP : NIP:

Catatan :

Formulir ini harus diisi dengan lengkap,di cap stempel bagian/departemen dan dikirimkan kepada ketua
komite Farmasi dan terapi badan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Badung.

Keputusan komite Farmasi dan Terapi

Disetujui

Tidak disetujui

Alasan :
Mangupura,

Ketua Komite Farmasi dan terapi

RSUD Kabupaten Badung

dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
PENGAMBILAN OBAT DI RUANG OK JIKA PETUGAS TIDAK
ADA/DEPO OK TERKUNCI
No. Dokumen
01.06.5.1/1231`/2014 No. Revisi Halaman
00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Tanggal terbit Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen 19 Juli 2014
Pengelolaan Obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Adalah langkah yang harus dilakukan jika ada pengambilan obat yang dibutuhkan
pemakaiannya di ruang operasi pada saat tidak ada petugas farmasi di ruang ok.

2. Tujuan: 1. Menjamin tersedianya obat secara cepat, tepat pada saat


akan di pakai oleh dokter
3. Menjamin agar jumlah obat dan alkes yang ada di ruang ok
tetap sesuai jumlahnya dengan stok awal
3.Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 531 Tahun
2013 tentang Pelayanan Farmasi dan Penulisan Resep sesuai dengan
standar
4. Prosedur: 1. Apabila ada tindakan operasi maka petugas ok pada saat itu
menghubungi petugas farmasi secara langsung maupun
lewat telepon bahwa ada operasi yang akan dilaksanakan.
2. Petugas farmasi penerima telepon segera mengantarkan
kunci ruang obat ok ke ruang ok.
3. Setelah tindakan operasi selesai, ruang obat dikunci
kembali oleh petugas ok.
4. Dokter menulis pemakaian obat dan alkes di lembar CPO
dan lembar anastesi.
5. CPO dan lembar anastesi kemudian dibawa oleh petugas
OK ke depo farmasi berikut kunci ruang obat.
6. Petugas farmasi meng-entry pemakaian obat yang tertulis di
CPO dan lembar anastesi, dan menaruh kunci ruang obat
pada tempat yang telihat.
7. Semua obat yang telah di- entry di siapkan kembali oleh
petugas farmasi sebagai pengganti obat yang telah terpakai
dan menaruhnya kembali di ruang ok keesokan harinya.
8. Hal ini dilakukan agar stok obat yang ada di ruang obat OK
tetap dalam jumlah yang sesuai dengan stok awal.
5. Unit Terkait: 1. Apoteker,
2. Asisten Apoteker,
3. Dokter,
4. Perawat.
PENYIMPANAN BAHAN KIMIA/BAHAN OBAT YANG BAIK

No. Dokumen
01.06.5.1/1232/2014 No. Revisi Halaman
00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen Tanggal terbit
Pengelolaan Obat 19 Juli 2014
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
a. Pengertian: Merupakan kegiatan pengaturan/Penempatan Bahan Obat di Dalam Ruang
Penyimpanan/Gudang Farmasi maupun unit pelayanan Farmasi agar terjaga
keamanan dan stabilitasnya

b. Tujuan: 1. Menjamin Mutu bahan Obat tetap stabil selama penyimpanan.


2. Mencegah Bahaya/Efek samping yang dapat di timbulkan akibat
penyimpanan yang tidak benar
c. Memudahkan Pengawasan Perseiaan Bahan Obat dan Monitoring
Kadaluarsanya
d. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 489 Tahun 2014
tentang tempat dan penyimpanan obat dan bahan kimia yang baik
e. Prosedur: 1. Tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan Pemadam api
ringan,dan Tempatnya Harus sejuk dengan pertukaran
udara/Ventilasi yang baik
2. Bahan kimia/Bahan Obat harus disimpan terpisah dari produk
obat/Alkes Lain.
3. Pada kemasan bahan kimia/Bahan obat harus di beri Label secara
akurat (Terdii dari : Nama, tanggal, Kadaluarsa dan tanda
peringatan) Jika label rusak/tidak terbaca harus segera diganti
4. Tidak boleh menggunakan Kemasan produk Lain sebagai Tempat
penyimpanan bahan kimia/Bahan Obat (Misal : Penyimpanan
cairan atau zat kimia di simpan dalam bekas Botol Alkohol 100
ml)
5. Bahan yang mudah terbakar/meledak tidak boleh di simpan dekat
dengan daerah yang beresiko ( missal : sambungan Instalasi
Listrik)
6. Petugas Farmasi memeriksa kembali peralatan yang
menggunakan Listrik (Komputer), dimatikan sebelum Pulang
7. Semua penyimpanan bahan kimia /bahan obat diinspeksi secara
berkala setiap 3 bulan sekali untuk memastikan penyimpanan
telah dilakukan dengan benar.
5. Unit Terkait: 6. Apoteker,
7. Asisten Apoteker,
8. Dokter,
9. Perawat.

PEMESANAN DAN PENERIMAAN OBAT NARKOTIK DAN PSIKOTROPIK


No. Dokumen
01.06.5.1/1233/2014 No. Revisi Halaman
00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Tanggal terbit Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen 19 juli 2014
Pengelolaan Obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
1. Pengertian: Merupakan serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan ,penyimpanan,hingga
rekapitulasi penggunaan obat-obat golongan Narkotika dan psikotrapika.

2. Tujuan: Mengendalikan pengadaan,penyimpanan dan pengunaan obat-obat


golongan narkotika dan psikotropika sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Kebijakan: 1. Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1197/MENKES/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi.
3. Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika
4. Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 531 Tahun
2013 tentang Pelayanan Farmasi dan Penulisan Resep sesuai
dengan standar
4. Prosedur: 1. RSUD Kabupaten Badung memesan narkotika dan Psikotropika
dengan surat pesanan di tandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi
dan Pejabat Pembuat Komitmen.
2. Narkotika dan Psikotropika yang dikirim oleh distributor, diterima
oleh petugas Farmasi setelah mengecek kesesuaian jumlah dan
jenis narkotika dan psikotropika dengan Faktur serta surat
pesanannya.
3. Setelah Diterima Oleh petugas Farmasi,narkotika dan psikotropika
diserahkan ke petugas Gudang farmasi (Apoteker/AA) untuk
disimpan.
4. Narkotika distribusikan ke Unit Pelayanan Farmasi
5. Unit Pelayanan Farmasi mengeluarkan narkotika dan psikotropika
dari stok berdasarkan permintaan tertulis dari dokter (resep asli)
6. Petugas farmasi (di Gudang Farmasi maupun di unit Pelayanan
farmasi) menyimpan narkotika dan psikotropika pada almari khusus
yang telah ditetapkan selalu terkunci.
7. Untuk Setiap kelompok tugas jaga ada penanggungjawab shif yang
bertanggung jawab terhadap penyimpanan, pendistribusian, dan
pencatatan narkotika dan psikotropika.
8. Petugas farmasi membuat laporan pemakaian Narkotika dan
psikotropika setiap bulan,terdiri dari:
a. Laporan Narkotika
b. Laporan Morphin-Petidhin
c. Lapora Psikotropika
10. Laporan yang telah dibuat dikirimkan melalui situs resmi
departemen Kesehatan http://sipnap.binfar.depkes.go.id/loging.php
5. Unit Terkait: 1. Apoteker,
2. Asisten Apoteker,
3. Dokter,
4. Perawat.
PEMESANAN DAN PENERIMAAN OBAT ANTI TUBERKULOSA (OAT) DARI
GUDANG FARMASI KE DINAS KESEHATAN
No. Dokumen
01.06.5.1/1234/2014 No. Revisi Halaman
00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen Tanggal terbit
Pengelolaan Obat 19 juli 2014
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
a. Pengertian: Sistematis mulai dari pemesanan obat Anti Tuberculosis oleh gudang Farmasi RSUD
Kabupaten Badung ke Dinas Kesehatan hingga proses penerimaannya.

b. Tujuan: Memenuhi Kebutuhan Obat Anti Tuberkulosa untuk seluruh Pasien TB


RSUD Kabupaten Badung
c. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 531 Tahun 2013
tentang Pelayanan Farmasi dan Penulisan Resep sesuai dengan standar
d. Prosedur: 1. Periksa stok barang secara berkala;
2. Catat jumlah barang habis /hampir habis dalam buku permintaan
obat khusus OAT;
3. Petugas Gudang Melalui instruksi Apoteker melakukan pemesanan
OAT ke dinas kesehatan
4. Petugas Gudang Mengambil OAT Sesuai Kebutuhan di Dinas
Kesehatan ;
5. Petugas dinas Kesehatan memberikan surat bukti mutasi obat dari
dinas Kesehatan memberikan surat bukti mutasi obat dari Dinas
Kesehatan ke BRSU BADUNG;
6. Surat Tanda Terima dimasukkan dalam Arsip;
7. Jumlah Barang datang segera di Catat dalam kartu stok tanpa
dientry dalam SIM;
8. OAT disimpan di tempat terpisah dari obat Lain
5. Unit Terkait: 1. Apoteker,
2. Asisten Apoteker,
3. Dokter,
4. Perawat
PEMESANAN DAN PENERIMAAN OBAT ATI TUBERKULOSA (OAT) DARI
UPF KE GUDANG FARMASI
No. Dokumen
01.06.5.1/1235/2014 No. Revisi Halaman
00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen Tanggal terbit
Pengelolaan Obat 19 Juli 2014
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
a. Pengertian: Kegiatan sistemmatis mulai dari pemesanan Obat Anti Tuberkulosis Oleh unit
pelayanan Farmasi ke gudang Farmasi RSUD Kabupaten Badung hingga Proses
penerimaannya

b. Tujuan: Memenuhi kebutuhan Obat Anti Tuberkulosa Untuk Pasien TB di


unit pelayanan Farmasi di RSUD Kabupaten Badung
c. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 531 Tahun 2013
tentang Pelayanan Farmasi dan Penulisan Resep sesuai dengan standar
d. Prosedur: 1. Cek barang Habis ,kemudian di tulis di buku amprahan
2. Petugas di masing-masing UPF melakukan permintaan ke gudang
Farmasi via telepon sesuai dengan yang di tulis dalam buku
amprahan
3.Apotek Farmasi adaklah unit pelayanan farmasi yang hanya
melakukan pemesanan OAT anak ;
4.Poliklinik Baru memiliki Unit Pelayanan Farmasi yang hanya
melakukan pemesanan OAT Dewasa
5.Ketika Barang datang, Masing-masing unit pelayanan Farmasi
mencatat jumlahnya dalam kartu stok tanpa tanpa dimasukkan
dalam SIM;
e. Unit Terkait: 1. Apoteker,
2. Asisten Apoteker,
3. Dokter,
4. Perawat.
TELAAH OBAT

No. Dokumen
01.06.5.1/1236/2014 No. Revisi Halaman
00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Tanggal terbit Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen 19 Juli 2014
Pengelolaan Obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
a. Pengertian: Merupakan tindakan verifikasi ketepatan obat sesuai permintaan dalam resep

b. Tujuan: Memastikan bahwa pasien mendapatkan obat sesuai dengan


jenis, dosis, rute pemberian, dan waktu pemberian, serta
meminimalisir masalah-masalah terkait dengan penggunaan
obat
c. Kebijakan: 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang kesehatan
2. UU Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3.Kepmenkes Nomor 1197 tahun 2004 tentang standar
pelayanan farmasi di rumah sakit
d. Prosedur: 1. Petugas farmasi(Apoteker atau asisten apoteker) menerima
obat yang telah disiapkan
2. Obat ditelaah sesuai dengan checklist elemen-elemen yang
tertera dalam formulir telaah obat terlampir
3. Hasil telaah obat didokumentasikan dalam formulir telaah
obat
4. Sertakan keterangan waktu dan paraf petugas penelaah obat
5. Jika ada ketidak sesuaian antara obat yang di siapkan
dengan permintaan dalam resep, bakal, aspek yang tidak
sesuai segera dikoreksi
6. Jika telaah obat telah memenuhi semua elemen yang
dipersyaratkan maka obat-obat/alat kesehatan yang telah
disiapkan dapat segera di serahkan
7. Petugas yang bersangkutan mengisi paraf/tanda tangan
dalam formulir
e. Unit Terkait: 1. Apoteker;
2. Asisten Apoteker;
TELAAH RESEP

No. Dokumen
01.06.5.1/1237/2014 No. Revisi Halaman
00 1/1

Tanggal terbit Ditetapkan oleh


SPO 19 Juli 2014 Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen
Pengelolaan Obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
a. Pengertian: Merupakan tindakan verifikasi ketepatan resep sesuai dengan elemen-elemen yang
dimilikinya.

b. Tujuan: Mengidentifikasi masalah-masalah terkait dengan penggunaan


obat (Drug Relaated Problems) serta menentukan tindakan
yang harus dilakukan ketika masalah tersebut muncul.
c. Kebijakan: 1. Undang-undang Republik Indonesia No 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan;
2. UU Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Kepmenkes Nomor 1197 tahun 2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit;
d. Prosedur: 1. Petugas farmasi (apoteker/asisten apoteker) menerima resep
yang dibawa pasien
2. Resep ditelaah sesuai dengan checklist elemen-elemen yang
tertera dalam formulir telaah resep,terlampir
3. Jika ada masalah yang teridentifikasi, lakukan penyesuaian
atau hubungi dokte penulis resep bila diperlukan.
4. Hasil telaah resep didokumentasikan dalam formulir telaah
resep.
5. Sertakan keterangan waktu dan paraf petugas penelaah
resep.
6. Jika telaah resep telah memenuhi semua elemen yang
dipersyaratkan maka obat-obat/alat kesehatan yang tertulis
dalam resep dapat segera disiapkan.
7. Petugas yang bersangkutan mengisi paraf/tanda tangan
dalam formulir.
e. Unit Terkait: 3. Apoteker;
4. Asisten Apoteker;
TATA CARA PERUBAHAN ITEM OBAT DALAM FORMULARIUM

No. Dokumen
01.06.5.1/1238/2014 No. Revisi Halaman
00 1/2

Ditetapkan oleh
SPO Tanggal Terbit Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen
19 Juli 2014
Pengelolaan Obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
a. Pengertian: Proses penyesuaian Formularium dengan mengurangi dan/atau menambahkan
daftar nama obat tertentu sesuai dengan kebutuhan rumah sakit
b. Tujuan: Menghasilkan suatu sistem Formularium yang mutakhir dan dapat
memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional.
c. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor :388 Tahun 2013 tentang
penetapan Formularium RSUD Kabupaten Badung .

d. Prosedur: A. Penambahan Obat Formularium

Obat-obat yang diusulkan harus memenuhi Kriteria sebagai berikut :

a. Obat merupakan senyawa kimia baru dengan mekanisme


kerja berbeda dengan yang sudah ada di Formularium
b. Obat tersebut memiliki keuntungan yang lebih dari obat yang
sudah tersedia seperti : Efek lebih kecil, biaya lebih murah,
meningkatkan kepatuhan, lebih efektif dan alasan lain yang
rasional.
c. Obat tersebut belum terdapat kandungan yang sama di dalam
formularium.
1. Dokter yang akan menambahkan obat ke dalam formularium
RSUD Kabupaten Badung harus mengisi FORMULIR USULAN
PERUBAHAN ITEM OBAT FORMULARIUM.
2. Formulir yang sudah diisi disampaikan kepada panitia Farmasi
dan Terapi (PFT).
3. Permintaan obat di luar formularium diagendakan pada rapat
PFT.
4. Obat yang diusulkan tersebut dikaji pada rapat PFT untuk
diputuskan diterima atau ditolak ditambahkan ke dalam
formularium.
5. Apabila rapat PFT memutuskan menerima usulan obat maka
usulan tersebut direkomendasikan ke Komite Medik/Direktur
Medik untuk di minta persetujuan.
6. Apabila rapat PFT memutuskan untuk menolak usulan obat,maka
PFT akan menginformasikan kepada Dokter yang mengusulkan
obat tersebut ,Dokter harus melengkapi dengan alasan yang tepat
apabila akan mengusulkan kembali Obat tersebut.

B. Pengurangan Obat Formularium

1. Alasan penghapusan Obat dari daftar formularium dapat berupa :


a. Obat tersebut sudah di tarik dari peredaran
b. Pabrik obat sudah tidak memproduksi lagi
c. Obat tersebut tidak terpakai selama 6 bulan
d. Perubahan bahan yang sudah ada di formularium.
e. Harga obat yang tinggi dan waktu kadaluwarsa yang singkat
f. Hasil penelitian menunjukkan Obat tersebut berbahaya
g. Obat-obat baru yang tercantum di Formularium yang
mempunyai duplikasi terapi /Indikasi dengan efek samping
yang lebih berat.
2. Jika ada Obat yang memenuhi salah satu criteria di atas,maka
prosedur pengurangan obat dari Formularium dapat segera
dilakukan.
3. PFT akan mendiskusikan penghapusan obat tersebut dalam suatu
pertemuan/rapat
4. Rekomendasi dari hasil Rapat PFT akan di bawa ke komite
medik untuk di diskusikan.

e.Unit Terkait: 1. PFT;


2. Dokter.
d. Ka.instalasi Farmasi
Penyertaan Formulir CPO dalam status Pasien saat
dipindahkan

No. Dokumen No. Revisi Halaman


01.06.5.1/1239/2014 00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen 19 Juli 2014
pengelolan obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
a. Pengertian: Resep adalah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau dokter
hewan kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam bentuk sediaan
tertentu dan menyerahkannya kepada penderita.
b. Tujuan: Terjadinya komunikasi terhadap terapi pasien ketika pasien mengalami
perpindahan dari unit (ruangan) satu ke unit (ruangan) lainnya.
c. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 534 Tahun 2013
tentang kebijakan dan formulir rekonsiliasi obat yang dibawa oleh pasien
d. Prosedur: a.Pastikan bahwa benar pasien dengan mengcrosscek data pasien
(nama, alamat, nomor MR, umur, diagnosa).
b.Setiap perpindahan pasien harus disertai dengan membawa less
pasien disertai dengan kartu cpo pasien yang sudah dipastikan
kebenarannya
c.Lakukan serah terima pasien, less pasien yang disertai kartu CPO
pasien dengan petugas di ruangan dimana pasien akan diberi
pelayanan (unit pelayanan atau ruangan lainnya)
d.Pastikan serah terima pasien dengan mengecek kembali less (disertai
kartu cpo) dan data pasien sehingga tidak terjadi kesalahan dalam
tindakan.
e. Unit Terkait Dokter, Dokter gigi, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi
Rawat Darurat, Instalasi Farmasi

TATA CARA PERUBAHAN ITEM OBAT DALAM


FORMULARIUM
No. Dokumen
01.06.5.1/1238/2014 No. Revisi Halaman
00 1/2

Ditetapkan oleh
SPO Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen Pengelolaan
Obat Tanggal Terbit
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.
19 Juli 2014
NIP.196306151995031004

FORMULIR USULAN PENCANTUMAN NAMA OBAT DALAM FORMULARIUM


1. Nama Generik :
2. Nama Dagang :
3. Bentuk Sediaan dan Kekuatan :
4. Nama Obat yang telah Tercantum dalam Formularium sekarang yang dapat dibandingkan
dengan Obat Usulan.

Tidak Ada

Ada,yaitu :

5. Alasan pengusulan (Berdasarkan efektifitas keamanan):

6. Referensi yang mendukung (fotocopy naskah terlampir):

a.

b.

c.

7. Apakah dengan Penambahan Obat yang di usulkan maka obat sebanding yang sudah tercantum perlu di
hapuskan ?

Ya Tidak
Catatan : Formulir ini harus di isi dengan lengkap,di cap stempel bagian/SMF dan di kirimkan kepada Ketua
Komite Farmasi dan terapi RSUD Kabupaten Badung.

Mengetahui : Mangupura,

Kepala Bagian/SMF Yang mengusulkan

( ) ( )

Nip : Nip :

Mangupura,

Ketua Komite Farmasi dan Terapi

RSUD Kabupaten Badung

( )

Nip :
MENCEGAH KEHILANGAN OBAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


01.06.3.2/1063/2013 00 1/1

Ditetapkan oleh
SPO Terbit Tanggal Direktur RSUD Kab. Badung
Manajemen 14 Januari 2013
pengelolan obat
dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes.

NIP.196306151995031004
a. Pengertian: Merupakan tata cara untuk mencegah terjadinya kehilangan obat karena
tindakan pencurian maupun penyalahgunaan
b. Tujuan: Terjaminnya kesesuaian stok dengan kenyataan fisik obat, dan
terhindarnya kerugian rumah sakit akibat kehilangan obat.
c. Kebijakan: Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung Nomor 535 Tahun 2014
tentang kebijakan inspeksi berkala untuk memastikan obat disimpan
secara benar
d. Prosedur: 1. Letakkan barang sesuai pada tempat atau rak obat dan tempat
barang/obat tidak dapat diakses oleh orang lain selain petugas farmasi.
2. Lakukan double cek ketika pemindahan pesanan barang dari gudang
farmasi ke instalasi farmasi atau depo rawat jalan.
3. Pastikan pintu gudang dan depo farmasi selalu terkunci apabila
petugas farmasi tidak di tempat atau diluar jam kerja.
4. Petugas Stock mencocokan hasil stock opname dengan kartu stok
komputer untuk mencocokan stok fisik dengan stok yang ada.
5. Telusuri dengan segera apabila ada stok yang tidak sesuai.

e.Unit Terkait Instalasi farmasi, Bidang Penunjang, Bidang Perencanaan


PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
JALAN RAYA KAPAL – MENGWI – BADUNG – BALI
TELP. (0361)9006812-13, FAX. (0361) 4427218

FORM MONITORING OBAT BARU

Nama Generik : ……………………………………………………....

Nama Paten dan Pabrik : ………………………………………………………

Kelas Farmakologi : ………………………………………………………

Bentuk Sediaan : ………………………………………………………

Cara Pemberian : ………………………………………………………

Ruangan /unit pelayanan : ………………………………………………………

NO Khasiat Obat Efek Samping Obat Keterangan

(Terjadi KTD)

Berkhasiat Kurang Ada Tidak ada


berkhasiat

*centang silang pada kolom yang tersedia

Kesimpulan dari obat yang dimonitoring :

Tanda Tangan

Kepala Ruangan

TANGGAL LAHIR :
NAMA PASIEN :
JENIS KELAMIN : L/P
NO RM/REGISTER :
ALAMAT PASIEN :
FORM REKONSILIASI OBAT DAN DAFTAR OBAT YANG DIPAKAI DARI RUMAH
INSTALASI FARMASI RSUD KABUPATEN BADUNG

TGL DAFTAR OBAT YANG SEBERAPA BERAT REAKSI ALERGINYA


MENIMBULKAN ALERGI ALERGINYA ?
R = RINGAN
S = SEDANG
B = BERAT

FORM SEMUA JENIS OBAT , OBAT RESEP, BEBAS, HERBAL ATAU TCM YANG DIBAWA
TGL NAMA OBAT DOSIS/FREKUENSI BERAPA LAMA ALASAN MAKAN BERLANJUT
OBAT SAAT
RAWAT INAP ?
YA TIDAK

NAMA PETUGAS

…………………………..............

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
JALAN RAYA KAPAL – MENGWI – BADUNG – BALI
TELP. (0361)9006812-13, FAX. (0361) 4427218

(ii)
Nama :
INSTALASI FARMASI
Tgl Lahir : L/P
RSUD BADUNG
No RM :
FORM REVIEW
Alergi : + / - (……………………………………………) Berat badan / Tinggi badan :…………/…………….
Nama dokter : ……………………………………….. Tanggal penulisan resep :……………/………………
Diagnosis : ………………………………………... Tanggal review :……………………..

NO SUBYEK HASIL REVIEW CATATAN/


TINDAK LANJUT
YA TIDAK
1. Kejelasan Tulisan Resep
2. Tepat Obat
3. Tepat Dosis
4. Tepat Rute
5. Tepat Waktu
6. Duplikasi Obat
7. Alergi obat
8. Interaksi obat
9 Berat badan (pasien anak )
10 Kontraindikasi lainnya
√ : tidak ada DRP
X : ada DRP
DRP : Drug Related Problem (masalah terkait obat) PETUGAS REVIEW

……………………………………..
TELAAH OBAT

NO TELAAH OBAT HASIL CATATAN/


TELAAH TINDAK LANJUT
YA TIDAK
1. OBAT DENGAN RESEP/PESANAN

2. JUMLAH/DOSIS DENGAN RESEP/PESANAN

3. WAKTU DAN FREKUENSI PEMBERIAN


DENGAN RESEP/PESANAN

PETUGAS TELAAH

……………………………………..

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
JALAN RAYA KAPAL – MENGWI – BADUNG – BALI
Section I.1 TELP. (0361)9006812-13, FAX. (0361) 4427218

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN


BADUNG
NOMOR 534 TAHUN 2013

TENTANG

KEBIJAKAN DAN FORMULIR REKONSILIASI OBAT YANG DIBAWA OLEH PASIEN

----------------------------------------------------------------------------------
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka mewujudkan pelayanan yang memenuhi standar
akreditasi Rumah Sakit dalam pengelolaan obat yang dibawa oleh pasien
untuk memaksimalkan pelayanan dan meningkatkan keselamatan pasien,
yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur ;

Mengingat 1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 144. Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 5063);

2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 153. Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 5072);

3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 436/Menkes/SK/VI/1993


tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan
Medis, junto Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1333/Menkes /Sk/XII/1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit ;

6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.03/I/1127/2013


tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Badung Provinsi Bali menetapkan kelas RSUD Kabupaten Badung
Provinsi Bali sebagai Rumah Sakit Umum kelas B.

7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 755/Menkes/Per/IV2011 tentang


penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.

8. Peraturan Bupati Badung Nomor 62 Tahun 2010 tentang penetapan RSUD


Kabupaten Badung sebagai Badang Layanan Umum Daerah (BLUD)
(Lembaran Daerah Kabupaten Badung Tahun 2010 Nomor 42);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG PERLUNYA FORMULIR REKONSILIASI


OBAT YANG DIBAWA OLEH PASIEN DARI UNIT PELAYANAN YANG SATU
KE UNIT PELAYANAN YANG LAIN. MAUPUN DARI LUAR RUMAH SAKIT.

KESATU : .Mengelola penggunaan obat oleh pasien dengan mencatat semua obat yang
diperoleh pada waktu mendapatkan pelayanan obat di Rumah Sakit Umum
daerah Badung baik layanan rawat inap maupun rawat jalan serta obat yang
dibawa pasien dari luar

KEDUA : Tidak diperkenankan bagi pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Badung untuk membawa obat dari luar rumah sakit (pasien
menggunakan obat tertentu di rumah atau pasien rujukan dari puskesmas atau
lembaga kesehatan lain). Bila wajib menggunakan harus dengan seijin dan
konsultasi terlebih dahulu dengan dokter yang merawat di RSUD Kabupaten
Badung.
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya .

Ditetapkan di Mangupura

pada tanggal 7 November 2013

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Badung,

dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes

NIP. 19630615 199503 1 004

Tembusan disampaikan kepada Yth:


a.Ketua Komite Medik
b. Para Kepala Bidang/Bagian
c.Ketua SMF/Bagian
d.Para Kepala Instalasi
e.Pertinggal

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
JALAN RAYA KAPAL – MENGWI – BADUNG – BALI
Section I.2 TELP. (0361)9006812-13, FAX. (0361) 4427218

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN BADUNG
NOMOR 531 TAHUN 2013

TENTANG

PELAYANAN FARMASI DAN PENULISAN RESEP SESUAI DENGAN STANDAR

----------------------------------------------------------------------------------
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka mewujudkan pelayanan yang memenuhi standar
akreditasi Rumah Sakit khususnya pelayanan farmasi dalam peresepan
obat, pemesanan obat, dan pencatatan obat yang aman dan penulisan resep
yang sesuai dengan standar ditetapkan dengan Keputusan Direktur ;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran


Negara RI Tahun 2009 Nomor 144. Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 5063);

2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 153. Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 5072);

3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004


tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit ;

4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.03/I/1127/2013 tentang


Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Badung
Provinsi Bali menetapkan kelas RSUD Kabupaten Badung Provinsi
Bali sebagai Rumah Sakit Umum kelas B.

5. Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 7 Tahun 2008 tentang


Pembentukan Organisasi dan Tata laksana Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten Badung;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KESATU : Melakukan pengelolaan obat peresepan, pemesanan dan pencatatan


penggunaan obat yang aman bagi pasien di Rumah sakit Umum daerah
kabupaten badung.

KEDUA : Melakukan prosedur peresepan, pemesanan dan pencatatan obat yang aman
sesuai prosedur operasional yang telah ditetapkan dan melakukan penulisan
resep yang sesuai dengan standar.

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini.
Ditetapkan di Mangupura

pada tanggal 7 November 2013

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Badung,

dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes

NIP. 19630615 199503 1 004

Tembusan disampaikan kepada Yth:


a.Ketua Komite Medik
b. Para Kepala Bidang/Bagian
c.Ketua SMF/Bagian
d.Para Kepala Instalasi
e.Pertinggal

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
JALAN RAYA KAPAL – MENGWI – BADUNG – BALI
Section I.3 TELP. (0361)9006812-13, FAX. (0361) 4427218

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN BADUNG
NOMOR 530 TAHUN 2013

TENTANG

MONITORING EFEK OBAT

----------------------------------------------------------------------------------
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka mewujudkan pelayanan yang memenuhi standar
akreditasi Rumah Sakit dan mengidentifikasi efek yang tidak diharapkan
yang harus dicatat dalam status pasien dan dilaporkan ke rumah sakit,
yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur ;

Mengingat 1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 144. Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 5063);

2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 153. Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 5072);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara RI tahun 2005
Nomor 48. Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4502);

4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 436/Menkes/SK/VI/1993


tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan
Medis, junto Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1333/Menkes /Sk/XII/1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit ;

5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.03/I/1127/2013


tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Badung Provinsi Bali menetapkan kelas RSUD Kabupaten Badung
Provinsi Bali sebagai Rumah Sakit Umum kelas B.

6. Peraturan Bupati Badung Nomor 62 Tahun 2010 tentang penetapan RSUD


Kabupaten Badung sebagai Badang Layanan Umum Daerah (BLUD)
(Lembaran Daerah Kabupaten Badung Tahun 2010 Nomor 42);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KESATU : Pencatatan efek samping obat dalam status pasien dan dilaporkan sesuai
dengan form MESO yang telah dibagikan ke setiap unit pelayanan.

KEDUA : Pelaporan MESO dilakukan dengan mencatat pada Formulir yang telah
dibagikan di setiap unit/ruangan pelayanan sesuai dengan kejadian di
unit/ruangan pelayanan
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini.

Ditetapkan di Mangupura

pada tanggal 7 November 2013

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Badung,

dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes

NIP. 19630615 199503 1 004

Tembusan disampaikan kepada Yth:


a.Ketua Komite Medik
b. Para Kepala Bidang/Bagian
c.Ketua SMF/Bagian
d.Para Kepala Instalasi
e.Pertinggal

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
JALAN RAYA KAPAL – MENGWI – BADUNG – BALI
Section I.4 TELP. (0361)9006812-13, FAX. (0361) 4427218

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATENBADUNG
NOMOR 533 TAHUN 2013

TENTANG

PENETAPAN OBAT EMERGENSI DAN PENYIMPANAN OBAT EMERGENSI

----------------------------------------------------------------------------------

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka mewujudkan pelayanan yang memenuhi standar


akreditasi Rumah Sakit dalam pengelolaan obat khususnya obat-obat
emergensi yang berpengaruh pada keselamatan pasien, yang ditetapkan
dengan Keputusan Direktur ;
Mengingat 1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 144. Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 5063);

2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 153. Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 5072);

3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 436/Menkes/SK/VI/1993


tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan
Medis, junto Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1333/Menkes /Sk/XII/1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit ;

6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.03/I/1127/2013


tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Badung Provinsi Bali menetapkan kelas RSUD Kabupaten Badung
Provinsi Bali sebagai Rumah Sakit Umum kelas B.

7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 755/Menkes/Per/IV2011 tentang


penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.
8. Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata laksana Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten Badung;

9. Peraturan Bupati Badung Nomor 62 Tahun 2010 tentang penetapan RSUD


Kabupaten Badung sebagai Badang Layanan Umum Daerah (BLUD)
(Lembaran Daerah Kabupaten Badung Tahun 2010 Nomor 42);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : Penyimpanan Obat-obat emergensi yang terdapat di masing-masing unit


pelayanan, sesuai dengan standar.

KESATU : Menetapkan obat-obat trolly emergensi yang terdapat pada unit pelayanan di
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Badung dan pengelolaan obat-obat
emergensi di setiap unit pelayanan agar terlindungi dari kehilangan dan
pencurian. Ditetapkan di Mangupura

pada tanggal 7 November 2013


KEDUA : Menjamin ketersediaan dan pengelolaan obat-obat emergensi selalu tersedia
di unit pelayanan yang berfungsi sebagai life Saving. Dengan form terlampir.
Penggantian trolly emergensi dilakukan segera setelah kunci lemari emergensi
dibuka.
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah

KETIGA : Kabupaten
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan Badung,
akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini.

dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes

NIP. 19630615 199503 1 004


Tembusan disampaikan kepada Yth:
a.Ketua Komite Medik
b. Para Kepala Bidang/Bagian
c.Ketua SMF/Bagian
d.Para Kepala Instalasi
e.Pertinggal

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
JALAN RAYA KAPAL – MENGWI – BADUNG – BALI
Section I.5 TELP. (0361)9006812-13, FAX. (0361) 4427218

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN BADUNG
NOMOR 497 TAHUN 2014

TENTANG

PENAMBAHAN DAN PENGURANGAN OBAT DALAM FORMULARIUM

----------------------------------------------------------------------------------

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka memberikan pelayanan obat yang maksimal dan
menjamin ketersediaan obat serta keamanan obat yang diberikan kepada
pasien maka dibuatlah daftar formularium RSUD Kabupaten Badung yang
direvisi sesuai kebutuhan rumah sakit, yang ditetapkan dengan Keputusan
Direktur ;

Mengingat 1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 144. Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 5063);

2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 153. Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 5072);

3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 436/Menkes/SK/VI/1993


tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan
Medis, junto Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1333/Menkes /Sk/XII/1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit ;

6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.03/I/1127/2013


tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Badung Provinsi Bali menetapkan kelas RSUD Kabupaten Badung
Provinsi Bali sebagai Rumah Sakit Umum kelas B.

7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 755/Menkes/Per/IV2011 tentang


penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.

9. Peraturan Bupati Badung Nomor 62 Tahun 2010 tentang penetapan RSUD


Kabupaten Badung sebagai Badang Layanan Umum Daerah (BLUD)
(Lembaran Daerah Kabupaten Badung Tahun 2010 Nomor 42);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KESATU : Menyusun daftar formularium obat Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Badung sesuai kebutuhan rumah sakit dan melakukan revisi sesuai dengan
kebutuhan rumah sakit.

KEDUA : Kriteria penambahan obat dalam rumah sakit dilakukan dengan melakukan
pengusulan dari SMF disertai alasan penambahan obat yang akan diusulkan
baik dari : khasiat, efisiensi, keamanan obat dan analisa jumlah kasus
penggunaan obat yang diusulkan. kriteria pengurangan
Ditetapkan obat didasarkan pada
di Mangupura
tingkat kebutuhan dan perbandingan dengan item obat yang lain dengan
indikasi yang sama tapi memiliki pada
kelebihan dari 24
tanggal segi efesiensi,
Agustus 2014khasiat,
ketersediaan, keamanan obat, dan ketersediaan obat.
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
Kabupaten akan dilakukan
Badung,
perbaikan sebagaimana mestinya apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini.

dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes

NIP. 19630615 199503 1 004


Tembusan disampaikan kepada Yth:
a.Ketua Komite Medik
b. Para Kepala Bidang/Bagian
c.Ketua SMF/Bagian
d.Para Kepala Instalasi
e.Pertinggal

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
JALAN RAYA KAPAL – MENGWI – BADUNG – BALI
Section I.6 TELP. (0361)9006812-13, FAX. (0361) 4427218

KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD KABUPATEN BADUNG

NOMOR: 490 TAHUN 2014

TENTANG

PELAYANAN FARMASI KETIKA APOTEKER TIDAK HADIR

DIREKTUR RSUD KABUPATEN BADUNG

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka penyelenggaraan pelayanan farmasi yang efisien,


berkelanjutan, dan bermutu sesuai dengan visi, misi, dan tujuan organisasi
perlu dituangkan dalam suatu bagan organisasi;

b. Bahwa adanya keterbatasan jam kerja menyebabkan Apoteker tidak bisa selalu
hadir di setiap unit pelayanan farmasi RSUD Kabupaten Badung;

c. Bahwa sehubungan hal-hal tersebut di atas perlu ditetapkan ketentuan


pengelolaan dan pelayanan obat di RSUD Kabupaten Badung melalui
Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Badung;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

2. Peraturan pemerintah Nomor 25 Tahun 1980 Tentang Perubahan Atas


Peraturan pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 Tentang Apoteker;

3. Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1197/MENKES/SK/2004;

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

PERTAMA : Keputusan Direktur tentang Pengelolaan Obat Ketika Apoteker Tidak Hadir;

KEDUA : Pelayanan farmasi tetap dilaksanakan ketika Apoteker tidak ada ditempat,
maka asisten apoteker harus menghubungi apoteker;

KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan


Ditetapkan di Mangupura
pada tanggal 4 Agustus 2014
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Badung,

dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes

NIP. 19630615 199503 1 004

Tembusan disampaikan kepada Yth:


a.Ketua Komite Medik
b. Para Kepala Bidang/Bagian
c.Ketua SMF/Bagian
d.Para Kepala Instalasi
e.Pertinggal

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
JALAN RAYA KAPAL – MENGWI – BADUNG – BALI
Section I.7 TELP. (0361)9006812-13, FAX. (0361) 4427218

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN BADUNG
NOMOR: 501 TAHUN 2014

TENTANG

PETUGAS YANG BERHAK MEMESAN OBAT DAN ALAT KESEHATAN

----------------------------------------------------------------------------------

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka mewujudkan pelayanan yang memenuhi standar


akreditasi Rumah Sakit dan dapat memenuhi harapan masyarakat
khususnya pemberian pelayanan obat dan alat kesehatan serta
ketersediaan obat di unit pelayan (ruangan pelayanan) ditetapkan melalui
Keputusan Direktur;

Mengingat : 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 436/Menkes/SK/VI/1993


tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan
Medis, junto Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1333/Menkes /Sk/XII/1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit ;

2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.03/I/1127/2013


tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Badung Provinsi Bali menetapkan kelas RSUD Kabupaten Badung
Provinsi Bali sebagai Rumah Sakit Umum kelas B.

3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 755/Menkes/Per/IV2011 tentang


penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.

4. Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 7 Tahun 2008 tentang


Pembentukan Organisasi dan Tata laksana Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten Badung;

5. Peraturan Bupati Badung Nomor 62 Tahun 2010 tentang penetapan RSUD


Kabupaten Badung sebagai Badang Layanan Umum Daerah (BLUD)
(Lembaran Daerah Kabupaten Badung Tahun 2010 Nomor 42);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG DOKTER YANG DIIJINKAN


MELAKUKAN PEMESANAN OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH
SAKIT BADUNG

KESATU : Mengijinkan Unit Pelayanan (Ruangan) yang tercantum dalam daftar terlampir
untuk melakukan pemesanan obat dan alat kesehatan ke Instalasi Farmasi .
Pemesanan obat dan alat kesehatan dilakukan atas seijin dan persetujuan dari
masing masing Kepala Ruangan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Badung.

KEDUA : Kepala Bidang Pelayanan RSUD Kabupaten Badung bertanggungjawab


terhadap pelaksanaan pelayanan di RSUD Kabupaten Badung.

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini.

Ditetapkan di Mangupura

pada tanggal 8 Septrember 2014

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Badung,

dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes

NIP. 19630615 199503 1 004


Tembusan disampaikan kepada Yth:
a.Ketua Komite Medik
b. Para Kepala Bidang/Bagian
c.Ketua SMF/Bagian
d.Para Kepala Instalasi
e.Pertinggal

LAMPIRAN

DAFTAR PETUGAS YANG DAPAT MELALUKAN PEMESANAN OBAT DAN ALAT


KESEHATAN KE INSTALASI FARMASI RSUD KABUPATEN BADUNG

No Nama Ruangan
1 UGD

2 ICU

3 OK

4 RUANG BEDAH (R. TUNJUNG)

5 VK BERSALIN

6 RUANG NIFAS (R. JEPUN)

7 Poli Anak

8 Poli Bedah

9 Fisioterapi

10 Poli Gigi

11 Poli Interne

12 Poli Jiwa

13 Poli Kulit

14 Poli Mata

15 Poli Obs Gyn


16 Poli Saraf

17 Poli THT

18 Poli VCT

19 RUANG INTERNE (R. ANGGREK)

20 RUANG ANAK (R. JEMPIRING)

21 RUANG NICU-PERINATOLOGI

22 RUANG SANDAT

23 LABORATORIUM

24 RADIOLOGI

25 INSTALASI FARMASI

26 INSTALASI KAMAR JENAZAH

27 INSTALASI GIZI

28 CSSD

29 Poli Filter

30 HCU

31 Hemodialisa

32 PMTCT

33 Poli Anastesi
PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
JALAN RAYA KAPAL – MENGWI – BADUNG – BALI
Section I.8 TELP. (0361)9006812-13, FAX. (0361) 4427218

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN BADUNG
NOMOR 361 TAHUN 2013

TENTANG

DOKTER YANG DIIJINKAN MERESEPKAN OBAT DAN OBAT SITOSTATIKA

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG

----------------------------------------------------------------------------------

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka mewujudkan pelayanan yang memenuhi standar


akreditasi Rumah Sakit dan dapat memenuhi harapan masyarakat
khususnya dalam penggunaan obat baik untuk peresepan obat umum, obat
jaminan maupun obat khemoterapi di RSUD kabupaten Badung maka perlu
ditentukan dokter-dokter yang diijinkan menulis resep obat, yang ditetapkan
dengan Keputusan Direktur ;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara RI tahun 2004 Nomor 116. Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 4431);

2. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 144. Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 5063);

3. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 153. Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 5072);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara RI tahun 2005
Nomor 48. Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4502);

5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 436/Menkes/SK/VI/1993


tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan
Medis, junto Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1333/Menkes /Sk/XII/1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit ;

6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.03/I/1127/2013


tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Badung Provinsi Bali menetapkan kelas RSUD Kabupaten Badung
Provinsi Bali sebagai Rumah Sakit Umum kelas B.

7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 755/Menkes/Per/IV2011 tentang


penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.

8. Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 7 Tahun 2008 tentang


Pembentukan Organisasi dan Tata laksana Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten Badung;

9. Peraturan Bupati Badung Nomor 62 Tahun 2010 tentang penetapan RSUD


Kabupaten Badung sebagai Badang Layanan Umum Daerah (BLUD)
(Lembaran Daerah Kabupaten Badung Tahun 2010 Nomor 42);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG DOKTER YANG DIIJINKAN


MERESEPKAN OBAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN
BADUNG

KESATU : Mengijinkan dokter-dokter yang namanya tercantum dalam Lampiran


Keputusan ini untuk menuliskan Resep Obat (baik obat untuk resep umum,
jaminan kesehatan maupun obat khemoterapy) di RSUD Kabupaten Badung.
Nama dokter, SIP, dan spesimen tanda tangan terlampir.
Ditetapkan di Mangupura
KEDUA : Kepala Bidang Pelayanan RSUD Kabupaten Badung bertanggungjawab
pada tanggal 17 mei 2013
terhadap pelaksanaan pelayanan di RSUD Kabupaten Badung.
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya apabila di Kabupaten Badung,
kemudian hari terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini.

dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes

NIP. 19630615 199503 1 004


Tembusan disampaikan kepada Yth:
a.Ketua Komite Medik
b. Para Kepala Bidang/Bagian
c.Ketua SMF/Bagian
d.Para Kepala Instalasi
e.Pertinggal

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
JALAN RAYA KAPAL – MENGWI – BADUNG – BALI
Section I.9 TELP. (0361)9006812-13, FAX. (0361) 4427218

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KLABUPATEN BADUNG

NOMOR : 361 TAHUN 2013

DAFTAR NAMA-NAMA DOKTER YANG DIIJINKAN MERESEPKAN OBAT SITOSTATIKA DI RUMAH


SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG

No NAMA DOKTER SMF DAFTAR OBAT SITOSTATIKA

1 DR. I GST NGR THT-KL Cisplatin, carboplatin, paclitalex,


NURADA, SP.THT- docetaxel, 5 FU, Xeloda,
KL Cyclophosphamide, oncavin
(vincristine), Doxoruvicin,
2 DR. IB. SEMARA THT-KL
Epirubicin, Prednisone.
PUTRA, SP.THT-KL
Bleomisin, Mitomisin C, Tapros
3M& IM Etoposid, Taxan,
Actinomisin-D, Vincritin, Vinblastin,
Metrotexate, adreamisin.

Methotrexate, Cysclophosphamid,
Azathioprin. Paclitaxel,

3 DR. GEDE SUBAGIA, SP.B ILMU BEDAH Alkylating agent :


Cyclophospamide, ipospamide,
melphalan, carbophlatin, cisplatin.
4 DR. I WAYAN ILMU BEDAH Antimetabolit : methrotrexate,
SINDHU, SP.B capecitabine, flurouacil,
gemicitabine.

Natural produk : mitotic inchibitor


(vinblastine, vincristine,
vinorelbine) ; Microtubule polymer
stabilizer (paclitaxel, doxetaxel);
Topoisomerase II Inhibitor
(Etopokside);

Antibiotik antitumor (doxorubicine,


epirubicine, bliomycine,
mitomycine). Miscellancous;
procarbazine, dacarbazine.

Biology agent : Monoclonal


antibodi (Trastuzumab
(herceptin),Retuximab (mabthera),
Xituximab (erbithux), Bevacizumab
(avastin), Imatinib (glivec),
Lapatinib (tykerb), Nimotuzumab
(theracym). Hormonal Therapy
(Tamoxifen (tamofen). Anatrozol
(arimidex), Letrozol (femara),
Exemestan (aromacin), GHRH
Analog (zoladex).

Fluorouracil, Calcium leucovorin,


Oxaliflatin, bevacizumad,
irinotecan, Glivec, Cisplatin

Ditetapkan di Mangupura

pada tanggal 17 Mei 2013

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Badung,

dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes

NIP. 19630615 199503 1 004


PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
JALAN RAYA KAPAL – MENGWI – BADUNG – BALI
Section I.10 TELP. (0361)9006812-13, FAX. (0361) 4427218

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN BADUNG
NOMOR: 474 TAHUN 2014

TENTANG

OBAT YANG DIBAWA PASIEN

DIREKTUR RSUD KABUPATEN BADUNG

Menimbang : a. Bahwa dalam pengobatan simptomatik, preventif, kuratif dan


paliatif maupun tata kelola penyakit dan kondisinya, kompenen
yang penting adalah manajemen obat;

b. Bahwa terapi obat yang sedang dijalani pasien perlu dijadikan


bahan pertimbangan untuk menentukan terapi selanjutnya;

c. Bahwa untuk sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dibuat


aturan yang jelas melalui Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit
Umum Kabupaten Badung;

Mengingat 1. Undang – Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan

2. Undang – Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 tentang


Rumah Sakit

3. Undang - Undang No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

4. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia


No.1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi
MMEMUTUSKAN

Menetapkan

PERTAMA Pasien tidak diperbolehkan membawa obat dan perbekalan farmasi


lainnya dari luar RSUD Kabupaten Badung untuk digunakan selama
perawatan di RSUD Kabupaten Badung

KEDUA Jika melanggar ketentuan tersebut, maka pasien/keluarga pasien


menandatangani surat peryataan bahwa pasien/keluarga pasien
bertanggung jawab atas akibat penggunaan obat dan perbekalan farmasi
lainya yang dibawa.

KETIGA Obat dan perbekalan farmasi lainnya yang dibawa masuk oleh pasien
harus diperiksa mutunya secara visual dan dilakukan pencatatan.

KEEMPAT Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya akan
diubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Mangupura

pada tanggal 7 Juli 2014

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Badung,

dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes

NIP. 19630615 199503 1 004

Tembusan disampaikan kepada Yth:


a.Ketua Komite Medik
b. Para Kepala Bidang/Bagian
c.Ketua SMF/Bagian
d.Para Kepala Instalasi
e.Pertinggal
PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
JALAN RAYA KAPAL – MENGWI – BADUNG – BALI
Section I.11 TELP. (0361)9006812-13, FAX. (0361) 4427218

KEPUTUSAN DIREKTUR BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN BADUNG

NOMOR : 498 TAHUN 2014

TENTANG

RESEP DAN CATATAN PENGGUNAAN OBAT TIDAK TERBACA

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATENBADUNG

Menimbang : a. bahwa pembangunan dibidang pelayanan farmasi di rumah sakit


bertujuan untuk meningkatkan dan efisiensi pelayanan kesehatan;

b. bahwa resep dokter yang tidak terbaca berpotensi menimbulkan


kesalahan dalam hal dispensing obat, sehingga mempengaruhi mutu
dan efisiensi pelayanan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf


a dan huruf b perlu menetapkan Keputusan Direktur tentang Resep
Tidak Terbaca;

Mengigat : 1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

3. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan


kefarmasian

4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011


tentang keselamatan Pasien Rumah Sakit;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004
tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit;

6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/2008 tentang


standar Pelayanan Rumah Sakit;

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KESATU : Resep dan Catatan Penggunaan Obat Tidak Terbaca

KEDUA : Petugas farmasi (Apoteker dan Asisten Apoteker ) tidak diperbolehkan


menduga/membuat Perkiraan sendiri terhadap nama, jumlah, bentuk sediaan,
dan aturan pakai obat dalam resep dan catatan penggunaan obat yang tidak
jelas penulisannya.

KETIGA : Resep dan catatan penggunaan obat yang tidak terbaca oleh petugas farmasi
(Apoteker dan Asisiten Apoteker) harus dilakukan konfirmasi kepada dokter
penulis resep dan catatan penggunaan obat mengenai nama, jumlah, bentuk
sediaan, dam aturan pakai obat yang tertulis dalam resep.

KEEMPAT : Mekanisme pengelolaan dan penanganan resep dan catatan penggunaan obat
tidak terbaca tercantum dalam Standars Operational Procedure (SPO) yang di
tetapkan oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Badung.

KELIMA : Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini, maka akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Mangupura

pada tanggal 24 Agustus 2014

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Badung,

dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes

NIP. 19630615 199503 1 004

Tembusan disampaikan kepada Yth:


a.Ketua Komite Medik
b. Para Kepala Bidang/Bagian
c.Ketua SMF/Bagian
d.Para Kepala Instalasi
e.Pertinggal
PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
JALAN RAYA KAPAL – MENGWI – BADUNG – BALI
Section I.12 TELP. (0361)9006812-13, FAX. (0361) 4427218

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN BADUNG
NOMOR 382 TAHUN 2013

TENTANG

PEDOMAN MANAGEMEN PENGELOLAAN OBAT

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG

----------------------------------------------------------------------------------

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka mewujudkan pelayanan yang memenuhi standar


akreditasi Rumah Sakit khususnya dalam penggunaan, pengelolaan
obat dan sediaan Farmasi di RSUD kabupaten Badung yang aman,
efektif, efisien dan menjamin keselamatan pasien yang ditetapkan
dengan Keputusan Direktur ;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 144. Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 5063);

2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 153. Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 5072);
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi
di Rumah Sakit ;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang


Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran
Negara RI tahun 2005 Nomor 48. Tambahan Lembaran Negara
RI Nomor 4502);

5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.03/I/1127/2013


tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Badung Provinsi Bali menetapkan kelas RSUD
Kabupaten Badung Provinsi Bali sebagai Rumah Sakit Umum
kelas B.

6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 755/Menkes/Per/IV2011


tentang penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.

7. Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 7 Tahun 2008 tentang


Pembentukan Organisasi dan Tata laksana Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten Badung;

8. Peraturan Bupati Badung Nomor 62 Tahun 2010 tentang penetapan


RSUD Kabupaten Badung sebagai Badang Layanan Umum Daerah
(BLUD) (Lembaran Daerah Kabupaten Badung Tahun 2010 Nomor
42);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KESATU : Melakukan pemilihan, pengadaan, penyimpanan, peresepan, distribusi,


pemberian dan pemantauan terhadap pengelolaan obat di RSUD Kabupaten
Badung yang sesuai dengan pedoman.

KEDUA : Melakukan pelayanan pemberian obat yang benar yaitu ; benar orang, benar
dosis, benar cara pemberian, benar waktu pemberian dan benar obat kepada
pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Badung.
Ditetapkan di Mangupura

pada tanggal 18 Juni 2013

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah


KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan dilakukan
Kabupaten
perbaikan sebagaimana mestinya apabila di Badung,
kemudian hari terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini.

dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes

NIP. 19630615 199503 1 004


Tembusan disampaikan kepada Yth:
a.Ketua Komite Medik
b. Para Kepala Bidang/Bagian
c.Ketua SMF/Bagian
d.Para Kepala Instalasi
e.Pertinggal

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
JALAN RAYA KAPAL – MENGWI – BADUNG – BALI
Section I.13 TELP. (0361)9006812-13, FAX. (0361) 4427218

KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD KABUPATEN BADUNG

NOMOR: 475 TAHUN 2014

TENTANG

PENARIKAN OBAT

DIREKTUR RSUD KABUPATEN BADUNG

Menimbang : a. Bahwa obat yang digunakan di Rumah Sakit harus terjamin mutu,khasiat
dan keamananya;

b. Bahwa instalasi farmasi menyimpan catatan semua obat dan alat kesehatan
yang dibeli (diadakan) yang disertai informasi seperti nama dan kekuatan
obat, nama pabrik pembuatnya, nomor lot atau batch, tanggal penerimaa,
jumlah yang diterima dan tanggal kadaluarsa;

c. Bahwa informasi ini disimpan tidak kurang selama 3 (tiga) tahun untuk
setiap obat yang diadakan;

d. Bahwa obat dan alat kesehatan yang diadakan oleh RSUD Kabupaten
Badung bisa ditarik sewaktu-waktu oleh produsen ketika diketahui
produknya tidak memenuhi syarat.

Mengingat : 1. Undang – Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

2. Undang – Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 tentang Rumah


Sakit
3. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
No.1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

PERTAMA Rumah Sakit harus memfasilitasi segala bentuk penarikan obat/alat


kesehatan ketika ada edaran dari Badan POM mengenai penarikan
produk tertentu

KEDUA Penanganan semua bentuk penarikan obat di RSUD Kabupaten Badung


harus dilakukan secara efektif dan efisien

KETIGA Rumah sakit harus menyediakan obat alternative atau substitusi bagi
setiap obat yang ditarik dari peredaran;

KEEMPAT Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan


ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam
penetapannya akan diubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Mangupura

pada tanggal 7 Juli 2014

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Badung,

dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes

NIP. 19630615 199503 1 004

Tembusan disampaikan kepada Yth:


a.Ketua Komite Medik
b. Para Kepala Bidang/Bagian
c.Ketua SMF/Bagian
d.Para Kepala Instalasi
e.Pertinggal
PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
JALAN RAYA KAPAL – MENGWI – BADUNG – BALI
Section I.14 TELP. (0361)9006812-13, FAX. (0361) 4427218

KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD KABUPATEN BADUNG

NOMOR: 499 TAHUN 2014

TENTANG

PENANGANAN DAN PENGENDALIAN OBAT SAMPEL

DIREKTUR RSUD KABUPATEN BADUNG

Menimbang : a. Bahwa dalam waktu dan kondisi tertentu Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Badung menyediakan obat sampel untuk kepentingan terapi
pasien;

b. Bahwa setiap obat baik jenis maupun kekuatan memiliki karakteristik


yang tidak sama dalam hal pnggunaan dan penyimpanan;

c. Bahwa sehubungan dengan butir a dan butir b tersebut, maka perlu


dibuat aturan pengelolaan obat sampel melalui Surat Keputusan
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Badung;

Mengingat : 1.Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun. 2009 tentang


Kesehatan

2.Undang-undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 tentang Rumah


Sakit

3.Undang-undang No.29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

4.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


No.1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi
MEMUTUSKAN

Menetapkan :

PERTAMA Penyimpanan obat sampel harus dipisahkan dengan produk obat lain

KEDUA Penggunaan obat sampel di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten


Badung harus disertai monitoring terhadap efeknya.

KETIGA Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya akan
diubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya
Ditetapkan di Mangupura

pada tanggal 24 Agustus 2014

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Badung,

dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes

NIP. 19630615 199503 1 004

Tembusan disampaikan kepada Yth:


a.Ketua Komite Medik
b. Para Kepala Bidang/Bagian
c.Ketua SMF/Bagian
d.Para Kepala Instalasi
e.Pertinggal
PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
JALAN RAYA KAPAL – MENGWI – BADUNG – BALI
TELP. (0361)9006812-13, FAX. (0361) 4427218

KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD KABUPATEN BADUNG

NOMOR : 489 TAHUN 2014

TENTANG

TEMPAT DAN PENYIMPANAN BAHAN OBAT DAN BAHAN KIMIA YANG BAIK

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG

DIREKTUR RSUD KABUPATEN BADUNG

Menimbang : a. Bahwa Bahan Obat dan Bahan Kimia memiliki karakteristik tertentu dalam hal
penggunaan dan penyimpanan.

b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di maksud pada Huruf a perlu


menetapkan Keputusan Direktur tentang tempat dan penyimpanan bahan
obat dan bahan kimia yang baik;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197/Menkes /SK/X/2004 tentang


Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit;
MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KESATU : Tempat penyimpanan Bahan Obat Dan Bahan Kimia yang Baik di RSUD Kabupaten
Badung.

KEDUA : Tempat penyimpanan Bahan Obat dan bahan kimia sebagaimana dimaksud
pada Diktum KESATU yaitu harus dalam kondisi Farmasetis yang paling ideal
atau disimpan sesuai dengan Rekomendasi Produsen.

KETIGA : Keputusan ini Berlaku sejak ditetapkan dengan ketentuan apabila di kemudian hari
terdapat kekeliruan dalam keputusan ini,maka akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Mangupura

pada tanggal 4 Agustus 2014

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Badung,

dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes

NIP. 19630615 199503 1 004

Tembusan disampaikan kepada Yth:


a.Ketua Komite Medik
b. Para Kepala Bidang/Bagian
c.Ketua SMF/Bagian
d.Para Kepala Instalasi
e.Pertinggal
PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
JALAN RAYA KAPAL – MENGWI – BADUNG – BALI
Section I.15 TELP. (0361)9006812-13, FAX. (0361) 4427218

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN BADUNG

NOMOR : 477 TAHUN 2014

TENTANG

TEMPAT DAN PENYIMPANAN PRODUK NUTRISI

DIREKTUR RSUD KABUPATEN BADUNG

Menimbang : a. Bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Badung menyediakan produk-
produk nutrisi untuk kepentingan terapi pasien ;
b. Bahwa produk Nutrisi memiliki karakteristik tertentu dalam hal penggunaan
dan penyimpanan:
c. Bahwa untuk sehubungan dengan butir a dan butir b tersebut,maka perlu di
buat aturan pengelolaan produk nutrisi melalui Surat Keputusan Direktur
Rumah sakit Umum Daerah kabupaten Badung;

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia No.36 Tahun.2009 tentang kesehatan


2. Undang-undang republic Indonesia No.44 Tahun.2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-undang No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
4.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar pelayanan Farmasi
MEMUTUSKAN

Menetapkan :

PERTAMA : Penyimpanan produk nutrisi harus dipisahkan dengan produk Obat lain.

KEDUA : Produk nutrisi harus disimpan dalam kondisi Farmasetis yang paling ideal atau
disimpan sesuai dengan Rekomendasi produsen dan diatur dalam pedoman
penyimpanan obat dan bahan kimia yang baik . Pedoman penyimpanan disusun
oleh instalasi farmasi sebagai acuan dalam pelaksanaan penyimpanan.

KETIGA : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan,dengan ketentuan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya akan di ubah dan
diperbaiki sebagai mana mestinya.

Ditetapkan di Mangupura

pada tanggal 7 Juli 2014

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Badung,

dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes

NIP. 19630615 199503 1 004

Tembusan disampaikan kepada Yth:


a.Ketua Komite Medik
b. Para Kepala Bidang/Bagian
c.Ketua SMF/Bagian
d.Para Kepala Instalasi
e.Pertinggal
PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
JALAN RAYA KAPAL – MENGWI – BADUNG – BALI
Section I.16 TELP. (0361)9006812-13, FAX. (0361) 4427218

KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG

NOMOR : 476 TAHUN 2014

TENTANG

PENGGUNAAN OBAT LIFE SAVING DAN OBAT LIFE THEREATENING

DI RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN BADUNG

DIREKTUR BADAN RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN BADUNG

Menimbang : a.Bahwa rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan bagi


masyarakat dengan segala jenis masalah kesehatan, khususnya
pelayanan kepada pasien membutuhkan penanggulangan yang baik
sesuai dengan harapan masyarakat;
b.Bahwa dalam upaya penanganan keselamatan pasien yang
membutuhkan penanganan yang segera perlu dilengkapi dengan
prosedur pelayanan yang bisa menjamin kesehatan dan keselamatan
bagi pasien dan petugas;
c. Bahwa sehubungan dengan pertimbangan pada huruf a dan b diatas,
dipandang perlu membuat kebijakan tentang penggunaan Obat Life
Saving dan Life Threatening yang ditetapkan dengan Keputusan
Direktur;

Mengingat : 1.Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan


(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 5063);
2. Undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 5072);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran
Negara RI Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
RI Nomor 4502);
4.Keputusan Mentreri Kesehatan RI Nomor
436/Menkes/SK/VI/1992 Tentang standar Pelayanan Rumah
Sakit dan standar Pelayanan Medis, junto Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indinesia Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit;
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
631/Menkes/SK/IV/1993/2005 tentang Pedoman Peraturan
Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws) di Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.03/I/1127/2013
tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Badung Provinsi Bali menetapkan kelas RSUD Kabupaten
Badung Provinsi Bali sebagai Rumah Sakit Umum kelas B.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN BADUNG TENTANG KEBIJAKAN
PENGGUNAAN OBAT LIFE SAVING DAN LIFE
THREATENING DI RSUD KABUPATEN BADUNG
PERTAMA Menetapkan daftar obat life saving dan life threatening sesuai
dengan yang tertuang dalam lampiran keputusan ini;
KEDUA Pasien-pasien yang mendapatkan obat life saving dan lif
threatening dengan menggunakan jaminan Jamkesmas dan JKBM
bila obat tersebut tidak terdapat dalam Manlak maka segala biaya
yang terjadi akibat pemakaian obat life saving dan life
threatening ini adalah menjadi beban rumah sakit;
KETIGA Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
akan dilakukan perbaikan sebagai mana mestinya apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini;
\
Ditetapkan di Mangupura

pada tanggal 7 Juni 2014

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Badung,

dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes

NIP. 19630615 199503 1 004

Tembusan disampaikan kepada Yth:


a.Ketua Komite Medik
b. Para Kepala Bidang/Bagian
c.Ketua SMF/Bagian
d.Para Kepala Instalasi
e.Pertinggal
PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
JALAN RAYA KAPAL – MENGWI – BADUNG – BALI
Section I.17 TELP. (0361)9006812-13, FAX. (0361) 4427218

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN BADUNG
NOMOR 535 TAHUN 2013

TENTANG

KEBIJAKAN INSPEKSI BERKALA UNTUK MEMASTIKAN OBAT DISIMPAN


SECARA BENAR

---------------------------------------------------------------------------------

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka mewujudkan pelayanan yang memenuhi standar


akreditasi Rumah Sakit dalam penyimpanan obat secara benar, yang
ditetapkan dengan Keputusan Direktur ;

Mengingat 1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 144. Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 5063);

2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 153. Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 5072);

3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 436/Menkes/SK/VI/1993


tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan
Medis, junto Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1333/Menkes /Sk/XII/1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit ;

6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.03/I/1127/2013


tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Badung Provinsi Bali menetapkan kelas RSUD Kabupaten Badung
Provinsi Bali sebagai Rumah Sakit Umum kelas B.

7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 755/Menkes/Per/IV2011 tentang


penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.

8. Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 7 Tahun 2008 tentang


Pembentukan Organisasi dan Tata laksana Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten Badung;

9. Peraturan Bupati Badung Nomor 62 Tahun 2010 tentang penetapan RSUD


Kabupaten Badung sebagai Badang Layanan Umum Daerah (BLUD)
(Lembaran Daerah Kabupaten Badung Tahun 2010 Nomor 42);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG INSPEKSI SECARA BERKALA


DISETIAP UNIT PELAYANAN UNTUK MENJAMIN PENYIMPANAN OBAT
SECARA BENAR

KESATU : Melakukan inspeksi secara berkala dan rutin untuk memastikan penyimpanan
obat secara benar baik sesuai dengan aturan dari masing-masing pabrik obat
di setiap unit pelayanan yang dilakukan setiap bulan sekali.

KEDUA : Instalasi farmasi wajib menjamin penyimpanan obat secara benar di setiap unit
pelayanan. Dengan melakukan inspeksi di setiap ruangan oleh petugas
farmasi sesuai dengan jadwal yang telah disusun

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini.

Ditetapkan di Mangupura

pada tanggal 7 November 2013

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Badung,

dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes

NIP. 19630615 199503 1 004

Tembusan disampaikan kepada Yth:


a.Ketua Komite Medik
b. Para Kepala Bidang/Bagian
c.Ketua SMF/Bagian
d.Para Kepala Instalasi
e.Pertinggal
PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
JALAN RAYA KAPAL – MENGWI – BADUNG – BALI
Section I.18 TELP. (0361)9006812-13, FAX. (0361) 4427218

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN BADUNG
NOMOR 529 TAHUN 2013

TENTANG

STAF YANG BERWENANG MEMBERIKAN OBAT

----------------------------------------------------------------------------------

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka mewujudkan pelayanan yang memenuhi standar


akreditasi Rumah Sakit maka ditetapkan staf yang berwenang dalam
memberikan obat, yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur ;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran


(Lembaran Negara RI tahun 2004 Nomor 116. Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 4431);

2. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 144. Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 5063);

3. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 153. Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 5072);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara RI tahun 2005
Nomor 48. Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4502);

5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 436/Menkes/SK/VI/1993


tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan
Medis, junto Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1333/Menkes /Sk/XII/1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit ;
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.03/I/1127/2013
tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Badung Provinsi Bali menetapkan kelas RSUD Kabupaten Badung
Provinsi Bali sebagai Rumah Sakit Umum kelas B.

7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 755/Menkes/Per/IV2011 tentang


penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.
8. Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata laksana Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten Badung;

9. Peraturan Bupati Badung Nomor 62 Tahun 2010 tentang penetapan RSUD


Kabupaten Badung sebagai Badang Layanan Umum Daerah (BLUD)
(Lembaran Daerah Kabupaten Badung Tahun 2010 Nomor 42);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KESATU : Staf yang berwenang memberikan obat kepada pasien adalah tenaga
kesehatan (perawat, bidan, dokter, tenaga farmasi) yang telah memiliki ijin dari
dinas kesehatan yang dibuktikan dengan surat ijin kerja dari Dinas
Kesehatan.

KEDUA : Pelaksanaan pemberian obat kepada pasien dilaksanakan sesuai prosedur


yang telah ditetapkan.

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini.

Ditetapkan di Mangupura

pada tanggal 6 November 2013

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Badung,

dr. Agus Bintang Suryadhi, M.Kes

NIP. 19630615 199503 1 004

Tembusan disampaikan kepada Yth:


a.Ketua Komite Medik
b. Para Kepala Bidang/Bagian
c.Ketua SMF/Bagian
d.Para Kepala Instalasi
e.Pertinggal
LAMPIRAN :KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG

NOMOR :

TENTANG :KEBIJAKAN PENGGUNAAN ALAT LIFE SAVING DAN LIFE THREATENING DI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG

DAFTAR OBAT LIFE SAVING DAN LIFE THREATENING DI RSUD KABUPATEN BADUNG.

I. OBAT LIFE SAVING

1. Obat Inj yang digunakan pada kasus Syok Anafilaktik.

a. Epinephrine Hydrochloride (Adrenalin)

b. Sodium Bicarbonat

c. Dexametahose Sodium Phospate

d. Diphenhidramin

2. Obat Inj yang digunakan pada kasus Infark Miokard dan Syok Cardiogenik

a. Morphine Sulphate

b. Memeride Hydrochloride (Pethidine)

c. Calcium Chloride

d. Dopamine Hydrochloride

e. Dobutamin

f. Heparin

g. Propanolol

h. Digoxin

j. Nicardipine (Perdipine)

3. Obat yang digunakan pada kasus peripheral Circulatory Collapse

a. Dopamine Hydrochloride

4. Obat yang digunakan pada status Epilepticus

a. Phenytoin Sodium

c. Diazepam

c. phenobarbital
5. Obat yang digunakan pada kasus kegagalan nafas akut

a. Aminofilin

6. Obat yang digunakan sebagai antidote

b. Atrofin Sulfas

c. Carbon Aktif

d. Magnesium Sulphate

7. Obat yang digunakan pada kasus Hiperkalemia/Hipokalemia

a. Calcium Gluconas

b. Kalium Choride

c. Sodium Bicarbonate

II. OBAT LIFE THREATENING

1. Albumin
2. Cardiovaskular Drug
3. Antidiabetic Oral
4. Emulsi Lemak
.5 Asam Amino

Anda mungkin juga menyukai