Anda di halaman 1dari 19

PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN

DINAS KESEHATAN
UOBF PUSKESMAS BANGIL
Jalan Mangga No. 548 Bangil (Kode Pos 67153)
Telp.: (0343) 741639 Fax (0343) 741639 email : pkmbangil2015@gmail.com

KEPUTUSAN
KEPALA UOBF PUSKESMAS BANGIL
Nomor: 440/085/424.072.23/2023

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI UOBF PUSKESMAS BANGIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA UOBF PUSKESMAS BANGIL,

Menimbang : a. bahwa dalam upaya puskesmas melaksanakan kegiatan


sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar;
b. bahwa dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan
kefarmasian dan keselamatan pasien di puskesmas;
c. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis di Puskesmas
Bangil diperlukan adanya kebijakan tentang penyediaan
obat yang menjamin ketersediaan obat yang dibutuhkan
Puskesmas;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan dimaksud huruf a, b,
dan c di atas, agar pelaksanaan pelayanan dapat
berdayaguna dan berhasil guna, perlu menetapkan
Surat Keputusan Kepala Puskesmas Bangil.

Mengingat : 1. UU RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika;


2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian;
4. Peraturan Menteri Kesehatan No. 26 tahun 2020
tentang Standart Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019


tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015
tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, Dan
Pelaporan Narkotika-Psikotropika Dan Prekursor
Farmasi.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/MENKES/6485/2021 tentang Formularium
Nasional;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 296/Menkes/SK/III/2008 tentang Pedoman
Pengobatan Dasar di Puskesmas;
9. Penilaian Kinerja Puskesmas, Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Timur Tahun 2019;
10. Peraturan Bupati Kabupaten Pasuruan Nomor 17
Tahun 2013 Tentang Kabupaten Sehat.

MEMUTUSKAN

Menetapka : KEPUTUSAN KEPALA UOBF PUSKESMAS BANGIL


n TENTANG PELAYANAN KEFARMASIAN

Kesatu : Menetapkan Pelayanan Kefarmasian termasuk didalamnya


perencanaan, pengadaan, permintaan, penerimaan,
penyimpanan, distribusi obat dan bmhp pemberian
informasi obat, pelayanan informasi obat, penanganan obat
kadaluarsa, beserta pencatatan dan pelaporan
sebagaimana tercantum dalam lampiran merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari lampiran ini;

Kedua : Segala biaya yang dikeluarkan sebagai akibat pelaksanaan


keputusan ini dibebankan pada anggaran UOBF
Puskesmas Bangil.

Ketiga : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan


dalam penetapan keputusan ini, akan ditinjau dan
diadakan perubahan sebagaimana mestinya.

Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan


apabila dikemudian hari terjadi perubahan dan atau
terdapat kesalahan dalam Keputusan ini akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Bangil
Pada Tanggal : 05 Januari 2023

Kepala UOBF
Puskesmas Bangil

INKHUD MUAWANAH
NIP. 19730324 200604 2012
Lampiran : Keputusan Kepala Puskesmas Bangil
Nomor : 440 /085/424.72.23/2023
Tanggal : 5 Januari 2023

PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS BANGIL

BAB I
PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI

Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan


salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian yang dimulai dari perencanaan,
pengadaan dan atau permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi.
Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi:

1.1 PERENCANAAN
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan
perbekalan Kesehatan untuk menentukan jumlah obat dan Bahan Medis
Habis Pakai (BMHP) dalam rangka pemenuhan kebutuhan puskesmas.
1. Menyiapkan data-data yang meliputi data penggunaan obat dan BMHP
setahun terakhir, data obat dan BMHP kedaluarsa, data kekosongan
obat dan BMHP, usulan dari masing-masing program
2. Melakukan seleksi jenis-jenis obat dan BMHP yang dibutuhkan
3. Melakukan perhitungan dari jenis obat yang telah terseleksi. Obat dan
BMHP penggunaan rutin menggunakan metode konsumsi sedangkan
obat program menggunakan metode morbiditas.
4. Merekapitulasi jenis obat dan BMHP yang dibutuhkan.
5. Mengesahkan hasil rekapitulasi yang telah di buat.
6. Menyerahkan usulan tahunan ke Dinas Kesehatan Kabupaten
Pasuruan setahun sekali.

1.2 PENGADAAN MANDIRI PEMBELIAN OBAT DAN BMHP (BAHAN MEDIS


HABIS PAKAI)
1. Melakukan rekapitulasi penggunaan obat dan bmhp berdasarkan
penggunaan pada semua unit di Puskesmas.
2. Pengadaan item obat dan BMHP dana Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) sesuai petunjuk dari Dinas Kesehatan hasil rapat Tim
Perencanaan Kabupaten.
3. Membuat Harga Perkiraan Sendiri (HPS) kebutuhan obat dan BMHP
selama 18 bulan yang akan di beli secara Ekatalog maupun non
Ekatalog.
4. Konsultasikan Harga Perkiraan Sementara ke Pejabat Pengadaan (PP)
untuk mendapat persetujuan.
5. HPS obat dan BMHP yang telah disetujui PP dilengkapi Kerangka
Acuan Kerja (KAK) dan spesifikasi, selanjutnya diproses melalui
aplikasi Ekatalog atau non Ekatalog oleh PP.
6. Setelah proses aplikasi Ekatalog atau Non Ekatalog selesai, siapkan
dokumen pengadaan obat dan BMHP antara lain Surat Pesanan (SP),
Berita Acara Serah Terima (BAST), dan lain-lain.

1.3 PERMINTAAN OBAT DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI


Permintaan obat dan BMHP (Bahan Medis Habis Pakai) adalah proses
kegiatan yang dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan obat dan
BMHP. Tujuan perminataan obat adalah memenuhi kebutuhan Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas Bangil. Permintaan
obat dan BMHP ditujukan kepada Dinas Kesehatan melalui Instalasi
Farmasi Kabupaten Pasuruan. Langkah yang dilakukan dalam permintaan
obat dan BMHP meliputi:
1. Melakukan rekapitulasi penggunaan obat berdasarkan penggunaan
pada semua unit di Puskesmas.
2. Menghitung kebutuhan obat dan BMHP, sesuai rata-rata penggunaan
selama 2 bulan di tambah 1 bulan Buffer (rawat jalan 3 bulan + buffer
50%-100%)
3. Mengisi Lembar Pelaporan dan Lembar Permintaan Obat.
4. Melakukan evaluasi hasil perhitungan kebutuhan.
5. Menyerahkan LPLPO ke Dinas Kesehatan melalui Instalasi Farmasi
Kabupaten Pasuruan.

1.4 PENERIMAAN OBAT DAN BMHP DARI INSTALASI FARMASI KABUPATEN


1. Mengkoordinasikan jumlah dan jenis obat dan BMHP antara data
permintaan dengan ketersediaan di IFK (Instalasi Farmasi Kabupaten),
2. Memeriksa obat dan BMHP yang diterima yang mencakup kondisi
fisik, jenis (nama, bentuk / ukuran dan kekuatan) obat dan BMHP,
jumlah obat dan BMHP, sesuai dengan isi dokumen LPLPO.
3. Mengajukan keberatan apabila ditemukan ketidaksesuaian atau tidak
memenuhi syarat,
4. Menerima dan menandatangani Surat Bukti Barang Keluar (SBBK),
5. Mencatat penerimaan obat dan BMHP, pada buku Gudang dan kartu
stok
1.5 PENERIMAAN OBAT DAN BMHP DARI PEMBELIAN MANDIRI / JKN
1. Memastikan Kelengkapan Surat Pesanan.
2. Melakukan Pemeriksaan:
a. Kesesuaian Nama, Bentuk/ukuran, Kekuatan obat, Jumlah obat
dan BMHP dengan Surat Pesanan (SP)
b. Kondisi Kemasan Termasuk Segel, Label/Penandaan, Nomor Bets
Dan Tanggal Kedaluwarsa Dalam Keadaan Baik;
3. Menolak atau mengembalikan Obat/BMHP yang diterima apabila
ditemukan ketidaksesuaian dengan pesanan
4. Menandatangani Surat Pengiriman Barang apabila sudah sesuai.
5. Mengkoordinasikan Obat/BMHP yang diterima kepada Pejabat
Pembuat Komitment
6. Mencatat Stok di Buku gudang dan Kartu Stok

1.6 PENYIMPANAN OBAT


Penyimpanan obat adalah suatu kegiatan penanganan obat yang
diterima sehingga tidak terjadi kehilangan dan terhindar dari kerusakan
fisik maupun kimia untuk dapat menjamin mutu tetap seperti keadaan
yang diinginkan dan mencegah obat kedaluarsa terpakai.
Prosedur penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai di Puskesmas Bangil, sebagai berikut :
1. Menentukan area ruang penyimpanan yang memiliki suhu kamar dan
suhu ruang terkendali dengan pengendalian/ pengaturan suhu.
2. Melakukan pemantauan suhu pada ruangan dengan bantuan
termohigrometer, pencatatan dilakukan 2x sehari.
3. Melakukan penataan obat ke dalam rak atau lemari obat atau palet dengan
mempertimbangkan hal-hal berikut :
a. Berdasarkan bentuk dan jenis sediaan
b. Berdasarkan kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di
kemasan Sediaan Farmasi, seperti suhu penyimpanan, cahaya dan
kelembaban. Keterangan suhu penyimpanan yang tertera pada
kemasan obat antara lain suhu ruang adalah area/tempat yang
memiliki suhu <300C, sedangkan suhu ruang terkendali adalah
area/tempat yang memiliki suhu 20-25 0C. Suhu dingin ditempatkan
pada lemari pendingin dengan suhu 4-80C. Ruangan harus terhindar
dari cahaya langsung dan kelembaban relatif antara 40%-70%.
c. Berdasarkan alfabetis
d. Tanggal kadaluarsa serta stok baru atau lama (FIFO -FEFO)
e. Mudah atau tidaknya meledak/terbakar.
f. Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
4. Memberi label penanda tahun kedaluarsa, Look Alike Sound Alike (LASA)
dan High Alert sesuai dengan kriteria obat.
5. Melakukan pencatatan di kartu stok.
6. Memasukkan data pada aplikasi buku Gudang.
7. Melakukan evaluasi dan tindakan koreksi apabila suhu area penyimpanan
tidak mencapai kondisi yang ditentukan.

A. PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT


Obat High-alert adalah Obat yang harus di waspadai karena sering
menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius dan Obat yang beresiko
tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD). Kelompok
obat High-alert diantaranya:
a. Elektrolit konsentrasi tinggi
b. Obat-obat sitostatika.
c. Obat indeks terapi sempit
Prosedur penyimpanan kelompok obat High-alert di unit layanan
Puskesmas Bangil, sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi dan mengkategorikan obat yang termasuk high alert
2. Menyimpan obat High Alert pada lemari/ rak terpisah (tidak dicampur)
dengan obat lain serta menyesuaikan petunjuk penyimpanan dan
penataan obat antara lain :
1) Untuk obat high alert yang dipersyaratkan disimpan pada suhu
dingin yaitu antara 2–8℃ maka disimpan dalam lemari es (khusus
penyimpanan obat) dengan suhu terkendali.
2) Untuk obat high alert yang dipersyaratkan disimpan pada suhu
ruangan yaitu 15–25℃ maka disimpan dalam lemari yang telah
diberikan penanda khusus.
3. Memberi label penandaan khusus HIGH ALERT (penandaan warna merah
dan stiker high alert) pada kemasan obat.
4. Melakukan pencatatan di kartu stok
5. Memasukkan data pada aplikasi buku gudang
Tabel 1.1 DAFTAR OBAT HIGH ALERT
NO. NAMA OBAT HIGH ALERT
1. MgSO4 20 %
2. MgSO4 40 %
3. D40 %
4. Epineprin Inj
5. Calsium Glukonas Injeksi
6. Oksitosin injeksi
7. Metilergometrin injeksi
8. Glibenklamide Tablet
9. Glimepirid Tablet
10. Digoksin Tablet
11. Diazepam tablet
12. Diazepam enema
13. Kodein tablet
14. Metadone HCl

B. PENYIMPANAN OBAT LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)


Obat LASA (Look Alike Sound Alike) adalah obat yang nampak mirip
dalam hal bentuk, tulisan, warna dan pengucapan serta memiliki lebih dari
satu kekuatan dosis. Obat-obatan LASA dapat berubah setiap waktu sesuai
dengan sediaan yang tersedia di unit layanan Puskesmas Bangil
1. Mengidentifikasi dan mengkategorikan Obat yang termasuk Obat LASA
2. Menyimpan dan menata obat LASA pada lemari/ rak menyesuaikan
petunjuk penyimpanan dan penataan obat antara lain :
a. Menata obat secara alfabetis
b. Menata obat yang termasuk LASA dengan menyisipkan obat lain
sebagai pemisah obat LASA
3. Memberi label penanda khusus LASA
4. Melakukan pencatatan di kartu stok
5. Memasukkan data pada aplikasi buku gudang
Tabel 1.2 DAFTAR OBAT LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)
NO. NAMA OBAT LASA
Sound a Like
1. MgSO4 20 % dengan MgSO4 40 %
2. Cotrimoksazole 480 mg tablet dengan Cotrimoksazole 960 mg tablet
3. Diazepam 2mg tablet dengan Diazepam 5 mg tablet
4. Diazepam enema 5mg dengan Diazepan enema 10mg
5. Nistatin Vaginal Tablet dengan Nistatin tablet salut
6. Retinol 100.000 IU dengan Retinol 200.000 IU
7. Amlodipin 5 mg dengan Amlodipin 10 mg
8. Glimepirid dengan Glibenklamid
9. Amoksisilin sirup kering 125 mg dengan Amoksisilin sirup kering
250mg
10. Kloramfenikol Tetes Mata dengan Kloramfenikol Tetes Telinga
11. Amoksisilin tablet dengan Doksisiklin kapsul
12. Eritromisin kapsul 500mg dengan Eritromisin kapsul 250mg

Look a Like
1. Antasida DOEN Tablet, dan Paracetamol Tablet
2. Amoxicillin Tablet dengan Asam mefenamat tablet
3. Metformin Tablet dan Omeprazole kapsul
4. Simvastatin Tablet dengan Allopurinol Tablet.
5. Glimepirid tablet, Ranitidin Tablet, dan Loratadin Tablet
6. Kotrimoksazole Sirup dengan Amoksisillin Sirup
7. Vitamin B1 Tablet 50 mg dengan Vitamin B6 10 mg Tablet
8. Triheksifenidil 5mg tablet dengan Diazepam 5mg tablet
9. Klorpromazin 100mg tablet dengan Karbamazepin 200mg

C. PENYIMPANAN OBAT PADA SUHU DINGIN


Area suhu Dingin adalah area/ tempat yang memiliki suhu 2 - 80C
1. Menentukan area penyimpanan yang memiliki suhu dingin (2 - 8 0C) dengan
pengendalian/ pengaturan suhu.
2. Melakukan pemantauan suhu area suhu Dingin dengan bantuan
termohigrometer, pencatatan dilakukan sehari dua kali.
3. Mengidentifikasi Sediaan farmasi yang membutuhkan penyimpanan pada
suhu Dingin.
4. Mengelompokkan sediaan farmasi yang membutuhkan penyimpanan pada
suhu Dingin.
5. Melakukan penyimpanan sediaan farmasi sesuai bentuk sediaan, Alfabetik,
FEFO/ FIFO.
6. Melakukan evaluasi dan tindakan koreksi apabila suhu area penyimpanan
tidak mencapai kondisi suhu Dingin.

D. PENYIMPANAN VAKSIN / SERUM


Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati,
masih hidup lagi tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah
diolah, berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid,
protein rekombinan yang bila diberikan kepada seseorang akan
menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi
tertentu.
1. Melakukan pemantauan kondisi vaccine refrigerator dengan bantuan
termohigrometer, freeze tag, log tag. Pencatatan dilakukan sehari dua kali,
saat datang dan pulang.
2. Menyimpan vaksin pada suhu 2-8°C pada vaccine refrigerator.
3. Menyimpan pelarut vaksin pada suhu 2-8°C atau pada suhu ruang
terhindar dari sinar matahari langsung.
4. Melakukan penataan vaksin sesuai dengan sistem First Expired First Out
(FEFO) dan First In First Out (FIFO).
5. Meletakkan vaksin dengan kondisi VVM (Vaccine Vial Monitor) pada bagian
atas agar dapat digunakan terlebih dahulu
6. Melakukan pencatatan jumlah stok harian pada buku register oleh
kordinator imunisasi
7. Memasukkan data pada aplikasi SMILE oleh petugas farmasi
8. Melakukan evaluasi dan tindakan koreksi apabila suhu area penyimpanan
tidak tercapai.

E. PENYIMPANAN OBAT NARKOTIKA PSIKOTROPIKA


Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika adalah suatu kegiatan
pengamanan terhadap obat-obat narkotika dan psikotropika yang diterima
agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan
mutunya tetap terjamin. Prosedur penyimpanan obat narkotika dan
psikotropika sebagai berikut :
1. Penyimpanan berdasarkan FIFO (First In First Out) dan FEFO (First
Expired First Out)
2. Dilengkapi dengan kartu stok
3. Disimpan dalam lemari khusus Narkotika Psikotropika yang mempunyai
pintu ganda dan mempunyai kunci yang kuat.
4. Kunci tempat penyimpanan di simpan oleh Apoteker atau Tenaga Teknis
kefarmasian yang telah di beri wewenang oleh Apoteker dan memiliki Surat
Ijin Praktik (SIPTTK).
5. Kapasitas tempat penyimpanan harus sesuai dengan kebutuhan.
6. Narkotika atau Psikotropika yang rusak/ kadaluarsa disimpan terpisah
dengan penandaan dan dibuatkan catatan yang jelas.

Tabel 1.3 DAFTAR OBAT NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA


NO. NAMA OBAT
Narkotika
1. Kodein 10mg
2. Metadone HCl

Psikotropika
1. Diazepam tablet 2 mg
2. Diazepam tablet 5 mg
3. Fenobarbital tablet 30 mg
4. Diazepam Injeksi
5. Stesolid Enema 5mg
6. Diazepam enema 10mg

Tabel 1.4 DAFTAR NAMA PETUGAS PENYIMPAN KUNCI


NO. NAMA JABATAN
1. Ditha Caroline, S.Farm., Apt Apoteker Penanggung
Jawab Ruang Farmasi
2. Sukini, Amd.Farm. Tenaga Teknis
Kefarmasian.
Bila Petugas Farmasi berhalangan, maka kunci dipegang salah satu oleh:
1. dr. Sakinah Dokter
2. Umi Latifah, S.ST.Keb Bidan
3. Siti Fauziah, S.Kep., Ners Perawat

Tabel 1.5 DAFTAR NAMA DOKTER PENULIS RESEP NARKOTIKA DAN


PSIKOTROPIKA
NO. NAMA JABATAN
1. dr. Inkhud Muawanah Kepala UOBF Puskesmas
Bangil
2. dr. Sakinah Dokter Ahli Madya
3. drg. Farah Azkiyah Dokter gigi Ahli Pertama

F. PENYIMPANAN OBAT EMERGENSI


Merupakan suatu kegiatan menyimpan obat-obat kegawatdaruratan
dalam lemari yang aman untuk menjamin mutu obat emergensi, serta
memudahkan petugas medis mengenali nama obat dan menggunakannya
dalam kondisi darurat. Prosedur penyimpanan obat emergensi sebagai
berikut:
1. Menyusun daftar dan jumlah obat emergensi
2. Menyiapkan obat emergensi sesuai daftar
3. Menyimpan obat emergensi ke dalam lemari obat/kotak emergensi
4. Memasang segel (cable ties atau stiker penanda) pada lemari obat
emergensi
5. Melakukan monitoring obat emergensi yang meliputi jumlah, kondisi
kadaluarsa dan kondisi fisik obat setiap bulan.
6. Mengganti obat emergensi yang telah terpakai atau rusak atau kadaluarsa
dengan obat baru sesuai daftar dan jumlah yang telah ditetapkan.
7. Memasang segel (cable ties atau stiker penanda) kembali pada lemari obat
emergensi.

1.7 PENANGANAN OBAT RUSAK ATAU KEDALUWARSA


Penanganan obat kedaluwarsa/rusak adalah suatu kegiatan untuk
melakukan pengamanan serta pengelolaan obat dan bahan habis pakai
yang telah rusak/kedaluwarsa. Prosedur yang dilakukan dalam
penanganan obat rusak atau kedaluwarsa, sebagai berikut:
1. Memeriksa kondisi fisik dan kedaluwarsa obat setiap bulan
2. Memisahkan obat yang telah mengalami kerusakan fisik maupun
kedaluwarsa dari obat yang masih memiliki kondisi fisik baik
3. Melakukan pencatatan nama, dan jumlah obat yang telah rusak atau
kedaluwarsa dalam LPLPO
4. Menyimpan obat yang telah rusak atau kedaluwarsa dalam wadah khusus.
5. Melakukan rekapitulasi nama, nomor batch, tanggal kedaluwarsa/expired
date, dan jumlah obat dalam berita acara
6. Melaporkan berita acara obat rusak atau kedaluwarsa setiap tahun

1.8 DISTRIBUSI SEDIAAN FARMASI DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI


Distribusi obat adalah suatu kegiatan pengeluaran dan penyerahan
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai secara merata dan teratur
untuk memenuhi sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan jaringan.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi sub unit
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis,
mutu, jumlah dan waktu yang tepat. Sub unit di Puskesmas dan jaringan
diantaranya:
1. UGD, Rawat Inap, poli Kesehatan Ibu Anak (KIA), Ruang Kamar Bersalin,
dan poli gigi.
2. Puskesmas Pembantu Kolursari.
3. Pos Pelayanan Desa (Polindes) Bendomungal, Pogar, Kauman, Gempeng,
Kresikan, dan Kidul dalem
Prosedur dalam pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai ke sub unit layanan dan jaringan Puskesmas sebagai berikut:
1. Menerima buku permintaan atau LPLPO dari sub unit atau jaringan
Puskesmas yang diserahkan ke gudang obat (maksimal tanggal 25 setiap
bulannya)
2. Mengevaluasi buku permintaan atau LPLPO sub unit atau jaringan yang
telah diterima
3. Mengecek ketersediaan obat di gudang induk puskesmas kemudian
menetapkan jenis dan jumlah sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
yang akan didistribusikan ke masing-masing sub unit atau jaringan.
4. Menyiapkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai jenis dan
jumlah yang telah ditetapkan.
5. Mencatat pengeluaran pada kartu stok.
6. Mendistribusikan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan kepada
petugas penanggung jawab sub unit dan jaringan Puskesmas.

A. RELOKASI OBAT ATAU BMHP KE PUSKESMAS LAIN


Relokasi adalah suatu kegiatan pemindahan obat atau bahan medis
habis pakai dari puskesmas satu ke puskesmas yang lain dalam rangka
memenuhi kekosongan obat dan bahan medis habis pakai di suatu
puskesmas. Prosedur relokasi obat atau bahan medis habis pakai ke
puskesmas lain sebagai berikut:
a. Menerima surat permohonan relokasi dari Puskesmas lain
b. Mengecek ketersediaan obat yang akan direlokasi
c. Menetapkan jenis dan jumlah obat yang akan direlokasikan
d. Menyiapkan obat yang akan direlokasikan sesuai yang telah ditetapkan
e. Mencatat pengeluaran obat yang akan direlokasikan kedalam kartu stok
dan LPLPO
f. Membuat SBBK (Surat Bukti Barang Keluar) mengetahui Kepala
Puskesmas
g. Menyerahkan obat yang akan direlokasi kepada puskesmas lain

1.9 PENCATATAN DAN PELAPORAN


Pencatatan dan pelaporan data obat di puskesmas merupakan
rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara
tertib, baik obat-obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan dan
digunakan di puskesmas maupun di unit pelayanan lainnya
1. Melakukan pencatatan dan pelaporan setiap terjadi mutasi sediaan obat
dan perbekalan kesehatan secara berkala setiap bulan
2. Melakukan pencatatan dan pelaporan setiap terjadi penemuan obat rusak
dan kadaluarsa secara berkala setiap bulan

3. Melakukan pencatatan dan pelaporan aktifitas pelayanan farmasi klinis


secara berkala setiap bulan
4. Mengarsipkan catatan terkait pengelolaan narkotika, psikotropika dan
prekursor pada lemari arsip khusus
5. Mengarsipkan seluruh catatan selama 5 (lima) tahun pada lemari arsip

1.10 PEMANTAUAN ATAU MONITORING OBAT EMERGENSI


1. Petugas farmasi melakukan monitoring obat emergensi di Poli Gigi, UGD
dan kamar bersalin setiap hari.
2. Petugas farmasi memeriksa kondisi tempat penyimpanan obat emergensi di
lemari obat/kotak emergensi apakah segel masih terpasang baik atau
tidak.
3. Jika obat emergensi kosong diganti dengan obat yang baru dan apabila
obat emergensi kedaluwarsa diganti dengan obat yang tanggal kedaluwarsa
masih lama.
4. Petugas kesehatan di Poli Gigi, UGD dan Kamar Bersalin mencatat setiap
penggunaan obat emergensi di buku pemakaian obat emergensi
BAB II
PELAYANAN FARMASI KLINIK

Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian


yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayan farmasi klinik meliputi:

2.1 PENGKAJIAN RESEP


Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter
hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi
pasien sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis
dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep,
peracikan obat sampai dengan penyerahan obat kepada pasien.
Prosedur pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan
administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis untuk pasien
rawat jalan, sebagai berikut:
1. Menerima resep pasien,
2. Memeriksa kelengkapan resep, yaitu:
a. Administrasi:
1. Nama Dokter Penulis resep
2. No. SIP/NIP (Khusus Narkotik dan atau Psikotropik)
3. Paraf dokter
4. Identitas pasien
5. No Rekam Medik
6. Tanggal Resep
b. Farmasetik.
1. Nama Obat, Bentuk dan kekuatan sediaan, Dosis dan jumlah Obat
2. Aturan dan cara penggunaan
c. Klinis
1. Ketepatan Indikasi, Obat, Dosis, dan Waktu/jam Penggunaan obat.
2. Duplikasi Pengobatan
3. Alergi dan Reaksi Obat Yang tidak dikehendaki
4. Kontra indikasi dan interaksi obat.
3. Memberi tanda centang (√) jika hasil pengkajian sesuai atau tanda (-) jika
hasil pengkajian tidak sesuai pada masing-masing hal yang dikaji
4. Mengkonsultasikan dengan dokter penulis resep bila ada hal yang perlu
dikonfirmasi didalam resep.
2.2 PEMBERIAN INFORMASI OBAT
1. Menerima resep pasien,
2. Memeriksa kelengkapan resep, yaitu:
a. Administrasi:
b. Farmasetik.
c. Klinis
3. Memberi tanda centang (√) jika hasil pengkajian sesuai atau tanda (-) jika
hasil pengkajian tidak sesuai pada masing-masing hal yang dikaji
4. Mengkonsultasikan dengan dokter penulis resep bila ada hal yang perlu
dikonfirmasi didalam resep.
5. Jika resep sudah sesuai maka petugas farmasi menyiapkan obat sesuai
dengan yang tertulis dalam resep dengan dilengkapi label obat dan
informasi.
6. Petugas farmasi memberikan tanda centang (√) “pelayanan informasi
obat” dibalik resep
7. Petugas farmasi melakukan double cek dengan petugas farmasi yang lain
sebelum obat diserahkan kepada pasien.
8. Petugas farmasi memanggil dan mencocokkan identitas pasien dengan
yang tertulis dalam resep
9. Sebelum obat diserahkan, petugas farmasi memberikan informasi tentang
penggunaan obat meliputi frekuensi penggunaan obat, jumlah obat yang
harus diminum, sebelum atau sesudah makan obat harus diminum dan
waktu yang tepat obat harus diminum
10. Penerima obat dengan segera menuliskan nama dan menandatangani
lembar “pelayanan informasi obat” setelah mengerti dan memahami
informasi yang disampaikan petugas farmasi

2.3 PELAYANAN INFORMASI OBAT


Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk
memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter,
perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
1. Mencatat pertanyaan terkait obat dari pihak yang membutuhkan informasi
melalui telepon, tatap muka, atau aplikasi pesan.
2. Mencari literatur atau referensi pendukung apabila diperlukan, secara
sistematis untuk menjawab pertanyaan;
3. Menjawab pertanyaan dengan jelas dan mudah dimengerti, tidak
mengandung bias, etis, dan bijaksana baik secara lisan maupun tertulis;
4. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi obat pada lembar
PIO.
2.4 REKONSILIASI OBAT
1. Mencatat data dan memverifikasi Obat yang sedang dan akan digunakan
pasien, meliputi nama Obat, dosis, frekuensi, rute, Obat mulai diberikan,
diganti, dilanjutkan dan dihentikan, riwayat alergi pasien serta efek
samping Obat yang pernah terjadi. Khusus untuk data alergi dan efek
samping Obat, dicatat tanggal kejadian, Obat yang menyebabkan
terjadinya reaksi alergi dan efek samping, efek yang terjadi, dan tingkat
keparahan.
2. Membandingkan data Obat yang pernah, sedang dan akan digunakan.;
3. Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan ketidaksesuaian
dokumentasi.
4. Melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga pasien atau
nakes mengenai perubahan terapi yang terjadi.

2.5 KESESUAIAN RESEP DENGAN FORMULARIUM


1. Setiap hari diambil sampling 1 lembar resep dari poli umum
2. Resep diatas dicatat didalam buku laporan POR
3. Didalam buku peresepan dilakukan analisa kesesuaian peresepan dengan
formularium
4. Jika resep sudah sesuai dengan formularium dalam buku peresepan di
beri tanda (√)
5. Jika tidak sesuai dengan formularium dalam buku formularium diberi
keterangan tidak sesuai

2.6 EVALUASI KETERSEDIAAN OBAT DENGAN FORMULARIUM


1. Petugas Farmasi melakukan pengambilan data Stok Opname 1 bulan
sekali
2. Petugas Farmasi menghitung dan mencatat total jumlah macam obat yang
masih ada digudang obat dari hasil data stok opname 1 bulan sekali (A)
3. Petugas Farmasi menghitung dan mencatat total jumlah macam obat yang
ada di formularium puskesmas (B)
4. Petugas Farmasi menghitung tingkat ketersediaan obat di puskesmas
dibandingkan formularium puskesmas (C)
5. Tingkat ketersediaan obat di puskesmas dihitung dengan membandingkan
jumlah macam obat yang tersedia di Puskesmas dengan jumlah macam
obat yang tercantum di formularium C= (A/B) x 100%
6. Petugas menyampaikan hasil evaluasi ketersediaan obat terhadap
formularium kepada Tim Mutu
7. Tim Mutu Puskesmas menindak lanjuti hasil evaluasi ketersediaan obat
terhadap formularium dengan melaporkan kepada tim Perencana
Kebutuhan Obat Terpadu
2.7 KONSELING
1. Konseling pasien rawat jalan
a. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien
b. Menulis identitas pasien (nama, jenis kelamin, tanggal lahir), nama
dokter, nama obat yang diberikan, jumlah obat, aturan pakai, waktu
minum obat (pagi, siang, sore, malam). Apabila terdapat informasi
tambahan lain, dituliskan pada keterangan.
c. Memastikan identitas pasien dengan cara menanyakan dengan
pertanyaan terbuka minimal dua identitas: nama lengkap dan tanggal
lahir
d. Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui Three
Prime Questions, yaitu:
(1) Apa yang disampaikan dokter tentang obat anda?
(2) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat anda?
(3) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan
setelah anda menerima terapi obat tersebut?
e. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada
pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat.
f. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
penggunaan obat
g. Memberikan informasi dan edukasi obat kepada pasien/ keluarga,
terutama untuk obat yang akan digunakan secara mandiri oleh pasien
mengenai: indikasi, dosis, waktu dan cara minum/ menggunakan obat,
hasil terapi yang diharapkan, cara penyimpanan obat, efek samping obat
jika diperlukan, dan hal-hal lain yang harus diperhatikan selama
penggunaan obat.
h. Meminta pasien/keluarga pasien untuk mengulangi penjelasan terkait
penggunaan obat yang telah disampaikan.
i. Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien
apoteker mendokumentasikan konseling dengan meminta tanda tangan
pasien sebagai bukti bahwa pasien memahami informasi yang diberikan
dalam konseling dengan menggunakan formulir Konseling.
j. Membuat laporan kegiatan konseling obat dan mengirimkannya bersama
laporan bulanan puskesmas

2. Konseling Rawat Inap


a. Menulis identitas pasien (nomor rekam medik, nama, jenis kelamin,
tanggal lahir), ruang rawat, nama dokter, nama obat yang diberikan,
jumlah obat, aturan pakai, waktu minum obat (pagi, siang, sore, malam),
dan instruksi khusus
b. Jika ada informasi tambahan lain dituliskan pada keterangan.
c. Menemui pasien/keluarga di ruang rawat atau di ruang konseling.
d. Memastikan identitas pasien dengan cara menanyakan dengan
pertanyaan terbuka minimal 2 identitas: nama lengkap dan tanggal lahir
atau nomor rekam medik
e. Mengidentifikasi dan membantu penyelesaian masalah terkait terapi obat
f. Memberikan informasi dan edukasi obat kepada pasien/ keluarga,
terutama untuk obat yang akan digunakan secara mandiri oleh pasien
mengenai: indikasi, dosis, waktu dan cara minum/ menggunakan obat,
hasil terapi yang diharapkan, cara penyimpanan obat, efek samping obat
jika diperlukan, dan hal-hal lain yang harus diperhatikan selama
penggunaan obat.
g. Meminta pasien/keluarga pasien untuk mengulangi penjelasan terkait
penggunaan obat yang telah disampaikan.
h. Membuat laporan kegiatan konseling obat dan mengirimkannya bersama
laporan bulanan puskesmas

Kepala UOBF
Puskesmas Bangil

INKHUD MUAWANAH
NIP. 19730324 200604 2 012

Anda mungkin juga menyukai