Anda di halaman 1dari 47

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasie


n yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai h
asil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. ( Peratura
n Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas)

Pengelolaan Obat dan


Bahan Medis Habis Pakai
Pelayanan
kefarmasia
n di Pelayanan Farmasi Klinik
Puskesmas termasuk di dalamnya
Penggunaan Obat Rasional
Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Pengelolaan Obat - Perencanaan


dan Bahan Medis - Pengadaan
Habis Pakai
- Penerimaan dan Penyimpanan
merupakan salah
satu kegiatan - Penyimpanan dan Distribusi Obat
pelayanan - Penggunaan Obat, Pencatatan , Pelaporan
kefarmasian, yang
- Pemberdayaa Masyarakat dalam
terdiri atas: Penggunaan Obat

- Pengendalian Mutu Yan Kefarmasian


Tujuan Pengelolaan Obat dan BMHP

menjamin kelangsungan ketersediaan, pemerataan


dan keterjangkauan obat dan BMHP yang efektif, efi
sien dan rasional, dengan mutu yang terjaga dan me
laksanakan pengendalian mutu pelayanan
Tahunan

Perencanaan
Permintaan per
periode

Penggunaan
Hasil
Permintaan
Pengadaan
Dukungan
Manajemen Pembelian

Distribusi
Penyimpanan
Penerimaan

Hukum, Kebijakan, Peraturan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 10/23/2021 5


Perencanaan

 Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan seleksi obat dan b


ahan medis habis pakai untuk menentukan jenis dan jumlah obat
dalam rangka pemenuhan kebutuhan obat di Puskesmas.
 Seleksi obat mengacu kepada Formularium Nasional.
Perencanaan Kebutuhan
TAHUNAN
Desk
Pusat Desk Pusat
Program
dengan
Provinsi
(Program,
Farmalkes) Farmalkes
dengan Provinsi

Kab./Kota
Puskesmas 1. TEPAT JENIS
DAN
JUMLAH
PERMINTAAN PERIODIK KE IFK 2. EFISIEN
3. POR
MENGGUNAKAN LPLPO TERLAKSANA
• MEMPERHITUNGKAN STOK OPTIMUM : LEAD TIME, BUFFER STOK,
KEKOSONGAN OBAT, PEMAKAIAN RATA-RATA PER HARI
• TREND KUNJUNGAN DAQN POLA PENYAKIT
Pengadaan

Pengadaan di Puskesmas bisa diartikan


lebih luas sebagai proses penyediaan
barang, secara teknis merupakan realisasi
perencanaan menjadi ketersediaan obat

Hasil permintaan pembelian


ke Instalasi Farmasi menggunakan dana
Kabupaten/Kota kapitasi Puskesmas
Sesuai Permenkes No. 21/2016 tentang Penggunaan Dana Kapit
asi Jaminan Kesehatan Nasional untuk Jasa Pelayanan Kesehatan
dan Dukungan Biaya Operasional pada Fasilitas Kesehatan Tingk
at Pertama Milik Pemerintah Daerah pasal 3 bahwa
 Dana Kapitasi yang diterima oleh FKTP dari Badan Penyelengg

ara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) dimanfaatkan s


eluruhnya untuk:
a. pembayaran jasa pelayanan kesehatan (minimal 6
0%)
b. dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 10/23/2021 9


Penyimpanan
 Obat yang dikirimkan oleh Instalasi Farmasi maupun hasil pen
gadaan dengan dana kapitasi, sebelum disimpan, harus dilaku
kan proses penerimaan oleh petugas pengelola obat atau petu
gas lain yang diberi kuasa oleh Kepala Puskesmas
 Tujuan penyimpanan:

Memelihara dan menjamin mutu


Menjamin keamanan persediaan
Memudahkan dalam melakukan pencarian & penga
wasan
Mengendalikan stok
ASPEK KHUSUS YG PERLU DIPERHA
TIKAN

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 10/23/2021 11


Obat High Alert
 Obat High Alert adalah obat yang perlu diwaspadai :
menyebabkan terjadinya kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), dan berisiko tinggi menyebabk
an dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome). Obat yang perlu diwaspadai terdiri atas:

1) Obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error) dapat mengakibatkan kem
atian atau kecacatan seperti insulin, atau obat antidiabetik oral.
2) Obat dengan nama, kemasan, label, penggunaan klinik tampak/kelihatan sama (look alike) da
n bunyi ucapan sama (sound alike) biasa disebut
 LASA, atau disebut juga Nama Obat dan Rupa Ucapan Mirip (NORUM). Contohnya tetrasiklin dan

tetrakain.
3) Elektrolit konsentrat seperti natrium klorida dengan konsentrasi lebih dari 0,9% dan magnes
ium sulfat dengan konsentrasi 20%, 40% atau lebih.

Daftar obat berisiko tinggi ditetapkan oleh Puskesmas dengan

mempertimbangkan data dari referensi dan data internal di Puskesmas

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 10/23/2021 12


Obat Narkotika, Psikotropika dan Prekursor

Peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan Narkotika,


Psikotropika, dan Prekursor Farmasi harus sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 3 tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan,
Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi. Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi harus disimpan
dalam lemari khusus dan menjadi tanggungjawab apoteker penanggung
jawab. Lemari khusus tempat penyimpanan narkotika, psikotropika dan
prekusor farmasi memiliki 2 (dua) buah kunci yang berbeda, satu kunci
dipegang oleh apoteker penanggung jawab, satu kunci lainnya dipegang
oleh tenaga teknis
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 10/23/2021 13
Obat kegawatdaruratan medis

 Penyimpanan obat kegawatdaruratan medis harus diperhatikan


dari sisi kemudahan, ketepatan dan kecepatan reaksi bila t
erjadi kegawatdaruratan. Penetapan jenis obat kegawatdarur
atan medis termasuk antidot harus disepakati bersama antar
a apoteker/tenaga farmasi, dokter dan perawat. Obat kegawa
tdaruratan medis digunakan hanya pada saat emergensi dan d
itempatkan di ruang pemeriksaan, kamar suntik, poli gigi, r
uang imunisasi, ruang bersalin dan di Instalasi Gawat Daru
rat/IGD.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 10/23/2021 14


 Gambar 2. Contoh Obat  Gambar 3. Contoh Tas
 Gambar 1. Contoh l LASa yang disimpan dan dan KIT eemergensi yang
emari penyimpanan tdk berdekatan dan diberi dilengkapi dengan kunci
Label LASA
Obat High Alert

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 10/23/2021 15


DISTRIBUSI
PUSKESMAS

METODA : PUSH/PULL
FREKWENSI DISTRIBUSI SARANA DISTRIBUSI:
MAMPU MENJAGA MUTU
OBAT
PERTIMBANGAN : PEMAKAIAN
RATA2, SISA STOK, POLA
PENYAKIT, JML KUNJUNGAN

SUB UNIT
PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia 10/23/2021 16
Penggunaan Obat

Data penggunaan obat periode sebel


umnya akan digunakan untuk mengh
itung perencanaan kebutuhan period
e selanjutnya

Metode Metode
morbiditas konsumsi
Pencatatan dan Pelaporan
 Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas merup
akan rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan o
bat-obatan secara tertib, baik obat-obatan yang diterima,
disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas da
n/ atau unit pelayanan lainnya:
 LPLPO
 Ketersediaan Obat Indikator di Puskesmas
 Laporan lain (Keuangan, BMD, dll)
Petunjuk Pengisian telah tercantum dalam Juknis Tata Laksana Indikator Kinerja Tata Kelola Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan dan telah dibagikan ke seluruh Dinas Kesehatan
Evaluasi Pengelolaan Obat dan BMHP
Indikator Pengelolaan Obat di Puskesmas antara lain:
1. Kesesuaian item obat yang tersedia dengan Formularium Nasional
2. Tingkat ketersediaan obat
3. Prosentase dan nilai obat rusak/kadaluarsa
4. Rata-rata bobot variasi persediaan
5. Rata-rata waktu kekosongan obat
6. Persentase obat tidak diresepkan
PELAYANAN FARMASI KLINIK

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 10/23/2021 21


- Pengkajian dan Pelayanan Resep

- Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan - Konseling
Farmasi Klinik - Visite Pasien (Pusk dengan rawat inap)

- Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

- Pemantauan Terapi Obat (PTO)

- Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)


Pengkajian & Pelayanan
Resep

a. menyiapkan/ meracik obat


b. memberikan label/ etiket
c. menyerahkan sediaan farmasi dengan
informasi yang memadai disertai
pendokumentasian.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 10/23/2021 23


Pelayanan Informasi
Obat
a. memberikan dan menyebarkan informasi
b. menjawab pertanyaan dari pasien/ nakes
c. membuat buletin, leaflet, poster dll
d. melakukan penyuluhan ke pasien & masyarakat.
e. pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga
f. mengkoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan pel
ayanan kefarmasian

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 10/23/2021 24


Konseling

adalah suatu Memberikan pemahaman tentang


proses untuk - tujuan pengobatan
mengidentifikasi - jadwal pengobatan
dan penyelesaian - cara dan lama penggunaan
masalah pasien - efek samping
yang berkaitan - tanda-tanda toksisitas
dengan - cara penyimpanan
penggunaan obat - cara penggunaan obat

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 10/23/2021 25


INDIKATOR PELAYANAN KEFARMASIAN
Persentase Puskesmas yang melakukan
Pelayanan Kefarmasian sesuai standar.
Puskesmas yang sesuai standar didefinisikan sebagai Puskesmas yang melak
ukan Pemberian Informasi Obat dan/atau Konseling yang terdokumentasi.

Puskesmas yang melakukan POR


Persentase penggunaan antibiotik pada penatalaksanaan kasus ISPA non-
pneumonia, diare non-spesifik, penggunaan injeksi pada penatalaksanaan
kasus myalgia, dan rerata item obat perlembar resep di Puskesmas, terhadap
seluruh kasus ISPA non-pneumonia, diare non-spesifik dan Myalgia di sarana
yang sama
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia 10/23/2021 26
Formulir Pelayanan Informasi Obat
No. …..... Tanggal : ……… Waktu : …… Metode : Lisan/ Tertulis/ Telepon )*

1. Identitas Penanya
Nama ………………………………………………….. No. Telp. ………………………………
Status : Pasien/ Keluarga Pasien/ Petugas Kesehatan (………………………………………..)*

2. Data Pasien
Umur : …….tahun; Tinggi : ….... cm; Berat : ………kg; Jenis kelamin : Laki laki/
Perempuan )* Kehamilan : Ya (……minggu)/ Tidak )* Menyusui : Ya/ Tidak )*

3. Pertanyaan
Uraian Pertanyaan :
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
Jenis Pertanyaan:

Identifikasi Obat Stabilitas Farmakokinetika

Interaksi Obat Dosis Farmakodinamika

Harga Obat Keracunan Ketersediaan Obat

Kontra Indikasi Efek Samping Obat Lain-lain

Cara Pemakaian Penggunaan …………………..


Terapeutik

4. Jawaban
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………......

5. Referensi
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………

6. Penyampaian Jawaban : Segera/ Dalam 24 jam/ Lebih dari 24 jam )*


Apoteker yang menjawab : ………………………………………………………………………… Tanggal : ……………………………… Waktu : ………………………………….
Metode Jawaban : Lisan/Tertulis/Telepon )*

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 10/23/2021 27


Lembar Catatan Pemberian Informasi Obat
Form. Informasi Obat

LEMBAR P ENCATATAN
PEMBERIAN INFORMAS I OBAT P AS IEN
P US KES MAS _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Ha ri/Tg l :

PARAF PETUG AS
P A R A F P A S IE N
K O N T R A IN D IK A S I

E F E K S A M P IN G
P E N Y IM P A N A N
P E NUNJANG
INFORMASI YANG DIBERIKAN

CARA PAKAI
NAM A OBAT

S T A B IL IT A S

IN T E R A K S I

L A I N -L A IN
IN D IK A S I
S E D IA A N

D O S IS
NAMA
NO UMUR POLI Dx
PASIEN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1                                  
2                                  
3                                  
4                                  
5
6
7
8
9
10
ds t                                  

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 10/23/2021 28


Form Pencatatan Pengobatan Pasien

29
Pelaporan pemberian informasi merupakan
rekapitulasi pemberian informasi obat yang
Format Laporan
Pelayanan Kefarmasian dilakukan dalam jangka waktu 1 bulan.
di Puskesmas Hasil rekapitulasi dilaporkan secara
berjenjang kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan tembusan Dinas
Kesehatan Provinsi dan Direktorat
Pelayanan Kefarmasian

10/23/2021 30
Format Laporan Bulanan Pelaya
nan Kefarmasian di Puskesmas

10/23/2021 31
SUB POKOK BAHASAN 3

PENGGUNAAN OBAT RASIONAL

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 10/23/2021 32


Penggunaan Obat Rasional

pasien menerima obat yang tepat


untuk kebutuhan klinis,
Penggunaan
dalam dosis yang memenuhi
obat kebutuhan,
dikatakan
rasional, bila:
untuk jangka waktu yang cukup, dan

pada biaya yg terjangkau untuknya


(individu) dan
komunitas/masyarakat
PRINSIP PENGGUNAAN OBAT RASIONAL

PENILAIAN KONDISI PASIEN BIAYA


TERJANGKA
U
DIAGNOSIS
MEDICATION
INDIKASI SAFETY

TEPAT JENIS OBAT


PRACTICE
A KE
D PA
S PA PA TUH
WA ESO
SIE AN
N
DOSIS, CARA & DURASI

INFORMASI ESO : Efek Samping Obat


34
Indikator POR (WHO)
INDIKATOR PERESEPAN
• RERATA JUMLAH ITEM OBAT DALAM RESEP INDIKATOR


% PERESEPAN DG NAMA GENERIK
% PERESEPAN DG ANTIBIOTIK PERAN PRESCRIBER INTI
• % PERESEPAN DG SUNTIKAN (yanmed)
• % PERESEPAN YG SESUAI DOEN
INDIKATOR TAMBAHAN
INDIKATOR PELAYANAN
• Persentase pasien yang
• RERATA WAKTU KONSULTASI PERAN DISPENSER
• RERATA WAKTU PENYERAHAN OBAT diterapi tanpa obat
(pelayanan farmasi
• % OBAT YG SESUNGGUHNYA DISERAHKAN klinik) • Rerata biaya obat tiap
• % OBAT YG DILABEL SECARA ADEKUAT peresepan
• Persentase pasien yang
INDIKATOR FASILITAS puas dengan pelayanan
• PENGETAHUAN PASIEN TTG DOSIS YG BENAR
PENUNJANG yang diberikan
• KETERSEDIAAN DAFTAR OBAT ESENSIAL
• KETERSEDIAAN KEY DRUGS
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM POR NASIONAL
% AB ISPA Non Batas toleransi
INDIKATOR Pneumonia 20 %
KINERJA
PROGRAM POR
NASIONAL % AB pada Diare Batas toleransi
Non Spesifik 8%

% Injeksi Pada Batas toleransi


INDIKATOR Myalgia 1%
PERESEPAN DI
PUSKESMAS
% Rerata Jumlah Batas toleransi
Item Obat/Resep 2,6 item
*Indikator WHO lainnya tetap diukur, tapi tidak mjd indikator POR Nasional 36
PENINGKATAN POR DI PUSKESMAS
Peningkatan POR di Fasyankes
• Peresepan obat secara rasional  sesuai pedoman pengobatan
• Penerapan Regulasi/Kebijakan POR  DOEN, FORNAS, Pedoman Umum
Pengg AB, dll
• Bimbingan teknis POR  kerjasama dengan Dinkes Kab/Kota dan organisasi
profesi
• Lokakarya Mini  Nakes (Dokter, Apoteker, Bidan, AA, Perawat & Nakes lain
yang terlibat)
Peningkatan POR pada Masyarakat
• Edukasi dan pemberdayaan masyarakat terkait POR melalui GeMa
CerMat
• Kerjasama lintas program dan lintas sektor (Promkes, institusi pendidikan,
organisasi kemasyarakatan, organisasi kepemudaan, organisasi lainnya)
• Penyebaran informasi pada masyarakat & Nakes melalui media

Pemantauan dan Evaluasi POR


• Pemantuan berkala (indikator kinerja POR), survei berkala  peresepan obat
pada 3 penyakit
• Hasil pemantauan dibahas oleh internal Puskesmas dan dilakukan evaluasi
dan intervensi
FORM PELAPORAN INDIKATOR
PENGGUNAAN OBAT RASIONAL
FORM-1
FORMULIR PELAPORAN INDIKATOR PERESEPAN ISPA NON PNEUMONIA

Puskesmas : …………………………………………………………..
Kabupaten : ………………………………………………………….. Bulan : …………………………
Provinsi : ………………………………………………………….. Tahun : …………………………

Jumlah Item Antibiotik Lama Pemakaian Sesuai Pedoman


Tgl No. Nama Umur Nama Obat Dosis Obat
Obat Ya/Tidak (hari) Ya/Tidak
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) ( 10 )

          a.      
        b.      
1
          c.      
          d.      
          a.      
          b.      
2
          c.      
          d.      
        a.      
          b.      
3
          c.      
          d.      
  Total Item Obat A B

N=   Rerata Item Obat/ Lembar A / N


Resep  
  Persentase AB   B / N x 100 %
           
FORM-2
FORMULIR PELAPORAN INDIKATOR PERESEPAN DIARE NON SPESIFIK

Puskesmas : …………………………………………………………..
Kabupaten : ………………………………………………………….. Bulan : …………………………
Propinsi : ………………………………………………………….. Tahun : …………………………

Jumlah Antibiotik Lama Pemakaian Sesuai Pedoman


Tgl No. Nama Umur Nama Obat Dosis
Item Obat Ya/Tidak (hari) Ya/Tidak
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (8) (9) ( 10 ) ( 11 )
          a.      
        b.      
1
          c.      
          d.      
          a.      
          b.      
2
          c.      
          d.      
        a.      
          b.      
3
          c.      
          d.      
          a.      
          b.      
4
          c.      
          d.      
          a.      
          b.      
dst
          c.      
          d.      
  Total Item Obat A B
Rerata Item Obat/ Lembar
N=   A/ N
Resep  
      Persentase AB   B / N x 100 %
FORM-3
FORMULIR PELAPORAN INDIKATOR PERESEPAN MYALGIA
Puskesmas : …………………………………………………………..
Kabupaten : ………………………………………………………….. Bulan : …………………………
Propinsi : ………………………………………………………….. Tahun : …………………………

Lama
Jumlah Item Injeksi Sesuai Pedoman
Tgl No. Nama Umur Nama Obat Dosis Pemakaian
Obat Ya/Tidak Ya/Tidak
(hari)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (8) ( 9) ( 10 ) ( 11 )
          a.      
        b.      
1
          c.      
          d.      
          a.      
          b.      
2
          c.      
          d.      
        a.      
          b.      
3
          c.      
          d.      
          a.      
          b.      
4
          c.      
          d.      
          a.      
          b.      
dst
          c.      
          d.      
  Total Item Obat A B
N=   Rerata A/N  
      Persentase Injeksi   B / N x 100 %
LAPORAN a. Pemberdayaan Masyarakat melalui
INDIKATOR PENGGUNAAN OBAT RASIONAL GeMa CerMat
DI PUSKESMAS Penggunaan obat yang rasional merupakan salah satu
langkah dalam upaya pembangunan kesehatan untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan di setiap
fasilitas pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu,
sehingga tercapai keselamatan pasien (patient safety).
Rerata Item / lembar Resep
 
  Menurut WHO, penggunaan
  obat dikatakan rasional
% Penggunaan
Antibiotikapabila
pada Diare pasien menerima obat yang sesuai dengan
NO % Penggunaan Antibiotik % Penggunaan Injeksi pada
pada ISPA Non-Pneumonia Myalgia        
kebutuhan klinisnya, dalam dosis ISPA
Non-Spesifik
yang sesuaiDiaredengan Myalgia Rata-rata

  (1)
kebutuhan,
(2)
dan dalam(3)
periode waktu
(4)
yang (5)adekuat. (6) (7)
      Diperkirakan   di seluruh dunia   lebih dari  50 % obat   
diresepkan dan digunakan secara tidak tepat, termasuk di
Indonesia. Sampai dengan tahun 2013, hasil pemantauan
dan evaluasi peresepan di fasilitas kesehatan dasar
(Puskesmas) menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik
Puskesmas melakukan pencatatan padadan pelaporan
penyakit ISPAindikator POR secara
Non Pneumonia danberjenjang.
Diare NonPuskesmas membuat
rekapitulasi data indikator peresepan per triwulan, untuk dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, paling
Spesifik masih cukup tinggi, yaitu mendekati 50%.
lambat tanggal 4.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 10/23/2021 41


Pemberdayaan Masyarakat melalui GeMa CerMat
pada tahun 2015 telah
dicanangkan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (GeMa CerMat) melalui SK Menkes
No. HK.02.02/Menkes/427/2015 tentang Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat. Gerakan
ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan masyarakat
dalam memilih, mendapatkan, menyimpan dan menggunakan obat dengan benar. Pelaksanaan
gerakan ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan yang terkait. Keterlibatan lintas sektor ini
diharapkan dapat menunjang keberhasilan dan pencapaian tujuan Gerakan. Kegiatan GeMa CerMat
dilaksanakan di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota dengan mengacu pada pedoman
pemberdayaan masyarakat dalam penggunaan obat rasional sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Kegiatan dilaksanakan di Kabupaten/ Kota berupa pertemuan sosialisasi
meliputi kegiatan pembekalan Apoteker Agent of Change, pemberian materi edukasi masyarakat

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 10/23/2021 42


Ontoh Edukasi ke Masyarakat

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 10/23/2021 43


PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN
 Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan untuk
mencegah terjadinya masalah terkait Obat atau mencegah terjadinya
kesalahan
 pengobatan atau kesalahan pengobatan/medikasi (medication error), y
ang bertujuan untuk keselamatan pasien (patient safety).
 Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian terintegrasi dengan progr
am pengendalian mutu pelayanan kesehatan Puskesmas yang dilaksana
kan secara berkesinambungan.
 Kegiatan pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian meliputi:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 10/23/2021 44


Mutu yang diharapkan dalam kefarmasian
a. Perencanaan,
yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan evaluasi untuk peningkatan mutu sesuai
standar.
b. Pelaksanaan, yaitu:
1) Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana (membandingkan antara capaian dengan re
ncana kerja); dan
2) memberikan umpan balik terhadap hasil capaian.
c. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu:
3) melakukan perbaikan kualitas pelayanan sesuai standar; dan
4) meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan.

Monitoring dapat dilakukan oleh tenaga kefarmasian yang melakukan proses. Aktivitas monitoring
perlu direncanakan untuk mengoptimalkan hasil pemantauan.
Contoh: monitoring pelayanan resep, monitoring penggunaan Obat, monitoring kinerja tenaga ke
farmasian.
 Untuk menilai hasil atau capaian pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian, dilakukan evaluasi. Evaluas
i dilakukan terhadap data yang dikumpulkan yang diperoleh melalui metode berdasarkan waktu, car
a, dan teknik pengambilan data.
 Evaluasi dilaksanakan melalui audit (contoh: audit pelaksanaan sistem manajemen mutu) dan Revie
w (pengkajian) (contoh: kajian penggunaan antibiotik).

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 10/23/2021 45


Kesimpulan

Apoteker/Tenaga Kefarmasian yang bekerja di P


uskesmas mempunyai peran yang sangat strate
gis dalam peningkatan penggunaan obat rasion
al.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 10/23/2021 46


Referensi

 Peraturan Presiden Nomor 54/2010 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerin


tah
 Peraturan Menteri Kesehatan No. 21 tahun 2016 tentang Penggunaan Dana K
apitasi JKN untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional
pada Faskes Tk. I Milik Pemerintah Daerah
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayana
n Kefarmasian di Puskesmas
 Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Puskesmas, Direktorat Bina Obat
Publik, 2010
 Modul Penggunaan Obat Rasional, Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian, 20
15
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia 10/23/2021 47
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai