Anda di halaman 1dari 116

n

BUKUAKADEMIK
PANDUAN
BUKU PANDUAN

PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1


PROGRAM STUDI ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU RSUD.
ARIFIN AHMAD

Edisi ke-1, tahun 2022

Penyusun:

Diterbitkan oleh:
Departemen / Bagian Anestesiologi dan Terapi
Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Riau
RSUD Arifin Amad
2022
KATA PENGANTAR DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS RIAU

Visi Fakultas Kedokteran Universitas Riau adalah menjadi fakultas kedokteran berbasis riset
dengan unggulan kesehatan wilayah pesisir dan perbatasan di kawasan ASEAN pada tahun
2035. Sejalan dengan itu dalam kurun 2 dasawarsa usianya saat ini Fakultas Kedokteran
Universitas Riau secara terus menerus mengupayakan berbagai usaha untuk mengembangkan
sarana dan fasilitas, pengembangan mutu dan jumlah SDM, pembukaan program studi baru
dan pembinaan kerjasama lintas sektoral.

Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Riau berdiri
sebagai jawaban dari tantangan kebutuhan tenaga ahli anestesiologi di Indonesia yang sudah
sangat mendesak terutama di lingkungan regional sumatera bagian Tengah disamping
pemenuhan upaya mengemban salah satu misi fakultas yaitu pengembangan diri dengan
membuka program studi baru.

Untuk menjamin kualitas proses belajar mengajar dan sebagai pedoman peserta didik dan
penyelenggara pendidikan, maka bagian Anestesiologi Dan Terapi Intensif, dalam usianya
yang relatif muda, dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan dan Standar
Kompetensi Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif tahun 2021 yang diterbitkan
oleh Konsil Kedokteran Indonesia yang telah berhasil menyusun buku panduan institusi
Pendidikan Dokter Spesialis-1 Anestesiologi dan Terapi Intensif. Kami berharap buku ini
akan dipedomani dengan baik dan dievaluasi secara terus menerus sehingga selalu up to date
sesuai dengan kebutuhan.

Untuk semua upaya yang telah berhasil dilaksanakan, kami selaku pimpinan Fakultas
menucapkan selamat dan sekaligus ucapan terimakasih kepada Bagian Anestesi dan Terapi
Intensif. Semoga apa yag kita cita-citakan bersama dapat tercapai dengan pertolongan Tuhan
YME.

Dekan Fakultas Kedokteran


Universitas Riau

dr. Arfianti, M.Biomed, PhD


KATA PENGANTAR KEPALA DEPARTEMEN/BAGIAN
ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF FK UNRI – RSAA

Assalamualaikum Wr.Wb,
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga revisi Buku Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi dan
Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Riau Palembang ini dapat diselesaikan. Buku
panduan ini diharapkan menjadi acuan bagi pelaksanaan proses pendidikan dokter spesialis
Anestesiologi dan Terapi Intensif yang telah disesuaikan dengan kurikulum yang telah
ditetapkan oleh Kolegium Anestesi dan Terapi Intensif Indonesia (KATI) dan disahkan oleh
Konsil Kedokteran Indonesia.

Pendidikan kedokteran pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan mutu kesehatan bagi
seluruh masyarakat. Pendidikan dokter adalah pendidikan akademik dan profesi yang
menghasilkan dokter umum, sedangkan pendidikan dokter spesialis adalah suatu program
pendidikan untuk mencapai kompetensi tertentu dan merupakan jenjang pendidikan lanjut
pendidikan dokter.

Buku panduan ini disusun berdasarkan acuan normatif yang berlaku di lingkungan Universitas
Riau (UNRI), acuan normatif yang berlaku di lingkungan organisasi profesi (PERDATIN)
khususnya, Kolegium Anestesi dan Terapi Intensif (KATI), dan acuan normatif yang berlaku
di lingkungan RSUD Arifin Ahmad.

Buku panduan ini sangat jauh dari kesempurnaan dan memuaskan berbagai pihak, masukan
dan saran sangat diharapkan untuk lebih menyempurnakan pengelolaan dan pelaksanaan
proses belajar mengajar peserta program di Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif.

Ketua Bagian/Departemen Anestesi dan Terapi Intensif


Fakultas Kedokteran Universitas Riau

dr.Sony, Sp.An, M.Kes


KATA PENGANTAR KETUA PROGRAM STUDI
ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF FK UNRI – RSAA

Buku panduan ini disusun berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Dokter


Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif yang telah disepakati dan berlaku di
seluruh pusat Pendidikan Spesialis Anestesi dan Terapi Intensif berdasarkan
Perkonsil No.37 tahun 2016 dan No.38 tahun 2016.

Sesuai dengan judulnya, buku ini berisi rincian proses belajar mengajar di Program
Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unri agar peserta
didik dapat mencapai kompetensi yang memiliki integritas keilmuan yang tinggi dan
profesional.

Proses belajar mengajar dapat berlangsung baik tentunya memerlukan perangkat


pendidikan mulai dari sistem pendidikan, kurikulum yang terpadu dan selaras,
perangkat pendukung seperti staf pengajar, serta kelengkapan sarana pendidikan.

Semoga Allah SWT dapat mewujudkan apa yang kita cita-citakan bersama. Amin.

Ketua Program Studi Anestesi dan Terapi Intensif


Fakultas Kedokteran Universitas Riau

Dr. Novita Anggraeni Sp.An, KIC, M.Kes


DAFTAR SINGKATAN

Dirjen Direktorat jenderal


IPDS Institusi Pendidikan Dokter Spesialis KKNI
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
KATI Kolegium Anestesi dan Terapi Intensif Indonesia
KPS Ketua Program Studi
UNRI Universitas Riau
PERDATIN Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi
Intensif
PERKONSIL Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia
PPDS Program Pendidikan Dokter Spesialis
RSAA Rumah Sakit Arifin Ahmad
RSUD Rumah Sakit Umum Daerah
WHO World Health Organization
EKG Elektrokardiografi
USG Ultrasonografi
THT Telinga Hidung Tenggorokan
MKB Mata Kuliah Keahlian Berkarya
MKK Mata Kuliah Keahlian
MPK Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
SKS Satuan Kredit Semester
MPB Mata Kuliah Perilaku Berkarya
MBB Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat
ICU Intensive Care Unit
PACU Post Anesthesia Care Unit RJPO
Resusitasi Jantung Paru Otak RR
Recovery Room
HCU High Care Unit
CRRT Continuous Renal Replacement Therapy
NICU Neonatus Intensive Care Unit
PICU Pediatric Intensive Care Unit
IPSG International Patient Safety Goals
COPD Chronic Obstructive Pulmonary Disease
DM Diabetes Mellitus
MKDU Mata Kuliah Dasar Umum
MKDK Mata Kuliah Dasar Keahlian
KKSD Keterampilan Klinis Spesialis Dasar
PTC Primary Trauma Care
ALS Advanced Life Support
ACLS Advanced Cardiac Life Support
CVC Central Venous Catheter
KKSL Keterampilan Klinis Spesialis Lanjut
KPS Ketua Program Studi
SPS Sekretaris Program Studi
KBB Kedokteran Berbasis Bukti
Mini-PAT Mini-Peer Assessment Tool
DOPS Direct Observation Procedural Skill
CbD Case-based Discussion
KUN Komisi Ujian Nasional
OSCE Objective Structured Clinical Examination
MPL Minimum Passing Level
BLS Basic Life Support
PS Program Studi
PUN Penguji Ujian Nasional
IPK Indeks Prestasi Kumulatif
GELS General Emergency Life Support
IDI Ikatan Dokter Indonesia
PTT Pegawai Tidak Tetap
SKKB Surat Keterangan Berkelakuan Baik
PDPT Pangkalan Data Perguruan Tinggi
SULIET Riau University Language Institute English Test
DAFTAR ISI

SK DEKAN TENTANG BUKU PANDUAN PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS -


1 PROGRAM STUDI ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF

iii

KATA PENGANTAR DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS


RIAU

iv

KATA PENGANTAR KEPALA DEPARTEMEN / BAGIAN


ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF FK UNRI – RSAA

KATA PENGANTAR KETUA PROGRAM STUDI ANESTESIOLOGI DAN


TERAPI INTENSIF FK UNRI – RSAA vi

DAFTAR SINGKATAN vii

DAFTAR ISI x

BAB I VISI , MISI, DAN TUJUAN 1

BAB II STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PROFESI ANESTESIOLOGI DAN


TERAPI INTENSIF 2

BAB III STANDAR PENDIDIKAN 23

BAB IV ORGANISASI MATERI 34

BAB V MONITORING DAN EVALUASI 39


BAB VI EVALUASI HASIL BELAJAR 40

BAB VII PESERTA DIDIK 57


BAB VIII DOSEN / STAF PENGAJAR 73

BAB IX SUMBER DAYA PENDIDIKAN 79

BAB X PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 81

BAB XI PENYELENGGARA PROGRAM DAN ADMINISTRASI


PENDIDIKAN 83

BAB XII EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN 89

BAB XIII PROGRAM ADAPTASI 91

BAB XIV PEMBARUAN BERKESINAMBUNGAN 95

BAB XV PENUTUP 96

LAMPIRAN
BAB I
VISI, MISI, DAN TUJUAN

VISI
Menjadi Program Studi riset unggul bermartabat di bidang saintek Anestesi
Emergensi dan Perawatan Pasien Kritis di kawasan ASEAN pada tahun
2035.

MISI
1. Menyelenggarakan tri dharma perguruan tinggi yang unggul dalam bidang
sains dan teknologi kedokteran dan kesehatan.
2. Melaksanakan tata kelola fakultas kedokteran yang bermartabat.
3. Mengembangkan potensi keunggulan mahasiswa kedokteran dan kesehatan.
4. Mengembangkan pusat informasi yang andal dan menerapkan inovasi di
bidang kedokteran dan kesehatan bagi kepentingan masyarakat.

TUJUAN
1. Menghasilkan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat yang unggul di bidang Saintek kedokteran dan kesehatan di
Asia Tenggara.
2. Mewujudkan tata kelola fakultas kedokteran yang baik.
3. Menghasilkan mahasiswa dan lulusan yang berkarakter dan kompeten
di Bidang Saintek kedokteran dan kesehatan.
4. Menyediakan kepakaran, keunggulan, dan inovasi pelayanan berbasis
sistem informasi untuk mengatasi permasalahan Kesehatan masyarakat.
BAB II
STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
PROFESI ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF

2.1 Profil Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif


Dokter spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif lulusan Program
Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNRI bekerja di Indonesia harus
mempunyai kualitas bintang lima (WHO five star doctor) dengan peran dan
ciri sebagai berikut:
1. Care Provider
Lulusan mampu memberikan layanan anestesi paripurna (baik secara
fisik, psikologis, sosial, kultural, spiritual) dan aman berstandar nasional
dan internasional.
2. Communicator
Lulusan mampu menjalin komunikasi medis persuasif antar individual
baik dengan pasien, keluarga pasien, komunitas/ masyarakat, paramedis
dan sejawat intra/ multidisiplin/ institusional dalam rangka
mengutamakan kesehatan penderita.
3. Decision maker
Lulusan mampu menjadi pengambil keputusan yang terbaik untuk
keselamatan dan keamanan penderita dengan tetap mempertimbangkan
aspek sosial, spiritual dan kultural saat dihadapkan dengan suatu pilihan
yang sulit dan keterbatasan sarana dan prasarana.
4. Manager
Lulusan memiliki kemampuan manajerial sehingga mampu mengelola
suatu sistim kerjasama multidisiplin yang konstruktif dalam penentuan
keputusan medis yang terbaik bagi individual, komunitas dan institusi.
5. Community Leader
Lulusan mempunyai kemampuan sebagai pemimpin layanan
Anestesiologi dan Terapi Intensif yang baik terutama dalam hal
pencegahan, terapi, rehabilitasi, dan pengembalian fungsi sebagai
individu seutuhnya, sehingga mampu mendorong membuat suatu sistem
pelayanan lebih baik.
6. Researcher
Lulusan mampu menghasilkan penelitian yang berkualitas, bermanfaat
dan manusiawi dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan pelayanan anestesi

2.2 Standar Kompetensi


Standar kompetensi program studi Anestesiologi dan Terapi Intensif
terdiri atas 7 (tujuh) area kompetensi yang diturunkan dari gambaran tugas,
peran dan fungsi seorang dokter spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif.
Setiap area kompetensi dijabarkan lebih lanjut menjadi kemampuan yang
kemudian disebut sebagai kompetensi inti:
1. Area Etika Profesionalisme dan Patient safety
Kompetensi untuk selalu berperilaku profesional dalam praktik
kedokteran mendukung kebijakan kesehatan, bermoral dan beretika serta
memahami isu-isu etik maupun aspek medikolegal dalam praktik
kedoktran dan menerapkan program patient safety.
2. Area Mawas diri, Pengembangan Diri dan Penelitian
Kompetensi dalam melakukan praktik kedokteran dengan penuh
kesadaran atas kemampuan dan keterbatasan terutama dalam bidang
Anestesiologi dan Terapi Intensif, mengatasi masalah emosional,
personal, kesehatan, dan kesejahteraan yang dapat mempengaruhi
kemampuan profesinya, belajar sepanjang hayat, merencanakan,
menerapkan dan memantau perkembangan profesi secara
berkesinambungan.
3. Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran khususnya Anestesiologi dan
Terapi Intensif
Kompetensi untuk mengidentifikasi, menjelaskan dan merancang
penyelesaian masalah kesehatan secara ilmiah dan profesional menurut
ilmu kedokteran / kesehatan mutakhir untuk memberikan hasil yang
optimal.
4. Area Keterampilan Klinis
Kompetensi dalam melakukan prosedur dengan tepat dan efektif sesuai
dengan fasilitas dan kondisi pasien, untuk mengatasi masalah kesehatan
dan promosi kesehatan di bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif.
5. Area Pengelolaan Masalah Kesehatan
Kompetensi untuk mengelola masalah kesehatan pada induvidu,
keluarga, ataupun masyarakat secara komprehensif, holistic,
berkesinambungan, koordinatif, dan kolaboratif serta menggunakan
bukti ilmiah dalam konteks pelayanan kesehatan terutama di bidang
Anetsesiologi dan Terapi Intensif
6. Area Komunikasi Efektif dan Kemampuan Kerjasama
Kompetensi dalam melakukan komunikasu dan hubungan antar manusia
yang menghasilkan pertukaran informasi secara efektif dan kerjasama
yang baik dengan pasien dan keluarganya, sejawat dan masyarakat serta
profesi lain.
7. Area Pengelolaan Informasi
Kompetensi dalam mengakses, mengelola, menilai secara kritis
kesahihan dan kemampu-terapan informasi untuk menjelaskan dan
menyelesaikan masalah, atau mengambil keputusan, berkaitan dengan
pelayanan kesehatan terhadap pasien khususnya bidang Anestesiologi
dan Terapi Intensif.
Standar kompetensi lulusan merupakan kriteria minimal tentang
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran lulusan.
Standar kompetensi lulusan yang dinyatakan dalam rumusan capaian
pembelajaran (learning outcome) lulusan digunakan sebagai acuan utama
pengembangan kurikulum pendidikan.
Capaian pembelajaran (Learning outcome) mengacu pada profil,
area kompetensi dan memiliki kesetaraan dengan jenjang kualifikasi pada
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) level
8. Jenjang KKNI level 8 dideskripsikan sebagai berikut :
1. Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan atau seni di
dalam bidang keilmuannya atau praktek profesionalnya melalui riset,
hingga menghasilkan karya inovatif dan teruji
2. Mampu memecahkan permasalahan sains, teknologi, dan atau seni di
bidang keilmuannya melalui pendekatan inter atau multidisipliner
3. Mampu mengelola riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi
masyarakat dan keilmuan
4. Mampu mendapat pengakuan nasional maupun internasional

2.3 Kurikulum Inti Pendidikan Spesialis Anestesiologi dan Terapi


Intensif
Kurikulum inti adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi maupun bahan kajian dan pembelajaran serta cara penyampaian
dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan belajar – mengajar untuk mencapai Kompetensi Utama yang
ditetapkan KATI. Kurikulum inti berkisar antara 40% - 80% dari jumlah
SKS kurikulum program sarjana.
Kurikulum inti bersifat nasional dan merupakan pembeda dengan program
pendidikan spesialis lain.
Kurikulum inti terdiri dari 5 (lima) kelompok mata kuliah yang
diberikan ke dalam 3 (tiga) tahapan pendidikan. Berdasarkan kepmendiknas
no. 232/U/2000 dan kepmendiknas 045/U/2002, kompetensi pendidikan
tinggi juga harus memuat 5 (lima) elemen kompetensi. Elemen-elemen
kompetensi merupakan bahan substansi kajian kompetensi dalam proses
pembelajaran. Elemen-elemen kompetensi itu terdiri atas:
1. Landasan kepribadian
Elemen kompetensi ini diimplementasikan menjadi Kelompok mata
kuliah pengembangan kepribadian (MPK). MPK adalah kelompok bahan
kajian dan pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, berkepribadian mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
2. Penguasaan ilmu dan keterampilan
Elemen kompetensi ini diimplementasikan menjadi Kelompok mata
kuliah keilmuan dan keterampilan (MKK). MKK adalah kelompok
bahan kajian dan pelajaran yang ditujukan terutama untuk memberikan
landasan penguasaan ilmu dan ketrampilan tertentu.
3. Kemampuan berkarya
Elemen kompetensi ini diimplementasikan menjadi Kelompok mata
kuliah keahlian berkarya (MKB). MKB adalah kelompok bahan kajian
dan pelajaran yang bertujuan menghasilkan tenaga ahli dengan
kekaryaan berdasarkan dasar ilmu dan ketrampilan yang dikuasai.
4. Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan
ilmu dan keterampilan yang dikuasai Elemen
kompetensi ini diimplementasikan menjadi Kelompok mata kuliah
perilaku berkarya (MPB). MPB adalah kelompok bahan kajian dan
pelajaran yang bertujuan untuk membentuk sikap dan perilaku yang
diperlukan seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian
berdasarkan dasar ilmu dan keterampilan yang dikuasai.
5. Pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan
keahlian dalam berkarya.
Elemen kompetensi ini diimplementasikan menjadi Kelompok mata
kuliah berkehidupan bermasyarakat (MBB). MBB adalah kelompok
bahan kajian dan pelajaran yang diperlukan seseorang untuk dapat
memahami kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan
keahlian dalam berkarya.

2.4 Rumusan Capaian Pembelajaran (Learning Outcome)


Berdasarkan Kepmendikbud nomor 49 tahun 2014, rumusan sikap,
pengetahuan dan keterampilan umum yang harus dicapai dalam capaian
pembelajaran pendidikan spesialis-1 merupakan satu kesatuan rumusan
capaian pembelajaran. Rumusan capaian pembelajaran pendidikan profesi
dokter spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif adalah sebagai berikut:
1. Rumusan Sikap
a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan
sikap religius;
b. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas
berdasarkan agama, moral, dan etika;
c. Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan
Pancasila;
d. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air,
memiliki nasionalisme serta rasa tanggungjawab pada negara dan
bangsa;
e. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan
kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal orang lain;
f. Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian
terhadap masyarakat dan lingkungan;
g. Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara;
h. Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;
i. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang
Anestesiologi dan Terapi Intensif secara mandiri;
j. Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan
kewirausahaan.
k. Etika profesionalisme dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi
Intensif yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat yang mempunyai
kemampuan yang baik dalam sikap terhadap penderita, sikap
terhadap staf pendidik dan kolega, sikap terhadap paramedis dan non
paramedis, disiplin dan tanggung jawab, ketaatan pengisian
dokumen medik, ketaatan tugas yang diberikan, dan ketaatan
melaksanakan pedoman penggunaan obat dan alat.
l. Komunikasi terhadap kolega, pasien/ keluarga, paramedis dan staf
pengajar dilakukan dengan jujur, terbuka, dan bersikap baik.
m. Kerjasama yang baik antara kolega, dokter, perawat, karyawan
kesehatan, pasien dan keluarga pasien dan bisa bekerjasama dalam
bentuk tim secara harmonis untuk pelayanan secara optimal.
n. Mengikuti kaidah-kaidah patient safety antara lain : IPSG 1-6
(Identifikasi, Cuci tangan, Time Out, Komunikasi efektif,
Pencegahan Infeksi, dan Pemberian Obat).
2. Rumusan Pengetahuan
a. Ilmu Kedokteran Dasar
1. Memahami fisiologi fungsi tubuh dalam keadaan normal,
hubungan antara fungsi tersebut dengan perubahan fungsi yang
dapat timbul dalam praktek anestesi. Utamanya adalah fisiologi
nyeri, respirasi, sirkulasi, susunan saraf pusat dan perifer,
pertemuan neuromuscular (neuromuscular junction), ginjal,
metabolik, dan endokrin.
2. Memahami farmakologi, meliputi prinsip-prinsip farmakologi
umum, farmakokinetika dan farmakodinamika obat-obat
anestesi/analgesi, obat-obat emergensi dan obat-obat pendukung
yang lain.
3. Memahami prinsip sifat-sifat fisika dan kimia dalam aplikasi
Anestesiologi dan Terapi Intensif.
4. Memahami teori dasar-dasar keseimbangan cairan, asam- basa
dan elektrolit.
5. Memahami aplikasi ilmu dasar Anestesiologi dan Terapi Intensif
pada praktek anestesi dan terapi intensif.

b. Ilmu Kedokteran Klinis Spesialis Dasar (Basic Specialist)


Kognitif
1. Memahami prinsip-kerja alat atau mesin anestesia, demikian
pula alat-alat monitor invasif, non-invasif, EKG, oksimeter
pulsa, kapnograf, stimulator saraf, USG (ultrasonografi),
fluroskopi / C-Arm.
2. Memahami / menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium, foto
thorax, scan kepala, EKG, dan lain-lain.
3. Memahami cara mengatur posisi pasien yang aman selama
operasi dan mengetahui akibat buruknya.
4. Memahami kelaikan mesin anestesi dan ventilator serta mesin
dan peralatan pendukung lainnya.
5. Menguasai pengetahuan tentang patofisiologi penyakit yang
menyertai kondisi pasien, dihubungkan dengan tindakan
anestesi.
6. Memahami fisiologi dan patofisiologi penyakit pasien pediatri
dan neonatus.
7. Memahami teori anestesi pada bedah pediatri.
8. Memahami teori anestesi regional yang meliputi saraf- saraf
tepi, subarakhnoid dan epidural.
9. Memahami teori premedikasi, induksi, pemeliharaan anestesia
dan pengelolaan pascaanestesia/pascabedah .
10. Memahami problema kekhususan anestesia pada bedah umum,
bedah kepala leher THT, bedah mata, bedah obstetri.
11. Memahami tanda-tanda abnormal atau komplikasi- komplikasi
yang timbul akibat teknik dan pemberian anestesia yang
dilakukan tidak benar, serta mampu dengan cepat mengenal dan
mengatasi problem tersebut.
12. Memahami secara dini keadaan darurat yang mengancam
nyawa, baik pada waktu induksi, selama maupun pasca-
anestesia, serta mengetahui cara cara mengatasinya.
13. Memahami teori tindakan resusitasi jantung paru otak.
14. Memahami pengelolaan pasien trauma dalam kegawatan yang
mengancam nyawa dan atau cacat.
15. Memahami teori nyeri akut dan nyeri kronis.

Psikomotor
1. Mampu melakukan penilaian kondisi pasien pre-operatif.
2. Mampu mengoptimalkan kondisi pasien sebelum operasi.
3. Mampu melakukan teknik dan interpretasi pemantauan fungsi
fungsi vital, EKG, oksimetri pulsa, kapnografi, monitor neuro-
muskular.
4. Mampu mengoperasikan meja operasi.
5. Mampu mengoperasikan berbagai mesin anestesi.
6. Mampu melakukan beberapa teknik induksi anestesia inhalasi,
intravena, per-rektal.
7. Mampu menggunakan sungkup muka, sungkup laring, intubasi
trakeal serta melakukan pemeliharaan anestesia dengan aman.
8. Mampu mengelola jalan napas dengan cara cara seperti yang
tertera pada butir-7.
9. Mampu memberikan ventilasi bantu dan ventilasi kendali
manual.
10. Mampu melakukan ekstubasi dan pengawasan problema-
problema dan komplikasi pasca-ekstubasi dan pasca- anestesi.
11. Mampu melakukan teknik anestesi/analgesi spinal, epidural dan
blok saraf tepi serta mampu mengatasi komplikasi akut yang
mungkin terjadi.
12. Mampu melakukan resusitasi jantung paru otak (RJPO), bantuan
hidup dasar dan bantuan hidup lanjut.
13. Mampu mengelola pasien dalam keadaan kedaruratan yang
mengancam nyawa dan atau cacat.
14. Mampu mengelola pasien pasca-anestesia, baik di ruang pulih
(PACU/Post Anesthesia Care Unit) maupun di ICU.
15. Mampu memberikan anestesi pada bedah digestif.
16. Mampu memberikan anestesi pada bedah ortopedi.
17. Mampu memberikan anestesi pada bedah plastik.
18. Mampu memberikan anestesi pada bedah onkologi.
19. Mampu memberikan anestesi pada bedah mata.
20. Mampu memberikan anestesi pada bedah THT dan bedah mulut.
21. Mampu memberikan anestesi pada bedah urologi.
22. Mampu melakukan anestesia rawat jalan.
23. Mampu melakukan anestesia pada lingkungan di luar kamar
bedah.
c. Ilmu Kedokteran Klinis Spesialis Lanjut (Advanced Specialist)

Kognitif
1. Memahami problema dan teknik anestesia bedah
kraniotomi, bedah jantung dan bedah paru.
2. Memahami teori critical care pada kasus kasus di
Intensive Care Unit.
3. Memahami cara melakukan prosedur klinik serta
penggunaannya, tindakan invasif, seperti pemasangan kateter
vena sentral, kateter intra arterial, kateter Swan Ganz,
krikotirotomi, pungsi pleura pada pneumothorak, dan lain lain.
4. Menguasai prinsip-prinsip penting pengelolaan pasien kritis.
5. Memahami cara mengelola unit ICU.
6. Memahami sistem penanganan bencana.

Psikomotor
1. Mampu menilai pasien ICU, baik pascabedah dan bukan
pascabedah, dan melakukan tindakan awal terhadap keadaan
yang mengancam nyawa pasien.
2. Mampu memberikan anestesia pada bedah saraf.
3. Mampu melakukan asistensi pada anestesi bedah jantung
terbuka.
4. Mampu memberikan anestesi bedah paru, vaskular, jantung
tertutup.
5. Mampu memberikan anestesi pada penyakit khusus.
6. Mampu melakukan intubasi sulit.
7. Mampu mengelola pasien PACU/RR, High Care Unit
(HCU) dan ICU.
8. Mampu melakukan tindakan invasif: pemasangan kateter vena
sentral, intra-arterial, krikotirotomi, punksi intrapleural.
9. Mampu menjawab konsultasi, baik dalam hubungan bidang
anestesia maupun kasus ICU dan manajemen nyeri.
10. Mampu melakukan dan mengkoordinasikan penanganan
bencana

d. Pengelolaan ICU atau Terapi Intensif


Kognitif
1. Memahami prinsip-prinsip umum kedokteran gawat darurat dan
terapi intensif (Emergency and Critical Care Medicine).
Resusitasi Jantung Paru Otak, meliputi Bantuan Hidup Dasar
(Basic Life Support), Bantuan Hidup Lanjut (Advanced Life
Support) dan Bantuan Hidup Jangka Panjang (Prolonged Life
Support).
2. Mampu menjelaskan indikasi masuk dan keluar ICU.
3. Mampu menjelaskan indikasi dan pengelolaan prosedur invasif
seperti pemasangan kateter vena central, kateter Swan-Ganz,
kateter intra-arterial, CRRT (continuous renal replacement
therapy), perikardiosentesis, trakeostomi.
4. Mampu menjelaskan pengelolaan jalan napas dan bantuan napas
dengan / tanpa ventilasi mekanik.
5. Mengenal tanda dan gejala yang mengancam nyawa pasien
akibat gangguan pernapasan, kardiovaskular, susunan saraf
pusat, gangguan keseimbangan cairan,
asam basa dan elektrolit, infeksi berat, gangguan hemostasis,
krisis metabolik dan endokrin, gangguan fungsi ginjal dan hepar.
6. Mampu menjelasankan pengelolaan nutrisi, sedasi, analgesia
dan termoregulasi pasien kritis.
7. Mampu menentukan mati klasis dan mati batang otak.
8. Mampu menjelaskan penanganan akhir kehidupan: mengakhiri
dan menunda bantuan hidup (with-drawing dan with-holding
life support).

Psikomotor
Menguasai keterampilan dalam posedur klinik, baik untuk pemantauan,
diagnosis, maupun untuk terapi:
1. Pemasangan kateter vena sentral, intra arterial.
2. Pemasangan drain intrapleura, pungsi pleura untuk
pneumothoraks ventil, dan krikotirotomi.
3. Menanggulangi keadaan yang mengancam nyawa pasien akibat
gangguan pernapasan, kardiovaskular, susunan saraf pusat,
gangguan keseimbangan cairan, asam basa dan elektrolit, infeksi
berat, gangguan hemostasis, krisis metabolik dan endokrin,
gangguan fungsi ginjal dan hepar.
4. Mampu mengelola nutrisi, sedasi, analgesi dan termoregulasi
pasien kritis.
5. Melakukan konsultasi pada disiplin ilmu kedokteran lain pada
saat yang tepat.
6. Melakukan jawaban atas konsultasi pasien-pasien dari ruang
perawatan atau rumah sakit lain yang akan dirawat di ICU.
7. Melakukan komunikasi dengan sejawat dari beberapa disiplin
terkait sebagai anggota tim.
8. Melakukan bimbingan kepada peserta program atau residen lain,
mahasiswa kedokteran maupun perawat.
9. Mampu menanggulangi dan mengelola pasien bayi di ICU
/ NICU
10. Mampu menanggulangi dan mengelola pasien anak di ICU
/ PICU.
11. Mampu menanggulangi dan mengelola pasien tua
(Geriatri) di ICU.

3. Rumusan Keterampilan Umum


Lulusan Program Spesialis Satu wajib memiliki keterampilan umum
sebagai berikut:
a. Mampu bekerja di bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif serta
memiliki kompetensi kerja yang minimal setara dengan standar
kompetensi profesi yang berlaku secara nasional/internasional;
b. Mampu membuat keputusan yang independen dalam menjalankan
pekerjaan profesinya berdasarkan pemikiran logis, kritis, sistematis,
kreatif, dan komprehensif;
c. Mampu menyusun laporan hasil studi setara tesis yang hasilnya
disusun dalam bentuk publikasi pada jurnal ilmiah profesi yang
terakreditasi nasional dan internasional, atau menghasilkan karya
desain yang spesifik beserta deskripsinya berdasarkan metoda atau
kaidah desain dan kode etik profesi yang diakui oleh masyarakat
profesi pada tingkat nasional dan internasional;
d. Mampu mengomunikasikan hasil kajian, kritik, apresiasi, argumen,
atau karya inovasi yang bermanfaat bagi pengembangan profesi,
kewirausahaan, dan kemaslahatan manusia, yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah
dan etika profesi, kepada masyarakat umum melalui berbagai bentuk
media;
e. Mampu melakukan evaluasi secara kritis terhadap hasil kerja dan
keputusan yang dibuat dalam melaksanakan pekerjaan profesinya
baik oleh dirinya sendiri, sejawat, atau sistem institusinya;
f. Mampu meningkatkan keahlian keprofesiannya pada bidang
anestesiologi dan terapi intensif yang khusus melalui pelatihan dan
pengalaman kerja dengan mempertimbangkan kemutakhiran bidang
Anestesiologi dan Terapi Intensif di tingkat nasional, regional, dan
internasional;
g. Mampu meningkatkan mutu sumber daya untuk pengembangan
program strategis organisasi;
h. Mampu memimpin suatu tim kerja untuk memecahkan masalah baik
pada bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif, maupun masalah
yang lebih luas dari bidangnya;
i. Mampu bekerja sama dengan profesi lain yang sebidang maupun
yang tidak sebidang dalam menyelesaikan masalah pekerjaan yang
kompleks yang terkait dengan bidang Anestesiologi dan Terapi
Intensif.
j. Mampu mengembangkan dan memelihara jaringan kerja dengan
masyarakat profesi kedokteran dan kliennya;
k. Mampu bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang profesi
Anestesiologi dan Terapi Intesif sesuai dengan kode etik kedokteran
Indonesia;
l. Mampu meningkatkan kapasitas pembelajaran secara mandiri dan
tim yang berada di bawah tanggungjawabnya;
m. Mampu berkontribusi dalam evaluasi atau pengembangan kebijakan
nasional dalam rangka peningkatan mutu pendidikan Anestesiologi
dan Terapi Intensif atau pengembangan kebijakan nasional pada
bidang kesehatan;
n. Mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengaudit,
mengamankan, dan menemukan kembali data serta informasi untuk
keperluan pengembangan hasil kerja profesinya.

4. Rumusan Keterampilan Anestesiologi Dan Terapi Intensif


a. Memberikan pelayanan anestesi paripurna sesuai standar
operasional prosedur, etik dan hukum kedokteran

1 Mampu menjelaskan prinsip anestesi elektif tingkat awal dengan


benar
2 Mampu melakukan keterampilan anestesi elektif tingkat awal dengan
benar
3 Mampu menjelaskan prinsip anestesi elektif tingkat lanjut dengan
benar
4 Mampu melakukan keterampilan anestesi elektif tingkat lanjut
dengan benar
5 Mampu menjelaskan prinsip anestesi elektif kasus khusus dengan
benar
6 Mampu melakukan keterampilan anestesi kasus khusus dengan
benar
7 Mampu menjelaskan prinsip anestesi pada bedah emergency tingkat
awal dengan benar
8 Mampu melakukan keterampilan anestesi pada bedah emergency
tingkat awal dengan benar
9 Mampu menjelaskan prinsip anestesi pada bedah emergency tingkat
lanjut dengan benar
10 Mampu melakukan ketrampilan anestesi pada bedah emergency
tingkat lanjut dengan benar
11 Mampu melakukan komunikasi medis dan profesional dengan benar
12 Mampu melakukan manajemen paripurna anestesi elektif

b. Mampu memberikan pelayanan bantuan hidup paripurna atau


lanjutan dalam kegawatdaruratan sesuai standar operasional
prosedur, etik dan hukum kedokteran
1 Mampu menjelaskan prinsip bantuan hidup dasar dan lanjutan tingkat
awal dengan benar
2 Mampu melakukan penatalaksanaan bantuan hidup dasar dan
lanjutan tingkat awal dengan benar
3 Mampu menjelaskan prinsip bantuan hidup dasar dan lanjutan tingkat
lanjutdengan benar
4 Mampu melakukan penatalaksanaan bantuan hidup dasar dan
lanjutan tingkat lanjut dengan benar
5 Mampu menjelaskan dasar-dasar manajemen bencana dengan
benar
6 Mampumelakukan manajemen paripurna anestesi emergency dan
kegawatdaruratan dengan benar

c. Memberikan pelayanan terapi intensif sesuai standar


operasional prosedur, etik dan hukum kedokteran
1 Mampu menjelaskan dasar-dasar terapi intensif dengan benar
2 Mampu melakukan perawatan intensif dasar dengan benar
3 Mampu menjelaskan dasar perawatan paska henti jantung dengan
benar
4 Mampu melakukan perawatan pasca henti jantung dengan benar
5 Mampu menjelaskan perawatan intensif pada kasus khusus dengan
benar
6 Mampu melakukan perawatan intensif pada kasus khusus dengan
benar

d. Memberikan pelayanan nyeri paripurna sesuai standar


operasional prosedur, etik dan hukum kedokteran
1 Mampu melakukan penatalaksanaan nyeri akut dan nyeri kronik
perioperatif dan analgesia preemptif secara farmakologik, blok neuroaksial
atau kombinasi

2 Mampu melakukan penatalaksanaan nyeri pada pediatri dan geriatri


3 Mampu melakukan nyeri pada paliatif
4 Mampu melakukan manajemen paripurna nyeri perioperatif
5 Mampu melakukan manajemen paripurna nyeri perioperatif
e. Menghasilkan karya ilmiah yang sesuai dengan kaidah ilmiah
nasional dan internasional
1 Mampu menjelaskan proses pembelajaran klinis multidisiplin dengan
benar
2 Mampu menjelaskan filsafat ilmu dengan benar
3 Mampu menjelaskan metodologi riset dan statistik dengan benar
4 Mampu menjelaskan epidemiologi klinik dengan benar
5 Mampu menjelaskan biologi molekuler dengan benar
6 Mampu menjelaskan imunologi dengan benar
7 Mampu membuat karya ilmiah dengan benar
8 Mampu menghasilkan karya ilmiah dengan benar
5. Rumusan Capaian Kompetensi Dokter Spesialis Anestesiologi Dan
Terapi Intensif
a. Capaian Kompetensi Umum

Capaian dan
Kompete
Tingkat
nsi
Kompetensi
Kompetensi Umum
Etika Profesionalisme
Etika profesionalisme Peserta didik Anestesiologi dan Terapi
Intensif adalah untuk menjadi dokter Spesialis Anestesiologi
dan Terapi Intensif yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat
yang mempunyai kemampuan yang baik:
1. Sikap terhadap penderita
2. Sikap terhadap staf pendidik dan kolega 6 7
< 0 0 >
3. Sikap terhadap paramedis dan non paramedis
4. Disiplin dan tanggung jawab 60 - - 80
5. Ketaatan pengisian dokumen medik 7 8
6. Ketaatan tugas yang diberikan 0 0
7. Ketaatan melaksanakan pedoman penggunaan obat dan
alat

Komunikasi Efektif
Komunikasi terhadap kolega, pasien/ keluarga, paramedis
dan staf pengajar dilakukan dengan : 6 7
1. Jujur < >
0 0
2. Terbuka 60 80
3. Bersikap baik - -
7 8
0 0
Kemampuan Kerjasama
1. Kerjasama yang baik antara kolega, dokter, perawat,
karyawan kesehatan, pasien dan keluarga pasien 6 7
2. Bisa bekerjasama dalam bentuk tim secara < 0 0 >
harmonis untuk pelayanan secara optimal 60 - - 80
7 8
0 0
Patient Safety
Mengikuti kaidah-kaidah Patient Safety 6 7
IPSG 1-6: Identifikasi, Cuci tangan, Time Out, Komunikasi < 0 0 >
efektif, Pencegahan Infeksi, Pemberian Obat. 60 - - 80
7 8
0 0
b. Capaian Kompetensi Dasar

Pencapaian
Tingkat
Kompeten Kompetensi
(jumlah Kompete
si
Kasus) nsi

Kompetensi Dasar
Jumlah semua tindakan anestesi untuk bedah elektif
100
dan darurat
0
Anestesi Bedah Elektif 85 1 2 3 4
0
Anestesi Bedah Darurat 15 1 2 3 4
0

Anestesi Umum 83 1 2 3 4
5
Anestesi / Analgesia Regional 16
5
Teknik Anestesi / Analgesia
9 1 2 3 4
Subarakhnoid
0
Teknik Anestesi / Analgesia Epidural
5 1 2 3 4
Lumbal / Thorakal
0
Teknik Anestesi / Analgesia Blok
5 1 2 3 4
Brakialis
Teknik Anestesi / Analgesia Kaudal 5 1 2 3 4
Teknik Anestesi / Analgesia Blok Saraf
1 1 2 3 4
Tepi Lainnya
5
Anestesi Bedah Umum 6
2
0
Digestif 15 1 2 3 4
0
THT dan Bedah Mulut 50 1 2 3 4
Mata 20 1 2 3 4
Urologi 25 1 2 3 4
Ortopedi 10 1 2 3 4
0
Plastik 15 1 2 3 4
Onkologi 25 1 2 3 4
Minimal Invasif 5 1 2 3 4
Manajemen Nyeri 50 1 2 3 4
Anestesi / Analgesia Rawat Jalan 30 1 2 3 4
Anestesi / Analgesia diluar kamar
50 1 2 3 4
operasi
Lain-lain 15 1 2 3 4
0
Anestesi dan analgesia Obstetri 1
0
0
Pre-eklamsi dan eklamsi 10 1 2 3 4
Lain-lain 90 1 2 3 4
Anestesi Bedah Pediatri 75
Neonatus 10 1 2 3 4
Bayi 15 1 2 3 4
Anak-anak 50 1 2 3 4
c. Capaian Kompetensi Lanjut
Pencapaian
Tingkat
Kompeten Kompetens
Kompete
si i (jumlah
nsi
Kasus)
Kompetensi Lanjut
Anestesi Bedah Saraf 35
Trauma kepala 15 1 2 3 4
Perdarahan intracranial non-trauma 5 1 2 3 4
Tumor intrakranial 5 1 2 3 4
Pintasan VP 5 1 2 3 4
Medula spinalis 5 1 2 3 4
Anestesi Bedah Thoraks Non
10 1 2 3 4
Jantung Terbuka dan Jantung
Terbuka
Anestesi pada Kondisi khusus 35
Kelainan jantung pada operasi non
15 1 2 3 4
jantung
COPD / asma 5 1 2 3 4
DM 5 1 2 3 4
Tiroid 5 1 2 3 4
Geriatri 3 1 2 3 4
Obesitas 2 1 2 3 4
Mengelola pasien ICU (10 variasi kasus) 50 1 2 3 4
Melakukan resusitasi di luar kamar bedah dan
30 1 2 3 4
ICU
Memasang kateter intra-arterial dan pungsi
10 1 2 3 4
intra-arterial
Memasang kateter vena central 20 1 2 3 4
Melakukan intubasi sulit 5 1 2 3 4
BAB III
STANDAR PENDIDIKAN

3.1 Model Kurikulum


Pendekatan dalam penyusunan kurikulum pendidikan program studi
Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Riau
didasarkan atas kompetensi (competency- based), cara belajar aktif, dan
pendekatan keterampilan proses, baik dalam problema-problema pelayanan,
pendidikan, maupun penelitian, sehingga diharapkan agar para lulusan
mampu untuk belajar mandiri dan belajar berkembang sepanjang hayat (life-
long education)
Model kurikulum berbasis kompetensi terintegrasi baik horizontal
maupun vertikal. Integrasi horizontal adalah integrasi kelompok materi
pendidikan dari satu tahap pendidikan. Integrasi vertikal adalah integrasi
kelompok materi pendidikan dari materi akademik dan materi profesi.

3.2 Isi dan Outline Struktur Kurikulum


Isi kurikulum program studi Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Riau berorientasi pada rumusan capaian
pembelajaran dengan pendekatan menguasai teori dan aplikasi bidang
Anestesiologi dan Terapi Intensif yang bersifat kumulatif dan/atau integratif
yang disesuaikan dengan visi dan misi program studi. Kurikulum dituangkan
kedalam bahan kajian yang distrukturkan dalam bentuk mata kuliah dan
modul pembelajaran. Kurikulum bersifat interaktif, integratif, saintifik,
kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif, dan berpusat pada mahasiswa.
Isi kurikulum meliputi perioperative medicine, anesthesia,
critical care, emergency and traumatology, pain management, dan
penelitian. Isi kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Profesi
Dokter Spesialis dan Standar Kompetensi Dokter Spesialis Anestesiologi dan
Terapi Intensif (kurikulum inti).. Selain itu, dalam referensinya disisipkan
materi mengenai standar-standar yang terdapat dalam JCI V academic
medical center. Penambahan ini tidak menambah lama masa studi yang
telah ditetapkan secara nasional. Perbandingan beban SKS antara kurikulum
inti dan kurikulum institusional adalah 70-80% dan 20-30%.
Struktur kurikulum meliputi tahap I (dasar /pemahaman
/adaptasi), tahap II (pendalaman) dan tahap III (mandiri). Kurikulum
pendidikan dokter spesialis anestesi dan terapi intensif di suatu Institusi
Pendidikan Dokter Spesialis (IPDS) harus terdiri atas muatan yang disusun
berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anestesi
dan Terapi Intensif yang dibuat oleh Kolegium Anestesiologi dan Terapi
Intensif (KATI) sebesar 80% ditambah 20% muatan lokal (institusional).
Durasi kurikulum tahap I dilaksanakan 4 (empat) semester, tahap II
dilaksanakan 2 (dua) semester dan tahap III dilaksanakan 2 (dua) semester.
Durasi kurikulum bersifat tetap dan tidak dapat diubah oleh IPDS.
Kurikulum harus dilaksanakan dengan pendekatan/strategi SPICES
(Student- centred, Problem-based, Integrated, Community-based,
Elective, Systematic/Structured).
Kurikulum yang merupakan pedoman penyelenggaraan program
studi Anestesiologi dan Terapi Intensif, memuat proses pembelajaran yang
disusun pada setiap mata kuliah dan disajikan dalam rencana pembelajaran.
Rencana pembelajaran yang dikembangkan oleh divisi bidang minat
berbentuk modul. Mata kuliah
inti yang dikembangkan pada setiap semester dan/atau tahap pendidikan
wajib mengampu dari modul yang telah ditetapkan oleh KATI.
Kurikulum inti menganut sistem semester terbuka (open semester)
sehingga mata kuliah yang diberikan pada tahap pendidikan dapat dibagi
menjadi beberapa semester yang berbeda dengan tetap mengacu pada
capaian pembelajaran yang telah ditetapkan pada setiap tahapan pendidikan.

Tabel Modul
Modul 1 Keterampilan Dasar Anestesiologi I
Modul 2 Keterampilan Dasar
Anestesiologi II
Modul 3 Kedokteran Perioperatif I
Modul 4 Persiapan Obat Dan Alat
Anestesia
Modul 5 Anestesi Umum I
Modul 6 Pengelolaan Nyeri
Modul 7 Keterampilan Dasar Anestesiologi II
Modul 8 Keterampilan Dasar Anastesiologi III
Modul 9 Kedokteran Perioperatif II
Modul 10 Emergensi danTraumatologi I
Modul 11 Anestesi Umum II
Modul 12 Anestesi Regional I (Bier’s block, Spinal)
Modul 13 Anestesi Bedah Ortopedi I
Modul 14 Anestesi Obstetri I
Modul 15 Anestesi Bedah Darurat
Modul 16 Post Anesthesia Care Unit (PACU)
Modul 17 Anestesi Regional II
(Epidural, caudal, nerve block)
Modul 18 Anestesi Bedah Ortopedi II
Modul 19 Anestesi Bedah Onkologi dan Bedah
Plastik
Modul 20 Anestesi Bedah Urologi
Modul 21 Anestesi Bedah THT I
Modul 22 Anestesi Bedah Mata
Modul 23 Anestesi Bedah Pediatri I (simple
procedure)
Modul 24 Anestesi Diluar Kamar Bedah
Modul 25 Emergensi dan Traumatologi II
Modul 26 Ketrampilan Dasar
Anestesiologi III
Modul 27 Anestesi Obstetri II
Modul 28 Anestesi Bedah THT II
Modul 29 Anestesi Bedah Saraf I (semester 4)
Modul 30 Anestesi dan Penyakit Khusus
Modul 31 Pengelolaan Nyeri
Modul 32 Intensive Care I
Modul 33 Anestesi Bedah Rawat Jalan
Modul 34 Anestesi Kardiotorasik I
Modul 35 Anestesi Bedah Invasif Minimal
Modul 36 Penelitian
Modul 37 Anestesi Bedah Pediatri II (advanced)
Modul 38 Anestesi Bedah Saraf II (semester 6)
Modul 39 Anestesi Kardiotorasik II
Modul 40 Anestesi dan Uncommon Diseases
Modul 41 Intensive Care II
Modul 42 Penelitian
Modul 43 Penelitian
Modul 44 Kemampuan Komunikasi dan
Professionalisme
3.3 Tahapan Pendidikan
Program Pendidikan dokter spesialis Anestesiologi dan Terapi
Intensif dibagi dalam tiga tahap pendidikan, dengan masing-masing tahap
mempunyai tujuan pendidikan yang utuh, dan dicapai melalui pengalaman
belajar dari pendidikan tertentu.Tahap pendidikan yang dimaksud bukan
merupakan pembagian berdasarkan tahun, melainkan merupakan tahapan
atau pembagian tingkat perilaku yang dicapai:
1. Tahap I (tahap pemahaman / adaptasi) selama 4 (empat) semester
2. Tahap II (tahap pendalaman) selama 2 (dua) semester
3. Tahap III (tahap akhir) selama 2 (dua )semester

Jadi jumlah beban seluruhnya adalah 120 SKS, sedangkan jumlah modul
yang harus dipelajari semuanya ada 44 modul.
3.3.1 Tahap I (semester 1-4)
Tahap ini merupakan tahap pertama dalam pendidikan program
studi anestesi dan terapi intensif. Dalam tahap ini, peserta program
diharapkan mampu merubah mind set atau pola pikir serta kemampuan
kognitif, psikomotor dan afektif-nya agar dapat menjalani masa studi pada
tahap-tahap pendidikan berikutnya.
Pencapaian pada tahap ini meliputi sebagian dari kompetensi
utama, dan / atau kompetensi pendukung dan khusus / lain. Mata kuliah
dalam tahap ini dapat berupa materi akademik dan / atau materi profesi.
Tahap ini memiliki beban studi total 56 (lima puluh enam) SKS sebagai
bagian dari kurikulum inti yang terbagi menjadi 4 (empat) semester.
Mata kuliah pada tahap I dapat terdiri dari:
a. MKDU (Mata Kuliah Dasar Umum): yaitu mata kuliah yang dirancang
untuk memberikan dasar pengetahuan agar peserta program menjadi
seorang ilmuwan, peneliti, pemikir yang berlandaskan etika kedokteran
dan mempunyai hubungan antar manusia yang baik, serta memahami
problema yang berkaitan dengan medikolegal.
b. MKDK (Mata Kuliah Dasar Keahlian): yaitu mata kuliah yang dirancang
untuk memberikan pengetahuan dasar (basic sciences) yang
diperlukan untuk spesialis Anestesiologi dan terapi intensif, yang
melandasi keterampilan yang dipersyaratkan.
c. Mata Kuliah Keahlian (MKK) merupakan pengalaman belajar yang
didapatkan dari teori, pengalaman klinis, dan pengalaman meneliti.
d. Mata Kuliah Lain: yaitu mata kuliah yang dirancang untuk mencapai
kompetensi pendukung dan kompetensi khusus / lain.
e. Keterampilan klinis Spesialis dasar (KKSD) / Basic Specialist
Training yang berdasarkan etik dan hubungan antar manusia, berupa
keterampilan dalam mempertahankan patensi jalan nafas
(dengan/tanpa alat), pemberian ventilasi buatan manual dan resusitasi
jantung paru
Keterampilan klinis spesialis dasar dapat berupa keterampilan
yang setara dengan keterampilan setelah mengikuti kursus PTC, ALS,
ACLS, dan sebagainya. KKSD juga meliputi pengelolaan anestesi untuk
pasien dengan Status Fisik 1-2, untuk pembedahan superfisial (termasuk
ortopedi sedang), yang dimulai dari masa prabedah, selama pembedahan
sampai pascabedah, dan yang mencangkup terapi cairan, stres, dan nyeri
akut sesuai kasus yang ditangani.
Pada tahap ini juga diajarkan pengetahuan dan keterampilan
memberi anestesi regional, anestesi bedah abdominal bawah dan atas (pada
pasien tanpa kelainan endokrin), bedah ortopedi besar (tidak termasuk leher
dan tulang punggung), bedah mata, THT, ginekologi, urologi sedang, disertai
dengan tatalaksana prabedah dan pascabedah, penanggulangan nyeri dan
penyulit yang mungkin timbul. Kesemuanya diterapkan baik pada
pembedahan elektif maupun darurat.
Selain itu juga diajarkan pengetahuan dan keterampilan tentang
anestesi pediatrik (kecuali bedah saraf dan jantung), anestesi pasien dengan
penyakit endokrin (diabetes melitus dan tiroid), bedah kepala-leher (kecuali
bedah saraf), bedah obstetri, urologi besar, baik untuk tindakan elektif
ataupun darurat. Kesemuanya disertai dengan tatalaksana pra dan
pascabedah, pemberian nutrisi enteral dan parenteral (mencangkup
pemasangan CVC), dan pengalaman dasar- dasar terapi intensif (tahap I).
Akhir tahap ini akan dilakukan evaluasi nasional berupa ujian tulis nasional /
Ujian Board.
Setelah menyelesaikan pendidikan tahap I, diharapkan peserta
program:
a. Mampu menjelaskan proses pembelajaran klinis multidisiplin dengan
benar, filsafat ilmu dengan benar, metodologi riset dan
statistik dengan benar, epidemiologi klinik dengan benar, biologi
molekuler dengan benar dan imunologi dengan benar
b. Mampu melakukan komunikasi medis
c. Mampu menjelaskan prinsip anestesi elektif tingkat awal dengan benar
dan melakukan keterampilan anestesi elektif tingkat awal
d. Mampu menjelaskan prinsip anestesi pada bedah emergency tingkat
awal dengan benar dan melakukan prinsip anestesi pada bedah
emergency tingkat awal dengan benar
e. Mampu menjelaskan prinsip bantuan hidup dasar dan lanjutan tingkat
awal dengan benar, melakukan penatalaksanaan bantuan hidup dasar dan
lanjutan tingkat awal dengan benar
f. Mampu mejelaskan perawatan intensif dasar dengan benar, melakukan
perawatan intensif dasar dengan benar, menjelaskan dasar perawatan
pasca henti jantung denga benar dan melakukan perawatan pasca henti
jantung

3.3.2 Tahap II (semester 5-6)


Tahap ini merupakan tahap pendalaman yang bertujuan untuk
memberi bekal peserta program agar pada akhir tahap pendalaman
mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari profesi spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif.
Pengalaman klinis meliputi tatalaksana anestesi, pengelolaan pasien gawat
yang memerlukan pembedahan, pengelolaan pasien gawat yang memerlukan
Anestesi dan Terapi Intensif, penanggulangan nyeri akut dan nyeri kronis,
antisipasi dan penanganan penyulit yang mungkin timbul.
Pencapaian pada tahap ini meliputi sebagian dari kompetensi
utama, dan / atau kompetensi pendukung dan khusus / lain. Mata kuliah
dalam tahap ini dapat berupa sebagian besar materi profesi dan / atau
sebagian kecil materi akademik.
Mata kuliah pada tahap II dapat terdiri dari:
a. Mata Kuliah Keahlian (MKK)
b. Mata Kuliah Lain : yang salah satu materi tentang penyusunan karya
ilmiah
c. Keterampilan Klinis Spesialis Dasar (KKSD) / Basic Specialist
Training
d. Keterampilan Klinis Spesialis Lanjut (KKSL) / Advanced Specialist
Training
Pada tahap ini juga diajarkan pengetahuan dan keterampilan dalam
KKSD dan KKSL adalah: tatalaksana anestesi bedah paru, bedah saraf
perifer, terapi intensif tahap II (pemberian ventilasi buatan dengan berbagai
mesin, nutrisi, terapi gagal ginjal akut, trauma ganda, sepsi,dll), penelitian
survei.
Pada pendidikan tahap II, diharapkan peserta program:
a. Mampu membuat karya ilmiah dengan benar
b. Mampu melakukan komunikasi medis
c. Mampu menjelaskan prinsip anestesia elektif tingkat lanjut dengan benar
dan melakukan keterampilan anestesi elektif tingkat lanjut dengan benar
d. Mampu menjelaskan prinsip anestesia kasus khusus dengan benar, dan
melakukan keterampilan anestesi kasus khusus dengan benar
e. Mampu menjelaskan prinsip anestesi pada bedah emergency tingkat
lanjut dengan benar dan melakukan anestesi pada bedah emergency
tingkat lanjut dengan
f. Mampu menjelaskan prinsip bantuan hidup dasar dan lanjutan tingkat
lanjut dengan benar, melakukan penatalaksanaan bantuan hidup dasar
dan lanjutan tingkat lanjut dengan benar dan menjelaskan dasar-dasar
manajemen bencana dengan benar
g. Mampu menjelaskan perawatan intensif pada kasus khusus dengan benar
dan melakukan perawatan intensif pada kasus khusus dengan benar
h. Mampu menjelaskan penatalaksanaan nyeri akut dan nyeri kronik
perioperatif dan analgesia preemptif secara farmakologis, blok
neuroaksial atau kombinasi, melakukan penatalaksanaan nyeri akut dan
nyeri kronik perioperatif dan analgesia preemptif secara farmakologik
dan, blok neuroaksial atau kombinasi
i. Mampu melakukan penatalaksanaan nyeri pada pediatri dan geriatri dan
melakukan nyeri pada paliatif

3.3.3 Tahap III (semester 7-8)


Tahap ini merupakan tahap pemantapan dengan rumusan perilaku
yang diinginkan. Selain kemapuan medis, juga dilatih kemampuan nonmedik
dengan melaksanakan tugas-tugas manajerial sebagai chief resident,
melakukan tugas pengaturan ketenagaan peserta PPDS I (dengan bimbingan
KPS/SPS), tugas sebagai pembimbing (pembimbing residen yang lebih
muda, mahasiswa, dan paramedik), serta konsultasi.
Pencapaian pada tahap ini meliputi seluruh komponen pada
kompetensi utama, dan / atau kompetensi pendukung dan khusus / lain. Mata
kuliah dalam tahap ini dapat berupa sebagian besar materi profesi dan / atau
sebagian kecil materi akademik.
Mata kuliah pada tahap III dapat terdiri dari:
a. Mata Kuliah Keahlian (MKK)
b. Mata Kuliah Lain : yang salah satu materi tentang pembuatan karya
ilmiah / penelitian
c. Keterampilan Klinis Spesialis Lanjut (KKSL) / Advanced Specialist
Training
Pada semester ini dijarkan pengetahuan dan keterampilan
penanganan pasien ICU (tahap III), bedah saraf (trauma kepala),
pengetahuan dan kesempatan asistensi bedah jantung. Pada akhir tahap ini
peserta program PPDS diharuskan menyelesaikan penelitian yang telah
dimulai pada akhir semester 5. Tahap ini diakhiri
dengan ujian profesi yang menyertakan penguji dari pusat pendidikan yang
lain. Tahap 3 diakhiri dengan diadakannya ujian lisan yang dilakukan oleh
internal IPDS untuk mengetahui kemampuan kognitif, psikomotor dan
afektif dari peserta program. Ujian ini disebut Ujian Lisan Lokal.
Pada akhir pendidikan tahap III, diharapkan peserta program :
a. Mampu menghasilkan karya ilmiah / penelitian dengan benar
(research)
b. Mampu melakukan manajemen paripurna anestesi (anesthesia and
perioperative medicine)
c. Mampu melakukan manajemen paripurna kegawatdaruratan
(emergency medicine)
d. Mampu melakukan manajemen paripurna anestesi terapi intensif
(critical care medicine)
e. Mampu melakukan manajemen paripurna nyeri
(pain management)

3.4 Beban Belajar Mahasiswa / Peserta Program (Satuan Kredit


Semester / SKS)
Beban belajar mahasiswa dinyatakan dalam bentuk Satuan Kredit
Semester (SKS). Berdasarkan Kepmendikbud nomor 49 tahun 2014, satu sks
setara dengan 160 menit kegiatan belajar per minggu per semester. Semester
merupakan satuan waktu kegiatan pembelajaran efektif selama 16 (enam
belas) minggu.
Satu sks pada bentuk pembelajaran kuliah, disesuaikan dengan
Kepmendikbud No.49 tahun 2014, responsi dan tutorial mencangkup tatap
muka 13 (tiga belas) jam 20 (dua puluh) menit per semester, penugasan
terstruktur 13 (tiga belas) jam 20 (dua puluh) menit per semester, dan belajar
mandiri 16 jam per semester. Pada bentuk pembelajaran praktik lapangan,
penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat / pelayanan medis, satu sks setara dengan 42 (empat
puluh dua) jam 40 (empat puluh) menit per semester. Beban normal belajar
mahasiswa adalah 18 sks sampai dengan 20 sks persemester.
BAB IV
ORGANISASI MATERI

Tabel Organisasi Materi Pendidikan Tahap 1


Pendidikan Tahap 1 – Semester 1 s/d 4 (Open semester)
Beban Jenis
No Studi Kelompok
N Mata Ajaran Kompete
o mor (sks) Mata Kuliah
Akade Prof nsi
Mod mik
esi Wajib
Utama
ul
1 Filsafat Ilmu dan Etika 1
Penelitian - - Pendukun MKDU
g

2 Metodologi Penelitian 2
- - Pendukun MKDU
g
3 Epidemiologi - 2
- Pendukun MKDU
g

4 Biologi Molekular - 1 - Pendukun MKDU


g
5 Biostatistika - 1 - Pendukun MKDU
g
6 Manajemen Klinik - 1 - Pendukun MKDU
g
7 Anatomi dan Fisiologi 2
- - Dasar MKDK

8
Kemampuan Dasar 1,2 2 - Dasar MKDK
Anestesi
9 Bantuan Hidup Dasar 1,2 1 Dasar MKDK
-
dan Bantuan Hidup
Lanjut
1 MKDK
8
1 Seminar Ilmiah 1 - Dasar
0

Intensive Care Unit 3 MKDK


(ICU) 1 23
1
1 - Dasar

Anestesi Emergensi 3 MKDK


dan Traumatologi 1 11, 15
1 - Dasar
2
Anestesi Orthopedi 1 1
1 14 Dasar MKDK
-
3
Anestesi Regional 1 2
1 10 - Dasar MKDK
4
Anestesi Bedah THT 1 1
1 13 - Dasar MKDK
5
Anestesi Bedah 16 2 MKDK
1 Obstetri 1
6 - Dasar

Anestesi Bedah 9 2 MKDK


1 Digestif
7 - Dasar

Seminar Ilmiah 2 8 -
1 1 lanjutan MKK
8

1 Anestesi Emergensi 15,18 - 3 lanjutan MKDK


9 dan Traumatologi 2

2 Anestesi Regional 2 17 - 2 lanjutan MKDK


0

2 Intensive Care Unit 33 - 3 lanjutan MKDK


1 (ICU) 2

2 Anestesi Bedah 24 - 1 lanjutan MKDK


2 Minimal Invasif

2 Anestesi di Luar 31 - 1 lanjutan MKDK


3 Kamar Bedah

2 Anestesi Bedah 21 - 2 lanjutan MKDK


4 Urologi

2 Anestesi Geriatri 22 - 1 dasar MKDK


5
2 Seminar Ilmiah 3 8 1 - lanjutan MKK
6

2 25 - Dasar MKDK
7 Anestesi Bedah Mata 1

2 26 - Lanjutan MKDK
8 Anestesi Bedah 2
Onkologi dan Bedah
Plastik

2 27 - Dasar MKDK
9 Anestesi Pediatrik 1 2

3 28 - Dasar MKDK
0 Anestesi Bedah Saraf 2
1

3 29 - Dasar MKDK
1 Anestesi Kardiotorasik 2
1

3 30 - Dasar MKDK
2 Anestesi dan Penyakit 2
Penyerta

3 31 - Dasar MKDK
3 Anestesi Bedah Rawat 1
Jalan

3 8 1 Lanjutan MKK
4 Seminar Ilmiah 4 _

17 39 56
Beban studi Pendidikan Tahap
1 sks sks
Prosentase 31.4 68,5 100%
8% 2%
Tabel Organisasi Materi Pendidikan Tahap 2
Pendidikan Tahap 2 – Semester 5 s/d 6 (Open semester)

No Beban Studi Jenis Kelomp


N Mata (sks) Kompete ok
o Ajaran mor Akademi Prof nsi Mataku
k esi
Mo Utama liah

dul Wa
jib
3 Anestesi 11,15,18 - 3
5
Emergensi Lanjut M
dan K
Traumatologi K
3
3 Anestesi 32 - 2 Lanjut M
6 K
Obstetri 2 K
3 Intensive 23,33 - 3 Lanjut M
7 K
Care Unit K
(ICU) 3
3 Anestesi 34 1 MKK,
8 - Lanjut
Orthopedi 2 MKB
3 Anestesi 36 2
9 - Lanjut M
Pediatrik 2
K
K
4 Anestesi 37 - 3 Lanjut M
0 KK
Bedah Saraf 2

4 Pengelolaan 7 2 Lanjut
1 - M
Nyeri dan
KK
Post Anethesi
Care Unit

4 Anestesi 35 1 Lanjut MKK


2 -
Bedah THT 2

4 Seminar 39 - MKK
3 1 Lanjut
Ilmiah 5

4 Anestesi 40 - 2 Umum M
4
Kardiotorasik K
2
K,
M
K
B
4 Anestesi - 2 Lanjut M
5 K
Uncommon K
Disease
46 Komprehensif - 3 Lanjut MKK
Anestesi
Traumatologi

47 Komprehensif 3 - Lanjut MKK


Intensive
Care Unit
(ICU)

4 Publikasi - MKK
8 3 Lanjut
Ilmiah

4 Sidang 2 MKK
9 - Lanjut
Usulan
Penelitian
Beban studi pendidikan tahap 2 7 26 34
sks sks sks
Prosentase 15. 84,9 100
1% % %

Tabel Organisasi Materi Pendidikan Tahap 3


Pendidikan Tahap 3 – Semester 7 s/d 8 (Open semester)
Beban Studi Jenis Kelomp
No (sks)
N Mata Ajaran Kompeten ok
o mor Akademi Prof si Matakul
k esi
Mo Utama iah
dul Wa
jib
5 Komprehensif - Lanj MKK
0 Anestesi Bedah 3 ut
Saraf / Anestesi
Regional
5 Komprehensif - Lanj MKK
1 Anestesi Pediatrik / 3 ut
Anestesi Bedah
Digestif-Obstetri
5 - Lanj MKK
2 Komprehensif 2 ut
Anestesi
Kardiotorasik
5 Komprehensif
3 Anestesi Urologi 3
dan Geriatri /
Anestesi - Lanj MKK
Bedah THT / ut
Anestesi Bedah
Rawat Jalan

5
4 Komprehensif 6
Anestesi Emergensi
dan Critical Care
- Lanj MKK
ut

5
5 Komprehensif 3
Anestesi
Uncommon - Lanj MKK
Disease ut

5 - Lanj MKK
6 Komprehensif 2 ut
Anestesi Penyakit
Khusus
5 - Lanj MKK
7 Pengabdian Kepada 3 ut
Masyarakat
5 - Lanj MKK
8 Tugas Akhir 6 ut
Beban studi pendidikan tahap 3 0 sks 31 31
sks sks
Prosentase 0% 100 100
% %
BAB V
MONITORING DAN
EVALUASI

Institusi pendidikan dokter spesialis (IPDS) Anestesiologi dan


Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Riau, melalui Ketua
Program Studi dan berkoordinasi dengan Ketua Departemen, melaksanakan
fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan, evaluasi hasil
belajar dan evaluasi program, serta pengembangan kurikulum. Program
Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNRI menyusun kurikulum dan
rencana pembelajaran dalam setiap mata kuliah yang menyesuaikan dengan
Standar Nasional Pendidikan Profesi Dokter Spesialis dan muatan lokal yang
ada, dan terangkum dalam kurikulum inti dan kurikulum institusional.
Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNRI dalam
menyelenggarakan program pembelajaran menyesuaikan dengan standar isi,
standar proses dan standar penilaian yang telah ditetapkan dalam rangka
mencapai capaian pembelajaran lulusan. Dalam rangka menjaga dan
meningkatkan mutu proses pembelajaran, Program Studi Anestesiologi dan
Terapi Intensif FK UNRI melakukan kegiatan pemantauan dan evaluasi
secara periodik serta melaporkan hasil program pembelajaran.
BAB VI
EVALUASI HASIL
BELAJAR

Penilaian hasil belajar memiliki prinsip edukatif, otentik, objektif,


akuntabel, dan transparan yang dilakukan secara integrasi. Metode penilaian
hasil belajar mampu menggambarkan pencapaian kompetensi sesuai dengan
Standar Kompetensi Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif.
Metode yang digunakan terdiri atas observasi atau pengamatan terus
menerus, log book, ujian tulis, ujian keterampilan, dan ujian akhir/lisan.
Penilaian atau evaluasi hasil pembelajaran terdiri dari evaluasi lokal
atau institusional (ujian lokal) dan evaluasi nasional (ujian nasional). Pada
akhir tahapan pendidikan dilakukan ujian yang bersifat nasional yang
meliputi ujian tulis nasional, ujian kompetensi nasional, dan ujian akhir
nasional untuk memperoleh ijazah dokter spesialis dari Program Studi
Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNRI sekaligus sertifikat kompetensi
dari KATI dan/atau PERDATIN.
Secara umum sistem evaluasi kompetensi di program studi
Anestesiologi danTerapi Intensif FK UNRI ditujukan untuk menilai tiga
ranah pendidikan yaitu sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan
keterampilan (psikomotor).
Adapun bentuk penilaian yang dilakukan ialah:
1. Kognitif
● Ujian stase atau rotasi.
● Ujian kompetensi tahap I, II, dan III.
● Ujian tulis nasional.
● Ujian akhir nasional.
2. Keterampilan
● Evaluasi buku catatan (log book).
● Ujian keterampilan dalam bentuk DOPS.
● Ujian kompetensi nasional (OSCE).
3. Afektif
● Absensi (kehadiran)
● Penilaian 3600 melalui miniPAT oleh 6 (enam) orang yang ditentukan oleh
KPS secara berkala mengenai:
a. Etika profesionalisme meliputi sikap terhadap penderita, sikap terhadap
staf pendidik dan kolega, sikap terhadap paramedis dan non-paramedis,
rasa disiplin dan tanggung jawab, ketaatan pengisian dokumen medik,
ketaatan tugas yang diberikan, dan ketaatan melaksanakan pedoman
penggunaan obat dan alat.
b. Komunikasi efektif terhadap peserta, staf pendidik dan kolega, dan
terhadap paramedis dan non-paramedis.
c. Kerja sama tim meliputi kerja sama yang baik antara kolega, dokter,
perawat, karyawan kesehatan, pasien, dan keluarga pasien dan bisa
bekerja sama dalam bentuk tim secara harmonis untuk pelayanan secara
optimal.
d. Patient safety berupa mengikuti kaidah-kaidah patient safety dan
IPSG 1-6.

6.1 Log Book


Log book merupakan buku kegiatan harian yang dilakukan oleh
peserta program selama mengikuti pendidikan, yang meliputi :
a. Kegiatan klinis harian sesuai dengan stase / rotasi yang telah ditentukan
oleh KPS dan didasarkan pada kurikulum inti nasional.
b. Kegiatan ilmiah rutin: telaah pustaka (textbook reading), telaah jurnal
(journal reading), laporan kasus, dan referat.
c. Kegiatan bimbingan, pelatihan, penyuluhan, dan sebagainya: dokter
muda (ko-asisten), perawat.
d. Kegiatan presentasi: tingkat lokal, nasional, dan internasional
e. Kegiatan evaluasi yang terjadwal, seperti ujian lokal, ujian nasional, dan
lain-lain
6.2 Ujian Lokal
Ujian lokal adalah ujian yang diikuti oleh peserta program yang
bersifat institusional untuk mengevaluasi capaian hasil pembelajaran
berdasarkan standar pendidikan dan kurikulum institusional. Ujian lokal
mengikuti ketentuan yang berlaku di Program Studi Anestesiologi dan
Terapi Intensif FK UNRI. Ujian lokal yang dilaksanakan berupa:
1. Ujian Kompetensi Lokal
Ujian kompetensi lokal bertujuan untuk mengevaluasi pencapaian
kompetensi peserta program. Ujian ini mencakup ujian stase yang
dilakukan pada awal sebelum masuk stase dan setelah akhir rotasi /
stase. Ujian Kompetensi ada tiga tahap yaitu:
a. Tahap I (Akhir semester IV)
Evaluasi tahap I bertujuan untuk mengetahui apakah paket
pendidikan dasar telah dilaksanakan dengan baik dan benar.
Evaluasi ini bertujuan untuk menentukan apakah peserta program
dapat melanjutkan pendidikan tahap berikutnya atau dianjurkan
untuk mengundurkan diri. Pada semester I berupa ujian RJPO
(Resusitasi Jantung Paru Otak), semester II berupa ujian balans,
semester III berupa ujian co-existing dan regional spinal, semester 4
berupa ujian pediatrik 1 dan spinal 2.
b. Tahap 2 (Akhir semester VI)
Evaluasi tahap pertengahan bertujuan untuk mengetahui apakah
seluruh paket pendidikan telah dilaksanakan dengan baik dan benar.
Evaluasi ini menentukan apakah peserta program dapat melanjutkan
ke pendidikan tahap berikutnya. Untuk semester 5 berupa epidural,
neuro 1, dan pediatrik 2, untuk semester 6 berupa ujian toraks, ICU,
dan neuro 2.
c. Tahap III (Akhir semester VIII)
Evaluasi tahap akhir bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh
paket pendidikan telah di laksanakan dengan baik dan benar.
Pelaksanaan evaluasi tahap akhir berupa ujian lisan mengenai semua
aspek anestesiologi yang bersifat teknis- klinis dan membahas secara
komprehensif tentang hasil penelitian yang telah di lakukan sebagai
syarat untuk mengikuti ujian akhir yang bersifat nasional.
Persyaratan untuk mengikuti ujian akhir peserta harussudah lulus
ujian teori tahap awal yang bersifat nasional dan lulus semua paket
pendidikan.Ujian ini berupa Mini-PAT (Mini-peer assessment
tool), DOPS (Direct Observation Procedural Skill), dan atau CbD
(Case-based Discussion).
2. Ujian Karya ilmiah akhir atau penelitian
Ujian ini bertujuan untuk menilai karya ilmiah akhir atau penelitian
berupa tesis yang telah dilakukan oleh peserta program. Hasil ujian
penelitian ini dapat dijadikan bagian dari Integrated degree bagi IPDS
melaksanakan program tersebut pada kurikulum institusionalnya dengan
mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku secara nasional dan
institusional.
3. Ujian Lokal Lain
Ujian ini dapat berupa lisan, tulis atau keterampilan yang mendukung
penerapan kurikulum institusional. Ujian lokal ini bertujuan untuk
mengetahui apakah peserta program mempunyai kemampuan secara
komprehensif meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap akademik
profesional dokter spesialis anestesiologi dan terapi intensif.
6.3 Ujian Nasional
Ujian nasional ialah evaluasi kompetensi keprofesian tahap nasional
yang dikoordinasikan oleh KATI dengan tujuan menjamin dan menyetarakan
mutu dan kompetensi dokter spesialis Anestesi dan Terapi Intensif. Selain
sebagai bagian dari evaluasi hasil pembelajaran, Ujian nasional ini adalah
salah satu prasyarat pengajuan sertifikat kompetensi kepada Kolegium. Ujian
nasional ini harus dijalani oleh semua dokter spesialis anestesi yang akan
melakukan praktek kedokteran dibidang Anestesiologi dan Terapi Intensif di
Indonesia. Berdasarkan peraturan Konsil Kedokteran Indonesia no. 7 tahun
2012, no. 14 tahun 2013, dan no. 157/KKI/PER/XII/2009 tentang program
adaptasi, Peserta Program Adaptasi juga diwajibkan mengikuti ujian
nasional dan dinyatakan lulus agar dapat memperoleh sertifikat kompetensi
sebagai salah satu prasyarat untuk mendapatkan Surat Tanda Registrasi.
Ujian Nasional terdiri dari Ujian Tulis Nasional, Ujian Kompetensi Nasional
dan Ujian lisan Akhir Nasional. Ujian nasional dilaksanakan dan diatur oleh
Komisi Ujian Nasional (KUN) yang dibentuk KATI.
Penentuan kelulusan harus menggunakan Penilaian Acuan Patokan
(Criterion-referenced). Kriteria kelulusan merupakan hasil pencapaian
kompetensi dengan mempertimbangkan aspek hard skills dan soft skills.
Penilaian hasil belajar harus memenuhi asas validitas, reliabilitas, kelayakan
dan mendorong proses belajar.

6.3.1 Ujian Tulis Nasional


Ujian tulis nasional adalah ujian pengetahuan klinis spesialis dasar
(Basic Specialist) yang diselenggarakan dua kali/tahun (Januari dan Juli).
Ujian ini ditujukan kepada peserta program yang telah menyelesaikan
pendidikan tahap 1 (semester 4). Tujuan ujian ini adalah untuk menjamin
dan menyetarakan kemampuan dan pengetahuan klinis spesialis dasar
(Basic specialist).
Tatalaksana ujian tulis nasional :
1. Bahan ujian mencangkup semua aspek Anestesiologi dan Terapi Intensif
sesuai dengan modul yang berlaku
2. Soal ujian dalam bentuk pilihan ganda 1 (satu) di antara 5 (lima).
3. Ujian merupakan ujian pengetahuan dasar anestesiologi dan terapi
intensif (anatomi, fisiologi dan farmakologi terapan), dan pengetahuan
klinis spesialis dasar (Basic Specialist Training).
4. Ujian diselenggarakan 2 (dua) kali dalam satu tahun (Januari dan Juli).
5. Ujian tulis :
a. Soal ujian diambil dari setiap IPDS dan dikumpulkan dalam bank
soal.
b. Pemilihan soal yang akan diujikan dalam satu periode ujian
dilakuakn oleh tim reviewer KUN. Jawaban soal harus dapat
ditemukan di buku standar yang telah ditentukan. Tim reviewer
berhak mengubah, melakukan revisi susunan pertanyaan dan kalimat
pilihan pertanyaan.
c. Daftar nama peserta ujian dikirim oleh setiap IPDS paling lambat 1
(satu) bulan sebelum pelaksanaan ujian tulis nasional.
d. Ujian tulis dilaksanakan serentak pada hari yang sama di pusat-pusat
pendidikan yang telah ditentukan. Pengawas ujian berasal dari pusat
pendidikan yang berbeda, ditentukan oleh KUN.
6. Ketentuan lulus adalah 65
7. Pengumuman hasil ujian diumumkan segera setelah penilaian ujian tulis
nasional selesai.
8. Peserta yang dinyatakan tidak lulus diperbolehkan mengulang pada ujian
nasional berikutnya
9. Peserta ujian nasional yang dinyatakan lulus diberi sertifikat yang
ditandatangani oleh ketua KATI.
10. Untuk setiap peserta dikenakan biaya ujian yang besarnya sesuai dengan
ketentuan yang disepakati pada setiap periode ujian dan biaya ujian
dikirimkan ke alamat rekening yang sudah ditentukan.
11. Transportasi dan akomodasi pengawas ditanggung oleh IPDS yang
menyelenggarakan ujian dan honorarium pengawas ditanggung oleh
KATI.

6.3.2 Uji Kompetensi Nasional


Ujian kompetensi adalah ujian OSCE (Objective Structured
Clinical Examination) yang diselenggarakan satu kali/tahun oleh KUN.
Ujian diselenggarakan bersamaan dengan kegiatan ilmiah / konggres /
pertemuan yang diselenggarakan oleh KATI / PERDATIN dan bersifat
nasional. Ujian ini ditujukan kepada peserta program yang akan
menyelesaikan pendidikan tahap 2 (semester 6) dan/atau sedang menjalani
awal pendidikan tahap 3 (semester 7). Tujuan ujian ini adalah untuk
mengevaluasi kompetensi dasar dan lanjut peserta program agar tercapai
standar kompetensi nasional.
Tatalaksana ujian kompetensi nasional :
1. Bahan ujian mencangkup semua aspek anestesiologi dan terapi intensif
sesuai dengan modul yang berlaku
2. Soal ujian dalam bentuk OSCE (Objective Structured Clinical
Examination)
3. Ujian merupakan ujian pengetahuan anestesiologi dan terapi intensif,
penatalaksanaan kasus, keterampilan klinis spesialis dasar (Basic
Specialist Skill) dan Keterampilan klinis spesialis lanjut (Advanced
specialist skill).
4. Ujian diselenggarakan satu kali/tahun oleh KUN.
5. Ujian diselenggarakan bersamaan dengan kegiatan ilmiah/ kongres/
pertemuan yang diselenggarakan oleh KATI/ PERDATIN dan bersifat
nasional.
6. Ujian Kompetensi merupakan susunan kasus diujikan yang
menggambarkan kemampuan yang diuji secara proporsional.
7. Ujian Kompetensi menentukan keterampilan klinik, keterampilan
komunikasi, dan pengetahuan yang diuji dengan memperhatikan
keterwakilan sistem, lokasi, fokus kompetensi, serta kasus sehingga
peserta diuji secara komprehensif.
8. Kompetensi yang dinilai :
a. Kompetensi Umum
i. Etika
ii. Kemampuan komunikasi
iii. Kerjasama tim
iv. Patient safety
b. Kompetensi Dasar
i. Ilmu kedokteran dasar
ii. Basic Specialist Skill
iii. Perioperative medicine
iv. Penatalaksana nyeri
v. Emergency medicine
c. Kompetensi Lanjut
i. Advanced Specialist Skill
ii. Critical care
9. Ujian Kompetensi Nasional / OSCE :
a. Jenis stasion :
i. Emergency medicine (BLS, ALS, Disaster medicine, dll)
ii. Critical care
iii. Perioperative medicine
iv. Anestesi umum
v. Anestesi regional (neuroaxial)
vi. Anestesi regional (blok saraf tepi)
vii. Penatalaksana nyeri
viii. Anesthesia and uncommon diseases
b. Format penulisan soal :
i. Nomor station
ii. Judul stasion
iii. Waktu yang dibutuhkan
iv. Tujuan station
v. Kompetensi
vi. Kategori
vii. Instruksi untuk peserta
viii. Instruksi untuk penguji
ix. Instruksi untuk pasien simulasi
x. Peralatan yang dibutuhkan
xi. Penulis
xii. Referensi
xiii. Lembar Penilaian (Rubrik)
c. Soal OSCE dibuat oleh KUN yang juga merupakan tenaga kesehatan
sesuai profesi dari institusi pendidikan di Indonesia. Proses
pembuatan soal dilakukan bersama-sama dalam suatu lokakarya.
Soal yang dihasilkan dari workshop ini kemudian ditelaah bersama
KUN untuk analisis kemungkinan pelaksanaan station tersebut.Soal
yang telah dianggap layak selanjutnya ditelaah kembali oleh Divisi
terkait (panel expert).Selanjutnya soal ini diujicobakan pada
pelatihan penguji OSCE dan pelatih Pasien Standarisasi (PS). Soal
yang baik disimpan dalam bank soal KUN dan memiliki kesempatan
untuk diujikan pada Ujian Kompetensi.Setiap soal OSCE harus
dibuat sesuai cetak biru penilaian dan format penulisan soal yang
disepakati dengan menggunakan formulir yangterstandarisasi serta
direview bersama sesuai formulir yang terstandarisasi.
10. Ketentuan lebih lanjut tentang ujian kompetensi akan ditetapkan oleh
KUN KATI
11. Ketentuan lulus adalah 70
12. Pengumuman hasil ujian diumumkan segera setelah penilaian ujian
kompetensi selesai.
13. Peserta yang dinyatakan tidak lulus diperbolehkan mengulang pada ujian
kompetensi berikutnya
14. Peserta ujian kompetensi yang dinyatakan lulus diberi sertifikat yang
ditandatangani oleh ketua KATI.
15. Untuk setiap peserta dikenakan biaya ujian yang besarnya sesuai dengan
ketentuan yang disepakati pada setiap periode ujian dan biaya ujian
dikirimkan ke alamat rekening yang sudah ditentukan.
16. Transportasi dan akomodasi penguji ditanggung oleh Panitia kegiatan
ilmiah / konggres / pertemuan yang diselenggarakan oleh KATI /
PERDATIN.
17. Honorarium Penguji ditanggung oleh KATI.

6.3.3 Ujian Akhir Nasional


Ujian akhir nasional merupakan evaluasi akhir yang bertujuan untuk
mengetahui apakah peserta program mempunyai kemampuan secara
komprehensif meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional
dokter spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif. Ujian ini dikoordinasi
oleh KATI melalui KUN berupa ujian lisan. Untuk dapat mengikuti ujian
akhir nasional, peserta program harus:
1. Memenuhi jumlah kasus yang ditentukan dalam pencapaian kompetensi
dengan dibuktikan oleh log book.
2. Sudah lulus ujian tulis nasional dan ujian kompetensi nasional.
3. Menyelesaikan karya ilmiah akhir / penelitian dengan melampirkan
intisari hasil penelitian.
Tatalaksana ujian akhir nasional:
1. Bahan ujian mencangkup semua aspek anestesiologi dan terapi intensif
sesuai dengan modul yang berlaku
2. Ujian dalam bentuk ujian lisan tentang penatalaksanaan kasus klinis.
3. Ujian diselenggarakan setiap saat bila sudah ada peserta program yang
siap.
4. Ujian akhir nasional :
a. Soal-soal ujian dibuat oleh IPDS yang akan menyelenggarakan
ujian, dengan melibatkan bidang minat sesuai dengan topik yang
akan diujikan. Soal berupa penatalaksanaan kasus secara
komprehensif, baik kasus darurat, kasus pembedahan elektif, kasus
pembedahan dengan penyakit penyerta, teknik tertentu maupun
pengelolaan pasien ICU.
b. Semua pertanyaan disertai dengan jawabannya, ditulis dan dibagikan
kepada semua anggota tim penguji yang ditunjuk, dan kepada notulis
bukan penguji.
c. Sebelum ujian dilaksanakan, materi yang akan diujikan dibahas oleh
semua anggota tim penguji, untuk mendapatkan kesamaan persepsi.
d. Disiapkan 5 (lima) kasus untuk masing-masing peserta ujian.
e. Bila peserta ujian telah mencapai minimum passing level (MPL)
dari 3 kasus materi ujian, maka 2 kasus yang lain tidak perlu
diujikan.
f. MPL untuk ujian lisan ditentukan 70 (kumulatif). Setiap kasus terdiri
dari 5 – 10 soal atau soal berantai.
g. Permintaan penguji dari pusat pendidikan yang akan
menyelenggarakan ujian ditujukan kepada KUN dengan tembusan
kepada Ketua KATI, 1 (satu) bulan sebelum tanggal
ujian, sedapat mungkin disertai dengan topik yang akan diujikan
h. Ujian diselenggarakan di pusat pendidikan tempat peserta ujian.
Penyelenggaraan ujian dapat dilakukan setiap saat apabila sudah ada
peserta yang siap untuk diuji.
5. Pelaksanaan ujian :
a. Tatacara ujian dibacakan kepada peserta ujian oleh Ketua tim
penguji
b. Cara penilaian dilakukan dengan menggunakan pedoman penilaian
yang sudah dibakukan
c. Salah seorang penguji mengajukan pertanyaan sesuai dengan yang
telah ditentukan, dan masing-masing penguji member penilaian
terhadap semua jawaban peserta ujian.
d. Semua tanya jawab selama ujian berlangsung dicatat oleh notulensi
bukan penguji, dan direkam. Keduanya akan digunakan sebagai
bahan pertimbangan apabila terdapat perbedaan nilai yang mencolok
antara penguji (lebih dari 20)
e. Hasil ujian diumumkan segera setelah ujian berakhir.
f. Peserta dinyatakan lulus atau tidak lulus dalam suatu berita acara
ujian.
6. Ketentuan lulus adalah 70 (kumulatif).
7. Apabila peserta tidak lulus, ujian ulangan dapat dilakukan sesuai
kesepakatan.
8. Peserta ujian nasional yang dinyatakan lulus diberi sertifikat yang
ditandatangani oleh ketua KATI.
9. Untuk setiap peserta dikenakan biaya ujian yang besarnya sesuai dengan
ketentuan yang disepakati pada setiap periode ujian dan biaya ujian
dikirimkan ke alamat rekening yang sudah ditentukan.
10. Transportasi dan akomodasi penguji ditanggung oleh IPDS yang
menyelenggarakan ujian dan honorarium penguji ditanggung oleh
KATI.
Peraturan Pelaksanaan Ujian Akhir Nasional
Hak Anggota :
1. Mengajukan pertanyaan sesuai dengan pertanyaan yang sudah disiapkan.
2. Memberikan pengarahan bila dipandang perlu
3. Untuk mengajukan satu pertanyaan digunakan waktu tidak lebih dari 3
menit
4. Bila perlu, dapat meminta anggota tim penguji yang lain untuk
membantu memperjelas pertanyaan

Hak Peserta Program Yang Diuji :


1. Mengajukan pertanyaan penjelas apabila ada pertanyaan dari penguji
yang dianggap kurang jelas.
2. Mengajukan permintaan data penunjang.

Penetapan Angka:
1. Masing-masing anggota tim penguji menggunakan daftar jawaban yang
telah disiapkan sebagai dasar pemberiak nilai minimum
2. Angka terakhir adalah jumlah angka masing-masing penguji dibagi
jumlah penguju.
3. Jika perbedaan nilai diantara penguji > 20, penetapan angka dilakukan
dengan mendengarkan rekaman jawaban dan catatan notulis bukan
penguji

Penetapan Angka Kelulusan:


1. Minimum passing level (MPL) ditetapkan 7
2. Jika peserta program tidak mencapai nilai MPL, ujian ulangan
ditetapkan oleh penguji dan peserta program dengan syarat yang harus
dipenuhi.
Lain-lain
1. Untuk masing-masing peserta program, jumlah penguji minimum 3
orang, terdiri dari minimal 1 (satu) orang penguji yang ditunjuk oleh
KUN KATI.
2. Satu orang notulis bukan penguji berasal dari pusat pendidikan yang
menyelenggarakan ujian.
3. Semua pertanyaan dan jawaban direkam.
Skoring / Pemberian Nilai Ujian Akhir Nasional
● Jawaban lengkap tanpa pengarahan 90
● Jawaban lengkap dengan sedikit pengarahan 80
● Jawaban lengkap dengan cukup pengarahan 70
● Jawaban kurang lengkap (lebih dari 50%) dengan cukup
60
pengarahan
● Jawaban kurang lengkap (kurang dari 50%) dengan
50
cukup pengarahan
● Jawaban salah meskipun dengan cukup pengarahan 0
● Soal beranta
1. Jawaban pertama salah 0
2. Jawaban berikutnya maksimum mendapat nilai 70
Catatan : Bila ada ekstra jawaban yang baik, nilai dapat
diperhitungkan dan jawaban dapat diberi nilai sampai 100 dan
Minimum Passing Level : 70

6.3.4 Penilaian
6.3.4.1 Sistem Penilaian
Kisaran angka Huruf mutu Bobot
> 75 – 100 A 4
> 70 – 75 AB / B+ 3,5
> 65 – 70 B 3
> 60 – 65 BC / C+ 2,5
> 55 – 60 C 2
> 50 – 55 CD / D+ 1,5
> 45 – 50 D 1
≤ 45 E 0
6.3.4.2 Pedoman Penghitungan Indek Prestasi
Kisaran angka Huruf mutu Bobot

> 3,75 A 4

3,25 – 3,74 AB / B+ 3,5

2,75 – 3,24 B 3

2,25 – 2,74 BC / C+ 2,5

1,75 – 2,24 C 2

1,25 – 1,74 CD / D+ 1,5

0,75 – 1,24 D 1

< 0,75 E 0

6.3.4.3 Pembobotan Nilai


N Penilai Bobot
o an
1. Kognitif 30%
2. Psikomotor 30%
3. Afektif 40%
Total 100%

6.3.4.4 Predikat Kelulusan


Indek Predikat Kelulusan
Prestasi
3,00 – 3,50 Memuaskan
3,51 – 3,75 Sangat memuaskan
3,76 – 4,00 Pujian (Cumlaude)

Berdasarkan permendikbud no.49/2014 pasal 24 ayat 3, peserta program


spesialis dinyatakan lulus bila indeks prestasi kumulatif 3.00 atau lebih.
6.3.5 Komisi Ujian Nasional
1. KUN dibentuk oleh KATI dengan masa kerja sesuai kepengurusan
KATI, dan maksimum 2 (dua) kali masa kepengurusan.
2. Tugas KUN :
a. Mengembangkan panduan sistem ujian nasional
b. Mengkoordinasikan penyelenggaraan ujian nasional
c. Menetapkan penguji nasional
d. Menyusun daftar kelompok penguji nasional
e. Mendokumentasikan penyelenggaraan ujian nasional
f. Mensyahkan lulus atau tidaknya peserta ujian
g. Melaporkan secara tertulis dan mempertanggungjawabkan kegiatan
ujian nasional kepada Ketua KATI

6.3.5.1 Penguji Ujian Nasional


Daftar penguji nasional diperoleh KUN dari IPDS dengan ketentuan:
1. Staf penilai (SpAn yang telah lulus minimal lebih dari 5 tahun, dan
berada di institusi pendidikan selama masa tersebut) dan memenuhi
kriteria sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Dianggap layak oleh IPDS setempat
3. Daftar personalia PUN ditentukan setiap akan dilaksanakan ujian
nasional
4. Anggota PUN diusulkan oleh IPDS setelah mendapat
persetujuan/pengesahan dari Ketua Departemen setempat.
5. Setiap penguji mendapatkan sertifikat keikutsertaannya sebagai PUN
yang ditandatangani oleh ketua KATI
6. Pada ujian akhir nasional harus diikutisertakan minimal 1 (satu) penguji
yang bukan berasal dari IPDS tempat peserta program belajar
7. Pada setiap ujian nasional diupayakan minimal ada seorang penguji
internasional
SPESIALIS ANESTESI

U
Ujian Nasional Spesialis Anestesi:Mampu memberikan pelayanan anestesi paripurna sesuai standar operasional prosedur, etik dan j
i
hukum kedokteran; Mampu memberikan pelayanan bantuan hidup baik dasar atau lanjutan dalam kegawatdaruratan sesuai standar
a
operasional prosedur, etik dan hukum kedokteran; Mampu memberikan pelayanan terapi intensif dasar sesuai standar operasional
n
prosedur, etik dan hukum kedokteran; Mampu memberikan pelayanan nyeri paripurna sesuai standar operasional prosedur, etik
dan hukum kedokteran; Mampu menghasilkan karya ilmiah yang sesuai dengan kaidah ilmiah nasional dan internasional A

Ujian
Ujian kompetensi Tahap 3 (Ujian Lokal

S
Mampu melakukan manajemen paripurna
Mampu melakukan manajemen e
anestesi terapi intensif dasar m
paripurna nyeri perioperatif e
Mam
Mampu menghasilkan karya ilmiah dengan s
Mampu melakukan pu
benar
melak
manajemen paripurna anestesi
ukan
Ujian Kompetensi
mana
Nasional
jeme
n
parip
urna
emester 5,
kega
6
watd
arurat
an

Mampu menjelaskan perawatan intensif pada kasus


Mampu melakukan penatalaksanaan
khusus dengan benar dan melakukan perawatan
nyeri pada pediatri dan geriatri dan
intensif pada kasus khusus dengan benar
melakukan nyeri pada paliatif

Mampu menjelaskan prinsip bantuan hidup dasar dan lanjutan Ma


Mampu menjelaskan prinsip anestesi

pada bedah emergency tingkat lanjut tingkat lanjut dengan benar, melakukan penatalaksanaan bantuan mpu

dengan benar dan melakukan anestesi hidup dasar dan lanjutan tingkat lanjut dengan benar dan memb

uat
Mam Mampu menjelaskan prinsip anestesia Mampu menjelaskan prinsip anestesia

pu elektif tingkat lanjut dengan benar dan kasus khusus dengan benar, dan

melakukan melakukan keterampilan anestesi elektif melakukan ketrampilan anestesi kasus

Ujian Tulis Nasional

Mampu menjelaskan penatalaksanaan nyeri akut dan nyeri kronik perioperatif dan analgesia preemptif secara
farmakologik, blok neuroaksial atau kombinasi, melakukan penatalaksanaan nyeri akut dan nyeri kronik
perioperatif dan analgesia preemptif secara farmakologik dan blok neuroaksial atau kombinasi

Mampu menjelaskan prinsip bantuan hidup Mampu mejelaskan perawatan intensif dasar dengan
dasar dan lanjutan tingkat awal dengan benar, melakukan perawatan intensif dasar dengan
benar, melakukan penatalaksanaan bantuan benar, menjelaskan dasar perawatan paska henti jantung
hidup dasar dan lanjutan tingkat awal dengan benar dan melakukan perawatan paska henti
dengan benar Mampu menjelaskan proses 5
jantung pembelajaran
dengan klinis
benar
Mampu menjelaskan
multidisiplin denganprinsip
benar, filsafat ilmu dengan benar,
Mampu menjelaskan prinsip anestesi pada
Mamp anestesi elektif tingkat awal
dengan benar dan melakukan bedah emergencyklinik
tingkat awal dengan benar
u metodologi riset dan statistik dengan benar, epidemiologi
keterampilan anestesi elektif
tingkat awal
melaku dan melakukan prinsip anestesi pada bedah
kan emergency tingkat awal denganbenar
komun
ikasi
medis
BAB VII
PESERTA
DIDIK

7.1 Sistem Rekrutmen Peserta Didik Baru


7.1.1 Kriteria Penerimaan Peserta Didik Baru
Calon peserta didik baru PPDS-1 dalam Program Studi Anestesiologi dan
Terapi Intensif dapat melihat persyaratan atau kelengkapan administrasi serta
jadwal ujian di Sekretariat Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS)
Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh
calon peserta didik sebagai berikut:

1. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) rata-rata (IPK S.Ked + IPK Dokter


dibagi dua) minimal 2.75 dengan ketentuan salah satu IPK (S.Ked +
Dokter) tidak dibawah IPK 2,5

2. Calon peserta didik maksimal berusia 35 tahun


3. Calon peserta maksimal telah mengikuti 2 (dua) kali seleksi pada
program studi yang sama di Fakultas Kedokteran Universitas Riau
4. Calon peserta didik membuat surat permohonan dalam bentuk tulisan
tangan ditujukan kepada Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Riau
5. Calon peserta didik mengisi formulir yang telah ditentukan dengan
melampirkan pas foto ukuran 4x6 berwarna sebanyak 3 lembar yang
telah ditanda tangani. Formulir ditandatangani di atas materai Rp.
6.000,-
6. Calon peserta didik melengkapi persyaratan administrasi lain:
− Fotokopi ijazah dan transkrip nilai Sarjana Kedokteran dan Dokter
(profesi) yang telah dilegalisir oleh Fakultas Kedokteran asalnya
− Fotokopi Akta Kelahiran
− Surat rekomendasi dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) setempat yang
menyatakan tidak pernah melakukan malpraktik dan pelanggaran
Kode Etik Kedokteran
− Surat Keterangan Berkelakuan Baik (SKKB) dari Kepolisian yang
masih berlaku
− Surat Keterangan Selesai Masa Bakti (PTT) dari Kementerian
Kesehatan atau surat keterangan akan menyelesaikan PTT bagi yang
belum menyelesaikan masa bakti
− Surat Izin mengikuti pendidikan dari Instansi Kementerian
Kesehatan, Kementerian Pertahanan dan Keamanan, Kepolisian
Republik Indonesia atau Kementerian lainnya serta Instansi yang
membiayai, dilengkapi dengan SK Pengangkatan dari Instansi yang
bersangkutan apabila bukan peserta mandiri
− Daftar riwayat hidup
− Fotokopi Kartu Pegawai (Karpeg)
− Fotokopi KTP yang masih berlaku
− Bukti cetak telah terdaftar di PDPT (Pangkalan Data Perguruan
Tinggi). Bagi calon peserta yang tidak terdaftar diwajibkan membuat
surat pernyataan yang ditandatangani di atas materai Rp. 6.000,-
− Fotokopi sertifikat telah mengikuti General Emergency Life
Support (GELS)
− Fotokopi sertifikat tes bahasa Inggris dari Universitas
Riau (SULIET) dengan nilai minimal 450
− Fotokopi tanda lulus Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI)
/ Ujian Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter (UKMPPD)
7. Setelah melengkapi semua persyaratan administasi, semua berkas
permohonan diserahkan ke Sekretariat PPDS Fakultas Kedokteran
Universitas Riau

7.1.2 Praseleksi Penerimaan Peserta Didik Baru


Terdapat beberapa tahapan prosedur yang harus dijalani yaitu:
1. Ketua PPDS melakukan praseleksi untuk menilai kelengkapan dan
keabsahan dokumen lamaran
2. Jika persyaratan administrasi tidak terpenuhi maka akan
dikomunikasikan bahwa calon peserta didik peserta tidak dapat
mengikuti seleksi di bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif
3. Jika persyaratan administrasi terpenuhi maka formulir akan diserahkan
ke bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif untuk dilakukan penilaian
sesuai jadwal yang ditetapkan PPDS
4. Calon peserta didik yang memenuhi persyaratan diharuskan datang
untuk mengikuti uji kesehatan, uji psikologi dan MMPI, tes tertulis,
penelitian berkas dan wawancara dengan panitia guna mengetahui:
a. Penampilan calon
b. Kemampuan berkomunikasi atau berdiskusi
c. Pandangan, sikap dan motivasi calon terhadap bidang Anestesiologi
d. Cita-cita hidupnya setelah pendidikan
e. Pengalamannya dalam bidang penelitian, termasuk kursus- kursus
yang telah diikutinya.
f. Kemampuan untuk mengembangkan ilmunya
g. Keadaan sosial-ekonomi keluarganya

7.1.3 Instrumen Penerimaan Peserta Didik Baru


Instrumen yang digunakan saat seleksi peserta didik baru ialah lembar
komponen penilaian calon PPDS-1 Bagian Anestesiologi dan
Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Riau sebagai berikut:

1. Setiap peserta didik harus memenuhi prasyarat sebagai berikut


(seleksi administrasi)
a. Dokter umum lulusan Fakultas Kedokteran dalam dan luar
negeri yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi (STR)
yang masih berlaku
b. Umur maksimal 35 tahun pada saat mulai pendidikan
c. IPK S.Ked minimal 2,75 dan profesi minimal 2,75
d. Sertifikat TOEFL dengan nilai awal minimal 450, dan TPA
(Bapenna/PLTI) minimal 450 (Masa berlaku max 2 tahun)
e. Memiliki sertifikat ATLS dan ACLS
f. Telah atau sedang bekerja sekurang kurangnya 6 bulan
(diluar masa kerja internsip
2. Calon peserta didik harus melalui tahapan-tahapan seleksi yang
terdiri dari
a. Ujian Computer Based Test (CBT) mengenai pengetahuan
kedokteran umum dan pengetahuan Ilmu Anestesiologi dan
Terapi Intensif.
b. Ujian kemampuan Objective Structured Clinical Examination
(OSCE) Tes wawancara oleh panel yang terdiri dari staf pengajar
ILMU PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI
DAN TERAPI INTENSIF

7.1.4 Sistem Pengambilan Keputusan Peserta Didik Baru


Diterima atau tidaknya calon peserta Program Studi Anestesiologi berdasarkan hasil
penilaian:
1. Kelengkapan administrasi
2. Lama pendidikan
3. IPK
4. Pengalaman kerja dan karya ilmiah berkaitan dengan Critical
Care/Anestesiologi
5. Sertifikat PTC, ATLS, ACLS, GELS, FCCS
6. Hasil ujian tulis
7. Hasil wawancara
8. TOEFL
9. MMPI / psikotes
10. Motivasi asal
11. Tempat tugas
Hasil penilaian akan dirapatkan bersama oleh panitia yang telah ditunjuk dan
dilaporkan oleh KPS kepada Dekan melalui Koordinator Penyelenggara
PPDS untuk kemudian dilaporkan kepada Rektor Universitas Riau.

Gambar Sistem Rekrutmen Calon Peserta Didik Baru


7.1.5 Penerimaan Peserta Didik Baru
Calon peserta didik yang diterima selanjutnya melakukan pendaftaran ulang
di BAAK Universitas Riau untuk menyelesaikan persyaratan administrasi
sebagai mahasiswa baru, membayar SPP dan TPP serta mendapatkan Kartu
Mahasiswa. Calon peserta didik harus menandatangani surat perjanjian yang
menerangkan bahwa yang bersangkutan akan tunduk kepada peraturan dan
ketentuan serta keputusan program studi, PPDS, Fakultas, Universitas dan
RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang sebagai rumah sakit pendidikan.
Setelah persyaratan administrasi telah diselesaikan maka calon peserta didik
tersebut secara resmi sudah menjadi residen dan dapat memulai
pendidikannya.

7.2 Suasana Akademik


7.2.1 Hak Peserta Didik
Secara umum seorang peserta didik mempunyai hak sebagai berikut:
1. Hak atas otonomi keilmuan dan mimbar akademik antara lain hak untuk
menentukan judul laporan ilmiah, laporan kasus, journal reading, dan
judul penelitian
2. Hak atas kebebasan akademik antara lain hak untuk diikutsertakan
dalam perlombaan ilmiah baik tingkat nasional atau internasional, hak
untuk diikutsertakan dalam kegiatan ilmiah (simposium atau workshop)
nasional atau internasional
3. Hak untuk mengutarakan keluhan
4. Hak untuk diikutsertakan dalam kegiatan supervisi dan bimbingan
kepada peserta didik yang lebih muda dan dokter muda
5. Hak untuk diikutsertakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat,
pelatihan maupun kepanitiaan suatu acara
6. Hak untuk memperoleh kompetensi sebagai dokter spesialis anestesi
7. Hak untuk memberikan penilaian dan masukan mengenai staf pendidik
dan sistem pendidikan

7.2.2 Kewajiban
Secara umum seorang peserta didik mempunyai kewajiban sebagai berikut:
1. Wajib untuk patuh terhadap tata tertib yang berlaku
2. Wajib menjalani semua proses kurikulum yang berlaku
3. Wajib bekerja di bawah supervisi tenaga pengajar
4. Wajib bekerja sesuai dengan tahapan pendidikannya (level
kompetensinya)

7.2.3 Waktu Pendidikan


Adapun waktu pendidikan yang harus diikuti seorang peserta didik ialah:
1. Pada hari kerja: acara rutin / kegiatan harian mulai pukul 07.00 sampai
dengan pukul 16.00 atau sampai ada serah terima dengan pengganti atau
bila ada kegiatan lain untuk hari kerja dan tugas jaga mulai pukul 16.00
sampai dengan pukul 07.00 esok harinya.
2. Di luar jam kerja: tugas jaga mulai pukul 07.00 sampai dengan pukul
07.00 esok harinya.
3. Waktu tersebut di atas dapat berubah apabila ada peraturan yang lebih
baru

7.2.4 Tata Tertib Umum


1. Hadir tepat waktu sesuai dengan ketentuan di atas
2. Berpakaian sesuai dengan peraturan yang ditetapkan
3. Tidak meninggalkan lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Riau-
RSAA Arifin Ahmad Pekanbaru kecuali untuk stase
luar atau tugas resmi dengan izin atau sepengetahuan KPS dan SPS
4. Segala sesuatu berkenaan dengan tugas jaga di rumah sakit luar selain
jejaring dan afiliasi Fakultas Kedokteran Universitas Riau-RSAA Arifin
Ahmad Pekanbaru merupakan tanggung jawab pribadi peserta didik
tersebut bukan di bawah Departemen / Bagian Anestesiologi dan Terapi
Intensif
5. Tata tertib dan peraturan berlaku di semua rumah sakit jejaring dan
afiliasi

7.2.5 Pemberian Sanksi


Seorang peserta didik akan dikenakan sanksi bila melanggar peraturan-
peraturan sebagai berikut:
1. Peserta didik tidak mematuhi peraturan yang berlaku di tempatnya
berada
2. Peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan selama lebih dari 14 hari
berturut-turut dengan atau tanpa izin harus mengulang atau mengganti
stase dimana dia harusnya berada saat itu
3. Peserta didik tidak mengikuti acara rutin atau kegiatan harian
4. Peserta didik tidak mengikuti acara ilmiah (bukan sebagai pembicara)
lebih dari 10 %
5. Peserta didik tidak melakukan konsultasi dalam menangani pasien gawat
darurat
6. Peserta didik terlambat hadir ke acara ilmiah, kamar operasi atau stase
dimana dia harusnya berada saat itu
7. Peserta didik menyebabkan kematian atau kecacatan pasien akibat
anestesi yang disebabkan karena teknik anestesi tidak sesuai dengan
standar pelayananan anestesi di RS dimana ia bekerja.
8. Peserta didik meminta sponsor ke perusahaan Farmasi secara langsung
9. Peserta didik mengikuti simposium/ kongres/ acara ilmiah lain tanpa
sepengetahuan KPS/ SPS
10. Peserta didik terlambat dalam mengajukan tugas ilmiah (sebagai
pembicara)
11. Peserta didik melakukan penggelapan data sampel penelitian, data
pasien pada status dan pemalsuan laporan
12. Peserta didik merusak nama Bagain Anestesi FK UNRI - RSAA
Pekanbaru.
13. Peserta didik merokok di lingkungan RSAA atau tempat
pendidikan.

Bila ada pelanggaran ketentuan ini akan dikenakan sanksi dari mulai berupa
teguran lisan lalu teguran tertulis dan paling berat dari mulai skorsing 1
bulan, 2 bulan, 3 bulan, 6 bulan, sampai dikeluarkan sebagai peserta
pendidikan anestesiologi. Pelanggaran afektif dapat dikenakan hukuman
paling berat sekaligus berdasarkan sidang seluruh staf pengajar. Keputusan
skorsing yang melebihi 3 bulan harus berdasrkan sidang staf pengajar (tidak
diputuskan oleh KPS, SPS, Kabag secara tersendiri). Drop Out diberlakukan
bila melakukan empat kali kesalahan fatal., KPS dengan timnya dapat
menjatuhkan sanksi tanpa sidang seluruh konsulen dengan pengecualian
hukuman skorsing yang melebihi 3 bulan / dikeluarkan dari pendidikan
anestesi. Sanksi dikenakan berdasarkan norma afektif, psikomotor, dan
kognitif.
a. Sanksi Atas Pelangggaran Norma Afektif

Jenis
N Jenis Pelanggaran Sanksi
o. Pertama Kedua Ketiga
Peringatan
1 Memberi keterangan palsu Dikeluark
keras an
Mabuk, berjudi, berkelahi
di
2 tempat pendidikan Dikeluark
dengan siapapun an

Menolak perintah konsulen sesuai


dengan aturan pendidikan atau Peringata Peringata
3 Dikeluark
melalaikan kewajiban tanpa alasan nI n II an
yang kuat
Tidak datang ke Peringatan Peringatan
4 tempat Dikeluark
I Keras an
pendidikan tanpa alasan yang kuat
Mencemarkan nama
Peringata Peringata
5 baik konsulen, Dikeluark
n nI an
bagian,
Keras
institusi
pendidikan
Meninggalkan tempat kerja tanpa Peringatan Peringatan
6 Dikeluark
izin pimpinan atau konsulen I Keras an
Datang terlambat / Peringatan Peringatan
7 pulang Dikeluark
I II an
sebelum waktunya
Peringatan Peringatan
8 Membocorkan rahasia jabatan Dikeluark
Keras I an
Bekerja sama dengan perusahaan Peringatan Peringatan
9 Dikeluark
farmasi dan mendapat imbalan Keras Keras an
Pencurian, manipulasi alat RS /
10 Dikeluark
alat pendidikan. an
Melakukan penganiayaan
11 Dikeluark
terhadap pimpinan / teman kerja an
Melakukan tindakan
yang Peringata
12 mengakibatkan kerusakan barang- Peringatan Dikeluark
n an
barang RS
Keras
Kelalaian dalam Peringatan Peringatan
13 memelihara Dikeluark
barang RS / alat pendidikan I II an
14 Menghasut teman untuk melawan Dikeluark
an
kebijakan bagian / pimpinan /
konsulen
15 Melanggar hukum pidana / perdata Dikeluark
an
Melanggar tata tertib Peringatan
16 umum Dikeluarka
Keras n
sebagai peserta didik
Mengambil obat-obatan milik RS /
menyalahgunaan obat narkotik /
17 sejenisnya Dikeluark
an

b. Sanksi Atas Pelanggaran Psikomotor

Jenis
Sanksi
N Jenis Pelanggaran
o Pertam Kedua Ketiga
a
Menyebabkan kematian
Peringata
1 atau kecacatan Dikeluark
n Keras an
pasien tanpa konsultasi
dengan Chief Residen / Konsulen
Menyebabkan
penderita Peringata Peringata
2 Dikeluark
menanggung kerugian atas tindakan nI n II an
yang dilakukan tanpa konfirmasi
dengan Chief Residen / Konsulen
Menyebabkan kondisi pasien lebih Peringata Peringatan
3 n Dikeluark
buruk dari perkiraan sebelumnya II an
I
Kelalaian dalam menangani pasien
Peringata Peringata
4 sehingga jatuh dalam kondisi yang Dikeluark
nI n II an
lebih buruk
Melakukan tindakan tidak sesuai
Peringata Peringata
5 dengan kompetensi pada semester Dikeluark
nI n II an
yang dijalani
Melakukan tindakan baru / coba-
coba tanpa konsultasi dengan Chief Peringata Peringata
6 Residen / Konsulen Dikeluark
nI n II an

Memberikan obat-obat yang tidak


lazim tanpa izin / konsultasi dengan Peringata Peringata
7 konsulen Dikeluark
nI n II an
c. Sanksi Atas Pelanggaran Kognitif

Jenis
No Jenis Pelanggaran Sanksi
. Pertama Kedua Ketiga
Tidak melakukan kegiatan ilmiah Peringatan Tidak Naik
1 Peringatan
sesuai dengan semesternya Keras Semester
Tidak ujian pada waktu yang Peringatan Tidak Naik
2 Peringatan
telah ditentukan Keras Semester
Tidak mengajukan Peringatan Tidak Naik
3 proposal Peringatan
Keras Semester
penelitian pada waktunya

7.3 Penghentian Pendidikan Peserta Didik


1. Penghentian pendidikan peserta didik bertujuan untuk:
a. Menjaga dan mempertahankan mutu pendidikan.
b. Mempertahankan efisiensi pendayagunaan sumber
pendidikan
c. Sebagai manifestasi tanggung jawab professional.
2. Penghentian pendidikan peserta didik merupakan keputusan akhir
setelah dilakukan serangkaian penilaian terhadap kemajuan pendidikan
yang menunjukkan tanda-tanda semakin jauh dari pencapaian yang telah
ditetapkan dalam kurikulum yang harus diselesaikan. Penilaian meliputi
unsur-unsur kognitif, afektif, dan psikomotor.
3. Keputusan penghentian pendidikan hanya dapat dilakukan oleh KPS
yang selanjutnya dilaporkan ke Komisi Kompetensi KATI dan ketua
KATI.
4. Penghentian pendidikan peserta didik dapat terjadi sebagai berikut:
a. Peserta didik mengundurkan diri.
b. Peserta didik memperlihatkan sikap tidak terpuji:
▪ Kurangnya rasa tanggung jawab professional yang dapat
membahayakan pasien ataupun lembaga pendidikan.
▪ Pelanggaran berat Kode Etika Kedokteran Indonesia
▪ Menolak menyelesaikan tugas yang diberikan.
c. Peserta didik membuat kesalahan-kesalahan yang berulang setelah
diperingatkan secara lisan dan/atau tertulis tanpa menunjukkan
upaya perbaikan yang memadai.
d. Peserta didik tidak menunjukkan kemajuan yang sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan, dan program pembinaan/bimbingan khusus
yang diberikan baginya juga tidak memberikan hasil yang baik.
e. Tahap penghentian: diputuskan atas dasar hasil penilaian setelah
pembahasan tuntas dalam rapat staf pengajar. Pada pelanggaran
kasus berat penghentian pendidikan dapat dilaksanakan.

7.4 Bimbingan dan Konseling


Dalam pendidikannya, peserta didik dapat mengalami kendala-
kendala baik yang berkaitan dengan akademik, personal maupun sosial.
Untuk mencegah dan mengatasi agar kendala yang dihadapi tersebut
mengganggu atau menghambat pendidikannya maka diperlukan pemantauan,
bimbingan dan bantuan seorang tenaga pengajar khusus. Untuk tujuan ini
maka KPS menunjuk seorang pembimbing akademik untuk melakukan
bimbingan dan konseling sehingga proses pendidikan seorang peserta didik
berjalan lancar.
Pembimbing Akademik adalah dosen yang ditunjuk oleh KPS untuk
membimbing dan membantu peserta didik memecahkan masalah yang
dihadapinya selama masa pendidikannya. Seorang pembimbing akademik
mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Memonitor perkembangan peserta didik dengan cara melihat hasil
evaluasi belajarnya
2. Mengidentifikasi dan mengatasi kendala akademik, personal, sosial dan
psikologi peserta didik bimbingannya yang diperkirakan mempengaruhi
pendidikannya
3. Memberikan bimbingan secara intensif kepada peserta didik
bimbingannya apabila hasil evaluasi belajar tidak berjalan seharusnya
4. Melaporkan hasil pemantauan dan evaluasinya kepada KPS

Peserta didik dapat melakukan bimbingan dan konseling di ruangan


yang telah ditentukan KPS sebelumnya. Waktu bimbingan dan konseling
minimal sebanyak 2 kali (awal dan akhir semester) dan setiap kali ada
permasalahan.

7.5 Tata Cara Cuti dan Izin


7.5.1 Tata Cara Pengambilan Cuti
1. Setiap peserta didik berhak mengambil cuti selama 10 (sepuluh) hari
kerja dalam 1 (satu) tahun
2. Peserta didik baru berhak mengambil cuti setelah mengikuti ujian Board
Tulis Nasional, kecuali karena hal-hal yang khusus atas persetujuan
KPS
3. Peserta didik yang mengambil cuti harus membuat surat permohonan
cuti kepada Dewan Chief dan KPS
4. Permohonan cuti disampaikan kepada Dewan Chief dan KPS minimal 2
(dua) minggu sebelum stase dikeluarkan
5. Setiap pengambilan cuti maksimal 5 (lima) hari kerja dalam satu
periode cuti
6. Jumlah hari cuti tidak dapat diakumulasikan ke tahun berikutnya
7. Cuti melahirkan (minimal 3 bulan) sudah termasuk hak cuti tahun
tersebut
8. Apabila peserta didik sakit (dibuktikan dengan surat keterangan sakit
dari poli kepegawaian, atau instansi lain yang diakui), maka tidak
mengurangi jatah cuti
9. Apabila ada hal-hal lain di luar ketentuan tersebut di atas, maka akan
ditetapkan keputusan KPS dan hasil rapat staf

7.5.2 Tata Cara Pengambilan izin


1. Setiap pserta didik berhak mengajukan izin selama 2 (dua) hari efektif
dalam 1 (satu) tahun.
2. Peserta didik yang akan mengambil izin harus membuat surat
permohonan kemudian diajukan kepada Dewan Chief dan KPS
3. Permohonan izin disampaikan kepada Dewan Chief dan KPS minimal 1
(satu) minggu sebelumnya
4. Permohonan izin disampaikan kepada tenaga pengajar yang
bertanggungjawab dimana peserta didik tersebut menjalani stase
5. Izin untuk mengikuti pertemuan ilmiah (kongres, semnar, symposium,
PIT, bakti sosial, dan sebagainya) merupakan kebijaksanaan KPS dan
tidak boleh digabungkan dengan izin biasa.
6. Jumlah hari izin tidak dapat diakumulasikan ke tahun berikutnya
7. Bila jumlah hari izin per tahun melebihi kuota, maka akan dipotongkan
ke kuota cuti tahun tersebut atau tahun berikutnya
8. Apabila peserta didik sakit (dibuktikan dengan surat keterangan sakit
dari poli kepegawaian, atau instansi lain yang diakui), maka tidak
mengurangi jatah cuti
9. Apabila ada hal-hal lain di luar ketentuan tersebut di atas, maka akan
ditetapkan keputusan KPS dan hasil rapat staf
7.6 Stase Rumah Sakit Luar
Dengan meningkatnya jumlah peserta didik Program Pendidikan
Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif serta menurunnya
jumlah dan macam kasus di RS. Moh. Hoesin Palembang, maka diputuskan
untuk menjalin kerjasama dengan RS. Jejaring Pendidikan dengan tujuan
saling menguntungkan.
Secara umum dan khusus tujuan stase luar rumah sakit antara lain:
1. Meningkatkan jumlah kasus yang ditangani oleh peserta didik
2. Memahami sistem rujukan dan pelayanan kesehatan di RS. Jejaring
sehingga dapat melakukan manajemen pelayanan di RS. Jejaring
3. Mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di RS. Jejaring, terutama
dalam hal pelayanan dan rujukan, serta mampu memberikan
pemecahannya
4. Merecanakan dan melaksanakan pertolongan kasus sesuai dengan
tingkat kemampuan
5. Mampu mengadakan hubungan kerja yang baik dengan sejawat dokter
setempat, paramedik, dan penderita (bekerja pada satu tim)
6. Memberikan contoh yang kongkrit berupa tindakan maupun pemahaman
untuk memperbaiki sistem rujukan
7. Mengidentifikasi masalah yang ada pada sistem pelayanan, rujukan dan
dapat memberikan pemecahannya
BAB VIII
DOSEN / STAF PENGAJAR

8.1 Definisi
Dosen / staf pengajar adalah mereka yang karena keahliannya diberi
wewenang untuk menilai, mendidik, dan membimbing pada Program
Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif. Dosen wajib
memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan pendidikan.
Berdasarkan Permendikbud no.49 tahun 2014, Kualifikasi akademik yang
dimaksud adalah setiap dosen harus memiliki kualifikasi minimal spesialis
dua dan memiliki pengalaman kerja paling sedikit 2 tahun. Kompetensi
pendidik adalah setiap dosen harus memiliki sertifikat pendidik dan/atau
sertifikat profesi.
Dosen dapat berasal dari perguruan tinggi, Rumah Sakit Pendidikan,
dan Wahana Pendidikan Kedokteran. Dosen di Rumah Sakit Pendidikan dan
Wahana Pendidikan Kedokteran memiliki kesetaraan, pengakuan, dan angka
kredit yang memperhitungkan kegiatan pelayanan kesehatan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

8.2 Penggolongan Dosen


8.2.1 Dosen Pembimbing
yaitu Dosen yang mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan
bimbingan dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta
PPDS, tetapi tidak diberi tanggung jawab atas bimbingan peningkatan
bidang ilmiah (kognitif).
Kualifikasi:
1. Sarjana ahli dalam bidangnya di Fakultas Kedokteran Universitas Riau
yang ditunjuk oleh Ketua Departemen FK Universitas Riau.
2. Sarjana ahli dalam bidangnya diluar FK UNRI yang ditunjuk oleh
Ketua Departemen atas rekomendasi dari KPS.

8.2.2 Dosen Pendidik


yaitu dosen yang selain mempunyai tugas sebagai pembimbing, juga
bertanggung jawab atas bimbingan peningkatan bidang ilmiah.
Kualifikasi:
1. Sarjana ahli dalam bidangnya dengan pengalaman kerja mnimun
3 tahun terus menerus di Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
2. Sarjana ahli dalam bidangnya diluar FK UNRI dengan
pengalaman sebagai pembimbing minimun 3 tahun.
3. Staf tamu dengan rekomendasi dan persetujuan dari KPS

8.2.3 Dosen Penilai


1. Dosen di lingkungan FK UNRI selain mempunyai tugas sebagai
pembimbing dan pendidik, diberi wewenang untuk menilai hasil belajar
peserta PPDS.
2. Dosen diluar lingkungan FK UNRI atau dosen tamu yang diberi
wewenang untuk menilai hasil belajar.
Kualifikasi:
1. Sarjana ahli dalam bidangnya dari lingkungan FK UNRI dengan
pengalaman sebagai pendidik sekurang-kurangnya 3 tahun.
2. Sarjana ahli diluar FK UNRI atau staf tamu yang mempunyai
pengalaman sebagai penilai, dengan rekomendasi dan persetujuan dari
KPS
8.3 Sistem Rekrutmen, Penempatan, Pengembangan, Retensi
dan Pemberhetian Dosen
8.3.1 Rekutmen Staf Pengajar
Standar prosedur rekrutmen dan seleksi calon staf
Bagian/Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNRI/RSAA
Arifin Ahmad Pekanbaru disesuaikan dengan rasio dosen dan mahasiswa
serta pengembangan divisi di lingkungan Bagian/Departemen Anestesiologi
dan Terapi Intensif FK UNRI/RSAA Arifin Ahmad Pekanbaru. Mekanisme
rekrutmen Staf Pengajar yang diatur oleh Bagian/Departemen Anestesiologi
dan Terapi Intensif :
1. Calon Staf Pengajar wajib membuat surat lamaran yang ditujukan
kepada Kepala Bagian/Departemen Anestesiologi dan Terapi
Intensif FK-UNRI/RSAA Arifin Ahmad Pekanbaru disertai ijazah
dan STR ditembuskan Direktur RSAA Arifin Ahmad Pekanbaru dan
atau Dekan FK-UNRI.
2. Calon Staf Pengajar kemudian dipanggil untuk wawancara.
3. Rapat pleno mengambil keputusan calon staf diterima atau ditolak.
4. Setelah diputuskan diterima, Bagian/Departemen anestesiologi
membuat surat pengantar lamaran ke RSAA dan memberi
rekomendasi untuk diangkat menjadi staf dokter pada
Bagian/Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif.
5. Calon staf Rumah Sakit yang telah diterima akan dilakukan
kredensial sebelum dikeluarkan SK direktur. Sedangkan, Calon staf
Fakultas yang telah diterima akan ditindaklanjuti oleh Dekan dengan
mengeluarkan SK yang ditembuskan ke Direktur Rumah Sakit.
6. Calon staf pengajar akan mengikuti kredensial di Komite
Medik sesuai dengan tanggal yang telah ditetapkan.
7. Calon staf pengajar dapat diterima di Bagian/Departemen. Syarat
umum dan khusus peneriman Calon Staf
Bagian/Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-
UNRI/RSAA Arifin Ahmad Pekanbaru :

1. Bersedia dan mampu mendidik Mahasiswa Kedokteran, Dokter


Muda, dan PPDS 1 Anestesiologi dan Terapi Intensif dan PPDS dari
berbagai disiplin ilmu yang bertugas di Bagian/Departemen
Anestesiologi dan Terapi Intensif.
2. Bersedia dan mampu menjalani pendidikan lanjutan untuk mencapai
tingkat konsultan di bidang divisi yang ditekuni atau yang
dibutuhkan sesuai kebutuhan pengembangan Bagian/Departemen
Anestesiologi dan Terapi Intensif FK- UNRI/RSAA Arifin Ahmad.
3. Bersedia dan mampu menjalani pendidikan tambahan di pusat
pendidikan dalam dan luar negeri.
4. Bersedia dan mampu menjalani pendidikan sampai dengan jenjang
S-3
5. Bersedia dan mampu melakukan penelitian dari tingkat dasar, klinis
dan di masyarakat serta melakukan publikasi ilmiah baik karya tulis
atau penelitian.
6. Bersedia secara aktif mengikuti kegiatan ilmiah untuk
mengembangkan ilmu.
7. Bersedia dan mampu bekerja sama dengan staf dari divisi lain di
lingkungan mampu bekerja sama dengan staf dari divisi lain di
lingkungan maupun diluar lingkungan Bagian/Departemen
Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-UNRI/RSAA Arifin Ahmad.
8. Semua biaya untuk kegiatan dibebankan pada staf yang
bersangkutan.
8.3.2 Penempatan Staf Pengajar
Sesuai dengan tempat pada Divisi/Bidang minat yang kebutuhan
stafnya belum terpenuhi dan mempunyai kemauan serta kemampuan dalam
mengembangkan bidang minat tersebut secara akademik dan profesi yang
meliputi Tridharma perguruan tinggi yaitu
: Pendidikan, Pengabdian masyarakat dan penelitian.

8.3.3 Pengembangan dan Retensi Staf Pengajar


Sesuai dengan kebijakan Kepala Bagian/Departemen yang ada
didalam program kerja pada rencana strategis prodi antara lain :

1. Meningkatkan kualitas staf pengajar yang ada dengan mengikutkan


staf pada program pendidikan strata yang lebih tinggi dan
pendalaman pendidikan profesi yang diminati, serta mengikutkan
dalam sertifikasi dosen.
2. Memberi kesempatan staf untuk mengikuti seminar, symposium,
Kursus / pendidikan, pengembangan profesi didalam atau diluar
negeri.
3. Mengikuti rapat-rapat antar institusi, organisasi profesi.
4. Menjadi pembicara atau dilibatkan dalam pertemuan pakar baik
didalam dan diluar negeri.
5. Menjadi nara sumber pada diskusi kasus bersama
multidisiplin lainnya.
6. Dilibatkan dalam proses belajar mengajar untuk program S-1, S-2,
Dokter, dan Sp1.

8.3.4 Pemberhentian Staf Pengajar


Pemberhentian staf dapat dilakukan oleh Bagian/Departemen Anestesiologi dan
Tera pi Intensif apabila:

1. Staf pengajar telah masuk dalam masa pensiun.


2. Staf pengajar mengajukan permohonan pengunduran diri.
3. Terjadi ketidakmampuan pada ranah afektif (attitude), ranah
knowledge, dan psikomotor serta profesional apapun
penyebabnya. Diketahui mengalami ketidakmampuan dalam
menjalankan tugas secara profesional, yang diputuskan melalui rapat
dengan melibatkan Kepala Bagian/Departemen.
a. Dilakukan pemanggilan dan pemberian surat teguran dan sanksi
oleh Kepala Bagian/Departemen.
b. Dilakukan pembinaan oleh Kepala Bagian/Departemen dengan
pengawasan ketat dalam waktu tertentu.
c. Bila terjadi pelanggaran berulang maka diputuskan dalam rapat
pleno seluruh staf.

Tindak lanjut pemberhetian staf dengan mengirimkan surat kepada Dekan


FK UNRI dan atau Direktur RSAA Arifin Ahmad.

8.4 Jumlah Dosen


Jumlah minimun Dosen untuk suatu pusat pendidikan Anestesiologi
adalah 5 (lima) orang dengan minimun 3 (tiga) dosen yang berkualifikasi
penilai. Jumlah dosen merupakan salah satu faktor yang menentukan jumlah
peserta PPDS. Jumlah penerimaan per semester adalah jumlah dosen
(termasuk dosen RS Jejaring dan wahana pendidikan kedokteran) dikalikan 3
dan dibagi lama pendidikan dalam semester. Untuk pendidikan anestesiologi
karena lama pendidikan 8 semester, maka dibagi 8.

8.5 Pengangkatan dan Penghentian


Pengangkatan dan penghentian dosen oleh pejabat yang berwenang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB IX
SUMBER DAYA PENDIDIKAN

9.1 SARANA DAN PRASARANA


IPDS menjamin tersedianya fasilitas pendidikan profesi dokter
spesialis bagi peserta didik yang menjamin terlaksananya proses pendidikan
dalam mencapai kompetensi sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran. Fasilitas pendidikan spesialis terdiri atas rumah sakit
pendidikan dan sarana pelayanan kesehatan lainnya. Rumah sakit pendidikan
terdiri atas rumah sakit pendidikan utama, rumah sakit pendidikan afiliasi,
dan rumah sakit pendidikan satelit. Rumah sakit yang digunakan untuk
pendidikan harus ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan sebagai rumah
sakit pendidikan untuk menjamin tercapainya Standar Kompetensi Dokter
Spesialis Anestesioogi dan Terapi Intensif.
Sarana pelayanan kesehatan lain meliputi rumah sakit / fasilitas
kesehatan di daerah binaannya dan rumah sakit lain yang memenuhi
persyaratan proses pendidikan. Jaminan ketersediaan fasilitas pendidikan
spesialis tersebut di atas harus dinyatakan dengan adanya
perjanjian kerjasama antara pimpinan institusi pendidikan atau
IPDS dengan pimpinan fasilitas pendidikan sepesialis
dan/ atau pemerintah daerah setempat. Perjanjian
kerjasama tersebut harus minimal meliputi hak, tanggung jawab dan
kewenangan masing-masing pihak yang menjamin terlaksananya proses
pendidikan dan pelayanan kesehatan berjalan secara optimal.
Jenis dan jumlah staf pendidik di fasilitas pendidikan spesialis cukup
untuk menjamin tercapainya Standar Kompetensi Dokter Spesialis
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia. Jumlah dan jenis kasus /
tindakan harus bervariasi menurut umur, baik untuk tindakan emergensi dan
elektif maupun rawat jalan agar dapat
menjamin tercapainya Standar Kompetensi Dokter Spesialis Anestesiologi
dan Terapi Intensif.
IPDS juga menyediakan sarana prasarana yang menjamin
terlaksananya proses pendidikan dalam mencapai kompetensi sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dibidang
anestesiologi dan terapi intensif. Sarana dan prasarana meliputi kebutuhan
ruang kuliah, ruang tutorial/diskusi kelompok kecil, ruang skill lab atau
ruang keterampilan klinis, ruang perpustakaan, ruang dosen, ruang pengelola
pendidikan, serta penunjang kegiatan kemahasiswaan. Ruang tutorial untuk
10-15 mahasiswa dengan dilengkapi sarana untuk berdiskusi. Luas ruangan
untuk aktivitas pembelajaran minimal 0,7 m 2/mahasiswa. Luas ruang dosen
minimal 4 m2/dosen.

9.2 TEKNOLOGI INFORMASI


IPDS harus menyediakan fasilitas teknologi informasi bagi dosen,
tenaga kependidikan, dan mahasiswa untuk menjamin kelancaran proses
pendidikan dan pencapaian kompetensi. Teknologi informasi digunakan
untuk mengembangkan sistem informasi akademik, pengembangan
pangkalan data, dan telekonferensi. Tersedia jaringan internet dengan
bandwidth yang memadai untuk menunjang proses pembelajaran. Tersedia
kepustakaan elektronik untuk mengakses e-book dan e-journal.
BAB X
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

10.1 Pelayanan Kesehatan


Program pendidikan profesi dokter spesialis Anestesiologi dan
Terapi Intensif FK UNRI tidak bisa dilepaskan dari pelayanan kesehatan di
Rumah sakit pendidikan dan wahana pendidikan kedokteran. Pada
perkembangannya, bidang anestesiologi dan terapi intensif mendukung
sistem kesahatan nasional dalam upaya penurunan kematian ibu dan bayi
yang masih merupakan permasalahan kesehatan nasional saat ini.
Pemerataan pelayanan kesehatan menjadi kunci utama dalam terjaminnya
pelaksanaan sistem kesehatan nasional. Program pendidikan profesi dokter
spesialis anestesiologi dan terapi intensif harus berperan dalam upaya
pemerataan tersebut dengan mendukung dan mengiktergrasikan program
kementerian kesehatan kedalam kurikulum pendidikannya. Dalam rangka
pelayanan kesehatan, peserta didik berhak mendapatkan jasa atas pelayanan
medik yang diberikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.

10.2 Rumah Sakit Pendidikan


Rumah sakit pendidikan utama program studi Anestesiologi dan
Terapi Intensif FK UNRI terakreditasi A dan memenuhi standar dan
ketentuan Rumah sakit pendidikan yang telah ditetapkan oleh kementerian
dibidang kesehatan. Dalam rangka pencapaian capaian pembelajaran atau
kompetensi, selain rumah sakit pendidikan utama, IPDS dapat bekerjasama
dengan IPDS lain atau rumah sakit pendidikan satelit dan afiliansi atau
wahana pendidikan yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
10.3 Kerjasama Pendidikan
IPDS memiliki kebijakan untuk bekerjasama dengan rumah sakit
pendidikan, dan institusi pendidikan kedokteran lainnya, baik bersifat
nasional dan internasional, dalam penggunaan sumber daya bersama.
Kebijakan penggunaan sumber daya bersama harus dituangkan dalam bentuk
kerjasama teknis secara transparan, berkeadilan dan akuntabel. Kerjasama ini
ditujukan untuk peningkatan mutu dan pencapaian standar kompetensi oleh
mahasiswa dan dosen serta bagi pengembangan IPDS tersebut.

10.4 Hubungan Kurikulum dengan Sistem Pelayanan Kesehatan


IPDS menjamin mahasiswa mendapat pengalaman belajar lapangan
dalam sistem pelayanan kesehatan, dan pencapaian jumlah kasus atau
tindakan yang harus termuat secara nyata dalam kurikulum. Dalam
melakukan proses pembelajaran untuk mencapai capaian pembelajaran,
mahasiswa dapat melakukan pelayanan kesehatan di rumah sakit pendidikan
utama, rumah sakit pendidikan afiliasi, rumah sakit pendidikan satelit dan
wahana pendidikan kedokteran. Dalam melakukan pelayanan kesehatan,
mahasiswa berkewajiban mematuhi peraturan-peraturan dan kaidah-kaidah
terkait dengan sistem pelayanan kesehatan, baik bersifat Nasional maupun
lokal.
BAB XI
PENYELENGGARA PROGRAM DAN
ADMINISTRASI PENDIDIKAN

11.1 Penyelenggara Program


Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNRI sebagai
penyelenggara program pendidikan profesi dokter spesialis memiliki izin
penyelenggaraan yang sah dari Kementerian Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi bekerjasama dengan rumah sakit pendidikan utama yang
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Program pendidikan ini dilaksanakan
oleh Fakultas Kedokteran Universitas Riau dan Rumah Sakit Pendidikan
yang telah terakreditasi. Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK
UNRI dikelola berdasarkan prinsip tata kelola yang baik dan program kerja
yang jelas, termasuk memiliki struktur organisasi, uraian tugas, dan
hubungan dengan fakultas atau program studi lain di dalam universitas dan
rumah sakit pendidikan utama.

11.1.1 Tata Kelola


Tata kelola perguruan tinggi yang baik meliputi prinsip transparansi,
akuntabilitas, berkeadilan, dapat
dipertanggungjawabkan dan obyektif.
Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNRI dipimpin
oleh Ketua Program Studi (KPS) dengan latar belakang pendidikan dokter
spesialis dua dan / atau doktor. seorang KPS dapat dibantu oleh seorang
Sekretaris Program Studi (SPS). Keberadaan departemen, fakultas,
universitas dan rumah sakit pendidikan utama yang mewadahi
penyelenggaraan proses pembelajaran di suatu Program Studi Anestesiologi
dan Terapi
Intensif FK UNRI harus mampu mendukung visi, misi dan tujuan
pendidikan profesi dokter spesialis.
KPS dan SPS bertanggung jawab untuk terselenggaranya pendidikan
sesuai dengan kurikulum dengan melakukan koordinasi dengan Ketua
Departemen. Pemilihan KPS dilakukan melalui mekanisme internal
Departemen yang kemudian diusulkan oleh Ketua Departemen kepada
Dekan, dan diangkat dengan Surat Keputusan Rektor. SPS dipilih oleh KPS
melalui mekanisme internal Departemen yang kemudian diusulkan oleh
Ketua Departemen kepada Dekan, untuk mendapatkan Surat Keputusan
Rektor. Surat keputusan tersebut berlaku selama periode tertentu.
Persyaratan dan mekanisme pengangkatan KPS dan SPS mengikuti
peraturan yang berlaku dimasing-masing Institusi Pendidikan Dokter
Spesialis dan peraturan dari Dirjen Dikti atau peraturan perundangan yang
lebih tinggi.

11.1.2 Koordinator Penyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis


(PPDS)
1. Koordinator Program Pendidikan Dokter Spesialis membantu Pimpinan
Fakultas Kedokteran dalam penyelenggaraan program- program
pendidikan dokter spesialis, dengan memanfaatkan semua unsur dalam
lingkungan Fakultas Kedokteran.
2. Koordinator Program Pendidikan Dokter Spesialis bertanggung jawab
atas kelancaran koordinasi penyelenggaraan semua program studi yang
dicakup dalam PPDS-1, sejak penerimaan para calon peserta sampai
dengan penyelesaian wisuda peserta PPDS-1. Termasuk semua upaya
pengembangan sistem pendidikan yang dipergunakan untuk mencapai
tingkat efektifitas, efisiensi, dan relevansi yang sebaik-baiknya sesuai
dengan kebutuhan program pemerintah. Bertugas dalam hal seleksi
calon PPDS-1dan pelaksanaan pendidikan terpadu.
11.1.3 Ketua Program Studi (KPS)
1. Setiap program studi dalam PPDS di FK/RS Pendidikan dikelola oleh
seorang KPS dan tidak boleh dirangkap oleh jabatan Kepala Bagian.
2. a. KPS adalah seorang penilai sebagai hasil pemilihan di antara kelompok
pengajar dalam bidang ilmu yang bersangkutan dan diusulkan oleh
Kepala Bagian.
b. KPS dan SPS bertanggung jawab untuk terselenggaranya pendidikan
sesuai dengan kurikulum dan secara administratif melaporkan
tugasnya kepada Kepala Bagian.
3. Diangkat dengan Surat Keputusan Rektor sehingga dengan demikian
bertanggung jawab pada Rektor.
4. KPS bertanggung jawab atas pengelolaan semua kegiatan
penyelenggaraan program studi bidang ilmu kedokteran tertentu, dan
membantu pimpinan Fakultas Kedokteran dengan:
a. Merencanakan pelaksanaan program studi sesuai dengan katalog
pendidikan.
b. Menyelenggarakan praseleksi calon peserta program studi dengan
melibatkan semua staf pengajar.
c. Mempersiapkan semua komponen penyelenggaraan program studi
termasuk pemanfaatan sarana/tenaga di luar bagian, bekerja sama
dengan Ketua Program Studi dan Kepala Bagian lain yang ada
hubungannya.
d. Menyelenggarakan penilaian kemajuan peserta program studi sesuai
ketentuan kurikulum dengan melibatkan staf penilai serta
melaksanakan teguran/peringatan kepada yang bermasalah.
e. Membuat laporan berkala tiap semester kepada Koordinator PPDS
tentang:
• Peserta baru (hasil praseleksi).
• Dinamika peserta.
• Penyelesaian pendidikan (untuk wisuda).
f. Mengusahakan pengembangan sistem pendidikan dalam program
bersama Koordinator PPDS untuk mencapai efektifitas, efisiensi, serta
relevansi yang sebaik-baiknya.

11.1.4 Hubungan Koordinator PPDS dengan KPS


Sesuai dengan batasan organisasi yang berlaku, maka hubungan yang ada
antara Koordinator PPDS dengan KPS adalah bidang koordinasi kegiatan
dalam tingkat Fakultas Kedokteran /Rumah Sakit Pendidikan.
Hubungan ini memelihara ketertiban hal berikut :
1. Kemantapan penerimaan calon peserta untuk praseleksi PPDS.
2. Kesesuaian jadwal penerimaan peserta semua program studi.
3. Kelancaran pengamatan keseluruhan program studi yang ada, dengan
pencatatan dinamika peserta setiap semester untuk kemudahan
pemecahan masalah keterlambatan/kemacetan pendidikan para peserta
program studi.
4. Keseragaman penyelenggaraan kegiatan bersama dan pemanfaatan
sumber-sumber FK dan RS yang diperlukan oleh beberapa program
studi sekaligus.
5. Penyelenggaraan upaya pengembangan sistem pendidikan PPDS.

11.1.5 Hubungan Koordinator PPDS dan KPS dengan Departemen Dengan


memperhatikan batasan organisasi yang berlaku serta perkembangan
tatalaksana hubungan administratif dalam penerapan ketentuan organisasi
tersebut di kalangan Fakultas Kedokteran/ Rumah Sakit pendidikan, dianut
suatu batasan tentang hubungan Koordinator PPDS dan KPS dengan para
Ketua Departemen sebagai berikut:
1. Penanggung jawab ketenagaan dan sarana akademik dalam lingkungan
FK/RS untuk setiap bidang ilmu dilimpahkan kepada Ketua Departemen,
dengan demikian akan mencakup segi-segi pemanfaatan para pengajar
dalam kegiatan pendidikan/penelitian/pengabdian masyarakat yang
tercantum dalam Program Pascasarjana atau Program Pendidikan Dokter
Spesialis.
2. KPS harus selalu melibatkan Ketua Departemen untuk mendapatkan
dukungan ataupun persetujuan pemanfaatan tenaga pengajar secara
keseluruhan ataupun pemanfaatan sarana akademik yang dibawahinya.
3. Dalam hal program studi memerlukan modul-modul pendidikan yang
berada dalam bagian ilmu lain, KPS harus pula melibatkan KPS lain yang
berada dalam naungan ilmu itu. Selanjutnya perencanaan pendidikan
modul tersebut dibahas bersama Ketua Departemen tersebut.
4. Setiap semester, KPS membuat laporan lengkap perencanaan
pemanfaatan tenaga, sarana akademik yang tercakup dalam
penyelenggaraan program studi setelah memperoleh kesepakatan dari
KPS lain ataupun Ketua Departemen bidang ilmu yang akan
dimanfaatkan oleh semua pihak yang terlibatkan.
5. Dalam hal kesulitan hubungan yang mungkin dialami pada persiapan
penyelenggaraan program studi, KPS akan dibantu oleh Koordinator
PPDS mencari penyelesaian bersama Pimpinan FK/RS.
6. Kelancaran penyelenggaraan program pendidikan Prasarjana akan selalu
menjadi perhatian dalam perencanaan program studi, karena pada
hakikatnya hal tersebut menjadi kepentingan bersama seluruh unsur
FK/RS.
11.2 Alokasi Sumber Daya dan Anggaran Program Pendidikan
Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNRI
mempunyai alur yang jelas mengenai tanggung jawab dan otoritas untuk
penyelenggaraan pendidikan dan sumber dayanya, termasuk alokasi
pembiayaan yang transparan dan akuntabel yang menjamin tercapainya visi,
misi, dan tujuan pendidikan dokter spesialis.

11.3 Tenaga Kependidikan dan Manajemen


Tenaga kependidikan di Program Studi Anestesiologi dan Terapi
Intensif FK UNRI mampu mendukung implementasi program pendidikan
dan kegiatan lainnya, serta pengaturan sumber daya pendidikan. Program
Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNRI harus memiliki sistem
penilaian kinerja tenaga kependidikan dan manajemen secara berkala,
minimal sekali dalam setahun. Hasil penilaian kinerja digunakan sebagai
umpan balik dalam peningkatan kualitas tenaga kependidikan dan
manajemen.

11.4 Sistem Penjaminan Mutu


Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNRI
mempunyai sistem penjaminan mutu dengan mekanisme kerja yang efektif
serta diterapkan dengan jelas. Mekanisme penjaminan mutu harus menjamin
adanya kesepakatan, pengawasan, dan peninjauan secara periodik setiap
kegiatan dengan standar dan instrumen yang sahih dan handal. Penjaminan
eksternal dilakukan berkaitan dengan akuntabilitas institusi pendidikan
kedokteran terhadap para pemangku kepentingan, melalui audit eksternal
dan akreditasi.
BAB XII
EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN

12.1 Mekanisme Evaluasi dan Umpan Balik


Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNRI memiliki
kebijakan dan metode evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum, kualitas
dosen, proses belajar mengajar, kemajuan mahasiswa dan fasilitas
pendukung yang bertujuan untuk menjamin mutu program pendidikan.
Evaluasi kurikulum dilakukan oleh Program Studi Anestesiologi dan Terapi
Intensif FK UNRI secara berkala, minimal sekali dalam setahun, dengan
melibatkan mahasiswa dan dosen. Evaluasi terhadap proses belajar mengajar
dan evaluasi terhadap kualitas dosen melibatkan mahasiswa dan
dilaksanakan minimal sekali dalam satu semester. Evaluasi terhadap
kemajuan mahasiswa dilakukan dengan melibatkan dosen dan mahasiswa,
minimal sekali dalam satu semester untuk memantau kemajuan pencapaian
kompetensi. Evaluasi terhadap fasilitas yang mendukung dilakukan oleh
institusi pendidikan kedokteran, minimal sekali dalam setahun.
Hasil-hasil evaluasi dianalisis dan digunakan sebagai umpan balik
bagi Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNRI, dosen dan
mahasiswa untuk perencanaan, pengembangan, dan perbaikan kurikulum
serta program pendidikan secara keseluruhan. Program Studi Anestesiologi
dan Terapi Intensif FK UNRI harus memiliki sistem pemantauan kemajuan
mahasiswa yang dikaitkan dengan kualifikasi ujian masuk, pencapaian
kompetensi, dan latar belakang mahasiswa serta digunakan sebagai umpan
balik terhadap seleksi penerimaan mahasiswa, dan perencanaan kurikulum.
Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNRI memiliki sistem
pemantauan pencapaian prestasi program pendidikan yang
meliputi drop out rate, proporsi kelulusan tepat waktu, lama masa studi, dan
angka kelulusan ujian nasional.

12.2 Keterlibatan Pemangku Kepentingan


Setiap lima tahun sekali, Program Studi Anestesiologi dan Terapi
Intensif FK UNRI melakukan evaluasi program pendidikan secara
menyeluruh yang melibatkan penyelenggara dan administrasi pendidikan,
dosen, mahasiswa, alumni, otoritas pelayanan kesehatan, wakil/tokoh
masyarakat, serta organisasi profesi dan kolegium. Evaluasi ini perlu agar
program pendidikan dapat memenuhi dan mengikuti kebutuhan masyarakat
terkini dan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran terkini, terutama
dibidang anestesiologi dan terapi intensif.
BAB XIII
PROGRAM ADAPTASI

13.1 Tujuan
Tujuan penyelengaraan adapatasi spesialis lulusan luar negeri ialah
untuk memberikan kesempatan penyesuaian bagi mereka yang sah ijazahnya
serta dinilai layak untuk memperoleh kesempatan adapatasi untuk
mendapatkan sertifikat kompetensi dari KATI setelah menjalani ujian
Nasional (Ujian Tulis, Ujian Kompetensi dan Ujian Lisan). Peserta program
adaptasi adalah mahasiswa WNI atau WNA lulusan profesi dokter dan / atau
dokter spesialis Anestesiologi luar negeri yang telah diakui oleh pemerintah
melalui dirjen Dikti dan KKI serta melalui mekanisme yang berlaku
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku di wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Pada akhir program adapatasi, peserta program adaptasi diharapkan:
1. Dapat menerangkan kemampuannya dalam bidang Anestesiologi dan
Terapi Intensif yang sudah dipelajarinya, menurut kaidah yang lazim
dianut dokter spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif di Indonesia,
sesuai dengan problema kesehatan di Indonesia dan sumber daya yang
tersedia.
2. Menguasai pola penatalaksanaan bidang Anestesiologi dan Terapi
Intensif dalam pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di Indonesia.
3. Memahami dan menghayati tata nilai yang dianut di Indonesia, Etika
Profesi Anestesiologi dan Terapi Intensif serta Kode Etika Kedokteran
Indonesia, sehingga dapat diterima di kalangan profesi Anestesiologi dan
Terapi Intensif serta kalangan profesi dokter pada umumnya.
13.2 Prosedur Penerimaan
1. Membuat surat permohonan adaptasi kepada KPS
2. Melampirkan surat permintaan dari MKKI
3. Melengkapi persyaratan administrasi yang ditetapkan oleh prodi
4. Mulai masuk bersamaan dengan magang PPDS Pradik
5. Mengikuti stase/rotasi per divisi per 1 bulan

14.3 Persyaratan
Calon adaptasi harus mempunyai persyaratan administrasi (urut
nomor) :
1. Ijazah dinilai sah oleh Panitia Penilai Ijazah Sarjana Lulusan Luar
Negeri (PPISLN, Depdikbud).
2. Bersama dengan ijazah, peserta wajib melampirkan :
- Logbook
- Kurikulum pendidikan
- Standar Kompetensi yang telah dicapai
- Transkrip akademik
- Karya tulis akhir
3. Kurikulum pendidikannya telah dikaji oleh KATI, minimal mencapai
75% kurikulum / modul Anestesiologi dan terapi Intensif Indonesia
4. Surat permintaan dari Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI)

13.4 Penatalaksanaan
1. Lama adaptasi ditentukan minimal 2 (dua) semester dan kompetensi
ditentukan oleh Kolegium setelah mendapat masukan dari KPS tempat
yang bersangkutan menjalani adaptasi.
2. Daya tampung bagi peserta adaptasi tergantung pada daya tampung dan
ketentuan yang berlaku pada IPDS terkait.
3. Harus memahami kebijaksanaan rumah sakit, etika medis, dan aspek
medikolegal dimana dia beradaptasi.

13.5 Penilaian
1. Penilaian dilakukan secara terus menerus dengan pengujian secara
bertahap sesuai dengan tempat stase.
2. Peserta adaptasi diharuskan membuat makalah ilmiah dan melakukan
penyajian dalam konferensi ilmiah.
3. Pelaporan kemajuan hasil program adaptasi yang mencakup bidang
perilaku dilakukan setelah peserta menjalani program yang ditetapkan
dengan kemungkinan sebagai berikut :
a. Perkembangan pencapaian adaptasinya menunjukkan penyelesaian
sesuai jadwal semula.
b. Perkembangannya menunjukkan kekurangan yang akan mengubah
jadwal semula dengan penambahan waktu adaptasinya
4. Penilaian akhir dengan ujian nasional (Ujian Tulis Nasional, Ujian
Kompetensi Nasional dan Ujian Akhir Nasional) yang akan diatur oleh
KATI melalui KUN.

13.6 Panduan Penghentian Program Adaptasi


1. Penghentian pendidikan peserta program adaptasi bertujuan untuk:
a. Menjaga dan mempertahankan mutu pendidikan.
b. Mempertahankan efisiensi pendayagunaan sumber
pendidikan
c. Sebagai manifestasi tanggung jawab professional.
2. Penghentian pendidikan peserta program adapatasi merupakan
keputusan akhir setelah dilakukan serangkaian penilaian terhadap
kemajuan pendidikan yang menunjukkan
tanda-tanda semakin jauh dari pencapaian yang telah ditetapkan
dalam kurikulum yang harus diselesaikan. Penilaian meliputi unsur-
unsur kognitif, afektif, dan psikomotor.
3. Keputusan penghentian pendidikan hanya dapat dilakukan oleh KPS
yang selanjutnya dilaporkan ke Komisi Kompetensi KATI dan ketua
KATI.
4. Penghentian pendidikan peserta program adaptasi dapat terjadi
sebagai berikut:
a. Peserta program adaptasi mengundurkan diri.
b. Peserta program adaptasi memperlihatkan sikap tidak terpuji:
▪ Kurangnya rasa tanggung jawab professional yang dapat
membahayakan pasien ataupun lembaga pendidikan.
▪ Pelanggaran berat Kode Etika Kedokteran Indonesia
▪ Menolak menyelesaikan tugas yang diberikan.
c. Peserta program adaptasi membuat kesalahan-kesalahan yang
berulang setelah diperingatkan secara lisan dan/atau tertulis
tanpa menunjukkan upaya perbaikan yang memadai.
d. Peserta program adaptasi tidak menunjukkan kemajuan yang
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, dan program
pembinaan/bimbingan khusus yang diberika baginya juga tidak
memberikan hasil yang baik.
e. Tahap penghentian: diputuskan atas dasar hasil penilaian
setelah pembahasan tuntas dalam rapat staf pengajar. Pada
pelanggaran kasus berat penghentian program adaptasi dapat
dilaksanakan.
BAB XIV
PEMBARUAN BERKESINAMBUNGAN

Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNRI memiliki


mekanisme peninjauan ulang atau evaluasi diri secara berkala untuk
memperbarui struktur dan fungsi institusi sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan. Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNRI
menyusun rencana strategi jangka panjang dan rencana operasional jangka
pendek sesuai hasil peninjauan ulang.
BAB XV
PENUTU
P

Buku Panduan Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anestesiologi


dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Riau bersifat dinamis
mengikuti perkembangan pendidikan teknologi kedokteran, sehingga setiap
lima tahun akan dilakukan pengkajian ulang dan revisi sesuai dengan
perkembangan situasi. Setiap institusi pendidikan kedokteran harus
memenuhi minimal Standar Pendidikan Profesi Dokter Indonesia dalam
menyelenggarakan program pendidikan dokter. Ketentuan mengenai
kesesuaian dengan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia dilakukan melalui mekanisme
akreditasi pendidikan dokter Spesialis.
97

Anda mungkin juga menyukai