Anda di halaman 1dari 41

Buku Pedoman Keterampilan Medik

PKM 321 Masalah Kesehatan Reproduksi

PERSALINAN KALA II, II, IV


EPISIOTOMI DAN PENGAWASAN NIFAS

Edisi ke - 6

Copyright®2022 oleh Fakultas Kedokteran Universitas Riau


(FKUNRI)

Foto sampul :

Karya Tim Medical Education Unit

Desain sampul dan format buku blok:

Tim Medical Education Unit FKUNRI 2021

Diterbitkan oleh
Fakultas Kedokteran Universitas Riau

Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian atau


seluruh isi buku ini dengan cara dan dalam bentuk apa pun tanpa izin
dari Fakultas Kedokteran Universitas Riau
Buku Pedoman Keterampilan Medik | 1
VISI DAN MISI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

VISI
Menjadi fakultas kedokteran berbasis riset dengan unggulan kesehatan
wilayah pesisir dan perbatasan di kawasan ASEAN pada tahun 2035

MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang bermutu untuk
menghasilkan dokter yang kompeten dan bermartabat
2. Menyelenggarakan penelitian bermutu untuk menyelesaikan
masalah kesehatan wilayah pesisir dan perbatasan
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat sebagai
kontribusi dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat
4. Menyelenggarakan kepemimpinan dan tata kelola fakultas yang baik
dan akuntabel.

2 | Buku Pedoman Keterampilan Medik


LEMBAR PENGESAHAN

Pejabat yang bertandatangan di bawah ini:


Nama : dr.Arfianti, M.Biomed, M.Sc, Ph.D
NIP : 197206222000122002
Jabatan : Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Riau

Dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran, maka dengan ini kami
menyatakan:
Judul Buku: Buku Panduan Skills Lab 2 Blok 17
Penyusun

No Nama Jabatan Tim Pengelola


1. Dr. dr. Maya Savira, M.Kes Ketua
2. dr. Nurfi Pratiwi Sekretaris
3. dr. Edy Fahrizal, SpOG(K) Koordinator Tutorial
4. dr. Wiwin Suhandri, SpOG Koordinator Skill Lab
5. dr. Eka Bebasari, M.Sc Koordinator Evaluasi
6. Endrianand, S.Sos Sekretariat
7. Putri Nirmala Sari, SE Sekretariat

Dapat digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan Blok pada Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) Fakultas Kedokteran Universitas Riau (FK UNRI).
Demikian surat pernyataan ini dibuat semoga dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Pekanbaru, 14 Februari 2022


Dekan,

dr.Arfianti, M.Biomed, M.Sc, Ph.D


NIP. 197206222000122002

Buku Pedoman Keterampilan Medik | 3


PENYUSUN

dr. Edy Fahrizal, SpOG(K)


Dr. dr. Maya Savira, M.Kes
dr. Nurfi Pratiwi
dr. Wiwin Suhandri, SpOG
dr. Eka Bebasari, M.Sc

KONTRIBUTOR
dr. Edy Fahrizal, SpOG
Dr. dr. Donel S, SpOG(K)
dr. Eddy R Pangaribuan, SpOG(K)
dr. Imelda E.B Hutagaol, SpOG(K)
dr. M. Yusuf, SpOG(K)
dr. Nicko Pisceski Kusika, SpOG(K)
dr. Noviardi, SpOG-K
dr. Reynaldi Reza, SpOG
dr. Ruza P. Rustam, SpOG
dr. Sri Wahyu Maryuni, SpOG(K)
Dr. dr. Syamsul Bahri, SpOG
dr. Zulmaeta, SpOG(K)
dr. Amru Sofyan, SpOG(K)
dr. Ari Hidayat, SpOG (K)
dr. Zulharman M.Med.Ed
dr. Alida Widiawaty, M.Biomed, SpKK
Dr. dr. Maya Savira, M.Kes
dr. Ilhami Romus, SpPA
dr. Dewi Anggraini, SpMK
dr. Suri Dwi Lesmana, M.Biomed, SpParK

4 | Buku Pedoman Keterampilan Medik


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur ke hadirat Allah SWT, maka selesai


juga penyusunan Buku Pedoman Keterampilan Medik edisi ke 6 ini.
Buku ini diharapkan dapat menjadi pedoman untuk pelaksanaan
keterampilan medik/ skills lab PKM 321 pada Kurikulum Berbasis
Kompetensi di Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan pada buku ini dan
perlu dilakukan evaluasi bagi penyempurnaannya, untuk itu diharapkan
saran dan kritik bagi penyempurnaan buku ini selanjutnya.
Terimakasih kepada para kontributor, sejawat dan seluruh pihak
yang terlibat dalam penyusunan buku ini. Semoga pelaksanaan
keterampilan medik/ skills lab PKM 321 dapat berjalan sesuai tujuan
dan memberikan manfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, Februari 2022

Penyusun

Buku Pedoman Keterampilan Medik | 5


DAFTAR ISI

Halaman
Halaman judul -
Halaman hak cipta 1
Visi misi FKUR 2
Lembar pengesahan 3
Penyusun dan Kontributor 4
Kata Pengantar 5
Daftar Isi 6
Daftar Singkatan 7
Tujuan Pembelajaran Keterampilan Medik 8
Persyaratan Mengikuti Ujian 9
Metoda dan Tahapan Pembelajaran 10
Daftar keterampilan dan komponen kompetensi 11
Persiapan mahasiswa sebelum mengikuti Keterampilan Medik 12
Keterampilan 1 13
Latihan ujian keterampilan medik (osce) 26
Keterampilan 2 34
Daftar instruktur 38
Jadwal Keterampilan Medik 39
Daftar pustaka 40

6 | Buku Pedoman Keterampilan Medik


DAFTAR SINGKATAN

AKI = angka kematian ibu


AKB = angka kematian bayi
ANC = ante natal care
BKKBN = Badan koordinasi keluarga berencana nasional
CMV = citomegalo virus
EF = ekstraksi forceps
EV = ekstraksi vakum
HAP = hemoragi ante partum
IUD = intra uterine device
IVA = inspeksi asam asetat
KB = keluarga berencana
KET = kehamilan ektopik terganggu
KPD = ketuban pecah dini
KTG = kardio tokografi
LGV = limfogranuloma venereum
RSUP = rumah sakit umum pusat
TORCH = toxoplasma, rubella, citomegalo, herpes simplex
SC = sectio caesaria

Buku Pedoman Keterampilan Medik | 7


TUJUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEDIK

1. Memberikan keterampilan pimpinan persalinan kala II


2. Memberikan keterampilan pimpinan persalinan kala III
3. Memberikan keterampilan pimpinan persalinan kala IV
4. Memberikan keterampilan prosedur episiotomi dan penjahitan luka
episiotomy/ perineum derajat II
5. Memberikan keterampilan pengawasan nifas (puerperium) normal

8 | Buku Pedoman Keterampilan Medik


PERSYARATAN MENGIKUTI UJIAN

a. Kehadiran pada kegiatan keterampilan medik adalah 100%.


b. Ketidakhadiran hanya ditolerir apabila mahasiswa sakit, izin akibat
kejadian atau musibah pada keluarga inti dan izin untuk mengikuti
kegiatan kemahasiswaan/ekstra kurikuler, maksimal 20% dari total
jadwal keterampilan medik.
c. Ketidakhadiran akibat hal-hal seperti yang disebutkan dalam poin
b harus diganti dengan mengikuti repetisi keterampilan medik
sebelum pelaksaan ujian keterampilan medik.
d. Pelaksanaan repetisi dilaksanakan oleh pengelola blok bekerja
sama dengan Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) Keterampilan Medik.

Buku Pedoman Keterampilan Medik | 9


METODE DAN TAHAPAN PEMBELAJARAN

Metode Pengajaran Keterampilan Medik/ skills lab melalui 5


tahapan :
1. Overview (Pengantar) : Instruktur memberikan penjelasan singkat
teori yang mendasari, mengapa keterampilan tersebut dibutuhkan
dan bagaimana penerapan dalam klinik.
2. Silent demonstration (Demonstrasi bisu) : Instruktur hanya
melakukan prosedur tanpa mengucapkan kata-kata.
3. Demonstration and description (Demonstrasi dan penjabaran):
Instruktur mengulang prosedur dan memberikan penjelasan untuk
setiap tahapan proses serta tanya jawab dengan mahasiswa untuk
klarifikasi prosedur.
4. Students talk through the skill (mahasiswa mengulang deskripsi
tahapan prosedur) : Mahasiswa diminta untuk mendeskripsikan
ulang tahapan prosedur untuk memastikan kepahaman tentang urut-
urutan melakukan keterampilan medik.
5. Students’ performance (demonstrasi oleh mahasiswa): Masing-
masing mahasiswa melakukan prosedur keterampilan medik dengan
supervisi dan pemberian umpan balik dari instruktur

10 | Buku Pedoman Keterampilan Medik


DAFTAR KETERAMPILAN DAN
KOMPONEN KOMPETENSI

1. Menolong persalinan fisiologis sesuai Asuhan Persalinan


Normal (APN) 4A
2. Pemecahan membran ketuban sesaat sebelum melahirkan 4A
3. Postpartum: pemeriksaan tinggi fundus, plasenta: lepas/tersisa 4A
4. Anestesi lokal di perineum 4A
5. Episiotomi 4A
6. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir 4A
6. Menjahit luka episiotomi serta laserasi derajat 1 dan 2 4A
7. Perawatan luka episiotomi 4A
8. Menilai lochia 4A
9. Palpasi posisi fundus 4A

Buku Pedoman Keterampilan Medik | 11


PERSIAPAN MAHASISWA SEBELUM MENGIKUTI
KETERAMPILAN MEDIK

Mahasiswa harus mempelajari bahan skills lab terlebih dahulu


sebelum jadwal skills lab dimulai

12 | Buku Pedoman Keterampilan Medik


KETERAMPILAN I
PIMPINAN PERSALINAN KALA II,III,IV

A. Tujuan pembelajaran keterampilan I (umum, khusus)


1.1.Tujuan instruksional umum
Mahasiswa mempunyai keterampilan pada tingkat profisiensi
dalam memimpin persalinan bersih dan aman secara lege artis di
fasilitas kesehatan primer

1.2. Tujuan instruksional khusus


1. Mahasiswa mengetahui dan dapat melakukan pimpinan persalinan
fisiologis Kala II (pertolongan untuk melahirkan bayi)
2. Mahasiswa mengetahui dan dapat melakukan pimpinan persalinan
fisiologis Kala III (manajemen aktif Kala III)
3. Mahasiswa mengetahui dan dapat melakukan pimpinan persalinan
fisiologis Kala IV
4. Mahasiswa mengetahui dan dapat melakukan tindakan Episiotomi
5. Mahasiswa mengetahui dan dapat melakukan pengawasan nifas

B. Alat dan bahan yang dibutuhkan


Persiapan Alat :
partus set, hecting set, lampu sorot), bahan (oksitosin, betadine,
kassa setril, lidocain HCL 1%, spuit 5 cc, umbilical klamp, benang
chromic catgut 2.0). Set partus dalam keadaan steril
Sarung tangan steril 2 pasang
Gunting episiotomi : 1
Buku Pedoman Keterampilan Medik | 13
Gunting tali pusat : 1
Klem arteri : 2
Klem tali pusat :2
Kocher setengah : 1
Benang/pita tali pusat/klip : 1
Kasa steril : 5
Kain duk steril : 4
Semprit 5 cc berisi lidokain 1 %
Benang jahit luka episiotomi
Medikamentosa
Oksitosin
Ergometrin
Peralatan lain
Lampu sorot
Stetoskop dan tensimeter
Stetoskop monoaural ( Pinrad/Laenec )
Oksigen dengan regulator
Bahan antiseptik ( khlorheksidin,povidon iodin 10 %,
iodofor )
Kateter ( nelaton, folley )

Gelas ukur
Cawan bengkok
Ember
Bahan dekontaminasi( larutan khlorin 0,5 % )
Tempat sampah/kotoran
14 | Buku Pedoman Keterampilan Medik
Set resusitasi
Pengisap lendir dan penekan lidah : 1 set
Kain penyeka muka dan badan bayi : 2
Popok dan selimut bayi
Meja bersih, kering dan hangat
Inkubator
Pemotong dan pengikat tali pusat : 1 set
Jarum suntik no 23 sekali pakai
Jarum kupu-kupu atau kateter intravena
Medikamentosa :
Larutan bikarbonas natrikus 7,5 % atau 8,4 %
Nalokson (narkan ) 0,01mg/Kg BB
Epinefrin 0,01 %
Antibiotika
Akuabidestilata
Dextrose 10 %

C. Dasar teori

KALA II
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2
sampai 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah
masuk di ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-
otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa
mengedan. Wanita merasa pula tekanan kepada rektum dan hendak
buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar
Buku Pedoman Keterampilan Medik | 15
dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama
kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Bila dasar
panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi di luar
his, dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin
dilahirkan dengan suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka, dan
dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk
mengeluarkan badan, dan anggota bayi. Para primigravida kala II
berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam.

KALA III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak
diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6
sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan
16 | Buku Pedoman Keterampilan Medik
tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan
pengeluaran darah.

KALA IV
Seperti diterangkan di atas , kala ini dianggap perlu untuk
mengamati apakah ada perdarahan postpartum.

MEKANISME PERSALINAN NORMAL

Hampir 96 % janin berada dalam uterus dengan presentasi


kepala dan pada presentasi kepala ini ditemukan +- 23 % dikanan
depan, +- 11 % dikanan belakang, dan +- 8 % di kiri belakang. Keadaan
ini mungkin disebabkan terisinya ruangan di sebelah kiri belakang oleh
kolon sigmoid dan rektum.
Menjadi pertanyaan mengapa janin dengan presentase yang
tinggi berada dalam uterus dengan presentasi kepala ? keadaan ini
mungkin disebabkan karena kepala relatif lebih besar dan lebih berat.
Mungkin pula bentuk uterus sedenikian rupa, yang lebih luas,
sedangkan kepala berada dibawah, diruangan yang lebih sempit. Ini
dikenal sebagai teori akomodasi. Dalam mempelajari mekanisme partus
ini, imaginasistereometrik kepala janin dan ruang panggul harus benar-
benar di fahami.
Seperti telah dijelaskan terlebih dahulu 3 faktor penting yang
memegang peranan pada persalinan, ialah : 1) kekuatan-kekuatan yang
ada pada ibu seperti kekuatan his dan kekuatan mengedan; 2 ) keadaan
jalan lahir; 3 ) janinnya sendiri

Buku Pedoman Keterampilan Medik | 17


His adalah salah satu kekuatan pada ibu-seperti telah dijelaskan
–yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke bawah.
Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun
dan mulai masuk ke dalam rongga panggul.
Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam
keadaan sinklitismus, ialah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus
dengan bidang pintu atas panggul. Dapat pula kepala masuk dalam
keadaan asinklitismus, yaitu arah sumbu kepala janin miring dengan
bidang pintu atas panggul. Asinklitismus anterior menurut Naegele
ialah apabila arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke depan dengan
pintu atas panggul. Dapat pula asinklitismus posterior menurut
Litzman; keadaan adalah sebaliknya dari ainklitismus anterior.
Keadaan Asinklitismus anterior lebih menguntungkan daripada
mekanisme turunnya kepala Asinklitismus posterior karena ruangan
pelvis di daerah posterior adalah lebih luas dibandingkan dengan
ruangan pelvis di daerah anterior. Hal Asinklitismus penting, apabila
daya akomodasi panggul agak terbatas.
Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetris,
dengan sumbu lebih mendekati suboksiput, maka tahanan oleh
jaringan di bawahnya terhadap kepala yang akan
menurun,menyebabkan bahwa
kepala mengadakan fleksi di dalam rongga panggul menurut hukum
koppel : a kali b = c kali d. Pergeseran di titik B lebih besar dari di titik
A.
Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan
ukuran yang paling kecil, yakni dengan diameter
18 | Buku Pedoman Keterampilan Medik
suboksipitobregmatikus ( 9,5 cm ) dan dengan sirkumferensia
suboksipitobregmatikus ( 32 cm ). Sampai di dasar panggul kepala
janin berada di dalam keadaan fleksi maksimal.Kepala yang sedang
turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas
kebawah depan. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan
tekanan intrauterin disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala
mengadakan rotasi, disebut pula putaran paksi dalam. Di dalam hal
mengadakan rotasi, disebut pula putaran paksi dalam. Di dalam hal
mengadakan rotasi ubun-ubun kecil akan berputar kearah depan,
sehingga di dasar panggul dan ubun-ubun kecil dibawah simfisis, maka
dengan suboksiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan
defleksi untuk dapat dilahirkan. Pada tiap his vulva lebih membuka dan
kepala janin makin tampak. Perineum menjadi makin lebar dan tipis,
anus membuka dinding rektum. Dengan kekuatan his bersama dengan
kekuatan mengedan, berturut-turut tampak bregma, dahi, muka dan
akhirnya dagu. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi,
yang disebut putaran paksi luar.
Putaran paksi luar ini ialah gerakan kembali sebelum putaran
paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan
punggung anak.
Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Di
dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk
panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul, apabila kepala
telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan belakang.
Demikian pula dilahirkan trokanter depan terlebih dahulu, baru
kemudian trokanter belakang. Kemudian bayi lahir seluruhnya.
Buku Pedoman Keterampilan Medik | 19
Bila mekanisme partus yang fisiologik ini difahami dengan
sungguh-sungguh, maka pada hal-hal yang menympang dapat segera
dilakukan koreksi secara manual jika mungkin, sehingga tindakan-
tindakan operatif tidak perlu dikerjakan.
Apabila bayi telah lahir, segera jalan nafas dibersihkan. Tali
pusat dijepit diantara 2 cunam pada jarak 5 dan 10 cm. Kemudian,
digunting di antara kedua cunam tersebut, lalu diikat. Tunggul tali pusat
diberi anti-septika. Umumnya bila telah lahir lengkap, bayi segera akan
menarik napas dan menangis.
Resusitasi dengan jalan membersihkan dan mengisap lendir
pada jalan napas harus segera dikerjakan. Pula cairan di dalam lambung
hendaknya diisap untuk mencegahnya masuk ke paru-paru ketika bayi
muntah dan muntahnya terisap masuk keparu-parunya.
Bila bayi telah lahir, uterus mengecil. Partus berada dalam kala
III (kala uri). Walaupun bayi telah lahir, kala uri ini tidak kalah
pentingnya daripada kala I dan II. Kematian ibu karena perdarahan pada
kala uri tidak jarang terjadi sebab pimpinan kala III kurang cermat
dikerjakan. Seperti telah dikemukakan , segera setelah bayi lahir, his
mempunyai amplitudo yang kira-kira sama tingginya hanya
frekuensinya berkurang. Akibat his ini, uterus akan mengecil, sehingga
perlekatan plasenta dengan dinding uterus akan terlepas. Melepasnya
plasenta dari dinding uterus ini dapat dimulai dari 1) tengah ( sentral
menurut Schultze ) 2) pinggir ( marginal menurut Mathews-Duncan )
3) kombinasi 1 dan 2. Yang terbanyak ialah yang menurut Schultze.
Umumnya kala III berlangsung selama 6 sampai 15 menit. Tinggi
fundus uteri setelah kala III kira-kira 2 jari di bawah pusat.
20 | Buku Pedoman Keterampilan Medik
D. SKENARIO SKILL LAB :
Seorang perempuan mengaku hamil 9 bulan datang ke puskesmas
rawat inap dengan keluhan nyeri pinggang yang menjalar ke ari-ari
makin lama makin kuat, makin lama makin sering, disertai keluar
lendir darah, belum ada keluar air-air, dan tidak ada darah yang
keluar dari kemaluan.

E. Lembar tilik penilaian mahasiswa

SKOR* BOBOT
NO. ASPEK YANG DINILAI 0 1 2
I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA
1. 1. Mendengar dan melihat tanda kala dua persalinan
- Ibu ada merasa ada dorongan kuat dan meneran
- Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada
rectum dan vagina
- Perineum tampak menonjol
- Vulva dan spingter ani membuka
- His semakin lama semakin kuat, semakin sering, dan
teratur
II. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN
JANIN
2. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan kassa
atau kapas yang dibasahi air DTT
− Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
− Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam
wadah yang tersedia
− Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan
rendam sarung tangan tersebut dalam larutan klorin 0,5%
(langkah 9. Pakai sarung tangan DTT/ steril untuk
melaksanakan langkah lanjutan

3. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.


Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah lengkap
maka lakukan amniotomi.
Didapatkan :
1. Portio tidak teraba
2. Pembukaan lengkap

Buku Pedoman Keterampilan Medik | 21


3. Ketuban utuh → amniotomi, jumlah ketuban cukup,
warna jernih.
4. Terbawah kepala, ubun-ubun kecil anterior
5. Hodge IV

III MENYEBUTKAN DIAGNOSIS


4. Diagnosis :
G2P1A0H1, hamil 38-39 minggu, inpartu kala II + Janin tunggal
hidup intrauterine, presentasi kepala.
IV. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
5. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat obatan esensial
untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi segera
pada ibu dan bayi baru lahir.
1. Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi siapkan:
− Tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat
− Tiga (3) handuk/kain bersih dan kering (termasuk ganjal
bahu bayi)
− Alat penghisap lendir
− Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
2. Untuk ibu
− Menggelar kain di perut bawah ibu
− Menyiapkan oksitosin 10 unit
− Alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set
6. Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan
7. Melepas dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
8. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK
MEMBANTU PROSES MENERAN
9. Beritahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang nyaman
dan sesuai dengan keinginannya. Tunggu hingga timbul kontraksi
atau rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase
aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada. Jelaskan pada
anggota keluarga tentang peran mereka untuk mendukung dan
memberi semangat pada ibu dan meneran secara benar
10. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa
ingin meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu ibu
diposisikan setengah duduk atau posisi lain yang di inginkan dan
pastikan ibu merasa nyaman
11. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu ingin meneran atau
timbul kontraksi yang kuat
− Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif pada
saat kepala crowning (kepala membuka vulva 4-5 cm dan tidak
masuk kembali di luar his)
− Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila cara tidak sesuai

22 | Buku Pedoman Keterampilan Medik


− Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
− Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
− Anjurkan keluarga member dukungan dan semangat untuk ibu
− Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
− Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
− Segara rujuk jika bayi belum atau tidak akan lahir segera lahir
setelah pembukaan lengkap dan pimpin meneran ≥120 menit
(dua jam) pada primi gravida atau ≥ 60 menit (I jam) pada
multigravida
12. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
adalam selang waktu 60 menit
V. PERSIAPAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI
13. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut bawah
ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
14. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong
ibu.
15. Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan
dan bahan.
16. Pakai sarung tangan DTT / steril pada kedua tangan.
VI. PIMPINAN PERSALINAN KALA II (PERTOLONGAN
UNTUK MELAHIRKAN BAYI)
17. Lahirnya Kepala
Pada saat kepala crowning, di saat ibu meneran, disertai HIS yang
kuat dilakukan episotomi jika diperlukan (skill lab tersendiri).
Pimpinan persalinan kala II dengan menggunakan teknik perasat
Ritgen, yang dilakukan dengan cara melindungi perineum dengan
tangan kanan penolong yang dilapisi dengan kain bersih dan kering,
tangan kiri penolong menahan belakang kepala untuk mencegah
defleksi dan ekstensi yang mendadak dan membantu lahirnya
kepala. Berturut-turut lahir bregma, dahi, hidung, mulut, dan dagu.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi) segera lanjutkan proses kelahiran bayi
Perhatikan:
− Jika tali pusat melilit secara longgar, lepaskan lilitan lewat
bagian atas kepala bayi
− Jika tali pusat melilit secara kuat, klem tali pusat di dua tempat
dan potong tali pusat di antara dua klem tersebut
21. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung
secara spontan
22. Lahirnya bahu
Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara
biparietal. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal
hingga tampak ujung bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk melahirkan
bahu belakang
23. Lahirnya Badan dan Tungkai

Buku Pedoman Keterampilan Medik | 23


Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk menolong
kepala dan bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut
ke punggung, bokong tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (
masukkan telunjuk di antara kedua kaki dan pegang kedua kaki
dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainya pada
sisi yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk)
25. Apabila terasa berat dapat dibantu dengan dorongan ringan pada
fundus uteri oleh asisten atau melahirkan badan bayi dengan cara
mengait ketiak bayi dan menariknya secara perlahan sampai seluruh
badan bayi lahir.
Meletakkan bayi pada kain duk steril diatas perut ibu.
26. Melakukan resusitasi bayi baru lahir apabila diperlukan dan
menentukan nilai APGAR (skill lab penatalaksanaan bayi baru
lahir)
27. Perawatan tali pusat (skill lab penatalaksanaan bayi baru lahir)
VII. MELAKUKAN IDENTIFIKASI BAYI BARU LAHIR
28. Menentukan adanya kelainan kongenital bayi
29. Memasangkan gelang bayi (nama ibu,jenis kelamin,nomor
register)
30. Memasangkan gelang pada ibu yang sama nomornya dengan nomor
gelang bayi
31. Melakukan cap kaki kanan-kiri bayi pada catatan medik
32. Membungkus badan bayi dengan kain duk/selimut bersih
33. Menunjukkan bayi pada ibu dan membantu kontak pertama ibu-
bayi dengan melekatkan bayi pada tubuh ibu yang sudah
dibersihkan
34. Menjelaskan keadaan bayi kepada ibu ( baik sehat maupun kelainan
kongenital secara bijaksana )
VIII. PIMPINAN PERSALINAN KALA III (MANAJEMEN AKTIF
KALA TIGA)
35. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva

36. Letakkan tangan kiri di atas kain pada perut bawah ibu (di atas
simfisis). Dengan bantuan klem, tangan kanan menegangkan tali
pusat.
37. Perhatikan tanda-tanda lepasnya tali pusat, yaitu: uterus membulat
(globuler), keluar semburan darah, tali pusat tampak memanjang.
Jika tidak tampak tanda-tana lepasnya plasenta, lalukan uji
pelepasan plasenta *(Kustner, Strassman, Klein).

*Perasat Kustner : Tangan kanan menegangkan tali pusat, tangan


kiri menekan di atas simfisis pubis. Bila tali pusat tidak masuk lagi
ke dalam vagina berarti plasenta telah lepas.
*Perasat Strassman : Tangan kanan mengangkat tali pusat, tangan
kiri mengetok fundus uteri. Bila terasa getaran pada tangan kanan,
berarti plasenta belum lepas
*Perasat Klein : Ibu diminta mengejan, tali pusat akan turun, bila
berhenti mengejan, tali pusat masuk lagi, berarti plasenta belum
lepas dari dinding uterus.
24 | Buku Pedoman Keterampilan Medik
38. Lalu bersamaan dengan kontraksi uterus, tegangkan tali pusat ke
arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah
belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah
invesio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi kembali prosedur di atas. Jika uterus tidak
segera berkontraksi, minta ibu, suami atau keluarga untuk
melakukan stimulasi puting susu.
39. Mengeluarkan placenta
Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kearah
dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat kearah distal
maka lanjutkan dorongan ke arah cranial hingga placenta dapat
dilahirkan.
− Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
bejarak 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta secara
Brandt Andrew manuver
− Jika placenta tidak lepas dalam 15 menit menegangkan tali
pusat :
1) Ulangi pemberian oksitosin 10 unit
2) Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptik) jika
kandung kemih penuh
3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4) Ulangi tekanan dorsa-kranial dan penegangan tali
pusat 15 menit berikutnya
5) Jika placenta tidak lahir dalam 30 menit sejak bayi
lahir atau terjadi perdarahan (retensio plasenta) maka
segera lakukan tindakan manual plasenta
40. Saat plasenta muncul di introitus vagina lahirkan placenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta searah jarum jam hingga
selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan placenta
pada wadah yang telah disediakan.
41. Periksa kedua sisi placenta (maternal-fetal) pastikan placenta lahir
lengkap. Masukkan placenta ke dalam kantung plastic atau tempat
khusus
42. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila terjadi laserasi yang luas dan menimbulkan
perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera
lakukan penjahitan (skill lab tersendiri).
43. Rangsangan taktil (massase) uterus
Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras).
IX. PIMPINAN PERSALINAN KALA IV (ASUHAN PASCA
PERSALINAN)
44. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam. Ajarkan ibu/ keluarga cara melakukan
masase uterus dan menilai kontraksi.

Buku Pedoman Keterampilan Medik | 25


45. Periksa lagi tanda vital pasien. Apabila terjadi kelainan/komplikasi,
segera dilakukan tindakan dan beri instruksi.
46. Catatlah kondisi pasien dan buat laporan tindakan di dalam kolom
yang tersedia dalam status pasien.
47. Buatlah instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan kondisi
pasien sampai 2 jam kedepan.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
X. KEBERSIHAN DAN KEAMANAN
49. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit) cuci dan bilas peralatan setelah di
dekontaminasi
50. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai
51. Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan
menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan darah
di ranjang atau sekitar ibu berbaring. Bantu ibu memakai pakaian
yang bersih dan kering
52. Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang di
inginkan.
53. Lakukan dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
54. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
55. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih
dan kering.

*) Keterangan:
Skor 0 : Tidak dilakukan
Skor 1 : Dilakukan tetapi tidak benar
Skor 2 : Dilakukan dengan benar (sempurna)

26 | Buku Pedoman Keterampilan Medik


CONTOH KASUS SKILL LAB
Seorang pasien hamil masuk ke puskesmas rawat inap tempat anda
bertugas dengan keluhan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari

ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang diantar suami ke puskesmas dengan keluhan nyeri
pinggang menjalar ke ari-ari yang dirasakan pasien semakin kuat,
semakin sering, semakin lama yang dialami pasien sejak 10 jam SMRS,
keluar lendir bercampur darah (+) sejak 6 jam SMRS. Keluar air-air
yang tak tertahankan dari jalan lahir (+) sejak 1 jam SMRS tidak
berwarna tidak berbau, membasahi celana dalam pasien.
Pasien mengaku hamil 9 bulan dengan HPHT 12/3/2021 TP:
19/12/2021 UK: 40-41 minggu. Pasien rutin kontrol kehamilan ke bidan
sebanyak 4x, ke dokter kandungan sebanyak 5x. Dilakukan USG
didapati hasil janin dalam kondisi baik. Gerakan janin (+) dirasakan
pasien sejak 4 bulan yang lalu. Keluhan mual/muntah (-), perdarahan
pervaginam (-), Riwayat keputihan (-) Riwayat trauma (-), riwayat
diurut-urut (-), nyeri BAK (-), BAB (-).
Riwayat Hamil Muda:
Mual (-), muntah (), perdarahan pervaginam (-), keputihan(-).

Buku Pedoman Keterampilan Medik | 27


Riwayat Hamil Tua:
Riwayat demam (-), keputihan (-), nyeri saat BAK (-), riwayat trauma
(-), riwayat diurut-urut (-), perdarahan pervaginam (-).
Prenatal Care:
Pasien rutin kontrol kehamilan ke bidan sebanyak 4x, ke dokter
kandungan sebanyak 5x. Gerakan janin (+) dirasakan pasien sejak 4
bulan yang lalu. Pasien mengaku mendapatkan tablet penambah darah
dan vitamin saat kontrol kehamilannya.

Riwayat Minum Obat:


Selama kehamilan pasien mengonsumsi vitamin dan tablet tambah
darah yang diperoleh dari bidan.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat hipertensi (-), diabetes melitus (-), penyakit jantung(-),
penyakit paru (-), penyakit ginjal (-), penyakit hepar (-), alergi
(-), riwayat operasi (-).
Contoh Kasus Skill Lab
Seorang pasien hamil masuk ke puskesmas rawat inap tempat anda
bertugas dengan keluhan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari

ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari

28 | Buku Pedoman Keterampilan Medik


Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang diantar suami ke puskesmas dengan keluhan
nyeri pinggang menjalar ke ari-ari yang dirasakan pasien semakin
kuat, semakin sering, semakin lama yang dialami pasien sejak 10 jam
SMRS, keluar lendir bercampur darah (+) sejak 6 jam SMRS. Keluar
air-air yang tak tertahankan dari jalan lahir (+) sejak 1 jam SMRS
tidak berwarna tidak berbau, membasahi celana dalam pasien.
Pasien mengaku hamil 9 bulan dengan HPHT 12/3/2021 TP:
19/12/2021 UK: 40-41 minggu. Pasien rutin kontrol kehamilan ke
bidan sebanyak 4x, ke dokter kandungan sebanyak 5x. Dilakukan
USG didapati hasil janin dalam kondisi baik. Gerakan janin (+)
dirasakan pasien sejak 4 bulan yang lalu. Keluhan mual/muntah (-),
perdarahan pervaginam (-), Riwayat keputihan (-) Riwayat trauma (-),
riwayat diurut-urut (-), nyeri BAK (-), BAB (-).
Riwayat Hamil Muda:
Mual (-), muntah (), perdarahan pervaginam (-), keputihan(-).
Riwayat Hamil Tua:
Riwayat demam (-), keputihan (-), nyeri saat BAK (-), riwayat trauma
(-), riwayat diurut-urut (-), perdarahan pervaginam (-).
Prenatal Care:
Pasien rutin kontrol kehamilan ke bidan sebanyak 4x, ke
dokter kandungan sebanyak 5x. Gerakan janin (+) dirasakan pasien
sejak 4 bulan yang lalu. Pasien mengaku mendapatkan tablet
penambah darah dan vitamin saat kontrol kehamilannya.

Buku Pedoman Keterampilan Medik | 29


Riwayat Minum Obat:
Selama kehamilan pasien mengonsumsi vitamin dan tablet tambah
darah yang diperoleh dari bidan.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Riwayat hipertensi (-), diabetes melitus (-), penyakit jantung(-),
penyakit paru (-), penyakit ginjal (-), penyakit hepar (-), alergi (-),
riwayat operasi (-).
Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat hipertensi (-), diabetes melitus (-), penyakit jantung(-),
penyakit paru (-), penyakit hepar (-), riwayat infeksi menular seksual
(-), riwayat cacat bawaan (-).

Riwayat Haid:
Menarche usia 14 tahun, siklus haid teratur 28 hari, lamanya 4-5 hari,
ganti pembalut 2-3 x/hari, nyeri haid (-), HPHT: 12 Maret 2021
Riwayat Perkawinan:
Menikah 1x, pernikahan tahun 2020
Riwayat Kehamilan/ Persalinan/ Abortus: G1
1. Hamil saat ini
Riwayat Kontrasepsi:
Tidak pernah
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien seorang ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir SMA,
suami pasien bekerja sebagai wiraswasta.

30 | Buku Pedoman Keterampilan Medik


PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 118/85 mmHg
Frek. Nadi : 84x/ menit
Frek. Nafas : 20x / menit
Suhu : 36,70C
Gizi :
TB : 158 cm
BBSH : 58 kg
BBH : 70 kg
IMT : 23,23 kg/m2(normoweight)

Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-).
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks
- Paru : Vesikuler(+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
- Jantung : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-).
Abdomen : Status obstetrikus.
Genitalia : Status obstetrikus.
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik, edema ekstremitas (-).

Buku Pedoman Keterampilan Medik | 31


STATUS OBSTETRIKUS
Muka : Kloasma gravidarum (-).
Mammae : Areola mammae hiperpigmentasi, papila mammae
menonjol.
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak membuncit sesuai usia kehamilan aterm.
Leopold I : TFU teraba 3 jari dibawah proccesus xyphoideus,
teraba massa kurang bulat, lunak, tidak melenting
Leopold II : Teraba tahanan memanjang pada sisi kiri ibu dan
teraba bagian kecil di sisi kanan ibu
Leopold III : Teraba massa keras, terfiksir.
Leopold IV : Divergen, 3/5 (Sudah masuk PAP)
- TFU : 30 cm.
- TBJ : (TFU-11) x 155 = 2.945 gram
- His : 4-5x/10’/45’’
Auskultasi : DJJ 140x/ menit.

Genitalia :
Genitalia Eksterna
Inspeksi : Vulva keluar lendir bercampur darah, uretra tampak
tenang.
Genitalia Interna
Inspekulo : Tidak Dilakukan
VT :
Pelvimetri
- Promontorium : tidak dapat dinilai
32 | Buku Pedoman Keterampilan Medik
- Linea innominata : tidak dapat dinilai
- Dinding samping panggul : tidak dapat dinilai
- Sakrum : konkaf
- Spina iskiadika : Tumpul
- Os. Koksigis : Mobile
- Arkus pubis : >90°
Janin
- Presentasi : kepala
- Situs : memanjang
- Station : Hodge II-III
- Posisi : UUK anterior kiri
- Ketuban : (-) sisa jernih
Portio
- Pembukaan : 8 cm
- Penipisan : 100%
- Konsistensi : tidak dapat dinilai
- Arah sumbu : tidak dapat dinilai

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb : 12,2 g/dL
Leukosit : 11.320 /UL
Trombosit : 308.000/uL
Hematokrit : 38%

Buku Pedoman Keterampilan Medik | 33


DIAGNOSIS KERJA
G1 gravid 40 - 41 minggu, inpartu kala 1 fase aktif, + Janin
tunggal hidup intrauterin, presentasi kepala

TERAPI / SIKAP
- Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, denyut jantung
janin, his, gawat janin.
- Catat kemajuan persalinan dengan Partograf
- Cek DJJ saat bebas his

34 | Buku Pedoman Keterampilan Medik


KETERAMPILAN 2
Prosedur Episiotomi dan Penjahitan Luka Episiotomi/Perineum
Derajat I dan II

SKOR*
NO. ASPEK YANG DINILAI BOBOT
0 1 2

I. PERSETUJUAN TINDAKAN
1. Menjelaskan tentang prosedur tindakan.
2. Menjelaskan tentang tujuan tindakan.
3. Menjelaskan bahwa proses tindakan mungkin akan
menimbulkan rasa sakit, perasaan khawatir atau kurang
menyenangkan.
4. Memastikan bahwa ibu telah mengerti prosedur dan tujuan
tindakan.
5. Meminta persetujuan lisan untuk melakukan tindakan.
II. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
. Alat Dan Bahan :
− Ranjang ginekologi,
− Lampu sorot,
− Meja instrumen,
− Gunting episitomi,
− Needle holder,
− Pinset anatomis,
− Pinset sirurgis,
− Gunting benang,
− Klem kassa,
− Kassa steril,
− Kapas dan larutan antiseptik,
− Spuit 5cc
− Lidocain HCl 2% 1 amp
− Benang chromic cat gut no. 2.0
− Aqua pro injeksi 1 flc

Buku Pedoman Keterampilan Medik | 35


SKOR*
NO. ASPEK YANG DINILAI BOBOT
0 1 2

III. PERSIAPAN PASIEN


6. Kandung kemih dikosongkan dengan female kateter.
7. Pasien berbaring dengan posisi litotomi diatas meja periksa
ginekologik, dipasang kain alas pada bokong pasien.
8. Menghidupkan lampu sorot, dan arahkan dengan benar pada
bagian vulva ibu.
IV. PERSIAPAN PENOLONG
9. Mencuci tangan, kemudian keringkan dengan handuk
bersih.
10. Melepaskan lipatan sarung tangan, ambil sarung tangan dengan
ibu jari dan telunjuk tangan kanan pada bagian sebelah dalam
kemudian pasang sesuai dengan jari-jari tangan kiri, dan
kencangkan dengan jalan menarik pangkal sarung sebelah dalam.
11. Mengambil sarung tangan kanan dengan tangan kiri (yang telah
menggunakan sarung tangan) dengan menyelipkan jari-jari
tangan kiri di bawah lipatan sarung tangan, kemudian tahan
pangkal sarung tangan tersebut dengan
ibu jari tangan kiri.
12. Memasangkan sarung tangan tersebut pada tangan kanan, sesuai
dengan alur masing-masing jari tangan, kemudian kencangkan
dengan cara menarik pangkal/lingkaran sarung
tangan.
V. PROSEDUR TINDAKAN ANESTESI
13. Lakuka tindakan aseptik – antiseptik pada perineum dan
sekitarnya
14. Tentukan jenis dan lokasi sayatan pada perineum
15. Tempatkan jari telunjuk dan jari tengah (tangan kiri penolong)
diantara kepala bayi dan perineum (untuk mencegah cedera
pada kepala bayi).
16. Tusukkan jarum pada titik tengah komisura posterior, kemudian
infiltrasikan lidokain 2% (lakukan aspirasi terlebih dahulu) secara
intrakutan dan lanjutkan pemberian secara subkutan sepanjang garis
tengah perineum, mengarah ke mediolateral dengan sudut 45 o.

*Aspirasi dilakukan untuk memastikan tidak terjadinya


intravasasi bahan anestesi ke dalam pembuluh darah yang
dapat menyebabkan komplikasi pada ibu dan bayi.
17. Tekan tempat infiltrasi agar bahan anestesi menyebar merata
untuk mendapatkan hasil anestesi yang baik.
VI PROSEDUR TINDAKAN EPISIOTOMI
18. Gunting episiotomi yang tajam dipegang dengan satu tangan
(kanan).
19. Meletakkan jari telunjuk dan tengah tangan kiri penolong di antara
kepala bayi dan perineum, searah dengan rencana sayatan episiotomi.
20. Sambil menunggu fase acme (puncak HIS), selipkan gunting dalam
keadaan terbuka di antara jari telunjuk dan tengah tangan kiri yang
ada di perineum.
21. Perineum digunting mulai dari titik tengah komisura posterior
mengarah 45 o ke arah mediolateral kiri pasien.
36 | Buku Pedoman Keterampilan Medik
22. Melanjutkan pimpin persalinan kala II-IV (skill lab tersendiri).
VII PROSEDUR TINDAKAN PENJAHITAN LUKA
EPISIOTOMI/ PERINEUM DERAJAT II
23. Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat robekan, lihat
dan rabalah dengan cermat dimana ujung luka tersebut.
24. Jika terdapat perdarahan yang terlihat menutupi luka episiotomi,
pasang tampon bertali ke dalam vagina.
25. Tempatkan jarum jahit pada needle holder, kemudian dikunci.
Pasang benang jahit pada celah pangkal jarum
26. Mulailah penjahitan pertama pada 1 cm di atas ujung luka di
dalam vagina ibu.
27. Peganglah pinset dengan tangan kiri penolong. Gunakan pinset
tersebut untuk memegang jarum yang melewati jaringan. Jangan
sekali- kali menggunakan jari tangan untuk memegang jarum karena
dapat menusuk jari tangan penolong atau melobangi sarung tangan
yang akan meningkatkan risiko terkena infeksi kuman dari darah
seperti HIV atau hepatitis B.
28. Ikat jahitan pertama dengan simpul mati. Potong ujung benang yang
bebas (ujung benang tanpa jarum ) hingga tersisa kira-kira 1 cm.
29. Lanjutkan menjahit mukosa vagina dengan menggunakan jahitan
jelujur tanpa jerat hingga tepat di superior lingkaran himen.
30. Jarum kemudian menembus mukosa vagina, sampai ke posterior
lingkaran himen, dan jarum ditarik keluar pada batas otot perineum.
31. Kenali lapisan otot perineum, biasanya otot tampak sedikit lebih
merah dan rasanya agak keras bila disentuh. Selanjutnya, otot
perineum dijahit dengan teknik jahitan jelujur tanpa jerat, sampai
mencapai ujung luka pada perineum . Penting sekali untuk menjahit
dan mempertemukan jaringan otot dengan otot.
32. Setelah mencapai ujung luka pada perineum, putarlah arah jarum ke
arah himen, dan mulailah menjahit kulit perineum dengan
menggunakan teknik jahitan subkutikuler, sampai mencapai batas
himen, lalu jarum ditusukkan ke kulit perineum ke batas superior
himen, lalu dibuat simpul mati dan ujung benang digunting kira-kira
bersisa 1 cm.
33. Untuk melihat apakah ada benang jahitan yang menembus mukosa
rektum, jari penolong harus dimasukkan ke dalam rektum untuk
memeriksa.
34. Periksa ulang kembali untuk memastikan bahwa tidak ada alat
ataupun bahan seperti kassa/tampon/instrumen yang tertinggal di
dalam vagina.
35. Bersihkan vagina dan vulva ibu dengan air bersih, keringkan dan
buat ibu merasa nyaman.
36. Berikan petunjuk kepada ibu mengenai cara vulva higienis daerah
perineum dengan sabun dan air 3 sampai 4 kali setiap hari, atau
menjaga agar perineum tetap kering dan bersih. Beritahu ibu agar
jangan memasukkan benda apapun ke dalam vaginanya.
37. Mintalah ibu kembali dalam waktu satu minggu agar dapat diperiksa
kembali.
TOTAL

Buku Pedoman Keterampilan Medik | 37


DAFTAR INSTRUKTUR

No Nama TOPIK

Asuhan Persalinan Kala I,


1 dr. Edy Fahrizal, SpOG (K)
Partograf
Asuhan Persalinan Kala I,
2 Dr. dr. Donel S, SpOG (K)
Partograf
Asuhan Persalinan Kala I,
3 dr. Sri Wahyu Maryuni, SpOG (K)
Partograf
Asuhan Persalinan Kala II,III,IV,
4 dr. Syukri Delam, Sp.OG
Episiotomi dan Pengawasan nifas
Asuhan Persalinan Kala II,III,IV,
5 dr. Noviardi, SpOG (K)
Episiotomi dan Pengawasan nifas
Asuhan Persalinan Kala II,III,IV,
6 dr. Zulmaeta, SpOG (K)
Episiotomi dan Pengawasan nifas
Konseling dan Teknik
7 dr. Imelda E.B Hutagaol, SpOG(K) Pemasangan dan Pencabutan
AKDR dan Implan
Konseling dan Teknik
8 dr. Nicko Pisceski Kusika, SpOG(K) Pemasangan dan Pencabutan
AKDR dan Implan
Teknik Kuretase , Pemeriksaan
9 dr. M. Yusuf, SpOG(K)
Payudara Sendiri (SADARI)
Teknik Kuretase , Pemeriksaan
10 dr. Eddy R Pangaribuan, SpOG(K)
Payudara Sendiri (SADARI)
Pemeriksaan Ginekologi, Test
11 dr. Ruza P. Rustam, SpOG
PAP dan IVA
Pemeriksaan Ginekologi, Test
12 dr. Wiwin Suhandri, SpOG
PAP dan IVA

13 dr. Nazardi Oyong, SpA Resusitasi bayi baru lahir

14 dr. Zulfikri, SpA Resusitasi bayi baru lahir

15 dr. M. Robi, SpA Resusitasi bayi baru lahir

38 | Buku Pedoman Keterampilan Medik


JADWAL KETERAMPILAN MEDIK

No Hari/tanggal Waktu
1 Selasa, 22 Februari 2022 08.00 – 10.00 WIB
2 Kamis, 24 Februari 2022 08.00 – 10.00 WIB
3 Selasa, 1 Maret 2022 08.00 – 10.00 WIB
4 Rabu, 2 Maret 2022 08.00 – 10.00 WIB
5 Selasa, 8 Maret 2022 08.00 – 10.00 WIB
6 Kamis, 10 Maret 2022 08.00 – 10.00 WIB
7 Selasa, 15 Maret 2022 08.00 – 10.00 WIB

Buku Pedoman Keterampilan Medik | 39


F. Daftar Pustaka

1. Mercer, MB. High risk pregnancy series: an expert’s view.


Preterm premature rupture of the membranes. Am J
Obst&Gynecol 2003; 189: 111-8

2. Arias, F. Practical Guide to High Risk Pregnancy and Delivery,


4nd ed. St Louis: Mosby Year Book, 2013:100-10.

3. Cunningham GF, Gant NF, Leveno JK, Gilstrap LC, Hauth JC,
Wenstrom KD. Williams Obstetrics, 25st ed. New York:
McGraw-Hill, 2018: 101-5.

4. Grable IA. Cost-effectiveness of induction after preterm


premature rup-ture of the membranes. Am J Obstr&Gynecol
2012; 187:1153-8.

5. Romero R, Chaiworapongsa T, Espinoza J, Gomez R, Yoon Bh,


Edwin S, et al. Fetal plasma MMP-9 concentration are elevated
in preterm prema-ture rupture of the membranes. Am J
Obstr&Gynecol 2012; 187: 1101-8.

6. Negara KS, Mulyana RS, Pangkahila ES. Buku ajar ketuban


pecah dini. FK Universitas Udayana. Denpasar. 2017.

40 | Buku Pedoman Keterampilan Medik


Buku Pedoman Keterampilan Medik | 41

Anda mungkin juga menyukai