Anda di halaman 1dari 70

BUKU PANDUAN

KETERAMPILAN KLINIK 4A
TAHUN AKADEMIK 2023/2024

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 2 FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2022/2023 i


VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

VISI
Menjadi program studi profesi dokter yang terkemuka dan bermartabat terutama di bidang penyakit
tidak menular pada tahun 2028.

MISI
1. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan berkualitas yang menghasilkan tenaga
dokter yang profesional.
2. Melaksanakan penelitian dalam mengembangkan ilmu pengetahuan kedokteran yang sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran terutama di bidang
penyakit tidak menular.
3. Melaksanakan pengabdian masyarakat yang berkualitas yang berdasarkan perkembangan ilmu
kedokteran terkini terutama di bidang penyakit tidak menular dengan melibatkan peran serta
masyarakat.

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 i


HALAMAN HAK CIPTA
BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND
TAHUN AKADEMIK 2023/2024

Tim Penyusun
dr. Noverika Windasari, Sp.F.M
dr. Shinta Ayu Intan, Sp.PA

Editor
dr. Syandrez Prima Putra, M.Sc.
dr. Mutia Lailani, M.Sc

Kontributor
Dr. dr. Saptino Miro, SpPD-KGEH, FINASIM
dr. Andry Kurniawan, SpPD, FINASIM
(Topik 1 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Masalah Gastrointestinal, Hepatobilier, dan Pankreas)

dr. Emilzon Taslim, Sp.An, KAO, KIC, M.Kes


dr. Dedy Kurnia, Sp.An
(Topik 2 Manajemen Jalan Nafas)

Dr. Hasmiwati, M. Kes


dr. Selfi Renita Rusjdi, M. Biomed
(Topik 3 Feses 2: Parasit Usus Dan Anal Swab)

Dr. Elly Usman, MSi. Apt


(Topik 4 Resep 2: Penulisan Resep Rasional)

Copyright©2024 oleh Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Dilarang memperbanyak, mencetak dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara dan dalam
bentuk apapun tanpa izin dari Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 ii


LEMBAR PENGESAHAN
BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND
TAHUN AKADEMIK 2023/2024

Yang bertanda tangan di bawah ini Ketua Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas, menyatakan bahwa Buku Panduan Keterampilan Klinik 4A yang disusun oleh:

Koordinator : dr. Hendra Herizal, Sp.B, Subsp.Onk(K)


Sekretaris : dr. Rahmani Welan, M.Biomed

Telah mengacu pada Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas Periode 2019-2024 dan dapat digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
keterampilan klinik pada pendidikan tahap akademik Program Studi Kedokteran FK UNAND tahun
2023/2024.

Demikianlah surat pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Padang, 12 Februari 2024

Ketua Program Studi Kedokteran Koordinator Keterampilan Klinik 4

dr. Firdawati, M.Kes, PhD dr. Hendra Herizal, Sp.B, Subsp.Onk(K)


NIP. 197207031999032002 NIP. 198711192010121007

Mengetahui
Wakil Dekan I Ketua MEU

Dr. dr. Efrida, Sp.PK (K), M.Kes dr. Gardenia Akhyar, Sp.D.V.E, Subsp. D.A.I
NIP. 197010021999032002 NIP. 197603242005012004

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 iii


KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil‘alamin, segenap puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas
tersusunnya Buku Panduan Keterampilan Klinik 4A pada tahun akademik 2023/2024. Panduan ini
digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan aktivitas keterampilan klinik di semester 4 sesuai
dengan jadwal kegiatan akademik yang terdapat di dalamnya.

Terima kasih kami sampaikan kepada tim yang telah menyusun buku panduan ini dan para penulis
beserta editor. Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat dan dapat dipedomani agar aktivitas
keterampilan klinik berjalan dengan baik. Kami juga menyadari bahwa kemungkinan masih ada
kekurangan dalam penyusunan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami
perlukan.

Padang, 12 Februari 2024


Koordinator Keterampilan Klinik 4A

dr. Hendra Herizal Sp.B, Subsp.Onk(K)


NIP. 198711192010121007

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 iv


DAFTAR ISI

VISI DAN MISI ............................................................................................................................................................................ i


HALAMAN HAK CIPTA ...........................................................................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................................................iv
DAFTAR ISI .................................................................................................................................................................................v
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER ..........................................................................................................................vi
INFORMASI UMUM ............................................................................................................................................................ viii
TOPIK 1 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Masalah Gastrointestinal, Hepatobilier, dan Pankreas .. 1
TOPIK 2 Manajemen Jalan Nafas ............................................................................................................................... 26
TOPIK 3 Feses 2: Parasit Usus dan Anal Swab ...................................................................................................... 41
TOPIK 4 Resep 2: Penulisan Resep Rasional.......................................................................................................... 51

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 v


RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PROGRAM STUDI S1 KEDOKTERAN
KETERAMPILAN KLINIK KODE URL I-Learn Mata BOBOT Semester Tanggal
Kuliah/Siklus/Stase (sks) Penyusunan
KETERAMPILAN KLINIK 4 https://fk.ilearn.unand.ac.id/ 2 4 12 Feb 2024
OTORISASI Pengembang Buku Panduan Ketua Program Studi
Keterampilan Klinik
dr. Hendra Herizal Sp.B, Subsp.Onk(K) dr. Firdawati, M.Kes, PhD
dr. Rahmani Welan, M.Biomed
Capaian CPL-PRODI 1. Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur (KU2);
Pembelajaran (CP) 2. Mampu bertanggungjawab atas pencapaian hasil kerja kelompok dan
melakukan supervisi dan evaluasi terhadap penyelesaian pekerjaan yang
ditugaskan kepada pekerja yang berada dibawah tanggungjawabnya
(KU7);
3. Mampu menguasai konsep dan teori ilmu klinik medis (Ilmu Penyakit
Dalam, Ilmu Kesehatan Anak, Ilmu Bedah, Ilmu Obstetri Gynecology,
Ilmu Penyakit Mata, Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan Kepala
dan Leher, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Pulmonologi danIlmu
Kedokteran Respirasi, Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah,
Neurologi, Psikiatri, Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut, Ilmu Anastesi dan
Terapi intensif, Ilmu Rehabilitasi Medik, Ilmu Radiologi, serta Ilmu
Forensik dan Medikolegal) serta aplikasinya dalam penegakkan
diagnosis secara holistik dan penatalaksanaan pasien secara
komprehensif sebagai dokter di layanan primer dengan pendekatan
kedokteran keluarga (P3).
4. Mampu menguasai konsep dan teori Ilmu Komunikasi, Bioetik dan Etika
kedokteran serta aplikasinya dalam penegakkan diagnosis secara
holistik dan penatalaksanaan pasien secara komprehensif sebagai
dokter di layanan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga (P6).
5. Kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, menggunakan,
mendiseminasikan dan menghasilkan materi menggunakan teknologi
informasi dan perangkat digital secara efektif dalam pengembangan
profesi dan keilmuan untuk berkomunikasi, berekspresi, berkolaborasi
dan advokasi (KK6).

Capaian Pada akhir sesi Keterampilan Klinik 4A, mahasiswa mampu:


Pembelajaran 1. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik masalah gastrointestinal,
Keterampilan hepatobilier dan pankreas pada pasien simulasi
Klinik 2. Melakukan manajemen jalan napas pada manikin
3. Melakukan pemeriksaan feses II dan anal swab
4. Menuliskan resep dengan benar dan rasional terutama untuk BSO oral
berdasarkan diagnosa kompetensi 4 yang terdapat dalam SKDI pada
Daftar Keterampilan Klinis Sistem Gastrointestinal Hepatobilier &
Pankreas
5. Melakukan Anamnesis dan pemeriksaan fisik masalah endokrin,
metabolisme dan nutrisi (pemeriksaan kelenjar tiroid) serta pemeriksaan
gula darah/POCT pada pasien simulasi
6. Melakukan terapi cairan untuk resusitasi maupun maintenan dan
melakukan tranfusi komponen darah dengan tepat dan benar.
7. Melakukan perhitungan dietary recall, nutrisi dan aktivitas fisik

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 vi


8. Melakukan pembuatan sediaan darah malaria untuk pemeriksaan
malaria dan mikrofilaria
9. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik kehamilan pada manikin
10. Melakukan asuhan persalinan normal pada manikin
11. Melakukan pemeriksaan tumor payudara dan KIE 8 (SADARI) pada
manikin dan pasien simulasi

Deskripsi Singkat Panduan keterampilan klinik ini disusun untuk memudahkan mahasiswa dan instruktur dalam
Keterampilan melakukan kegiatan Keterampilan Klinik 4A. Pada Keterampilan Klinik 4A ini mahasiswa diharapkan
Klinik dapat melakukan beberapa keterampilan, meliputi: anamnesis dan pemeriksaan fisik masalah
gastrointestinal, hepatobilier dan pankreas; manajemen jalan napas lanjut, feses II dan anal swab,
resep II; anamnesis dan pemeriksaan fisik masalah endokrin, metabolisme dan nutrisi (pemeriksaan
kelenjar tiroid) serta pemeriksaan gula darah/POCT; resusitasi cairan II, Gizi II dan KIE VII, darah V,
anamnesis dan pemeriksaan fisik kehamilan, asuhan persalinan normal, tumor payudara dan KIE 8
(SADARI).
Bahan Kajian KK 4A:
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik masalah gastrointestinal, hepatobilier dan pankreas
2. Manajemen jalan napas Lanjut
3. Feses II dan anal swab
4. Resep II
KK 4B:
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik masalah endokrin, metabolisme dan nutrisi
(pemeriksaan kelenjar tiroid) serta pemeriksaan gula darah/POCT
2. Resusitasi cairan II
3. Gizi II dan KIE VII
4. Darah V
KK 4C:
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik kehamilan
2. Asuhan persalinan normal
3. Tumor payudara dan KIE 8 (SADARI).
Pustaka Utama :
Terlampir
Pendukung :
Terlampir
Media Perangkat lunak : Perangkat keras :
Pembelajaran Video (youtube) Keterampilan Klinik FK alat peraga, alat praktikum, dan lain-lain
Unand, Presentasi powerpoint/googleslides,
aplikasi e-learning
Keterampilan Mahasiswa yang akan mengikuti kegiatan Keterampilan Klinik 4A, sebelum berlatih :
Klinik yang Mahasiswa harus telah melewati Keterampilan Klinik 1,2 dan 3.
menjadi Syarat

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 vii


INFORMASI UMUM

KK No Topik Keterampilan Klinik Jumlah Kegiatan (Latihan dan Lokasi


Ujian) Kegiatan
4A 1. Anamnesis dan Pemeriksaan 3 kali pertemuan (masing- OSCE Center
Fisik Masalah Gastrointestinal, masing pertemuan 2x50 menit)
Hepatobilier, dan Pankreas
2. Manajemen Jalan Napas 2 kali pertemuan (masing- OSCE Center
masing pertemuan 2x50 menit)
3. Feses 2: Parasit Usus dan Anal 3 kali pertemuan (masing- Laboratorium
Swab masing pertemuan 2x50 menit) Sentral
4. Resep 2: Penulisan Resep 2 kali pertemuan (masing- OSCE Center
Rasional masing pertemuan 2x50 menit)

Persiapan Pelaksanaan Keterampilan Klinik untuk Mahasiswa


1. Mahasiswa diwajibkan membaca panduan Keterampilan Klinik minimal 1 hari sebelum
pelaksanaan
2. Mahasiswa diwajibkan menonton dan mempelajari video keterampilan klinik yang sesuai
dengan topik melalui Youtube FK UNAND (tautan video ada dalam panduan)
3. Mahasiswa dianjurkan berdiskusi terlebih dahulu dalam kelompok terkait topik yang akan
dibahas sebelum bertemu dengan instruktur

Ketentuan Pelaksanaan Keterampilan Klinik


1. Presensi, jadwal, dan panduan Keterampilan Klinik untuk mahasiswa dan instruktur dapat
diakses di SIMFONI.
2. Sebelum pelaksanaan Keterampilan Klinik mahasiswa dan instruktur mengisi presensi di
SIMFONI.
3. Mahasiswa dan Instruktur bersama-sama menonton video Keterampilan Klinik yang sesuai
dengan topik melalui Youtube FK UNAND (tautan video ada dalam panduan).
4. Video dapat ditonton melalui fasilitas smart TV yang tersedia di ruangan.
5. Pelaksanaan Keterampilan Klinik selanjutnya dipandu oleh instruktur sesuai nama yang tertera
dalam surat tugas.
6. Penggantian instruktur harus dilaporkan oleh instruktur yang bersangkutan ke pengelola
Keterampilan Klinik sebelum pertemuan.
7. Instruktur pengganti harus memenuhi syarat yang ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

Syarat Keikutsertaan Ujian Keterampilan Klinik


Mahasiswa yang akan mengikuti ujian keterampilan klinik harus memenuhi persyaratan berikut:
1. Kehadiran 100%.
2. Ketidakhadiran pada kegiatan keterampilan klinik hanya dibenarkan apabila:

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 viii


a. Sakit, harus dibuktikan dengan surat keterangan dokter dengan mencantumkan nama
dokter, alamat praktek, nomor SIP, dan nomor telepon.
b. Izin akibat kejadian atau musibah pada keluarga inti, yang harus dibuktikan dengan
surat keterangan dari orangtua/wali mahasiswa. Izin diberikan untuk kejadian atau
musibah yang terjadi pada keluarga inti (ayah, ibu, mertua, kakak kandung, adik
kandung, suami, istri dan anak kandung).
c. Mengikuti kegiatan kemahasiswaan/ekstrakurikuler yang harus mendapatkan
persetujuan dari Wakil Dekan I. Permohonan izin harus mencantumkan nama dan
nomor BP mahasiswa; nama, waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan kemahasiswaan;
dan keterangan jumlah kegiatan pembelajaran yang tidak dapat diikuti selama
menjalani kegiatan kemahasiswaan.
3. Ketidakhadiran harus dilengkapi dengan mengikuti sesi keterampilan klinik susulan dengan
mengikuti topik yang sama di kelompok lain.

Penilaian Keterampilan Klinik


1. Nilai ujian keterampilan klinik per topik dengan instruktur, dengan ketentuan mahasiswa
dinyatakan lulus dalam ujian keterampilan klinik per topik apabila mencapai nilai minimal 80
(A).
2. Nilai OSCE keterampilan klinik per semester.
3. Sistem input nilai KK ke SIMFONI dilakukan berdasarkan setiap topik. Apabila dalam 1 topik
terdapat lebih dari 1 daftar tilik, maka nilai yang diinputkan adalah nilai rata-rata seluruh daftar
tilik yang ada.
4. Nilai akhir Keterampilan Klinik adalah gabungan dari nilai ujian dengan instruktur (30 %) dan
nilai OSCE KK (70 %).

Persyaratan Mengikuti OSCE KK


1. Menyelesaikan seluruh sesi Keterampilan Klinik dengan instruktur sesuai jadwal yang sudah
ditetapkan.
2. Lulus ujian Keterampilan Klinik dengan instruktur.

Remediasi
1. Mahasiswa yang gagal dalam ujian keterampilan klinik per topik mendapat hak mengulang
ujian sebanyak satu kali dengan instruktur yang sama.
2. Apabila mahasiswa yang bersangkutan tetap gagal, maka mahasiswa harus mengulang
keterampilan klinik yang gagal tersebut di periode berikutnya.

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 ix


KETERAMPILAN KLINIK 4A

TOPIK 1
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK
MASALAH GASTROINTESTINAL,
HEPATOBILIER, DAN PANKREAS
Penulis: Dr. dr. Saptino Miro, SpPD-KGEH, FINASIM
dan dr. Andry Kurniawan, SpPD, FINASIM

1.1. Tujuan Pembelajaran

Tujuan Umum Tujuan Khusus


Mahasiswa harus mampu Pada akhir pembelajaran mahasiswa mampu:
melakukan anamnesis 1 Melakukan anamnesis kelainan sistem pencernaan
kelainan sistem (mengidentifikasi keluhan utama dan keluhan penyerta) baik auto
pencernaan dan maupun allo anamnesis yang teliti dan sistematis, sesuai dengan
pemeriksaan fisik kronologis kejadian.
abdomen, meliputi 2 Menginformasikan kepada pasien tentang tujuan dari
palpasi dan perkusi serta pemeriksaan
mempunyai kemampuan 3 Meminta pasien agar melakukan apa yang diinstruksikan oleh
khusus untuk mendeteksi pemeriksa
kelainan khusus pada 4 Meminta pasien agar rileks dengan jalan memfleksikan sendi
abdomen lutut (bila perlu) dan mengadakan pembicaraan dengan pasien
5 Melakukan palpasi superfisial
6 Melakukan palpasi lebih dalam untuk menemukan/ meraba
hepar, vesika felea, limpa, ginjal dan vesica urinaria
7 Melakukan perkusi untuk menentukan batas pekak antara paru
dan hepar
8 Melakukan pemeriksaan adanya ascites
9 Melakukan pemeriksaan adanya Murphy sign, Rovsing sign,
Iliopsoas sign dan Obturator sign

1.2. Pengetahuan yang Harus Dikuasai Mahasiswa Sebelumnya

1. Kemampuan menjelaskan anatomi, histologi, fisiologi, dan biokimia pada sistem pencernaan
manusia.
2. Kemampuan menjelaskan penyakit-penyakit pada sistem pencernaan manusia.
3. Kemampuan melakukan pemeriksaan inspeksi, auskultasi abdomen dan proyeksi organ di
abdomen manusia (KK1).

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 1


1.3. Aktivitas Pembelajaran

Alokasi waktu
No. Kegiatan
(3x100 menit)
1. Pertemuan 1 (Latihan) 100 menit
a. Sebelum pertemuan: Bebas
- Mahasiswa membaca buku panduan dan belajar mandiri terkait
topik yang akan dipelajari.
- Membaca instruksinya terlebih dahulu, mengingat seluruh teknik
dan anatomi dari abdomen
- Dalam melakukan latihan anamnesis, kuasai dulu dasar-dasar
keterampilan anamnesis. Bukalah buku-buku yang terkait seperti
buku diagnosis fisik dan buku anatomi
- Mahasiswa menonton video pembelajaran berikut secara mandiri:
https://youtu.be/X9Fk7xmJjM0
b. Pembukaan: 20 menit
- Instruktur dan mahasiswa berdo’a sebelum memulai kegiatan.
- Instruktur mengisi absen dan membagikan QR Code
Absen SIMFONI mahasiswa, sekaligus mengecek kehadiran
mahasiswa.
- Instruktur memberi pengantar mengenai tujuan dan topik
pembelajaran.
- Instruktur dan mahasiswa mendiskusikan kasus, teori, alat, bahan
dan prosedur tindakan.
c. Inti 60 menit
- Instruktur menunjuk satu orang mahasiswa untuk menjadi orang
percobaan/pasien.
- Instruktur memperagakan cara melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik kepada mahasiswa.
- Untuk melakukan pemeriksaan fisik, minta pasien membuka
pakaian terutama abdomennya
- Pasien dengan posisi telentang dengan bantal tipis.
- Minta pasien untuk rileks, tangan bebas disamping.
- Instruksikan pasien untuk fleksi pada lutut, dan bernafas normal. Bila
perlu, ajaklah pasien berbicara untuk membuat suasana rileks.
- Gunakanlah waktu yang cukup untuk melakukan pemeriksaan
abdomen ini. Setiap penemuan adalah penting.
- Berdirilah atau duduklah disebelah kanan pasien
- Beritahu pasien setiap jenis pemeriksaan yang Anda lakukan
- Mintalah pasien memberikan respon bila adanya nyeri atau sensasi
lain saat pemeriksaan
- Pemeriksaan rektum dilakukan bila ada indikasi .
- Setelah instruktur selesai memperagakan, instruktur meminta
mahasiswa bergiliran untuk menjadi dokter/pemeriksa.
- Penilai melakukan penilaian dan umpan balik.

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 2


d. Penutup 20 menit
- Mahasiswa berkonsultasi dengan instruktur terkait kegiatan yang
telah dikerjakan atau jika ada yang tidak dimengerti.
- Mahasiswa melakukan refleksi diri dan memastikan yang dikerjakan
telah sesuai dengan daftar tilik.
- Instruktur mengingatkan mahasiswa akan pentingnya keterampilan
anamnesis dan pemeriksaan fisik abdomen untuk digunakan pada
pembelajaran berikutnya dan di masa yang akan datang.

2. Pertemuan 2 (Latihan) 100 menit


a. Sebelum pertemuan: Bebas
- Mahasiswa berlatih secara mandiri/ berkelompok
b. Pembukaan: 20 menit
- Instruktur dan mahasiswa berdo’a sebelum memulai kegiatan.
- Instruktur mengisi absen dan membagikan QR Code
Absen SIMFONI mahasiswa, sekaligus mengecek kehadiran
mahasiswa.
- Instruktur memberi pengantar mengenai tujuan dan topik
pembelajaran.
- Instruktur dan mahasiswa mendiskusikan kasus, teori, alat, bahan
dan prosedur kembali.
c. Inti 60 menit
- Instruktur menunjuk satu orang mahasiswa untuk menjadi orang
Kegiatan seperti pertemuan 1 diulang kembali untuk lebih
memperdalam pemahaman mahasiswa.
- Instruktur menunjuk satu orang mahasiswa untuk menjadi orang
percobaan/pasien.
- Instruktur memperagakan cara melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik kepada mahasiswa.
- Untuk melakukan pemeriksaan fisik, minta pasien membuka
pakaian terutama abdomennya
- Pasien dengan posisi telentang dengan bantal tipis.
- Minta pasien untuk rileks, tangan bebas disamping.
- Instruksikan pasien untuk fleksi pada lutut, dan bernafas normal. Bila
perlu,ajaklah pasien berbicara untuk membuat suasana rileks.
- Gunakanlah waktu yang cukup untuk melakukan pemeriksaan
abdomen ini. Setiap penemuan adalah penting.
- Berdirilah atau duduklah disebelah kanan pasien
- Beritahu pasien setiap jenis pemeriksaan yang Anda lakukan
- Mintalah pasien memberikan respon bila adanya nyeri atau sensasi
lain saat pemeriksaan
- Pemeriksaan rektum dilakukan bila ada indikasi .
- Setelah instruktur selesai memperagakan, instruktur meminta
mahasiswa bergiliran untuk menjadi dokter/pemeriksa.
- Penilai melakukan penilaian dan umpan balik.

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 3


d. Penutup 20 menit
- Mahasiswa berkonsultasi dengan instruktur terkait kegiatan yang
telah dikerjakan atau jika ada yang tidak dimengerti.
- Mahasiswa melakukan refleksi diri dan memastikan yang dikerjakan
telah sesuai dengan daftar tilik.
- Instruktur mengingatkan mahasiswa akan pentingnya keterampilan
anamnesis dan pemeriksaan fisik abdomen untuk digunakan pada
pembelajaran berikutnya dan di masa yang akan datang.

3. Pertemuan 3 (Ujian) 100 menit


a. Sebelum pertemuan: Bebas
- Mahasiswa berlatih secara mandiri/ berkelompok
b. Ujian: 80 Menit
- Mahasiswa diminta secara bergantian menjadi orang (8 menit bagi
percobaan/pasien. setiap
- Setiap mahasiswa bergantian melakukan anamnesis dan pemeriksa)
pemeriksaan fisik abdomen
- Instruktur menilai mahasiswa sesuai daftar tilik.

c. Umpan balik: 20 menit


- Instruktur memberikan umpan balik mengenai performa mahasiswa
dalam ujian.
- Instruktur menginput nilai angka di SIMFONI dan membagikan QR
code absen.

1.4. Skenario Kasus

Seorang pria berusia 25 tahun datang ke dokter Puskesmas dengan keluhan buang air besar
cair yang berdarah dan bercampur lendir sejak tiga hari yang lalu. Sebelumnya, pasien ini jajan sate
yang lewat di depan rumah. Selain itu, pasien juga mengeluh dada rasa terbakar yang semakin
meningkat. Nyeri rasa terbakar ini sebenarnya telah dirasakan sejak setahun yang lalu, namun
keluhannya hilang timbul. Nyeri terutama di belakang dinding dada, makin hebat bila meminum air
atau makanan panas, dan langsung terasa setelah habis makan. Nyeri juga terasa bila pasien duduk
atau berbaring. Untuk nyeri dada ini, pasien sudah sering berobat ke dokter dan mendapat antasid.
Dari hasil pemeriksaan fisik oleh dokter didapatkan hasil: inspeksi abdomen dalam batas normal.
Palpasi abdomen didapatkan nyeri tekan pada epigastrium. Perkusi abdomen didapatkan timpani dan
auskultasi didapatkan peristaltik usus meningkat. Dokter merencanakan rujukan ke dokter spesialis
penyakit dalam untuk penanganan lebih lanjut.

1.5. Pengantar Teori

1.5.1. Anamnesis Kelainan Sistem Pencernaan

Menentukan kelainan / penyakit yang diderita seseorang akibat gangguan saluran


pencernaan perlu dilakukan anamnesis, baik auto maupun allo anamnesis yang teliti dan sistematis,
sesuai dengan kronologis kejadian. Anamnesis dimulai dengan keluhan utama, yakni keluhan yang
diderita seseorang, membawa dia untuk meminta pertolongan/ pengobatan kepada dokter. Riwayat

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 4


penyakit sekarang berupa pertanyaan mengenai gejala klinis gangguan sistem pencernaan, berupa
nyeri epigastrium, mual muntah, kembung, diare, dll. Penting juga untuk menanyakan riwayat
penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat pengobatan dan riwayat kebiasaan.
Anamnesis untuk kelainan sistem pencernaan secara garis besar dapat dibagi atas 3 bagian,
yaitu:
1. Gangguan Asupan (Intake)
Gangguan asupan dapat disebabkan oleh kelainan pada sistem pencernaan itu sendiri
ataupun yang berasal dari luar sistem pencernaan. Gangguan pada sistem pencernaan misalnya:
- Adanya gangguan menelan. Gangguan menelan, dapat akibat adanya kelainan pada orofaring,
seperti: adanya faringitis akut, tonsilitis, tumor
- Gangguan pada esofagus meliputi esofagitis, striktur esofagus, atresia esofagus, akhalasia, tumor
dan lain-lain.
- Kelainan pada lambung juga akan mengakibatkan makanan yang sudah ditelan kembali
dikeluarkan akibat mual dan muntah. Hal ini misalnya dapat ditemukan pada:
o ulkus ventrikuli, gastritis,
o penyakit refluk gastroesofageal,
o gangguan pada spinkter gastro-duodenum,
o penyakit hepatobilier,
o gangguan pada pankreas.
- Gangguan diluar sistem pencernaan yang dapat mengganggu asupan/ intake dimana hal tersebut
mengakibatkan mual dan muntah, misalnya:
o hiperemesis gravidarum,
o penyakit ginjal kronik,
o diabetes melitus dengan ketoasidosis,
o gangguan pada susunan saraf pusat.

2. Gangguan Penyerapan (Absorpsi)


Gangguan penyerapan dapat terjadi, baik disebabkan oleh kelainan pada sistem pencernaan
bagian atas, maupun kelainan pada sistem pencernaan bagian bawah.
- Gangguan pada sistem pencernaan bagian atas misalnya: gastritis kronik, gangguan sekresi enzim
pankreas, gangguan sekresi bilirubin ke usus halus, infeksi pada usus halus, penyakit “celiac”.
- Gangguan pada sistem pencernaan bagian bawah meliputi infeksi pada kolon, toksin bakteri,
penyakit autoimun pada sistem pencernaan, tumor dan lain-lain.
- Gangguan penyerapan akibat kelainan diluar sistem pencernaan, misalnya penderita dengan
hipertiroid, gangguan elektrolit, dll.

3. Gangguan Struktur Lainnya Pada Sistem Pencernaan, Baik Pada Sistem Pencernaan Bagian
Atas Maupun Sistem Pencernaan Bagian Bawah
Gangguan ini meliputi perdarahan pada sistem pencernaan, baik yang bersumber dari sistem
pencernaan bagian atas, maupun dari sistem pencernaan bagian bawah, tumor sistem pencernaan,
primer ataupun sekunder, hemorrhoid, kelainan kongenital, misalnya atresia ani, dan lain-lain.

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 5


1.5.2. Pemeriksaan Fisik Kelainan Sistem Pencernaan

1.5.2.1. Anatomi Dan Fisiologi Dinding Abdomen

Muskulus rektus abdominis dapat diidentifikasi bila seseorang disuruh mengangkat kepala
dan bahu dalam posisi tiduran. Untuk memudahkan, keterangan abdomen umumnya dibagi dalam
empat kuadran dengan jalan membuat garis khayal yang memotong umbilicus, yaitu kuadran kanan
atas, kanan bawah, kiri atas dan kiri bawah. Cara lain dapat juga dengan membagi abdomen menjadi
9 seksi (regio). Tiga istilah sering dipakai yaitu: epigastric, umbilikal, dan hypogastric atau supra pubik.

Gambar 1.1. Dinding anterior abdomen

1.5.2.2 Identifikasi Kuadran Abdomen Dan Proyeksi Alat/ Organ Dalam Abdomen
Bila kita memeriksa abdomen, beberapa struktur organ normal dalam abdomen dapat
diidentifikasi. Kolon sigmoid dapat diraba seperti tabung di kuadran kiri bawah sedangkan caecum
dan bahagian dari kolon asenden seperti tabung yang lunak dan lebih lebar pada kuadran kanan
bawah. Kolon transversum dan kolon desenden juga mungkin dapat diraba.

Metode Kuadran

Kuadran Kanan atas Kuadran Kiri atas


- Hepar - Lobus kiri dari hepar
- Vesica fellea - Lambung
- Pylorus - Corpus pancreas
- Duodenum - Fleksura lienalis kolon
- Caput pancreas - Sebagian dari kolon transversum
- Fleksura hepatika colon - Kolon desenden
- Sebagian kolon asendens
- Kolon transversum
Kuadran Kanan bawah Kuadran kiri bawah
- Caecum dan appendik - Kolon sigmoid
- Sebagian kolon acenden - Sebagian kolon desenden

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 6


9 Regio Abdomen
Hipochondrium kanan Epigastrika Hypochondrium kiri
- Lobus hepar kanan - Pylorus dan gaster - Gaster
- Vesika felea - Duodenum - Ekor pankreas
- Pankreas - Fleksura lienalis kolon
- Bagian dari hepar lobus kiri

Lumbal kanan Umbilikal Lumbal kiri


- Bagian duodenum - Omentum - Kolon desenden
- Jejunum - Mesenterium - Bagian distal duodenum
- Bagian distal duodenum - Jejunum

Inguinal Kanan Suprapubik /Hypogastrik Inguinal kiri


- Caecum - Ileum - Colon sigmoid
- Appendik - Vesica Urinaria
- Bagian distal ileum

(a) (b)
Gambar 1.2 Garis imajiner pada abdomen, yaitu (a) Kuadran, dan (b) Regio

Meskipun pinggir bawah hepar terletak di bawah pinggir arcus costarum kanan, konsistensinya
yang lunak sukar untuk diraba melalui dinding abdomen. Pada level yang lebih bawah pada kuadran
kanan atas, pool bawah ginjal kanan, kadang-kadang dapat diraba. Pulsasi dari aorta abdominalis
sering terlihat dan dapat diraba pada abdomen atas, sedangkan pulsasi arteri iliaca kadang-kadang
dapat diraba di kuadran bawah. Vesica urinaria yang terisi penuh dan uterus hamil dapat diraba di
atas simpisis pubis.
Cavum abdominal meluas ke atas di bawah iga-iga ke arah dome dari diaphragma, pada
ruangan ini terletak sebahagian besar hepar dan gaster dan seluruh limpa normal yang dapat dicapai

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 7


pada palpasi dengan tangan. Perkusi akan membantu dalam menilai ketiga organ ini. Vesica felea,
normal terletak di bawah hepar dan tidak dapat dibedakan dari jaringan hepar. Duodenum dan
pancreas juga terletak jauh didalam pada kuadran atas abdomen dan tidak bisa diraba dalam keadaan
normal.
Ginjal terletak pada regio posterior, dilindungi oleh iga. Sudut costovertebrae adalah regio
dimana kita menilai nyeri tekan dan nyeri ketok pada ginjal.

Gambar 1.3. Organ dalam rongga abdomen

Gambar 1.4. Posterior view dari ginjal

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 8


Gambar 1.5. Organ dalam abdomen

1.5.2.3. Teknik Pemeriksaan Abdomen


Keadaan yang penting diperhatikan sewaktu pemeriksaan:
1. Cahaya ruangan cukup baik
2. Pasien harus relaks
3. Pakaian harus terbuka dari processus xyphoideus sampai sympisis pubis.

Teknik untuk mendapatkan relaksasi dari pasien adalah:


1. Vesica urinaria harus dikosongkan lebih dahulu
2. Pasien dalam posisi tidur dengan bantal di bawah kepala dan lutut pada posisi fleksi (bila
diperlukan)
3. Kedua tangan disamping atau dilipat di atas dada. Bila tangan di atas kepala akan menarik dan
menegangkan otot perut
4. Telapak tangan pemeriksa harus cukup hangat, stetoskop juga cukup hangat, dan kuku harus
pendek. Dengan jalan menggesek gesekan tangan akan membuat telapak tangan jadi hangat.
5. Mintalah pasien menunjukkan tempat/area yang sakit, dan periksa area ini paling terakhir.
6. Lakukan pemeriksaan perlahan-lahan, hindari gerakan yang cepat dan tak diinginkan
7. Jika perlu ajak pasien berbicara sehingga pasien akan lebih relaks
8. Jika pasien sangat sensitif dan gampang merasa geli, mulailah palpasi dengan tangan pasien
sendiri di bawah tangan pemeriksa kemudian secara perlahan lahan tangan pemeriksa
menggantikan tangan pasien
9. Perhatikan hasil pemeriksaan dengan memperhatikan raut muka dan emosi pasien

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 9


1. Inspeksi
Inspeksi abdomen dari posisi berdiri disebelah kanan pasien. Bila akan melihat contour
abdomen dan memperhatikan peristaltik, maka sebaiknya duduk atau jongkok sehingga abdomen
terlihat dari samping (tangensial).
Hal yang diperhatikan saat inspeksi:
a. Kulit. Lihat apakah ada jaringan parut, striae, dilatasi vena. Terangkan lokasinya.
b. Umbilikus. Lihat kontur dan lokasinya. Perhatikan juga tanda tanda peradangan dan adamya
hernia umbilikalis.
c. Kontur dari abdomen. Apakah datar (flat), gembung (protuberant), “rounded” Scaphoid, (concave
atau hollowed). Perhatikan juga daerah inguinal dan femoral
d. Simetrisitas dari abdomen.
e. Adanya organ yang membesar. Pada saat pasien bernafas perhatikan apakah hepar membesar
atau limpa membesar turun di bawah arcus costarum.
f. Apakah ada massa /tumor.
g. Lihat peristaltik usus. Peristaltik usus akan terlihat dalam keadaan normal pada orang sangat
kurus. Bila ada obstruksi usus perhatikan beberapa menit.
h. Pulsasi. Dalam keadaan normal pulsasi aorta sering terlihat di regio epigastrica.

Gambar 1.6 Inspeksi kontur abdomen dari samping

2. Palpasi
Palpasi superfisial berguna untuk mengidentifikasi adanya tahanan otot (muscular resistance),
nyeri tekan dinding abdomen, dan beberapa organ dan masa yang superfisial. Dengan tangan dan
lengan dalam posisi horizontal, mempergunakan ujung – ujung jari cobalah gerakan yang enteng dan
gentle (Gambar 1.7).

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 10


Gambar 1.7. Palpasi Superfisial Abdomen

Hindari gerakan yang tiba-tiba dan tidak diharapkan. Secara pelan, gerakkan dan rasakan
seluruh kuadran. Identifikasi setiap organ atau massa, area yang nyeri tekan, atau tahanan otot yang
meningkat (spasme). Gunakanlah kedua telapak tangan, satu di atas yang lain pada tempat yang susah
dipalpasi (contoh, pada orang gemuk).
Palpasi dalam dibutuhkan untuk mencari massa dalam abdomen. Dengan menggunakan
permukaan palmaris dari jari-jari anda, lakukanlah palpasi di seluruh kuadran untuk mengetahui
adanya massa, lokasi, ukuran, bentuk, mobilitas terhadap jaringan sekitarnya dan nyeri tekan. Massa
dalam abdomen dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara: fisiologis seperti uterus yang hamil;
inflamasi seperti divertikulitis kolon, pseudokista pankreas; vaskular seperti aneurisma aorta;
neoplastik seperti mioma uteri, kanker kolon atau kanker ovarium atau karena obstruksi seperti
pembesaran vesika urinaria karena retensi urin.
Hal yang dinilai saat melakukan palpasi:
a. Penilaian Adanya Iritasi Peritoneum
Nyeri abdomen dan nyeri tekan abdomen, terutama bila disertai dengan spasme otot dinding
perut akan menyokong adanya inflamasi dari peritoneum parietal. Tentukan lokasinya secara akurat
dan tepat. Sebelum melakukan palpasi, suruh pasien batuk dan menunjukkan dengan satu jari lokasi
nyeri tersebut, kemudian palpasi tempat tersebut secara gentle. Dan carilah adanya nyeri tekan lepas.
Caranya dengan menekankan jari-jari secara lambat pada dinding perut, kemudian tiba- tiba
dilepaskan. Bila waktu jari tangan dilepaskan menyebabkan nyeri yang tidak hanya nyeri tekan, maka
disebut nyeri lepas positif.
b. Palpasi Hepar / Hati
Letakkan tangan kiri anda di bawah dan dorong setinggi iga 11 dan 12 pada posisi pasien
tidur telentang. Suruh pasien relaks. Dengan cara menekan tangan kiri ke arah depan maka hepar
akan mudah diraba dengan tangan kanan di anterior. Letakkan tangan kanan pada perut sebelah
kanan, lateral dari muskulus rektus dengan ujung jari di bawah dari batas pekak hepar. Posisikan jari-
jari ke arah cranial atau obliq, tekanlah ke bawah dan ke atas.
Suruh pasien mengambil nafas dalam. Usahakan meraba hepar pada ujung jari karena hepar
akan bergerak ke caudal. Jika anda telah meraba nya, lepaskan tekanan palpasi sehingga hepar dapat

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 11


bergeser di bawah jari-jari anda dan anda akan dapat meraba permukaan anterior dari hepar. Pinggir
hepar normal teraba lunak, tajam, dan rata.
Hitunglah pembesaran hepar dengan menggunakan jari-jari pemeriksa dengan menentukan:
- jarak antara arkus kostarum dengan pinggir hepar terbawah
- antara prosesus xyphoideus dengan pinggir hepar terbawah
Cara lain meraba hepar dengan metode “Teknik hooking” (Gambar 1.8). Caranya berdiri pada
sebelah kanan pasien. Letakkan kedua tangan pada perut sebelah kanan, di bawah dari pinggir pekak
hepar. Tekankan dengan jari-jari mengarah ke atas dan pinggir costae. Suruh pasien bernafas
abdomen dalam, akan teraba hati.

Gambar 1.8. Palpasi hepar teknik mengkait (Hooking technic)


c. Palpasi Limpa
Dalam menentukan pembesaran limpa secara palpasi, teknik pemeriksaannya tidak banyak
berbeda dengan palpasi hati. Pada keadaan normal limpa tidak teraba. Limpa membesar mulai dari
lengkung iga kiri, melewati umbilikus sampai regio iliaka kanan. Seperti halnya hati, limpa juga
bergerak sesuai dengan gerakan pernapasan. Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan, melewati
umbilikus di garis tengah abdomen, menuju ke lengkung iga kiri. Pembesaran limpa diukur dengan
menggunakan garis Schuffner (disingkat dengan ’S’), yaitu garis yang dimulai dari titik lengkung iga
kiri menuju ke umbilikus dan diteruskan sampai ke spina iliaka anterior superior (SIAS) kanan. Garis
tersebut dibagi menjadi 8 bagian yang sama yaitu S1 sampai dengan S8. Palpasi limpa dapat
dipermudah dengan cara memiringkan penderita 45° ke arah kanan (ke arah pemeriksa). Setelah tepi
bawah limpa teraba, kemudian dilakukan deskripsi pembesarannya. Untuk meyakinkan bahwa yang
teraba tersebut adalah limpa, maka harus diusahakan meraba insisuranya.
Letakkan tangan kiri anda di bawah dari arkus kostarum kiri pasien, dorong dan tekan ke arah
depan. Dengan tangan kanan di bawah pinggir costae, tekan ke arah limpa. Mulailah palpasi pada
posisi limpa yang membesar. Suruh pasien nafas dalam kemudian usahakan meraba puncak atau
pinggir dari limpa karena limpa turun mengenai ujung jari. Catatlah adanya nyeri tekan, nilai contour
dari limpa dan ukur jarak antara titik terendah dari limpa dengan pinggir costae kiri.

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 12


Gambar 1.9. Palpasi limpa

d. Palpasi Ginjal
1) Ginjal kanan
Letakkan tangan kiri di bawah dan paralel dengan iga 12 dengan ujung jari menyentuh sudut
costovertebrae. Angkat dan dorong ginjal kanan ke arah anterior. Letakkan tangan kanan secara
gentle di kuadran kanan atas sebelah lateral dan paralel dengan muskulus rektus. Suruh pasien
bernafas dalam. Saat pasien di puncak inspirasi, tekan tangan kanan cepat dan dalam ke kuadran
kanan atas di bawah pinggir arcus costarum dan ginjal kanan akan teraba diantara- antara tangan.
Suruh pasien menahan nafas. Lepaskan tekanan tangan kanan secara pelan-pelan dan rasakan
bagaimana ginjal kanan kembali ke posisi semula dalam ekspirasi. Jika ginjal kanan teraba tentukan
ukuran, contour, dan adanya nyeri tekan.

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 13


Gambar 1.10. Pemeriksaan Bimanual Ginjal

2) Ginjal kiri
Untuk meraba ginjal kiri, pindahlah ke
sebelah kiri pasien. Gunakan tangan kanan untuk
mendorong dan mengangkat dari bawah, kemudian
gunakan tangan kiri menekan kuadran kiri atas.
Lakukan seperti sebelumnya. Pada keadaan normal
ginjal kiri jarang teraba.

3) Nyeri tekan ginjal


Nyeri tekan ginjal mungkin ditemui saat
palpasi abdomen, tetapi juga dapat dilakukan pada
sudut costovertebrae. Kadang-kadang penekanan
pada ujung jari pada tempat tersebut cukup membuat
nyeri, dan dapat pula ditinju dengan permukaan ulnar
kepalan tangan kanan dengan beralaskan volar
tangan kiri (fish percussion).

Gambar 1.11. Nyeri ketok ginjal


e. Pemeriksaan Aorta
Tekanlah dengan tepat dan dalam pada abdomen atas sedikit ke kiri dari garis tengah dan
identifikasi posisi aorta. Aorta orang dewasa normal tidak lebih dari 2 cm lebarnya (tidak termasuk
ketebalan dinding abdomen). Pada orang dewasa tua bila ditemui masa di abdomen atas dan
berdenyut (pulsasi) maka dicurigai adalah aneurisma aorta.

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 14


Gambar 1.12. Palpasi Aorta

3. Perkusi
Perkusi berguna untuk orientasi abdomen, guna mengukur besarnya hepar dan kadang limpa,
mengetahui adanya cairan ascites, massa padat, massa yang berisi cairan, dan adanya udara dalam
gaster dan usus. Pada pasien dengan nyeri abdomen, perkusi tidak dilakukan, hanya palpasi.
a. Orientasi Perkusi
Lakukan perkusi yang benar di atas keempat kuadran untuk menilai distribusi dari timpani
dan pekak (dullness). Timpani biasanya menonjol bila adanya gas dalam traktus digestivus, sedangkan
cairan normal dan feses menyebabkan bunyi pekak (dullness). Catat dimana timpani berubah menjadi
pekak pada masing-masing sisi. Cek area suprapubik, adakah pekak karena vesika urinaria yang penuh
atau karena uterus yang membesar.

b. Perkusi Hepar
Lakukan perkusi pada linea midklavikularis kanan, mulailah setinggi bawah umbilikus (area
timpani) bergerak ke arah atas ke hepar (area pekak, pinggir bawah hepar). Selanjutnya lakukan
perkusi dari arah paru pada linea midklavikularis kanan ke arah bawah ke hepar (pekak) untuk
mengidentifikasi pinggir atas hepar. Sekarang ukurlah dalam centimeter “vertical Span” / tingginya
dari pekak hepar. Biasanya ukurannya lebih besar pada laki laki daripada wanita, orang yang tinggi
dari orang pendek. Hepar dinilai membesar, bila pinggir atas hepar di atas dari ruang intercostalis V
dan 1 cm di atas arcus costalis, atau panjang pekak hepar lebih dari 6-12 cm, dan lobus kiri hepar 2
cm di bawah processus xyphoideus.

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 15


Gambar 1.13. Perkusi hepar

Gambar 1.14. Pekak hepar


c. Perkusi Limpa
Normal limpa terletak pada lengkung diafragma posterior dari linea mid aksilaris kiri. Perkusi
limpa penting bila limpa membesar (Splenomegali). Limpa dapat membesar ke arah anterior, ke
bawah, dan ke medial yang menutupi daerah gaster dan kolon, yang biasanya adalah timpani dengan
pekak karena organ padat. Bila kita mencurigai adanya splenomegali maka lakukanlah maneuver ini:
1) Lakukan perkusi pada ruang intercostalis terakhir pada linea aksilaris anterior kiri (gambar
1.11). Ruangan ini biasanya timpani. Sekarang suruh pasien menarik nafas dalam dan perkusi
lagi. Bila limpa normal maka suaranya tetap timpani. Perubahan suara perkusi dari timpani ke
pekak pada saat inspirasi menyokong untuk pembesaran limpa. Kadang-kadang mungkin saja
terdengar pekak dalam inspirasi tapi limpa masih normal. Hal ini memberikan tanda positif
palsu.

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 16


2) Lakukan perkusi dari beberapa arah dari timpani ke arah area pekak dari limpa. Cobalah untuk
membayangkan ukuran dari limpa. Jika area pekak besar maka menyokong untuk
splenomegali.

Gambar 1.15. Perkusi Limpa

Perkusi dari limpa akan dipengaruhi oleh isi gaster dan kolon, tetapi menyokong suatu
splenomegali sebelum organ tersebut teraba.

4. Auskultasi
Auskultasi berguna dalam menilai pergerakan usus dan adanya stenosis arteri atau adanya
obstruksi vaskular lainnya. Auskultasi paling baik dilakukan sebelum palpasi dan perkusi karena
palpasi dan perkusi akan mempengaruhi frekuensi dari bising usus. Letakkan stetoskop di abdomen
secara baik.
Dengarlah bunyi usus dan catatlah frekuensi dan karakternya. Normal bunyi usus terdiri dari
“Clicks” dan “gurgles” dengan frekuensi 5 – 15 kali per menit. kadang- kadang bisa didengar bunyi
“Borborygmi” yaitu bunyi usus “gurgles” yang memanjang dan lebih keras karena hiperperistaltik.
Bunyi usus dapat berubah dalam keadaan seperti diare, obstruksi intestinal, ileus paralitik, dan
peritonitis.
Pada pasien dengan hipertensi dengarkan di epigastrium dan pada masing kuadran atas
bunyi “bruits vascular” yang hampir sama dengan bunyi bising jantung (murmur). Adanya bruit sistolik
dan diastolik pada pasien hipertensi akibat dari stenosis arteri renalis. Bruit sistolik di epigastrium
dapat terdengar pada orang normal. Jika kita mencurigai adanya insufisiensi arteri pada kaki maka
dengarkanlah bruit sistolik di atas aorta, arteri iliaca, dan arteri femoralis (gambar 1.16).

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 17


Gambar 1.16. Proyeksi arteri di dinding anterior abdomen

1.5.2.4. Pemeriksaan Khusus


1. Penilaian Adanya Ascites
Sifat cairan ascites secara alamiah sesuai dengan gravitasi, sementara gas atau usus yang berisi
udara terapung ke atas, maka perkusi akan menghasilkan bunyi pekak di abdomen. Peta antara
timpani dan pekak dapat dilihat pada gambar 1.17.

Gambar 1.17. Peta bunyi perkusi dari ascites

2. Tes untuk “Shifting Dullness”


Setelah menandai batas timpani dan pekak, suruh pasien bergerak ke salah satu sisi abdomen.
Perkusi lagi di atas batas antara timpani dan pekak tadi. Pada pasien yang tidak ada ascites, batasnya
relatif tetap.

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 18


Gambar 1.18. Tes Shifting Dullness

3. Tes untuk Adanya Gelombang Cairan (Undulasi)


Mintalah pasien atau asisten menekankan pinggir kedua tangannya ke arah dalam perut di
garis tengah abdomen. Ketoklah dinding abdomen dengan ujung jari dan rasakan adanya impuls yang
dirambatkan melalui cairan pada bagian yang berlawanan/berseberangan. Pemeriksaan ini sudah
jarang dilakukan karena sering menimbulkan ketidaknyamanan pasien.

Gambar 19. Test Undulasi

4. Mengetahui Nyeri Abdomen


a. Pertama-tama tanyakan pasien untuk menentukan dimana nyeri dimulai dan dimana nyeri
sekarang. Suruh pasien batuk. Tentukan apakah ada nyeri dan dimana lokasi nyeri tersebut. Nyeri
perut pada apendisitis yang klasik dimulai sekitar umbilikus dan kemudian beralih ke kuadran
kanan bawah. Bila disuruh batuk, pasien akan merasakan lebih sakit di kanan bawah.

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 19


b. Mencari tempat adanya nyeri tekan lokal. Nyeri tekan kanan bawah menunjukkan adanya
appendisitis akut.
c. Merasakan adanya rigiditas otot (tahanan otot perut).
d. Melakukan pemeriksaan rektum. Pemeriksaan ini hanya untuk membantu menegakkan diagnosis
appendisitis, terutama yang letak appendiknya pada rongga pelvis. Nyeri pada bagian kanan pelvis
juga disebabkan oleh inflamasi adnexa atau vesikula seminalis.

5. Pemeriksaan Tambahan :
a. Melakukan pemeriksaan nyeri lepas pada daerah yang nyeri.
Adanya nyeri lepas menunjukkan inflamasi pada peritoneum seperti appendisitis.
b. Melakukan test Tanda Rovsing (Rovsing Sign) dan radiasi dari nyeri lepas.
Tekanlah kuadran kiri bawah perut dan kemudian lepaskan tiba tiba. Bila nyeri terasa pada kuadran
kanan bawah ketika perut sebelah kiri ditekan, menunjukkan pemeriksaan tanda Rovsing positif.
Nyeri yang dirasakan pada kuadran kanan bawah ketika tekanan dilepaskan menyokong suatu
radiasi nyeri lepas yang positif.
c. Mencari tanda Psoas (Psoas Sign):
Letakkan tangan kanan pada lutut kanan penderita dan perintahkan penderita untuk mengangkat
kaki dan paha melawan tangan anda. Atau perintahkan pasien untuk tidur dengan sisi kiri dan
ekstensikan tungkai pada sendi coxae. Fleksi kaki pada sendi coxae akan mengkontraksikan M.
psoas. Adanya nyeri perut dengan maneuver ini dikenal dengan Psoas sign positif, yang
menyokong adanya iritasi otot psoas oleh appendiks yang sedang inflamasi.
d. Menentukan adanya tanda Obturator (Obturator Sign).
Fleksikan kaki pasien pada articulatio coxae kanan dan sendi lutut. Kemudian rotasikan ke arah
dalam (internal rotasi) pada sendi coxae. Nyeri pada hipogastrica kanan, menandakan tanda
obturator positif. Ini menyokong adanya iritasi pada otot obturator.
e. Mencari adanya hiperesthesia di daerah kanan bawah dengan cara memegang lipatan kulit
dengan ibu jari dan jari telunjuk. Pada keadaan normal, manuever ini tidak menimbulkan nyeri.

Gambar 1.20. Point test

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 20


Gambar 1.21. Test Iliopsoas (Iliopsoas sign)

6. Penilaian Adanya Kolesistitis Akut


Bila nyeri atau nyeri tekan pada perut kanan atas, dapat dicurigai adanya kolesistitis akut. Maka
lakukanlah test tanda Murphy (Murphy Sign). Tekan/kait dengan empu jari atau jari-jari lainnya di
bawah arcus costarum kanan, pada perpotongan pinggir otot muskulus rektus kanan dengan arcus
costarum kanan. Perintahkan pasien untuk bernafas dalam. Bila nyeri bertambah tajam sehingga
pasien tiba-tiba menahan nafasnya, ini menunjukkan tanda Murphy positif, yang menandakan adanya
kolesistitis akut.

1.6. Alat, dan Bahan

 Manikin/ Pasien Simulasi


 Set pemeriksaan fisik

1.7. Prosedur

1.7.1. Prosedur Praktek Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Silakan menyimak video pada tautan berikut: https://youtu.be/X9Fk7xmJjM0

1.7.1.1. Inspeksi

Perhatikan :
1) Kontour dan keadaan umum
2) Keadaan dari permukaan perut
3) Apakah ada retraksi atau penonjolan dinding perut
4) Bentuk simetris atau asimetris dari perut
5) Perhatikan dan catat pergerakan kulit selama pernafasan
6) Perhatikan apakah adanya pigmentasi kulit, jaringan parut, pelebaran vena–vena (venektasia)
7) Perhatikan umbilikus (penonjolan atau retraksi)

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 21


8) Lihat dan perhatikan area inguinal.

1.7.1.2. Palpasi

1) Lakukan palpasi abdomen superficial secara sistematik. Tentukanlah tonus dan inflamasi dari otot
abdomen, dan adanya penonjolan
2) Periksalah adanya nyeri tekan dan nyeri lepas
3) Periksalah adanya ascites
4) Lakukan palpasi hepar
5) Lakukan palpasi limpa
6) Lakukan palpasi ginjal, vesica urinaria, dan aorta

1.7.1.3. Perkusi

Lakukan perkusi untuk mendapatkan adanya daerah yang timpani dan pekak pada seluruh
kuadran. Perkusi bagian bawah antara paru dan arcus aorta. Catatlah adanya daerah pekak (dullness)
pada sebelah kanan (daerah hepar) dan timpani pada sebelah kiri.
Perkusi Hepar
1) Lakukan perkusi pada linea midklavikular kanan mulai dari bawah arcus costa (suara timpani) ke
arah cranial sampai terdengar pekak dari pinggir bawah hepar.
2) Kemudian cobalah untuk menentukan pinggir atas dari hepar dengan cara perkusi seperti cara di
atas, tapi dari kranial ke kaudal. Cobalah mengukur area pekak hepar dengan centimeter dan juga
coba perkusi lobus kiri dari umbilikus ke mid sternum.
Perkusi Lien
Perkusilah ruangan interkostal di bawah linea aksilaris anterior kiri. Bagaimana bunyinya?
Kemudian perintahkan pasien menarik nafas dalam dan lakukanlah seperti yang tadi. Apakah ada
perbedaan?

1.7.1.4. Auskultasi

Letakkan stetoskop anda pada area abdomen. Lakukanlah auskultasi secara simetris. Catatlah
kalau ditemui bruit dan identifikasi bunyi usus normal.

1.7.1.5. Prosedur Pemeriksaan Ascites

Lakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya ascites dengan cara shifting dullness.

Referensi
1. Lynn. S. Bickley (2003). Bates Guide to Physical Examination and History taking, 8 th Edition, Lippincott.
2. Simadibrata MK (2006). Pemeriksaan abdomen, urogenital dan anorektal. Dalam: Sudoyo A. W, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata MK. S, Setiati S, eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Hal: 51-55.

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 22


DAFTAR TILIK KETERAMPILAN KLINIK 4A
TOPIK 1
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK MASALAH GASTROINTESTINAL,
HEPATOBILIER DAN PANKREAS

NAMA MAHASISWA :
NO. BP :
KELOMPOK :

Skor Bobot Skor x


No Kegiatan
0 1 2 (%) Bobot
A. Membangun hubungan interpersonal yang baik
1. Memberikan salam pembuka saling memperkenalkan diri
2. Mengindentifikasi keluhan utama pasien
3. Melakukan anamnesis secara teliti dan sistematis, yang sesuai
dengan kronologis kejadian
4. Menginformasikan kepada pasien tentang pemeriksaan yang
10
akan dilakukan
5. Mencuci tangan (hand hygiene)
6. Meminta pasien untuk berbaring dengan posisi telentang dan
berdiri di sisi kanan pasien
7. Meminta pasien untuk membuka pakaian
8. Membuat pasien dalam posisi rileks dengan menekukkan lutut
B. Inspeksi dan Auskultasi (dilakukan sesuai buku panduan KK1)
C. Palpasi
9. Persiapan sebelum melakukan palpasi (mengesekkan kedua
telapak tangan untuk menghangatkan)
10. Melakukan palpasi superfisial umum
11. Melakukan palpasi dalam umum
12. Pemeriksaan palpasi dimulai dari area yang tidak nyeri.
Pemeriksaan nyeri tekan dan nyeri lepas: Letakkan tangan
pada titik Mc Burney dan lakukan penekanan pada titik Mc
Burney, Lepaskan penekanan dengan cepat dan melaporkan
hasil pemeriksaan nyeri tekan dan nyeri lepas
Palpasi hepar
13. Melakukan palpasi hepar dengan benar (tangan kanan
melakukan palpasi di bagian anterior pada sisi lateral kanan
45
abdomen dekat M. Rectus Abdominis). Palpasi dimulai dari arah
SIAS ke arah arcus costarum kanan. Palpasi dilakukan saat
pasien inspirasi, dan selama palpasi, mencari pinggir hepar.
14. Melaporkan hasil palpasi hepar (teraba atau tidak) dan bila
teraba, nilai pembesarannya berapa jari dari arcus costarum,
pinggir tumpul/tajam, permukaan rata/bernodul, konsistensi
kenyal/keras, nyeri tekan/tidak
Palpasi lien
15. Melakukan palpasi lien dengan benar (tangan kiri menahan
dinding posterior abdomen), tangan kanan melakukan palpasi
di anterior di bawah batas costae kiri
16. Melaporkan ukuran lien (teraba atau tidak teraba) dan menilai
pembesarannya dengan metode Schuffner

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 23


Palpasi ginjal
17. Melakukan palpasi ginjal dengan benar, dengan kedua tangan
(tangan kiri menahan di dinding posterior, tangan kanan di
dinding anterior melakukan palpasi dengan lembut di quadran
kanan atas lateral dan sejajar dengan M. Rectus Abdominis)
18. Melakukan palpasi kedua ginjal (kiri dan kanan)
19. Melaporkan hasil palpasi ginjal (tidak teraba atau teraba)
D. Perkusi
20. Meminta pasien untuk merespon pemeriksaan (apakah terasa
sakit atau tidak)
21. Melakukan perkusi dengan jari untuk mendapatkan gambaran
di 4 kuadran abdomen
Perkusi hepar
22. Melakukan perkusi untuk mengetahui batas bawah hepar
(pada sisi kanan regio medioklavikula dari kaudal kosta dinding
arcus abdomen ke atas) dan menandakan batas tempat 15
perubahan bunyi timpani ke pekak
23. Melakukan perkusi untuk mengetahui batas atas hepar (pada
linea medioklavikula kanan dari atas ke bawah) dan mengukur
daerah pekak hepar pada linea medioklavikula
24. Melakukan perkusi untuk mengetahui batas lobus kanan dan
kiri hepar dari arah umbilical ke atas dan menandakan batas
tempat perubahan bunyi timpani ke pekak
25. Menyimpulkan ukuran hepar (normal atau hepatomegali)
Pemeriksaan asites dengan metode Shifting dullness
26. Melakukan perkusi dari arah umbilikus ke lateral (kanan pasien)
27. Menentukan titik tempat perubahan timpani ke pekak dan
menandainya. 10
28. Meminta pasien untuk berbaring ke sisi kiri pasien
29. Perkusi pasien dari lateral titik yang ditandai tadi, dengarkan
hasil perkusi.
Iliopsoas sign
30. Meminta pasien untuk meluruskan kedua tungkainya dan
merentangkan tungkai kanan ke atas
31. Pemeriksa menahan lutut pasien
32. Mengulangi pemeriksaan serupa pada tungkai kiri
33. Melaporkan hasil pemeriksaan illiopsoas sign
20
Obturator sign
34. Posisikan pasien dengan tungkai kanan fleksi 90° pada
panggul dan lutut
35. Tahan tungkai pasien di atas lutut pada persendian
36. Rotasikan tungkai ke latero medial
37. Melaporkan hasil pemeriksaan obturator sign
TOTAL SKOR 100
Umpan balik untuk mahasiswa:
(mohon instruktur memberikan umpan balik dalam bentuk deskripsi/ narasi terkait poin-poin berikut)
1. Prosedur keseluruhan

2. Sikap (attitude)

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 24


3. Lain-lain

Keterangan : 0 = Tidak dilakukan


𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝑆𝐾𝑂𝑅
1 = Dilakukan dengan tidak sempurna Nilai = x100=
17,3
2 = Dilakukan dengan sempurna

Padang,…………………………………..20….
Instruktur

(……………………………………………………….)
NIP.

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 25


KETERAMPILAN KLINIK 4A

TOPIK 2
MANAJEMEN JALAN NAFAS

Penulis: dr. Emilzon Taslim, Sp.An, KAO, KIC, M.Kes


dan dr. Dedy Kurnia, Sp.An

2.1. Tujuan Pembelajaran

Tujuan Umum Tujuan Khusus


Mahasiswa mampu Pada akhir pembelajaran mahasiswa mampu:
melakukan manajemen Melakukan manajemen jalan nafas dan bantuan ventilasi dengan
1
jalan nafas dan bantuan ambu bag.
ventilasi dengan ambu Melakukan manajemen jalan nafas dan bantuan ventilasi dengan
2
bag, LMA dan intubasi LMA.
endo trakeal Melakukan manajemen jalan nafas dan bantuan ventilasi dengan
3
intubasi endo trakeal.

2.2. Pengetahuan yang Harus Dikuasai Mahasiswa Sebelumnya

1. Kemampuan menjelaskan evaluasi manajemen jalan nafas


2. Mengetahui penatalaksanaan manajemen jalan nafas
3. Mengetahui alat bantu, perangkat manajemen jalan nafas

2.3. Aktivitas Pembelajaran

Alokasi Waktu
No Kegiatan
(2x100 menit)
1. Pertemuan 1 100 menit
a. Sebelum pertemuan:
- Mahasiswa membaca buku panduan dan belajar mandiri terkait Bebas
topik yang akan dipelajari.*
- Mahasiswa menonton video pembelajaran berikut secara mandiri:
https://www.youtube.com/watch?v=e5IkYeDk1Vs&t=191s

b. Pembukaan: 30 menit
- Instruktur dan mahasiswa berdo’a sebelum memulai kegiatan.
- Instruktur mengisi absen dan membagikan QR Code absen
SIMFONI mahasiswa, sekaligus mengecek kehadiran mahasiswa.
- Instruktur memberi pengantar mengenai tujuan dan topik
pembelajaran.

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 26


- Instruktur dan mahasiswa mendiskusikan kasus, teori, alat, bahan
dan prosedur.
- Instruktur mendemonstrasikan cara pemeriksaan manajemen
jalan nafas
- Instruktur menginstruksikan masing-masing mahasiswa untuk
melakukan pemeriksaan jalan nafas, melakukan koreksi dan
umpan balik .
c. Inti: 50 menit
- Masing-masing mahasiswa melakukan pemeriksaan jalan nafas
d. Penutup: 20 menit
- Mahasiswa berkonsultasi dengan instruktur terkait kegiatan yang
telah dikerjakan atau jika ada yang tidak dimengerti.
- Mahasiswa melakukan refleksi diri dan memastikan yang
dikerjakan telah sesuai dengan daftar tilik.
- Instruktur mengingatkan mahasiswa akan pentingnya
keterampilan pemeriksaan jalan nafas.
2 Pertemuan 2 100 menit
a. Sebelum pertemuan: Bebas
- Mahasiswa berlatih secara mandiri/ berkelompok
b. Ujian: 80 Menit
- Mahasiswa diminta secara bergantian melakukan pemeriksaan jalan (8 menit bagi
nafas. setiap
- Instruktur menilai mahasiswa sesuai daftar tilik. pemeriksa)
c. Umpan balik: 20 menit
- Instruktur memberikan umpan balik mengenai performa mahasiswa
dalam ujian.
- Instruktur menginput nilai angka di SIMFONI dan membagikan QR
code absen.

2.4. Skenario Kasus

Seorang pasien laki-laki umur 25 tahun masuk ke IGD RSUP DR. M. Djamil Padang. Pasien
mengalami kecelakaan lalu lintas dan mengalami cedera kepala dengan GCS 7, frekuensi napas
35x/menit, SpO2 80%, nafas pasien ngorok. Hemodinamik relatif stabil. Apa tindakan saudara untuk
manajemen jalan nafas?

2.5. Pengantar Teori

2.5.1. Pemeliharaan Jalan Nafas

Fokus topik adalah memastikan jalan nafas terbuka dan mampu mensuport pertukaran gas.
Tujuan keduanya meliputi menjaga stabilitas kardiovaskular dan mencegah aspirasi dari isi lambung
selama manajemen jalan nafas. Intubasi endotrakeal adalah hal yang penting dilakukan namun
menjaga dan mempertahankan patensi jalan nafas menjadi prioritas awal sebelum intubasi.
Untuk kesuksesan dalam melakukan manajemen jalan nafas, mahasiswa harus memahami
anatomi jalan nafas khususnya jalan nafas atas yang terdiri dari nasal, oral kapitis, faring, laring, trakea
dan bronkus primer. Penilaian patensi jalan nafas dan usaha untuk bernafas spontan adalah tahapan

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 27


yang paling penting. Seorang dokter harus melihat, merasakan dan mendengar penurunan atau tidak
adanya aliran udara. Interfensi awal untuk memastikan patensi jalan nafas pada pasien yang bernafas
spontan tanpa kemungkinan cedera tulang belakang servical meliputi triple airway maneuver:
ekstensi leher, elevasi mandibula (jaw thrust), buka mulut. Jika dicurigai adanya cidera tulang
belakang di daerah servikal maka ekstensi leher tidak boleh dilakukan, dan daerah servikal harus
diimobilisasi.

Gambar 2.1. Anatomi dan Persyarafan Jalan Nafas Atas


Penggunaan alat seperti oropharyngeal dan lasopharyngeal airway dengan ukuran yang tepat
akan sangat membantu menjaga patensi jalan nafas (penyebab paling sering obstruksi jalan nafas
adalah lidah pasien). Selama suport jalan nafas, pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi (100%)
dengan aliran tinggi mesti diberikan baik dengan menggunakan bantuan facemask atau bag mask
resuscitation unit. Beberapa metode untuk mendukung jalan nafas :
1. Ventilasi mouth-to mask dengan suplemental oksigen
2. Bag mask ventilation
3. Endotracheal tube (ETT)
4. Laringoskopi fiber optik
5. Instrumen-instrumen yang memudahkan proses intubasi

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 28


2.5.2. Kesulitan Jalan Nafas

Menurut American Society of Anesthesiologists (ASA), kesulitan jalan nafas (difficult airway)
didefinisikan sebagai situasi klinis di mana anestesiologis terlatih mengalami kesulitan dalam
melakukan tindakan yang tidak terbatas pada satu atau lebih hal berikut: sungkup muka (facemask),
laringoskopi, Supraglottic Airway Device (SAD), intubasi trakea, ekstubasi, atau tindakan invasif jalan
nafas.

2.5.3. Penialaian Kesulitan Jalan Nafas

1. Tanda-Tanda Adanya Sumbatan Jalan Napas


Tanda-tanda adanya sumbatan jalan napas dapat diobservasi dari look, listen, dan feel.

2. Instrumen El-Ganzouri Risk Index (EGRI) dan Skor Wilson


Menggabungkan temuan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat meningkatkan akurasi
prediksi untuk intubasi yang sulit. Instrumen ini digunakan untuk menilai kesulitan manajemen airway
terutama menggunakan teknik intubasi.
a. Diameter pembukaan mulut (mouth opening).
Jarak maksimal antara gigi seri atas dan bawah adalah kemampuan membuka mulut yang
disebut celah interinsisivus. Pasien dewasa normal dapat membuka mulut ± 4-5cm.
b. Abnormalitas gigi
Kelainan pada gigi dapat mengakibatkan sulit untuk visualisasi pita suara. Ini termasuk
penilaian subjektif dari gigi yang menonjol, longgar, hilang/ompong, dan gigi palsu.
c. Skor modified Mallampati
Skor Mallampati yang dimodifikasi adalah sistem penilaian yang digunakan untuk menilai
visibilitas struktur di orofaring, termasuk uvula, pilar faucial, dan langit- langit lunak saat mulut
dibuka. Mallampati modifikasi kelas 1 dan 2 merupakan prediksi intubasi mudah, sedangkan
kelas 3 dan 4 sulit intubasi.

Gambar 2.2. Skor Modifikasi Mallampati

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 29


d. Protursi mandibula/ Ability Prognant (advance lower jaw forward)
Tes gigitan bibir atas menilai rentang gerakan mandibula dengan meminta pasien untuk
menggigit bibir atas mereka dengan gigi seri bawah. Hasil tes ini dijelaskan dalam 3 klasifikasi
grading yakni kelas 1 dengan gigi seri bawah dapat melampaui batas vermilion bibir atas, kelas
2 dengan gigi seri bawah dapat menggigit bibir tetapi tidak dapat melampaui batas vermilion,
dan kelas 3 dengan gigi seri bawah tidak bisa menggigit bibir atas sama sekali.
e. Jarak Tiromental dan Hyomental
Jarak tiromental adalah jarak antara dagu hingga takik dari tulang rawan tiroid (jakun pada
laki-laki). Selanjutnya, jarak hyomental adalah jarak antara tulang hyoid dan mentum.

Gambar 2.3. Tes thyromental, sternomental, dan hyomental

f. Pergerakan leher/ Neck Movement


Pasien normal kemampuan ekstensi sekitar 80-90°. Cara pengukurannya dengan meminta
pasien menggerakan kepala secara menunduk dan mengadah (fleksi dan esktensi), lalu
melihat sudut dari pergerakan leher pasien tersebut. Pasien dengan imobilisasi leher akan
lebih sulit diintubasi.
g. Massa Tubuh/ Weight
Pasien dengan obesitas (berat badan/BB >110 kg) atau memiliki indeks massa tubuh (IMT)
hingga >30 kg/m2 mempengaruhi dari tingkat kesulitan saat dilakukan tindakan intubasi.
h. Riwayat Kesulitan Intubasi
Menanyakan pada pasien terkait riwayat kesulitan intubasi cukup penting dilakukan. Terdapat
beberapa kemungkinan pasien pernah mengalami trauma atau bahkan kelainan kongenital
yang terdapat pada pasien sehingga jika pasien pernah mendapatkan tindakan intubasi, ini
menjadi suatu penyulit pada pasien

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 30


Gambar 2.4. EGRI Score nilai ≥4 (prediksi intubasi sulit) Nilai <4 (prediksi intubasi mudah)

Gambar 2.5. Wilson Score

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 31


2.5.4. Bag Mask Ventilation

Ventilasi menggunakan bag mask resuscitation unit atau fase mask diindikasikan pada:
a. Pasien apnea.
b. Tidal volum nafas spontan tidak adekuat.
c. Mengurangi work of breathing (WOB) dengan membantu pasien selama inspirasi spontan.
d. Jika hipoksemia terkait dengan ventilasi spontan yang jelek.
Diperkirakan 5% dari populasi kemungkinan sulit dilakukan ventilasi manual. Prediktor-
prediktor yang menyebabkan sulit ventilasi adalah adanya jambang, ompong, riwayat OSA
(Obstruktif Sleet Apnea), BMI >26 kg/m2, usia diatas 55 tahun. Jika terdapat sekurangnya 2 faktor
tadi maka besar kemungkinan pasien ini sulit ventilasi.

Gambar 2.6. Bag Mask Ventilation dan Ventilation Mouth to Mask

Kesulitan Bag Mask Ventilation


MOANS membantu memprediksi pasien yang kesulitan Bag-Mask ventilation.
MOANS terdiri dari:
1. M : Mask seal/ male sex/ Mallampati
2. O : Obesity/ obstruction
3. A : Age
4. N : No teeth
5. S : Stiff/ snoring

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 32


2.5.5. Laryngeal Mask Airway (LMA)

Supraglottic Airway Devices (SAD) dapat digunakan pada pasien yang bernafas spontan
maupun yang diberikan bantuan manual ventilasi. LMA menyediakan alternatif terhadap penggunaan
face mask atau intubasi endotrakeal. Posisi LMA berada di faring di belakang lidah. LMA melindungi
secara parsial laring dari sekresi faring (namun tidak terhadap regurgitasi lambung). Kontra indikasi
LMA meliputi pasien dengan patologi laring (abses), faringeal obstruksi, lambung penuh (Ibu hamil),
atau compliance paru yang rendah (penyakit restriktif jalan nafas).

Gambar 2.7. Pemasangan LMA

Kesulitan Laryngeal Mask Airway


RODS membantu memprediksi pasien yang kesulitan Laryngeal Mask Airway.
RODS terdiri dari:
1. R : Restricted Mouth Opening
2. O : Obesity/ obstruction
3. D : Distorted or disrupted airway
4. S : Stiff

Intubasi Endotrakeal
Indikasi intubasi endotrakeal:
1. Proteksi jalan nafas
2. Menghilangkan obstruksi jalan nafas
3. Memungkinkan untuk ventilasi mekanik dan terapi oksigen.
4. Gagal nafas
5. Pasien syok
6. Hiperventilasi untuk pasien hipertensi intra kranial

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 33


7. Mengurangi WOB
8. Memfasilitasi untuk suction atau toilet pulmonal

Untuk persiapan intubasi, yang diperlu diperhatikan:


1. Penilaian anatomi jalan nafas dan fungsinya untuk memperkirakan kesulitan intubasi.
2. Memastikan ventilasi dan oksigenisasinya optimal sebelum dilakukan intubasi
3. Dekompresi lambung
4. Menyediankan analgesi, sedasi, amnesia dan pelempuh otot yang tepat untuk prosedur yang
aman

Hal yang perlu diamati untuk menentukan kesulitan intubasi:


1. Kemampuan gerak leher. Adanya kemungkinan cedera servikal tulang belakang, leher yang
pendek, atau keterbatasan gerak leher disebabkan operasi sebelumnya atau adanya arthritis.
2. Eksternal face seperti micrognathia, adanya jaringan sikatrik bekas operasi sebelumnya, trauma
dan pendarahan pada wajah.
3. Bukaan mulut kurang 3 jari atau 6 cm diperkirakan akan sulit intubasi.
4. Lidah (faring). Ukuran lidah relatif terhadap posterior faring memperkirakan luas relatif untuk
memvisualisasi struktur glotis.
5. Rahang (Tiromental distance). Jika jaraknya kurang dari 3 jari, menunjukkan posisi laring lebih
anterior dan sulit dilakukan intubasi.

2.5.6. Penilaian Sulit Intubasi


Kriteria LEMON
1. L = Look externally
Ukuran kepala (hidrosefalus), habitus, leher pendek, perhatikan adanya trauma oro-maxillo-
facial, mikrognatia, kumis atau jenggot yang lebat, gigi seri yang besar, dan lidah yang besar.

2. E = Evaluasi 3-3-2
Aturan 3-3-2 berfungsi untuk memperkirakan apakah anatomi leher memungkinkan
pembukaan tenggorokan dan laring yang tepat.

Gambar 2.8. Evaluasi 3-3-2

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 34


a. 3: Pengukuran tiga jari antara gigi atas dan bawah dari mulut pasien yang terbuka
menunjukkan kemudahan akses jalan napas melalui lubang mulut.
b. 3: Pengukuran tiga jari dari ujung anterior mandibula ke leher anterior memberikan perkiraan
volume ruang submandibular.
c. 2: Pengukuran dua jari antara dasar mandibula ke takik tiroid di leher anterior
mengidentifikasi lokasi laring relatif terhadap pangkal lidah.

3. M: Mallampati

Gambar 2.9. Modified Mallampati Score

● Kelas 1 menunjukkan bahwa struktur yang terlihat, yaitu palatum lunak, palatum keras, fauces,
uvula, dan pilar tonsil.
● Kelas 2 menunjukkan palatum lunak, palatum keras, fauces, dan uvula.
● Kelas 3 menunjukkan palatum lunak, dan palatum keras.
● Kelas 4 menunjukkan palatum keras

4. O: Obstruksi/obesitas

Gambar 2.10. Ramp position in obese patient

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 35


5. N: Neck/ Mobilitas Leher
Pada pasien yang sadar dan terjaga, lihat apakah pasien dapat meletakkan dagunya di dada
dan seberapa jauh mereka dapat memiringkan kepala ke belakang. Penurunan mobilitas leher
merupakan prediktor negatif komplikasi intubasi. Ketidakmampuan untuk mencapai posisi sniffing
dapat disebabkan oleh imobilisasi tulang belakang leher pada pasien trauma, ankylosing spondylitis,
rheumatoid arthritis atau penyakit degeneratif terkait usia.
Sebuah rencana untuk mentatalaksana pasien dengan sulit intubasi meliputi usaha
mempertahankan ventilasi spontan selama tindakan dan melihat alternatif selain intubasi endotrakeal
dan menyiapkan asisten yang lebih berpengalaman. Ketika ventilasi manual tidak dapat dilakukan
setelah gagal intubasi maka tindakan cricotirotomy atau percutaneus thracheostomy jadi tindakan
tepat untuk menyelamatkan nyawa pasien.

Gambar 2.11. Laringoskop, Endotrakeal Tube dan Intubasi

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 36


Manajemen Rutin Jalan Nafas:
1. Penilaian jalan nafas
2. Persiapan dan cek kondisi alat
3. Preoksigenasi
4. Bag and mask ventilation (BMV)
5. Intubasi (jika indikasi)
6. Konfirmasi posisi endotrakeal tube
7. Manajemen intra operatif
8. Ektubation

Langkah-langkah intubasi pada pasien dewasa menggunakan ETT


1. Pastikan ventilasi aman
2. Pasang dan cek semua keperluan peralatan.
3. Pilih ukuran ET tube yang tepat
4. Pilih tipe dan ukuran yang tepat dari blade laringoskop yang akan digunakan.
5. Cek lampu, tes fungsi ET tube secara menyeluruh
6. Masukkan stilet dan lubrikasi ET tube.
7. Tempatkan kepala pada posisi netral atau sniffing
8. Bersihkan jalan nafas jika diperlukan.
9. Masukkan blade laringoskop.
10. Pegang laringoskop dengan tangan kiri.
11. Masukkan laringoskop di sisi kanan mulut pasien, sisihkan lidah ke sisi kiri.
12. visualisasi epiglotis dan vocal cords
13. Masukkan ET tube, sesuaikan kedalamannya dengan jenis kelamin.
14. Kembangkan cuff nya untuk mencapai seal yang tepat
15. Perhatikan pergerakan dinding dada dan auskultasi suara nafas
16. Fiksasi posisi ET dengan plester
17. Berikan bantuan ventilasi lewat ET tube

Analisa Hasil Tindakan


1. Cek suara nafas di kedua lapang paru pada daerah apek dan basal (pastikan suara nafas
vesikuler simetris).
2. Jika tidak ada suara nafas , pastikan tidak terjadi laringospasme atau bronkospasme dengan
melihat tanda-tanda klinis yang lain.
3. Jika terdengar suara nafas di lambung, ETT di cabut.
4. Lakukan ventilasi dan oksigenisasi lagi.
5. Lakukan intubasi ulang

2.6. Alat dan Bahan

- ET tube
- laringoskop
- stetoskop
- guedel

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 37


- masker
- handscoon
- ambu bag
- plester

2.7. Prosedur

1. Memperkenalkan diri kepada keluarga pasien dan melakukan evaluasi terhadap kondisi pasien.
2. Mencuci tangan (hand hygiene)
3. Memastikan patensi jalan nafas baik dengan manuver jalan nafas (head tilt, chin lift, pasang
guedel).
4. Informed consent intubasi (rencana tindakan dan alasan medisnya, prosedur kerja, efek samping
atau resiko tindakan dan antisipasinya, izin keluarga pasien)
5. Persiapkan peralatan untuk tindakan intubasi dan gunakan proteksi diri (masker dan handschoen).
6. Posisikan kepala pada posisi netral sedikit ektensi atau sniffing.
7. Preokseginisasi (menggunakan ambu bag).
8. Masukkan blade laringoskop dari pinggir kanan mulut pasien sambil menggeser lidah ke kiri.
9. Insersikan tip dari blade ke valecula sambil visualisasi epiglotis dan pita suara (cegah jangan
sampai bibir terjepit)
10. Handel laringoskop diangkat sehingga pita suara lebih jelas tervisualisasi dan insersikan ET tube
kedalamnya sampai batas yang ditentukan (pasang stylet yang telah diberi jelly ke dalam ET)
11. Kembangkan Cuff ET tube dan cek posisi ET tube dengan auskultasi di kedua lapang paru pada
daerah apek dan basal (pastikan suara nafas vesikuler simetris)
12. Fiksasi posisi ET di pinggir mulut pasien dengan plester dan melanjutkan bantuan ventilasi
13. Penjelasan ke keluarga hasil dari tindakan intubasi dan tindakan medis selanjutnya serta ucapan
terima kasih.

2.8. Referensi

1. Tintinalli’s Emergency’s Medicine A , Comprehensive Study Guide, Judith E. Tintinalli, Ed 8, 2016,


McGraw-Hill Education, NewYork
2. Morgan, Jr, GE, Mikhail MS. Clinical Anesthesiology ed 5, 2013, McGraw Hill companies, New York
3. ILCOR (International Liason Committee On Resuscitation). Website: www.ilcor.org
4. Truma Resuscitation Emergency Resuscitation, Perioperative Anesthesia, Surgical Management,
William C Wilsion, Chistopher Grande, David B Hyot, 2007 by Informa Healthcare USA
5. Rosenblatt WH, Yanez ND. A Decision Tree Approach to Airway Management Pathways in the
2022 Difficult Airway Algorithm of the American Society of Anesthesiologists. Anesth Analg. 2022
6. Frerk C, Mitchell VS, McNarry AF, Mendonca C, Bhagrath R, Patel A, et al. Difficult Airway Society
2015 guidelines for management of unanticipated difficult intubation in adults. Br J Anaesth. 2015.

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 38


DAFTAR TILIK KETERAMPILAN KLINIK 4A
TOPIK 2
MANAJEMEN JALAN NAFAS

NAMA MAHASISWA :
NO. BP :
KELOMPOK :

Skor Bobot Skor x


No Kegiatan
0 1 2 3 (%) Bobot
1. Memperkenalkan diri kepada keluarga pasien dan melakukan
evaluasi terhadap kondisi pasien. 10
2. Mencuci tangan (hand hygiene)
3. Memastikan patensi jalan nafas baik dengan manuver jalan nafas
(head tilt, chin lift, pasang guedel).
4. Informed consent intubasi (rencana tindakan dan alasan medisnya,
prosedur kerja, efek samping atau resiko tindakan dan
antisipasinya, izin keluarga pasien)
5. Persiapkan peralatan untuk tindakan intubasi dan gunakan
proteksi diri (masker dan handschoen).
6. Posisikan kepala pada posisi netral sedikit ektensi atau sniffing.
7. Preokseginisasi (menggunakan ambu bag).
8. Masukkan blade laringoskop dari pinggir kanan mulut pasien
sambil menggeser lidah ke kiri. 85
9. Insersikan tip dari blade ke valecula sambil visualisasi epiglotis
dan pita suara (cegah jangan sampai bibir terjepit)
10. Handel laringoskop diangkat sehingga pita suara lebih jelas
tervisualisasi dan insersikan ET tube kedalamnya sampai batas
yang ditentukan (pasang stylet yang telah diberi jelly ke dalam ET)
11. Kembangkan Cuff ET tube dan cek posisi ET tube dengan
auskultasi di kedua lapang paru pada daerah apek dan basal
(pastikan suara nafas vesikuler simetris)
12. Fiksasi posisi ET di pinggir mulut pasien dengan plester dan
melanjutkan bantuan ventilasi
13. Penjelasan ke keluarga hasil dari tindakan intubasi dan tindakan
5
medis selanjutnya serta ucapan terima kasih.
TOTAL SKOR 100
Umpan balik untuk mahasiswa:
(mohon instruktur memberikan umpan balik dalam bentuk deskripsi/ narasi terkait poin-poin berikut)
1. Prosedur keseluruhan

2. Sikap (attitude)

3. Lain-lain

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 39


Keterangan : 0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan dengan banyak perbaikan 𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝑆𝐾𝑂𝑅
2 = Dilakukan dengan sedikit perbaikan Nilai = x 100 =
26,4
3 = Dilakukan dengan sempurna dan terstruktur

Padang,…………………………………..20….
Instruktur

(……………………………………………………….)
NIP.

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 40


KETERAMPILAN KLINIK 4A

TOPIK 3
FESES 2: PARASIT USUS DAN ANAL SWAB

Penulis: Dr. Hasmiwati, M. Kes dan dr. Selfi Renita Rusjdi, M. Biomed

3.1. Tujuan Pembelajaran

Tujuan Umum Tujuan Khusus


Mahasiswa mampu Pada akhir pembelajaran mahasiswa mampu:
melakukan pemeriksaan 1 Melakukan pembuatan sediaan feses secara langsung
parasit usus dan anal swab Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan: cacing usus
2
(nematoda, cestoda, dan trematoda usus) dan protozoa usus
Melakukan pemeriksaan anal swab dan interpretasi hasil
3
pemeriksaan anal swab

3.2. Pengetahuan yang Harus Dikuasai Mahasiswa Sebelumnya

1) Keterampilan penggunaan mikroskop


2) Pengetahuan tentang penilaian makroskopis feses
3) Pengetahuan tentang infeksi parasit usus

3.3. Aktivitas Pembelajaran

Alokasi waktu
No. Kegiatan
(3x100 menit)
1. Pertemuan 1 dan 2 100 menit
a. Sebelum pertemuan: Bebas
- Mahasiswa membaca buku panduan dan belajar mandiri terkait
topik yang akan dipelajari.
- Mahasiswa menonton video pembelajaran berikut secara
mandiri:
o Pemeriksaan Feses (2)
https://www.youtube.com/watch?v=AKae-CruyPE
o Pemeriksaan anal swab
https://www.youtube.com/watch?v=lNoZvIK0xGs
b. Pembukaan: 30 menit
- Instruktur dan mahasiswa berdo’a sebelum memulai kegiatan.
- Instruktur mengisi absen dan membagikan QR Code Absen
SIMFONI mahasiswa, sekaligus mengecek kehadiran mahasiswa.

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 41


- Instruktur memberi pengantar mengenai tujuan dan topik
pembelajaran.
- Instruktur dan mahasiswa mendiskusikan kasus, teori, alat, bahan
dan prosedur.
- Instruktur mendemonstrasikan cara pemeriksaan feses dan anal
swab
- Instruktur menginstruksikan masing-masing mahasiswa untuk
melakukan pemeriksaan feses dan anal swab, melakukan koreksi
dan umpan balik.
c. Inti: 50 menit
-Masing – masing mahasiswa melakukan pemeriksaan feses dan
anal swab
d. Penutup: 20 menit
- Mahasiswa berkonsultasi dengan instruktur terkait kegiatan yang
telah dikerjakan atau jika ada yang tidak dimengerti.
- Mahasiswa melakukan refleksi diri dan memastikan yang
dikerjakan telah sesuai dengan daftar tilik.
- Instruktur mengingatkan mahasiswa akan pentingnya
keterampilan pemeriksaan feses dan anal swab.

2. Pertemuan 3 (Ujian) 100 menit


a. Sebelum pertemuan 2 Bebas
- Mahasiswa berlatih secara mandiri/ berkelompok
b. Ujian: 8 menit/
- Setiap mahasiswa bergantian melakukan pemeriksaan feses dan mahasiswa
anal swab. total 80 menit)
- Instruktur menilai mahasiswa sesuai daftar tilik.
c. Umpan balik: 20 menit
- Instruktur memberikan umpan balik mengenai performa
mahasiswa dalam ujian.
- Instruktur menginput nilai angka di SIMFONI dan membagikan
QR Code absen .

3.4. Skenario Kasus

Seorang anak laki-laki 6 tahun dibawa ibunya ke Puskesmas dengan keluhan sering lelah, lesu
dan tidak bersemangat. Pasien ini sering terganggu tidurnya pada malam hari dikarenakan mengalami
gatal-gatal di daerah anus yang makin berat pada malam hari. Dari anamnesis diketahui bahwa pasien
sering bermain di luar rumah tanpa alas kaki. Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis.
Pada pemeriksaan sediaan apus darah tepi didapatkan gambaran anemia mikrositik hipokrom. Dokter
puskesmas menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan feses untuk mengetahui ada / tidaknya
infeks parasit pada pasien ini.

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 42


3.5. Pengantar Teori

3.5.1. Pemeriksaan Feses Langsung

Pemeriksaan feses dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Sebelum melakukan


pemeriksaan secara mikroskopis, terlebih dahulu harus dilakukan pemeriksaan secara makroskopis.
Pada pemeriksaan secara makroskopis perhatikan konsistensi feses dan adanya darah dan lendir.
Feses yang mengandung darah dan lendir dapat ditemukan pada kasus infeksi bakteri (Shigella) dan
infeksi parasit (Amuba, telur S. mansoni, S. japonicum dan kadang-kadang S. Haematobium serta
Trichuris trichiura). Pada feses cair dapat ditemukan trofozoit (vegetatif) dan atau kista dari Amoeba
dan Flagellata lainnya. Pada feses yang berkonsistensi padat dapat ditemukan kista protozoa atau
parasit lainnya.
Pemeriksaan feses pada kecacingan terdiri dari pemeriksaan langsung (dengan kaca tutup dan
tanpa kaca tutup), konsentrasi (sedimentasi, floatasi, modifikasi kato katz, dll) dan biakan (Harada-
Mori). Pada pemeriksaan langsung dapat dijumpai telur cacing, larva, dan cacing dewasa.
Pada pemeriksaan feses untuk protozoa usus secara mikroskopik ditemukan stadium trofozoit
dan kista. Stadium trofozoit harus diperiksa dalam feses segar (30 menit setelah BAB). Pada feses yang
tidak segar stadium trofozoit tidak terlihat lagi pergerakannya. Stadium kista masih dapat ditemukan
pada feses yang tidak segar. Umumnya dalam feses cair dapat kita jumpai stadium trofozoit/vegetatif
dan dalam feses padat umumnya kita temukan stadium kista. Stadium trofozoit lebih mudah
ditemukan pada feses yang berlendir dan atau berdarah.
Pada disentri amoeba ditemukan darah dan lendir di dalam fesesnya. Diagnosis pasti disentri
amoeba ditegakkan dengan menemukan stadium trofozoit bentuk histolytica dari Entamoeba
histolytica. Disentri amoeba harus dibedakan dari disentri basiler. Perbedaan keduanya terlihat pada
Tabel 1 berikut.

Tabel 3.1. Perbedaan Feses Disentri Amoeba dan Disentri Basiler

Kriteria Disentri Amoeba Disentri Basiler


Frekuensi <8 kali sehari >10 kali sehari
Makroskopis
 Jumlah  Relatif banyak  Sedikit
 Sifat  Darah dan lender  Hanya ada darah dan lendir,
bercampur dengan feses tanpa feses
 Warna darah  Merah tua  Merah terang (darah segar)
 Konsistensi  Cair atau berbentuk  Berlendir; lendir melekat
(formed); lendir tidak pada wadah
melekat pada wadah
 Bau reaksi kimiawi  Bau merangsang/asam  Tidak berbau, alkalis
Mikroskopis
 Eritrosit  Berkelompok; berwarna  Tersebar, merah terang
kuning kemerahan
 Leukosit  Jarang  Banyak
o Makrofag o Sangat sedikit o Besar dan banyak
o Sel hantu (makrofag o Tidak ada o Banyak
yang berdegenerasi)
o Eusinofil o Ada o Tidak ada

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 43


 Badan-badan piknotik  Amat sering  Tidak ada
 Kristal Charcot-Leyden  Ada  Tidak ada
 Trofozoit/kista  Trofozoit atau kista E.  Tidak ada
Histolytica
 Bakteri  Banyak ditemukan bakteri  Jarang ditemukan bakteri
yang motil (Escherichia coli lain, ditemukan bakteri non-
dan Enterobacteria lain) motil (Shigella atau
Klebsiella)

Pemeriksaan feses secara langsung menggunakan larutan eosin / lugol / NaCl fisiologis. Untuk
pemeriksaan cacing usus sebaiknya digunakan eosin / larutan NaCl fisiologis, sedangkan untuk
pemeriksaan protozoa sebaiknya digunakan lugol/eosin.
Pada pemeriksaan feses langsung, larutan eosin dan lugol memiliki keunggulan dan
kelemahan masing-masing. Pada sediaan eosin parasit mudah ditemukan, pada pemeriksaan cacing
latar belakang sediaan lebih jelas, tampak pergerakan bentuk vegetatif, tampak bentuk parasit,
ektoplasma, endoplasma, dinding kista, vakuol, benda kromatoid, sisa organel, dan inti entamoeba
kadang-kadang samar-samar. Pada sediaan lugol, stadium vegetatif sukar dikenal, inti parasit jelas,
benda kromatoid tidak tampak, sisa organel jelas, dan stadium kista lebih jelas.

3.5.2. Anal Swab

Pengertian Anal Swab


Anal swab adalah suatu teknik pemeriksaan yang digunakan untuk menegakkan diagnosis
oxyuriasis/enterobiasis. Swab dilakukan waktu pagi hari sebelum penderita mandi dan atau buang air
besar dan “cebok”. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan berulang (empat hari) berturut-turut. (Lyne and
David, 1996).

Jenis-Jenis Metode Anal Swab


Untuk menegakkan diagnosis infeksi oleh cacing kremi terdapat bermacam-macam metode
menurut cara pengambilan spesimen :
1. Metode NIH (National Institute of Health)
Pengambilan sampel menggunakan kertas selofan yang dibungkuskan pada ujung batang gelas dan
diikat dengan karet gelang pada bagian sisi kertas selofan, kemudian ditempelkan didaerah perianal.
Batang gelas dimasukkan ke dalam tutup karet yang sudah ada lubang di bagian tengahnya. Bagian
batang gelas yang mengandung selofan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang kemudian ditutup
karet. Hal ini dimaksudkan agar bahan pemeriksaan tidak hilang dan tidak mudah terkontaminasi
(Pinardi H,1994).
2. Metode Pita Plastik Perekat (“cellophane tape“ atau “adhesive tape”) (Brooke dan Melvin, 1969)
Pengambilan spesimen menggunakan alat berupa spatel lidah atau batang gelas yang ujungnya
dilekatkan adhesive tape, kemudian ditempelkan di daerah perianal. Pada waktu melakukan swab,
telur cacing akan menempel pada bagian perekat adhesive tape. Adhesive tape diratakan di kaca
objek dan bagian yang berperekat menghadap ke bawah. Pada waktu pemeriksaan mikroskopis, salah

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 44


satu ujung adhesive tape di tambahkan sedikit toluol atau xylen pada perbesaran rendah dan
cahayanya dikurangi (Lynne dan David,1996).
3. Metode Anal Swab (Melvin dan Brooke, 1974)
Pengambilan spesimen menggunakan swab yang pada ujungnya terdapat kapas yang telah
dicelupkan pada campuran minyak dengan parafin yang telah di panaskan hingga cair. Kemudian
swab disimpan dalam tabung berukuran 100 x13mm dan disimpan dalam lemari es. Jika akan
digunakan untuk pengambilan spesimen, swab diusapkan di daerah permukaan dan lipatan perianal.
Swab diletakkan kembali ke dalam tabung. Waktu melakukan pemeriksaan, tabung yang berisi swab
diisi dengan xylen dan dibiarkan 3 sampai 5 menit, kemudian sentrifuge pada kecepatan 500 rpm
selama 1 menit. Ambil sedimen lalu periksa dengan mikroskup (Lynne dan David,1996).
4. Metode Graham Scotch Tape
Alat dari batang gelas atau spatel lidah yang pada ujungnya dilekatkn adhesive tape (Srisasi G,1998).
Teknik penggunaan alat ini ditemukan oleh Graham (1941). Teknik alat ini termasuk sederhana dalam
penggunaannya. Untuk pengambilan spesimen dilakukan sebelum pasien defekasi atau mandi dan
dapat dilakukan dirumah, sedangkan untuk membantu dalam pemeriksaan dilaboratorium digunakan
mikroskup dan sedikit penambahan toluen atau xylen (Craig and Faust’s,1970). Xylen atau toluen
digunakan untuk memberi dasar warna untuk telur dan membuat jernih (Brown,1979).

3.6. Alat dan Bahan

3.6.1. Pemeriksaan Feses Langsung

1. Kaca objek
2. kaca penutup
3. larutan: eosin/lugol/garam fisiologis
4. lidi atau aplikator lainnya
5. mikroskop
6. specimen feses

3.6.2. Pemeriksaan Anal Swab

Cara pengambilan swab dicontohkan dengan menggunakan manekin. Pengambilan spesimen


langsung dilakukan pada anak-anak.
1. cellophan tape
2. tounge spatel (dapat juga digunakan stik es )
3. tabung reaksi dan penutupnya
4. kaca objek
5. larutan toluol
6. gunting
7. cellophan tape
8. tounge spatel (dapat juga digunakan stik es )
9. tabung reaksi dan penutupnya
10. kaca objek
11. larutan toluol
12. gunting

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 45


3.7. Prosedur

3.7.1. Pemeriksaan Feses Langsung

1. Teteskan satu tetes larutan eosin/lugol/garam fisiologis ke atas kaca objek


2. Dengan lidi ambil sedikit feses (± 2 mg) dan campurkan dengan tetesan larutan sampai homogen,
buang bagian-bagian kasar
3. Tutup dengan kaca penutup ukuran 22 x 22 mm, sedemikian rupa sehingga tidak terbentuk
gelembung – gelembung udara
4. Periksa secara sistematik dengan menggunakan pembesaran rendah (lensa objektif 10x). Untuk
memperjelas periksalah dengan lensa objektif 40x.
5. Pada tepi sediaan dapat direkatkan dengan lilin cair/entelan/ pewarna kuku (kuteks) supaya tidak
cepat kering.
6. Diagnosis cacingan ditegakkan dengan menemukan telur atau larva.
7. Diagnosis protozoa usus ditegakkan dengan menemukan stadium trofozoit atau kista
Pada pewarnaan dengan eosin sediaan berwarna merah muda sedangkan pada pewarnaan
dengan lugol sediaan berwarna kekuningan.
Kesalahan yang mungkin timbul pada pembuatan sediaan feses adalah:
 Sediaan tidak homogen
 Sediaan terlalu tebal
 Banyak rongga udara
 Cairan merembes keluar dari kaca tutup

a b

c d e

Gambar 3.1. Pemeriksaan Feses


Ket: a). Alat dan bahan; b) meneteskan larutan eosin / lugol / NaCl; c) Mengambil feses;
d) menghomogenkan feses dengan larutan; e) menutup dengan kaca penutup.

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 46


3.7.2. Pemeriksaan Anal Swab

1. Pada pangkal stik es diberi busa / gabus yang nantinya sekaligus berfungsi menutup tabung
reaksi.
2. Pasang cellophan tape pada tounge spatel / tangkai es dengan bagian yang berperekat di sebelah
luar. Dan ikat bagian pangkal dengan karet atau selofan.
3. Jelaskan kepada pasien / orang tua pasien cara pengambilan sampel:
a. Tempelkan bagian berperekat anal swab ini ke perianal anak pada pagi hari baru bangun
tidur sebelum mandi dan BAB.
b. Swab seluruh bagian perianal
c. Masukkan anal swab ke wadah tabung reaksi, tanpa menyentuh dinding tabung
d. Bawa ke laboratorium
4. Keluarkan anal swab dari tabung reaksi, kemudian letakkan ujung stik pada kaca objek
5. Gunting salah satu pangkal anal swab lalu tempelkan ke kaca objek
6. Kemudian potong ujung lain. Ratakan diatas kaca objek
7. Teteskan toluol melalui pinggir pita selofan, tunggu beberapa menit
8. Periksa dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 4x dan 10 x.
9. Diagnosis pasti ditegakkan dengan menemukan telur atau cacing dewasa dari Oxyuris vermicularis

Gambar 3.2. Pemeriksaan anal swab


Ket: (1-4) menyiapkan stik dengan cellophane tape, (5) menempelkan stik pada perianal

3.8. Referensi

1. Brown, Harol. W. 1979. Parasitologi Klinis. Penerbit Gramedia, Jakarta.


2. Garcia, Lynne, S; Bruckner, David A. 1996. Diagnostik Parasitologi Kedokteran. EGC.
3. Hadidjaja P. 1990. Penuntun Laboratorium Parasitologi Kedokteran. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
4. Ismid IS, Winita R, Sutanto I, dkk. 2000. Penuntun Praktikum Parasitologi Kedokteran. FKUI.
Jakarta.

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 47


5. Jeffrey, H.C; R.M. Leach. 1993. Atlas Helmintologi dan Protozoologi Kedokteran. Alih Bahasa :
Prof. Dr. Spedarto, DTM & H, PhD. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
6. Natadisastra D, Agoes R. 2009. Parasitologi Kedokteran difesesu dari organ tubuh yang diserang.
EGC. Jakarta.
7. Neva, A. Franklin, Brown, Harold. W. 1994. Basic Clinical Parasitology. Prentice-Hall International
Inc.
8. Sandjaja B. 2007. Protozoologi Kedokteran. Buku Prestasi Pustaka Publisher.Jakarta.
9. Zaman, Viqar, 1989. Atlas Parasitologi Kedokteran. Atlas Protozoa, Cacing, dan Arthropoda
Penting, Sebagian Besar Berwarna. Edisi II. Penerbit Hipokrates.

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 48


DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK 4A
TOPIK 3 BAGIAN 1
PEMERIKSAAN FESES 2

NAMA : ……………………………………………
NO. BP : ……………………………………………
KELOMPOK/GRUP : ……………………………………………

Skor Bobot Skor x


No Aspek yang dinilai
0 1 2 3 (%) Bobot
A. Persiapan
1. Menerangkan pada pasien cara pengambilan feses, jumlah
dan tujuan
2. Meminta persetujuan pasien/ orang tua 10
3. Mencuci tangan, memakai handscoon dan masker
4. Melakukan persiapan alat dengan benar
B. Melakukan pemeriksaan feses sediaan langsung
5. Meneteskan satu tetes larutan eosin/lugol/garam fisiologis ke
atas kaca objek
6. Mengambil sedikit feses dengan lidi dan dicampurkan
dengan tetesan larutan sampai homogen, serta membuang
bagian-bagian kasar
7. Menutup dengan kaca penutup 90
8. Mampu menemukan lapangan pandang pemeriksaaan yang
jelas dengan mikroskop pembesaran 10x dan 40x
9. Mampu menemukan parasit pada slide yang diperiksa
10. Mampu menyebutkan stadium dan nama spesies parasit yang
dilihat pada slide yang diperiksa
TOTAL 100
Umpan balik untuk mahasiswa:
(mohon instruktur memberikan umpan balik dalam bentuk deskripsi/ narasi terkait poin-poin berikut)
1. Prosedur keseluruhan

2. Sikap (attitude)

3. Lain-lain

Keterangan : 0 = Tidak dilakukan


1 = Dilakukan dengan banyak perbaikan 𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝑆𝐾𝑂𝑅
2 = Dilakukan dengan sedikit perbaikan Nilai = x 100 =
17,4
3 = Dilakukan dengan sempurna dan terstruktur

Padang,…………………………………..20….
Instruktur

(……………………………………………………….)
NIP.

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 49


DAFTAR TILIK PENILAIAN KK 4
TOPIK 3 BAGIAN 2
PEMERIKSAAN ANAL SWAB

NAMA : ……………………………………………
NO. BP : ……………………………………………
KELOMPOK/GRUP : ……………………………………………

Skor Bobot Skor x


No Aspek yang dinilai
0 1 2 3 (%) Bobot
A. Persiapan
1. Menerangkan pada pasien cara pengambilan sampel, waktu
dan tujuan
2. Meminta persetujuan pasien/ orang tua 10
3. Mencuci tangan, memakain handscoon dan masker
4. Melakukan persiapan alat dengan benar
B. Melakukan pemeriksaan anal swab
5. Keluarkan anal swab dari tabung reaksi
6. Gunting salah satu pangkal anal swab lalu lalu tempelkan ke
kaca objek.
7. Kemudian potong ujung lain. Ratakan diatas kaca objek.
8. Teteskan toluol melalui pinggir pita selofan, tunggu beberapa
menit 90
9. Mampu menemukan lapangan pandang pemeriksaaan yang
jelas dengan mikroskop pembesaran 10x
10. Mampu menemukan parasit pada slide yang diperiksa
11. Mampu menyebutkan stadium dan nama spesies parasit yang
dilihat pada slide yang diperiksa
TOTAL 100%
Umpan balik untuk mahasiswa:
(mohon instruktur memberikan umpan balik dalam bentuk deskripsi/ narasi terkait poin-poin berikut)
1. Prosedur keseluruhan

2. Sikap (attitude)

3. Lain-lain

Keterangan : 0 = Tidak dilakukan


1 = Dilakukan dengan banyak perbaikan 𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝑆𝐾𝑂𝑅
2 = Dilakukan dengan sedikit perbaikan Nilai = x100 =
20,1
3 = Dilakukan dengan sempurna dan terstruktur

Padang,…………………………………..20….
Instruktur

(……………………………………………………….)
NIP.

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 50


KETERAMPILAN KLINIK 4A

TOPIK 4
RESEP 2: PENULISAN RESEP RASIONAL

Penulis: Dr. Elly Usman, MSi. Apt

4.1. Tujuan Pembelajaran

Tujuan Umum Tujuan Khusus


Mahasiswa mampu Pada akhir pembelajaran mahasiswa mampu:
menuliskan resep dengan Menentukan terapi obat oral yang akan diberikan dari diagnosis
benar dan rasional 1 yang sudah ditentukan berdasarkan kompetensi dokter layanan
primer.
Menuliskan resep dengan prinsip 4T1W (Tepat obat, tepat bentuk
2
sediaan obat, tepat signatura/cara pakai, waspada efek samping).

4.2. Pengetahuan yang Harus Dikuasai Mahasiswa Sebelumnya

1. Mahasiswa Mampu menguasai KP Farmakologi Klinik Dasar pada blok 1.6


2. Mahasiswa mampu menguasai KP Pemilihan obat yang tepat pada blok 1.6
3. Mahasiswa harus menguasai KP BSO ( Bentuk Sedian Obat) pada blok 1.6
4. Mahasiswa harus menguasai KP Cara Perhitungan Dosis Obat dan Cara Pakai Obat pada Blok 1.6
5. Mahasiswa harus menguasai KP Penulisan Resep pada Blok 1.6
6. Mahasiswa harus menguasi KK Resep 1
7. Mahasiswa mampu menguasi patofisiologi semua diagnosa kompetensi 4 di SKDI yang diberilkan
terapi obat oral

4.3. Aktivitas Pembelajaran

Alokasi Waktu
No Kegiatan
(2x100 menit)
1. Pertemuan 1 100 menit
a. Sebelum pertemuan: Bebas
- Mahasiswa membaca Panduan Keterampian Klinik Penulisan
Resep 2
- Mahasiswa Menonton Video Keterampian Klinik Penulisan Resep
2 https://youtu.be/8Tr6MQ75syU
- Mahasiswa membaca kembali materi KP yang terkait
b. Pembukaan : 30 Menit

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 51


- Instruktur dan mahasiswa berdo’a sebelum memulai kegiatan .
Berdoa dipimpin oleh ketua kelompok.
- Instruktur mengisi absen dan membagikan QR Code absen
SIMFONI mahasiswa, sekaligus mencek kehadiran mahasiswa.
- Instruktur memberikan pengantar mengenai tujuan dan topik
Keterampilan Klinik Penulisan Resep obat oral
- Instruktur dan mahasiswa mendiskusikan bagaimana tahapan
cara menuliskan resep untuk Diagnosa kompetensi 4 yang dalam
SKDI
- Instruktur menunjuk satu orang mahasiswa untuk
mempresentasikan resep dari diagnosa yang didiskusikan.
- Instruktur mengoreksi dan memberikan umpan balik
c. Inti : 50 Menit
- Mahasiswa menuliskan resep obat oral dari diagnosa kompetensi
4 yang ada dalam SKDI
- Instruktur melakukan penelian dan umpan balik
d. Penutup : 20 Menit
- Mahasiswa berkonsultasi dengan instruktur terkait kegiatan yang
telah dikerjakan atau jika ada mahasiswa yang belum dan atau
tidak mengerti.
- Mahasiswa telah melakukan refleksi diri dan memastikan yang
dikerjakan telah sesuai dengan daftar tilik.
2. Pertemuan 2 (Ujian) 100 menit
a. Sebelum pertemuan: Bebas
- Mahasiswa berlatih secara mandiri dan berkelompok sesuai
dengan kasus yang diberikan pada buku panduan Keterampilan
Klinik Penulisan Resep 2
- Mahasiswa telah membuat /list semua diagnosa keterampilan
klinik kompetensi 4 yang ada dalam SKDI dan sudah membaca
patofisiologi dari diagnosa tersebut. Dengan demikian
mahasiswa sudah mengetahui penyebab dari diagnosa tersebut.
- Mahasiswa sudah mentabulasi dari diagnosa yg dipelajari, obat
apa yang harus diberikan, membaca di FORNAS ketersedian
obat, BSO dan dosis.
- Mahasiswa menyerahkan tugas resep yang telah didiskusikan
sebelum pertemuan kedua (ujian)
b. Ujian : 80 Menit
-Instruktur membagikan soal dan kertas double folio kepada
mahasiswa
- Mahasiswa mengerjakan sesuai dengan waktu yang sudah
ditentukan dan memberikan kertas jawaban pada instruktur.
c. Umpan Balik: 20 Menit
- Instruktur memberikan umpan balik mengenai ujian yang
diberikan
- Instruktur menginputkan nilai angka di SIMFONI dan
membagikan absen QR code

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 52


4.4. Skenario Kasus

Seorang ibu peserta BPJS membawa anaknya (5 th) ke puskesmas dengan keluhan batuk
berdahak, demam dan sedikit sesak. Setelah dokter melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang dokter mendiagnosa pasien tersebut Bronchitis Akut. Tulislah resep yang diberikan oleh
dokter dengan tipe magistralis dan officinalis.

4.5. Pengantar Teori


4.5.1. Proses Terapi

Gambar 4.1 Proses Terapi


4.5.2. Menghitung Dosis

Cara & Rumus Mencari Dosis Untuk Anak Berdasarkan Dosis Dewasa (Lihat Fi)

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 53


4.5.3. Definisi Resep dan Pembagian Resep

Resep adalah wujud akhir dari kompentensi, pengetahuan, dan keahlian dokter dalam
menerapkan bidang farmakologi dan terapi yang diperuntukan untuk satu penderita.

Pembagian Resep
1. Prescriptio
a. Nama dokter
b. Alamat dokter
c. SIP ( Surat Izin Praktek )
d. Hari praktek
e. Jam praktek
f. No telepon
g. Nama kota
h. Tanggal resep dibuat oleh dokter
2. Superscriptio ( R/ )
3. Inscriptio
a. Remidium cardinale
Remidium cardinale adalah bahan obat utama yang mutlak harus ada.
1) Tunggal
2) Terdiri dari beberapa bahan obat
b. Remidium adjuvant
1) Coringgens
a) Coringgens saporis
b) Coringgens odoris
c) Coringgen coloris
2) Vehiculum / Constituen
a) Obat dalam : Sacarum Lactis (SL)
b) Obat Luar : Talkum
4. Subscriptio adalah bentuk sediaan obat
5. Signatura adalah aturan pemakaian obat yang ditulis dalam bahasa latin. Aturan pakai
ditandai dengan signature biasanya disingkat S
6. Nama penderita di belakang kata ‘Pro :’
7. Umur penderita
8. Alamat penderita
9. Tanda tangan dokter atau paraf dokter
Penting: Untuk BSO injeksi dan obat golongan narkotika harus dibubuhi tanda
tangan dokter.

4.5.4. Tipe –Tipe Resep


1. Tipe Magistralis
Tipe magistralis adalah komposisi resep yang ditulis sendiri oleh dokter berdasarkan
pengalamannya dan tidak ditemukan dalam buku standar yang diperuntukan untuk satu
penderita.

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 54


Dr Radeya
Praktek Umum
SIP : No.07 / tahun 2022
Alamat : Jln Ganting II No 16 Padang
Telp : 0751890114
Praktek Senin – Jumat
Jam 17.00 - 19.00

Padang, 17-5-2022

R/ Paracetamol 250 mg
SL q s
m f pulv d t d No XV
Sprn pulv I max t d d
Paraf / T T

Pro : Nadia
Umur : 5 th
Alamat : Jln Proklamasi No 17 Padang

2. Tipe Officinalis
Tipe officinalis adalah resep yang ditulis berdasarkan formula yang ada yang diperuntukan
untuk satu penderita.
o Contoh penulisan resep offisinalis untuk pasien dewasa:

Dr Radeya
Praktek Umum
SIP : No.07 / tahun 2022
Alamat : Jln Ganting II No 16 Padang
Telp : 0751890114
Praktek Senin – Jumat
Jam 17.00 - 19.00

Padang, 17-5-2022

R/ Tab Paracetamol No X
S p r n tab 1 max tdd

Paraf

Pro : Sarah
Umur : 17 th
Alamat : Jln Proklamasi No 17 Padang

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 55


o Contoh penulisan resep offisinalis untuk pasien anak:
Dr Radeya
Praktek Umum
SIP : No.07 / tahun 2022
Alamat : Jln Ganting II No 16 Padang
Telp : 0751890114
Praktek Senin – Jumat
Jam 17.00 - 19.00

Padang, 17-5-2022

R/ Tab Paracetamol (250 mg) No XV


SL q s
m f pulv d t d No XV
Sprn pulv I max t d d
Paraf / T T

Pro : Nadia
Umur : 2 th
Alamat : Jln Proklamasi No 17 Padang

Cara menghitung jumlah tablet yang diperlukan pada penulisan resep offisinalis yaitu:
Dosis Lazim /Terapi 1 x pakai = 250 mg
Singnatura = tiga kali sehari ( Sprn pulv 1 max tdd)
Untuk sehari = 3 x 250 mg = 750 mg
Lama pemberian 5 hari = 5 x 750 mg = 3750 mg
Jadi jumlah tablet yg diambil = 3750 mg/ sediaan di FORNAS untuk layanan Primer
= 3750 mg /250 mg = 15 tab

4.5.5. Tahap-Tahap Menuliskan Resep yang Benar dan Rasional

Langkah-langkah yang harus diikuti adalah :


Resep ditulis dengan tipe resep magistralis dan tipe offisinalis. Pada FORNAS sediaan obat
yang tersedia dalam bentuk tablet/kapsul/sirup oleh karena itu untuk pasien anak harus diberikan
resep dengan tipe magistralis. Mahasiswa akan mudah mengerti membuat tipe offisinalis bila sudah
mengerti membuat tipe magistralis. Untuk membuat tipe magistralis ada beberapa tahap yang harus
dilakukan :
1. Diagnosa sudah ditentukan oleh instruktur (SKDI kompetensi 4)
2. Mahasiswa membaca buku patofisiologi diagnosa yang diberikan.
3. Setelah membaca patofisiologi dari diagnosa tersebut maka mahasiswa mengetahui penyebab
dari diagnosa tersebut, dengan demikian mahasiswa akan mengetahui obat apa yang harus
diberikan (baca juga Penuntun Panduan Klinis )
4. Mahasiswa memastikan ketersediaan obat di FORNAS, BSO dan dosis dari BSO tersebut.

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 56


5. Mahasiswa menghitung dosis lazim dan dosis maksimal dari obat yang akan diberikan terutama
untuk pasien anak. Bila dosis yang dihitung tidak melebihi ketentuan / over dosis maka obat
sudah dapat diberikan dengan dosis tsb.
6. Selanjutnya mahasiswa menuliskan resep dg tipe magistralis dan tipe resep offisinalis.

Kaidah Kaidah Penulisan Resep


1. TULISLAH NAMA OBAT DENGAN JELAS
2. Obat yang diberikan untuk pasien oleh dokter yang menulis resep sudah punya pengalaman
tentang obat tersebut dan atau berdasarkan KBB.
3. Bila dokter sudah mempunyai pengalaman satu preparat paten tertentu tidak perlu beralih ke
preparat paten lainnya walaupun dinyatakan isinya sama.
4. Hati-hati memberikan obat secara bersamaan.
5. Terapi psikotropik dan narkotika harus dengan indikasi yang jelas.
6. Dispesikasi dengan jelas kekuatan serta jumlah obat yang ditulis dalam resep.
7. Dosis tiap obat harus diperhitungkan dengan memperhatikan variabilitas individu.
8. DOSIS ditulis dengan JUMLAH dan SATUAN yang jelas.
9. Ketentuan mengenai obat ditulis dengan jelas.
10. Hindari polifarmasi.
11. Hindari pemberian obat dalam jangka waktu yang lama.
12. Terangkan dengan jelas pada pasien cara penggunaan obat.
13. Jelaskan pada pasien bahaya minum obat lain disamping obat yang diberikan dokter
14. Beritahu efek samping obat.
15. Lakukan “ RECORDING “ pada status pasien sebaik-baiknya.

4.6. Prosedur
1. Mahasiwa menuliskan resep dengan benar meliputi:
a. Prescription
b. Superscription (R/)
c. Inscriptio
d. Subscriptio (BSO)
e. Signatura
f. Nama penderita
g. Umur penderita
h. Alamat penderita
2. Paraf/TTD Dokter
3. Menuliskan resep dengan tulisan yang jelas terbaca dan
4. Menuliskan resep tanpa coretan

4.7. Referensi

1. Kementerian Kesehatan RI. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Layanan Primer tth
2022
2. Guide to Good Prescribing, WHO, Action Program on Essential Drugs, Genewa.
3. WHO Model Formulary, 2010
4. How to Investigate drug use in health bfacilities, Department of Essensial Drugs and Medicine
Policy

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 57


5. Daftar Obat Essensial Nasional ( DOEN), Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2020
6. Pedoman Penulisan Resep, ITB, th 2020
7. FORNAS ( Formularium Nasional ) th 2022
8. Ars Prescribing, Nanizar Zaman Yoenoes, Airlangga University Press, Surabaya
9. Bahasa Latin, Tejo Yuwono dan Y Joko Suyono, EGC, 2014
10. Farmakope Indonesia (Lampiran : Daftar Dosis)

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 58


RUBRIK PENILAIAN KK 4
TOPIK 4 : RESEP 2 : PENULISAN RESEP OBAT RASIONAL

NAMA MAHASISWA :
NO.BP :
KELOMPOK :

Nilai
Kompetensi 0 1 2 3 Score Bobot (Score x
Bobot)
1. Tatalaksana Mahasiswa Mahasiswa menuliskan Mahasiswa menuliskan Mahasiwa menuliskan
Farmakoterapi tidak kurang dari 4 indikator minimal 4 indikator dan minimal 7 indikator dan
(penulisan resep menuliskan dengan benar: indikator ke 3 harus benar: indikator ke 3 harus benar:
obat oral) resep sama 1. Prescription 1. Prescription 1. Prescription
sekali 2. Superscription 2. Superscription 2. Superscription
(R/) (R/) (R/)
3. Inscriptio 3. Inscriptio 3. Inscriptio 6
4. Subscriptio (BSO) 4. Subscriptio (BSO) 4. Subscriptio (BSO)
5. Signatura 5. Signatura 5. Signatura
6. Nama penderita 6. Nama penderita 6. Nama penderita
7. Umur penderita 7. Umur penderita 7. Umur penderita
8. Alamat penderita 8. Alamat penderita 8. Alamat penderita
9. Paraf/TTD Dokter 9. Paraf/TTD Dokter Paraf/TTD Dokter
2. Perilaku Mahasiswa : Mahasiswa : Mahasiswa : Mahasiswa :
profesional Menuliskan Menuliskan resep dengan Menuliskan resep dengan
resep Menuliskan resep dengan tulisan yang jelas terbaca tulisan yang jelas terbaca
dengan tulisan yang sulit dibaca tapi dan
tulisan yang tapi
sulit dibaca Menuliskan resep dengan Menuliskan resep tanpa
4
dan Menuliskan resep tanpa coretan coretan
coretan
Menuliskan
resep
dengan
coretan

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 59


Umpan balik untuk mahasiswa:
(mohon instruktur memberikan umpan balik dalam bentuk deskripsi/ narasi terkait poin-poin berikut)
Prosedur keseluruhan

Sikap (attitude)

Lain-lain

Padang, ……………………………………………
Nilai maksimal : 3 x 10 = 30 Instruktur,

Nilai : ………… x 100 =


30
(………………………………………………..)

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4A FK UNAND TAHUN AKADEMIK 2023/2024 60

Anda mungkin juga menyukai