Anda di halaman 1dari 115

MODUL KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KESEHATAN


MASYARAKAT-KEDOKTERAN
KOMUNITAS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN


PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
ANDALAS
2021
MODUL KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN
MASYARAKAT-KEDOKTERAN
KOMUNITAS

gambar

TIM PENYUSUN
dr. Firdawati, M.Kes, Ph.D
dr. Husna Yetti, Ph.D
dr. Ida Rahmah Burhan, MARS
Dr. Ricvan Dana Nindrea, SKM, M.Kes, FRSPH

Edisi 2021

i
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

Modul Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran
Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Editor :
dr. Husna Yetti, PhD
Dr. Ricvan Dana Nindrea, SKM, M.Kes, FRSPH

Kontributor :
Prof. Dr. dr. Rizanda Machmud, M.Kes, FISCM, FISPH
Dr. dr. Yuniar Lestari, M.Kes, FISCM, FISPH
Dr. dr. Rosfita Rasyid, M.Kes
dr. Hardisman, MHID, Dr. PH
Dr. dr. Rima Semiarty, MARS, FISCM, FISPH
Abdiana, SKM, M.Epid

ii
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

Daftar Isi

Daftar Isi.......................................................................iii
Kata Pengantar..............................................................iv
Informasi Umum Modul ................................................1
Karakteristik Mahasiswa................................................1
Capaian Pembelajaran....................................................1
Pre Assesment..............................................................16
Pokok Bahasan / Materi Penyakit................................16
Manajemen Pelayanan Kesehatan..........................17
YSistem Pembiayaan Kesehatan.............................22

YEpidemiologi........................................................28

YKesehatan Lingkungan.........................................33

Peran Serta Masyarakat..........................................38


YPerilaku/ Lifestyle.................................................46

YElektif...................................................................51

Metode Pengajaran dan Aktifitas Pembelajaran..........95


Sumber Daya................................................................96
Evaluasi Pembelajaran...............................................101
Lampiran

iii
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

Kata Pengantar

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT, dimana


buku modul Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat-Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas Padang dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Buku ini merupakan panduan pembelajaran dan modul
kepaniteraan klinik yang dilakukan mahasiswa program
pendidikan profesi dokter (P3D) saat melakukan kegiatan praktik
klinik. Buku ini juga dapat menjadi pegangan bagi mahasiswa
P3D dan staf pengajar dalam melakukan kegiatan bimbingan
preseptor, sehingga terdapat keseragaman dalam melakukan
kegiatan dan penilaian sehari-hari.
Kepada semua staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat-Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran
UNAND Padang yang telah memberikan sumbangan pemikiran
dalam pembuatan naskah buku ini saya ucapkan terima kasih.
Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna,
karena itu kritik serta sumbangan pemikiran dan saran untuk
perbaikan buku ini sangat kami harapkan, semoga kita dapat
mendidik dokter Indonesia menjadi dokter yang mempunyai
kompetensi sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia.

Padang, April 2021


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat-Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Kepala Bagian,

dr. Firdawati, M.Kes, PhD


NIP. 197207031999032002

iv
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

MODUL KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN
MASYARAKAT/KEDOKTERAN
KOMUNITAS

1. Informasi Umum Modul


Deskripsi : Ketua bagian: dr. Firdawati, M.Kes,
bagian Ph.D
Sekretaris bagian: dr. Husna Yetti, Ph.D
Koordinator pendidikan: dr. Ida Rahmah
Burhan, MARS
Lama : 4,5 minggu (s.kecil) / 9 minggu
kepaniteraan (s. besar)
klinik
SKS : 5 SKS (s. kecil) / 5 SKS (s.besar)

2. Karakteristik Mahasiswa
Mahasiswa yang dapat mengikuti kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat-Kedokteran Komunitas
adalah mahasiswa yang sudah bergelar S.Ked dan mengikuti
pelatihan PPGD serta LOI, mengikuti kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Kesehatan Anak dan
Kebidanan/Kandungan.

3. Capaian Pembelajaran
1) Capaian Pembelajaran Lulusan 1
CPL - Sikap dan Tata Nilai:
a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu
menunjukkan sikap religious (S1);
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

b. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam


menjalankan tugas berdasarkan agama, moral, dan
etika (S2);
c. Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan kemajuan
peradaban berdasarkan Pancasila (S3);
d. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta
tanah air, memiliki nasionalisme serta rasa
tanggungjawab pada negara dan bangsa (S4);
e. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan,
agama, dan kepercayaan, serta pendapat atau temuan
orisinal orang lain (S5);
f. Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta
kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan (S6);
g. Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara (S7);
h. Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik
(S8);
i. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan
di bidang keahliannya secara mandiri (S9); dan
j. Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan,
dan kewirausahaan (S10).

CPL - Keterampilan Umum:


a. Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis,
sistematis, dan inovatif dalam konteks pengembangan
atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi
2
yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora
yang sesuai dengan bidang keahliannya (KU1);
b. Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan
terukur (KU2);
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

c. Mampu mengkaji implikasi pengembangan atau


implementasi ilmu pengetahuan teknologi yang
memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora
sesuai dengan keahliannya berdasarkan kaidah, tata
cara dan etika ilmiah dalam rangka menghasilkan
solusi, gagasan, desain atau kritik seni, menyusun
deskripsi saintifik hasil kajiannya dalam bentuk
skripsi atau laporan tugas akhir, dan mengunggahnya
dalam laman perguruan tinggi (KU3);
d. Menyusun deskripsi saintifik hasil kajian tersebut di
atas dalam bentuk skripsi atau laporan tugas akhir,
dan mengunggahnya dalam laman perguruan tinggi
(KU4);
e. Mampu mengambil keputusan secara tepat dalam
konteks penyelesaian masalah di bidang keahliannya,
berdasarkan hasil analisis informasi dan data (KU5);
f. Mampu memelihara dan mengembangkan jaringan
kerja dengan pembimbing, kolega, sejawat baik di
dalam maupun di luar lembaganya (KU6);
g. Mampu bertanggungjawab atas pencapaian hasil kerja
kelompok dan melakukan supervisi dan evaluasi
terhadap penyelesaian pekerjaan yang ditugaskan
kepada pekerja yang berada di bawah
tanggungjawabnya (KU7);
h. Mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap
kelompok kerja yang berada di bawah tanggung
jawabnya, dan mampu mengelola pembelajaran
3
secara mandiri (KU8); dan
i. Mampu mendokumentasikan, menyimpan,
mengamankan, dan menemukan kembali data untuk
menjamin kesahihan dan mencegah plagiasi (KU9).
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

CPL - Pengetahuan:
a. Mampu menguasai konsep dan teori pengetahuan
dasar ilmu dan teknologi biomedis (Anatomi,
Histologi, Fisiologi dan Biokimia) serta aplikasinya
dalam penegakkan diagnosis secara holistik dan
penatalaksanaan pasien secara komprehensif sebagai
dokter di layanan primer dengan pendekatan
kedokteran keluarga(P1)
b. Mampu menguasai konsep dan teori ilmu paraklinik
medis (Patologi Anatomi, Patologi Klinik,
Parasitologi, Mikrobiologi, Farmakologi, dan Ilmu
gizi) serta aplikasinya dalam penegakkan diagnosis
secara holistik dan penatalaksanaan pasien secara
komprehensif sebagai dokter di layanan primer
dengan pendekatan kedokteran keluarga (P2)
c. Mampu menguasai konsep dan teori ilmu klinik medis
(Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Kesehatan Anak, Ilmu
Bedah, Ilmu Obstetri Gynecology, Ilmu Penyakit
Mata, Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan
Kepala dan Leher, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin,
Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Ilmu
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, Neurologi,
Psikiatri, Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut, Ilmu
Anastesi dan Terapi intensif, Ilmu Rehabilitasi Medik,
Ilmu Radiologi, serta Ilmu Forensik dan Medikolegal)
serta aplikasinya dalam penegakkan diagnosis secara
holistik dan penatalaksanaan pasien secara
4
komprehensif sebagai dokter di layanan primer
dengan pendekatan kedokteran keluarga (P3)
d. Mampu menguasai konsep dan teori Ilmu Kesehatan
Keluarga dan Komunitas serta aplikasinya dalam
penegakkan diagnosis secara holistik dan
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

penatalaksanaan pasien secara komprehensif sebagai


dokter di layanan primer dengan pendekatan
kedokteran keluarga (P4)
e. Mampu menguasai konsep dan teori Ilmu Kesehatan
Masyarakat serta aplikasinya dalam penegakkan
diagnosis secara holistik, penatalaksanaan pasien
secara komprehensif, dan pengelolaan program
kesehatan masyarakat sebagai dokter di layanan
primer dengan pendekatan kedokteran keluarga (P5).
f. Mampu menguasai konsep dan teori Ilmu
Komunikasi, Bioetik dan Etika kedokteran serta
aplikasinya dalam penegakkan diagnosis secara
holistik dan penatalaksanaan pasien secara
komprehensif sebagai dokter di layanan primer
dengan pendekatan kedokteran keluarga (P6)
g. Mampu menguasai konsep dan teori Ilmu
Kepemimpinan dan Managemen yang efektif serta
aplikasinya dalam pengelolaan program dan
organisasi kesehatan masyarakat serta fasilitas
kesehatan (P7)
h. Mampu menguasai konsep dan teori metodologi,
pelaksanaan dan pengolahan data penelitian,
penulisan dan publikasi hasil penelitian ilmiah (P8)
CPL - Keterampilan Khusus:
a. Kemampuan melaksanakan praktik kedokteran yang
profesional sesuai dengan nilai dan prinsip ke-Tuhan-
an, moral luhur, etika, disiplin, hukum, sosial budaya
dan agama dalam konteks lokal, regional dan global5
dalam mengelola masalah kesehatan individu,
keluarga, komunitas dan masyarakat (KK1).
b. Kemampuan melakukan praktik kedokteran dengan
melakukan refleksi diri, menyadari keterbatasan,
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

mengatasi masalah personal, dan meningkatkan


pengetahuan secara berkesinambungan, serta
menghasilkan karya inovatif dalam rangka
menyelesaikan masalah kesehatan individu, keluarga,
komunitas dan masyarakat demi keselamatan pasien
(KK2).
c. Kemampuan berkolaborasi dan bekerja sama dengan
sejawat seprofesi, interprofesi kesehatan dan profesi
lain dalam pengelolaan masalah kesehatan dengan
menerapkan nilai, etika, peran dan tanggung jawab,
pengelolaan masalah secara efektif dan kemampuan
mengembangkan pengelolaan kesehatan berdasarkan
berbagai kajian pengembangan kerjasama dan
kolaborasi (KK3).
d. Mampu mengaplikasikan prinsip keselamatan pasien
dan prinsip upaya peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan pada individu, keluarga, komunitas dan
masyarakat (KK4).
e. Kapasitas untuk memanfaatkan pengetahuan ilmiah
dalam rangka melakukan perubahan terhadap
fenomena kedokteran dan kesehatan melalui tindakan
kedokteran dan intervensi kesehatan pada individu,
keluarga, komunitas dan masyarakat untuk
kesejahteraan dan keselamatan manusia, serta
kemajuan ilmu dalam bidang kedokteran dan
kesehatan yang memperhatikan kajian
inter/multidisiplin, inovatif dan teruji (KK5).
f. Kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi,
menggunakan, mendiseminasikan dan menghasilkan 6
materi menggunakan teknologi informasi dan
perangkat digital secara efektif dalam pengembangan
profesi dan keilmuan untuk berkomunikasi,
berekspresi, berkolaborasi dan advokasi (KK6).
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

g. Kemampuan mengelola masalah kesehatan individu,


keluarga, komunitas dan masyarakat secara
komprehensif, holistik, terpadu dan
berkesinambungan menggunakan sumber daya secara
efektif dalam konteks pelayanan kesehatan primer
(KK7).
h. Kemampuan melakukan prosedur klinis yang
berkaitan dengan masalah kesehatan dengan
menerapkan prinsip keselamatan pasien, keselamatan
diri sendiri, dan keselamatan orang lain (KK8).
i. Kemampuan membangun hubungan, menggali inform
asi, menerima dan bertukar informasi, bernegoisasi da
n persuasi secara verbal dan nonverbal serta
menunjukkan empati kepada pasien dari semua usia,
anggota keluarga, masyarakat dan sejawat, dalam
tatanan keragaman budaya lokal, regional dan global
(KK9).

2) Capaian Mata kuliah


Tingkat Kemampuan 1: mengenali dan menjelaskan
Lulusan dokter mampu mengenali dan menjelaskan
gambaran klinik penyakit, dan mengetahui cara yang
paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut
mengenai penyakit tersebut, selanjutnya menentukan
rujukan yang paling tepat bagi pasien. Lulusan dokter
juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari
rujukan.

Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk


7
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik
terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang
paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan
dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali
dari rujukan.
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

Tingkat Kemampuan 3: mendiagnosis, melakukan


penatalaksanaan awal, dan merujuk
3A. Bukan gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan
memberikan terapi pendahuluan pada keadaan yang
bukan gawat darurat. Lulusan dokter mampu menentukan
rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien
selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti
sesudah kembali dari rujukan.
3B. Gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan
memberikan terapi pendahuluan pada keadaan gawat
darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah
keparahan dan/ atau kecacatan pada pasien. Lulusan
dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat
bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga
mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan
penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan
melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara
mandiri dan tuntas.
4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter
4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai
internsip dan/ atau Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan
(PKB)
Dengan demikian didalam Daftar ini level kompetensi
8
tertinggi adalah 4A.
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

DESKRIPSI MASALAH KESEHATAN


MASYARAKAT/KEDOKTERAN
KOMUNITAS

Sesuai dengan salah satu tupoksi dokter umum pada


fasilitas kesehatan tingkat primer pada Peraturan Menteri
Kesehatan No 75/2014 yang berupa upaya kesehatan
masyarakat, maka berikut ini adalah masalah-masalah kesehatan
masyarakat yang dijumpai. Daftar masalah kesehatan masyarakat
ini disusun oleh Badan Kerjasama Pendidikan Kesehatan
Masyarakat Indonesia. 9

No Masalah Kesehatan
1. Kematian neonatus, bayi dan balita termasuk 1000 Hari
Pertama kelahiran dan kelangsungan hidup anak
2. Kematian Ibu akibat kehamilan dan persalinan
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

3. Tata laksana Kehamilan termasuk Antenatal Care


(ANC), Persalinan , dan nifas untuk mencegah risiko
tinggi kehamilan:(terlambat mengambil keputusan,
terlambat dirujuk, terlambat ditangani, terlalu muda,
terlalu tua, terlalu sering, terlalu banyak, dan Tidak
terlaksananya audit maternal perinatal)
4. Inisiasi Menyusui Dini, Pemberian ASI Eksklusif dan
Lama menyusui maupun fasilitas Laktasi (termasuk
lingkungan kerja yang tidak mendukung fasilitas
laktasi)
5. Manajemen Vaksin dan Program Imunisasi
6. Pola asuh dan Tumbuh kembang Balita
7. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS) pada seluruh
tatanan masyarakat termasuk anak usia sekolah, rumah
tangga dan Institusi
8. Anak dengan difabilitas
9. Perilaku berisiko remaja : perilaku seksual beresiko
termasuk kehamilan pada remaja, HIV/AIDS, dan
Ketergantungan NAPZA
10
Kehamilan yang tidak dikehendaki dan Aborsi
.
11
Perilaku Menyimpang (Deviant Behaviour)
.
12
Kejahatan Sosial
.
13
Penganiayaan/ perlukaan Sosial
.
14 Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja dan
. Manajemennya 10
15 Pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas dan Manajemen
. penanganan kesehatannya
16
Kesehatan lansia
.
17 Perilaku pencarian pelayanan kesehatan terkait dengan
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

. akseptabilitas bdan aksestibilitas layanan sehingga


berpengaruh terhadap cakupan pelayanan kesehatan
maupun Pencapaian Universal Health Coverage
18 Kepercayaan dan tradisi yang berpengaruh terhadap
. kesehatan
19 Kurangnya Akses fasilitas pelayanan kesehatan
. (misalnya masalah geografi, masalah ketersediaan dan
distribusi tenaga kesehatan) maupun pemerataan dan
kualitas pelayanan kesehatan
20
Sistem rujukan vertikal dan horisontal
.
21
Efektifitas dan efisiensi program kesehatan masyarakat
.
22 Kurangnya pengetahuan, pemahaman dan kesertaan
. keluarga dan masyarakat dalam program kesehatan
pemerintah (misalnya KIA, KB, Kesehatan
reproduksi,Gizi masyarakat, TB Paru, JKN dll.)
23 Gizi masyarakat terutama pada balita dan ibu hamil
. termasuk Kekurangan dan Kelebihan gizi/gizi buruk
(termasuk KEP, KEK, dan lain-lain)
24 Gaya hidup yang berisiko tinggi (rokok, narkoba,
. alkohol, sedentary life, pola makan, sex bebas)
25 Kesehatan lingkungan (termasuk sanitasi makanan, air
. , rumah, Polusi Udara, Air, Tanah, Sosial, dan dampak
pemanasan global)
26 Kesehatan pariwisata (travel medicine) termasuk
. informasi pre-travel, layanan kesehatan primer di
daerah pariwisata, imunisasi bagi traveler, asuransi
kesehatan bagi traveler
27 Beban Penyakit Double Burden akibat penyakit
11
. menular dan tidak menular beserta manajemennya
(misalnya TB di Indonesia termasuk active case
finding, pencegahan TB MDR, case holding)
28 Kejadian Luar Biasa dan Wabah (endemi, pandemi,
. epidemi) maupun bencana
29 Kesiagaan dan ketahanan keluarga , masyarakat,
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

. populasi serta rehabilitasi medik dan sosialnya


30 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan di Individu,
. Keluarga, Komunitas maupun Masyarakat termasuk
Klinik, Puskesmas, dll
31
Audit Medik
.
32
Pembiayaan pelayanan kesehatan
.
33 Sistem informasi, pencatatan dan pelaporan penyakit
. dan kejadian luar biasa di masyarakat termasuk rekam
medis
34 Sistem asuransi pelayanan kesehatan termasuk Jaminan
. Kesehatan Nasional dan sebagai contoh BPJS
Kesehatan.
35 Kurangnya kemampuan untuk melakukan komunikasi,
. sosialisasi, advokasi, dan bekerja sama dengan
masyarakat di berbagai tingkat pemerintahan

DAFTAR KOMPETENSI KETERAMPILAN


KESEHATAN MASYARAKAT/KEDOKTERAN
KOMUNITAS/KEDOKTERAN PENCEGAHAN
No Keterampilan Tingkat
Keterampilan
1. Mampu melakukan tata laksana program
promotif, preventif dan deteksi dini pada
4
remaja dan dewasa di tingkat layanan 12
primer sesuai dengan wewenangnya
2. Mampu melakukan tata laksana program
promotif, preventif dan deteksi dini pada
3B
bayi dan anak sesuai dengan
wewenangnya
3. Mengenali perilaku dan gaya hidup yang 4
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

berisiko terhadap kesehatan


4. Memperlihatkan kemampuan
pemeriksaan kesehatan di berbagai 4
populasi
5. Penilaian terhadap risiko masalah
4
kesehatan di berbagai populasi
6. Memperlihatkan kemampuan penelitian
yang berkaitan dengan kesehatan populasi
dan lingkungannya
7. Melakukan promosi, pencegahan dan
intervensi spesifik seperti mengidap HIV
4
dan menderita AIDS, TB, malaria, kusta,
dll.
8. Melakukan promosi, pencegahan,
diagnosis, penatalaksanaan dan
4
penanganan pertama kecelakaan dan
penyakit akibat kerja
9. Melakukan promosi, pencegahan dan
penatalaksanaan kecelakaan lalu lintas
serta merancang program
penanggulangannya pada tingkat
individu, institusi dan lingkungan kerja
10. Menerapkan patient safety 4
11. Merencanakan program untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat 4
termasuk kesehatan lingkungan
12. Pembinaan kesehatan usia lanjut 4
13. Menegakkan diagnosis dan
penatalaksanaan yang komprehensif,
holistik, berkesinambungan pada pasien 4 13
individu, keluarga, komunitas dan
masyarakat
14. Melakukan rehabilitasi medik dasar 4
15. Melakukan rehabilitasi sosial pada
4
individu, keluarga, komunitas dan
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

masyarakat melalui advokasi,


konsultasi, promosi, dan KIE.
16. Mampu menganalisa masalah yang
berkaitan dengan pelayanan fasilitas
kesehatan di layanan tingkat primer 4
termasuk sarana dan prasana untuk
melakukannya.
17. Mengetahui jenis vaksin:
a. Cara penyimpanan
b. Cara distribusi
c. Cara skrining dan konseling pada
sasaran 4
d. Cara pemberian
e. Kontraindikasi
f. Efek samping yang mungkin terjadi
dan penanggulangannya
18. Membaca, menganalisis data sistem
informasi kesehatan, membuat laporan 4
dan mempresentasikannya
19. Kepesertaan, pengelolaan, monitoring,
dan evaluasi jaminan kesehatan 4
nasional
20. Mendemontrasikan program-program
4
inovatif sesuai wilayah kerjanya
21. Merencanakan dan melaksanakan
komunikasi, sosialisasi, advokasi,
kerjasama dan pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan 14
22. Penatalaksanaan fasilitas pelayanan
4
kesehatan tingkat primer
Sumber: SDKI, 2019

3) Sub Capaian Mata Kuliah


 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis


masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan
pelayanan yang diperlukan;
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan
kesehatan;
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan;
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi
dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap
tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama
dengan sektor lain terkait;
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan
pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat;
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya
manusia Puskesmas;
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar
berwawasan kesehatan;
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi
terhadap akses, mutu, dan cakupan Pelayanan
Kesehatan;
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan
masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem
kewaspadaan dini dan respon penanggulangan
penyakit.
j. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan
prinsip koordinatif dan kerja sama inter dan antar
profesi;
15
k. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di
wilayah kerjanya;

4. Pre Assessment
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

Dilakukan pre assessment berupa pre-test (MCQ/essay)


kepada dokter muda pada saat masuk siklus IKM/KK
berdasarkan prior knowledge diwaktu preklinik.

5. Pokok Bahasan / Materi Topik


Pokok bahasan dalam modul ini meliputi manajemen
pelayanan kesehatan, sistem pembiayaan kesehatan,
epidemiologi, kesehatan lingkungan, peran serta masyarakat,
perilaku/ lifestyle dan elektif.

5.1 Pokok Bahasan Manajemen Pelayanan Kesehatan

1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Khusus
a. Mempelajari fungsi manajemen di Puskesmas.
b. Mempelajari subsistem-subsistem manajemen pelayanan
di Puskesmas.
c. Mempelajari standar keberhasilan manajemen di
Puskesmas.

2. Sasaran Pembelajaran
Setelah menyelesaikan sub modul ini peserta didik
diharapkan mampu: 16
a. Menjelaskan subsistem manajemen personalia.
b. Menjelaskan subsistem pencatatan dan pelaporan
program.
c. Menjelaskan standar keberhasilan manajemen pelayanan
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

di puskesmas.

3. Keterampilan
Setelah menyelesaikan sub modul ini peserta didik
diharapkan mampu:
a. Melakuan analisis masalah terhadap manajemen
pelayanan kesehatan di puskesmas.
b. Mencari alternative pemecahan masalah terhadap
manajemen pelayanan kesehatan di puskesmas.
c. Membuat Plan of Action (POA) atau proyek Plan Do
Check Action (PDCA) berdasarkan alternative
pemecahan maalahan yang didapat.

4. Sikap dan Perilaku


Setelah menyelesaikan sub modul ini peserta didik
diharapkan mampu:
Mahasiswa responsif terhadap permasalahan manajemen
pelayanan kesehatan yang ada di puskesmas.

17
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

Pembahasan

MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN PUSKESMAS

I. Pendahuluan
Manajemen puskesmas merupakan bagian dari tatanan
administrasi kesehatan di bawah koordinasi Dinkes
Kabupaten/Kota seharusnya diintegrasikan ke dalam strategi
pengembangan kabupaten sehat 2010. Dengan demikian, gerakan
reformasi Puskesmas di Indonesia sejalan dengan gerakan
reformasi kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota.
18
II. Fungsi Manajemen di Puskesmas
Fungsi manajemen di Puskesmas, meliputi:
1. Planning atau perencanaan tingkat Puskesmas.
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

2. Organizing : Struktur organisasi, pembagian tugas,


pembagian wilayah kerja dan pengembangan program
puskesmas.
3. Actuating: Lokakarya mini puskesmas, kepemimpinan,
motivasi kerja, koordinasi, komunikasi melalui rapat
ruuutin bulanan unutk membahas aktivitas harian dan
kegiatan program.
4. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA, supervisi,
monitoring, evaluasi, audit internal keuangan puskesmas.

III. Sub Sistem Manajemen Logistik


1. Jenis logistik
Logistik yang tersedia di puskesmas direncanakan unutk
menunjang pelaksanaan kegiatan program pokok
puskesmas. Setiap program membutuhkan dukungan
logistik yang jumlah dan jenisnya berbeda-beda.
Misalnya Program Penanggulangan Penyakit Menular
(P2M) membutuhkan vaksin, termos, kulkas, jarum dan
spuit, thermometer, alat semprot nyamuk untuk
pemberantasan vektor.
2. Sumber
Untuk lebih praktisnya, kebutuhan logistik puskesmas di
kabupaten/kota biasanya disediakan oleh pihak kantor
dinas kesehtan kabupaten kota dan BKKBN (khususnya
program KB).
3. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan penerimaan dan pengeluaran barannng harus
dibuat oleh petugas dalam bentuk inventaris puskesmas,
demikian pula dengan penerimaan dan pemakaian obat-
obatan. Pimpinan puskesmas mempunyai wewenang dan
wajib memerikasa administrasi barang dan19 obat
didasarkan pada pencatatan barang dan obat yang habis
dan yang masih tersedia.
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

IV. Sub Sistem Pencatatan dan Pelaporan Program


Setiap program akan menghasilkandata. Data perlu dicatat,
dianalisis dan dibuat laporan. Data ini adalah data siap pakai dan
sudah di presentasikan dalam bentuk tabel, grafik atau dilaporkan
secara naratif. Jenis pencatatan kegiatan program puskesmas
dapat dibagi berdasarkan lokasi pencatatan yaitu pencatatan di
dalam puskesmas dan di luar gedung puskesmas. Pelaporan yang
dibuat didalam gedung puskesmas adalah semua data yang
diperoleh dari pencatatan kegiaan harian program yang
dilaksanakan did lam gedung puskesmas seperti data BP, Pol
Gigi, Farmasi, laboratorium, KIA, KB, Kesehatan Jiwa dan
sebagainya. Data yang berasal dari luar gedung seperti dari
program yandu, UKS, PHN, PKM, kesehatan lingkungan dan
P2M. Penctatan harian masing-masing program puskesmas
dikompilasi menjadi laporan terpadu Puskesmas (SP2TP).

V. Standar Keberhasilan Puskesmas


Dinkes Kabupaten/Kota dan provinsi secara rutin
menetapkan target atau standar keberhasilan masing-masing
kegiatan program. Standar pelaksanaan program ini juga
merupakan standar untuk kerja. Standar untuk kerja juga
merupakan ukuran kualitatif keberhasilan program. Tingkat
keberhasilan program secara kuantitatif diukur dengan
membandingkan target yang sudah ditetapkan dengan output
(cakupan pelayanan) kegiatan program.

Referensi
1. Muninjaya AAG, Manajemen. Bandung. Ed. EGC; 2004.
1. Alamsyah D. Manajemen Pelayanan Kesehatan.
Yogyakarta. Nuha Medika; 2011. 20
2. Herlambang S, Murwani A. Manajemen Kesehatan dan
Rumah Sakit. Yogyakarta. Gosyen Publishing. 2012.

Tugas
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

1. Melakukan analisis situasi di puskesmas (struktur,


organisasi, program, target program dan perencanaan
program).
2. Mempelajari sistem monitoring dan supervise di
Puskesmas.
3. Mempelajari sistem pencatatan dan pelaporan di
Puskesmas.
5.2 Pokok Bahasan Sistem Pembiayaan Kesehatan

1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Khusus
a. Mempelajari jenis anggaran pembiayaan kesehatan di
Puskesmas.
b. Mempelajari sumber dan sistem pembiayaan melalui
BPJS.

2. Sasaran Pembelajaran
Setelah menyelesaikan sub modul ini peserta didik
diharapkan mampu:
a. Menjelaskan jenis anggaran pembiayaan kesehatan di
Puskesmas.
b. Menjelaskan sumber biaya di Puskesmas.
c. Menjelaskan sumber pembiayaan melalui BPJS.
d. Menjelaskan sistem pembiayaan BPJS Penerima Bantuan
21
Iuran (PBI).

3. Keterampilan
Setelah menyelesaikan sub modul ini peserta didik
diharapkan mampu:
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

a. Melakukan problem solving cycle masalah sumber


pembiayaan kesehatan di Puskesmas.
b. Melakukan identifikasi masalah pelayanan asuransi
kesehatan.
c. Membuat Plan of Action atau proyek PDCA berdasarkan
alternatif pemecahan maalahan yang didapat.

4. Sikap dan Perilaku


Setelah menyelesaikan sub modul ini peserta didik
diharapkan mampu:
Responsif terhadap permasalahan pembiayaan kesehatan
terutama untuk masyarakat miskin.

22
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

Pembahasan

SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN

I. Pendahuluan
Terdapat empat sumber utama pembiayaan kesehatan
a. Pemerintah
b. Swasta
c. Masyarakat dalam bentuk pembiayaan langsung (fee for
service) dan asuransi
d. Sumber-sumber lain dalam bentuk hibah atau bantuan

II. Sub Sistem Manajemen Keuangan di Puskesmas


Sub sistem manajemen keuangan di Puskesmas, terdiri dari:
1. Jenis anggaran
Anggaran yang digunakan untuk mendukung
pengembangan kegiatan program puskesmas terdiri dari
dana rutin (gaji pegawai) dan dana operasional proyek
23
unutk masing-masing program.
2. Sumber
Semenjak otonomi daerah ditetakan berdasarkan UU
No.22 dan 25 tahun 1999, sumber dana untuk program
puskesmas sebagian besaran dari APBD kabupaten dan
kota. Hanya sebagian kecil saja dana bersumber dari
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

APBN.
3. Pencatatan dan Pelaporan
Pimpinan puskesmas menunjuk seorang atau dua orang
staffnya untuk menjadi bendahara puskesmas. Mereka
ditugaskan unutk mencatat dan melaporkan semua dana
yang diterima dan dikeluarkan oleh Puskesmas, terdiri
dari bendahara rutin dan bendahara proyek.
III. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Pengembangan jaminan social ditujukan menjamin
kesehatan bagi penduduk (universal health coverage) sesuai
dengan sidang World Health Assembly (WHA) ke-58 tahun 2005
di Jenewa. WHA menggaris bawahi perlunya pengembangan
system pembiayaan kesehatan yang menjamin tersedianya akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan memberikan
perlindungan kepada mereka terhadapa risiko keuangan. WHA
ke 58 mengeluarkan resolusi yang menyatakan, pembiayaan
kesehatan yang berkelanjutan melalui Universal Healh Coverage
diselenggarakan melalui mekanisme asuaransi kesehatan sosial.
Di Indonesia, falsafah dan dasra Negara Pancasila terutama
sila ke 5 juga mengaui hak asasi warga atas kesehatan. Hak ini
juga termaktub dalam UUD 45 pasal 28H dan pasal 34, dan
diatur dalam UU no 23/1992 yang kemudian diganti dengan UU
36/2009 tentang kesehatan. Dalam UU 36/2009 ditegaskan
bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan
terjangkau. Sebaliknya, setiap orang juga mempunyai kewajiban
turut serta dalam program jaminan kesehatan Nasional.
Untuk mewujudkan komitmen global dan konstitusi di atas,
pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan 24
kesehatan masyarakat melalui jaminan kesehatan nasional (JKN)
bagi kesehatan perorangan. Usaha kearah itu sesungguhnya telah
dirintis pemerintah dengan menyelenggarakan beberapa bentuk
jaminan social di bidang kesehatan diantara nya adalahmelalui
PT Askes (Persero) dan PT Jamsostek (Persero) yang melayani
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

antara lain pegawai negeri sipil, penerima pension, veteran dan


pegawai swasta. Untuk masyarakat miskin dan tidak mampu,
pemerintah memberikan jaminan melalui skema jaminana
kesehatan masyarakat (Jamkesmas) dan jaminan kesehatan
daerah (Jamkesda). Namun demikian, skema-skema tersebut
masih terfragmentasi, terbagi-bagi. Biaya kesehatan dan mutu
pelayanan menjadi sulit terkendali. Untuk mengatasi hal ini, pada
tahun 2004, dikeluarkan Undang-undang No. 40 tentang sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN). UU 40/2004 ini
mengamanantkan bahwa jaminan social wajib bagi seluruh
penduduk termasuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui
suatu badan Penyepenggara Jaminan Sosial (BPJS). Undang-
undang no 24, tahun 2011 juga menetapkan Jaminan Sosial
Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri dar atas
BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Khusus untuk
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan diselenggarakan oleh
BPJS kesehatan yang implementasinya dimulai 1 Januari 2014.
Secara operasional, pelaksanaan JKN dituangkan dalam
peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden, antara lain:
Peraturan Pemerintah No 101 tahun 2012 tentang Penerima
Bnatuan Iuaran (PBI). Peraturan Presiden No 12 tahun 2013
tentang Jaminan kesehatan; dan Peta jalan JKN (Roadmap
Jaminan Kesehatan Nasional).
Asuransi adalah mekanisme pengalihan risiko (sakit) dan
risiko perorangan menjadi risiko kelompok, degan cara
mengalihkan risiko individu menjadi risiko kelompok, beban
ekonomi yang harus dipikul oleh masing-masing peserta asuransi
akan lebih ringan tetapi mengandung kepastian karena
memperoleh jaminan.

Referensi 25
1. Alamsyah D. Manajemen Pelayanan Kesehatan.
Yogyakarta. Nuha Medika; 2011.
2. Herlambang S, Murwani A. Manajemen Kesehatan dan
Rumah Sakit. Yogyakarta. Gosyen Publishing. 2012.
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

Tugas

1. Mahasiswa melakukan identifikasi sistem pembiayaan


kesehatan di Puskesmas dan permasalahannya.
2. Mahasiswa melakukan analisis sistem pelayanan dan
pembiayaan kesehatan pada masyarakat miskin.

26
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

5.3 Pokok Bahasan Epidemiologi

1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Khusus
a. Mempelajari ukutan-ukuran penyakit dan
penggunaannya.
b. Mempelajari ukuran-ukuran kematian dan
penggunaannya.
c. Mempelajari langkah-langkah pemecahan masalah di
tingkat pelayanan primer.

2. Sasaran Pembelajaran
Setelah menyelesaikan sub modul ini peserta didik
diharapkan mampu:
a. Menjelaskan ukuran-ukuran penyakit (insiden,
prevalensi, attact rate, secondary attact rate) dan
penggunaannya.
b. Menjelaskan beberapa ukuran-ukuran kematian (angka
kematian anak, angka kematian ibu, angka kematian
balita dan angka kefatalan penyakit) dan penggunaannya.
c. Menjelaskan langkah-langkah pemecahan masalah di
tingkat pelayanan primer.

3. Keterampilan
27
Setelah menyelesaikan sub modul ini peserta didik
diharapkan mampu:
a. Dapat menghitung angka insiden, prevalensi, attack rate,
secondary attact rate, untuk penyakit serta
interpretasinya.
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

b. Dapat menghitung angaka kematian bayi, angka


kematian ibu, angka kematian balita dan angka kefatalan
penyakit serta interpretasinya.
c. Dapat melakukan pencatatan dan pelaporan penyakit dan
kematian di Puskesmas.

4. Sikap dan Perilaku


Setelah menyelesaikan sub mcdul ini peserta didik
diharapkan mampu:
a. Dapat melakukan kegiatan dengan semangat tinggi dan
tertib.
b. Dapat melakukan kegiatan dengan benar dibawah
bimbingan dosen pembimbing.

28
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

Pembahasan

EPIDEMIOLOGI

Pengukuran tentang frekuensi masalah kesehatan dapat


dilakukan dari hasil penemuan masalah kesehatan yang ada
dimasyarakat. Tentu saja ketepatannya amat dipengaruhi sekali
oleh kelengkapan data tentang masalah kesehatan yang
dikumpulkan. Ditinjau dari segi epidemologi, upaya mengukur
frekuensi masalah kesehatan ini termasuk dalam epidomologi
deskriptif karena hanya bersifat menggambarkan tentang jumlah
masalah kesehatan yang ditemukan saja. Dengan diketahuinya
frekuensi masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat,
untuk kemudian dicarikan jalan keluar untuk mengatasinya.
Dalam pengukuran masalah kesehatan, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan, yakni:
1. Mengupayakan agar masalah kesehatan yang akan diukur
adalah masaah yang ingin diukur, sehingga datanya
mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
2. Mengupayakan agar semua masalah kesehatan yang
diukur dapat masuk dalam pengukuran, sehingga
menjamin kelengkapan data yang akan diukur.
3. Mengupayakan agar penyajian data hasil pengukuran
adalah memberikan keterangan yang optimal.
Beberapa ukuran penyakit yang sering digunakan yaitu:
a. Insidens 29
Insiden adalaah gambaran tentng frekuensi penderita
baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu kurun
waktu tertentu disatu kelompok masyarakat. Angka
insiden ini hanya dapat dihitung pada suatu penilitian
yang bersifat longitudinal saja, karena untuk menghitung
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

angka insiden diperlukan dua angka, yakni jumlah


penderita baru disatu pihak serta jumlah penduduk yg
mungkin terkena penyakit baru tersebut (population at
Risk) dilain pihak. Angka insiden dapat dibedakan atas
tiga macam yakni, insiden rate, attack rate dan
secondary attack rate.
b. Prevalens
Prevalen adalah gambaran tentang frekuensi penderita
lama dan baru yang ditemukan pada suatu jangka waktu
tertentu disekelompok masyarakat tertentu. Secara umum
nilai pravalen dibedakan atas dua macam:
1) Point Prevalen Rate
Point Prevalence rate ialah jumlah penderita lama
dan baru pada satu saat dibagi dengan jumlah
penduduk pd saat yang sama dalam persen atau
permil.Nilai poitn prevalen rate sering disebut nilai
prevalensi rate saja dan dapat dipergunakan untuk
mengetahui mutu pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan.
2) Period Prevalen Rate
Period prevalen rate ialah jumlah penderita lama dan
baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu
jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah
penduduk pada pertengahan waktu yang
bersangkutan dalam persen atau permil.
c. Angka Kematian Bayi (AKB)
AKB yaitu jumlah bayi (berumur dibawah 1 tahun) yang
meninggal dalam satu tahun dibagi dengan jumlah
kelahiran hidup permil.
d. Angka Kematian Ibu (AKI)
AKI yaitu jumlah kematian ibu karena hamil, melahirkan
30
dan masa nifas dibagi dengan jumlah kelahiran hidup
dalam permil.
e. Case Fatality Rate (CFR)
CFR yaitu jumlah seluruh kematian karena satu
penyebab dalam jangka waktu tertentu dibagi dengan
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

jumlah seluruh penderita pada waktu yang sama dalam


persen.
Pencatatan dan pelaporan di Puskesmas yaitu sesuai dengan
sistem pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas (SP2TP)
Langkah-langkah pemecahan masalah
Pengumpulan data - pengolahan data - masalah kesehatan -
prioritas masalah-program-implementasi-evaluasi-pengumpulan
data.

Referensi
1. Widoyono. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan,
Pencegahan dan Pemberantasan. Erlangga. Semarang;
2011.
2. Najmah. Epidemiologi Penyakit Menular. Trans Info
Media. Jakarta; 2016.
3. Vaughan VC. Epidemiology and Public Health; a Text
and Reference Book for Physicians, Medical Students
and Health Workers. JAMA. 2014; 78(19):1481.

Tugas

1. Melakukan pengumpulan data sekunder di puskesmas


untuk diagnosis masalah kesehatan masyarakat
berdasarkan indikator-indikator pelayanan kesehatan.
2. Membuat solusi dengan alternatif yang sesuai dengan
sumber daya yang ada di Puskesmas.
31
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

5.4 Pokok Bahasan Kesehatan Lingkungan

1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Khusus
a. Mempelajari penyakit berbasis lingkungan di
masyarakat.
b. Mempelajari kebijakan daerah tentang penyakit berbasis
lingkungan.
c. Mempelajari pengelolaan penyakit berbasis lingkungan
termasuk upaya promotif dan preventif serta
pencatatan/pelaporannya.

2. Sasaran Pembelajaran
Setelah menyelesaikan sub modul ini peserta didik
diharapkan mampu:
a. Mengidentifikasi penyakit berbasis lingkungan yang
ditemukan di masyarakat.
b. Menjelaskan kebijakan daerah tentang penyakit berbasis
lingkungan.
c. Menjelaskan pengelolaan penyakit berbasis lingkungan
di pelayanan tingkat pertama.
d. Menjelaskan upaya preventif dan promotf untuk penyakit
berbasis lingkungan.
e. Menjelaskan pencatatan dan pelaporan penyakit berbasis
lingkungan.

3. Keterampilan 32
Setelah menyelesaikan sub modul ini peserta didik
diharapkan mampu:
a. Menyelesaikan masalah dalam bidang penyakit berbasis
lingkungan.
b. Merencanakan pengelolaan terhadap masalah kesehatan
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

yang bersumber lingkungan.


c. Melakukan penyuluhan di dalam di luar gedung untuk
penyakit berbasis lingkungan.

4. Sikap dan Perilaku


Setelah menyelesaikan sub modul ini peserta didik
diharapkan mampu:
a. Bersikap cepat tanggap terhadap lingkungan yang
berpotensi menimbulkan penyakit di masyarakat.
b. Bersikap bijaksana menghadapi prilaku masyarakat
dalam pengelolaan lingkungan untuk kesehatan.

33
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

Pembahasan

KESEHATAN LINGKUNGAN

Upaya pemberantasan penyakit berbasis lingkungan semakin


relevan dengan diterapkannya paradigma sehat dalam rangka
upaya meningkatkan kesehatan di masa mendatang. Penyakit
seperti ISPA, diare, penyakit kulit dan lain-lain merupakan
contoh dari penyakit berbasis lingkungan. Untuk pencegahan dan
pemberantasan penyakitbtersebut haruds melalui upaya
perbaikan lingkungan dan perubahan perilaku kearah yang lebih
baik. Hal ini sesuai dengan pardigma sehat yang lebih
menekankan upaya promotif dan preventif. Salah satu upaya
terobosan yang dilakukan departemen kesehatan unutk mengatasi
penyakit berbasis lingkungan adalah melalui klinik sanitasi.
Klinik sanitasi merupakan tempat bagi masyarakat unutk
mengatasi permasalahan kesehatan, kemampuan dan perilaku
masyarakat unutk mewujutkan lingkungan. Kegiatan yang
dilakukan dapat berupa bimbingan konseling dan bantuan teknis
dari petugas sanitasi puskesmas. Klinik sanitasi bukanlah
merupakan unit pelayanan yang berdiri sendiri, tetapi sebagai
bagian integral dari kegiatan puskesmas.
Pelaksanaan klinik sanitasi memiliki tujuan yaitu:
1. Terciptanya keterpaduan kegiatan lintas program dan
lintas sektor dalam program pemberantasan penyakit
menular dan penyehatan lingkungan dengan
memberdayakan masyarakat.
2. Meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemampuan dan
perilaku masyarakat untuk mewujudkan lingkungan dan
34
perilaku hidup bersih dan sehat.
3. Meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemauan
masyarakat untuk mencegah dan menaggulangi penyakit
berbasis lingkungan serta masalah kesehatan dengan
sumberdaya yang ada.
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

4. Menurunkan angka penyakit berbasis lingkungan dan


meningkatkan kondisi kesehatan lingkungan.
Sasaran klinik sanitasi adalah:
1. Penderita yang berhubungan dengan masalah kesehatan
lingkungan yang datang ke puskesmas.
2. Masyarakat yang memiliki masalah kesehatan
lingkungan yang datang ke puskesmas.
3. Lingkungan, yang menjadi penyebab masalah kesehatan
masyarakat.
Apabila ditemui pasien menderita penyakit yang
berhubungan erat dengan lingkungan di puskesmas, maka pasien
di rujuk ke klinik sanitasi. Disini dilakukan konseling dan
wawancara unutk melihat kaitan penyakit dengan lingkungan dan
perilaku. Setelah memberikan saran indak lanjut, petugas
membuat kesepakatan dengan pasien unutk kunjungan rumah dan
lapangan.
Sedangkan masyarakat umum yang akan berkonsultasi
tentang permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan maka
dilakukan perjanjian unutk kunjungan rumah. Hasil temuan dan
kegiatan terhadap penyakit berbasis lingkungan selanjutnya
disampaiakan pada forum lokakarya mini dengan seluruh petugas
kesehatan yang ada di puskesmas. Hal ini bertujuan untuk
membahas dan mencari jalan penyelesaian terhadap masalah
yang ada secara terintegrasi dan komprehensif.
Penyelesaian masalah kesehtan lingkungan, seperti yang
menimpa sekelompok keluarga atau kampung dapat dilaksanakan
secara musyawarah dan gotong royong oleh masyarakat dengan
bimbingan teknik dari petugas sanitasi puskesmas dan lintas
sektor terkait. Jika tidak seselai karena dibutuhkan biaya yang
cukup besar, maka penyelesaian dianjurkan untuk mengikuti
mekanisme perencanaan yang ada, mulai dari tingkat desa 35
hingga
kabupaten/kota.

Referensi:
1. Depkes RI. Standar Prosedur Operasional Kinik Sanitasi.
Ditjen P2MPLP; 2002.
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

2. Depkes RI. Pedoman pelaksanaan Klinik Sanitasi unutk


Puskesmas. Ditjen P2MPLP; 2000.
3. Achmadi. Dasar-dasar Penyakit Berbasis Lingkungan.
Jakarta. Rajawali Pers; 2011.
4. Anies. Penyakit Berbasis Lingkungan. Yogyakarta. Ar-
Ruzz Media; 2015.

Tugas

1. Mengidentifikasi kejadian penyakit berbasis lingkungan


yang ditemukan di pelayanan tingkat pertama.
2. Mengambil satu kasus penyakit berbasis lingkungan serta
menyususn rencana pengelolannnya.
3. Melakukan penyuluhan bertopik penyakit lingkungnan
di dalam atau di luar gedung.
4. Menjelaskan pencatatan dan pelaporan penyakit berbasis
lingkungan di Puskesmas.

36

5.5 Pokok Bahasan Peran Serta Masyarakat


 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Khusus
a. Mempelajari program pemerintah terhadap peran serta
masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan.
b. Mempelajari peran puskesmas dalam membina peran
serta masyarkata dalam organisasi PKK, PKMD dan
kader.
c. Mempelajari pengelolaan program Upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat (UKBM).
d. Mempelajari perilaku masyarakat dalam upaya
peningkatan pemberdayaan masyarakat.

2. Sasaran Pembelajaran
Setelah menyelesaikan sub modul ini peserta didik
diharapkan mampu:
a. Menjelasakan program pemerintah terhadap peran serta
masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan.
b. Menjelaskan peran puskesmas dalam membina peran
serta masyarakat dalam organisasi PKK, PKMD, dan
kader.
c. Menjelaskan pengelolaan program UKBM.
d. Melakukan pembinaan UKBM.
e. Mengenali dan mengantisipasi perilaku masyarakat,
seperti aspek sosial budaya dalam upaya peningkatan
pemberdayaan masyarakat.

3. Keterampilan 37
Setelah menyelesaikan sub modul ini peserta didik
diharapkan mampu:
a. Melakukan pengelolaan program UKBM.
b. Melakukan pembinaan program UKBM.
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

c. Mengenali dan mengantisipasi perilaku masyarakat


seperti aspek sosial budaya dalam upaya peningkatan
pemberdayaan masyarakat.

4. Sikap dan Perilaku


Setelah menyelesaikan sub modul ini peserta didik
diharapkan mampu:
a. Cepat tanggap terhadap permasalahan yang timbul dalam
pengelolaan organisasi UKBM.
b. Bersikap bijaksana menghadapi perilaku masyarakat
dalam membina UKBM.

38
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

Pembahasan

PERAN SERTA MASYARAKAT

Menurut UU Kesehatan Bab VII tentang peran serta


Masyarakat:

Pasal 71
1) Masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan serta
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan beserta sumber
dayanya.
2) Pemerintah membina, mendorong dan menggerakan
swadaya masyarakat yang bergerak dibidang kesehatan
agar cepat lebih berdaya guna dan berhasil guna.
3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara peran serta
masyarakat dibidang kesehatan ditetapkan dengan
peraturan Pemerintah.

Pasal 72
1) Peran serta masyarakat untuk memberikan pertimbangan
dalam ikut menentukan kebijaksanaan pemerintah pada
penyelenggaraan kesehatan dapat dilakukan melalui Badan
Pertimbangan Kesehatan Nasional ditetapkan dengan
keputusan Presiden.
39
Kesehatan RI merupakan bentuk implementasi dalam rangka
mencapai visi baru Departemen Kesehatan yaitu Masyarakat
yang mandiri untuk hidup sehat. Salah satu point penting untuk
konsep ini sebagaimana tercantum dalam grand strategy adalah
keikutsertaan, keterlibatan dan peran serta masyarakat (PSM)
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

secara aktif di bidang pembangunan kesehatan. Hal ini menjadi


sesuatu yang penting, sebab berhasil atau tidaknya program
kesehatan sangat ditentukn oleh peran serta masyarakat. Oleh
karena itu dalam pelaksanaan program kesehatan harus
berlandaskan pada, dari, oleh, dan untuk masyarakat.
Pentingnya peran serta masyarakat dalam program-program
kegiatan pembangunan kesehatan, tidaklah bisa dipungkiri. Hasil
observasi, pengalaman lapangan hingga keberhasilan cakupan
suatu program yang telah dianalisis membuktikan bahwa peran
serta masyarakat sangat menentukan terhadap keberhasilan,
kemandirian dan kesinambungan pembangunan kesehatan.
Penyebabnya ada dua faktor, pertama: dapat menumbuhkan rasa
memiliki (sence of belonging) dan faktor kedua: Kesinambungan
(continuty) pelaksnaan program kesehatan. Dengan demikian,
maka sebaiknya dan seyakinya perorganisasian kegiatan
masyarakat dalam pembangunan kesehatan harus dilakukan oleh
masyarakat itu sendiri.
Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) adalah
wujud nyata peran serta mereka dalam pembangunan kesehatan.
Berbagai bentuk UKBM telah kita kenal selama ini, seperti
posyandu, polindes, dana sehat dan sebagainya. Untuk itu perlu
didorong dan dipacu unutk munculnya inovasi baru berbagai
bentuk UKBM lainnya.
Dengan demikian maka peran serta masyarakat dalam program-
program kesehtan bukanlah sesuatu yang baru. Sebab sudah kita
ketahui bahwa wujud nyata peran serta masyarakat dalam
bentuk-bentuk UKBM telah ada sebelumnya. Persoalnnya adalah
40
bagaimana mengoptimalkan dan mengefektitfitaskan peran serta
masyarakat dalam bentuk UKBM yang sudah ada, senantiasa
mendorong munculnya UKBM dalam bentuk baru. Disinilah
fungsi penting tenaga/petugas kesehatan untuk senantiasa
melakukan pembinaan terhadap PSM dalam pembangunan
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

kesehatan untuk lebih mempercepat proses tumbuh kembnagnya


peran serta masyarakat serta lebih menajamkan tujuan yang ingin
dicapai dalam pembangunan kesehatan.
Berbagai metode telah banyak ditawarkan oleh para ahli
berkaitan dengan mengerahkan dan pengorganisasian PSM dalam
pembangunan kesehatan seperti Partisipatory Rural Appraisal
(PRA), manajemen ARRIF dan masih banyak lagi yang lainnya.
Namun demikian, yang harus disadari oelh petugas kesehatan
bahwa prinsip ppokok pengorganisasian peran serta masyarakat
adalah prinsip dari, oleh dan unutk masyarakat. Hal ini harusklah
dipahami secara benar oleh petugas/tenaga kesehatan dalam
melakukan tugas dan fungsinya sebagai Pembina peran serta
masyarakat. Sebagai petugas atau tenaga kesehatan yang
mengetahui betul bahwa kesehatan masyarakat itu sangat
ditentukan oleh partisipasi masyarakat yang notabene sangat luas
variasinya, maka petugas kesehatan dituntut untuk selalu
bersikap arif dan bijaksana dalam meakukan fungsi pembinaan.
Ada dua hal khusus yang dimiliki PSM, yaitu; pertama PSM
dalam paradigma kesehatan masyarakat sangat erat kaitanya
dengan aspek kehidupan social budaya masyarakat yang
bersangkutan. Oleh sebab itu, pola pergerakan dan
pengorganisasisn patisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan
tidak dapat digeneralisasi dari suatu tempat dengan tempat lain.
Sebagai contoh adalah penangananan balita gizi buruk, dari
aspek kedokteran maka penanganan kasus tersebut (protap)
adalah sama, akan tetapi tidaklah sama ketika ditinjau dari aspek
kesehatan masyarakat yang mengharapakan adanya PSM dalam
41
menangani kasus balita gizi buruk. Oleh sebab itu dengan
adanya kekhususan ini menuntut petugas /tenaga kesehatan jeli
dalam melakukan analisis terhadap pola pergerakannya. Kedua,
bidang gerak PSM sangat bervariasi dan amat luas sehingga
tidaklah mungkin menerapkan suatu pola sebagai suatu
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

keharusan yang sifatnya mutlak. Dengan demikian fungsi


petugas kesehtan lebih pada peletakan dasar atau kerangka
berpikir, sementara conens lebih diserahkan kepada masyarakat
itu sendiri untuk mengembangkannya. Dengan demikian
diharapkan pola pergerakan dan pengorganisasian PSM dalam
suatu kegiatan harus sesuai dengan kebutuhan (needs) dan
tuntuan (demands) masyarakat sendiri.
Secara umum, mengoptimalkan PSM dalam pembangunan
kesehtan adalah mengikuti kaidah-kaidah manajemen dari
planning, organizing, actuality dan controlling. Dalam
implementasinya tentu saja sifat nya tidaklah kakau apalagi sama
persis dengan kaidah kaidah manajemen yang dilakukan pada
organisasi bisnis, sebab PSM lebih bersifat partisipatif yang
meimili kekhususan yang sangat dipengaruhi oelh aspek-aspek
ain. Oleh karena itu perlu suatu model manajemen yang
dilakukan pada suatu model manajemen yang bernuansa PSM
dimana model ini tidak sepenuhnya mengacu pada berbagai
macam teori manajemen secara umum. Akan tetapi lebih menitik
beratkan pda apa yang selama ini terjadi sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan masyarakat itu sendiri, sehigga
perencanaan yang munvul adalah bersifat perencanaan dari
bottom up planning.
Secara ringkas dalam rangka mengoptimalkan PSM dalam
program nasional desa siaga, maka perlu pendekatan-pendekatan
yang sifatnya edukatif pada pengorganisasian dan pergerakan,
yaitu:
Meletakkanatau menempatkan posisi perangkat organisasi
42
(puskesmas, LSM) pada fungsi fasilitator dan motivator yang
disebut sebgai internal approach. Tujuannya adalah
mempersiapkan perangkat yang akan melaksanakan program
kemasyarakatan sehingga program dapat berjalan baik.
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

1) Eksternal approach, yaitu pendekatan yang dilakukan


dalam rangka mencari dukungan moril maupun materil
dengan sasaran adalah tokoh tokoh masyarakat baik
tokoh formal maupun non formal yang berada dalam
wilayah tempat dimana program itu dilaksanakan.
2) Survey mawas diri, yaitu suatu metode yang dilakukan
oleh masyarakat itu sendiri dalam rangka
mengidentifikasikan dan mengenal sendiri masalah-
masalah baik tokoh formal maupun non formal yang
berada di wilayah tempat dimana program ini
dilaksanakan.
3) Survey mawas diri yaitu metode yang dilakukan oleh
masyarakat itu sendiri dalam rangka mengidentifikasikan
dan mengenal sendiri masalah-masalah yang
dihadapinya. Harapannya adalah pola pergerakannya
akan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan yang ada di
masyarakat. Metode ini sering disebut juga dengan
penelitian kemasyarakatan mandiri (Community self
survey).
4) Bottom up planning, yaitu suatu perencanaan yang
dilakukan dari bawah (red, masyarakat) melalui suatu
mekanisme musyawarah masyarakat setempat (village
community meeting) dari tingkat kelompok kecil (RT)
sampai pada masyarakat desa. Dalam mekanisme ini,
selain perencanaan yang sifatnya dari bawah diharapkan
adanya pemecahan masalah (solution implementation)
yang merupakan suatu kesepakatan bersama.
43
Dengan pendekatan edukatif dan memahami akan prinsip pokok
pengorganisasian dan pergerakan peran serta masyarakat
sebagaimana dijelaskan di atas, maka peran serta masyarakat
sebagai konsep desa siaga yang telah dicanangkan sebagai
program nasional akan menjadi optimal.
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

5.6 Pokok Bahasan Perilaku/ Lifestyle

1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Khusus
a. Mempelajari penyakit berbasis perilaku/lifestyle.
b. Mempelajari kebijakan pemerintah tentang penyakit 44
berbasis perilaku/lifestyle.
c. Mempelajari pengelolaan dan upaya promotif preventif
penyakit berbasis perilaku/lifestyle.
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

d. Mempelajari pencatatan dan pelaporan penyakit berbasis


perilaku/lifestyle.

2. Sasaran Pembelajaran
Setelah menyelesaikan sub modul ini peserta didik
diharapkan mampu:
a. Mengidentifikasi penyakit-penyakit yang berbasis pada
perilaku/lifestyle.
b. Menjelaskan kebijakan pemerintah tentang penyakit yang
berbasis perilaku/lifestyle.
c. Menjelaskan pengelolaan penyakit berbasis
perilaku/lifestyle.
d. Menjelaskan upaya preventif dan promotif untuk
penyakit berbasis perilaku/lifestyle.
e. Menjelaskan pencatatan dan pelaporan penyakit berbasis
perilaku/lifestyle.

3. Keterampilan
Setelah menyelesaikan sub modul ini peserta didik
diharapkan mampu:
a. Menjelaskan masalah dalam bidang penyakit yang
berbasisi perilaku/lifestyle.
b. Merencanakan pengelolaan terhadap masalah kesehatan
yang berbasis perilaku/lifestyle.
c. Melakukan penyuluhan di dalam dan di luar gedung
untuk penyakit yang berbasis perilaku/lifestyle.
45
4. Sikap dan Perilaku
Setelah menyelesaikan sub modul ini peserta didik
diharapkan mampu:
a. Bersikap cepat tanggap terhadap perilaku/lifestyle yang
berpotensi menimbulkan penyakit.
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

b. Bersikap bijaksana menghadapi perilaku/lifestyle


masyarakat untuk dapat merubah kebiasaan tersebut.

46
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

Pembahasan

PERILAKU/ LIFESTYLE

Sesuai dengan teori Blum, perilaku merupakan salah satu


faktor yang berhubungan dengan derajat kesehatan.
perkembanagn zaman membawa akibat perubahan perilaku.
Berbagai penyakit berhubungan dengan perilaku, khususnya
lifestyle, diantaranya penyakit jantung, penyakit saluran
pernafasan HIV/AIDS, IMS dan lain-lain.
Usaha promotif dan preventif sangat diperlukan unutk
mencegah terjangkitnya penyakit tersebut. Puskesmas sebagai
pelayan kesehatan tingkat pertama mempunyai peran yang
penting unutk menjalankan usaha tersebut. Program posyandu
dan UKS dapat dijadikan sebaga ujung tombak karena
menjangkau langsung masyarakat dan anak sekolah. Kerjasama
lintas sektor sangat diperlukan guna keberhasilan usaha tersebut
seperti Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian
Kesehatan sendiri dan Badan Narkotika Nasional (BNN).
Pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan penyakit akibat
perilaku, khususnya yang berkaitan dengan lifestyle
dimaksudkan untuk :
1. Terciptanya keterpaduan kegiatan lintas program dan
lintas sektor dalam mencegah dan menanggulangi
penyakit akibat perilaku/lifestyle.
2. Peningkatan pengetahuan, kesadaran dan kemampuan
masyarakat untuk medeteksi penyakit akibat
perilaku/lifestyle.
3. Peningkatan pengetahuan, kesadaran dan kemampuan
47
masyarakat untuk mencegah dan menggulangi penyakit
akibat perilaku lifestyle.
4. Menurunkan angka kejadian penyakit yang berbasis
perilaku/lifestyle dengan meningkatkan kesadaran
masyarakat pada akibat yang akan terjadi.
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

Sasaran dari usaha pencegahan dan penanggulangan penyakit


akibat perilaku/lifestyle pada mosul pertama ini ditujukan pada:
1. Anak sekolah (SLTP dan SLTA) yang menderita
penyakit akibat penggunaan narkoba.
2. Orang tua murid yang anaknya menderita
penyakit/pecandu narkoba.
3. Anak sekolah secara umum untuk mendapatkan
pengetahuan yang baik tentang penggunaan narkoba dan
akibatnya (UKS).
Jika ditemukan penderita penyakit akibat mengkonsumsi
narkoba, mulai dari yang hanya kecanduan sampai kepada yang
sudah menderita HIV/AIDS, dilakukan pemeriksaan secara
seksama dan dirujuk baik secara horizontal maupun vertikal
sesuai keadaan si penderita.
Keikutsertaan tenaga ahli, baik medis mauun non medis
(penyuluh/konseling/psikolog) sangat diperlukan. Tidak mudah
untuk mengobati seseorang yang sudah kecanduan narkoba,
apalagi kalau sudah timbul efek negatif pemakain narkoba
tersebut.
Peran orang tua yang anaknya pecandu narkoba sanagat
diperlukan guna pengobatan dan untuk itu perlu dilakukan
pendekatan kepada orang tua tersebut agar mereka dapat
menerima anaknya sebagai seorang pecandu narkoba.

Tugas

1. Mengenal seseorang yang kecanduan narkoba.


2. Mengidentifikasikan penyakit akibat mengkonsumsi
narkoba. 48
3. Berusaha mendapatkan kasus pecandu/penderita akibat
narkoba dan merencanakan terhadap
pengobatan/penanggulangannya.
4. Memberikan pengertian kepada orang tua murid agar
menerima anaknya yang menderita akibat narkoba.
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

5. Membuat pencatatan dan pelaporan mengenai adanya


pecandu/penderita akibat mengkonsumsi narkoba.

49
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

5.7 Pokok Bahasan Elektif (Survey, Karantina dan


Isolasi Kasus COVID-19)

1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Khusus
a. Mempelajari defenisi survey, karantina dan isolasi.
b. Mempelajari teknik, komponen dan hambatan surveilans.
c. Mempelajari UU Kekarantinaan Kesehatan.
d. Mempelajari ketentuan karantina dan isolasi mandiri di
rumah.
e. Mempelajari perilaku dan peran serta masyarakat dalam
pencegahan Covid-19.
f. Mempelajari sumber informasi pengetahuan masyarakat
pada pandemi Covid-19.

2. Sasaran Pembelajaran
Setelah menyelesaikan sub modul ini peserta didik
diharapkan mampu:
a. Memahami defenisi survey, karantina dan isolasi.
b. Mampu dan memahami teknik surveilans, komponen
surveilans dan hambatan surveilans.
c. Memahami Undang-Undang No. 6 Tahun 2018
Kekarantinaan Kesehatan.
d. Memahami ketentuan karantina dan isolasi mandiri di
rumah.
e. Mengetahui perilaku dan peran serta masyarakat dalam p
encegahan COVID-19 dengan keterbatasan social 50 distan
cing.
f. Mengetahui sumber infomasi pengetahuan masyarakat
pada pandemik COVID-19.
3. Keterampilan
Setelah menyelesaikan sub modul ini peserta didik
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

diharapkan mampu:
a. Menjelaskan dan melakukan teknik surveilans.
b. Menjelaskan memahami Undang-Undang No. 6 Tahun
2018 Kekarantinaan Kesehatan pada masyarakat umum.
c. Menjelaskan ketentuan karantina dan isolasi mandiri di
rumah pada masyarakat umum.
d. Mampu menjelaskan dan melakukan promosi perilaku da
n peran serta masyarakat dalam pencegahan COVID-19 d
engan keterbatasan social distancing.
e. Mampu menjelaskan kepada masyarakat mengenai
sumber infomasi pengetahuan masyarakat pada
pandemik COVID-19.

4. Sikap dan Perilaku


Setelah menyelesaikan sub mcdul ini peserta didik
diharapkan mampu:
a. Bersikap cepat tanggap terhadap perilaku masyarakat
pada pelaksanaan protokoler pencegahan COVID-19.
b. Bersikap bijaksana menghadapi masyarakat untuk dapat
merubah kebiasaan tersebut pada masa new normal.

51
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

Pembahasan

ELEKTIF (SURVEY, KARANTINA Dan ISOLASI


KASUS COVID-19)

I. Pendahuluan
Laporan WHO pada 31 Desember 2019 menemukan kasus
pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan,
Provinsi Hubei, Cina.1 Penyakit ini awalnya dinamakan sebagai
2019 novel coronavirus (2019-nCoV), kemudian WHO
mengumumkan nama baru pada 11 Februari 2020 yaitu
Coronavirus Disease (COVID-19) yang disebabkan oleh virus
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-
2).2 Virus ini dapat ditularkan dari manusia ke manusia dan telah
menyebar secara luas di China dan negara lain, termasuk di
Indonesia pada 2 Maret 2020, COVID-19 pertama dilaporkan
sejumlah dua kasus.3,4
Pada 12 Maret 2020, WHO mengumumkan bahwa
COVID-19 dinyatakan sebagai pandemik.5 Penambahan jumlah
kasus COVID-19 berlangsung cepat hingga data pada 19 April
2020, secara global dilaporkan mencapai 2.241.259 kasus
terkonfirmasi di 213 negara dengan 152.551 kematian.6
Sedangkan di Indonesia menunjukkan kasus yang terkonfirmasi
berjumlah 6.575 dengan 582 kasus kematian. 7 Hingga 23 April
2020 data di dunia dilaporkan mencapai 2.549.632 kasus
terkonfimasi dengan 175.825 kasus kematian dari 213 negara. 8
Data Indonesia 7.775 kasus positif dengan 647 kasus kematian,
diantaranya kasus positif terbanyak yaitu DKI Jakarta 52 3.517
kasus, Jawa Barat 784 kasus, Jawa Timur 664 kasus, Jawa
Tengah 528 kasus, dan Sulawesi Selatan 397 kasus.7
Tingginya kejadian COVID-19, masing-masing negara
perlu menerapkan berbagai langkah pengendalian dan
pengawasan masyarakat terhadap kasus COVID-19 sesuai
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

dengan kondisi negara, dimana sangat penting dilakukan


surveilans dan respon secara cepat dan relevan dalam
pengendalian dan pengawasan COVID-19.9,10 Surveilans
COVID-19 merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
secara terusvmenerus dan sistematis dalam pengumpulan
analisis, interpretasi data, serta penyampaian informasi terbaru
mengenai kejadian COVID-19, baik distrubisi penyakit maupun
faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian dan pengawasan
COVID-19 untuk perencanaan, implementasi, evaluasi, dan
tindakan terhadap praktik kesehatan masyarakat. 11,12 Hal ini
terlihat pada kasus di China, bahwa pentingnya informasi yang b
enar untuk memandu respon kesehatan masyarakat yang efektif
sebagai bentuk kesiapsiagaan dalam menghadapi COVID-19. 13,14
Kesenjangan informasi juga dapat meningkatkan risiko dalam
transmisi COVID-19.10 Surveilans COVID-19 penting untuk
dicatat bahwa tujuan utama dari definisi kasus ini bukan hanya
untuk mengetahui setiap kasus tetapi untuk memaksimalkan
informasi yang benar, terbaru serta sesuai dengan wilayah
geografis yang tujuannya yaitu:9
1. Memberikan informasi epidemiologis untuk melakukan
penilaian risiko di tingkat nasional, regional, dan tingkat
global.
2. Meningkatkan kewaspadaan dengan memandu langkah-
langkah dalam kesiapsiagaan dan respon masyarakat
terkait COVID-19, serta alokasi sumber daya kesehatan.
3. Mengindentifikasi serta mendeteksi secara cepat kasus-
kasus baru yang ada dilingkungan.
4. Memantau kondisi kesehatan.
5. Memutuskan rantai penularan.
6. Mengetahui apa yang harus dilakukan sesuai dengan status
kesehatan yakni orang tanpa gejala (OTG), orang 53 dalam
pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP) dan
positif COVID-19 sehingga tidak terlambat penanganan. 9,10
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

II. Teknik Surveilans COVID-19


Kebijakan terkait COVID-19 berisi rangkaian konsep dan
asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam
pelaksanaan penanganan COVID-19 nasional dan daerah di
Indonesia. Kebijakan ini dikeluarkan oleh pemerintah yang
berlaku secara nasional. Dukungan sistem surveilans sampai saat
ini terus dikembangkan di antaranya teknik surveilans COVID-
19 beberapa masih mengadopsi protokol penyakit Kejadian Luar
Biasa (KLB) yang sudah ada dan tambahan, antaranya:
1. Deteksi Dini dan Respon

Kegiatan deteksi dini dan respon dilakukan di pintu masuk dan


wilayah untuk mengidentifikasi keberadaan pasien dalam
pengawasan, orang dalam pemantauan, kasus probabel
maupun kasus konfimasi COVID-19 dan melakukan
respon adekuat15

54

Gambar 1. Alur Deteksi Dini dan Respon di Pintu Masuk dan


Wilayah.15
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

III. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanganan KLB


KLB adalah jika ditemukan satu kasus konfirmasi COVID-19
maka dinyatakan sebagai KLB. New Zealand, Maret 2020 mengi
mplementasikan protokol WHO First Few X (FFX) sebagai perpa
njangan dari sistem surveilans epidemiologi untuk menginformas
ikan respon pandemi, terutama dengan desain strategi social dist
ancing untuk mengurangi penularan. FFX adalah studi prospektif
dari kasus COVID-19 yang dikonfirmasi maupun yang memiliki
kontak dengan yang terkonfirmasi. Tujuan dari FFX adalah untuk
mengidentifikasi karakteristik klinis, virologis, dan epidemiologi
s dari kasus terbaru.9

Gambar 2. Teknik Surveilans COVID-199

IV. Penerapan Sistem Kesehatan Nasional yang Konsisten


Untuk pengawasan dan pengelolaan dengan mengaktifkan55 d
an meningkatkan pengawasan ISPA berat maupun Influenza-
Like-Illness di puskesmas, rumah sakit maupun di laboratorium u
ntuk memantau perkembangan morbiditas dan mortalitas ganggu
an pernapasan berat yang mengarah ke COVID-19. 9
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

V. Pencatatan dan Pelaporan


Setiap penemuan kasus baik di pintu masuk negara maupu
n wilayah harus melakukan pencatatan sesuai formulir dan meny
ampaikan laporan. Selain formulir untuk kasus, formulir pemanta
uan kontak erat juga harus dilengkapi. Laporan hasil Orang Dala
m Pemantauan (ODP), pemantauan kontak erat, dan orang dalam
karantina dilaporkan setiap hari oleh petugas surveilans dinas kes
ehatan setempat secara berjenjang hingga kepada Dirjen P2P cq.
PHEOC.15

Gambar 3. Alur Pelaporan15


VI. Pelacakan Kontak Erat
Pelacakan kontak erat digunakan untuk mengindentifikasi hub
ungan dekat dengan seseorang yang terkonfimasi COVID-19. Ke
mentrian Kesehatan RI mengadopsi tahapan pelacakan kontak er
56
at dari WHO yang terdiri dari 3 komponen utama yaitu identifika
si kontak (contact identification), pendataan (contact listing), tida
k lanjut kontak erat (contact follow up).
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

Gambar 4. Alur Pelacakan Kontak.15

VII. Penilaian Risiko


Penilaian risiko cepat meliputi analisis bahaya,
paparan/kerentanan dan kapasitas untuk melakukan karakteristik
risiko berdasarkan kemungkinan dan dampak. Hasil dari
penilaian risiko ini diharapakan dapat digunakan untuk
menentukan rekomendasi penanggulangan kasus COVID-19.
Penilaian risiko ini dilakukan secara berkala sesuai dengan
perkembangan penyakit.15

VIII. Pertimbangan Informasi Tambahan


Mempertimbangkan informasi tambahan yang dapat digunaka
n untuk memantau dampak COVID-19 di komunitas dan populas
i, termasuk tindakan yang ada seperti formulir survei kesehatan y
ang sudah ditetapkan.

IX. Strategi Mitigasi untuk Keluarga dan Komunitas


Strategi mitigasi untuk keluarga dan komunitas yang bertujua
57
n memperlambat penularan penyakit khususnya melindungi indiv
idu yang berisiko lebih tinggi untuk penyakit parah, termasuk usi
a lanjut dan orang dari segala usia dengan kondisi kesehatan yang
mendasari, serta tenaga kesehatan dan tenaga kerja infrastruktur
kritis.17,18 Kegiatannya antara lain:
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

a. Menekan tanggung jawab individu untuk menerapkan tind


akan tingkat pribadi yang boleh atau tidak dilakukan.
b. Memberdayakan dunia usaha, sekolah, dan organisasi mas
yarakat untuk menerapkan tindakan yang direkomendasika
n, terutama dengan cara melindungi orang-orang yang beri
siko tinggi terhadap penyakit COVID-19.
c. Berfokus pada pengaturan yang menyediakan infrastruktur
atau layanan penting bagi individu dengan risiko penyakit
parah yang meningkat.
d. Meminimalkan gangguan terhadap kehidupan sehari-hari s
ejauh mungkin.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) juga dilakukan be
rkaitan dengan pelayanan Kesehatan termasuk aturan terbaru dari
pemerintah yaitu PSBB.19

X. Definisi Orang Tanpa Gejala, Orang Dalam Pemantau


an, dan Pasien Dalam Pengawasan
Definisi operasional pada kasus COVID-19 di Indonesia
mengacu pada panduan yang ditetapkan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia yang mengadopsi dari WHO. Orang Tanpa
Gejala (OTG) adalah seseorang yang tidak bergejala dan
memiliki kontak erat dengan orang yang terkonfirmasi positif
COVID-19.15 Kontak erat yang didefinisikan Centers for
Disease Control and Prevention (CDC) ialah seseorang yang
melakukan kontak fisik atau berada dalam ruangan atau
berkunjung (bercakap-cakap dalam radius 1 meter dengan PDP,
probabel atau konfirmasi).20
Kontak erat dikategorikan menjadi dua, yaitu kontak erat
risiko rendah apabila kontak dengan kasus pasien dalam
pengawasan, dan kontak erat risiko tinggi apabila kontak
dengan kasus konfirmasi atau probable. Kontak erat ini termasuk
58
orang yang memiliki riwayat perjalanan dari wilayah atau negara
terjangkit pada 14 hari terakhir tanpa gejala, atau kontak erat
dengan petugas kesehatan yang memeriksa, merawat, mengantar
dan membersihkan ruangan di tempat perawatan khusus, orang
yang merawat atau menunggu pasien di ruangan, orang yang
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

tinggal serumah dengan pasien, tamu yang berada dalam satu


ruangan dengan pasien, orang yang bepergian dalam satu alat
angkut, atau orang yang bekerja bersama dengan pasien. 15,21
Sekitar 9% kasus COVID-19 di Italia adalah tenaga medis. 22 Di
China, lebih dari 3.300 tenaga medis juga terinfeksi, dengan
mortalitas sebesar 0,6%.23
Orang Dalam Pemantauan (OPD) dibagi menjadi dua
kriteria. Kriteria 1, yaitu seseorang yang mengalami gejala
demam (≥380C) atau memiliki riwayat demam, atau dengan
gejala infeksi saluran nafas atas (ISPA) tanpa pneumonia
(pilek/sakit tenggorokan/batuk), dan memiliki riwayat perjalanan
atau tinggal di negara atau wilayah terjangkit dalam 14 hari
terakhir sebelum gejala timbul. Kriteria 2, yaitu seseorang
mengalami gejala ISPA, dan memiliki kontak dengan orang yang
terkonfirmasi positif selama 14 hari terakhir.
Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dikategorikan menjadi
empat kriteria. Kriteria 1, yaitu seseorang yang mengalami gejala
demam (≥380C) atau memiliki riwayat demam, disertai salah satu
gejala/tanda gangguan sistem pernapasan (batuk/sesak nafas/sakit
tenggorokan/pilek), dan memiliki riwayat perjalanan atau tinggal
di negara atau wilayah terjangkit dalam 14 hari terakhir sebelum
gejala timbul. Kriteria 2, yaitu seseorang yang mengalami gejala
demam (≥380C) atau memiliki riwayat demam, dan memiliki
kontak dengan orang yang terkonfirmasi positif selama 14 hari
terakhir. Kriteria 3, yaitu seseorang yang mengalami gejala
demam (≥380C) atau memiliki riwayat demam, disertai salah satu
gejala/tanda gangguan sistem pernapasan (batuk/sesak nafas/sakit
tenggorokan/pilek), dan memiliki kontak dengan orang yang
terkonfirmasi positif selama 14 hari terakhir. Kriteri 4, yaitu
seseorang dengan gejala ISPA berat atau pneumonia berat yang
membutuhkan perawatan rumah sakit, serta memiliki riwayat 59
perjalanan atau tinggal di wilayah atau negara terjangkit dalam
14 hari terakhir sebelum gejala timbul. Kasus Konfirmasi adalah
seseorang yang terinfeksi COVID-19 dengan hasil pemeriksaan
laboratorium positif, apapun temuan klinisnya.15
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

XI. Karateristik, Justifikasi/Bahaya COVID-19


Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-
160 nm. Virus ini utamanya menginfeksi hewan, termasuk di
antaranya adalah kelelawar dan unta. 24 Penyebaran SARS-CoV-2
dari manusia ke manusia menjadi sumber transmisi utama
sehingga penyebaran menjadi lebih agresif. Transmisi SARS-
CoV-2 dari pasien simptomatik terjadi melalui droplet yang
keluar saat batuk atau bersin. 25 Multiple Corresponding Analysis
(MCA) di China menunjukkan bahwa variabel yang
menunjukkan adanya korelasi kuat dengan mengidap COVID-19
adalah dengan melakukan kontak erat dengan pasien COVID-19.
Studi lain dengan analisis regresi logistik menunjukkan bahwa
berkontak dengan Pasien Positif COVID-19 dapat meningkatkan
risiko penularan hingga 38 kali. 26 Selain itu, telah diteliti bahwa
SARS-CoV-2 dapat viabel pada aerosol dihasilkan melalui
nebulizer selama setidaknya 3 jam.27
SARS-CoV-2 telah terbukti menginfeksi saluran cerna
berdasarkan hasil biopsi pada sel epitel gaster, duodenum, dan
rektum. Virus dapat terdeteksi di feses, bahkan ada 23% pasien
yang dilaporkan virusnya tetap terdeteksi dalam feses walaupun
sudah tidak terdeteksi pada sampel saluran napas. Kedua fakta ini
menguatkan dugaan kemungkinan transmisi secara fekal-oral. 28
Stabilitas SARS-CoV-2 pada benda mati tidak berbeda jauh
dibandingkan SARS-CoV. Penelitian yang dilakukan van
Doremalen, dkk.27 menunjukkan SARS-CoV-2 lebih stabil pada
bahan plastik dan stainless steel (>72 jam) dibandingkan
tembaga (4 jam) dan kardus (24 jam). Studi lain di Singapura
menemukan pencemaran lingkungan yang ekstensif pada kamar
dan toilet pasien COVID-19 dengan gejala ringan. Virus dapat
dideteksi di gagang pintu, dudukan toilet, tombol lampu, jendela,
60
lemari, hingga kipas ventilasi, namun tidak pada sampel udara. 29
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

Gambar 5. Skema perjalanan penyakit COVID-1924

Implikasi bahaya COVID-19 tidak hanya di bidang kesehatan


akibat peningkatan penularan kasus pada manusia melainkan jug
a berdampak pada sosial-ekonomi, pendidikan, agama, politik, pa
riwisata. Dampak sosial-ekonomi dari pandemik COVID-19 me
miliki konsekuensi yang jauh melampaui penyebaran COVID-19
dan upaya untuk mengkarantina penyakit. Dampak perekonomia
n global mengarah pada krisis ekonomi. Kelumpuhan ekonomi y
ang dimulai dari China dimana merupakan negara dengan ekono
mi terbesar kedua di dunia, dimana aktivitas perdagangan global
akan melambat sebagai akibat dari menurun permintaan dan pena
waran barang dan jasa dari China.30,31
Organisation for Economic Co-operation and Development
(OECD) menyatakan bahwa COVID-19 akan menurunkan 61
pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) global tahun 2020
dari 2,9% menjadi 2,4%. Sebagai negara yang memiliki hubunga
n ekonomi yang sangat besar dengan China, Indonesia juga terke
na dampak baik secara langsung (direct impact) dan tidak langsu
ng (indirect impact) dari wabah virus COVID-19 tersebut. Terda
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

pat dua sektor ekonomi yang secara langsung terkena dampak dar
i mewabahnya COVID-19 ini, yaitu sektor pariwisata dan sektor i
ndustri penerbangan. Mewabahnya COVID-19 akan mengurangi
jumlah wisatawan luar negeri secara signifikan termasuk China, s
elain itu dampak penyebaran virus COVID-19 terhadap perekono
mian Indonesia bisa melalui kegiatan perdagangan. Nilai impor I
ndonesia dari China selama 2019 mencapai 44,9 miliar dollar AS
atau 26,3 persen dari total impor Indonesia.31
United Nations Educational, Scientific and Cultural Organiza
tion (UNESCO) menyatakan bahwa, wabah COVID-19 telah ber
dampak terhadap sektor pendidikan. Hampir 300 juta siswa terga
nggu kegiatan sekolahnya di seluruh dunia dan berdampak pada
hak-hak pendidikan mereka di masa depan. Himbauan untuk kegi
atan belajar mengajar semua jenjang dilakukan dirumah peserta d
idik masing-masing dan para guru maupun pengajar dapat melak
ukan proses belajar mengajar melalui media daring (online). Hal i
ni tidak menjadi masalah baru di berbagai negara, akan tetapi ber
pengaruh besar terhadap keefektifan proses belajar mengajar di I
ndonesia, disebabkan oleh penguasaan teknologi yang masuh ren
dah, keterbatasan saran dan prasarana, jaringan internet serta biay
a.32
Implikasi di bidang Agama yaitu Fatwa tentang Penyelenggar
an Ibadah Dalam Situasi Terjadi Wabah COVID-19 bahwa setiap
orang wajib melakukan ikhtiar menjaga kesehatan dan menjauhi
setiap hal yang dapat menyebabkan terpapar penyakit, karena hal
itu merupakan bagian dari menjaga tujuan pokok beragama. 33
Upaya memerangi penyebaran COVID-19 dengan beribdah
dirumah bertentangan dengan sikap kontraproduktif yang
ditunjukkan oleh beberapa komunitas agama. Pemerintah telah
meminta masyarakat untuk tetap tinggal dan menghindari
keramaian (social distancing), beberapa kelompok agama62 masih
mengadakan pertemuan yang melibatkan banyak orang, sehingga
mempengaruhi pengendalian wabah COVID-19.
Bidang politk COVID-19 menjadi bencana politik yang
tercipta secara alamiah untuk menguji tingkat kepercayaan publik
terhadap pemangku kekuasaan. Efektivitas pemerintah dalam
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

merespon ancaman pandemik ini akan menunjukan simpati


publik pada kekuasaan terus terpelihara. Hal tersebut bisa
dilakukan dengan meningkatkan kinerja pemerintah, pusat
maupun daerah, dalam penanganan dan pencegahan penularan
penyakit agar tidak meluas, dalam konteks geografis maupun
dampak multidimensi (ekonomi, politik, sosial).34

XII. Komponen Surveilans COVID-19


Dalam upaya deteksi dini dan respon surveilans COVID-
19 dilakukan surveilans. Berikut disajikan beberapa formulir
yang berkaitan dengan surveilans COVID-19.

Gambar 5. Formulir Notifikasi Perjalanan dari Negara Terjangkit. 15


63
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

Gambar 6. Formulir Notifikasi Kasus di Wilayah.15

64
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

Gambar 7. Formulir Penyelidikan Epidemiologi COVID-19.15

65
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

Gambar 8. Formulir Pemantauan Orang Dalam Pemantauan,


Kontak erat dan Orang dalam Karantina.15

66
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

Gambar 9. Formulir Pemantauan Petugas Kesehatan15

67
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

Gambar 10. Fomulir Pasien Dalam Pengawasan COVID-19.15

XIII. Keterbatasan Surveilans COVID-19


1. Masih belum transparannya data penyebaran COVID-19
membuat masyarakat tidak waspada terhadap infeksi
68
tersebut, sehingga terjadi peningkatan kasus setiap harinya
akibat meluasnya penyebaran COVID-19.
2. Kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat akan
bahaya COVID-19 dengan pola pikir pasrah kepada
pencipta tanpa ada usaha “Bahwa jika tuhan berkehendak
umatnya untuk mati, semuanya pasti akan mati”.
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

3. Masih banyaknya ODP, PDP yang tidak mematuhi aturan


serta tidak jujur terhadap pelayanan kesehatannya
mengenai perjalanan penyakit COVID-19, sehingga
terlambat penatalaksanaan dan penyebaran COVID-19
terus meluas.
4. Belum maksimalnya pemanfaatan sistem tracing tracking
online seperti Aplikasi TraceTogether, Halodoc, dan yang
lain. Hal ini dikarenakan penguasaan teknologi yang masih
rendah, serta belum mengetahui adanya hal tersebut.
5. Masyarakat belum memanfaatkan bahkan belum
mengetahui sumber informasi protokol kesehatan
mengenai COVID-19 sebagai rujukan dalam kesiapsiagaan
COVID-19.

XIV. Intervensi Pemecahan Masalah pada Surveilans


COVID-19
1. Melaksanakan Instruksi Gubernur Nomor 16 Tahun 2020
tentang Peningkatan Kewaspadaan terhadap Risiko
COVID-19.35
2. Komitmen tegas mengutamakan keselamatan warga
sebagai prioritas pertama.
3. Transparansi data dan informasi, dengan tetap menjaga
kerahasiaan data pribadi pasien.
4. Memastikan seluruh fasilitas umum memiliki tempat cuci
tangan dengan sabun, dibersihkan secara rutin dan intensif
dengan disinfektan, serta memakai masker jika ada hal
mendesak untuk keluar rumah.
5. Melakukan tes secara besar-besaran dan dengan cepat,
dimana WHO telah merekomendasikan pemeriksaan
Rapid Diagnostic Test (RDT).36,37 69
6. Seluruh informasi disampaikan secara cepat dan
transparansi, agar publik dapat ikut melakukan mitigasi
risiko.
7. Pembatasan perkumpulan massa dan kontak sosial
dilakukan sejak awal.19
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

8. Pemantauan orang yang diduga tertular COVID-19


dilakukan dengan ketat, dan melakukan karantina rumah
secara masif.
9. Pembatalan perizinan acara besar serta acara tanpa
perizinan yang dilakukan oleh warga.
10. Panduan dan dukungan lengkap bagi berbagai segmen
publik tentang apa yang harus dan tidak boleh dilakukan
selama masa kewaspadaan COVID-19.15
11. Kolaborasi pemerintah dengan berbagai pihak untuk
penanganan penyebaran COVID-19.
12. Memaksimalkan tracing tracking contact (pelacakan
kontak) dan pengawasan di pintu masuk provinsi.
13. Mewajibkan individu yang memiliki riwayat kontak
dengan penderita atau pulang bepergian dari daerah
terjangkit dan memilki gejala COVID-19 segera melapor
ke petugas kesehatan setempat.
14. Pemberlakuan pembatasan sistem berskala besar terutama
wilayah zona merah di Indonesia.19

XV. Undang-Undang No. 6 Tahun 2018 Kekarantinaan


Kesehatan

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau


lebih dari 17.000 yang terdiri dari pulau besar dan kecil, serta
memiliki posisi yang sangat strategis, diapit oleh dua benua dan
dua samudera, serta berada pada jalur lalu lintas dan perdagangan
internasional. Kondisi tersebut menyebabkan banyaknya Pintu
Masuk ke wilayah Indonesia yang menjadi akses keluar
masuknya faktor risiko penyebaran penyakit salah satunya
penyebaran COVID-19. Selain itu, perkembangan teknologi
transportasi juga menyebabkan meningkatnya kecepatan 70 waktu
tempuh perjalanan antarwilayah dan antarnegara yang lebih cepat
dari masa inkubasi penyakit memperbesar risiko masuk dan
keluarnya COVID-19 yang merupakan penyakit menular baru
(new emerging diseases) akhir tahun 2019.19 Hal ini terdapat
dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang
Kekarantinaan Kesehatan. Undang-undang ini terdiri dari XVI
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

BAB dan 98 Pasal. Pasal 1 ayat 1 menjelaskan Kekarantinaan


Kesehatan adalah upaya mencegah dan menangkal keluar atau
masuknya penyakit dan/atau faktor risiko kesehatan masyarakat
yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat.
Penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan terdapat pada pasal 3
bertujuan untuk:
a. Melindungi masyarakat dari penyakit dan/atau faktor risik
o kesehatan masyarakat yang berpotensi menimbulkan ked
aruratan kesehatan masyarakat.
b. Mencegah dan menangkal penyakit dan/atau faktor risiko k
esehatan masyarakat yang berpotensi menimbulkan kedaru
ratan kesehatan masyarakat.
c. Meningkatkan ketahanan nasional di bidang kesehatan mas
yarakat
d. Memberikan pelindungan dan kepastian hukum bagi masy
arakat dan petugas kesehatan.19
Meningkatnya kasus COVID-19 pemerintah telah
menyerukan himbauan social distancing, bahkan physical
distancing dalam upaya pencegah penyebaran COVID-19.
Banyak pihak belum efektif dalam membatasi mobililtas
masyarakat dan menurunkan penyebaran COVID-19 yaitu
dengan menerapkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018
tentang Kekarantinaan Kesehatan, khususnya Pasal 53-55 yaitu
Karantina Wilayah. Langkah ini sangat penting dilakukan karena
penyebaran virus ini sudah meluas ke wilayah
Nusantara. Karantina wilayah yang diterapkan harus disertai
dengan aturan yang represif, artinya bersifat memaksa
masyarakat agar taat. 19
Penting diketahui istilah dalam upaya pencegahan penyebaran
COVID-19 yaitu karantina, isolasi, social distancing, dan
physical distancing. Karantina adalah pembatasan kegiatan
71 atau
pemisahan orang yang tidak sakit, tetapi mungkin terpapar agen
infeksi atau penyakit menular, dengan tujuan memantau gejala
dan mendeteksi kasus sejak dini. Karantina berbeda dari isolasi,
yang merupakan pemisahan orang sudah sakit atau terinfeksi dari
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

orang lain, sehingga mencegah penyebaran infeksi atau


kontaminasi.38
Kewaspadaan isolasi adalah tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang disusun oleh Center for Desease
Control (CDC) dan harus diterapkan di rumah sakit atau
pelayanan kesehtan lainnya. Kewaspadaan isolasi memiliki 2
pilar atau tingkatan, yaitu Kewaspadaan Standar
(Standar/Universal Precautions) dan kewaspadaan berdasarkan
cara penularan (Transmission based Precautions). Social
distancing atau menjaga jarak adalah serangkaian tindakan
pengendalian infeksi non-farmasi yang bertujuan untuk
menghentikan atau memperlambat penyebaran COVID-19.
Physical distancing adalah istilah pengganti untuk social
distancing, yang memiliki tujuan yang sama.

XVI. Ketentuan Karantina COVID-19


Berdasarkan UU no 6 tahun 2018 Kekarantinaan kesehatan di
pintu masuk dan di wilayah dilakukan melalui kegiatan pengamat
an penyakit dan faktor risiko kesehatan masyarakat terhadap alat
angkut, orang, barang, dan/atau lingkungan, serta respons
terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat dalam bentuk
tindakan kekarantinaan kesehatan.19
1. Tindakan kekarantinaan kesehatan dilakukan oleh badan
usaha dan instansi yang ditetapkan oleh Menteri, yaitu:
a) Karantina, isolasi, pemberian vaksinasi atau profilaks
is, rujukan, disinfeksi, dan/atau dekontaminasi terhad
ap orang sesuai indikasi.
b) Pembatasan Sosial Berskala Besar.
c) Disinfeksi, dekontaminasi, disinseksi, dan/atau derati
sasi terhadap alat angkut dan barang; dan/atau
d) Penyehatan, pengamanan, dan pengendalian terhadap
72
media lingkungan.
e) Tindakan kekarantinaan kesehatan terhadap alat
angkut, orang, barang, dan/atau lingkungan
ditetapkan dan dilaksanakan oleh pejabat karantina
kesehatan.
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

f) Kekarantinaan kesehatan di pintu masuk di


selenggarakan di pelabuhan, bandar udara, dan pos
lintas batas darat negara.
g) Kekarantinaan kesehatan di wilayah diselenggrakan
di tempat atau lokasi yang diduga terjangkir atau
terpapar faktor risiko, penentuan lokasi didasarkan
pada hasil penyelidikan epidemiologi dan/atau
pengujian laboratorium, yaitu rumah, area dan rumah
sakit.
Penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan di wilayah dengan
melakukan tindakan mitigasi faktor risiko di wilayah pada situasi
kedaruratan kesehatan masyarakat dilakukan karantina rumah, ka
rantina wilayah, karantina rumah sakit, atau pembatasan sosial be
rskala besar oleh pejabat karantina kesehatan. Didasarkan pada p
ertimbangan epidemiologi, besarnya ancaman, efektifitas, dukun
gan sumber daya, teknis operasional, pertimbangan ekonomi, sosi
al, budaya, dan keamanan. Karantina wilayah dan pembatasan so
sial berskala besar ditetapkan oleh menteri. 19
1. Karantina Wilayah
a) Karantina wilayah merupakan bagian respon dari ked
aruratan kesehatan masyarakat. Dilaksanakan oleh se
luruh anggota masyarakat di suatu wilayah. Apabila
dari hasil konfirmasi laboratorium sudah terjadi peny
ebaran penyakit antar anggota masyarakat di wilayah
tersebut.
b) Pejabat karantina kesehatan wajib memberikan penje
lasan kepada masyarakat di wilayah setempat sebelu
m melaksanakan karantina wilayah.
c) Wilayah yang dikarantina diberi garis karantina dan
dijaga terus menerus oleh pejabat karantina kesehata
n dan kepolisian negara republik indonesia yang
73 bera
da di luar wilayah karantina.
d) Anggota masyarakat yang dikarantina tidak boleh kel
uar masuk wilayah karantina.
e) Selama masa karantina wilayah ternyata salah satu at
au beberapa anggota di wilayah tersebut ada yang me
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

nderita penyakit maka dilakukan tindakan isolasi dan


segera dirujuk ke rumah sakit.
f) Selama dalam karantina wilayah, kebutuhan hidup da
sar orang dan makanan hewan ternak yang berada di
wilayah karantina menjadi tanggung jawab pemerint
ah pusat dengan melibatkan pemerintah daerah dan p
ihak yang terkait.
2. Karantina rumah sakit
a) Kegiatan karantina rumah sakit merupakan bagian re
spon dari kedaruratan kesehatan masyarakat dilaksa
nakan oleh seluruh orang yang berkunjung, orang ya
ng bertugas, pasien dan barang, serta apapun di suat
u rumah sakit bila dibuktikan berdasarkan hasil konf
irmasi laboratorium telah terjadi penularan penyakit
yang ada di ruang isolasi keluar ruang isolasi.
b) Pejabat karantina kesehatan wajib memberikan penj
elasan kepada orang yang berkunjung, orang yang b
ertugas di rumah sakit, dan pasien sebelum melaksa
nakan karantina rumah sakit.
c) Rumah sakit yang dikarantina diberi garis karantina
dan dijaga terus menerus oleh pejabat karantina kese
hatan, dan kepolisian Negara Republik Indonesia ya
ng berada di luar wilayah karantina.
d) Seluruh orang, barang, dan/atau hewan yang berada
di rumah sakit yang dikarantina dan tidak boleh kelu
ar-masuk rumah sakit.
e) Selama dalam tindakan karantina rumah sakit,
kebutuhan hidup dasar seluruh orang yang berada di
rumah sakit menjadi tanggung jawab pemerintah
pusat dan/atau pemerintah daerah.
3. Pembatasan sosial berskala besar 74
a) Pembatasan sosial berskala besar merupakan bagian
dari respons kedaruratan kesehatan masyarakat bertu
juan mencegah meluasnya penyebaran penyakit ked
aruratan kesehatan masyarakat yang sedang terjadi a
ntar orang di suatu wilayah tertentu.
b) Pembatasan sosial berskala besar meliputi:
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

1) Peliburan sekolah dan tempat kerja.


2) Pembatasan kegiatan keagamaan dan/atau
3) Pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas um
um.
c) Penyelenggaraan pembatasan sosial berskala besar b
erkoordinasi dan bekerja sama dengan berbagai piha
k terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perunda
ngan-undangan.19
Berdasarkan WHO, sebelum dilakukan karantina pemerintah
harus memastikan adanya:39
1. Tempat karantina dan persediaan yang memadai selama
periode karantina
a) Penempatan orang yang dikarantina di ruangan yang
luas dan berventilasi cukup, dan ada kamar mandi.
Jika tidak ada ruangan kosong, maka tempat tidur
harus dipisahkan dengan jarak setidaknya 1 meter.
b) Pengendalian infeksi lingkungan yang sesuai, seperti
ventilasi udara, sistem filtrasi dan protokol
pengelolaan limbah yang memadai.
c) Penjagaan jarak sosial (social distancing) lebih dari
1 meter antara orang-orang yang dikarantina.
d) Akomodasi dengan kenyamanan yang sesuai, seperti
persediaan makanan, air dan kebersihan, keamanan
barang, penanganan medis yang sesuai untuk
kondisi kesehatan yang sudah ada, komunikasi
penjelasan dalam bahasa yang dapat dimengerti
tentang hak-hak orang yang dikarantina, persediaan
yang akan diberikan, lama masa karantina, hal-hal
yang akan dilakukan jika sakit, informasi kontak
untuk dukungan atau konsular setempat.
e) Bantuan komunikasi dengan anggota keluarga 75 di
luar fasilitas karantina.
f) Akses internet, berita dan hiburan, jika
memungkinkan.
g) Dukungan psikososial dan pertimbangan khusus
untuk usia lanjut dan kondisi penyakit lain,
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

dikarenakan peningkatan risiko penyakit COVID-19


yang berat.40,41
Tempat-tempat yang dapat menjadi tempat karantina antara
lain hotel, asrama, fasilitas bersama, atau rumah kontak.. 40,42
Langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi
Identifikasi dan pengendalian dini
a) Setiap orang yang dikarantina menunjukkan demam
atau gejala gangguan pernapasan selama periode
karantina, harus dirawat dan diberi tatalaksana
sebagai kasus postif. Menerapkan langkah-langkah
kewaspadaan bagi semua orang yang dikarantina
serta petugas karantina.
b) Membersihkan tangan dengan menggunakan cairan
antiseptik berbahan dasar alkohol atau dengan
mencuci tangan denagn sabun dan air mengalir.
c) Menutup hidung dan mulut dengan lengan yang
terlipat atau tisu saat batuk atau bersin, segera
membuang tisu tersebut setelah dipakai, dan
membersihkan tangan
d) Menghindari menyentuh mulut, hidung, dan mata.43
e) Masker medis diperlukan untuk orang yang
menunjukkan gejala. Mengikuti instruksi cara
memakai, melepaskan, dan membuang masker
medis. Penggunaan masker nonmedis, yaitu masker
yang terbuat dari bahan lain (misal, kain katun) bagi
yang sehat dengan dipertimbangkan: jumlah lapisan
kain/tisu, kemudahan bernapas yang diberikan bagi
pengguna dari bahan masker, sifat kedap
air/hidrofobik, bentuk masker, dan kesesuaian
ukuran masker.44
Pengendalian administrative 76
a) Menentukan infrastruktur atau desain fasilitas dan
kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
yang berkelanjutan.
b) Mengedukasi orang yang dikarantina dan petugas
karantina tentang PPI. Orang yang dikarantina harus
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

diberi informasi yang sama tentang langkah


kewaspadaan saat mereka tiba. Petugas dan orang
yang dikarantina harus memahami pentingnya
mencari pertolongan medis jika mulai menunjukkan
gejala.
c) Mengembangkan kebijakan-kebijakan identifikasi
awal dan rujukan kasus COVID-19 suspek.43
Pengendalian lingkungan
Prosedur pembersihan dan disinfeksi lingkungan harus
diikuti secara konsisten dan benar:
a) Membersihkan dan mendisinfeksi permukaan-
permukaan yang disentuh seperti meja samping
tempat tidur, ranjang, dan perabotan kamar lainnya
setiap harinya dengan disinfektan rumah biasa berisi
larutan pemutih (1 bagian pemutih per 99 bagian air).
70% etanol dapat digunakan untuk permukaan yang
tidak dapat terkena pemutih.
b) Bersihkan dan disinfeksi kamar mandi dan toilet
setidaknya satu kali setiap hari dengan disinfektan
rumah biasa berisi larutan pemutih (1 bagian pemutih
per 99 bagian air).
c) Bersihkan pakaian, sprei dan selimut, handuk mandi
dan tangan, menggunakan sabun cuci pakaian biasa
dan air atau cuci dengan mesin pada suhu 60-90°C
menggunakan deterjen pencuci biasa dan keringkan
secara menyeluruh.
d) Mengikuti 8 langkah tentang penggunaan masker di
masyarakat, selama perawatan di rumah dan dalam
pengaturan kesehatan wabah COVID-19,
memastikan bahwa limbah dibuang di tempat
sanitary landfill, bukan di area terbuka yang77tidak
diawasi.
e) Petugas pembersihan harus mengenakan sarung
tangan sekali pakai saat membersihkan atau
menangani permukaan, pakaian atau linen yang
terkena cairan tubuh, dan harus membersihkan
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

tangan sebelum dan sesudah melepas sarung


tangan.41,43
Persyaratan wajib untuk pemantauan kesehatan selama
periode karantina. Tindak lanjut dilakukan di dalam fasilitas
karantina selama karantina, termasuk skrining suhu tubuh dan
gejala setiap hari. Surveilans tambahan pada kondisi kronis atau
perawatan medis khusus perlu dilakukan pada kelompok yang
berisiko tinggi terkena infeksi dan penyakit yang berat. Sumber
daya, personil dan periode istirahat staf di fasilitas karantina
perlu dipertimbangkan. Hal ini penting dalam konteks wabah
yang sedang terjadi, di mana sumber daya kesehatan masyarakat
dapat diprioritaskan lebih baik bagi fasilitas pelayanan kesehatan
dan deteksi kasus. Akhir periode karantina dilakukan pengujian
laboratorium.43

XVII. Ketentuan Isolasi Mandiri Di Rumah


Ketentuan isolasi mandiri di rumah untuk cegah COVID-19 b
erdasarkan Surat Edaran Kemenkes SE
HK.02.01/MENKES/202/2020 tentang Protokol Isolasi Diri
Sendiri dalam Penanganan COVID-19.45
1. Jika sakit, tetap di rumah:
a. Jangan pergi bekerja, ke sekolah, atau ke ruang publik u
ntuk menghindari penularan COVID-19 ke orang lain d
i masyarakat.
b. Harus mengisolasi diri dan memantau diri sendiri untuk
menghindari kemungkinan penularan kepada orang-ora
ng di sekitar keluarga.
c. Melaporkan kepada fasilitas pelayanan kesehatan terde
kat tentang kondisi kesehatannya, riwayat kontak denga
n pasien COVID-19 atau riwayat perjalanan dari negara
/area transmisi lokal, untuk dilakukan pemeriksaan
78 sam
pel oleh petugas kesehatan.
2. Isolasi diri sendiri:
a. Ketika seseorang yang sakit (demam atau batuk/pilek/n
yeri tenggorokan/gejala penyakit pernafasan lainnya), n
amun tidak memiliki risiko penyakit penyerta lainnya
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

(diabetes, penyakit jantung, kanker, penyakit paru kroni


k, AIDS, penyakit autoimun, dll), maka secara sukarela
atau berdasarkan rekomendasi petugas kesehatan, tingg
al di rumah dan tidak pergi bekerja, sekolah, atau ke te
mpat-tempat umum.
b. ODP yang memiliki gejala demam/gejala pernafasan de
ngan riwayat dari negara/area transmisi lokal, dan/atau
orang yang tidak menunjukkan gejala tetapi pernah me
miliki kontak erat dengan pasien positif COVID-19.
c. Lama waktu isolasi diri selama 14 hari hingga diketahui
nya hasil pemeriksaan sampel di laboratorium.
3. Yang dilakukan saat isolasi diri:
a. Tinggal di rumah, dan jangan pergi bekerja atau ke ruan
g publik.
b. Gunakan kamar terpisah di rumah dari anggota keluarg
a lainnya. Jika memungkinkan, upayakan menjaga jarak
setidaknya 1 meter dari anggota keluarga lain.
c. Gunakan selalu masker selama masa isolasi diri.
d. Lakukan pengukuran suhu harian dan observasi gejala k
linis seperti batuk atau kesulitan bernapas.
e. Hindari pemakaian bersama peralatan makan (piring, se
ndok, garpu, gelas), dan perlengkapan mandi (handuk, s
ikat gigi, gayung) dan linen/seprai.
f. Terapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) den
gan mengonsumsi makanan bergizi, melakukan kebersi
han tangan rutin, mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir serta keringkan, lakukan etika batuk/bersin.
g. Berada di ruang terbuka dan berjemur di bawah sinar m
atahari setiap pagi.
h. Jaga kebersihan rumah dengan cairan desinfektan. Selal
u berada di ruang terbuka dan berjemur di bawah 79sinar
matahari setiap pagi (±15-20 menit).
i. Hubungi segera fasilitas pelayanan kesehatan jika sakit
memburuk seperti sesak nafas untuk dirawat lebih lanju
t.
4. Orang Dalam Pemantauan (ODP) yang dilakukan saat pem
antauan diri sendiri:
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

a. Lakukan observasi/pemantauan diri sendiri di rumah.


b. Lakukan pengukuran suhu harian dan observasi gejala k
linis seperti batuk atau kesulitan bernapas.
c. Jika ada muncul gejala, laporkan ke petugas di fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat.
d. Jika hasil pemeriksaan sampel dinyatakan positif, maka
melakukan isolasi diri sendiri. Apabila memiliki penya
kit bawaan berdasarkan rekomendasi petugas kesehatan
maka dilakukan perawatan di rumah sakit.
5. Tindakan pencegahan:
a. Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau hand san
itizer.
b. Tutup mulut dan hidung saat batuk dan bersin, dengan t
isu atau lengan atas bagian dalam yang tertekuk. Segera
buang tisu ke tempat sampah yang tertutup dan bersihk
an tangan dengan sabun dan air atau hand sanitizer.
c. Jaga jarak sosial setidaknya jarak 1 meter dengan orang
lain, terutama dengan mereka yang batuk, bersin, dan d
emam.
d. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut sebelum m
encuci tangan.
e. Jika mengalami demam, batuk, dan sulit bernapas, sege
ra cari perawatan medis.
f. Saat perlu memakai masker dan cara menggunakannya:
g. Masker digunakan oleh:
1) Orang dengan gejala gangguan pernapasan, misal ba
tuk, bersin atau kesulitan bernafas. Termasuk ketika
mencari pertolongan medis.
2) Orang yang memberikan perawatan kepada individu
dengan gejala gangguan pernapasan.
3) Petugas kesehatan, ketika memasuki ruangan80 denga
n pasien atau merawat seseorang dengan gejala gang
guan pernapasan
h. Masker medis tidak diperlukan untuk anggota masyarak
at umum yang tidak memiliki gejala penyakit pernapasa
n. Jika masker digunakan, praktik terbaik harus diikuti t
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

entang cara memakai, melepas, dan membuangnya sert


a tindakan kebersihan tangan setelah pengangkatan.
i. Cara penggunaan masker:
1) Pastikan masker menutup mulut, hidung dan dagu d
an bagian yang berwarna berada di sebelah depan.
2) Tekan bagian atas masker supaya mengikuti bentuk
hidung dan tarik ke belakang di bagian bawah dagu.
3) Lepaskan nmasker yang telah digunakan dengan han
ya memegang tali dan langsung buang ke tempat sa
mpah tertutup. Cuci tangan pakai sabun dan air atau
hand sanitizer setelah membuang masker yang telah
digunakan.
4) Hindari menyentuh masker saat menggunakannya.
5) Jangan gunakan kembali masker sekali pakai. Ganti
secara rutin apabila kotor atau basah.45

XVIII. Perilaku dan Peran serta Masyarakat dalam Pencega


han COVID-19 dengan Keterbatasan Social Distancin
g
1. Menerapakan himbauan Work From Home yaitu
koordinasi untuk segera menerapkan bekerja dari rumah. 46
2. Meminta setiap Aparat Pemerintah dari tingkat terendah
untuk melakukan kontrol dan edukasi masyarakat dalam
penerapan social distancing, seperti tidak bepergian dari
rumah jika tidak ada hal yang mendesak, memakai masker,
sering cuci tangan, jangan menyentuh wajah dan
melakukan pengecekan suhu tubuh secara massif  di
tempat-tempat umum.
3. Memberi informasi titik-titik penyebaran secara berkala
dan memperketat warga untuk tidak mendatangi titik
tersebut. 81
4. Mencermati kemungkinan drive-thru-clinics bekerja sama
dengan rumah sakit swasta ataupun universitas yang
memiliki rumah sakit, agar dapat menampung secara gratis
layanan kesehatan dan penanganan wabah virus corona,
termasuk mempersiapkan tenaga medis yang memadai
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

serta memprirotaskan anggaran untuk keseluruhan


penanganan wabah virus corona ini.
5. Mengikuti aturan-aturan yang dibuat pemerintah, baik itu
menurut undang-undang, larangan, himbauan, maupun
protokol-protokol yang berkaitan dengan COVID-19.38
6. Gerakan serentak oleh semua lini dilakukan untuk
melakukan sosialisasi mulai dari tokoh-tokoh agama,
pendidikan, influencer, artis-artis, pejabat pemerintah serta
semua yang memiliki pengaruh besar di masyarakat.
7. Membangun jiwa saling tolong-menolong sesama manusia
bagi mereka yang memiliki kondisi perekonomian
menengah ke atas bisa memberikan bantuan untuk
kalangan menengah ke bawah sehingga kebijakan social
distancing dan WFH bisa berjalan dengan baik dan
maksimal.47
8. Menumbuhkan jiwa solidaritas berbagai lini, yaitu dengan
tim medis berupaya untuk mengobati, pemerintah berusaha
melakukan pencegahan dengan berbagai kebijakan dan
tindakan, serta masyarakat yang proaktif mendukung
kebijakan.

XIX. Sumber Infomasi Pengetahuan Masyarakat pada


Pandemik COVID-19
1. Situs resmi WHO (https://www.who.int/) untuk
mengetahui negara terjangkit dan wilayah yang sedang
terjadi KLB COVID-19.
2. Peta penyebaran COVID-19 yang mendekati realtime oleh
Johns Hopkins University - Center for Systems Science
and Engineering (JHU CSSE), dapat diakses pada link
(https://gisan
ddata.maps.arcgis.com/apps/opsdashboard/index.html
82#/bd
a7594740fd40299423467b48e9ecf6
3. Sumber lain yang terpercaya dari pemerintah/ kementerian
kesehatan dari negara terjangkit dapat diakses di
www.infeksiemerging.kemkes .go.id.
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

4. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus


Disease 2019 dapat diakses di https://www.covid19.go.id/
5. Sumber media cetak atau elektronik nasional untuk
mewaspadai rumor atau berita yang berkembang terkait
dengan COVID-19.15

XX. Simpulan
Surveilans mengenai COVID-19 terus dikembangkan hingga
akhir pandemik. Optimasilsai surveilans penyakit saluran
terutama ILI (Influenza-like-illness) berbasis puskesmas, rumah
sakit, dan laboratorium. Mengindentfikasi kasus dengan active
case finding melalui pelacak kontak (contact tracing) dan
pengawasan di pintu masuk dan di wilayah. Mengindentifikasi
passive case finding dengan mewajibkan individu yang memiliki
riwayat kontak dengan penderita atau pulang bepergian dari
daerah terjangkit dan memiliki gejala COVID-19 segera melapor
ke petugas kesehatan setempat, agar dilakukan penyelidikan dan
pemantauan dengan ketat sehingga dapat mengetahui tindakan
yang harus dilakukan baik karantina maupun isolasi mandiri.
Menjalankan peraturan-peraturan pemerintah serta perundang-
undangan secara tegas dengan memberlakukan aturan represif
bagi yang melanggar diperlukan demi memutus mata rantai
penyebaran COVID-19 di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
1 World Health Organization. Report of the WHO-China Joint
Mission on Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Geneva:
World Health Organization; 2020.
2. World Health Organization. Naming the coronavirus disease
83
(COVID-19) and the virus that causes it [Internet]. Geneva:
World Health Organization; 2020 [cited 2020 April 19].
Available from: https://www.who.int/emergencie s/diseases
/novelcoronavirus- 2019/technical-gui dance/namin g-the-
coronavirus-disease-(covid-2 019)-and-the-v irus-that-causes-
it.
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

3. Rothan HA, Byrareddy SN. The epidemiology and


pathogenesis of coronavirus disease (COVID-19) outbreak. J
Autoimmun. 2020;(2):10 2433.
4. World Health Organization. Coronavirus disease 2019
(COVID-19) Situation Report – 42 [Internet]. WHO; 2020
[updated 2020 March 30; cited 2020 April 19]. Available from:
https://www .who.int/docs /default-source/coronaviruse/situat
ion-reports/202 00302-sitrep-42-covid-19.pdf?sf
vrsn=224c1add_2.
5. World Health Organization. WHO Director-General’s opening
remarks at the media briefing on COVID-19 - 11 March 2020
[Internet]. 2020 [updated 2020 April 19]. Available from:
https://www.who.int/dg/speeches/detail/who-direct or-general-
s-opening-remarks-at-the-mediabriefin g-on-covid-19---11-
march-2020.

6. World Health Organization. Coronavirus disease (COVID-19)


outbreak situation [Internet]. Geneva: World Health Organizati
on; 2020 [cited 2020 April 19]. Available from: https://covid19
.who.int/

7. Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. Data


Sebaran [Internet]. 2020 [cited 2020 April 19]. Available from:
https://www.covid19 .go.id/
8. World Health Organization. Coronavirus disease 2019
(COVID-19) Situation Report – 94 [Internet ]. WHO; 2020
[cited 2020 April 19]. Available from:
https://www.who.int/docs/default-source/c oronavir
use/situation-reports/2020042 3-sitrep-94-covid-19.pdf?
sfvrsn=b8304bf0_4 84

9. Kvalsvig A, Barnard LT, Gray L, Wilson N, Baker PM.


Supporting the COVID-19 pandemic response: Surveillance
and Outbreak Analytics Prepared for the Ministry of Health
[Internet]. 2020 [cited 2020 April 19]. Available from:
https://www.otago.ac
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

.nz/wellington/departments/publichealth/research/heiru/index.h
tml
10. Foddai A, Lindberg A, Lubroth J, Ellis-Iversen J. Surveillance
to improve evidence for community control decisions during
the COVID-19 pandemic – Opening the animal epidemic
toolbo x for Public Health. One Heal. 2020;(3):100–30.
11. Polansky LS, Outin-Blenman S, Moen AC. Improved global
capacity for influenza surveillan ce. Emerg Infect Dis.
2016;22(6):993–1001.
12. Stoecklin SB, Rolland P, Silue Y, Mailles A, Campese C,
Simondon A, et al. First cases of coronavirus disease 2019
(COVID-19) in France: Surveillance, investigations and control
measures, January 2020. Eurosurveillance. 2020;25(6).
13. Kofi Ayittey F, Dzuvor C, Kormla Ayittey M, Bennita Chiwero
N, Habib A. Updates on Wuhan 2019 novel coronavirus
epidemic. J Med Virol. 2020 ;92(4):403–7.
14. Horton R. Offline: 2019-nCoV outbreak—early lessons.
Lancet. 2020;395(10221):322.
15. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Penyakit. Pedoman
Kesiapsiagaan Menghadapi Corona virus Disease (COVID-19)
Maret 2020. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia; 2020.
16. Permenkes Nomor 949/MENKES/SK/VIII/2004 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Ke waspadaan Dini
Kejadian Luar Biasa (KLB).
17. Ng Y, Li Z, Chua YX, Chaw WL, Zhao Z, Er B, et al.
Evaluation of the effectiveness of surveillance and containment
85
measures for the first 100 patients with COVID-19 in
Singapore - January 2-February 29, 2020. Morb Mortal Wkly
Rep. 2020;69(11):307–11.
18. Sahin AR. 2019 Novel Coronavirus (COVID-19) Outbreak: A
Review of the Current Literature. Eu rasian J Med Oncol.
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

2020;4(1):1–7.
19. Undang-Undang RI No 6 Tahun 2018 Kekaranti naan
Kesehatan.
20. Centers for Disease Control and Prevention. Interim US
Guidance for Risk Assessment and Public Health Management
of Persons with Potential Coronavirus Disease 2019 (COVID-
19) Exposures: Geographic Risk and Contacts of Laboratory-
confirmed Cases [Internet]. 2020 [cited 2020 April 20].
Available from: https://www .cdc.gov/coronavirus/2019-
ncov/php/riskassessme nt.%0Ahtml.
21. World Health Organization. Global Surveillance for COVID-
19 disease caused by human infection with novel coronavirus
(COVID-19) [Internet]. Geneva: World Health Organization; 2
020 [cited 2020 April 20]. Available from:
https://www.who.int/publicatio ns-detail/glo bal-surveillance-
for-human-infection-with-novel-coronavirus-(2019-ncov)
22. International Council of Nurses. High proportion of healthcare
workers with COVID-19 in Italy is a stark warning to the
world: protecting nurses and their colleagues must be the
number one priority. 2020.
23. Wang J, Zhou M, Liu F. Exploring the reasons for healthcare
workers becoming infected with novel coronavirus disease
2019 (COVID-19) in China. J Hosp Infect.
2020;2019(2):2019–20.
24. Susilo A, Rumende CM, Pitoyo CW, Santoso WD, Yulianti M,
Sinto R, et al. Coronavirus Disease 201 9 : Tinjauan Literatur
Terkini Corona virus Disease 2019 : Review of Current
Literatur es. J Penyakit Dalam Indones. 2020;7(1):45–67.
86
25. Han Y, Yang H. The transmission and diagnosis of 2019 novel
coronavirus infection disease (COVID-19): A Chinese
perspective. J Med Virol . 2020;(1):0 –2.
26. Ruan Q, Yang K, Wang W, Jiang L, Song J. Clinical predictors
of mortality due to COVID-19 based on an analysis of data of
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

150 patients from Wuhan, China. Intensive Care Med


[Internet]. 2020 [cited 2020 April 20]. Available from:
https://doi.org/10. 1007/s00134-020-05991-x
27. Neeltje DP, Dylan H. Morris MP (Princeton U. Aerosol and
Surface Stability of SARS-CoV-2 as Compared with SARS-
CoV-1. N Engl J Med. 2020; 0–2.
28. Xiao F, Tang M, Zheng X, Liu Y, Li X, Shan H. Evidence for
Gastrointestinal Infection of SARS-CoV-2. Gastroenterology
[Internet]. 2020 [cited 2020 April 23]. Available from:
https://doi.org/10 .1053/j.gastro.2020.02.055
29. Ong SWX, Tan YK, Chia PY, Lee TH, Ng OT, Wong MSY, et
al. Air, Surface Environmental, and Personal Protective
Equipment Contaminati on by Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) from a Symptomat ic
Patient. JAMA - J Am Med Assoc. 2020;3–5.
30. Ramanathan K, Antognini D, Combes A, Paden M, Zakhary B,
Ogino M, et al. The Socio-Economic Implications of the
Coronavirus and COVID-19 Pandemic: A Review. 2020. 19–
21 p.
31. The global economic impacts of COVID-19 [Internet]. Center
For Stategic and International Studies. 2020 [cited 2020 Apr
23]. Available from: https://www.csis.org/analysis/global-econ
omic-impacts-covid-19
32. United Nations. United Nations working to mitigate COVID-19
impact on children [Internet]. 2020 [cited 2020 April 23].
Available from: https ://www.un. org/en/un-coronavirus-
communicatio ns-team/unit ed-nations-working-mitigate-covid-
19-impact-children
87
33. Fatwa majelis ulama indonesia nomor: 14 tahun 2020 tentang
penyelenggaran ibadah dalam situasi terjadi wabah covid-19.
34. Weible CM, Nohrstedt D, Cairney P, Carter DP, Crow DA,
Durnová AP. COVID-19 and the policy sciences: initial
reactions and perspectives. Policy Sci. 2012;13(2):77–83.
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

35. Instruksi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 16 Tahun


2020 peningkatan kewaspadaan terhadap risiko penularan
infeksi corona virus disease (covid-19).
36. World Health Organization. Pertimbangan-pertimbangan untuk
karantina individu dalam konteks penanggulangan penyakit
coronavirus. Geneva: World Health Organization; 2020.

37. Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. Daftar


rekomendasi RDT antibdi covid-19 [Internet]. 2020 [cited 2020
April 23]. Available from:
https://www.covid19.go.id/download/daftar -rekomendasi-rdt-
antibodi-covid-19-update-17-april -2020/
38. Dewi RS. Efektivitas “Social Distance” dalam penanganan
wabah virus corona. OMBUDSMA N [Internet]. 2020 [cited 20
20 April 23]. Available from:
https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--efe ktivitas-social-
distance-dalam-penanganan-wabah -virus-corona
39. World Health Organization. Key considerations: quarantine in
the context of COVID-Social scien ce in humanitarian action
[Internet]. Geneva: Wo rld Health Organization; 2020 [cited 20
20 April 23].Available from: www.socialscienceinaction.o rg.
%0A
40. WHO. Clinical management of severe acute respiratory
infection when COVID-19 is suspected [Internet]. Geneva: Wo
rld Health Organization; 2020 [cited 2020 April 23]. Available
from: https://www.who.int/publications -detail/clinical-
management-of-severe-acute-res piratory-infectio n-when-
novel-coronavirus-(ncov)-infection-is-susp ected
41. World Health Organization. Home care for patients88 with
suspected novel coronavirus ( nCoV ) infection presenting with
mild symptoms and management of contacts [Internet]. Geneva
World Health Organization; 2020 [cited 2020 April 23].
Available from: https://www.who.int/pu blications-detail/home
-care-for-patients-with-su spected-novel-coronavir us-(ncov)-
infection-pres enting-with-mild-symptom s-and-management-
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

of -contacts
42. WHO. World Health Organization. Global Surveillance for
human infection with coronavirus disease (COVID-19)
[Internet]. Geneva: World Health Organization; 2020 [cited 20
20 April 23]. Available from: https://www.who.i
nt/publications-detail/global-surveillance-for-hu man-infection-
with -novel-coronavirus-(2019-nco v)
43. World Health Organization. Advice on the use of masks in the
context of COVID-19 [Internet]. Geneva: World Health Organi
zation; 2020 [cited 2020 April 23]. Available from:
https://apps.who.i
nt/iris/bitstream/handle/10665/331693/WHO-2019-nCov-
IPC_Masks-2020.3-eng.pdf?sequence =1&i sAllowed=y
44. World Health Organization. Anjuran mengenai penggunaan
masker dalam konteks [Internet]. Geneva: World Health Organi
zation; 2020 [cited 2020 April 24]. Available from:
https://www.who.i nt/docs/default-
source/searo/indonesia/covid19/an juran-mengenai-
penggunaan-masker-dalam-kont eks-covid-19.pdf?
sfvrsn=8a209b04_2
45. Surat Edaran Kemenkes SE HK.02.01/MENKES /202/2020
tentang Protokol Isolasi Diri Sendiri dalam Penanganan
COVID-19.
46. Surat Edaran Nomor 20/SE/2020 tentang Perpanja ngan
Himbauan Bekerja Dari Rumah (Work From Home).
47. Daton DB. Work from home, pelayanan publik masa Covid-19
[Internet]. OMBUDSMAN [Internet]. 2020 [cited 2020 April
24]. Available from: https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--
workfrom -home-pelayanan-publik-masa-covid-19. 89
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

6. Metode Pengajaran dan Aktivitas Pembelajaran


Pada bagian ini, mahasiswa akan melakukan kegiatan
pembelajaran berupa:
CRS : Case Report Session
Mahasiswa diberikan topik yang berbeda
masing-masingnya untuk ditampilkan90 dan
didiskusikan dalam 2 (dua) kelompok
Puskesmas dengan dipimpin oleh preseptor.
CSS : Clinical Science Session
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

Berupa Journal Reading (JR) oleh masing-


masing mahasiswa untuk dipresentasikan dalam
2 (dua) kelompok Puskesmas dengan dipimpin
oleh preseptor.
MTE : Meet The Expert
Berupa kuliah pakar / diskusi topik dengan judul
dan narasumber yang ditetapkan oleh Kodik.
Diskusi POA/ proyek PDCA : Kegiatan diskusi dengan
preseptor akademik di kampus dan preseptor
lapangan di Puskesmas untuk membuat suatu
Plan of Action atau melaksanakan proyek PDCA.
Seminar proposal dan ujian POA/PDCA: Kegiatan
presentasi proposal dan hasil POA atau proyek
PDCA yang dilakukan oleh mahasiswa dan diuji
oleh preseptor penguji.

91
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

7. Sumber Daya
7.1 Jadwal Kegiatan
Siklus 5 minggu
Minggu
Jam Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
ke
07.00 - 13.00 HC HC HC CRS1 CRS3 Field
1 HC
14.00 - 16.00 Bagian IKM Bagian IKM Bagian IKM CRS 2 CRS4 HC
07.00 - 13.00 HC HC HC CRS 5 CRS 7 Field
2 HC
14.00 - 16.00 Bagian IKM Bagian IKM Bagian IKM CRS 6 CRS 8 HC
CRS
HC HC HC CRS9 92
07.00 - 13.00 KKP KKP KKP KKP 11 Field
3
Bagian 1 Bag. 1 Bagian 2 CRS 2 CRS
14.00 - 16.00 IKM IKM IKM 10 12 HC
CRS
HC KKP HC KKP HC KKP CRS13 KKP
4 07.00 - 13.00 15 Field
3 3 4 4
14.00 - 16.00 Bagian Bagia Bagian CRS CRS HC
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

IKM n IKM IKM 14 16


5 07.00 - 13.00 HC Ujian Seminar Ujian Seminar Post
Bimbingan Lisan HC
14.00 - 16.00 PDCA 2 PDCA 3 test
PDCA1

Ket. :

CR
17
  Kampus PDCA 1 Bimb.akhir S

  Puskesmas PDCA 2 seminar


  KKP PDCA 3 Seminar
KET: Mahasiswa ke KKP . 93
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

Siklus 9 Minggu

94
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

TOPIK MEET THE EXPERT :

No Hari Topik Nama Preseptor


1 MTE1 Manajemen Pelayanan Puskesmas dr. Ida Rahmah Burhan, MARS

2 MTE2 Dasar-Dasar IKM Dr. dr. Edison, MPH

3 MTE3 Perilaku Masyarakat dr. Firdawati, M.Kes, PhD

4 MTE4 Kepemimpinan dalam Pelayanan Kesehatan Dr. dr. Rima Semiarty, MARS

5 MTE5 Metodologi Penelitian dan Biostatistik Dr. dr. Hafni Bachtiar, MPH
95
6 MTE6 Sistem Kesehatan Nasional dr. Hardisman, MHID , Dr. PH
(Med)
7 MTE7 PDCA Prof. Dr. dr. Rizanda
Machmud, M.Kes
8 MTE8 IPE dr. Husna Yetti, PhD
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

9 MTE9 Dinkes Dinkes


10 MTE10 KKP KKP

7.2 Sarana Pra Sarana : Kampus dan Puskesmas di Kota Padang


Antara lain Puskesmas Pauh, Andalas, Ambacang, Lubuk Begalung, Kuranji, Sebrang Padang, Ulak Karang, dll,
sesuai yang diberikan oleh DKK Padang.

7.3 Staf Pengajar/preceptor

No Nama Jabatan
1. Prof. Dr.dr. Rizanda Machmud, M.Kes, FISCM, FISPH Preseptor 96
2. Dr. dr. Yuniar Lestari, M.Kes, FISCM, FISPH Preseptor
3. Dr. dr. Rima Semiarty, MARS, FISCM, FISPH Preseptor
4. Dr. Firdawati, M.Kes, PhD Preseptor
5. Dr. dr.Rosfita Rasyid, M.Kes Preseptor
6. dr. Hardisman, MHID, Dr.PH (Med) Preseptor
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

7. dr. Ida Rahmah Burhan, MARS Preseptor


8. dr. Husna Yetti, PhD Preseptor
9. Abdiana, SKM, M.Epid Preseptor
10. Dr. dr. Hafni Bachtiar, MPH, FISCM, FISPH Preseptor
11. Dr. dr.Edison, MPH Preseptor
12. Dr. Ricvan Dana Nindrea, SKM, M.Kes, FRSPH Preseptor

8. Evaluasi Pembelajaran
8.1 Rancangan Tugas dan Latihan
a. Pengisian Logbook
b. Pembuatan Case Report, Jurnal Reading, Tugas
c. Penilaian dari Pembimbing lapangan di Puskesmas 97
d. Penilaian POA/PDCA

8.2 Evaluasi Hasil Pembelajaran


Evaluasi akhir
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

Evaluasi akhir merupakan gabungan dari komponen :


a. Ujian tulis
b. Ujian POA/PDCA
c. Ujian lisan
d. Presentasi laporan kasus dan atau jurnal reading
e. Sikap sehari-hari
f. Disiplin terhadap peraturan, kehadiran sehari-hari dan tugas yang diberikan.
g. Penilaian dari Pembimbing lapangan di Puskesmas.
h. Kelengkapan pengisian logbook

Evaluasi akhir dilakukan pada minggu ke 5 (lima) untuk siklus pendek atau minggu ke-9 untuk siklus penuh.
Bobot Penilaian terdiri dari : 98
a. Ujian PDCA: 25%
b. Nilai CRS/JR : 15 %
c. Nilai dari Preseptor Puskesmas : 20 %
d. Ujian lisan/OSCE : 10 %
e. Ujian post-test : 10%
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

f. Nilai perilaku/sikap: 10 %
g. Nilai logbook : 10%

Gradasi nilai : A : 80 – 100


A- : 75 – 79 KETERANGAN
B+ : 70 – 74 - Nilai minimal lulus
B : 65 – 69 adalah B-
B- : 60 – 64 - Nilai C+, C dan C –
C+ : 55 – 59 mengulang selama ½ siklus ( 2 minggu 2
C : 50 – 54 hari atau 4 minggu 3 hari)
D : 45 – 49 - Nilai D dan E mengulang
E : < 45 selama 1 siklus ( 5 minggu atau 9 minggu 99
)
8.3 Evaluasi Program Pendidikan
UMPAN BALIK DOKTER MUDA
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN IKM/KK
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

Tidak Ragu-
No Umpan Balik Setuju
Setuju ragu
A. Evaluasi Umum
1 Penerimaan dokter muda diawal siklus tepat waktu sesuai jadwal
2 Dokter muda keluar dari siklus tepat waktu sesuai jadwal
Sarana dan prasarana untuk kegiatan kepaniteraan klinik sudah
3 mencukupi (ruang kuliah, audio visual, manekin simulasi, internet,
alat-alat, dll)
4 Sekretariat menjalankan tugasnya dengan baik
100
Ketua bagian / Koordinator Pendidikan menjelaskan tugas, hak, dan
5
kewajiban anda diawal siklus
Ketua bagian / Koordinator Pendidikan memberikan umpan balik
6
terhadap kegiatan kepaniteraan klinik diakhir siklus
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

7 Modul dan Logbook tersusun baik dan mudah dipahami


Modul dan Logbook menjelaskan sasaran pembelajaran dan target
8
pencapaian dengan jelas
9 Ruang dokter muda dan fasilitas toilet sudah memadai
Terdapat hubungan yang baik antara dokter muda dengan staf
10
Puskesmas dan staf pengajar
11 Waktu pelaksanaan siklus dirasakan sudah cukup
12 Metode pembelajaran memicu anda untuk berpartisipasi aktif
Secara umum kegiatan dalam siklus ini telah mencukupi untuk 101
13
memenuhi standar kompetensi yang harus dicapai
B. Evaluasi Preseptorship
14 Kegiatan CRS/JR dilakukan sesuai target
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

Kasus dalam kegiatan CRS sesuai dengan standar kompetensi yang


15
diharapkan
Preseptor menjalankan tugasnya dalam membimbing dokter muda
16
dengan baik
CRS dengan preseptor bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman
17
dokter muda dibidang sesuai topik yang dibahas
JR bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman dokter muda
18
dibidang sesuai topik yang dibahas
MTE bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman dokter muda pada
19
bidang yang sesuai topic
102
C. Evaluasi Kegiatan dalam siklus
20 Kegiatan dalam gedung di Puskesmas dapat diikuti dengan baik
21 Kegiatan luar gedung di Puskesmas dapat diikuti dengan baik
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

22 Proyek PDCA dalam terlaksana dengan baik dan sesuai sasaran


23 Kegiatan magang di KKP bermanfaat untuk dokter muda
24 Kegiatan magang di PT Semen bermanfaat untuk dokter muda
Beban kerja anda dalam siklus dapat ditangani dengan baik dan tidak
25
terasa berlebihan
D. Instrumen Evaluasi
Instrumen evaluasi yang digunakan diakhir siklus telah sesuai dengan
26
sasaran pembelajaran
27 Dokter Muda mendapatkan umpan balik setelah evaluasi 103
28 Instrumen evaluasi yang digunakan berkorelasi dengan UKMPPD
E. Umpan Balik Dokter Muda
30. Keunggulan dari siklus ………………………………. :
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

31. Kekurangan dari siklus ……………………………….. :

32. Saran untuk perbaikan modul dimasa datang :


104

33. Tingkat kepuasan anda secara keseluruhan selama pelaksanaan modul ini (lingkari angka yang sesuai)
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

105
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

Lampiran
Cara Penulisan Laporan CRS di
BAGIAN IKM/IKK FK-UNAND PADANG

1. Mahasiswa mempelajari terlebih dahulu Lembar Penilaian


Laporan Kasus dan atau JR; agar diharapkan mengetahui
apa yang akan dinilai dalam kegiatan mereka. (Lihat
:Lembar Penilaian Laporan CRS dan Lembar Penilaian JR).
2. Penulisan makalah sesuai cara Vancouver.
3. Cara penulisan mengikuti sistematikan IMRAD
(Introduction, Methodology, Results, Analysing and
Discussion)

Laporan Kasus / CRS Telaah Artikel JR


a. Pendahuluan a. Latar Belakang
a) Latar belakang
b) Tujuan penulisan
c) Manfaat penulisan
d) Metode pengumpulan data
b. Tinjauan Pustaka b. Metode
c. Analisis Situasi c. Hasil
d. Hasil d. Pembahasan
e. Pembahasan e. Telaah kritis artikel
(Kekurangan dan kelebihan
artikel)
f. Kesimpulan f. Referensi
h. Daftar Pustaka
h. Lampiran

4. Rujukan / Referensi
a. Penulisan sesuai cara
Vancouver 1.
b. Referensi ditulis dengan
angka sesuai urutan tampil dalam makalah. 2,3
c. Angka tersebut ditulis
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

diujung kalimat dengan menggunakan font superscript. 4-7

Contoh cara penulisan kepustakaan Vancouver


Jurnal :
1. Shinefield H, Black S, Ray P, et al. Efficacy,
immunogenicity and safety of heptavalent pneumococcal
conjugate vaccine in low birth weight and preterm
infants. Pediatr Infect Dis J 2002:21:182-6
2. Ramsay ME, Miller E, Ashworth LAE, et al. Adverse
events and antibody response toaccelerated
immunization in term and preterm infants. Arch Dis
Child 1995;48: 230-2.
Buku :
1. Wisniewski HM, Sturman JA. Neurotocity of
alumunium, In: Gielmad J, ed. Alumunium and health; a
critical review. New York: Marcel Decker, 1989; 125-6.
Laporan :
1. British Paediatric Surveillance Unit. 12 th Annual Report
1997-8. London : Royal College of Paediatrics and
Child Health, September 1998.
2. Department of Health. NHS Maternity Statistics,
England : 1995-96 to 1997 –98. Statistical Buletin
2001/14. London : Department of Health , June 2001.
Internet :
1. Tsai TF. Japanese Encephalitis Vaccines. CDC Wonde
Home website
http://www.epo.cdc.gov/wonder/prequid/p0000008.asp.
Accessed 17 March 2003.
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

LEMBAR PENILAIAN PDCA/POA

Seminar : Seminar Proposal/Akhir


Puskesmas :
Hari/Tanggal :
Penguji :
KRITERIA SKOR BOBOT NILAI
Bahan Seminar
Presentasi
Diskusi
Sikap dan Tingkah Laku
TOTAL
Padang, …………………. 2021

Preseptor
FORMULIR PENILAIAN CARE REPORT SESSION/JOURNAL READING
Nama :
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

No BP :
Puskesmas :
Hari/Tanggal :
Judul :
KRITERIA SKOR BOBOT NILAI
Bahan Seminar
Presentasi
Diskusi
Sikap dan Tingkah Laku
TOTAL

Padang, ……………………….20

Preseptor
 Modul Kepaniteraan Klinik-Bagian IKM/IKK

Anda mungkin juga menyukai