Anda di halaman 1dari 198

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK

Semester Ganjil
Tahun Akademik 2022/2023

Sumber: freepik.com

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
Tahun 2022
Akademik 2022/2023 Page 1
Buku Panduan Keterampilan Klinik 5
VISI DAN MISI

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

VISI

Menjadi program studi profesi dokter yang terkemuka dan bermartabat terutama di bidang penyakit tidak
menular pada tahun 2028

MISI

1. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan berkualitas yang menghasilkan tenaga dokter


yang profesional.
2. Melaksanakan penelitian dalam mengembangkan ilmu pengetahuan kedokteran yang sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran terutama di bidang penyakit
tidak menular.
3. Melaksanakan pengabdian masyarakat yang berkualitas yang berdasarkan perkembangan ilmu
kedokteran terkini terutama di bidang penyakit tidak menular dengan melibatkan peran serta
masyarakat.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 2


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

HALAMAN HAK CIPTA

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 5

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Tim Penyusun

dr. Eldi Sauma, Sp.KJ


dr. Fathiyyatul Khaira, M.Gizi

Kontributor
Dr. dr. Syamel Muhammad, Sp.OG (K)
dr. Aladin, Sp.OG (K), M.P.H
dr. Ade Asyari, Sp.THT-KL (K)
Dr. dr. Fitratul Ilahi, Sp.M (K)
Dr. dr. Etriyel MYH, Sp.U
Dr. dr. Rizki Rahmadian, Sp.OT (K), M.Kes
Departemen Kulit Kelamin FK Unand
Departemen Bedah FK Unand

Editor
dr. Eldi Sauma, Sp.KJ
dr. Fathiyyatul Khaira, M.Gizi
dr. Rahma Tsania Zhuhra, M.Pd.Ked

Copyright®2022 oleh Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Dilarang memperbanyak, mencetak dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara dan
dalam bentuk apapun tanpa izin dari Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Tahun Akademik 2022/2023 Page 3


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini Ketua Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universias
Andalas menyatakan bahwa Buku Panduan Keterampilan Klinik 5 yang disusun oleh:

Koordinator : dr. Eldi Sauma, Sp.KJ

Sekretaris : dr. Fathiyyatul Khaira, M.Gizi

Telah mengacu pada Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas Periode 2019-2024 dan dapat digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
keterampilan klinik pada pendidikan tahap akademik Program Studi Kedokteran FK UNAND tahun
2022/2023.

Demikianlah surat pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya

Padang, Juli 2022

Ketua Program Studi Koordinator Keterampilan Klinik

dr. Firdawati, M.Kes, Ph.D dr. Eldi Sauma, Sp.KJ


NIP. 197207031999032002 NIP. 198605122010121005

Mengetahui

Wakil Dekan I Ketua MEU

Dr. dr. Efrida, Sp.PK (K), M.Kes Dr. dr. Rika Susanti, Sp.FM (K)
NIP. 197010021999032002 NIP. 197607312002122002

Tahun Akademik 2022/2023 Page 4


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil‘alamin, segenap puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas tersusunnya
Buku Panduan Keterampilan Klinik pada tahun akademik 2022/2023. Panduan ini digunakan sebagai acuan
dalam melaksanakan aktivitas keterampilan klinik di semester 5 sesuai dengan jadwal kegiatan akademik
yang terdapat di dalamnya.

Terima kasih kami sampaikan kepada tim yang telah menyusun buku panduan ini dan para kontributor.
Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat dan dapat dipedomani agar aktivitas keterampilan klinik berjalan
dengan baik. Kami juga menyadari bahwa kemungkinan masih ada kekurangan dalam penyusunan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami perlukan.

Padang, Juli 2022


Koordinator Keterampilan Klinik 5

dr. Eldi Sauma, Sp.KJ


NIP. 198605122010121005

Tahun Akademik 2022/2023 Page 5


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5
DAFTAR ISI

Halaman

Visi Dan Misi Program Studi Kedokteran Fk Unand 2

Tim Penyusun Buku Panduan Keterampilan Klinik Dan Kontributor 3

Halaman Pengesahan 4

Kata Pengantar 5

Daftar Isi 6

Informasi Umum 11

TOPIK 1 : Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Kelainan Urogenital 14

TOPIK 2 : Pemasangan Kateter dan Punksi Supra Pubik 30

TOPIK 3 : Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Ginekologi 38

TOPIK 4 : Konseling dan Pemasangan Kontrasepsi Dalam Rahim 47

TOPIK 5 : Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Mata 84

TOPIK 6 : Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik Telinga, Pendengaran 120


dan Keseimbangan

TOPIK 7 : Anamnesis dan Pemeriksaan Hidung, Swab Nasofaring 126


dan Orofaring

TOPIK 8 : Menghentikan Perdarahan Akut (Tekanan Langsung dan 146


Tekanan Titik)

TOPIK 9 : Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Gangguan 152


Dermatologi

TOPIK 10 : Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Gangguan 157


Muskuloskeletal

TOPIK 11 : Perawatan Luka (Redressing, Hecting Dan Rehecting) 178

Tahun Akademik 2022/2023 Page 6


BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PROGRAM STUDI S1 KEDOKTERAN

KETERAMPILAN KLINIK KODE URL I-Learn Mata Kuliah/Siklus/Stase BOBOT Semester Tanggal
(sks) Penyusunan

Keterampilan Klinik 5 https://fk.ilearn.unand.ac.id/ 2 5 Juli 2022

OTORISASI Pengembang Buku Panduan Keterampilan Klinik Ketua Program Studi

1. dr. Eldi Sauma, Sp.KJ dr. Firdawati, M.Kes, Ph.D


2. dr. Fathiyyatul Khaira, M.Gizi

Capaian Pembelajaran CPL-PRODI


(CP)
P3: Mampu menguasai konsep dan teori ilmu klinik medis (Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Kesehatan Anak, Ilmu Bedah, Ilmu
Obstetri Gynecology, Ilmu Penyakit Mata, Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher, Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin, Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, Neurologi,
Psikiatri, Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut, Ilmu Anestesi dan Terapi intensif, Ilmu Rehabilitasi Medik, Ilmu Radiologi, serta
Ilmu Forensik dan Medikolegal) serta aplikasinya dalam penegakkan diagnosis secara holistik dan penatalaksanaan pasien
secara komprehensif sebagai dokter di layanan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga
P6: Mampu menguasai konsep dan teori Ilmu Komunikasi, Bioetik dan Etika kedokteran serta aplikasinya dalam
penegakkan diagnosis secara holistik dan penatalaksanaan pasien secara komprehensif sebagai dokter di layanan primer

Tahun Akademik 2022/2023 Page 7


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

dengan pendekatan kedokteran keluarga


KU2: Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur
KU7: Mampu bertanggungjawab atas pencapaian hasil kerja kelompok dan melakukan supervisi dan evaluasi terhadap
penyelesaian pekerjaan yang ditugaskan kepada pekerja yang berada di bawah tanggungjawabnya
KK6: Kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, menggunakan, mendiseminasikan dan menghasilkan materi
menggunakan teknologi informasi dan perangkat digital secara efektif dalam pengembangan profesi dan keilmuan untuk
berkomunikasi, berekspresi, berkolaborasi dan advokasi

Capaian
Pembelajaran
Keterampilan Klinik

Pada akhir sesi keterampilan klinik, mahasiswa mampu:


CPKK1: Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik kelainan urogenital pada kondisi simulasi
CPKK2: Melakukan pemasangan kateter dan punksi suprapubik pada kondisi simulasi
CPKK3: Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik ginekologi pada kondisi simulasi
CPKK4: Melakukan konseling dan pemasangan kontrasepsi dalam rahim pada kondisi simulasi
CPKK5: Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik mata pada kondisi simulasi
CPKK6: Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik telinga, pendengaran, dan keseimbangan pada kondisi simulasi
CPKK7: Melakukan anamnesis dan pemeriksaan hidung, swab nasofaring, dan orofaring pada kondisi simulasi
CPKK8: Melakukan balut tekan pada kondisi simulasi
CPKK9: Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik gangguan dermatologi pada kondisi simulasi
CPKK10: Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik gangguan muskuloskeletal pada kondisi simulasi
CPKK11: Melakukan perawatan luka: redressing, hecting, dan rehecting pada kondisi simulasi

Deskripsi Singkat Pada keterampilan klinik 5, mahasiswa mempelajari anamnesis dan pemeriksaan kelainan urogenital, pemasangan
Keterampilan Klinik kateter dan punksi suprapubik, anamnesis dan pemeriksaan fisik ginekologi, konseling dan pemasangan kontrasepsi
dalam rahim, anamnesis dan pemeriksaan fisik sistem indera, swab nasofaring, dan orofaring, balut tekan, anamnesis dan
pemeriksaan fisik gangguan muskuloskeletal pada kondisi simulasi, dan perawatan luka (redressing, hecting, dan

Tahun Akademik 2022/2023 Page 8


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5
rehecting) pada kondisi simulasi.

Bahan Kajian 1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik kelainan urogenital


2. Pemasangan kateter dan punksi suprapubic
3. Anamnesis dan pemeriksaan fisik ginekologi
4. Konseling dan pemasangan kontrasepsi dalam rahim
5. Anamnesis dan pemeriksaan fisik mata
6. Anamnesis dan pemeriksaan fisik telinga, pendengaran, dan keseimbangan
7. Anamnesis dan pemeriksaan hidung, swab nasofaring, dan orofaring
8. Balut tekan
9. Anamnesis dan pemeriksaan fisik gangguan dermatologi
10. Anamnesis dan pemeriksaan fisik gangguan muskuloskeletal
11. Perawatan luka: redressing, hecting, dan rehecting

Pustaka Utama :

Terlampir

Pendukung :

Terlampir

Media Pembelajaran Perangkat lunak : Perangkat keras :

Tahun Akademik 2022/2023 Page 9


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5
Video youtube demonstrasi (Youtube Fakultas Kedokteran Alat peraga, alat praktikum, dan lain-lain
Universitas Andalas)

Keterampilan Klinik yang 1. Keterampilan Klinik 1


menjadi Syarat 2. Keterampilan Klinik 2
3. Keterampilan Klinik 3
4. Keterampilan Klinik 4

Tahun Akademik 2022/2023 Page 10


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

INFORMASI UMUM

No KK Topik Keterampilan Klinik Jumlah Kegiatan Lokasi Kegiatan


(Latihan dan Ujian)

1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik 2 x 100 menit OSCE Center FK Unand


Kelainan Urogenital

2. Keterampilan Prosedural Pemasangan 3 x 100 menit OSCE Center FK Unand


Kateter dan Punksi Supra Pubik
5A
3. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik 3 x 100 menit OSCE Center FK Unand
Ginekologi

4. Konseling dan Pemasangan Kontrasepsi 2 x 100 menit OSCE Center FK Unand


Dalam Rahim

5. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Mata 4 x 100 menit OSCE Center FK Unand

6. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik 2 x 100 menit OSCE Center FK Unand


Telinga, Pendengaran dan Keseimbangan
5B
7. Anamnesis dan Pemeriksaan Hidung, 2 x 100 menit OSCE Center FK Unand
Swab Nasofaring dan Orofaring

8. Balut Tekan 2 x 100 menit OSCE Center FK Unand

9. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik 3 x 100 menit OSCE Center FK Unand


Gangguan Dermatologi

10. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik 3 x 100 menit OSCE Center FK Unand
5C
Gangguan Muskuloskeletal

11. Perawatan Luka (Redressing, Hecting dan 4 x 100 menit OSCE Center FK Unand
Rehecting)

Tahun Akademik 2022/2023 Page 11


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Persiapan Pelaksanaan Keterampilan Klinik untuk Mahasiswa


1. Mahasiswa diwajibkan membaca panduan Keterampilan Klinik minimal 1 hari sebelum
pelaksanaan
2. Mahasiswa diwajibakn menonton dan mempelajari video keterampilan klinik yang sesuai
dengan topik melalui Youtube FK UNAND (tautan video ada dalam panduan)
3. Mahasiswa dianjurkan berdiskusi terlebih dahulu dalam kelompok terkait topik yang akan
dibahas sebelum bertemu dengan instruktur

Ketentuan Pelaksanaan Keterampilan Klinik


1. Presensi, jadwal, dan panduan Keterampilan Klinik untuk mahasiswa dan instruktur dapat
diakses di SIMFONI
2. Sebelum pelaksanaan Keterampilan Klinik mahasiswa dan instruktur mengisi presensi di
SIMFONI
3. Mahasiswa dan Instruktur bersama-sama menonton video Keterampilan Klinik yang sesuai
dengan topik melalui Youtube FK UNAND (tautan video ada dalam panduan)
4. Video dapat ditonton melalui fasilitas smart TV yang tersedia di ruangan
5. Pelaksanaan Keterampilan Klinik selanjutnya dipandu oleh instruktur sesuai nama yang
tertera dalam surat tugas.
6. Penggantian instruktur harus dilaporkan oleh instruktur yang bersangkutan ke pengelola
Keterampilan Klinik sebelum pertemuan
7. Instruktur pengganti harus memenuhi syarat yang ditetapkan oleh pimpinan fakultas

Syarat Keikutsertaan Ujian Keterampilan Klinik


Mahasiswa yang akan mengikuti ujian keterampilan klinik harus memenuhi persyaratan
berikut:
1. Kehadiran 100%.
2. Ketidakhadiran pada kegiatan keterampilan klinik hanya dibenarkan apabila:
a. Sakit, harus dibuktikan dengan surat keterangan dokter dengan
mencantumkan nama dokter, alamat praktek, nomor SIP, dan nomor telepon
b. Izin akibat kejadian atau musibah pada keluarga inti, yang harus dibuktikan
dengan surat keterangan dari orangtua/wali mahasiswa. Izin diberikan untuk
kejadian atau musibah yang terjadi pada keluarga inti (ayah, ibu, mertua,
kakak kandung, adik kandung, suami, istri dan anak kandung).
c. Mengikuti kegiatan kemahasiswaan/ekstrakurikuler yang harus mendapatkan
persetujuan dari Wakil Dekan III bidang kemahasiswaan. Permohonan izin
harus mencantumkan nama dan nomor BP mahasiswa; nama, waktu dan
tempat pelaksanaan kegiatan kemahasiswaan; dan keterangan jumlah
kegiatan pembelajaran yang tidak dapat diikuti selama menjalani kegiatan
kemahasiswaan.
3. Ketidakhadiran harus dilengkapi dengan mengikuti sesi keterampilan klinik susulan
dengan mengikuti topik yang sama di kelompok lain.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 12


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Penilaian Keterampilan Klinik


1. Nilai ujian keterampilan klinik per topik dengan instruktur, dengan ketentuan mahasiswa
dinyatakan lulus dalam ujian keterampilan klinik per topik apabila mencapai nilai minimal
80 (A).
2. Nilai OSCE keterampilan klinik per semester.
3. Sistem input nilai KK 5 ke SIMFONI dilakukan berdasarkan setiap topik. Apabila dalam 1
topik terdapat lebih dari 1 daftar tilik, maka nilai yang diinputkan adalah nilai rata-rata.
Contoh:
KK topik pemasangan kateter dan punksi supra pubik terdiri atas 2 daftar tilik:
 Pemasangan kateter
 Punksi supra pubik
Maka nilai yang diinputkan ke SIMFONI adalah rata-rata dari kedua nilai di atas.
4. Nilai akhir Keterampilan Klinik adalah gabungan dari nilai ujian dengan instruktur (30 %) dan
nilai OSCE KK (70 %)

Persyaratan Mengikuti OSCE KK


1. Menyelesaikan seluruh sesi Keterampilan Klinik dengan instruktur sesuai jadwal yang sudah
ditetapkan
2. Lulus ujian Keterampilan Klinik dengan instruktur

Remediasi
 Mahasiswa yang gagal dalam ujian keterampilan klinik per topik mendapat hak mengulang
ujian sebanyak satu kali dengan instruktur yang sama.
 Apabila mahasiswa yang bersangkutan tetap gagal, maka mahasiswa harus mengulang
keterampilan klinik yang gagal tersebut di periode berikutnya.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 13


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

KETERAMPILAN KLINIK 5A
TOPIK 1
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK KELAINAN UROGENITAL

1.1 Pengantar Teori


1.1.1 Anamnesis Kelainan Urogenital
Anamnesis (history taking) merupakan langkah pertama dalam penegakkan diagnosis
kelainan urogenital. Modal utama dalam anamnesis adalah pengetahuan yang cukup
terkait penyakit-penyakit yang muncul dengan keluhan-keluhan yang di anamnesis.
Setelah pengetahuan maka diperlukan nilai-nilai. Dalam melakukan anamnesis seorang
dokter mesti memberikan perhatian, penghargaan ke pasien, jujur/ dapat dipercaya dan
terbuka (implementasi karakter andalasian). Senyuman akan melahirkan hubungan
dokter -pasien yang bersahaja. Jaga selalu kerahasian semua informasi pasien. Semua
tindakan medis seperti pemeriksaan colok dubur harus di lakukan informasi yang jelas
tentang tujuan, prosedur dll, dan mesti mendapatkan persetujuan dari pasien.
Anamnesis mencakup poin-poin berikut:
a. Keluhan utama, merupakan alasan yang menyebabkan pasien datang ke dokter.
b. Riwayat penyakit sekarang, merupakan pendalaman dan informasi-informasi
tambahan yang menyertai keluhan utama
● Ambil data-data yang positif pertama baru semua informasi negatif yang relevan
dengan keluhan utama dan kemungkinan diagnosis. Misalnya tidak terdapat
hematuria bisa jadi informasinya negatif tapi penting dalam menyingkirkan
diagnosis yang muncul disertai hematuria
● Gejala disusun secara berurutan berdasarkan waktu munculnya gejala, misalnya
kolik yang diikuti hematuria biasanya batu, sedangkan hematuria dulu baru nyeri
(sumbatan blood clot) biasanya tumor.
● Detailkan keluhan utama, bisa dengan pendekatan “OLDCARTS”: Onset, Location
and radiation, Duration, Characters (nature of the symptom), Aggravating factors,
Relieving factors, Timing and frequency, Severity
c. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit dahulu yang mungkin berkaitan dengan diagnosis, misalnya pasien
laki-laki 70 dengan keluhan LUTS didapatkan riwayat stroke 1 tahun yang lalu,
dengan data RPD ini maka penting difikirkan neurogenic bladder sebagai penyebab
LUTS, disamping kemungkinan lain seperti pembesaran prostat jinak, dan lain-lain.
d. Riwayat operasi
Penting ditanyakan mengenai semua riwayat operasi sebelumnya, misalnya pasien
datang dengan keluhan hematuria, dengan riwayat operasi batu buli 10 tahun yang
lalu, data ini penting karena ada kemungkinan hematuria berasal dari kanker buli
(batu buli salah satu faktor resiko keganasan buli-buli).
e. Riwayat alergi

Tahun Akademik 2022/2023 Page 14


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

• Apakah pernah mengalami reaksi efek samping obat atau zat kontras?
• Riwayat anafilaksis sebelumnya
• Alergi terhadap obat-obatan mesti dicatat tebal pada status pasien
• Obat-obatan anti alergi, antihistamin dan simpatomimetik dapat memicu keluhan
LUTS, sehingga penting menjadi pertimbangan terutama pasien laki-laki usia
diatas 50 tahun.
f. Riwayat sosial dan keluarga
• Riwayat sosial penting misalnya kebiasaan merokok, ini sebagai salah satu resiko
keganasan buli-buli.
• Riwayat penyakit keluarga terutama pada kelainan kongenital atau penyakit non
kongenital yang ada faktor risiko genetik seperti batu ginjal.

Urologi merupakan bidang bedah yang fokus pada penyakit saluran kemih (adrenal,
ginjal, ureter, buli-buli dan urethra) pria dan wanita serta kelainan sistem reproduksi
pria (testis, epididymis, vas deferens, vesikula seminalis, prostat dan penis) baik dengan
tatalaksana pembedahan atau non bedah. Keluhan-keluhan penyakit urologi dapat
diklasifikasikan seperti pada bagan dibawah:

Gambar 1. Klasifikasi Gejala Urologi

a. Nyeri
Nyeri yang bersumber dari organ urogenital biasanya timbul akibat sumbatan atau
peradangan. Peradangan akut pada parenkim organ urogenital akan menyebabkan
rasa sakit dan demam misalnya pielonefritis, prostatitis, dan epididimo-orkitis. Tumor
biasanya tidak menimbulkan sakit kecuali jika menimbulkan obstruksi atau tumornya
meluas ke jaringan saraf.
● Nyeri ginjal
- Nyeri ginjal/pinggang bersifat nyeri viseral, timbul akibat obstruksi aliran urin
sehingga menyebabkan distensi sistem kalik atau kapsul ginjal.
- Nyeri ginjal bersifat tumpul dan menetap.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 15


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

- Nyeri ginjal dirasakan di daerah sudut costovertebral, tepatnya di bawah iga 12


sisi lateral dari otot sacrospinalis.
- Nyeri dapat menyebar ke anterior menuju umbilikus.
- Nyeri bisa disertai gejala gastrointestinal misalnya mual /muntah
● Nyeri ureter (kolik ureter)
- Batu ureter adalah penyebab paling sering yang menyebabkan nyeri ureter,
nyeri ini timbul akibat hiper peristaltik ureter.
- Kolik ureter adalah rasa sakit paling berat yang dirasakan manusia (salah satu
kegawatdaruratan urologi) ada yang menyebutkan bawah kolik ureter lebih
nyeri dari nyeri his proses persalinan.
- Pasien dengan kolik ureter biasanya gelisah (bergerak kesakitan) sambil
memegang pinggangnya (rolling sign), sedangkan nyeri viseral semisal nyeri
karena kelainan dari organ intra peritoneal seperti appendicitis pasien akan
diam, tidak bergerak.
- Karena nyeri ureter bersifat kolik maka akan ditemukan trias kolik (nyeri hilang
timbul, berkurang dengan pergerakan dan disertai mual sampai muntah)
- Lokasi intensitas nyeri paling tinggi bervariasi menurut lokasi sumbatan ureter.
- Kolik ureter biasanya disertai juga nyeri ginjal karena adanya sumbatan di
ureter akan menyebabkan distensi pelvis ginjal.
- Persarafan ureter proksimal setinggi T-10, sehingga penjalaran nyerinya
dirasakan ke umbilikus.
- Nyeri ureter tengah mirip dengan nyeri akibat apendisitis atau divertikulitis.
Sedangkan kolik ureter distal penjalaran nyerinya bisa ke scrotum atau labia.
Nyeri ureter distal juga sering disertai rasa tidak nyaman di suprapubis dan
timbul gejala -gejala iritasi buli-buli seperti keluhan urgency dan frequency.
- Kolik ureter bisa disertai keluhan demam dan hematuria.
- Nyeri ureter dipicu oleh gerakan seperti jogging atau pergerakan diatas
kendaraan saat bepergian.

Gambar 2. Perbedaaan penjalaran nyeri ginjal dan ureter


● Nyeri buli-buli
- Retensio urin akut merupakan nyeri akibat tidak bisa miksi sedangkan sensasi
berkemih ada, nyeri hebat dirasakan di suprapubis. Buli-buli teraba penuh dan
overdistensi. Retensi urin akut timbul akibat sumbatan total urethra.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 16


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

- Retensio urin kronis adalah sumbatan yang tidak nyeri dan kadang ada aliran
urin dari uretra, padahal buli-buli penuh (overflow incontinence).
- Nyeri sistitis dirasakan berupa rasa terbakar di suprapubis, bertambah berat
saat buli-buli penuh dan berkurang setelah berkemih. Nyeri sistitis disertai
dengan keluhan frequency dan disuria.
- Nyeri menetap di suprapubis tanpa adanya retensi urin akut, jarang yang
berasal dari kelainan urologi.
● Nyeri prostat
- Nyeri prostat timbul akibat radang akut prostat
- Dirasakan di perineum dan menjalar ke rektum dan pinggang bawah
- Bisa disertai demam, frequency, dysuria atau retensi urin akut dan tenesmus
● Nyeri penis
- Nyeri pada penis yang flaccid biasanya bersumber dari buli-buli atau inflamasi
uretra atau batu
- Priapismus adalah nyeri hebat, menetap akibat ereksi yang tidak diinginkan

● Nyeri testis
- Nyeri primer di testis berkaitan dengan acute epididymo-orchitis, torsio testis
atau trauma.
- Pada pasien yang mengalami rasa tidak nyaman di testis sedangkan pada
pemeriksaan skrotum tidak ditemukan kelainan, maka kelainan ginjal atau
organ retroperitoneal lainnya mesti dipertimbangkan.
- Nyeri testis bisa akibat penjalaran nyeri dari kolik ureter.
- Hydrocele, varicocele dan tumor testis biasanya dirasakan berupa rasa tidak
nyaman di skrotum.
● Nyeri uretra
- Rasa terbakar atau panas selama berkemih yang biasanya karena inflamasi
atau batu.
- Disuria adalah nyeri atau rasa terbakar selama miksi yang biasanya diakibatkan
peradangan.
b. Kelainan Berkemih (Voiding disorder atau voiding dysfunction)
Gangguan berkemih bisa timbul akibat kelainan di supravesika (stroke), vesica
(neuropati akibat diabetes) dan infra vesika (pembesaran prostat jinak / BPH).
Gangguan berkemih secara umum juga disebut prostatismus atau lower urinary tract
symptoms (LUTS). Keluhan-keluhan LUTS ini sudah dikuantitatifkan dalam bentuk skor
IPSS + kualitas hidup. Score IPSS terdiri dari 4 gejala Voiding (straining, intermittency,
weak streaming dan incomplete emptying) dan 3 gejala storage (nocturia, frequency
dan Urgency). Skor IPSS diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu: ringan (0-7), sedang
(8-19), berat (20-35). Setelah ke-7 item ini didapatkan dilanjutkan dengan
menanyakan dan menetapkan skor kualitas hidup dengan penilaian 0-6. (tabel
dibawah).

Tahun Akademik 2022/2023 Page 17


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

c. Hematuria
Hematuria yaitu adanya darah dalam urin, bisa berupa hematuria makroskopik atau
mikroskopik. Hematuria mikroskopik jika ditemukan sedimen eritrosit lebih dari 3 per
lapangan pandang besar. Dalam mengevaluasi keluhan hematuria mesti dijawab
pertanyaan berikut:
● Apakah hematuria bersifat makroskopik atau mikroskopik
● Kapan waktu hematuria muncul, apakah di awal miksi (kelainan uretra), sepanjang
miksi (kelainan ginjal, ureter atau buli-buli) di akhir miksi (kelainan
prostat/bladder neck).
● Apakah disertai terbentuknya bekuan darah, jika ada apa bentuk bekuannya. Jika
berbongkah seperti cendol (tumor buli-buli), seperti cacing (ureter)
● Apakah hematuria disertai nyeri, ada satu pendekatan “hematuria with pain is a
stone, painless hematuria is malignancy”

Tahun Akademik 2022/2023 Page 18


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

1.1.2 Pemeriksaan Fisik


Setelah melakukan anamnesis lengkap dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik (sign).
Pemeriksaan fisik untuk mengkonfirmasi keluhan (symptoms) dengan mata (inspeksi),
tangan (palpasi/ perkusi), telinga (auskultasi). Pemeriksaan fisik juga untuk menemukan
semua tanda yang bisa saja tidak dikeluhkan pasien. Langkah pertama adalah menilai
keadaan umum dan tanda vital. Tanda-tanda vital terdiri dari tekanan darah, frekuensi

Tahun Akademik 2022/2023 Page 19


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

nadi, nafas, suhu dan skala nyeri (jika ada keluhan nyeri). Tahapan selanjutnya
pemeriksaan fisik utuh dari head to toe. Salah satu sistematika bedah dalam pemeriksaan
fisik dengan membagi menjadi status generalis dan status lokalis. Status lokalis adalah
pemeriksaan fisik terkait sistem organ semisal status lokalis urologi, bedah pencernaan,
ortopedik dll. Status generalis adalah pemeriksaan fisik diluar status lokalis. Status lokalis
urologi terdiri dari 3 area yaitu: pinggang (flank) kanan dan kiri (untuk organ ginjal, ureter
dan organ retroperitoneal lainnya), suprasimpisis untuk memeriksa buli-buli, selanjutnya
genetalia eksterna - colok dubur (penis, scrotum dan prostat).

A. Pemeriksaan Ginjal
a. Inspeksi daerah sekitar flank untuk melihat apakah ada lesi kulit atau skar operasi
b. Palpasi: pemeriksaan bimanual
● Tangan kiri diletakkan di posterior costovertebral angle, sedangkan tangan
kanan di anterior, tepat di bawah arcus costa.
● Lakukan palpasi dalam, sembari pasien disuruh inspirasi dalam dan ujung-ujung
jari kedua tangan didekatkan dengan ekspirasi pasien.
Palpasi massa ginjal/ballottement
● Pembesaran ginjal ditandai dengan pembengkakan di pinggang atau massa
yang bisa didorong ke pinggang.
● Ballotement adalah pemeriksaan palpasi bimanual dengan menilai ada tidaknya
pantulan (ballottement) massa tersebut. Pemeriksaan ballottement dilakukan
dengan memberikan dorongan singkat dan cepat pada massa dengan tangan
yang ada di posterior, yang dinilai adalah apakah dorongan itu memberikan
sensasi “memantul” pada tangan yang di anterior. Jika pemeriksaan
ballottement positif artinya massa itu berasal dari retroperitoneal (massa
ginjal), jika tidak ditemukan ballotement maka massa tersebut berasal dari
intraperitoneal atau retroperitoneal yang sudah terfiksir.

Ginjal kanan Ginjal kiri

c. Auskultasi: terdengar bruit di daerah flank dapat disebabkan oleh stenosis arteri
renalis atau fistula arteriovenal (namun diperlukan doppler untuk memastikan)
d. Perkusi: nyeri tekan dan ketok CVA.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 20


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

B. Pemeriksaan buli-buli
Buli-buli normal pada pasien dewasa tidak dapat diraba sampai buli terisi minimal
150 cc urin. Pada saat volume urin 500 cc, buli yang distensi bisa dilihat sebagai massa
pada abdomen bawah. Pemeriksaan perkusi lebih baik dari palpasi dalam mendiagnosa
buli yang distensi. Lakukan perkusi diatas simfisis pubis dan lanjutkan kearah kranial
sampai ditemukan perubahan bunyi pekak ke timpani. Pemeriksaan palpasi untuk
menilai apakah ada nyeri tekan suprapubik, perabaan tumor buli-buli.
C. Pemeriksaan penis
Pemeriksaan penis terdiri dari pemeriksaan inspeksi dan palpasi.
a. Inspeksi:
● Perhatikan ukuran dan perkembangan penis serta distribusi rambut.
● Glans: dinilai adakah ulkus, scars, nodul atau tanda infeksi.
● Nilai preputium apakah disunat atau tidak
● Nilai warna kulit, letak dan ukuran meatus urethra. Meatus urethra normal
berada di puncak glans penis. Meatus uretra yang tidak di tip glans penis,
misalnya berada di subcoronal atau lebih ke proksimal di sisi ventral penis
(hypospadias). Dikenal trias hypospadias (meatus urethra tidak berada di tip
glans penis, adanya chordea dan skin hood)
● Tekan glans penis yang diletakkan antara jari telunjuk dan ibu jari, untuk menilai
adakah discharge.
● Jika ditemukan discharge nilai jumlah, warna dan konsistensi.

● Apakah terlihat lesi: kanker, ulkus, kista.


Nekrosis glans penis (trauma khitanan) Nekrosis penis

Tahun Akademik 2022/2023 Page 21


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

b. Palpasi
Lakukan perabaan pada penis, apakah terdapat jaringan ikat (peyronie desease),
apakah teraba undurasi pada uretra (striktur urethra).
D. Pemeriksaan skrotum dan testis
Skrotum adalah kantong berisi testis, epididimis, vas deferens dan funikulus
spermatikus. Dinding skrotum terdiri dari kulit dan lapisan otot tipis dibawahnya.
Epididimis terletak pada sisi posterior testis, teraba sebagai benjolan yang terpisah dari
testis. Vas deferens bisa diraba di atas tiap testis, sensasi perabaannya seperti tali
keras/kabel. Pada kulit skrotum bisa ditemukan kista sebasea, pustula. Massa pada
epididimis bisa akibat spermatocele atau kista epididimitis.
Untuk memeriksa adanya hernia jari telunjuk dimasukkan ke cincin inguinal
eksterna, lalu pasien disuruh valsalva, hernia akan teraba berupa benjolan di ujung jari
telunjuk.

Spermatic cord juga diperiksa pada saat pasien berdiri. Varicocele merupakan
pelebaran, vena spermatika, yang tambah jelas saat pasien melakukan valsava. Tes
transiluminasi membantu membedakan apakah massa skrotum itu solid (tumor) atau
cystic (hidrokel). Cahaya senter atau fiber optic diletakkan dibelakang massa, massa
yang kistik akan mengalami transiluminasi, sedangkan cahaya tidak bisa dilewatkan
pada massa padat.

Reflek kremaster
Pemeriksaan ini penting pada kejadian torsio testis, pada torsio reflek ini
menghilang. Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan goresan dengan peniti atau
ujung pensil pada medial paha. Reflek kremaster positif jika saat penggoresan terlihat
kontraksi otot kremaster yang ditandai dengan naiknya testis.

Pemeriksaan Testis
Testis yang normal: 6S.
● Site: kedua testis berada dalam skrotum, dengan testis kiri sedikit lebih rendah dari
testis kanan.
● Size: kedua testis dalam keadaan normal berukuran sama. Ukuran panjang vertikal
= 4.5 x antero-posterior = 2.5 x dan transversal = 2 cm.
● Shape: oval

Tahun Akademik 2022/2023 Page 22


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

● Surface: lunak
● Sensation: lunak pada penekanan, sensasi ini hilang pada keganasan testis.
● Skin over it: bisa digerakkan
Beberapa contoh kelainan testis:

● Undesensus testis (UDT): testis yang tidak turun ke skrotum, testis masih berada
pada jalur turunnya ke skrotum. UDT biasanya disertai hernia inguinalis.

● Testis ektopik: Testis berada pada jalur yang abnormal, bisa berada di: kantong
inguinal (berada pada subkutan), perineum, pangkal penis, dan triangular femoral

E. Pemeriksaan colok dubur / prostat


Colok dubur/digital rectal examination (DRE) harus dikerjakan pada setiap pasien pria
diatas 40 tahun. Banyak kanker prostat bisa dideteksi pada stadium yang masih dini
hanya dengan DRE. Beberapa posisi untuk colok dubur:
● Left lateral (Sims) position. Rutin digunakan untuk wanita atau prosedur standar
laki-laki.Pasien miring kekiri,dengan tungkai atas kanan fleksi,sedangkan tungkai
bawah kiri semi ekstensi. Panggul harus menungging dan sejajar dengan pinggir
tempat tidur.
● Knee-elbow position. Baik untuk perabaan prostat dan vesikula seminalis.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 23


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

● Dorsal position. Pasien tidur dengan posisi setengah duduk posisi lutut
ditekukkan(fleksi). Telunjuk tangan kanan pasien masuk kedubur dengan melintasi
di bawah paha kanan pasien. Untuk bimanual palpasi tangan kiri diatas supra pubis.
● Lithotomy position. Dilakukan pada meja operasi. Bimanual dengan telunjuk kanan
pada rektum sedang tangan kiri pada supra pubis.

a. Left lateral (Sims) position b. Dorsal position

c. Lithotomy position

Struktur anatomi yang dapat dinilai dengan colok dubur:


1. Lekukan anus. Juga dapat diraba antara sfingter otot interna dan eksterna. Biasanya
dalam keadaan neurogenik bladder sfingter akan teraba lemah.
2. Anorektal ring, pertemuan antara anus dan rectum (dewasa panjangnya 2-3cm).
Daerah ini sangat penting karena lokasi abses anorektal atau fistula ani.
3. Katup Houston terbawah. Makin naik telunjuk nantinya akan teraba lipatan mukous
membran.
4. Promontorium
5. Prostat.

PROSEDUR KERJA MELAKUKAN COLOK DUBUR:


Waktu melakukan colok dubur ini kurang menyenangkan bagi pasien, tidak jarang
terasa nyeri. Gunakan sarung tangan yang telah diberi pelicin. Untuk itu sebelum
melakukan pemeriksaan harus diberikan pesan bahwa: “Saya akan melakukan
pemeriksaan dalam melalui dubur anda bila terasa tidak nyaman tolong buka mulut
nafas dalam dan perlahan keluarkan melalui mulut anda”. Selanjutnya baru telunjuk
masuk melalui anus, setelah melewati spinkter telunjuk dirotasikan ke sekeliling mukosa
anus.
a. Pemeriksaan Anus
Keadaan yang akan ditemukan:

Tahun Akademik 2022/2023 Page 24


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

- Bila ada feses yang keras akan menyusahkan kita untuk merotasikan telunjuk
kita.
- Bila teraba massa tumor, apakah lesi tersebut lunak atau keras, dimana posisi
tumor tersebut dan apakah telah memenuhi seluruh permukaan mukosa usus.
Coba terus telusuri apakah telunjuk masih bisa melalui celah tumor dan masih
dapat meraba pool atas tumor. Ukur jarak pool bawah tumor dari anus.Coba
gerakan ke sekitarnya apakah tumornya telah terfiksir pada tulang sakrum atau
masih mobil (bisa digerakkan).
- Kemudian bila kita keluarkan sarung tangan tersebut lihat apakah ada
darahnya atau lendir.
- Untuk kasus hemoroid interna kita tidak bisa nilai dengan colok dubur karena
lunak sekali.
- Pada protusio rekti biasanya teraba ujung dari protusio tersebut.
- Dalam keadaan obstruksi teraba kita merasakan ampula rekti menyempit
sedangkan dalam keadaan paralisis dilatasi (ballooning).
b. Palpasi Prostat:
- Waktu melakukan palpasi prostat, buli-buli harus kosong.
- Dilakukan pada posisi knee-elbow posisi atau left lateral posisi.
- Gunakan telunjuk yang telah diberi pelicin dan masukan perlahan ke anus
- Perabaan prostat normalnya kenyal dan elastis. Teraba lobus medial yang
dibatasi oleh sulkus medial. Telusuri sulkus kebawah maka akan teraba bagian
yang lunak berarti kita telah sampai pada pool bawah prostat sampai pada
uretra membranous,yang pada masing-masing sisinya kadang teraba kelenjer
bulbouretra (Cowper),sedangkan bila kita telusuri keatas teraba pool atas
prostat dan vesikula seminalis.

Keadaan yang akan ditemukan:


- Dalam keadaaan normal vesikula seminalis ini tidak teraba.
- Pada keganasan prostat teraba ada bagian prostat dengan konsistensi keras,
atau ada bagian yang bernodul, dalam keadaan lanjut prostat irreguler,sulkus
medianus obliterasi dan kadang.
- Reflek bulbocavernosus, untuk menilai persyarafan atau kontraktililtas otot
detrusor buli. Pada saat jari masih didalam rektum, tangan yang satu lagi
memencet glans penis pasien, jika terdapat jepitan pada jari yang didalam
rectum artinya reflek bulbocovernosus positif. Pemeriksaan ini penting untuk
mendiagnosa kemungkinan gangguan pompa kandung kencing (neurogenic
bladder) pada pasien yang mengalami LUTS.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 25


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Prosedur Colok Dubur


1. Operator memakai hand schoen secara baik dan benar.
2. Posisi tergantung kondisi dan yang akan dinilai, umumnya dilakukan pada posisi
Sims.
3. Lihat keadaan lokal sekeliling anus.
4. Hand schoen yang sudah tersedia diolesi dengan jelly secukupnya lalu
dimasukan kedalam anus.
5. Pelan-pelan telunjuk yang telah pakai hand schoen didorong masuk, nilai
spincter anus ekterna, dorong kedalam sampai ampula recti, lalu rotasikan
telunjuk.
6. Nilai mukosa rektum dan keadaan sekelilingnya.
7. Kemudian nilai kondisi prostat.
8. Setelah selesai dan dirasa sudah cukup,kemudian keluarkan telunjuk dan lihat
apakah ada berlendir atau berdarah hand schoennya.

1.2 Tujuan Pembelajaran


1.2.1 Mampu melakukan anamnesis kelainan urogenital pada situasi simulasi
1.2.2 Mampu melakukan pemeriksaan fisik pada gangguan urogenital
1.2.3 Mampu melakukan pemeriksaan colok dubur
1.2.4 Mampu melakukan data yang didapat dari hasil pemeriksaan anamnesis dan
pemeriksaan fisik kelainan urogenital

1.3 Kemampuan / pengetahuan yang Harus Dikuasai Mahasiswa Sebelumnya


1.3.1 Anatomi urogenital pria
1.3.2 Kelainan pada urogenital pria

1.4 Alat dan Bahan


a. Video pemeriksaan colok dubur: https://youtu.be/w1TakSzT9i0
b. Manekin rectal toucher
c. Sarung tangan (hand schoen)
d. Jelly

Tahun Akademik 2022/2023 Page 26


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

1.5 Referensi
Tjahjodjati, Soebadi DM, Umbas R, Purnomo BB, Widjanarko S, Mochtar CA, dkk. Panduan
Penatalaksanaan Klinis Pembesaran Prostat Jinak (Benign Prostatic Hyperplasia/BPH). Ikatan
Ahli Urologi Indonesia (IAUI). 2017.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 27


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK 5A


ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK KELAINAN UROGENITAL

Nama :
NIM :
Kelompok :

Skor
No Aspek yang dinilai Bobot Nilai
0 1 2

1 Mengucapkan salam dan perkenalan diri 5%

Melakukan anamnesis lengkap

2 Menanyakan keluhan utama

Menanyakan riwayat penyakit sekarang


3
(OLDCARTS)

Menanyakan riwayat penyakit sekarang (LUTS, 10%


4
menghitung skor IPSS +QOL)

Melakukan anamnesis lengkap riwayat


5 penyakit dahulu, riwayat operasi dan riwayat
sosial dan keluarga

Melakukan pemeriksaan fisik

6 Melakukan informed consent

7 Melakukan cuci tangan

Menyampaikan pemeriksaan keadaan umum,


8 tanda-tanda vital dan pemeriksaan status
generalis

Melakukan pemeriksaan inspeksi pinggang


9
kanan dan kiri
25%
Melakukan pemeriksaan nyeri tekan dan nyeri
10
ketok CVA

Melakukan pemeriksaan palpasi bimanual dan


11
ballottement

Melakukan pemeriksaan inspeksi, palpasi dan


12
perkusi suprapubic

13 Melakukan pemeriksan inspeksi dan palpasi

Tahun Akademik 2022/2023 Page 28


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

penis

Melakukan pemeriksaan inspeksi, palpasi


14
scrotum

Melakukan pemeriksaan colok dubur

Menyiapkan alat dan bahan (handscoen dan


15
jelly)

Memasang hand schoen dan mengatur posisi


16
pasien

17 Menilai anus /sekitar anus

18 Mengoleskan jelly pada handscoon

19 Memasukkan jari ke rektum dengan benar

Melakukan penilaian perabaan prostat secara


60%
benar (menilai konsistensi, ada tidaknya nodul
atau bagian yang keras, sulcus mediana teraba
20
atau tidak, pole atas tercapai atau tidak,
apakah terdapat krepitasi, menaksir berat
prostat)

Melakukan pemeriksaan reflek


21
bulbocavernosus

Menjelaskan kesimpulan (diagnosis kerja)


22 berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan
fisik

Total Nilai 100%

Keterangan:
0 = Tidak dilakukan Padang, ……………………………….2022
1 = Dilakukan tapi perlu perbaikan Instruktur,
2 = Dilakukan dengan sempurna

Nilai Akhir = Jumlah skor x 100 = ……… ( ....................................................)


15

Tahun Akademik 2022/2023 Page 29


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

KETERAMPILAN KLINIK 5A
TOPIK 2
PEMASANGAN KATETER DAN PUNKSI SUPRA PUBIK

2.1. Pemasangan Kateter


2.1.1 Pengantar Teori
Kateterisasi uretra adalah memasukan kateter kedalam buli-buli melalui uretra. Istilah ini
sudah dikenal sejak zaman Hipokrates yang pada waktu itu menyebutkan tentang tindakan
instrumentasi untuk mengeluarkan cairan dari tubuh. Bernard memperkenalkan kateter yang
terbuat dari karet pada tahun 1779, sedangkan Foley membuat kateter menetap pada tahun
1930. Kateter Folley inilah yang saat ini masih dipakai secara luas sebagai alat untuk
mengeluarkan urine dari buli-buli.
Pada keterampilan klinis kali ini, kegiatan latihan difokuskan pada pemasangan kateter
pada pria, karena pemasangan kateter pada wanita telah dilakukan pada Blok 1.5 (Blok
Urogenital). Namun mahasiswa masih dapat melakukan latihan pemasangan kateter pada
wanita. Untuk nilai akhir keterampilan klinis, yang diujikan adalah kateterisasi uretra pada
pria.

Tujuan pemasangan kateter


A. Tujuan untuk diagnosis:
1. Pada wanita dewasa untuk memperoleh contoh urine untuk pemeriksaan kultur.
2. Untuk mengukur residu (sisa) urine setelah pasien miksi.
3. Untuk memasukan bahan kontras untu pemeriksaan radiologi.
4. Pemeriksaan urodinamik menentukan tekanan intra vesika
5. Untuk menilai produksi urine.

B. Tujuan untuk terapi:


1. Mengeluarkan urine dari buli-buli pada keadaan obstruksi infra vesika.
2. Mengeluarkan urine pada disfungsi buli.
3. Diversi urine setelah tindakan operasi sistem urinarius bagian bawah.
4. Sebagai splint setelah operasi rekonstruksi uretra
5. Memasukan obat-obatan intra vesika.
6. Pemakaian kateter secara bersih mandiri berkala.
Kateter untuk diagnostik dilepas setelah tujuan selesai, untuk terapi dipertahankan sampai
tujuan terpenuhi.
Kateter dibedakan menurut ukuran, bentuk, bahan, sifat pemakaian dan percabangan.
Ukuran kateter dinyatakan dalam skala Cheriere’s (French). Ukuran ini merupakan ukuran
diameter luar kateter. 1 Ch atau 1 Fr = 0,33 mm. 1 mm=3 Fr. Bahan kateter dapat berasal dari

Tahun Akademik 2022/2023 Page 30


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

logam (stainleess), karet (lateks), silikon dan lateks dengan lapisan silikon. Pada dewasa
normal, pemasangan kateter untuk tujuan drainase digunakan ukuran 16F – 18F.

2.1.2 Tujuan Pembelajaran


1. Mampu merencanakan dan mempersiapkan alat atau bahan untuk pemasangan kateter
pada pria.
2. Mampu menerangkan pada pasien (informed consent) tentang tindakan yang akan
dilakukan dan persetujuan atas tindakan tersebut.
3. Mampu melakukan tindakan kateterisasi secara aseptik dan sistematis.
4. Mampu mengajarkan kepada orang lain (misalnya petugas kesehatan lain lain) bagaimana
cara melakukan keteterisasi yang benar.

2.1.3 Kemampuan Yang Harus Dikuasai Mahasiswa Sebelumya


1. Anatomi dan fisiologi urogenital
2. Kemampuan komunikasi dan edukasi
3. Universal Precaution

2.1.4 Prosedur, Alat dan Bahan


Alat dan Bahan
1. Sabun cuci tangan biasa.
2. Sarung tangan (Hand schoen) steril.
2. Betadine
3. Doek steril
4. Kateter
5. Jelly
6. Spuit 10 cc
7. Aquades steril.
8. Urine bag (penampung urine)

Prosedur
1. Operator mencuci tangan dengan sabun terlebih dahulu pada air kran mengalir.
2. Operator memakai hand schoen secara aseptik.
2. Posisi terlentang
3. Lakukan desinfeksi secukupnya dengan memekai bahan anti septik yang tidak
menimbulkan iritasi pada kulit genitalia.
4. Tutupi daerah sekitar genital dengan doek steril.
5. Anestesi topikal pada penderita yang peka dengan jelly xylocaine 2-4% yang dimasukkan
dengan spuit 20cc.
6. Kateter yang sudah tersedia diolesi dengan jelly secukupnya lalu dimasukan kedalam
orifisium uretra eksterna.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 31


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

7. Pelan-pelan kateter didorong masuk, kira-kira di daerah bulbo membranacea (spinkter


uretra eksterna) akan terasa ada tahanan. Dalam hal ini, pasien disuruh untuk menarik
nafas dalam supaya spinkter uretra eksterna jadi relaks.
8. Kemudian kateter terus didorong masuk kebuli-buli, ditandai dengan keluarnya urine dari
lobang kateter.
9. Sebaiknya kateter terus didorong sampai percabangan kateter menyentuh meatus uretra
eksterna
10. Balon kateter dikembangkan dengan 10-20 cc. Jumlah maksimal pengisian balon
disesuaikan dengan ukuran kateter, biasanya tertera di kateternya.
11. Jika kateter menetap dihubungkan dengan pipa penampung (urine bag).
12. Kateter difiksasi dengan plester pada kulit proksimal atas di daerah inguinal dan usahakan
agar penis mengarah ke lateral. Hal ini untuk mencegah nekrosis akibat tekanan pada
bagian sentral uretra di daerah penoskrotal.

Prosedur diatas adalah untuk pria, pada wanita biasanya jarang dijumpai kesulitan
karena uretranya lebih pendek. Biasanya kesulitannya mencari muara uretra, kadang
karena stenosis pada muara uretra. Untuk kondisi ini sebelum pemasangan kateter
dilakukan dilatasi dahulu dengan bougie.
Bila terjadi kesulitan pemasangan karena ketegangan spinkter eksterna karena
pasien kesakitan atau ketakutan dapat diatasi dengan:
1. Menekan tempat tertahan tadi dengan ujung kateter kira-kira beberapa menit
sampai terjadi relaksasi spinkter.
2. Pemberian anestesi topikal berupa campuran lidokain hidroklorida 2% dengan
jelly 10- 20cc, dimasukan melalui uretra sebelum melakukan kateterisasi.
3. Pemberian sedativa parenteral sebelum kateterisasi

2.1.5 Referensi
1. Video Youtube Pemasangan Kateter FK Unand: https://youtu.be/G7xdGUXwXN8
2. European Association of Urology Nurses. Evidence-based Guidelines for Best Practice in
Urological Health Care Catheterisation Indwelling catheters in adults: Urethral and
Suprapubic. 2012.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 32


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK 5A


KATETERISASI URETRA

Nama :
NIM :
Kelompok :

Nilai
No Aspek yang dinilai
Bobot Nilai
0 1 2

1 Menjelaskan indikasi pemasangan kateter

2 Menyiapkan bahan dan alat untuk pemasangan


kateter.
30%
3 Melakukan informed consent kepada pasien
sebelum melakukan pemasangan kateter

4 Melakukan tindakan aseptik sebelum


pemasangan kateter

5 Kemudian kateter terus didorong masuk kebuli-


buli, ditandai dengan keluarnya urine dari
lobang kateter.

6 Anestesi topikal pada penderita yang peka


dengan jelly xylocaine 2-4% yang dimasukkan
dengan spuit 20cc.

7 Kateter yang sudah tersedia diolesi dengan jelly


secukupnya lalu dimasukan kedalam orifisium
uretra eksterna. 70%

8 Pelan-pelan kateter didorong masuk, kira-kira


di daerah bulbo membranacea (spinkter uretra
eksterna) akan terasa ada tahanan. Dalam hal
ini, pasien disuruh untuk menarik nafas dalam
supaya spinkter uretra eksterna jadi relaks.

9 Sebaiknya kateter terus didorong sampai


percabangan kateter menyentuh meatus uretra
eksterna.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 33


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

10 Balon kateter dikembangkan dengan 10-20 cc.


Jumlah maksimal pengisian balon disesuaikan
dengan ukuran kateter, biasanya tertera di
kateternya.

11 Jika kateter menetap dihubungkan dengan pipa


penampung (urine bag).

12 Kateter difiksasi dengan plester pada kulit


proksimal atas di daerah inguinal dan usahakan
agar penis mengarah ke lateral. Hal ini untuk
mencegah nekrosis akibat tekanan pada bagian
sentral uretra di daerah penoskrotal.

TOTAL NILAI
Keterangan:
0 = Tidak dilakukan Padang, ……………………………….2022
1 = Dilakukan tapi perlu perbaikan Instruktur,
2 = Dilakukan dengan sempurna

Nilai Akhir = Jumlah skor x 100 = ……… ( ....................................................)


13,6

Tahun Akademik 2022/2023 Page 34


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

2.2. Punksi Suprapubik


2.2.1 Pengantar Teori
Punksi suprapubik biasanya dilakukan untuk pengambilan contoh urine agar tidak
terkontaminasi, disamping itu dapat juga digunakan sebagai diversi urine sementara waktu
bila pasien retensi dan pemasangan kateter uretra gagal sedangkan sarana maupun prasarana
untuk melakukan sistostomi terbuka atau dengan trokar tidak ada apalagi tersedianya set
perkutan sistostomi. Walaupun tidak begitu menyakitkan tetapi tidak menyenangkan bagi
pasien. Sebelum melakukan punksi pasien harus banyak minum dulu agar buli-bulinya penuh.
Biasanya pada laki-laki teraba puncak buli-bulinya yang penuh karena tonus ototnya relatif
lebih kuat, sedangkan pada wanita kadang walaupun sudah penuh buli-bulinya masih tidak
teraba. Punksi suprapubik biasanya dilakukan pada garis tengah diantara umbilikus dan
simpisis pubis, punksinya kira-kira 2 inci diatas simpisis.
Punksi buli tidak dilakukan pada tumor buli, contracted bladder dan hematuri yang belum
jelas sebabnya.

2.2.2 Tujuan Pembelajaran


1. Mampu merencanakan dan mempersiapkan alat atau bahan untuk pemasangan punksi
supra pubik.
2. Mampu menerangkan ke pasien (informed consent) tentang tindakan yang akan dilakukan
dan persetujuan atas tindakan tersebut.
3. Mampu melakukan tindakan punksi supra pubik secara aseptik dan sistematis.

2.2.3 Kemampuan yang Harus Dikuasai Mahasiswa Sebelumnya


1. Anatomi dan fisiologi urogenital
2. Kemampuan komunikasi dan edukasi
3. Sudah menguasai Universal Precaution

2.2.4 Prosedur, Alat, dan Bahan


Alat dan Bahan
1. Sabun cuci tangan biasa.
2. Sarung tangan (Hand schoen) steril
3. Betadine
4. Doek steril.
5. Spuit 10 cc atau spinal needle 16 F.

Prosedur
1. Operator mencuci tangan dengan sabun terlebih dahulu pada air kran mengalir.
2. Operator memakai hand schoen secara aseptik.
3. Lakukan desinfeksi secukupnya dengan memakai bahan anti septik yang tidak
menimbulkan iritasi pada kulit antara simpisis dengan umbilikus.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 35


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

4. Menutup daerah yang akan dipunksi dengan doek steril.


6. Melakukan punksi dg spuit atau spinal needle (garis tengah antara simpisis pubis
dan umbilikus, biasanya 2 inchi diatas simpisis pubis) tegak lurus dengan daerah
punksi terus didorong masuk kebuli-buli ditandai dengan keluarnya urine dari
lobang jarum.
7. Melakukan aspirasi melalui jarum.

2.2.5 Referensi
1. Video Youtube Pemasangan Kateter FK Unand: https://youtu.be/G7xdGUXwXN8
2. European Association of Urology Nurses. Evidence-based Guidelines for Best Practice in
Urological Health Care Catheterisation Indwelling catheters in adults: Urethral and
Suprapubic. 2012.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 36


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK 5A


PUNKSI SUPRA PUBIK

Nama :
NIM :
Kelompok :

Nilai
No Aspek yang dinilai Bobot Nilai
0 1 2

1 Menerangkan indikasi punksi supra pubik

2 Menyiapkan bahan dan alat untuk punksi


supra pubik 30%

3 Melakukan informed consent kepada pasien

4 Melakukan tindakan aseptik sebelum


melakukan punksi supra pubik

5 Melakukan desinfeksi secukupnya dengan


memakai bahan anti septik yang tidak
menimbulkan iritasi pada kulit antara
simpisis dengan umbilikus.

6 Menutup daerah yang akan dipunksi dengan


doek steril
70 %
7 Melakukan punksi dg spuit atau spinal
needle (garis tengah antara simpisis pubis
dan umbilikus, biasanya 2 inchi diatas
simpisis pubis) tegak lurus dengan daerah
punksi terus didorong masuk kebuli-buli
ditandai dengan keluarnya urine dari lobang
jarum.

8 Melakukan aspirasi

TOTAL NILAI

Keterangan:
0 = Tidak dilakukan Padang, ……………………………….2022
1 = Dilakukan tapi perlu perbaikan Instruktur,
2 = Dilakukan dengan sempurna
Nilai Akhir = Jumlah skor x 100 = ……… ( ....................................................)
10,2

Tahun Akademik 2022/2023 Page 37


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

KETERAMPILAN KLINIK 5A
TOPIK 3
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK GINEKOLOGI

3.1. Pengantar Teori


3.1.1 Anamnesis Ginekologi
Anamnesis merupakan gambaran tentang pasien dan penyakitnya. Anamnesis pada
pasien ginekologi meliputi :
1. Keluhan utama: keluhan yang dirasakan pasien diungkapkan sesuai bahasa pasien
(keluar darah dari kemaluan, perut membesar, keputihan, dll). Hal ini perlu ditelusuri
lebih lanjut, mengenai berapa lama keluhan dirasakan, apakah pasien sudah berobat
sebelumnya, bagaimana awal keluhan tersebut dirasakan pasien (berapa lama
progresifitas kelainan tersebut).
2. Riwayat penyakit sebelumnya: meliputi riwayat pengobatan dan riwayat
pembedahan.
3. Riwayat haid: Bagaimana siklus haid, panjangnya siklus, lamanya haid, banyaknya
darah, nyeri, perdarahan di luar siklus.
4. Riwayat Keluarga Berencana: kontrasepsi yang dipakai sebelumnya, KB yang sedang
dipakai, cara KB sebelumnya.
5. Keluhan lain yang berhubungan dengan keluhan utama: penurunan berat badan
(tumor/kanker), dispareunia: nyeri saat melakukan hubungan (PID), gangguan
keluhan buang air besar (saluran pencernaan) dan buang air kecil (saluran kencing).
6. Riwayat obstetri sebelumnya: keadaan kehamilan, abortus, hamil kurang bulan,
hamil cukup bulan, jumlah anak hidup.
7. Anamnesis keluarga dan riwayat penyakit keluarga: meliputi riwayat keluarga,
pernikahan, keadaan kehamilan sebelumnya, adakah riwayat penyakit keturunan
(suatu keganasan, DM, hipertensi).
Setelah melakukan anamnesis, maka selanjutnya dilakukan pemeriksaan klinis
merupakan proses berkelanjutan yang dimulai dengan inspeksi genitalia eksterna,
inspekulo, dan pemeriksaan fisik dalam (bimanual). Pemeriksaan fisik menyeluruh fisik
secara umum harus diselesaikan pada pertemuan awal. Diharapkan perubahan dalam
alat genitalia eksterna dan interna dapat ditemukan dari pemeriksaan fisik.

3.1.2 Anatomi Genitalia


1. Vulva
Genitalia eksternal wanita atau vulva (Gambar 1) terdiri dari: mons veneris, labia
majora, labia minora, vestibulum dan kelenjar-kelenjarnya, introitus vaginal, meatus
urethra and clitoris. Saluran uretra wanita panjangnya sekitar 3,8 cm. Uretra
bermuara sekitar 2,5 cm dibawah klitoris dan terletak tepat didepan vagina.
‐ Mons veneris adalah tonjolan bulat dari jaringan lemak diatas simfisis pubis.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 38


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

‐ Labia mayora adalah dua buah lipatan kulit lebar yang membentuk batas lateral
vulva. Kedua labia mayora bertemu dibagian anterior di mons veneris untuk
membentuk komisura anterior. Labia mayor dan mons veneneris mempunyai
folikel rambut dan kelenjar sebasea.
‐ Labia minora sesuai dengan skrotum pada pria. Labia minora adalah lipatan
kulit yang sempit dan berpigmen yang antara labia mayora dan menutupi
vestibulum, yang merupakan daerah diantara kedua labia minora. Diantara
anterior, kedua labia minora membentuk prepusium klitoris.
‐ Klitoris, yang analog dengan penis, terdiri dari jaringan erektil dan banyak
mengandung ujung saraf, klitoris mempunyai satu glans dan dua korpora
kavernosa. Meatus uretra eksternal terletak dibagian anterior vestibulum
dibawah kritoris.
‐ Kelenjar parauretra, atau kelenjar Skene, adalah kelenjar –kelenjar kecil yang
bermuara di lateral uretra. Sekresi kelenjar sebasea di daerah ini melindungi
jaringan yang rentan terhadap urin.
‐ Kelenjer Bartholin terdiri dari struktur kecil, ukuran diameter sekitar 0,5 sampai
1 cm, merupakan kelenjar vestibular mayor, terdapat pada batas sisi luar
orifisium vagina kearah fourchette.
Ketika melakukan pemeriksaan fisik, usahakan untuk menyentuh pasien
dengan punggung tangan sambil mengatakan bahwa akan dilakukan pemeriksaan
genitalia. Ini diperlukan agar pasien merasa nyaman.

2. Vagina
Vagina merupakan struktur musculomembranous yang meluas dari vulva ke
uterus dan anterior dan posterior disela antara kandung kemih dan rektum.
Bagian atas muncul dari saluran mullerian, dan bagian bawah terbentuk dari sinus
urogenital. Panjang vagina bervariasi, namun pada umumnya, dinding vagina
anterior dan posterior yang masing-masing, 6 sampai 8 cm dan 7 sampai 10 cm
panjangnya. Selama hidupnya, rata-rata wanita mungkin memiliki pemendekan
vaginanya dengan 0,8 cm. Ujung atas kubah vagina dibagi menjadi anterior,
posterior, dan dua fornices lateral oleh leher rahim. Ini adalah struktur penting
secara klinis karena organ panggul internal biasanya dapat teraba melalui dinding
tipis mereka. Selain itu, forniks posterior menyediakan akses bedah ke rongga
peritoneal. Ada banyak lipatan melintang tipis, yang dikenal sebagai ruge,
ditemukan di sepanjang dinding vagina anterior dan posterior.

3. Serviks
Bagian serviks uterus adalah fusiform dan terbuka dengan lubang kecil di ostium
internal dan eksternal. Batas atas dari leher rahim adalah ostium internal, yang
sesuai dengan tingkat di mana peritoneum tercermin naik ke kandung
kemih. Bagian bawah serviks disebut portio. Sebelum melahirkan, ostium serviks
eksternal berbentuk oval. Setelah melahirkan pervaginam, lubang ini akan diubah

Tahun Akademik 2022/2023 Page 39


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

menjadi celah melintang. Jika robek saat melahirkan, leher rahim dapat menjadi
tidak teratur, nodular, atau seperti bintang. Perubahan ini cukup khas untuk untuk
memastikan apakah seorang wanita telah melahirkan dengan persalinan
pervaginam. Jika seorang wanita menjalani operasi caesar, maka penampilan leher
rahim pasca operasi mencerminkan derajat dilatasi sebelum operasi.

Bagian luar dari serviks ke ostium eksternal disebut ektoserviks dan sejajar
dominan oleh epitel skuamosa berlapis. Sebaliknya, kanalis servikalis ditutupi oleh
lapisan epitel kolumnar yang mensekresikan lendir /musin. Stroma leher rahim
adalah terutama terdiri dari kolagen, elastin, dan proteoglikan, tetapi otot polos
sangat sedikit.

4. Uterus

Uterus dalam keadaan tidak hamil terletak dalam rongga panggul di antara
kandung kemih anterior dan posterior rektum. Hampir seluruh dinding posterior
uterus ditutupi oleh serosa, yaitu, peritoneum visceral. Bagian bawah
peritoneum ini membentuk batas anterior dari kantung-recto-uterus cul de sac, atau
kantong Douglas (kavum Douglas). Hanya bagian atas dinding depan rahim begitu
tertutup. Peritoneum di daerah ini mencerminkan maju ke kubah kandung kemih

Tahun Akademik 2022/2023 Page 40


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

untuk menciptakan kantong vesicouterine. Bagian bawah dari dinding rahim


anterior bersatu ke dinding posterior kandung kemih oleh lapisan longgar yang jelas
dari jaringan ikat. Ini adalah ruang vesicouterine.

Uterus digambarkan sebagai pyriform atau berbentuk buah pir, dan seperti
yang ditunjukkan pada gambar diatas, menyerupai buah pir rata. Ini terdiri dari dua
bagian utama tetapi tidak sama: sebuah bagian atas segitiga badan atau korpus,
dan, yang lebih rendah bagian-silinder leher rahim, yang proyek ke dalam vagina.
tanah genting ini adalah bagian dari rahim antara os servikal internal dan rongga
endometrium. Saluran tuba, juga disebut saluran telur, muncul dari kornu uterus di
persimpangan margin superior dan lateral. Fundus adalah segmen atas uterus
dengan bagian yang cembung d i antara saluran tuba falopii.

3.1.3 Pemeriksaan Fisik Genitalia


Serviks dapat divisualisasikan menggunakan spekulum yang telah dilumasi dengan
air hangat atau gel pelumas berbasis air. Melebarnya kelenjar serviks karena saluran
yang tersumbat, akan terlihat menggembung di bawah ektoserviks, disebut dengan
kista nabothi. Untuk mengidentifikasi penyebab kelainan keputihan (leucorrhea)
sebaiknya dilakuan pemeriksaan swab vagina untuk identifikasi Chlamydia trachomatis,
Neisseria gonorrhoeae, dan lain-lain.
Pemeriksaan bimanual dilengkapi dengan palpasi, dengan perhatian khusus
diberikan kepada ukuran dan konsistensi serviks, kelaian di serviks (tumor) bentuk dan
ukuran rahim dan bentuk serta ukuran massa adnexa (kedua ovarium/indung telur).
Khusus untuk pasien yang belum menikah, maka dilakukan pemeriksaan melalui daerah
anus/rektal.

3.2. Tujuan Pembelajaran


2.2.1 Mampu mendemonstrasikan anamnesis gangguan ginekologi
2.2.2 Mampu mendemonstrasikan pemeriksaan fisik pada gangguan ginekologi

3.3. Kemampuan yang Harus Dikuasai Mahasiswa Sebelumnya


3.3.1 Menguasai anatomi ginekologi
3.3.2 Menguasai kelainan pada ginekologi

3.4. Prosedur, Alat, dan Bahan


3.4.1 Alat dan Bahan
a. Video pemeriksaan ginekologi: https://youtu.be/bbnHScOXazk
b. Sarung tangan steril
c. Kapas Sublimat
d. Kain penutup
e. Spekulum vagina
f. Bak instrument
g. Sondage uterus

Tahun Akademik 2022/2023 Page 41


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

h. Tampon tang
i. Fenestra klem
3.4.2 Prosedur
1. Menyapa ibu dengan sopan dan ramah. Perkenalkan diri.
2. Menjelaskan prosedur pemeriksaan dan hal yang akan di alami Ibu
3. Meminta persetujuan Ibu (informed Consent).
4. Memeriksa apakah alat, bahan, dan lampu senter telah tersedia dan siap digunakan
5. Memeriksa apakah Ibu telah buang air kecil dan membersihkan daerah genitalnya bila
diperlukan
6. Meminta Ibu untuk melepaskan celana dalam serta memakai sarung atau selimut yang
tersedia. Membantu Ibu naik ke meja periksa
7. Meminta Ibu untuk berbaring ke meja periksa dengan kedua lengan di samping
8. Meminta Ibu untuk menaruh kedua tumit pada dudukan. jika tidak ada dudukan,
membantu Ibu menaruh kedua kakinya di tepi luar ujung meja.
9. Mencuci tangan dan mengeringkannya
10. Menyalakan lampu/senter dan mengarahkan ke daerah genital.
11. Memakai sepasang sarung tangan periksa yang baru atau telah di-DTT.
12. Menyentuh paha sebelah dalam sebelum menyentuh daerah genital Ibu.
13. Memperhatikan labia, klitoris dan perineum serta anus apakah terdapat parut, lesi,
inflamasi atau retakan kulit.
14. Dengan memisahkan labia majora dengan dua jari, memeriksa labia minora, klitoris,
mulut uretra dan mulut vagina.
15. Membuka labia dengan menggunakan dua jari tangan kiri kemudian memasukan
spekulum cocor bebek dan jari tangan kiri kemudian berpindah menekan perineum
sehingga spekulum dapat dimasukan.
16. Masukan spekulum dengan arah miring kemudian diputar sehingga terletak melintang
dan berada di forniks sehingga portio dapat divisualisasi dengan jelas.
17. Lakukan pengamatan terhadap portio dan dinding vagina. Dapat dilakukan sondage
uterus pada keadaan diluar kehamilan.
18. Spekulum cocor bebek kemudian dikeluarkan dengan perlahan
19. Masukkan jari tengah dan telunjuk tangan kanan ke dalam lumen vagina melalui
introitus yang terbuka. Tangan kiri menahan fundus uteri
20. Periksa keadaan vagina apakah terdapat tumor atau kelainan lain.
21. Lakukan palpasi terhadap uterus dan nilai besar dan arah fundus uteri dengan tangan
kiri menahan fundus.
22. Periksa kedua adneksa di kanan dan kiri pada forniks lateral dengan tangan kiri
menahan dari atas simpisis sehingga dapat dipalpasi kedua adneksa.
23. Lakukan perabaan ke arah dinding posterior vagina apakah terdapat penonjolan dari
kavum douglas.
24. Keluarkan tangan secara perlahan dan beritahukan pada Ibu bahwa pemeriksaan
sudah selesai dan persilahkan Ibu untuk mengambil tempat yang sudah disediakan.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 42


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

3.5. Referensi
1. Hoffman B, Horsager R, Roberts SW, Rogers VL, Santiago-Muñoz PC, Worley KC. Williams
Obstetrics. 23rd ed. New York: McGraw-Hill; 2011.
2. Hoffman B, Schorge J, Schaffer J, Halvorson L, Bradshaw K, Cunningham. Williams
Gynecology 2nd ed. New York: McGraw-Hill; 2012.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 43


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK 5A


ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK GINEKOLOGI
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
SKOR BOBOT NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2

Menyapa Ibu dengan sopan dan ramah.


1.
Perkenalkan diri. 10%
2. Melakukan anamnesis ginekologi dengan lengkap

Menjelaskan prosedur pemeriksaan dan hal yang


3.
akan di alami Ibu

4. Meminta persetujuan Ibu (informed consent)

Memeriksa apakah alat, bahan, dan lampu senter


5.
telah tersedia dan siap digunakan

Memeriksa apakah Ibu telah buang air kecil dan


6.
membersihkan daerah genitalnya bila diperlukan

Meminta Ibu untuk melepaskan celana dalam serta


memakai sarung atau selimut yang tersedia.
7.
Membantu Ibu naik ke meja periksa
15%
Meminta Ibu untuk berbaring ke meja periksa
8.
dengan kedua lengan di samping

Meminta ibu untuk menaruh kedua tumit pada


9. dudukan. jika tidak ada dudukan, membantu Ibu
menaruh kedua kakinya di tepi luar ujung meja.

10. Mencuci tangan dan mengeringkannya

Menyalakan lampu/senter dan mengarahkan ke


11.
daerah genital.

Memakai sepasang sarung tangan periksa yang


12.
baru atau telah di DTT.

Melakukan tindakan disinfeksi dengan kapas


13. sublimat pada daerah vulva dan 1/3 proksimal paha
bagian depan dan dalam 75%

14. Menyentuh paha sebelah dalam dengan punggung

Tahun Akademik 2022/2023 Page 44


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

tangan sebelum menyentuh daerah genital ibu.

Memperhatikan labia, klitoris dan perineum serta


anus apakah terdapat parut, lesi, inflamasi atau
15.
retakan kulit.

Dengan memisahkan labia majora dengan dua jari,


memeriksa labia minora, klitoris, mulut uretra dan
16.
mulut vagina.

Membuka labia dengan menggunakan 2 jari tangan


kiri kemudian memasukan spekulum cocor
bebek dengan miring kemudian jari tangan kiri
17.
berpindah menekan perineum sehingga terjadi
relaksasi vagina.

Masukan spekulum dengan arah miring


kemudian diputar sehingga terletak melintang dan
18.
berada di forniks sehingga portio dapat divisualisasi
dengan jelas.

Lakukan pengamatan terhadap portio dan dinding


19.
vagina.

Lakukan sondage uterus dan tentukan arah dan


20.
panjang uterus

Spekulum cocor bebek kemudian dikeluarkan


21.
dengan perlahan

Masukkan jari tengah dan telunjuk tangan kanan ke


22. dalam lumen vagina melalui introitus yang terbuka,
sementara tangan kiri menahan fundus uteri

Periksa keadaan vagina apakah terdapat tumor


23.
atau kelainan lain

Lakukan palpasi terhadap uterus dan nilai besar


24. dan arah fundus uteri dengan tangan kiri menahan
fundus.

Periksa kedua adneksa di kanan dan kiri pada


forniks lateral dengan tangan kiri menahan dari
25.
atas simpisis sehingga dapat dipalpasi kedua
adneksa

Lakukan perabaan kearah dinding posterior vagina


26.
apakah terdapat penonjolan dari kavum douglas

Tahun Akademik 2022/2023 Page 45


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Keluarkan tangan secara perlahan dan beritahukan


pada ibu bahwa pemeriksaan sudah selesai dan
27.
persilahkan ibu untuk mengambil tempat yang
sudah disediakan

TOTAL

Keterangan:
0 = Tidak dilakukan Padang, ……………………………….2022
1 = Dilakukan tapi perlu perbaikan Instruktur,
2 = Dilakukan dengan sempurna

Nilai Akhir = Jumlah skor x 100 = ……… ( ....................................................)


25,7

Tahun Akademik 2022/2023 Page 46


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

KETERAMPILAN KLINIK 5A
TOPIK 4
KONSELING DAN PEMASANGAN KONTRASEPSI DALAM RAHIM

4.1. Konseling Keluarga Berencana


4.1.1. Pengantar Teori
A. Definisi dan Jenis
Konseling kontrasepsi adalah proses pemberian informasi dan bimbingan dalam
situasi kesetaraan antara pasien dan konselor dengan tujuan membantu pasien
memutuskan pilihan terhadap metode kontrasepsi yang paling sesuai baginya, baik
dari aspek medik maupun aspek kemanusiaan.
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga
Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Konseling yang baik akan membantu pasien
dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB.
Namun, seringkali konseling diabaikan dan tidak dilaksanakan dengan baik karena
petugas tidak mempunyai waktu dan mereka tidak mengetahui bahwa dengan
konseling pasien akan lebih mudah mengikuti nasihat.
Jenis konseling ditinjau dari isi informasinya dibagi menjadi :
 Konseling program KB dan kesehatan
 Konseling spesifik (khusus metode kontrasaepsi)
 Konseling medik dan kelangsungan penggunaan (nasehat pra dan pasca kontrasepsi,
kunjungan ulang, efek samping dan komplikasi, fasilitas pelayanan kontrasepsi dan
rujukan).
 Konseling khusus (aspek sosial, budaya, agama)
 Konseling keluarga sejahtera (aspek KB terhadap peningkatan pemberdayaan
keluarga/strata kesejahteraan keluarga)
Berdasarkan tahapan pemberian informasinya, konseling dibagi menjadi :
 Konseling awal
 Konseling khusus atau pemantapan
 Konseling kunjungan ulang

B. Prosedur
Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon pengguna KB yang baru, hendaknya
diterapkan enam langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapannya
tidak perlu dilakukan secara berurutan karen petugas harus menyesuaikan diri dengan
kebutuhan pasien. Beberapa pasien membutuhkan lebih banyak perhatian pada langkah
yang satu dibanding dengan langkah yang lainnya.

SA:

Tahun Akademik 2022/2023 Page 47


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

SApa dan SAlam pasien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian sepenuhnya kepada
mereka dan berbicara di tempat yang nyaman serta terjamin privasinya. Tanyakan kepada
pasien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya.
T:
Tanyakan kepada pasien informasi tentang dirinya. Bantu pasien untuk berbicara mengenai
pengalaman Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan,
serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya. Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan
oleh pasien.
U:
Uraikan kepada pasien mengenai pilihannya dan beri tahu apa pilihan kontrasepsi yang
paling mungkin. Bantulah pasien pada jenis kontrasepsi yang paling dia inginkan, serta
jelaskan pula jenis-jenis kontrasepsi lain yang ada.
TU:
BanTUlah pasien menentukan pilihannya. Bantulah pasien berpikir mengenai apa yang
paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah pasien untuk menunjukkan
keinginannya dan mengajukan pertanyaan. Petugas membantu pasien mempertimbangkan
kriteria dan keinginan pasien terhadap setiap jenis kontrasepsi. Tanyakan juga apakah
pasangannya akan memberikan dukungan dengan pilihan tersebut. Jika memungkinkan
diskusikan mengenai pilihan tersebut kepada pasangannya. Pada akhirnya yakinkan bahwa
pasien telah membuat suatu keputusan yang tepat. Petugas dapat menanyakan: Apakah
Anda sudah memutuskan pilihan jenis kontrasepsi? Atau apa jenis kontrasepsi terpilih yang
akan digunakan?
J:
Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya. Setelah klien
memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan, perlihatkan alat/obat kontrasepsinya.
Jelaskan bagaimana alat/obat kontrasepsi tersebut digunakan dan bagaimana cara
penggunaannya. Sekali lagi doronglah pasien untuk bertanya dan petugas menjawab secara
jelas dan terbuka. Beri penjelasan juga tentang manfaat ganda metode kontrasepsi,
misalnya kondom yang dapat mencegah infeksi menular seksual (IMS). Cek pengetahuan
pasien tentang penggunaan kontrasepsi pilihannya dan puji pasien apabila dapat menjawab
dengan benar.
U:
Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian kapan pasien akan
kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi jika
dibutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan pasien untuk kembali apabila terjadi suatu
masalah.

Ciri konselor yang efektif adalah :


- Mampu menciptakan suasanan nyaman dan aman bagi pasien
- Menimbulkan rasa saling percaya di antara pasien-konselor
- Mampu mengenali hambatan sosio-kultural setempat

Tahun Akademik 2022/2023 Page 48


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

- Mampu menyampaikan informasi objektif, lengkap, dan jelas dengan bahasa yang
mudah dimengerti
- Mau mendengar aktif dan bertanya secara efektif dan sopan
- Memahami dan mampu menjelaskan berbagai aspek kesehatan reproduksi
- Mampu mengenali keinginan pasien dan keterbatasan penolong
- Membuat pasien bertanya, berbicara dan mengeluarkan pendapat
- Menghormati hak pasien, membantu, dan memperhatikan

C. Teknik Konseling KB
Cara suportif untuk memberikan dukungan kepada klien:
1. Bicaralah dengan suara yang menunjukkan perhatian dan minat untuk membantu dan
menunjukkan sikap bersahabat.
2. Ajukan satu pertanyaan setiap saat dan tunggulah jawaban
3. Gunakan bentuk pertanyaan terbuka, yang memungkinkan klien untuk menjawab dalam
bentuk cerita, misalnya tentang keadaan keluarganya, kesulitan hidup, pekerjaan, dan
sebagainya yang mungkin menjadi dasar keinginannya untuk melaksanakan KB atau
memilih cara KB.
4. Hindari menggunakan bentuk pertanyaan tertutup yang hanya mungkin dijawab dengan
“ya” atau “tidak”. Perhatikan pula bahwa anda mengajukan pertanyaan yang tidak
mengarahkan, tetapi mendorong agar klien mau dan merasa bebas untuk bercerita lebih
lanjut, misalnya kalimat sebagai berikut.
5. “Apa yang bisa saya bantu?”
6. “Apa yang anda ketahui mengenai ”
7. Pakailah kata-kata seperti “Lalu?”, “Dan?”, “Oooo”. Komentar kecil ini biasanya mampu
mendorong untuk terus bercerita lebih lanjut.
8. Jangan mengajukan pertanyaan bernada memojokkan seperti “mengapa begitu?”, “kok
begitu?”. Meskipun seringkali anda bermaksud mengetahui alasannya, nada demikian
dapat menimbulkan salah pengertian, misalnya ia merasa disalahkan.
9. Cari bentuk pertanyaan lain apabila ternyata klien tidak begitu mengerti maksud
pertanyaan anda.

KONTRASEPSI
Definisi dan Jenis
Yang dimaksud dengan kontrasepsi adalah semua metode (obat atau alat) untuk mencegah
terjadinya kehamilan.
Jenis-jenis kontrasepsi terdiri dari :
 Metode Amenore Laktasi (MAL)
 Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
 Kontrasepsi hormonal, termasuk di dalamnya adalah kontrasepsi darurat
 Kontrasepsi Barier (diafragma, kondom)
 AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

Tahun Akademik 2022/2023 Page 49


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

 Kontrasepsi mantap /Kontap (tubektomi, vasektomi)

METODE AMENORE LAKTASI


1. Definisi
Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu
(ASI).
2. Prinsip Kerja
Penundaan / penekanan ovulasi
3. Indikasi dan Syarat
 Menyusui secara eksklusif
 Bayinya berumur kurang dari 6 bulan
 Belum mendapat haid setelah melahirkan.
Efek MAL sangat dipengaruhi oleh :
 Cara menyusui
 Seringnya menyusui
 Lamanya setiap kali menyusui
 Jarak antara menyusui
 Kesungguhan menyusui

4. Kontra Indikasi
 Sudah mendapat haid setelah melahirkan
 Tidak menyusui secara eksklusif
 Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
 Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam

5. Teknik
Berdasarkan konsensus Bellagio (1988), agar MAL dapat mencapai efektivitas 98% :
 Ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh (hanya sesekali diberi 1-2 teguk
air/minuman).
 Pola menyusui on demand dan dari kedua payudara.
Bayi disusui menurut kebutuhan bayi. Biarkan bayi menyelesaikan menghisap dari satu
payudara sebelum memberikan payudara lain, supaya bayi mendapat cukup banyak susu
akhir (hind milk). Bayi hanya membutuhkan sedikit ASI dari payudara berikut atau sama
sekali tidak memerlukan lagi. Ibu dapat memulai dengan memberikan payudara lain pada
waktu menyusui berikutnya sehingga kedua payudara memproduksi banyak susu.
 Perdarahan sebelum 56 hari pasca persalinan dapat diabaikan (belum dianggap haid).
 Bayi menghisap secara langsung, dan biarkan dia sendiri yang melepaskan hisapannya.
 Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir.
 Kolostrum diberikan kepada bayi.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 50


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

 Sering menyusui selama 24 jam termasuk malam hari. Menyusui waktu malam membantu
mempertahankan kecukupan persediaan ASI.
 Hindari jarak menyusui lebih dari 4 jam.

Hal-hal penting yang harus diperhatikan :


 Bayi dapat disusukan walau ibu/bayi sedang sakit.
 ASI dapat disimpan dalam lemari pendingin.
 Selama bayi tumbuh dan berkembang dengan baik serta kenaikan berat badan cukup, bayi
tidak memerlukan makanan selain ASI sampai dengan umur 6 bulan.
 Apabila ibu menggantikan ASI dengan minuman atau makanan lain, bayi akan menghisap
kurang sering dan akibatnya menyusui tidak lagi efektif sebagai metode kontrasepsi.
 Ketika ibu mulai dapat haid lagi, itu pertanda sudah subur kembali dan harus segera mulai
menggunakan metode KB lainnya.

6. Komplikasi
Tidak ada komplikasi yang timbul akibat MAL.

METODE KELUARGA BERENCANA ALAMIAH (KBA)


1. Definisi dan Jenis
Metode Keluarga Berencana Alamiah merupakan suatu metode di mana pasangan secara
sukarela menghindari sanggama pada masa subur wanita (ketika seorang wanita dapat menjadi
hamil). Metode keluarga berencana alamiah berdasarkan kesadaran penuh dari siklus
reproduksi wanita tersebut.

2. Prinsip Kerja
Sanggama dihindari pada masa subur yaitu pada fase siklus menstruasi di mana kemungkinan
terjadi konsepsi/kehamilan.

3. Indikasi dan Syarat


Tidak ada indikasi ataupun syarat khusus bagi pasangan suami istri atau perempuan yang ingin
menggunakan metode kontrasepsi ini.
Yang dapat menggunakan KBA :
 Semua perempuan usia reproduksi, terutama dengan siklus haid yang teratur
 Semua perempuan dengan paritas berapapun termasuk nullipara
 Perempuan kurus ataupun gemuk
 Perempuan yang merokok
 Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu, a.l. hipertensi sedang, varises, dismenore,
sakit kepala sedang atau hebat, mioma uteri, endometriosis, kista ovarii, anemia defisiensi
besi, hepatitis virus, malaria, trombosis vena dalam, atau emboli paru.
 Pasangan dengan alasan agama atau filosofi untuk tidak menggunakan metode lain.
 Pasangan yang ingin pantang sanggama lebih dari seminggu pada setiap siklus haid.
Tahun Akademik 2022/2023 Page 51
Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

 Pasangan yang ingin dan termotivasi untuk mengobservasi, mencatat, dan menilai tanda
dan gejala kesuburan.

4. Kontra Indikasi
Yang seharusnya tidak menggunakan KBA adalah :
 Perempuan yang dari segi umur, paritas atau masalah kesehatannya membuat kehamilan
menjadi suatu kondisi risiko tinggi
 Perempuan sebelum mendapat haid (menyusui, segera setelah abortus), kecuali MOB
 Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur, kecuali MOB
 Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerja sama (berpantang) selama waktu tertentu
dalam siklus haid.
 Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah genitalianya.

5. Teknik
A. METODE OVULASI BILLING
 Periksa lendir setiap kali ke belakang dan sebelum tidur, kecuali ada perasaan sangat
basah waktu siang. Lendir mungkin berubah pada hari yang sama. Setiap malam
sebelum tidur, tentukan tingkat yang paling subur dan beri tanda pada catatan dengan
kode yang sesuai.
 Pantang sanggama untuk paling sedikit satu siklus, sehingga dapat dikenali hari-hari
lendir, mengenali Pola Kesuburan dan Pola Dasar Ketidaksuburan dengan bimbingan
pelatih / guru KBA.
 Hindari sanggama pada waktu haid. Hari-hari ini tidak aman, pada siklus pendek, ovulasi
dapat terjadi pada hari-hari haid.
 Pada hari kering setelah haid, aman untuk bersanggama selang satu malam (aturan
selang-seling). Ini akan menghindari kebingungan dengan cairan sperma dan lendir.
 Segera setelah ada lendir jenis apapun atau perasaan basah muncul, hindari sanggama
atau kontak seksual. Hari-hari lendir, terutama hari-hari lendir subur adalah tidak aman.
 Tandai hari terakhir dengan lendir jernih, licin dan mulur dengan tanda X. Ini adalah hari
puncak; ini adalah hari ovulasi atau hari paling subur.
 Setelah hari puncak, hindari sanggama untuk 3 hari berikut siang dan malam. Hari-hari
ini dalah tidak aman (Aturan Puncak). Mulai dari pagi hari keempat setelah kering, ini
adalah hari-hari aman untuk bersanggama sampai hari haid berikutnya bila ingin
menghindari kehamilan.
 Pada siklus yang tidak teratur seperti pasca persalinan atau pra menopause maka perlu
memperhatikan Pola Dasar Ketidaksuburan dimana ada waktu 1-2 hari subur yang
menyelingi diantara hari-hari tidak subur. Bila pola dasar ketidaksuburan ini sudah pulih
kembali dan berlangsung minimal 3 hari berturut-turut tanpa perubahan, maka
sanggama boleh dilakukan (Aturan Sabar Menunggu / Wait and See Rule).

B. METODE SUHU BASAL


Tahun Akademik 2022/2023 Page 52
Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

 Ukur suhu pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum bangun dari tempat
tidur) dan catat suhu pada kartu yang disediakan
 Pakai catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid untuk
menentukan suhu tertinggi dari suhu yang “normal, rendah” (misalnya catatan suhu
harian pada pola tertentu tanpa suatu kondisi yang luar biasa). Abaikan setiap suhu
tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain.
 Tarik garis pada 0,05 – 0,1 C di atas suhu tertinggi dari suhu 10 hari tersebut. Ini
dinamakan garis pelindung (cover line)atau garis suhu.
 Masa tak subur mulai pada sore setelah hari ketiga berturut-turut suhu berada di atas
garis pelindung tersebut (Aturan Perubahan Suhu)

C. PANTANG SANGGAMA
Pantang sanggama mulai dari awal siklus haid sampai sore hari ketiga berturut-turut setelah
suhu berada di atas garis pelindung (cover line). Masa pantang pada Aturan Perubahan Suhu
lebih panjang dari pemakaian MOB.

D. METODE SIMTOMTERMAL
 Setelah darah haid berhenti, dapat bersanggama pada malam hari pada hari kering
dengan berselang sehari selama masa tak subur. Ini adalah Aturan Selang Hari Kering
(Aturan Awal). Aturan yang sama dengan Metode Lendir Serviks.
 Masa subur mulai ketika ada perasaan basah atau munculnya lendir. Ini adalah Aturan
Awal. Aturan yang sama dengan Metode Lendir Serviks. Berpantang bersanggama
sampai masa subur berakhir.
 Pantang bersanggama sampai Hari Puncak dan Aturan Perubahan Suhu telah terjadi.
 Apabila aturan ini tidak mengidentifikasi hari yang sama sebagai akhir masa subur, selalu
ikuti aturan yang paling konservatif, yaitu aturan yang mengidentifikasi masa subur yang
paling panjang.

6. Komplikasi
Tidak ada komplikasi akibat metode ini.

KONTRASEPSI HORMONAL
1. Definisi dan Jenis
Yang dimaksud dengan kontrasepsi hormonal adalah semua obat atau alat untuk mencegah
terjadinya kehamilan, dimana obat atau alat tersebut mengandung hormon estrogen dan atau
progesteron. Estrogen dan progesteron adalah hormon yang dihasilkan oleh indung telur
dibawah pengaruh hipotalamus dan hipofisis. Kedua hormon ini pada gilirannya membuat
selaput lendir rahim (endometrium) tumbuh dan dalan keseimbangan tertentu menyebabkan
ovulasi.
Jenis-jenis kontrasepsi hormonal :
 Pil

Tahun Akademik 2022/2023 Page 53


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

 Suntik
 Implan (susuk)

2. Prinsip Kerja
 Estrogen dapat mencegah kehamilan dengan cara :
 Mencegah terjadinya ovulasi dengan jalan menekan pengeluaran hormon dari hipofisis
(FSH dan LH). Pada pil KB, kira-kira 98% cara kerjanya adalah mencegah ovulasi
 Menghambat implantasi
 Mempercepat perjalanan ovum dari saluran telur ke rongga rahim sehingga
kemungkinan untuk terjadinya pembuahan diperkecil
 Menyebabkan terjadinya luteolisis, yaitu proses degenerasi korpus luteum sehingga
kehamilan dapat dicegah
 Progesteron dapat mencegah kehamilan dengan cara :
 Membuat lendir serviks menjadi kental, sehingga menghambat penetrasi spermatozoa
ke dalam rahim
 Menghambat perjalanan ovum, sehingga menurunkan kemungkinan terjadinya
pembuahan
 Menghambat implantasi
 Mencegah terjadinya ovulasi

3. Indikasi
Tergantung jenis kontrasepsi hormonal yang digunakan.

4. Kontra Indikasi
 Perhatian khusus pada :
 Tromboemboli
 Kelainan cerebro vaskuler
 Gangguan hati
 Tumor ginekologik
 Kehamilan
 Perhatian pada :
 Diabetes
 Hipertensi
 Perdarahan pervaginam yang belum diketahui sebabnya
 Fibroma uterus
 Penyakit ginjal, jantung

5. Teknik
Tergantung jenis kontrasepsi hormonal yang digunakan.

6. Komplikasi

Tahun Akademik 2022/2023 Page 54


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Efek samping kontrasepsi hormonal :


 Kelebihan estrogen :
 Mual-muntah
 Edema
 Keputihan
 Disposisi lemak berlebihan
 Ektropia serviks
 Nyeri kepala jenis vaskuler
 Hipertensi
 Penekanan laktasi
 Payudara tegang karena retensi cairan
 Kelebihan progesteron :
 Nafsu makan meningkat
 Berat badan bertambah
 Cepat lelah
 Depresi
 Libido berkurang
 Akne
 Alopesia
 Lama haid berkurang
 Nyeri kepala
 Efek anabolik

Di antara efek-efek tersebut, efek samping digolongkan menjadi :


 Efek samping ringan : mual, perubahan siklus haid, berat badan bertambah, depresi,
alopesia, amenorea, retensi cairan.
 Efek samping berat : tromboemboli, pankreatitis, kelainan liver, dan kelainan kardiovaskuler
lainnya.

KONTRASEPSI HORMONAL : PIL KOMBINASI


1. Jenis pil kombinasi
 Monofasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/ progestin
(E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
 Bifasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/ progestin
(E/P) dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
 Trifasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/ progestin
(E/P) dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 55


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

2. Prinsip Kerja
 Menekan ovulasi
 Mencegah implantasi
 Mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui oleh sperma
 Mengganggu pergerakan tuba sehingga transportasi ovum terganggu

3. Indikasi
Pada prinsipnya hampir semua perempuan boleh menggunakan pil kombinasi, seperti:
 Usia reproduksi
 Telah memiliki anak ataupun yang belum memiliki anak
 Gemuk atau kurus
 Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas tinggi
 Setelah melahirkan dan tidak menyusui
 Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI eksklusif, sedangkan semua cara
kontrasepsi yang dianjurkan tidak cocok
 Pasca keguguran
 Anemia karena haid berlebihan
 Nyeri haid hebat
 Siklus haid tidak teratur
 Riwayat kehamilan ektopik
 Kelainan payudara jinak
 Diabetes tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata, dan saraf.
 Penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis, atau tumor ovarium jinak
 Tuberkulosis (kecuali dalam terapi rifampisin)
 Varises vena

4. Kontra indikasi
Yang tidak boleh menggunakan pil kombinasi :
 Hamil atau dicurigai hamil
 Menyusui eksklusif
 Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya
 Penyakit hati akut (hepatitis)
 Perokok dengan usia >35 tahun
 Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah > 180/110 mmHg
 Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau diabetes > 20 tahun
 Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
 Migrain dan gejala neurologik fokal (epilepsi/riwayat epilepsi)
 Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari.

5. Teknik

Tahun Akademik 2022/2023 Page 56


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Waktu mulai menggunakan pil kombinasi :


 Setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan bahwa tidak ada kehamilan
 Hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
 Boleh menggunakan pada hari ke-8, tetapi perlu menggunakan metode kontrasepsi yang
lain (kondom) mulai hari ke-8 sampai hari ke-14 atau tidak melakukan hubungan seksual
sampai paket pil habis
 Setelah melahirkan :
 Setelah 6 bulan pemberian ASI eksklusif
 Setelah 3 bulan dan tidak menyusui
 Pasca keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari)
 Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi, dan ingin menggantikan dengan pil
kombinasi, pil dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid.

Instruksi kepada klien


 Sebaiknya pil diminum setiap hari, lebih baik pada saat yang sama setiap hari
 Pil yang pertama dimulai pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
 Sangat dianjurkan penggunaannya pada hari pertama haid
 Beberapa paket pil mempunyai 28 pil, yang lain 21 pil. Bila paket 28 pil habis, sebaiknya
mulai minum pil dari paket yang baru. Bila paket 21 habis, sebaiknya tunggu 1 minggu baru
kemudian mulai minum pil dari paket yang baru.
 Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil, ambillah pil yang lain, atau
menggunakan metode kontrasepsi yang lain.
 Bila terjadi muntah hebat, atau diare lebih dari 24 jam, maka bila keadaan memungkinkan
dan tidak memperburuk keadaan, pil dapat diteruskan.
 Bila muntah dan diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih, cara penggunaan pil mengikuti
cara menggunakan pil lupa.
 Bila lupa minum 1 pil (hari 1-21), sebaiknya minum pil tersebut segera setelah ingat
walaupun harus minum 2 pil pada hari yang sama. Tidak perlu menggunakan metode
kontrasepsi yang lain. Bila lupa 2 pil atau lebih ( hari 1 – 21), sebaiknya minum 2 pil setiap
hari sampai sesuai jadwal yang ditetapkan. Sebaiknya gunakan metode kontrasepsi yang lain
atau tidak melakukan hubungan seksual sampai telah paket pil telah habis.
 Bila tidak haid, perlu segera tes kehamilan.

6. Komplikasi
 Amenore
 Perdarahan pervaginam/spotting
 Mual, pusing, muntah

KONTRASEPSI HORMONAL : SUNTIKAN KOMBINASI

Tahun Akademik 2022/2023 Page 57


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

1. Jenis suntikan kombinasi


Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) dan 5 mg
estradiol sipionat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali (Cyclofem), dan 50 mg Noretindron
enantat dan 5 mg estradiol valerat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali.

2. Prinsip Kerja
 Menekan ovulasi
 Mengentalkan lendir serviks sehingga penetrasi sperma terganggu
 Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu
 Menghambat transportasi gamet oleh tuba

Efektivitas : sangat efektif (0,1 – 0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama
penggunaan.

3. Indikasi
Yang boleh menggunakan suntikan kombinasi :
 Usia reproduksi
 Telah memiliki anak ataupun yang belum memiliki anak
 Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi
 Pasca persalinan dan tidak menyusui
 Menyusui ASI pasca persalinan > 6 bulan
 Anemia
 Nyeri haid hebat
 Haid teratur
 Riwayat kehamilan ektopik
 Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi

4. Kontra indikasi
Yang tidak boleh menggunakan suntikan kombinasi :
 Hamil atau diduga hamil
 Menyusui kurang dari 6 minggu pasca persalinan
 Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
 Penyakit hati akut (hepatitis viral)
 Perokok dengan usia >35 tahun
 Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah tinggi ( > 180/110 mmHg)
 Riwayat kelainan tromboemboli atau diabetes > 20 tahun
 Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
 Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain

5. Teknik

Tahun Akademik 2022/2023 Page 58


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan intramuskular. Klien diminta
datang setiap 4 minggu. Suntikan ulang dapat diberikan 7 hari lebih awal, dengan kemungkinan
terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga diberikan setelah 7 hari dari jadwal yang telah
ditentukan, dengan memastikan tidak ada kehamilan. Tidak dibenarkan melakukan hubungan
seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
Waktu mulai menggunakan suntikan kombinasi :
 Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid. Tidak diperlukan
kontrasepsi tambahan.
 Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke-7 siklus haid, klien tidak boleh melakukan
hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari.
 Bila tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan dapat dipastikan tidak
ada kehamilan. Tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan
metode kontrasepsi yang lain selama 7 hari.
 Pada pasca persalinan b bulan, dimana masih menyusui serta belum haid, suntikan pertama
dapat diberikan (syarat : tidak ada kehamilan)
 Bila pasca persalinan > 6 bulan, menyusui, serta telah mendapat haid, maka suntikan
pertama dapat diberikan pada siklus haid hari 1 dan 7.
 Pada pasca persalinan < 6 bulan dan menyusui, jangan diberi suntikan kombinasi.
 Pada pasca persalinan 3 minggu dan tidak menyusui, suntikan kombinasi dapat diberikan.
 Pasca keguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau dalam waktu 7 hari.
 Pada klien yang sedang menggunakan metode kontrasepsi hormonal yang lain dan ingin
menggantinya dengan kontrasepsi hormonal kombinasi, maka selama penggunaan
kontrasepsi sebelumnya dilakukan dengan benar, suntikan kombinasi dapat segera
diberikan tanpa perlu menunggu haid. Bila ragu-ragu, lakukan tes kehamilan terlebih
dahulu.
 Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan klien intin menggantinya
dengan suntikan kombinasi, maka suntikan kombinasi tersebut dapat diberikan sesuai
jadwal kontrasepsi sebelumnya. Tidak diperlukan metode kontrasepsi lain.
 Pada klien yang menggunakan metode kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya
dengan suntikankombinasi, maka suntikan pertama dapat segera diberikan (pastikan
terlebih dahulu tidak ada kehamilan). Bila diberikan pada hari ke-1-7 siklus haid, metode
kontrasepsi lain tidak diperlukan. Bila sebelumnya menggunkaan AKDR, maka suntikan
pertama diberikan hari ke-1-7 siklus haid. Cabut segera AKDR.

6. Komplikasi
 Amenore
 Perdarahan pervaginam / spotting
 Mual, pusing, muntah

KONTRASEPSI HORMONAL : SUNTIKAN PROGESTIN


1. Jenis suntikan progestin
Tahun Akademik 2022/2023 Page 59
Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Terdiri dari 2 jenis :


 DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat)
 Mengandung 150 mg DMPA
 Diberikan setiap 3 bulan
 Suntikan intramuskular (di daerah bokong)
 Depo Noristerat (Depo Noristeron Enantat)
 Mengandung 200 mg noretindron enantat
 Diberikan setiap 2 bulan
 Suntikan intramuskular

2. Prinsip Kerja
 Mencegah ovulasi
 Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi sehingga mencegah implantasi
 Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma
 Menghambat transportasi gamet oleh tuba
Efektivitas : 0,3 kehamilan per 100 perempuan

3. Indikasi
Yang dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin :
 Usia reproduksi
 Nullipara dan yang telah memiliki anak
 Menghendaki metode kontrasepsi jangka panjang dengan efektivitas tinggi
 Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
 Setelah melahirkan dan tidak menyusui
 Pasca keguguran
 Telah banyak anak, tetapi belum menhendaki tubektomi
 Perokok
 Tekanan darah < 180/110 mmHg dengan masalah gangguan pembekuan darah atau
anemia bulan sabit.
 Menggunakan obat epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin).
 Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen
 Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
 Anemia defisiensi besi
 Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi
kombinasi.

4. Kontra indikasi
Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin :
 Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran)
 Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya

Tahun Akademik 2022/2023 Page 60


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

 Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenore


 Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
 Diabetes mellitus disertai komplikasi

5. Teknik
Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntikan progestin :
 Setiap saat selama siklus haid, untuk meyakinkan bahwa tidak ada kehamilan
 Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
 DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular dalam di daerah bokong.
Apabila suntikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak
bekerja segera dan kurang efektif. Sintikan diberikan setiap 90 hari.
 Noristerat untuk 3 injeksi berikutnya diberikan setiap 8 minggu. Mulai dengan injeksi kelima
diberikan setiap 12 minggu.
 Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi oleh etil / isopropil
alkohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik. Setelah kulit kering, baru disuntik.
 Kocok dengan baik, hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara. Kontrasepsi
suntikan tidak perlu didinginkan. Bila terdapat endapan putih pada dasar ampul, upayakan
menghilangkannya dengan menghangatkannya.

6. Komplikasi
 Amenore
 Perdarahan pervaginam bercak / spotting
 Berat badan meningkat / menurun

KONTRASEPSI HORMONAL : PIL PROGESTIN (MINIPIL)


1. Jenis minipil
 Kemasan dengan isi 35 pil : 300 mikrogram levonorgestrel atau 350 mikrogram
noretindron.
 Kemasan dengan isi 28 pil : 75 mikrogram levonorgestrel

2. Prinsip Kerja
 Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium (tidak begitu kuat)
 Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit.
 Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma
 Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu.
Efektivitas : 98,5%

3. Indikasi
Yangboleh menggunakan minipil :
 Usia reproduksi

Tahun Akademik 2022/2023 Page 61


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

 Telah memiliki anak atau yang belum memiliki anak


 Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat efektif selama periode menyusui.
 Pasca persalinan dan tidak menyusui
 Pasca keguguran
 Perokok segala usia
 Mempunyai tekanan darah tinggi (selama < 180/110 mmHg) atau dengan masalah
gangguan pembekuan darah
 Tidak bolah menggunakan estrogen atau lebih sengan tidak menggunakan estrogen.

4. Kontra indikasi
Yang tidak boleh menggunakan minipil :
 Hamil atau diduga hamil
 Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
 Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
 Menggunakan obat tuberkulosis (rifampisin) atau obat epilepsi (fenitoin dan barbiturat)
 Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
 Sering lupa menggunakan pil
 Mioma uteri
 Riwayat stroke

5. Teknik
Waktu mulai menggunakan minipil :
 Mulai hari pertama sampai hari ke 5 siklus haid. Tidak diperlukan pencegahan dengan
kontrasepsi lain.
 Dapat digunakan setiap saat, asal tidak ada kehamilan. Bila menggunakannya seteleh
hari ke-5 siklus haid, jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari atau
menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 2 hari saja.
 Bila tidak haid, minipil dapat digunakan setiap saat. Jangan melakukan hubungan seksual
selama 2 hari atau menggunakan metode kontrsepsi lain untuk 2 hari saja,
 Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pasca persalinan dan tidak haid, minipil
dapat dimulai setiap saat. Bila menyusui penuh, tidak memerlukan metode kontrasepsi
tambahan.
 Bila lebih dari 6 minggu pasca persalinan dan telah mendapat haid, minipil dapat dimula
pada hair ke1 – 5 siklus haid.
 Minipil dapat diberikan segera pasca keguguran.

6. Komplikasi
 Amenore
 Perdarahan tidak teratur / spotting

Tahun Akademik 2022/2023 Page 62


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

KONTRASEPSI DARURAT
1. Definisi dan Jenis
Kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan bila digunakan
segera setelah hubungan seksual. Hal ini sering disebut “kontrasepsi pascasanggama” atau
“morning after pill” atau “morning after treatment”.
Istilah “kontrasepsi sekunder” atau “kontrasepsi darurat” asalnya untuk menepis anggapan
obat tersebut harus segera dipakai/digunakan setelah hubungan seksual atau harus menunggu
hingga keesokan harinya dan bila tidak, berarti sudah terlambat sehingga tidak dapat berbuat
apa-apa lagi. Sebutan kontrasepsi darurat menekankan juga bahwa dalam cara KB ini lebih baik
daripada tidak sama sekali. Namun kurang efektif dibandingkan dengan cara KB yang sudah ada.
Jenis Kontrasepsi Darurat
A. Mekanik (AKDR : Copper T, Multiload, Nova T)
Cara : satu kali pemasangan
Waktu : dalam waktu 7 hari pascasanggama

B. Medik
o Pil kombinasi dosis tinggi (Microgynon 50, Ovral, Neogynon, Nordiol, Eugynon)
Dosis: 2x2 tablet
Waktu pemberian : dalam waktu 3 hari pascasanggama, dosis kedua 12 jam kemudian
o Pil kombinasi dosis rendah (Microgynon 30, Mikrodiol, Nordette)
Dosis : 2x4 tablet
Waktu pemberian : dalam waktu 3 hari pascasanggama, dosis kedua 12 jam kemudian
o Progestin (Postinor-2)
Dosis : 2x1 tablet
Waktu pemberian : dalam waktu 3 hari pascasanggama, dosis kedua 12 jam kemudian
o Estrogen (Lynoral, Premarin, Progynova)
Dosis : Lynoral : 2,5mg/dosis
Premarin : 10 mg/dosis
Progynova : 10 mg/dosis
o Mifepristone (RU-486)
Dosis : 1x600mg
Waktu pemberian : dalam waktu 3 hari pascasanggama
o Danazol (Danocrine, Azol)
Dosis : 2x4 tablet
Waktu pemberian : dalam waktu 3 hari pascasanggama, dosis kedua 12 jam kemudian.
Manfaat
- Sangat efektif (tingkat kehamilan <3%)
- AKDR juga bermanfaat jangka panjang
Keterbatasan
- Pil kombinasi hanya efektif jika digunakan dalam 72 jam sesudah hubungan seksual tanpa
perlindungan

Tahun Akademik 2022/2023 Page 63


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

- Pil kombinasi dapat menyebabkan nausea, muntah, atau nyeri payudara


- AKDR hanya efektif jika dipasang dalam 7 hari sesudah hubungan seksual
- Pemasangan AKDR memerlukan tenaga terlatih dan sebaiknya tidak digunakan pada klien
yang terpapar dengan risiko IMS

2. Prinsip Kerja
Prinsip kerja kontrasepsi darurat sama dengan prinsip kerja kontrasepsi hormonal.

3. Indikasi
Indikasi kontrasepsi darurat adalah untuk mencegah kehamilan yang tidak dikehendaki.
 Bila terjadi kesalahan dalam pemakaian kontrasepsi, antara lain :
1. Kondom bocor, lepas atau salah menggunakannya
2. Diafragma pecah, robek, atau diangkat terlalu cepat
3. Kegagalan sanggama terputus (misalnya ejakulasi di vagina atau pada genitalia eksterna)
4. Salah hitung masa subur
5. AKDR ekspulsi
6. Lupa minum pil KB lebih dari 2 tablet
7. Terlambat lebih dari 2 minggu untuk suntik KB
 Pemerkosaan
 Tidak menggunakan kontrasepsi

4. Kontra indikasi: hamil atau tersangka hamil.

5. Teknik: sesuai dengan jenis kontrasepsi darurat yang digunakan.

6. Komplikasi
 Mual, muntah. Jika muntah terjadi dalam 2 jam sesudah penggunaan pil pertama atau
kedua, dosis ulangan perlu diberikan
 Perdarahan/bercak : sekitar 8% klien dengan kontrasepsi oral kombinasi mengalami bercak-
bercak. Sekitar 50% mendapat haid pada waktunya bahkan lebih awal.

KONTRASEPSI HORMONAL : IMPLAN / SUSUK


1. Jenis implan :
 Norplant
 Implanon
 Jadena dan Indoplant

2. Prinsip Kerja
 Mengentalkan lendir serviks
 Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi
 Menghambat transportasi sperma

Tahun Akademik 2022/2023 Page 64


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

 Menekan ovulasi
Efektivitas : 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan

3. Implan sesuai untuk mereka dengan kondisi dibawah ini :


 Usia reproduksi
 Telah memiliki anak ataupun belum
 Menghendaki metode kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan menghendaki
kehamilan jangka panjang
 Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
 Pasca persalinan dan tidak menyusui
 Pasca keguguran
 Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi
 Riwayat kehamilan ektopik
 Tekanan darah < 180/110 mmHg dengan masalah pembekuan darah atau anemia bulan
sabit (sickle cell).
 Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen
 Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi

4. Implan tidak direkomendasikan untuk mereka dengan kondisi dibawah ini:


 Hamil atau diduga hamil
 Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
 Tidak dapat menerima perubahan pola haid
 Benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudara
 Mioma uteri
 Gangguan toleransi glukosa

5. Teknik
Waktu mulai menggunakan implan :
 Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Tidak diperlukan kontrasepsi
tambahan.
 Insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila insersi setelah hari ke-7 siklus haid, jangan
melakukan hubungan seksual atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
 Bila tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat dengan memastikan terlebih dahulu tidak
ada kehamilan. Jangan melakukan hubungan seksual atau gunkan metode kontrasepsi lain
untuk 7 hari saja
 Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan, insersi dapat dilakukan
setiap saat. Bila menyusui penuh, tidak perlu memakai metode kontrasepsi lain.
 Bila setelah 6 minggu pasca persalinan dan telah mendapat haid, insersi dapat dilakukan
setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan
metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 65


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

 Pasca keguguran, implan dapat segera diinsersikan.

6. Komplikasi
 Amenore
 Perdarahan bercak / spotting
 Ekspulsi
 Infeksi pada daerah insersi
 Berat badan naik / turun

ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)


1. Definisi dan Jenis
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) adalah bahan inert sintetik (dengan atau tanpa unsur
tambahan untuk sinergi efektifitas) dengan berbagai bentuk, yang dipasangkan ke dalam rahim
untuk menghasilkan efek kontraseptif. AKDR merupakan salah satu cara kontrasepsi yang
banyak dipakai dalam program Keluarga Berencana. AKDR merupakan metoda kontrasepsi yang
reversibel dan berjangka panjang.
Bentuk AKDR yang beredar di pasaran adalah spiral (Lippes Loop), huruf T (T Cu380A,
Tcu200C, dan Nova T), tulang ikan (MLCu250 dan 375) dan batang (Gynefix). Unsur tambahan
adalah tembaga (Cuprum) atau hormon (levonorgestrel).
Jenis-jenis AKDR yaitu :
 Inert, dibuat dari plastik (Lippes Loop)
 Mengandung tembaga (AKDR CuT-380A, TCU 200C, multiload [ML Cu250 dan 375] dan Nova
T)
AKDR jenis ini berukuran kecil, memiliki kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf
T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu). Tersedia di Indonesia dan
mudah didapat.
 Mengandung hormon steroid seperti progestasert dan levonova yang mengandung
progestin.

2. Prinsip Kerja
 Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopii
 Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
 Mencegah sperma dan ovum bertemu
 Mencegah implantasi dalam uterus
AKDR akan berada didalam uterus yang bekerja terutama mencegah terjadinya pembuahan
(fertilisasi) dengan mencegah bersatunya ovum dengan sperma, mengurangi jumlah sperma
yang melalui tuba fallopii dan menginaktifkan sperma.

3. Indikasi
Yang dapat menggunakan AKDR :
 Usia reproduktif
Tahun Akademik 2022/2023 Page 66
Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

 Nullipara
 Menginginkan kontrasepsi jangk apanjang
 Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
 Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
 Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
 Risiko rendah IMS
 Tidak menhendaki metode hormonal
 Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
 Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari sanggama

Pada umumnya seorang perempuan dapat menggunakan AKDR Cu dengan aman dan efektif.
AKDR dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan, misalnya:
 Perokok
 Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi
 Sedang memakai antibiotika atau antikejang
 Gemuk ataupun kurus
 Sedang menyusui

Begitu juga perempuan dalam keadaan seperti dibawah ini dapat menggunakan AKDR :
 Penderita tumor jinak payudara
 Penderita kanker payudara
 Pusing-pusing, sakit kepala
 Tekanan darah tinggi
 Varises di tungkai atau di vulva
 Penderita penyakit jantung (termasuk penyakit jantung katup dapat diberikan antibiotika
sebelum pemasangan AKDR)
 Pernah menderita stroke
 Penderita diabetes
 Penderita penyakit hati atau empedu
 Malaria
 Skistosomiasis (tanpa anemia)
 Penyakit tiroid
 Epilepsi
 Non pelvik TBC
 Setelah kehamilan ektopik
 Setelah pembedahan pelvik

Yang boleh menggunakan AKDR dengan progestin :


 Usia reproduksi
 Telah memiliki anak maupun belum

Tahun Akademik 2022/2023 Page 67


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

 Menginginkan kontrasepsi yang efektif jangka panjang untuk mencegah kehamilan


 Sedang menyusui dan ingin memakai kontrasepsi
 Pasca keguguran dan tidak ditemukan tanda-tanda radang panggul
 Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal kombinasi
 Sering lupa menggunakan pil
 Usia perimenopause dan dapat digunakan bersamaan dengan pemberian estrogen
 Mempunyai risiko rendah mendapat penyakit menular seksual.

4. Kontra indikasi
 Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)
 Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat ditegakkan diagnosisnya)
 Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
 Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik
 Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi
kavum uteri
 Penyakit trofoblas ganas
 Diketahui menderita TBC pelvik
 Kanker alat genital
 Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

5. Teknik
Waktu AKDR dipasang :
 Setiap waktu selama siklus haid
 Sesudah melahirkan, dalam waktu 48 jam pertama pasca persalinan, 6-8 minggu, ataupun
lebih sesudah melahirkan
 Segera sesudah induksi haid, pasca keguguran spontan, atau keguguran buatan, dengan
syarat tidak terdapat bukti-bukti adanya infeksi.

6. Komplikasi
Komplikasi yang umum terjadi :
 Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3
bulan)
 Haid lebih lama dan banyak
 Perdarahan (spotting) antarmenstruasi
 Nyeri
 Saat haid lebih sakit
 Ekspulsi
 Kehamilan

Komplikasi lain :

Tahun Akademik 2022/2023 Page 68


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

 Sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan


 Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia
 Translokasi
 Infeksi pelvik
 Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar)

Kerugian :
 Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
 Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti
pasangan
 Penyakit Radang Panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR. PRP
dapat memicu infertilitas.
 Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR.
Seringkali perempuan takut selama pemasangan.
 Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya
menghilang dalam 1-2 hari.
 Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan terlatih yang harus
melepaskan AKDR.
 Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang
segera sesudah melahirkan)
 Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah
kehamilan normal
 Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini
perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau
melakukan ini.

TUBEKTOMI (KONTRASEPSI MANTAP)


1. Definisi dan Jenis
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang
perempuan secara permanen.
Jenis :
 Minilaparotomi
 Laparoskopi

2. Prinsip Kerja
Mekanisme kerja : dengan mengoklusi tuba fallopii (mengikat dan memotong atau memasang
cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.

3. Indikasi
Yang dapat menjalani Tubektomi :

Tahun Akademik 2022/2023 Page 69


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

 Usia > 26 tahun


 Paritas > 2
 Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya
 Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius
 Pasca persalinan
 Pasca keguguran
 Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini.

4. Kontra indikasi
Yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi :
 Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)
 Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan (hingga harus dievaluasi)
 Infeksi sistemik atau pelvik yang akut (hingga masalah itu disembuhkan atau dikontrol)
 Tidak boleh menjalani proses pembedahan
 Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan
 Belum memberikan persetujuan tertulis

5. Teknik
Kapan dilakukan :
 Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tersebut tidak
hamil
 Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
 Pasca persalinan
- Minilap : di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu
- Laparoskopi : tidak tepat untuk klien-klien pasca persalinan
 Pasca keguguran
- Triwulan pertama : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik (minilap
atau laparoskopi)
- Triwulan kedua : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik (minilap
saja)

6. Komplikasi
 Infeksi luka
 Demam pasca operasi (>38 C)
 Luka pada kandung kemih, intestinal (jarang terjadi)
 Hematoma (subkutan)
 Emboli udara yang diakibatkan oleh laparoskopi (sangat jarang terjadi)
 Rasa sakit pada lokasi pembedahan
 Perdarahan superfisial (tepi-tepi kulit atau subkutan)

Tahun Akademik 2022/2023 Page 70


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

4.1.2. Tujuan Pembelajaran


1. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi konseling keluarga berencana
2. Mahasiswa mampu melakukan konseling keluarga berencana dengan baik

4.1.3. Kemampuan yang Harus Dikuasai Mahasiswa Sebelumnya


1. Komunikasi, Informasi dan Edukasi
2. Anatomi dan Fisiologi Genitalia
3. Universal Precaution

4.1.4. Referensi
1. Hoffman B, Schorge J, Schaffer J, Halvorson L, Bradshaw K, Cunningham. Williams
Gynecology 2nd ed. New York: McGraw-Hill; 2012.
2. Sri Rahayu dan Ida Prijatni. Praktikum Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana.
Pusdik SDM Kesehatan: 2016.
3. Video Konseling Kontrasepsi FK Unand: https://youtu.be/K67ef-w382

Tahun Akademik 2022/2023 Page 71


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK 5A


KONSELING KELUARGA BERENCANA

Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelompok :

NO. LANGKAH / KEGIATAN Skor


Bobot Nilai
SA 0 1 2
1. Menyapa pasien dengan ramah dan memperkenalkan diri
2. Memberikan perhatian yang penuh pada pasien 10%
3. Menanyakan kepada pasien apa yang perlu dibantu
T
4. Menanyakan informasi tentang identitas pasien
5. Membantu pasien untuk berbicara terkait pengalaman
Keluarga Berencana 15%
6. Menanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh pasien
7. Menunjukkan empati kepada pasien
U
8. Menguraikan dan memberi tahu apa pilihan kontrasepsi
30%
9. Membantu pasien pada jenis kontrasepsi yang diinginkan
TU
10. Membantu pasien menentukan pilihannya
11. Membantu pasien berpikir mengenai apa yang paling sesuai
dengan keadaan dan kebutuhannya 15%
12. Mendorong pasien untuk menunjukkan keinginannya dan
mengajukan pertanyaan.
J
13. Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan
25%
kontrasepsi pilihannya
U
14. Membicarakan dan membuat perjanjian kapan pasien akan
kembali untuk melakukan pemeriksaaan lanjutan atau 5%
permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan.
TOTAL NILAI 100%
Keterangan:
0 = Tidak dilakukan Padang, ……………………………….2022
1 = Dilakukan tapi perlu perbaikan Instruktur,
2 = Dilakukan dengan sempurna

Nilai Akhir = Jumlah skor x 100 = ……… ( ....................................................)


4,5

Tahun Akademik 2022/2023 Page 72


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

4.2. Pemasangan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


4.2.1. Pengantar Teori
1. Pengertian IUD (Intra Uterine Device)
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD) merupakan alat kontrasepsi yang dipasang
dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan
kondom. Efektifitas metode IUD antara lain ditunjukkan dengan angka kelangsungan
pemakaian yang tertinggi bila dibandingkan dengan metode tersebut diatas.
Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau campuran
tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan waktu
penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja mencegah masuknya
sprematozoa/sel mani ke dalam saluran tuba. Pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi
ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua
perempuan usia reproduksi namun tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi
menular seksual.

2. Jenis IUD

Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah :

1) Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi
lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas
(anti pembuahan) yang cukup baik.
2) Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini
mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat
tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada
IUD Copper-T.
3) Multiload
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk
sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi
gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375mm2 untuk
menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini.
4) Lippesloop
IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung.
Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes loop terdiri dari 4
jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm
(benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning)
dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka
kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi
perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan
plastik.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 73


kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop
mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis
ini adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkanBuku
lukaPanduan
atau penyumbatan
Keterampilanusus,
Klinik 5
sebab terbuat dari bahan plastik.

Gambar 1. Jenis-jenis AKDR


Gambar 1: Jenis-jenis AKDR
Keterangan: Dari kiri ke kanan berturut-turut: Copper-T, Copper-7, Multiload, Lippes loop
Keterangan: Dari kiri ke kanan berturut-turut: Copper-T, Copper-7, Multiload,
3. Cara Kerja IUD
Lippes loop
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri.
3. Cara sperma
c. Mencegah Kerja IUDdan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit masuk ke dalam
alat reproduksi
Cara kerjaperempuan danlain
dari IUD antara mengurangi
yaitu: sperma untuk fertilisasi.
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
b. dan
4. Keuntungan Mempengaruhi
Kelemahanfertilisasi
IUD sebelum ovum mencapai cavum uteri.
c. Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit masuk ke
Keuntungan dari penggunaan alat kontrasepsi IUD yakni:
dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.
a. Sangatd.efektif. 0,6 - 0,8
Memungkinkan kehamilan/100
untuk perempuan
mencegah implantasi dalamuterus.
telur dalam 1 tahun pertama dan 1
kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan
b. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
4. Keuntungan
c. Metode dan Kelemahan
jangka panjang IUD dari CuT-380A dan tidak perlu diganti).
(10 tahun proteksi
d. Tidak mempengaruhi
Adapun keuntunganhubungan seksual. alat kontrasepsi IUD yakni:
dari penggunaan
e. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
a. Sangatkenyamanan
f. Meningkatkan efektif. 0,6 - seksual
0,8 kehamilan/100 perempuan
karena tidak dalam
perlu takut 1 tahun
untuk pertama
hamil.
g. Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A.
h. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi
j. infeksi).
k. Dapat digunakan sampai menapouse (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).
l. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

Kelemahan dari penggunaan IUD yaitu :

a. Efek samping yang umum terjadi, seperti: perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan
pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama dan banyak,perdarahan
antar menstruasi, saat haid lebih sakit.
b. Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan,
perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab
anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar).
c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan.
e. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD, PRP
dapat memicu infertilitas.
f. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelviks diperlukan dalam pemasangan IUD.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 74


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

g. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya
menghilang dalam 1 - 2 hari
h. Pencabutan IUD hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter atau bidan) yang
terlatih.
i. Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang
segera setelah melahirkan)
j. Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.

5. Waktu Penggunaan IUD


Penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada saat:

a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.
b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
c. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu
pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi (MAL).
d. Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala
infeksi.
e. Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi.

6. Waktu Kontrol IUD


Kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali untuk memeriksa posisi
benang IUD dari waktu ke waktu. Waktu kontrol IUD yang harus diperhatikan adalah:

a. 1 bulan pasca pemasangan


b. 3 bulan kemudian
c. setiap 6 bulan berikutnya
d. bila terlambat haid 1 minggu
e. perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya

Gambar 2. Bagian-bagian IUD Copper-T

4.2.2. Tujuan Pembelajaran


1. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi pemasangan AKDR.
2. Mahasiswa mampu melakukan pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim dengan baik

Tahun Akademik 2022/2023 Page 75


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

4.2.3. Pengetahuan yang Harus Dikuasai Mahasiswa Sebelumnya


1. Komunikasi, Informasi dan Edukasi
2. Anatomi dan Fisiologi Genitalia
3. Universal Precaution

4.2.4. Prosedur, Alat, dan Bahan


Pemasangan maupun pencabutan AKDR tidak memerlukan ruang operasi besar, akan tetapi
wajib menggunakan instrumen yang telah disterilisasi atau di Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
dan dilakukan di ruangan yang bersih. Bahan-bahan yang diperlukan dapat dibagi dalam tiga
kategori, yaitu sebagai berikut:
 Alat dan instrumen dasar yang biasanya ditemukan pada suatu klinik KB.
 Alat khusus untuk pemasangan/pencabutan AKDR (misalnya: kit pemasangan/
pencabutan).
 Bahan-bahan dan peralatan yang diperlukan untuk mencegah infeksi dan mengurangi
penyebaran penyakit serius seperti Hepatitis B dan HIV/AIDS.

Persiapan:
 Petugas harus siap ditempat dan memahami anatomi genitalia.

Gambar 3. Anatomi Genitalia Wanita

 Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.


 Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.
 Alat-alat yang diperlukan untuk pemasangan AKDR:
‐ Gyn bed,
‐ Tensimeter dan stetoskop,
‐ IUD set steril Bengkok,
‐ Lampu, Meja dengan duk steril.
‐ Sym speculum Sonde Rahim
‐ Lidi kipas dan kapas first aid secukupnya.
‐ Kogel tang
‐ Pinset dan gunting

Tahun Akademik 2022/2023 Page 76


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Gambar 4. Alat-alat pemasangan IUD

Siapkan peralatan dan instrumen yang diperlukan untuk pencabutan AKDR.


Instrumen dan bahan yang diperlukan adalah:

‐ Bivalve speculum (kecil, sedang, atau besar).


‐ Forsep/korentang
‐ Mangkuk untuk larutan antiseptik
‐ Sarung tangan (yang telah di DTT atau disterilisasi atau sarung tangan periksa yang
baru)
‐ Cairan antiseptik (mis: povidon iodin) untuk membersihkan serviks.
‐ Kain kasa atau kapas
‐ Sumber cahaya yang cukup untuk menerangi serviks

4.2.5. Referensi
1. Video pemasangan AKDR FK Unand: https://youtu.be/Jld6yUW7x3c
2. Sri Rahayu dan Ida Prijatni. Praktikum Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana.
Pusdik SDM Kesehatan: 2016.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 77


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK 5A


PEMASANGAN AKDR

Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelompok :

Skor
Aspek yang Dinilai Bobot Nilai
0 1 2
Konseling Awal & Metode Khusus
1. Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri Anda
dan tanyakan tujuan kedatangannya
2. Pastikan bahwa klien memilih AKDR, jelaskan 10%
kemungkinan-kemungkinan efek samping pemakai
AKDR Cu T380A
Konseling pra pemasangan & Seleksi Klien
3. Lakukan anamnesa untuk memastikan tidak ada
masalah kondisi kesehatan sebagai pemakai AKDR
4. Jelaskan apa yang akan dilakukan dan persilakan klien
untuk mengajukan pertanyaan
5. Pastikan klien sudah mengosongkan kandung
kencingnya dan membersihkan area genitalia dengan
air bersih dan sabun
6. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan
kain bersih
7. Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri,
benjolan atau kelainan lainnya di daerah suprapubik
8. Atur lampu yang terang untuk melihat serviks
30 %
9. Pakai sarung tangan yang sudah di DTT
10. Atur peralatan dan bahan-bahan yang akan dipakai
dalam wadah steril atau DTT
11. Lakukan pemeriksaan genitalia eksterna
12. Lakukan pemeriksaan spekulum
13. Lakukan pemeriksaan bimanual
14. Buka dan rendam sarung tangan dalam larutan klorin
0,5%
15. Jelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang akan
dirasakan
16. Masukkan lengan AKDR Cu T380A di dalam kemasan
sterilnya

Tahun Akademik 2022/2023 Page 78


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Tindakan Pemasangan AKDR


17. Pakai sarung tangan yang baru
18. Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks
19. Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2
sampai 3 kali
20. Masukkan sonde uterus dengan teknik “tidak
menyentuh” (no touch technique)
40%
21. Geser biru pada tabung inserter sesuai dengan hasil
pengukuran kedalaman uterus, kemudian buka
seluruh plastik penutup kemasan
22. Pasang AKDR dengan menggunakan teknik
withdrawal
23. Gunting benang AKDR, lepas dan keluarkan spekulum

(1)
Masukkan AKDR
yang lengannya
telah dilipat ke
dalam inserter

(2)
Tahan pendorong
dan tarik selubung
inserter ke bawah

Tindakan Pasca Pemasangan


24. Rendam semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5% 10 %
25. Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai ke

Tahun Akademik 2022/2023 Page 79


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

tempat yang sudah disediakan


26. Buka dan rendam sarung tangan dalam larutan klorin
0,5%
27. Cuci tangan dengan air sabun
28. Amati klien selama 15 menit sebelum
memperbolehkannya pulang
Konseling Pasca Pemasangan
29. Ajarkan klien cara memeriksa sendiri benang AKDR
dan kapan harus dilakukan
30. Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila
mengalami efek samping
31. Beritahu kapan klien harus datang kembali ke klinik 10 %
untuk kontrol
32. Yakinkan bahwa klien dapat meminta AKDR dicabut
setiap saat
33. Lengkapi rekam medik dan kartu AKDR untuk klien

Keterangan:
0 = Tidak dilakukan Padang, ……………………………….2022
1 = Dilakukan tapi perlu perbaikan Instruktur,
2 = Dilakukan dengan sempurna

Nilai Akhir = Jumlah skor x 100 = ……… ( ....................................................)


16,4

Tahun Akademik 2022/2023 Page 80


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK 5A


PENCABUTAN AKDR
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
NO. LANGKAH/KEGIATAN SKOR BOBOT NILAI
KONSELING PRA PENCABUTAN 0 1 2
1. Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri anda
2. Tanyakan tujuan dari kunjungannya
3. Tanyakan apa alasannya ingin mencabut AKDR tersebut
dan jawab semua pertanyaannya
4. Tanyakan tujuan dari Keluarga Berencana selanjutnya
10%
(apakah klien ingin mengatur jarak kelahiran atau ingin
membatasi jumlah anaknya)
5. Jelaskan proses pencabutan AKDR dan apa yang akan
klien rasakan pada saat proses pencabutan dan setelah
pencabutan
TINDAKAN PRA PENCABUTAN
6. Pastikan klien sudah mengosongkan kandung
kencingnya dan mencuci kemaluannya mengguakan
sabun.
7. Bantu Klien naik ke meja pemeriksaan
8. Cuci tangan dengan air sabun , keringkan dengan kain 10%
bersih
9. Pakai sarung tangan baru yang telah di DTT
10. Atur peralatan dan bahan-bahan yang akan dipakai
dalam wadah steril atau DTT
TINDAKAN PENCABUTAN
11. Lakukan pemeriksaan bimanual:
 Pastikan gerakan serviks bebas
 Tentukan besar dan posisi uterus
 Pastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa
12. Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks
50 %
13. Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2
sampai 3 kali
14. Jepit benang yang dekat dengan klem.
15. Tarik keluar benang dengan mantap tetapi hati-hati
untuk mengeluarkan AKDR

Tahun Akademik 2022/2023 Page 81


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Gambar. Pencabutan AKDR


16. Tunjukkan AKDR tersebut pada klien, kemudian
rendam dalam klorin 0,5 %
17. Keluarkan spekulum dengan hati-hati
TINDAKAN PASCA PENCABUTAN
18. Rendam semua peralatan yang sudah dipakai dalam
larutan klorin 0.5% selama 10 menit untuk
dekontaminasi
19. Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi (kas,
sarung tangan sekali pakai ) ketempat yang sudah
disediakan
20. Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung 20%
tangan kedalam larutan 0.5 %, kemudian lepaskan
dalam keadaan terbalik dan rendam dalam klorin
tersebut
21. Cuci tangan dengan air dan saben
22. Amati selama 5 menit sebelum memperbolehkan
klien pulang
KONSELING PASCA PENCABUTAN
23. Diskusikan apa yang harus dilakukan bila klien
mengalami masalah ( misalnya pendarahan yang lama
atau rasa nyeri pada perut / panggul )
24. Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang
diberikan
10 %
25. Jawab semua pertanyaan klien
26. Ulangi kembali keterangan tentang pilihan kontrasepsi
yang tersedia dan resiko serta keuntungan dari
masing-masing alat kontrasepsi bila klien ingin tetap
mengatur jarak kelahiran atau ingin membatasi

Tahun Akademik 2022/2023 Page 82


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

jumlah anaknya

27. Bantu klien untuk menentukan alat kontrasepsi yang


baru atau berikan alat kontrasepsi sementara sampai
klien dapat memutuskan alat kontrasepsi baru yang
akan dipakai
28. Buat rekam medik tentang pencabutan AKDR

Keterangan:
0 = Tidak dilakukan Padang, ……………………………….2022
1 = Dilakukan tapi perlu perbaikan Instruktur,
2 = Dilakukan dengan sempurna

Nilai Akhir = Jumlah skor x 100 = ……… ( ....................................................)


8,1

Tahun Akademik 2022/2023 Page 83


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

KETERAMPILAN KLINIK 5B
TOPIK 5
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK MATA

5.1 Anamnesis Mata


5.1.1 Pengantar Teori
Anamnesis yang baik terhadap keluhan yang disampaikan penderita perlu digali lebih
lanjut untuk mendapatkan keterangan yang sistematis lebih terarah pada penyakit
sehingga lebih mudah menegakkan diagnosis serta memberikan keterangan pada pasien
mengenai penyakitnya.
Perlu pula dicatat hal yang terkait dengan keterangan yang didapatkan dari
kelengkapan status yang sering sudah menjadi baku, seperti: nama,usia, jenis kelamin,
pekerjaan, dan anamnesis mengenai perjalanan penyakitnya. Jenis kelamin perlu
diperhatikan kerena ada penyakit yang sering terdapat pada jenis kelamin tertentu,
seperti glaukoma kongestif akut, buta wama dan lainnya. Pekerjaan pasien juga dapat
menyebabkan beberapa penyakit tertentu seperti trauma di dalam pabrik atau di dapur.
Pada jenis pekerjaan tertentu diperlukan syarat seperti tajam penglihatan untuk dapat
melakukan pekerjaan. Pekerjaan tertentu lainnya memerlukan penglihatan stereoskopis
dan penglihatan warna yang baik. Keluhan dan akibat keluhan ini dapat memberikan
akibat pekerjaan pada pasien.
Anamnesis yang baik dapat mengarah pada diagnosis yang tepat. Anamnesis yang
perlu ditanya seperti telah berapa lama penyakit diderita. Biasanya penyakit mata
dianggap akut bila terjadi dalam satu minggu, dan kronis bila telah 2 minggu diderita.
Akut dan kronisnya suatu penyakit tentu akan mengakibatkan prognosis tertentu.
Dengan anamnesis sesungguhnya sudah mulai dapat diperkirakan kemungkinan
patogenesis terjadinya keluhan yang dikemukakan pasien. Anamnesis dapat
dikembangkan lebih lanjut sehingga menjadi diagnosis berdasarkan patogenesis penyakit
yang sesuai dengan keluhan.
Komponen-komponen anamnesis yang perlu diperhatikan antara lain:
• Keluhan utama
• Riwayat penyakit sekarang
• Riwayat penyakit mata sebelumnya
• Pengobatan mata yang pernah/sedang dijalani
• Pengobatan atau Tindakan bedah secara umum yang pernah/sedang dijalani
• Riwayat alergi
• Riwayat sosial-ekonomi
• Riwayat keluarga

Keluhan Penderita Dengan Kelainan Mata


Penglihatan mata kabur

Tahun Akademik 2022/2023 Page 84


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Penglihatan mata kabur adalah keluhan yang umum membawa pasien ke dokter. Keluhan
mata dapat tidak spesifik, mulai dari karena kelainan refraksi seperti miopia,
hipermetropia dan astigmat. Kelainan media refraksi seperti katarak, kelainan segmen
posterior bola mata, hingga kelainan lainnya yang mungkin tidak disadari seperti sedang
migrain, vertigo, hiperglikemia atau hipoglikemia. Penting untuk digali dari keluhan ini
adalah onset, mata yang terkena, progresifitas, serta faktor resiko lain yang berkaitan
seperti usia, penyakit sistemik yang diderita, dan lain-lain.

Kelopak mata berkedut (twitch)


Kedutan pada kelopak mata dapat terjadi pada kelelahan yang berat, kurang tidur, iritasi
kornea atau konjungtiva, spasme hemifasial, dan kadang akibat elektrolit serum yang
abnormal atau anemia.

Sakit kepala
Sakit kepala merupakan keluhan penderita yang paling sering ditemukan. Keluhan ini
dapat disebabkan karena kelainan mata ataupun keadaan lainnya. Penyebab kelainan
mata yang dapat memberikan keluhan sakit kepala ialah glaukoma akut, glaukoma
simpleks pasca herpes zoster, uveitis, selulitis orbita, endoftalmitis, neuritis, kelainan
refraksi yang tidak dikoreksi, anisometropia, presbiopia dan juling, Pemakaian miotika
dapat pula menyebabkan sakit kepala. Hal yang perlu diperhatikan ialah apakah sakit
kepala disertai dengan demam, edema papil, kaku tengkuk, tanda saraf lainnya, dan
penurunan tajam penglihatan, selain apakah disertai mual dan muntah.

Bulu mata rontok (madarosis)


Madarosis dapat terjadi akibat pengobatan epinefrin kronik, sindrom Vogt-Koyanagi-
Harada, kelainan endokrin (hipertiroid), radang kelopak (blefaritis, herpes zoster, infeksi
jamur), dan beberapa jenis penyakit kulit.

Sakit mata pergerakan bola mata


Sakit pada gerakan bola mata terdapat pada neuritis optik, influenza, selulitis orbita,
fraktur orbita yang menjepit otot, pasca bedah juling dan lainnya.

Mata gatal dan berair


Mata gatal dan berair merupakan keluhan yang sering ditemukan pada kelainan mata.
Keluhan ini didapatkan pada blefaritis, konjungtivitis. keratitis, skleritis, trauma mata,
benda asing pada mata, mata kering. trikiasis, enteropion, lagoftalmos dan pada setiap
keadaan kelainan konjungtiva seperti radang, alergi, jaringan ikat, kalazion dan terkena
benda asing.

Mata berlendir atau kotor dan belekan


Keluhan mata belekan atau kotoran yang sering dinyatakan oleh penderita kadang-
kadang mempunyai arti tertentu untuk menegakkan diagnosis konjungtivitis. Bila
terdapat keluhan sekret yang berlebihan oleh penderita hal ini menunjukkan terjadi
kelainan pada konjungtiva. Biasanya kelainan ini berupa radang konjungtiva atau
Tahun Akademik 2022/2023 Page 85
Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

konjungtivitis Jumlah sekret konjungtiva akan lebih banyak sewaktu bangun pagi. Warna
sekret yang terlihat kadang-kadang sudah membantu untuk mengarahkan kemungkinan
penyebab radang konjungtiva.

Fotofobia atau perasaan silau dan sakit


Ini merupakan keadaan tidak tahan atau terlalu sensitifnya mata terhadap cahaya,
mudah silau disertai dengan rasa sakit. Keluhan ini terdapat pada radang mata luar
(konjungtivitis dan keratitis) radang mata dalam atau uveitis, dan kelainan mata lainnya
seperti rangsangan pada komea, migren, rangsangan saraf trigeminus, edema korea,
katarak, psikogenik, neuritis retrobulbar, midriasis pupil, aniridia, miopia, albino,
glaukoma kongenital, eksotropia, buta warna total dan kekeruhan komea. Sering
ditemukan pada pasien campak dan meningitis.

Melihat benda menjadi lebih kecil atau mikropsia


Mikropsia akan ditemukan pada retinopati serosa sentral, parese akomodasi, dan histeria
atau malingering.

Kelopak bengkak
Kelopak mata akan bengkak oleh radang ataupun bukan radang. Peradangan seperti
hordeolum, blefaritis, konjungtivitis, selulitis, dan trauma akan dapat mengakibatkan
edema palpebra. Kalazion, blefarokalasis, penyakit ginjal, jantung, dan tiroid merupa kan
penyebab edema palpebra yang bukan merupakan radang kelopak.

Gelap atau penglihatan turun mendadak pada satu mata


Visus yang turun mendadak dapat terjadi pada oklusi ateri dan vena sentral retina,
glaukoma akut sudut sempit, ablasi retina, neuritis optik, edema kornea akut, trauma
mata atau keracunan obat, hifema, perdarahan badan kaca, ablasi serosa makula, iskemik
optik neuropati, luksasi lensă dan perdarahan retrobulbar selain oklusi oftalmika dan
arteri karotid.
Bila visus berkurang hanya sewaktu dan menjadi normal kembali setelah 24 jam biasanya
disebabkan papil edema, amaurosis fugaks (uni lateral), insufisiensi arteri vertebrobasilar
(binokular). Penglihatan turun perlahan tanpa sakit yang berlangsung lebih dari minggu
hingga tahun terdapat pada katarak, glaukoma sudut terbuka, dan retinopati menahun.
Penglihatan yang turun dengan rasa sakit terdapat pada glaukoma akut, uveitis, dan
neuritis optik.

Gelap atau penglihatan turun mendadak pada kedua mata


Visus turun mendadak pada kedua mata dapat ditemukan pada cerebrovascular accident
dengan perdarahan oksipital, migren, intoksikasi. hipertensi maligna, dan histeria.

Halo sekitar sumber cahaya


Halo atau terdapatnya pelangi sekitar sumber cahaya yang dilihat dapat diakibatkan
glaukoma, katarak, edema kornea, pseudofakos, dan obat seperti digitalis, dan klorokuin.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 86


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Fotopsia
Keluhan fotopsia atau melihat pijaran halilintar kecil pada lapang pandangan didapatkan
pada traksi vitreoretinal, pembentukan ruptur pada retina, ablasi posterior badan kaca,
koroiditis, trauma mata, hipotensi atau kolap pembuluh darah retina, sinkope, migren,
dan penyakit serebrovaskular.

Astenopia atau kelelahan waktu membaca


Astenopía didapatkan pada kelainan refraksi yang tidak dikoreksi dengan betul,
presbiopia, anisometropia yang berat, insifisiensi konvergen, paresis otot penggerak
mata, dan penerangan waktu baca yang tidak baik.

Diplopia monokular
Diplopia monokular sering dikeluhkan oleh penderita katarak dini. Hal ini juga akibat
berkas sinar tidak difokuskan dalam satu persatu. Diplopia monokular nonrefraktif
ditemukan pada penderita koresponden retina abnormal disertai strabismus sesudah
tindakan pembedahan intrakranial.
Kelainan di luar bola mata yang dapat menyebabkan diplopia monokular ialah koreksi
astigmatisme tinggi yang tidak sempuma, sedang kelainan optik didalam mata yang
memberikan keluhan diplopia monokular ialah miopia tinggi, astigmatiregular, dislokasi
lensa, udara atau benda transparan dalam mata, irregular tear fim (film air mata) dan
katarak. Untuk memastikan diplopia monokular penderita disuruh menutup mata yang
sehat dan ditanyakan apakah melihat ganda dengan satu mata yang dibuka

Diplopia binokular
Penyebab diplopia binokular dapat terjadi karena miastenia gravis, parese atau paralisis
otot penggerak mata ekstraokular. Saraf ke Ill yang mengenai satu otot kemungkinan
adalah lesi nuklear (perdarahan, safilis, mutipel sklerosis) dan miastenia gravis. Kelainan
pertumbuhan dalam rongga orbita seperti selulitis, tumor, perdarahan, sindrom orbita
dan perlengketan otot penggerak mata.

Buta dengan sakit pada mata


Buta dengan rasa sakit biasanya disebabkan kelainan edema kornea, uveitis, dan tekanan
intraokular yang sangat tinggi.

Buta senja atau malam


Buta senja dapat disebabkan kelainan defisiensi vitamin A, miopia progresif, refraksi,
glaukoma lanjut, atrofi papil berat, pupil kecil (akibat miotika), retinitis pigmentosa, dan
obat seperti klorokuin dan kina.
5.1.2 Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu mendemonstrasikan anamnesis gangguan mata

5.1.3 Pengetahuan yang Harus Dikuasai Mahasiswa Sebelumnya


Mengetahui keluhan-keluhan pada kelainan mata

Tahun Akademik 2022/2023 Page 87


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

5.1.4 Prosedur
1. Memperkenalkan diri
2. Menanyakan dan mencatat identitas pasien
3. Menanyakan keluhan utama dari pasien
4. Menanyakan keluhan mata lain pada pasien
5. Melakukan anamnesis secara terstruktur dan terarah

5.2. Pemeriksaan Visus dan Buta Warna


5.2.1 Pemeriksaan Visus

Gambar 1. Snellen Chart dan LEA (Chart untuk anak).

Gambar 2. Proyektor Snellen Chart (feet)


Teknik Pemeriksaan Visus
1. Siapkan Snellen chart dalam ruangan dengan penerangan y a n g cukup.
2. Pasien duduk pada jarak 6 meter / 20 kaki, paling sedikit jarak 5 meter dari Snellen chart.
3. Snellen chart di digantungkan sejajar setinggi/lebih tinggi dari mata pasien.
4. Pemeriksaan dimulai di mata kanan terlebih dahulu dengan menutup mata kiri dengan
telapak tangan dan tidak menekan mata.
5. Pasien diminta membaca huruf Snellen dari baris paling atas sampai ke bawah. Hasil
pemeriksaan dicatat, kemudian dilakukan pemeriksaan untuk mata sebelahnya.

Hasil pemeriksaan visus :


● Visus 6/6: pasien dapat membaca seluruh huruf dideretan 6/6 pada snellen chart, di
sebut sebagai visus normal

Tahun Akademik 2022/2023 Page 88


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

● Visus 6/12: pasien bisa membaca sampai baris 6/12 pada snellen chart
● Visus 6/30: pasien bisa membaca sampai baris 6/30 pada snellen chart
● Visus 6/60: pasien bisa membaca barisan huruf 6/60 biasanya huruf yang paling atas
● Visus yang tidak 5/5 atau yang tidak 6/6 dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan
memakai trial lens.

Apabila tidak bisa membaca huruf Snellen pasien diminta menghitung jari pemeriksa.
● Visus 5/60: pasien bisa hitung jari pada jarak 5 meter
● Visus 1/60 pasien bisa hitung jari pada jarak 1 meter
Apabila pasien tidak bisa juga hitung jari, maka dilakukan pemeriksaan dengan menilai
gerakkan tangan didepan pasien dengan latar belakang terang pada jarak ½ - 1 meter.
● Visus 1/300 (Hand Movement/HM) pasien dapat menentukan arah proyeksi arah
gerakan tangan secara vertikal atau horizontal.

Jika tidak bisa melihat gerakan tangan dilakukan penyinaran dengan penlight ke
arah mata pasien.
● Apabila pasien dapat mengenali saat disinari dan tidak disinari dari segala posisi
(nasal,temporal,atas,bawah) maka tajam penglihatan V = 1/ ~ proyeksi baik (Light
Perception/LP).
● Jika pasien tidak bisa menentukan arah sinar maka penilai an V = 1/ ~ (LP, proyeksi
salah).
● Jika sinar tidak bisa dikenali maka tajam penglihatan dinilai V= 0 (NLP)

Tahun Akademik 2022/2023 Page 89


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Gambar 3. Pemeriksaan Visus

Gambar 4. Pemeriksaan visus dengan hitung jari

Gambar 5. Pemeriksaan visus dengan Hand Movement

Tahun Akademik 2022/2023 Page 90


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Gambar 6. Pemeriksaan visus dengan persepsi cahaya (Light Perception)

5.2.2 Pemeriksaan Buta Warna

Buta warna adalah penglihatan warna-warna yang tidak sempurna, dimana pasien
tidak atau kurang dapat membedakan warna yang dapat terjadi kongenital ataupun
didapatkan akibat penyakit tertentu. Hampir 5% laki-laki di negara barat menderita buta
warna yang diturunkan, lebih sering terdapat pada laki-laki dibanding perempuan.
Kebanyakan penderita buta warna dapat membedakan warna akan tetapi dengan
penilaian yang berbeda. Dengan adanya teori trikromat maka kemungkinan gangguan
dapat terletak hanya pada satu atau lebih pigmen.
Bentuk defisiensi yang sering ditemukan adalah trikromat anomali. Pada protanomali
terdapat kekurangan kerentanan merah sehingga dIperlukan lebih banyak merah untuk
bergabung dengan kuning baku. Sedang yang disebut sebagai protanopia adalah
kurangnya sensitifnya pigmen merah kerucut. Pada deutranomali diperlukan lebih banyak
hijau untuk menjadi kuning baku. Sedang deutranopia merupakan kurangnya pigmen hijau
kerucut.
Tritanomali terdapat kekurangan pada warna biru, pada keadaan ini akan sukar
membedakan warna biru terhadap kuning. Akromatopsia atau monokromat berarti
ketidakmampuan membedakan warna dasar atau wama antara. Pasien hanya mempunyai
satu pigmen kerucut (monokromat rod atau batang) Pada monokromat kerucut hanya
dapat membedakan warna dalam arti intensitasnya saja dan dan biasanya mempunyai
tajam penglihatan 6/30 Pada orang dengan buta wama total atau akromatopsia akan
terdapat keluhan silau dan nistagmus dan bersifat autosomal resesif
Pada buta warna yang diturunkan ia tidak bersifat progresif dan tidak dapat diobati.
Pengujian buta warna biasanya dilakukan dengan memasangkan warna yang terlihat.
Pengujian buta wama dapat menentukan ada atau tidak adanya buta warna didapatkan.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 91


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Alat test buta warna dapat dipakai diantaranya adalah buku ishihara dan Farnsworth
Munsell Test sedangkan untuk buta yang kongenital di pakai uji Ishihara (Gambar 7).
Uji Ishihara

Merupakan uji untuk mengetahui uji defek penglihatan warna didasarkan pada
menentukan angka atau pola yang ada pada kartu dengan berbagai ragam wama. Buku
pemeriksaan Ishihara normalnya berisikan 38 plates, namun sekarang ini ada buku yang
hanya memuat 24 plates, 14 plates, dan 10 plates. Dari 38 plates yang tersedia, 25 plates
berisikan angka dan 13 plates berisikan bentuk atau garis yang dapat digunakan untuk
pasien yang tidak bisa membaca angka. Penderita buta warna atau dengan kelainan
penglihatan wama dapat melihat sebagian ataupun sama sekali tidak dapat melihat
gambaran yang diperlihatkan.
Pada pemeriksaan pasien diminta melihat dan mengenali tanda gambar yang
diperlihatkan. Apabila terdapat kelainan, pasien akan mengalami kebingungan baik dalam
cahaya, saturasi maupun kontur. Apabila pasien menggunakan kacamata, pasien harus
tetap menggunakan kacamatanya selama pemeriksaan. Penyakit tertentu dapat
menyebabkan gangguan penglihatan wama seperti buta merah dan hijau pada atrofi saraf
optik, optik neuropati toksik dengan pengecualian neuropati iskemia, glaukoma dengan
atrofi optik yang memberikan gangguan penglihatan biru-kuning.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 92


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Gambar 7. Tes buta warna dengan uji Ishihara dan Farnsworth Munsell Test

Teknik Pemeriksaan buta warna:


1. Pemeriksaan Ishihara harus dilakukan di ruangan dengan pencahayaan yang cukup
atau pencahayaan daylight dengan sudut sinar 45 derajat terhadap permukaan
plate
2. Buku pemeriksaan Ishihara berjarak 66-75 cm dari mata dan buku dimiringkan agar
plates menghadap ke pasien. Pasien harus menyebutkan angka atau bentuk yang ia
lihat pada plates dalam waktu kurang dari 3-4 detik. Jika pasien tidak dapat
menyebutkan beberapa plates angka, plates nomor 18-24 yang berisikan bentuk
atau garis dapat digunakan. Pasien diminta menelusuri garis dari satu tepi ke tepi
lain dalam waktu kurang dari 10 detik. Pasien tidak boleh
menyentuh plates dengan jari jika tidak diminta oleh pemeriksa.
3. Saat pemeriksaan, tidak perlu menunjukkan semua plates pada pasien.
Pemeriksaan dapat disederhanakan dengan menggunakan 6 plates saja, di
antaranya plate nomor 1, salah satu dari plate nomor 2 atau 3, salah satu dari
plate nomor 4-7, salah satu dari plate nomor 8 atau 9, salah satu dari
plate nomor 10-13, dan salah satu plate nomor 14 atau 15.
4. Pasien yang ragu saat menjawab perlu dicurigai sebagai adanya buta warna ringan.
Pasien yang diduga telah menghafal angka-angka pada plates dapat dites dengan
membuka plates secara tidak berurutan. Catat berapa jumlah plates yang salah
disebutkan oleh pasien
5. Hasil pemeriksaan Ishihara dengan jumlah kesalahan ≥6 plate dapat dikatakan
pasien mengalami buta warna. Pasien dengan buta warna dikromatik dan
trikromatik anomali umumnya tidak dapat melihat angka atau bentuk
di plates yang kemudian membutuhkan pemeriksaan buta warna lainnya untuk
menentukan klasifikasi jenis buta warna dan tingkat keparahannya

5.2.2 Tujuan Pembelajaran


a. Memeriksa visus pada pasien mata
b. Mampu menentukan penilaian visus
c. Mampu memeriksa dan menilai buta warna

5.2.3 Pengetahuan yang Harus Dikuasai Mahasiswa Sebelumnya


a. Anatomi mata
b. Fisiologi penglihatan

5.2.4 Alat dan Bahan


1. Pemeriksaan Visus
a. Snellen Chart

Tahun Akademik 2022/2023 Page 93


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

b. Pen light
2. Pemeriksaan Buta Warna
a. Buku Ishihara

5.3. Pemeriksaan Lapang Pandang


5.3.1 Pengantar Teori
Lapang pandang yang normal adalah saat melihat objek yang jauh (tanpa
akomodasi) mata terfiksasi di satu titik, saat itu pasien akan melihat suatu ruang 3
dimensi dengan luas bagian temporal sebesar 90°-100°, bagian inferior 70°-80°,
bagian nasal 60°-70°, dan superior 55°. Ruang tersebut dinamakan bukit penglihatan
(Traquir’s island of vision surrounded by the sea of darkness). Lapangan pandang
dapat terganggu pada kondisi kerusakan nervus optikus (neuropati optik), kondisi
klinis yang memerlukan pemeriksaan lapangan pandang adalah kasus glaukoma,
neuro oftalmologi, kelainan retina.

Defek lapangan pandang yang terjadi dapat diketahui dengan pemeriksaan


perimetri, tes konfrontasi dan tangent screen. Hasil pemeriksaan lapangan pandang
akan di dapatkan dalam bentuk yang khas untuk masing-masing kelainan.

Gambar 8. Lokasi lesi dan defek lapang pandangnya

Tahun Akademik 2022/2023 Page 94


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Gambar 9. Perimetri dan gambaran hasil pemeriksaannya

5.3.2 Tujuan Pembelajaran


Mahasiswa mampu menilai apakah pasien mempunyai defek lapangan pandang atau
normal
5.3.3 Pengetahuan yang Harus Dikuasai Mahasiswa Sebelumnya
Fisiologi penglihatan

5.3.4 Prosedur

Lapang pandang pasien secara praktis dapat dinilai dengan pemeriksaan sederhana
melalui tes konfrontasi. Tekhnik pemeriksaan test konfrontasi:
1. Lakukan informed consent.
2. Posisi pemeriksa berada di depan pasien (berhadapan) sejauh pada jarak 1 meter.
3. Pemeriksaan diawali pada mata kanan, pasien diminta untuk menutup mata
kirinya dengan menggunakan telapak tangan, kemudian pemeriksa menutup
mata kanannya. Lapang pandang yang didapat mata kiri pemeriksa dianggap
normal dan sebagai acuan untuk memeriksa mata kanan pasien.
4. Pasien diminta melihat lurus ke mata kiri pemeriksa sebagai titik fiksasi.
5. Gerakkan jari pemeriksa digerakkan dari arah luar ke dalam di setiap kuadran dan
nilai apakah pasien dapat melihat jari tersebut sebagaimana penglihatan
pemeriksa sesuai dengan derajat luasnya.
6. Ulangi prosedur yang sama pada mata kiri pasien.
7. Catat lokasi kuadran yang terdapat gangguan lapangan pandang

Tahun Akademik 2022/2023 Page 95


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Gambar 10. Tes konfrontasi

Tahun Akademik 2022/2023 Page 96


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

5.4 Pemeriksaan Gerak Bola Mata, Refleks Pupil, dan Refleks Cahaya Kornea (Hirschberg Test)
5.4.1 Pemeriksaan Gerak Bola Mata
5.4.1.1 Pengantar Teori
Gerak bola mata yang normal di nilai dengan gerak terkonjugasi yaitu gerak mata kiri dan
kanan ke arah yang sama dengan sumbu mata yang sejajar. Keterbatasan dan gangguan
gerak bola mata akan mendeteksi dan menunjukan kelainan - kelainan neuromuskuler pada
otot mata.
Terdapat enam otot penggerak bola mata, yaitu :
● M. Oblikus Inferior: dipersarafi N.III, bekerja menggerakkan mata keatas, abduksi dan
eksiklotorsi
● M. Oblikus Superior: dipersarafi N.IV, berfungsi menggerakkan bola mata untuk
depresi terutama bila mata melihat ke nasal, abduksi dan insiklotorsi.
● M. Rektus Inferior: dipersarafi oleh N.III, berfungsi menggerakkan bola mata depresi,
eksiklorotasi dan aduksi.
● M. Rektus Lateral: dipersarafi oleh N.VI, dengan fungsi abduksi bola mata.
● M. Rektus Medial: dipersarafi oleh N.III, berfungsi untuk aduksi bola mata
● M. Rektus Superior: dipersarafi oleh N.III, berfungsi pada elevasi, aduksi dan
insiklotorsi
Pemeriksaan gerak bola mata meliputi 9 arah yaitu pada posisi primer, posisi sekunder dan
posisi tersier.Gerakan bola akan menentukan fungsi secara anatomis dan kepentingan
diagnostik
5.4.1.2 Tujuan Pembelajaran
a. Mahasiswa mampu posisi primer, sekunder dan tertier bola mata
b. Mahasiswa mampu menilai gerakan normal bola mata dan keterbatasannya

5.4.1.3 Pengetahuan yang Harus Dikuasai Mahasiswa Sebelumnya


Fisiologi gerak bola mata

5.4.1.4 Prosedur
1. Pasien duduk di hadapan pemeriksa dengan posisi sejajar dan sama tinggi.
2. Mintalah pasien untuk memandang lurus ke arah objek fiksasi (senter, jari tangan)
yang berjarak 30-40 cm di depan matanya
3. Arahkan objek fiksasi/cahaya pada bola mata sehingga kedua bola mata
mendapatkan cahaya sama banyak.
4. Minta pasien menggerakkan matanya mengikuti arah senter pemeriksa tanpa
menggerakkan kepala. Nilai lah gerak bola dengan 9 posisi, yaitu:

Tahun Akademik 2022/2023 Page 97


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Posisi Primer Posisi Sekunder Posisi Tersier


melihat lurus ke depan melihat ke kiri melihat ke kiri atas
melihat ke kanan melihat ke kiri bawah
melihat ke atas melihat ke kanan
melihat ke bawah atas
melihat ke kanan bawah

5. Perpindahan arah pergerakan mata di mulai dari posisi lurus ke arah kanan , berlanjut
ke atas dan terus ke bawah . Dari posisi lurus kembali di arahkan ke kiri , berlanjut ke
atas dan terus ke bawah. Gerakan tersebut membentuk huruf H
6. Amati posisi dan gerakan kedua bola mata selama digerakkan.
Normal: kedua mata bergerak bersamaan melihat ke arah yang sama sesuai instruksi.

Dokumentasikan bila ada keterbatasan gerak bola mata

Tahun Akademik 2022/2023 Page 98


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Gambar 11. Pemeriksaan gerak bola mata pada sembilan posisi


5.4.2 Pemeriksaan Refleks Pupil
5.4.2.1 Pengantar Teori
Pupil merupakan tempat masuknya cahaya ke dalam bola mata Jalur refleks cahaya.
Rangsangan yang di terima oleh neuron afferent sel ganglion retina diteruskan nukleus Edinger -
Westphal dan berlanjut ke area pretektal,. Saraf Parasimpatis keluar bersama dengan nervus
okulomotorius menuju ganglion siliaris dan terus ke muskulus spinter pupil.

Pada keadaan normal pemberian cahaya akan membuat pupil miosis (konstriksi), bentuk pupil
bulat , diameter 3-4 mm, berada di sentral dan berwarna hitam . Kondisi ada nya infeksi atau
inflamasi di dalam ruangan anterior chamber dapat menimbulkan sinekia posterior yang
membuat pupil ireguler atau timbul kekeruhan lensa. Trauma dan glaukoma dapat membuat
pupil mid-dilatasi /dilatasi.

Gambar 12. Jaras reflek pupil

5.4.2.2 Tujuan Pembelajaran


a. Mahasiswa mampu menentukan apakah reflek pupil normal atau abnormal pada reflek
langsung dan tidak langsung
b. Menilai pupil apakah normal atau abnormal

5.4.2.3 Pengetahuan yang Harus Dikuasai Mahasiswa Sebelumnya


Fisiologi refleks pupil

5.4.2.4 Prosedur
1. Mata pasien difiksasi pada jarak tertentu dengan menggunakan objek yang bisa di lihat
dan dikenali (Gambar atau benda)
2. Berikan cahaya dari sumber cahaya yang terang

Tahun Akademik 2022/2023 Page 99


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

3. Observasi pupil secara keseluruhan meliputi: bentuk, diameter, lokasi, warna iris,
kelainan bawaan , dan kelainan lain.
4. Rangsangan cahaya diberikan selama 2-5 detik.
5. Nilai refleks pupil langsung pada satu mata dan refleks tidak langsung pada fellow eye (
mata sebelahnya ).
6. Gunakan sumber cahaya yang dapat membantu melihat refleks tidak langsung pada fellow
eye

Refleks pupil langsung (Unconsensual)

Respon pupil langsung di nilai ketika diberikan cahaya yang terang ,pupil akan miosis ( mengecil
). Dilakukan pada masing-masing mata.
Refleks pupil tidak langsung (consensual)

Dinilai bila cahaya diberikan pada salah satu mata, maka fellow eye akan memberikan respon
yang sama. Observasi dengan sumber cahaya lain yang lebih redup.
Isokoria fisiologis

Keadaan ini dapat ditemukan pada 20% populasi dengan perbedaan ke 2 pupil <1 mm.

Gambar 13. Pemeriksaan reflek pupil langsung dan tidak langsung

RAPD (Relative Afferent Pupillary Defect)

● Kelainan pupil akibat adanya kerusakan pada jalur aferen parasimpatis/nervus optikus.
● Teknik pemeriksaan dengan swingging light reflect.
● Pada mata dengan RAPD (+) terjadi penurunan konstriksi pupil bila diberikan cahaya

Tahun Akademik 2022/2023 Page 100


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

langsung selama beberapa saat.

Abnormal pupil

Apabila ditemukan pupil yang :


● Anisokoria (beda 1mm ke dua mata dianggap fisiologis)
● Kecil atau besar dari normal (3-4 mm)

Gambar 14. Relative Afferent Pupillary Defect.

5.4.3 Pemeriksaan Refleks Cahaya Kornea (Hirschberg Test)


5.4.3.1 Pengantar Teori
Pemeriksaan reflek cahaya kornea merupakan suatu penilaian objektif dari ke sejajaran bola
mata. Metode ini dapat dikerjakan dengan mudah untuk menilai posisi bola mata dalam
menegakan diagnosis strabismus.

5.4.3.2 Tujuan Pembelajaran


Mahasiwa mampu menentukan posisi bola mata normal atau deviasi

5.4.3.3 Pengetahuan yang Harus Dikuasai Mahasiswa Sebelumnya


Fisiologi refleks cahaya kornea

5.4.1.4 Prosedur
1. Penderita duduk sejajar dan sama tinggi dengan pemeriksa.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 101


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

2. Berikan cahaya senter pada jarak 30 - 40 cm didepannya, setinggi kedua mata


penderita. Amati posisi refleks cahaya pada kornea pasien.

Gambar 15. Pemeriksaan dan penilaian Hirschberg test

Normal (ortho) : Pantulan sinar tampak di tengah pupil pada kedua mata

Deviasi15derajat : Pantulan sinar tampak di tengah pupil pada mata yang fiksasi dan di
pinggir pupil pada mata yang deviasi

Deviasi 30 derajat : Pantulan sinar tampak di tengah pupil pada mata yang fiksasi dan di
pertengahan antara pupil dan limbus pada mata yang deviasi.

Deviasi 45 derajat : Pantulan sinar tampak di tengah pupil pada mata yang fiksasi dan di
pinggir limbus pada mata yang deviasi.

5.5. Pemeriksaan Funduskopi


5.5.1 Pengantar Teori

Pemeriksaan funduskopi menggunakan alat oftalmoskop direct atau indirect dapat


dilakukan dengan syarat media refraksi pasien dalam keadaan jernih, sebaiknya di lakukan
dalam keadaan pupil lebar agar kita dapat melihat retina secara luas sampai ke perifer.

5.2.2 Tujuan Pembelajaran

Menilai segmen posterior mata meliputi media vitreus, papil nervus optikus dan retina

5.2.3 Pengetahuan yang Harus Dikuasai Mahasiswa Sebelumnya

Anatomi mata

Tahun Akademik 2022/2023 Page 102


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

5.2.4 Prosedur, Alat, dan Bahan


Alat dan Bahan

Oftalmoskop
Gambar 19. Oftalmoskop Gambar 20. Pemeriksaan funduskopi direk

Prosedur
1. Siapkan oftalmoskop terlebih dahulu, pastikan dapat berfungsi baik , sesuaikan
kelainan refraksi pemeriksa dan kelainan refraksi pasien dengan kekuatan dioptri
yang ada pada oftalmoskop
2. Pasien duduk dengan pandangan mata melihat jauh
3. Berdiri di samping pasien, beritahu apa yang akan dikerjakan
4. Mata kanan pasien diperiksa dengan mata kanan pemeriksa begitu juga mata kiri
pasien di periksa dengan mata kiri
5. Atur ukuran apertura lampu: ukuran besar untuk pupil yang lebar, ukuran kecil
untuk pupil kecil
6. Arahkan lampu ke pupil sampai terlihat papil nervus optikus, telusuri pembuluh
darah dan seluruh retina
7. Lakukan pemeriksaan pada ke dua mata

Hasil Pemeriksaan Funduskopi:


● Gambaran media (termasuk Vitreus posterior)
● Gambaran normal funduskopi: Papil N. Optik bentuk bulat, batas tegas, warna
orange, pembuluh darah aa:vv = 2:3, retina terlihat berwarna orange, tidak ada
eksudat, tidak ada perdarahan, makula dan Reflex fovea positif

Tahun Akademik 2022/2023 Page 103


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Normal

Retinopati Diabetik CRVO

CRAO Ablasio Retina

Tahun Akademik 2022/2023 Page 104


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Papil Glaucomatous

Papile edem

Atrofi Papil

Gambar 21. Gambaran funduskopi

Tahun Akademik 2022/2023 Page 105


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

5.6 Pemeriksaan Sensibilitas Kornea


5.6.1 Pengantar Teori
Kornea merupakan bagian mata dengan sensitivitas yang tinggi di banding bagian mata yang
lain karena terdapat banyak ujung neuron perifer di permukaan kornea. Penurunan atau
hilangnya sensibilitas kornea menunjukan ada kerusakan ujung neuron akibat penyakit di
kornea seperti keratitis virus, sikatrik kornea.

5.6.2 Tujuan Pembelajaran


a. Melakukan pemeriksaan sensibilitas kornea
b. Untuk mengetahui apakah sensibilitas kornea normal, atau menurun pada ke dua
mata

5.6.3 Pengetahuan yang Harus Dikuasai Mahasiswa Sebelumnya


Teori mengenai sensibilitas kornea

5.6.4 Prosedur, Alat, dan Bahan

Alat dan Bahan


1. Kapas steril
2. Pinset yang steril

Prosedur

1. Bentuk ujung kapas dengan pinset steril agar terbentuk ujung yang runcing
dan halus
2. Fiksasi mata pasien ke atas agar bulu mata tidak dikenai saat kornea
disentuhkan kapas
3. Fiksasi mata pasien ke arah atas
4. Fiksasi jari pemeriksa pada pipi pasien dan ujung kapas yang halus serta
runcing disentuhkan dengan hati-hati pada kornea.
5. Dilakukan pada mata yang tidak sakit terlebih dahulu

Hasil
1. Mata dengan sensibilitas normal akan segera mengedip dan bila ada
gangguan sensibilitas kedipan akan melambat / tidak berkedip
2. Bandingkan hasil pemeriksaan sensibilitas pada kedua mata pasien.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 106


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Gambar 16A. Persiapan alat

Gambar 16B. Pemeriksaan sensibilitas kornea

Tahun Akademik 2022/2023 Page 107


5.7 Pemeriksaan Eversi Kelopak Mata

5.7.1 Tujuan Pembelajaran


Mahasiswa mampu untuk menilai konjungtiva tarsalis, terdapat papil, folikel, ataupun
benda asing.

5.7.2 Pengetahuan yang Harus Dikuasai Mahasiswa Sebelumnya


Anatomi mata

5.7.3 Prosedur
1. Cuci tangan pemeriksa
2. Pasien duduk didepan slit lamp
3. Mata kanan pasien diperiksa dengan tangan kiri pemeriksa. Ibu jari memegang
margo, telunjuk memegang kelopak bagian atas dan meraba tarsus, lalu
balikkan
4. Setelah pemeriksaan selesai kembalikan posisi kelopak mata.
5. Lakukan pemeriksaan untuk mata sebelahnya

Tahun Akademik 2022/2023 Page 108


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Gambar 18. Eversi kelopak mata

Tahun Akademik 2022/2023 Page 109


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

5.8 Pemeriksaan Tekanan Bola Mata


5.8.1 Pengantar Teori
Tekanan bola mata disebut juga tekanan intraocular (TIO) dilakukan dengan alat yang
dinamakan tonometer. Pemeriksaan dengan menggunakan alat tonometer disebut
tonometri yang merupakan kompetensi dokter umum. Pengukuran TIO sebaiknya
dilakukan pada setiap orang berusia di atas 40 tahun pada saat pemeriksaan fisik medik
secara umum dan pada orang yang memiliki factor resiko glaukoma. Ada beberapa alat
tonometer yang digunakan seperti tonometer applanasi Goldman (Gold standard) dengan
hasil yang lebih akurat, tonometer Schiotz, tonometer non kontak dan tonopen.

Gambar 22. Tonometer Schiotz, tabel konversi, dan cara pemeriksaan.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 110


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Gambar 23. Tonometer aplanasi Goldman dan hasil pemeriksaannya.


Nilai normal TIO dari pemeriksaan tonometer adalah 10-21 mmHg, bila nilai TIO di atas 21
mmHg maka seorang pasien memiliki TIO yang tinggi dicurigai merupakan suatu glaukoma,
meski tidak menutup kemungkinan Glaukoma juga dapat muncul pada TIO yang normal
(Normotension Glaucoma).

Selain dengan menggunakan alat khusus terdapat metode pemeriksaan TIO yang lebih
praktis, yaitu dengan menggunakan jari. Namun pemeriksaan ini adalah yang
keakuratannya paling rendah dan tidak disarankan untuk menjadi pemeriksaan rutin pada
pasien glaukoma.

5.8.2 Tujuan Pembelajaran


Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan tekanan bola mata secara palpasi dan
menentukan penilaian

Tahun Akademik 2022/2023 Page 111


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

5.8.3 Prosedur
1. Mencuci tangan
2. Melakukan informed consent
3. Meminta pasien menutup kedua matanya
4. Dengan menggunakan kedua jari ditangan lakukan penekanan pada kelopak atas
mata dengan penekanan bergantian
5. Nilai reaksi lenturan bola mata (ballotement) pada jari kanan/kiri
6. Lakukan pada mata satu lagi dan lakukan penilaian
Interpretasi dari pemeriksaan TIO secara palpasi ini dinyatakan dengan N (normal),
N+1, N+2, N+3 untuk TIO yang tinggi atau N-1, N-2, N-3 untuk TIO yang lebih rendah.
Cara pemeriksaan ini sangat subjektif dan memerlukan pengalaman yang banyak
sehingga keakuratannya juga rendah. Namun pada kondisi tertentu, misalnya pada
kelainan kornea seperti ulkus kornea dimana pemeriksaan menggunakan tonometer
Schiotz dan tonometer aplanasi Goldman tidak dapat dilakukan, pemeriksaan
tonometer digital ini sangat berguna dan dapat diaplikasikan untuk mengukur tekanan
bola matanya.

Gambar 24. Pemeriksaan TIO dengan menggunakan jari

Tahun Akademik 2022/2023 Page 112


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK 5B


ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK MATA

Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelompok :

Skor
No Aspek yang Dinilai Bobot Nilai
0 1 2

1 Memperkenalkan diri

2 Menanyakan dan mencatat identitas 5%


pasien (nama, usia, jenis kelamin,
alamat dan pekerjaan)

3 Menanyakan keluhan utama dari pasien

4 Menanyakan keluhan mata lain pada 15%


pasien

5 Melakukan anamnesis secara terstruktur


80%
dan terarah

Nilai Akhir = Total Nilai X 100 = ..................................


2,4
Keterangan: Padang, ………………………… 2022
0 = Tidak dilakukan sama sekali Instruktur
1 = Dilakukan dengan perbaikan
2 = Dilakukan dengan sempurna

(……………………………………………….)

Tahun Akademik 2022/2023 Page 113


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK 5B


PEMERIKSAAN VISUS DAN BUTA WARNA

Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelompok :

Skor
No Aspek yang Dinilai Bobot Nilai
0 1 2

1 Mempersiapkan dan memasangkan


5%
Snellen Chart

2 Menerangkan tujuan dan cara


10%
pemeriksaan kepada pasien

3 Menilai visus normal


25%
4 Menilai visus yang tidak normal

5 Dapat membedakan kelainan refraksi


10%
dan non refraksi

6 Melakukan pemeriksaan buta warna


25%
dengan ishihara

7 Menentukan hasil pemeriksaan tidak


buta warna/buta warna parsial/buta 25%
warna total

Total Nilai 100%

Nilai Akhir = Total Nilai X 100 = ..................................


2,5
Keterangan: Padang, ………………………… 2022
0 = Tidak dilakukan sama sekali Instruktur
1 = Dilakukan dengan perbaikan
2 = Dilakukan dengan sempurna

(……………………………………………….)

Tahun Akademik 2022/2023 Page 114


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK 5B


PEMERIKSAAN LAPANGAN PANDANG

Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelompok :

Skor
No Aspek yang Dinilai Bobot Nilai
0 1 2
1 Menerangkan tujuan dan cara pemeriksaan
2 Posisi pemeriksa berada di depan pasien 20%
(berhadapan) sejauh 1 m
3 Pemeriksaan diawali pada mata kanan, pasien
diminta untuk menutup mata kirinya dengan
menggunakan telapak tangan, kemudian
pemeriksa menutup mata kanannya. Lapang
pandang yang didapat mata kiri pemeriksa
dianggap normal dan sebagai acuan untuk
memeriksa mata kanan pasien.
4 Pasien diminta melihat lurus ke mata kiri 80%
pemeriksa sebagai titik fiksasi
5 Gerakkan jari pemeriksa dari arah luar ke dalam
di setiap kuadran dan nilai apakah pasien dapat
melihat jari tersebut sebagaimana penglihatan
pemeriksa.
6 Lakukan prosedur yang sama pada mata kiri
pasien
TOTAL NILAI 100%

Nilai Akhir = Total Nilai X 100 = ..................................


7,2
Keterangan: Padang, ………………………… 2022
0 = Tidak dilakukan sama sekali Instruktur
1 = Dilakukan dengan perbaikan
2 = Dilakukan dengan sempurna

(……………………………………………….)

Tahun Akademik 2022/2023 Page 115


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK 5B


PEMERIKSAAN GERAK BOLA MATA, REFLEKS PUPIL, DAN REFLEKS CAHAYA KORNEA
(HIRSCHBERG TEST)

Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelompok :

Skor
No Aspek yang Dinilai Bobot Nilai
0 1 2
1 Menerangkan tujuan dan cara
20%
pemeriksaan kepada pasien
2 Fiksasi mata pada objek/senter, menilai
dan menginterpretasikan posisi bola mata
(Hirschberg test)
3 Menilai gerak bola mata 9 posisi
80%
4 Fiksasi mata pada jarak tertentu, menilai
bentuk
5 Menilai refleks pupil langsung dan tidak
langsung
Total Nilai 100%

Nilai Akhir = Total Nilai X 100 = ..................................


6,8
Keterangan: Padang, ………………………… 2022
0 = Tidak dilakukan sama sekali Instruktur
1 = Dilakukan dengan perbaikan
2 = Dilakukan dengan sempurna

(……………………………………………….)

Tahun Akademik 2022/2023 Page 116


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK 5B


PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI

Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelompok :

Skor
No Aspek yang Dinilai Bobot Nilai
0 1 2
1 Menerangkan tujuan dan cara
20%
pemeriksaan kepada pasien
2 Menyesuaikan kelainan refraksi pemeriksa
dengan kekuatan dioptri oftalmoskop
3 Menyuruh pasien melihat jauh
4 Memeriksa fundus mata kanan pasien
80%
dengan mata kanan pemeriksa dan
sebaliknya
5 Mampu menilai gambaran funduskopi
normal
Total Nilai 100%

Nilai Akhir = Total Nilai X 100 = ..................................


6,8
Keterangan: Padang, ………………………… 2022
0 = Tidak dilakukan sama sekali Instruktur
1 = Dilakukan dengan perbaikan
2 = Dilakukan dengan sempurna

(……………………………………………….)

Tahun Akademik 2022/2023 Page 117


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK 5B


PEMERIKSAAN SENSIBILITAS KORNEA

Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelompok :

Skor
No Aspek yang Dinilai Bobot Nilai
0 1 2
1 Mempersiapkan alat dan bahan untuk
pemeriksaan sensibilitas kornea
2 Menerangkan tujuan dan cara 20%
pemeriksaan
kepada pasien
3 Fiksasi mata pasien ke atas
4 Fiksasi jari pemeriksa pada pipi pasien
5 Menyentuhkan ujung kapas pada kornea
pasien 80%
6 Melakukan hal yang sama pada mata
sebelahnya
7 Menyatakan sensasinya pada kedua mata
Total Nilai 100%

Nilai Akhir = Total Nilai X 100 = ..................................


8,8
Keterangan: Padang, ………………………… 2022
0 = Tidak dilakukan sama sekali Instruktur
1 = Dilakukan dengan perbaikan
2 = Dilakukan dengan sempurna

(……………………………………………….)

Tahun Akademik 2022/2023 Page 118


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK 5B


PEMERIKSAAN EVERSI KELOPAK MATA

Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelompok :

Skor
No Aspek yang Dinilai Bobot Nilai
0 1 2
1 Menerangkan tujuan dan cara
pemeriksaan kepada pasien 10%
2 Mencuci kedua tangan
3 Membalikkan kedua kelopak mata
4 Mengembalikan posisi kelopak mata 90%
seperti semula
Total Nilai 100%

Nilai Akhir = Total Nilai X 100 = ..................................


4
Keterangan: Padang, ………………………… 2022
0 = Tidak dilakukan sama sekali Instruktur
1 = Dilakukan dengan perbaikan
2 = Dilakukan dengan sempurna

(……………………………………………….)

Tahun Akademik 2022/2023 Page 119


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK 5B


PEMERIKSAAN TEKANAN BOLA MATA

Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelompok :

Skor
No Aspek yang Dinilai Bobot Nilai
0 1 2
1 Mencuci tangan
2 Menerangkan tujuan dan cara 20%
pemeriksaan
3 Meminta pasien menutup kedua matanya
4 Dengan menggunakan kedua jari tangan,
lakukan penekanan atau pada kelopak atas
mata yang diperiksa secara simultan
dengan penekanan bergantian
80%
5 Nilai reaksi lenturan bola mata
(ballotement) pada jari kanan/kiri ketika
jari satunya melakukan penekanan
6 Lakukan pada mata satu lagi dan lakukan
penilaian
Total Nilai 100%

Nilai Akhir = Total Nilai X 100 = ..................................


7,2
Keterangan: Padang, ………………………… 2022
0 = Tidak dilakukan sama sekali Instruktur
1 = Dilakukan dengan perbaikan
2 = Dilakukan dengan sempurna

(……………………………………………….)

Tahun Akademik 2022/2023 Page 120


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

KETERAMPILAN KLINIK 5B
TOPIK 6
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK TELINGA, PENDENGARAN DAN KESEIMBANGAN

6.1. Pengantar Teori


Pemeriksaan fisik telinga dilakukan pasien duduk dengan posisi badan condong ke
depan dan kepala lebih tinggi sedikit dari kepala pemeriksa untuk memudahkan melihat
liang telinga dan membran timpani.
a. b.

Gambar 1. Posisi pemeriksa dan pasien a. dari atas; b. dari samping

Atur lampu kepala supaya fokus dan tidak mengganggu pergerakan, kira kira 20- 30 cm
di depan dada pemeriksa dengan sudut kira kira 60 derajat, lingkaran fokus dari lampu,
diameter 2-3 cm.

Gambar 2. Cara memakai lampu kepala

Untuk memeriksa telinga, harus diingat bahwa liang telinga tidak lurus. Untuk
meluruskannya maka daun telinga ditarik ke atas belakang , dan tragus ditarik ke depan.
Pada anak, daun telinga ditarik ke bawah. Dengan demikian liang telinga dan membran

Tahun Akademik 2022/2023 Page 121


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

timpani akan tampak lebih jelas. Pemeriksaan daun telinga baik kanan atau kiri, kedua
daun telinga pasien dipegang dengan tangan kiri pemeriksa. Telinga kanan pasien
dipegang oleh jempol (ibu jari) dan telunjuk serta tiga jari lainnya berada di prosesus
mastoid, sedangkan telinga kiri pasien dipegang oleh ibu jari dan telunjuk sedangkan tiga
jari lainnya berada di bagian anterior tragus.

Gambar 3. Cara memegang daun telinga

Liang telinga dikatakan lapang apabila pada pemeriksaan dengan lampu kepala tampak
membran timpani secara keseluruhan (pinggir dan reflex cahaya). Seringkali terdapat
banyak rambut di liang telinga, atau liang telinga sempit (tak tampak keseluruhan
membran timpani) sehingga perlu dipakai corong telinga. Pada anak oleh karena liang
telinganya sempit lebih baik dipakai corong telinga.
Kalau ada serumen, bersihkan dengan cara ekstraksi apabila serumen padat, irigasi
apabila tidak terdapat komplikasi irigasi atau di suction bila serumen cair. Untuk
pemeriksaan detail membran timpani seperti perforasi, hiperemis atau bulging dan
retraksi, dipergunakan otoskop. Otoskop dipegang seperti memegang pensil. Dipegang
dengan tangan kanan untuk memeriksa telinga kanan dan dengan tangan kiri bila
memeriksa telinga kiri. Supaya posisi otoskop ini stabil maka jari kelingking tangan yang
memegang otoskop ditekankan pada pipi pasien.

Gambar 4. Cara memegang otoskop

Tahun Akademik 2022/2023 Page 122


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Daun Telinga
Diperhatikan bentuk serta tanda-tanda peradangan atau pembengkakan. Daun telinga
ditarik, untuk menentukan nyeri tarik dan menekan tragus untuk menentukan nyeri tekan.

Daerah Mastoid
Adakah jaringan sikatrik, abses atau fistel di belakang telinga. Mastoid diperkusi untuk
menentukan nyeri ketok.

Liang Telinga
Lapang atau sempit, dindingnya adakah edema, hiperemis atau ada furunkel. Perhatikan
adanya polip atau jaringan granulasi, tentukan dari mana asalnya. Apakah ada serumen
atau sekret.

Membran Timpani
Dinilai warna, reflek cahaya, perforasi dan tipenya dan gerakannya.
 Warna membran
timpani yang normal putih seperti putih mutiara.
 Refleks cahaya normal berbentuk
kerucut, warna seperti air raksa.
 Bayangan kaki maleus jelas kelihatan bila terdapat retraksi
membrane timpani ke arah dalam.

Perforasi umumnya berbentuk bulat. Bila disebabkan oleh trauma biasanya berbentuk
robekan dan di sekitarnya terdapat bercak darah. Lokasi perforasi dapat di atik (di daerah
pars flaksida), di sentral (di pars tensa dan di sekitar perforasi masih terdapat membran)
dan di marginal (perforasi terdapat di pars tensa dengan salah satu sisinya langsung
berhubungan dengan sulkus timpanikus).

Gerakan membran timpani normal dapat dilihat dengan memakai balon otoskop. Pada
sumbatan tuba Eustachius tidak terdapat gerakan membran timpani ini.

1. Pemeriksaan Garpu Tala / Pendengaran


Pemeriksaan garpu tala atau penala ini sangat penting dilakukan dalam menegakkan
diagnosis kelainan di bidang THT Bedah Kepala dan Leher
 Manfaat : mengetahui jenis ketulian
 Prosedur : cara menggetarkan dan penempatan garpu tala
 Jenis tes : Rinne, Weber, Schwabach
 Interprestasi

Cara Menggetarkan Garpu Tala


 Arah getaran kedua kaki garpu tala searah dengan kedua kaki garpu tala
 Getarkan kedua kaki garpu tala dengan jari telunjuk dan ibu jari (kuku)
 Posisi / Letak Garpu Tala
 Penting : Telinga tidak tertutup, kaca mata, giwang dilepas
 Hantaran udara (AC) : arah kedua kaki garpu tala sejajar dengan arah liang Telinga
kira-kira 2,5 cm.
 Hantaran tulang (BC) : pada prosesus mastoid, tidak boleh menyinggung daun

Tahun Akademik 2022/2023 Page 123


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

telinga

Tes Rinne
 Prinsip : Membandingkan hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga
 Garpu tala digetarkan, tangkainya diletakkan di prosesus mastoid. Setelah tidak
terdengar, garpu tala dipindahkan dan dipegang kira-kira 2,5 cm di depan liang
telinga yang di periksa
 Masih terdengar :Rinne (+), tidak terdengar : Rinne (-)

Tes Weber
 Prinsip tes Weber : Membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan kanan
penderita
 Garpu tala digetarkan di linea mediana, dahi atau di gigi insisivus atas kemudian
tentukan bunyi terdengar di mana ?
- sama keras di kedua telinga
- terdengar lebih keras di salah satu telinga
 Penilaiannya ada atau tidak ada lateralisasi
 Interpretasi
- Lateralisasi ke telinga sakit (tuli konduktif yang sakit)
- Lateralisasi ke telinga sehat ( tulisaraf yang sakit)

Tes Schwabach
 Prinsip : Membandingkan hantaran tulang yang diperiksa dengan pemeriksa,
dimana pemeriksa harus normal
 Garputala digetarkan, di letakkan di prosesus mastoid yang diperiksa, setelah tidak
terdengar bunyi garputala dipindahkan ke prosesus mastoid pemeriksa dan
sebaliknya
 Interprestasi :
- Schwabach memanjang  gangguan konduksi
- Schwabach memendek  gangguan sensorineural
- Schwabach sama  normal

6.2. Tujuan Pembelajaran


1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan telinga.
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan garpu tala dan menginterpretasikan hasil
pemeriksaannya.

6.3. Kemampuan Yang Harus Dikuasai Mahasiswa Sebelumnya


1. Anatomi telinga
2. Fisiologi telinga

6.4. Alat dan Bahan


1. Lampu kepala
2. Garpu tala

Tahun Akademik 2022/2023 Page 124


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

3. Otoskop

Gambar 5. Alat alat pemeriksaan telinga

6.5. Referensi
1. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Edisi 6. 2007
2. Bailey’s Head and Neck Otorhinolaryngology. Elsevier, 5th Edition, 2014.
3. Basic Otorhinolaryngology, a Step by Step Learning Guide. Thieme, 2 nd Edition, 2006.
4. Ninla Elmawati Falabiba. Scott-Brown Otorhinolaryngology Head and neck surgery
Volume 1. Eigth edit. Watkinson J. 2019: 961–976.
5. Maves MD. Surgical anatomy of head and neck. In: Bailey’s Head & Neck Surgery
Otorinolaryngology. 2014: 359-370.
6. Kennedy WD. Diseases of the sinuses Diagnosis and Management. 2001: 1–12.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 125


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK 5B


PEMERIKSAAN TELINGA DAN GARPU TALA

Nama :
NIM :
Kelompok :

SKOR
NO. ASPEK PENILAIAN Bobot Nilai
0 1 2
I. TAHAP PERSIAPAN:
1. Memberikan salam pembuka dan perkenalkan diri
2. Menginformasikan ke pasien mengenai tindakan yang
10%
akan dilakukan (informed consent)
3. Persiapan alat-alat pemeriksaan
II. TAHAP PELAKSANAAN
4. Memakai lampu kepala dengan benar
5. Cuci tangan sebelum tindakan
6. Mengatur posisi pasien sesuai dengan tujuan
pemeriksaan 40%
7. Melakukan pemeriksaan telinga luar
8. Melakukan pemeriksaan liang telinga
9. Melakukan pemeriksaan dengan otoskop
10. Melakukan pemeriksaan dengan garpu tala
o Mengetahui frekuensi garpu tala
o Menggetarkan garpu tala dengan benar
o Melakukan pemeriksaan Rinne 40%
o Melakukan pemeriksaan Weber
o Melakukan pemeriksaan Schwabach
III. TAHAP INTERPRETASI
11. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada instruktur
30%
12. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien
TOTAL 100%

Keterangan:
0 = Tidak dilakukan Padang, ……………………………….2022
1 = Dilakukan tapi perlu perbaikan Instruktur,
2 = Dilakukan dengan sempurna

Nilai Akhir = Jumlah skor x 100 = ……… ( ....................................................)


6,2

Tahun Akademik 2022/2023 Page 126


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

KETERAMPILAN KLINIK 5B
TOPIK 7
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN HIDUNG, SWAB NASOFARING DAN OROFARING

7.1 Anamnesis dan Pemeriksaan Hidung


7.1.1 Pengantar Teori
Pemeriksaan hidung (pemeriksaan fisik hidung luar, rinoskopi anterior,
demonstrasi pemasangan tampon anterior dan rinoskopi posterior) merupakan salah
satu kompetensi yang harus dimiliki oleh mahasiswa kedokteran dalam menyelesaikan
pendidikannya, sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia
(SKDI) 2012 dimana kompetensi pemeriksaan fisik hidung merupakan kompetensi 4,
artinya semua mahasiswa harus mampu melakukannya secara mandiri, seperti terlihat
pada tabel dibawah ini.

Tingkat kompetensi keterampilan pada sistem respirasi (hidung) SKDI 2012

Tingkat kompetensi keterampilan pada sistem respirasi (indera penciuman) SKDI 2012

Keterampilan pemeriksaan fisik sistem respirasi (hidung) meliputi keterampilan


melakukan anamesis terkait penyakit sistem respirasi dan pemeriksaan fisik hidung
yakni pemeriksaan hidung luar, rinoskopi anterior, pemasangan tampon anterior dan
demonstrasi rinoskopi posterior

Tahun Akademik 2022/2023 Page 127


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Anatomi dan Fisiologi Hidung

Untuk mengetahui penyakit atau kelainan hidung, perlu diingat kembali


tentang anatomi hidung. Anatomi dan fisiologis normal harus diketahui dan diingat
kembali sebelum terjadi perubahan anatomi dan fisiologi yang dapat berlanjut menjadi
suatu penyakit atau kelainan.
Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya :
1) Pangkal hidung (bridge)
2) Batang hidung (dorsum nasi)
3) Puncak hidung (tip)
4) Ala nasi
5) Kolumela
6) Lobang hidung (nares anterior)

Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh
kulit, jaringan ikat dan beberapa otot lecil yang berfungsi untuk melebarkan atau
menyempitkan lubang hidung.

Gambar 1. Anatomi Hidung


Kerangka tulang terdiri dari:
1) Tulang hidung (os nasal)
2) Prosesus frontalis os maksila
3) Prosesus nasalis os frontalis

Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan
yang terletak di bawah hidung, yaitu :
1) Sepasang kartilago nasalis lateralis superior
2) Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior (cartilago alar mayor)
3) Tepi anterior cartilago septum nasi
Tahun Akademik 2022/2023 Page 128
Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang
dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan
kavumnasi kiri. Pintu atau lobang masuk bagian depan disebut nares anterior dan
lobang belakang disebut dengan nares posterior (koana) yang menghubungkan kavum
nasi dengan nasofaring.
Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di belakang
nares anterior, disebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang mempunyai
banyak kelenjer sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut vibrise.
Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yaitu dinding medial, lateral,
inferior dan superior. Dinding medial hidung adalah septum nasi. Septum dibentuk
oleh tulang dan tulang rawan. Bagian tulang yaitu lamina perpendikularis os ethmoid,
vomer, krista nasalis os maksila, dan krista nasalis os palatina. Bagian tulang rawan
yaitu kartilago septum (lamina kuadrangularis) dan kolumela

Gambar 2. Penampang anatomi lapisan hidung

Gambar 3. Septum nasi

Tahun Akademik 2022/2023 Page 129


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Gambar 4. Dinding lateral hidung

Gambar 5. Dinding lateral hidung (konka dibuang)


Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang rawan dan periosteum
pada bagian tulang, sedangkan luarnya dilapisi oleh mukos hidung.
Pada dinding lateral terdapat tiga buah konka, yaitu yang terbesar dan letaknya
paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil konka media, lebih kecil
lagi konka superior, sedangkan yang terkecil (rudimenter) dinamakan konka suprema.
Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila dan
labirin ethmoid, sedangkan konka media, superior dan suprema merupakan bagian
dari labirin ethmoid.
Di antara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang
disebut meatus. Tergantung letak meatus, ada tiga meatus yaitu meatus inferior,
medisu dan superior. Pada meatus inferior terdapat muara (ostium) duktus
nasolakrimalis. Meatus medius terletak di antara konka media dan dinding lateral
hidung. Pada meatus medius terdapat muara sinus frontal, sinus maksila dan sinus

Tahun Akademik 2022/2023 Page 130


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

ethmoid anterior. Pada meatus superior yang merupakan ruang di antara konka
superior dan konka media terdapat muara sinus ethmoid posterior dan sinus sfenoid.
Batas Rongga Hidung
Dinding inferior merupakan dasar rongga hidung dan dibentuk oleh os maksila
dan os palatum. Dinding superior atau atap hidung sangat sempit dan dibentuk lamina
kribriformis, yang memisahkan rongga tengkorak dari rongga hidung. Lamina
kribriformis merupakan lempeng tulang berasal dari os ethmoid, tulang ini berlobang
lobang (kribrosa=saringan) tempat masuknya serabut-serabut saraf olfaktorius. Di
bagian posterior, atap rongga hidung dibentuk oleh os sfenoid.
Kompleks Osteomeatal (KOM)
Kompleks osteomeatal (KOM) merupakan celah pada dinding lateral hidung
yang dibatasi oleh konka media dan lamina papirasea. Struktur anatomi penting yang
membentuk KOM adalah prosesus unsinatus, infundibulum ethmoid, hiatus
semilunaris, bula ethmoid, agger nasi dan resesus frontal. Jika terjadi obstruksi atau
sumbatan pada celah yang sempit ini maka akan terjadi perubahan patologis yang

signifikan pada sinus sinus yang terkait.


Gambar 6. Kompleks Osteomeatal
Perdarahan Hidung
Bagian atas rongga hidung mendapat pendarahan dari a. ethmoid anterior dan
posterior yang merupakan cabang dari a. optalmika dari a. karotis interna.
Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang a. maksilaris
interna, diantaranya ialah ujung a. palatina mayor, dan a. sfenopalatina yang keluar
dari foramen sfenopalatina bersama n. sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di
belakang ujung posterior konka media.
Bagian depan hidung mendapat pendarahan dari cabang-cabang a. fasialis.
Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang a. sfenopalatina,
a. ethmoid anterior, a. labialis superior, dan a. palatina mayor., yang disebut pleksus
Tahun Akademik 2022/2023 Page 131
Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Kiesselbach (Little’s area). Pleksus Kisselbach letaknya superfisial dan mudah cedera
oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis (perdarahan hidung),
terutama pada anak anak.
Vena vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan
dengan arterinya. Vena di vestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke v.
optalmika yang berhubungan dengan sinus kovernosus, vena vena di hidung tidak
mempunyai katup, sehingga merupakan faktor predisposisi untuk mudahnya
penyebaran infeksi sampai ke intrakranial.
Persarafan Hidung
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n.
ethmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari n. nasosiliaris, yang berasal dari n.
optalmikus (N V-1).
Rongga hidung lainnya, selain memberikan persarafan sensoris, juga
memberikan persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung. Ganglion
sfenopalatina terletak di belakang dan sedikit di atas ujung posterior konka media.
Fungsi penghidu berasal dari n. olfaktorius. Saraf ini turun melalui lamina
kribrosa dari permukaan bawah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel sel
reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.

Gambar 7. Pendarahan Septum

Tahun Akademik 2022/2023 Page 132


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Gambar 8. Pendarahan dinding lateral hidung Gambar 9. Pendarahan hidung luar

Gambar 10. A. Persarafan dinding lateral hidung B. Persarafan septum

7.1.2 Tujuan Pembelajaran


Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik pada hidung

7.1.3 Pengetahuan yang Harus Dikuasai Mahasiswa Sebelumnya


a. Anatomi hidung
b. Kelainan pada hidung

7.1.4 Prosedur, Alat, dan Bahan


Alat dan Bahan
1. Spekulum Hidung
Tahun Akademik 2022/2023 Page 133
Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

2. Spatula Lidah
3. Kaca Tenggorok
4. Lampu Kepala

Gambar 11. Alat-alat pemeriksaan hidung

Prosedur

1. Pemeriksaan Hidung Luar


Bentuk hidung luar diperhatikan apakah ada deformitas atau depresi tulang
hidung. Apakah ada pembengkakan di daerah hidung dan sinus paranasal.
Dengan jari dapat dipalpasi adanya krepitasi tulang hidung atau rasa nyeri tekan
pada peradangan hidung dan sinus paranasal.
2. Rinoskopi Anterior
Pasien duduk menghadap pemeriksa. Spekulum hidung dipegang dengan tangan kiri
(right-handed), arah horizontal, dengan jari telunjuk ditempelkan pada dorsum nasi.
Tangan kanan untuk mengatur posisi kepala. Spekulum dimasukkan ke dalam rongga
hidung dalam posisi tertutup, dan dikeluarkan dalam posisi terbuka. Saat
pemeriksaan diperhatikan keadaan:
o Rongga hidung, luasnya lapang/sempit (dikatakan lapang kalau dapat dilihat
pergerakan palatum mole bila pasien disuruh menelan), adanya sekret, lokasi
serta asal sekret tersebut.
o Konka inferior, konka media dan konka superior warnanya merah muda
(normal), pucat atau hiperemis. Besarnya, eutrofi, atrofi, edema atau hipertrofi.
o Septum nasi cukup lurus, deviasi, krista dan spina.
o Jika terdapat sekret kental yang keluar dari daerah antara konka media dan
Tahun Akademik 2022/2023 Page 134
Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

konka inferior kemungkinan sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis


etmoid anterior, sedangkan sekret yang terdapat di meatus superior berarti
sekret berasal dari sinus etmoid posterior atau sinus sphenoid.
o Massa dalam rongga hidung, seperti polip atau tumor perlu diperhatikan
keberadaannya.
o Asal perdarahan di rongga hidung, krusta yang bau dan lain-lain perlu
diperhatikan.

Gambar 12. Cara memegang spekulum hidung

Gambar 13. Rinoskopi anterior

3. Rinoskopi Posterior
Untuk pemeriksaan ini dipakai kaca tenggorok nomor 2 sampai 4. Kaca ini
dipanaskan dulu dengan lampu spritus atau dengan merendamkannya di air panas

Tahun Akademik 2022/2023 Page 135


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

supaya kaca tidak menjadi kabur oleh nafas pasien. Sebelum dipakai harus diuji dulu
pada punggung tangan pemeriksa apakah tidak terlalu panas.
Lidah pasien ditekan dengan spatula lidah, pasien bernafas melalui mulut kemudian
kaca tenggorok dimasukkan ke belakang uvula dengan arah kaca ke atas. Setelah itu
pasien diminta bernafas melalui hidung. Perlu diperhatikan kaca tidak boleh
menyentuh dinding posterior faring supaya pasien tidak terangsang untuk muntah.
Sinar lampu kepala diarahkan ke kaca tenggorok dan diperhatikan:
o septum nasi bagian belakang
o nares posterior (koana)
o sekret di dinding belakang faring (post-nasal drip)
o dengan memutar kaca tenggorok lebih ke lateral maka tampak konka
superior, konka media dan konka inferior.
o Pada pemeriksaan rinoskopi posterior dapat dilihat nasopharing, perhatikan
muara tuba, torus tubarius dan fossa rossen muller.

Gambar 14. Rinoskopi posterior

Tahun Akademik 2022/2023 Page 136


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK 5B


ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN HIDUNG

Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelompok :

Skor Bobot Nilai


No Aspek Penilaian 0 1 2
TAHAP PERSIAPAN
1. Memberikan salam pembuka dan perkenalkan diri
2. Menginformasikan ke pasien mengenai tindakan
10%
yang akan dilakukan (informed consent)
3. Persiapan alat-alat pemeriksaan
TAHAP PELAKSANAAN
4. Memakai lampu kepala dengan benar
5. Cuci tangan sebelum dan setelah tindakan
6. Mengatur posisi pasien sesuai dengan tujuan
pemeriksaan
70%
7. Melakukan pemeriksaan hidung luar
8. Melakukan rinoskopi anterior
9. Menjelaskan pemeriksaan rinoskopi posterior
10. Menjelaskan pemasangan tampon hidung
TAHAP INTERPRETASI
11. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada
instruktur 20%
12. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien
TOTAL NILAI 100%

Nilai Akhir = Total Nilai X 100 = ..................................


11,2
Keterangan: Padang, ………………………… 2022
0 = Tidak dilakukan sama sekali Instruktur
1 = Dilakukan dengan perbaikan
2 = Dilakukan dengan sempurna

(……………………………………………….)

Tahun Akademik 2022/2023 Page 137


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

7.2 Swab Nasofaring dan Orofaring


7.2.1 Pengantar Teori
Sinus paranasal mewakili beberapa dari anatomi manusia yang paling bervariasi.
Pemahaman tentang perkembangan dan fungsi anatomi sangat penting untuk memahami
pola penyakit dan kejadian patofisiologis di sinus. Namun, pemahaman tentang batas
anatomi sinus paranasal yang penting bagi ahli bedah untuk menghindari komplikasi
utama. Memastikan ostia dimasukkan ke dalam rongga bedah umum memberikan dasar
untuk rongga pasca bedah fungsional daripada identifikasi lokasi mereka secara terpisah.
Sebelum tindakan pemeriksaan, pengambilan sampel atau tindakan terapeutik, selalu
lakukan cuci tangan. Kenakan sarung tangan saat melakukan pemeriksaan, pengambilan
sampel atau tindakan terapeutik. Sebelum melakukan swab hidung dan nasofaring,
bersihkan lebih dahulu area swab menggunakan kapas kering bila didapatkan discharge/
mukus dalam jumlah banyak. Setelah mendapatkan spesimen dan akan menarik lidi kapas
keluar, untuk mencegah kontaminasi spesimen, ujung lidi kapas jangan sampai menyentuh
bagian mukosa yang lain
Prosedur pengambilan swab paling ideal dalam satu ruangan terisolasi untuk satu pasien,
yang paling baik adalah ruang isolasi dengan tekanan negatif. Sebelum kegiatan
pengambilan spesimen dilaksanakan, harus memperhatikan kewaspadaan universal untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit dari pasien ke paramedis maupun lingkungan
sekitar. Swab nasofaring dan orofaring adalah di antara spesimen yang wajib diambil untuk
pemeriksaan Covid-19 selain spesimen dari saluran nafas bawah.
Pengambilan swab dapat dilakukan oleh dokter umum dan petugas laboratorium yang
terlatih. Pelatihan pengambilan swab nasofaring dan orofaring dilakukan oleh Dokter
Spesialis THT-KL.

Bahan Suhu
Jenis Spesimen Pengambilan Pengiriman Penyimpanan Keterangan

Swab Swab Dacron 40 C Kurang sama Wajib Diambil


Nasofaring atau atau Flocked dari 5 hari : 40 C
Orofaring Swab + Virus
Transport
Medium (VTM)
>5 hari : -700 C

Pengambilan dan penempatan sampel :


1. Kombinasi swab nasofaring dan orofaring di dalam satu pot medium transport.
2. Sampel perlu diberikan label berisi identitas nama, tanggal lahir dan jenis sampel.
3. Gunakan formulir khusus Covid-19, formulir untuk 1 sampel.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 138


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

7.2.2 Tujuan Pembelajaran


Mahasiswa mampu melakukan swab nasofaring dan orofaring
7.2.3 Pengetahuan yang Harus Dikuasai Mahasiswa Sebelumnya
Anatomi Hidung
7.2.4 Prosedur, Alat, dan Bahan
No. Alat dan Bahan Gambar

1. Virus Transport Media (VTM)


Persiapkan cryotube yang berisi 1,5 mL
media transport virus (Hanks BSS +
Antibiotik), dapat juga digunakan VTM
komersil yang siap pakai (pabrikan).

2. Swab Dacron
Gunakan swab yang terbuat dari
dacron/rayon steril dengan tangkai plastik
atau jenis flocked swab (tangkai lebih
lentur). Jangan menggunakan swab kapas
atau swab yang mengandung Calcium
alginat atau swab kapas dengan tangkai
kayu, karena mungkin mengandung
substansi yang dapat mengahambat proses
pemeriksaan secara molekuler.

3. Ice pack dan cold box

4. Label nama
Berikan label yang berisi nama pasien dan
kode nomor spesimen. Jika label
bernomor tidak tersedia maka penamaan
menggunakan marker/pulpen pada bagian
berwarna putih di dinding cryotube.

5. Gunting

Tahun Akademik 2022/2023 Page 139


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

6. Alkohol 70%

7. Parafilm

8. Plastik Klip

9. Marker atau Label

10. Formulir Pengambilann Spesimen

11. Alat Perlindungan Diri Level II/III

Prosedur Nasofaring
No. Kegiatan Gambar
1. Sisihkan/buang seluruh sekret/cairan dari
hidung

2. Tengadahkan maksimalkan kepala (kira-kira 70


derajat) sehingga dagu segaris dengan tepi
belakang kepala.

3. Buka dan ambil swab dacron/rayon steril.

4. Masukkan swab dacron/rayon steril perlahan-


lahan ke dalam rongga hidung, sejajar dengan
palatum, menyusuri dinding medial septum
dan dasar rongga hidung sampai ke nasofaring.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 140


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

No. Kegiatan Gambar


5. Masukkan swab dacron/rayon steril sampai
terasa ada tahanan/tekanan

Swab dimasukkan hingga mencapai jarak kira-


kira sama dengan jarak dari nostril ke bagian
luar liang telinga.

6. Putar swab dacron/rayon steril ke kiri atau ke


kanan sebesar 180 derajat selama sekitar 10-
15 detik lalu apus ke arah bawah.

7. Tarik perlahan-lahan swab


dacron/rayon steril, diharapkan tidak banyak
menyentuh permukaan rongga hidung.

8. Lakukan prosedur yang sama untuk


rongga hidung sebelahnya
9. Masukkan dacron swab ke dalam
media transport

Prosedur Orofaring
No. Kegiatan Gambar
1. Informasikan kepada pasien bahwa prosedur
ini dapat menyebabkan sensasi muntah dan
tindakan ini hanya beberapa detik saja.
2. Kepala pasien tetap dalam posisi tengadah.
Pasien diminta membuka mulut dengan lebar.
Lidah tetap di dalam rongga mulut. Lidah
jangan dikeluarkan.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 141


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

3. Tekan lidah dengan spatula lidah sampai


terlihat daerah orofaring. Arahkan lampu
kepala untuk membantu visualisasi.

4. Dengan dacron swab, usap area di belakang


tonsil kiri kemudian kanan serta dinding faring.
Hindarkan swab menyentuh bagian lidah.

5. Swab dikeluarkan dan dimasukkan


ke dalam media transpor.

Akhir Prosedur
No. Kegiatan Gambar
1. Masukkan swab dacron/rayon steril ke
dalam tabung media perlahan- lahan,
digunting lalu tutup tabung kembali dengan
rapat dan tabung kemudian dililit parafilm
dan masukkan ke dalam plastik klip.

Jika ada lebih dari 1 pasien, maka plastik klip


dibedakan atau terpisah, untuk menghindari
kontaminasi silang.

2. Simpan dalam suhu 4-80C sebelum dikirim.


Jangan dibekukan dalam freezer tetapi
disimpan ke dalam cool box. Sampel
dikirimkan dalam waktu kurang dari 24
jam.

Catatan:
Tahun Akademik 2022/2023 Page 142
Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

1. Spesimen swab nasofaring dan orofaring nantinya ditempatkan di tabung VTM yang
sama untuk meningkatkan viral load.
2. Tutup tabung VTM jangan diletakkan di meja/permukaan apa pun, jika harus
diletakkan pastikan arah tutup menghadap ke atas agar tidak terjadi kontaminasi.
3. Saat menggunting/mematahkan swab jangan membuat spill/splashing.
4. Jika terjadi splashing, jangan panik, segera selamatkan spesimen, dekontaminasi
sekitar dengan alkohol 70%.
5. Selesai sampling pastikan barang yang akan keluar kamar tidak dalam keadaan
tercemar, lakukan dekontaminasi semua boks/instrumen yang terpapar dengan
alkohol 70%, baru keluar ruangan pasien.
6. Lepaskan APD di ruang terpisah.

7.2.5 Referensi
NEJM Procedure: Collection of Nasopharyngeal Specimens with the Swab Technique.
Diakses pada: https://youtu.be/DVJNWefmHjE

Tahun Akademik 2022/2023 Page 143


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK 5B


PEMERIKSAAN SWAB NASOFARING

Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelompok :

Skor
No. Aspek Penilaian Bobot Nilai
0 1 2
I. TAHAP PERSIAPAN
1. Memberikan salam pembuka dan memperkenalkan
diri
2. Menginformasikan ke pasien mengenai tindakan 10%
yang akan dilakukan (informed consent)
3. Persiapan alat-alat pemeriksaan
II. TAHAP PELAKSANAAN
4. Cuci tangan sebelum dan setelah tindakan
5. Mengatur posisi pasien sesuai dengan tujuan
10%
pemeriksaan
6. Memakai lampu kepala dengan benar
7. Melakukan pemeriksaan swab nasofaring :
 Memasukkan dacron swab ke rongga hidung,
menelusuri dasar rongga hidung
 Melakukan swab nasofaring, dengan memutar
dacron searah jarum jam 60%
 Masukkan hasil swab ke media transport
dengan benar
8. Cuci tangan setelah tindakan
III. TAHAP INTERPRETASI
9. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada instruktur
20%
10. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien
TOTAL NILAI 100%

Nilai Akhir = Total Nilai X 100 = ..................................


6,8
Keterangan: Padang, ………………………… 2022
0 = Tidak dilakukan sama sekali Instruktur
1 = Dilakukan dengan perbaikan
2 = Dilakukan dengan sempurna
(……………………………………………….)
Tahun Akademik 2022/2023 Page 144
Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK 5B


PEMERIKSAAN SWAB OROFARING

Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelompok :

Skor
No. Aspek Penilaian Bobot Nilai
0 1 2
TAHAP PERSIAPAN
1. Memberikan salam pembuka dan memperkenalkan
diri
2. Menginformasikan ke pasien mengenai tindakan yang 10%
akan dilakukan (informed consent)
3. Persiapan alat-alat pemeriksaan
TAHAP PELAKSANAAN
4. Cuci tangan sebelum dan setelah tindakan
5. Mengatur posisi pasien sesuai dengan tujuan
10%
pemeriksaan
6. Memakai lampu kepala dengan benar
7. Melakukan pemeriksaan swab orofaring:
 Menekan dua pertiga anterior lidah dengan
spatula
 Melakukan swab daerah tonsil dan daerah
posterior faring 60%
Masukkan hasil swab ke media transport dengan
benar
8. Cuci tangan setelah tindakan
TAHAP INTERPRETASI
9. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada instruktur
20%
10. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien
TOTAL NILAI 100%

Nilai Akhir = Total Nilai X 100 = ..................................


6,8
Keterangan: Padang, ………………………… 2022
0 = Tidak dilakukan sama sekali Instruktur
1 = Dilakukan dengan perbaikan
2 = Dilakukan dengan sempurna
(……………………………………………….)

Tahun Akademik 2022/2023 Page 145


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

KETERAMPILAN KLINIK 5B
TOPIK 8
MENGHENTIKAN PERDARAHAN AKUT (TEKANAN LANGSUNG DAN TEKANAN TITIK)

8.1. Pengantar Teori


Tindakan penghentian perdarahan pada keadaan gawat darurat merupakan langkah-
langkah yang dapat dilakukan dalam mengontrol perdarahan pada pasien yang
mengalami cidera atau luka yang diakibatkan oleh penyakit tertentu. Kontrol perdarahan
dapat dilakukan dengan beberapa teknik, diantaranya; penekanan langsung pada
pembuluh darah, balut tekan, dan penggunaan tourniquet yang dapat digunakan oleh
petugas kesehatan dengan menguasai teknik penggunaan, serta komplikasi yang terjadi.
Kontrol perdarahan dapat juga dilakukan dengan melakukan pengikatan, koagulasi
pembuluh darah dan penggunaan bahan kimiawi untuk menghentikan perdarahan.
Untuk dapat melakukan tindakan penghentian perdarahan, perlu dipahami jenis-jenis
luka dan perdarahan.
a. Jenis-jenis luka
Luka dapat dikategorikan dengan berbagai kriteria. Luka dapat dideskripsikan
berdasarkan ukuran, ketebalan, bentuk pinggir luka, serta dasar luka. Secara umum luka
dapat dibagi atas:
 Luka sayat (incisions/ vulnus scissum): disebabkan oleh benda tajam seperti; pisau,
bentuk metal lainnya yang tajan, atau kaca. Pinggir luka lurus, ukuran bervariasi
tergantung obyek penyebabnya. Jarang terjadi kehilangan jaringan, dan pinggir luka
dapat diketemukan dengan mudah.
 Luka robek (laceration/ vulnus laceratum): disebabkan oleh benda dengan permukaan
yang tidak rata, metal atau kaca dengan pinggir yang tidak rata. Pinggir luka tidak rata
atau compang camping.
 Luka tusuk (puncture/ vulnus punctum): disebabkan olah benda runcing yang
menembus jaringan. Luka seperti ini dapat mendapatkan penilaian yang keliru. Pada
permukaan terlihat kecil, namun menembus bagian tubuh dengan kedalaman yang
dapat merusak struktur penting seperti pembuluh darah, saraf, organ pencernaan,
dan lain-lain.
 Luka lecet (abrasion/ ekskoriasi): luka pada permukaan kulit akibat bergesekan
dengan permukaan yang kasar.
 Luka memar (contusion): pada jenis luka ini terjadi kerusakan kapiler pada epidermis
dan dermis, tanpa merusak kulit. Darah keluar dari pembuluh masuk mengisi ruang
antar sel atau ruang interstisial, menyebabkan pembengkakan dan diskolorasi.
 Luka avulsi (avulsion): merupakan tipe luka yang melibatkan seluruh ketebalan kulit
(full thickness), dan sering berbentuk semisirkuler. Luka berbentuk flap yang jika
dilepaskan akan memperlihatkan jaringan bagian dalam.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 146


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

b. Jenis-jenis cidera pembuluh darah :


Cidera pembuluh darah pada permukaan tubuh pada umumnya dapat dibagi
berdasarkan sumber perdarahan :
 Perdarahan arteri : perdarahan berasal dari arteri, dengan karakteristik darah yang
keluar berwarna merah segar karena kaya akan oksigen, menyembur sesuai dengan
denyutan nadi, dan dapat menyebabkan kehilangan darah dengan cepat.
 Perdarahan vena : perdarahan berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah
gelap karena kurang oksigen, dan alirannya lambat.
 Perdarahan kapiler : perdarahan kapiler biasanya terjadi akibat cidera permukaan
seperti ekskoriasi. Warna darah dapat bervariasi tergantung lokasi dan kadar oksigen
yang dikandung. Alirannya sangat lambat (ooze).

Penghentian perdarahan yang terjadi akibat trauma dapat dilakukan dengan


beberapa metode :
1. Penekanan langsung (direct pressure)
Cara yang paling efektif untuk mengontrol perdarahan luar adalah dengan
melakukan penekanan langsung pada luka. Cara ini tidak hanya menghentikan
perdarahan tapi juga menutup luka tanpa merusak pembuluh darah.
2. Penekanan tidak langsung (indirect/ point pressure)
Penekanan tidak langsung merupakan tekini penghentian perdarahan dengan
melakukan penekanan pada pembuluh darah yang memberikan aliran pada luka.
Penekanan dilakukan dengan jari, jempol, atau pangkal permukaan tangan.

3. Elevasi
Mempertahankan luka lebuh tinggi dari jantung akan menurunkan tekanan darah
pada luka, yang diharapkan akan mengurangi perdarahan. Teknik ini memungkinkan
dilakukan apabila perdarahan terjadi pada tungkai atas, tungkai bawah, dan kepala.
4. Ligasi
Merupakan tindakan pengikatan pembuluh darah dengan menggunakan material
penjahitan.
5. Tourniquet
Tourniquet merupakan metode penghentian perdarahan dengan melakukan
pengikatan proksimal dari sumber perdarahan. Penggunaan tourniquet dapat
menghentikan seluruh aliran darah ke arah distal. Penggunaan tourniquet terlalu
lama dapat menyebabkan kerusakan jaringan pada bagian distal tourniquet.

8.2. Tujuan Pembelajaran


1. Mahasiswa mampu mengenali jenis jenis luka
2. Mahasiswa mampu melakukan tindakan penekanan langsung / balut tekan pada
perdarahan.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 147


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

3. Mahasiswa mampu melakukan tindakan penekanan tidak langsung / penekanan titik


pada perdarahan

8.3. Kemampuan yang Harus Dikuasai Mahasiswa Sebelumnya


1. Anatomi dan fisiologi sistem pembuluh darah
2. Anatomi dan fisiologi anggota gerak manusia

8.4. Prosedur, Alat, dan Bahan

PENEKANAN LANGSUNG DAN BALUT TEKAN

Tahap persiapan
 Perkenalan dengan pasien
 Memberikan informasi kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan (pada
keadaan emergensi dilakukan secara simultan)
 Mempersiapkan alat balut tekan
o Kassa steril
o Verban elastis
o Sarung tangan karet steril

Tahap pelaksanaan
a. Identifikasi luka
 Proteksi diri dengan menggunakan sarung tangan karet steril. Sarung tangan akan
melindungi penolong dari cairan tubuh dan sekaligus melindungi penderita dari
kontaminasi tangan penolong.
 Tempatkan pasien pada lokasi yang tenang
 Elevasikan tungkai atau tempat yang mengalami luka
 Identifikasi lokasi dan jenis luka (sesuaikan dengan dengan teori menegai jenis-jenis
luka). Jika ada bekuan darah yang menutup luka jangan diangkat. Jika ada benda
asing yang melekat atau menancap pada luka jangan di angkat.
 Identifikasi sumber perdarahan (arteri, vena, atau kapiler)

b. Aplikasi penekanan langsung dan balut tekan


Setelah dilakukan identifikasi luka dan jenis sumber perdarahan. Lakukan
penekanan langsung dengan permukaan volar tangan menggunakan kassa steril
dengan ketebalan yang cukup (5-10 lapis) tergantung keparahan luka. Lakukan
penekanan kassa dengan tangan selama 5-10 menit. Apabila perdarahan tidak berhenti,
lakukan pemasangan balut tekan, menggunakan kassa yang tebal pada luka dan dibalut
dengan verban elastis dengan tekanan yang cukup. Tekanan yang diberikan harus
cukup untuk menghentikan perdarahan tanpa mengganggu aliran darah ke bagian
distal.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 148


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Gambar 1. Teknik pelaksanaan penekanan langsung dan balut tekan

Perlu diperhatikan, apabila kassa telah dipenuhi darah jangan dilepaskan, tetapi
tambah ketebalan kassa dan balutan.

Tahap evaluasi hasil kerja


 Periksa hasil pemasangan balut tekan, jika masih terjadi perdarahan dapat diberikan
kassa tambahan diatas luka dan dibalut dengan verban elastis.
 Balutan harus memberikan tekanan yang cukup untuk menghentikan perdarahan tapi
tidak mengganggu sirkulasi di distal.
 Jika masih tetap berdarah, buka balutan dan evaluasi ulang luka. Pasang lagi kassa
dan balutan pada posisi yang benar.
 Periksa warna kulit di distal, pengisian kapiler, dan pulsasi arteri distal.
 Jika ada tanda tanda gangguan sirkulasi distal; kulit pusat kebiruan, dingin, pengisian
kapiler melambat, dan atau pulsasi arteri tidak teraba, longgarkan balutan dan pasang
kembali dengan tekanan yang cukup. Periksa kembali efektifitas balutan dan sirkulasi
distal.

Kesalahan yang mungkin timbul


 Kesalahan penempatan balut tekan.
 Ketebalan kassa tidak sebanding dengan kondisi luka
 Tekanan balutan tidak optimal untuk menghentikan perdarahan.

PENEKANAN TIDAK LANGSUNG

Tahap persiapan
 Perkenalan dengan pasien
 Memberikan informasi kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan
(pada keadaan emergensi dilakukan secara simultan)

Tahun Akademik 2022/2023 Page 149


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Tahap pelaksanaan

a. Identifikasi luka
 Proteksi diri dengan menggunakan sarung tangan karet steril. Sarung tangan akan
melindungi penolong dari cairan tubuh dan sekaligus melindungi penderita dari
kontaminasi tangan penolong.
 Tempatkan pasien pada lokasi yang tenang
 Elevasikan tungkai atau tempat yang mengalami luka
 Identifikasi lokasi dan jenis luka (sesuaikan dengan dengan teori mengenai jenis-
jenis luka). Jika ada bekuan darah yang menutup luka jangan diangkat. Jika ada
benda asing yang melekat atau menancap pada luka jangan di angkat.
 Identifikasi sumber perdarahan (arteri, vena, atau kapiler)

b. Aplikasi penekanan tidak langsung/ tekan titik


Teknik penekanan tidak langsung (indirect pressure/point pressure)
Penggunaan penekanan titik merupakan metode penghentian perdarahan dengan
menggunakan tekanan jari, jempol, atau pangkal permukaan tangan untuk
menekan arteri yang menyuplai daerah luka. Arteri yang dapat ditekan dengan cara
ini adalah arteri yang berada di permukaan kulit atau lebih dalam namun berada
diatas tulang. Tekanan ini dapat menurunkan aliran darah ke lokasi luka. Teknik

Tahun Akademik 2022/2023 Page 150


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

dapat dikombinasi dengan penekanan langsung.

Gambar 2. Lokasi anatomis penekanan langsung pada arteri

a. Lengan (arteri brachialis): penekanan dengan jari untuk menghentikan perdarahan


pada daerah lengan bawah dan tangan.
 Identifikasi lokasi arteri brachialis dengan menekan 2 jari diatas fossa cubiti
bagian medial, lekukan antara muskulus bicep brachii dengan muskulus
brachialis.
 Gunakan jari atau jempol. Lakukan penekanan tepat diatas arteri dan tulang
b. Lipat paha (arteri femoralis): penekanan langsung untuk menghentikan perdarahan
pada paha dan tungkai bawah.
 Penekanan langsung pada lipat bagian depan, di bagian tengah lipatan.
 Gunakan pangkal permukaan tangan antara arteri femoralis dan tulang.
Condongkan badan ke depan untuk memberikan tekanan.
Pada gambar dapat dilihat tempat-tempat penekanan dan lokasi perdarahan yang
dapat dikontrol. Penekanan tidak langsung ini bersifat sementara sampai tersedia alat
untuk balut tekan.

Tahap evaluasi hasil kerja


 Periksa lokasi penekanan arteri.
 Periksa efektifitas penekanan dengan melihat berhentinya aliran darah pada lokasi
luka.
 Jika darah tetap mengalir, kembali lakukan identifikasi dan beri penekanan dengan
tekanan yang lebih kuat.

Kesalahan yang mungkin timbul


 Kesalahan identifikasi lokasi arteri.
 Kurangnya tekanan yang diberikan untuk menghentikan aliran darah.

8.5. Referensi
Sjamsuhidayat, R., & De Jong, W. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-4. Jakarta: EGC. 2017.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 151


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK 5B


BALUTAN 1: MENGHENTIKAN PERDARAHAN AKUT (TEKANAN LANGSUNG & TEKANAN TITIK)

Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelompok :

Skor
No. Aspek Penilaian Bobot Nilai
0 1 2
1. Memberikan salam pembuka dan memperkenalkan diri
Menginformasikan ke pasien mengenai tindakan yang
2.
akan dilakukan 20%
Proteksi diri dengan menggunakan sarung tangan karet
3.
steril
Aplikasi penekanan langsung dan balut tekan
4. Identifikasi lokasi luka
5. Identifikasi jenis luka
6. Identifikasi sumber perdarahan
7. Persiapan kassa steril
Melakukan penekanan langsung dengan kassa dan 40%
8.
tangan
9. Melakukan pemasangan balut tekan
10. Evaluasi perdarahan
11. Evaluasi bagian distal ekstremitas
Aplikasi penekanan tidak langsung/ penekanan titik
12. Identifikasi lokasi luka
13. Identifikasi jenis luka
14. Identifikasi sumber perdarahan
15. Identifikasi lokasi arteri yang mensuplai perdarahan 40%
16. Melakukan penekanan pada bagian proksimal arteri
17. Evaluasi perdarahan
18. Evaluasi bagian distal ekstremitas
Jumlah Nilai

Nilai Akhir = Total Nilai X 100 = ..................................


13,2
Keterangan: Padang, ………………………… 2022
0 = Tidak dilakukan sama sekali Instruktur
1 = Dilakukan dengan perbaikan
2 = Dilakukan dengan sempurna

(……………………………………………….)
Tahun Akademik 2022/2023 Page 152
Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

KETERAMPILAN KLINIK 5C
TOPIK 9
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK GANGGUAN DERMATOLOGI

9.1 Pengantar Teori


9.1.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Kulit
Sistem kulit terdiri atas
1. Lapisan - lapisan kulit:
a. Epidermis: stratum basalis, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum
lusidum, stratum korneum
b. Dermis: stratum papilare, stratum retikulare
c. Subkutis: lemak
2. Adneksa kulit terdiri dari kuku, rambut, dan kelenjar (kelenjar keringat ekrin dan
apokrin, kelenjar sebasea)
Fungsi Kulit:
1. Untuk proteksi organ dalam dari lingkungan luar
2. Untuk absorbsi
3. Untuk mengatur suhu
4. Untuk ekskresi sisa-sisa metabolik
5. Pembentukan pigmen
6. Pembentukan vitamin D

9.1.2 Anamnesis Penyakit Kulit Dan Kelamin


Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan untuk menggali informasi mengenai keluhan
kulit adalah sebagai berikut:
1. Identitas pasien (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, suku, alamat tempat
tinggal tetap).
2. Dapat menanyakan keluhan utama pasien:
o Lokasi keluhan
o Lama keluhan
o Gatal/ nyeri/ mati rasa/ tumor/ tukak
3. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
o Lokasi timbul lesi pertama kali
o Bagaimana perluasan lesi tersebut
o Ada atau tidak pengaruh makanan / lingkungan
o Keluarga lain ada yang menderita penyakit seperti ini / turunan
o Sudah diobati atau belum
4. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
o Apakah pernah menderita penyakit yang sama
o Apakah ada riwayat alergi

Tahun Akademik 2022/2023 Page 153


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

9.1.3 Sistematika Pemeriksaan Status Dermatologikus


Pemeriksaan kulit mencakup inspeksi dan palpasi kulit serta pemeriksaan penunjang:
1. Inspeksi Kulit
Status Dermatologikus:
a. Lokasi: tempat dimana ada lesi
b. Distribusi:
o Bilate ral: mengenai kedua belah badan
o Unilateral: mengenai sebelah badan
o Simetrik: mengenai kedua belah badan yang sama
o Soliter: hanya 1 lesi
o Herptiformis: vesikel berkelompok
o Konfluens: dua atau lebih lesi yang menjadi satu
o Diskret: terpisah satu dengan yang lain
o Regional: mengenai daerah tertentu badan
o Generalisata: tersebar pada sebagian besar tubuh
o Universal: seluruh atau hampir seluruh tubuh (90%-100%)
c. Bentuk/susunan:
o Bentuk: khas (bentuk yang dapat dimisalkan, seperti: bulat, lonjong, seperti ginjal,
dll), dan tidak khas (tidak dapat dimisalkan)
o Susunan:
● Liniar: seperti garis lurus
● Sirsinar/anular: seperti lingkaran
● Polisiklik: bentuk pinggir yang sambung menyambung membentuk lingkaran.
● Korimbiformis: susunan seperti induk ayam yang dikelilingi anak-anaknya
d. Batas: tegas dan tidak tegas
e. Ukuran:
o Milier : sebesar kepala jarum pentul
o Lentikular : sebesar biji jagung
o Numular : sebesar uang logam dengan Ø 3 cm - 5 cm
o Plakat : lebih besar dari numular
f. Efloresensi:
o Primer:
● Makula: bercak pada kulit berbatas tegas berupa perubahan warna semata,
tanpa penonjolan atau cekungan.
● Papul: penonjolan di atas permukaan kulit, sikumskrip, Ø kecil dari 0,5 cm,
bersisikan zat padat
● Plak: papul datar, Ø lebih dari 1 cm
● Urtika: penonjolan yang disebabkan edema setempat yang timbul mendadak
dan hilang perlahan-lahan.
● Nodus: tonjolan berupa massa padat yang sirkumskrip, terletak dikutan atau
subkutan, dapat menonjol

Tahun Akademik 2022/2023 Page 154


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

● Nodulus: nodus yang kecil dari 1 cm.


● Vesikel: gelembung berisi cairan serum, memiliki atap dan dasar, Ø kurang dari
0,5 cm.
● Bula: vesikel yang berukuran lebih besar.
● Pustul: vesikel yang berisi nanah, bila nanah mengendap dibagian bawah
vesikel disebut hipopion.
● Kista: ruangan berdinding dan berisi cairan, sel, maupun sisa sel.
o Sekunder:
● Skuama: sisik berupa lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit.
● Krusta: kerak, keropeng, yang menunjukan cairan badan yang mengering
● Erosi: lecet kulit yang disebabkan kehilangan jaringan yang tidak melampaui
stratum basal, ditandai dengan keluarnya serum.
● Ekskoriasi: lecet kulit yang disebabkan kehilangan jaringan melewati stratum
basal (sampai ke stratum papilare), ditandai dengan keluarnya darah selain
serum.
● Ulkus: tukak, borok disebabkan hilangnya jaringan lebih dalam dari ekskoriasi,
memiliki tepi, dinding, dasar, dan isi.
● Likenifikasi: penebalan kulit disertai relief kulit yang makin jelas.
g. Kelainan mukosa
h. Kelainan rambut
i. Kelainan kuku
Pembesaran kelenjar getah bening regional (sesuai dengan status dermatologikus)

2. Palpasi Kulit
Penderita bisa dalam posisi duduk dan bisa posisi tidur. Pemeriksa menggunakan jari
telunjuk tangan kanan yang ditekankan pada permukaan lesi. Kemudian jari tersebut
diangkat, tampak permukaan lesi berwarna pucat sesaat, kemudian warna lesi kembali
ke warna semula (merah/eritem). Atau dapat juga dilakukan dengan tekhnik diaskopi
dengan cara menggunakan gelas objek. Gelas objek dipegang dengan jari-jari tangan
kanan kemudian ditekankan pada permukaan lesi. Tampak lesi berwarna pucat waktu
penekanan dengan gelas objek. Dan waktu gelas objek diangkat, warna lesi kembali
seperti semula (merah/eritem).

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang: sesuai dengan jenis penyakit, seperti pemeriksaan KOH
(potasium hidroksida) 10 - 20% untuk infeksi jamur, pemeriksaan sinar wood untuk
pityriasis versikolor, dan pemeriksaan BTA untuk Morbus Hansen, pewarnaan gram
dan NaCl untuk pemeriksaan duh genitalia.

9.2 Tujuan Pembelajaran


1. Mampu melakukan anamnesis pasien penyakit kulit dan kelamin

Tahun Akademik 2022/2023 Page 155


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

2. Mampu melakukan pemeriksaan status dermatologikus dengan kaca pembesar


3. Mampu menegakkan diagnosis penyakit kulit
4. Mampu menentukan pemeriksaan penunjang

9.3 Pengetahuan yang Harus Dikuasai Mahasiswa Sebelumnya


1. Anatomi kulit
2. Kelainan kulit

9.4 Alat dan Bahan


1. Foto kelainan kulit
2. Kaca Pembesar
3. Video pemeriksaan dermatologi dapat diakses di: https://youtu.be/69lvqbfyuG4

9.5 Referensi
Djuanda A (ed.). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ke 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2010.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 156


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK 5C


ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK GANGGUAN DERMATOLOGI

Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelompok :

Skor Bobot Nilai


No Aspek Penilaian
0 1 2
1 Memberikan salam dan memperkenalkan
diri kepada pasien 10%
2 Menanyakan identitas pasien
3 Menanyakan keluhan utama pasien
4 Menanyakan riwayat penyakit sekarang 40%
5 Menanyakan riwayat penyakit dahulu
6 Dapat menyebutkan lokasi lesi
7 Dapat menyebutkan distribusi lesi
8 Dapat menyebutkan bentuk/susunan lesi
9 Dapat menyebutkan batas lesi
10 Dapat menyebutkan ukuran lesi 50%
11 Dapat menentukan efloresensi
12 Dapat menentukan pemeriksaan anjuran
yang dibutuhkan
13 Mampu menegakkan diagnosis
Total Nilai 100%

Nilai Akhir = Total Nilai X 100 = ..................................


10,6
Keterangan: Padang, ………………………… 2022
0 = Tidak dilakukan sama sekali Instruktur
1 = Dilakukan dengan perbaikan
2 = Dilakukan dengan sempurna
(……………………………………………….)

Tahun Akademik 2022/2023 Page 157


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

KETERAMPILAN KLINIK 5C
TOPIK 10
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK GANGGUAN MUSKULOSKELETAL

10.1. ANAMNESIS KELAINAN ORTOPEDI


10.1.1. Pengantar Teori

A. Keluhan Utama
Ada tiga keluhan utama yang sering dikeluhkan penderita yang mengalami
gangguan muskuloskeletal dibidang ortopedi yaitu:

1. Deskripsi Nyeri  PQRST


- Position: dapat menentukan posisi dan lokasi nyeri
- Quality: derajat kualitas nyeri seperti rasa menusuk, panas, dan lain-lain
- Radiation: penjalaran nyeri
- Severity: tingkat beratnya nyeri (sering dihubungkan dengan gangguan
Activity Daily Living (ADL)
- Timing: kapan timbulnya nyeri, apakah siang, malam, waktu istirahat, dan
lain-lain
2. Perubahan bentuk (Deformitas)
- Bengkak: biasanya karena radang, tumor, pasca trauma, dan lain-lain
- Bengkok: misanya pada
 Varus: bengkok keluar
 Valgus: bengkok kedalam seperti kaki X
 Genu varum: kaki seperti O
- Pendek: dapat dibandingkan dengan kontralateral yang normal
3. Gangguan Fungsi (Disfungsi)  Penurunan/hilangnya fungsi
- Afungsi (Tak bisa digerakkan sama sekali)
- Kaku (stiffnesss)
- Cacat (disability)
- Gerakan tak stabil (instability)

B. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat trauma sebelumnya
b. Riwayat infeksi tulang dan sendi seperti osteomielitis / arthritis
c. Riwayat pembengkakan / tumor yang diderita
d. Riwayat kelainan kongenital muskuloskeletal seperti CTEV
e. Riwayat penyakit –penyakit diturunkan seperti skoliosis, dan lain-lain

Tahun Akademik 2022/2023 Page 158


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

C. Pemeriksaan Fisik Umum Dan Cara Berjalan Normal

1. Pemeriksaan umum dan tanda-tanda vital


- Keadaan umum tampak sehat, sakit, sakit berat
- Tanda – tanda vital seperti tekanan darah, frekuensi nadi, nafas, dan
temperatur

2. Bentuk dan penampilan tubuh sewaktu datang


a. Bentuk tubuh
‐ Normal
‐ Athletic
‐ Cebol
‐ Bongkok
‐ Miring
b. Cara penderita datang
‐ Normal
‐ Pincang
‐ Digendong

3. Cara berjalan penderita yang normal dan kelainan cara berjalan


‐ Fase jalan normal:
1. Meletakkan tumit  Heel strike
2. Fase menapak  Stance Phase
3. Ujung jari bertumpu  Toe Off
4. Mengayun langkah  Swing Phase

‐ Kelainan Cara Berjalan


1. Antalgic gait (anti = against, algic = pain). = Nyeri waktu menapak sehingga
langkah memendek
2. Tredelenberg gait (paralise n. ischiadicus)
3. Stepage gait (langkah pendek-pendek)

Tahun Akademik 2022/2023 Page 159


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Antalgic gait Steppage gait

Tredelenberg gait

4. Pemeriksaan tonus otot


• Tonus otot diperiksa biasanya pada otot-otot ekstremitas dimana posisi
ekstremitas tersebut harus posisi relaksasi.
• Pemeriksaan dengan cara perabaan dan dibandingkan dengan otot pada sisi lateral
tubuh penderita, atau otot lainnya. Dapat juga dibandingkan dengan otot
pemeriksa yang tonusnya normal
• Yang paling sering adalah memeriksa tonus otot-otot femur pada lesi medula
spinalis
• Tonus otot bisa:
- Eutonus: tonus normal
- Hipertonus: tonus meninggi

Tahun Akademik 2022/2023 Page 160


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

- Hipotonus: tonus melemah

5. Pemeriksaan atrofi otot


Otot atrofi dapat dinilai dengan cara:
- Membandingkan dengan ukuran otot pada sisi lateralnya
- Mengukur lingkaran anggota yang atropi dan dibandingkan dengan anggota
sebelahnya

10.1.2. Tujuan Pembelajaran


1. Mengetahui tiga keluhan utama (nyeri, disfungsi, dan deformitas) pada kelainan
orthopedi.
2. Mampu melakukan anamnesis tentang riwayat penyakit sekarang pada kelainan
ortopedi.
3. Mampu melakukan pemeriksaan tonus otot, atrofi otot, dan gangguan berjalan.

10.1.3. Kemampuan yang Harus Dikuasai Mahasiswa Sebelumnya


Anatomi dan fisiologi anggota gerak manusia

10.1.4. Referensi
Hoppenfeld, Stanley, and Richard Hutton. Physical Examination of the Spine and
Extremities. 2014.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 161


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK 5C


ANAMNESIS, PEMERIKSAAN UMUM DAN CARA BERJALAN PADA KELAINAN ORTOPEDI

Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelompok :

Skor
No. Aspek yang Dinilai Bobot Nilai
0 1 2
1 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri 5%
Menanyakan keluhan utama ortopedi (nyeri,
2
deformitas dan disfungsi)
3 Menanyakan keluhan nyeri (PQRST)

4 Menanyakan keluhan deformitas


25%
5 Menanyakan keluhan disfungsi
Menanyakan riwayat penyakit dahulu 
6 riwayat famili, penyakit bawaan, dan penyakit
lainnya yang menunjang keluhan utama
7 Dapat memeriksa bentuk tubuh

8 Dapat memeriksa tonus otot


70%
9 Memeriksa otot paha (atrofi)

9 Dapat memeriksa gangguan cara berjalan

Total Nilai

Nilai Akhir = Total Nilai X 100 = ..................................


8,2
Keterangan: Padang, ………………………… 2022
0 = Tidak dilakukan sama sekali Instruktur
1 = Dilakukan dengan perbaikan
2 = Dilakukan dengan sempurna
(……………………………………………….)

Tahun Akademik 2022/2023 Page 162


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

10.2. PEMERIKSAAN FISIK REGIONAL KELAINAN ORTOPEDI


10.2.1. Pengantar Teori

PEMERIKSAAN PALPASI :

- Suhu dibandingkan dengan anggota gerak kontralateral


- Nadi / pulsasi  terutama pada tumor
- Nadi distal (trauma pada fraktur)
- Nyeri  nyeri tekan & nyeri sumbu  terutama pada fraktur
- Krepitasi  fraktur klavikula, OA sendi
- Fungsi saraf  sensorik, motorik, dan refleks

PEMERIKSAAN SENDI

- Bandingkan kiri dan kanan tentang bentuk, ukuran, tanda radang, dan lain-lain
- Adanya nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri sumbu, dan lain-lain
- Nilai Range of Motion (ROM) secara aktif atau pasif
- Adanya bunyi “klik, krepitasi
- Adanya kontraktur sendi

A. Pemeriksaan Leher
1. Inspeksi
Suruh penderita duduk atau berdiri dengan posisi relaks. Pemeriksa memperhatikan
dari arah depan, samping dan belakang.

Dari inspeksi akan terlihat :

- Leher normal  sama kiri dan kanan

- Lordosis hebat  jika leher lebih ante fleksi

- Miring  seperti pada tortikolis

Tahun Akademik 2022/2023 Page 163


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

2. Palpasi  meraba kalau ada tonjolan tulang abnormal

3. Pemeriksaan gerakan leher

Tahun Akademik 2022/2023 Page 164


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Tahun Akademik 2022/2023 Page 165


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

B. Pemeriksaan Bahu
1. Inspeksi  simetris atau tidak

2. Palpasi bahu

3. Pergerakan

Abduksi N : 0 – 170 0 Adduksi N : 0 – 500 0

Tahun Akademik 2022/2023 Page 166


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

0-165
0-60

Forward Fleksi N: 0 – 165 0


Backward ekstensi N: 0 – 60 0

C. Pemeriksaan siku
1. Inspeksi

2. Palpasi

Tahun Akademik 2022/2023 Page 167


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

3. Pergerakan:

Fleksi dan ekstensi

D. Pemeriksaan gerakan pergelangan tangan


1. Inspeksi

Tahun Akademik 2022/2023 Page 168


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

2. Palpasi

3. Pergerakan

Tahun Akademik 2022/2023 Page 169


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

E. Pemeriksaan gerakan punggung


1. Inspeksi

Fixed kyphosis Gibbus Scoliosis

2. Palpasi

3. Pergerakan

Pada keadaan normal pasien bisa


menyentuh lantai sampai 7 cm dari
lantai

Tahun Akademik 2022/2023 Page 170


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

40o

30o

Tahun Akademik 2022/2023 Page 171


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

F. Pemeriksaan gerakan panggul


1. Inspeksi 2. Palpasi

3. Pergerakan

Tahun Akademik 2022/2023 Page 172


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

G. Pengukuran discrepancy (kesenjangan panjang anggota gerak)


Pengukuran anggota badan baik ektremitas atas atau bawah bertujuan untuk
melihat kelaianan sendi atau pemendekan akibat suatu kelainan

Caranya:

- Membandingkan ukuran kiri dan kanan dengan melihat perbedaan tonjolan atau
sendi-sendi tertentu, seperti lutut kiri dengan lutut kanan, siku kiri dengan siku
kanan, ankle kiri dengan ankle kanan . Misalnya contoh gambar dibawah dimana A
tampak perbedaan ukuran tibia, dan B tampak perbedaan femur

- Mengukur dengan pasti seperti


 Apparent length  perbedaan jarak ukuran antara pusat dan maleolus kiri dan
kanan
 True length  perbedaan jarak antara SIAS dan maleolus kiri dan kanan

A B.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 173


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Tahapan pemeriksaan True Length dan Apparent Length:

1. Informed consent
2. Siapkan peralatan berupa meteran
3. Posisikan pasien telentang
4. Ekspos mulai dari atas umbilikus sampai telapak kaki (diusahakan menggunakan
pakaian yang tidak tebal yang bisa mnyebabkan bias dalam pengukuran)
5. Posisikan ekstemitas bawah pada posisi yang sama
6. Ukur lingkar paha pasien. Lingkar paha yang tidak sama akan memberikan hasil yang
bias
7. Identifikasi dan tandai umbilikus, SIAS dan puncak maleolus medialis
8. Selalu lakukan pemeriksaan pada sisi yang sehat terlebih dahulu
9. Lakukan pemeriksaan true length antara SIAS dan maleolus medialis
10. Lakukan pemeriksaan apparent length antara umbilikus dan maleolus medialis

H. Pemeriksaan gerakan lutut


Inspeksi

Tahun Akademik 2022/2023 Page 174


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Palpasi

Pergerakan

Tahun Akademik 2022/2023 Page 175


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

I. Pemeriksaan gerakan ankle dan kaki


Inspeksi

Palpasi

Tahun Akademik 2022/2023 Page 176


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Pergerakan

10.2.2. Tujuan Pembelajaran

Dapat melakukan pemeriksaan fisik umum dan lokal kelainan orthopedi

10.2.3. Kemampuan Yang Harus Dikuasai Mahasiswa Sebelumnya


Anatomi dan fisiologi anggota gerak manusia

10.2.4. Alat dan Bahan


1. Tape measure
2. Goniometer; Large and small
3. Stetoskop
4. Reflex Hammer

10.2.5. Referensi
Hopenfeld Physical Examination

Tahun Akademik 2022/2023 Page 177


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK


PEMERIKSAAN FISIK REGIONAL KELAINAN ORTOPEDI

Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelompok :

Skor
No Aspek Yang dinilai Nilai
0 1 2
1 Menilai pergerakan leher
2 Melakukan pemeriksaan bahu
3 Memeriksa pergerakan sendi bahu
4 Melakukan pemeriksaan siku
5 Memeriksa pergerakan sendi siku
6 Melakukan pemeriksaan antebrachia
7 Melakukan pemeriksaan pergelangan tangan
dan jari
8 Memeriksa sendi pergelangan tangan dan jari-jari
9 Memeriksa gerakan punggung
10 Memeriksa pergerakan sendi panggul
11 Memeriksa gerakan sendi lutut
12 Memeriksa discrepency kesenjangan anggota
gerak
13 Memeriksa gerakan ankle dan kaki
TOTAL

Nilai Akhir = Total Nilai X 100 = ..................................


26

Keterangan: Padang, ………………………… 2022


0 = Tidak dilakukan sama sekali Instruktur
1 = Dilakukan dengan perbaikan
2 = Dilakukan dengan sempurna
(……………………………………………….)

Tahun Akademik 2022/2023 Page 178


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

KETERAMPILAN KLINIK 5C
TOPIK 11
PERAWATAN LUKA (REDRESSING, HECTING DAN REHECTING)

11.1 Perawatan Luka

11.1.1 Pengantar Teori

Tidak sedikit penderita yang menderita luka-luka karena berbagai sebab: trauma, bekas
operasi, efek radiasi , terlalu lama berbaring, atau pertumbuhan sel-sel kanker sampai ke
luar kulit. Sebagian di antaranya merupakan luka kronis yang tidak sembuh dalam waktu
14 hari. Supaya tidak menimbulkan infeksi dan menjadi semakin parah, luka memerlukan
perawatan khusus.

Definisi Luka
Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat
substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul:

a. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ


b. Respon stres simpatis
c. Perdarahan dan pembekuan darah
d. Kontaminasi bakteri
e. Kematian sel

Mekanisme terjadinya luka :

a. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal
yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura
seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
b. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
c. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang
biasanya dengan benda yang tidak tajam.
d. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau
yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
e. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau
oleh kawat.
f. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya
pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya
lukanya akan melebar.
g. Luka Bakar (Combustio), yaitu kerusakan tubuh yang disebabkan oleh trauma panas
atau trauma dingin. Penyebabnya adalah api, air panas, listrik, kimia, radiasi dan
trauma dingin (frost bite).
Tahun Akademik 2022/2023 Page 179
Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Klasifikasi Luka

Menurut tingkat kontaminasi terhadap luka :

a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak terjadi
proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital
dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika
diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan
terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam
kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi
luka adalah 3% - 11%.
c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat
kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau
kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi
nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme
pada luka spt luka kecelakaan.

Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka, dibagi menjadi:

Stadium I: Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) :


yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.

Stadium II: Luka “Partial Thickness”: yaitu hilangnya


lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari
dermis, masih ada folikel rambut.

Stadium III: Luka “Full Thickness”: yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan
atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati
jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia
tetapi tidak mengenai otot.

Stadium IV: Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang
dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

Menurut waktu penyembuhan luka dibagi menjadi:

a. Luka akut: yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep
penyembuhan yang telah disepakati.
b. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat
karena faktor eksogen dan endogen.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 180


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Proses Penyembuhan Luka

Tubuh secara normal akan berespon terhadap cedera dengan jalan “proses peradangan”,
yang dikarakteristikkan dengan lima tanda utama: inflamasi. Proses penyembuhannya
mencakup beberapa fase, yaitu fase inflamasi, fase proliferatif, dan fase maturasi.

Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

a. Usia
b. Infeksi
c. Hipovolemia
d. Hematoma
e. Benda asing
f. Iskemia
g. Diabetes
h. Pengobatan
‐ Steroid: akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera
‐ Antikoagulan: mengakibatkan perdarahan
‐ Antibiotik: efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab
kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak
akan efektif akibat koagulasi intravaskular.

Prinsip-prinsip Perawatan Luka

Ada dua prinsip utama dalam perawatan luka kronis semacam ini.

Prinsip pertama menyangkut pembersihan/pencucian luka.


a. Luka kering (tidak mengeluarkan cairan) dibersihkan dengan teknik swabbing, yaitu
ditekan dan digosok pelan-pelan menggunakan kasa steril atau kain bersih yang
dibasahi dengan air steril atau NaCl 0,9 %.
b. Luka basah dan mudah berdarah dibersihkan dengan teknik irrigasi, yaitu disemprot
lembut dengan air steril (kalau tidak ada bisa diganti air matang) atau NaCl 0,9 %. Jika
memungkinkan bisa direndam selama 10 menit dalam larutan kalium permanganat
(PK) 1:10.000 (1 gram bubuk PK dilarutkan dalam 10 liter air), atau dikompres larutan
kalium permanganat 1:10.000 atau rivanol 1:1000 menggunakan kain kasa.
c. Cairan antiseptik sebaiknya tidak digunakan, kecuali jika terdapat infeksi, karena dapat
merusak fibroblast yang sangat penting dalam proses penyembuhan luka,
menimbulkan alergi, bahkan menimbulkan luka di kulit sekitarnya. Jika dibutuhkan
antiseptik, yang cukup aman adalah feracrylum 1% karena tidak menimbulkan bekas
warna, bau, dan tidak menimbulkan reaksi alergi.
d. Norit juga sering dianjurkan untuk ditaburkan di luka kronis basah, mengandung
nanah, dan sulit sembuh. Untuk ini sebaiknya dipakai bubuk norit halus bersih dari

Tahun Akademik 2022/2023 Page 181


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

botol, bukan dari gerusan tablet. Dokter akan memberi petunjuk lebih jauh tentang hal
ini, atau memberi resep tersendiri sesuai kondisi luka.

Prinsip kedua menyangkut pemilihan balutan.


Pembalut luka merupakan sarana vital untuk mengatur kelembaban kulit, menyerap
cairan yang berlebih, mencegah infeksi, dan membuang jaringan mati.
Kesalahan yang mungkin timbul dalam melakukan keterampilan ini:
a. Berulangnya kontaminasi sisi tangan yang telah steril oleh sisi tangan lain yang belum
steril
b. Tidak tersterilisasi dengan baik bagian bawah kuku

11.1.2 Tujuan Pembelajaran

Mahasiswa mampu melakukan perawatan luka yang benar.

11.1.3 Pengetahuan/Kemampuan yang Harus Dikuasai Mahasiswa Sebelumnya

1. Mengetahui Jenis luka, bentuk luka dan proses penyembuhannya


2. Kemampuan komunikasi efektif

11.1.4 Prosedur, Alat, dan Bahan

Alat dan Bahan:

Alat-alat yang tidak steril: Alat-alat steril dalam bak instrument:

- Sarung tangan steril - Pinset anatomi 2 buah


Sarung tangan non steril - Pinset cirurgis 1 buah
- Gunting verban - Gunting jaringan
- Gunting plester - Klem arteri k/p
- Plester - Kapas lidi secukupnya
- Verban - Kassa steril secukupnya
- Kidney basin 2 buah - Deppers secukupnya
- Kapas bersih - 2 cucing/kom stainless steel
- Larutan NaCl 0,9%/ PK 1:10000/ diameter 12
Rivanol 1:1000
- Povidon Iodine
- Kantong plastik
- Manekin kulit
- Perlak
- Spuit 10 cc

Tahun Akademik 2022/2023 Page 182


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Prosedur

Prosedur perawatan luka yang harus dilakukan adalah perawatan luka basah dan
kering (lihat daftar tilik penilaian keterampilan klinik).

11.1.5 Referensi

1. Alimul Hidayat, Azis. Edisi 2 Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kedokteran.
Jakarta: Salemba Medika; 2008.
2. Eko W Nurul dan Ardiani Sulistiani. KDPK (Keterampilan Dasar Praktik Klinik
Kedokteran). Yogjakarta: Pustaka Rihama; 2010.
3. Kozier B., Erb G., Berman A, Snyder S, Lake R, and Harvey S. Fundamentals of
Nursing. Concepts, process and practice. Harlow: Pearson Education; 2008.
4. Lynn P. Taylor’s Clinical Nursing Skills. A Nursing Process Approach. Philadelphia:
Wolters Kluwer Health |Lippincott Williams & Wilkins; 2011.
5. Potter and Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC; 2005.
6. Rosyidi K, Wulansari ND. Prosedur Praktik Keperawatan. Jakarta: Trans Info
Media; 2013

Tahun Akademik 2022/2023 Page 183


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK


PERAWATAN LUKA KERING

Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelompok :

Skor
No. Aspek Yang dinilai Bobot Nilai
0 1 2
1 Persiapan alat
Persiapan pasien dan lingkungan
2 Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada
pasien 10%
3 Jaga privasi pasien
4 Mengatur posisi pasien senyaman mungkin dan
yang memudahkan kerja dokter.
Langkah-langkah
5 Mencuci tangan
6 Pakai sarung tangan non steril
10%
7 Pasang perlak dan alasnya di bawah luka pasien
8 Letakkan kidney basin di samping pengalas
9 Melepas plester dengan kapas alkohol
10 Balutan utama dibuka dengan pinset anatomis
jika perban sangat lengket bantu dengan
menyiramkan NaCl 0,9% secukupnya. Jika yang
terangkat kassa bagian luar, maka biarkan kassa
bagian dalam (akan diangkat dengan
menggunakan alat steril)
11 Buang perban lama ke dalam kidney basin
12 Observasi karakteristik luka: tanda-tanda infeksi,
warna, ukuran dan adakah cairan yang keluar. 70%
13. Lepaskan sarung tangan non steril
14. Buka bak instrument steril (jangan lupa ganti alas
atau duk dengan duk steril)
15. Tuangkan cairan NaCl 0,9% ke dalam cucing/kom
16 Buka dan keluarkan isi tulle ke dalam set steril
(jika menggunakan tulle). Tuangkan larutan
antiseptic ke dalam cucing yang lain (jika
menggunakan povidone iodine)
17 Pasang sarung tangan steril

Tahun Akademik 2022/2023 Page 184


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

18 Luka dibersihkan dengan cairan NaCl 0,9%


dengan menggunakan kassa atau deppers dari
arah dalam keluar atau sirkuler.
19 Jika pada luka terdapat jahitan dan sudah kering
dapat dilakukan tindakan angkat jahitan
20 Bersihkan kembali luka dengan cairan NaCl 0,9%
dengan menggunakan kassa atau deppers dari
arah dalam keluar (sirkuler)
21 Keringkan luka dengan menggunakan kassa atau
deppers
22 Gunting tulle sesuai ukuran yang dibutuhkan dan
letakkan pada area luka (jika menggunakan
povidon iodine) oleskan larutan
23 Balut luka dengan kassa dan usahakan serat
kassa jangan menempel pada luka.
24 Pasang plester mengelilingi kassa
25 Rapikan alat dan pasien
26 Lepaskan sarung tangan
10%
27 Cuci tangan
28 Dokumentasikan
Total Nilai 100%

Nilai Akhir = Total Nilai X 100 = ..................................


24,8

Keterangan: Padang, ………………………… 2022


0 = Tidak dilakukan sama sekali Instruktur
1 = Dilakukan dengan perbaikan
2 = Dilakukan dengan sempurna
(……………………………………………….)

Tahun Akademik 2022/2023 Page 185


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Perawatan Luka Basah

Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelompok :

No Skor
Aspek Yang dinilai Bobot Nilai
. 0 1 2
1 Persiapan alat
Persiapan pasien dan lingkungan
2 Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada
pasien 10%
3 Jaga privasi pasien
4 Mengatur posisi pasien senyaman mungkin dan
yang memudahkan kerja dokter.
Langkah-langkah
5 Mencuci tangan
6 Pakai sarung tangan non steril
10%
7 Pasang perlak dan alasnya di bawah luka pasien
8 Letakkan kidney basin di samping pengalas
9 Melepas plester dengan kapas alkohol
10 Balutan utama dibuka dengan pinset anatomis
jika perban sangat lengket bantu dengan
menyiramkan NaCl 0,9% secukupnya. Jika yang
terangkat kassa bagian luar, maka biarkan kassa
bagian dalam (akan diangkat dengan
menggunakan alat steril)
11 Buang perban lama ke dalam kidney basin
12 Observasi karakteristik luka: tanda-tanda infeksi,
warna, ukuran dan adakah cairan yang keluar.
70%
13. Lepaskan sarung tangan non steril
14. Buka bak instrument steril
15. Tuangkan cairan NaCl 0,9% ke dalam cucing/kom
16 Buka dan keluarkan isi tulle ke dalam set steril
(jika menggunakan tulle). Tuangkan larutan
antiseptik ke dalam cucing yang lain (jika
menggunakan povidone iodine)
17 Buka bungkus spuit dan letakkan spuit di dalam
bak instrument
18 Pasang sarung tangan steril

Tahun Akademik 2022/2023 Page 186


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

19 Luka dibersihkan dengan cairan NaCl 0,9% dengan


menggunakan kassa atau deppers dari arah dalam
keluar atau sirkuler.
20 Jika luka terlalu kotor maka lakukan irigasi luka
dengan cara menyemprotkan cairan NaCl 0,9%
menggunakan spuit 10cc sambil luka dibersihkan
menggunakan deppers, lakukan hingga luka
bersih.
21 Observasi keadaann luka, jika ada jaringan
nekrosis lakukan nekrotomi dengan
menggunakan gunting jaringan
22 Bersihkan kembali luka dengan cairan NaCl 0,9%
dengan menggunakan kassa atau deppers dari
arah dalam keluar (sirkuler)
23 Dengan pinset steril ambil kassa steril yang telah
dibasahi cairan NaCl 0,9% kemudian peras
dengan pinset bentangkan dan letakkan
secukupnya di atas luka, diulang beberapa kali
(15-20 menit) sampai luka bersih.
24 Gunting tulle sesuai ukuran yang dibutuhkan dan
letakkan pada area luka (jika menggunakan
betadine) oleskan larutan antiseptic pada luka
dengan teknik sekali usap dan satu arah usapan.
25 Balut luka dengan kassa dan usahakan serat kassa
jangan menempel pada luka.
26 Pasang plester mengelilingi kassa
27 Rapikan alat dan pasien
28 Lepaskan sarung tangan
10%
29 Cuci tangan
30 Dokumentasikan
Total Nilai 100%

Nilai Akhir = Total Nilai X 100 = ..................................


27,6

Keterangan: Padang, ………………………… 2022


0 = Tidak dilakukan sama sekali Instruktur
1 = Dilakukan dengan perbaikan
2 = Dilakukan dengan sempurna
(……………………………………………….)
Tahun Akademik 2022/2023 Page 187
Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

11. 2 Penjahitan Luka

11.2.1 Pengantar Teori

Penjahitan luka bertujuan untuk mempertemukan dan mempertahankan posisi kedua


permukaan luka tanpa mengganggu peredaran darah, mencegah terjadinya perdarahan,
mencegah infeksi silang dan mempercepat proses penyembuhan.

Alat dan bahan yang digunakan dalam penjahitan luka dapat dilihat pada gambar di bawah
ini:

Sumber: http://c11104066.blogspot.com/2011/12/pengenalan-instrumen-dasar-bedah-
minor.html

Secara garis besar instrumen yang digunakan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Instrumen dengan fungsi memotong


a. Pisau Scalpel + Pegangan

Tahun Akademik 2022/2023 Page 188


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

b. Gunting: gunting jaringan (bedah), gunting benang (dressing scissors), gunting


perban
2. Instrumen dengan fungsi menggenggam: pinset anatomi, pinset chirurgis, klem
jaringan
3. Instrumen dengan fungsi menghentikan perdarahan: klem arteri
4. Instrumen dengan fungsi menjahit: needle holder, benang bedah, jarum jahit

Jenis benang bedah

Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam memilih benang jahit: jenis bahannya, kemampuan
tubuh untuk menyerapnya, dan susunan filamennya.

Benang yang dapat diserap (Absorbable Suture): Benang ini dapat menimbulkan reaksi
jaringan setempat yang dapat menyebabkan fistel benang atau infiltrasi jaringan yang
mungkin ditandai dengan indurasi.

a. Alami (Natural):

‐ Plain Cat Gut: dibuat dari bahan kolagen sapi atau domba. Benang ini hanya memiliki
daya serap pengikat selama 7 - 19 hari dan akan diabsorbsi secara sempurna dalam
waktu 70 hari.
‐ Chromic Cat Gut dibuat dari bahan yang sama dengan plain cat gut namum dilapisi
dengan garam Chromium untuk memperpanjang waktu absorbsinya sampai 90 hari.

b. Buatan (Synthetic): benang-benang yang dibuat dari bahan sintetis, seperti Polyglactin
(merk dagang Vicryl atau Safil), Polyglycapron (merk dagang Monocryl atau Monosyn),
dan Polydioxanone (merk dagang PDS II). Benang jenis ini memiliki daya pengikat lebih
lama, yaitu 2-3 minggu, diserap secara lengkap dalam waktu 90-120 hari.

Benang yang tak dapat diserap (Non-absorbable suture): pada umumnya benang ini tidak
menimbulkan reaksi jaringan karena bukan merupakan bahan biologik. Oleh karena tidak
dapat diserap, benang ini akan tinggal di permukaan jahitan dan biasanya digunakan untuk
jaringan yang sukar sembuh. Benang yang tidak dapat diserap terdiri atas:

a. Alamiah (Natural): benang silk (sutera) yang dibuat dari protein organik bernama
fibroin, yang terkandung di dalam serabut sutera hasil produksi ulat sutera.
b. Buatan (Synthetic): benang dari bahan dasar nylon (merk dagang Ethilon atau
Dermalon), Polyester (merk dagang Mersilene) dan Poly propylene (merk dagang
Prolene).

Ukuran benang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kekuatan jahitan. Faktor
lainnya adalah jumlah jahitan yang dibuat, jarak jahitan dan jenis benang. Ukuran benang
terkecil menurut standar Eropa adalah 11.0 (=11 kali 0) dan terbesar adalah ukuran 7.

Tahun Akademik 2022/2023 Page 189


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Tabel Ukuran dan jenis benang untuk berbagai jaringan

Lokasi penjahitan Jenis benang Ukuran

Fasia Semua 2.0 – 1

otot semua 3.0 – 0

kulit tak terserap 2.0 – 6.0

lemak terserap 2.0 – 3.0

bedah mikro Tak terserap 7.0 – 11.0

Jenis jahitan dan kegunaannya

Secara garis besar dikenal empat jenis jahitan. Berikut keempat jenis jahitan tersebut
beserta keuntungan dan kerugiannya:

1. Jahit
simpul
tunggal
(jahitan
terputus
sederhana,
simple
interrupted suture).

1. Lapisan kulit 2. Hasil akhir penjahitan

Sumber: French

Indikasi: untuk semua luka dan untuk jahitan situasi. Biasanya digunakan antara lain
untuk jahitan di labia, otot, spingter anus, memperbaiki mukosa rectum, dan
menyambung robekan pembuluh darah (French).

Kontra indikasi: tidak ada.

Keuntungan: bila benang putus, hanya satu tempat yang terbuka, dan bila terjadi
infeksi luka, cukup dibuka jahitan di tempat yang terinfeksi. Kerugian: waktu untuk
penjahitan lebih lama.

Teknik penjahitan:

Tahun Akademik 2022/2023 Page 190


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

a. Jarum ditusukkan dengan sudut 900 pada kulit sisi pertama dan dimasukkan ke
jaringan subkutan terus ke kulit sisi lainnya. Lebar dan kedalaman jarinagn kulit dan
subkutan yang dijahit diusahakan dapat mendekat dengan posisi membuka kearah
luar (everted)
b. Jarum dipegang dan benang diikat untuk membuat simpul.
c. Penjahitan dilakukan dari ujung luka satu keujung luka yang lain

2. Jahitan jelujur (basting stitch, simple running suture, simple continuous, continuous over
and over).

Jahitan ini digunakan untuk labia, subkutan dan


robekan perineum. Jahitan ini sangat sederhana, sama
dengan kita menjelujur baju. Biasanya menghasilkan
hasil kosmetik yang baik, tidak disarankan
penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar.

Satu benang digunakan untuk seluruh panjang luka


sehingga pengerjaannya lebih cepat. Tetapi bila ada
benang yang putus, seluruh panjang luka dapat
terbuka, dan bila terjadi infeksi, seluruh luka dapat terbuka,

3. Jahitan matras baik vertikal (vertical mattress suture, Donati, near to near and far to
far) maupun horizontal (horizontal mattress suture, interrupted mattress)

a. Matras vertikal b. Matras horizontal

Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian dilanjutkan dengan
menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang cepat karena
di dekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan ini. Penjahitan dilakukan dengan menjahit
sedalam penampang vertikal/horizontal luka. Keuntungan cara ini adalah luka tertutup
rapat sampai ke dasar luka sehingga dapat dihindari terjadinya rongga dalam luka.

4. Jahitan subkutikuler (running subcuticular suture, jahitan jelujur intrakutan) yaitu


melakukan jahitan jelujur pada jaringan lemak tepat di bawah dermis. Jahitan ini
hasilnya rapi dan sering tak tampak.
Tahun Akademik 2022/2023 Page 191
Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

Indikasi: Luka pada daerah yang memerlukan kosmetik.

Kontra indikasi: jaringan luka dengan tegangan besar.

Teknik penjahitan subkutikuler: benang ditempatkan bersembunyi di bawah jaringan


dermis sehingga yang terlihat hanya bagian kedua ujung benang yang terletak di dekat
kedua ujung luka yang dilakukan sebagai berikut.

1. Tusukkan jarum pada kulit sekitar 1-2 cm dari ujung luka keluar di daerah dermis
kulit salah satu dari tepi luka.
2. Benang kemudian dilewatkan pada jaringan dermis kulit sisi yang lain, secara
bergantian terus menerus sampai pada ujung luka yang lain, untuk kemudian
dikeluarkan pada kulit 1-2 cm dari ujung luka yang lain.
3. Dengan demikian maka benang berjalan menyusuri kulit pada kedua sisi secara
parallel disepanjang luka tersebut.

11.2.2 Tujuan Pembelajaran

Mahasiswa mampu melakukan penjahitan luka yang benar

11.2.3 Pengetahuan/Kemampuan yang Harus Dikuasai Mahasiswa Sebelumnya

1. Mengetahui jenis luka, bentuk luka dan proses penyembuhannya


2. Mengetahui hecting set, jenis benang jahit, jarum jahit, dan jenis jahitan luka
3. Kemampuan komunikasi efektif

11.2.4 Prosedur, Alat, dan Bahan

Alat dan Bahan


- Pinset anatomi - Betadine
- Pinset cirurgi - Larutan H2O2,savlon / lisol
- Gunting benang atau larutan lainnya sesuai
- Needle Holder dengan kebutuhannya.
- Kom kecil/cucing 2 buah - Kapas alkohol
- Kasa secukupnya - Obat anestesi (lidokain)
- Handscoen steril 2 pasang - Aqua for injection
- Korentang dan tempatnya - Spuit
- Jarum otot dan kulit - Gunting plester
Tahun Akademik 2022/2023 Page 192
Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

- Benang otot dan kulit - Plester


- Nierbeken - Gunting verban
- Manekin kulit luka - Verban
Prosedur

Prosedur yang harus dilakukan adalah penjahitan luka serta mengangkat dan mengambil
jahitan (lihat daftar tilik penilaian keterampilan klinik).

Cara menjahit luka

Tindakan ini merupakan cara yang dilakukan untuk menutup luka melalui jahitan,
bertujuan mencegah terjadinya perdarahan, mencegah infeksi silang dan mempercepat
proses penyembuhan.

Cara mengangkat dan mengambil jahitan

Merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengangkat jahitan luka bedah atau
mengambil jahitan pada luka bedah dengan cara memotong simpul jahitan, yang
bertujuan mencegah infeksi silang dan mempercepat proses penyembuhan luka.

11.2.5 Referensi

1. Padilla RS. Dermabrasi. Dalam : wheeland RG. Cutaneous Surgery. WB


Saunders. Philadelphia. 1994: p. 479-90
2. Alt Th, Coleman WP, Hanke CW, Yarborough JM. Dermabration. Dalam :
Coleman WP, Hanke CW, Alt TH, Asken S. Cosmetic Surgery of the skin
principles And Techniques. 1991: p.147-95
3. Thompson, J. A Practical Guide to Wound Care.Registered Nursing. 2000: p. 48-
50
4. Ahmadsyah Ibrahim. Ed: Luka, dalam: Syamsuhidajat R, Wim de Jong, ed. Buku
Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta: EGC. 2004: 66-88
5. Saefudin abdul Bari, Adriaansz george, Wiknjosastro Gulardi Hanifa, Waspodo
Djoko, ed. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Ed. 1. Jakarta: JNPKKR-POGI. 2000: 45-54
6. Wijdjoseno-Gardjito. Ed: Anestesia, dalam: Syamsuhidajat R, Wim de Jong, ed.
Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta: EGC. 2004: 239-264

Tahun Akademik 2022/2023 Page 193


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK 5C


PENJAHITAN LUKA

Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelompok :

No Skor
Aspek Yang dinilai Bobot Nilai
. 0 1 2
1 Persiapan alat
Persiapan pasien dan Lingkungan
2 Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada
pasien
3 Meminta persetujuan tindakan medis
10%
4 Menjaga privasi pasien
5 Mengatur pasien senyaman mungkin dan
memudahkan kerja dokter
Persiapan Petugas
6 Mencuci tangan
Langkah-langkah:
7 Memasang perlak dan pengalasnya
8 Memasang Sarung tangan
9 Mengkaji luka, kedalamnya, luasnya dan keadaan
luka
10 Membersihkan luka dengan larutan antiseptik
menggunakan kassa terpisah untuk setiap
usapan, membersihkan luka dari area yang
kurang terkontaminasi ke area kontaminasi
11 Menggunakan injeksi lidokain (hisap lidokain 1%
ke dalam spuit atau untuk lidokain 2% encerkan
80%
dengan menggunakan aqua for injection dengan
perbandingan 1 : 1 )
12 Lakukan desinfeksi pada ujung luka / daerah yang
akan disuntikan menggunakan alkohol 70%
secara sirkulair dengan diameter kurang lebih 5
cm
13 Menyuntikkan lidokain secara sub cutan di sekitar
tepi luka
14 Lakukan aspirasi, apabila tidak ada darah
masukkan lidokain secara perlahan-lahan sambil

Tahun Akademik 2022/2023 Page 194


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

menarik jarum dan memasukkan obat sepanjang


tepi luka
15 Melakukan hal yang sama pada tepi luka yang
lain
16 Menunggu kira-kira 2 menit untuk melihat reaksi
obat
17 Menguji reaksi obat dengan menggunakan ujung
pinset pada daerah luka, apabila pasien sudah
tidak mengeluh sakit berarti obat sudah bereaksi,
apabila masih mengeluh sakit tunggu 2 menit lagi
kemungkinan obat belum bereaksi
18 Melepaskan handscoen
19 Memasang handscoen ke 2
20 Menyiapkan Needle Holder, jarum dan benang
(apabila luka akan dilakukan penjahitan dalam,
gunakan benang untuk otot /catgut dan
menggunakan jarum otot yang ujungnya bulat),
apabila luka hanya dilakukan penjahitan luar
/kulit gunakan benang kulit /silk dengan
menggunakan jarum kulit yang ujungnya segitiga
21 Menjahit luka bagian dalam menggunakan
benang catgut apabila luka terlihat dalam, bila
luka tidak dalam dan pembuluh darah /otot tidak
ada yang terputus, lakukan penjahitan dengan
benang silk.
Laukan variasi penjahitan jahit luka/ suture
interuptus, jahit luka/ suture jelujur, jahit luka/
suture jelujur terkunci, jahit luka/ suture matras
horisontal dan jahit luka/ suture matras vertikal,
sesuai dengan kebutuhan.
22 Menjahit luka kurang lebih 1 cm di atas ujung
luka dan ikat
23 Memotong benang jahitan, sisakan benang kira-
kira 1 cm
24 Melakukan penjahitan satu persatu di bawah
jahitan pertama dengan jarak antara jahitan satu
dengan lainnya kurang lebih sama dengan
kedalam luka
25 Merapikan kembali jahitan, agar kulit saling
bertemu dengan rapi (everted)

Tahun Akademik 2022/2023 Page 195


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

26 Memberikan antiseptik pada luka


27 Menutup luka dengan kassa steril dan memasang
plester, perhatikan serat kassa jangan ada yang
menempel pada luka
28 Merapikan pasien
29 Membereskan alat yang digunakan
30 Melepaskan handscoen 10%
31 Mencuci tangan
32 Melakukan dokumentasi
Total Nilai 100%

Nilai Akhir = Total Nilai X 100 = ..................................


32,6

Keterangan: Padang, ………………………… 2022


0 = Tidak dilakukan sama sekali Instruktur
1 = Dilakukan dengan perbaikan
2 = Dilakukan dengan sempurna
(……………………………………………….)

Tahun Akademik 2022/2023 Page 196


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK 5C


PENGANGKATAN DAN PENGAMBILAN JAHITAN

Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelompok :

Skor
No. Aspek yang Dinilai Bobot Nilai
0 1 2
1. Persiapan alat dan bahan
2. Cuci tangan
10%
3. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
4. Gunakan sarung tangan steril
5. Buka plester dan balutan dengan menggunakan
pinset
6. Bersihkan luka dengan menggunakan
savlon/sublimat, H2O2, boorwater atau NaCl 0,9%
sesuai dengan keadaan luka. Lakuan hingga bersih.
7. Angkat jahitan dengan menarik simpul jahitan
sedikit ke atas, kemudian gunting benang dan tarik
hingga hati-hati lalu di buang pada kasa yang 80%
disediakan.
8. Tekan daerah sekitar luka hingga pus/nanah tidak
ada.
9. Berikan obat luka.
10. Tutup luka dengan manggunakan kasa steril
11. Balut luka
12. Catat perubahan keadaan luka
13. Merapikan pasien
14. Membereskan alat yang digunakan
10%
15. Melepaskan handschoen
16. Mencuci tangan
17. Melakukan dokumentasi
Total Nilai 100%

Nilai Akhir = Total Nilai X 100 = ..................................


13,2
Keterangan: Padang, ………………………… 2022
0 = Tidak dilakukan sama sekali Instruktur
1 = Dilakukan dengan perbaikan
2 = Dilakukan dengan sempurna

Tahun Akademik 2022/2023 Page 197


Buku Panduan Keterampilan Klinik 5

(……………………………………………….)

Tahun Akademik 2022/2023 Page 198

Anda mungkin juga menyukai