Anda di halaman 1dari 65

BUKU PANDUAN PRAKTIK LABORATORIUM

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

DISUSUN OLEH :

TIM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


JL.GANESHA 1 PURWOSARI KUDUS
TELP. (0291) 437218
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas terselesaikannya buku
panduan pembelajaran praktik laboratorium keperawatan khususnya mata ajaran
keperawatan dewasa. Buku panduan pembelajaran praktik laboratorium keperawatan
ini merupakan salah satu metode pembelajaran praktik laboratorium keperawatan
dewasa sebagai pendekatan dalam pencapaian kompetensi hardskill lulusan S-1
Keperawatan.
Mata kuliah ini membahas tentang prinsip-prinsip teoritis dan keterampilan
klinis keperawatan yang berhubungan dengan penyakit yang sering dialami oleh orang
dewasa pada beberapa sistem yaitu sistem kardiovaskuler, sistem pencernaan, sistem
pernafasan, dan sistem endokrin. Konten mata kuliah pembelajaran laborat ini
berorientasi pada pencapaian kemampuan klinis dalam memberikan asuhan
keperawatan yang sistemik, dinamis dan komprehensif sesuai aspek legal dan etis.
Kompetensi yang dicapai oleh mahasiswa tidak saja aspek hard skill, namun demikian
aspek soft skill sangat berperan menjadikan lulusan yang unggul. Studi di lapangan
menunjukkan aspek soft skill sangat menentukan keberhasilan mahasiswa dalam dunia
nyata.
Kami berharap buku panduan ini dapat dijadikan petunjuk dan arahan dalam
mencapai kompetensi yang ditargetkan kepada mahasiswa. Pencapaian kompetensi
tersebut tidak terlepas dari peran serta mahasiswa, dosen pengampu, serta sistem
akademik yang dibangun. Kami merasa masih banyak kekurangan dalam pembuatan
pedoman pembelajaran ini, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
peningkatan kualitas pedoman pembelajaran ini sangat kami harapkan. Semoga buku
panduan ini dapat mengantarkan mahasiwa mencapai tujuan sebagai perawat
profesional. Semoga buku panduan ini dapat bermanfaat bagi proses pembelajaran
laboratorium mahasiswa Prodi S-1 Keperawatan.

Kudus, Agustus 2019

Tim Penyusun

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 2


Muhammadiyah Kudus
DAFTAR ISI

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 3


Muhammadiyah Kudus
BAB I

PENDAHULUAN

A. PROFIL LULUSAN PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN:


1. Care Provider (perawat pelaksana)
2. Marketing Pelayanan kesehatan
3. Comunity Leader
4. Manager
5. Peneliti
6. Enterpreneur

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 4


Muhammadiyah Kudus
BAB II

RANCANGAN PEMBELAJARAN

A. DESKRIPSI MATA KULIAH


Mata kuliah ini membahas tentang prinsip-prinsip teoritis dan
keterampilan klinis keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien dengan gangguan pada sistem kardiovaskuler, sistem
pernafasan, sistem pencernaan dan sistem endokrin yang terjadi pada orang
dewasa. Fokus mata kuliah ini memaparkan secara teoritis berbagai gangguan
sistem kardiovaskuler, sistem pencernaan, sistem pernafasan, dan sistem
endokrin yang meliputi pengertian, patofisiologi, manifestasi klinis, terapi dan
penatalaksanaan, serta asuhan keperawatan (pengkajian sampai intervensi dan
aspek-aspek yang harus dievaluasi) serta issue ter up date tentang terapi dan
asuhan keperawatannya.
Tehnik belajar yang diterapkan pada mata kuliah ini menggunakan
pendekatan tutorial, diskusi teori, diskusi kasus serta role play. Sistem
pemberian mata kuliah yang terintegral dengan berbagai tehnik perkulihan ini
diharapakan dapat menumbuhkan kemampuan klinis, critical thinking,
kemampuan attitude serta skill yang baik yang dapat dipergunakan sebagai
kemampuan dasar mahasiswa untuk dapat dikembangakan di dunia kerja.

B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Ketrampilan Umum
a. Pemeriksaan fisik jantung
b. Pemeriksaan fisik saluran pernafasan
2. Ketrampilan Khusus
a. Pemeriksaan CVP dan JVP
b. Pemasangan ECG dan pembacaan ECG
c. Pemeriksaan ABI dengan dopller vaskuler
d. Pemeriksaan spirometri
e. Fisio terapi dada dan postural drainase
f. Perawatan luka DM dan pemberian insulin dengan syringe pump
Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 5
Muhammadiyah Kudus
C. ALOKASI WAKTU DAN EVALUASI
Waktu
Pembelajaran Laborat :
1 SKS x 14 x 170 menit = 2.380 menit

D. EVALUASI
Praktik
a. Ujian kompetensi = 70 %
b. Nilai observasi/project/partisifasi perkuliahan = 30 %

E. DAFTAR REFERENSI
Aaronson,P.I& Ward,J.P. (2010). At a Glance Sistem Kardiovaskular,
Jakarta; Penerbit Erlangga.
Black &Hawks (2009). Medical Surgical Nursing : Clinical Management
for Positive Outcome. 8 ed. St Louis Missouri : Elsevier Saunders.
Corwin, E.(2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Doenges,M., Moorhouse, M.F, & Geissler.A.C. (2010). Nursing Care Plans,
Guidelines for Planning And Documenting Patient Care.F.A.
Philadelphia: Pennsylvania.
Ignatavicius & Workman. (2009). Medical Surgical Nursing ; Critital
Thinking for Collaburative Care. Vol.1.5ed. Missaouri : Sounders
Elseiver .
Ignatavicius & Workman. (2010). Medical Surgical Nursing; Patient
Centered Collaburative care for Collaburative Care. 6ed. Missouri :
Sounders Elseiver.
Karim, S. & Kabo. (2005). ECG. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
LaMone, P. & Burke, K. (2008). Medical Surgical Nursing ; Critical
Thinking in Client Care, 4ed, New Jersey : Pearson Education.
Lewis, Heitkemper, Dirkssen, O’ Brien, &Bucher . (2008), Medical surgical
nursing: Assesment and Management of Clinical Problem, Volume
2, USA : Mosby Elseiver.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 6


Muhammadiyah Kudus
Libby, Bonow, Mann & Zipes. (2008). Heart Disease; a Textbook of
Cardiovascular Medicine. Phyladephia; Saunder Elsevier
Lilly, L.S.(2009). Pathophysiology of Heart Disease. Boston; Lippincot &
Wilkins
Moser, D., & Riegel, B.(2008). Cardiac Nursing; A Companion to
Braunwald’s Heart Disease. Saunders Elsevier: Missouri
Price, S.A. & Wilson, L.M. (2003).Pathophysiology: clinical concepts of
disease processes. Mosby.
Potter & Perry. (2005). Fundamental of Nursing. USA : Mosby Elseiver.
Silbernagl, S., & Lang, F. (2007). Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi.
Jakarta: EGC.
Sudoyo, Alwi, Setihadi, Setiati & Simardibarata. (2006). Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi V. Jakarta : Badan Penerbit Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 7


Muhammadiyah Kudus
BAB III
PETUNJUK PRAKTIKUM

INSTRUKSIONAL KERJA
PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG
IK.PFJ UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT
MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Rektor

© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Pemeriksaan Fisik Jantung
Revisi Tanggal

Rektor

UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 1 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Fisik Jantung No. Dokumen:

Berlaku:
Rektor

1. DEFINISI
Pemeriksaan Fisik Jantung adalah pemeriksaan yang dilakukan pada bagian dada
untuk mengetahui fungsi jantung secara normal.
2. TUJUAN
a. Mengetahui ketidaknormalan denyut jantung
b. Mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 8


Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 2 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Fisik No. Dokumen:
Jantung
Berlaku:
Rektor

c. Mengetahui bunyi jantung normal atau abnormal


d. Mendeteksi gangguan kardiovaskular

3. INDIKASI
a. Memenuhi kelengkapan dari rangkaian anamnesis yang dilakukan pada
pasien
b. Mengetahui diagnosis penyakit dari seorang pasien
c. Membantu dokter dalam melakukan tindakan selanjutnya pada pasien
d. Mengetahui perkembangan serta kemajuan terapi pada pasien

4. PERSIAPAN ALAT
1. Stetoskop, Sfigmomanometer, Masker dan Handscon ( Bila Perlu )
2. Senter kecil, Selimut ( Bila Perlu )

5. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Orientasi
1. Memberi salam dan menyapa nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan prosedur tindakan
5. Menanyakan kesiapan pasien
6. Mencuci tangan
b. Fase Kerja
1) Mengatur posisi pasien supinasi, menaruh posisi tangan disamping
badan. Posisikan pasien terlentang dengan pemeriksa berada disebelah
kanan pasien.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 9


Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 3 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Fisik No. Dokumen:
Jantung
Berlaku:
Rektor

Menanyakan data tambahan yang diperlukan (Nyeri sesak


nafas,berdebar-debar,riwayat bengkak pada kaki)
2) Membuka pakaian bagian dada supaya terlihat.
a) Lokalisasi tanda pada dada, pertama dengan mempalpasi sudut louis
atau sudut sternal yang teraba, seperti suatu tonjolan datar memanjang
pada sternum ±5 cm dibawah takik sternal.
b) Gerakkan jari-jari sepanjang sudut pada masing-masing sisi sternum
untuk meraba iga kedua yang berdekatan.
3) Melakukan inspeksi bentuk dada dan pulsasi, Mengamati semua area
dada meliputi: bentuk dada, pulsasi iktus kordis

a) Bentuk prekordium
1) Pada umumnya kedua belah dada adalah simetris
2) Prekordium yang cekung dapat terjadi akibat perikarditis menahun,
fibrosis atau atelektasis paru, skoliosis atau kifoskoliosis

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 10


Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 4 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Fisik No. Dokumen:
Jantung
Berlaku:
Rektor

3) Prekordium yang gembung dapat terjadi akibat dari pembesaran


jantung, efusi epikardium, efusi pleura, tumor paru, tumor
mediastinum
b) Denyut pada apeks jantung
1) Dalam keadaaan normal, dengan sikap duduk, tidur terlentang atau
berdiri iktus terlihat didalam ruangan interkostal V sisi kiri agak
medial dari linea midklavikularis sinistra
2) Pada anak-anak iktus tampak pada ruang interkostal IV
3) Sifatiktus :
- Pada keadaan normal, iktus hanya merupakan tonjolan kecil,
yang sifatnya lokal. Pada pembesaran yang sangat pada bilik
kiri, iktus akan meluas.
- Iktus hanya terjadi selama systole. Oleh karena itu, untuk
memeriksa iktus, kita adakan juga palpasi pada carotis comunis
untuk merasakan adanya gelombang yang asalnya dari systole.
c) Denyut nadi pada dada
1) Apabila di dada bagian atas terdapat denyutan maka harus curiga
adanya kelainan pada aorta.
2) Aneurisma aorta ascenden dapat menimbulkan denyutan di ruang
interkostal II kanan, sedangkan denyutan dada di daerah ruang
interkostal II kiri menunjukkan adanya dilatasi a. pulmonalis dan
aneurisma aorta descenden.
4) Melakukan perabaan / palpasi pada 4 area ( aorta, pulmonal,
mitral/apixal, trikuspidal ). Palpasi Jantung, urutan palpasi dalam rangka
pemeriksaan jantung adalah sebagai berikut :
 Pemeriksaan iktus kordis

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 11


Muhammadiyah Kudus
a) Hal yang dinilai adalah teraba tidaknya iktus, dan apabila teraba
dinilai kuat angkat atau tidak

UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 5 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Fisik No. Dokumen:
Jantung
Berlaku:
Rektor
b) Kadang-kadang kita tidak dapat melihat, tetapi dapat meraba
iktus.
c) Pada keadaan normal iktus kordis dapat teraba pada ruang
interkostal kiri V, agak ke medial (2 cm) dari linea
midklavikularis kiri.
 Pemeriksaan getaran/thrill ; adanya getaran seringkali menunjukkan
adanya kelainan katub bawaan atau penyakit jantung.Perhatikan :
Lokalisasi dari getaran, terjadinya getaran saat sistole/diastole,
getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi apabila orang
tersebut melakukan pekerjaan fisik karena frekuensi jantung dan
darah akan mengalir lebih cepat, dengan terabanya getaran maka
pada auskultasi nantinya akan terdengar bising jantung.
5) Melakukan perkusi untuk mencari batas-batas jantung bagian atas, kiri,
kanan, dan bawah. Perkusi jantung mempunyai arti pada dua macam
penyakit jantung yaitu efusi perikardium dan aneurisma aorta. Kita
melakukan perkusi untuk menetapkan batas-batas jantung :
a) Batas kiri jantung
 Kita melakukan perkusi dari arah lateral ke medial.
 Perubahan antara bunyi sonor dari paru-paru ke redup relatif kita
tetapkan sebagai batas jantung kiri
 Normal
Atas : SIC II kiri di linea parastrenalis kiri (pinggang jantung)
Bawah : SIC V kiri agak ke medial linea midklavikularis kiri
(tempat iktus)
b) Batas kanan jantung
 Perkusi juga dilakukan dari arah lateral ke medial.
Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 12
Muhammadiyah Kudus
 Disini agak sulit menentukan batas jantung karena letaknya agak
jauh dari dinding depan thorak.
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 6 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Fisik No. Dokumen:
Jantung
Berlaku:
Rektor

 Normal
Batas bawah kanan jantung adalah di sekitar ruang interkostal III-
IV kanan,di linea parasternalis kanan. Sedangkan batas atasnya di
ruang interkostal II kanan linea parasternalis kanan
6) Melakukan auskultasi untuk mendengarkan suara jantung 1,2 dan
tambahan, suara katup pulmonalis, katup aortik

a) Auskultasi jantung menggunakan alat stetoskop duplek, yang


memiliki dua corong yang dapat dipakai bergantian.
Corong pertama berbentuk kerucut (bell) yang sangat baik untuk
mendengarkan suara dengan frekuensi tinggi (apeks). Corong yang
kedua berbentuk lingkaran (diafragma) yang sangat baik untuk
mendengarkan bunyi dengan nada rendah
b) Bunyi jantung :
Bunyi jantung I

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 13


Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 7 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Fisik No. Dokumen:
Jantung
Berlaku:
Rektor

BJ I : Terjadi karena getaran menutupnya katup atrioventrikularis,


yang terjadi pada saat kontraksi isometris dari bilik pada permulaan
systole.
Bunyi Jantung II
BJ II :Terjadi akibat proyeksi getaran menutupnya katup aorta dan
arteri pulmonalis pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada
permulaan diastole.
BJ II : normal selalu lebih lemah daripada BJ I.
1.) Mendengarkan irama bunyi S1 pada apixal dengan radialis.
c. Tahap Terminasi
1.) Merapikan alat dan pasien
2.) Melakukan evaluasi hasil tindakan
3.) Berpamitan
4.) Mencuci tangan
6. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
a. Daerah auskultasi untuk BJ I :
1) Pada iktus : katub mitralis terdengar baik disini
2) Pada ruang interkostal IV–V kanan, pada tepi sternum : katub
trikuspidalis terdengar disini
3) Pada ruang interkostal III kiri, pada tepi sternum : merupakan tempat
yang baik pula untuk mendengar katub mitral
b. Intensitas BJ I akan bertambah pada aspek:
1) Stenosis mitral
2) Interval PR (pada EKG) yang begitu pendek

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 14


Muhammadiyah Kudus
3) Pada kontraksi ventrikel yang kuat dan aliran darah yang cepat
misalnya pada kerja fisik, emosi, anemia, demam dll.

UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 8 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Fisik No. Dokumen:
Jantung
Berlaku:
Rektor

c. Intensitas BJ I melemah pada apeks pada :


1) Shock hebat
2) Interval PR yang memanjang
3) Decompensasi hebat.
d. Intensitas BJ II aorta akan bertambah pada :
1) Hipertensi
2) Arterisklerosis aorta yang sangat.
e. Intensitas BJ II pulmonal bertambah pada :
1) Kenaikan desakan
2) Pulmonalis, misalnya pada : kelemahan bilik kiri, stenosis mitralis, cor
pulmonal kronik, kelainan cor congenital
f. BJ I dan II akan melemah pada :
1) Orang yang gemuk
2) Emfisema paru-paru
3) Perikarditis eksudatif
4) Penyakit-penyakit yang menyebabkan kelemahan otot jantung
g. Bising jantung / cardiac murmur
Apakah bising terdapat antara BJ I dan BJ II (=bising systole), ataukah
bising terdapat antara BJ II dan BJ I (= bising diastole). Cara termudah untuk
menentukan bising systole atau diastole ialah dengan membandingkan
terdengarnya bising dengan saat terabanya iktus atau pulsasi nadi carotis,
maka bising itu adalah bising systole.
1) Tentukan lokasi bising yang terkeras.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 15


Muhammadiyah Kudus
2) Tentukan arah dan sampai mana bising itu dijalarkan. Bising itu dijalarkan
ke semua arah tetapi tulang merupakan penjalar bising yang baik, dan bising
yang keras akan dijalarkan lebih dulu.

UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 9 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Fisik No. Dokumen:
Jantung
Berlaku:
Rektor

3) Perhatikan derajat intensitas bising tersebut, ada 6 derajat bising :


 Bising yang paling lemah yang dapat didengar.Bising ini hanya dapat
didengar dalam waktu agak lama untuk menyakinkan apakah benar-
benar merupakan suara bising.
 (2)Bising lemah, yang dapat kita dengar dengan segera.
 (3)dan (4) adalah bising yang sedemikian rupa sehingga mempunyai
intensitas diantara (2) dan (5).
 (5)Bising yang sangat keras, tapi tak dapat didengar bila stetoskop tidak
diletakkan pada dinding dada.
 (6)Bising yang dapat didengar walaupun tak menggunakan stetoskop.
Perhatikan kualitas dari bising, apakah kasar, halus, bising gesek, bising yang
meniup, bising yang melagu.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 16


Muhammadiyah Kudus
INSTRUKSIONAL KERJA
PENGUKURAN JUGULARIS VENOUS PRESSURE
IK.PJVP UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT
MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Rektor

© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Pengukuran Jugularis Venous Pressure
Revisi Tanggal

Rektor

UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 1 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran Jugularis Venous Pressure No. Dokumen:

Berlaku:
Rektor

1. DEFINISI
Pengukuran tekanan vena jugularis merupakan tindakan mengukur besarnya jarak
pertemuan dua sudut antara pulsasi vena jugularis dan sudut sternum tepatnya di
Angle of Louis yang berguna untuk mengetahui tentang fungsi jantung pasien.
2. TUJUAN
Pengukuran tekanan Jugular Venous Pressure (JVP) bertujuan untuk:
Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 17
Muhammadiyah Kudus
a. Melihat adanya distensi vena jugularis.
b. Memberikan informasi mengenai fungsi jantung, terutama ventrikel kanan,
fungsi paru, dan merupakan komponen terpenting untuk menilai volume
darah.

UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 2 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran Jugularis No. Dokumen:
Venous Pressure
Berlaku:
Rektor

c. Mengetahui ada atau tidaknya distensi vena jugularis, dan untuk mengetahui
tekanan vena sentral.
d. Untuk mencapai diagnosis dan memantau terapi untuk klien dengan penyakit
jantung.
3. INDIKASI
Pengukuran tekanan vena jugularis dilakukan ketika terdapat tanda
permasalahan atau kegagalan jantung pada seorang klien, seperti hipertrofi
ventrikel kanan, stenosis katup trikuspid, stenosis pulmonal, hipertensi pulmonal,
inkompetensi katup trikuspid, tamponade jantung, perikarditis, dan masalah
jantung lain (Gray, 2002).
a. Pasien yang menerima operasi jantung sehingga status sirkulasi sangat
penting diketahui.
b. Pasien yang mendapat obat vasoaktif, nutrisi parenteral, atau jika vena perifer
tidak adekuat
c. Pasien dengan distensi unilateral
d. Pasien dengan trauma mayor
e. Pasien yang sering diambil darah venanya untuk sampel tes laboratorium
f. Pasien yang diberi cairan IV secara cepat;
4. PERSIAPAN ALAT
a. Penggaris sentimeter 2 buah
b. Bantal 1 buah
c. Senter
d. Bed pasien

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 18


Muhammadiyah Kudus
5. PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Orientasi
1) Memberi salam dan menyapa pasien
2) Memperkenalkan diri

UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 3 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran Jugularis No. Dokumen:
Venous Pressure
Berlaku:
Rektor

3) Menjelaskan tujuan tindakan


4) Menjelaskan prosedur tindakan
5) Menanyakan kesiapan pasien
6) Cuci tangan
6. INSTRUKSIONAL KERJA
a) Fase Kerja
1.) Menjaga privasi pasien
2.) Memposisikan pasien terlentang dengan posisi semi fowler
 Minta klien berbaring telentang dengan kepala ditinggikan 30-45
derajat.
 Gunakan bantal untuk meluruskan kepala.
 Hindari hiperekstensi atau fleksi leher untuk memastikan bahwa vena
tidak teregang.
3.) Minta pasien menoleh ke kanan atau ke kiri
4.) Lihat pulsasi di area vena jugularis
Biasanya pulsasi tidak terlihat jika klien duduk. Ketika posisi klien
telentang, tinggi pulsasi mulai meningkat di atas tinggi manubrium, yaitu
1 atau 2 cm di saat klien mencapai sudut 450.
5.) Ukur tekanan vena, antara jarak vertikaldengan sudut Angle of Louis dan
titik tertinggi pulsasi vena jugularis interna.
6.) Ukur dengan 2 penggaris, jarak antara penggaris kedua dan sudut
sternum

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 19


Muhammadiyah Kudus
Gunakan dua penggaris. Buat garis dari tepi bawah penggaris biasa
dengan ujung area pulsasi di vena jugularis. Kemudian ambil penggaris
sentimeter dan buat tegak lurus dengan penggaris pertama setinggi sudut
sternum. Ukur dalam sentimeter jarak antara penggaris kedua dan sudut
sternum.

UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 4 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran Jugularis No. Dokumen:
Venous Pressure
Berlaku:
Rektor

7.) Ulangi pengukuran yang sama di sisi yang lain.


Tekanan bilateral lebih dari 2,5 cm dianggap meningkat dan merupakan
tanda gagal jantung kanan. Peningkatan tekanan di satu sisi dapat
disebabkan oleh obstruksi.
8.) Tulis jarak bendungan darah diatas atau dibawah dari bidang horizontal.
JVP = 5 – ….. cm H2O (bila dibawah bidang horizontal).
= 5 + …...cm H2O (bila diatas bidang horizontal).
Bila permukaan bendungan darah tepat pada bidang horizontal, maka
hasil pengukuran : JVP = 5 + 0 cm H2O.
Catatan :
Angka 5 berasal dari jarak atrium kanan ke titik Angulus ludovici yaitu
kira-kira 5 cm. Nilai normal JVP = 5 – 2 cm H2O.
b) Tahap Terminasi
1) Merapikan alat dan pasien
2) Melakukan evaluasi hasil tindakan
3) Menyampaikan rencana tindak lanjut
4) Berpamitan

7. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


a. Aspek Keamanan dan Keselamatan yang harus Diperhatikan
1.) Posisi pasien, nyaman atau belum
2.) Memastikan leher dan thoraks telah terbuka

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 20


Muhammadiyah Kudus
3.) Menghindari hiperekstensi atau fleksi leher
4.) Mengkaji tingkat kesadaran pasien
b. Hal-hal Penting yang Harus Diperhatikan dalam Melakukan Tindakan
Jika vena jugularis interna sulit dicari, dapat dicatat denyut vena jugularis
eksterna. Vena ini lebih supervisial dan terlihat tepat di atas klavikula di

UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 5 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran Jugularis No. Dokumen:
Venous Pressure
Berlaku:
Rektor

sebelah otot sternokleidomastoid, dan biasanya mengalami distensi jika


pasien berbaring dengan posisi supine pada tempat tidur atau meja
pemeriksaan. Ketika kepala pasien dinaikkan, distensi vena ini akan
menghilang. Vena ini normalnya tidak akan terlihat bila kepala dinaikkan 30
derajat. Distensi yang jelas saat kepala dinaikkan 45-90 derajat menunjukkan
peningkatan abnormal volume sistem vena. Hal tersebut berhubungan dengan
gagal jantung kanan atau obstruksi aliran darah vena kava superior, atau
embolisme paru masif akut, meskipun hal ini jarang terjadi (Smeltzer &
Suzanne,2002).
c. Hal-hal penting yang harus di dokumentasikan setelah melakukan tindakan
1.) Tingkat kesadaran klien, Pernapasan klien, dan Suhu klien
2.) Penampakan fisik klien : dilihat keabnormalan yang terjadi, misal
edema.Bentuk, dan penampakan fisik vena jugularis
3.) Hasil pengukuran :tekanan bilateral yang diperoleh

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 21


Muhammadiyah Kudus
INSTRUKSIONAL KERJA
PENGUKURAN CENTRAL VENOUS PRESSURE
IK.PCVP UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT
MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Rektor

© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Pengukuran Central Venous
Revisi Tanggal Pressure

Rektor

UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 1 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran Central Venous No. Dokumen:
Pressure
Berlaku:

Rektor

1. DEFINISI

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 22


Muhammadiyah Kudus
CVP adalah memasukkan kateter
poli ethylene dari vena tepi sehingga
ujungnya berada di dalam atrium kanan
atau di muara vena cava. CVP disebut juga
kateterisasi vena sentralis (KVS).

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 23


Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 2 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran Central No. Dokumen:
Venous Pressure
Berlaku:
Rektor

2. TUJUAN
a. Mengetahui tekanan vena sentralis (TVS)
b. Untuk memberikan total parenteral nutrition (TPN) ; makanan kalori tinggi
secara intravena
c. Untuk mengambil darah vena
d. Untuk memberikan obat-obatan secara intra vena
e. Memberikan cairan dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat
f. Dilakukan pada penderita gawat yang membutuhkan perawatan yang cukup
lama
3. INDIKASI
a. Pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium.
b. Pengukuran oksigenasi vena sentral.
c. Nutrisi parenteral dan pemberian cairan hipertonik atau cairan yang
mengiritasi yang perlu pengenceran segera dalam sistem sirkulasi.
d. Pasien dengan trauma berat disertai dengan perdarahan yang banyak yang
dapat menimbulkan syok.
e. Pasien dengan tindakan pembedahan yang besar seperti open heart, trepanasi.
f. Pasien dengan kelainan ginjal (ARF, oliguria).
g. Pasien dengan gagal jantung.
h. Pasien yang diberikan transfusi darah dalam jumlah besar (transfusi masif).
i. Monitor status volume cairan dan fungsi ventrikel.
j. Acuan untuk pemberian cairan diuretik dan oabat-obat vasoaktif jika alat
monitor invasif lain tidak ada.
k. Pemberian obat yang cenderung menyebabkan phlebitis dalam vena perifer
(caustic), seperti: chloride, chemotherapy, hypertonic saline, potassium
chloride, amiodarone.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 24


Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 3 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran Central No. Dokumen:
Venous Pressure
Berlaku:
Rektor

4. KONTRAINDIKASI DAN KEWASPADAAN


a. Peningkatan CVP menunjukkan peningkatan cardiac output, infark/gagal
ventrikel kanan, meningkatnya volume vaskular, perikarditis, konstriktif dan
hipertensi pulmonal. Hasil pengukuran CVP, menunjukkan peningkatan false
(salah) jika pada kondisi COPD, tension pneumothoraks, ventilasi tekanan
positif.
b. Dislokasi ujung kateter jalur vena cava superior mengakibatkan hasil tidak
akurat.
c. Penurunan CVP dapat terjadi akibat hipovolemia, vasodilatasi akibat obat dan
syok dari berbagai penyebab.
5. PERSIAPAN ALAT
a. Kateter CVP
b. Set CVP
c. Penggaris ukur
6. PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Orientasi
1) Memberi salam dan menyapa pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan prosedur pengukuran CVP
5) Menanyakan kesiapan pasien
6) Cuci tangan

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 25


Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 4 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran Central No. Dokumen:
Venous Pressure
Berlaku:
Rektor

7. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
Keterangan: Posisi pasien saat pengukuran CVP (Pasien tidur terlentang).

1) Penilaian CVP
a) Kateter, infus, manometer dihubungkan dengan stopcock  amati infus
lancar atau tidak.
b) Pasien terlentang.
c) Cairan infus kita naikkan ke dalam manometer sampai dengan angka
tertinggi  jaga jangan sampai cairan keluar.
d) Cairan infus kita tutup, dengan memutar stopcock hubungkan manometer
akan masuk ke tubuh pasien.
e) Permukaan cairan di manometer akan turun dan terjadi undulasi sesuai
irama nafas, turun (inspirasi), naik (ekspirasi).

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 26


Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 5 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran Central No. Dokumen:
Venous Pressure
Berlaku:
Rektor

f) Undulasi berhenti  disitu batas terahir  nilai CVP


g) Nilai pada angka 7  nilai CVP 7 cmH2O
h) Infus dijalankan lagi setelah diketahui nilai CVP
b. Tahap Terminasi
1) Merapikan alat dan pasien
2) Melakukan evaluasi hasil tindakan
3) Menyampaikan rencana tindak lanjut
4) Berpamitan
8. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
a. Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1) Mengadakan persiapan alat-alat
2) Pemasangan manometer pada standard infus
3) Menentukan titik nol
4) Memasang cairan infus
5) Fiksasi
6) Fisioterapi dan mobilisasi
b. Komplikasi pemasangan CVP:
1) Nyeri dan inflamasi pada area penusukan.
2) Bekuan darah karena tertekuknya kateter.
3) Perdarahan: ekimosis atau perdarahan besar bila jarum terlepas.
4) Tromboplebitis (emboli trombus, emboli udara, sepsis)
5) Microshock.
6) Disritmia jantung
c. Daerah yang Dipasang :
1) Vena femoralis

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 27


Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 6 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran Central No. Dokumen:
Venous Pressure
Berlaku:
Rektor
2) Vena cephalika
3) Vena basalika
4) Vena subclavia
5) Vena jugularis eksterna
6) Vena jugularis interna
d. Nilai CVP
1) Nilai rendah : < 4 cmH2O
2) Nilai normal : 4-10 cmH2O
3) Nilai sedang : 10-15 cmH2O
4) Nilai tinggi : > 15 cmH2O
e. Penilan CVP dan Arti Klinisnya
CVP sangat berarti pada penderita yang mengalami shock dan penilaiannya
adalah sebagai berikut :
1) CVP rendah (< 4 cmH2O)
a) Beri darah atau cairan dengan tetesan cepat.
b) Bila CVP normal, tanda shock hilang  shock hipovolemik
c) Bila CVP normal, tanda-tanda shock bertambah shock septik
2) CVP normal (4-14 cmH2O)
a) Beri darah atau cairan dengan hati- hati dan dipantau pengaruhnya
dalam sirkulasi.
b) Bila CVP normal, tanda-tanda shock negatif shock hipovolemik
c) Bila CVP bertambah naik, tanda shock positif septik shock,
cardiogenik shock
3) CVP tinggi (> 15 cmH2O)
a) Menunjukkan adanya gangguan kerja jantung (insufisiensi kardiak)
b) Terapi : obat kardiotonika (dopamin).

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 28


Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 7 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran Central No. Dokumen:
Venous Pressure
Berlaku:
Rektor

f. Faktor -faktor yang Mempengaruhi CVP


1) Volume darah :
a) Volume darah total
b) Volume darah yang terdapat di dalam vena
c) Kecepatan pemberian tranfusi/ cairan
2) Kegagalan jantung dan insufisiensi jantung
3) Konstriksi pembuluh darah vena yang disebabkan oleh faktor neurologi
4) Penggunaan obat-obatan vasopresor
5) Peningkatan tekanan intraperitoneal dan tekanan intrathoracal, misal :
a) Post operasi illeus
b) Hematothoraks
c) Pneumothoraks
d) Penggunaan ventilator mekanik
e) Emphysema mediastinum
6) Emboli paru- paru
7) Hipertensi arteri pulmonal
8) Vena cava superior sindrom
9) Penyakit paru-paru obstruksi menahun
10) Pericarditis constrictive
11) Artevac: tersumbatnya kateter, ujung kateter berada di dalam vena
jugularis inferior

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 29


Muhammadiyah Kudus
INSTRUKSIONAL KERJA
PEMASANGAN DAN PEMBACAAN EKG
IK.PDPEKG UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT
MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Rektor

© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Pemasangan dan Pembacaan EKG
Revisi Tanggal

Rektor

STIKES
Instruksional Kerja Halaman 1 dari 8
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan dan Pembacaan EKG No. Dokumen:

Berlaku:

Rektor

1. DEFINISI
Elektrokardiografi ( EKG atau ECG ) adalah alat bantu diagnostik yang
digunakan untuk mendeteksi aktivitas listrik jantung berupa grafik yang merekam
perubahan potensial listrik jantung yang dihubungkan dengan waktu. Penggunaan
EKG dipelopori oleh Einthoven pada tahun 1903 dengan menggunakan
Galvanometer. Galvanometer senar ini adalah suatu instrumen yang sangat peka
sekali yang dapat mencatat perbedaan kecil dari tegangan ( milivolt ) jantung
(Sundana, 2008).

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 30


Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 2 dari 8
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan dan No. Dokumen:
Pembacaan EKG
Berlaku:
Rektor

2. TUJUAN
a. Mengetahui adanya kelainan-kelainan irama jantung/disritmia.
b. Mengetahui adanya kelainan-kelainan otot jantung.
c. Mengetahui adanya pengaruh/efek obat-obatan jantung.
d. Mengetahui adanya gangguan-gangguan elektrolit.
e. Mengetahui adanya perikarditis.
f. Memperkirakan adanya pembesaran jantung/hipertropi atrium dan ventrikel.
g. Menilai fungsi pacu jantung.
3. INDIKASI
a. Pasien dengan kelainan irama jantung
b. Pasien dengan kelainan miokard seperti infark
c. Pasien dengan pengaruh obat-obat jantung terutama digitalis
d. Pasien dengan gangguan elektrolit
e. Pasien perikarditis
f. Pasien dengan pembesaran jantung
g. Pasien dengan kelainan penyakit inflamasi pada jantung.
h. Pasien di ruang ICU
4. PERSIAPAN ALAT
a. Mesin EKG yang dilengkapi dengan :
 Kabel untuk sumber listrik.
 Kabel untuk bumi (ground).
 Kabel elektroda ekstremitas dan dada.
 Plat elektroda ekstremitas.
 Balon penghisap elektroda dada.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 31


Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 3 dari 8
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan dan No. Dokumen:
Pembacaan EKG
Berlaku:
Rektor
b. Jelly.
c. Kertas tissue
d. Kapas alkohol
e. Kertas EKG
f. Spidol
5. PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Orientasi
PERKAMAN EKG
1) Memberikan salam kepada pasien dan menyapa nama pasien.
2) Memperkenalkan diri.
3) Menjelaskan tujuan tindakan.
4) Menjelaskan langkah prosedur pelaksanaan.
5) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien.
6) Mencuci tangan.
PEMBACAAN EKG
1) Membina kepercayaan
2) Menjelaskan tujuan tindakan
6. INSTRUKSIONAL KERJA
PEREKAMAN EKG
a. Fase Kerja
1) Menutup pintu jendela/korden/sampiran.
Mempertahanakn privacy pasien.
2) Mengatur posisi pasien dan menganjurkan untuk tidak bergerak selama
prosedur berlangsung.
 Mengatur posisi pasien tidur terlentang. Pasien dipersilahkan
membuka baju atas dan kaos dalamnya serta berbaring di atas tempat
tidur, dan dianjurkan tidak tegang (rileks) serta memberitahu prosedur
yang akan dilakukan.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 32


Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 4 dari 8
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan dan No. Dokumen:
Pembacaan EKG
Berlaku:
Rektor
 Membersihkan tempat-tempat yang akan ditempel elektroda dengan
kapas alkohol 70% pada bagian ventral kedua lengan bawah (dekat
pergelangan tangan) dan bagian lateral sentral kedua tungkai bawah

(dekat pergelangan kaki), serta dada. Jika perlu rambut pada dada dan
pergelangan kaki dicukur.
 Keempat elektroda ekstremitas diberi jelly.
 Oleskan sedikit pasta elektroda pada tempat-tempat yang akan
dipasangkan elektroda.
3) Memasang elektroda ekstremitas atas, pergelangan tangan kanan dengan
warna merah dan tangan kiri dengan warna kuning.
 Merah : lengan kanan (RA)
 Kuning : lengan kiri (LA)
4) Memasang elektroda ekstremitas bawah, pergelangan kaki kanan dengan
warna hitam dan kaki kiri dengan warna hijau.
 Hijau : tungkai kiri (LF)
 Hitam : tungkai kanan (RF)
5) Memasang elektroda prekordial: V1: Ruang Intercosta 4 batas sternum
kanan.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 33


Muhammadiyah Kudus
 Dada diberi jelly sesuai dengan lokasi untuk
elektroda.
6) V2: Ruang Intercostal 4 batas sternum kiri.
7) V3: pertengahan antara V2 dan V4
8) V4: ruang intercostal 5 garis midklavikula kiri.
9) V5: sejajar V4 garis aksilaris anterior
10) V6: sejajar V4 dan V5 garis mid aksilaris
11) PEREKAMAN: Tekan tombol on atur posisi
hantaran pada huruf C, tekan tombol test 3 kali
(test kalibrasi 1 mv) sebelum lead 1
12) Melepas elektroda precordial dan ekstremitas atas bawah, kemudian
bekas jelly dibersihkan dengan tissue.

UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 5 dari 8
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan dan No. Dokumen:
Pembacaan EKG
Berlaku:
Rektor

13) Mencatat nama klien, umur, tanggal, jam, perawat, dokter dan memberi
nama pada setiap hantaran dengan benar (12 lead).
14) Mencuci tangan.
b. Tahap Terminasi
1) Merapikan pasien dan melakukan evaluasi tindakan.
2) Menyampaikan rencana tindak lanjut
3) Berpamitan
4) Mencuci tangan.
PEMBACAAN EKG
a. Fase Kerja
1) Menentukan rate irama jantung.
Cara menentukan frekuensi melalui gambaran EKG dapat dilakukan
dengan 3 cara yaitu :
a) 300 dibagi jumlah kotak besar antara R – R’

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 34


Muhammadiyah Kudus
b) 1500 dibagi jumlah kotak kecil antara R – R’
c) Ambil EKG strip sepanjang 6 detik, hitung jumlah gelombang QRS
dalam 6 detik tersebut kemudian dikalikan 10 atau ambil dalam 12
detik, kalikan 5
d) Menentukan Irama Jantung
2) Menyimpulkan irama normal/tidak.
Normal HR : 60-100x/menit.
3) Menentukan panjang gelombang P.
Gelombang P secara normal selalu defleksi positif (cembung ke
atas) di semua sadapan dan selalu defleksi negatif (cekung ke bawah) di
sadapan aVR. Akan tetapi, kadang-kadang ditemukan defleksi negatif di
sadapan V1 dan hal ini merupakan sesuatu yang normal.

UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 6 dari 8
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan dan No. Dokumen:
Pembacaan EKG
Berlaku:
Rektor

4) Menyimpulkan gelombang P normal/tidak.


Normalnya kurang dari 0,12 detik dan tingginya (amplitudo) tidak lebih
dari 0,3 mV.
5) Menentukan panjang interval PR
Interval PR adalah garis horizontal yang diukur dari awal gelombang P
hingga awal komplek QRS. Interval ini menggambarkan waktu yang
diperlukan dari permulaan depolarisasi atrium sampai awal depolarisasi
ventrikel atau waktu yang diperlukan impuls listrik dari nodus SA
menuju serabut purkinye.
6) Menyimpulkan panjang interval PR normal/tidak.
Normalnya 0,12-0,20 detik.
7) Menentukan panjang kompleks QRS.
Secara normal, lebar kompleks QRS adalah 0,06 detik-0,12 detik.
Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 35
Muhammadiyah Kudus
8) - Menentukan segmen ST di garis isoelektris/diatas/dibawah.
- Menyimpulkan adanya depresi segmen ST/elevasi/tidak.
Segmen ST merupakan garis horizontal setelah akhir QRS sampai awal
gelombang T. segmen ini merupakan waktu depolarisasi ventrikel ynag
masih berlangsung sampai dimulainya awal repolarisasi ventrikel.
Normalnya, sejajar garis isoelektris.
Segmen ST yang naik di atas isoelektris dinamakan elevasi yang turun di
bawah isoelektris dinamakan ST depresi. ST elevasi dapat
menunjukkan dadanya suatu infark miokard dan ST depresi
menunjukkan adanya iskemik miokard.
9) Menyimpulkan adanya T inverted atau tidak
Gelombang T merupakan gelombang hasil repolarisasi di kedua
ventrikel. Normalnya positif dan terbalik di aVR.

UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 7 dari 8
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan dan No. Dokumen:
Pembacaan EKG
Berlaku:
Rektor

10) Menyampaikan hasil kesimpulan.


Kriteria Irama Sinus adalah :
a) Iramanya teratur
b) Frekwensi jantung (HR) 60 – 100 x/menit
c) Gelombang P normal, setiap gelombang P selalu diikuti gel QRS, T
d) Gelombang QRS normal (0,06 – <0,12 detik)
e) PR interval normal (0,12-0,20 detik)

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 36


Muhammadiyah Kudus
b. Fase Terminasi
1) Menyampaikan rencana tindak lanjut.
2) Berpamitan.
7. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Hal-hal berikut ini harus diperhatikan untuk memastikan tidak adanya artefak
dan teknik perekaman yang jelek :
1. EKG sebaiknya direkam pada pasien yang berbaring di tempat tidur yang
nyaman atau pada meja yang cukup lebar untuk menyokong seluruh tubuh.
Pasien harus istirahat total untuk memastikan memperoleh gambar yang
memuaskan. Hal ini

UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 8 dari 8
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan dan No. Dokumen:
Pembacaan EKG
Berlaku:
Rektor

paling baik dengan menjelaskan tindakan terlebih dahulu kepada pasien


yang takut untuk menghilangkan ansietas. Gerakan atau kedutan otot oleh
pasien dapat merubah rekaman.
2. Kontak yang baik harus terjadi antara kulit dan elektroda. Kontak yang jelek
dapat mengakibatkan rekaman suboptimal.
3. Alat elektrokardiografi harus distandarisasi dengan cermat sehingga 1
milivolt (mV) akan menimbulkan defleksi 1 cm. Standarisasi yang salah
akan menimbulkan kompleks voltase yang tidak akurat, yang dapat
menimbulkan kesalahan penilaian.
4. Pasien dan alat harus di arde dengan baik untuk menghindari gangguan arus
bolak-balik.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 37


Muhammadiyah Kudus
5. Setiap peralatan elektronik yang kontak dengan pasien, misalnya pompa
infus intravena yang diatur secara elektrik dapat menimbulkan artefak pada
EKG.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 38


Muhammadiyah Kudus
INSTRUKSIONAL KERJA
PENGUKURAN ABI DENGAN DOPPLER VASKULER
IK.ABI UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT
MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Rektor

© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Pengukuran ABI Dengan Doppler
Revisi Tanggal Vaskuler

Rektor

UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 1 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran ABI Dengan Doppler No. Dokumen:
Vaskuler
Berlaku:

Rektor

1. DEFINISI
Ankle Brachial Index adalah test non invasive untuk mengukur rasio tekanan
darah sitolik kaki (ankle) dengan tekanan darah sistolik lengan (brachial).
Tekanan darah sistolik diukur dengan menggunakan alat yang disebut simple
hand held vascular doppler ultrasound probe dan tensimeter (manometer mercuri
atau aneroid). Direkomendasikan menggunakan probe dengan frekuensi 8 MHz
untuk ukuran lingkar kaki normal dan 5 MHz untuk lingkar kaki obesitas atau
edema.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 39


Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 2 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran ABI Dengan No. Dokumen:
Doppler Vaskuler
Berlaku:
Rektor

2. TUJUAN
Mendeteksi adanya insufisiensi arteri sehingga dapat menentukan jenis luka,
apakah arterial ulcer, venous ulcer atau mixed ulcer.
3. INDIKASI
a. Terdapat gejala claudikasio
b. Pada pasien diabetes mellitus
c. Pasien dengan riwayat ulkus diabetik.
4. KONTRAINDIKASI
Pasien yang mengalami penurunan kesadaran.
5. PERSIAPAN ALAT
a. Doppler vaskuler, Jelly
b. Kassa/tissue, Shygmomanometer
c. Bengkok, Alat tulis
6. PERSIAPAN PASIEN
a. Fase orientasi
1) Mengucapkan salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan prosedur tindakan
5) Menanyakan kesiapan pasien
7. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Mencuci tangan
2) Memakai handscoen bersih

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 40


Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 3 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran ABI No. Dokumen:
Dengan Doppler
Vaskuler Berlaku:
Rektor
3) Menentukan daerah yang mau dilakukan pemeriksaan
 Siapkan sphygnomanometer dan stetoskop serta alat tulis.
 Kaji faktor yang mempengaruhi tekanan darah
 Kaji tempat yang paling baik untuk melakukan pengukuran tekanan
darah
 Bantu klien untuk mengambil posisi berbaring terlentang, posisi kaki
sama tinggi dengan posisi jantung.
4) Mengembangkan manset pada lengan
 Gulung lengan baju pada bagian atas lengan
 Palpasi arteri brachialis, letakkan menset 2,5 cm di atas nadi
brachialis, selanjutnya tempatkan doppler vaskuler diatas arteri
brachialis dengan sudut 45 derajat.
5) Memasang doppler dan mendengarkan denyut nadi.
 Palpasi nadi radialis kemudian pompa manset hingga 20 mmHg diatas
tekanan darah sistolik palpasi.
 Kempiskan manset, perhatikan suara pertama yang dideteksi oleh
doppler vaskuler, hasilnya merupakan tekanan darah sistolik brachialis.
6) Menentukan nilai tekanan darah di lengan
 Catat titik pada manometer saat bunyi jelas yang terdengar.
 Bantu klien untuk kembali ke posisi yang nyaman dan rapikan
kembali baju lengan atas serta beritahu hasil pengukuran kepada klien
7) Mengembangkan manset pada ankle
Pasang manset tensimeter pada pergelangan kaki dan tempatkan doppler
vaskuler diatas arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis dengan sudut 45
derajat.
8) Memasang doppler dan mendengarkan denyut nadi
Palpasi nadi dorsalis pedis kemudian pompa manset hingga 20 mmHg
diatas tekanan darah sistolik palpasi.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 41


Muhammadiyah Kudus
9) Menentukan nilai tekanan darah di ankle
Kempiskan manset, perhatikan suara pertama yang dideteksi oleh doppler
vaskuler, hasilnya merupakan tekanan darah sistolik ankle.
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 4 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran ABI No. Dokumen:
Dengan Doppler
Vaskuler Berlaku:
Rektor

Ulangi pada kaki yang lain.


Pilih tekanan sistolik brachialis tertinggi (diantara lengan kanan dan kiri)
dan tekanan darah sistolik ankle tertinggi (diantara kaki kanan dan kiri).
10) Menghitung nilai ABI (antara lengan dan ankle)
11) Mencuci tangan
b. Tahap Terminasi
1) Merapikan alat dan pasien
2) Melakukan evaluasi hasil tindakan
3) Menyampaikan rencana tindak lanjut
4) Berpamitan
8. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Setelah mendapatkan tekanan darah sistolik pada masing-masing brachialis
dan pedis, maka dilihat tekanan sistolik yang lebih tinggi.
Interpretasi nilai ABI (Alonso et al, 2010:28)
> 1.3 : Noncompressible
> 1.0-1.3 : Normal
> 0.9-1.0 : Borderline
< 0.89-0.71 : Mild Obstruction (intermitten claudication)
< 0.71-0.41 : Moderete Obstruction
< 0.41 : Severe Obstruction

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 42


Muhammadiyah Kudus
INSTRUKSIONAL KERJA
PEMERIKSAAN FISIK PARU (THORAX)
IK.PFP UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT
MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Rektor
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2017 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Pemeriksaan Fisik Paru
Revisi Tanggal

Rektor

UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 1 dari3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Fisik Paru No. Dokumen:

Berlaku:

Rektor

1. DEFINISI
Pemeriksaan thorax adalah untuk mendapatkan kesan dari bentuk dan fungsi dari
thorax dan organ di dalamnya. Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi.
2. TUJUAN
a. Untuk mengetahui bentuk, kesemitrisan, ekspansi, keadaan kulit pada dinding
dada.
b. Untuk mengetahui frekuensi, sifat. Irama pernafasan
c. Untuk mengetahui adanya nyeri tekan, adanya massa, peradangan, taktil
vremitus.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 43


Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 2 dari3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan fisik paru No. Dokumen:

Berlaku:
Rektor

d. Untuk mengetahui keadaan paru, rongga pleura


e. Untuk mengetahui batas paru dengan organ lain di sekitarnya
f. Untuk mengkaji aliran udara melalui batang trakheobrangkheal
g. Untuk mengetahui adanya sumbatan aliran udara dll
3. INDIKASI
1) Pasien baru
2) Pasien dengan gangguan pernafasan
3) Pasien yang dalam keadaan tirah baring lama
4) Pasien yang memerlukan pemeriksaan lanjutan
4. PERSIAPAN ALAT
1) Stetoskop
2) Masker
3) Sarung tangan
4) Baki alas baki
5. PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Orientasi
1) Memberikan salam, menanyakan nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaska tujuan pelaksanaan
4) Menjelaskan prosedur tindakan pada klien.
5) Menempatkan alat ke dekat pasien
6) Mencuci tangan
6. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Mengatur posisi pasien
2) Melakukan inspeksi untuk melihat kesimetrisan dengan semua area dada terlihat
3) Melakukan palpasi : membandingkan ekspansi paru dan focal fremitus kanan dan
kiri
Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 44
Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 3 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan fisik paru No. Dokumen:

Berlaku:
Rektor

4) Melakukan perkusi dengan membandingkan suara paru dengan organ lain di


Thorak
5) Melakukan auskultasi pada paru kanan dan kiri dengan memperhatikan
pernafasan pasien
b. Fase Terminasi
1) Rapikan alat dan pasien
2) Evaluasi tindakan dan Rencana tindak lanjut
3) Berpamitan
4) Mencuci tangan dan Dokumentasi
7. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Pada pemeriksaan dada yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Posisi pasien diusahakan duduk sama tinggi dengan pemeriksa atau berbaring
tergantung bagian mana yang akan diperiksa.
b. Daerah dada yang akan diperiksa harus terbuka.
c. Usahakan keadaan pasien santai dan relaksasi untuk mengendorkan otot-otot,
terutama otot pernapasan.
d. Usahakan pemeriksa untuk tidak kontak langsung dengan pernapasan pasien,
untuk menghindari penularan melalui pernapasan, caranya dengan meminta
pasien memalingkan muka ke arah samping.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 45


Muhammadiyah Kudus
INSTRUKSIONAL KERJA
PENGUKURAN SPIROMETRI
IK.PS UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT
MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Rektor

© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Pengukuran Spirometri
Revisi Tanggal

Rektor

UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 1 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran Spirometri No. Dokumen:

Berlaku:
Rektor

1. DEFINISI
Spirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur secara obyektif
kapasitas/fungsi paru (ventilasi) pada pasien dengan indikasi medis. Alat yang
digunakan disebut spirometer.
2. TUJUAN
1) Mengukur volume paru secara statis dan dinamik
2) Menilai perubahan atau gangguan pada faal paru
3. PERSIAPAN ALAT
1) Spirometer
2) Penjepit hidung

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 46


Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 2 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran Spirometri No. Dokumen:

Berlaku:
Rektor

3) Daya listrik
4) Timbangan badan, Berat Badan (BB)
5) Alat tulis
6) Mounpase
4. PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Orientasi
1) Memberikan salam, menanyakan nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaska tujuan pelaksanaan
4) Menjelaskan prosedur tindakan pada klien.
5) Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
6) Mencuci tangan
5. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Mengecek kelengkapan alat
2) Merangkai alat dan kelengkapannya
3) Memasang tranduser atau saringan
4) Mencatat jenis kelamin dan umur
5) Melakukan pengukuran TB, BB dan mencatatnya
6) Menghidupkan power dengan menekan tombol ON
7) Menekan tombol ID → KETIK Nomor urut
8) Menekan tombol : ENTRY
9) Menekan tanda atau tombol : JENIS KELAMIN/Sex : Male or Female
10) Menekan tombol : ENTRY
11) Mengetik : Umur
12) Menekan tombol : ENTRY
13) Mengetik : Tinggi badan (TB → cm)

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 47


Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 3 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran Spirometri No. Dokumen:

Berlaku:
Rektor

14) Menekan tombol : ENTRY


15) Mengetik : Berat badan (BB → kg)
16) Hidung ditutup dengan penutup hidung (penjepit) supaya udara tidak
melewati hidung dan memastikan tidak bocor.
17) Sebelum dimulai pengukuran, latihan bernafas terlebih dahulu, bernafas
melalui mulut sebanyak 3-4 kali, kemudian menarik nafas sampai penuh
dan menghembuskan sekuat tenaga, mengulang sebanyak 3 kali.
18) Menghidupkan FVC = bernafas penuh langsung menghembuskan
sebanyak 3 kali.
19) Menekan tombol STOP
20) Muncul gambar grafik
21) Mematikan alat dengan menekan tombol OFF
b. Fase Terminasi
1) Rapikan alat
2) Evaluasi tindakan dan Rencana tindak lanjut
3) Berpamitan
4) Mencuci tangan dan Dokumentasikan
6. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
a. Forced vital capacity (FVC) adalah jumlah udara yang dapat dikeluarkan
secara paksa setelah inspirasi secara maksimal, diukur dalam liter.
b. Forced Expiratory volume in one second (FEV1) adalah jumlah udara yang
dapat dikeluarkan dalam waktu 1 detik, diukur dalam liter. Bersama dengan
FVC merupakan indikator utama fungsi paru-paru.
c. FEV1/FVC merupakan rasio FEV1/FVC. Pada orang dewasa sehat nilainya
sekitar 75% - 80%
d. FEF 25-75% (forced expiratory flow), optional

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 48


Muhammadiyah Kudus
e. Peak Expiratory Flow (PEF), merupakan kecepatan pergerakan udara keluar

UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 4 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran Spirometri No. Dokumen:

Berlaku:
Rektor
dari paru-paru pada awal ekspirasi, diukur dalam liter/detik.

f. FEF 50% dan FEF 75%, optional, merupakan rata-rata aliran (kecepatan) udara
keluar dari paru-paru selama pertengahan pernafasan (sering disebut juga
sebagai MMEF (maximal mid-expiratory flow)
Klasifikasi gangguan ventilasi (% nilai prediksi)
 Gangguan restriksi : Vital Capacity (VC) < 80%nilai prediksi; FVC < 80%
nilai prediksi.
 Gangguan obstruksi : FEV1 < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC < 75% nilai
prediksi.
 Gangguan restriksi dan obstruksi: FVC < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC <
75% nilai prediksi.
Bentuk spirogram adalah hasil dari spirometri. Beberapa hal yang
menyebabkan spirogram tidak memenuhi syarat :
1. Terburu-buru atau penarikan nafas yang salah
2. Batuk
3. Terminasi lebih awal
4. Tertutupnya glottis
5. Ekspirasi yang bervariasi
6. Kebocoran
Dalam pengukuran kapasitas paru dikenal beberapa istilah :
1. Vital Capasity (VC) / Kapasitas Vital
→ adalah volume udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang setelah
mengisi paru-parunya secara maksimum.
2. Forced Vital Capasity (FVC)

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 49


Muhammadiyah Kudus
→ adalah volume udara maksimum yang dapat dimasukkan dalam paru-paru,
dan secara paksa serta cepat mengeluarkannya semaksimum mungkin.
3. Forced Expiratory Volume in First Second (FEV1)

UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 5 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran No. Dokumen:
Spirometri
Berlaku:
Rektor

→ adalah volume udara yang dikeluarkan pada detile pertama dimulai dengan
hembusan nafas kuat pada pernafasan penuh.
Pengukuran Kapasitas paru, disebut :
a. Normal, bila :
a) FVC ≥ 70% dan FEV1 ≥ 80%
b) Rasio FEV1 / FVC : 75-80%
b. Tidak normal, bila :
a. Obstructive : FEV1 < 80%
b. Restructive : FVC < 70%
c. Combination : FVC < 70% dan FEV1< 80%
Sebagian daripada volume statis daripada paru-paru dapat diukur
dengan spirometer yaitu: tidal volume dan kapasitas vital (vital capacity).
Tidal volume adalah volume pernapasan normal yaitu dengan
menghembuskan udara ekspirasi biasa ke dalam spirometer setelah inspirasi
biasa. Kapasitas vital adalah volume ekspirasi maksimal setelah inspirasi
maksimal (Siregar, 2002).
Walaupun ekspirasi sudah maksimal, tetapi masih tetap ada udara yang
tersisa dalam paru-paru disebut volume residu (residual volume). Volume
udara dalam paru-paru setelah ekspirasi normal disebut kapasitas residu
fungsional (Functional Residua capacity). Kedua volume paru-paru yang
terakhir ini tidak dapat diukur dengan spirometer. Volume ini dapat diukur
dengan menggunakan tekhnik pengenceran gas (gas dilution) atau dengan

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 50


Muhammadiyah Kudus
Pletismograf. Kapasitas paru-paru (Total Lung Capacity) adalah kapasitas
vital + volume residu (Siregar, 2002).
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 6 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran No. Dokumen:
Spirometri
Berlaku:
Rektor
Respirasi abnormal ini mempunyai karekteristik yaitu kekuatan
kecepatan ekspirasi yang lambat (FEV1/FVC lambat). Ini terjadi pada orang
yang asma atatu empisemia, peningkatan voume residu dan residu fungsional
kapasitas dan penurunan kapasitas vital adalah hal yang paling mudah dilihat.
Pada seseorang yang mengalami penyakit ini volume parunya sama dengan
orang normal. Contohnya: asma, bronchitis, dan emfisema (Odhemila, 2008).
Penyakit restriktif ditandai dengan kondisi lebih nyata oleh reduksi pada kapasitas
total paru. Ventilasi restriktif mungkin disebabkan kerusakan pulmonary, fibrosi
pulmo (kaku abnormal, non komplikasi paru), atau karena nonpulmo deficit,
mencakup kelemahan otot pernapasan, kelumpuhan, dan kelainan bentuk atau
kekakuan dari dinding dada (Odhemila, 2008). Pada tes pulmonari, individu yang
mengalami ventilasi restriktif memiliki penurunan kapasitas total paru, penurunan
residu fungsional, dan penurunan residu pulmonal.
Ketika kekuatan kapasitas vital (FVC) mungkin sangat turun, kekuatan volume
ekspirasinya pada waktu satu detik dibagi dengan kekuatan kapasitas vital
(FEV1/FVC) biasanya normal atau meningkat dari normal yang seharusnya
mengalami penurunan karena tekanan keelastisan paru menurun (Odhemila,
2008).
Karena tekanan pleura drop memaksa paru menjadii nflamasi, kedalaman
pernapasan pada orang yang mengalami restriktif berbda dibandingkan pada
orang yang normal, dan meraka mengakhiri pernapasan dengan pernapasan
dangkal dan cepat (Odhemila,2008).

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 51


Muhammadiyah Kudus
INSTRUKSIONAL KERJA
FISIOTERAPI DADA
IK. FD UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT
MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Rektor

© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved


UNIVERSITAS Instruksional Kerja fisioterapi dada Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH
Revisi Tanggal

Rektor

UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 1 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Fisioterapi Dada No. Dokumen:

Berlaku:
Rektor

1. DEFINISI
Suatu tindakan yang dilakukan untuk membantu mengencerkan dan
mengeluarkan sekret. Dapat diartikan juga sekumpulan tindakan yang dirancang
untuk meningkatkan efisiensi pernafasan, meningkatkan ekspansi

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 52


Muhammadiyah Kudus
(pengembangan) paru, kekuatan otot pernafasan dan eliminasi secret yang berasal
dari system pernafasan.
2. TUJUAN
a. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi secret
b. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi secret
c. Membantu klien untuk mengencerkan secret dan memudahkan untuk
mengeluarkannya.
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 2 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Fisioterapi Dada No. Dokumen:

Berlaku:
Rektor

d. Memperbaiki saturasi respirasi klien.


e. Mencegah infeksi pada paru pada klien yang immobilisasi dalam waktu lama.
3. INDIKASI
a. Penyakit neuromuskuler atau cystic fibrosis seperti guillain-baree syndrome
b. Progressive muscle weakness (myasthenia gravis)
c. Tetanus
d. Penyakit paru seperti bronchitis,pneumonia atau chronic obstructive
pulmonary disease (copd)
e. Cerebral palsy atau muscular dystrophy (untuk secret untuk teraspirasi)
f. Post operasi (karena nyeri jika untuk nafas dalam dan datuk efektif)
4. KONTRAINDIKASI
a. Perdarahan pada paru-paru, Cedera kepala atau leher
b. Fraktur pada tulang costa, Kolaps pada paru-paru, Terdapat luka pada dinding
dada, Fraktur tulang belakang
c. Tubercolosis, Asthma akut, Pernah mengalami sengatan jantung
d. Abses pada paru, Emboli pada pulmonary.
e. Luka bakar, luka terbuka, dan beberapa jenis pembedahan
f. Perdarahan aktif
5. PERSIAPAN ALAT
1) Bantal 2-3, Tisu wajah, Segelas air hangat, Masker, handscon

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 53


Muhammadiyah Kudus
2) Sputum pot dan bengkok, perlak pengalas.
6. PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Orientasi
1) Memberikan salam kepada pasien dan menyapa nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan langkah prosedur pelaksanaan

UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 3 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Fisioterapi Dada No. Dokumen:

Berlaku:
Rektor

5) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien


6) Cuci tangan
7. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Mengatur posisi sesuai daerah gangguan paru/ posisi postural drainage
2) Memasang alas/perlak dan bengkok (di pangkuan pasien bila duduk
atau di dekat mulut bila tidur miring)
3) Melakukan claping dengan cara tangan perawat menepuk punggung
pasien secara bergantian
4) Menganjurkan pasien inspirasi dalam, tahan sebentar, kedua tangan
perawat di punggung pasien.
5) Meminta pasien untuk melakukan ekspirasi, pada saat yang bersamaan
tangan perawat melakukan vibrasi
6) Meminta pasien untuk menarik nafas, menahan nafas, dan
membatukkan dengan kuat
7) Menampung lendir dalam sputum pot
8) Membersihkan mulut dengan tissu
9) Melakukan auskultasi paru
10) Menunjukkan sikap hati-hati dan memperhatikan respon pasien

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 54


Muhammadiyah Kudus
b. Fase Terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan dan menyampaikan RTL
2) Berpamitan pada pasien
3) Mencuci tangan
4) Mendokumentasikan tindakan

UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 4 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Fisioterapi Dada No. Dokumen:

Berlaku:
Rektor

8. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1) Batuk dua atau tiga kali berurutan setelah setiap kali berganti posisi.
2) Minum air hangat setiap hari sekitar 2 liter
3) Jika harus menghirup bronkodilator, lakuanlah 15 menit sebelum drainage
4) Lakukan latihan nafas dan latihan lain yang dapat membantu mengencerkan
lendir.
POSTURAL DRAINAGE

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 55


Muhammadiyah Kudus
INSTRUKSIONAL KERJA
POSTURAL DRAINASE
IK.PD UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT
MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Rektor

© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Postural Drainase Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH
Revisi Tanggal

Rektor

UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 1 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Postural Drainase No. Dokumen:

Berlaku:
Rektor

1. DEFINISI
Postural drainase merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari
berbagai segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi.
Mengingat kelainan pada paru bisa terjadi pada berbagai lokasi maka Postural
drainase dilakukan pada berbagai posisi disesuaikan dengan kelainan parunya.
Waktu yang terbaik untuk melakukan postural drainase yaitu sekitar 1 jam
sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam sebelumtidur pada malam hari.
2. TUJUAN
a. Untuk mencegah terkumpulnya secret dalam saluran nafas
b. Mempercepat pengeluaran sekret sehingga tidak terjadi atelektasis

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 56


Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 2 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Postural Drainase No. Dokumen:

Berlaku:
Rektor

c. Memudahkan pengeluaran secret


3. PERSIAPAN ALAT
a. Bantal 2 atau 3 buah
b. Papan pengatur posisi/bad yang bisa diatur
c. Tisu
d. Segelas air hangat
e. Pot sputum
4. PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Orientasi
1) Memberikan salam terapeutik
2) Memberi penjelasan tentang tujuan pelaksanaannya
3) Menjelaskan prosedur tindakan
4) Meminta persetujuan klien untuk dilakukannya tindakan dan
menjelaskan kerjasama yang diharapkan
5) Cuci tangan
5. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Pilih area yang tersumbat yang akan di drainage berdasarkan pengkajian
semua area paru, data klinis, dan chast x-ray.
2) Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainage area yang tersumbat.
3) Minta klien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit.
4) Selama 10-15 menit drainage pada posisi tersebut, lakukan perkusi dan
vibrasi dada diatas area yang di drainage.
5) Setelah drainage pada posisi pertama, mintaklien duduk dan batuk bila
tidak bisa batuk lakukan suction. Kemudian tampung sputum di pot
sputum.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 57


Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 3 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Postural Drainase No. Dokumen:

Berlaku:
Rektor

6) Minta klien istirahat sebentar bila perlu


7) Anjurkan klien minum sedikit air.
8) Ulangi lagkah 3-8 sampai semua area tersumbat terdrainage
9) Ulangi pengkajian dada pada semua bindang paru.
b. Fase Terminasi
1) Cuci tangan
2) Respon klien setelah tindakan
3) Menanyakan perasaan klien setelah dilakukan tindakan
4) Menyampaikan RTL
6. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
a. Batuk dua atau tiga kali berurutan setelah setiap kali berganti posisi.
b. Minum air hangat setiap hari sekitar 2 liter
c. Jika harus menghirup bronkodilator, lakuanlah 15 menit sebelum drainage
d. Lakukan laihan nafas dan latihan lain yang dapat membantu mengencerkan
lendir.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 58


Muhammadiyah Kudus
INSTRUKSIONAL KERJA

PERAWATAN LUKA DIABETES


IK. PLD UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT
MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Rektor

© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Perawatan Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Luka DM
Revisi Tanggal

Rektor

UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 1dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Perawatan luka DM No. Dokumen:

Berlaku:
Rektor

1. DEFINISI
Kulit merupakan bagian tubuh paling luar yang berguna dalam melindungi diri dari
trauma luar dan masuknya benda asing. Trauma dapat menyebabkan luka pada kulit,
yaitusuatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh karena gesekan, tekanan, suhu,
infeksi, dan yang lainnya yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga
mengganggu aktivitas sehari-hari. Dalam bahasa indonesia dikenal dengan kata luka,
borok, koreng, dekubitus, dan lain-lain.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 59


Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 2 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Perawata luka DM No. Dokumen:

Berlaku:
Rektor

2. TUJUAN
Tujuan untuk melakukan perawatan luka adalah :
1) Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka.
2) Absorbsi drainase dan Menekan dan imobilisasi luka.
3) Mencegah jaringan epitel baru dari cedera mekanis dan Mencegah luka dari
kontaminasi dan Mencegah infeksi.
4) Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing.
5) Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien
6) Membantu Penyembuhan luka.
3. INDIKASI
Dilakukan pada pasien yang memiliki luka diabetikum.
4. PERSIAPAN ALAT
Pinset Anatomi, Pinset Chirurgis, Gunting Debridemand, Kasa Steril, Kom: 3
buah, Sarung tangan bersih, sarung tangan steril, Gunting Plester, Plester atau
perekat, Alkohol 70%, Desinfektant, NaCl 0,9%, Bengkok : 2 buah,1 buah berisi
larutan desinfektan, Verband, Obat luka sesuai kebutuhan.
5. PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Orientasi
1. Memberikan salam, menanyakan nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaska tujuan pelaksanaan
4. Menjelaskan prosedur tindakan pada klien.
5. Menanyakan kesiapan pasien dan mendekatkan alat kedekat pasien.
6. Mencuci tangan

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 60


Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 3 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Perawatan luka DM No. Dokumen:

Berlaku:
Rektor

6. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1. Menjaga Privacy, Memasang pengalas dan Mengatur posisi pasien
sehingga luka dapat terlihat jelas
2. Membuka peralatan bak instrumen steril, mengatur posisi kom, salep, dan
menyiapkan plester.
3. Memakai sarung tangan bersih
4. Membasahi plaster dengan alkohol
5. Membuka plester balutan dengan menggunakan pinset sirugis
6. Memakai sarung tangan steril
7. Membersihkan luka dengan NaCl ( dalam kom )
8. Mengeringkan dengan kassa steril
9. Melakukan nekrotomi
10. Membersihkan kembali luka dengan menggunakan cairan NaCl
11. Mengeringkan kembali dengan kassa steril
12. Mengolesi luka dengan salep antibiotik
13. Menutup luka dengan kassa steril dan memasang plester
b. Fase Terminasi
1. Rapikan alat dan pasien
2. Melkukan Evaluasi hasil tindakan
3. Rencana tindak lanjut dan Berpamitan
4. Mencuci tangan
7. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
a. Pengangkatan balutan dan pemasangan kembali balutan basah kering dapat
menimbulkan rasa nyeri pada klien
b. Pelindung mata harus digunakan jika terdapat resiko adanya kontaminasi
ocular seperti percikan dari luka.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 61


Muhammadiyah Kudus
INSTRUKSIONAL KERJA

PEMBERIAN INSULIN DENGAN SYRINGE PUMP

IK. PISP UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Rektor
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Pemberian Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Insulin Dengan Syringe Pump
Revisi Tanggal

Rektor

UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 1 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Insulin Dengan No. Dokumen:
Syringe Pump
Berlaku:
Rektor

1. DEFINISI
Pemberian injeksi insulin adalah suatu kegiatan memasukkan obat insulin ke
dalam jaringan tubuh melalui syringe pump.Terapi pemberian insulin merupakan
terapi yang diberikan kepada klien / pasein yang mengalami kekurangan hormon
insulin didalam tubuhnya.Pemberian insulin adalah suatu kegiatan memasukkan
obat insulin ke dalam jaringan tubuh melalui suntikkan subcutan atau intravena.
Hormon yang mengubah glukosa menjadi glikogen dan berfungsi mengatur kadar
gula darah bersama hormon glikogen (Greenspan dan Baxter, 2009).
2. TUJUAN
Digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin terdapat dua
tipelarutan yaitu jernih dan keruh karena adanya penambahan protein sehingga
memperlambat absorbsi obat atau juga termasuk tipe lambat.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 62


Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 2 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Insulin Dengan No. Dokumen:
Syringe Pump
Berlaku:
Rektor

3. INDIKASI
a. Semua penyandang DM tipe 1
b. Semua penyandang DM tipe 2
c. Keadaan stres berat
d. Gangguan fungsi ginjal/hati yang berat
e. Ketoadsidosis diabetik
f. Hiperglamik, Hiperosmolar non ketotis
g. Penyandang DM yang mendapat nutrisi parenteal
h. Diabetes gastional
i. Penyandang DM yang memerlukan suplemen tinggi kalori
4. KONTRAINDIKASI
a. Klien yang mengalami hipoglikemia dan hipersensitivitas terhadap human
insulin.
b. Penderita obat obatan hipoglikemik oral
5. PERSIAPAN ALAT
1) Spuit insulin / insulin pen (Actrapid Novolet).
2) Vial insulin.
3) Kapas + alkohol / alcohol swab.
4) Handscoen bersih.
5) Daftar / formulir obat klien.
6. PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Orientasi
1) Memberikan salam, menanyakan nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaska tujuan pelaksanaan
4) Menjelaskan prosedur tindakan pada klien.
5) Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
6) Mencuci tangan

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 63


Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 3 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Insulin Dengan No. Dokumen:
Syringe Pump
Berlaku:
Rektor

b. INSTRUKSIONAL KERJA
1) Fase Kerja
a) Memakai sarung tangan bersih
b) Mengambil Na Cl 50 cc dalam spuit
c) Mengambil insulin dalam spuit sesuai kebutuhan
d) Mencampur insulin dengan NaCl dalam spuit
e) Menghubungkan spuit dengan selang
f) Mengalirkan campuran Na Cl+insulin dalam selang supaya selang
terbebas dari udara.
g) Menyambungkan ujung selang dengan abocath infus yang terpasang
pada pasien
h) Memasang spuit pada syringe pump
i) Menghidupkan syringe pump
j) Mengatur dosis insulin pada syringe pump
k) Menekan tombol start pada syringe pump
2) Fase Terminasi
a) Rapikan alat
b) Evaluasi tindakan
c) Rencana tindak lanjut
d) Berpamitan
e) Dokumentasi
7. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Sebelum menggunakan insulin, diabetesein ataupun keluarga tentunya perlu untuk
diberikan pengetahuan dan wawasan mengenai cara dan prosedur menyuntikkan
insulin eksogen;
a. Sebelum menyuntikkan insulin, kedua tangan dan daerah yang akan disuntik
haruslah bersih. Bersihkanlah dengan cairan alkohol 70% dengan
menggunakan kapas bersih dan steril.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 64


Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 4 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Insulin No. Dokumen:
Dengan Syringe Pump
Berlaku:
Rektor

b. Tutup vial insulin harus diusap dengan cairan alkohol 70%.


c. Untuk semua insulin, kecuali insulin kerja cepat, harus digulung-gulung secara
perlahan-lahan denga kedua telapak tangan. Hal ini bertujuan untuk
melarutkan kembali suspensi. (Jangan dikocok).
d. Ambillah udara sejumlah insulin yang akan diberikan. Lalu suntikkanlah ke
dalam vial untuk mencegah terjadi ruang vakum dalam vial. Hal ini terutama
diperlukan bila akan dipakai campuran insulin.
e. Bila mencampur insulin kerja cepat dengan kerja cepat harus diambil terlebih
dahulu.
f. Setelah insulin masuk ke dalam alat suntik, periksa apakah mengandung
gelembung atau tidak. Satu atau dua ketukan pada alat suntik dalam posisi
tegak akan dapat mengurangi gelembung tersebut. Gelembung yang ada
sebenarnya tidaklah terlalu membahayakan, namun dapat mengurangi dosis
insulin.
g. Penyuntikan dilakukan pada jaringan bawah kulit (subkutan). Pada umumnya
suntikan dengan sudut 90 derajad. Pada pasien kurus dan anak-anak, kulit
dijepit dan insulin disuntikkan dengan sudut 45 derajat agar tidak terjadi
penyuntikkan otot (intra muskular).
Gula darah :
 < 60 mg % = 0 unit
 < 200 mg % = 5 – 8 unit
 200 – 250 mg% = 10 – 12 unit
 250 - 300 mg% = 15 – 16 unit
 300 – 350 mg% = 20 unit
 > 350 mg% = 20 – 24 unit

Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 65


Muhammadiyah Kudus

Anda mungkin juga menyukai