DISUSUN OLEH :
TIM
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas terselesaikannya buku
panduan pembelajaran praktik laboratorium keperawatan khususnya mata ajaran
keperawatan dewasa. Buku panduan pembelajaran praktik laboratorium keperawatan
ini merupakan salah satu metode pembelajaran praktik laboratorium keperawatan
dewasa sebagai pendekatan dalam pencapaian kompetensi hardskill lulusan S-1
Keperawatan.
Mata kuliah ini membahas tentang prinsip-prinsip teoritis dan keterampilan
klinis keperawatan yang berhubungan dengan penyakit yang sering dialami oleh orang
dewasa pada beberapa sistem yaitu sistem kardiovaskuler, sistem pencernaan, sistem
pernafasan, dan sistem endokrin. Konten mata kuliah pembelajaran laborat ini
berorientasi pada pencapaian kemampuan klinis dalam memberikan asuhan
keperawatan yang sistemik, dinamis dan komprehensif sesuai aspek legal dan etis.
Kompetensi yang dicapai oleh mahasiswa tidak saja aspek hard skill, namun demikian
aspek soft skill sangat berperan menjadikan lulusan yang unggul. Studi di lapangan
menunjukkan aspek soft skill sangat menentukan keberhasilan mahasiswa dalam dunia
nyata.
Kami berharap buku panduan ini dapat dijadikan petunjuk dan arahan dalam
mencapai kompetensi yang ditargetkan kepada mahasiswa. Pencapaian kompetensi
tersebut tidak terlepas dari peran serta mahasiswa, dosen pengampu, serta sistem
akademik yang dibangun. Kami merasa masih banyak kekurangan dalam pembuatan
pedoman pembelajaran ini, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
peningkatan kualitas pedoman pembelajaran ini sangat kami harapkan. Semoga buku
panduan ini dapat mengantarkan mahasiwa mencapai tujuan sebagai perawat
profesional. Semoga buku panduan ini dapat bermanfaat bagi proses pembelajaran
laboratorium mahasiswa Prodi S-1 Keperawatan.
Tim Penyusun
PENDAHULUAN
RANCANGAN PEMBELAJARAN
B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Ketrampilan Umum
a. Pemeriksaan fisik jantung
b. Pemeriksaan fisik saluran pernafasan
2. Ketrampilan Khusus
a. Pemeriksaan CVP dan JVP
b. Pemasangan ECG dan pembacaan ECG
c. Pemeriksaan ABI dengan dopller vaskuler
d. Pemeriksaan spirometri
e. Fisio terapi dada dan postural drainase
f. Perawatan luka DM dan pemberian insulin dengan syringe pump
Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 5
Muhammadiyah Kudus
C. ALOKASI WAKTU DAN EVALUASI
Waktu
Pembelajaran Laborat :
1 SKS x 14 x 170 menit = 2.380 menit
D. EVALUASI
Praktik
a. Ujian kompetensi = 70 %
b. Nilai observasi/project/partisifasi perkuliahan = 30 %
E. DAFTAR REFERENSI
Aaronson,P.I& Ward,J.P. (2010). At a Glance Sistem Kardiovaskular,
Jakarta; Penerbit Erlangga.
Black &Hawks (2009). Medical Surgical Nursing : Clinical Management
for Positive Outcome. 8 ed. St Louis Missouri : Elsevier Saunders.
Corwin, E.(2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Doenges,M., Moorhouse, M.F, & Geissler.A.C. (2010). Nursing Care Plans,
Guidelines for Planning And Documenting Patient Care.F.A.
Philadelphia: Pennsylvania.
Ignatavicius & Workman. (2009). Medical Surgical Nursing ; Critital
Thinking for Collaburative Care. Vol.1.5ed. Missaouri : Sounders
Elseiver .
Ignatavicius & Workman. (2010). Medical Surgical Nursing; Patient
Centered Collaburative care for Collaburative Care. 6ed. Missouri :
Sounders Elseiver.
Karim, S. & Kabo. (2005). ECG. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
LaMone, P. & Burke, K. (2008). Medical Surgical Nursing ; Critical
Thinking in Client Care, 4ed, New Jersey : Pearson Education.
Lewis, Heitkemper, Dirkssen, O’ Brien, &Bucher . (2008), Medical surgical
nursing: Assesment and Management of Clinical Problem, Volume
2, USA : Mosby Elseiver.
INSTRUKSIONAL KERJA
PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG
IK.PFJ UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT
MUHAMMADIYAH
KUDUS
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Rektor
Rektor
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 1 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Fisik Jantung No. Dokumen:
Berlaku:
Rektor
1. DEFINISI
Pemeriksaan Fisik Jantung adalah pemeriksaan yang dilakukan pada bagian dada
untuk mengetahui fungsi jantung secara normal.
2. TUJUAN
a. Mengetahui ketidaknormalan denyut jantung
b. Mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar
3. INDIKASI
a. Memenuhi kelengkapan dari rangkaian anamnesis yang dilakukan pada
pasien
b. Mengetahui diagnosis penyakit dari seorang pasien
c. Membantu dokter dalam melakukan tindakan selanjutnya pada pasien
d. Mengetahui perkembangan serta kemajuan terapi pada pasien
4. PERSIAPAN ALAT
1. Stetoskop, Sfigmomanometer, Masker dan Handscon ( Bila Perlu )
2. Senter kecil, Selimut ( Bila Perlu )
5. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Orientasi
1. Memberi salam dan menyapa nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan prosedur tindakan
5. Menanyakan kesiapan pasien
6. Mencuci tangan
b. Fase Kerja
1) Mengatur posisi pasien supinasi, menaruh posisi tangan disamping
badan. Posisikan pasien terlentang dengan pemeriksa berada disebelah
kanan pasien.
a) Bentuk prekordium
1) Pada umumnya kedua belah dada adalah simetris
2) Prekordium yang cekung dapat terjadi akibat perikarditis menahun,
fibrosis atau atelektasis paru, skoliosis atau kifoskoliosis
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 5 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Fisik No. Dokumen:
Jantung
Berlaku:
Rektor
b) Kadang-kadang kita tidak dapat melihat, tetapi dapat meraba
iktus.
c) Pada keadaan normal iktus kordis dapat teraba pada ruang
interkostal kiri V, agak ke medial (2 cm) dari linea
midklavikularis kiri.
Pemeriksaan getaran/thrill ; adanya getaran seringkali menunjukkan
adanya kelainan katub bawaan atau penyakit jantung.Perhatikan :
Lokalisasi dari getaran, terjadinya getaran saat sistole/diastole,
getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi apabila orang
tersebut melakukan pekerjaan fisik karena frekuensi jantung dan
darah akan mengalir lebih cepat, dengan terabanya getaran maka
pada auskultasi nantinya akan terdengar bising jantung.
5) Melakukan perkusi untuk mencari batas-batas jantung bagian atas, kiri,
kanan, dan bawah. Perkusi jantung mempunyai arti pada dua macam
penyakit jantung yaitu efusi perikardium dan aneurisma aorta. Kita
melakukan perkusi untuk menetapkan batas-batas jantung :
a) Batas kiri jantung
Kita melakukan perkusi dari arah lateral ke medial.
Perubahan antara bunyi sonor dari paru-paru ke redup relatif kita
tetapkan sebagai batas jantung kiri
Normal
Atas : SIC II kiri di linea parastrenalis kiri (pinggang jantung)
Bawah : SIC V kiri agak ke medial linea midklavikularis kiri
(tempat iktus)
b) Batas kanan jantung
Perkusi juga dilakukan dari arah lateral ke medial.
Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 12
Muhammadiyah Kudus
Disini agak sulit menentukan batas jantung karena letaknya agak
jauh dari dinding depan thorak.
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 6 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Fisik No. Dokumen:
Jantung
Berlaku:
Rektor
Normal
Batas bawah kanan jantung adalah di sekitar ruang interkostal III-
IV kanan,di linea parasternalis kanan. Sedangkan batas atasnya di
ruang interkostal II kanan linea parasternalis kanan
6) Melakukan auskultasi untuk mendengarkan suara jantung 1,2 dan
tambahan, suara katup pulmonalis, katup aortik
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 8 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Fisik No. Dokumen:
Jantung
Berlaku:
Rektor
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 9 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Fisik No. Dokumen:
Jantung
Berlaku:
Rektor
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Rektor
Rektor
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 1 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran Jugularis Venous Pressure No. Dokumen:
Berlaku:
Rektor
1. DEFINISI
Pengukuran tekanan vena jugularis merupakan tindakan mengukur besarnya jarak
pertemuan dua sudut antara pulsasi vena jugularis dan sudut sternum tepatnya di
Angle of Louis yang berguna untuk mengetahui tentang fungsi jantung pasien.
2. TUJUAN
Pengukuran tekanan Jugular Venous Pressure (JVP) bertujuan untuk:
Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Universitas 17
Muhammadiyah Kudus
a. Melihat adanya distensi vena jugularis.
b. Memberikan informasi mengenai fungsi jantung, terutama ventrikel kanan,
fungsi paru, dan merupakan komponen terpenting untuk menilai volume
darah.
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 2 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran Jugularis No. Dokumen:
Venous Pressure
Berlaku:
Rektor
c. Mengetahui ada atau tidaknya distensi vena jugularis, dan untuk mengetahui
tekanan vena sentral.
d. Untuk mencapai diagnosis dan memantau terapi untuk klien dengan penyakit
jantung.
3. INDIKASI
Pengukuran tekanan vena jugularis dilakukan ketika terdapat tanda
permasalahan atau kegagalan jantung pada seorang klien, seperti hipertrofi
ventrikel kanan, stenosis katup trikuspid, stenosis pulmonal, hipertensi pulmonal,
inkompetensi katup trikuspid, tamponade jantung, perikarditis, dan masalah
jantung lain (Gray, 2002).
a. Pasien yang menerima operasi jantung sehingga status sirkulasi sangat
penting diketahui.
b. Pasien yang mendapat obat vasoaktif, nutrisi parenteral, atau jika vena perifer
tidak adekuat
c. Pasien dengan distensi unilateral
d. Pasien dengan trauma mayor
e. Pasien yang sering diambil darah venanya untuk sampel tes laboratorium
f. Pasien yang diberi cairan IV secara cepat;
4. PERSIAPAN ALAT
a. Penggaris sentimeter 2 buah
b. Bantal 1 buah
c. Senter
d. Bed pasien
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 3 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran Jugularis No. Dokumen:
Venous Pressure
Berlaku:
Rektor
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 4 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran Jugularis No. Dokumen:
Venous Pressure
Berlaku:
Rektor
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 5 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran Jugularis No. Dokumen:
Venous Pressure
Berlaku:
Rektor
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Rektor
Rektor
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 1 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran Central Venous No. Dokumen:
Pressure
Berlaku:
Rektor
1. DEFINISI
2. TUJUAN
a. Mengetahui tekanan vena sentralis (TVS)
b. Untuk memberikan total parenteral nutrition (TPN) ; makanan kalori tinggi
secara intravena
c. Untuk mengambil darah vena
d. Untuk memberikan obat-obatan secara intra vena
e. Memberikan cairan dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat
f. Dilakukan pada penderita gawat yang membutuhkan perawatan yang cukup
lama
3. INDIKASI
a. Pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium.
b. Pengukuran oksigenasi vena sentral.
c. Nutrisi parenteral dan pemberian cairan hipertonik atau cairan yang
mengiritasi yang perlu pengenceran segera dalam sistem sirkulasi.
d. Pasien dengan trauma berat disertai dengan perdarahan yang banyak yang
dapat menimbulkan syok.
e. Pasien dengan tindakan pembedahan yang besar seperti open heart, trepanasi.
f. Pasien dengan kelainan ginjal (ARF, oliguria).
g. Pasien dengan gagal jantung.
h. Pasien yang diberikan transfusi darah dalam jumlah besar (transfusi masif).
i. Monitor status volume cairan dan fungsi ventrikel.
j. Acuan untuk pemberian cairan diuretik dan oabat-obat vasoaktif jika alat
monitor invasif lain tidak ada.
k. Pemberian obat yang cenderung menyebabkan phlebitis dalam vena perifer
(caustic), seperti: chloride, chemotherapy, hypertonic saline, potassium
chloride, amiodarone.
7. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
Keterangan: Posisi pasien saat pengukuran CVP (Pasien tidur terlentang).
1) Penilaian CVP
a) Kateter, infus, manometer dihubungkan dengan stopcock amati infus
lancar atau tidak.
b) Pasien terlentang.
c) Cairan infus kita naikkan ke dalam manometer sampai dengan angka
tertinggi jaga jangan sampai cairan keluar.
d) Cairan infus kita tutup, dengan memutar stopcock hubungkan manometer
akan masuk ke tubuh pasien.
e) Permukaan cairan di manometer akan turun dan terjadi undulasi sesuai
irama nafas, turun (inspirasi), naik (ekspirasi).
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Rektor
Rektor
STIKES
Instruksional Kerja Halaman 1 dari 8
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan dan Pembacaan EKG No. Dokumen:
Berlaku:
Rektor
1. DEFINISI
Elektrokardiografi ( EKG atau ECG ) adalah alat bantu diagnostik yang
digunakan untuk mendeteksi aktivitas listrik jantung berupa grafik yang merekam
perubahan potensial listrik jantung yang dihubungkan dengan waktu. Penggunaan
EKG dipelopori oleh Einthoven pada tahun 1903 dengan menggunakan
Galvanometer. Galvanometer senar ini adalah suatu instrumen yang sangat peka
sekali yang dapat mencatat perbedaan kecil dari tegangan ( milivolt ) jantung
(Sundana, 2008).
2. TUJUAN
a. Mengetahui adanya kelainan-kelainan irama jantung/disritmia.
b. Mengetahui adanya kelainan-kelainan otot jantung.
c. Mengetahui adanya pengaruh/efek obat-obatan jantung.
d. Mengetahui adanya gangguan-gangguan elektrolit.
e. Mengetahui adanya perikarditis.
f. Memperkirakan adanya pembesaran jantung/hipertropi atrium dan ventrikel.
g. Menilai fungsi pacu jantung.
3. INDIKASI
a. Pasien dengan kelainan irama jantung
b. Pasien dengan kelainan miokard seperti infark
c. Pasien dengan pengaruh obat-obat jantung terutama digitalis
d. Pasien dengan gangguan elektrolit
e. Pasien perikarditis
f. Pasien dengan pembesaran jantung
g. Pasien dengan kelainan penyakit inflamasi pada jantung.
h. Pasien di ruang ICU
4. PERSIAPAN ALAT
a. Mesin EKG yang dilengkapi dengan :
Kabel untuk sumber listrik.
Kabel untuk bumi (ground).
Kabel elektroda ekstremitas dan dada.
Plat elektroda ekstremitas.
Balon penghisap elektroda dada.
(dekat pergelangan kaki), serta dada. Jika perlu rambut pada dada dan
pergelangan kaki dicukur.
Keempat elektroda ekstremitas diberi jelly.
Oleskan sedikit pasta elektroda pada tempat-tempat yang akan
dipasangkan elektroda.
3) Memasang elektroda ekstremitas atas, pergelangan tangan kanan dengan
warna merah dan tangan kiri dengan warna kuning.
Merah : lengan kanan (RA)
Kuning : lengan kiri (LA)
4) Memasang elektroda ekstremitas bawah, pergelangan kaki kanan dengan
warna hitam dan kaki kiri dengan warna hijau.
Hijau : tungkai kiri (LF)
Hitam : tungkai kanan (RF)
5) Memasang elektroda prekordial: V1: Ruang Intercosta 4 batas sternum
kanan.
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 5 dari 8
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan dan No. Dokumen:
Pembacaan EKG
Berlaku:
Rektor
13) Mencatat nama klien, umur, tanggal, jam, perawat, dokter dan memberi
nama pada setiap hantaran dengan benar (12 lead).
14) Mencuci tangan.
b. Tahap Terminasi
1) Merapikan pasien dan melakukan evaluasi tindakan.
2) Menyampaikan rencana tindak lanjut
3) Berpamitan
4) Mencuci tangan.
PEMBACAAN EKG
a. Fase Kerja
1) Menentukan rate irama jantung.
Cara menentukan frekuensi melalui gambaran EKG dapat dilakukan
dengan 3 cara yaitu :
a) 300 dibagi jumlah kotak besar antara R – R’
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 6 dari 8
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan dan No. Dokumen:
Pembacaan EKG
Berlaku:
Rektor
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 7 dari 8
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan dan No. Dokumen:
Pembacaan EKG
Berlaku:
Rektor
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 8 dari 8
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan dan No. Dokumen:
Pembacaan EKG
Berlaku:
Rektor
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Rektor
Rektor
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 1 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran ABI Dengan Doppler No. Dokumen:
Vaskuler
Berlaku:
Rektor
1. DEFINISI
Ankle Brachial Index adalah test non invasive untuk mengukur rasio tekanan
darah sitolik kaki (ankle) dengan tekanan darah sistolik lengan (brachial).
Tekanan darah sistolik diukur dengan menggunakan alat yang disebut simple
hand held vascular doppler ultrasound probe dan tensimeter (manometer mercuri
atau aneroid). Direkomendasikan menggunakan probe dengan frekuensi 8 MHz
untuk ukuran lingkar kaki normal dan 5 MHz untuk lingkar kaki obesitas atau
edema.
2. TUJUAN
Mendeteksi adanya insufisiensi arteri sehingga dapat menentukan jenis luka,
apakah arterial ulcer, venous ulcer atau mixed ulcer.
3. INDIKASI
a. Terdapat gejala claudikasio
b. Pada pasien diabetes mellitus
c. Pasien dengan riwayat ulkus diabetik.
4. KONTRAINDIKASI
Pasien yang mengalami penurunan kesadaran.
5. PERSIAPAN ALAT
a. Doppler vaskuler, Jelly
b. Kassa/tissue, Shygmomanometer
c. Bengkok, Alat tulis
6. PERSIAPAN PASIEN
a. Fase orientasi
1) Mengucapkan salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan prosedur tindakan
5) Menanyakan kesiapan pasien
7. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Mencuci tangan
2) Memakai handscoen bersih
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Rektor
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2017 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Pemeriksaan Fisik Paru
Revisi Tanggal
Rektor
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 1 dari3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Fisik Paru No. Dokumen:
Berlaku:
Rektor
1. DEFINISI
Pemeriksaan thorax adalah untuk mendapatkan kesan dari bentuk dan fungsi dari
thorax dan organ di dalamnya. Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi.
2. TUJUAN
a. Untuk mengetahui bentuk, kesemitrisan, ekspansi, keadaan kulit pada dinding
dada.
b. Untuk mengetahui frekuensi, sifat. Irama pernafasan
c. Untuk mengetahui adanya nyeri tekan, adanya massa, peradangan, taktil
vremitus.
Berlaku:
Rektor
Berlaku:
Rektor
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Rektor
Rektor
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 1 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran Spirometri No. Dokumen:
Berlaku:
Rektor
1. DEFINISI
Spirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur secara obyektif
kapasitas/fungsi paru (ventilasi) pada pasien dengan indikasi medis. Alat yang
digunakan disebut spirometer.
2. TUJUAN
1) Mengukur volume paru secara statis dan dinamik
2) Menilai perubahan atau gangguan pada faal paru
3. PERSIAPAN ALAT
1) Spirometer
2) Penjepit hidung
Berlaku:
Rektor
3) Daya listrik
4) Timbangan badan, Berat Badan (BB)
5) Alat tulis
6) Mounpase
4. PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Orientasi
1) Memberikan salam, menanyakan nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaska tujuan pelaksanaan
4) Menjelaskan prosedur tindakan pada klien.
5) Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
6) Mencuci tangan
5. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Mengecek kelengkapan alat
2) Merangkai alat dan kelengkapannya
3) Memasang tranduser atau saringan
4) Mencatat jenis kelamin dan umur
5) Melakukan pengukuran TB, BB dan mencatatnya
6) Menghidupkan power dengan menekan tombol ON
7) Menekan tombol ID → KETIK Nomor urut
8) Menekan tombol : ENTRY
9) Menekan tanda atau tombol : JENIS KELAMIN/Sex : Male or Female
10) Menekan tombol : ENTRY
11) Mengetik : Umur
12) Menekan tombol : ENTRY
13) Mengetik : Tinggi badan (TB → cm)
Berlaku:
Rektor
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 4 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran Spirometri No. Dokumen:
Berlaku:
Rektor
dari paru-paru pada awal ekspirasi, diukur dalam liter/detik.
f. FEF 50% dan FEF 75%, optional, merupakan rata-rata aliran (kecepatan) udara
keluar dari paru-paru selama pertengahan pernafasan (sering disebut juga
sebagai MMEF (maximal mid-expiratory flow)
Klasifikasi gangguan ventilasi (% nilai prediksi)
Gangguan restriksi : Vital Capacity (VC) < 80%nilai prediksi; FVC < 80%
nilai prediksi.
Gangguan obstruksi : FEV1 < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC < 75% nilai
prediksi.
Gangguan restriksi dan obstruksi: FVC < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC <
75% nilai prediksi.
Bentuk spirogram adalah hasil dari spirometri. Beberapa hal yang
menyebabkan spirogram tidak memenuhi syarat :
1. Terburu-buru atau penarikan nafas yang salah
2. Batuk
3. Terminasi lebih awal
4. Tertutupnya glottis
5. Ekspirasi yang bervariasi
6. Kebocoran
Dalam pengukuran kapasitas paru dikenal beberapa istilah :
1. Vital Capasity (VC) / Kapasitas Vital
→ adalah volume udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang setelah
mengisi paru-parunya secara maksimum.
2. Forced Vital Capasity (FVC)
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 5 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran No. Dokumen:
Spirometri
Berlaku:
Rektor
→ adalah volume udara yang dikeluarkan pada detile pertama dimulai dengan
hembusan nafas kuat pada pernafasan penuh.
Pengukuran Kapasitas paru, disebut :
a. Normal, bila :
a) FVC ≥ 70% dan FEV1 ≥ 80%
b) Rasio FEV1 / FVC : 75-80%
b. Tidak normal, bila :
a. Obstructive : FEV1 < 80%
b. Restructive : FVC < 70%
c. Combination : FVC < 70% dan FEV1< 80%
Sebagian daripada volume statis daripada paru-paru dapat diukur
dengan spirometer yaitu: tidal volume dan kapasitas vital (vital capacity).
Tidal volume adalah volume pernapasan normal yaitu dengan
menghembuskan udara ekspirasi biasa ke dalam spirometer setelah inspirasi
biasa. Kapasitas vital adalah volume ekspirasi maksimal setelah inspirasi
maksimal (Siregar, 2002).
Walaupun ekspirasi sudah maksimal, tetapi masih tetap ada udara yang
tersisa dalam paru-paru disebut volume residu (residual volume). Volume
udara dalam paru-paru setelah ekspirasi normal disebut kapasitas residu
fungsional (Functional Residua capacity). Kedua volume paru-paru yang
terakhir ini tidak dapat diukur dengan spirometer. Volume ini dapat diukur
dengan menggunakan tekhnik pengenceran gas (gas dilution) atau dengan
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Rektor
Rektor
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 1 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Fisioterapi Dada No. Dokumen:
Berlaku:
Rektor
1. DEFINISI
Suatu tindakan yang dilakukan untuk membantu mengencerkan dan
mengeluarkan sekret. Dapat diartikan juga sekumpulan tindakan yang dirancang
untuk meningkatkan efisiensi pernafasan, meningkatkan ekspansi
Berlaku:
Rektor
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 3 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Fisioterapi Dada No. Dokumen:
Berlaku:
Rektor
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 4 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Fisioterapi Dada No. Dokumen:
Berlaku:
Rektor
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Rektor
Rektor
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 1 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Postural Drainase No. Dokumen:
Berlaku:
Rektor
1. DEFINISI
Postural drainase merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari
berbagai segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi.
Mengingat kelainan pada paru bisa terjadi pada berbagai lokasi maka Postural
drainase dilakukan pada berbagai posisi disesuaikan dengan kelainan parunya.
Waktu yang terbaik untuk melakukan postural drainase yaitu sekitar 1 jam
sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam sebelumtidur pada malam hari.
2. TUJUAN
a. Untuk mencegah terkumpulnya secret dalam saluran nafas
b. Mempercepat pengeluaran sekret sehingga tidak terjadi atelektasis
Berlaku:
Rektor
Berlaku:
Rektor
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Rektor
Rektor
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 1dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Perawatan luka DM No. Dokumen:
Berlaku:
Rektor
1. DEFINISI
Kulit merupakan bagian tubuh paling luar yang berguna dalam melindungi diri dari
trauma luar dan masuknya benda asing. Trauma dapat menyebabkan luka pada kulit,
yaitusuatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh karena gesekan, tekanan, suhu,
infeksi, dan yang lainnya yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga
mengganggu aktivitas sehari-hari. Dalam bahasa indonesia dikenal dengan kata luka,
borok, koreng, dekubitus, dan lain-lain.
Berlaku:
Rektor
2. TUJUAN
Tujuan untuk melakukan perawatan luka adalah :
1) Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka.
2) Absorbsi drainase dan Menekan dan imobilisasi luka.
3) Mencegah jaringan epitel baru dari cedera mekanis dan Mencegah luka dari
kontaminasi dan Mencegah infeksi.
4) Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing.
5) Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien
6) Membantu Penyembuhan luka.
3. INDIKASI
Dilakukan pada pasien yang memiliki luka diabetikum.
4. PERSIAPAN ALAT
Pinset Anatomi, Pinset Chirurgis, Gunting Debridemand, Kasa Steril, Kom: 3
buah, Sarung tangan bersih, sarung tangan steril, Gunting Plester, Plester atau
perekat, Alkohol 70%, Desinfektant, NaCl 0,9%, Bengkok : 2 buah,1 buah berisi
larutan desinfektan, Verband, Obat luka sesuai kebutuhan.
5. PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Orientasi
1. Memberikan salam, menanyakan nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaska tujuan pelaksanaan
4. Menjelaskan prosedur tindakan pada klien.
5. Menanyakan kesiapan pasien dan mendekatkan alat kedekat pasien.
6. Mencuci tangan
Berlaku:
Rektor
6. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1. Menjaga Privacy, Memasang pengalas dan Mengatur posisi pasien
sehingga luka dapat terlihat jelas
2. Membuka peralatan bak instrumen steril, mengatur posisi kom, salep, dan
menyiapkan plester.
3. Memakai sarung tangan bersih
4. Membasahi plaster dengan alkohol
5. Membuka plester balutan dengan menggunakan pinset sirugis
6. Memakai sarung tangan steril
7. Membersihkan luka dengan NaCl ( dalam kom )
8. Mengeringkan dengan kassa steril
9. Melakukan nekrotomi
10. Membersihkan kembali luka dengan menggunakan cairan NaCl
11. Mengeringkan kembali dengan kassa steril
12. Mengolesi luka dengan salep antibiotik
13. Menutup luka dengan kassa steril dan memasang plester
b. Fase Terminasi
1. Rapikan alat dan pasien
2. Melkukan Evaluasi hasil tindakan
3. Rencana tindak lanjut dan Berpamitan
4. Mencuci tangan
7. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
a. Pengangkatan balutan dan pemasangan kembali balutan basah kering dapat
menimbulkan rasa nyeri pada klien
b. Pelindung mata harus digunakan jika terdapat resiko adanya kontaminasi
ocular seperti percikan dari luka.
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Rektor
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Pemberian Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Insulin Dengan Syringe Pump
Revisi Tanggal
Rektor
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 1 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Insulin Dengan No. Dokumen:
Syringe Pump
Berlaku:
Rektor
1. DEFINISI
Pemberian injeksi insulin adalah suatu kegiatan memasukkan obat insulin ke
dalam jaringan tubuh melalui syringe pump.Terapi pemberian insulin merupakan
terapi yang diberikan kepada klien / pasein yang mengalami kekurangan hormon
insulin didalam tubuhnya.Pemberian insulin adalah suatu kegiatan memasukkan
obat insulin ke dalam jaringan tubuh melalui suntikkan subcutan atau intravena.
Hormon yang mengubah glukosa menjadi glikogen dan berfungsi mengatur kadar
gula darah bersama hormon glikogen (Greenspan dan Baxter, 2009).
2. TUJUAN
Digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin terdapat dua
tipelarutan yaitu jernih dan keruh karena adanya penambahan protein sehingga
memperlambat absorbsi obat atau juga termasuk tipe lambat.
3. INDIKASI
a. Semua penyandang DM tipe 1
b. Semua penyandang DM tipe 2
c. Keadaan stres berat
d. Gangguan fungsi ginjal/hati yang berat
e. Ketoadsidosis diabetik
f. Hiperglamik, Hiperosmolar non ketotis
g. Penyandang DM yang mendapat nutrisi parenteal
h. Diabetes gastional
i. Penyandang DM yang memerlukan suplemen tinggi kalori
4. KONTRAINDIKASI
a. Klien yang mengalami hipoglikemia dan hipersensitivitas terhadap human
insulin.
b. Penderita obat obatan hipoglikemik oral
5. PERSIAPAN ALAT
1) Spuit insulin / insulin pen (Actrapid Novolet).
2) Vial insulin.
3) Kapas + alkohol / alcohol swab.
4) Handscoen bersih.
5) Daftar / formulir obat klien.
6. PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Orientasi
1) Memberikan salam, menanyakan nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaska tujuan pelaksanaan
4) Menjelaskan prosedur tindakan pada klien.
5) Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
6) Mencuci tangan
b. INSTRUKSIONAL KERJA
1) Fase Kerja
a) Memakai sarung tangan bersih
b) Mengambil Na Cl 50 cc dalam spuit
c) Mengambil insulin dalam spuit sesuai kebutuhan
d) Mencampur insulin dengan NaCl dalam spuit
e) Menghubungkan spuit dengan selang
f) Mengalirkan campuran Na Cl+insulin dalam selang supaya selang
terbebas dari udara.
g) Menyambungkan ujung selang dengan abocath infus yang terpasang
pada pasien
h) Memasang spuit pada syringe pump
i) Menghidupkan syringe pump
j) Mengatur dosis insulin pada syringe pump
k) Menekan tombol start pada syringe pump
2) Fase Terminasi
a) Rapikan alat
b) Evaluasi tindakan
c) Rencana tindak lanjut
d) Berpamitan
e) Dokumentasi
7. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Sebelum menggunakan insulin, diabetesein ataupun keluarga tentunya perlu untuk
diberikan pengetahuan dan wawasan mengenai cara dan prosedur menyuntikkan
insulin eksogen;
a. Sebelum menyuntikkan insulin, kedua tangan dan daerah yang akan disuntik
haruslah bersih. Bersihkanlah dengan cairan alkohol 70% dengan
menggunakan kapas bersih dan steril.