Anda di halaman 1dari 152

TIM PENYUSUN

KETUA
Farah Fauziyah Radhiyatulqalbi Ahmad, S.Ked., M.Biomed

SEKRETARIS
dr. Angeline Novia Toemon, M. Imun

SEKRETARIAT
Ika Friskila, S.Pd

ANGGOTA
Prof. Dr. dr. Syamsul Arifin, M.Pd., FISPH, FISCM
dr. Donna Novina Kahanjak, M.Biomed dr.
Francisca Diana Alexandra, M.Sc
drg. Helena Jelita, MM., MDSc., Sp.Perio dr.
Indria Agustina, M.Si
dr. Dewi Klarita Furtuna, M.Ked.Klin, Sp. MK
dr. Herlina Eka Shinta, M.Biomed, Sp. PA
drg. Agnes Frethernety, M. Biomed
dr.Austin Bertilova Carmelita, M. Imun
dr. Ni Nyoman Sri Yuliani, Sp. GK
dr. Astrid Teresa, Sp. KK
dr. Dian Mutiasari, M.Kes
dr. Adelgrit Trisia, M.Imun., Sp.A
Fatmaria, S.Farm, Apt., M.Farm
Astri Widiarty, S.Farm, Apt., M.Kes
Elsa Trinovita, S.Farm, Apt., M.Si
dr. Ratna Widayati, M.Biomed
Dr. dr. Nawan, M.Ked.Trop dr.
Septi Handayani, M. Si
Dr. dr. Natalia Sri Martini, M.Si dr.
Agnes Immanuella Toemon, Sp.ParK
dr. I Gde Hary Eka Adnyana, M.Biomed, Sp.OG
dr. Galih Indra Permana dr. Ihsanul Irfan
dr. Ervie Audia Munthe
dr. Anna Marthea Veronicha dr.
Ashari Mohpul
Silvani Permatasari, SPd, M.Biomed
Abi Bakring Balyas, SPd, M.Kes
Ravenalla Abdurrahman Al Hakim Sampurna Putra S., SKM, MPH
Arif Rahman Jabal, S.Si, M.Si
dr. Tisha Patricia, Sp.PK
drg. Shinta Nugrahini, S.KG., M.Biomed
Hanasia, S.Pd., M.Biomed drh. Rian Ka Praja,
S.KH., M.Biomed., Ph.D.
Oktaviani Naulita Turnip, S.Si., M.Biomed

Modul Keterampilan Medis Dasar 1 | FK UPR TA 2023/2024


Nisa Kartika Komara, S.Si., M.Biomed
Ysrafil, S.Farm., M.Biomed dr.
Ranintha br Surbakti, M.Ked(Neu)

KATA PENGANTAR

Sebagai calon tenaga medis, mahasiswa kedokteran tentu diharapkan memiliki kecakapan
dalam melakukan keterampilan klinis mendasar. Keterampilan klinis tersebut perlu dilatihkan
sejak awal hingga akhir pendidikan dokter secara berkesinambungan. Dalam melaksanakan
praktik, lulusan dokter harus menguasai keterampilan klinis untuk mendiagnosis maupun
melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan. Daftar Keterampilan Klinis yang telah direvisi
ini disusun pada lampiran Daftar Keterampilan Klinis SKDI 2012.

Modul Keterampilan Medis Dasar 1 (KMD 1) bertujuan agar mahasiswa kedokteran tahap
awal telah memiliki pengetahuan dan keterampilan klinis mendasar tahap 1 berupa kemampuan
komunikasi efektif, pengambilan darah vena dan pembuatan apusan darah tepi, penentuan
golongan darah, pemeriksaan vital sign, pemeriksaan reflex fisiologis, motoric dan sensibilitas,
pemeriksaan saraf cranialis, pemeriksaan muskuloskeletal, penilaian status gizi. Modul ini
diberikan pada semester 1, bobot 2 SKS, berlangsung selama 1 semester (termasuk ujian) dan
dilaksanakan bersamaan waktunya dalam setiap modul yang berjalan (Modul Humaniora,
Bioetik dan Keterampilan Belajar, Modul Dasar Biomedik dan Hemopoetik Limforetikuler,
Modul Fungsi Normal Neuromuskuloskeletal dan Organ Sensoris).

Meskipun tingkat pengetahuan dan keterampilan yang diberikan bersifat mendasar, namun
demikian sebagai mahasiswa kedokteran yang merupakan calon tenaga medis, keterampilan dan
pengetahuan tentang keterampilan klinis mendasar tahap 1 dapat menjadi nilai tambah bagi
perannya di masyarakat. Perlunya memberikan keterampilan klinis mendasar tahap 1 kepada
mahasiswa tahap awal akan menumbuhkan rasa percaya diri dengan perannya kelak sebagai
dokter di masyarakat. Praktik keterampilan klinis mendasar tahap 1 bertujuan memberikan
penghayatan dini tentang tugas profesi yang akan dijalani kelak sebagai seorang dokter.

Palangka Raya, Agustus 2023

TIM MODUL KETERAMPILAN MEDIS DASAR 1

Modul Keterampilan Medis Dasar 1 | FK UPR TA 2023/2024


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………… i


TIM PENYUSUN ……………………… ii
KATA PENGANTAR ……………………… iii
DAFTAR ISI ……………………… iv
BAB I. PENDAHULUAN ……………………… 1
1.1 Latar Belakang ……………………… 1
1.2 Tujuan Modul ……………………… 1
BAB II. MATERI DAN METODE ……………………… 2
PEMBELAJARAN
2.1 Materi Pembelajaran ……………………… 2
2.2 Metode Pembelajaran ……………………… 2
BAB III. EVALUASI ……………………… 5
3.1 Sistem Evaluasi ……………………… 5
3.2 Tata Tertib ……………………… 6
3.3 Evaluasi Program Pembelajaran ……………………… 7
BAB IV. PENGELOLA MODUL, NARASUMBER ……………………… 8
DAN REFERENSI
4.1 Pengelola Modul ……………………… 8
4.2 Narasumber ……………………… 8
4.3 Sumber Referensi ……………………… 9
4.4 Kelompok ……………………… 10
4.5 Jadwal/Matriks Kegiatan ……………………… 14
BAB V. KETERAMPILAN KOMUNIKASI ……………………… 20
BAB VI. KETERAMPILAN PEMERIKSAAN
TANDA VITAL ……………………… 35
BAB VII. KETERAMPILAN PEMERIKSAAN
REFLEKS, FUNGSI MOTORIS DAN FUNGSI
SENSORIS ……………………… 41
BAB VIII. KETERAMPILAN PEMERIKSAAN
SARAF KRANIAL ……………………… 56
BPKM Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA. 2023/2024

BAB IX. KETERAMPILAN PENGAMBILAN


DARAH UNTUK PEMERIKSAAN
LABORATORIUM ……………………… 77
BAB X. KETERAMPILAN PEMERIKSAAN
MUSKULOSKELETAL ……………………… 92
BAB XI. KETERAMPILAN PENILAIAN
STATUS GIZI ……………………… 122

BAB XII. PENUTUP ……………………… 142

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu kompetensi yang harus dicapai oleh mahasiswa kedokteran adalah
keterampilan klinis yang mencakup tingkat kemampuan 3 (shows): pernah melakukan atau
pernah menerapkan di bawah supervisi dan tingkat kemampuan 4 (does): mampu
melakukan secara mandiri. Keterampilan klinis dasar diperlukan oleh mahasiswa untuk
bekal sebagai dokter dalam menguasai keterampilan klinis untuk mendiagnosis maupun
melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan. Materi yang akan dipelajari meliputi
komunikasi efektif, pemeriksaan vital sign, pemeriksaan reflex fisiologis, motorik, dan
sensibilitas, pemeriksaan saraf kranialis, pemeriksaan muskuloskeletal, pengambilan darah
vena dan pembuatan apusan darah tepi, penentuan golongan darah, dan penilaian status gizi.
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 (KMD 1) akan dilaksanakan pada semester 1
dengan beban SKS yaitu 2 SKS. Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan
mampu melakukan keterampilan medis dasar tahap 1. Modul ini merupakan modul keilmuan

1
BPKM Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA. 2023/2024

keterampilan dasar yang akan dilanjutkan dengan Modul Keterampilan Medis Dasar 2
(KMD 2) pada semester berikutnya.

1.2 Tujuan Modul


1.2.1 Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan mampu melakukan
keterampilan medis dasar tahap 1.
1.2.2. Tujuan Khusus
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan
etika yang saling berkaitan, yaitu:
1) Komunikasi dengan pasien dan keluarganya
2) Pemeriksaan vital sign
3) Pemeriksaan refleks fisiologis, motorik, dan sensibilitas
4) Pemeriksaan saraf kranialis
5) Pemeriksaan muskuloskeletal (lokomotorik)
6) Pengambilan darah vena, pembuatan apusan darah tepi, dan penentuan golongan
darah
7) Penilaian status gizi
BAB II MATERI DAN METODE PEMBELAJARAN

2.1 Materi Pembelajaran


2.1.1 Kuliah Klasikal
Dalam modul ini akan diberikan pemahaman teori terkait prinsip dasar
pemeriksaanpemeriksaan yang akan dilakukan. Pemberian teori akan dilaksanakan
bersamaan dengan modul terkait pada semester berjalan. A. Etika Kedokteran dan
Humaniora
1) Teknik anamnesis umum
2) Keterampilan empati dan feed back
3) Keterampilan komunikasi (respon verbal dan non verbal, informed concent)
B. Ilmu Penyakit Dalam
1) Pemeriksaan vital sign
C. Ilmu Penyakit Saraf/Neurologi
1) Pemeriksaan sistem sensoris, motorik, dan refleks fisiologis
2) Pemeriksaan saraf kranial (bagian 1: N. I-VII, IX)

2
BPKM Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA. 2023/2024

3) Pemeriksaan saraf kranial (bagian 2: N. VIII, X, XI, XII)


D. Ilmu Bedah/Ortopedi
Pemeriksaan musculoskeletal (lokomotorik)
E. Patologi Klinik
1) Pengambilan darah vena
2) Pembuatan apusan darah
3) Penentuan golongan darah
F. Ilmu Gizi
Penilaian status gizi: menilai habitus, TB, BB, IMT, dan status gizi.

2.2. Metode Pembelajaran


2.2.1 Kuliah terdiri atas:
a. Kuliah pendahuluan modul. Kuliah ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara
umum (overview) mengenai modul Keterampilan Medis Dasar 1 (KMD 1). Kuliah ini
berdurasi selama 1×50 menit dan diberikan hanya sekali pada waktu awal modul KMD
1. Kuliah ini juga menjelaskan bagaimana cara belajar dan mencari sumber belajar di
modul ini.
b. Kuliah pengantar skill lab. Kuliah ini bertujuan memberi keterampilan klinis bagi
mahasiswa untuk mendapat penjelasan dan klarifikasi dari pakar terkait keterampilan
klinis yang ditentukan. Umpan balik dari mahasiswa dikumpulkan saat introduksi dan
setelah penyelenggaraan modul KMD 1 melalui sesi tatap muka. Waktu yang diberikan
adalah maksimal 2 x 50 menit.
2.2.2. Belajar Mandiri
Belajar Mandiri bertujuan agar mahasiswa dapat menguasai lingkup materi dengan
baik melalui cara belajar aktif dan mandiri. Mahasiswa diharapkan melaksanakan proses
belajar dengan tahapan sebagai berikut:
1) Mengkaji lingkup bahasan yang belum dikuasai dengan cara belajar mandiri,
membandingkan kemampuan diri dengan kemampuan yang dituntut dalam tujuan
modul.
2) Mencari dan memelajari bahan pelajaran yang sesuai dengan tujuan modul dengan cara
membaca bahan pustaka atau bertanya kepada narasumber. Bahan pustaka dapat berupa
handout, buku, majalah, CD ROM, atau informasi dari sumber terpercaya di internet.

3
BPKM Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA. 2023/2024

3) Melaksanakan aktualisasi konsep-konsep yang telah dipelajari dalam proses belajar


selanjutnya seperti diskusi dan praktik di laboratorium skill.
Kegiatan belajar mandiri akan dilakukan dengan jumlah total 50-60 jam.

2.2.3. Praktikum/ Skill Lab


Praktikum dilaksanakan di laboratorium skill sesuai jadwal kegiatan. Mahasiswa
dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 8-12 mahasiswa, yang diatur tersendiri
oleh pengelola modul. Setiap kelompok praktikum akan dibimbing oleh seorang tutor.
Panduan kegiatan praktikum dapat dilihat di buku Penuntun Praktikum modul yang terdiri
dari 2 kali pertemuan tutorial untuk setiap skill yaitu:
1) Pertemuan pertama:
a. Pembukaan oleh tutor (5 menit). Tutor menjelaskan keterampilan yang akan
diajarkan dan ilustrasi kasus terkait keterampilan.
b. Demonstrasi keterampilan oleh tutor (5 menit).
c. Mahasiswa berlatih melakukan keterampilan @10 menit. Mahasiswa lain
memperhatikan dan menilai keterampilan yang berlangsung (berdasarkan cheklist
peer review). Tutor mengamati.
d. Tutor memberikan umpan balik selama 3-5 menit untuk masing-masing mahasiswa.
2) Pertemuan kedua:
a. Pembukaan oleh tutor (5 menit). Tutor menjelaskan tujuan kegiatan.
b. Setiap mahasiswa memperagakan keterampilan @10 menit. Mahasiswa lain
memperhatikan dan menilai keterampilan yang berlangsung (berdasarkan cheklist).
Tutor mengamati latihan.
c. Tutor memberikan umpan balik selama 3-5 menit untuk masing-masing mahasiswa
dan memberi tanda tangan pada logbook mahasiswa.

4
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

BAB III EVALUASI

3.1 Sistem Evaluasi


Pada modul ini terdapat 2 jenis evaluasi yaitu evaluasi hasil belajar mahasiswa dan evaluasi
program pembelajaran.
3.1.1 Evaluasi hasil belajar Mahasiswa A.
Penilaian terdiri atau unsur:
1. Formatif
2. Prasyarat ujian :
❖ Kehadiran di skill lab : 100%
❖ Etika pada skill lab : sufficient (berbasis checklist)
3. Sumatif, terdiri atas: pretest, postest, dan ujian OSCE (Objective Structured
Clinical Examination)
❖ Nilai batas lulus (NBL) OSCE setiap keterampilan = 70 ❖ Nilai akhir modul :
▪ 80% nilai OSCE
▪ 10% nilai pretest
▪ 10% nilai postest
B. Standar Penilaian
Standar penilaian menggunakan PAP/criterion-reference dengan nilai patokan
berdasarkan aturan institusi, yakni:
No Nilai Bobot
Kisaran Nilai
1 A 4.0 80 – 100
2 B+ 3.5 75 – 79,99
3 B 3.0 70 – 74,99
4 C+ 2.5 65 – 69,99
5 C 2.0 60 – 64,99
6 D 1.0 50 – 59,99
7 E 0 0 – 49,99

Nilai Batas Lulus Modul = B

3.1.2 Remediasi
Jika nilai OSCE mahasiswa berada di bawah NBL Ujian OSCE (< 70) untuk tiap
station maka dilakukan 1 kali remedial di minggu remedial pada akhir semester dengan
ketentuan:

5
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

1. Nilai hasil remediasi untuk setiap station keterampilan dalam OSCE adalah maksimal
70. Nilai OSCE setiap station akan diakumulasikan dan diambil rata-rata sebagai nilai
akhir OSCE dan akan digabungkan dengan nilai pretes dan postes.
2. Apabila setelah remediasi I, nilai akhir modul masih berada di bawah nilai batas lulus
modul, maka mahasiswa diwajibkan mengulang modul.
3. Mahasiswa yang dapat mengikuti remedial OSCE adalah mahasiswa yang nilai OSCE
dibawah NBL, memenuhi syarat kehadiran 100%, tidak melakukan pelanggaran pada
saat ujian maupun praktek harian.

3.2 Tata Tertib


a) Mahasiswa wajib mengikuti seluruh proses kegiatan skill lab 100%.
b) Kelompok KMD 1 menyesuaikan dengan kelompok modul semester 1 (kurikulum 2015)
yang sedang berjalan.
c) Ketidakhadiran hanya diperkenankan apabila:
• sakit yang dibuktikan dengan surat keterangan sakit dari Dokter
• mendapat musibah kematian keluarga inti dengan surat keterangan dari orang
tua/wali
• mendapat tugas dari Fakultas/Universitas dengan surat keterangan dari Ketua
Program Studi/Pembantu Dekan/Dekan/Rektor
d) Apabila tidak hadir dengan alasan yang tidak jelas pada saat skill lab./ujian skill lab
maka akan mendapat nilai nol (0).
e) Apabila tidak hadir dengan alasan seperti point (c) pada saat skill lab/ujian wajib
mengganti waktu skill lab/ujian dengan ketentuan administrasi yang telah ditetapkan
oleh Medical Education Unit (MEU)
f) Bagi mahasiswa yang tidak hadir dengan alasan seperti pada poin (c) maka wajib segera
melapor ke bagian/lab/MEU pada saat hadir kembali ke kampus dan penggantian jadwal
skill lab harus segera dilaksanakan secepatnya maksimal 3 hari setelah masuk kembali.
g) Pada saat ujian mahasiswa harus sudah hadir 30 menit sebelum ujian dilaksanakan
sesuai jadual.
h) Bagi mahasiswa yang terlambat hadir pada saat ujian maksimal 10 menit maka tidak
akan diperkenankan ikut ujian.
i) Mahasiswa wajib mengenakan jas lab bersih dan sesuai dengan nama masing-masing.

6
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

j) Remedial ujian tulis dan skill lab hanya ditujukan bagi mahasiswa yang mendapat nilai
di bawah ketentuan dan secara administratif tidak ada pelanggaran (kehadiran dan/atau
etika).
k) Bagi mahasiswa yang melanggar ketentuan administratif dan etika maka dinyatakan
tidak lulus modul dan wajib mengulang pada tahun-tahun berikutnya.

3.3 Evaluasi Program Pembelajaran


• Tingkat kelulusan : 100 %
• Kualitas kelulusan : IP rata-rata mahasiswa dalam modul 2,75
• Kehadiran tutor : 100%
• Kepuasan mahasiswa terhadap kegiatan modul : 80%

7
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

BAB IV PENGELOLA MODUL, NARASUMBER,


REFERENSI, DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Pengelola Modul


Pengelola Modul terdiri atas :
A. Penyusun Modul
Koordinator : Farah Fauziyah Radhiyatulqalbi Ahmad, S.Ked., M.Biomed.
Sekretaris : dr. Angeline Novia Toemon, M.Imun
Sekretariat : Ika Priskila, S. Pd
B. Pelaksana Modul
Tutor :
1. dr. Angeline Novia Toemon, M.Imun
2. Dr. dr. Natalia Sri Martani, M.Si
3. Dr. dr. Nawan, M.Ked.Trop.
4. dr. Septi Handayani, M.Si
5. dr. Astrid Teresa, Sp.KK
6. dr. Dian Mutiasari, M.Kes
7. dr. Agnes Imanuella Toemon, M.Imun, Sp.ParK
8. dr. Margaretha Yayu Indah Anugrahny, Sp.THT-KL
9. Dr. dr. Rina Amalia Coramina Saragih, M.Ked(Ped)., Sp.A(K)
10. dr. Ranintha Br. Surbakti, M.Ked(Neu)., Sp.S
11. dr. Nita Martha Hardianty
12. dr. Ni Ketut Adhi
13. dr. Karina Lucia Indriani
14. Farah Fauziyah Radhiyatulqalbi Ahmad. S. Ked., M. Biomed.
4.2 Narasumber
No Materi Narasumber
1 Keterampilan Dr. dr. Nawan, M.Ked.Trop.
Komunikasi dr. Agnes Immanuella Toemon, Sp.ParK
2 Keterampilan dr. Astrid Teresa, Sp.KK
Pemeriksaan Tanda Vital Farah Fauziyah Radhiyatulqalbi Ahmad. S.
Ked.,M. Biomed.

8
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Keterampilan dr. Nita Martha Hardianty


3 Pengambilan Darah dr. Tisha Patricia, Sp.PK
Untuk Pemeriksaan
Laboratorium
4 dr. Margaretha Yayu Indah Anugrahny, Sp.THT
Keterampilan Penilaian
Dr. dr. Rina Amalia Coramina Saragih,
Status Gizi
M.Ked(Ped)., Sp.A(K)
5 Keterampilan dr. Angeline Novia Toemon, M.Imun dr.
Pemeriksaan Refleks, Ranintha Br. Surbakti, M.Ked(Neu)., Sp.S
Fungsi Motorik dan
Fungsi Sensoris
6 Keterampilan dr. Septi Handayani, M.Si dr.
Pemeriksaan Karina Lucia Indriani
Muskuloskeletal
7 Keterampilan dr. Dian Mutiasari, M.Kes Dr. dr.
Pemeriksaan Saraf Natalia Sri Martani, M.Si
Kranial

4.3 Sumber Referensi

1) Gardner et al. 1963. Anatomy: A regional study of human structure. 2nd


ed.WB.Saunders, Philadelphia.
2) Williams, PT et al., 1989. Gray’s Anatomy 37th ed. Churchill Livingston, London.
3) Fox IS. Human Physiology 6th Edition. Iowa: WB Communication, 1999
4) Taylor, A.N. Sobotta, Atlas of Human Anatomy. English ed. Edisike, 1996.
5) Supariasa, Bakri B, Fajar I. Penilaian Status Gizi. Penerbit EGC. Jakarta 2002:26-86
6) Bickley, Lynn S and Szilagyi, Peter G.. 2003. Bate’s Guide to Physical Examination and
History Taking 8thed. Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia
7) Gleadle, Jonathan. 2003. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Alih bahasa: Rahmalia,
Annisa, Penerbit Erlangga. Jakarta
8) Graham Douglas, Fiona Nicol, Colin Robertson 2005. Macleod’s Clinical examination
11thed. Churchill. Livingstone.
9) Sidharta, Priguna. 2004. Neurologi klinis dalam praktek umum. Dian Rakyat. Jakarta.
10) Sidharta, Priguna. 1999. Tata pemeriksaan klinis dalam neurologi. Dian Rakyat. Jakarta.
11) Brown, barbara A. (1973) Priciples and procedures, p. 66 – 72, Lea and Febiger,
Philadelphia.

9
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

12) Evatt, Bl., Lewis, SM., Lothe, F., and McArthur, JR. (1983) Anemia Fundamental
diagnostic hematology, WHO. P. 74 – 77 Geneve.
13) Dacie, JV., and Lewis, SM. (1985) Practical hematology, 6th .Ed. p. 39 – 41 Churchill
Livingstone, New York.
14) Dacie, J.V. and Lewis, S.M. (1985) Pratical hematology, 6th .ed.p. 339 - 342, 358 –
360, 362 – 365, Churchill Livingstone, New York..
15) Miale, JB. (9172) : Laboratory medicine : hematology, 4th. Ed., p. 1253 – 1256, Mosby
Saint Louis.
16) Anonim, (9169) Blood group and antibodies as applied to the ABO and Rh system.
Ortho-diagnostic System new Jersey.
17) Gandasoebrata, R. (1985) Penuntun laboratorium Klinik, cetakan kelima, hal. 111, P.T.
Dian rakyat, Jakarta.

4.4 Kelompok
Kelas A
Kelompok :1
1 2330108010001 ALMA VIDYA SHOLIHAH
MADELUH PARASBETARIKINASIH
2 2330108010002
SUKAJAYA
REVALENCY MICHAELA
3 2330108010003
EDFRANKA
4 2330108010004 CHERLIN HENSU GRACIA
5 2330108010005 YUNI ARTA TAMBUN
6 2330108010006 CRIVEN HALIEM
7 2330108010007 ANGEL CAROLINE
8 2330108010008 JESSICA NATHALIE PUTRI

Kelompok :2
1 2330108010009 ABEL CHRISTIAN PERDANA
2 2330108010010 ARETA CALLISTA WARDHANI
3 2330108010011 AMARTAVIA IRENA MONTHY
4 2330108010012 TARRA AULIAZAR
THEOFANY CHRISTIAN PUTRA
5 2330108010013
SUSILO
6 2330108010014 CHRISTINA ADELIN ALEXANDRA
7 2330108010015 AGUSTA RIANI SANGEN
8 223010801017 YOGI PRASETYO

10
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Kelompok :3
1 2330108010016 CINDHY THERESIA AMELIA YOSA
2 2330108010017 PRASAMYA ADIKARYA NUGRAHA
3 2330108010018 STELLA RACHEL ADELA
PARUNA KRISTI WINEYNI J.
4 2330108010019
NINDAN
5 2330108010020 INDAH DAMAYANTI SIMBOLON
6 2330108010021 SOPHIA GRACE NATALIA MUNTHE
7 2330108010022 SALSA PUTERI BRILLIAN

Kelompok :4
1 2330108010023 SRI ONILA INDRAWANI ZALUKHU
2 2330108010024 JEFFREY KENT WIJAYA
3 2330108010025 HELLENA AILEEN ELISYA W
4 2330108010026 CICI MEYRILIANI
5 2330108010027 IREN OLYSIA
6 2330108010028 MERY ENJELICA CRISTIN
7 2330108010029 WINDI WIDIASTUTI

Kelompok :5
1 2330208010030 MARTA MONIKA SIMAMORA
2 2330208010031 SIFRA KERENHAPUKH ALBERTHA
PUTERI NAZWA AMANDA
3 2330208010032
OCTAVIANI
4 2330208010033 WAHYU TRY AKBAR
5 2330208010034 FADNA NUR INTAN
6 2330208010035 RIZQY FAJAR SYAIKHUL AKMAL
7 2330208010036 DHEANDRA AVERINA CHRYSANTI

Kelompok :6
1 2330208010037 WULANNDARI ROSIKIN
2 2330208010038 LINTANG OKTARINA KINANTI
3 2330208010039 NAJWA RAHMAWATI
4 2330208010040 NABIHA LITUHAYU KANSA
5 2330208010041 METRI ELYSIA BANJARNAHOR
6 2330208010042 GUNAWAN MUHAMAD
7 2330208010043 VIDI PRIMA MIZAN

Kelompok :7
1 2330208010044 NATALIA PURBA

11
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

2 2330208010045 MUHAMMAD MUMTAZA ZAIRINDA


3 2330208010046 ADIB AL ARIF
4 2330208010047 NASYWA PUTRI RAHMADINA
5 2330208010048 ATANIA LOSA ELVINA
6 2330208010049 ATHA DAMARA ANGGITO MUSLIM
7 2330208010050 RISTA KHANSA YUGIFIA

Kelas B
Kelompok :1
EVITA MELISA FITRI SINTA DEWI
1 2330208010051
TAMPUBOLON
2 2330208010052 MIFTAQUL WARDA NUR LATIFA
3 2330208010053 IBRAHIM NUR HAQIQI
4 2330208010054 EILIZABET
5 2330208010055 TARUNI MARGARETH HARO
6 2330208010056 INGRID MARBUN
7 2330208010057 YAKOBUS PANJAITAN
8 2330208010058 GABRIEL KRISTIAN UJUNG

Kelompok :2
1 2330208010059 RENATA SESILIA GINTING
2 2330208010060 IKKO NORIKA
3 2330208010061 AGNES NATALIA SIBORO
4 2330208010062 AZHARUN NURMADANI
5 2330208010063 VINI MANURUNG
6 2330208010064 SAMULA DAYA ANUGRAH
7 2330208010065 CHELSEA ATMAJA SINUKABAN
IVANE AURELLIYA CHRISTY DEHEN
8 223010801081

Kelompok :3
1 2330208010066 NAILA DWI MUSYAFA
2 2330408010066 PILIRON YIKMA
3 2330308010067 MUHAMMAD NAUFAL PALINRUNGI
4 2330308010068 APOLARIS TOMIN SINAGA
5 2330308010069 KRISTIANA NOVARIN
6 2330308010070 LORIN OKTAVIANTO
7 2330308010071 INTAN WULANDARI

Kelompok :4
1 2330308010072 NUNGKY AZZAHRA

12
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

2 2330308010073 RIZKA NUR UTAMI HSB


3 2330308010074 ALENSVALENTKHA LETHUS UDA
4 2330308010075 FAIRUZ TSURAYA RAMADHANI
5 2330308010076 RIZKA ANDITA NUR RAHMI
6 2330308010077 DAMAR WIRA YUSFINDA
MAGISTRO YUDICIA DANIEL
7 2330308010078
DJABAN

Kelompok :5
1 2330308010079 ZAHWA AURELIA NAHDA
2 2330308010080 TRIA MEIDA RAHMAH
3 2330308010081 SALMA ZHAFIRA
4 2330308010082 MUHAMMAD RIZQI MAULANA
YOHANA CATHERINE DEBYOLA
5 2330308010083
PURBA
6 2330308010084 ANDREW SEBASTIAN NOVAN
7 2330308010085 YUSRIL HABIB

Kelompok :6
1 2330308010086 ANGELIA PUTRI TAMPUBOLON
2 2330308010087 VIGILIA NATALIA GANDENG
3 2330308010088 M. RIFKY ADITYA PRATAMA
4 2330308010089 REYNOLD
5 2330308010090 JESSIE LARISSA PATRICIA
6 2330308010091 NAOMI GRACIA SIMANJUNTAK
7 2330308010092 YUBELA NOVELIA

Kelompok :7
1 2330308010093 HAFIDZ AL-HAIKAM NOVIAWAN
2 2330308010094 JANE TIRTA LUDWINA
3 2330308010095 JHONAS DOLFIN GINTING
4 2330308010096 KEISHA DAVINA IRHASSYA
5 2330308010097 SALWA MAULIDA
6 2330308010099 KI AGENG MANGIR WANABAYA
7 2330308010098 AHMAD SANDIGA MUFADHAL

4.5 Jadwal/Matriks Kegiatan

Matriks Kegiatan Modul Keterampilan Medis Dasar 1 (1 September


2023-22 Desember 2023)

13
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Jumat, 1 September 2023

Waktu Materi/Kegiatan Narasumber Kelas A Narasumber Kelas B


08.00 – 09.00 Pengantar Modul Farah Fauziyah R. A. S.Ked., M.Biomed.
09.00 – 11.30 Keterampilan Komunikasi (Kelas Dr. dr. Nawan, M.Ked. dr. Agnes Immanuella
Besar) Trop. Toemon, Sp.ParK
11.30 – 13.00 ISHOMA

13.00 – 15.40 Keterampilan Komunikasi (Kelas Kecil Dr. dr. Nawan, M.Ked. dr. Agnes Immanuella
Kelompok 1) Trop. Toemon, Sp.ParK

Jumat, 8 September 2023

Waktu Kegiatan Narasumber kelas A Narasumber Kelas B


08.00 – 09.00 Belajar Mandiri - -
09.00 – 11.30 Keterampilan Pemeriksaan Tanda Farah Fauziyah dr. Astrid Teresa, Sp.KK
Vital (Kelas Besar) Radhiyatulqalbi Ahmad,
S.Ked., M.Biomed
11.30 – 13.00 ISHOMA

13.00 – 15.40 Keterampilan Komunikasi (Kelas Kecil Dr. dr. Nawan, M.Ked. dr. Agnes Immanuella
Kelompok 2) Trop. Toemon, Sp.ParK
Keterampilan Pemeriksaan Tanda Vital Farah Fauziyah dr. Astrid Teresa, Sp.KK
(Kelas Kecil Kelompok 1) Radhiyatulqalbi Ahmad,
S.Ked., M.Biomed

Jumat, 15 September 2023

Waktu Kegiatan Narasumber kelas A Narasumber Kelas B


08.00 – 09.00 Belajar Mandiri - -

09.00 – 11.30 Keterampilan Pengambilan Darah dr. Nita Martha dr. Tisha Patricia, Sp.PK
Untuk Pemeriksaan Laboratorium Hardianty
(Kelas besar)
11.30 – 13.00 ISHOMA

13.00 – 15.30 Keterampilan Komunikasi (Kelas Kecil Dr. dr. Nawan, M.Ked.
dr. Agnes Immanuella
Kelompok 3) Trop.
Toemon, Sp.ParK
Keterampilan Pemeriksaan Tanda Vital Farah Fauziyah dr. Astrid Teresa, Sp.KK
(Kelas Kecil Kelompok 2) Radhiyatulqalbi Ahmad,
S.Ked., M.Biomed

Keterampilan Pengambilan Darah dr. Nita Martha Hardianty dr. Tisha Patricia, Sp.PK
Untuk Pemeriksaan Laboratorium
(Kelas Kecil Kelompok 1)

14
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Jumat, 22 September 2023

Waktu Kegiatan Narasumber Kelas A Narasumber Kelas B


08.00 – 09.00 Belajar Mandiri - -
09.00 – 11.30 Keterampilan Komunikasi (Kelas Kecil Dr. dr. Nawan, M.Ked. dr. Agnes Immanuella
Kelompok 4) Trop. Toemon, Sp.ParK
Keterampilan Pemeriksaan Tanda Vital Farah Fauziyah dr. Astrid Teresa, Sp.KK
(Kelas Kecil Kelompok 3) Radhiyatulqalbi Ahmad,
S.Ked., M.Biomed
Keterampilan Pengambilan Darah dr. Nita Martha Hardianty dr. Tisha Patricia, Sp.PK
Untuk Pemeriksaan Laboratorium
(Kelas Kecil Kelompok 2)
11.30 – 13.00 ISHOMA

13.00 – 15.30 Keterampilan Komunikasi (Kelas Kecil Dr. dr. Nawan, M.Ked. dr. Agnes Immanuella
Kelompok 5) Trop. Toemon, Sp.ParK
Keterampilan Pemeriksaan Tanda Vital Farah Fauziyah dr. Astrid Teresa, Sp.KK
(Kelas Kecil Kelompok 4) Radhiyatulqalbi Ahmad,
S.Ked., M.Biomed
Keterampilan Pengambilan Darah dr. Nita Martha Hardianty dr. Tisha Patricia, Sp.PK
Untuk Pemeriksaan Laboratorium
(Kelas Kecil Kelompok 3)

Jumat, 29 September 2023

Waktu Kegiatan Narasumber Kelas A Narasumber Kelas B


08.00 – 09.00 Belajar Mandiri - -
09.00 – 11.30 Keterampilan Komunikasi (Kelas Kecil Dr. dr. Nawan, M.Ked. Trop. dr. Agnes Immanuella
Kelompok 6) Toemon, Sp.ParK
Keterampilan Pemeriksaan Tanda Vital Farah Fauziyah
(Kelas Kecil Kelompok 5) Radhiyatulqalbi Ahmad, dr. Astrid Teresa, Sp.KK
S.Ked., M.Biomed
Keterampilan Pengambilan Darah dr. Nita Martha Hardianty dr. Tisha Patricia, Sp.PK
Untuk Pemeriksaan Laboratorium
(Kelas Kecil Kelompok 4)
11.30 – 13.00 ISHOMA

13.00 – 15.30 Keterampilan Komunikasi (Kelas Kecil Dr. dr. Nawan, M.Ked. Trop. dr. Agnes Immanuella
Kelompok 7) Toemon, Sp.ParK
Keterampilan Pemeriksaan Tanda Vital Farah Fauziyah
(Kelas Kecil Kelompok 6) Radhiyatulqalbi Ahmad, dr. Astrid Teresa, Sp.KK
S.Ked., M.Biomed
Keterampilan Pengambilan Darah dr. Nita Martha Hardianty dr. Tisha Patricia, Sp.PK
Untuk Pemeriksaan Laboratorium
(Kelas Kecil Kelompok 5)

Jumat, 6 Oktober 2023

Waktu Kegiatan Narasumber Kelas A Narasumber Kelas B


08.00 – 09.00 Belajar Mandiri - -

15
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

09.00 – 11.30 Keterampilan Penilaian Status Gizi dr. Margaretha Yayu Dr. dr. Rina Amalia
(Kelas besar) Indah Anugrahny, Sp.THT Coramina Saragih,
M.Ked(Ped)., Sp.A(K)
11.30 – 13.00 ISHOMA

13.00 – 15.30 Keterampilan Pemeriksaan Tanda Vital Farah Fauziyah dr. Astrid Teresa, Sp.KK
(Kelas Kecil Kelompok 7) Radhiyatulqalbi Ahmad,
S.Ked., M.Biomed
Keterampilan Pengambilan Darah dr. Nita Martha Hardianty dr. Tisha Patricia, Sp.PK
Untuk Pemeriksaan Laboratorium (Kelas
Kecil Kelompok 6)
Keterampilan Penilaian Status Gizi dr. Margaretha Yayu Indah Dr. dr. Rina Amalia
(Kelas Kecil Kelompok 1) Anugrahny, Sp.THT Coramina Saragih,
M.Ked(Ped)., Sp.A(K)

Jumat, 13 Oktober 2023

Waktu Kegiatan Narasumber Kelas A Narasumber Kelas B


08.00 – 09.00 Belajar Mandiri - -
09.00 – 11.30 Keterampilan Pemeriksaan Refleks, dr. Angeline Novia dr. Ranintha Br.
Fungsi Motorik, dan Fungsi Sensorik Toemon, M.Imun Surbakti, M.Ked(Neu).,
(Kelas besar) Sp.S
11.30 – 13.00 ISHOMA

13.00 – 15.30 Keterampilan Pengambilan Darah Untuk dr. Nita Martha Hardianty dr. Tisha Patricia, Sp.PK
Pemeriksaan Laboratorium (Kelas Kecil
Kelompok 7)
Keterampilan Penilaian Status Gizi dr. Margaretha Yayu Indah Dr. dr. Rina Amalia
(Kelas Kecil Kelompok 2) Anugrahny, Sp.THT Coramina Saragih,
M.Ked(Ped)., Sp.A(K)
Keterampilan Pemeriksaan Refleks, dr. Angeline Novia dr. Ranintha Br. Surbakti,
Fungsi Motorik, dan Fungsi Sensorik Toemon, M.Imun M.Ked(Neu)., Sp.S
(Kelas Kecil Kelompok 1)

Jumat, 20 Oktober 2023

Waktu Kegiatan Narasumber Kelas A Narasumber Kelas B


08.00 – 09.00 Belajar Mandiri - -
09.00 – 11.30 Keterampilan Pemeriksaan dr. Septi Handayani, M.Si dr. Karina Lucia Indriani
Muskuloskeletal (Kelas besar)

11.30 – 13.00 ISHOMA

13.00 – 15.30 Keterampilan Penilaian Status Gizi dr. Margaretha Yayu Indah Dr. dr. Rina Amalia
(Kelas Kecil Kelompok 3) Anugrahny, Sp.THT Coramina Saragih,
M.Ked(Ped)., Sp.A(K)
Keterampilan Pemeriksaan Refleks, dr. Angeline Novia dr. Ranintha Br. Surbakti,
Fungsi Motorik, dan Fungsi Sensorik Toemon, M.Imun M.Ked(Neu)., Sp.S
(Kelas Kecil Kelompok 2)
Keterampilan Pemeriksaan dr. Septi Handayani, M.Si dr. Karina Lucia Indriani

16
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Muskuloskeletal (Kelas Kecil


Kelompok 1)

Jumat, 27 Oktober 2023

Waktu Kegiatan Narasumber Kelas A Narasumber Kelas B


08.00 – 09.00 Belajar Mandiri - -
09.00 – 11.30 Keterampilan Penilaian Status Gizi dr. Margaretha Yayu Indah Dr. dr. Rina Amalia
(Kelas Kecil Kelompok 4) Anugrahny, Sp.THT Coramina Saragih,
M.Ked(Ped)., Sp.A(K)
Keterampilan Pemeriksaan Refleks, dr. Angeline Novia dr. Ranintha Br. Surbakti,
Fungsi Motorik, dan Fungsi Sensorik Toemon, M.Imun M.Ked(Neu)., Sp.S
(Kelas Kecil Kelompok 3)
Keterampilan Pemeriksaan dr. Septi Handayani, M.Si dr. Karina Lucia Indriani
Muskuloskeletal (Kelas Kecil
Kelompok 2)
11.30 – 13.00 ISHOMA

13.00 – 15.30 Keterampilan Penilaian Status Gizi dr. Margaretha Yayu Indah Dr. dr. Rina Amalia
(Kelas Kecil Kelompok 5) Anugrahny, Sp.THT Coramina Saragih,
M.Ked(Ped)., Sp.A(K)
Keterampilan Pemeriksaan Refleks, dr. Angeline Novia dr. Ranintha Br. Surbakti,
Fungsi Motorik, dan Fungsi Sensorik Toemon, M.Imun M.Ked(Neu)., Sp.S
(Kelas Kecil Kelompok 4)
Keterampilan Pemeriksaan dr. Septi Handayani, M.Si dr. Karina Lucia Indriani
Muskuloskeletal (Kelas Kecil
Kelompok 3)

Jumat, 3 November 2023

Waktu Kegiatan Narasumber Kelas A Narasumber Kelas B


08.00 – 09.00 Belajar Mandiri - -
09.00 – 11.30 dr. Margaretha Yayu Indah Dr. dr. Rina Amalia
Keterampilan Penilaian Status Gizi
Anugrahny, Sp.THT Coramina Saragih,
(Kelas Kecil Kelompok 6)
M.Ked(Ped)., Sp.A(K)
Keterampilan Pemeriksaan Refleks, dr. Angeline Novia dr. Ranintha Br. Surbakti,
Fungsi Motorik, dan Fungsi Sensorik Toemon, M.Imun M.Ked(Neu)., Sp.S
(Kelas Kecil Kelompok 5)
Keterampilan Pemeriksaan dr. Septi Handayani, M.Si dr. Karina Lucia Indriani
Muskuloskeletal (Kelas Kecil
Kelompok 4)
11.30 – 13.00 ISHOMA

13.00 – 15.30 dr. Margaretha Yayu Indah Dr. dr. Rina Amalia
Keterampilan Penilaian Status Gizi
Anugrahny, Sp.THT Coramina Saragih,
(Kelas Kecil Kelompok 7)
M.Ked(Ped)., Sp.A(K)
Keterampilan Pemeriksaan Refleks, dr. Angeline Novia dr. Ranintha Br. Surbakti,
Fungsi Motorik, dan Fungsi Sensorik Toemon, M.Imun M.Ked(Neu)., Sp.S
(Kelas Kecil Kelompok 6)

17
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Keterampilan Pemeriksaan dr. Septi Handayani, M.Si dr. Karina Lucia Indriani
Muskuloskeletal (Kelas Kecil
Kelompok 5)

Jumat, 10 November 2023

Waktu Kegiatan Narasumber Kelas A Narasumber Kelas B


08.00 – 09.00 Belajar Mandiri - -
09.00 – 11.30 Keterampilan Pemeriksaan Saraf dr. Dian Mutiasari, Dr. dr. Natalia Sri Martani,
Kranial (Kelas besar) M.Kes M.Si

11.30 – 13.00 ISHOMA

13.00 – 15.30 Keterampilan Pemeriksaan Refleks, dr. Angeline Novia dr. Ranintha Br. Surbakti,
Fungsi Motorik, dan Fungsi Sensorik Toemon, M.Imun M.Ked(Neu)., Sp.S
(Kelas Kecil Kelompok 7)
Keterampilan Pemeriksaan dr. Septi Handayani, M.Si dr. Karina Lucia Indriani
Muskuloskeletal (Kelas Kecil
Kelompok 6)
Keterampilan Pemeriksaan Saraf dr. Dian Mutiasari, M.Kes Dr. dr. Natalia Sri Martani,
Kranial (Kelas Kecil Kelompok 1) M.Si

Jumat, 17 November 2023

Waktu Kegiatan Narasumber Kelas A Narasumber Kelas B


08.00 – 09.00 Belajar Mandiri - -
09.00 – 11.30 Keterampilan Pemeriksaan dr. Septi Handayani, M.Si dr. Karina Lucia Indriani
Muskuloskeletal (Kelas Kecil
Kelompok 7)
Keterampilan Pemeriksaan Saraf dr. Dian Mutiasari, M.Kes Dr. dr. Natalia Sri Martani,
Kranial (Kelas Kecil Kelompok 2) M.Si
11.30 – 13.00 ISHOMA

13.00 – 15.30 Keterampilan Pemeriksaan Saraf dr. Dian Mutiasari, M.Kes Dr. dr. Natalia Sri Martani,
Kranial (Kelas Kecil Kelompok 3) M.Si

Jumat, 24 November 2022

Waktu Kegiatan Narasumber Kelas A Narasumber Kelas B


08.00 – 09.00 Belajar Mandiri - -
09.00 – 11.30 Keterampilan Pemeriksaan Saraf dr. Dian Mutiasari, M.Kes Dr. dr. Natalia Sri Martani,
Kranial (Kelas Kecil Kelompok 4) M.Si
11.30 – 13.00 ISHOMA

13.00 – 15.30 Keterampilan Pemeriksaan Saraf dr. Dian Mutiasari, M.Kes Dr. dr. Natalia Sri Martani,
Kranial (Kelas Kecil Kelompok 5) M.Si

18
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Jumat, 8 Desember 2022

Waktu Kegiatan Narasumber Kelas A Narasumber Kelas B

08.00 – 15.00 Belajar Mandiri

Senin, 11 Desember 2023 – 22 Desember 2023

Waktu Kegiatan Penguji Kelas A Penguji Kelas B


08.00 – 15.00 Ujian KMD 1

19
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

BAB V KETERAMPILAN KOMUNIKASI

5.1 Pendahuluan

Komunikasi dokter-pasien merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai


dokter. Kompetensi komunikasi menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian
masalah kesehatan pasien. Selama ini kompetensi komunikasi dapat dikatakan terabaikan,
baik dalam pendidikan maupun dalam praktik kedokteran.
Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien/keluarga pasien akan melahirkan suatu
hubungan yang baik pula. Kita harus menempatkan pasien sebagai orang yang paling penting
dalam ruangan pemeriksaan sehingga harus betul-betul diperhatikan dan didengarkan.
Kerahasiaan dan privacy pasien baik data-data yang dikatakan maupun didapatkan dari
pemeriksaan pasien harus benar-benar dijaga. Untuk pasien tertentu terutama yang akan
dilakukan suatu pemeriksaan fisik yang lebih detail sebaiknya pada saat pemeriksaan
didampingi oleh perawat atau orang lain yang memang berkompeten. Perawat atau orang
yang mendampingi sebisa mungkin berjenis kelamin yang sama dengan pasien terutama jika
pasien perempuan. Untuk itu, kondisi yang membuat pasien merasa nyaman harus diciptakan
agar dia memberikan keterangan yang akurat sesuai dengan yang diharapkan dokter atau
pemeriksa.
Dalam berkomunikasi pergunakan bahasa yang lazim digunakan di daerah tersebut
atau bahasa yang paling difahami oleh pasien, kalau perlu dapat menggunakan penterjemah.
Selain itu, harus dihindari sesuatu yag bisa menjadi penghalang misalnya meja yang terlalu
besar atau monitor komputer yang akan menghalangi kelancaran komunikasi antara dokter
dan pasien. Kontak mata dilakukan pada awal anamnesis dan kemudian dilakukan pada
interval-interval tertentu. Jangan melakukan kontak mata terusmenerus, karena pasien
mungkin akan merasa terganggu atau terintimidasi. Mempertahankan kontak mata dengan
pasien, untuk menunjukkan bahwa dokter memberikan perhatian penuh kepada pasien.
Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh kedua
pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan bahwa mengembangkan komunikasi
dengan pasien hanya akan menyita waktu dokter, tampaknya harus diluruskan. Bila dokter
dapat membangun hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya, banyak hal-hal
negatif dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dan
keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter.
20
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

5.2 Tujuan
Setelah mengikuti kegiatan ini mahasiswa diharap mampu melakukan komunikasi
yang efektif.

5.3 Keterampilan komunikasi (efektif, feedback, dan empati)


a) Memulai Komunikasi Dengan Salam
Dalam memulai komunikasi sebaiknya selalu dimulai dengan salam dan
memperkenalkan diri. Pada saat bertemu dengan pasien atau pada saat seorang pasien masuk
ke ruang praktek atau tempat pemeriksaan, langkah-langkah yang dilakukan adalah:
1. Mempersilahkan masuk atau duduk pada pasien : “Silahkan masuk, Pak !” atau
“Silahkan duduk, Bu !”
2. Setelah pasien masuk/duduk, ucapkan salam dan sebaiknya jabat tangan pasien agar
tercipta suasana akrab dan mengurangi ketegangan. Salam dapat diucapkan dalam
“Assalamu alaikum, Pak!”, “Selamat pagi”, “Selamat siang”, atau “Selamat malam”
tergantung situasi.
3. Perkenalkan nama dengan jelas “Saya Dokter Dewi” atau “Saya Dokter Muda Andre”
(pada saat masih coass). Memperkenalkan nama dapat dilakukan sambil bersalaman
dengan pasien.
4. Merperkenalkan nama dapat juga dengan: “Saya Dokter Muda Andre yang ditugaskan
supervisor/pembimbing saya Dokter Maqbul, Sp.PD untuk menanyakan beberapa hal
yang berguna untuk menentukan bagaimana kami bisa membantu Bapak/Ibu kalau
Bapak/Ibu tidak keberatan” atau “Saya Dokter Anti yang akan merawat Bapak/Ibu selama
disini”.
5. Pada saat memperkenalkan diri lakukan dengan berhadapan dan melakukan kontak mata
dengan pasien dan selalu tersenyum serta tidak mengalihkan pandangan ke tempat lain
atau sibuk dengan hal-hal lain.
6. Persiapkan alat-alat atau bahan seperti alat tulis yang akan digunakan untuk mencatat
data-data pasien termasuk identitas, keluhan, serta hal-hal lain yang terkait dengan pasien.

b) Empati

21
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan melahirkan
kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya menciptakan satu kata
tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati itu sendiri dapat dikembangkan apabila dokter
memiliki ketrampilan mendengar dan berbicara yang keduanya dapat dipelajari dan dilatih.
Carma L. Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang Emphatic Communication in
Physician-Patient Encounter (2002), menyatakan betapa pentingnya empati ini
dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati disusun dalam batasan definisi berikut:
(1) Kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien (a physician
cognitive capacity to understand patient’s needs),
(2) Menunjukkan afektifitas/sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien (an affective
sensitivity to patient’s feelings),
(3) Kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan/menyampaikan empatinya kepada
pasien (a behavioral ability to convey empathy to patient).
Sementara, Bylund & Makoul (2002) mengembangkan 6 tingkat empati yang
dikodekan dalam suatu sistem (The Empathy Communication Coding System (ECCS)
Levels). Berikut adalah contoh aplikasi empati tersebut: ❖ Level 0: Dokter menolak sudut
pandang pasien
• Mengacuhkan pendapat pasien
• Membuat pernyataan yang tidak menyetujui pendapat pasien seperti “Kalau stress
ya, mengapa datang ke sini?” Atau “Ya, lebih baik operasi saja sekarang.”
❖ Level 1: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara sambil lalu

“A ha”, tapi dokter mengerjakan hal lain: menulis, membalikkan badan, menyiapkan
alat, dan lain-lain
❖ Level 2: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit
• Pasien, “Pusing saya ini membuat saya sulit bekerja”
• Dokter, “Ya...? Bagaimana bisnis Anda akhir-akhir ini? ❖ Level 3:
Dokter menghargai pendapat pasien

• “Anda bilang Anda sangat stres datang ke sini? Apa Anda mau
menceritakan lebih jauh apa yang membuat Anda stres?”
❖ Level 4: Dokter mengkonfirmasi kepada pasien

22
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

“Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa besar usaha Anda untuk

menyempatkan berolah raga”


❖ Level 5: Dokter berbagi perasaan dan pengalaman (sharing feelings and experience)
dengan pasien.
• “Ya, saya mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan Anda berdua. Beberapa pasien
pernah mengalami aborsi spontan, kemudian setelah kehamilan berikutnya mereka
sangat, sangat, khawatir”
Empati pada level 3 sampai 5 merupakan pengenalan dokter terhadap sudut pandang
pasien tentang penyakitnya, secara eksplisit.
Empati dapat juga diartikan seseorang menghargai, mengerti, dan menerima situasi
emosional seseorang tanpa ikut terlibat dalam perasaan atau suasana emosi seseorang.
Komunikasi yang dibangun dengan saling pengertian akan sangat membantu dan sangat
berarti dalam komunikasi antara dokter dan pasien. Perilaku nonverbal seperti mimik wajah
terkadang mengkomunikasikan empati lebih efektif daripada kata-kata. Terdapat dua
komponen komunikaasi empatik yaitu refleksi dan legitimasi. Refleksi berarti dokter
menggambarkan atau mampu merasakan ekspresi emosi pasien misalnya dengan berkata
pada pasien yang kelihatan sedih : “Anda terlihat sangat sedih” atau “Saya tahu masalah
ini berat bagi Anda”. Legitimasi atau validasi (sahih) lebih menunjukkan bahwa dokter
memberikan suatu keyakinan bahwa emosi pasien dapat diterima dan dimengerti oleh dokter.
Dalam hal ini mengindikasikan adanya suatu intervensi yang secara spesifik mengungkapkan
penerimaan dan penghargaan atau respek pada pengalaman emosional pasien. Ini dapat
digambarkan dengan pernyataan validasi seperti :
• Dokter : “Saya sangat mengerti mengapa Anda merasa cemas atas rasa sakit pada dada
sebelah kiri Anda” atau “Siapapun juga akan merasakan hal yang sama jika
menghadapi kondisi seperti yang Anda alami”.
Contoh sikap empati seorang dokter dapat juga ditunjukkan ketika menerima pasien:
• Menilai suasana hati lawan bicara apakah sedang marah, sedih, gembira, atau gelisah.
• Memperhatikan sikap non-verbal (raut wajah/mimik, gerak/bahasa tubuh) pasien pada
saat berbicara.
• Menatap mata pasien secara profesional yang lebih terkait dengan makna menunjukkan
perhatian dan kesungguhan mendengarkan.

23
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

• Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa melakukan interupsi yang tidak perlu.
• Apabila pasien marah, menangis, takut, dan sebagainya maka dokter tetap menunjukkan
raut wajah dan sikap yang tenang.
• Melibatkan pasien dalam rencana tindakan medis selanjutnya atau pengambilan
keputusan.

c) Umpan Balik
Teknik bertanya, mendengar, dan memberikan balikan (feed back) merupakan salah
satu sesi yang penting. Di dalam komunikasi dokter-pasien, ada dua sesi yaitu pengumpulan
informasi yang di dalamnya terdapat proses anamnesis, dan sesi penyampaian informasi.
Sesi anamnesis dan sesi penyampaian informasi akan dipelajari dalam keterampilan semester
berikut. Teknik bertanya dan mendengarkan serta memberikan balikan (feedback)
merupakan bagian dari sesi penggalian informasi. Tanpa penggalian informasi yang akurat,
dokter dapat terjerumus ke dalam sesi penyampaian informasi (termasuk nasihat, sugesti atau
motivasi dan konseling) secara prematur. Akibatnya pasien tidak melakukan sesuai anjuran
dokter.
Dalam dunia kedokteran, model proses komunikasi pada sesi penggalian informasi
telah dikembangkan oleh Van Dalen (2005) dan digambarkan dalam sebuah model yang
sangat sederhana dan aplikatif.

• Kotak 1:
Pasien memimpin pembicaraan melalui pertanyaan terbuka yang dikemukakan oleh
dokter (Patient takes the lead through open ended question by the doctor)
• Kotak 2 :
Dokter memimpin pembicaraan melalui pertanyaan tertutup/terstruktur yang telah
disusunnya sendiri (Doctors takes the lead through closed question by the doctor).
• Kotak 3 :
Kesepakatan apa yang harus dan akan dilakukan berdasarkan negosiasi kedua belah
pihak (Negotiating agenda by both).

24
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Sesi penggalian informasi terdiri dari:


1) Mengenali alasan kedatangan pasien.
Dalam hal ini belum tentu keluhan utama secara medis (Silverman, 1998). Inilah yang
disebut dalam kotak pertama model Van Dalen (2005). Pasien menceritakan keluhan atau
apa yang dirasakan sesuai sudut pandangnya (illness perspective). Pasien berada pada posisi
sebagai orang yang paling tahu tentang dirinya karena mengalaminya sendiri. Sesi ini akan
berhasil apabila dokter mampu menjadi pendengar yang aktif (active listerner). Pendengar
yang aktif adalah fasilitator yang baik sehingga pasien dapat mengungkapkan kepentingan,
harapan, kecemasannya secara terbuka dan jujur. Hal ini akan membantu dokter dalam
menggali riwayat kesehatannya yang merupakan data-data penting untuk menegakkan
diagnosis.
2) Penggalian riwayat penyakit (Van Thiel, 2000).
Penggalian riwayat penyakit (anamnesis) dapat dilakukan melalui
pertanyaanpertanyaan terbuka dahulu, yang kemudian diikuti pertanyaan tertutup yang
membutuhkan jawaban ”ya” atau ”tidak”. Inilah yang dimaksud dalam kotak kedua dalam
model Van Dalen (2005). Dokter sebagai seorang yang ahli, akan menggali riwayat
kesehatan pasien sesuai kepentingan medis (disease perspective).
Selama proses ini, fasilitasi terus dilakukan agar pasien mengungkapkan keluhannya
dengan terbuka, serta proses negosiasi saat dokter hendak melakukan komunikasi satu arah
maupun rencana tindakan medis.
Pertanyaan-pertanyaan terbuka yang dapat ditanyakan :
- Bagaimana pusing tersebut Anda rasakan, dapat diceritakan lebih jauh?
- Menurut Anda pusing tersebut reda bila Anda melakukan sesuatu, meminum obat
tertentu, atau bagaimana menurut Anda?
Sedangkan pertanyaan tertutup yang merupakan inti dari anamnesis meliputi:
- Eksplorasi terhadap riwayat penyakit dahulu
- Eksplorasi terhadap riwayat penyakit keluarga
- Eksplorasi terhadap riwayat penyakit sekarang, contoh menggunakan pedoman
Macleod’s clinical examination seperti disebutkan dalam Kurtz (1998) Macleod’s
clinical examination:
- Sampai di bagian tubuh mana hal tersebut dirasakan? (radiation)

25
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

- Bagaimana karakteristik dari nyerinya, berdenyut-denyut? Hilang timbul? Nyeri terus


menerus? (character)
- Nyeri? Amat nyeri? Sampai tidak dapat melakukan kegiatan mengajar? (severity) ▪
Berapa lama nyeri berlangsung? Sebentar? Berjam-jam? Berhari-hari? (duration)
▪ Setiap waktu tertentu nyeri tersebut dirasakan? Berulang-ulang? Tidak tentu?
(frequency)
▪ Apa yang membuatnya reda? Apa yang membuatnya kumat? Saat istirahat? Ketika
kerja? Sewaktu minum obat tertentu? (aggravating and relieving factors)
▪ Adakah keluhan lain yang menyertainya? (associated phenomenon)
3) Sesi mendengar
Dalam hal mendengarkan apa-apa yang disampaikan pasien selama anamnesis atau
sesi penggalian informasi dari pasien maka hal-hal yang diperhatikan dan dilakukan adalah:
• Merperhatikan gaya komunikasi pasien; ada yang senang bicara sedikit dan lebih banyak
menjadi pendengar; hanya bicara bila ditanya; disertai humor (suka melucu); meledak-
ledak (penuh semangat, bersuara keras); bersuara pelan; malu berbicara di depan publik
(demam panggung); pintar (banyak teori); komentator (suka 'nyeletuk'); suka mengejek;
praktis (tidak suka teori); negatif (pesimis); optimis.
• Menggunakan beberapa macam teknik mendengarkan yang disesuaikan dengan gaya
komunikasi pasien yaitu :
- Membahasakan Kembali (Paraphrasing) untuk menenangkan dan membuat pasien
paham bahwa ucapannya dimengerti orang lain, Terutama digunakan untuk
menanggapi jawaban yang berbelit dan membingungkan.
- Menarik Keluar (Drawing people out) untuk jawaban warga kurang lengkap dan
bila pasien mengalami kesulitan menjelaskan gagasan atau keluhannya.
- Memantulkan (Mirroring) dengan mengulang pernyataan pasien untuk meyakinkan
pasien bahwa dokter mendengarkan ucapannya.
- Mengembalikan arah pembicaraan jika pasien menjelaskan terlalu melenceng dari
masalah.
- Membuka ruangan atau kesempatan bagi pasien untuk mengungkapkan
masalahnya seluas-luasnya.
- Diam Sejenak (Intentional Silence) dengan berhenti bicara selama beberapa detik.
Dan menunggu sejenak agar pasien menemukan apa yang ingin ia katakan.

26
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

- Menemukan kesamaan pemikiran dasar antara pasien dan dokter sehingga


terbentuk persepsi yang sama antara dokter dan pasien tentang masalah yang
dihadapi pasien.
• Perhatikan seluruh hal yang dikatakan oleh pasien dengan seksama dan serius dan
menjadi pendengar yang baik terhadap keluhan pasien.
• Menunjukkan ekspresi atau empati terhadap masalah yang dihadapi pasien.
• Tidak mengerjakan hal-hal lain seperti menelpon saat anamnesis.
• Dokter diharapkan bisa memilah informasi yang penting dan mencatat hal-hal tersebut
untuk kemudian dibuat suatu resume nantinya.
• Tidak melakukan interupsi jika tidak diperlukan.
• Sekali-sekali dapat memberikan tanggapan atau komentar jika dirasa perlu atau untuk
lebih memperjelas keterangan yang diberikan pasien.
4) Sesi memberikan balikan (Feedback)
Memberikan balikan merupakan suatu proses yang menjadi bagian dari proses
mendengarkan. Memberikan balikan dengan baik baru dapat terlaksana jika dokter
memdengarkan dan memperhatikan apa-apa yang disampaikan oleh pasien maupun sikap
dan bahasa nonverbal pasien. Memberikan balikan dapat dilakukan dengan cara menguatkan
pernyataan pasien (positive feedback) atau membantah pasien (negative feedback). Dalam
proses ini perlu diperhatikan beberapa hal :
• Dalam memberikan balikan harus menggunakan bahasa yang halus dan tidak
menimbulkan perasaan dihakimi bagi pasien.
• Dilakukan setelah pasien selesai menyampaikan pendapat dan tidak menginterupsi
pernyataan pasien.
• Tidak berlebih-lebihan.
• Memberikan tanggapan yang dapat dimengerti pasien.
• Dilakukan dengan jujur dan diharapkan dapat memberikan rasa nyaman dan pengertian
yang lebih dari pasien tentang kondisinya.

5.5 Keterampilan Komunikasi dalam Anamnesis


Keterampilan komunikasi merupakan keterampilan yang sangat penting dimiliki oleh
dokter dalam tugasnya mengumpulkan informasi dari pasien atau keluarga pasien.

27
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Dengan komunikasi yang dilakukan dengan cepat, sederhana, dan efektif, akan diperoleh
informasi yang akurat.
Membangun hubungan dokter dan pasien adalah tahap komunikasi yang harus
diciptakan lebih dahulu, agar hal-hal yang menghambat kelancaran proses komunikasi dapat
dihindari. Dengan terciptanya hubungan antara dokter dan pasien/keluarga pasien, maka
pasien/keluarga pasien akan merasa senang dan bebas menjawab pertanyaan yang diajukan
dokter. Pasien/keluarga pasien akan menjawab dengan lancar dan akurat, sehingga diperoleh
informasi yang sebenarnya. Langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh dokter untuk
membangun hubungan dokter-pasien adalah:
1) Mengucapkan salam pada saat pasien masuk ke ruang praktek. Biasanya salam yang
diucapkan berupa “Selamat pagi.” atau “Selamat siang.” ataupun “Selamat malam”,
tergantung situasi.
2) Memperkenalkan diri kepada pasien: “Saya Dokter Anna.” atau “Saya Dokter Tony.”
3) Mendengarkan secara aktif, misalnya dengan memberikan respon verbal (“Ya, saya
mengerti.” atau “Ooo, begitu.” atau “Ya, anda benar”.) atau non-verbal (menganggukkan
kepala).
4) Memberikan kesempatan pasien untuk menyampaikan keluhan dan tidak memotong
pembicaraan pasien. Adakalanya pasien berbicara terus-menerus sampai kepada halhal
yang tidak berhubungan dengan penyakitnya, pada saat seperti ini dokter harus
mengalihkan kembali pasien ke topik pembicaraan yang berkaitan dengan keluhannya.
5) Menggunakan bahasa yang bisa dipahami pasien. Bahasa yang digunakan disesuaikan
dengan usia, bahasa ibu, dan tingkat pendidikan pasien. Jangan menggunakan
istilahistilah medis, gunakanlah istilah-istilah padanannya dalam bahasa sehari-hari.
6) Mempertahankan kontak mata dengan pasien, untuk menunjukkan bahwa dokter
memberikan perhatian penuh kepada pasien. Kontak mata dilakukan pada awal
anamnesis dan kemudian dilakukan pada interval-interval tertentu. Jangan melakukan
kontak mata terus-menerus, karena pasien mungkin akan merasa terganggu atau
terintimidasi.
7) Menunjukkan empati

28
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

A. ANAMNESIS
Anamnesis adalah wawancara yang dilakukan terhadap seseorang atau sekelompok
orang dengan tujuan mengumpulkan data. Anamnesis dapat dilakukan oleh dokter kepada
pasiennya, perawat pada pasiennya, petugas kesehatan lain terhadap pasien/klien, ataupun
psikolog terhadap kliennya. Anamnesis dapat dilakukan pada orang yang bersangkutan
(anamnesis) ataupun pada keluarga/teman dekat/orang yang mengetahui keadaan pasien
tersebut (hetero/alloanamnesis).

B. ANAMNESIS IDENTITAS
Identitas pasien yang perlu dianamnesis adalah:
1. Nama lengkap
Nama sangat penting agar menghindari tertukar dengan orang lain, terutama dalam
pencatatan (medical record). Melalui medical record, kita bisa melihat riwayat penyakit yang
pernah diderita pasien sebelumnya dan riwayat pengobatannya.
Selain itu, mengetahui nama bisa digunakan untuk membuat suasana anamnesis lebih
akrab, yaitu dengan memanggilnya dengan sebutan “Bu Anna”, atau “Pak Amin”, atau
“Iwan”, dan sebagainya.
Nama juga bisa menunjukkan kaitannya dengan suku atau agama tertentu. Nama
“Hasibuan” berkaitan dengan suku Batak, nama “Cut” biasanya adalah orang Aceh, nama
“Joyohadikusumo” berkaitan dengan suku Jawa, dan sebagainya. Nama “Nurul Hidayah”
biasanya beragama Islam, Nama “Magaretha Kristiani” biasanya beragama Kristen, nama
“I Wayan Sukarsa” biasanya beragama Hindu, dan sebagainya.
2. Umur pasien
Selain untuk kelengkapan identitas, umur juga bisa digunakan untuk memikirkan
kecenderungan penyakit pada usia tersebut. Ada penyakit yang cenderung mengenai bayi
baru lahir (neonatus), ada yang cenderung mengenai balita, ada yang cenderung mengenai
orang lanjut usia, dan sebagainya. Misalnya tetanus neonatorum adalah penyakit yang hanya
menyerang neonatus. Cacar air, difteri, dan campak cenderung mengenai anak-anak.
Hipertensi dan stroke cenderung menyerang orang lanjut usia.

29
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

3. Jenis kelamin
Selain untuk kelengkapan identitas, jenis kelamin dapat dikaitkan dengan penyakit
tertentu.Penyakit yang berkaitan dengan haid dan kehamilan hanya dapat diderita
wanita.Kelainan pada prostat dan testis hanya bisa diderita oleh pria.
4. Alamat (bila mungkin dengan nomor telpon)
Selain untuk kelengkapan identitas, alamat bisa digunakan untuk menghubungi pasien
apabila ada yang harus dipastikan lebih lanjut. Alamat juga bisa dijadikan gambaran tentang
kondisi lingkungan pasien, yang berkaitan dengan higiene, sanitasi, dan kepadatan
penduduk. Alamat juga dapat membedakan kelas ekonomi penghuninya.
5. Pekerjaan
Selain untuk kelengkapan identitas, pekerjaan dapat memberikan informasi tentang
status sosial-ekonomi seseorang. Pekerjaan juga bisa dikaitkan dengan tingkat pendidikan
seseorang. Selain itu, pekerjaan dapat menjadi risiko penyakit tertentu, misalnya orang yang
bekerja di pabrik yang bising cenderung menderita gangguan pendengaran. Untuk
heteroanamnesis, juga tanyakan nama, umur, pekerjaan, alamat, dan hubungan pengantar
dengan penderita.

C. ANAMNESIS KELUHAN UTAMA


Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan pasien, keluhan yang
menyebabkan pasien datang berobat. Kadang pasien tanpa diminta telah bercerita sendiri.

D. ANAMNESIS RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (RPS)


Berdasarkan keluhan utama, dilakukan penggalian lebih mendalam dengan
menanyakan riwayat penyakit sekarang, mulai dari:
1) Onset:
Kapan pertama kali muncul keluhan.
2) Frekuensi:
Berapa sering keluhan muncul.
3) Sifat munculnya keluhan
Apakah keluhan muncul secara akut (mendadak), kronis (sudah lama), atau intermitten
(hilang timbul).
4) Durasi:

30
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Sudah berapa lama menderita keluhan.


5) Sifat sakit:
Sakitnya seperti apa. Misalnya untuk sakit kepala: apakah sakitnya terus-menerus, atau
hilang-timbul, atau berkaitan dengan denyut nadi, atau bila menunduk, dsb.
6) Lokasi:
Di mana letak pasti keluhan, apakah tetap, menjalar, atau berpindah-pindah.
7) Hubungan dengan fungsi fisiologis lain:
Apakah ada gangguan sistem fisiologis yang diakibatkan oleh keluhan saat ini, misalnya
gangguan tidur, kehilangan nafsu makan, dan sebagainya.
8) Akibat yang timbul terhadap aktivitas sehari-hari, Seperti tidak dapat bekerja, hanya
bisa tiduran, dan sebagainya.
9) Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan:
Pemberian obat, dsb.

E. ANAMNESIS RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (RPD)


Ditanyakan riwayat penyakit sebelumnya. Apakah pasien pernah menderita keluhan
yang sama sebelumnya. Apakah pasien pernah harus rawat inap, dan karena apa, serta berapa
lama. Bila pernah mendapat pengobatan, tanyakan riwayat pengobatan yang telah dijalani.

F. ANAMNESIS RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA (RPK)


Beberapa penyakit dapat diturunkan oleh keluarga. Selain itu penyakit menular akan
sangat mungkin ditularkan oleh anggota keluarga. Karena itu, gali kemungkinan adanya
penyakit yang sama yang diderita oleh anggota keluarga yang lain.

G. ANAMNESIS KELUHAN PENYERTA (BERDASARKAN SISTEM)


Untuk menganamnesis keluhan penyerta, agar tidak ada yang terlewatkan, maka
dilakukan anamnesis berdasarkan sistem-sistem yang ada dalam tubuh. Dalam anamnesis
sistem, kemampuan eksplorasi dokter terhadap sistem dalam tubuh pasien sangat ditentukan
oleh pemahaman macam-macam keluhan yang ada pada setiap sistem. Lengkap-tidaknya
keluhan yang dapat digali oleh dokter dan pasiennya akan lebih dapat mengarahkan pada
diagnosis yang tepat.

31
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Pada dasarnya, tubuh manusia dibagi menjadi beberapa sistem. Berikut ini adalah
sistem pada tubuh dan keluhan yang biasa disampaikan pasien berkaitan dengan sistemnya:
1. Sistem kulit: bercak-bercak putih, bercak-bercak merah, koreng, benjolan.
2. Sistem respirasi: batuk, pilek, sesak nafas.
3. Sistem pencernaan: mual, muntah, sembelit, diare, mulas, kembung.
4. Sistem kardiovaskuler: berdebar, lemah.
5. Sistem otot, tulang dan sendi: pegal, keseleo, linu, sakit berjalan.
6. Sistem urogenital: kencing merah, keputihan, haid terlambat.
7. Sistem saraf dan indera: sakit kepala, cemas, pusing, tremor.
8. Sistem endokrin: banyak makan, banyak kencing, gangguan haid.
Pertanyaan yang diajukan dapat berupa:
1. Adakah bercak putih? (berhubungan dengan sistem kulit).
2. Apakah ada batuk? (berhubungan dengan sistem respirasi).
3. Apakah ada gangguan nafsu makan? (berhubungan dengan sistem pencernaan).
4. Apakah dada terasa nyeri? (berhubungan dengan sistem kardiovaskuler).
5. Apakah badan terasa pegal? (berhubungan dengan sistem otot, tulang dan sendi).
6. Apakah haid anda terlambat? (berhubungan dengan sistem urogenital).
7. Apakah anda merasa sakit kepala? (berhubungan dengan sistem saraf dan indera).
8. Apakah anda merasa buang air kecil lebih sering? (berhubungan dengan sistem
endokrin).

H. MENYUSUN HASIL ANAMNESIS DAN RESUME ANAMNESIS


Merangkai jawaban yang diberikan oleh pasien menjadi suatu alur riwayat penyakit
yang kronologis merupakan ketrampilan yang harus dilatih. Jawaban pasien tidak harus
semuanya ditulis, harus dipilah-pilah yang berguna dalam perencanaan pemeriksaan fisik,
diagnosis, ataupun terapi.
Susunlah hasil anamnesis dimulai dari waktu dan tanggal anamnesis, identitas pasien,
keluhan utama, riwayat penyakit sekarang (RPS), riwayat penyakit dahulu (RPD), riwayat
penyakit keluarga (RPK), dan anamnesis sistem.
Hasil anamnesis yang biasanya berupa uraian dapat ditulis dalam resume anamnesis.
Resume anamnesis hanya berisi symptom/keluhan positif untuk penyakit tersebut atau
keluhan yang disangkal bila keluhan/tanda yang ditanyakan tersebut bermanfaat untuk
diagnosis.
32
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Contoh resume anamnesis adalah sebagai berikut:


• Anak laki-laki, 3 tahun, diare (+),lendir dalam feces (-),darah dalam feces (-), batuk (-
), badan lemah (-), minum banyak (+), suara parau.
• Kesan yang diperoleh dari resume anamnesis tersebut menjadi jelas yaitu anak lakilaki
3 tahun dengan diare tanpa dehidrasi, disertai gejala infeksi saluran pernafasan akut
(ISPA).
DAFTAR TILIK LATIHAN KOMUNIKASI

Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
A. Aspek komunikasi
1 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2 Mendengarkan secara aktif
3 Tidak memotong pembicaraan pasien selama masih relevan

4 Menggunakan bahasa yang bisa dipahami pasien


5 Mempertahankan kontak mata dengan pasien
6 Menunjukkan empati
B. Aspek anamnesis
1 Menanyakan identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan
2 Menanyakan keluhan utama
3 Menggali riwayat penyakit sekarang:
• Onset
• Frekuensi
• Sifat munculnya keluhan
• Durasi
• Sifat sakit
• Lokasi
• Hubungan dengan fungsi fisiologis
• Akibat yang timbul terhadap aktivitas sehari-hari
• Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan
4 Menggali riwayat penyakit dahulu:
• Ada tidaknya penyakit seperti ini sebelumnya
• Penyakit lain yang pernah diderita
5 Menggali riwayat penyakit keluarga
Ada tidaknya penyakit serupa
6 Menanyakan keluhan penyerta (berdasarkan sistem)
7 Membuat resume anamnesis
C. Keterampilan Empati
1 Memperhatikan sikap non verbal pasien saat berbicara

33
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

2 Menatap mata pasien untuk menunjukkan perhatian dan


kesungguhan mendengarkan
3 Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa
melakukan interupsi yang tidak perlu
4 Tetap menunjukkan raut wajah dan sikap dan tenang
apabila pasien menunjukkan sikap marah, sedih,
menangis, takut, dan sebagainya
5 Memberikan komentar atau kata-kata yang menunjukkan
dokter mampu merasakan suasana emosi/perasaan pasien
6 Memberikan komentar atau kata-kata yang menunjukkan
dokter mampu memahami dan menghargai perasaan pasien

7 Mengenali sudut pandang pasien secara implisit


8 Menghargai pendapat pasien dengan tidak menolak
pendapat tersebut
9 Mengkonfirmasi kepada pasien tentang suasana
perasaannya
10 Berbagi perasaan dan pengalaman tentang masalah yang
dihadapi
D. Keterampilan Bertanya
1 Menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka dalam
menggali informasi tentang keluhan pasien
2 Menggunakan pertanyaan-pertanyaan tertutup dalam
menggali informasi tentang riwayat penyakit terdahulu
3 Menggunakan pertanyaan-pertanyaan tertutup dalam
menggali informasi tentang riwayat penyakit keluarga
4 Menggunakan pedoman Macleod’s clinical examination
dalam menggali informasi tentang riwayat penyakit saat ini

E. Keterampilan Mendengarkan
1 Perhatikan seluruh hal yang dikatakan oleh pasien dengan
seksama dan serius dan menjadi pendengar yang baik
terhadap keluhan pasien.
2 Menunjukkan ekspresi atau empati terhadap masalah yang
dihadapi pasien.
3 Tidak mengerjakan hal-hal lain seperti menelpon saat
anamnesis
4 Dokter diharapkan bisa memilah informasi yang penting
dan mencatat hal-hal tersebut untuk kemudian dibuat suatu
resume nantinya.
5 Tidak melakukan interupsi jika tidak diperlukan
6 Sekali-sekali dapat memberikan tanggapan atau komentar
jika dirasa perlu atau untuk lebih memperjelas keterangan
yang diberikan pasien.

34
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

F. Memberikan Feedback
1 Memberikan balikan dengan cara menguatkan pernyataan
pasien (positive feedback) atau membantah pasien
(negative feedback).
2 Menggunakan bahasa yang halus dan tidak menimbulkan
perasaan dihakimi bagi pasien.
3 Dilakukan setelah pasien selesai menyampaikan pendapat
dan tidak menginterupsi pernyataan pasien.
4 Tidak berlebih-lebihan.
5 Memberikan tanggapan yang dapat dimengerti pasien.
6 Dilakukan dengan jujur dan diharapkan dapat memberikan
rasa nyaman dan pengertian yang lebih dari pasien tentang
kondisinya.
Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang benar
2 = dilakukan dengan benar
BAB VI KETERAMPILAN PEMERIKSAAN TANDA VITAL

6.1 Pendahuluan
Pemeriksaan tanda vital pada pasien merupakan suatu pemeriksaan yang sangat penting
peranannya di dalam penegakkan diagnosa, penatalaksanaan sampai pada prognosis.
Pemeriksaan tanda vital juga sering digunakan untuk menentukan apakah seseorang sudah
meninggal atau masih hidup. Sebenarnya pemeriksaan tanda vital tidak hanya diperlukan
untuk orang yang menderita penyakit tetapi juga pada orang sehat yang melakukan aktivitas
tertentu misalnya atlit, pekerja berat, operator alat-alat vital dan lainlain. Dengan demikian
maka pemeriksaan tanda vital menjadi pemeriksaan rutin yang tidak boleh dianggap remeh
dan ditinggalkan. Tanda vital yang diperiksa meliputi suhu badan, frekuensi nafas, frekuensi
nadi dan tekanan darah.

Suhu badan
Suhu badan diperiksa dengan termometer badan, dapat berupa termometer air raksa atau
termometer elektrik. Pemeriksaan dapat dilakukan pada mulut, aksila, dan rektum.
Pengukuran suhu melalui mulut biasanya lebih mudah dan hasilnya lebih tepat dibandingkan
melalui rektum, tetapi air raksa dengan kaca tidak seyogyanya dipakai untuk mulut, pada
penderita yang tidak sadar, gelisah atau tidak dapat menutup mulutnya. Pemeriksaan secara

35
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

rektum biasanya memberikan hasil pemeriksaan yang lebih tinggi sebesar 0,4-0,5 derajat
dibandingkan lewat mulut.

Denyut nadi
Jantung bekerja memompa darah ke sirkulasi tubuh (oleh ventrikel kiri) dan paru (oleh
ventrikel kanan). Melalui ventrikel kiri, dipompakan darah ke aorta dan kemudian diteruskan
ke arteri seluruh tubuh. Sebagai akibatnya, timbullah suatu gelombang tekanan yang
bergerak cepat pada arteri dan dapat dirasakan sebagai denyut nadi. Dengan menghitung
frekuensi denyut nadi, dapat diketahui frekuensi denyut jantung dalam satu menit.

Tekanan darah
Tekanan darah pada sistem arteri bervariasi sesuai dengan siklus jantung yaitu memuncak
pada waktu sistole dan sedikit menurun pada waktu diastole. Beda antara tekanan sistole dan
diastole disebut tekanan nadi. Pada waktu ventrikel berkontraksi, darah akan dipompakan ke
seluruh tubuh. Keadaan ini disebut keadaan sistole, dan tekanan aliran darah pada saat itu
disebut tekanan darah sistole.Pada saat ventrikel sedang rileks, darah dari atrium masuk ke
ventrikel, tekanan aliran darah pada waktu ventrikel sedang relaks tersebut disebut tekanan
darah diastole. Tingginya tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya aktivitas
fisik, keadaan emosi, rasa sakit, suhu sekitar, penggunaan kopi, temabakau dan lain-lain.

Pernafasan
Bernafas adalah suatu tindakan yang tidak disadari, diatur oleh batang otak dan dilakukan
dengan bantuan otot-otot pernafasan. Pada waktu inspirasi, diafragma dan otototot
interkostalis berkontraksi, memperluas rongga toraks dan memekarkan paru-paru. Dinding
dada akan bergerak ke atas, ke depan, dan ke lateral, sedangkan diafragma bergerak ke
bawah. Setelah inspirasi berhenti, paru-paru akan mengkerut, diafragma akan naik secara
pasif dan dinding dada akan kembali ke posisi semula.

6.2 Pelaksanaan Latihan

36
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

1. Cara pemeriksaan suhu badan


Alat yang diperlukan : termometer air raksa ukuran dewasa dan anak bayi. a.
Pemeriksaan pada mulut (oral)
1. Kibaskan termometer sampai permukaan air raksa menunjuk di bawah 35,5°C.
2. Masukkan termometer di bawah lidah penderita. Mintalah penderita untuk menutup
mulut, dan tunggu sampai 3-5 menit.
3. Kemudian bacalah termometer tersebut, pasangkan lagi selama satu menit, dan baca
kembali. Kalau suhu masih naik, ulangi prosedur di atas sampai suhu tetap (tidak
naik lagi).
Apabila penderita baru minum dingin atau panas, pemeriksaan dengan cara ini harus
ditunda selama 10-15 menit dulu agar minuman tidak mempengaruhi hasil pengukuran.
b. Pemeriksaan pada rektum
Pemeriksaan pada rektum ini biasanya dilakukan terhadap bayi.
Pilihlah termometer dengan ujung yang bulat, beri pelumas dan masukkan dalam anus
sedalam 3-4 cm, dengan arah ke umbilikus, cabut dan baca setelah 3 menit.
c. Pemeriksaan pada ketiak
1. Kibaskan termometer sampai permukaan air raksa menunjuk di bawah 35,5°C.
2. Tempatkan ujung termometer yang berisi air raksa pada apex fossa axillaris kiri
dengan sendi bahu adduksi maksimal.
3. Tunggu sampai 3-5 menit, kemudian dilakukan pembacaan.

Catatan : pada prakteknya untuk menghemat waktu pada saat menunggu pengukuran suhu
juga dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan nadi dan frekuensi nafas.

2. Cara pemeriksaan frekuensi nadi


Ruangan pemeriksaan tersedia jam dinding dengan posisi yang dapat dengan mudah
dilihat oleh pemeriksa.
a. Penderita dapat dalam posisi duduk ataupun berbaring. Lengan dalam posisi bebas
(relaks), perhiasan dan jam tangan dilepas.
b. Periksalah denyut nadi pergelangan tangan dengan menggunakan jari telunjuk dan jari
tengah anda, pada sisi fleksor bagian lateral dari tangan penderita, tepat pada a. Radialis.
c. Hitunglah berapa denyutan dalam satu menit dengan cara menghitung denyutan dalam
15 detik, kemudian hasilnya dikalikan dengan empat. Takikardia (>100 kali/menit);
bradikardia (<60 kali/menit).
d. Perhatikan pula irama dan kuantitas denyutannya. Irama (reguler/ireguler), gelombang
(tardus/gelombang nadi rendah; celer /gelombang nadi tinggi), isi
(cukup/besar/kecil/tak teraba).
e. Catatlah hasil pemeriksaan dari lengan kiri dan kanan.

3. Pemeriksaan frekuensi nafas


Ruangan pemeriksaan tersedia jam dinding dengan posisi yang dapat dengan mudah
dilihat oleh pemeriksa.
a. Penderita diminta melepas baju.

37
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

b. Secara inspeksi, perhatikan secara menyeluruh gerakan pernafasan (lakukan ini tanpa
mempengaruhi psikis penderita).
c. Kadang diperlukan cara palpasi, untuk sekalian mendapatkan perbandingan antara
kanan dan kiri.
d. Pada inspirasi, perhatikanlah : gerakan ke samping iga, pelebaran sudut epigastrium dan
penambahan besarnya ukuran anteroposterior dada.
e. Pada ekspirasi, perhatikanlah : masuknya kembali iga, menyempitnya sudut
epigastrium, dan penurunan besarnya ukuran anteroposterior dada.
f. Perhatikan pula adanya penggunaan otot pernafasan pembantu.
g. Catatlah irama, frekuensi dan adanya kelainan gerakan.

4. Pemeriksaan tekanan darah


Alat : tensimeter dan stetoskop
a. Siapkan alat tensimeter dan stetoskop.
b. Penderita dapat dalam keadaan duduk atau berbaring.
c. Lengan dalam keadaan bebas dan relaks, bebaskan dari tekanan oleh karena pakaian.
d. Pasang manset sedemikian rupa sehingga melingkari lengan secara rapi dan tidak terlalu
ketat, kira-kira 2,5-5 cm di atas siku.
e. Tempatkan lengan penderita sedemikian sehingga siku dalam keadaan sedikit fleksi.
f. Carilah arteri brachialis, biasanya terletak di sebelah medial tendo biseps.
g. Dengan satu jari meraba arteri brachialis, pompa manset dengan cepat sampai kira-kira
30 mmHg di atas tekanan ketika pulsasi arteri brachialis menghilang.
h. Turunkan tekanan manset perlahan-lahan sampai denyutan arteri brachialis teraba
kembali. Inilah tekanan sistolik palpatoir.
i. Kemudian ambillah stetoskop, pasangkan corong bel stetoskop pada a. brachialis.
j. Pompa manset kembali, sampai kurang lebih 30 mm Hg di atas tekanan sistolik
palpatoir.
k. Kemudian secara perlahan turunkan tekanan manset dengan kecepatan kira-kira 2-3 cm
Hg perdetik. Perhatikan saat dimana denyutan a. Brachialis terdengar. Inilah tekanan
sistolik. Lanjutkanlah penurunan tekanan manset sampai suara denyutan melemah dan
kemudian menghilang. Tekanan pada saat itu adalah tekanan diastolik.
l. Apabila menggunakan tensimeter air raksa, usahakan agar posisi manometer selalu
vertikal, dan pada waktu membaca hasilnya, mata harus berada segaris horisontal
dengan level air raksa.
m. Pengulangan pengukuran dilakukan setelah menunggu beberapa menit setelah
pengukuran pertama.

38
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

DAFTAR TILIK
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN TANDA VITAL

A. PENGUKURAN TEKANAN DARAH


No. KRITERIA SKOR
0 1 2
1. Pemeriksa menempatkan diri di sebelah kanan pasien
2. Memberi penjelasan pemeriksaan
3. Menempatkan penderita dalam keadaan
duduk/berbaring dengan lengan rileks, sedikit
menekuk pada siku dan bebas dari tekanan pakaian
4. Meminta pasien untuk menyingsingkan lengan baju
atas sehingga tidak menghalangi bagian yang akan
dipasang manset (pemeriksa dapat membantu pasien
menyingsingkan lengan baju)
5. Menempatkan tensimeter dengan membuka aliran air
raksa, mengecek saluran pipa dan meletakkan
manometer vertikal
6. Memeriksa stetoskop dengan corong bel yang terbuka
7. Memasang manset sedemikian rupa sehingga
melingkari lengan atas secara rapi dan tidak terlalu
ketat (2 cm di atas siku) dan sejajar jantung
8. Dapat meraba pulsasi arteri brachialis di fossa cubiti
sebelah medial
9. Dengan satu jari meraba pulsasi a. Brachialis, dengan
cepat memompa manset sampai 30 mmHg di atas
hilangnya pulsasi/ ingat dan laporkan hasilnya
10. Menurunkan tekanan manset perlahan-lahan sampai
pulsasi arteria teraba diastol dan melaporkan hasil ini
sebagai tekanan sistolik palpatoir
11. Mengambil stetoskop dan memasang corong bel pada
tempat perabaan pulsasi
12. Memompa diastol manset sampai 30 mmHg di atas
tekanan sistolik palpatoir
13. Mendengarkan melalui stetoskop, diastol menurunkan
perlahan-lahan (3 mmHg) perdetik dan melaporkan
saat mana mendengar bising pertama sebagai tekanan
sistolik
14. Melanjutkan penurunan tekanan manset sampai suara
bising yang terakhir sehingga setelah itu tidak
terdengar bising lagi (sebagai tekanan diastolic)
15. Mencatat dan melaporkan hasil tekanan sistolik dan
diastolik

39
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

B. PEMERIKSAAN SUHU BADAN


No. KRITERIA SKOR
0 1 2
1. Bersihkan ujung termometer dengan kapas alkohol
2. Kibaskan termometer sampai permukaan air raksa
menunjuk di bawah 35,5°C
3. Tempatkan ujung termometer yang berisi air raksa pada
apex fossa axillaris kiri atau kanan dengan sendi bahu
adduksi maksimal dan bebas dari pakaian
4. Tunggu sampai 3-5 menit, kemudian dilakukan pembacaan
5. Setelah digunakan, bersihkan ujung termometer dengan
kapas alkohol
Catatan : sambil menunggu hasil pengukuran suhu dapat melakukan tahapan pemeriksaan
frekuensi nadi dan frekuensi nafas

C. PEMERIKSAAN FREKUENSI NADI


No. KRITERIA SKOR
0 1 2
1. Meminta kepada pasien untuk melepaskan perhiasan yang
melekat di tempat yang akan diperiksa
2. Meletakkan lengan yang akan diperiksa dalam keadaan
rileks
3. Menggunakan jari telunjuk dan jari tengah untuk meraba a.
Radialis
4 Menghitung frekuensi denyut nadi minimal 15 detik
5. Mencatat dan melaporkan hasil frekuensi nadi dalam satu
menit, irama dan kualitas denyutan

D. PEMERIKSAAN FREKUENSI NAFAS


No. KRITERIA SKOR
0 1 2
1. Meminta penderita melepas baju (duduk atau tidur)
2. Melakukan inspeksi atau melakukan palpasi dengan kedua
tangan pada punggung/dada untuk menghitung gerakan
pernafasan minimal selama 15 detik
3. Mencatat dan melaporkan hasil frekuensi nafas permenit

E. RESUME HASIL PEMERIKSAAN:

40
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

No. KRITERIA SKOR


0 1 2
1. Memberikan informasi hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan kepada pasien
Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang benar
2 = dilakukan dengan benar
BAB VII
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN REFLEKS, FUNGSI MOTORIS,
DAN FUNGSI SENSORIS

7.1 Pendahuluan
Anamnesis dan pemeriksaan neurologi yang dilakukan dengan akurat mampu
menentukan lokasi lesi sepanjang aksis saraf. Aksis saraf terbentang mulai dari korteks otak
sampai bagian efektor otot yang mempunyai fungsi khusus. Secara fungsional sistem saraf
terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer. Susunan saraf pusat terdiri dari otak
dan medula spinalis yang berfungsi menganalisis, mensintesis, dan mengintegrasikan
berbagai masukan dari saraf sensorik maupun dari bangunan lain yang terdapat di otak dan
medulla spinalis. Susunan saraf perifer meliputi organ sensoris dan efektor Pemeriksaan
neurologi bertujuan menjelaskan adanya disfungsi susunan saraf dan menilai kemampuan
fungsi susunan saraf yang masih ada. Pemeriksaan juga bertujuan menentukan kemungkinan
lokasi anatomis dari lesi. Apakah masalah disebabkan oleh lesi pada otak, medula spinalis,
saraf perifer, atau otot?
Pada umumnya pemeriksaan neurologi harus merupakan pemeriksaan fisik secara
umum, dimana fungsi susunan saraf mendapat perhatian khusus. Urutan pemeriksaan
neurologi terdiri dari penilaian umum terhadap fungsi serebral, pemeriksaan saraf otak,
penilaian fungsi motorik, dan penilaian fungsi sensorik.
Pemeriksaan neurologi bertujuan menjelaskan adanya disfungsi susunan saraf dan
menilai kemampuan fungsi susunan saraf yang masih ada. Pemeriksaan juga bertujuan
menentukan kemungkinan lokasi anatomis dari lesi. Apakah masalah disebabkan oleh lesi
pada otak, medula spinalis, saraf perifer, atau otot.

41
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

7.2 Pemeriksaan Refleks


Refleks terbagi menjadi 2, yaitu refleks fisiologis dan refleks patologi. Untuk kali ini
kita hanya akan membahas refleks fisiologis. Refleks fisiologis ialah muscle stretch reflexes,
yang muncul sebagai akibat rangsangan terhadap tendo atau periosteum atau kadang-kadang
terhadap tulang, sendi, fascia, atau aponeurosis. Oleh karena rangsangan disalurkan melalui
organ sensorik yang lebih dalam maka ada pula yang menyebutnya sebagai deep tendon
reflex terdiri dari refleks biseps, triseps, brakhioradialis, patella, dan achilles.

Refleks dapat dinilai menggunakan kriteria kuantitatif, sebagai berikut :


0 = negatif
+1 = lemah (dari normal)
+2 = normal
+3 = meninggi, belum patologis
+4 = hiperaktif, sering disertai klonus, merupakan indikator penyakit

Refleks biseps
Lengan penderita dibengkokkan pada siku. Lantas palu refleks kita ketokkan pada
tendon otot biseps sedikit di bawah lipatan siku. Bila positif, maka akan tampak kontraksi
otot biseps.

Gambar 7.1. Refleks biseps Gambar 7.2. Refleks triseps

Refleks triseps
Kedudukan lengan adalah sama dengan waktu kita memeriksa refleks biseps. Apabila
telah dipastikan bahwa lengan penderita sudah benar-benar relaksasi pukullah tendo yang
lewat fosa olekrani. Refleks positif ditandai dengan kontraksi sedikit menyentak, gerakan ini
42
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

dapat dilihat dan sekaligus dirasakan oleh lengan pemeriksa yang menopang lengan
penderita.

Refleks lutut
Refleks ini dikenal juga sebagai Refleks Westphal atau lebih populer dengan nama
singkatan K.P.R (knee pees refleks). Refleks ini dapat dilakukan dalam keadaan duduk atau
berbaring. Pada penderita yang duduk, kaki yang hendak diperiksa hendaknya diletakkan di
atas lutut kaki yang satu lagi. Pada penderita yang berbaring terlentang, pemeriksa harus
meletakkan tangannya di bawah lutut penderita, sehingga kaki yang hendak diperiksa berada
dalam keadaan fleksi, namun harus dijaga supaya tumit kaki itu masih tetap berada
(menyentuh) di atas tempat tidur. Setelah itu, dilakukan perkusi pada ligamentum patella.
Untuk mengetahui apakah K.P.R. tersebut positif atau tidak, hendaklah kita perhatikan
apakah ada atau tidak ada kontraksi dari otot kuadriseps femoris. K.P.R dikatakan positif bila
terlihat ada kontraksi dari otot kuadriseps femoris yaitu terjadi ekstensi tungkai bawah.

Gambar 7.3. Refleks lutut (KPR)

Refleks Achilles
Refleks ini di klinik lebih terkenal dengan singkatan A.P.R. (Achilles pees reflex).
Pada penderita yang duduk, kita suruh berlutut di atas tempat tidur. Berlutut ini hendaknyalah
sedemikian rupa, sehingga kedua kakinya menonjol melewati pinggir dari tempat tidur
tersebut.

43
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Gambar 7.4. Refleks achiles

Refleks Superfisial Abdomen (Refleks dinding perut)


Untuk menimbulkan refleks dinding perut ini, penderita harus tidur terlentang dengan
kedua lengan di samping tubuhnya. Ujung gagang palu refleks kita lantas goreskan pada
dinding perut itu. Penggoresan ini kita lakukan dari lateral ke medial, berturut-turut pada
perut bagian atas, tengah, dan bawah. Bila refleks dinding perut ini positif, maka akan timbul
kontraksi dari otot-otot dinding perut.

Gambar 7.5. Refleks dinding perut

7.3 Penilaian Fungsi Motoris

A. Tonus
Untuk menilai keadaan tonus suatu otot dapat dilakukan dengan cara melakukan
fleksi dan ekstensi pada sendi yang digerakkan oleh otot tersebut, seperti misalnya untuk

44
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

menilai tonus otot biseps kita lakukan fleksi dan ekstensi pada sendi siku. Gerakan-gerakan
ini dapat pula kita lakukan pada sendi-sendi yang lain seperti misalnya sendi lutut, sendi
pergelangan tangan, pergelangan kaki dan lain-lain. Gerakan fleksi dan ekstensi itu kita
lakukan dengan kecepatan yang berbeda-beda. Sementara kita melakukan gerakan-gerakan
itu penderita harus dalam keadaan santai. Sebaiknya kita beritahu padanya, supaya ia
melemaskan tungkai atau lengan yang akan diperiksa.
Tonus yang menurun dinamakan hipotoni, dan yang lenyap sama sekali dinamakan
atoni. Bi1a ada kelumpuhan otot yang dibarengi oleh tonus yang menurun maka kita katakan
bahwa penderita memperlihatkan paralisis flaksid. Tonus yang meningkat dinamakan
hipertoni. Bila ada kelumpuhan otot bersamaan dengan tonus yang meningkat maka kita
katakan bahwa penderita itu rnemperlihatkan paralisis spastik.

Gambar 7.6. Pemeriksaan tonus otot

Tonus yang meningkat dibedakan dalam dua macam, yaitu : a)


Spastisitas
Anggota tubuh misalnya lengan, yang biasanya dalam posisi fleksi, kita lempangkan.
Dalam melakukan ekstensi ini, kita akan merasakan adanya suatu tahanan. Tetapi tahanan
ini tiba-tiba lenyap sehingga sekonyong-konyong gerakan ekstensi yang dilakukan tidak
mendapat perlawanan lagi. Adanya suatu tahanan yang lantas hilang dengan
sekonyongkonyong sewaktu dilakukan ekstensi tersebut dinamai fenomena pisau lipat atau
clasp knife phenomenon. Sementara itu, posisi anggota tubuh bawah biasanya dalarn keadaan
ekstensi. Untuk memperlihatkan spastisitas tersebut, kita lakukan fleksi pada tungkai
tersebut. Bila tahanan yang kita rasakan lenyap dengan sekonyong-konyong maka kita
katakan bahwa pada tungkai tersebut terdapat fenomena pisau lipat. b. Rigiditas

45
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Rigiditas merupakan manifestasi gangguan tonus otot dimana pada penilaian tonus otot
dirasakan adanya tahanan yang hilang timbul secara berselingan. Sewaktu kita melakukan
fleksi atau ekstensi pada suatu anggota tubuh (lengan atau tungkai) maka kita akan rasakan
adanya suatu tahanan. Bila kita lawan tahanan tersebut, maka akan kita rasakan bahwa
tahanan tersebut akan mengalah sebentar. Tetapi segera akan kita rasakan, bahwa ada tahanan
baru. Jadi, sewaktu melakukan fleksi atau ekstensi pada anggota tubuh kita rasakan adanya
tahanan yang tersendat-sendat. Ini dinamakan fenomen roda-bergigi atau cog-wheel
phenomenon. Tonus yang menurun dirasakan kendor pada palpasi, anggota gerak dapat
digoyang-goyang dengan mudah, dan tidak ada tahanan sewaktu dilakukan fleksi atau
ekstensi.

B. Tenaga otot

Tenaga atau kekuatan otot itu dapat dinilai menurut skala MRC :
Derajat 0: Paralisis total
Derajat 1: Masih terlihat kontraksi
Derajat 2: Gerak aktif tanpa gravitasi
Derajat 3: Bergerak melawan gravitasi
Derajat 4: Bergerak melawan tahanan
Derajat 5: Kekuatan otot normal

Gambar 7.7. Penilaian tenaga otot Gambar 7.8. Penilaian tenaga otot biseps
latissimus dorsi brakhii

46
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Gambar 7. 9. Penilaian tenaga otot Gambar 7.10. Penilaian tenaga otot brakhioradialis
triseps brakhii

Gambar 7.11. Penilaian tenaga otot Gambar 7.12. Penilaian tenaga otot
iliopsoas gluteus maksimus

7.4 Pemeriksaan Fungsi Sensoris


Gangguan pada otak, medula spinalis, dan saraf tepi dapat menimbulkan gangguan
sensoris. Gangguan ini tidak tampak seperti halnya pada gangguan motorik maupun trofi
otot. Gangguan sensoris dapat menimbulkan perasaan semutan atau baal (parestesia), kebas,
atau mati rasa, dan ada pula yang sangat sensitif (hiperestesi).

47
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

1) Pemeriksaan sensibilitas eksteroseptif (protopatik) a.


Pemeriksaan rasa raba
Untuk pemeriksaan ini, kita sentuh kulit penderita dengan kapas. Respons yang kita
harapkan adalah, jawaban "ya", bila kulitnya tersentuh. Sewaktu pemeriksaan kita
bandingbandingkan keadaan perasa raba disisi kanan dengan yang di sisi kiri atau di bagian
proksimal dengan yang di bagian distal. Bila terdapat suatu perbedaan, misalnya di suatu
daerah terasa lebih baik daripada di daerah lainnya, maka pemeriksaan perasa raba di tempat
itu harus dilakukan dengan lebih teliti dan lebih mengkhusus. Bila perasa raba di suatu
tempat adalah terganggu, maka kita katakan bahwa telah terdapat anestesia di daerah
tersebut.

Gambar 7.13. Pemeriksaan rasa raba


b. Pemeriksaan rasa nyeri
Untuk pemeriksaan perasa nyeri ini kita pergunakan jarum pentul. Penderita
hendaknyalah dapat membedakan antara "tajam atau tumpul." Bila perasa nyeri itu
adalahterganggu, maka kita katakan bahwa di tempat tersebut terdapat analgesia. Pada
pemeriksaan ini dipergunakan jarum bundel yang digunakan untuk memberikan rangsangan
tusuk. Si pemeriksa memegang jarum itu seperti memeganq pensil. Dengan sekali menusuk
jarum itu pada kulit pasien dan sekali menusuk dengan jari telunjuknya, rangsang tusuk tajam
dan tumpul dapat diberikan secara berselingan.

Gambar 7.14. Refleks nyeri

48
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

c. Pemeriksaan rasa suhu


Untuk pemeriksaan perasa suhu ini kita pergunakan tabung yang berisi air hangat (40-
45°C) dan tabung yang berisi air dingin (10-15°C). Dengan tabung-tabung ini kita sentuh
kulit itu secara silih-berganti. Respons yang kita harapkan dari penderia adalah "panas atau
dingin." Bila perasa suhu itu terganggu, maka kita katakan bahwa di tempat tersebut, terdapat
termanestesia.

2) Pemeriksaan sensibilitas proprioseptif a.


Perasaan gerak (kinestesia)
Perasaan gerak adalah perasaan gerak pasif dimana gerakan anggota gerak pasien
dilakukan oleh pemeriksa.

Gambar 7.15. Pemeriksaan perasa gerak


b. Perasaan getar (palestesia)
Pemeriksaan dilakukan dengan cara menaruh gagang garpu tala kita yang bergetar di
atas tonjolan tulang penderita. Bila penderita merasa adanya getaran, maka ia akan
mengatakan: "getar." Bila penderita tidak merasa adanya getaran, mengatakan "tidak getar."
Mula-mula ujung gagang garpu tala bergetar itu kita letakkan pada bagian dorsal falang
terakhir dari ibu jari kaki, maleolus pada tuberositas tibiae, pada prosessus stiloideus radii
dan ulnae dan pada kondilus humeri.

49
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Gambar 7.16. Pemeriksaan perasa getar

Gambar 7.17. Pemeriksaan getar pada ujung ibu jari kaki


3) Pemeriksaan sensibilitas diskriminatif (multimodalitas) a.
Stereognosis
Pemeriksaan stereognosis dapat dilakukan pada penderita dengan meletakan suatu
benda yang dipakainya sehari-hari di tangannya. Dalam keadaan normal, penderita akan
dapat mengenali benda tersebut (misalnya kancing atau uang logam rupiah) dengan mudah.
Bila penderita tidak dapat mengenal benda tersebut maka kita katakan, bahwa dia
memperlihatkan astereognosis. Bila penderita dapat mengenal bentuk dan ukuran benda itu,
tetapi tidak dapat mengatakan nama benda tersebut, maka kita namakan keadaan itu suatu
agnosi taktil.

50
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Gambar 7.18. Pemeriksaan steregnosis


b. Graphestesia
Perasaan graphestesia merupakan kemampuan untuk mengenali stimulasi berupa
angka atau huruf yang ditulis pada kulit penderita.Perasaan diskriminasi spasial Perasaan
diskriminasi spasial atau diskriminasi dua titik merupakan daya untuk mengenali dan
mengetahui dua jenis sensibilitas hasil dua macam perangsangan pada dua tempat.

Gambar 7.19. Pemeriksaan graphestesia

c. Diskriminasi Spasial
Perasaan diskriminasi spasial atau diskriminasi dua titik merupakan daya untuk
mengenali dan mengetahui dua jenis sensibilitas hasil dua macam perangsangan pada dua
tempat yang berbeda.

51
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Gambar 7.20. Pemeriksaan diskriminasi spasial

DAFTAR TILIK
PEMERIKSAAN REFLEKS, FUNGSI MOTORIK, DAN FUNGSI SENSORIK

52
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

1. PEMERIKSAAN REFLEKS
Score
No Aspek yang Dinilai
0 1 2
Meminta izin kepada penderita, mempersilakan berbaring/duduk
1.
dengan rileks
2. Refleks Biseps
Memfleksikan lengan penderita pada sendi siku
Meletakkan ibu jari pada tendo achilles kemudian mengetuknya
dengan palu refleks
Mendeskripsikan respons positif dari refleks biseps
3. Refleks Triseps
Menopang lengan penderita yang berada dalam keadaan abduksi
dengan lengan bawah yang tergantung bebas
Mengetuk tendo m. Triseps
Mendeskripsikan respons positif dari refleks triseps
4. Refleks Lutut (KPR)
Melakukan fleksi pada sendi lutut
Mengetuk tendon patela dengan palu refleks
Mendeskripsikan respon positif dari pemeriksaan refleks tendon lutut

5. Refleks Achilles (A.P.R)


Melakukan dorsofleksi pada kaki penderita dengan menggunakan
tangan pemeriksa
Mengetuk tendon Achilles
Mendeskripsikan respon positif dari pemeriksaan refleks Achilles
6. Refleks Dinding Abdomen
Meminta pasien tidur
Menggoreskan ujung gagang palu refleks pada dinding perut dari
lateral ke medial
Melakukan tindakan berurutan dari perut atas, tengah dan bawah
Menilai hasil pemeriksaan

2. PEMERIKSAAN FUNGSI MOTORIK


Score
No Aspek yang Dinilai
0 1 2
1. Meminta izin kepada penderita, mempersilakan duduk dengan rileks
2. Menilai tonus otot penderita
Tangan kanan pemeriksa memegang tangan kiri penderita, tangan kiri
memegang sendi siku penderita
53
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Lakukan gerakan fleksi dan ekstensi pada sendi siku


Nilai tonus otot penderita
3. Penilaian tenaga otot pada anggota gerak atas
a. Penilaian tenaga otot latissimus dorsi
Memposisikan lengan atas dalam keadaan fleksi pada sendi siku
hingga sejajar bahu
Melakukan gerakan abduksi lengan atas penderita dan penderita
diminta melawan dengan melakukan gerakan aduksi
Memberikan penilaian tenaga otot latissimus dorsi penderita
b. Penilaian tenaga otot biseps brakhii
Memposisikan lengan atas hingga sejajar bahu dalam keadaan
fleksi pada sendi siku
Melakukan gerakan ekstensi di sendi siku penderita dan penderita
diminta melawan dengan melakukan gerakan fleksi
Memberikan penilaian tenaga otot biseps brakhii penderita
c. Penilaian tenaga otot brakhioradialis
Memposisikan lengan atas dalam keadaan fleksi pada sendi
siku
Melakukan gerakan ekstensi di sendi siku penderita dan penderita
diminta melawan dengan melakukan gerakan fleksi
• Memberikan penilaian tenaga otot
• brakhioradialis penderita
d. Penilaian tenaga otot triseps brakhii
Memposisikan lengan atas dalam keadaan ekstensi pada sendi
siku
Melakukan gerakan fleksi sendi siku penderita dan penderita
diminta melawan dengan melakukan gerakan ekstensi
Memberikan penilaian tenaga otot triseps brakhii penderita
4. Penilaian tenaga otot pada anggota gerak bawah
a. Penilaian tenaga otot iliopsoas
Mempersilahkan penderita untuk berbaring
Memfleksikan sendi panggul dan lutut penderita
Melakukan gerakan ekstensi sendi panggul dan penderita diminta
melawan dengan gerakan fleksi
Memberikan penilaian tenaga otot Iliopsoas penderita
b. Penilaian tenaga otot gluteus maksimus
Mempersilakan penderita untuk tidur tiarap
Memposisikan salah satu tungkai bawah dalam keadaan fleksi
pada sendi lutut

54
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Meminta penderita melakukan gerakan ekstensi sendi panggul


untuk melawan tahanan pemeriksa
Memberikan penilaian tenaga otot gluteus maksimus penderita

3. PEMERIKSAAN FUNGSI SENSORIS


Score
No Aspek yang Dinilai
0 1 2
Meminta izin kepada penderita, mempersilakan penderita berbaring
1.
dengan rileks
2. Pemeriksaan Sensibilitas Ekteroseptif
Meminta penderita menutup mata
a. Pemeriksaan raba rasa
Menggunakan alat yang benar (kapas)
Menyentuh kulit penderita dengan kapas dan meminta
memberikan respon bila merasa kulitnya tersentuh dengan
jawaban ”ya”
b. Pemeriksaan rasa nyeri
Menggunakan alat yang benar (berujung tajam) dan memegangnya
seperti memegang pensil
Memberikan rangsang tusuk (tajam) dan tumpul (jari telunjuk)
secara bergantian
Meminta penderita memberikan respon terhadap rangsang yang
diberikan berupa jawaban ”tajam” atau ”tumpul”
c. Pemeriksaan rasa suhu
Menggunakan alat yang benar (dua buah tabung kaca yang berisi
cairan dingin/air es dan cairan hangat) dan memegangnya
seperti memegang pensil
Memberikan rangsang dingin dan hangat secara bergantian
(acak)
Meminta penderita memberikan respon terhadap rangsang yang
diberikan berupa jawaban ”dingin” atau ”hangat”
3. Pemeriksaan Sensibilitas Proprioseptif
Meminta izin kepada penderita, Meminta penderita menutup mata
Melakukan pemeriksaan dengan membandingkan ke dua sisi tubuh kiri
dan kanan
a. Perasaan gerak (kinestetik)
Pemeriksa memegang jempol kaki penderita. Pemeriksa
menggerakkan jempol tersebut ke keatas dan kebawah

55
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Penderita diminta memberikan tanggapan berupa ”keatas” atau


”kebawah” ibu jarinya
b. Perasaan getar (palestesia)
Pemeriksa menggetarkan garpu tala
Meletakkan garpu tala pada bagian dorsal falang terakhir dari ibu
jari kaki, maleolus pada tuberositas tibiae, pada prosessus
stiloideus radii dan ulnae dan pada kondilus humeri
Jika penderita merasa adanya getaran, maka ia diminta
mengatakan "getar." Bila penderita tidak merasa adanya getaran,
ia diminta mengatakan "tidak getar."
4. Pemeriksaan sensibilitas diskriminatif
a. Stereognosis
Pemeriksa meletakkan uang logam pada tangan penderita
Pemeriksa meminta penderita untuk menyebutkan benda yang ia
pegang
Menilai hasil pemeriksaan
b. Graphestesia
Pemeriksa memegang telapak tangan penderita
Pemeriksa menuliskan huruf atau angka tertentu pada telapak
tangan penderita
Penderita diminta menyebutkan huruf atau angka yang ditulis
tersebut
Menilai hasil pemeriksaan
c. Diskriminasi spasial
Pemeriksa memegang ibu jari penderita
Pemeriksa menusukkan dua jarum pada ujung jari penderita
Jika penderita merasa adanya dua titik nyeri, maka ia diminta
mengatakan "dua." Bila penderita merasa adanya hanya satu
titik nyeri, ia diminta mengatakan "satu."
Menilai hasil pemeriksaan
Melakukan pemeriksaan dengan membandingkan ke dua sisi tubuh kiri
5.
dan kanan
Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang benar
2 = dilakukan dengan benar

56
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

BAB VIII KETERAMPILAN PEMERIKSAAN SARAF


KRANIAL

8.1 Pendahuluan

Pemeriksaan saraf-saraf kranial merupakan salah satu dari rangkaian pemeriksaan


neurologis yang terdiri dari status mental, tingkat kesadaran, fungsi saraf kranial, fungsi
motorik, refleks, koordinasi dan gaya berjalan, serta fungsi sensorik. Seperti halnya
pemeriksaan neurologi pada umumnya, pemeriksaan ini juga bertujuan untuk membantu
dalam penegakkan diagnosis neurologis yang meliputi diagnosis anatomis (letak lesi) dan
patologis (proses penyakit).
Saraf-saraf kranial langsung berasal dari otak dan meninggalkan tengkorak melalui
lubang-lubang pada tulang yang dinamakan foramina. Ada 12 pasang saraf kranial yang
dinyatakan dengan nama atau dengan angka romawi. Saraf-saraf tersebut adalah olfaktorius
(I), optikus (II), Okulomotorius (III), troklearis (IV), trigeminus (V), abdusens (VI), fasialis
(VII), vestibula koklearis (VIII), glossofaringeus (IX), vagus (X), asesorius (XI), hipoglosus
(XII).
Pemeriksaan saraf kranial memerlukan kerjasama yang baik antara pemeriksa dan
penderita selama pemeriksaan. Penderita seringkali diminta kesediaannya untuk melakukan

57
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

suatu tindakan yang mungkin oleh penderita dianggap tidak masuk akal atau menggelikan.
Sebelum mulai diperiksa, kegelisahan penderita harus dihilangkan dan penderita harus diberi
penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan untuk dapat menegakkan diagnosis.
Memberikan penjelasan mengenai lamanya pemeriksaan, cara yang dilakukan dan nyeri
yang mungkin timbul dapat membantu memupuk kepercayaan penderita pada pemeriksa.
Penderita diminta untuk menjawab semua pertanyaan sejelas mungkin dan mengikuti semua
petunjuk sebaik mungkin.

Gambar 8.1. Nervus kranial

8.2 Pemeriksaan Saraf Kranial

1) Pemeriksaan Nervus Olfaktorius (I)


Pada pemeriksaan rutin nervus kranialis, umumnya cukup ditanyakan apakah pasien
menyadari adanya gangguan penciuman (penghidu). Jika riwayat pasien mengindikasikan
perlunya pemeriksaan lebih lanjut, maka setiap lubang hidung harus diperiksa secara terpisah
dengan menggunakan botol-botol yang berisi berbagai aroma. Pada pemeriksaan ini yang
penting dinilai adalah kemampuan pasien untuk membedakan aroma yang berbeda, bukan
pada kemampuannya untuk menyebutkan aroma apa secara akurat.

58
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Gambar 8.2. Nervus olfaktorius

Aroma yang dipilih dapat berupa minyak aromatik (misalnya lavender, pepermin),
kopi, teh, atau tembakau yang mampu menstimulasi nervus olfaktorius. Bahan iritan seperti
amonia dapat merangsang cabang nervus trigeminus di mukosa nasal sehingga tidak
dianjurkan sebagai bahan pada pemeriksaan sarap olfaktorius ini. Pasien yang telah
kehilangan indra penghidu akan bereaksi terhadap ammonia melalui jaras alternative ini.
Penderita yang normosmia akan dapat mengenal bau yang di hidunya dengan baik.
Kehilangan daya penghidu dinamai anosmia. Berkurangnya daya penghidu dinamai
hiposmia. Anosmia dan hiposmia akan mengganggu pula daya pengecap, sehingga tidak
jarang kita lihat, bahwa penderita dengan anosmia pula memperlihatkan anoreksia. Parosmia
adalah keadaan di mana penghiduan penderita adalah tidak sesuai dengan jenis bau yang
sebenarnya, misalnya bau minyak wangi di kiranya bau terasi. Daya penghidu yang
berlebihan disebut hiperosmia yang dapat ditemukan pada penderita dengan neurosis.
Penderita ini di mana-mana mengeluh tentang bau yang kurang enak. Penderita neurosis
dengan kakosmia, di mana-mana mencium bau busuk.
Anosmia, terutama jika unilateral, mengindikasikan adanya tumor yang melibatkan
sulkus olfaktorius (tumor ini dapat juga mempengaruhi penglihatan). Akan tetapi, penyebab
anosmia yang lebih sering adalah infeksi saluran pernafasan atas berulang yang akan
merusak mukosa olfaktorius dan cedera kepala.

2) Pemeriksaan Nervus Optikus (II) a. Pemeriksaan Tajam Penglihatan (Visus)


Ketajaman penglihatan paling baik diperiksa dengan menggunakan kartu Snellen,
yaitu dengan membaca deretan huruf dari jarak 6 meter (20 kaki). Setiap mata diperiksa
secara terpisah dan gangguan refraksi dikoreksi dengan menggunakan lensa atau lubang
kecil (pinhole). Ketajaman dinyatakan dalam pecahan dengan penyebut adalah jarak antara
pasien dengan daftar huruf, sementara pembilang adalah deretan huruf terkecil yang dapat
dibaca pasien dengan akurat. Jadi, 6/6 (20/20) adalah normal. Sementara 6/60 (20/200)
berarti pasien hanya dapat membaca huruf terbesar pada deret paling atas daftar. Jika pasien
masih tidak dapat membaca huruf paling atas, maka jarak dapat diperdekat, atau dinilai
dengan kemampuan pasien menghitung jari, mendeteksi gerakan terhadap tangan atau

59
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

persepsi terhadap cahaya (dicatat sebagaimana adanya hitung jari, gerakan tangan, dan
persepsi cahaya).
Bila hurup yang terbesar dalam kartu tidak dapat dilihatnya maka kita lanjutkan
pemeriksaan dengan menyuruh penderita menghitung jari kita. Seorang normotrop akan
dapat menghitung jari-jari pada jarak 60 meter. Dengan demikian maka seseorang yang
hanya dapat menghitung jari-jari itu dengan baik pada kejauhan 5 meter akan memiliki visus
5/60 (sama dengan seseorang yang dalam jarak 5 metet dapat membaca huruf yang teratas
pada kartu Snellen). Bila seorang penderita hanya dapat menghitung jari kita itu dalam jarak
3 meter maka kita katakan visus penderita adalah 3/60. Bila ia hanya dapat menghitung jari-
jari kita baik pada jarak 1 meter, maka kita katakm visusnya adalah 1/60.
Bila visusnya adalah lebih jelek daripada itu, maka kita suruh ia melihat gerakan tangan
kita (ke atas-bawah/ke kanan-kiri). Seorang yang normotrop akan dapat melihat tangan kita
itu dari jarak 300 meter. Seorang yang hanya dapat melihat gerakan itu pada jarak 3 meter
kita katakan telah memiliki visus 3/300. Bila gerakan tangan itu hanya dapat dilihatnya pada
jarak 1 meter maka visus penderita adalah 1/300.
Bila visus penderita adalah kurang dari 1/300 kita periksa penderita dengan lampu
senter. Bila lampu itu baru dapat dilihatnya pada jarak 1 meter maka visusnya = 1/~. Bila
cahaya juga tidak dilihatnya maka visusnya adalah 0.

b. Pemeriksaan Lapangan Pandang


Lapang pandang pasien dapat diperiksa secara sederhana dengan tes konfrontasi.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menggerakan benda secara tangensial dari atau ke
tengah lapang pandang dalam empat kuadran yaitu medial, lateral, superior, dan inferior
(setiap mata di periksa secara terpisah). Probandus memfiksasikan pandangannya pada pupil
pemeriksa dan diminta mengatakan batas persepsi dari benda yang digerakkan.
Serabut-serabut saraf di jaras penglihatan mempertahankan hubungan spesial yang
kasar satu sama lain, dan merefleksikan asalnya di retina. Fakta ini dari penyilangan parsial
jaras pada kiasma optikum menghasilkan pola karakteristik gangguan lapang pandang, dan
sangat berguna dalam menentukan letak lesi.

60
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Gambar 8.3. Pola karakteristik lapangan pandang


Sebagian besar kelainan lapang pandang dapat dinilai dengan tes konfrontasi. Akan
tetapi, kadang-kadang diperlukan pemeriksaan lebih teliti (dalam hal ukuran dan warna
benda) dan peta lapang pandang (misalnya menggunakan layer Bjerrum), perimeter kubah
(Goldmann) atau peralatan otomatis (Humphrey)). Teknik-teknik ini berguna terutama untuk
skotoma kecil seperti pada penyakit retina, dan untuk memonitior perkembangan terapi dan
penyakit.

c. Penglihatan warna
Pemeriksaan klinis penglihatan warna biasanya menggunakan gambar Ishihara. Tes ini
terdiri dari titik-titik berwarna yang tersusun sehingga individu dengan penglihatan warna
yang normal dapat membaca sebuah angka yang tersembunyi dalam pola titik-titik tersebut.
Gangguan penglihatan warna dapat diturunkan gen resesif terkait seks.
Gangguan bisa juga didapat, terutama pada penyakit nervus optikus. Jadi, desaturasi
warna (terutama warna merah) merupakan gambaran awal semua penyakit nervus optikus.
Gangguan sentral (yaitu serebral) penglihatan warna yang lebih ringan biasanya disebabkan
oleh penyakit di region oksipitotemporal, dan seringkali melibatkan kedua hemisfer, yang
membutuhkan tes yang lebih canggih.

d. Funduskopi
Funduskopi dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut oftalmoskop. Kegunaan
utama oftalmoskop adalah untuk melakukan inspeksi diskus optikus, sehingga sewaktu
61
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

melakukan funduskopi kita perhatikan keadaan pupil, makula, dan retina mata yang sedang
diperiksa. Penilaian terhadap struktur-struktur tersebut membantu deteksi efek yang timbul
akibat penyakit tertentu seperti hipertensi dan diabetes serta gangguan oftalmologis yang
berhubungan dengan penyakit neurologis misalnya retinitis pigmentosa.
Pemeriksaan mata kanan dilakukan dengan memegang alat oftalmoskop dengan tangan
kanan, sedangkan mata dokter yang mengintip di belakang oftalmoskop tersebut adalah mata
yang kanan. Sebaliknya untuk mata kiri penderita dapat dilakukan dengan mengintip melalui
mata kirinya melalui oftalmoskop yang digenggam dengan tangan kirinya. Putar lensa ke
arah O dioptri maka fokus dapat diarahkan kepada fundus, kekeruhan lensa (katarak) dapat
mengganggu pemeriksaan fundus. Bila retina sudah terfokus carilah terlebih dahulu diskus
optikus. Caranya adalah dengan mengikuti perjalanan vena retinalis yang besar ke arah
diskus. Semua vena-vena ini keluar dari diskus optikus.

3) Pemeriksaan Nervus Okulomotorius (III)


Nervus okulomotorius (III) termasuk dalam otot yang menggerakkan kedua mata
bersama dengan nervus Trokhlearis (IV) dan nervus Abdusens (VI). Nukleus nervus III
terletak sebagian di depan substansia grisea periakuaduktal (Nukleus motorik) dan sebagian
lagi di dalam substansia grisea (Nukleus otonom). Nukleus motorik bertanggung jawab
untuk persarafan otot-otot rektus medialis, superior, dan inferior, otot oblikus inferior dan
otot levator palpebra superior. Nukleus otonom atau nukleus Edinger-westhpal yang
bermielin sangat sedikit mempersarafi otot-otot mata inferior yaitu spingter pupil dan otot
siliaris.

Gambar 8.4. Otot penggerak bola mata (mata kanan)

Pemeriksaan nervus III meliputi fisura palpebra, gerakan bola mata, dan pupil. Pada
keadaan normal bila seseorang melihat ke depan maka batas kelopak mata atas akan

62
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

memotong iris pada titik yang sama secara bilateral. Apabila salah satu kelopak mata
memotong iris lebih rendah dari pada mata yang lain, atau bila pasien mendongakkan kepal
ke belakang/ ke atas (untuk kompensasi) secara kronik atau mengangkat alis mata secara
kronik pula, maka dicurigai adanya suatu ptosis.
Pasien diminta untuk melihat dan mengikuti gerakan jari atau ballpoint ke arah medial,
atas, dan bawah, sekaligus ditanyakan adanya penglihatan ganda (diplopia) dan dilihat ada
tidaknya nistagmus. Sebelum pemeriksaan gerakan bola mata (pada keadaan diam) sudah
harus dilihat adanya strabismus (juling) dan deviasi conjugate divergen ke satu sisi.
Pemeriksaan pupil untuk nervus III adalah pemeriksaan refleks akomodasi
(konvergensi). Pupil juga akan berkonstriksi jika fokus suatu benda dipindahkan dari jarak
jauh ke jarak dekat. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menyuruh penderita memandang
jauh dan selanjutnya disuruh memandang jari telunjuk kita yang berada agak jauh dari
penderita. Kemudian perintahkan terus memandang jari telunjuk kita sembari kita
menggerakan jari mendekati hidung penderita. Perhatikan kontraksi pupil penderita yang
terjadi. Biasanya akan tampak bahwa kedua bola mata penderita akan bergerak ke medial
dan pupil akan menyempit.

Refleks Pupil
Komponen aferen lengkung refleks yang mengatur konstriksi pupil terhadap rangsang
cahaya atau refleks akomodasi pada penglihatan dekat adalah nervus optikus. Saraf eferen
merupakan bagian dari sistem saraf parasimpatis dan mencapai serabut otot polos konstriktor
pupil melalui nervus okulomotorius (III). Saraf simpatis memersarafi serabut otot dilator
pupil, yang mencapai mata dari ganglion sevikal superior melalui pleksus simpatis pada
dinding arteri karotis interna.
Inspeksi pupil dilakukan pada pupil istirahat yaitu dengan melihat ukuran diameter
pupil (dalam satuan milimeter), bentuk lingkaran pupil (regularitas), dan deviasi pupil
(eksentrisitas) pupil. Selanjutnya dilakukan penilaian respons pupil terhadap cahaya dan
akomodasi. Respon cahaya langsung dilakukan dengan menggunakan sumber cahaya
(senter kecil) yang diarahkan dari samping sehingga pasien tidak memfokus pada cahaya dan
tidak berakomodasi. Inspeksi kedua pupil dan ulangi prosedur ini pada sisi lainnya. Pada
keadaan normal pupil yang disinari akan mengecil. Respon cahaya konsensual terjadi jika

63
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

pada pupil yang satu disinari maka secara simultan pupil lainnya memberikan respon identik
dengan mengecil dengan ukuran yang sama.
Lebarnya pupil sangat tergantung dari penerangan di dalam kamar periksa. Pada
penerangan yang sedang, biasanya lebar pupil itu adalah 4-5 mm. Bila lebarnya adalah
kurang dari 2 mm, maka keadaan itu kita namakan miosis. Bila lebar pupil lebih dari 5 mm,
maka keadaan itu kita namakan midriasis. Bila pupil itu sangat kecil maka keadaan itu kita
namakan pinpoint pupil. Bila pupil kanan dan kiri sama lebarnya, maka kita katakan, bahwa
pupil penderita itu adalah isokor. Anisokor adalah keadaan di mana satu pupil lebih lebar
dari pada pupil yang lain.

4) Pemeriksaan Nervus Troklearis (IV)


Nukleus saraf troklearis terletak setinggi kolikulus inferior di depan substansia grisea
periakuaduktal dan berada di bawah nukleus okulomotorius. Saraf ini merupakan satu-
satunya saraf kranialis yang keluar dari sisi dorsal batang otak. Saraf troklearis mempersarafi
otot oblikus superior untuk menggerakkan mata bawah, sedikit ke temporal dan abduksi
dalam derajat kecil.
Pemeriksaan nervus IV meliputi gerak mata ke medial bawah, strabismus konvergen,
dan diplopia. Sebelum pemeriksaan gerakan bola mata (pada keadaan diam) sudah harus
dilihat adanya strabismus (juling). Probandus diminta untuk melihat dan mengikuti gerakan
jari atau ballpoint ke arah medial bawah, sekaligus ditanyakan adanya penglihatan ganda
(diplopia).

5) Pemeriksaan Nervus Trigeminus (V)


Saraf trigeminus bersifat campuran terdiri dari serabut-serabut motorik dan
serabutserabut sensorik. Serabut motorik mempersarafi otot masseter dan otot temporalis.
Serabutserabut sensorik saraf trigeminus dibagi menjadi tiga cabang utama yatu saraf
oftalmikus, maksilaris, dan mandibularis. Daerah sensoriknya mencakup daerah kulit, dahi,
wajah, mukosa mulut, hidung, sinus. Gigi maksilar dan mandibula, dura dalam fosa kranii
anterior dan tengah bagian anterior telinga luar dan kanalis auditorius serta bagian membran
timpani.
Pemeriksaan fungsi motoris dimulai dengan menginspeksi adanya atrofi otot-otot
temporalis dan masseter. Kemudian pasien disuruh mengatupkan giginya dan lakukan
palpasi adanya kontraksi masseter diatas mandibula. Kemudian pasien disuruh membuka

64
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

mulutnya (otot-otot pterigoideus) dan pertahankan tetap terbuka sedangkan pemeriksa


berusaha menutupnya. Lesi unilateral dari cabang motorik menyebabkan rahang berdeviasi
kearah sisi yang lemah (yang terkena).
Pemeriksaan fungsi sensorik mengikuti cabang sensorik nervus trigeminus, yaitu
oftalmik, maksila, mandibula. Pemeriksaan dilakukan pada ketiga cabang saraf tersebut
dengan membandingkan sisi yang satu dengan sisi yang lain. Mula-mula tes dengan ujung
yang tajam dari sebuah jarum yang baru. Pasien menutup kedua matanya dan jarum
ditusukkan dengan lembut pada kulit, pasien ditanya apakah terasa tajam atau tumpul.
Hilangnya sensasi nyeri akan menyebabkan tusukan terasa tumpul. Daerah yang
menunjukkan sensasi yang tumpul harus digambar dan pemeriksaan harus di lakukan dari
daerah yang terasa tumpul menuju daerah yang terasa tajam. Juga dilakukan dari daerah yang
terasa tumpul menuju daerah yang terasa tajam. Juga lakukan tes pada daerah di atas dahi
menuju belakang melewati puncak kepala. Jika cabang oftalmikus terkena sensasi akan
timbul kembali bila mencapai dermatom C2. Temperatur tidak diperiksa secara rutin kecuali
mencurigai siringobulbia, karena hilangnya sensasi temperatur terjadi pada keadaan
hilangnya sensasi nyeri, pasien tetap menutup kedua matanya dan lakukan tes untuk raba
halus dengan kapas yang baru dengan cara yang sama. Pasien disuruh mengatakan “ya”
setiap kali dia merasakan sentuhan kapas pada kulitnya.

Gambar 8.5. Cabang sensoris nervus Trigeminus

Pemeriksaan refleks meliputi refleks kornea dan refleks masseter. Pada pemeriksaan
refleks kornea langsung, probandus diminta melirik ke arah laterosuperior, kemudian dari
arah lain kapas disentuhkan pada kornea mata, misal pasien diminta melirik kearah kanan
atas maka kapas disentuhkan pada kornea mata kiri dan lakukan sebaliknya pada mata yang

65
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

lain. Kemudian bandingkan kekuatan dan kecepatan refleks tersebut kanan dan kiri saraf
aferen berasal dari N. V tetapi serabut eferan (berkedip) berasal dari N.VII.
Pemeriksaan refleks kornea tak langsung (konsensual), sentuhan kapas pada kornea
mata kanan akan menimbulkan refleks menutup mata pada mata kiri dan sebaliknya,
kegunaan pemeriksaan refleks kornea konsensual ini sama dengan refleks cahaya
konsensual, yaitu untuk melihat lintasan mana yang rusak (aferen atau eferen).
Refleks masseter bertujuan untuk melihat adanya lesi UMN (cortico-bulbar) penderita
membuka mulut secukupnya (jangan terlalu lebar) kemudian dagu diberi alas jari tangan
pemeriksa diketuk mendadak dengan palu refleks. Respon normal akan negatif yaitu tidak
ada penutupan mulut atau positif lemah yaitu penutupan mulut ringan. Sebaliknya pada lesi
UMN akan terlihat penutupan mulut yang kuat dan cepat.

6) Pemeriksaan Nervus Abdusens (VI)


Nukleus saraf abdusens terletak pada masing-masing sisi pons bagian bawah dekat
medula oblongata dan terletak dibawah ventrikel ke empat saraf abdusens mempersarafi otot
rektus lateralis. Pemeriksaan meliputi gerakan mata ke lateral, strabismus konvergen dan
diplopia tanda-tanda tersebut maksimal bila memandang ke sisi yang terkena dan bayangan
yang timbul letaknya horizonatal dan sejajar satu sama lain.
Sebelum pemeriksaan gerakan bola mata (pada keadaan diam) sudah harus dilihat
adanya strabismus (juling). Probandus diminta untuk melihat dan mengikuti gerakan jari atau
ballpoint ke arah lateral, sekaligus ditanyakan adanya penglihatan ganda (diplopia).

7) Pemeriksaan Nervus Fasialis (N. VII)


Saraf fasialis mempunyai fungsi motorik (somatomotorik dan sekretomotoril) dan
fungsi sensorik. Fungsi motorik berasal dari nukleus motorik yang terletak pada bagian
ventrolateral dari tegmentum pontin bawah dekat medula oblongata. Fungsi sensorik berasal
dari nukleus sensoris yang muncul bersama nukleus motoris dan saraf vestibulokoklearis
yang berjalan ke lateral ke dalam kanalis akustikus interna.
Serabut motoris saraf fasialis mempersarafi otot-otot ekspresi wajah terdiri dari otot
orbikularis okuli, otot buksinator, otot oksipital, otot frontal, otot stapedius, otot
stilohioideus, otot digastriktus posterior serta otot platisma. Serabut sensorik menghantar
persepsi pengecapan bagian anterior lidah.
Otot-otot wajah bagian atas diinervasi kortikal bilateral karena itu terdapat perbedaan
antara gejala kelumpuhan nervus VII jenis sentral dan perifer. Pada gangguan sentral, sekitar
mata dan dahi yang mendapat inervasi dari kortikal bilateral tidak lumpuh, yang lumpuh

66
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

adalah otot-otot wajah bagian bawah. Pada lesi nervus VII perifer (gangguan terdapat di
nukleus atau intranucleus), maka semua otot sesisi wajah lumpuh dan mungkin juga
termasuk cabagn saraf untuk pengecapan dan sekresi ludah. Wajah bagian bawah mendapat
inervasi dari korteks motorik kontralateral (unilateral), sedangkan pada wajah bagian atas
mendapat inervasi dari kedua sisi korteks motorik (bilateral). Pemeriksaan saraf fasialis
dilakukan saat pasien diam dan atas perintah (tes kekuatan otot). Saat pasien diam
diperhatikan adanya asimetri wajah. Kelumpuhan nervus VII dapat menyebabkan penurunan
sudut mulut unilateral dan kerutan dahi menghilang serta lipatan nasolabial, tetapi pada
kelumpuhan nervus fasialis bilateral wajah masih tampak simetrik. Perhatikan juga gerakan-
gerakan abnormal (tic facialis, grimacing, kejang tetanus/rhisus sardonicus, dan tremor serta
ekspresi muka (sedih, gembira, takut, seperti topeng).
Fungsi motorik dapat dinilai dengan meminta probandus untuk mengerutkan dahi,
menutup mata, meringis, meniup (menggembungkan pipi), bersiul, dan tersenyum. Pada
kelemahan berat otot penutup mata, pasien bisa mengalami kesulitan melindungi kornea.
Pasien tersebut dapat terlihat memutar matanya ke atas di bawah kelopak saat ia diminta
menutup mata, suatu usaha otomatis untuk menutup kornea.

Gambar 8.6. Fungsi motorik nervus VII: mengerutkan dahi

Pemeriksaan fungsi sensoris nervus VII dinilai dengan memberikan larutan yang
mewakili empat modalitas pengecap dasar (manis, pahit, asam dan asin) yang disentuhkan
pada bagian anterior lidah (2/3 anterior).

8) Pemeriksaan Nervus Vestibulokoklearis (N. VIII)


Saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen yaitu serabut-serabut aferen yang
mengurusi pendengaran dan vestibuler yang mengandung serabut-serabut aferen yang
mengurusi keseimbangan. Serabut-serabut untuk pendengaran berasal dari organ corti dan
berjalan menuju inti koklea di pons, dari sini terdapat transmisi bilateral ke korpus

67
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

genikulatum medial dan kemudian menuju girus superior lobus temporalis. Serabut-serabut
untuk keseimbangan mulai dari utrikulus dan kanalis semisirkularis dan bergabung dengan
serabut-serabut auditorik di dalam kanalis fasialis. Serabut-serabut ini kemudian memasuki
pons, serabut vestibutor berjalan menyebar melewati batang dan serebelum.
Tes pendengaran sederhana adalah dengan menilai kemampuan pasien mendengar
detik jarum jam yang didekatkan ke telinga, atau dengan membisikkan sejumlah angka pada
satu telinga dengan menutup liang telinga kontralateral pada jarak kira-kira 1 meter dari
telinga, dan meminta pasien mengulanginya (tes Whisper).
Untuk membedakan tuli konduktif (telinga luar dan telinga tengah) atau tuli
sensorineural (telinga dalam), dapat digunakan garpu tala 512 Hz. Pada tes Rinne, konduksi
udara dengan ujung garpu yang bergetar diletakkan di depan telinga, dibandingkan dengan
konduksi tulang dengan cara meletakkan tangkai garpu tala pada prosesus mastoideus
(dibelakang telinga) dan bila bunyi tidak lagi terdengar letakkan garpu tala tersebut sejajar
dengan meatus akustikus oksterna. Normalnya, konduksi udara lebih cepat dibandingkan
dengan konduksi tulang yang ditandai dengan garpu tala masih terdengar pada meatus
akustikus eksternus (Rinne +). Akan tetapi, pada tuli konduktif konduksi tulang lebih cepat
dibandingkan konduksi udara yang ditandai dengan garpu tala tidak terdengar lagi (Rinne -
). Pada tuli sensorineural, konduksi tulang juga lebih cepat dibandingkan dengan konduksi
udara, tetapi keduanya akan berkurang jika dibandingkan dengan telinga normal.
Pada tes weber, dasar tangkai garpu tala diletakkan pada verteks. Dalam keadaan
normal, bunyi akan terdengar sama keras pada kedua telinga. Pada tuli sensorineural akan
terjadi lateralisasi bunyi kearah telinga yang normal, sedangkan pada tuli konduktif akan
terjadi lateralisasi ke arah telinga yang sakit.
Pada Tes Schwabach, setelah garpu tala dibunyikan langsung diletakkan pada telinga
pasien, pasien diminta untuk memberi tahu bila bunyi garpu tala berhenti. Setelah itu,
pemeriksa menempatkan garpu tala di dekat lubang telinga dirinya. Bila pemeriksa masih
dapat menangkap bunyi garpu tala maka pendengaran pasien berkurang.
Pemeriksaan komponen keseimbangan dapat dilakukan dengan tes Romberg atau
memerhatikan nistagmus. Pada tes Romberg penderita diminta berdiri tegak lurus dengan
kaki dirapatkan serta kedua mata di pejamkan. Tes Romberg positif apabila pada mata
tertutup tidak bisa berdiri tegak lurus dengan kaki dirapatkan dan apabila mata terbuka
probandus dapat beridir dengan kedua tungkai dirapatkan. Tes ini baik untuk

68
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

menggambarkan gannguan keseimbangan karena gangguan penghantaran impuls


proprioseptik (serebelum).
Nistagmus adalah gerakan osilasi ritmis involunter mata yang dapat terjadi pada lirikan
dalam arah horizontal atau vertikal yang disengaja, atau kadang pada posisi primer.
Nistagmus vestibuler memiliki gerakan dua arah dengan kecepatan yang sama (nistagmus
pendulum), tetapi seringkali terdapat fase lambat pada satu arah (pergeseran kembali ke
posisi primer dari arah lirikan yang disengaja) yang bergantian dengan fase korektif cepat ke
arah sebaliknya (jerk nystagmus) sebagai usaha kompensasi terhadap proses patologis
komponen lambat. Jerk nystagmus dapat dikalsifikasikan menjadi pertama, terjadi hanya
jika pasien melihat kearah komponen fase cepat; kedua, terjadi persisten pada posisi primer
pandangan (menatap lurus ke depan); ketiga, terjadi juga bahkan pada saat mata melihat
kearah komponen fase lambat.mengarah dengan komponen cepatnya ke sisi kontralateral
terhadap lesi.

9) Pemeriksaan Nervus Glosofaringeus (N. IX) dan Nervus Vagus (N. X)


Nervus glosofaringeus dan nervus vagus merupakan saraf kranial yang sangat
berhubungan erat dan mempunyai fungsi yang mirip, sehingga pemeriksaan nervus IX dan
nervus X tidak dapat diteliti sendiri-sendiri, kecuali mengenai bagian pemeriksaan otototot
larings. Nervus glosofaringeus menerima gabungan dari saraf vagus dan asesorius pada
waktu meninggalkan kranium melalui foramen tersebut. Saraf glosofaringeus mempunyai
dua ganglion, yaitu ganglion intrakranialis superior dan ekstrakranialis inferior. Setelah
melewati foramen, saraf berlanjut antara arteri karotis interna dan vena jugularis interna ke
otot stilofaringeus. Di antara otot ini dan otot stiloglosus, saraf berlanjut ke basis lidah dan
mempersarafi mukosa faring, tonsil, dan sepertiga posterior lidah.
Pemeriksaan fungsi motorik nervus IX dilakukan dengan menyuruh probandus
membuka mulutnya dan mengucapkan: "ah-ah-ah" yang panjang. Maka tampaklah, bahwa
langit-langit yang sehat akan bergerak ke atas. Apabila ada kelumpuhan nervus IX, maka
lengkung langit-langit di sisi yang sakit tidak akan serta bergerak ke atas. Biasanya menelan
dan fonasi tidak akan terganggu. Walaupun sewaktu-waktu ada pula penderita dengan lesi
satu nervus IX yang juga memperlihatkan gangguan menelan dan fonasi. Tetapi bila kedua
nervus IX yang lumpuh maka dapat timbul gangguan menelan (misalnya air yang diminum

69
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

keluar dari hidung apalagi bila ia minum air tergesa-gesa) serta gangguan fonasi, yaitu
suaranya kedengaran "sengau." Suara "sengau" itu lenyap, bila hidungnya ditutup.

Gambar 8.7. Pemeriksaan nervus IX: posisi ovula

Walaupun nervus IX memiliki banyak fungsi, namun asfek klinis yang dinilai rutin
pada pemeriksaan klinis adalah sensasi umum pada dinding posterior faring dan 1/3 posterior
lidah. Stimulus pada regio tersebut dengan menggunakan spatel dapat merangsang refleks
muntah (gag reflex). Lengkung eferen dari refleks muntah ini dihantarkan melalui nervus
vagus.
Nervus vagus juga mempunyai dua ganglion yaitu ganglion superior (jugulare) dan
ganglion inferior (nodosum), keduanya terletak pada daerah foramen jugularis. Nervus vagus
mempersarafi semua visera toraks dan abdomen dan menghantarkan impuls dari dinding
usus, jantung dan paru-paru.
Apabila satu nervus rekurentes terganggu, maka akan tampak kelumpuhan dari satu
pita suara di sisi yang sakit. Sisi yang lumpuh itu tidak akan tampak bergerak sewaktu fonasi
dan sewaktu inspirasi pula pita itu akan menjadi atonis dan lama kelamaan menjadi atrofis.
Suara penderita akan menjadi parau. Bila kedua nervus rekurens kanan dan kiri mengalami
kelumpuhan, maka pita suara itu akan berada di garis tengah dan pula tidak bergerak sama
sekali, dan akan terdengarlah suara yang afonis dan stridor inspirasi.

10) Pemeriksaan Nervus Assesorius (N. XI)


Saraf asesorius mempunyai radiks spinalis dan kranialis. Radiks kranial adalah akson
dari neuron dalam nukleus ambigus yang terletak dekat neuron dari saraf vagus. Saraf
aksesoris adalah saraf motorik yang mempersarafi otot sternokleidomastoideus dan bagian
atas otot trapezius, otot sternokleidomastoideus berfungsi memutar kepala ke samping dan
otot trapezius memutar skapula bila lengan diangkat ke atas.

70
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Gangguan N. XI mengakibatkan kelemahan otot bahu (otot trapezius) dan otot leher
(otot sterokleidomastoideus). Pasien akan menderita bahu yang turun sebelah serta
kelemahan saat leher berputar ke sisi kontralateral. Kelainan pada nervus asesorius dapat
disebabkan oleh serabut saraf, tumor, dan iskemia akibatnya persarafan ke otot trapezius dan
otot stemokleidomastoideus terganggu.

Gambar 8.8. Pemeriksaan nervis XI: otot trapezius


Pemeriksaan N. XI dilakukan dengan menyuruh probandus memutar kepalanya ke
arah sisi yang sehat. Selanjutnya, pemeriksa meraba otot sternokleidomastoideus itu kita
raba. Bila terdapat paralisis N. XI di sisi tersebut, maka akan teraba bahwa otot
sternokleidomastoideus itu tidak menegang.
Pemeriksaan otot trapezius dilakukan dengan cara melakukan inspeksi dimana bahu
penderita di sisi yang sakit adalah lebih rendah daripada di sisi yang sehat. Penderita lantas
kita suruh untuk mengangkat bahunya kedua-duanya maka akan tampak di sisi yang sakit
gerakan tersebut tidak dapat dilakukannya dengan baik.

11) Pemeriksaan Nervus Hipoglossus (N. XII)


Nukleus saraf hipoglosus terletak pada medula oblongata pada setiap sisi garis tengah
dan depan ventrikel ke empat dimana semua menghasilkan trigonum hipoglosus. Saraf
hipoglosus merupakan saraf motorik untuk lidah dan mempersarafi otot lidah yaitu otot
stiloglosus, hipoglosus, dan genioglosus.

71
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Gambar 8.9. Pemeriksaan nervus XII: menjulurkan lidah

Lesi nervus XII dapat bersifat supranuklear, misalnya pada lesi di korteks atau kapsula
interna yang biasanya disebabkan karena stroke. Dalam hal ini kelumpuhan otot lidah tanpa
adanya atropi dan fasiculasi (tanda-tanda UMN). Pada lesi infranuklear didapatkan
kelumpuhan otot lidah disertai atropi dan fasiculasi (tanda-tanda UMN). Kerusakan nervus
hipoglossus dapat disebabkan oleh kelainan di batang otak, kelainan pembuluh darah, tumor
dan syringobulbia. Kelainan tersebut dapat menyebabkan gangguan proses pengolahan
makanan dalam mulut, gangguan menelan, gangguan bicara (disatria), dan gangguan jalan
nafas apabila lidah tertarik ke belakang.
Pada kerusakan N. XII pasien tidak dapat menjulurkan, menarik atau mengangkat
lidahnya. Pada lesi unilateral, lidah akan membelok kearah sisi yang sakit saat dijulurkan.
Saat istirahat lidah membelok ke sisi yang sehat di dalam mulut.
DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN NERVUS KRANIAL

72
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

SKOR
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1 Nervus Olfaktorius 1. Mempersiapakan alat dan bahan
(I) pemeriksaan
2. Meminta izin kepada probandus sembari
mempersilakan penderita untuk duduk atau
berbaring
3. Memerintahkan probandus untuk
memejamkan matanya atau menutup mata
probandus dengan kain penutup
4. Melakukan inspeksi lubang hidung yang
akan diperiksa apakah ada pilek, polip, atau
sumbatan lainnya
5. Menutup hidung yang tidak diperiksa
dengan kapas
6. Mendekatkan botol yang telah berisi bahan
beraroma pada hidung yang akan diperiksa
7. Meminta probandus untuk menyebutkan
aroma apa yang tercium
8. Melakukan pemeriksaan 6 & 7 untuk aroma
yang lain
9. Memberikan penilaian hasil pemeriksaan
2 Nervus Optikus (II) Pemeriksaan Lapangan pandang (tes
konfrontasi)
1. Probandus diminta menatap mata pemeriksa
(memfiksasikan pandangannya pada pupil
pemeriksa)
2. Pemeriksa kemudian menggerakan ujung
jari dari tengah lapangan pandang menuju
tepi lapangan pandang dengan arah
kesamping kanan dan kiri serta arah atas dan
bawah.
3. Probandus diminta mengatakan batas
persepsi dari jari tangan yang digerakkan
tersebut, dengan mengatakan ya jika melihat
dan tidak jika tidak melihat.
4. Memberikan penilaian dan pencatatan hasil
pemeriksaan
3 Nervus Pemeriksaan refleks pupil
Okulomotorius (III), 1. Mempersiapkan alat dan bahan pemeriksaan
nervus Troklearis 2. Meminta izin kepada probandus sembari
(IV), dan nervus mempersilakan probandus untuk duduk atau
Abdusen berbaring
(VI) 3. Menyinari mata yang akan diperiksa dengan
senter dari arah samping
4. Memperhatikan reaksi pupil yang disinari
(refleks pupil langsung) maupun reaksi

73
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

pupil yang tidak disinari (refleks pupil


konsensual)
5. Memberikan penilaian

Pemeriksaan gerak bola mata


1. Mempersiapakan alat dan bahan
pemeriksaan
2. Meminta izin kepada probandus sembari
mempersilakan probandus untuk duduk atau
berbaring
3. Menempatkan diri di depan probandus
sekitar 1 meter
4. Memerintah kepada probandus untuk
melihat dan mengikuti gerakan jari tangan
pemeriksa yang membentuk gambaran X, H,
dan +
5. Memberikan penilaian dan pencatatan hasil
pemeriksaan

74
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

4 Nervus Trigeminal Fungsi Motoris


Nerve (V) 1. Mempersiapakan alat dan bahan
pemeriksaan
2. Meminta izin kepada probandus sembari
mempersilakan probandus untuk duduk atau
berbaring
3. Memerintahkan probandus untuk
mengatupkan giginya dan
mempertahankannya
4. Melakukan palpasi otot temporalis dan
masseter
5. Memerintahkan probandus untuk membuka
mulut dan mempertahankannya sembari
dilakukan tahanan dengan tangan pemeriksa
6. Memberikan penilaian dan pencatatan hasil
pemeriksaan

Fungsi sensoris
1. Mempersiapakan alat dan bahan
pemeriksaan
2. Meminta izin kepada probandus sembari
mempersilakan probandus untuk duduk atau
berbaring
3. Memerintahkan probandus untuk
memejamkan matanya
4. Memberikan sensasi tajam dengan jarum
pada daerah dahi, pipi, dan dagu serta
memerintahkan probandus untuk
mengatakan “ya” apabila merasakan sensasi
5. Memberikan sensasi raba halus dengan
kapas pada daerah dahi, pipi, dan dagu serta

75
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

memerintahkan probandus untuk


mengatakan “ya” apabila merasakan sensasi
6. Memberikan penilaian dan pencatatan hasil
pemeriksaan

Refleks Kornea
1. Mempersiapakan alat dan bahan
pemeriksaan
2. Meminta izin kepada probandus sembari
mempersilakan probandus untuk duduk atau
berbaring
3. Memerintahkan probandus untuk melirikkan
matanya ke arah latero-superior
4. Menyentuhkan kapas pada kornea dari arah
yang lain pada mata yang diperiksa
5. Menilai kekuatan dan kecepatan refleks
yang timbul dalam bentuk kedipan mata
yang diperiksa (refleks kornea langsung)
dan pada mata yang tidak diperiksa (refleks
kornea konsensual)
6. Memberikan penilaian dan pencatatan hasil
pemeriksaan

76
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

5. Nervus Fasialis Fungsi Motoris


(VII) 1. Mempersiapakan alat dan bahan
pemeriksaan
2. Meminta izin kepada probandus sembari
mempersilakan probandus untuk duduk atau
berbaring
3. Melakukan inspeksi wajah (lipatan
nasolabial, sudut mulut, serta kerutan dahi)
serta gerakan-gerakan involunter (tic
facialis, kejang, dan tremor)
4. Meminta kepada probandus untuk
mengerutkan dahi, menutup mata, meringis,
meniup (menggembungkan pipi), bersiul,
dan tersenyum dan mengamati adanya
asimetri wajah probandus
5. Memberikan penilaian dan pencatatan hasil
pemeriksaan

Fungsi sensoris (opsional)


1. Mempersiapakan alat dan bahan
pemeriksaan
2. Meminta izin kepada probandus sembari
mempersilakan probandus untuk duduk
3. Meminta probandus untuk menjulurkan
lidahnya, menutup kedua matanya yang
selanjutnya berikan secukupnya salah satu
bahan berikut garam (asin), gula (manis),

mangga muda (asam?), pil (pahit?)


4. Meminta kepada probandus untuk
menyebutkan apa yang dia rasakan
5. Memberikan penilaian dan pencatatan hasil
pemeriksaan

77
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

6 Nervus Komponen Koklear (opsional)


Vestibulokoklearis
(N. VIII) Tes Whisper
1. Mempersiapakan alat dan bahan
pemeriksaan
2. Meminta izin kepada probandus sembari
mempersilakan probandus untuk duduk atau
berbaring
3. Menutup telinga kontralateral dengan kapas
4. Memposisikan diri sekitar 1 meter dari sisi
telinga yang akan diperiksa dan
membisikkan angka (1, 2, 3, 5) sembari
memerintahkan kepada probandus untuk
mengulangi
5. Memberikan penilaian dan pencatatan hasil
pemeriksaan

Tes Rinne
1. Mempersiapakan alat dan bahan
pemeriksaan
2. Meminta izin kepada probandus sembari
mempersilakan probandus untuk duduk atau
berbaring
3. Menggetarkan garpu tala dan
meletakkannya pada prosesus mastoideus
pada sisi telinga yang dinilai sampai getaran
garpu tala tidak terdengar lagi oleh
probandus
4. Memindahkan garpu tala ke depan liang
telinga pada sisi yang diperiksa (apabila
masih terdengar Rinne +, bila tidak
terdengar Rinne -)
5. Memberikan penilaian dan pencatatan hasil

Tes Weber
1. Mempersiapakan alat dan bahan
pemeriksaan
2. Meminta izin kepada probandus sembari
mempersilakan probandus untuk duduk
3. Menggetarkan garpu tala dan
meletakkannya pada pertengahan dahi
probandus
4. Menanyakan kepada probandus apakah
bunyi terdengar di tengah atau mengalami

78
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

lateralisasi
5. Memberikan penilaian dan pencatatan hasil
pemeriksaan

Komponen vestibular (opsional)


1. Mempersiapakan alat dan bahan pemeriksaan

2. Meminta izin kepada probandus sembari


mempersilakan probandus untuk duduk atau
berbaring
3. Memerhatikan adanya nistagmus saat
terjadi gerakan bola mata
4. Memberikan penilaian dan pencatatan hasil
pemeriksaan
7 Nervus 1. Mempersiapakan alat dan bahan
Glossopharyngeus pemeriksaan
(IX) dan nervus 2. Meminta izin kepada probandus sembari
Vagus (X) mempersilakan probandus untuk duduk atau
berbaring
3. Mendengarkan suara yang dikeluarkan
probandus saat berbicara (serak, parau,
sengau)
4. Meminta probandus untuk mengatakan
ahah-ah-yang panjang dan perhatikan posisi
palatum mole
5. Menilai refleks muntah (gag reflex) dengan
menyentuhkan spatel pada kedua sisi
palatum mol
6. Memberikan penilaian dan pencatatan hasil
pemeriksaan
8 Nervus Asesorius Otot Trapezius
(XI) 1. Mempersiapakan alat dan bahan
pemeriksaan
2. Meminta izin kepada probandus sembari
mempersilakan probandus untuk duduk
3. Melakukan inspeksi pada bahu probandus
lalu perhatikan apakah asimetris atau tidak
4. Memerintahkan probandus untuk
mengangkat kedua bahu dan perhatikan
apakah dapat dilakukan atau tidak
5. Memberikan penilaian dan pencatatan hasil
pemeriksaan

Otot Sternokleidomastodius
1. Mempersiapakan alat dan bahan pemeriksaan

79
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

2. Meminta izin kepada probandus sembari


mempersilakan probandus untuk duduk
3. Memerintahkan probandus memutar
kepalanya ke arah sisi yang sehat, lalu
meraba otot sternokleidomastoideus
4. Menilai otot sternokleidomastoideus apakah
menegang atau tidak (dalam kondisi normal
otot sternokleidomastoideus menegang)
5. Memberikan penilaian dan pencatatan hasil
pemeriksaan
9 Nervus Hipoglossus 1. Mempersiapakan alat dan bahan
(XII) pemeriksaan
2. Meminta izin kepada probandus sembari
mempersilakan probandus untuk duduk atau
berbaring
3. Melakukan inspeksi lidah apakah simteri,
atropi, atau fasikulasi
4. Memerintahkan probandus untuk
menjulurkan, menarik atau mengangkat
lidahnya (lesi unilateral akan menyebabkan
lidah membelok ke arah sisi yang sakit saat
dijulurkan dan lidah membelok ke sisi yang
sehat saat istirahat di dalam mulut)
5. Memberikan penilaian dan pencatatan hasil
pemeriksaan
Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang benar
2 = dilakukan dengan benar

BAB IX KETERAMPILAN PENGAMBILAN DARAH


UNTUK PEMERIKSAAN LABORATORIUM

9.1 Pendahuluan
Pemeriksaan laboratorium darah dapat terjadi kesalahan, dimana kontribusi tingkat
kesalahan terjadi pada:
1. Tahap praanalitik 59,3%
2. Tahap analitik 27,1%
3. Tahap pasca analitik 13,6%
Kesalahan praanalitik pada pemeriksaan darah dapat dihindari dengan :

80
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

1. Persiapan pasien
2. Pengambilan darah yang benar
3. Penampungan darah yang benar
4. Pengiriman darah yang benar

9.2 Keterampilan Pengambilan Darah


A. Persiapan Pasien
Faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi : 1)
Makan : 800 kalori akan meningkatkan volume plasma 2)
Merokok :
a. meningkatkan jumlah eritrosit, leukosit dan kadar
hemoglobin
b. menurunkan jumlah eosinofil 3) Exercise berat :
a. Menurunkan jumlah eritrosit, kadar haptoglobin
b. Meningkatkan kadar hemoglobin 4) Kehamilan :
hemodilusi 5) Obat :
a. Steroid : menurunkan eosinofil dan limfosit, meningkatkan neutrofil
b. Adrenalin : meningkatkan leukosit dan trombosit
6) Transfusi & donor darah : mengubah susunan darah dan plasma
7) Variasi diurnal : SI tinggi pagi hari, eosinofil lebih rendah pagi hari
8) Variasi biologik
a. in vitro : stabilitas bahan pemeriksaan
b. in vivo : hiperlipidemia, krioglobulinemia, hiperglikemia berat, eritrosit berinti,
agregasi trombosit
9) Suhu pemeriksaan : LED (18 - 25°C)

B. Urutan pengambilan darah vena


1) Siapkan semua peralatan (tabung darah, semprit + jarum, kapas alkohol, torniquet,
plester/ tensoplast).
2) Beri salam pada pasien, pastikan identitas pasien benar.
3) Beri label pada tabung sesuai identitas pasien.
4) Bersihkan area tusukan dengan alkohol 70%, biarkan hingga kering.

81
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

5) Jika memakai vena daerah fossa cubiti, pasang torniquet ke arah proksimal tetapi jangan
terlalu kencang. Lalu minta pasien mengepal dan membuka kepalan berkali kali hingga
vena jelas terlihat.
6) Regangkan kulit diatas vena dengan jari supaya vena tidak bergerak.
7) Minta pasien menarik nafas, lalu segera tusuk jarum dengan lubang jarum mengarah ke
atas hingga masuk ke dalam lumen vena.
8) Kendurkan torniquet dan buka kepalan lalu isap darah secukupnya.
9) Taruh kapas beralkohol 70% yang diperas hingga kering di atas tusukan dan cabut jarum.
10) Minta pada pasien untuk menekan kapas tadi selama beberapa menit atau direkatkan
dengan plester/ tensoplast.
11) Angkat jarum dari semprit atau jika memakai tabung vakum tusuk jarum ke tutup tabung
dan alirkan darah melalui dinding tabung.

Gambar 9.1. Lokasi pengambilan darah vena

82
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Gambar 9.2. Pola tindakan aseptik

Gambar 9.3. Cara penusukan jarum yang tepat

B C

D E

83
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Gambar 9.4. Beberapa kesulitan/kesalahan sehingga darah sukar di dapat

Cara memasangan torniquet yang benar :


a. Mengikat torniquet 7 – 10 cm di atas tempat punksi vena
b. < 1 menit
c. < 60 mmHg
Bendungan yang lama dan kencang menimbulkan hemokonsentrasi. Akibatnya hasil
pemeriksaan hematologi meningkat, terjadi kerusakan vena, atau jaringan karena hipoksia .
Akibatnya: kadar kalium
LDH
meningkat
CPK
Tromboplastin jaringan

C. Penampungan darah yang benar


Penampung darah untuk pemeriksaan hematologi menggunakan tabung berisi
antikoagulan EDTA. K3EDTA : pH 7,4 mendekati pH darah. Proporsi /perbandingannya
adalah 1 mg EDTA untuk 1 mL darah. Proporsi darah dan EDTA harus tepat, karena jika :
a. Kurang, maka darah membeku
b. Berlebihan, maka eritrosit akan mengerut yang berakibat :
▪ Hematokrit
rendah
Anemia palsu
▪ Mcv mengecil
▪ Mchc meningkat
Yang termasuk pemeriksaan hematologi antara lain :
a. Darah lengkap otomatis (Hb, leuko, trombo, Ht)
b. Retikulosit
c. LED
d. Aktivitas G6PD
e. Resistensi osmotik
f. Sitokimia
g. Parasit
h. Hapusan darah tepi (HDT)

84
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Tabel 9.1 Perubahan Kuantitatif Parameter Hematologi Pada Suhu Kamar Dan Lemari
Es Menggunakan Antikoagulan K3EDTA
Parameter 20 – 25oC 4 – 8oC
Jumlah leukosit 4 jam 24 jam
Jumlah eritrosit 12 jam 24 jam
Hemoglobin 24 jam 24 jam
Hematokrit 6 jam 24 jam
VER 6 jam 24 jam
HER 12 jam 24 jam
KHER 12 jam 24 jam
RDW 20 menit 24 24 jam
Jumlah trombosit jam 24 jam
MPV 20 menit 20 menit
PDW 20 menit 20 menit

Penampung darah untuk pemeriksaan hemostasis menggunakan tabung berisi


antikoagulan sitrat. Termasuk pemeriksaan hemostasis yaitu: PT, APTT, fibrinogen, TT.
Darah yang diperlukan sebanyak ± 3 mL, dengan syarat:
- volume darah dan sitrat harus sesuai
- tidak boleh lisis
- tidak boleh ada bekuan
- 3 hari sebelumnya tidak memakai obat seperti aspirin

Penampung darah untuk pemeriksaan kimia darah dan serologi menggunakan tabung
tanpa antikoagulan. Termasuk pemeriksaan kimia darah yaitu: gula darah, ureum, kreatinin,
bilirubin, SGOT, SGPT, -GT, ALP, albumin, globulin, LDH, kolesterol, trigliserida,
CKMB, asam urat, dan elektrolit. Termasuk pemeriksaan serologi yaitu: Widal, HBsAg, anti
HCV, anti HAV, HIV, CRP, VDRL, TPHA, ASTO, RF, tes kehamilan, dan tes narkoba.

Plasma
Plasma
30%
75% Plasma
55%

85
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

normal polisitemia
anemia

Perkiraan banyaknya perolehan serum

Gambar 9.5. Perkiraan banyaknya perolehan serum

Gambar 9.6. Perbedaan plasma (A) dengan antikoagulan


dan serum (B) tanpa koagulan

86
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Tabel 9.2. Pengambilan darah sesuai berat badan

D. Pengiriman darah yang benar


Dalam pengiriman dan penerimaan darah perhatikan apakah spesimen memenuhi syarat :
1. Apakah penampung kadaluarsa ?
2. Apakah label masih ada dan baik ?
3. Apakah darah yang diperoleh telah rusak ?
4. Apakah darah mengalami hemolisis ?
5. Apakah ada bekuan bila menggunakan antikoagulan ?
6. Apakah pengiriman memenuhi syarat lama, suhu ?
7. Apakah volume darah telah sesuai ?
8. Apakah antikoagulan yang digunakan telah sesuai ?
9. Apakah darah tercampur bahan infus ?
9.2 Pembuatan Sediaan Hapus Darah Tepi
Langkah-langkah pembuatan sediaan hapus darah tepi yaitu :
1) Pilihlah kaca obyek yang tepinya rata untuk digunakan sebagai kaca pemulas (spreader).
Pada sisi pendek kedua sudut diamplas secara diagonal atau dapat digunakan kaca tutup
sehingga sediaan yang dihasilkan tidak sampai ke tepi kaca obyek.

87
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

2) Ambil kaca obyek lainnya yang bersih dan bebas lemak lalu letakkan setetes darah utuh
dengan batang gelas pengaduk kira-kira 1 cm dari ujung kaca. Letakkan kaca obyek
tersebut ditempat yang rata dengan tetesan darah di sebelah kanan.
3) Peganglah sisi kiri kaca obyek dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri. Kaca pemulas
dipegang dengan tangan kanan dan letakkan di depan tetesan darah yang dengan kaca
obyek membentuk sudut kira-kira 250 membuka ke kanan.
4) Kaca pemulas digeser ke arah kanan sehingga menyinggung tetesan darah. Darah
tersebut akan segera menyebar sepanjang sisi kaca pemulas.
5) Jagalah agar sudut kedua kaca obyek tetap 300. Kemudian doronglah kaca pemulas
dengan mantap sepanjang kaca obyek. Ulangilah untuk beberapa sediaan. Keringkan di
udara, setelah kering siap untuk diwarnai.

Gambar 9.7 Cara pembuatan dan pembacaan hapusan darah tepi

Pewarnaan sediaan apus


Untuk mendapatkan hasil pewarnaan yang baik, sediaan sudah harus dicat dalam waktu
1 jam sesudah dibuat. Bila pengecatan ditunda, sediaan apus harus difiksasi dahulu dengan
methanol.

Pewarnaan Wright :
88
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

1. Letakkan sediaan di rak pengecatan dengan sediaan menghadap sebelah atas.


2. Genangi sediaan dengan cat Wright biarkan + 1 menit kemudian tambahkan larutan
penyangga sama banyak tanpa tumpah (luber) kemudian biarkan selama 15 menit.
3. Jika waktunya sudah tercapai cucilah sediaan di bawah air kran yang mengalir pelan dan
jika sudah bersih segera keringkan dengan mendiamkannya disuhu ruang dengan posisi
miring.

Cara pemeriksaan.
1. Periksalah sediaan apus di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah (obyektif 10 x).
a. Leukosit sebaiknya merata penyebarannya.
b. Taksirlah kesan jumlah leukosit (jumlahnya per sejumlah eritrosit). Apakah sesuai
dengan hitung leukosit, bila tidak sesuai dengan jumlah hitung leukosit maka harus
diulang.
c. Periksalah sediaan dari daerah kepala sampai ekor. Umumnya bagian ekor selnya
lebih besar, seperti monosit, neutrofil. Sel yang lebih kecil seperti limfosit ada di
bagian kepala/badan.
d. Pada pengamatan sepintas catatlah bila dijumpai kelainan.
e. Pilihlah sediaan di bagian yang eritrositnya tidak saling menumpuk.
2. Hitunglah macam bentuk leukosit per 100 sel leukosit, laporkan hasilnya dalam %.
3. Cara menghitung bentuk leukosit menggunakan alat yang disebut Differential Cell
Counter (Diff. count)
Bila tidak tersedia buatlah kolom seperti berikut :

Jenis sel Kolom


Jumlah
I II III IV V VI VII VIII IX X
Basofil -
Eosinofil II I I I 4
Batang I I I I 4

89
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Segmen IIII IIII IIII IIII IIII


IIII IIII IIII IIII II 55
I I II II I
Limfosit IIII
II III II III IIII IIII IIII II II 34
II
Monosit I I I 3
Jumlah 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100

Sumber kesalahan :
1. Kesalahan tehnis sediaan apus :
a. Tetesan darah terlalu banyak/sedikit.
b. Cara mendorong kaca pemulas tersendat-sendat.
c. Kaca pemulas tidak menempel dengan tepat pada kaca benda.
d. Sudut antara kaca pemulas dan kaca obyek tidak tepat 250, sehingga sediaan terlalu
tebal dan sebaliknya.
e. Setelah sediaan kering harus segera difiksasi, bila ditunda mengakibatkan perubahan
morfologi eritrosit.
2. Kesalahan tehnik pengecatan :
a. Bila terlalu asam hasilnya terlalu merah, dan sebaliknya bila terlalu basa hasilnya
biru (pH larutan penyangga sangat kritis, penting diperhatikan).
b. Rak pengecatan harus tepat dan benar.
c. Pembilasan yang tidak bersih.
d. Sisa air dalam sediaan mengakibatkan warnanya pucat.

9.3 Menentukan Golongan Darah ABO dan Rh menggunakan Darah Kapiler atau
Darah EDTA

Sejak penemuan Landsteiner (1901) sampai sekarang telah ditemukan lebih dari 100
antigen golongan darah. Untuk kegunaan klinis yang terpenting adalah sistem golongan
darah ABO dan Rh.
Pada sistem golongan darah ABO dapat dibedakan menjadi 4 golongan darah yaitu :
A, B, AB, dan O. Penggolongan darah tersebut didasarkan pada adanya antigen-A atau
antigen-B pada permukaan membran eritrosit. Orang dengan golongan darah O tidak
memiliki antigen-A dan antigen-B, golongan darah A hanya memiliki antigen A, golongan
darah B hanya memiliki antigen-B, dan golongan darah AB memiliki antigen-A dan antigen-
B pada permukaan membran eritrosit. Orang dengan golongan darah O memiliki antibodi-A

90
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

dan antibodi-B, golongan darah A hanya memiliki antibodi-B, golongan darah B hanya
memiliki antibodi-A, dan golongan AB tidak memiliki antibodi-A dan antibodi-B dalam
serumnya.
Sistem Rh untuk kepentingan klinik cukup menentukan, golongan darah Rh dibedakan
menjadi golongan darah dengan Rh-positif atau Rh-negatif. Tes ini memeriksa reaksi sel
eritrosit terhadap antibodi Rh yang dikenal dengan nama anti-D. Oleh karena proses
aglutinasi yang terjadi adalah reaksi antara antigen-antibodi maka antigen (Ag) disebut juga
aglutinogen dan antibodi (Ab) disebut aglutinin.

A. Dasar penentuan golongan darah


Penentuan golongan darah didasarkan pada reaksi antigen-antibodi yaitu suspensi
eritrosit atau whole blood direaksikan dengan antibodi yang telah diketahui. Golongan darah
ditentukan sesuai dengan antigen yang dimiliki oleh permukaan membran eritrosit,
ditunjukkan dengan adanya aglutinasi. Bila antigen ada dalam eritrosit seseorang maka
serumnya tidak mengandung antibodinya seperti terlihat pada tabel berikut ini : Tabel 9.3.
Golongan darah, antigen, dan antibodi
Golongan Darah Antigen dalam Eritrosit Antibodi dalam Serum
O Nihil Anti-A dan anti-B
A A Anti-B
B B Anti-A
AB AB Nihil

B. Spesimen
Suspensi eritrosit yang akan diperiksa dari whole blood (darah utuh) atau darah EDTA
(atau darah antikoagulan lainnya yang dicuci dengan saline 0.85% 3x, lalu eritrosit yang
telah dicuci diencerkan dengan saline yaitu 0.3 mL eritrosit yang telah dicuci ditambah degan
0.3 mL saline = suspensi 50%).

C. Alat dan bahan :


1. Suatu panel reagen yang terdiri atas :
a. Serum anti-A biasanya berwarna biru atau hijau
b. Serum anti-B biasanya berwarna kuning
c. Serum anti-AB biasanya berwarna merah muda/tidak berwarna
2. Larutan saline 0.85%
3. Pipet Pasteur, sentrifus dan mikroskop.

91
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

C. Cara kerja
Menggunakan metode kaca obyek :
1. Pada sebuah kaca obyek teteskan 1 tetes serum anti-A di sebelah kiri, 1 tetes serum anti-
B di tengah dan 1 tetes serum anti-AB di sebelah kanan. Pada kaca obyek yang lain
teteskan 1 tetes serum anti-D di sebelah kiri, 1 tetes serum yang diperiksa (kontrol)
disebelah kanan.
2. Pada masing-masing serum teteskan 2 tetes whole blood EDTA atau darah kapiler,
campurkan dengan cara menggoyangkan ke depan dan ke belakang, sambil diamati
aglutinasi yang terjadi. Pengamatan dilakukan dalam waktu 2 menit setelah
pencampuran serum dan whole blood.

D. Cara penilaian

Tabel 9.4. Penilaian hasil pemeriksaan golongan darah


Aglutinasi terjadi pada Penilaian
Anti-A Anti-B Anti-AB Anti-D Golongan Rh
darah
+ - + - A Negatif
- + + - B Negatif
+ + + - AB Negatif
- - - - O Negatif

Serum kontrol pada penilaian ini boleh terjadi aglutinasi, bila terjadi aglutinasi dan
tidak ada kesalahan maka kemungkinan mempunyai antibodi (aglutinin) dingin/panas, perlu
pemeriksaan lebih lanjut.
Untuk menghindari kesalahan, yaitu:
1. Masing-masing tidak boleh tercemar oleh serum yang lain.
2. Kalau hasil pengamatan aglutinasi meragukan, maka dapat diamati di bawah mikroskop
(hati-hati jangan sampai keliru dengan rouleaux).

DAFTAR TILIK TEKNIK PENGAMBILAN DARAH VENA PERIFER

92
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

SKOR
NO. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1. Menyiapkan peralatan :
Tabung penampung darah vacutainer
Spuit injeksi + jarum steril
Kapas alkohol
Torniquet
Plester
Memasang sarung tangan
2. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang fungsi
pengambilan darah vena
- Diperagakan dengan memberikan penjelasan pada pasien
3. Memberikan penjelasan kepada pasien berapa volume darah
yang diambil
- Diperagakan dengan menunjukkan batas tinggi darah pada
tabung vacutainer
4. Menyiapkan pasien untuk proses pengambilan darah :
a. Melakukan perabaan pada vena yang akan ditusuk
b. Melakukan desinfeksi dengan kapas alkohol yang sudah
diperas kering
c. Memasang torniquet setinggi 2 jari di atas lipat siku
5. Melakukan penusukan jarum ke vena terpilih :
a. Tusuk jarum ke dalam vena terpilih dengan bagian mulut
jarum menghadap ke atas
b. Mengamati apakah darah sudah masuk ke pangkal jarum
c. Jika darah sudah tampak tekan pangkal jarum dengan halus,
lalu hisap darah sampai volume yang diinginkan
6. Melakukan penarikan jarum dan penutupan luka akibat jarum
:
a. Peras kapas alkohol hingga kering lalu letakkan di atas kulit
yang ditusuk jarum
b. Tekan dengan lembut kapas tersebut kemudian minta pada
pasien untuk menarik nafas sambil menarik jarum ke luar

c. Letakkan spuit di atas meja lalu tekan kapas alkohol


kemudian rekatkan dengan plester
7. Memasukkan darah dari spuit ke dalam tabung vacutainer :
a. Ambil tabung lalu tusuklah tutup tabung dengan jarum yang
berisi darah
b. Biarkan darah mengalir hingga berhenti sendiri
c. Cabut jarum lalu tutup dengan penutup jarum menggunakan
satu tangan
d. Buang jarum dan spuit di tempat pembuangan biohazard

93
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

8. Membersihkan dan merapikan alat-alat


yang telah digunakan

DAFTAR TILIKTEKNIK PEMBUATAN HAPUSAN DARAH TEPI

SKOR
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1 Pemeriksa mengenakan sarung tangan
Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan
2
sediaan apus
3 Memilih kaca objek yang tepinya rata untuk kaca pemulas
Meletakkan setetes plasma darah pada kaca objek lain dengan
4 batang gelas pengaduk pada kira-kira 1 cm dari ujung kaca dan
ditengah-tengah dari kedua sisi panjang
Meletakkan kaca objek tersebut ditempat yang rata dengan tetesan
5
darah di sebelah kanan
Memegang sisi kiri kaca objek dengan ibu jari dan telunjuk tangan
6
kiri.
Memegang kaca pemulas dengan tangan kanan dan meletakkannya
7 didepan tetesan darah membentuk sudut kira-kira 25o membuka ke
kanan.
Menggeser kaca pemulas ke kanan sehingga menyinggung tetesan
8
darah.
9 Menjaga agar sudut kedua kaca objek tetap 25o– 30o
Mendorong kaca pemulas dengan mantap dan cepat sepanjang kaca
10
objek
11 Mengeringkan sediaan di udara
PEWARNAAN WRIGHT
Meletakkan sediaan pada rak pengecatan dengan arah menghadap
1
ke sebelah atas
2 Menggenangi sediaan dengan cat Wright selama 1 menit
Menambahkan larutan penyangga sama banyak tanpa tumpah dan
3
mendiamkan selama 15 menit.
Mencuci sediaan di bawah air kran atau aquadest lalu mengeringkan
4
di udara.
CARA PEMERIKSAAN
Memeriksa sediaan apus dibawah mikroskop dengan perbesaran
lemah (obyektif 10 x)
- Memeriksa penyebaran leukosit
1 - Menaksir kesan jumlah leukosit (jumlahnya per sejumlah
eritrosit
- Memeriksa sediaan dari daerah kepala sampai ekor
- Mencatat adanya kelainan

94
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

- Memilih sediaan di bagian eritrosit yang tidak menumpuk

2 Menghitung jenis dan bentuk leukosit per 100 sel leukosit


3 Membersihkan alat-alat yang telah digunakan

DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH

SKOR
NO. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1. Menyiapkan peralatan :
a. Mengambil reagen golongan darah 4 botol
b. Mengambil objek glass 2 buah
c. Mengambil batang pengaduk atau kaca tutup
d. Mengambil tabung vakutainer berisi darah
e. Memakai sarung tangan
2. Melakukan pemeriksaan golongan darah
a. Meneteskan setetes darah (20 uL) masing-masing di sisi
kiri dan kanan ke 2 kaca objek
b. Lalu aduk dengan kaca pengaduk atau ujung kaca tutup
yang berbeda
3. Menganalisa hasil pemeriksaan golongan darah
a. Setelah diaduk lalu goyang sedemikian rupa sambil
diamati perubahan yang terjadi
b. Amati apakah ada aglutinasi atau tidak, jenis golongan
darah sesuai dengan adanya aglutinasi
4. Membuat laporan hasil pemeriksaan golongan darah
a. Golongan darah A/B/AB/O
b. Rhesus + / -
5. Membersihkan peralatan yang digunakan dan simpan
kembali reagen pada suhu 2-8°C
Keterangan :
0 : tidak dilakukan
1 : dilakukan tapi tidak benar
2 : dilakukan dengan benar

95
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

BAB X KETERAMPILAN PEMERIKSAAN


MUSKULOSKELETAL

10.1 Pendahuluan
Anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat penting dalam penetapan diagnosis penyakit
muskuloskeletal. Dalam diagnosis sistem ini, 70% ditentukan oleh anamnesis, 20%
ditentukan oleh pemeriksaan fisik, dan 10% leh pemeriksaan laboratorium. Pada ketrampilan
ini, hanya akan dibahas tentang pemeriksaan fisik pada sistem muskuloskeletal.
Keterampilan pemeriksaan muskuloskeletal mencakup:
1. Inspeksi postur dan gerakan tubuh
2. Inspeksi dan palpasi tulang dan sendi, serta penilaian range of motion sendi
3. Pemeriksaan tenaga, tonus, dan trofik otot
4. Keterampilan komunikasi dalam pemeriksaan muskuloskeletal

10.2Inspeksi postur dan gerakan tubuh


Manusia adalah makhluk dengan belahan tubuh yang persis sama (simetris).
Ketidaksesuaian ukuran tubuh biasanya terlihat dengan jelas. Bila ditemukan adanya
ketidaksesuaian ukuran tubuh, tentukan apakah kelainan tersebut disebabkan oleh
pembesaran ukuran/hipertrofi, atau disfungsi dan kemudian diikuti pengecilan ukuran/atrofi.
Perhatikan proporsi rentang lengan dan sumbu tulang rangka. Pada dewasa normal, ukuran
keduanya sama dan rasio segmen-segmen tersebut adalah 1 : 1. Jarak antara ujung jari kanan

96
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

dan kiri dengan lengan yang direntangkan sama dengan tinggi badan. Jarak simfisis pubis ke
ujung kepala dan dari simfisis pubis ke lantai biasanya sama. Pada anak sampai usia 10 tahun,
batang tubuhnya lebih panjang daripada tungkainya dengan rasio 1,7 : 1.
Perhatikan gaya berjalan pada saat pasien memasuki kamar periksa. Ayunan
ekstensi/fleksi lutut harus halus dan mantap. Lutut yang difleksikan pada satu sisi
menunjukkan adanya proses patologis pada sisi tersebut. Pincang atau gaya berjalan
abnormal sering disebabkan oleh nyeri atau kelemahan otot. Pasien dengan spondilitis
ankilosa yang berat biasanya datang dengan kepala membungkuk ke depan, punggung lurus
dan tidak mobil, perut menonjol, berjalan dengan kedua kaki lebar, dan pada saat bertatap
mata dengan dokter dia harus memiringkan tubuhnya ke belakang.
10.3 Inspeksi dan palpasi tulang dan sendi, serta penilaian range of motion sendi
Pemeriksaan muskuloskeletal sebagian besar terdiri dari inspeksi dan palpasi sendi.
Point kunci yang perlu diperhatikan dalam inspeksi dan palpasi adalah pembengkakan
(swelling/S), nyeri tekan (tenderness/T), dan pembatasan gerakan (loss of motion/L). S, T,
dan L bisa dinilai dalam range 0-4. Secara umum, 0 berarti normal, 1 berarti kelainan ringan,
2 berarti kelainan moderat, 3 berarti kelainan bermakna, 4 berarti kelainan maksimal. Tanda-
tanda fisik lain seperti suhu, perubahan warna pada sendi, krepitasi, dan deformitas bisa
ditambahkan. Krepitasi adalah sensasi grating (seperti bunyi kapur digesekkan ke bidang
yang kasar) atau crunching (seperti bunyi gigi mengunyah) yang bisa diraba atau didengar
akibat gerakan sendi atau tendon.

1) Leher dan tulang belakang A. Inspeksi


Inspeksi dilakukan dalam keadaan pasien berdiri. Perhatikan adanya lengkungan
keluar vertebra thorakalis yang dimulai dari vertebra prominens. Ini diikuti dengan
lengkungan vertebra lumbalis ke dalam, dan kemudian lengkungan sakrum ke arah luar.
Adanya kifosis ringan pada vertebra thorakalis sering menyertai osteoporosis pada
proses penuaan. Sikap bahu yang buruk dengan bahu yang turun juga dapat menimbulkan
kifosis.
Lordosis yang berlebihan pada vertebra lumbalis ditandai oleh adanya alur yang dalam
di antara otot-otot paraspinalis lumbalis dan perut yang gendut. Kehamilan, kontraktur fleksi
pada pinggul, dan tendon Achilles yang pendek dapat menyebabkan lordosis.

97
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Scoliosis adalah lengkungan vertebra ke arah lateral. Scoliosis ringan hanya akan
diketahui dengan meraba processus spinosus. Apabila ada scoliosis, tentukan lokasi, tempat
lengkungan utama, dan bentuk lengkungannya. Kalau scoliosisnya struktural, selalu ada
rotasi. Minta pasien untuk membungkuk ke depan dan menyentuh jari kakinya. Scoliosis
postural (tidak berotasi) akan menghilang, sedangkan scoliosis struktural tetap ada.

Gambar 10.1 Tulang belakang normal dan abnormal (A) Kifosis, peningkatan
kecembungan atau melingkarnya lengkungan vertebrae thoracis, (B)
Lordosis, peningkatan lengkungan vertebrae lumbalis, (C) Skoliosis,
vertebra melengkung ke lateral

Lakukan juga inspeksi apakah ada benjolan, bekas trauma atau pembedahan pada bagian
kulit di atas tulang belakang.
B. Palpasi
Lakukan palpasi prosessus spinosus vertebralis untuk melihat adanya nyeri tekan.
Kalau menemukan nyeri tekan, tentukan lokasi tiap vertebra dengan jari dan ketuk jari
dengan palu perkusi. Perkusi dapat menentukan vertebra yang terganggu. Minta pasien untuk
menunjukkan tempat yang tepat dimana rasa nyeri terasa paling hebat.
Palpasi kelompok otot paraspinal pada kedua sisi tulang belakang. Palpasi apakah ada
spasme otot, perbedaan tonus otot, dan benjolan.
Minta pasien meletakkan satu kaki pada kursi, kemudian palpasi tuberositas
ischiadicus, sulcus ischiadicus, dan trochanter mayor, dengan cara meletakkan ibu jari pada
trochanter mayor dan telunjuk pada tuberositas ischiadicus. Dengan tekanan yang kuat,

98
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

palpasi sulcus ischiadicus di antara kedua tempat tersebut. Nyeri yang timbul pada palpasi
sulcus ischiadicus menunjukkan adanya iritasi nervus ischiadicus.
C. Pemeriksaan rentang gerakan (ROM)
Range of motion (ROM) adalah pengukuran fleksibilitas sendi dengan mengobservasi
besar derajat suatus endi dapat bergerak dari suatu posisi netral. Alat pengukur ROM disebut
goniometer. Goniometer diletakkan pada sendi dan dua lengannya disejajarkan dengan
tulang-tulang yang dihubungkan dengan sendi. ROM yang terbatas bisa disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain kelemahan otot, kerusakan saraf, kerusakan tulang belakang, dan
artritis.
Ada 2 jenis pengukuranm yaitu active ROM dan passive ROM. Pada active ROM,
pasien diminta menggerakkan sendinya, dan pasien diobservasi untuk adanya penurunan
atau peningkatan gerakan sendi dibanding sendi normal ataupun sendi kontralateral.
Perhatikan juga apakah adanya sendi pada waktu digerakkan, dan apakah ada bunyi krepitus
(popping). Pada passive ROM, sendi digerakkan secara pasif atau digerakkan oleh
pemeriksa, dan perhatikan lagi apakah ada penurunan atau peningkatan gerakan sendi
dibanding sendi normal ataupun sendi kontralateral, nyeri waktu digerakkan dan adanya
krepitus.
Gerakkan sendi pasien dalam suatu rentang gerakan (range of motion/ROM), yaitu
membungkuk ke depan (antefleksi), ekstensi ke belakang (retrofelksi), memiringkan tubuh
ke lateral (laterofleksi), dan rotasi. Pada saat rotasi, pinggul harus distabilkan dengan tangan
pemeriksa atau dengan menyuruh pasien duduk di meja.
Apabila ada keluhan nyeri punggung, terdapat lima pemeriksaan yang memperjelas
penyebabnya. Pertama, tes mengangkat tungkai dalam keadaan lurus. Pasien diminta
berbaring telentang untuk melakukan tes ini. Dengan satu tangan di belakang pergelangan
kaki dan lutut diekstensikan, angkat seluruh ekstremitas inferior secara perlahan sampai
pasien merasakan nyeri pada punggung bawah. Catat sudut yang tepat dimana nyeri mulai
timbul. Ulangi tes sampai titik tepat sebelum nyeri timbul dan dorsofleksikan kaki. Ini akan
menyebablan traksi pada nervus ischiadicus. Adanya nyeri memastikan adanya iritasi nervus
ischiadicus. Nyeri ischiadicus paling sering timbul pada elevasi 40°-60°. Nyeri sacroiliaca,
bila ada, hanya akan timbul pada elevasi penuh.
Pemeriksaan kedua adalah untuk menunjukkan gangguan pada sendi sacroiliaca.
Letakkan satu tangan pada bahu pasien, lalu dengan tangan lainnya, dorong lutut yang

99
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

difleksikan ke arah bahu kontralateral. Ini akan meregangkan sendi sacroiliaca dan
memperberat nyeri pada sendi tersebut.
Pemeriksaan ketiga adalah untuk membedakan nyeri yang berasal dari vertebra.
Letakkan lutut pasien pada dadanya dalam posisi fetus. Secara individual, fleksikan tiap lutut
dan pinggul dengan mendorong lutut ke dinding dada. Tindakan ini akan meregangkan sendi
lumbosacral. Pasien yang menderita nyeri pada sendi lumbosacral sering menolak untuk
berbaring telentang, mereka cenderung untuk memfleksikan lutut dan pinggul.
Pemeriksaan keempat adalah dengan meminta pasien menyilangkan kedua tangannya di
dada dan mulai melakukan sit-up. Di sini dapat ditentukan segmen musculus rectus yang
lemah akibat gangguan saraf karena kelainan di tulang belakang.
Pemeriksaan kelima adalah dengan meminta pasien tiarap, kemudian angkat satu paha
dari meja sehingga tungkai mengalami hiperekstensi. Hiperekstensi tungkai ini dapat
memperberat nyeri akibat herniasi discus, sacroiliitis, dan sprain lumbosacral.

2) Panggul/pelvis
Pelvis merupakan salah satu sendi penyangga berat badan, maka pemeriksaan fungsi
yang dilakukan adalah pada saat berdiri dan berjalan. Pada pemeriksaan otot, otot-otot utama
pada panggul dikelompokkan dalam 4 sektor, yaitu otot fleksor panggul yang terletak di
anterior, otot abduktor medial yang terletak di medial, otot abduktor lateral yang terletak di
lateral trochanter, dan otot ekstensor panggul yang terletak di posterior.
A. Inspeksi
Dalam posisi berdiri, pasien dengan artritis pinggul akan menyokong sebagian besar
berat badannya pada sisi yang tidak sakit. Carilah adanya fleksi ringan lutut pada sisi yang
sakit. Otot gluteus maximus sisi yang sakit mungkin akan mengalami atrofi.
Perhatikan adanya pembengkakan, bekas trauma, atau bekas pembedahan pada daerah
panggul.
B. Palpasi
Dalam keadaan berdiri menghadap pasien, periksa apakah ada pelvic tilt, yaitu dengan
meletakkan ibu jari tangan pada spina iliaca anterior superior dan jari tengah pada trochanter
mayor femur. Jika spina iliaca lebih tinggi pada satu sisi dan trochanter mayor juga lebih
tinggi, kemungkinan tungkai yang berlawanan lebih pendek atau mengalami fleksi
kontraktur yang menetap. Jika spina iliaca lebih rendah, tapi trochanter mayor sejajar dengan

100
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

trochanter di sisi kontralateral, mungkin terjadi pemendekan caput femoralis. Dalam keadaan
ini, otot gluteus medius sisi yang sakit akan teraba lemah, lunak, dan mudah ditekan sampai
cekung.
Minta pasien berdiri di atas satu tungkai. Otot gluteus medius pada sisi yang disangga
akan berkontraksi dan mempertahankan tinggi pelvis. Cekungan di atas spina iliaca posterior
superior dapat ditandai dengan pena. Kalau gluteus berkontraksi, biasanya otot tersebut akan
menaikkan pelvis sisi yang tidak disangga dan cekungan tersebut akan naik. Hal ini disebut
dengan tes Trendelenburg negatif atau normal. Jika otot gluteus medius pada sisi yang
disangga lemah atau tidak berfungsi, pelvis dan cekungan pada sisi yang tidak disangga akan
tetap pada ketinggian yang sama atau malah turun.
Kemudian lakukan palpasi keempat sektor otot. Dengan menghadap pasien, ibu jari
diletakkan di spina iliaca anterior superior, dan palpasi tuberculum iliaca dan crista iliaca.
Gerakkan tangan ke bawah dan palpasi trochanter mayor dengan ibu jari terletak di
tuberculum pubis. Di bagian posterior, palpasi spina iliaca posterior superior, processus
spinosus, dan sacrum. Periksa apakah ada atrofi, hipertrofi, spasme otot, dan nyeri tekan.
Minta pasien berbaring pada satu sisi, dan kaki sebelah atas difleksikan pada sendi
panggul dan sendi lutut. Palpasi tuberositas ischii, kemudian di sebelah titik ini lakukan
palpasi nervus ischiadicus yang terletak di antara tuberositas ischii dan trochanter mayor.
Palpasi otot-otot dan jaringan lunak di daerah trigonum femoralis, trochanter mayor, crista
iliaca, dan punggung bawah, untuk memeriksa adanya atrofi, hipertrofi, spasme, dan nyeri
tekan.
Minta pasien berbaring telentang, lalu minta pasien mengangkat tungkai dengan lurus.
Jika terasa tidak nyaman, minta pasien memfleksikan lutut pada sisi yang tidak sakit ke arah
dada, apabila tungkai yang sakit naik, maka derajat kenaikannya menunjukkan besarnya
kontraktur fleksi yang terjadi. Ini disebut dengan tanda Thomas.
C. Pemeriksaan ROM
Dengan tungkai diluruskan ke bawah, abduksikan tungkai ke lateral sampai
membentuk sudut 45°, lalu adduksikan dengan jarak yang sama, sehingga total membentuk
sudut 90°. Pada adduksi normal, sepertiga medial paha yang berlawanan dapat disilangkan.
Fleksi penuh (115°-137°) harus dapat membawa tungkai sampai ke dada.
Periksa gerakan rotasi dengan memfleksikan lutut dan menggerakkan kaki ke luar
untuk memeriksa endorotasi dan gerakkan kaki ke dalam untuk memeriksa eksorotasi.

101
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Dalam keadaan normal, endorotasi adalah 35°, dan eksorotasi adalah 45°. Minta pasien untuk
tiarap, lalu letakkan satu tangan pada bokong dan angkat tungkai untuk memeriksa ekstensi,
biasanya sekitar 40°-45°.

3) Lutut A. Inspeksi
Perhatikan apakah ada pembengkakan pada sendi lutut. Perhatikan juga apakah kontur
otot simetris pada kedua sisi. Juga inspeksi apakah ada bekas trauma atau pembedahan pada
lutut.
B. Palpasi
Lutut lebih mudah dipalpasi apabila difleksikan 90°. Minta pasien duduk di tepi meja
periksa. Letakkan tangan pada lutut sehingga jari tangan pemeriksa membentuk lengkungan
di sekitar poplitea posterior. Palpasi otot, tendo, jaringan lunak dan tulang di anterior dengan
ibu jari tangan. Endorotasikan tibia agar dapat mempalpasi meniscus medialis. Untuk
mempalpasi meniscus lateralis, kaki difleksikan sedikit. Di posterior, palpasi tendon, otot,
dan arteri pada fossa poplitea.
Untuk memeriksa adanya efusi pada lutut, lakukan ballotement patella, dengan
menekan patella dengan satu tangan, bila ada cairan akan terdengar bunyi klik ketika patella
memukul femur. Kemudian dengan hati-hati lakukan pengurutan kantong suprapatella ke
bawah, dan bila ada efusi akan terbentuk tonjolan pada kedua sisi patella.

Gambar 10.2 Ballotement patella dan pengurutan kantong


suprapatella

102
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Pemeriksaan ballotement juga bisa dilakukan dengan menekan bagian atas lutut untuk
mendorong cairan ke belakang patella, lalu patella diketuk, apabila patella mengalami
rebound ke jari pemeriksa, berarti ada cairan.

C. Pemeriksaan ROM
Minta pasien duduk di meja periksa, lalu lakukan fleksi dan ekstensi tungkai. Ekstensi
lutut dapat terjadi sampai 0°, fleksi sampai 135°, endorotasi dan eksorotasi masing-masing
10°.

4) Kaki A. Inspeksi
Perhatikan apakah ada pes planus/kaki datar, dimana arcus longitudinalis medialis
kaki menghilang. Kaki pasien nampak datar, dan biasanya timbul kalus pada caput talus.
Claw toes menunjukkan adanya fleksi pada sendi interfalang proksimal dan distal, serta
hiperekstensi pada sendi metatarsofalangeal. Hammer toes ditunjukkan oleh adanya
hiperekstensi sendi metatarsofalangeal dan interfalangeal distal serta fleksi sendi
interfalangeal proksimal.
Inspeksi juga apakah terdapat pembengkakan, asimetri, dan bekas trauma atau
pembedahan pada kaki.
B. Palpasi
Palpasi seluruh kaki, terutama di sekitar malleolus, kaput metatarsal, talus, kalkaneus,
dan tendon Achilles. Perhatikan tonjolan tulang, otot, dan jaringan lunak pada kaki, apakah
ada nyeri dan pembengkakan, serta dan bandungkan dengan sisi kontralateral
C. Pemeriksaan ROM
Lakukan pemeriksaan ROM secara pasif dengan mengekstensikan lutut dan
mendorsofleksikan kaki (20°), lalu lakukan fleksi plantar (50°). Lakukan inversi dengan
memutar telapak kaki ke dalam, dan eversi dengan memutar telapak kaki ke luar,
masingmasing sampai 15°.
Pemeriksaan ROM secara aktif bisa dilakukan dengan meminta pasien berjalan di atas
jari kaki (memeriksa fleksi plantar dan gerakan jari kaki), berjalan di atas tumit (memeriksa
dorsofleksi), berjalan dengan tepi lateral kaki (memeriksa inversi), dan berjalan dengan tepi
medial kaki (memeriksa eversi).

103
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

5) Bahu A. Inspeksi
Lakukan inspeksi bahu dari depan dan belakang, dengan membandingkan tiap daerah
dengan sisi kontralateralnya. Perhatikan kesimetrisannya, dan pusatkan perhatian pada
clavicula, sendi acromioclavicular dan sendi claviculosternal, sulcus dan otot
deltoidpectoralis, serta scapula. Perhatikan adanya perubahan anatomis, pembengkakan,
bekas trauma, atrofi dan bekas pembedahan.

B. Palpasi
Lakukan palpasi anatomi bahu dari belakang pasien. Palpasi clavicula, sendi
acromioclavicular dan sendi claviculosternal, acromion, processus coracoid, otot deltoid,
otot pectoralis, otot trapezius, tuberositas mayor humeri, scapula, dan axilla. Minta pasien
memfleksikan dan mengabduksikan bahu beberapa kali saat memeriksa sendi
acromioclavicular, dan rasakan gerakan sendi dengan jari, untuk mengetahui apakah ada
nyeri tekan dan krepitus. Rotator cuff dapat dipalpasi dengan memegang lengan pasien di
atas siku dan mengangkat siku ke posterior. Rotator cuff bisa dipalpasi di anterior inferior
acromion. Sulcus bicipital dapat dipalpasi jika lengan difleksikan dan dirotasikan ke medial
dan lateral secara berulang-ulang, sehingga sulcus tersebut bisa dikenali di antara kedua
tuberositas humeri. Rotasi eksternal membuat sulcus tersebut lebih mudah dipalpasi.
C. Pemeriksaan ROM
Untuk memeriksa abduksi, minta pasien menggerakkan lengan ke luar dan ke atas
seperti “burung mengepakkan sayap”. Scapula mulai berotasi pada sudut 30°. Lakukan
fiksasi scapula dengan tangan dan pasien harus dapat mengabduksikan bahu sampai 90°. Jika
ini dapat dilakukan, kemudian mengangkat lengannya di atas kepala (180°), bisa dipastikan
tidak ada gangguan anatomis atau cedera yang berat.
Adduksi dilakukan dengan meminta pasien meletakkan tangannya di puncak bahu
kontralateral, dengan siku di atas sternum (135°). Antefleksi dapat dilakukan sampai 180°.
Endorotasi diperiksa dengan meminta pasien menggaruk punggungnya di bagian
antara batas bawah bahu dengan ibu jarinya. Eksorotasi diperiksa dengan melakukan ayunan
ke belakang untuk melakukan pukulan tenis. Dengan siku difleksikan secara parsial, tangan

104
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

didorong ke belakang sejauh mungkin. Endorotasi normal sampai 55°, eksorotasi sampai
40°-45°.

A B
Gambar 10.3 Endorotasi (A) dan eksorotasi (B)
Tes Speed dapat mengenali adanya tendonitis bisipital, yang dapat dilakukan dengan
meminta pasien mengekstensikan lengan dengan telapak tangan menghadap ke atas, lalu
lakukan tekanan ke bawah pada telapak tangan, dan minta pasien menahannya. Bila terdapat
nyeri saat menahan tekanan, diduga ada peradangan tendo kaput langum otot biseps brachii.

Gambar 10.4. Tes Speed

6) Siku A. Inspeksi
Inspeksi sudut angkat siku dan bagian-bagian siku. Lakukan ekstensi lengan
sepenuhnya di sisi tubuh. Sudut angkat normal membuat siku dapat dimasukkan ke cekungan
pinggang di atas crista iliaca. Sudut angkat siku yang normal pada pria adalah 510°, dan pada
wanita adalah 10-20°.
Bandingkan segitiga yang terbentuk antara epicondylus medialis dan lateralis dengan
ujung olecranon antara kedua sisi (kanan dan kiri), pada waktu siku fleksi 90°, dan segitiga
itu akan menjadi lurus saat siku diekstensikan.

105
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Lakukan juga inspeksi adanya pembengkakan, kemerahan, deformitas, atrofi, bekas


trauma atau pembedahan pada daerah siku.
B. Palpasi
Dengan satu tangan di sekitar biseps pasien, lakukan abduksi dan ekstensi lengan, dan
minta pasien memfleksikan siku kira-kira 90°. Kemudian lakukan palpasi semua tonjolan
anatomis pada siku (epicondylus medialis dan lateralis, olecranon, fossa olecrani, caput
radii), apakah ada nyeri tekan, panas, benjolan, atau pembengkakan. Kedua epicondylus dan
apex olecrani membentuk segitiga sama sisi ketika siku fleksi 90° dan menjadi garis lurus
bila siku diekstensikan. Caput radii dipalpasi dengan satu jari saat pronasi dan supinasi.

Gambar 10.5. Palpasi siku

C. Pemeriksaan ROM
Minta pasien melakukan fleksi siku, normalnya menyisakan jarak 30° antara lengan
atas dan lengan bawah.
Ekstensi penuh harus membuat lengan atas dan bawah membentuk garis lurus. Pronasi
dan supinasi lengan bawah dapat dilakukan pada siku atau bahu dengan abduksi dan adduksi.
Untuk memeriksa siku, siku harus difiksasi pada sisi tubuh dan minta pasien melakukan
pronasi dan supinasi pada lengan bawah. Pronasi sedikit kurang dari 90°, dan supinasi 90°
penuh.

106
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

7) Tangan/pergelangan tangan A. Inspeksi


Lakukan inspeksi pada sendi pergelangan tangan dan tangan, apakah terdapat
pembengkakan, kemerahan, deformitas, asimetri, bekas trauma ataupun pembedahan. Mallet
finger terjadi bila terdapat ruptur tendon ekstensor pada insersionya di falang distal, sehingga
terjadi fleksi paksa dan ketidakmampuan mengekstensikan sendi interfalang distal,
sedangkan sendi interfalang proksimal masih bisa ekstensi normal. Jersey finger terjadi bila
terjadi avulsi tendon fleksor digitorum profundus pada insersionya di falang distal, sehingga
terjadi fleksi paksa bila ada resistensi, dan tidak bisa memfleksikan sendi interfalang distal,
sedangkan sendi interfalang proksimal masih bisa fleksi.

B. Palpasi
Lakukan palpasi pada sendi falang, sendi metakarpofalang, tulang-tulang karpal,
radius/ulna. Periksa apakah ada nyeri tekan, pembengkakan, dan tonjolan tulang tambahan.
Lakukan pemeriksaan tendon muskulus flexor digitorum profundus dengan menekan
pada falang media, dan meminta pasien memfelksikan falang distalnya.
Lakukan pemeriksaan tendon muskulus flexor digitorum superficialis pemeriksan
menekan/mengekstensikan semua jari lain dan meminta pasien hanya memfleksikan jari
yang diperiksa.
Lakukan pemeriksaan tendon ekstensor dengan meminta pasien mengekstensikan
sendi metakarpofalang melawan tahanan dengan sendi interfalang difleksikan.
C. Pemeriksaan ROM
Pergelangan tangan mampu melakukan ekstensi dorsal (35°-60°) dan fleksi palmar
(50°-60°), deviasi radial (20°), deviasi ulnar (40°), supinasi (90°) dan pronasi (90°).
Sendi metakarpofalang dapat melakukan ekstensi (10°-30°) dan fleksi (90°), sendi
interfalang proksimal dapat melakukan esktensi (0°) dan fleksi (100°), sendi interfalang
distal dapat melakukan ekstensi (0°) dan fleksi (90°), serta dapat melakukan abduksi jari
(20°) dan aduksi jari (20°).
Khusus untuk ibu jari, sendi metakarpofalang dapat melakukan ekstensi (0°) dan fleksi
(50°), sendi interfalang dapat melakukan esktensi (20°) dan fleksi (90°), abduksi jari (45°)
dan aduksi jari (0°), serta anteversi (45°) dan retroversi (0°).

107
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

10.4 Pemeriksaan tenaga, tonus, dan trofik otot


1) Tenaga otot
Bila kita dapatkan bahwa tenaga atau kekuatan otot suatu anggota tubuh menurun,
maka dikatakan terdapat paresis pada anggota tubuh tersebut. Bila tenaga pada anggota
tubuh tersebut hilang sama sekali, maka dikatakan terdapat paralisis pada anggota tubuh
tersebut.Kelumpuhan total yang mengenai separuh tubuh (di sisi kanan atau kiri) dinamakan
hemiparalisis atau hemiplegia.Bila tidak terjadi kelumpuhan total, tetapi tenaga itu hanya
menurun saja, maka keadaan ini kita namakan hemiparesis.
Tenaga atau kekuatan otot dapat dinilai menurut beberapa derajat:
• Derajat 0: paralisis total, atau tidak ada kontraksi sama sekali pada otot tersebut.
• Derajat 1: pada palpasi, teraba ada sedikit kontraksi pada otot, tetapi kontraksi ini tidak
menimbulkan gerakan
• Derajat 2: otot itu hanya dapat digerakkan bila gravitasi dihilangkan.
• Derajat 3: gerakan otot dapat dilakukan melawan gravitasi, tetapi tidak dapat melawan
tahanan ringan dari si pemeriksa.
• Derajat 4: gerakan otot dapat dilakukan melawan gravitasi, tahanan ringan dan tahanan
sedang dari si pemeriksa.
• Derajat 5: kekuatan otot normal, dimana gerakan otot dapat dilakukan melawan tahanan
maksimal dari si pemeriksa.
Untuk dapat menilai tenaga atau kekuatan suatu otot, penderita diminta untuk
melakukan suatu gerakan tertentu pada satu sendi. Sementara gerakan itu dilakukan, dengan
tangan kita berusaha menahan gerakan tersebut. Dari tenaga yang perlu kita keluarkan untuk
rnenahan gerakan tersebut, dapat dinilai kekuatan otot penderita. Contohcontoh pemeriksaan
gerakan otot dapat dilihat pada gambar-gambar berikut.

Pada ekstremitas superior :

a. Sendi bahu

108
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Gambar 10.6. Penilaian tenaga otot trapezius bagian bawah

Gambar 10.7. Penilaian tenaga otot trapezius bagian atas

Gambar 10.8. Penilaian tenaga otot deltoideus

109
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Gambar 10.9. Penilaian tenaga otot supraspinatus

Gambar 10.10. Penilaian tenaga otot infraspinatus

Gambar 10.11. Penilaian tenaga otot pektoralis mayor

110
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Gambar 10.12. Penilaian tenaga otot latissimus dorsi

Gambar 10.13. Penilaian tenaga otot serratus anterior


b. Sendi siku

Gambar 10.14. Penilaian tenaga otot biseps brakhii

111
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Gambar 10.15. Penilaian tenaga otot brakhioradialis

Gambar 10.16. Penilaian tenaga otot triseps brakhii

c. Sendi pergelangan tangan

Gambar 10.17. Penilaian tenaga otot ekstensor karpi radialis

Gambar 10.18. Penilaian tenaga otot fleksor karpi radialis

d. Mengepal (berjabat tangan) dan menggerakkan jari-jari tangan

112
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Gambar 10.19. Penilaian tenaga otot ektensor jari

Gambar 10.20. Penilaian tenaga ekstensor jari I

Gambar 10.21. Penilaian tenaga abduktor jari I

Gambar 10.22. Penilaian tenaga fleksor jari I

Gambar 10.23. Penilaian tenaga otot fleksor jari I

Gambar 10.24. Penilaian tenaga otot onterossei dorsalis

Gambar 10.25. Penilaian tenaga otot interossei palmaris

113
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Gambar 10.26. Penilaian tenaga otot abduktor jari V

Gambar 10.27. Penilaian tenaga otot aduktor jari I

Gambar 10.27. Penilaian tenaga otot lumbrikalis jari II

Gambar 10.28. Penilaian tenaga otot fleksor digitorum profundus

Gambar 10.29. Penilaian tenaga otot fleksor digitorum sublimis

114
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Pada ekstremitas inferior : a.


Sendi panggul

Gambar 10.30. Penilaian tenaga otot iliopsoas

Gambar 10.31. Penilaian tenaga otot gluteus maksimus

Gambar 10.32. Penilaian tenaga otot gluteus medius dan minimus

115
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Gambar 10.33. Penilaian tenaga otot aduktor dan abduktor tungkai

b. Sendi lutut

Gambar 10.34. Penilaian tenaga otot sartorius

Gambar 10.35. Penilaian tenaga otot biseps femoris

c. Sendi kaki

Gambar 10.36. Penilaian tenaga otot gastroknemius

116
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Gambar 10.37. Penilaian tenaga otot peroneus longus dan brevis

Gambar 10.38. Penilaian tenaga otot tibilis anterior

Gambar 10.39. Penilaian tenaga otot fleksor digitorum longus

2) Tonus otot
Pada setiap otot skelet, beberapa unit motorik (satu unit motorik adalah serabutserabut
otot yang dikendalikan oleh satu neuron motorik) selalu dalam keadaan aktif, bahkan saat
otot tersebut tidak berkontraksi. Kontraksi unit-unit motorik ini tidak menghasilkan cukup
tegangan untuk menyebabkan adanya gerakan, tetapi cukup mampu menegangkan otot.
Tegangan saat istirahat pada otot skelet ini disebut dengan tonus otot.

Untuk menilai keadaan tonus suatu otot, dapat dilakukan dengan cara melakukan fleksi
dan ekstensi pada sendi yang digerakkan oleh otot tersebut, misalnya untuk menilai tonus
otot biseps, kita lakukan fleksi dan ekstensi pada sendi siku.Gerakan-gerakan ini dapat pula
kita lakukan pada sendi-sendi yang lain, seperti misalnya sendi lutut, sendi pergelangan
tangan, sendi pergelangan kaki, dan lain-lain.Gerakan fleksi dan ekstensi itu kita lakukan
dengan kecepatan yang berbeda-beda.Sementara kita melakukan gerakangerakan itu,
penderita harus dalam keadaan santai. Sebaiknya kita beritahu pada penderitaagar
melemaskan tungkai atau lengan yang akan diperiksa.
Tonus otot yang menurun disebut hipotoni, dan tonus otot yang hilang sama sekali
disebut atoni. Bi1a terdapat kelumpuhan otot yang diikuti oleh tonus yang
menurun,dikatakan bahwa penderita memperlihatkan paralisis flaksid. Tonus yang

117
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

meningkat disebut hipertoni.Bila terdapat kelumpuhan otot yang diikuti oleh tonus yang
meningkat, dikatakan bahwa penderita itu rnemperlihatkan paralisis spastik.
Tonus yang meningkat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Spastisitas (peningkatan tonus otot dengan peningkatan refleks tendon)
Spastisitas dapat kita perlihatkan seperti berikut: Anggota tubuh, misalnya lengan,
yang biasanya dalam posisi fleksi, kita luruskan.Dalam melakukan ekstensi ini, kita akan
merasakan adanya suatu tahanan. Tetapi tahanan ini tiba-tiba lenyap, sehingga mendadak
gerakan ekstensi yang dilakukan tidak mendapat perlawanan lagi. Adanya suatu tahanan
yang hilang dengan mendadak ketika dilakukan ekstensi tersebut disebut fenomena pisau
lipat atau clasp knife phenomenon. Sementara itu, posisi anggota tubuh bawah biasanya
dalarn keadaan ekstensi. Untuk memperlihatkan spastisitas tersebut, kita lakukan fleksi pada
tungkai tersebut. Bila tahanan yang kita rasakan hilang dengan mendadak, kita katakan
bahwa pada tungkai tersebut terdapat fenomena pisau lipat.

Gambar 10.40. Pemeriksaan tonus otot

b. Rigiditas (peningkatan tonus otot tanpa peningkatan refleks tendon)


Rigiditas merupakan manifestasi gangguan tonus otot dimana pada penilaian tonus otot
dirasakan adanya tahanan yang hilang timbul secara berselingan. Sewaktu kita melakukan
fleksi atau ekstensi pada suatu anggota tubuh (lengan atau tungkai), kita akan rasakan adanya
suatu tahanan. Bila kita lawan tahanan tersebut, akan kita rasakan bahwa tahanan tersebut
akan mengalah sebentar. Tetapi segera akan kita rasakan bahwa ada tahanan baru. Jadi,
sewaktu melakukan fleksi atau ekstensi pada anggota tubuh kita rasakan adanya tahanan
yang tersendat-sendat. Ini disebutn fenomen roda-bergigi atau cogwheel phenomenon.

118
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Pada keadaan tonus otot yang menurun, dirasakan kendor pada palpasi, anggota gerak
dapat digoyang-goyang dengan mudah, dan tidak ada tahanan sewaktu dilakukan fleksi atau
ekstensi.

Gambar 10.41. Pemeriksaan tonus beberapa otot yang menunjukan hipotoni

3) Trofik otot
Saat memeriksa penderita, diperhatikan juga bentuk otot-ototnya, khususnya di
tempat-tempat di mana penderita merasakan tenaganya menurun. Kadang tidak cukup bila
pemeriksaan itu hanya dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi saja, tetapi sering anggota
tubuh yang dirasakan lemah itu perlu diukur dengan pita pengukur. Dengan cara ini, trofik
anggota tubuh kanan dan kiri dapat dibandingkan satu sama lain. Otot dapat mengalami atrofi
atau hipertrofi. Pengecilan bentuk otot yang disebabkan oleh musnahnya serabut otot disebut
atrofi atau hipotrofi otot.Bila kita melihat bahwa tampak otot-otot yang mengecil, perlu kita
perhatikan apakah mengecilnya otot-otot itu simetris atau tidak. Pada penyakit otot herediter,
119
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

pengecilan otot sering terjadi secara simetris. Keadaan ini dinamakan distrofi. Apabila
anggota tubuh lama tidak digerakkan, dapat terjadi atrofi yang disebut disuse atrophy. Atrofi
ini tidak disebabkan oleh musnahnya serabut otot, melainkan karena sarkoplasma serabut
otot berkurang. Pembesaran otot atau hipertrofi dapat terjadi akibat kontraksi otot yang
berlangsung berulang-ulang dan terjadi terus menerus. Apabila pembesaran otot disebabkan
oleh bertambahnya jaringan lemak dan jaringan ikat, maka disebut pseudohipertrofi.
Putusnya hubungan pusat trofik (medulla spinalis kornu anterior) dan otot disebut
denervasi. Pada kondisi ini dapat ditemukan gejala-gejala seperti tenaga yang menurun,
tonus yang menurun, dan trofik yang lama-kelamaan akan terganggu, serta menimbulkan
atrofi.Serabut-serabut otot yang terputus hubungannya dengan pusat trofik akan menjadi
peka (hipersensitif) terhadap asetilkolin yang beredar di dalam darah, menimbulkan
kontraksi pada serat-serat otot tersebut. Gerakan involunter pada suatu fasikulus otot, yang
timbul secara berulang-ulang tersebut dinamakan fasikulasi. Fasikulasi ini tidak dapat
menggerakkan suatu sendi, tetapi gerakan involunter itu sendiri dapat dilihat pada
permukaan kulit.Kadang-kadang fasikulasi itu dapat pula kita timbulkan bila kita mengetok
(perkusi) otot-otot yang atrofi, maka akan timbul suatu cekungan miotonik atau myotonic
dimpling.

10.6 Keterampilan komunikasi dalam pemeriksaan muskuskeletal


Pada penyakit muskuloskeletal, kadang dalam pemeriksaan fisik muskuloskeletal
menimbulkan rasa nyeri, sehingga membuat pasien enggan atau sulit diperiksa. Untuk
menghindari hal tersebut, pemeriksa harus melakukan komunikasi sebelumnya dengan
pasien tentang prosedur yang akan dilakukan.
Aspek-aspek komunikasi yang harus diperhatikan saat melakukan pemeriksaan
muskuloskeletal adalah:
a. Menggunakan bahasa yang jelas dan bisa dipahami pasien.
b. Menjelaskan semua prosedur yang akan dilakukan pada pasien. Selain itu, karena
prosedur pemeriksaan muskuloskeletal umumnya memerlukan pemeriksaan menyeluruh
dari kepala sampai kaki, pasien perlu membuka seluruh pakaiannya. Hal ini perlu
dijelaskan kepada pasien terlebih dahulu.
c. Menjelaskan bagian-bagian pemeriksaan yang berpotensi menimbulkan rasa tidak
nyaman atau nyeri. Hal ini akan mempersiapkan pasien sebelumnya, sehingga

120
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

kemungkinan pasien tidak mau diperiksa karena pemeriksaan yang dilakukan


menimbulkan nyeri akan lebih kecil.
d. Meminta izin sebelum melakukan pemeriksaan.
e. Berbicara dengan pasien selama pemeriksaan dengan menjelaskan apa yang akan
dilakukan sambil melakukannya. Ini akan membuat hubungan lebih dekat antara dokter
dan pasien, dan memberi kesempatan pada pasien untuk memberikan respon atau
memberitahu lokasi yang nyeri.
f. Menunjukkan sensitivitas pada kebutuhan pasien dan berespon pada rasa tidak nyaman
pada pasien. Apabila pasien merasa tidak nyaman atau nyeri pada pemeriksaan,
pemeriksaan bisa diteruskan ke tempat yang tidak nyeri terlebih dahulu, baru kemudian
difokuskan kembali ke lokasi nyeri. Sebaiknya pemeriksaan pada lokasi dilakukan
dengan cepat dan efisien, agar tidak terlalu lama menyebabkan rasa tidka nyaman kepada
pasien.
g. Memberitahu pasien tentang hasil pemeriksaan. Hasil pemeriksaan dicatat dengan baik,
dan disampaikan secara garis besar kepada pasien dengan menggunakan bahasa yang
dipahami pasien.

DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL

Keterampilan Komunikasi pada Pemeriksaan Muskuloskeletal


Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Menggunakan bahasa yang jelas dan bisa dipahami
pasien
2 Menjelaskan semua prosedur yang akan dilakukan pada
pasien
3 Menjelaskan bagian-bagian pemeriksaan yang
berpotensi menimbulkan rasa tidak nyaman atau nyeri

121
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

4 Meminta izin sebelum melakukan pemeriksaan


5 Berbicara dengan pasien selama pemeriksaan dengan
menjelaskan apa yang akan dilakukan sambil
melakukannya
6 Menunjukkan sensitivitas pada kebutuhan pasien dan
berespon pada rasa tidak nyaman pada pasien
7 Memberitahu pasien tentang hasil pemeriksaan

Pemeriksaan Umum, Leher dan Tulang Belakang


Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Inspeksi:
a. Inspeksi postur dan gerakan tubuh
b. Adanya kifosis/lordosis/skoliosis
c. Adanya benjolan/trauma/bekas pembedahan
2 Palpasi
a. Palpasi prosessus spinosus
b. Palpasi otot paraspinal
c. Palpasi sulcus ischiadicus
3 Pemeriksaan ROM
a. Antefleksi
b. Retrofleksi
c. Laterofleksi
d. Rotasi
e. Pemeriksaan nyeri punggung:
• Mengangkat tungkai dalam keadaan lurus
• Pemeriksaan gangguan pada sendi sacroiliaca
• Pemeriksaan gangguan pada sendi lumbosacral
• Tes sit-up
• Hiperekstensi tungkai

Pemeriksaan Panggul
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Inspeksi
a. Asimetri

122
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

b. Atrofi
c. Pembengkakan/bekas trauma/pembedahan
2 Palpasi
a. Pelvic tilt
b. Tes Trendelenburg
c. Palpasi 4 sektor otot: atrofi/hipertrofi/spasme/nyeri
tekan
d. Palpasi nervus ischiadicus dan jaringan lunak
e. Tanda Thomas
3 Pemeriksaan ROM
a. Abduksi (45°)
b. Adduksi (total 90°)
c. Fleksi (115°-137°)
d. Endorotasi (35°)
e. Eksorotasi (45°)
f. Ekstensi (40°-45°)
4 Tenaga otot
a. Otot iliopsoas
b. Otot gluteus maximus
c. Otot gluteus medius dan minimus
d. Otot adduktor tungkai
e. Otot abduktor tungkai
5 Tonus otot
6 Trofik otot

Pemeriksaan Lutut
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Inspeksi
a. Asimetri
b. Pembengkakan/bekas trauma/pembedahan
2 Palpasi
a. Otot, tendon, jaringan lunak & tulang anterior
b. Otot, tendon, arteri di fossa poplitea
c. Ballotement patella
3 Pemeriksaan ROM
a. Fleksi (135°)
b. Ekstensi (0°)
c. Eksorotasi (10°)
d. Endorotasi (10°)
4 Tenaga otot
a. Otot sartorius

123
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

b. Otot biseps femoris


5 Tonus otot
6 Trofik otot

Pemeriksaan Kaki
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Inspeksi
a. Pes planus/claw toes/hammer toes
b. Asimetri
c. Pembengkakan/bekas trauma/pembedahan
2 Palpasi
a. Otot, tendon, jaringan lunak & tulang kaki
3 Pemeriksaan ROM
a. Dorsofleksi (20°)
b. Fleksi plantar (50°)
c. Inversi (15°)
d. Eversi (15°)
4 Tenaga otot
a. Otot gastrocnemius
b. Otot peroneus longus & brevis
c. Otot tibialis anterior
d. Otot flexor digitorum longus
5 Tonus otot
6 Trofik otot

Pemeriksaan Bahu
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Inspeksi
a. Asimetri
b. Atrofi
c. Pembengkakan/bekas trauma/pembedahan
2 Palpasi
a. Otot, tendon, jaringan lunak & tulang
b. Rotator cuff
c. Sulcus bicipital
3 Pemeriksaan ROM
a. Abduksi terfiksasi (90°)
b. Abduksi total (180°)

124
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

c. Adduksi (135°)
d. Antefleksi (180°)
e. Endorotasi (55°)
f. Eksorotasi (40°-45°)
g. Speed test
4 Tenaga otot
a. Otot trapezius atas dan bawah
b. Otot deltoideus
c. Otot supraspinatus
d. Otot infraspinatus
e. Otot pektoralis mayor
f. Otot latissimus dorsi
g. Otot serratus anterior
5 Tonus otot
6 Trofik otot

Pemeriksaan Siku
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Inspeksi
a. Sudut angkat siku
b. Segitiga epicondylus dan olecranon
c. Pembengkakan/kemerahan/bekas
trauma/pembedahan
2 Palpasi
a. Tonjolan tulang (epicondylus medialis dan lateralis,
olecranon, fossa olecrani, caput radii)
3 Pemeriksaan ROM
a. Fleksi (jarak 30° antara lengan atas dan bawah)
b. Ekstensi (180°)
c. Pronasi (90°)
d. Supinasi (90°)
4 Tenaga otot
a. Otot biseps brachii
b. Otot brachioradialis
c. Otot triceps brachii
5 Tonus otot
6 Trofik otot

125
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Pemeriksaan Tangan
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Inspeksi
a. Deformitas: mallet finger, jersey finger, dan lain-lain
b. Pembengkakan/kemerahan/bekas trauma/pembedahan
2 Palpasi
a. Sendi falang, sendi metakarpofalang, tulang-tulang karpal,
radius/ulna
b. Palpasi fungsi tendon muskulus flexor digitorum profundus
c. Palpasi fungsi tendon muskulus flexor digitorum superficialis
d. Palpasi fungsi tendon muskulus ekstensor
3 Pemeriksaan ROM
a. Pergelangan tangan
• ekstensi dorsal (35°-60°)
• fleksi palmar (50°-60°)
• deviasi radial (20°)
• deviasi ulnar (40°) supinasi (90°) pronasi
(90°).

b. Jari II-IV
• ekstensi sendi metakarpofalang (10°-30°)
• fleksi sendi metakarpofalang (90°)
• esktensi sendi interfalang proksimal (0°)
• fleksi sendi interfalang proksimal (100°)
• ekstensi sendi interfalang distal (0°)
• fleksi sendi interfalang distal (90°)
• abduksi jari (20°)
• aduksi jari (20°)

126
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

c. Jari I
• ekstensi sendi metakarpofalang (0°)
• fleksi sendi metakarpofalang (50°)
• esktensi sendi interfalang (20°)
• fleksi sendi interfalang (90°)
• abduksi jari (45°)
• aduksi jari (0°)
• anteversi (45°)
• retroversi (0°)
4 Tenaga otot
a. Otot ekstensor carpi radialis
b. Mengepal
c. Otot ekstensor jari
d. Otot abduktor jari
e. Otot adduktor jari
f. Otot fleksor jari
g. Otot interossei dorsalis
h. Otot interossei palmaris
5 Tonus otot
6 Trofik otot

Keterangan:
0 = tidak dilakukan, atau dilakukan tetapi menyebabkan hilangnya keadaan aseptik/ menambah
mikroorganisme
1 = dilakukan, tetapi tidak benar/tidak lengkap
2 = dilakukan dengan benar

BAB XI KETERAMPILAN PENILAIAN STATUS GIZI

11.1 Pendahuluan

Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui antropometri. Antropometri berasal dari
kata anthtopos dan metros. Anthtopos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi
antropometri adalah ukuran dari tubuh.
Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh
antara lain: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak dibawah kulit.
Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai
ketidak seimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari
pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam
tubuh.

127
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

11.2 Tujuan

Setelah mengikuti kegiatan ini mahasiswa diharap mampu melakukan penilaian status
gizi.

11.3 Parameter

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa
parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan
tebal lemak di bawah kulit.

A. Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur
akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan
berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur
yang tepat.
Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1980), batasan umur digunakan adalah tahun umur
penuh (Completed Year) dan untuk anak umur 0 -2 tahun digunakan bulan usia penuh
(Completed Year).
Contoh : Tahun usia penuh (Completed Year)
Umur: 7 tahun 2 bulan, dihitung 7 tahun
6 tahun 11 bulan, dihitung 6 tahun
Contoh: Bulan Usia Penuh (Completed Year)
Bulan: 4 bulan 5 hari, dihitung 4 bulan
3 bulan 27 hari, dihitung 3 bulan
B. Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering
digunakan pada bayi baru lahir (Neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi
normal atau BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat bayi lahir di bawah 2500 gram atau di
bawah 2,5 Kg. Pada masa bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju

128
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi,
asites, edema dan adanya tumor. Di samping itu pula, berat badan dapat dipergunakan
sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan.
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang.
Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat, dan protein otot menurun. Pada orang yang
edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan
jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi.
Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang digunakan
dilapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan:
1. Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain.
2. Mudah diperoleh dan relatif murah harganya
3. Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg
4. Skalanya mudah dibaca
5. Cukup aman untuk menimbang anak balita.

C. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan
keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu, tinggi badan
merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungan berat badan terhadap
tinggi badan (Quic Stick), faktor umur dapat dikesampingkan.
Pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang sudah dapat berdiri dilakukan dengan
alat pengukur tinggi mikrotoa (microtoise) yang mempunyai ketelitian 0,1 cm.
Cara Mengukur:
 Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding yang lurus datar setinggi tepat
2 meter. Angka 0 (nol) pada lantai yang datar rata.
 Lepaskan sepatu atau sandal.
 Orang yang diukur harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna dalam baris berbaris,
kaki lurus, tumit, pantat, punggung, dan kepala bagian belakang harus menempel pada
dinding dan muka menghadap lurus dengan pandangan ke depan.

129
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

 Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus lurus
menempel pada dinding.
 Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa. Angka
tersebut menunjukkan tinggi orang yang diukur.

D. Lingkar Lengan Atas


Lingkar lengan atas (LLA) adalah salah satu pilihan untuk penentuan status gizi,
karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga
yang lebih murah. Alat yang digunakan merupakan suatu pita pengukur yang terbuat dari
fiberglass atau jenis kertas tertentu berlapis plastik.
Cara Mengukur LLA
Pengukuran LLA dilakukan melalui urutan-urutan yang telah ditetapkan. Ada 7 urutan
pengukuran LLA, yaitu:
1). Tetapkan posisi bahu dan siku
2). Letakkan pita antara bahu dan siku
3). Tentukan titik tengah lengan
4). Lingkarkan pita LLA pada tengah lengan
5). Pita jangan terlalu ketat
6). Pita jangan terlalu longgar
7). Cara pembacaan skala yang benar.

E. Jaringan Lunak
Otak, hati, jantung, dan organ dalam lainnya merupakan bagian yang cukup besar dari
berat badan, tetapi relative tidak berubah beratnya pada anak malnutrisi. Otot dan lemak
merupakan jaringan lunak yang sangat bervariasi pada penderita KEP. Antropometri jaringan
dapat dilakukan pada kedua jaringan tersebut dalam pengukuran status gizi di masyarakat.
Antropometri fisik yang paling sering atau praktis digunakan di lapangan. Bermacam-
macam skin-fold calipers ditemukan, tetapi pengalaman menunjukkan bahwa alat tersebut
mempunyai standard atau jangkauan jepitan (20-40 mm2), dengan ketelitian 0,1 mm, tekanan
yang konstan 10 gram/mm2. Jenis alat yang sering digunakan adalah Harpenden Calipers.
Alat itu memungkinkan jarum diputar ke titik nol apabila terjadi penyimpangan.

130
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Teknik Pengukuran
Mengukur lipatan kulit (skin-fold) terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan kulit dan lemak
sub-kutan. Untuk tempat pengukuran tergantung dari tujuan penelitian, umur yang akan
diperiksa (distribusi lemak berbeda menurut umur), seks, ketelitian daerah yang akan diukur,
ketebalannya relative sama dari lapisan kulit dan lemak, mudah dilaksanakan dan sopan,
sebaiknya diukur bagian-bagian tubuh bagian kiri.
Dalam survey yang berskala besar disarankan bahwa total lemak dalam tubuh dapat
diukur dari pengukuran beberapa tempat sepertui trisep, bisep dan subskapular serta
suprailiaka.
Masalah yang dihadapi adalah peningkatan atau penurunan penyimpanan lemak di
jaringan sub-kutan tidak sama pada seluruh permukaan tubuh. Oleh karena itu, kita harus
memilih daerah yang praktis dan dapat memberikan petunjuk tentang persediaan energi.
Untuk tujuan tersebut, baik orang kurus maupun orang gemuk, pengukuran pada trisep
adalah yang paling praktis untuk semua umur. Pengukuran trisep tidak hanya berguna untuk
menghitung indeks persediaan energi, tetapi memungkinkan sebagai dasar untuk menghitung
ketebalan otot pada lingkar lengan atas.
Pengukuran sebaiknya dilakukan tiga kali dan hasilnya dibuat rata-rata. Ketelitian sulit
didapat karena peningkatan kepadatan dan edema. Untuk lebih jelasnya tentang pengukuran,
dapat dilihat pada Gambar 3.

A. Trisep B. Bisep C. Subskapula

131
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3

Gambar 11.1. Cara pengukuran skin-fold

11.4 Indeks Antropometri

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara
beberapa parameter disebut Indeks Antropometri. Beberapa indeks telah diperkenalkan
seperti pada hasil seminar antropometri 1975. Di Indonesia ukuran baku hasil pengukuran
dalam negeri belum ada, maka untuk berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) digunakan
baku HARVARD yang disesuaikan untuk Indonesia (100% baku Indonesia = 50 persentile
baku Harvard) dan untuk lingkar lengan atas (LLA) digunakan baku WOLANSKI.
Berdasarkan ukuran baku tersebut, penggolongan status gizi menurut indeks
antropometri adalah seperti tercantum pada Tabel 11.1.

Tabel 11.1 Penggolongan keadaan gizi menurut Indeks Antropometri


Status Gizi Ambang batas baku untuk keadaan gizi berdasarkan indeks
BB/U TB/U BB/TB LLA/U LLA/TB
Gizi baik > 80% > 85% > 90% > 85% > 85%
Gizi Kurang 61-80% 71-85% 81-90% 71-85% 76-85%
Gizi buruk ≤ 60% ≤ 70% ≤ 80% ≤ 70% ≤ 75%

(Sumber: Puslitbang Gizi. 1980. Pedoman Ringkas Cara Pengukuran Antropometri dan Penentuan Gizi. Bogor)

Dalam pengukuran indeks antropometri sering terjadi kerancuan, hal ini akan
mempengaruhi interpretasi status gizi yang keliru. Masih banyak diantara pakar yang
berkecimpung dibidang gizi belum mengerti makna dari beberapa indeks antropometri.
Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu Berat Badan menurut Umur
(BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan
(BB/TB). Perbedaan penggunaan indeks tersebut akan memberikan gambaran prevalensi
status gizi yang berbeda. Sering muncul pertanyaan, kapan kita menggunakan indeks

132
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

tersebut dan mana yang lebih sensitif. Oleh karena itu dibawah ini akan diuraikan tentang
berbagai indeks antropometri.

A. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)


Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh.
Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena
serangan penyakit infeksi,menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang
dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil.
Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti
pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan
perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan
normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur
digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat
badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini
(current nutritional status).
1. Kelebihan Indeks BB/U
Indeks BB/U mempunyai beberapa kelebihan antara lain:
 Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum
 Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis
 Berat badan dapat berfluktuasi
 Sabgat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil
 Dapat mendeteksi kegemukan (over weight)
2. Kelemahan Indeks BB/U
Disamping mempunyai kelebihan, indeks BB/U juga mempunyai beberapa kekurangan,
antara lain:
 Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema maupun
asites.
 Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit ditaksir
secara tepat karena pencatatan umuryang belum baik.
 Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anakdibawah usia lima tahun

133
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

 Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan
anak pada saat penimbangan
 Secara operasionalsering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya
setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mau menimbang anaknya, karena di anggap
sebagai barang dagangan, dan sebagainya.

B. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)


Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan terhadap
masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap
tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama.
Berdasarkan karakteristik tersebut diatas, maka indeks ini menggambarkan status gizi
masa lalu. Beaton dan Bengoa (1973) menyatakan bahwa indeks TB/Udi samping
memberikan gambaran status gizi masa lampau, juga erat kaitannya dengan status sosial
ekonomi.
1. Keuntungan Indeks TB/U
Keuntungan dari indeks TB/U, antara lain:
 Baik untuk menilai status gizi masa lampau
 Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa.
2. Kelemahan Indeks TB/U
Adapun kelemahan indeks TB/U adalah:
Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun
Pengukuran relatif sulit dilakukan, karena anak harus berdiri tegak, sehingga
diperlukan dua orang untuk melakukannya  Ketepatan umur sulit didapat

C. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)


Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaaan
normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan
kecepatan tertentu. Jelliffe pada tahun 1966 telah memperkenalkan indeks ini untuk
mengidentifikasi status gizi. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai
status gizi saat kini(sekarang), Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang independen
terhadap umur.

134
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Berdasarkan sifat-sifat tersebut, indeks BB/TB mempunyai beberapa keuntungan dan


kelemahan, seperti yang diuraikan di bawah ini.
1. Keuntungan indeks BB/TB
Adapun keuntungan indeks ini adalah:
 Tidak memerlukan data umur
 Dapat membedakan proporsi tubuh (gemuk, normal dan kurus). 2. Kelemahan
indeks BB/TB Kelemahan indeks ini adalah :
 Tidak dapat memberikan gambaran, apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi
badan, atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya, karena faktor umur tidak
dipertimbangkan.
 Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran
panjang/tinggi badan pada kelompok balita.
 Membutuhkan dua macam alat ukur
 Pengukuran relatif lebih lama
 Membutuhkan dua orang untuk melakukannya
 Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran, terutama bila dilakukan
oleh kelompok non-profesional.

D. Lingkar Lengan Atas menurut Umur (LLA/U)


Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan
jaringan lemak bwah kulit. Lingkar lengan atas berkorelasi dengan indeks BB/U maupun
BB/TB. Lingkar lengan atas merupakan parameter antropmetri yang sangat sederhana dan
mudah dilakukan oleh tenaga yang bukan profesional. Kader Posyandu dapat melakukan
pengukuran ini.
Lingkar lengan atas sebagaimana dengan berat badan merupakan parameter yang labil,
dapat berubah-ubah dengan cepat. Oleh karena itu, lingkar lengan atas merupakan indeks
status gizi saat ini. Perkembangan lingkar lengan atas yang besarnya hanya terlihat pada
tahun pertama kehidupan (5,4 cm), sedangkan pada umur 2 tahun sampai 5 tahun sangat
kecil yaitu kurang lebih 1,5 cm per tahun dan kurang sensitif untuk usia lanjutnya (Jeffille,
1966).
Indeks lingkar lengan atas sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak. Pada usia
2 sampai 5 tahun perubahannya tidak nampak secara nyata, oleh karena itu lingkar lengan

135
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

atas banyak digunakan untuk tujuan screening individu, tetapi dapat juga digunakan untuk
pengukuran status gizi.
Penggunaan lingkar lengan atas sebagai indikator status gizi, disamping digunakan
secara tunggal, juga dalam bentuk kombinasi dengan parameter lainnya LLA/U dan LLA
menurut tinggi badan yang sering disebut Quick Stick.
1. Keuntungan indeks LLA/U
Ada beberapa keuntungan indeks LLA/U, yaitu:
 Indikator yang baik untuk mengukur KEP berat
 Alat ukur murah, sangat ringan, dan dapat dibuat sendiri
 Alat dapat diberi kode warna untuk menentukan tingkat keadaan gizi,sehingga dapat
digunakan oleh yang tidak dapat membaca dan menulis.
2. Kelemahan indeks LLA/U
Adapun kelemahan indeks LLA/U adalah:
 Hanya dapat mengidentifikasi anak dengan KEP berat
 Sulit untuk menentukan ambang batas
 Sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak terutama anakusia 2 sampai 5 tahun
yang perubahannya tidak nampak nyata.

E. Indeks Massa Tubuh (IMT)


Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun keatas)
merupakan masalah penting, karena selain mempunyai risiko penyakit-penyakit tertentu,
juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut
perlu dilakukan secara berkeseinambungan. Salah satu cara adalah dengan mempertahankan
berat badan yang ideal atau normal.
Di Indonesia khususnya, cara pemantauan dan batasan berat badan normal orang
dewasa belum jelas mengacu pada patokan tertentu. Sejak tahun 1958 digunakan cara
perhitungan berat badan normal berdasarkan rumus:

Berat badan normal = (Tinggi badan - 100) - 10% (tinggi badan - 100)
Atau
0,9 x (tinggi badan - 100)
Dengan batasan:
Nilai minimum:0,8 x (tinggi badan - 100 ) dan
Nilai maksimum : 1 1,1 x (tinggi badan - 100 )

136
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Ketentuan ini berlaku umum laki-laki dan perempuan.

Berat badan yang berada di bawah batas minimum dinyatakan sebagai under weight
atau ”kekurusan”, dan berat badan yang berada di atas maksimum dinyatakan ”over weight”
atau kegemukan. Orang-orang yang berada di bawah ukuran berat normal mempunyai risiko
terhadap penyakit infeksi, sementara berada di atas ukuran normal mempunyai risiko tinggi
terhadap penyakit degeneratif.
Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal
orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai body mass index (BMI). Di Indonesia istilah body
mass index diterjemahkanmenjadiIndeks MasaTubuh (IMT).IMT merupakan alat
sederhanauntuk memantau status gizi orang dewasanya khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal
memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang.
Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur di atas 18 tahun. IMT
tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Disamping itu
pula IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti ada edema,
asites dan hepatomegali.

Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berkut :


Berat badan (kg)
IMT =
Tinggi badan (m) - tinggi badan (m)

atau

Berat badan (dalam kilogram) dibagi kuadrat tinggi badan (dalam meter)
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang
membedakan ambang batas untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang normal laki-laki
adalah 20,1 - 25,0 dan untuk perempuan adalah 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan
tingkat defisiensi energi dan tingkat kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO menyarankan
menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan
adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan
menggunakan ambang batas perempuan untuk kategori gemuk tingkat berat.

137
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan


pengalaman klinis dan hasilpenelitian di beberapa negara berkembang. Akhirnya diambil
kesimpulan ambang batas IMT untuk Indonesia adalah seperti Tabel 11.2.

Cara menghitung IMT:


1. Eva dengan tinggi badan 147 cm dengan berat badan 39 Kg.
39 39
IMT Eva = ---------------- = ------------- = 18,05
(1,47) x (1,47) 2,16

Tabel 11.2 Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia


Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 - 18,5
Normal >18,5 - 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan > 25,0 - 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
(Sumber: Depkes, 1994. Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa, Jakarta.hlm. 4)

Dalam hal ini Eva termasuk kategori kekurangan berat badan atau Kurang Energi
Kronis (KEK) ringan. Oleh karena itu, Eva harus menaikkan berat badannya sehingga
mencapai 40 Kg sampai dengan 54 Kg.

2. Dwita dengan berat badan 72 Kg dan tinggi 160 cm.


72 72
IMT Dwita = --------------- = ------------ = 28,12
(1,6)x(1,6) 2,56

Dalam hal ini Dwita termasuk/kelebihan berat badan tingkat berat. Oleh karena itu,
Dwita harus dapat menurunkan berat badannya agar mencapai 48 Kg sampai dengan 64 Kg.
Berat badan normal adalah idaman bagi setiap orang agar mencapai tingkat kesehatan
yang optimal. Keuntungan apabila berat badan normal adalah penampilan baik, lincah dan
risiko sakit rendah. Berat badan yang kurang dan berlebihan akan menimbulkan risiko
terhadap berbagai macam penyakit.

F. Tebal Lemak Bawah Kulit menurut Umur


Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit (skinfold)
dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya pada bagian lengan atas (triceps dan
138
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

biceps), lengan bawah (forearm), tulang belikat (subscapular), di tengah garis ketiak
(midaxillary), sisi dada (pectoral), perut (abdominal), suprailiaka, paha, tempurung lutut
(suprapatellar), dan pertengahan tungkai bawah (medical calf).
Lemak tubuh dapat diukur secara absolut dinyatakan dalam Kilogram maupun secara
relatif dinyatakan dalam persen terhadap berat tubuh total. Jumlah lemak tubuh sangat
bervariasi tergantung jenis kelamin dan umur. Umumnya lemak bawah kulit untuk pria 3,1
Kg dan wanita 5,1 Kg.

G. Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul


Banyaknya lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa perubahan metabolisme
termasuk daya tahan terhadap insulin dan meningkatnya produksi asam lemak bebas,
dibandingkan dengan banyaknya lemak bawah kulit atau pada kaki dan tangan. Perubahan
metabolisme ini memberikan gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang berhubungan
dengan perbedaan distribusi lemak tubuh. Untuk melihat hal tersebut, ukuran yang telah
umum digunakan adalah rasio pinggang dengan pinggul.
Pengukuran lingkar pinggang dan pinggul harus dilakukan oleh tenaga yang terlatih
dan posisi pengukuran harus tepat. Perbedaan posisi pengukuran akan memberikan hasil
hasil yang berbeda. Seidell, dkk (1987) memberikan petunjuk bahwa rasio lingkaran
pinggang dan pinggul untuk perempuan adalah 0,77 dan 0,90 untuk laki-laki.
Pada studi prospektif menunjukkan bahwa rasio pinggang dan pinggul berhubungan
erat dengan penyakit kardiovaskuler. Rata-rata rasio lingkar pinggang dan pinggul penderita
penyakit kardiovaskuler denganorang yang sehat adalah 0,938 dan 0,925.

11.4 Penggunaan Indeks Antropometri Gizi


Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi adalah berat
badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB). Indeks BB/U adalah pengukuran total berat badan termasuk air,
lemak, tulang dan otot. Indeks tinggi badan menurut umur adalah pertumbuhan linier dan
LLA adalah pengukuran terhadap otot, lemak dan tulang pada area yang diukur.
Hasil pengukuran tissue mass seperti berat badan dan lingkar lengan atas dapat berubah
relatif cepat, naik atau turun, tergantung pada makanan anak dan status kesehatan. Kedua
parameter tersebut, berat badan lebih cepat terpengaruh oleh perbedaan konsumsi makanan

139
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

dari pada LLA. Parameter tinggi badan berubah secara lambat dan perlahanlahan. Perbedaan
tinggi badan dapat diukur setelah beberapa waktu lamanya.
Diantara bermacam-macam indeks antropometri, BB/U merupakan indikator yang
paling umum digunakan sejak tahun 1972 dan dianjurkan juga menggunakan indeks TB/U
dan BB/TB untuk membedakan apakah kekurangan gizi terjadi kronis atau akut. Keadaan
gizi kronis atau akut mengandung arti terjadi keadaan gizi yang dihubungkan dengan masa
lalu dan waktu sekarang. Pada keadaan kuang gizi kronis, BB/U dan TB/U rendah, tetapi
BB/TB normal. Kondisi ini sering disebut dengan stunting.
Pada tahun 1978, WHO lebih menganjurkan penggunaan BB/TB,karena
menghilangkan faktor umur yang menurut pengalaman sulit didapat secara benar, khususnya
di daerah terpencil dimana terdapat masalah tentang pencatatan kelahiran anak. Indeks
BB/TB juga menggambarkan keadaan kurang gizi akut waktu sekarang, walaupun tidak
dapat menggambarkan keadaan gizi waktu lampau. Misalnya dulu pernah menderita kurang
gizi kronis,tetapi sekarang sudah baik. Dengan demikian timbul pertanyaan tentang indikator
mana yang lebih dapat dipercaya? Jawabannya tergantung pada tujuan penelitian atau
program yang akan menggunakan data antropometri tersebut.
Dari berbagai jenis indeks tersebut di atas, untuk menginterpretasikannya dibutuhkan
ambang batas. Penentuan ambang batas diperlukan kesepakatan Ahli Gizi. Ambang batas
dapat disajikan ke dalamtiga cara yaitu, persen terhadap median, persentil, dan standar
deviasi unit.

A. Persen terhadap Median


Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri gizi median sama
dengan persentil 50. Nilai median ini dinyatakan sama dengan 100% (untuk standar). Setelah
itu dihitung persentase terhadap nilai median untuk mendapatkan ambang batas. Yayah K
Husaini (1979) memberikan contoh, andai kata nilai median berat badan anak umur 2 tahun
adalah sebesar 12 Kg, maka 80% median sama dengan 9,6 Kg, dan 60% median sama dengan
7,2 Kg. Kalau 80% dan 60% dianggap ambang batas maka anak yang berumur 2 tahun dan
mempunyai berat badan antara 7,2 Kg sampai 9,6 Kg (antara 60% dan 80% median)
dinyatakan status gizi kurang dan di bawah 7,2 Kg (dibawah 60% median) dinyatakan
berstatus gizi buruk.

140
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Status Indeks
Gizi
BB/U TB/U BB/TB

Tabel 11.3. Status gizi berdasarkan indeks antropometri


Gizi sedang 71% - 80% 81% - 90% 81% - 90% Gizi kurang 61% -
70% 71% - 80% 71% -80%
Gizi buruk ≤ 60% ≤ 70% ≤ 70%
Catatan: persen dinyatakan terhadap median baku NCHS
(Sumber: Yayah K Husaini, Antropometri sebagai indeks gizi dan kesehatan masyarakat. Medika, No. 8 tahun
XXIII, 1997. hlm. 269)

Indeks antropometri lainnya seperti TB/U dan BB/TB dapat pula dihitung berdasarkan
persen terhadap median. Batasan-batasan status gizi dan indeks antropometri dapat dilihat
pada Tabel 11.3.

B. Persentil
Cara lain untuk menentukan ambang batas selain persen terhadap median adalah
persentil. Para pakar merasa kurang puas dengan menggunakan persen terhadap median
untuk menentukan ambang batas. Akhirnya mereka memilih cara persentil. Persentil 50 sama
dengan median atau nilai tengah dari jumlah populasi berada diatasnya dan setengahnya
berada dibawahnya. Sebagai contoh, ada 100 anak yang diukur tingginya. Kemudian
diurutkan dari terkecil sampai yang terbesar. Seorang anak yang bernama Ali, berada pada
urutan yang ke 15 berarti persentil 15. Hal ini berarti 14 anak berada dibawahnya dan 85
anak berada diatasnya.
National Center for Health Statistics (NCHC) merekomendasikan persentil ke 5
sebagai batas gizi baik dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik.

C. Standar Deviasi Unit (SD)


Standar deviasi unit disebut juga Z skor. WHO menyarankan menggunakan cara ini
untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan.
 1 SD unit (1 Z Skor) kurang lebih sama dengan 11% dari median BB/U
 1 SD unit ((1 Z skor) kira-kira 10% dari median BB/TB
 1 SD unit (1 Z Skor) kira-kira 5% dari median TB/U

141
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Waterlow juga merekomendasikan penggunaan SD untuk menyatakan hasil pengukuran


pertumbuhan atau Growth monitoring. WHO memberikan gambaran perhitungan SD unit
terhadap baku NCHS.
Contoh 1: 1 SD unit = 11-12% unit dari median BB/U, misalnya seorang anak berada pada
75% median BB/U, berarti 25% unit dibawah median atau -2.
Contoh 2: 1 SD unit = 4-5% dari median TB/U. Jika seorang anak 85% dari median BB/TB,
maka 15% unit di bawah median atau 1,5% SD unit.
Contoh 3: 1 SD unit = 1 SD unit 4-5% unit dari median TB/U. Jika seorang anak 105% dari
median TB/U, maka ia 5% unit di atas median atau +1 SD unit.
Pertumbuhan nasional untuk suatu populasi dinyatakan dalam positif dan negatif 2 SD unit
(Z-Skor) dari median, yang termasuk hampir 98% dari orang-orang yang diukur yang berasal
dari referensi populasi. Di bawah median -2 SD unit dinyatakan sebagai kurang gizi yang
equivalen dengan :
 78% dari median untuk BB/U (±3 persentil)
 80% median untuk BB/TB
 90% median untuk TB/U

Rumus perhitunganan Z-Skor adalah:


Nilai individu subyek - nilai median baku rujukan
z-Skor = --------------------------------------------------------------------
Nilai simpang baku rujukan

Pemilihan sistem klasifikasi sangat tergantung pada tujuan program, dan tenaga yang
tersedia dan kebutuhan cut off points yang dapat dijangkau. Setelah semiloka antropometri
tahun 1991, dewasa ini di Indonesia banyak menggunakan cara persen terhadap median
seperti yang dilaksanakan pada pemantauan status gizi (PSG) tahun 1999.

D. Kebaikan dan Kelemahan dari Masing-masing Indeks

142
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Tabel 11.4 Kebaikan dan kelemahan masing-masing indeks antropometri


Indeks Kebaikan Kelemahan
BB/U - Baik untuk mengukur status gizi akut/kronis - Umur sering sulit ditaksir
- Berat badan dapat berfluktuasi secara tepat
- Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil

Baik untuk menilai gizi masa lampau - Tinggi badan tidak cepat
TB/U - naik,bahkan tidak mungkin
Ukuran panjang dapat dibuat sendiri
- turun
- Pengukuran relatif sulit
dilakukan karena anak harus
berdiri tegak, sehingga
diperlukan 2 orang untuk
melakukannya
- Ketepatan umur sulit

Tidak memerlukan data umur - Membutuhkan 2 macam alat


BB/TB - Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, ukur
- normal, kurus) - Pengukuran relatif lebih
lama
- Membutuhkan 2 orang untuk
melakukannya

Indikator yang baik untuk menilai KEP berat - Alat Hanya dapat
LLA/U - ukur murah, sangat ringan, dapat dibuat mengidentifikasi KEP berat
- sendiri - Sulit menentukan ambang
Alat dapat diberi kodewarna untuk menentukan batas
- tingkat keadaan gizi, sehingga dapat digunakan
oleh orang yang tidak dapat baca tulis
(Sumber: Sri Hartati,1983. Study penggunaan SKDN sebagai alat ukur status gizi balita dalam UPKG Fakultas
Kesehatan Masyarakat, UI. Jakarta. Hlm 18).

11.5 Klasifikasi Status Gizi


Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut
reference. Baku antropometri yang sekarang digunakan di Indonesian adalah WHONCHS.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes dalam pemantauan status gizi (PSG) anak balita
tahun 1999 menggunakan baku rujukan World Health Organization-National Centre for
Health Statistics (WHO-NCHS). Pada Loka Karya Antropometri tahun 1975 telah
diperkenalkan baku Harvard, berdasarkan Semi Loka Antropometri, Ciloto, 1991 telah
direkomendasikan penggunaan baku rujukan WHO-NCHS (Gizi Indonesia, Vol. XV No 2
tahun 1990).
Berdasarkan baku Harvard status gizi dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
143
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

a. Gizi lebih baik untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas.
b. Gizi baik untuk well nourished.
c. Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderate PCM (Protein Calori
Malnutrition).
d. Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiokor dan
kwasiorkor.

A. Klasifikasi Status Gizi menurut Rekomendasi Lokakarya Antropometri, 1975 serta


Puslitbang Gizi, 1978

Dalam rekomendasi tersebut digunakan lima macam indeks yaitu : BB/U, TB/U, LLA/U,
BB/TB dan LLA/TB. Baku yang digunakan adalah Harvard. Garis baku adalah persentil 50
baku Harvard.

Tabel 11.5 Klasifikasi status gizi menurut rekomendasi lokakarya Antropometri


1975 dan Puslitbang Gizi 1978
Kategori BB/U *) TB/U *)
LLA/U BB/TB *) LLA/TB
Gizi baik 100-80 100-95 100-85 100-90 100-85
Gizi kurang < 80-60 < 95-85 < 85-70 < 90-70 < 85-75
Gizi buruk**) < 60 < 85 < 70 < 70 < 75

*) garis baku adalah persentil 50 Harvard


**) Kategori gizi buruk termasuk marasmus, marasmik-kwashirkordan kwashiorkor
(Sumber: Djumadias Abunain, Aplikasi Antropometri sebagai alat ukur status gizi di Indonesia, Gizi Indonesia,
Volime XV No.2 1990, hlm.38)

B. Klasifikasi Menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI Tahun 1999


Dalam buku petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi (PSG) Anak Balita tahun 1999,
klasifikasi status gizi dapat diklasifikasikan menjadi 5, yaitu: gizi lebih, gizi baik,gizi sedang,
gizi kurang dan gizi buruk. Baku rujukan yang digunakan adalah WHO-NCHS, dengan
indeks berat badan menurut umur. Klasifikasi status gizi menurut Direktorat Bina Gizi
Masyarakat Depkes RI tahun 1999 dapat dilihat pada Tabel 11.6.

Tabel 11.6. Klasifikasi status gizi masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes
RI tahun 1999
Kategori Cut of Point *)
Gizi lebih > 120% Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983

144
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Gizi baik 80% - 120% Median BB/U baku WHO-NCHS 1983


Gizi sedang 70% - 79,9% Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
Gizi kurang 60% - 69,9% Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
Gizi buruk < 60% Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983

C. Klasifikasi Cara WHO


Pada dasarnya cara penggolongan indeks sama dengan cara Waterlow. Indikator yang
digunakan meliputi BB/TB, BB/U, dan TB/U. Standar yang digunakan adalah NCHS
(National Centre for Health Statistics, USA), dengan klasifikasi seperti terlihat pada Tabel
11.7.

Tabel 11.7. Klasifikasi menurut Cara WHO


BB/TB BB/U TB/U Status Gizi
Normal Rendah Rendah Baik, pernah kurang
Normal Normal Normal Baik
Normal Tinggi Tinggi Jangkung, masih baik
Rendah Rendah Tinggi Buruk
Rendah Rendah Normal Buruk, kurang
Rendah Normal Tinggi Kurang
Tinggi Tinggi Rendah Lebih, obesitas
Tinggi Tinggi Normal Lebih, tidak obesitas
Tinggi Normal Rendah Lebih, pernah kurang
Sumber : Supariasa, Bakri B, Fajar I. Penilaian Status Gizi. Penerbit EGC. Jakarta 2002:26-86

145
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

DAFTAR TILIK
PENGUKURAN ANTROPOMETRI

PENGUKURAN TINGGI BADAN


Skor
No. Unsur yang dinilai
0 1 2
01. Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan
02. Menggantungkan microtoa pada dinding yang rata
dengan ketinggian 2 meter dari dasar lantai
03. Menyuruh pasien melepas alas kaki
04. Menyuruh pasien berdiri tegak sikap sempurna, kaki
lurus, tumit, pantat, punggung dan kepala bagian
belakang harus menempel pada dinding dan muka
menghadap lurus dengan pandangan ke depan
05. Menurunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala
bagian atas, siku-siku harus lurus menempel pada
dinding
06. Baca angka pada skala yang nampak pada lubang
dalam gulungan mikrotoa. Angka tersebut
menunjukkan tinggi orang yang diukur
07. Mencatat hasil pengukuran

PENIMBANGAN BERAT BADAN


Skor
No. Unsur yang dinilai
0 1 2
01. Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan
02. Meletakkan timbangan injak pada lantai yang datar
03. Melakukan standarisasi pada timbangan yang
digunakan dengan meletakkan jarum penunjuk pada
skala nol
04. Menyuruh pasien untuk menggunakan pakaian
seringan mungkin dan melepas alas kaki
05. Menyuruh pasien naik ke atas timbangan dengan posisi
tegak, pandangan lurus ke depan
06. Membaca angka pada skala yang ditunjukkan pada
timbangan tersebut dengan teliti
07. Mengulangi prosedur penimbangan minimal
sebanyak 2 kali
08. Mencatat hasil pengukuran

Interpretasi hasil pengukuran :


BB =
TB = IMT =

146
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Kategori status gizi :

PENGUKURAN LINGKAR LENGAN ATAS


Skor
No. Unsur yang dinilai
0 1 2
01. Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan
02. Tetapkan posisi bahu dan siku (untuk pasien dengan
ketangankananan dilakukan pada lengan kiri dan
sebaliknya)
03. Lengan pasien harus dalam keadaan bebas lengan baju
dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau
kencang
04. Meletakkan pita antara bahu dan siku
05. Menentukan titik tengah lengan berdasarkan hasil
pengukuran no.3
06. Melingkarkan pita LLA pada tengah lengan dengan
tepat (tidak terlalu longgar maupun terlalu ketat)
07. Membaca angka pada skala yang ditunjukkan pada pita
dengan benar
08. Mencatat hasil pengukuran

Hasil Pengukuran :
Lingkar lengan atas =
Interpretasi =

PENGUKURAN TEBAL LEMAK TUBUH DENGAN MENGGUNAKAN METODE


SKINFOLD CALIPER
Skor
No. Unsur yang dinilai
0 1 2
01. Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan
02. Memberitahu pasien bahwa pengukuran yang
dilakukan mungkin akan menimbulkan sedikit rasa
sakit dan tujuan pengukuran
03. Menentukan posisi yang tepat bagian yang akan diukur
(trisep, bisep, paha, abdomen dan lain-lain)*
04. Meletakkan alat pengukur pada posisi yang telah
ditentukan dengan tepat
06. Membaca angka pada skala yang ditunjukkan pada pita
dengan benar
07. Mencatat hasil pengukuran

147
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023

Ket : * dipilih trisep saja

BAB XII
PENUTUP

Demikian Buku Panduan Staf Pengajar (BPSP) ini disusun sebagai panduan bagi dosen
dalam pelaksanaan proses pembelajaran di Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Palangka Raya. Keberhasilan suatu program akan tercapai jika
terjalin kerjasama dan interaksi yang baik serta harmonis antara pengelola modul, dosen
pengajar (narasumber), mahasiswa, dan seluruh civitas akademika. Semoga setelah
mempelajari modul ini mahasiswa memiliki kemampuan dan kompetensi yang diharapkan.

148

Anda mungkin juga menyukai