KETUA
Farah Fauziyah Radhiyatulqalbi Ahmad, S.Ked., M.Biomed
SEKRETARIS
dr. Angeline Novia Toemon, M. Imun
SEKRETARIAT
Ika Friskila, S.Pd
ANGGOTA
Prof. Dr. dr. Syamsul Arifin, M.Pd., FISPH, FISCM
dr. Donna Novina Kahanjak, M.Biomed dr.
Francisca Diana Alexandra, M.Sc
drg. Helena Jelita, MM., MDSc., Sp.Perio dr.
Indria Agustina, M.Si
dr. Dewi Klarita Furtuna, M.Ked.Klin, Sp. MK
dr. Herlina Eka Shinta, M.Biomed, Sp. PA
drg. Agnes Frethernety, M. Biomed
dr.Austin Bertilova Carmelita, M. Imun
dr. Ni Nyoman Sri Yuliani, Sp. GK
dr. Astrid Teresa, Sp. KK
dr. Dian Mutiasari, M.Kes
dr. Adelgrit Trisia, M.Imun., Sp.A
Fatmaria, S.Farm, Apt., M.Farm
Astri Widiarty, S.Farm, Apt., M.Kes
Elsa Trinovita, S.Farm, Apt., M.Si
dr. Ratna Widayati, M.Biomed
Dr. dr. Nawan, M.Ked.Trop dr.
Septi Handayani, M. Si
Dr. dr. Natalia Sri Martini, M.Si dr.
Agnes Immanuella Toemon, Sp.ParK
dr. I Gde Hary Eka Adnyana, M.Biomed, Sp.OG
dr. Galih Indra Permana dr. Ihsanul Irfan
dr. Ervie Audia Munthe
dr. Anna Marthea Veronicha dr.
Ashari Mohpul
Silvani Permatasari, SPd, M.Biomed
Abi Bakring Balyas, SPd, M.Kes
Ravenalla Abdurrahman Al Hakim Sampurna Putra S., SKM, MPH
Arif Rahman Jabal, S.Si, M.Si
dr. Tisha Patricia, Sp.PK
drg. Shinta Nugrahini, S.KG., M.Biomed
Hanasia, S.Pd., M.Biomed drh. Rian Ka Praja,
S.KH., M.Biomed., Ph.D.
Oktaviani Naulita Turnip, S.Si., M.Biomed
KATA PENGANTAR
Sebagai calon tenaga medis, mahasiswa kedokteran tentu diharapkan memiliki kecakapan
dalam melakukan keterampilan klinis mendasar. Keterampilan klinis tersebut perlu dilatihkan
sejak awal hingga akhir pendidikan dokter secara berkesinambungan. Dalam melaksanakan
praktik, lulusan dokter harus menguasai keterampilan klinis untuk mendiagnosis maupun
melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan. Daftar Keterampilan Klinis yang telah direvisi
ini disusun pada lampiran Daftar Keterampilan Klinis SKDI 2012.
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 (KMD 1) bertujuan agar mahasiswa kedokteran tahap
awal telah memiliki pengetahuan dan keterampilan klinis mendasar tahap 1 berupa kemampuan
komunikasi efektif, pengambilan darah vena dan pembuatan apusan darah tepi, penentuan
golongan darah, pemeriksaan vital sign, pemeriksaan reflex fisiologis, motoric dan sensibilitas,
pemeriksaan saraf cranialis, pemeriksaan muskuloskeletal, penilaian status gizi. Modul ini
diberikan pada semester 1, bobot 2 SKS, berlangsung selama 1 semester (termasuk ujian) dan
dilaksanakan bersamaan waktunya dalam setiap modul yang berjalan (Modul Humaniora,
Bioetik dan Keterampilan Belajar, Modul Dasar Biomedik dan Hemopoetik Limforetikuler,
Modul Fungsi Normal Neuromuskuloskeletal dan Organ Sensoris).
Meskipun tingkat pengetahuan dan keterampilan yang diberikan bersifat mendasar, namun
demikian sebagai mahasiswa kedokteran yang merupakan calon tenaga medis, keterampilan dan
pengetahuan tentang keterampilan klinis mendasar tahap 1 dapat menjadi nilai tambah bagi
perannya di masyarakat. Perlunya memberikan keterampilan klinis mendasar tahap 1 kepada
mahasiswa tahap awal akan menumbuhkan rasa percaya diri dengan perannya kelak sebagai
dokter di masyarakat. Praktik keterampilan klinis mendasar tahap 1 bertujuan memberikan
penghayatan dini tentang tugas profesi yang akan dijalani kelak sebagai seorang dokter.
BAB I PENDAHULUAN
1
BPKM Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA. 2023/2024
keterampilan dasar yang akan dilanjutkan dengan Modul Keterampilan Medis Dasar 2
(KMD 2) pada semester berikutnya.
2
BPKM Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA. 2023/2024
3
BPKM Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA. 2023/2024
4
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
3.1.2 Remediasi
Jika nilai OSCE mahasiswa berada di bawah NBL Ujian OSCE (< 70) untuk tiap
station maka dilakukan 1 kali remedial di minggu remedial pada akhir semester dengan
ketentuan:
5
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
1. Nilai hasil remediasi untuk setiap station keterampilan dalam OSCE adalah maksimal
70. Nilai OSCE setiap station akan diakumulasikan dan diambil rata-rata sebagai nilai
akhir OSCE dan akan digabungkan dengan nilai pretes dan postes.
2. Apabila setelah remediasi I, nilai akhir modul masih berada di bawah nilai batas lulus
modul, maka mahasiswa diwajibkan mengulang modul.
3. Mahasiswa yang dapat mengikuti remedial OSCE adalah mahasiswa yang nilai OSCE
dibawah NBL, memenuhi syarat kehadiran 100%, tidak melakukan pelanggaran pada
saat ujian maupun praktek harian.
6
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
j) Remedial ujian tulis dan skill lab hanya ditujukan bagi mahasiswa yang mendapat nilai
di bawah ketentuan dan secara administratif tidak ada pelanggaran (kehadiran dan/atau
etika).
k) Bagi mahasiswa yang melanggar ketentuan administratif dan etika maka dinyatakan
tidak lulus modul dan wajib mengulang pada tahun-tahun berikutnya.
7
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
8
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
9
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
12) Evatt, Bl., Lewis, SM., Lothe, F., and McArthur, JR. (1983) Anemia Fundamental
diagnostic hematology, WHO. P. 74 – 77 Geneve.
13) Dacie, JV., and Lewis, SM. (1985) Practical hematology, 6th .Ed. p. 39 – 41 Churchill
Livingstone, New York.
14) Dacie, J.V. and Lewis, S.M. (1985) Pratical hematology, 6th .ed.p. 339 - 342, 358 –
360, 362 – 365, Churchill Livingstone, New York..
15) Miale, JB. (9172) : Laboratory medicine : hematology, 4th. Ed., p. 1253 – 1256, Mosby
Saint Louis.
16) Anonim, (9169) Blood group and antibodies as applied to the ABO and Rh system.
Ortho-diagnostic System new Jersey.
17) Gandasoebrata, R. (1985) Penuntun laboratorium Klinik, cetakan kelima, hal. 111, P.T.
Dian rakyat, Jakarta.
4.4 Kelompok
Kelas A
Kelompok :1
1 2330108010001 ALMA VIDYA SHOLIHAH
MADELUH PARASBETARIKINASIH
2 2330108010002
SUKAJAYA
REVALENCY MICHAELA
3 2330108010003
EDFRANKA
4 2330108010004 CHERLIN HENSU GRACIA
5 2330108010005 YUNI ARTA TAMBUN
6 2330108010006 CRIVEN HALIEM
7 2330108010007 ANGEL CAROLINE
8 2330108010008 JESSICA NATHALIE PUTRI
Kelompok :2
1 2330108010009 ABEL CHRISTIAN PERDANA
2 2330108010010 ARETA CALLISTA WARDHANI
3 2330108010011 AMARTAVIA IRENA MONTHY
4 2330108010012 TARRA AULIAZAR
THEOFANY CHRISTIAN PUTRA
5 2330108010013
SUSILO
6 2330108010014 CHRISTINA ADELIN ALEXANDRA
7 2330108010015 AGUSTA RIANI SANGEN
8 223010801017 YOGI PRASETYO
10
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Kelompok :3
1 2330108010016 CINDHY THERESIA AMELIA YOSA
2 2330108010017 PRASAMYA ADIKARYA NUGRAHA
3 2330108010018 STELLA RACHEL ADELA
PARUNA KRISTI WINEYNI J.
4 2330108010019
NINDAN
5 2330108010020 INDAH DAMAYANTI SIMBOLON
6 2330108010021 SOPHIA GRACE NATALIA MUNTHE
7 2330108010022 SALSA PUTERI BRILLIAN
Kelompok :4
1 2330108010023 SRI ONILA INDRAWANI ZALUKHU
2 2330108010024 JEFFREY KENT WIJAYA
3 2330108010025 HELLENA AILEEN ELISYA W
4 2330108010026 CICI MEYRILIANI
5 2330108010027 IREN OLYSIA
6 2330108010028 MERY ENJELICA CRISTIN
7 2330108010029 WINDI WIDIASTUTI
Kelompok :5
1 2330208010030 MARTA MONIKA SIMAMORA
2 2330208010031 SIFRA KERENHAPUKH ALBERTHA
PUTERI NAZWA AMANDA
3 2330208010032
OCTAVIANI
4 2330208010033 WAHYU TRY AKBAR
5 2330208010034 FADNA NUR INTAN
6 2330208010035 RIZQY FAJAR SYAIKHUL AKMAL
7 2330208010036 DHEANDRA AVERINA CHRYSANTI
Kelompok :6
1 2330208010037 WULANNDARI ROSIKIN
2 2330208010038 LINTANG OKTARINA KINANTI
3 2330208010039 NAJWA RAHMAWATI
4 2330208010040 NABIHA LITUHAYU KANSA
5 2330208010041 METRI ELYSIA BANJARNAHOR
6 2330208010042 GUNAWAN MUHAMAD
7 2330208010043 VIDI PRIMA MIZAN
Kelompok :7
1 2330208010044 NATALIA PURBA
11
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Kelas B
Kelompok :1
EVITA MELISA FITRI SINTA DEWI
1 2330208010051
TAMPUBOLON
2 2330208010052 MIFTAQUL WARDA NUR LATIFA
3 2330208010053 IBRAHIM NUR HAQIQI
4 2330208010054 EILIZABET
5 2330208010055 TARUNI MARGARETH HARO
6 2330208010056 INGRID MARBUN
7 2330208010057 YAKOBUS PANJAITAN
8 2330208010058 GABRIEL KRISTIAN UJUNG
Kelompok :2
1 2330208010059 RENATA SESILIA GINTING
2 2330208010060 IKKO NORIKA
3 2330208010061 AGNES NATALIA SIBORO
4 2330208010062 AZHARUN NURMADANI
5 2330208010063 VINI MANURUNG
6 2330208010064 SAMULA DAYA ANUGRAH
7 2330208010065 CHELSEA ATMAJA SINUKABAN
IVANE AURELLIYA CHRISTY DEHEN
8 223010801081
Kelompok :3
1 2330208010066 NAILA DWI MUSYAFA
2 2330408010066 PILIRON YIKMA
3 2330308010067 MUHAMMAD NAUFAL PALINRUNGI
4 2330308010068 APOLARIS TOMIN SINAGA
5 2330308010069 KRISTIANA NOVARIN
6 2330308010070 LORIN OKTAVIANTO
7 2330308010071 INTAN WULANDARI
Kelompok :4
1 2330308010072 NUNGKY AZZAHRA
12
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Kelompok :5
1 2330308010079 ZAHWA AURELIA NAHDA
2 2330308010080 TRIA MEIDA RAHMAH
3 2330308010081 SALMA ZHAFIRA
4 2330308010082 MUHAMMAD RIZQI MAULANA
YOHANA CATHERINE DEBYOLA
5 2330308010083
PURBA
6 2330308010084 ANDREW SEBASTIAN NOVAN
7 2330308010085 YUSRIL HABIB
Kelompok :6
1 2330308010086 ANGELIA PUTRI TAMPUBOLON
2 2330308010087 VIGILIA NATALIA GANDENG
3 2330308010088 M. RIFKY ADITYA PRATAMA
4 2330308010089 REYNOLD
5 2330308010090 JESSIE LARISSA PATRICIA
6 2330308010091 NAOMI GRACIA SIMANJUNTAK
7 2330308010092 YUBELA NOVELIA
Kelompok :7
1 2330308010093 HAFIDZ AL-HAIKAM NOVIAWAN
2 2330308010094 JANE TIRTA LUDWINA
3 2330308010095 JHONAS DOLFIN GINTING
4 2330308010096 KEISHA DAVINA IRHASSYA
5 2330308010097 SALWA MAULIDA
6 2330308010099 KI AGENG MANGIR WANABAYA
7 2330308010098 AHMAD SANDIGA MUFADHAL
13
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
13.00 – 15.40 Keterampilan Komunikasi (Kelas Kecil Dr. dr. Nawan, M.Ked. dr. Agnes Immanuella
Kelompok 1) Trop. Toemon, Sp.ParK
13.00 – 15.40 Keterampilan Komunikasi (Kelas Kecil Dr. dr. Nawan, M.Ked. dr. Agnes Immanuella
Kelompok 2) Trop. Toemon, Sp.ParK
Keterampilan Pemeriksaan Tanda Vital Farah Fauziyah dr. Astrid Teresa, Sp.KK
(Kelas Kecil Kelompok 1) Radhiyatulqalbi Ahmad,
S.Ked., M.Biomed
09.00 – 11.30 Keterampilan Pengambilan Darah dr. Nita Martha dr. Tisha Patricia, Sp.PK
Untuk Pemeriksaan Laboratorium Hardianty
(Kelas besar)
11.30 – 13.00 ISHOMA
13.00 – 15.30 Keterampilan Komunikasi (Kelas Kecil Dr. dr. Nawan, M.Ked.
dr. Agnes Immanuella
Kelompok 3) Trop.
Toemon, Sp.ParK
Keterampilan Pemeriksaan Tanda Vital Farah Fauziyah dr. Astrid Teresa, Sp.KK
(Kelas Kecil Kelompok 2) Radhiyatulqalbi Ahmad,
S.Ked., M.Biomed
Keterampilan Pengambilan Darah dr. Nita Martha Hardianty dr. Tisha Patricia, Sp.PK
Untuk Pemeriksaan Laboratorium
(Kelas Kecil Kelompok 1)
14
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
13.00 – 15.30 Keterampilan Komunikasi (Kelas Kecil Dr. dr. Nawan, M.Ked. dr. Agnes Immanuella
Kelompok 5) Trop. Toemon, Sp.ParK
Keterampilan Pemeriksaan Tanda Vital Farah Fauziyah dr. Astrid Teresa, Sp.KK
(Kelas Kecil Kelompok 4) Radhiyatulqalbi Ahmad,
S.Ked., M.Biomed
Keterampilan Pengambilan Darah dr. Nita Martha Hardianty dr. Tisha Patricia, Sp.PK
Untuk Pemeriksaan Laboratorium
(Kelas Kecil Kelompok 3)
13.00 – 15.30 Keterampilan Komunikasi (Kelas Kecil Dr. dr. Nawan, M.Ked. Trop. dr. Agnes Immanuella
Kelompok 7) Toemon, Sp.ParK
Keterampilan Pemeriksaan Tanda Vital Farah Fauziyah
(Kelas Kecil Kelompok 6) Radhiyatulqalbi Ahmad, dr. Astrid Teresa, Sp.KK
S.Ked., M.Biomed
Keterampilan Pengambilan Darah dr. Nita Martha Hardianty dr. Tisha Patricia, Sp.PK
Untuk Pemeriksaan Laboratorium
(Kelas Kecil Kelompok 5)
15
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
09.00 – 11.30 Keterampilan Penilaian Status Gizi dr. Margaretha Yayu Dr. dr. Rina Amalia
(Kelas besar) Indah Anugrahny, Sp.THT Coramina Saragih,
M.Ked(Ped)., Sp.A(K)
11.30 – 13.00 ISHOMA
13.00 – 15.30 Keterampilan Pemeriksaan Tanda Vital Farah Fauziyah dr. Astrid Teresa, Sp.KK
(Kelas Kecil Kelompok 7) Radhiyatulqalbi Ahmad,
S.Ked., M.Biomed
Keterampilan Pengambilan Darah dr. Nita Martha Hardianty dr. Tisha Patricia, Sp.PK
Untuk Pemeriksaan Laboratorium (Kelas
Kecil Kelompok 6)
Keterampilan Penilaian Status Gizi dr. Margaretha Yayu Indah Dr. dr. Rina Amalia
(Kelas Kecil Kelompok 1) Anugrahny, Sp.THT Coramina Saragih,
M.Ked(Ped)., Sp.A(K)
13.00 – 15.30 Keterampilan Pengambilan Darah Untuk dr. Nita Martha Hardianty dr. Tisha Patricia, Sp.PK
Pemeriksaan Laboratorium (Kelas Kecil
Kelompok 7)
Keterampilan Penilaian Status Gizi dr. Margaretha Yayu Indah Dr. dr. Rina Amalia
(Kelas Kecil Kelompok 2) Anugrahny, Sp.THT Coramina Saragih,
M.Ked(Ped)., Sp.A(K)
Keterampilan Pemeriksaan Refleks, dr. Angeline Novia dr. Ranintha Br. Surbakti,
Fungsi Motorik, dan Fungsi Sensorik Toemon, M.Imun M.Ked(Neu)., Sp.S
(Kelas Kecil Kelompok 1)
13.00 – 15.30 Keterampilan Penilaian Status Gizi dr. Margaretha Yayu Indah Dr. dr. Rina Amalia
(Kelas Kecil Kelompok 3) Anugrahny, Sp.THT Coramina Saragih,
M.Ked(Ped)., Sp.A(K)
Keterampilan Pemeriksaan Refleks, dr. Angeline Novia dr. Ranintha Br. Surbakti,
Fungsi Motorik, dan Fungsi Sensorik Toemon, M.Imun M.Ked(Neu)., Sp.S
(Kelas Kecil Kelompok 2)
Keterampilan Pemeriksaan dr. Septi Handayani, M.Si dr. Karina Lucia Indriani
16
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
13.00 – 15.30 Keterampilan Penilaian Status Gizi dr. Margaretha Yayu Indah Dr. dr. Rina Amalia
(Kelas Kecil Kelompok 5) Anugrahny, Sp.THT Coramina Saragih,
M.Ked(Ped)., Sp.A(K)
Keterampilan Pemeriksaan Refleks, dr. Angeline Novia dr. Ranintha Br. Surbakti,
Fungsi Motorik, dan Fungsi Sensorik Toemon, M.Imun M.Ked(Neu)., Sp.S
(Kelas Kecil Kelompok 4)
Keterampilan Pemeriksaan dr. Septi Handayani, M.Si dr. Karina Lucia Indriani
Muskuloskeletal (Kelas Kecil
Kelompok 3)
13.00 – 15.30 dr. Margaretha Yayu Indah Dr. dr. Rina Amalia
Keterampilan Penilaian Status Gizi
Anugrahny, Sp.THT Coramina Saragih,
(Kelas Kecil Kelompok 7)
M.Ked(Ped)., Sp.A(K)
Keterampilan Pemeriksaan Refleks, dr. Angeline Novia dr. Ranintha Br. Surbakti,
Fungsi Motorik, dan Fungsi Sensorik Toemon, M.Imun M.Ked(Neu)., Sp.S
(Kelas Kecil Kelompok 6)
17
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Keterampilan Pemeriksaan dr. Septi Handayani, M.Si dr. Karina Lucia Indriani
Muskuloskeletal (Kelas Kecil
Kelompok 5)
13.00 – 15.30 Keterampilan Pemeriksaan Refleks, dr. Angeline Novia dr. Ranintha Br. Surbakti,
Fungsi Motorik, dan Fungsi Sensorik Toemon, M.Imun M.Ked(Neu)., Sp.S
(Kelas Kecil Kelompok 7)
Keterampilan Pemeriksaan dr. Septi Handayani, M.Si dr. Karina Lucia Indriani
Muskuloskeletal (Kelas Kecil
Kelompok 6)
Keterampilan Pemeriksaan Saraf dr. Dian Mutiasari, M.Kes Dr. dr. Natalia Sri Martani,
Kranial (Kelas Kecil Kelompok 1) M.Si
13.00 – 15.30 Keterampilan Pemeriksaan Saraf dr. Dian Mutiasari, M.Kes Dr. dr. Natalia Sri Martani,
Kranial (Kelas Kecil Kelompok 3) M.Si
13.00 – 15.30 Keterampilan Pemeriksaan Saraf dr. Dian Mutiasari, M.Kes Dr. dr. Natalia Sri Martani,
Kranial (Kelas Kecil Kelompok 5) M.Si
18
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
19
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
5.1 Pendahuluan
5.2 Tujuan
Setelah mengikuti kegiatan ini mahasiswa diharap mampu melakukan komunikasi
yang efektif.
b) Empati
21
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan melahirkan
kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya menciptakan satu kata
tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati itu sendiri dapat dikembangkan apabila dokter
memiliki ketrampilan mendengar dan berbicara yang keduanya dapat dipelajari dan dilatih.
Carma L. Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang Emphatic Communication in
Physician-Patient Encounter (2002), menyatakan betapa pentingnya empati ini
dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati disusun dalam batasan definisi berikut:
(1) Kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien (a physician
cognitive capacity to understand patient’s needs),
(2) Menunjukkan afektifitas/sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien (an affective
sensitivity to patient’s feelings),
(3) Kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan/menyampaikan empatinya kepada
pasien (a behavioral ability to convey empathy to patient).
Sementara, Bylund & Makoul (2002) mengembangkan 6 tingkat empati yang
dikodekan dalam suatu sistem (The Empathy Communication Coding System (ECCS)
Levels). Berikut adalah contoh aplikasi empati tersebut: ❖ Level 0: Dokter menolak sudut
pandang pasien
• Mengacuhkan pendapat pasien
• Membuat pernyataan yang tidak menyetujui pendapat pasien seperti “Kalau stress
ya, mengapa datang ke sini?” Atau “Ya, lebih baik operasi saja sekarang.”
❖ Level 1: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara sambil lalu
“A ha”, tapi dokter mengerjakan hal lain: menulis, membalikkan badan, menyiapkan
alat, dan lain-lain
❖ Level 2: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit
• Pasien, “Pusing saya ini membuat saya sulit bekerja”
• Dokter, “Ya...? Bagaimana bisnis Anda akhir-akhir ini? ❖ Level 3:
Dokter menghargai pendapat pasien
• “Anda bilang Anda sangat stres datang ke sini? Apa Anda mau
menceritakan lebih jauh apa yang membuat Anda stres?”
❖ Level 4: Dokter mengkonfirmasi kepada pasien
22
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
“Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa besar usaha Anda untuk
23
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
• Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa melakukan interupsi yang tidak perlu.
• Apabila pasien marah, menangis, takut, dan sebagainya maka dokter tetap menunjukkan
raut wajah dan sikap yang tenang.
• Melibatkan pasien dalam rencana tindakan medis selanjutnya atau pengambilan
keputusan.
c) Umpan Balik
Teknik bertanya, mendengar, dan memberikan balikan (feed back) merupakan salah
satu sesi yang penting. Di dalam komunikasi dokter-pasien, ada dua sesi yaitu pengumpulan
informasi yang di dalamnya terdapat proses anamnesis, dan sesi penyampaian informasi.
Sesi anamnesis dan sesi penyampaian informasi akan dipelajari dalam keterampilan semester
berikut. Teknik bertanya dan mendengarkan serta memberikan balikan (feedback)
merupakan bagian dari sesi penggalian informasi. Tanpa penggalian informasi yang akurat,
dokter dapat terjerumus ke dalam sesi penyampaian informasi (termasuk nasihat, sugesti atau
motivasi dan konseling) secara prematur. Akibatnya pasien tidak melakukan sesuai anjuran
dokter.
Dalam dunia kedokteran, model proses komunikasi pada sesi penggalian informasi
telah dikembangkan oleh Van Dalen (2005) dan digambarkan dalam sebuah model yang
sangat sederhana dan aplikatif.
• Kotak 1:
Pasien memimpin pembicaraan melalui pertanyaan terbuka yang dikemukakan oleh
dokter (Patient takes the lead through open ended question by the doctor)
• Kotak 2 :
Dokter memimpin pembicaraan melalui pertanyaan tertutup/terstruktur yang telah
disusunnya sendiri (Doctors takes the lead through closed question by the doctor).
• Kotak 3 :
Kesepakatan apa yang harus dan akan dilakukan berdasarkan negosiasi kedua belah
pihak (Negotiating agenda by both).
24
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
25
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
26
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
27
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Dengan komunikasi yang dilakukan dengan cepat, sederhana, dan efektif, akan diperoleh
informasi yang akurat.
Membangun hubungan dokter dan pasien adalah tahap komunikasi yang harus
diciptakan lebih dahulu, agar hal-hal yang menghambat kelancaran proses komunikasi dapat
dihindari. Dengan terciptanya hubungan antara dokter dan pasien/keluarga pasien, maka
pasien/keluarga pasien akan merasa senang dan bebas menjawab pertanyaan yang diajukan
dokter. Pasien/keluarga pasien akan menjawab dengan lancar dan akurat, sehingga diperoleh
informasi yang sebenarnya. Langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh dokter untuk
membangun hubungan dokter-pasien adalah:
1) Mengucapkan salam pada saat pasien masuk ke ruang praktek. Biasanya salam yang
diucapkan berupa “Selamat pagi.” atau “Selamat siang.” ataupun “Selamat malam”,
tergantung situasi.
2) Memperkenalkan diri kepada pasien: “Saya Dokter Anna.” atau “Saya Dokter Tony.”
3) Mendengarkan secara aktif, misalnya dengan memberikan respon verbal (“Ya, saya
mengerti.” atau “Ooo, begitu.” atau “Ya, anda benar”.) atau non-verbal (menganggukkan
kepala).
4) Memberikan kesempatan pasien untuk menyampaikan keluhan dan tidak memotong
pembicaraan pasien. Adakalanya pasien berbicara terus-menerus sampai kepada halhal
yang tidak berhubungan dengan penyakitnya, pada saat seperti ini dokter harus
mengalihkan kembali pasien ke topik pembicaraan yang berkaitan dengan keluhannya.
5) Menggunakan bahasa yang bisa dipahami pasien. Bahasa yang digunakan disesuaikan
dengan usia, bahasa ibu, dan tingkat pendidikan pasien. Jangan menggunakan
istilahistilah medis, gunakanlah istilah-istilah padanannya dalam bahasa sehari-hari.
6) Mempertahankan kontak mata dengan pasien, untuk menunjukkan bahwa dokter
memberikan perhatian penuh kepada pasien. Kontak mata dilakukan pada awal
anamnesis dan kemudian dilakukan pada interval-interval tertentu. Jangan melakukan
kontak mata terus-menerus, karena pasien mungkin akan merasa terganggu atau
terintimidasi.
7) Menunjukkan empati
28
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
A. ANAMNESIS
Anamnesis adalah wawancara yang dilakukan terhadap seseorang atau sekelompok
orang dengan tujuan mengumpulkan data. Anamnesis dapat dilakukan oleh dokter kepada
pasiennya, perawat pada pasiennya, petugas kesehatan lain terhadap pasien/klien, ataupun
psikolog terhadap kliennya. Anamnesis dapat dilakukan pada orang yang bersangkutan
(anamnesis) ataupun pada keluarga/teman dekat/orang yang mengetahui keadaan pasien
tersebut (hetero/alloanamnesis).
B. ANAMNESIS IDENTITAS
Identitas pasien yang perlu dianamnesis adalah:
1. Nama lengkap
Nama sangat penting agar menghindari tertukar dengan orang lain, terutama dalam
pencatatan (medical record). Melalui medical record, kita bisa melihat riwayat penyakit yang
pernah diderita pasien sebelumnya dan riwayat pengobatannya.
Selain itu, mengetahui nama bisa digunakan untuk membuat suasana anamnesis lebih
akrab, yaitu dengan memanggilnya dengan sebutan “Bu Anna”, atau “Pak Amin”, atau
“Iwan”, dan sebagainya.
Nama juga bisa menunjukkan kaitannya dengan suku atau agama tertentu. Nama
“Hasibuan” berkaitan dengan suku Batak, nama “Cut” biasanya adalah orang Aceh, nama
“Joyohadikusumo” berkaitan dengan suku Jawa, dan sebagainya. Nama “Nurul Hidayah”
biasanya beragama Islam, Nama “Magaretha Kristiani” biasanya beragama Kristen, nama
“I Wayan Sukarsa” biasanya beragama Hindu, dan sebagainya.
2. Umur pasien
Selain untuk kelengkapan identitas, umur juga bisa digunakan untuk memikirkan
kecenderungan penyakit pada usia tersebut. Ada penyakit yang cenderung mengenai bayi
baru lahir (neonatus), ada yang cenderung mengenai balita, ada yang cenderung mengenai
orang lanjut usia, dan sebagainya. Misalnya tetanus neonatorum adalah penyakit yang hanya
menyerang neonatus. Cacar air, difteri, dan campak cenderung mengenai anak-anak.
Hipertensi dan stroke cenderung menyerang orang lanjut usia.
29
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
3. Jenis kelamin
Selain untuk kelengkapan identitas, jenis kelamin dapat dikaitkan dengan penyakit
tertentu.Penyakit yang berkaitan dengan haid dan kehamilan hanya dapat diderita
wanita.Kelainan pada prostat dan testis hanya bisa diderita oleh pria.
4. Alamat (bila mungkin dengan nomor telpon)
Selain untuk kelengkapan identitas, alamat bisa digunakan untuk menghubungi pasien
apabila ada yang harus dipastikan lebih lanjut. Alamat juga bisa dijadikan gambaran tentang
kondisi lingkungan pasien, yang berkaitan dengan higiene, sanitasi, dan kepadatan
penduduk. Alamat juga dapat membedakan kelas ekonomi penghuninya.
5. Pekerjaan
Selain untuk kelengkapan identitas, pekerjaan dapat memberikan informasi tentang
status sosial-ekonomi seseorang. Pekerjaan juga bisa dikaitkan dengan tingkat pendidikan
seseorang. Selain itu, pekerjaan dapat menjadi risiko penyakit tertentu, misalnya orang yang
bekerja di pabrik yang bising cenderung menderita gangguan pendengaran. Untuk
heteroanamnesis, juga tanyakan nama, umur, pekerjaan, alamat, dan hubungan pengantar
dengan penderita.
30
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
31
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Pada dasarnya, tubuh manusia dibagi menjadi beberapa sistem. Berikut ini adalah
sistem pada tubuh dan keluhan yang biasa disampaikan pasien berkaitan dengan sistemnya:
1. Sistem kulit: bercak-bercak putih, bercak-bercak merah, koreng, benjolan.
2. Sistem respirasi: batuk, pilek, sesak nafas.
3. Sistem pencernaan: mual, muntah, sembelit, diare, mulas, kembung.
4. Sistem kardiovaskuler: berdebar, lemah.
5. Sistem otot, tulang dan sendi: pegal, keseleo, linu, sakit berjalan.
6. Sistem urogenital: kencing merah, keputihan, haid terlambat.
7. Sistem saraf dan indera: sakit kepala, cemas, pusing, tremor.
8. Sistem endokrin: banyak makan, banyak kencing, gangguan haid.
Pertanyaan yang diajukan dapat berupa:
1. Adakah bercak putih? (berhubungan dengan sistem kulit).
2. Apakah ada batuk? (berhubungan dengan sistem respirasi).
3. Apakah ada gangguan nafsu makan? (berhubungan dengan sistem pencernaan).
4. Apakah dada terasa nyeri? (berhubungan dengan sistem kardiovaskuler).
5. Apakah badan terasa pegal? (berhubungan dengan sistem otot, tulang dan sendi).
6. Apakah haid anda terlambat? (berhubungan dengan sistem urogenital).
7. Apakah anda merasa sakit kepala? (berhubungan dengan sistem saraf dan indera).
8. Apakah anda merasa buang air kecil lebih sering? (berhubungan dengan sistem
endokrin).
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
A. Aspek komunikasi
1 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2 Mendengarkan secara aktif
3 Tidak memotong pembicaraan pasien selama masih relevan
33
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
E. Keterampilan Mendengarkan
1 Perhatikan seluruh hal yang dikatakan oleh pasien dengan
seksama dan serius dan menjadi pendengar yang baik
terhadap keluhan pasien.
2 Menunjukkan ekspresi atau empati terhadap masalah yang
dihadapi pasien.
3 Tidak mengerjakan hal-hal lain seperti menelpon saat
anamnesis
4 Dokter diharapkan bisa memilah informasi yang penting
dan mencatat hal-hal tersebut untuk kemudian dibuat suatu
resume nantinya.
5 Tidak melakukan interupsi jika tidak diperlukan
6 Sekali-sekali dapat memberikan tanggapan atau komentar
jika dirasa perlu atau untuk lebih memperjelas keterangan
yang diberikan pasien.
34
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
F. Memberikan Feedback
1 Memberikan balikan dengan cara menguatkan pernyataan
pasien (positive feedback) atau membantah pasien
(negative feedback).
2 Menggunakan bahasa yang halus dan tidak menimbulkan
perasaan dihakimi bagi pasien.
3 Dilakukan setelah pasien selesai menyampaikan pendapat
dan tidak menginterupsi pernyataan pasien.
4 Tidak berlebih-lebihan.
5 Memberikan tanggapan yang dapat dimengerti pasien.
6 Dilakukan dengan jujur dan diharapkan dapat memberikan
rasa nyaman dan pengertian yang lebih dari pasien tentang
kondisinya.
Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang benar
2 = dilakukan dengan benar
BAB VI KETERAMPILAN PEMERIKSAAN TANDA VITAL
6.1 Pendahuluan
Pemeriksaan tanda vital pada pasien merupakan suatu pemeriksaan yang sangat penting
peranannya di dalam penegakkan diagnosa, penatalaksanaan sampai pada prognosis.
Pemeriksaan tanda vital juga sering digunakan untuk menentukan apakah seseorang sudah
meninggal atau masih hidup. Sebenarnya pemeriksaan tanda vital tidak hanya diperlukan
untuk orang yang menderita penyakit tetapi juga pada orang sehat yang melakukan aktivitas
tertentu misalnya atlit, pekerja berat, operator alat-alat vital dan lainlain. Dengan demikian
maka pemeriksaan tanda vital menjadi pemeriksaan rutin yang tidak boleh dianggap remeh
dan ditinggalkan. Tanda vital yang diperiksa meliputi suhu badan, frekuensi nafas, frekuensi
nadi dan tekanan darah.
Suhu badan
Suhu badan diperiksa dengan termometer badan, dapat berupa termometer air raksa atau
termometer elektrik. Pemeriksaan dapat dilakukan pada mulut, aksila, dan rektum.
Pengukuran suhu melalui mulut biasanya lebih mudah dan hasilnya lebih tepat dibandingkan
melalui rektum, tetapi air raksa dengan kaca tidak seyogyanya dipakai untuk mulut, pada
penderita yang tidak sadar, gelisah atau tidak dapat menutup mulutnya. Pemeriksaan secara
35
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
rektum biasanya memberikan hasil pemeriksaan yang lebih tinggi sebesar 0,4-0,5 derajat
dibandingkan lewat mulut.
Denyut nadi
Jantung bekerja memompa darah ke sirkulasi tubuh (oleh ventrikel kiri) dan paru (oleh
ventrikel kanan). Melalui ventrikel kiri, dipompakan darah ke aorta dan kemudian diteruskan
ke arteri seluruh tubuh. Sebagai akibatnya, timbullah suatu gelombang tekanan yang
bergerak cepat pada arteri dan dapat dirasakan sebagai denyut nadi. Dengan menghitung
frekuensi denyut nadi, dapat diketahui frekuensi denyut jantung dalam satu menit.
Tekanan darah
Tekanan darah pada sistem arteri bervariasi sesuai dengan siklus jantung yaitu memuncak
pada waktu sistole dan sedikit menurun pada waktu diastole. Beda antara tekanan sistole dan
diastole disebut tekanan nadi. Pada waktu ventrikel berkontraksi, darah akan dipompakan ke
seluruh tubuh. Keadaan ini disebut keadaan sistole, dan tekanan aliran darah pada saat itu
disebut tekanan darah sistole.Pada saat ventrikel sedang rileks, darah dari atrium masuk ke
ventrikel, tekanan aliran darah pada waktu ventrikel sedang relaks tersebut disebut tekanan
darah diastole. Tingginya tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya aktivitas
fisik, keadaan emosi, rasa sakit, suhu sekitar, penggunaan kopi, temabakau dan lain-lain.
Pernafasan
Bernafas adalah suatu tindakan yang tidak disadari, diatur oleh batang otak dan dilakukan
dengan bantuan otot-otot pernafasan. Pada waktu inspirasi, diafragma dan otototot
interkostalis berkontraksi, memperluas rongga toraks dan memekarkan paru-paru. Dinding
dada akan bergerak ke atas, ke depan, dan ke lateral, sedangkan diafragma bergerak ke
bawah. Setelah inspirasi berhenti, paru-paru akan mengkerut, diafragma akan naik secara
pasif dan dinding dada akan kembali ke posisi semula.
36
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Catatan : pada prakteknya untuk menghemat waktu pada saat menunggu pengukuran suhu
juga dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan nadi dan frekuensi nafas.
37
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
b. Secara inspeksi, perhatikan secara menyeluruh gerakan pernafasan (lakukan ini tanpa
mempengaruhi psikis penderita).
c. Kadang diperlukan cara palpasi, untuk sekalian mendapatkan perbandingan antara
kanan dan kiri.
d. Pada inspirasi, perhatikanlah : gerakan ke samping iga, pelebaran sudut epigastrium dan
penambahan besarnya ukuran anteroposterior dada.
e. Pada ekspirasi, perhatikanlah : masuknya kembali iga, menyempitnya sudut
epigastrium, dan penurunan besarnya ukuran anteroposterior dada.
f. Perhatikan pula adanya penggunaan otot pernafasan pembantu.
g. Catatlah irama, frekuensi dan adanya kelainan gerakan.
38
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
DAFTAR TILIK
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN TANDA VITAL
39
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
40
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
7.1 Pendahuluan
Anamnesis dan pemeriksaan neurologi yang dilakukan dengan akurat mampu
menentukan lokasi lesi sepanjang aksis saraf. Aksis saraf terbentang mulai dari korteks otak
sampai bagian efektor otot yang mempunyai fungsi khusus. Secara fungsional sistem saraf
terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer. Susunan saraf pusat terdiri dari otak
dan medula spinalis yang berfungsi menganalisis, mensintesis, dan mengintegrasikan
berbagai masukan dari saraf sensorik maupun dari bangunan lain yang terdapat di otak dan
medulla spinalis. Susunan saraf perifer meliputi organ sensoris dan efektor Pemeriksaan
neurologi bertujuan menjelaskan adanya disfungsi susunan saraf dan menilai kemampuan
fungsi susunan saraf yang masih ada. Pemeriksaan juga bertujuan menentukan kemungkinan
lokasi anatomis dari lesi. Apakah masalah disebabkan oleh lesi pada otak, medula spinalis,
saraf perifer, atau otot?
Pada umumnya pemeriksaan neurologi harus merupakan pemeriksaan fisik secara
umum, dimana fungsi susunan saraf mendapat perhatian khusus. Urutan pemeriksaan
neurologi terdiri dari penilaian umum terhadap fungsi serebral, pemeriksaan saraf otak,
penilaian fungsi motorik, dan penilaian fungsi sensorik.
Pemeriksaan neurologi bertujuan menjelaskan adanya disfungsi susunan saraf dan
menilai kemampuan fungsi susunan saraf yang masih ada. Pemeriksaan juga bertujuan
menentukan kemungkinan lokasi anatomis dari lesi. Apakah masalah disebabkan oleh lesi
pada otak, medula spinalis, saraf perifer, atau otot.
41
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Refleks biseps
Lengan penderita dibengkokkan pada siku. Lantas palu refleks kita ketokkan pada
tendon otot biseps sedikit di bawah lipatan siku. Bila positif, maka akan tampak kontraksi
otot biseps.
Refleks triseps
Kedudukan lengan adalah sama dengan waktu kita memeriksa refleks biseps. Apabila
telah dipastikan bahwa lengan penderita sudah benar-benar relaksasi pukullah tendo yang
lewat fosa olekrani. Refleks positif ditandai dengan kontraksi sedikit menyentak, gerakan ini
42
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
dapat dilihat dan sekaligus dirasakan oleh lengan pemeriksa yang menopang lengan
penderita.
Refleks lutut
Refleks ini dikenal juga sebagai Refleks Westphal atau lebih populer dengan nama
singkatan K.P.R (knee pees refleks). Refleks ini dapat dilakukan dalam keadaan duduk atau
berbaring. Pada penderita yang duduk, kaki yang hendak diperiksa hendaknya diletakkan di
atas lutut kaki yang satu lagi. Pada penderita yang berbaring terlentang, pemeriksa harus
meletakkan tangannya di bawah lutut penderita, sehingga kaki yang hendak diperiksa berada
dalam keadaan fleksi, namun harus dijaga supaya tumit kaki itu masih tetap berada
(menyentuh) di atas tempat tidur. Setelah itu, dilakukan perkusi pada ligamentum patella.
Untuk mengetahui apakah K.P.R. tersebut positif atau tidak, hendaklah kita perhatikan
apakah ada atau tidak ada kontraksi dari otot kuadriseps femoris. K.P.R dikatakan positif bila
terlihat ada kontraksi dari otot kuadriseps femoris yaitu terjadi ekstensi tungkai bawah.
Refleks Achilles
Refleks ini di klinik lebih terkenal dengan singkatan A.P.R. (Achilles pees reflex).
Pada penderita yang duduk, kita suruh berlutut di atas tempat tidur. Berlutut ini hendaknyalah
sedemikian rupa, sehingga kedua kakinya menonjol melewati pinggir dari tempat tidur
tersebut.
43
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
A. Tonus
Untuk menilai keadaan tonus suatu otot dapat dilakukan dengan cara melakukan
fleksi dan ekstensi pada sendi yang digerakkan oleh otot tersebut, seperti misalnya untuk
44
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
menilai tonus otot biseps kita lakukan fleksi dan ekstensi pada sendi siku. Gerakan-gerakan
ini dapat pula kita lakukan pada sendi-sendi yang lain seperti misalnya sendi lutut, sendi
pergelangan tangan, pergelangan kaki dan lain-lain. Gerakan fleksi dan ekstensi itu kita
lakukan dengan kecepatan yang berbeda-beda. Sementara kita melakukan gerakan-gerakan
itu penderita harus dalam keadaan santai. Sebaiknya kita beritahu padanya, supaya ia
melemaskan tungkai atau lengan yang akan diperiksa.
Tonus yang menurun dinamakan hipotoni, dan yang lenyap sama sekali dinamakan
atoni. Bi1a ada kelumpuhan otot yang dibarengi oleh tonus yang menurun maka kita katakan
bahwa penderita memperlihatkan paralisis flaksid. Tonus yang meningkat dinamakan
hipertoni. Bila ada kelumpuhan otot bersamaan dengan tonus yang meningkat maka kita
katakan bahwa penderita itu rnemperlihatkan paralisis spastik.
45
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Rigiditas merupakan manifestasi gangguan tonus otot dimana pada penilaian tonus otot
dirasakan adanya tahanan yang hilang timbul secara berselingan. Sewaktu kita melakukan
fleksi atau ekstensi pada suatu anggota tubuh (lengan atau tungkai) maka kita akan rasakan
adanya suatu tahanan. Bila kita lawan tahanan tersebut, maka akan kita rasakan bahwa
tahanan tersebut akan mengalah sebentar. Tetapi segera akan kita rasakan, bahwa ada tahanan
baru. Jadi, sewaktu melakukan fleksi atau ekstensi pada anggota tubuh kita rasakan adanya
tahanan yang tersendat-sendat. Ini dinamakan fenomen roda-bergigi atau cog-wheel
phenomenon. Tonus yang menurun dirasakan kendor pada palpasi, anggota gerak dapat
digoyang-goyang dengan mudah, dan tidak ada tahanan sewaktu dilakukan fleksi atau
ekstensi.
B. Tenaga otot
Tenaga atau kekuatan otot itu dapat dinilai menurut skala MRC :
Derajat 0: Paralisis total
Derajat 1: Masih terlihat kontraksi
Derajat 2: Gerak aktif tanpa gravitasi
Derajat 3: Bergerak melawan gravitasi
Derajat 4: Bergerak melawan tahanan
Derajat 5: Kekuatan otot normal
Gambar 7.7. Penilaian tenaga otot Gambar 7.8. Penilaian tenaga otot biseps
latissimus dorsi brakhii
46
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Gambar 7. 9. Penilaian tenaga otot Gambar 7.10. Penilaian tenaga otot brakhioradialis
triseps brakhii
Gambar 7.11. Penilaian tenaga otot Gambar 7.12. Penilaian tenaga otot
iliopsoas gluteus maksimus
47
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
48
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
49
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
50
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
c. Diskriminasi Spasial
Perasaan diskriminasi spasial atau diskriminasi dua titik merupakan daya untuk
mengenali dan mengetahui dua jenis sensibilitas hasil dua macam perangsangan pada dua
tempat yang berbeda.
51
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
DAFTAR TILIK
PEMERIKSAAN REFLEKS, FUNGSI MOTORIK, DAN FUNGSI SENSORIK
52
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
1. PEMERIKSAAN REFLEKS
Score
No Aspek yang Dinilai
0 1 2
Meminta izin kepada penderita, mempersilakan berbaring/duduk
1.
dengan rileks
2. Refleks Biseps
Memfleksikan lengan penderita pada sendi siku
Meletakkan ibu jari pada tendo achilles kemudian mengetuknya
dengan palu refleks
Mendeskripsikan respons positif dari refleks biseps
3. Refleks Triseps
Menopang lengan penderita yang berada dalam keadaan abduksi
dengan lengan bawah yang tergantung bebas
Mengetuk tendo m. Triseps
Mendeskripsikan respons positif dari refleks triseps
4. Refleks Lutut (KPR)
Melakukan fleksi pada sendi lutut
Mengetuk tendon patela dengan palu refleks
Mendeskripsikan respon positif dari pemeriksaan refleks tendon lutut
54
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
55
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
56
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
8.1 Pendahuluan
57
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
suatu tindakan yang mungkin oleh penderita dianggap tidak masuk akal atau menggelikan.
Sebelum mulai diperiksa, kegelisahan penderita harus dihilangkan dan penderita harus diberi
penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan untuk dapat menegakkan diagnosis.
Memberikan penjelasan mengenai lamanya pemeriksaan, cara yang dilakukan dan nyeri
yang mungkin timbul dapat membantu memupuk kepercayaan penderita pada pemeriksa.
Penderita diminta untuk menjawab semua pertanyaan sejelas mungkin dan mengikuti semua
petunjuk sebaik mungkin.
58
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Aroma yang dipilih dapat berupa minyak aromatik (misalnya lavender, pepermin),
kopi, teh, atau tembakau yang mampu menstimulasi nervus olfaktorius. Bahan iritan seperti
amonia dapat merangsang cabang nervus trigeminus di mukosa nasal sehingga tidak
dianjurkan sebagai bahan pada pemeriksaan sarap olfaktorius ini. Pasien yang telah
kehilangan indra penghidu akan bereaksi terhadap ammonia melalui jaras alternative ini.
Penderita yang normosmia akan dapat mengenal bau yang di hidunya dengan baik.
Kehilangan daya penghidu dinamai anosmia. Berkurangnya daya penghidu dinamai
hiposmia. Anosmia dan hiposmia akan mengganggu pula daya pengecap, sehingga tidak
jarang kita lihat, bahwa penderita dengan anosmia pula memperlihatkan anoreksia. Parosmia
adalah keadaan di mana penghiduan penderita adalah tidak sesuai dengan jenis bau yang
sebenarnya, misalnya bau minyak wangi di kiranya bau terasi. Daya penghidu yang
berlebihan disebut hiperosmia yang dapat ditemukan pada penderita dengan neurosis.
Penderita ini di mana-mana mengeluh tentang bau yang kurang enak. Penderita neurosis
dengan kakosmia, di mana-mana mencium bau busuk.
Anosmia, terutama jika unilateral, mengindikasikan adanya tumor yang melibatkan
sulkus olfaktorius (tumor ini dapat juga mempengaruhi penglihatan). Akan tetapi, penyebab
anosmia yang lebih sering adalah infeksi saluran pernafasan atas berulang yang akan
merusak mukosa olfaktorius dan cedera kepala.
59
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
persepsi terhadap cahaya (dicatat sebagaimana adanya hitung jari, gerakan tangan, dan
persepsi cahaya).
Bila hurup yang terbesar dalam kartu tidak dapat dilihatnya maka kita lanjutkan
pemeriksaan dengan menyuruh penderita menghitung jari kita. Seorang normotrop akan
dapat menghitung jari-jari pada jarak 60 meter. Dengan demikian maka seseorang yang
hanya dapat menghitung jari-jari itu dengan baik pada kejauhan 5 meter akan memiliki visus
5/60 (sama dengan seseorang yang dalam jarak 5 metet dapat membaca huruf yang teratas
pada kartu Snellen). Bila seorang penderita hanya dapat menghitung jari kita itu dalam jarak
3 meter maka kita katakan visus penderita adalah 3/60. Bila ia hanya dapat menghitung jari-
jari kita baik pada jarak 1 meter, maka kita katakm visusnya adalah 1/60.
Bila visusnya adalah lebih jelek daripada itu, maka kita suruh ia melihat gerakan tangan
kita (ke atas-bawah/ke kanan-kiri). Seorang yang normotrop akan dapat melihat tangan kita
itu dari jarak 300 meter. Seorang yang hanya dapat melihat gerakan itu pada jarak 3 meter
kita katakan telah memiliki visus 3/300. Bila gerakan tangan itu hanya dapat dilihatnya pada
jarak 1 meter maka visus penderita adalah 1/300.
Bila visus penderita adalah kurang dari 1/300 kita periksa penderita dengan lampu
senter. Bila lampu itu baru dapat dilihatnya pada jarak 1 meter maka visusnya = 1/~. Bila
cahaya juga tidak dilihatnya maka visusnya adalah 0.
60
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
c. Penglihatan warna
Pemeriksaan klinis penglihatan warna biasanya menggunakan gambar Ishihara. Tes ini
terdiri dari titik-titik berwarna yang tersusun sehingga individu dengan penglihatan warna
yang normal dapat membaca sebuah angka yang tersembunyi dalam pola titik-titik tersebut.
Gangguan penglihatan warna dapat diturunkan gen resesif terkait seks.
Gangguan bisa juga didapat, terutama pada penyakit nervus optikus. Jadi, desaturasi
warna (terutama warna merah) merupakan gambaran awal semua penyakit nervus optikus.
Gangguan sentral (yaitu serebral) penglihatan warna yang lebih ringan biasanya disebabkan
oleh penyakit di region oksipitotemporal, dan seringkali melibatkan kedua hemisfer, yang
membutuhkan tes yang lebih canggih.
d. Funduskopi
Funduskopi dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut oftalmoskop. Kegunaan
utama oftalmoskop adalah untuk melakukan inspeksi diskus optikus, sehingga sewaktu
61
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
melakukan funduskopi kita perhatikan keadaan pupil, makula, dan retina mata yang sedang
diperiksa. Penilaian terhadap struktur-struktur tersebut membantu deteksi efek yang timbul
akibat penyakit tertentu seperti hipertensi dan diabetes serta gangguan oftalmologis yang
berhubungan dengan penyakit neurologis misalnya retinitis pigmentosa.
Pemeriksaan mata kanan dilakukan dengan memegang alat oftalmoskop dengan tangan
kanan, sedangkan mata dokter yang mengintip di belakang oftalmoskop tersebut adalah mata
yang kanan. Sebaliknya untuk mata kiri penderita dapat dilakukan dengan mengintip melalui
mata kirinya melalui oftalmoskop yang digenggam dengan tangan kirinya. Putar lensa ke
arah O dioptri maka fokus dapat diarahkan kepada fundus, kekeruhan lensa (katarak) dapat
mengganggu pemeriksaan fundus. Bila retina sudah terfokus carilah terlebih dahulu diskus
optikus. Caranya adalah dengan mengikuti perjalanan vena retinalis yang besar ke arah
diskus. Semua vena-vena ini keluar dari diskus optikus.
Pemeriksaan nervus III meliputi fisura palpebra, gerakan bola mata, dan pupil. Pada
keadaan normal bila seseorang melihat ke depan maka batas kelopak mata atas akan
62
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
memotong iris pada titik yang sama secara bilateral. Apabila salah satu kelopak mata
memotong iris lebih rendah dari pada mata yang lain, atau bila pasien mendongakkan kepal
ke belakang/ ke atas (untuk kompensasi) secara kronik atau mengangkat alis mata secara
kronik pula, maka dicurigai adanya suatu ptosis.
Pasien diminta untuk melihat dan mengikuti gerakan jari atau ballpoint ke arah medial,
atas, dan bawah, sekaligus ditanyakan adanya penglihatan ganda (diplopia) dan dilihat ada
tidaknya nistagmus. Sebelum pemeriksaan gerakan bola mata (pada keadaan diam) sudah
harus dilihat adanya strabismus (juling) dan deviasi conjugate divergen ke satu sisi.
Pemeriksaan pupil untuk nervus III adalah pemeriksaan refleks akomodasi
(konvergensi). Pupil juga akan berkonstriksi jika fokus suatu benda dipindahkan dari jarak
jauh ke jarak dekat. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menyuruh penderita memandang
jauh dan selanjutnya disuruh memandang jari telunjuk kita yang berada agak jauh dari
penderita. Kemudian perintahkan terus memandang jari telunjuk kita sembari kita
menggerakan jari mendekati hidung penderita. Perhatikan kontraksi pupil penderita yang
terjadi. Biasanya akan tampak bahwa kedua bola mata penderita akan bergerak ke medial
dan pupil akan menyempit.
Refleks Pupil
Komponen aferen lengkung refleks yang mengatur konstriksi pupil terhadap rangsang
cahaya atau refleks akomodasi pada penglihatan dekat adalah nervus optikus. Saraf eferen
merupakan bagian dari sistem saraf parasimpatis dan mencapai serabut otot polos konstriktor
pupil melalui nervus okulomotorius (III). Saraf simpatis memersarafi serabut otot dilator
pupil, yang mencapai mata dari ganglion sevikal superior melalui pleksus simpatis pada
dinding arteri karotis interna.
Inspeksi pupil dilakukan pada pupil istirahat yaitu dengan melihat ukuran diameter
pupil (dalam satuan milimeter), bentuk lingkaran pupil (regularitas), dan deviasi pupil
(eksentrisitas) pupil. Selanjutnya dilakukan penilaian respons pupil terhadap cahaya dan
akomodasi. Respon cahaya langsung dilakukan dengan menggunakan sumber cahaya
(senter kecil) yang diarahkan dari samping sehingga pasien tidak memfokus pada cahaya dan
tidak berakomodasi. Inspeksi kedua pupil dan ulangi prosedur ini pada sisi lainnya. Pada
keadaan normal pupil yang disinari akan mengecil. Respon cahaya konsensual terjadi jika
63
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
pada pupil yang satu disinari maka secara simultan pupil lainnya memberikan respon identik
dengan mengecil dengan ukuran yang sama.
Lebarnya pupil sangat tergantung dari penerangan di dalam kamar periksa. Pada
penerangan yang sedang, biasanya lebar pupil itu adalah 4-5 mm. Bila lebarnya adalah
kurang dari 2 mm, maka keadaan itu kita namakan miosis. Bila lebar pupil lebih dari 5 mm,
maka keadaan itu kita namakan midriasis. Bila pupil itu sangat kecil maka keadaan itu kita
namakan pinpoint pupil. Bila pupil kanan dan kiri sama lebarnya, maka kita katakan, bahwa
pupil penderita itu adalah isokor. Anisokor adalah keadaan di mana satu pupil lebih lebar
dari pada pupil yang lain.
64
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Pemeriksaan refleks meliputi refleks kornea dan refleks masseter. Pada pemeriksaan
refleks kornea langsung, probandus diminta melirik ke arah laterosuperior, kemudian dari
arah lain kapas disentuhkan pada kornea mata, misal pasien diminta melirik kearah kanan
atas maka kapas disentuhkan pada kornea mata kiri dan lakukan sebaliknya pada mata yang
65
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
lain. Kemudian bandingkan kekuatan dan kecepatan refleks tersebut kanan dan kiri saraf
aferen berasal dari N. V tetapi serabut eferan (berkedip) berasal dari N.VII.
Pemeriksaan refleks kornea tak langsung (konsensual), sentuhan kapas pada kornea
mata kanan akan menimbulkan refleks menutup mata pada mata kiri dan sebaliknya,
kegunaan pemeriksaan refleks kornea konsensual ini sama dengan refleks cahaya
konsensual, yaitu untuk melihat lintasan mana yang rusak (aferen atau eferen).
Refleks masseter bertujuan untuk melihat adanya lesi UMN (cortico-bulbar) penderita
membuka mulut secukupnya (jangan terlalu lebar) kemudian dagu diberi alas jari tangan
pemeriksa diketuk mendadak dengan palu refleks. Respon normal akan negatif yaitu tidak
ada penutupan mulut atau positif lemah yaitu penutupan mulut ringan. Sebaliknya pada lesi
UMN akan terlihat penutupan mulut yang kuat dan cepat.
66
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
adalah otot-otot wajah bagian bawah. Pada lesi nervus VII perifer (gangguan terdapat di
nukleus atau intranucleus), maka semua otot sesisi wajah lumpuh dan mungkin juga
termasuk cabagn saraf untuk pengecapan dan sekresi ludah. Wajah bagian bawah mendapat
inervasi dari korteks motorik kontralateral (unilateral), sedangkan pada wajah bagian atas
mendapat inervasi dari kedua sisi korteks motorik (bilateral). Pemeriksaan saraf fasialis
dilakukan saat pasien diam dan atas perintah (tes kekuatan otot). Saat pasien diam
diperhatikan adanya asimetri wajah. Kelumpuhan nervus VII dapat menyebabkan penurunan
sudut mulut unilateral dan kerutan dahi menghilang serta lipatan nasolabial, tetapi pada
kelumpuhan nervus fasialis bilateral wajah masih tampak simetrik. Perhatikan juga gerakan-
gerakan abnormal (tic facialis, grimacing, kejang tetanus/rhisus sardonicus, dan tremor serta
ekspresi muka (sedih, gembira, takut, seperti topeng).
Fungsi motorik dapat dinilai dengan meminta probandus untuk mengerutkan dahi,
menutup mata, meringis, meniup (menggembungkan pipi), bersiul, dan tersenyum. Pada
kelemahan berat otot penutup mata, pasien bisa mengalami kesulitan melindungi kornea.
Pasien tersebut dapat terlihat memutar matanya ke atas di bawah kelopak saat ia diminta
menutup mata, suatu usaha otomatis untuk menutup kornea.
Pemeriksaan fungsi sensoris nervus VII dinilai dengan memberikan larutan yang
mewakili empat modalitas pengecap dasar (manis, pahit, asam dan asin) yang disentuhkan
pada bagian anterior lidah (2/3 anterior).
67
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
genikulatum medial dan kemudian menuju girus superior lobus temporalis. Serabut-serabut
untuk keseimbangan mulai dari utrikulus dan kanalis semisirkularis dan bergabung dengan
serabut-serabut auditorik di dalam kanalis fasialis. Serabut-serabut ini kemudian memasuki
pons, serabut vestibutor berjalan menyebar melewati batang dan serebelum.
Tes pendengaran sederhana adalah dengan menilai kemampuan pasien mendengar
detik jarum jam yang didekatkan ke telinga, atau dengan membisikkan sejumlah angka pada
satu telinga dengan menutup liang telinga kontralateral pada jarak kira-kira 1 meter dari
telinga, dan meminta pasien mengulanginya (tes Whisper).
Untuk membedakan tuli konduktif (telinga luar dan telinga tengah) atau tuli
sensorineural (telinga dalam), dapat digunakan garpu tala 512 Hz. Pada tes Rinne, konduksi
udara dengan ujung garpu yang bergetar diletakkan di depan telinga, dibandingkan dengan
konduksi tulang dengan cara meletakkan tangkai garpu tala pada prosesus mastoideus
(dibelakang telinga) dan bila bunyi tidak lagi terdengar letakkan garpu tala tersebut sejajar
dengan meatus akustikus oksterna. Normalnya, konduksi udara lebih cepat dibandingkan
dengan konduksi tulang yang ditandai dengan garpu tala masih terdengar pada meatus
akustikus eksternus (Rinne +). Akan tetapi, pada tuli konduktif konduksi tulang lebih cepat
dibandingkan konduksi udara yang ditandai dengan garpu tala tidak terdengar lagi (Rinne -
). Pada tuli sensorineural, konduksi tulang juga lebih cepat dibandingkan dengan konduksi
udara, tetapi keduanya akan berkurang jika dibandingkan dengan telinga normal.
Pada tes weber, dasar tangkai garpu tala diletakkan pada verteks. Dalam keadaan
normal, bunyi akan terdengar sama keras pada kedua telinga. Pada tuli sensorineural akan
terjadi lateralisasi bunyi kearah telinga yang normal, sedangkan pada tuli konduktif akan
terjadi lateralisasi ke arah telinga yang sakit.
Pada Tes Schwabach, setelah garpu tala dibunyikan langsung diletakkan pada telinga
pasien, pasien diminta untuk memberi tahu bila bunyi garpu tala berhenti. Setelah itu,
pemeriksa menempatkan garpu tala di dekat lubang telinga dirinya. Bila pemeriksa masih
dapat menangkap bunyi garpu tala maka pendengaran pasien berkurang.
Pemeriksaan komponen keseimbangan dapat dilakukan dengan tes Romberg atau
memerhatikan nistagmus. Pada tes Romberg penderita diminta berdiri tegak lurus dengan
kaki dirapatkan serta kedua mata di pejamkan. Tes Romberg positif apabila pada mata
tertutup tidak bisa berdiri tegak lurus dengan kaki dirapatkan dan apabila mata terbuka
probandus dapat beridir dengan kedua tungkai dirapatkan. Tes ini baik untuk
68
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
69
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
keluar dari hidung apalagi bila ia minum air tergesa-gesa) serta gangguan fonasi, yaitu
suaranya kedengaran "sengau." Suara "sengau" itu lenyap, bila hidungnya ditutup.
Walaupun nervus IX memiliki banyak fungsi, namun asfek klinis yang dinilai rutin
pada pemeriksaan klinis adalah sensasi umum pada dinding posterior faring dan 1/3 posterior
lidah. Stimulus pada regio tersebut dengan menggunakan spatel dapat merangsang refleks
muntah (gag reflex). Lengkung eferen dari refleks muntah ini dihantarkan melalui nervus
vagus.
Nervus vagus juga mempunyai dua ganglion yaitu ganglion superior (jugulare) dan
ganglion inferior (nodosum), keduanya terletak pada daerah foramen jugularis. Nervus vagus
mempersarafi semua visera toraks dan abdomen dan menghantarkan impuls dari dinding
usus, jantung dan paru-paru.
Apabila satu nervus rekurentes terganggu, maka akan tampak kelumpuhan dari satu
pita suara di sisi yang sakit. Sisi yang lumpuh itu tidak akan tampak bergerak sewaktu fonasi
dan sewaktu inspirasi pula pita itu akan menjadi atonis dan lama kelamaan menjadi atrofis.
Suara penderita akan menjadi parau. Bila kedua nervus rekurens kanan dan kiri mengalami
kelumpuhan, maka pita suara itu akan berada di garis tengah dan pula tidak bergerak sama
sekali, dan akan terdengarlah suara yang afonis dan stridor inspirasi.
70
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Gangguan N. XI mengakibatkan kelemahan otot bahu (otot trapezius) dan otot leher
(otot sterokleidomastoideus). Pasien akan menderita bahu yang turun sebelah serta
kelemahan saat leher berputar ke sisi kontralateral. Kelainan pada nervus asesorius dapat
disebabkan oleh serabut saraf, tumor, dan iskemia akibatnya persarafan ke otot trapezius dan
otot stemokleidomastoideus terganggu.
71
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Lesi nervus XII dapat bersifat supranuklear, misalnya pada lesi di korteks atau kapsula
interna yang biasanya disebabkan karena stroke. Dalam hal ini kelumpuhan otot lidah tanpa
adanya atropi dan fasiculasi (tanda-tanda UMN). Pada lesi infranuklear didapatkan
kelumpuhan otot lidah disertai atropi dan fasiculasi (tanda-tanda UMN). Kerusakan nervus
hipoglossus dapat disebabkan oleh kelainan di batang otak, kelainan pembuluh darah, tumor
dan syringobulbia. Kelainan tersebut dapat menyebabkan gangguan proses pengolahan
makanan dalam mulut, gangguan menelan, gangguan bicara (disatria), dan gangguan jalan
nafas apabila lidah tertarik ke belakang.
Pada kerusakan N. XII pasien tidak dapat menjulurkan, menarik atau mengangkat
lidahnya. Pada lesi unilateral, lidah akan membelok kearah sisi yang sakit saat dijulurkan.
Saat istirahat lidah membelok ke sisi yang sehat di dalam mulut.
DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN NERVUS KRANIAL
72
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
SKOR
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1 Nervus Olfaktorius 1. Mempersiapakan alat dan bahan
(I) pemeriksaan
2. Meminta izin kepada probandus sembari
mempersilakan penderita untuk duduk atau
berbaring
3. Memerintahkan probandus untuk
memejamkan matanya atau menutup mata
probandus dengan kain penutup
4. Melakukan inspeksi lubang hidung yang
akan diperiksa apakah ada pilek, polip, atau
sumbatan lainnya
5. Menutup hidung yang tidak diperiksa
dengan kapas
6. Mendekatkan botol yang telah berisi bahan
beraroma pada hidung yang akan diperiksa
7. Meminta probandus untuk menyebutkan
aroma apa yang tercium
8. Melakukan pemeriksaan 6 & 7 untuk aroma
yang lain
9. Memberikan penilaian hasil pemeriksaan
2 Nervus Optikus (II) Pemeriksaan Lapangan pandang (tes
konfrontasi)
1. Probandus diminta menatap mata pemeriksa
(memfiksasikan pandangannya pada pupil
pemeriksa)
2. Pemeriksa kemudian menggerakan ujung
jari dari tengah lapangan pandang menuju
tepi lapangan pandang dengan arah
kesamping kanan dan kiri serta arah atas dan
bawah.
3. Probandus diminta mengatakan batas
persepsi dari jari tangan yang digerakkan
tersebut, dengan mengatakan ya jika melihat
dan tidak jika tidak melihat.
4. Memberikan penilaian dan pencatatan hasil
pemeriksaan
3 Nervus Pemeriksaan refleks pupil
Okulomotorius (III), 1. Mempersiapkan alat dan bahan pemeriksaan
nervus Troklearis 2. Meminta izin kepada probandus sembari
(IV), dan nervus mempersilakan probandus untuk duduk atau
Abdusen berbaring
(VI) 3. Menyinari mata yang akan diperiksa dengan
senter dari arah samping
4. Memperhatikan reaksi pupil yang disinari
(refleks pupil langsung) maupun reaksi
73
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
74
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Fungsi sensoris
1. Mempersiapakan alat dan bahan
pemeriksaan
2. Meminta izin kepada probandus sembari
mempersilakan probandus untuk duduk atau
berbaring
3. Memerintahkan probandus untuk
memejamkan matanya
4. Memberikan sensasi tajam dengan jarum
pada daerah dahi, pipi, dan dagu serta
memerintahkan probandus untuk
mengatakan “ya” apabila merasakan sensasi
5. Memberikan sensasi raba halus dengan
kapas pada daerah dahi, pipi, dan dagu serta
75
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Refleks Kornea
1. Mempersiapakan alat dan bahan
pemeriksaan
2. Meminta izin kepada probandus sembari
mempersilakan probandus untuk duduk atau
berbaring
3. Memerintahkan probandus untuk melirikkan
matanya ke arah latero-superior
4. Menyentuhkan kapas pada kornea dari arah
yang lain pada mata yang diperiksa
5. Menilai kekuatan dan kecepatan refleks
yang timbul dalam bentuk kedipan mata
yang diperiksa (refleks kornea langsung)
dan pada mata yang tidak diperiksa (refleks
kornea konsensual)
6. Memberikan penilaian dan pencatatan hasil
pemeriksaan
76
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
77
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Tes Rinne
1. Mempersiapakan alat dan bahan
pemeriksaan
2. Meminta izin kepada probandus sembari
mempersilakan probandus untuk duduk atau
berbaring
3. Menggetarkan garpu tala dan
meletakkannya pada prosesus mastoideus
pada sisi telinga yang dinilai sampai getaran
garpu tala tidak terdengar lagi oleh
probandus
4. Memindahkan garpu tala ke depan liang
telinga pada sisi yang diperiksa (apabila
masih terdengar Rinne +, bila tidak
terdengar Rinne -)
5. Memberikan penilaian dan pencatatan hasil
Tes Weber
1. Mempersiapakan alat dan bahan
pemeriksaan
2. Meminta izin kepada probandus sembari
mempersilakan probandus untuk duduk
3. Menggetarkan garpu tala dan
meletakkannya pada pertengahan dahi
probandus
4. Menanyakan kepada probandus apakah
bunyi terdengar di tengah atau mengalami
78
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
lateralisasi
5. Memberikan penilaian dan pencatatan hasil
pemeriksaan
Otot Sternokleidomastodius
1. Mempersiapakan alat dan bahan pemeriksaan
79
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
9.1 Pendahuluan
Pemeriksaan laboratorium darah dapat terjadi kesalahan, dimana kontribusi tingkat
kesalahan terjadi pada:
1. Tahap praanalitik 59,3%
2. Tahap analitik 27,1%
3. Tahap pasca analitik 13,6%
Kesalahan praanalitik pada pemeriksaan darah dapat dihindari dengan :
80
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
1. Persiapan pasien
2. Pengambilan darah yang benar
3. Penampungan darah yang benar
4. Pengiriman darah yang benar
81
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
5) Jika memakai vena daerah fossa cubiti, pasang torniquet ke arah proksimal tetapi jangan
terlalu kencang. Lalu minta pasien mengepal dan membuka kepalan berkali kali hingga
vena jelas terlihat.
6) Regangkan kulit diatas vena dengan jari supaya vena tidak bergerak.
7) Minta pasien menarik nafas, lalu segera tusuk jarum dengan lubang jarum mengarah ke
atas hingga masuk ke dalam lumen vena.
8) Kendurkan torniquet dan buka kepalan lalu isap darah secukupnya.
9) Taruh kapas beralkohol 70% yang diperas hingga kering di atas tusukan dan cabut jarum.
10) Minta pada pasien untuk menekan kapas tadi selama beberapa menit atau direkatkan
dengan plester/ tensoplast.
11) Angkat jarum dari semprit atau jika memakai tabung vakum tusuk jarum ke tutup tabung
dan alirkan darah melalui dinding tabung.
82
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
B C
D E
83
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
84
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Tabel 9.1 Perubahan Kuantitatif Parameter Hematologi Pada Suhu Kamar Dan Lemari
Es Menggunakan Antikoagulan K3EDTA
Parameter 20 – 25oC 4 – 8oC
Jumlah leukosit 4 jam 24 jam
Jumlah eritrosit 12 jam 24 jam
Hemoglobin 24 jam 24 jam
Hematokrit 6 jam 24 jam
VER 6 jam 24 jam
HER 12 jam 24 jam
KHER 12 jam 24 jam
RDW 20 menit 24 24 jam
Jumlah trombosit jam 24 jam
MPV 20 menit 20 menit
PDW 20 menit 20 menit
Penampung darah untuk pemeriksaan kimia darah dan serologi menggunakan tabung
tanpa antikoagulan. Termasuk pemeriksaan kimia darah yaitu: gula darah, ureum, kreatinin,
bilirubin, SGOT, SGPT, -GT, ALP, albumin, globulin, LDH, kolesterol, trigliserida,
CKMB, asam urat, dan elektrolit. Termasuk pemeriksaan serologi yaitu: Widal, HBsAg, anti
HCV, anti HAV, HIV, CRP, VDRL, TPHA, ASTO, RF, tes kehamilan, dan tes narkoba.
Plasma
Plasma
30%
75% Plasma
55%
85
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
normal polisitemia
anemia
86
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
87
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
2) Ambil kaca obyek lainnya yang bersih dan bebas lemak lalu letakkan setetes darah utuh
dengan batang gelas pengaduk kira-kira 1 cm dari ujung kaca. Letakkan kaca obyek
tersebut ditempat yang rata dengan tetesan darah di sebelah kanan.
3) Peganglah sisi kiri kaca obyek dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri. Kaca pemulas
dipegang dengan tangan kanan dan letakkan di depan tetesan darah yang dengan kaca
obyek membentuk sudut kira-kira 250 membuka ke kanan.
4) Kaca pemulas digeser ke arah kanan sehingga menyinggung tetesan darah. Darah
tersebut akan segera menyebar sepanjang sisi kaca pemulas.
5) Jagalah agar sudut kedua kaca obyek tetap 300. Kemudian doronglah kaca pemulas
dengan mantap sepanjang kaca obyek. Ulangilah untuk beberapa sediaan. Keringkan di
udara, setelah kering siap untuk diwarnai.
Pewarnaan Wright :
88
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Cara pemeriksaan.
1. Periksalah sediaan apus di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah (obyektif 10 x).
a. Leukosit sebaiknya merata penyebarannya.
b. Taksirlah kesan jumlah leukosit (jumlahnya per sejumlah eritrosit). Apakah sesuai
dengan hitung leukosit, bila tidak sesuai dengan jumlah hitung leukosit maka harus
diulang.
c. Periksalah sediaan dari daerah kepala sampai ekor. Umumnya bagian ekor selnya
lebih besar, seperti monosit, neutrofil. Sel yang lebih kecil seperti limfosit ada di
bagian kepala/badan.
d. Pada pengamatan sepintas catatlah bila dijumpai kelainan.
e. Pilihlah sediaan di bagian yang eritrositnya tidak saling menumpuk.
2. Hitunglah macam bentuk leukosit per 100 sel leukosit, laporkan hasilnya dalam %.
3. Cara menghitung bentuk leukosit menggunakan alat yang disebut Differential Cell
Counter (Diff. count)
Bila tidak tersedia buatlah kolom seperti berikut :
89
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Sumber kesalahan :
1. Kesalahan tehnis sediaan apus :
a. Tetesan darah terlalu banyak/sedikit.
b. Cara mendorong kaca pemulas tersendat-sendat.
c. Kaca pemulas tidak menempel dengan tepat pada kaca benda.
d. Sudut antara kaca pemulas dan kaca obyek tidak tepat 250, sehingga sediaan terlalu
tebal dan sebaliknya.
e. Setelah sediaan kering harus segera difiksasi, bila ditunda mengakibatkan perubahan
morfologi eritrosit.
2. Kesalahan tehnik pengecatan :
a. Bila terlalu asam hasilnya terlalu merah, dan sebaliknya bila terlalu basa hasilnya
biru (pH larutan penyangga sangat kritis, penting diperhatikan).
b. Rak pengecatan harus tepat dan benar.
c. Pembilasan yang tidak bersih.
d. Sisa air dalam sediaan mengakibatkan warnanya pucat.
9.3 Menentukan Golongan Darah ABO dan Rh menggunakan Darah Kapiler atau
Darah EDTA
Sejak penemuan Landsteiner (1901) sampai sekarang telah ditemukan lebih dari 100
antigen golongan darah. Untuk kegunaan klinis yang terpenting adalah sistem golongan
darah ABO dan Rh.
Pada sistem golongan darah ABO dapat dibedakan menjadi 4 golongan darah yaitu :
A, B, AB, dan O. Penggolongan darah tersebut didasarkan pada adanya antigen-A atau
antigen-B pada permukaan membran eritrosit. Orang dengan golongan darah O tidak
memiliki antigen-A dan antigen-B, golongan darah A hanya memiliki antigen A, golongan
darah B hanya memiliki antigen-B, dan golongan darah AB memiliki antigen-A dan antigen-
B pada permukaan membran eritrosit. Orang dengan golongan darah O memiliki antibodi-A
90
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
dan antibodi-B, golongan darah A hanya memiliki antibodi-B, golongan darah B hanya
memiliki antibodi-A, dan golongan AB tidak memiliki antibodi-A dan antibodi-B dalam
serumnya.
Sistem Rh untuk kepentingan klinik cukup menentukan, golongan darah Rh dibedakan
menjadi golongan darah dengan Rh-positif atau Rh-negatif. Tes ini memeriksa reaksi sel
eritrosit terhadap antibodi Rh yang dikenal dengan nama anti-D. Oleh karena proses
aglutinasi yang terjadi adalah reaksi antara antigen-antibodi maka antigen (Ag) disebut juga
aglutinogen dan antibodi (Ab) disebut aglutinin.
B. Spesimen
Suspensi eritrosit yang akan diperiksa dari whole blood (darah utuh) atau darah EDTA
(atau darah antikoagulan lainnya yang dicuci dengan saline 0.85% 3x, lalu eritrosit yang
telah dicuci diencerkan dengan saline yaitu 0.3 mL eritrosit yang telah dicuci ditambah degan
0.3 mL saline = suspensi 50%).
91
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
C. Cara kerja
Menggunakan metode kaca obyek :
1. Pada sebuah kaca obyek teteskan 1 tetes serum anti-A di sebelah kiri, 1 tetes serum anti-
B di tengah dan 1 tetes serum anti-AB di sebelah kanan. Pada kaca obyek yang lain
teteskan 1 tetes serum anti-D di sebelah kiri, 1 tetes serum yang diperiksa (kontrol)
disebelah kanan.
2. Pada masing-masing serum teteskan 2 tetes whole blood EDTA atau darah kapiler,
campurkan dengan cara menggoyangkan ke depan dan ke belakang, sambil diamati
aglutinasi yang terjadi. Pengamatan dilakukan dalam waktu 2 menit setelah
pencampuran serum dan whole blood.
D. Cara penilaian
Serum kontrol pada penilaian ini boleh terjadi aglutinasi, bila terjadi aglutinasi dan
tidak ada kesalahan maka kemungkinan mempunyai antibodi (aglutinin) dingin/panas, perlu
pemeriksaan lebih lanjut.
Untuk menghindari kesalahan, yaitu:
1. Masing-masing tidak boleh tercemar oleh serum yang lain.
2. Kalau hasil pengamatan aglutinasi meragukan, maka dapat diamati di bawah mikroskop
(hati-hati jangan sampai keliru dengan rouleaux).
92
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
SKOR
NO. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1. Menyiapkan peralatan :
Tabung penampung darah vacutainer
Spuit injeksi + jarum steril
Kapas alkohol
Torniquet
Plester
Memasang sarung tangan
2. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang fungsi
pengambilan darah vena
- Diperagakan dengan memberikan penjelasan pada pasien
3. Memberikan penjelasan kepada pasien berapa volume darah
yang diambil
- Diperagakan dengan menunjukkan batas tinggi darah pada
tabung vacutainer
4. Menyiapkan pasien untuk proses pengambilan darah :
a. Melakukan perabaan pada vena yang akan ditusuk
b. Melakukan desinfeksi dengan kapas alkohol yang sudah
diperas kering
c. Memasang torniquet setinggi 2 jari di atas lipat siku
5. Melakukan penusukan jarum ke vena terpilih :
a. Tusuk jarum ke dalam vena terpilih dengan bagian mulut
jarum menghadap ke atas
b. Mengamati apakah darah sudah masuk ke pangkal jarum
c. Jika darah sudah tampak tekan pangkal jarum dengan halus,
lalu hisap darah sampai volume yang diinginkan
6. Melakukan penarikan jarum dan penutupan luka akibat jarum
:
a. Peras kapas alkohol hingga kering lalu letakkan di atas kulit
yang ditusuk jarum
b. Tekan dengan lembut kapas tersebut kemudian minta pada
pasien untuk menarik nafas sambil menarik jarum ke luar
93
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
SKOR
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1 Pemeriksa mengenakan sarung tangan
Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan
2
sediaan apus
3 Memilih kaca objek yang tepinya rata untuk kaca pemulas
Meletakkan setetes plasma darah pada kaca objek lain dengan
4 batang gelas pengaduk pada kira-kira 1 cm dari ujung kaca dan
ditengah-tengah dari kedua sisi panjang
Meletakkan kaca objek tersebut ditempat yang rata dengan tetesan
5
darah di sebelah kanan
Memegang sisi kiri kaca objek dengan ibu jari dan telunjuk tangan
6
kiri.
Memegang kaca pemulas dengan tangan kanan dan meletakkannya
7 didepan tetesan darah membentuk sudut kira-kira 25o membuka ke
kanan.
Menggeser kaca pemulas ke kanan sehingga menyinggung tetesan
8
darah.
9 Menjaga agar sudut kedua kaca objek tetap 25o– 30o
Mendorong kaca pemulas dengan mantap dan cepat sepanjang kaca
10
objek
11 Mengeringkan sediaan di udara
PEWARNAAN WRIGHT
Meletakkan sediaan pada rak pengecatan dengan arah menghadap
1
ke sebelah atas
2 Menggenangi sediaan dengan cat Wright selama 1 menit
Menambahkan larutan penyangga sama banyak tanpa tumpah dan
3
mendiamkan selama 15 menit.
Mencuci sediaan di bawah air kran atau aquadest lalu mengeringkan
4
di udara.
CARA PEMERIKSAAN
Memeriksa sediaan apus dibawah mikroskop dengan perbesaran
lemah (obyektif 10 x)
- Memeriksa penyebaran leukosit
1 - Menaksir kesan jumlah leukosit (jumlahnya per sejumlah
eritrosit
- Memeriksa sediaan dari daerah kepala sampai ekor
- Mencatat adanya kelainan
94
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
SKOR
NO. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1. Menyiapkan peralatan :
a. Mengambil reagen golongan darah 4 botol
b. Mengambil objek glass 2 buah
c. Mengambil batang pengaduk atau kaca tutup
d. Mengambil tabung vakutainer berisi darah
e. Memakai sarung tangan
2. Melakukan pemeriksaan golongan darah
a. Meneteskan setetes darah (20 uL) masing-masing di sisi
kiri dan kanan ke 2 kaca objek
b. Lalu aduk dengan kaca pengaduk atau ujung kaca tutup
yang berbeda
3. Menganalisa hasil pemeriksaan golongan darah
a. Setelah diaduk lalu goyang sedemikian rupa sambil
diamati perubahan yang terjadi
b. Amati apakah ada aglutinasi atau tidak, jenis golongan
darah sesuai dengan adanya aglutinasi
4. Membuat laporan hasil pemeriksaan golongan darah
a. Golongan darah A/B/AB/O
b. Rhesus + / -
5. Membersihkan peralatan yang digunakan dan simpan
kembali reagen pada suhu 2-8°C
Keterangan :
0 : tidak dilakukan
1 : dilakukan tapi tidak benar
2 : dilakukan dengan benar
95
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
10.1 Pendahuluan
Anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat penting dalam penetapan diagnosis penyakit
muskuloskeletal. Dalam diagnosis sistem ini, 70% ditentukan oleh anamnesis, 20%
ditentukan oleh pemeriksaan fisik, dan 10% leh pemeriksaan laboratorium. Pada ketrampilan
ini, hanya akan dibahas tentang pemeriksaan fisik pada sistem muskuloskeletal.
Keterampilan pemeriksaan muskuloskeletal mencakup:
1. Inspeksi postur dan gerakan tubuh
2. Inspeksi dan palpasi tulang dan sendi, serta penilaian range of motion sendi
3. Pemeriksaan tenaga, tonus, dan trofik otot
4. Keterampilan komunikasi dalam pemeriksaan muskuloskeletal
96
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
dan kiri dengan lengan yang direntangkan sama dengan tinggi badan. Jarak simfisis pubis ke
ujung kepala dan dari simfisis pubis ke lantai biasanya sama. Pada anak sampai usia 10 tahun,
batang tubuhnya lebih panjang daripada tungkainya dengan rasio 1,7 : 1.
Perhatikan gaya berjalan pada saat pasien memasuki kamar periksa. Ayunan
ekstensi/fleksi lutut harus halus dan mantap. Lutut yang difleksikan pada satu sisi
menunjukkan adanya proses patologis pada sisi tersebut. Pincang atau gaya berjalan
abnormal sering disebabkan oleh nyeri atau kelemahan otot. Pasien dengan spondilitis
ankilosa yang berat biasanya datang dengan kepala membungkuk ke depan, punggung lurus
dan tidak mobil, perut menonjol, berjalan dengan kedua kaki lebar, dan pada saat bertatap
mata dengan dokter dia harus memiringkan tubuhnya ke belakang.
10.3 Inspeksi dan palpasi tulang dan sendi, serta penilaian range of motion sendi
Pemeriksaan muskuloskeletal sebagian besar terdiri dari inspeksi dan palpasi sendi.
Point kunci yang perlu diperhatikan dalam inspeksi dan palpasi adalah pembengkakan
(swelling/S), nyeri tekan (tenderness/T), dan pembatasan gerakan (loss of motion/L). S, T,
dan L bisa dinilai dalam range 0-4. Secara umum, 0 berarti normal, 1 berarti kelainan ringan,
2 berarti kelainan moderat, 3 berarti kelainan bermakna, 4 berarti kelainan maksimal. Tanda-
tanda fisik lain seperti suhu, perubahan warna pada sendi, krepitasi, dan deformitas bisa
ditambahkan. Krepitasi adalah sensasi grating (seperti bunyi kapur digesekkan ke bidang
yang kasar) atau crunching (seperti bunyi gigi mengunyah) yang bisa diraba atau didengar
akibat gerakan sendi atau tendon.
97
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Scoliosis adalah lengkungan vertebra ke arah lateral. Scoliosis ringan hanya akan
diketahui dengan meraba processus spinosus. Apabila ada scoliosis, tentukan lokasi, tempat
lengkungan utama, dan bentuk lengkungannya. Kalau scoliosisnya struktural, selalu ada
rotasi. Minta pasien untuk membungkuk ke depan dan menyentuh jari kakinya. Scoliosis
postural (tidak berotasi) akan menghilang, sedangkan scoliosis struktural tetap ada.
Gambar 10.1 Tulang belakang normal dan abnormal (A) Kifosis, peningkatan
kecembungan atau melingkarnya lengkungan vertebrae thoracis, (B)
Lordosis, peningkatan lengkungan vertebrae lumbalis, (C) Skoliosis,
vertebra melengkung ke lateral
Lakukan juga inspeksi apakah ada benjolan, bekas trauma atau pembedahan pada bagian
kulit di atas tulang belakang.
B. Palpasi
Lakukan palpasi prosessus spinosus vertebralis untuk melihat adanya nyeri tekan.
Kalau menemukan nyeri tekan, tentukan lokasi tiap vertebra dengan jari dan ketuk jari
dengan palu perkusi. Perkusi dapat menentukan vertebra yang terganggu. Minta pasien untuk
menunjukkan tempat yang tepat dimana rasa nyeri terasa paling hebat.
Palpasi kelompok otot paraspinal pada kedua sisi tulang belakang. Palpasi apakah ada
spasme otot, perbedaan tonus otot, dan benjolan.
Minta pasien meletakkan satu kaki pada kursi, kemudian palpasi tuberositas
ischiadicus, sulcus ischiadicus, dan trochanter mayor, dengan cara meletakkan ibu jari pada
trochanter mayor dan telunjuk pada tuberositas ischiadicus. Dengan tekanan yang kuat,
98
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
palpasi sulcus ischiadicus di antara kedua tempat tersebut. Nyeri yang timbul pada palpasi
sulcus ischiadicus menunjukkan adanya iritasi nervus ischiadicus.
C. Pemeriksaan rentang gerakan (ROM)
Range of motion (ROM) adalah pengukuran fleksibilitas sendi dengan mengobservasi
besar derajat suatus endi dapat bergerak dari suatu posisi netral. Alat pengukur ROM disebut
goniometer. Goniometer diletakkan pada sendi dan dua lengannya disejajarkan dengan
tulang-tulang yang dihubungkan dengan sendi. ROM yang terbatas bisa disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain kelemahan otot, kerusakan saraf, kerusakan tulang belakang, dan
artritis.
Ada 2 jenis pengukuranm yaitu active ROM dan passive ROM. Pada active ROM,
pasien diminta menggerakkan sendinya, dan pasien diobservasi untuk adanya penurunan
atau peningkatan gerakan sendi dibanding sendi normal ataupun sendi kontralateral.
Perhatikan juga apakah adanya sendi pada waktu digerakkan, dan apakah ada bunyi krepitus
(popping). Pada passive ROM, sendi digerakkan secara pasif atau digerakkan oleh
pemeriksa, dan perhatikan lagi apakah ada penurunan atau peningkatan gerakan sendi
dibanding sendi normal ataupun sendi kontralateral, nyeri waktu digerakkan dan adanya
krepitus.
Gerakkan sendi pasien dalam suatu rentang gerakan (range of motion/ROM), yaitu
membungkuk ke depan (antefleksi), ekstensi ke belakang (retrofelksi), memiringkan tubuh
ke lateral (laterofleksi), dan rotasi. Pada saat rotasi, pinggul harus distabilkan dengan tangan
pemeriksa atau dengan menyuruh pasien duduk di meja.
Apabila ada keluhan nyeri punggung, terdapat lima pemeriksaan yang memperjelas
penyebabnya. Pertama, tes mengangkat tungkai dalam keadaan lurus. Pasien diminta
berbaring telentang untuk melakukan tes ini. Dengan satu tangan di belakang pergelangan
kaki dan lutut diekstensikan, angkat seluruh ekstremitas inferior secara perlahan sampai
pasien merasakan nyeri pada punggung bawah. Catat sudut yang tepat dimana nyeri mulai
timbul. Ulangi tes sampai titik tepat sebelum nyeri timbul dan dorsofleksikan kaki. Ini akan
menyebablan traksi pada nervus ischiadicus. Adanya nyeri memastikan adanya iritasi nervus
ischiadicus. Nyeri ischiadicus paling sering timbul pada elevasi 40°-60°. Nyeri sacroiliaca,
bila ada, hanya akan timbul pada elevasi penuh.
Pemeriksaan kedua adalah untuk menunjukkan gangguan pada sendi sacroiliaca.
Letakkan satu tangan pada bahu pasien, lalu dengan tangan lainnya, dorong lutut yang
99
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
difleksikan ke arah bahu kontralateral. Ini akan meregangkan sendi sacroiliaca dan
memperberat nyeri pada sendi tersebut.
Pemeriksaan ketiga adalah untuk membedakan nyeri yang berasal dari vertebra.
Letakkan lutut pasien pada dadanya dalam posisi fetus. Secara individual, fleksikan tiap lutut
dan pinggul dengan mendorong lutut ke dinding dada. Tindakan ini akan meregangkan sendi
lumbosacral. Pasien yang menderita nyeri pada sendi lumbosacral sering menolak untuk
berbaring telentang, mereka cenderung untuk memfleksikan lutut dan pinggul.
Pemeriksaan keempat adalah dengan meminta pasien menyilangkan kedua tangannya di
dada dan mulai melakukan sit-up. Di sini dapat ditentukan segmen musculus rectus yang
lemah akibat gangguan saraf karena kelainan di tulang belakang.
Pemeriksaan kelima adalah dengan meminta pasien tiarap, kemudian angkat satu paha
dari meja sehingga tungkai mengalami hiperekstensi. Hiperekstensi tungkai ini dapat
memperberat nyeri akibat herniasi discus, sacroiliitis, dan sprain lumbosacral.
2) Panggul/pelvis
Pelvis merupakan salah satu sendi penyangga berat badan, maka pemeriksaan fungsi
yang dilakukan adalah pada saat berdiri dan berjalan. Pada pemeriksaan otot, otot-otot utama
pada panggul dikelompokkan dalam 4 sektor, yaitu otot fleksor panggul yang terletak di
anterior, otot abduktor medial yang terletak di medial, otot abduktor lateral yang terletak di
lateral trochanter, dan otot ekstensor panggul yang terletak di posterior.
A. Inspeksi
Dalam posisi berdiri, pasien dengan artritis pinggul akan menyokong sebagian besar
berat badannya pada sisi yang tidak sakit. Carilah adanya fleksi ringan lutut pada sisi yang
sakit. Otot gluteus maximus sisi yang sakit mungkin akan mengalami atrofi.
Perhatikan adanya pembengkakan, bekas trauma, atau bekas pembedahan pada daerah
panggul.
B. Palpasi
Dalam keadaan berdiri menghadap pasien, periksa apakah ada pelvic tilt, yaitu dengan
meletakkan ibu jari tangan pada spina iliaca anterior superior dan jari tengah pada trochanter
mayor femur. Jika spina iliaca lebih tinggi pada satu sisi dan trochanter mayor juga lebih
tinggi, kemungkinan tungkai yang berlawanan lebih pendek atau mengalami fleksi
kontraktur yang menetap. Jika spina iliaca lebih rendah, tapi trochanter mayor sejajar dengan
100
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
trochanter di sisi kontralateral, mungkin terjadi pemendekan caput femoralis. Dalam keadaan
ini, otot gluteus medius sisi yang sakit akan teraba lemah, lunak, dan mudah ditekan sampai
cekung.
Minta pasien berdiri di atas satu tungkai. Otot gluteus medius pada sisi yang disangga
akan berkontraksi dan mempertahankan tinggi pelvis. Cekungan di atas spina iliaca posterior
superior dapat ditandai dengan pena. Kalau gluteus berkontraksi, biasanya otot tersebut akan
menaikkan pelvis sisi yang tidak disangga dan cekungan tersebut akan naik. Hal ini disebut
dengan tes Trendelenburg negatif atau normal. Jika otot gluteus medius pada sisi yang
disangga lemah atau tidak berfungsi, pelvis dan cekungan pada sisi yang tidak disangga akan
tetap pada ketinggian yang sama atau malah turun.
Kemudian lakukan palpasi keempat sektor otot. Dengan menghadap pasien, ibu jari
diletakkan di spina iliaca anterior superior, dan palpasi tuberculum iliaca dan crista iliaca.
Gerakkan tangan ke bawah dan palpasi trochanter mayor dengan ibu jari terletak di
tuberculum pubis. Di bagian posterior, palpasi spina iliaca posterior superior, processus
spinosus, dan sacrum. Periksa apakah ada atrofi, hipertrofi, spasme otot, dan nyeri tekan.
Minta pasien berbaring pada satu sisi, dan kaki sebelah atas difleksikan pada sendi
panggul dan sendi lutut. Palpasi tuberositas ischii, kemudian di sebelah titik ini lakukan
palpasi nervus ischiadicus yang terletak di antara tuberositas ischii dan trochanter mayor.
Palpasi otot-otot dan jaringan lunak di daerah trigonum femoralis, trochanter mayor, crista
iliaca, dan punggung bawah, untuk memeriksa adanya atrofi, hipertrofi, spasme, dan nyeri
tekan.
Minta pasien berbaring telentang, lalu minta pasien mengangkat tungkai dengan lurus.
Jika terasa tidak nyaman, minta pasien memfleksikan lutut pada sisi yang tidak sakit ke arah
dada, apabila tungkai yang sakit naik, maka derajat kenaikannya menunjukkan besarnya
kontraktur fleksi yang terjadi. Ini disebut dengan tanda Thomas.
C. Pemeriksaan ROM
Dengan tungkai diluruskan ke bawah, abduksikan tungkai ke lateral sampai
membentuk sudut 45°, lalu adduksikan dengan jarak yang sama, sehingga total membentuk
sudut 90°. Pada adduksi normal, sepertiga medial paha yang berlawanan dapat disilangkan.
Fleksi penuh (115°-137°) harus dapat membawa tungkai sampai ke dada.
Periksa gerakan rotasi dengan memfleksikan lutut dan menggerakkan kaki ke luar
untuk memeriksa endorotasi dan gerakkan kaki ke dalam untuk memeriksa eksorotasi.
101
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Dalam keadaan normal, endorotasi adalah 35°, dan eksorotasi adalah 45°. Minta pasien untuk
tiarap, lalu letakkan satu tangan pada bokong dan angkat tungkai untuk memeriksa ekstensi,
biasanya sekitar 40°-45°.
3) Lutut A. Inspeksi
Perhatikan apakah ada pembengkakan pada sendi lutut. Perhatikan juga apakah kontur
otot simetris pada kedua sisi. Juga inspeksi apakah ada bekas trauma atau pembedahan pada
lutut.
B. Palpasi
Lutut lebih mudah dipalpasi apabila difleksikan 90°. Minta pasien duduk di tepi meja
periksa. Letakkan tangan pada lutut sehingga jari tangan pemeriksa membentuk lengkungan
di sekitar poplitea posterior. Palpasi otot, tendo, jaringan lunak dan tulang di anterior dengan
ibu jari tangan. Endorotasikan tibia agar dapat mempalpasi meniscus medialis. Untuk
mempalpasi meniscus lateralis, kaki difleksikan sedikit. Di posterior, palpasi tendon, otot,
dan arteri pada fossa poplitea.
Untuk memeriksa adanya efusi pada lutut, lakukan ballotement patella, dengan
menekan patella dengan satu tangan, bila ada cairan akan terdengar bunyi klik ketika patella
memukul femur. Kemudian dengan hati-hati lakukan pengurutan kantong suprapatella ke
bawah, dan bila ada efusi akan terbentuk tonjolan pada kedua sisi patella.
102
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Pemeriksaan ballotement juga bisa dilakukan dengan menekan bagian atas lutut untuk
mendorong cairan ke belakang patella, lalu patella diketuk, apabila patella mengalami
rebound ke jari pemeriksa, berarti ada cairan.
C. Pemeriksaan ROM
Minta pasien duduk di meja periksa, lalu lakukan fleksi dan ekstensi tungkai. Ekstensi
lutut dapat terjadi sampai 0°, fleksi sampai 135°, endorotasi dan eksorotasi masing-masing
10°.
4) Kaki A. Inspeksi
Perhatikan apakah ada pes planus/kaki datar, dimana arcus longitudinalis medialis
kaki menghilang. Kaki pasien nampak datar, dan biasanya timbul kalus pada caput talus.
Claw toes menunjukkan adanya fleksi pada sendi interfalang proksimal dan distal, serta
hiperekstensi pada sendi metatarsofalangeal. Hammer toes ditunjukkan oleh adanya
hiperekstensi sendi metatarsofalangeal dan interfalangeal distal serta fleksi sendi
interfalangeal proksimal.
Inspeksi juga apakah terdapat pembengkakan, asimetri, dan bekas trauma atau
pembedahan pada kaki.
B. Palpasi
Palpasi seluruh kaki, terutama di sekitar malleolus, kaput metatarsal, talus, kalkaneus,
dan tendon Achilles. Perhatikan tonjolan tulang, otot, dan jaringan lunak pada kaki, apakah
ada nyeri dan pembengkakan, serta dan bandungkan dengan sisi kontralateral
C. Pemeriksaan ROM
Lakukan pemeriksaan ROM secara pasif dengan mengekstensikan lutut dan
mendorsofleksikan kaki (20°), lalu lakukan fleksi plantar (50°). Lakukan inversi dengan
memutar telapak kaki ke dalam, dan eversi dengan memutar telapak kaki ke luar,
masingmasing sampai 15°.
Pemeriksaan ROM secara aktif bisa dilakukan dengan meminta pasien berjalan di atas
jari kaki (memeriksa fleksi plantar dan gerakan jari kaki), berjalan di atas tumit (memeriksa
dorsofleksi), berjalan dengan tepi lateral kaki (memeriksa inversi), dan berjalan dengan tepi
medial kaki (memeriksa eversi).
103
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
5) Bahu A. Inspeksi
Lakukan inspeksi bahu dari depan dan belakang, dengan membandingkan tiap daerah
dengan sisi kontralateralnya. Perhatikan kesimetrisannya, dan pusatkan perhatian pada
clavicula, sendi acromioclavicular dan sendi claviculosternal, sulcus dan otot
deltoidpectoralis, serta scapula. Perhatikan adanya perubahan anatomis, pembengkakan,
bekas trauma, atrofi dan bekas pembedahan.
B. Palpasi
Lakukan palpasi anatomi bahu dari belakang pasien. Palpasi clavicula, sendi
acromioclavicular dan sendi claviculosternal, acromion, processus coracoid, otot deltoid,
otot pectoralis, otot trapezius, tuberositas mayor humeri, scapula, dan axilla. Minta pasien
memfleksikan dan mengabduksikan bahu beberapa kali saat memeriksa sendi
acromioclavicular, dan rasakan gerakan sendi dengan jari, untuk mengetahui apakah ada
nyeri tekan dan krepitus. Rotator cuff dapat dipalpasi dengan memegang lengan pasien di
atas siku dan mengangkat siku ke posterior. Rotator cuff bisa dipalpasi di anterior inferior
acromion. Sulcus bicipital dapat dipalpasi jika lengan difleksikan dan dirotasikan ke medial
dan lateral secara berulang-ulang, sehingga sulcus tersebut bisa dikenali di antara kedua
tuberositas humeri. Rotasi eksternal membuat sulcus tersebut lebih mudah dipalpasi.
C. Pemeriksaan ROM
Untuk memeriksa abduksi, minta pasien menggerakkan lengan ke luar dan ke atas
seperti “burung mengepakkan sayap”. Scapula mulai berotasi pada sudut 30°. Lakukan
fiksasi scapula dengan tangan dan pasien harus dapat mengabduksikan bahu sampai 90°. Jika
ini dapat dilakukan, kemudian mengangkat lengannya di atas kepala (180°), bisa dipastikan
tidak ada gangguan anatomis atau cedera yang berat.
Adduksi dilakukan dengan meminta pasien meletakkan tangannya di puncak bahu
kontralateral, dengan siku di atas sternum (135°). Antefleksi dapat dilakukan sampai 180°.
Endorotasi diperiksa dengan meminta pasien menggaruk punggungnya di bagian
antara batas bawah bahu dengan ibu jarinya. Eksorotasi diperiksa dengan melakukan ayunan
ke belakang untuk melakukan pukulan tenis. Dengan siku difleksikan secara parsial, tangan
104
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
didorong ke belakang sejauh mungkin. Endorotasi normal sampai 55°, eksorotasi sampai
40°-45°.
A B
Gambar 10.3 Endorotasi (A) dan eksorotasi (B)
Tes Speed dapat mengenali adanya tendonitis bisipital, yang dapat dilakukan dengan
meminta pasien mengekstensikan lengan dengan telapak tangan menghadap ke atas, lalu
lakukan tekanan ke bawah pada telapak tangan, dan minta pasien menahannya. Bila terdapat
nyeri saat menahan tekanan, diduga ada peradangan tendo kaput langum otot biseps brachii.
6) Siku A. Inspeksi
Inspeksi sudut angkat siku dan bagian-bagian siku. Lakukan ekstensi lengan
sepenuhnya di sisi tubuh. Sudut angkat normal membuat siku dapat dimasukkan ke cekungan
pinggang di atas crista iliaca. Sudut angkat siku yang normal pada pria adalah 510°, dan pada
wanita adalah 10-20°.
Bandingkan segitiga yang terbentuk antara epicondylus medialis dan lateralis dengan
ujung olecranon antara kedua sisi (kanan dan kiri), pada waktu siku fleksi 90°, dan segitiga
itu akan menjadi lurus saat siku diekstensikan.
105
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
C. Pemeriksaan ROM
Minta pasien melakukan fleksi siku, normalnya menyisakan jarak 30° antara lengan
atas dan lengan bawah.
Ekstensi penuh harus membuat lengan atas dan bawah membentuk garis lurus. Pronasi
dan supinasi lengan bawah dapat dilakukan pada siku atau bahu dengan abduksi dan adduksi.
Untuk memeriksa siku, siku harus difiksasi pada sisi tubuh dan minta pasien melakukan
pronasi dan supinasi pada lengan bawah. Pronasi sedikit kurang dari 90°, dan supinasi 90°
penuh.
106
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
B. Palpasi
Lakukan palpasi pada sendi falang, sendi metakarpofalang, tulang-tulang karpal,
radius/ulna. Periksa apakah ada nyeri tekan, pembengkakan, dan tonjolan tulang tambahan.
Lakukan pemeriksaan tendon muskulus flexor digitorum profundus dengan menekan
pada falang media, dan meminta pasien memfelksikan falang distalnya.
Lakukan pemeriksaan tendon muskulus flexor digitorum superficialis pemeriksan
menekan/mengekstensikan semua jari lain dan meminta pasien hanya memfleksikan jari
yang diperiksa.
Lakukan pemeriksaan tendon ekstensor dengan meminta pasien mengekstensikan
sendi metakarpofalang melawan tahanan dengan sendi interfalang difleksikan.
C. Pemeriksaan ROM
Pergelangan tangan mampu melakukan ekstensi dorsal (35°-60°) dan fleksi palmar
(50°-60°), deviasi radial (20°), deviasi ulnar (40°), supinasi (90°) dan pronasi (90°).
Sendi metakarpofalang dapat melakukan ekstensi (10°-30°) dan fleksi (90°), sendi
interfalang proksimal dapat melakukan esktensi (0°) dan fleksi (100°), sendi interfalang
distal dapat melakukan ekstensi (0°) dan fleksi (90°), serta dapat melakukan abduksi jari
(20°) dan aduksi jari (20°).
Khusus untuk ibu jari, sendi metakarpofalang dapat melakukan ekstensi (0°) dan fleksi
(50°), sendi interfalang dapat melakukan esktensi (20°) dan fleksi (90°), abduksi jari (45°)
dan aduksi jari (0°), serta anteversi (45°) dan retroversi (0°).
107
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
a. Sendi bahu
108
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
109
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
110
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
111
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
112
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
113
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
114
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
115
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
b. Sendi lutut
c. Sendi kaki
116
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
2) Tonus otot
Pada setiap otot skelet, beberapa unit motorik (satu unit motorik adalah serabutserabut
otot yang dikendalikan oleh satu neuron motorik) selalu dalam keadaan aktif, bahkan saat
otot tersebut tidak berkontraksi. Kontraksi unit-unit motorik ini tidak menghasilkan cukup
tegangan untuk menyebabkan adanya gerakan, tetapi cukup mampu menegangkan otot.
Tegangan saat istirahat pada otot skelet ini disebut dengan tonus otot.
Untuk menilai keadaan tonus suatu otot, dapat dilakukan dengan cara melakukan fleksi
dan ekstensi pada sendi yang digerakkan oleh otot tersebut, misalnya untuk menilai tonus
otot biseps, kita lakukan fleksi dan ekstensi pada sendi siku.Gerakan-gerakan ini dapat pula
kita lakukan pada sendi-sendi yang lain, seperti misalnya sendi lutut, sendi pergelangan
tangan, sendi pergelangan kaki, dan lain-lain.Gerakan fleksi dan ekstensi itu kita lakukan
dengan kecepatan yang berbeda-beda.Sementara kita melakukan gerakangerakan itu,
penderita harus dalam keadaan santai. Sebaiknya kita beritahu pada penderitaagar
melemaskan tungkai atau lengan yang akan diperiksa.
Tonus otot yang menurun disebut hipotoni, dan tonus otot yang hilang sama sekali
disebut atoni. Bi1a terdapat kelumpuhan otot yang diikuti oleh tonus yang
menurun,dikatakan bahwa penderita memperlihatkan paralisis flaksid. Tonus yang
117
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
meningkat disebut hipertoni.Bila terdapat kelumpuhan otot yang diikuti oleh tonus yang
meningkat, dikatakan bahwa penderita itu rnemperlihatkan paralisis spastik.
Tonus yang meningkat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Spastisitas (peningkatan tonus otot dengan peningkatan refleks tendon)
Spastisitas dapat kita perlihatkan seperti berikut: Anggota tubuh, misalnya lengan,
yang biasanya dalam posisi fleksi, kita luruskan.Dalam melakukan ekstensi ini, kita akan
merasakan adanya suatu tahanan. Tetapi tahanan ini tiba-tiba lenyap, sehingga mendadak
gerakan ekstensi yang dilakukan tidak mendapat perlawanan lagi. Adanya suatu tahanan
yang hilang dengan mendadak ketika dilakukan ekstensi tersebut disebut fenomena pisau
lipat atau clasp knife phenomenon. Sementara itu, posisi anggota tubuh bawah biasanya
dalarn keadaan ekstensi. Untuk memperlihatkan spastisitas tersebut, kita lakukan fleksi pada
tungkai tersebut. Bila tahanan yang kita rasakan hilang dengan mendadak, kita katakan
bahwa pada tungkai tersebut terdapat fenomena pisau lipat.
118
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Pada keadaan tonus otot yang menurun, dirasakan kendor pada palpasi, anggota gerak
dapat digoyang-goyang dengan mudah, dan tidak ada tahanan sewaktu dilakukan fleksi atau
ekstensi.
3) Trofik otot
Saat memeriksa penderita, diperhatikan juga bentuk otot-ototnya, khususnya di
tempat-tempat di mana penderita merasakan tenaganya menurun. Kadang tidak cukup bila
pemeriksaan itu hanya dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi saja, tetapi sering anggota
tubuh yang dirasakan lemah itu perlu diukur dengan pita pengukur. Dengan cara ini, trofik
anggota tubuh kanan dan kiri dapat dibandingkan satu sama lain. Otot dapat mengalami atrofi
atau hipertrofi. Pengecilan bentuk otot yang disebabkan oleh musnahnya serabut otot disebut
atrofi atau hipotrofi otot.Bila kita melihat bahwa tampak otot-otot yang mengecil, perlu kita
perhatikan apakah mengecilnya otot-otot itu simetris atau tidak. Pada penyakit otot herediter,
119
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
pengecilan otot sering terjadi secara simetris. Keadaan ini dinamakan distrofi. Apabila
anggota tubuh lama tidak digerakkan, dapat terjadi atrofi yang disebut disuse atrophy. Atrofi
ini tidak disebabkan oleh musnahnya serabut otot, melainkan karena sarkoplasma serabut
otot berkurang. Pembesaran otot atau hipertrofi dapat terjadi akibat kontraksi otot yang
berlangsung berulang-ulang dan terjadi terus menerus. Apabila pembesaran otot disebabkan
oleh bertambahnya jaringan lemak dan jaringan ikat, maka disebut pseudohipertrofi.
Putusnya hubungan pusat trofik (medulla spinalis kornu anterior) dan otot disebut
denervasi. Pada kondisi ini dapat ditemukan gejala-gejala seperti tenaga yang menurun,
tonus yang menurun, dan trofik yang lama-kelamaan akan terganggu, serta menimbulkan
atrofi.Serabut-serabut otot yang terputus hubungannya dengan pusat trofik akan menjadi
peka (hipersensitif) terhadap asetilkolin yang beredar di dalam darah, menimbulkan
kontraksi pada serat-serat otot tersebut. Gerakan involunter pada suatu fasikulus otot, yang
timbul secara berulang-ulang tersebut dinamakan fasikulasi. Fasikulasi ini tidak dapat
menggerakkan suatu sendi, tetapi gerakan involunter itu sendiri dapat dilihat pada
permukaan kulit.Kadang-kadang fasikulasi itu dapat pula kita timbulkan bila kita mengetok
(perkusi) otot-otot yang atrofi, maka akan timbul suatu cekungan miotonik atau myotonic
dimpling.
120
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
121
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Pemeriksaan Panggul
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Inspeksi
a. Asimetri
122
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
b. Atrofi
c. Pembengkakan/bekas trauma/pembedahan
2 Palpasi
a. Pelvic tilt
b. Tes Trendelenburg
c. Palpasi 4 sektor otot: atrofi/hipertrofi/spasme/nyeri
tekan
d. Palpasi nervus ischiadicus dan jaringan lunak
e. Tanda Thomas
3 Pemeriksaan ROM
a. Abduksi (45°)
b. Adduksi (total 90°)
c. Fleksi (115°-137°)
d. Endorotasi (35°)
e. Eksorotasi (45°)
f. Ekstensi (40°-45°)
4 Tenaga otot
a. Otot iliopsoas
b. Otot gluteus maximus
c. Otot gluteus medius dan minimus
d. Otot adduktor tungkai
e. Otot abduktor tungkai
5 Tonus otot
6 Trofik otot
Pemeriksaan Lutut
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Inspeksi
a. Asimetri
b. Pembengkakan/bekas trauma/pembedahan
2 Palpasi
a. Otot, tendon, jaringan lunak & tulang anterior
b. Otot, tendon, arteri di fossa poplitea
c. Ballotement patella
3 Pemeriksaan ROM
a. Fleksi (135°)
b. Ekstensi (0°)
c. Eksorotasi (10°)
d. Endorotasi (10°)
4 Tenaga otot
a. Otot sartorius
123
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Pemeriksaan Kaki
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Inspeksi
a. Pes planus/claw toes/hammer toes
b. Asimetri
c. Pembengkakan/bekas trauma/pembedahan
2 Palpasi
a. Otot, tendon, jaringan lunak & tulang kaki
3 Pemeriksaan ROM
a. Dorsofleksi (20°)
b. Fleksi plantar (50°)
c. Inversi (15°)
d. Eversi (15°)
4 Tenaga otot
a. Otot gastrocnemius
b. Otot peroneus longus & brevis
c. Otot tibialis anterior
d. Otot flexor digitorum longus
5 Tonus otot
6 Trofik otot
Pemeriksaan Bahu
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Inspeksi
a. Asimetri
b. Atrofi
c. Pembengkakan/bekas trauma/pembedahan
2 Palpasi
a. Otot, tendon, jaringan lunak & tulang
b. Rotator cuff
c. Sulcus bicipital
3 Pemeriksaan ROM
a. Abduksi terfiksasi (90°)
b. Abduksi total (180°)
124
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
c. Adduksi (135°)
d. Antefleksi (180°)
e. Endorotasi (55°)
f. Eksorotasi (40°-45°)
g. Speed test
4 Tenaga otot
a. Otot trapezius atas dan bawah
b. Otot deltoideus
c. Otot supraspinatus
d. Otot infraspinatus
e. Otot pektoralis mayor
f. Otot latissimus dorsi
g. Otot serratus anterior
5 Tonus otot
6 Trofik otot
Pemeriksaan Siku
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Inspeksi
a. Sudut angkat siku
b. Segitiga epicondylus dan olecranon
c. Pembengkakan/kemerahan/bekas
trauma/pembedahan
2 Palpasi
a. Tonjolan tulang (epicondylus medialis dan lateralis,
olecranon, fossa olecrani, caput radii)
3 Pemeriksaan ROM
a. Fleksi (jarak 30° antara lengan atas dan bawah)
b. Ekstensi (180°)
c. Pronasi (90°)
d. Supinasi (90°)
4 Tenaga otot
a. Otot biseps brachii
b. Otot brachioradialis
c. Otot triceps brachii
5 Tonus otot
6 Trofik otot
125
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Pemeriksaan Tangan
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Inspeksi
a. Deformitas: mallet finger, jersey finger, dan lain-lain
b. Pembengkakan/kemerahan/bekas trauma/pembedahan
2 Palpasi
a. Sendi falang, sendi metakarpofalang, tulang-tulang karpal,
radius/ulna
b. Palpasi fungsi tendon muskulus flexor digitorum profundus
c. Palpasi fungsi tendon muskulus flexor digitorum superficialis
d. Palpasi fungsi tendon muskulus ekstensor
3 Pemeriksaan ROM
a. Pergelangan tangan
• ekstensi dorsal (35°-60°)
• fleksi palmar (50°-60°)
• deviasi radial (20°)
• deviasi ulnar (40°) supinasi (90°) pronasi
(90°).
b. Jari II-IV
• ekstensi sendi metakarpofalang (10°-30°)
• fleksi sendi metakarpofalang (90°)
• esktensi sendi interfalang proksimal (0°)
• fleksi sendi interfalang proksimal (100°)
• ekstensi sendi interfalang distal (0°)
• fleksi sendi interfalang distal (90°)
• abduksi jari (20°)
• aduksi jari (20°)
126
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
c. Jari I
• ekstensi sendi metakarpofalang (0°)
• fleksi sendi metakarpofalang (50°)
• esktensi sendi interfalang (20°)
• fleksi sendi interfalang (90°)
• abduksi jari (45°)
• aduksi jari (0°)
• anteversi (45°)
• retroversi (0°)
4 Tenaga otot
a. Otot ekstensor carpi radialis
b. Mengepal
c. Otot ekstensor jari
d. Otot abduktor jari
e. Otot adduktor jari
f. Otot fleksor jari
g. Otot interossei dorsalis
h. Otot interossei palmaris
5 Tonus otot
6 Trofik otot
Keterangan:
0 = tidak dilakukan, atau dilakukan tetapi menyebabkan hilangnya keadaan aseptik/ menambah
mikroorganisme
1 = dilakukan, tetapi tidak benar/tidak lengkap
2 = dilakukan dengan benar
11.1 Pendahuluan
Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui antropometri. Antropometri berasal dari
kata anthtopos dan metros. Anthtopos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi
antropometri adalah ukuran dari tubuh.
Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh
antara lain: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak dibawah kulit.
Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai
ketidak seimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari
pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam
tubuh.
127
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
11.2 Tujuan
Setelah mengikuti kegiatan ini mahasiswa diharap mampu melakukan penilaian status
gizi.
11.3 Parameter
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa
parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan
tebal lemak di bawah kulit.
A. Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur
akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan
berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur
yang tepat.
Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1980), batasan umur digunakan adalah tahun umur
penuh (Completed Year) dan untuk anak umur 0 -2 tahun digunakan bulan usia penuh
(Completed Year).
Contoh : Tahun usia penuh (Completed Year)
Umur: 7 tahun 2 bulan, dihitung 7 tahun
6 tahun 11 bulan, dihitung 6 tahun
Contoh: Bulan Usia Penuh (Completed Year)
Bulan: 4 bulan 5 hari, dihitung 4 bulan
3 bulan 27 hari, dihitung 3 bulan
B. Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering
digunakan pada bayi baru lahir (Neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi
normal atau BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat bayi lahir di bawah 2500 gram atau di
bawah 2,5 Kg. Pada masa bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju
128
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi,
asites, edema dan adanya tumor. Di samping itu pula, berat badan dapat dipergunakan
sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan.
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang.
Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat, dan protein otot menurun. Pada orang yang
edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan
jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi.
Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang digunakan
dilapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan:
1. Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain.
2. Mudah diperoleh dan relatif murah harganya
3. Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg
4. Skalanya mudah dibaca
5. Cukup aman untuk menimbang anak balita.
C. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan
keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu, tinggi badan
merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungan berat badan terhadap
tinggi badan (Quic Stick), faktor umur dapat dikesampingkan.
Pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang sudah dapat berdiri dilakukan dengan
alat pengukur tinggi mikrotoa (microtoise) yang mempunyai ketelitian 0,1 cm.
Cara Mengukur:
Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding yang lurus datar setinggi tepat
2 meter. Angka 0 (nol) pada lantai yang datar rata.
Lepaskan sepatu atau sandal.
Orang yang diukur harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna dalam baris berbaris,
kaki lurus, tumit, pantat, punggung, dan kepala bagian belakang harus menempel pada
dinding dan muka menghadap lurus dengan pandangan ke depan.
129
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus lurus
menempel pada dinding.
Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa. Angka
tersebut menunjukkan tinggi orang yang diukur.
E. Jaringan Lunak
Otak, hati, jantung, dan organ dalam lainnya merupakan bagian yang cukup besar dari
berat badan, tetapi relative tidak berubah beratnya pada anak malnutrisi. Otot dan lemak
merupakan jaringan lunak yang sangat bervariasi pada penderita KEP. Antropometri jaringan
dapat dilakukan pada kedua jaringan tersebut dalam pengukuran status gizi di masyarakat.
Antropometri fisik yang paling sering atau praktis digunakan di lapangan. Bermacam-
macam skin-fold calipers ditemukan, tetapi pengalaman menunjukkan bahwa alat tersebut
mempunyai standard atau jangkauan jepitan (20-40 mm2), dengan ketelitian 0,1 mm, tekanan
yang konstan 10 gram/mm2. Jenis alat yang sering digunakan adalah Harpenden Calipers.
Alat itu memungkinkan jarum diputar ke titik nol apabila terjadi penyimpangan.
130
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Teknik Pengukuran
Mengukur lipatan kulit (skin-fold) terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan kulit dan lemak
sub-kutan. Untuk tempat pengukuran tergantung dari tujuan penelitian, umur yang akan
diperiksa (distribusi lemak berbeda menurut umur), seks, ketelitian daerah yang akan diukur,
ketebalannya relative sama dari lapisan kulit dan lemak, mudah dilaksanakan dan sopan,
sebaiknya diukur bagian-bagian tubuh bagian kiri.
Dalam survey yang berskala besar disarankan bahwa total lemak dalam tubuh dapat
diukur dari pengukuran beberapa tempat sepertui trisep, bisep dan subskapular serta
suprailiaka.
Masalah yang dihadapi adalah peningkatan atau penurunan penyimpanan lemak di
jaringan sub-kutan tidak sama pada seluruh permukaan tubuh. Oleh karena itu, kita harus
memilih daerah yang praktis dan dapat memberikan petunjuk tentang persediaan energi.
Untuk tujuan tersebut, baik orang kurus maupun orang gemuk, pengukuran pada trisep
adalah yang paling praktis untuk semua umur. Pengukuran trisep tidak hanya berguna untuk
menghitung indeks persediaan energi, tetapi memungkinkan sebagai dasar untuk menghitung
ketebalan otot pada lingkar lengan atas.
Pengukuran sebaiknya dilakukan tiga kali dan hasilnya dibuat rata-rata. Ketelitian sulit
didapat karena peningkatan kepadatan dan edema. Untuk lebih jelasnya tentang pengukuran,
dapat dilihat pada Gambar 3.
131
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara
beberapa parameter disebut Indeks Antropometri. Beberapa indeks telah diperkenalkan
seperti pada hasil seminar antropometri 1975. Di Indonesia ukuran baku hasil pengukuran
dalam negeri belum ada, maka untuk berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) digunakan
baku HARVARD yang disesuaikan untuk Indonesia (100% baku Indonesia = 50 persentile
baku Harvard) dan untuk lingkar lengan atas (LLA) digunakan baku WOLANSKI.
Berdasarkan ukuran baku tersebut, penggolongan status gizi menurut indeks
antropometri adalah seperti tercantum pada Tabel 11.1.
(Sumber: Puslitbang Gizi. 1980. Pedoman Ringkas Cara Pengukuran Antropometri dan Penentuan Gizi. Bogor)
Dalam pengukuran indeks antropometri sering terjadi kerancuan, hal ini akan
mempengaruhi interpretasi status gizi yang keliru. Masih banyak diantara pakar yang
berkecimpung dibidang gizi belum mengerti makna dari beberapa indeks antropometri.
Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu Berat Badan menurut Umur
(BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan
(BB/TB). Perbedaan penggunaan indeks tersebut akan memberikan gambaran prevalensi
status gizi yang berbeda. Sering muncul pertanyaan, kapan kita menggunakan indeks
132
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
tersebut dan mana yang lebih sensitif. Oleh karena itu dibawah ini akan diuraikan tentang
berbagai indeks antropometri.
133
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan
anak pada saat penimbangan
Secara operasionalsering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya
setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mau menimbang anaknya, karena di anggap
sebagai barang dagangan, dan sebagainya.
134
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
135
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
atas banyak digunakan untuk tujuan screening individu, tetapi dapat juga digunakan untuk
pengukuran status gizi.
Penggunaan lingkar lengan atas sebagai indikator status gizi, disamping digunakan
secara tunggal, juga dalam bentuk kombinasi dengan parameter lainnya LLA/U dan LLA
menurut tinggi badan yang sering disebut Quick Stick.
1. Keuntungan indeks LLA/U
Ada beberapa keuntungan indeks LLA/U, yaitu:
Indikator yang baik untuk mengukur KEP berat
Alat ukur murah, sangat ringan, dan dapat dibuat sendiri
Alat dapat diberi kode warna untuk menentukan tingkat keadaan gizi,sehingga dapat
digunakan oleh yang tidak dapat membaca dan menulis.
2. Kelemahan indeks LLA/U
Adapun kelemahan indeks LLA/U adalah:
Hanya dapat mengidentifikasi anak dengan KEP berat
Sulit untuk menentukan ambang batas
Sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak terutama anakusia 2 sampai 5 tahun
yang perubahannya tidak nampak nyata.
Berat badan normal = (Tinggi badan - 100) - 10% (tinggi badan - 100)
Atau
0,9 x (tinggi badan - 100)
Dengan batasan:
Nilai minimum:0,8 x (tinggi badan - 100 ) dan
Nilai maksimum : 1 1,1 x (tinggi badan - 100 )
136
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Berat badan yang berada di bawah batas minimum dinyatakan sebagai under weight
atau ”kekurusan”, dan berat badan yang berada di atas maksimum dinyatakan ”over weight”
atau kegemukan. Orang-orang yang berada di bawah ukuran berat normal mempunyai risiko
terhadap penyakit infeksi, sementara berada di atas ukuran normal mempunyai risiko tinggi
terhadap penyakit degeneratif.
Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal
orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai body mass index (BMI). Di Indonesia istilah body
mass index diterjemahkanmenjadiIndeks MasaTubuh (IMT).IMT merupakan alat
sederhanauntuk memantau status gizi orang dewasanya khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal
memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang.
Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur di atas 18 tahun. IMT
tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Disamping itu
pula IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti ada edema,
asites dan hepatomegali.
atau
Berat badan (dalam kilogram) dibagi kuadrat tinggi badan (dalam meter)
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang
membedakan ambang batas untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang normal laki-laki
adalah 20,1 - 25,0 dan untuk perempuan adalah 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan
tingkat defisiensi energi dan tingkat kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO menyarankan
menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan
adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan
menggunakan ambang batas perempuan untuk kategori gemuk tingkat berat.
137
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Dalam hal ini Eva termasuk kategori kekurangan berat badan atau Kurang Energi
Kronis (KEK) ringan. Oleh karena itu, Eva harus menaikkan berat badannya sehingga
mencapai 40 Kg sampai dengan 54 Kg.
Dalam hal ini Dwita termasuk/kelebihan berat badan tingkat berat. Oleh karena itu,
Dwita harus dapat menurunkan berat badannya agar mencapai 48 Kg sampai dengan 64 Kg.
Berat badan normal adalah idaman bagi setiap orang agar mencapai tingkat kesehatan
yang optimal. Keuntungan apabila berat badan normal adalah penampilan baik, lincah dan
risiko sakit rendah. Berat badan yang kurang dan berlebihan akan menimbulkan risiko
terhadap berbagai macam penyakit.
biceps), lengan bawah (forearm), tulang belikat (subscapular), di tengah garis ketiak
(midaxillary), sisi dada (pectoral), perut (abdominal), suprailiaka, paha, tempurung lutut
(suprapatellar), dan pertengahan tungkai bawah (medical calf).
Lemak tubuh dapat diukur secara absolut dinyatakan dalam Kilogram maupun secara
relatif dinyatakan dalam persen terhadap berat tubuh total. Jumlah lemak tubuh sangat
bervariasi tergantung jenis kelamin dan umur. Umumnya lemak bawah kulit untuk pria 3,1
Kg dan wanita 5,1 Kg.
139
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
dari pada LLA. Parameter tinggi badan berubah secara lambat dan perlahanlahan. Perbedaan
tinggi badan dapat diukur setelah beberapa waktu lamanya.
Diantara bermacam-macam indeks antropometri, BB/U merupakan indikator yang
paling umum digunakan sejak tahun 1972 dan dianjurkan juga menggunakan indeks TB/U
dan BB/TB untuk membedakan apakah kekurangan gizi terjadi kronis atau akut. Keadaan
gizi kronis atau akut mengandung arti terjadi keadaan gizi yang dihubungkan dengan masa
lalu dan waktu sekarang. Pada keadaan kuang gizi kronis, BB/U dan TB/U rendah, tetapi
BB/TB normal. Kondisi ini sering disebut dengan stunting.
Pada tahun 1978, WHO lebih menganjurkan penggunaan BB/TB,karena
menghilangkan faktor umur yang menurut pengalaman sulit didapat secara benar, khususnya
di daerah terpencil dimana terdapat masalah tentang pencatatan kelahiran anak. Indeks
BB/TB juga menggambarkan keadaan kurang gizi akut waktu sekarang, walaupun tidak
dapat menggambarkan keadaan gizi waktu lampau. Misalnya dulu pernah menderita kurang
gizi kronis,tetapi sekarang sudah baik. Dengan demikian timbul pertanyaan tentang indikator
mana yang lebih dapat dipercaya? Jawabannya tergantung pada tujuan penelitian atau
program yang akan menggunakan data antropometri tersebut.
Dari berbagai jenis indeks tersebut di atas, untuk menginterpretasikannya dibutuhkan
ambang batas. Penentuan ambang batas diperlukan kesepakatan Ahli Gizi. Ambang batas
dapat disajikan ke dalamtiga cara yaitu, persen terhadap median, persentil, dan standar
deviasi unit.
140
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Status Indeks
Gizi
BB/U TB/U BB/TB
Indeks antropometri lainnya seperti TB/U dan BB/TB dapat pula dihitung berdasarkan
persen terhadap median. Batasan-batasan status gizi dan indeks antropometri dapat dilihat
pada Tabel 11.3.
B. Persentil
Cara lain untuk menentukan ambang batas selain persen terhadap median adalah
persentil. Para pakar merasa kurang puas dengan menggunakan persen terhadap median
untuk menentukan ambang batas. Akhirnya mereka memilih cara persentil. Persentil 50 sama
dengan median atau nilai tengah dari jumlah populasi berada diatasnya dan setengahnya
berada dibawahnya. Sebagai contoh, ada 100 anak yang diukur tingginya. Kemudian
diurutkan dari terkecil sampai yang terbesar. Seorang anak yang bernama Ali, berada pada
urutan yang ke 15 berarti persentil 15. Hal ini berarti 14 anak berada dibawahnya dan 85
anak berada diatasnya.
National Center for Health Statistics (NCHC) merekomendasikan persentil ke 5
sebagai batas gizi baik dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik.
141
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Pemilihan sistem klasifikasi sangat tergantung pada tujuan program, dan tenaga yang
tersedia dan kebutuhan cut off points yang dapat dijangkau. Setelah semiloka antropometri
tahun 1991, dewasa ini di Indonesia banyak menggunakan cara persen terhadap median
seperti yang dilaksanakan pada pemantauan status gizi (PSG) tahun 1999.
142
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Baik untuk menilai gizi masa lampau - Tinggi badan tidak cepat
TB/U - naik,bahkan tidak mungkin
Ukuran panjang dapat dibuat sendiri
- turun
- Pengukuran relatif sulit
dilakukan karena anak harus
berdiri tegak, sehingga
diperlukan 2 orang untuk
melakukannya
- Ketepatan umur sulit
Indikator yang baik untuk menilai KEP berat - Alat Hanya dapat
LLA/U - ukur murah, sangat ringan, dapat dibuat mengidentifikasi KEP berat
- sendiri - Sulit menentukan ambang
Alat dapat diberi kodewarna untuk menentukan batas
- tingkat keadaan gizi, sehingga dapat digunakan
oleh orang yang tidak dapat baca tulis
(Sumber: Sri Hartati,1983. Study penggunaan SKDN sebagai alat ukur status gizi balita dalam UPKG Fakultas
Kesehatan Masyarakat, UI. Jakarta. Hlm 18).
a. Gizi lebih baik untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas.
b. Gizi baik untuk well nourished.
c. Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderate PCM (Protein Calori
Malnutrition).
d. Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiokor dan
kwasiorkor.
Dalam rekomendasi tersebut digunakan lima macam indeks yaitu : BB/U, TB/U, LLA/U,
BB/TB dan LLA/TB. Baku yang digunakan adalah Harvard. Garis baku adalah persentil 50
baku Harvard.
Tabel 11.6. Klasifikasi status gizi masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes
RI tahun 1999
Kategori Cut of Point *)
Gizi lebih > 120% Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
144
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
145
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
DAFTAR TILIK
PENGUKURAN ANTROPOMETRI
146
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
Hasil Pengukuran :
Lingkar lengan atas =
Interpretasi =
147
Modul Keterampilan Medis Dasar 1 TA 2022/2023
BAB XII
PENUTUP
Demikian Buku Panduan Staf Pengajar (BPSP) ini disusun sebagai panduan bagi dosen
dalam pelaksanaan proses pembelajaran di Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Palangka Raya. Keberhasilan suatu program akan tercapai jika
terjalin kerjasama dan interaksi yang baik serta harmonis antara pengelola modul, dosen
pengajar (narasumber), mahasiswa, dan seluruh civitas akademika. Semoga setelah
mempelajari modul ini mahasiswa memiliki kemampuan dan kompetensi yang diharapkan.
148