Anda di halaman 1dari 88

MODUL DOK-202TP-4-D

ILMU BIOMEDIK DASAR

TAHUN KE-1 SEMESTER GENAP

Buku Pedoman Praktikum

FAKULTAS KEDOKTERAN MILITER


UNIVERSITAS PERTAHANAN
2021
Buku Pedoman Praktikum
Edisi Perdana

MODUL DOK-202TP-4-D
ILMU BIOMEDIK DASAR

Hak cipta 2020 oleh Fakultas Kedokteran Universitas Pertahanan


Desain oleh : dr. Handayani, MKK CIQnR
Desain sampul oleh : dr. Handayani, MKK CIQnR

Diterbitkan oleh :
Fakultas Kedokteran Militer Universitas Pertahanan
Komplek Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Sentul Bogor Jawa Barat
Telp: 021-87951555

Penerbitan buku ini dilindungi oleh Undang-undang Hak Cipta dan


harus ada izin oleh Penerbit sebelum memperbanyak, menyimpan,
ataupun menyebarkan isi buku ini dalam bentuk elektronik, mekanik,
fotokopi dan rekaman ataupun bentuk lainnya.

2 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


PENYUSUN BUKU
PEDOMAN PRAKTIKUM

MODUL DOK-202TP-4-D
ILMU BIOMEDIK DASAR

Tim Pengampu Modul


dr. Tjahja Nurrobi, Sp.OT(K) Hand M,Kes
dr. Dwi Monik Purnamasari, M.Kes
dr. Elies Fitriani M. Biomed (AAM), CIQaR
dr. Sri Murtiyani Kusumastuti, Sp.PA

KONTRIBUTOR

Anatomi :  dr. Tjahja Nurrobi, Sp.OT(K) Hand M.Kes


 dr. Radietya Alvarabie AIFO (K)
 dr. Elies Fitriani M. Biomed (AAM),
CIQaR

Biokimia :  Dr. Arief Budi Witarto, M.Eng


 dr. Dwi Monik Purnamasari, M.Kes
 dr. M. Dimas Reza M.biomed
 Dani Wijaya S.Biotek M.Sc
 dr. Venty Muliana, M.Sc, M.Si Med

Farmakologi :  dr. Rimenda Sitepu, Sp.FK


 dr. Putrya Hawa, M.Biomed
 M. Ikhsan Jufri S.Farm, Apt, M.Sc

Histologi dan Patologi Anatomi :  dr. Sri Murtiyani Kusumastuti, Sp.PA


 dr. Mirna Albertina Wijaja, Sp.PA

Mikrobiologi :  dr. Lisa yuliantiningsih SpMK


 dr. Nunik Utami SpMK
 dr Nadia Permatasari,
M.Biomed(AAM), FAFG
 Dani Wijaya s.Biotek M.Sc

Parasitologi :  Dr. dr. Harurikson LT. M.


Biomed.M.Ked.(ClinPath). Sp.PK
 dr. Fanny Anggraeni Octaviani

3 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


VISI, MISI, TUJUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PERTAHANAN

VISI :
Visi Fakultas Kedokteran Unhan Pada 2029 menjadi fakultas unggulan di bidang ilmu
kedokteran Unhan berstandar nasional dan internasional yang berbasis riset kesehatan
pertahanan dengan tetap melestarikan nilai-nilai kebangsaan.

Visi Program Studi Pendidikan Dokter Pada 2029 menjadi Program Studi Pendidikan Dokter
berbasis kesehatan pertahanan dan riset yang terbaik di Asean dengan melestarikan nilai
kebangsaan.

MISI :
Bidang Pendidikan:
1. Mendidik dokter yang memiliki sikap dan etika mulia, disiplin, tangkas, adaptif, kolaboratif,
dan pembelajaran sepanjang hayat.
2. Mendidik dokter yang menguasai ilmu kedokteran umum.
3. Mendidik dokter yang menguasai ilmu kedokteran militer, baik matra darat, laut dan udara.
4. Mendidik dokter yang mampu mengatasi bahaya CBRNE (Chemical, Biologic, Radiologic,
Nuclear, and Explosive).
5. Mendidik dokter yang mampu menangani aspek kesehatan bencana alam dan non alam.
6. Mendidik dokter yang mampu menangani kasus trauma matra (darat, laut dan udara).
7. Mendidik dokter yang mampu menangani kasus Emerging Infectious Diseases.
8. Mendidik dokter yang mampu mengembangkan ilmu kedokteran secara multidisipliner antar
berbagai cabang keilmuan guna meningkatkan kemampuan sistem pertahanan negara.
9. Mendidik dokter yang memahami manajemen fasilitas kesehatan militer.

4 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


Bidang Pengabdian Kepada Masyarakat:
1. Melakukan konsultasi dan advokasi berbasis Pendidikan dokter dan bela negara
2. Turut melaksanakan pertahanan dan bela negara melalui peningkatan profesionalisme
sumber daya manusia (dosen dan tenaga kependidikan) yang berdaya saing dalam
bidang kedokteran.

TUJUAN :
Untuk mencapai misi yang telah ditetapkan di atas, ditetapkan tujuan sebagai berikut :
a. Menghasilkan lulusan berkualifikasi calon pimpinan sipil dan militer yang profesional
dan memiliki nilai-nilai perjuangan dan kejuangan yang diperoleh secara empiris
akademis melalui program Pendidikan Dokter.
b. Menghasilkan lulusan yang selain menguasai ilmu kedokteran umum, juga menguasai
penanggulangan bencana, bahaya CBRNE (Chemical, Biologic, Radiologic, Nuclear, and
Expplosives), dan kedokteran khusus matra darat, laut dan udara, Emerging Infectious
Diseases dan manajemen fasilitas kesehatan militer.
c. Menghasilkan kajian dan sumbangan analisis Pendidikan Dokter sebagai multidisipliner
antar berbagai keilmuan guna meningkatkan kemampuan sistem pertahanan negara.
d. Menghasilkan tata kelola pendekatan partisipatif dan kolegial didukung administrasi
Pendidikan Dokter berbasis mutu yang efisien dan akuntabel.
e. Menghasilkan manfaat hubungan kemitraan dan jejaring dengan berbagai instansi dalam
maupun luar negeri dalam menunjang Tridharma Perguruan Tinggi.

5 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


LEMBAR PENGESAHAN

Pejabat yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : dr. Arie Zakaria, Sp.OT., Sp.KL, FICS
NRP : 9910/P
Jabatan : Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Pertahanan

Dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran di Fakultas Kedokteran Universitas


Pertahanan, maka dengan ini kami menyatakan :

Judul Buku : Buku Rencana Kegiatan Program Pembelajaran (RKPP)


Modul DOK-202 TP-4D Biomedik

Penyusun :
dr. Tjahja Nurrobi, Sp.OT(K) Hand M,Kes
dr. Dwi Monik Purnamasari, M.Kes
dr. Elies Fitriani M. Biomed (AAM) CIQaR
dr. Sri Murtiyani Kusumastuti, Sp.PA

Unit kerja : Fakultas Kedokteran Universitas Pertahanan

Dapat digunakan sebagai Buku Rencana Kegiatan Program Pembelajaran (RKPP) Modul
DOK-202 TP-4D Biomedik di Fakultas KedokteranUniversitas Pertahanan.

Sentul, Februari 2021


Dekan,

dr. Arie Zakaria, Sp.OT., Sp.KL, FICS

6 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


KATA PENGANTAR

Salam Bela Negara,

Assalamu'alaikum Wr. Wb,

Alhamdulillah, segala puji bagi Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga Buku Rencana Kegiatan Proses Pembelajaran Modul Biomedik ini dapat
kami selesaikan penyusunannya.

Modul Ilmu Bimoedik Dasar ini memiliki bobot 4 SKS. Modul Biomedik terdiri atas
beberapa Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK), yang setiap masing-masing
memiliki tujuan pembelajaran tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran modul.
Diharapkan rancangan kegiatan dan skenario yang ada di dalam buku panduan ini dapat
membantu mahasiswa mencapai tujuan pembelajaran modul tersebut.

Materi dalam modul ini berkaitan dengan materi dalam beberapa cabang ilmu kedokteran
dasar/preklinik. Untuk itu, mahasiswa diharapkan memperkaya diri dengan berbagai
informasi ilmiah yang dapat diperoleh melalui kuliah pakar, artikel ilmiah, serta buku-buku
referensi yang dianjurkan.

Besar harapan kami, semoga buku panduan ini bermanfaat bagi pembaca sekalian,
khususnya mahasiswa yang sedang menempuh Modul Ilmu Biomedik Dasar.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Sentul, Februari 2021


Ketua Modul DOK-202 TP-4D
Ilmu Biomedik Dasar

dr. Tjahja Nurrobi., M.Kes Sp.OT(K) Hand

7 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


DAFTAR ISI

TATA TERTIB PRAKTIKUM....................................................................................................10

BAB I. PRAKTIKUM ANATOMI.............................................................................................12


Definisi.........................................................................................................................................12
Posisi Anatomi..............................................................................................................................12
Bagian-Bagian Tubuh...................................................................................................................13
Bidang-Bidang Penting.................................................................................................................13
Garis-Garis Anatomis...................................................................................................................14
Aksis Atau Sumbu........................................................................................................................15
Arah Gerakan................................................................................................................................15
Istilah-Istilah Anatomi..................................................................................................................16

BAB II. PRAKTIKUM BIOKIMIA


IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT, PROTEIN,
LIPID...............................................................20
Karbohidrat...................................................................................................................................20
Uji
Molish.....................................................................................................................................22
Uji
Iodium.....................................................................................................................................23
Uji Barfoed...................................................................................................................................24
Uji
Selliwanof...............................................................................................................................25
Uji Benedict..................................................................................................................................26
Protein...........................................................................................................................................28
Reaksi Biuret................................................................................................................................28
Reaksi Xantoprotein.....................................................................................................................29
Reaksi Millon...............................................................................................................................30
Reaksi Hopskin Cole....................................................................................................................31
Lemak...........................................................................................................................................34
Uji Emulsi Lemak........................................................................................................................34
Uji Kejenuhan Lemak..................................................................................................................36
Uji Kolesterol...............................................................................................................................37

BAB III. PRAKTIKUM FARMAKOLOGI


PENGOBATAN RASIONAL DAN PENULISAN RESEP........................................................40
Pengobatan Rasional………...
…………………………………………………………………..40
Penulisan Resep..………………………………………………………………………………..41
Contoh Skenario...…...………………………………………………………………………….46

BAB IV. PRAKTIKUM HISTOLOGI & PATOLOGI ANATOMIK.......................................48


Jaringan epitel……………………………………………………………………………………49
Jaringan penyokong………………………………………………………………………….......53
Jaringan
otot……………………………………………………………………………………...54
8 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN
Jaringan saraf…………………………………………………………………………………….54
Inflamasi…………………………………………………………………………………………55
Neoplasia………………………………………………………………………………………...57
Metastasis………………………………………………………………………………………..61

BAB VII. PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI KULTUR BAKTERI…………………………..63


Dasar Teori...................................................................................................................................63
Sterilisasi Alat dan
Media……………………………………………………………………….63
Pembuatan Media Isolasi Bakteri……………………………………………………………….64
Isolasi Bakteri...............................................................................................................................66

BAB VIII. PRAKTIKUM PARASITOLOGI...............................................................................75


Dasar Teori.....................................................................................................................................75
Pemeriksaan Tinja Untuk Infeksi Cacing.......................................................................................76
Pemeriksaan Tinja Dengan Sediaan Apus Langsung.....................................................................76
Pemeriksaan Tinja Dengan Cara Konsentrasi................................................................................77
Pemeriksaan Tinja Dengan Cara Sedimentasi...............................................................................71
Pemeriksaan Tinja Dengan Cara Flotasi........................................................................................78
Teknik Biakan Harada-Mori Yang Dimodifikasi...........................................................................78
Teknik Kato-Katz...........................................................................................................................79
Praktikum I Nematoda Usus..........................................................................................................80
Praktikum II Nematoda Usus.........................................................................................................83

9 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


TATA TERTIB PRAKTIKUM

UMUM
1. Setiap mahasiswa wajib membaca buku referensi tentang hal-hal yang
bersangkutan dengan praktikum disamping membaca dan mempelajari pedoman
praktikum agar mahasiswa dapat lebih siap dalam mengikuti praktikum.
2. Sebelum praktikum dimulai, akan dilaksanakan kuis. Nilai kuis akan
diperhitungkan dalam penilaian akhir modul.
3. Mahasiswa harus sudah berada di ruang praktikum 15 menit sebelum praktikum
dimulai dengan memakai jas praktikum sesuai ketentuan Universitas Pertahanan.
Apabila terlambat 15 menit, maka yang bersangkutan tidak diperkenankan untuk
mengikuti praktikum dan dianggap absen dalam praktikum tersebut.
4. Wajib menjaga ketertiban, ketenangan dan kelancaran praktikum.
5. Mahasiwa harus dapat menjalin kerjasama di antara para mahasiswa terutama di
dalam kelompok kerja/group masing-masing
6. Praktikum wajib diikuti oleh semua mahasiswa, Ketidakhadiran kadet mahasiswa/i
dalam praktikum harus dibuktikan dengan surat sakit dokter dari fasilitas
kesehatan TNI/Kemhan
7. Kadet mahasiswa/i yang tidak mengikuti praktikum (absen) lebih dari 20%
maka tidak diperkenankan mengikuti ujian praktikum modul.
8. Ujian praktikum akan dilaksanakan pada akhir modul.
9. Penilaian kadet mahasiswa/i meliputi pengetahuan, skill, sikap dan perilaku.
10. Setiap pelanggaran akan ditindak dan diperhitungkan dalam nilai akhir modul.

KHUSUS
1. Mahasiswa mengetahui dan membaca tentang apa yang akan dipraktikumkan.
2. Mahasiswa mengetahui, mengenal dan memperhatikan alat-alat, bahan dan
reagensia yang diperlukan.
3. Buku laporan diserahkan sesudah praktikum kepada instruktur.
4. Mahasiswa melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur dan tetap menjaga
10 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN
sterilitas.
5. Infeksi yang timbul karena pelaksanaan praktikum menjadi tanggung jawab
masing-masing mahasiswa.

6. Kerusakan alat, reagensia dan bahan praktikum harus diganti oleh


peserta/kelompok yang menyebabkan kerusakan dengan alat yang sama dengan
yang dirusakan, kerusakan harus segera dilaporkan kepada instruktur/petugas
laboratorium.
7. Setelah praktikum, semua alat-alat yang dipakai harus dibersihkan, dikeringkan
dan dikembalikan seperti semula dengan melapor kepada instruktur/petugas
laboratorium.
8. Menyediakan lap/tissue halus (rol) oleh setiap peserta untuk membersihkan dan
mengeringkan alat-alat yang telah dicuci bersih.
9. Praktikum dengan menggunakan cadaver sebelum kegiatan praktikum di awali doa
bersama.
10. Selama kegiatan praktikum mahasiswa dilarang menggunakan dan menyalakan
laptop, tas diletakkan di loker
11. Tidak dibenarkan membawa makanan / minuman kedalam laboratorium
12. Tidak diperkenankan mengoperasikan Anatomage Table tanpa seijin dosen
praktikum
13. Menghormati setiap cadaver seperti halnya menghormati jenasah.
14. Tidak diperkenankan membuat foto dokumentasi cadaver di dalam ruang
praktikum.
15. Tidak diperkenankan membawa benda/property apapun keluar dari ruang
praktikum.

Demikianlah peraturan ini supaya diperhatikan dan diindahkan. Bagi yang tidak
mengindahkan akan mendapat sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Sentul, Februari 2021


Ketua Modul DOK-202 TP-4D
Ilmu Biomedik Dasar

11 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


dr. Tjahja Nurrobi, M.Kes Sp.OT (K)Hand
BAB I. PRAKTIKUM ANATOMI

PENGANTAR ANATOMI
KONTRIBUTOR :
Kol. dr. Tjahja Nurrobi, M,Kes Sp.OT(K) Hand, dr. Radietya Alvarabie AIFO (K),
dr. Elies Fitriani M. Biomed (AAM),CIQaR

CAPAIAN PEMBELAJARAN UMUM


Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar, istilah/terminology dalam bidang anatomi serta
mengetahui pembagian anatomi berdasarkan regio
CAPAIAN PEMBELAJARAN KHUSUS
1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep-konsep dasar anatomi
2. Mahasiswa mampu menyebutkan istilah-istilah/terminology dasar dalam bidang anatomi
3. Mahasiswa melakukan identifikasi struktur anatomi berdasarkan regio
4. Mahasiswa mampu mempraktekkan simulasi biomekanik dan kinesiologi

ALAT DAN BAHAN


1. Buku pedoman praktikum
2. Alat tulis
3. Media pembelajaran : laptop untuk memutar video/slide presentasi

DASAR TEORI
A. Definisi
Asal kata Anatomi dari bahasa Yunani “ana” yang bermakna habis atau ke atas dan
“tomos” yang bermakna memotong atau mengiris. Anatomi bermakna ilmu yang mempelajari
sruktur tubuh manusia dengan cara menguraikan tubuh menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil sampai ke bagian terkecil, dengan cara memotong atau mengiris tubuh kemudian
diangkat, dipelajari, dan diperiksa dengan menggunakan mikroskop.
Anatomi dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Anatomi Macroscopis
2. Anatomi Microscopis

12 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


B. Posisi Anatomi
Posisi anatomi ditetapkan sebagai berikut:
a. Posisi badan berdiri tegak
b. Arah pandangan muka lurus ke depan
c. Posisi telapak tangan menghadap ke depan
d. Arah ibu jari tangan menjauhi garis tengah tubuh
e. Kedua kaki lurus ke depan dan sejajar

Gambar 1. Posisi Anatomi (Sumber: Marrieb, 2001)

C. Bagian-bagian Tubuh
Tubuh manusia dibagi menjadi batang badan (dalam arti yang lebih luas “truncus”)
dan anggota badan atas dan bawah (ekstremitas superior dan inferior). Batang badan dibagi
menjadi kepala, leher, dan torso (trunkus dalam arti yang lebih sempit). Truncus terdiri dari
truncus anterior dan posterior, yang dibagi menjadi menjadi regio thorax (dada), abdomen
(perut), pelvis (pinggang).
Gelang bahu menghubungkan anggota badan atas (ekstremitas superior) dengan
batang badan sedangkan gelang pelvis menghubungkan anggota badan bawah (ekstremitas
inferior) dengan batang badan. Gelang bahu disusun oleh clavicula dan scapula, yang terletak
pada batang badan dan bergerak padanya. Gelang pelvis disusun oleh dua tulang panggul dan
sacrum, membentuk bagian integral dari batang badan.

D. Bidang-bidang Penting
Terdapat beberapa bidang imajiner yang mempunyai posisi tertentu terhadap tubuh. Bidang
imaginer tersebut antara lain:

13 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


a. Bidang median, merupakan bidang imaginer yang membagi tubuh secara simetris menjadi
separuh bagian kanan dan kiri
b. Bidang sagital atau bidang paramedian, merupakan bidang imaginer yang sejajar dengan
bidang median.
c. Bidang frontal, merupakan bidang imaginer yang tegak lurus dengan bidang median dan
membagi tubuh menjadi dua bagian, depan dan belakang.
d. Bidang coronal, merupakan bidang frontal di khususkan untuk area kepala.
e. Bidang horizontal atau bidang transversal merupakan bidang imaginer yang tegak lurus
terhadap bidang median, membagi tubuh menjadi atas dan bawah.
Cari dan gambarkan bidang-bidang anatomi di atas

E. Garis-garis Anatomis
Garis anatomis adalah suatu garis imaginer yang terletak pada tubuh pada posisi
tertentu, meliputi:
1. Linea mediana anterior, adalah garis garis imaginer yang merupakan garis potong
antara lain bidang median dengn permukaan depan tubuh.
2. Linea mediana posterior, adalah garis garis imaginer yang merupakan garis potong
antara bidang median dengan permukaan tulang belakang tubuh.
3. Linea sternalis, adalah garis garis imaginer yang sesuai dengan tepi kanan/kiri sternum.
4. Linea medioclavicularis adalah garis garis imaginer yang sejajar linea mediana dan
melalui pertengahan clavicula.
5. Linea parasternalis adalah garis garis imaginer yang sejajar dan berjarak sama dengan
linea medioclavicularis dan linea sternalis.
6. Linea axillaris anterior adalah garis garis imaginer yang sejajar dengan linea mediana,
yang sesuai dengan lipatan ketiak depan.
7. Linea axillaris posterior adalah garis imaginer yang sejajar dengan linea mediana,
yang sesuai dengan lipatan ketiak belakang.
8. Linea axillaris mediana, garis di antara 6 dan 7.
Cari dan gambarkan garis anatomi di atas

14 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


F. Aksis atau Sumbu
Terdapat 3 aksis penting untuk mempelajari suatu gerakan terhadap sendi. Aksis
tersebut melalui pergerakan terhadap sendi.
1. Aksis longitudinal, merupakan aksis panjang tubuh yang sesuai dengan aksis panjang
tulang, berjalan vertikal bila tubuh dalam posisi tegak.
2. Aksis transversal, merupakan aksis yang berjalan tegak lurus dengan aksis
longitudinal dan berjalan dari kiri ke kanan.
3. Aksis sagital, merupakan aksis yang berjalan dari permukaan belakang ke permukaan
depan tubuh dengan arah panah sagital dan tegak lurus dengan kedua aksis lainnya.
Cari dan gambarkan aksis-aksis di atas

G. Arah Gerakan
Gerakan anggota badan atau gerakan suatu persendian disebut berdasarkan arah atau
posisinya terhadap badan atau aksis sendi.
1. Fleksio : membengkokan, melipat sendi atau gerakan menekuk
2. Ekstensio : gerakan meluruskan kembali sendi
3. Abduksio : gerakan menjauhi badan
4. Adduksio : gerakan mendekati badan
5. Rotasio : gerak memutar, kearah luar (eksorotasi) dan ke arah dalam (endorotasi)
6. Sirkumduksio : gerak sirkuler atau gerakan sirkumferensial, gabungan fleksi,ekstensi,
aduksi dan adduksi
7. Supinasio : gerakan rotasio pada lengan bawah dengan telapak tangan mengarah
ke depan / atas
8. Pronasio : gerakan rotasi pada lengan bawah dengan punggung tangan mengarah

15 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


ke depan / atas
9. Elevasio : gerakan mengangkat kearah kepala
10. Depresio : gerakan menurunkan
11. Inversio : gerakan memiringkan ke dalam tubuh
12. Eversio : gerakan memiringkan ke luar tubuh
Praktekkan gerakan gerakan di atas secara bergantian

H. ISTILAH-ISTILAH ANATOMI
Dalam anatomi untuk menentukan bagian dari suatu tubuh/alat tubuh, serta
menentukan arah atau letak alat tubuh tersebut digunakan istilah latin.
1. Istilah untuk menentukan letak alat yang satu dengan yang lainnya:
a. Cranial : lebih ke arah kepala
Superior : yang lebih tinggi, terdapat di arah atas
b. Caudal : lebih ke arah ekor
Inferior : yang lebih bawah, terdapat di arah bawah
c. Sinister : sebelah kiri (Ra/Rum)
d. Dexter : sebelah kanan (Ra/Rum)
e. Dorsal : lebih ke arah belakang /punggung
Posterior : sebelah belakang
f. Ventral : lebih ke arah perut
Anterior : sebelah muka (depan)
g. Proximal : ke arah batang badan
h. Distal : ke arah menjauhi badan

16 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


Gambar 2. Regional dan directional anatomy (Sumber: Ross and Willson, 2014)

2. Istilah untuk menentukan bagian tulang yang meninggi/ menonjol


a. Tuber : suatu tonjolan yang besar membulat
b. Tuberculum : tuber yang kecil
c. Condylus : suatu bulatan pada ujung tulang dekat persendian yang merupakan bagian
dari persendian.
d. Epicondylus : suatu tonjolan di atas condylus
e. Spina : bangunan seperti duri (umumnya panjang)
f. Processus : tonjolan kecil yang meruncing
g. Crista : suatu rigi (tepi) yang meninggi
h. Linea : suatu rigi yang tidak meninggi
i. Labium : bibir
j. Eminentia : suatu daerah yang meninggi
k. Cornu : bangunan seperti tanduk
l. Caput : suatu bulatan (kepala)
m. Capitulum : caput yang kecil

17 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


Gambar 3. Bagian-bagian tulang (Netter, 2006)

3. Istilah untuk menentukan bagian tulang yang mendalam


a. Fovea : suatu cekungan seperti lembah
Contoh :

b. Foveola : fovea yang kecil


Contoh :

c. Impressio : Suatu cekungan yang disebabkan oleh tekanan/ desakan suatu alat
lain sewaktu pertumbuhan
Contoh :

d. Incisura : suatu takik


Contoh :

e. Sulcus : suatu parit/alur

18 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


Contoh :

f. Fossa : daerah seperti lembah yang luas


Contoh :

g. Fossula : fossa yang kecil


Contoh :

4. Istilah untuk menentukan lubang pada tulang


a. Apertura : pintu masuk ke dalam suatu rongga
Contoh :

b. Ostium : muara suatu saluran (rongga) ke dalam rongga lain


Contoh :

c. Foramen : lubang yang pada umumnya sebagai pintu masuk untuk muara keluar
Contoh :

d. Foramina : foramen yang kecil


Contoh :

5. Istilah untuk saluran-saluran


a. Canalis : kanal, saluran seperti pipa
Contoh :

b. Canaliculus : canalis yang kecil


Contoh :

c. Ductus : pembuluh
Contoh :

d. Meatus : liang
Contoh :

e. Cavum : rongga

19 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


Contoh :

f. Cellula : ruang kecil


Contoh :

REFERENSI
1. Anne W. and Allison Grant. 2014. Introduction to The Human Body In : Ross and
William Anatomy and Physiology 12th edition. UK, Elsevier : 47-57
2. Frank H. Netter. 2006. Atlas of Human anatomy 6th edition. UK, Saunders : 709
3. Heni P dan Yuni K. 2017. Konsep dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh manusia.
Dalam : Bahan Ajar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta, Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia : 2-10

20 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


BAB II. PRAKTIKUM BIOKIMIA
IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT, PROTEIN, LIPID
Dr. Arief Budi Witarto, M.Eng, dr. Dwi Monik Purnamasari, M.Kes,
dr. Muhammad Dimas Reza Rahmana M.biomed

CAPAIAN PEMBELAJARAN UMUM


Mahasiswa mampu melakukan identifikasi karbohidrat, lemak dan protein dalam sumber
makanan.
CAPAIAN PEMBELAJARAN KHUSUS
1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan identifikasi karbohidrat dengan uji molish
2. Mahasiswa mampu membedakan polisakarida dari disakarida dan monosakarida dengan
uji iodium
3. Mahasiswa mampu membedakan monosakarida dan disakarida dengan uji barfoed
4. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi gugus keto dan aldehid pada karbohidrat
dengan uji selliwanof
5. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi sifat reduksi karbohidrat dengan uji
benedict
6. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan identifikasi protein dengan uji biuret
7. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan identifikasi protein dengan uji
xanthoprotein
8. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan identifikasi protein dengan reaksi millon
9. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan identifikasi protein dengan reaksi millon
10. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan identifikasi protein dengan reaksi millon
11. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan identifikasi protein dengan reaksi millon
12. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan identifikasi lemak dengan uji elmusi
lemak
13. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan identifikasi tingkat kejenuhan lemak
14. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan identifikasi kolesterol

DASAR TEORI

I. KARBOHIDRAT.
Karbohidrat merupakan sumber kalori terbesar dari asupan makanan makanan bagi
sebagian besar masyarakat di dunia yang merupakan senyawa karbon dengan sejumlah besar
gugus hidroksil. Berdasarkan jumlah unit gulanya, karbohidrat dikelompokan menjadi

21 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


monosakarida (terdiri atas satu unit gula seperti glukosa, fruktosa dan galaktosa), disakarida
(terdiri atas dua unit gula, seperti sukrosa, maltosa dan galaktosa), oligosakarida (terdiri atas 3-
10 unit gula), serta polisakarida (terdiri atas lebih dari 10 unit gula seperti amilum, pati). Setiap
unit gula dihubungkan dengan ikatan glikosida. Karbohidrat pun dapat dikelompokan
berdasarkan gugus -C=O yaitu aldosa (karbohidrat dengan gugus aldehid seperti glukosa dan
galaktosa) dan ketosa (karbohidrat dengan gugus keton seperti fruktosa). Identifikasi karbohidrat
secara kualitatif dapat dikerjakan dengan uji Molisch, Uji Iodium, Uji Barfoed dan uji
Selliwanof. Identifikasi pun dapat dilakukan melalui sifat reduktor dari karbohidrat. Kelompok
monosakarida dan disakarida memiliki sifat untuk mereduksi terutama dalam suasana basa. Hal
ini karena adanya gugus aldehid atau keton bebas dalam molekul karbohidrat. Salah satu uji
dalam mendeteksi sifat mereduksi adalah melalui uji Benedict.

1. Uji Molisch
Tujuan : Pemeriksaan ini bertujuan untuk membedakan senyawa karbohidrat dengan senyawa
bukan karbohidrat
Prinsip : Zat gizi karbohidrat dengan asam sulfat pekat dapat menghasilkan senyawa furfural.
Senyawa furfural dapat bereaksi dengan α-naftol yang menghasilkan senyawa berwarna ungu.
Alat dan bahan:
- Pereaksi molisch
- Larutan pati, laktosa, sukrosa dan glukosa
- H2SO4 pekat
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
Cara Kerja:
Siapkan 4 buah tabung reaksi yang kering dan bersih. Kemudian pipetkan ke dalam
masing-masing tabung reaksi seperti tabel berikut.

Tabung 1 2 3 4 5

Larutan pati 2 mL - - - -

Larutan laktosa - 2 mL - - -

Larutan sukrosa - - 2 mL - -

Larutan glukosa - - - 2 mL -

22 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


Larutan putih - - - - 2 mL
telur
Pereaksi Molisch 3 tetes 3 tetes 3 tetes 3 tetes 3 tetes

H2SO4 pekat, 2 mL 2 mL 2 mL 2 mL 2 mL
dialirkan melalui
dinding tabung
HASIL:

Kesimpulan:

2. Uji Iodium.
Tujuan : Pemeriksaan ini bertujuan untuk membedakan polisakarida dari disakarida dan
monosakarida
Prinsip : Struktur 3 dimensi dari pati yang berbentuk spiral dapat mengikat molekul Iodium
secara fisik dengan cara menempatkan iodium tersebut dalam spiral. Akibatnya terbentuk
kompleks yang berwarna biru. Bila larutan pati dipanaskan, struktur spiral akan hilang
sehingga melekul pati tidak dapat lagi mengikat iodium.
Alat dan bahan :
- Larutan lugol (terdiri atas I2 dalam KI)
- Larutan pati, laktosa, sukrosa dan glukosa
- Tabung reaksi
- Pipet testes
Cara Kerja :
Siapkan 4 tabung yang kering dan bersih. Kemudian, pipetkan ke dalam masing-masing tabung
reaksi seperti tabel berikut.

23 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


Tabung 1 2 3 4

Larutan pati 2 mL - - -

Larutan laktosa - 2 mL - -

Larutan sukrosa - - 2 mL -

Larutan glukosa - - - 2 mL

Larutan Lugol 1 tetes 1 tetes 1 tetes 1 tetes

HASIL:

Kesimpulan :

3. Uji Barfoed
Tujuan : Pemeriksaan ini bertujuan untuk membedakan monosakarida dan disakarida
Prinsip : Proses reduksi oleh karbohidrat pada suasana asam. Uji ini dilakukkan untuk
mendeteksi adanya monosakarida. Melalui penambahan pereaksi warna fosfomolibdat, larutan
monosakarida akan menunjukkan warna biru tua.
Alat dan bahan:
- Larutan barfoed
- Larutan laktosa, glukosa
- Pereaksi warna fosfomolibdat
- Tabung reaksi

- Pipet tetes
Cara Kerja:
Siapkan 2 tabung yang kering dan bersih. Kemudian, pipetkan ke dalam masing-masing tabung
reaksi seperti tabel berikut.

24 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


Tabung 1 2

Larutan Barfoed 1 mL 1 mL

Larutan laktosa 1 mL

Larutan glukosa 1 mL

Panaskan dalam air mendidih selama 3 menit

Didinginkan dalam bejana berisi air 2 menit

Pereaksi fosfomolibdat 1 mL 1 mL

HASIL

Kesimpulan:

4. Uji Selliwanoff
Tujuan : Pemeriksaan ini bertujuan untuk membedakan karbohidrat yang mempunyai gugus
keto dan aldehid
Prinsip : Karbohidrat atau turunannya (4-hidroksi metal furfural) dengan senyawa resorsinol
menghasilkan senyawa berwarna merah.
Alat dan bahan:
- Larutan laktosa, sukrosa, glukosa, fruktosa
- Larutan selliwanoff
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Penangas air mendidih

25 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


Tabung 1 2 3 4

Larutan laktosa 0,5 mL

Larutan sukrosa 0,5 mL

Larutan glukosa 0,5 mL

Larutan fruktosa 0,5 mL

Pereaksi selliwanoff 5 mL 5 mL 5 mL 5 mL

Panaskan dalam penangas air mendidih 1 menit atau langsung pada api 30 detik

HASIL:

Cara Kerja :
Siapkan 4 tabung yang kering dan bersih. Kemudian, pipetkan ke dalam masing-masing tabung
reaksi seperti tabel berikut.

Kesimpulan :

5. Uji Benedict
Tujuan : Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperlihatkan sifat mereduksi dari karbohidrat

Prinsip : Larutan tembaga (Cu2+) pada suasana basa akan tereduksi oleh gula yang memilikii
gugus aldehid atau keton bebas. Akibatnya akan terbentuk endapan kupro-oksida yang berwarna
hijau sampai dengan merah bata.
Alat dan bahan:
- Larutan laktosa, sukrosa dan glukosa
- Larutan Benedict
- Tabung reaksi
- pipet tetes
Cara kerja:
Lakukan uji benedict pada larutan laktosa, sukrosa dan laktosa. Siapkan 3 tabung reaksi yang
kering dan bersih. Kemudian, pipetkan ke dalam masing-masing tabung reaksi seperti tabel
berikut.
Tabung 1 2 3

26 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


Larutan Benedict 1 mL 1 mL 1 mL

Larutan laktosa 3 tetes

Larutan sukrosa 3 tetes

Larutan glukosa 3 tetes

Panaskan dalam penangas air mendidih selama 5 menit atau panaskan langsung pada api
selama 2 menit

HASIL:
warna
endapan
Kesimpulan :

27 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


II. PROTEIN
Protein adalah polipeptida yang terdiri dari sekuen asam amino (> 100 asam amino) yang
dihubungkan dengan ikatan peptida. Fungsi protein dalam tubuh manusia yaitu:
 Sebagai penyusun struktur jaringan seperti kolagen yang menyusun tulang dan kulit,
keratin sebagai penyusun rambut, kulit serta kuku
 Sebagai enzim yang membantu mengkatalisis reaksi kimia
 Sebagai hormon di dalam tubuh
 Sebagai antibodi membunuh bakteri dan virus
 Membantu membawa nutrien seperti lipoprotein yang membawa lipid dan
transferin yang membawa zat besi
 Berperan sebagai channels atau pompa menyebrangi membran sel
 Sumber energi
Terdapat 20 jenis asam amino yang dapat dibedakan menjadi asam amino esensial dan
asam amino non essensial. Asam amino essensial merupakan asam amino yang harus diperoleh
dari asupan makanan karena tubuh manusia tidak dapat menyintesis asam amino tersebut. Asam
amino non essensial adalah asam amino yang tidak harus diperoleh dari makanan karena tubuh
dapat menyintesis asam amino tersebut. Terdapat 9 asam amino essesial yaitu histidin,
metionin, treonin, valin, isoleusin, fenilalanin, triptofan, leusin dan lisin, sedangkan 11 asam
amino non essensial adalah alanin, arginin, asparagin, aspartat, sistein, glutamat, glutamin,
glisin, prolin, serin dan tirosin.
Praktikum identifikasi protein dalam suatu senyawa dapat dilakukan dengan uji Biuret
yang mendeteksi adanya ikatan peptida dan uji Xantoprotein, Hopkins - Cole, Millon yang
digunakan untuk identifikasi asam amino penyusun protein.

1. Reaksi Biuret
Tujuan : Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa protein mengandung ikatan
peptida
Prinsip : Gugus CO dan NH dari ikatan peptida dalam molekul protein membentuk warna

lembayung bila direaksikan dengan ion Cu++ dalam suasana alkali.


Alat dan bahan:
- Larutan putih telur dan gelatin
- Naoh 10%
- Larutan cuso4

28 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


- Tabung reaksi
- Pipet tetes
Cara Kerja :
Siapkan 2 tabung reaksi yang kering dan bersih. Kemudian,pipetkan ke dalam masing-masing
tabung reaksi seperti tabel berikut

Tabung 1 2

Larutan gelatin 2 mL -

Larutan putih telur - 2 mL

NaOH 10% 2 mL 2 mL

Larutan CuSO4 1 – 10 tetes 1 – 10 tetes

HASIL :

Kesimpulan :

2. Reaksi Xantoprotein
Tujuan : Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa protein tertentu mengandung
asam amino dengan inti benzene
Prinsip : Nitrasi inti benzene dari asam amino dalam molekul protein (tirosin, fenilalanin,
triptofan) menjadi senyawa nitro yang berwarna kuning. Dalam lingkungan alkalis terionisasi
dan warnanya berubah lebih tua atau jingga.
Alat dan bahan:
- HNO3 pekat
- Larutan gelatin dan putih telur

- Larutan alkali pekat (NH4OH/NaOH)

- Tabung reaksi
- Pipet tetes
Cara kerja:
Siapkan 2 tabung reaksi yang kering dan bersih lalu pipetkan ke dalam masing-masing tabung

29 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


reaksi seperti pada tabel berikut:

Tabung 1 2

Larutan gelatin 2 mL -

Larutan putih telur - 2 mL

HNO3 pekat 1 mL 1 mL

Perhatikan Terbentuk endapan, kemudian panaskan hati-hati sampai larutan berubah kuning
dan endapan larut kembali
Dinginkan di bawah air mengalir

Tambahkan tetes demi Beberapa 5 tetes Beberapa 5 tetes


tetes larutan alkali
HASIL :

Kesimpulan :

3. Reaksi Millon
Tujuan : Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa protein mengandung asam
amino dengan inti fenol (tirosin)
Prinsip : Nitrasi derivate monofenol dari asam amino tirosin dalam senyawa protein.
Alat dan bahan :
- Pereaksi Millon yang mengandung merkuri dalam asam nitrat pekat.
- Larutan gelatin dan putih telur
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Penangas air mendidih
Cara Kerja :
Siapkan 2 tabung reaksi yang kering dan bersih. Kemudian, pipetkan ke dalam masing-masing
tabung reaksi seperti dalam tabel berikut:

30 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


Tabel 1 2

Larutan gelatin 2 mL ---

Larutan putih telur --- 2 mL

Pereaksi Millon Beberapa 3-4 tetes Beberapa 3-4 tetes

Panaskan hati-hati

HASIL :

Kesimpulan :

4. Reaksi Hopkins-Cole
Tujuan : Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa protein mengandung asam
amino triptofan
Prinsip : Asam amino Triptofan yang terdapat dalam protein berkondensasi dengan asam
glioksilat yang dengan asam pekat membentuk kompleks berwarna.
Alat dan bahan:
- Larutan putih telor
- Larutan gelatin
- H2SO4 pekat

- Pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat


- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Buret
- Penjepit tabung
Cara kerja :
Siapkan 2 tabung reaksi yang kering dan bersih, lalu pipetkan ke dalam masing-masing
tabung reaksi seperti urutan dalam tabel berikut:

31 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


Tabung 1 2

Larutan gelatin 2 mL --

Larutan putih telur -- 2 mL

Pereaksi Hopkins-Cole 2 mL 2 mL

Alirkan hati-hati dan perlahan 2 mL 2 mL


melalui dinding tabung H2SO4
pekat sampai terbentuk 2 lapisan
cairan
HASIL:

Kesimpulan :

Pertanyaan :
1. Berdasarkan praktikum yang dilakukan terhadap larutan gelatin dan putih telur, asam amino
apa saja yang terdapat dalam protein tersebut ?
2. Mempertimbangkan ada tidaknya salah satu asam amino esensial, manakah yang lebih baik
di antara kedua protein itu sebagai sumber protein hewani ? .
3. Jenis asam amino apakah yang mengandung inti benzene pada gugus R ?
4. Jenis asam amino manakah yang mengandung inti benzene tersebut yang
termasuk asam amino esensial

32 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


Jawaban :

33 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


III. LEMAK
Lemak adalah sebagai susbtansi yang tidak larut dalam air namun larut dalam alkohol, eter
dan kloroform. Lemak dalam makanan terutama dalam bentuk riasilgliserol (trigliserida) yang
terdiri dari 3 asam lemak yang mengalami esterifikasi ke sebuah gugus gliserol. Lemak
merupakan simpanan bahan bakar yang efisien, triasilgliserol mengandung lebih banyak kalori
per gram dibandingkan dengan karbohidrat atau protein. Berdasarkan jenis ikatannya asam
lemak dikelompokan menjadi:
1. Asam lemak jenuh, yaitu asam lemak dengan semua ikatan atom karbon pada rantai
karbonnya berupa ikatan tunggal (jenuh). Contohnya adalah asam laurat, asam palmitat, dan
asam stearat.
2. Asam lemak tidak jenuh adalah asam lemak yang mengandung ikatan rangkap pada rantai
karbonnya. Contohnya adalah asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat.

1. Uji pengelmusian lemak


Tujuan : Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa minyak dan air dapat
dicampur secara merata dan stabil dalam bentuk emulsi, dengan bantuan suatu bahan
pengemulsi.
Prinsip : Suatu senyawa bersifat pengemulsi, apabila dapat larut baik dalam air maupun dalam
minyak. Adanya bahan pengemulsi ini menyebabkan minyak dapat tersebar merata dan stabil di
antara molekul-molekul air.
Alat dan bahan :
- Air suling
- Minyak kelapa
- Bahan pengemulsi, (sabun bubuk)
- Tabung reaksi
- Pipet tetes

34 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


35 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN
Cara Kerja :
Siapkan 2 tabung reaksi yang kering dan bersih. Kemudian pipetkan ke dalam masing-masing
tabung reaksi seperti dalam tabel berikut.
Tabung 1 2

Air suling 2 mL 2 mL

Minyak kelapa 1 mL 1 mL

Sabun -- Seujung sendok

Kocok dengan kuat, kemudian diamkan

HASIL :

Kesimpulan :

Pertanyaan :
1. Bagaimana cara menghilangkan noda lemak pada pakaian ?
2. Apakah alasan orang mandi harus mamakai sabun ?
Jawaban :

36 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


2. Uji Kejenuhan Lemak
Tujuan : Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa minyak nabati, ada yang
jenuh, tidak punya ikatan rangkap dan ada yang tidak jenuh, mempunyai ikatan rangkap

Prinsip : Minyak tidak jenuh (yang mempunyai ikatan rangkap), akan mengadisi iodium (I 2)
sehingga ikatan rangkap hilang. Bersamaan dengan itu warna coklat iodium juga hilang.

Alat dan bahan :


- Minyak kelapa (minyak jenuh)
- Minyak jagung (minyak tidak jenuh)
- Minyak jagung yang telah dipanaskan
- Larutan Hubl
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
Cara kerja :
Siapkan 3 tabung reaksi yang kering dan bersih. Lalu pipetkan ke dalam masing-masing
tabung reaksi seperti dalam tabel berikut.
Tabung 1 2 3

Minyak kelapa 1 mL

Minyak jagung 1 mL

Minyak jagung 1 mL
yang telah
dipanaskan
Larutan Hübl tetes demi tetes sampai warna coklat

HASIL :

Jumlah tetesan

Kesimpulan :

37 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


3. Uji Kolesterol
Tujuan : Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa kolesterol tidak terdapat
dalam minyak nabati dan terdapat dalam sumber hewani.
Prinsip : Kolesterol akan membentuk warna merah, dan ungu bila direaksikan dengan H2SO4
pekat
Alat dan bahan :
- Larutan kolesterol 0,5% dalam kloroform
- Minyak kelapa
- Larutan kuning telur dalam kloroform
- H2SO4

- Tabung reaksi
- Pipet tetes, Buret
Cara kerja:
Siapkan 3 tabung reaksi yang kering dan bersih. Kemudian pipetkan ke dalam masing-masing
tabung reaksi seperti dalam tabel berikut.
Tabung 1 2 3

Larutan kolesterol 1 mL --- ---

Minyak kelapa --- 1 mL ---

Larutan kuning --- --- 1 mL


telur dalam
kloroform
H2SO4 pekat, 1 mL 1 mL 1mL
alirkan dari buret
HASIL:

Perhatikan
warnanya

Kesimpulan :

38 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


Pertanyaan :
Apakah di dalam minyak kelapa terkandung kolesterol ?

REFERENSI
1. Biokimia Eksperimen Laboratorium Bagian Biokimia FK UI, Widya Medika
2. Lembar Kerja Praktikum Biokimia, dr. Mohamad Sadikin, DSc, dr. Sri Widia A.
Jusman, MS, dr. Ani Retno Prijanti, MS
3. Murray RK, Granner DK, Mayes PA & Rodwell VW. 2007. Harper’s
Biochemistry. Appleton & Lange, USA
4. Michael Lieberman & Allan Marks. 2012. Basic Medical Biochemistry: A Clinical
Approach. 4th Edition. Lippincott Williams & Wilkins, USA.
5. McPherson RA, Pincus MR. Henry’s Clinical Diagnosis and Management By
Laboratory Methods. Ed 22. New York: Elsevier. 2011

39 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


40 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN
BAB III. PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
PENGOBATAN RASIONAL DAN PENULISAN RESEP
dr. Putrya Hawa, M. Biomed, dr. Rimenda Sitepu, Sp.FK, M.Biomed,
M. Ikhsan Jufri, S.Farm, Apt, M.Sc

CAPAIAN PEMBELAJARAN UMUM


Mahasiswa mengetahui dasar pengobatan rasional dan mempraktikan penulisan resep secara
benar
CAPAIAN PEMBELAJARAN KHUSUS
1. Mahasiswa mengetahui dasar pengobatan rasional sebagai dasar peresepan
2. Mahasiswa mampu mempraktekn penulisan resep yang benar

ALAT DAN BAHAN


1. Buku pedoman praktikum
2. Alat tulis
3. Kertas kosong/kertas resep

DASAR TEORI
A. Pengobatan Rasional
Sebelum memutuskan terapi yang akan diberikan kepada pasien, seorang dokter harus melalui
suatu proses keputusan terapi. Proses ini terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut :
1. Menetapkan masalah
Masalah tidak berarti semua hal yang dikeluhkan pasien. Masalah disini adalah hal yang
mendasari timbulnya keluhan pasien. Untuk dapat menetapkan masalah dengan tepat
diperlukan kemampuan menegakkan diagnosis secara baik.
2. Menetapkan tujuan terapi
Tujuan terapi adalah apa yang akan dicapai dari pengobatan yang diberikan. Penetapan
tujuan terapi dengan tepat akan menghindarkan terjadinya pengobatan yang tidak rasional.
3. Memeriksa kecocokkan P-drugs dengan pasien
Kecocokkan yang dimaksud disini adalah dala hal zat aktif, dosis, bentuk sediaan obat,
lama pemberian, serta cara pemberian. Untuk menilai kecocokkan hal-hal tersebut, maka
yang perlu dipertimbangkan adalah kemanjuran (indikasi dan kecocokkan sediaan) dan
keamanan (kontra indikasi, indikasi, kelompok resiko tinggi).
4. Menuliskan resep
Setelah memastikan obat apa yang akan diberikan, langkah selanjutnya adalah menuliskan
resep obat tersebut. Penulisan resep yang benar akan memastikan bahwa obat yang

41 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


diterima pasien dari apotek benar-benar sesuai dengan yang dimaksud dokter, karena resep
adalah media komunikasi tertulis antara dokter – pasien - apoteker. Menulis resep dengan
benar merupakan langkah awal pemberian terapi obat.
5. Memberikan informasi, instruksi dan peringatan kepada pasien mengenai obat
(pengobatan) yang diberikan
Informasi minimal yang harus diberikan meliputi informasi tentang efek obat, efek
samping obat, instruksi penggunaan, peringatan, serta kapan kunjungan berikutnya harus
dilakukan pasien.
6. Melakukan pengawasan (monitoring) dan atau penghentian terapi
Dengan memantau terapi dapat diketahui (dievaluasi) apakah terapi yang diberikan
berhasil ataukah perlu diberikan upaya tambahan lain.

B. Penulisan resep
2.1 Definisi resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter kepada apoteker/farmasi pengelola apotek
untuk memberikan obat jadi atau meracik obat dalam bentuk tertentu sesuai dengan keahliannya,
takaran dan jumlah obat sesuai dengan yang diminta, kemudian menyerahkannya kepada yang
berhak/pasien. Menurut WHO, peresepan yang rasional adalah memberikan obat sesuai dengan
keperluan klinik, dosis sesuai dengan kebutuhan pasien, diberikan dalam jangka waktu yang
sesuai dengan penyakit, dan dengan biaya termurah menurut pasien dan komunitasnya.
Resep dokter ditulis dalam blanko resep dengan ukuran ideal (lebar 10-12 cm, panjang 15-18 cm).
Resep yang telah dilayani di apotek sesuai dengan peraturan yang belaku merupakan dokumen
yang harus disimpan sekurang-kurangnya 3 tahun di apotek.
Tidak ada ketentuan baku di seluruh dunia tentang tatanan menulis resep yang benar karena
setiap negara mempunyai aturan sendiri. Resep harus ditulis secara jelas, mudah dibaca dan
mengungkapkan dengan jelas apa yang harus diberikan, sesuai kaidah dan lengkap sehingga
memenuhi syarat untuk dilayani di apotek.

2.1 Unsur Resep


2.1.1 Identitas dokter.
Nama, nomor surat ijin praktek, alamat praktek dan rumah dokter penulis resep serta dapat
dilengkapi dengan nomor telepon dan hari serta jam praktek. Biasanya sudah tercetak
dalam blanko resep.
2.1.2. Nama kota (sudah dicetak dalam blanko resep) dan tanggal ditulis resep. Ini diperlukan
dalam pelayanan resep berkaitan dengan persyaratan dalam perundang-undangan.
42 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN
2.1.3. Superscriptio
Bagian ini merupakan kelengkapan dalam resep dokter. Ditulis dengan simbol R/ (recipe =
harap diambil) Biasanya juga sudah tercetak dalam blanko resep, terletak di sisi kiri atas
hanya tercetak satu R/ sehingga bila diberikan lebih dari sstu formula resep harus
dituliskan R/ lagi.
2.1.4 Inscriptio
Bagian ini merupakan inti resep dokter, berisi nama obat, kekuatan dan jumlah obat yang
diperlukan serta ditulis dengan jelas. Penulisan nama obat menggunakan nama generik,
nama standar atau nama paten. Penuisan jumlah dan kekuatan obat dalam satuan berat dan
volume dengan sistem metrik (mg, g,ml, l) dan dengan angka arab. Penulisan jumlah obat
dalam satuan biji (tablet, kapsul, botol, bungkus dll) dengan angka romawi.
2.1.5 Subscriptio
Bagian ini mencantumkan bentuk sediaan obat dan jumlahnya. Cara penulisan (dengan
singkatan bahasa latin) tergantung dari macam formula resep yang digunakan.
Contoh :
m.f.l.a pulv. d.t.d no. XX
m.f.l.a sol.
2.1.6 Signatura
Bagian ini berisi informasi tentang aturan penggunaan obat untuk asien yaitu meliputi
frekuensi, jumlah obat dan saat diminum obat, untuk setiap hari serta lain-lain informasi
yang mungkin diberikan. Simbol yang digunakan adalah S (signatura = tandailah)
Walaupun aturan penggunaan obat oleh pasien sudah ditulis dalam resep, dokter
berkewajiban menjelaskan secara lisan pada pasien saat menyerahkan resep.
Sebagai penutup dari bagian utama resep dokter adalah dengan ditulisnya tanda
tangan/paraf dokter penulis resep. Ini merupakan syarat sah resep untuk dilayani oleh
apotek. Bila resep dokter mengandung obat narkotika maka harus dibubuhkan tanda
tangan. Untuk obat golongan yang lain cukup paraf saja.
2.1.6 Identitas pasien
Umumnya telah tercetak dalam blanko resep (tertulis pro dan umur) Nama pasien ditulis di
bagian Pro. Jika pasien adalah anak-anak atau lansia perlu ditulis umurnya.Bila dokter
mencantumkan alamat pasien ini akan menguntungkan untuk memudahkan penelusuran
alamat jika terjadi kesalahan dalam pelayanan obat.

43 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


2.2. Macam Formula Resep Dokter
Ada tida macam formula yang disusun dalam resep :
1. Formula magistralis atau yang lebih dikenal dengan nama resep racikan. Untuk menyusun
resep racikan, dokter perlu memahami sifat obat, interaksi farmasetik, dan bahan tambahan
yang diperlukan dalam menyusun formula tersebut.
2. Formula officinalis. Obat yang ditulis merupakan obat baku/standar dalam buku/formularium
resmi atau obat jadi generik berlogo.
3. Formula spesialistis. Obat yang dituliskan adalah obat dengan nama paten. Dalam
menuliskannya perlu diketahui ada berapa macam sediaan dan kekuatan serta spesifikasi dari
macam-macam sediaan.

2.2 Kaidah-kaidah dalam penulisan resep


1. Jangan menuliskan gr. untuk suatu bahan obat dalam resep apabila yang dimaksud adalah
satuan gram, karena gr. adalah singkatan dari granum yang beratnya hanya 65 mg atau hanya
1/15 gram. Jadi cukup menuliskan angka dibelakang nama bahan obat dalam resep.
2. Titik desimal untuk dosis obat harus ditempatkan dengan tepat. Kesalahan penempatan titik
desimal dapat menyebabkan dosis/kekuatan obat menjadi 10 kali atau 1/10 kali dari
dosis/kekuatan yang dimaksud. Untuk dosis obat yang diberikan kurang dari 1 gram,
sebaiknya bilangannya ditulis sebagai bilangan miligram untuk menghindarkan perhitungan
desimal.
Contoh: dosis suatu obat A=10 mg, sebaiknya memang ditulis 10 mg, diatas kertas resep,
jangan ditulis sebagai 0,01 atau 0,010.
3. Tuliskan nama obat dengan jelas. Penulisan nama obat yang tidak jelas dapat menyebabkan
obat yang keliru diberikan kepada penderita.
Contoh: Indocin (analgesik, antiinflamasi) dengan Lindocin(antibiotik)atausebaliknya
4. Dispesifikasi dengan jelas kekuatan serta jumlah obat yang dituliskan dalam resep.
Contoh:
 Tablet sulfadiazine 500 mgdalam hal ini 500 mg boleh ditulis atau tidak dituliskan,
karena untuk tablet sulfadiazine hanya ada satu standar, yaitu 500 mg.
 Tablet Paracetamolkarena paracetamol beredar dalam beberapa kekuatan maka kekuatan
yang diminta harus dijelaskan, apakah yang dimaksud paracetamol 250 mg atau 500 mg.
5. Obat yang dibeikan kepada penderita hendaknya obat dengan mana dokter telah mempunyai
pengalaman yang baik. Apabila seorang dokter belum mempunyai pengalaman (obat baru
ataupun lama) hendaknya dicari literatur dahulu mengenai obat tersebut.

44 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


6. Apabila dokter telah mempunyai pengalaman yang baik dengan suatu preparat paten tidak
perlu pindah ke preparat paten yang lain walaupun isinya sama. Alasannya ialah dua obat yang
ekivalen secara kimia belum tentu ekivalen secara biologis.
7. Hati-hati bila memberikan beberapa obat secara bersamaan. Bila cukup satu bahan obat
diperlukan untuk terapi berikanlah sebagai bahan tunggal; tetapi bila kombinasi dari beberapa
bahan diperlukan untuk memberikan efek sinergistik maka hendaknya dipastikan tidak ada
incompatibility/interaction antara obat-obat tersebut.
8. Hitung dosis dengan tepat serta perhitungkan semua faktor individual penderita, terutama
umur dan berat badannya.
9. Ketentuan mengenai obat dituliskan dengan jelas di atas resep (boleh berupa singkatan, tetapi
jelas) sehingga nanti akan tertera pada etiket yang dipasang pada wadah obat.
10. Hindarkan pemberian obat yang terlalu banyak. Oleh karena dikuatirkan obat yang tersisa
akan disimpan untuk ”lain kali” belum tentu pada waktu ”lain kali” itu obatnya masih baik
atau obat yang tersisa diberikan kepada orang lain.

Resep Cito
Kadang dokter memerlukan obat agar segera didapat oleh pasiennya, maka dokter dapat
menuliskan CITO! Di sebelah kanan atas blanko resep. Untuk itu resep cito harus didahulukan
dalam pembuatannya dari resep-resep lain. Dengan demikian dokter yang meminta resep cito
hendaknya betul-betul jika pasien dalam keadaan gawat dan penundaan pemberian obatnya dapat
membahayakan. Istilah lain dalam bahasa latin : statim, urgen, P.I.M (amat segera)

Resep Rasional
Penulisan resep yang rasional berpedoman falsafah ‘lima tepat’ yaitu tepat obat, tepat dosis, tepat
BSO, tepat cara dan waktu pemberian, serta tepat penderita. Oleh karena itu penulisan resep harus
memenuhi kaidah :
1. Nama Obat
Ditulis sesuai dengan nomenklatur internasional, dan dipilih sesuai terapi, sifat obat, dan
kondisi obat
2. Dosis Obat
Ditetapkan secara individual, diperhitungkan secara seksama, baik untuk orang dewasa, lansia,
anak, dll
3. BSO
Disesuaikan dengan tujuan terapi, kepentingan penderita, dan spesifikasi BSO tersebut
4. Cara dan waktu pemberian
45 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN
Ditetapkan secara jelas dan dipahami oleh penderita, agar meningkatkan ketaat penderita
5. Kondisi Penderita
Meliputi keadaan fisik, ekonomi, dan sosial perlu diperhatikan agar meningkatkan ketaatan
pasien dan tujuan terapi tercapai

Langkah Preskipsi
1. Pemilihan bahan obat yang tepat
Nama obat dapat dipilih dengan nama generik atau nama paten. Penggunaan jenis sediaan obat
paten perlu juga diperhatikan kekuatan bahan aktif yang terkandung di dalamnya, agar
pelayanan di apotek dapat tidak memberikan masalah.
Jumlah obat diberikan tergantung dari lama pemberian dan frekuensi pemberian. Parameter
yang diperlukan untuk menentukan adalah lama perjalanan penyakit, tujuan terapi, dan
kondisi. Jumlah obat tersebut dituliskan dengan angka Romawi untuk jenis sediaan jadi/paten.
Pada penulisan resep dengan obat narkotika dan psikotropika (khusus) jumlah obat tidak
cukup ditulis hanya dengan angka tetapi dengan huruf serta disahkan dengan tandatangan,
bukan dengan paraf.
2. Penetapan dosis yang tepat
Sangat ideal bila dihitung secara individual. Penentuan dosis memperhatikan parameter faktor-
faktor antara lain umur, berat badan, kondisi penderita, dll.
3. Pengaturan jadwal pemberian yang tepat
Jadwal pemeberian meliputi frekuensi, satuan dosis perkali, dan saat/waktu yang diberikan.
Jadwal ini tertuang dalam signatura.
4. Pemilihan BSO yang tepat
5. Pemilihan formula resep yang tepat
Formula yang dipilih yaitu :
 Yang dapat menjamin ketepatan dosis (individual)
 Yang dapat menjaga stabilitas obat
 Dapat menjaga kepatuhan pasien dalam minum obat
 Biaya terjangkau
6. Penulisan preskripsi dalam blangko resep yang benar (lege artis)
Artinya ditulis secara jelas, lengkap dan sesuai pedoman baku, serta menggunakan singkatan
bahasa latin baku.

46 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


CONTOH SKENARIO PROSES TERAPI

1. Seorang laki-laki usia 44 tahun mengeluh gatal-gatal di kepala dan berketombe. Diagnosis:
tinea kapitis, Terapi ketokonazol shampoo

2. Seorang laki laki usia 27 tahun mengeluh gatal-gatal di selangkangan sejak 2 minggu yang
lalu. Diagnosis: tinea cruris, Terapi krim ketokonazol

3. Seorang perempuan usia 24 tahun mengeluh nyeri saat menelan, riwayat batuk pilek
sebelumnya ( 5 hari yang lalu), tidak terdapat suara parau. Dari pemeriksaan didapatkan
hiperemesis, pada uvula dan faring. Diagnosis: faringitis, terapi amoksisilin, parasetamol
dan obat kumur povidon iodine 1%

47 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


4. Seorang anak umur 2 tahun, berat 12 kg dibawa oleh kedua orang tuanya ke rumah sakit
karena keluar cairan dari telinga kanan. Cairan berwarna kuning dan berbau. Diagnosis:
otitis media supuratif, Terapi : larutan H2O2 3%, ofloksasin tetes telinga

5. Seorang laki-laki usia 34 tahun datang ke IGD karena mata kanan merah dan terasa perih
jika terkena cahaya. Dari anamnesis diketahui 2 hari yang lalu kemasukan serpihan logam.
Penglihatan menjadi buram. Diagnosis : ulkus kornea OD e.c bakteri, Terapi: gentamisin
tetes mata , salep gentamisin, sulfas atropine tetes mata

REFERENSI
1. Doane, R.W., 2009, Insects and Diseases. A Popular Account of the Way in Which Insects
may Spreador Cause some of our Common Diseases. Ebook.
2. James, M.T. & Harwood, R.F., 1969. Entomology, 6th ed. The Macmillan Company
Coolier-Macmillan Limited, London

48 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


BAB IV. PRAKTIKUM HISTOLOGI & PATOLOGI ANATOMIK
HISTOLOGI JARINGAN DASAR
PATOLOGI ANATOMIK INFLAMASI DAN NEOPLASIA
KONTRIBUTOR :
dr. Sri Murtiyani Kusumastuti, Sp.PA dan dr. Mirna Albertina Wijaja, Sp.PA

CAPAIAN PEMBELAJARAN UMUM


1. Mahasiswa mampu memahami gambaran mikroskopik 4 jaringan dasar penyusun tubuh
manusia
2. Mahasiswa mampu memahami gambaran mikroskopik jaringan inflamasi akut dan kronis
3. Mahasiswa mampu memahami gambaran mikroskopik jaringan neoplasia jinak dan ganas

CAPAIAN PEMBELAJARAN KHUSUS


1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi gambaran mikroskopik jaringan epitel (epitel selapis
skuamosa, epitel selapis kuboid, epitel selapis kolumnar, epitel bertingkat semu, epitel
bertingkat skuamosa berkeratin, epitel bertingkat kuboid, epitel bertingkat kolumnar, dan
epitel transisional)
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi gambaran mikroskopik jaringan penyokong
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi gambaran mikroskopik jaringan otot (jaringan otot lurik,
jaringan otot jantung, dan jaringan otot polos)
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi gambaran mikroskopik jaringan saraf
5. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan membandingkan gambaran mikroskopik jaringan
inflamasi akut dan kronis
6. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan membandingkan gambaran mikroskopik jaringan
neoplasia jinak dan ganas

ALAT DAN BAHAN


1. Buku pedoman praktikum
2. Alat tulis
3. Media pembelajaran : mikroskop cahaya

49 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


DASAR TEORI

Jaringan dibagi menjadi 4 tipe dasar yaitu :


1. Jaringan epitel
2. Jaringan penyokong
3. Jaringan otot
4. Jaringan saraf

Preparat histologi :
Jaringan epitel
a. Epitel selapis
Epitel selapis skuamosa
Contoh : epitel pelapis dinding luar usus (HE 600x)

b. Epitel selapis kuboid


Contoh : epitel folikel tiroid (HE 400x)

c. Epitel selapis kolumnar


Contoh : epitel pelapis kandung empedu

50 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


d. Epitel bertingkat semu (pseudostratified)
Contoh : epitel pelapis trakea

e. Epitel bertingkat
 Epitel bertingkat skuamosa :
Contoh berkeratin : epidermis kulit

Contoh tidak berkeratin : epitel pelapis esofagus

51 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


 Epitel bertingkat kuboid
Contoh : epitel pelapis duktus kelenjar keringat

52 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


 Epitel bertingkat kolumnar
Contoh : epitel konjungtiva mata

 Epitel transisional
Contoh : epitel pelapis traktus urinarius
Tampak epitel transisional pada bagian atas dan lamina propria dibawahnya.

53 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


Jaringan penyokong
Jaringan lemak
Tampak membrane sel tipis berbatasan dengan sitoplasma lemak yang tampak jernih karena
prosesing jaringan melarutkan lemak. Inti sel terdorong pada satu sisi oleh lemak. Septa jaringan
ikat membagi lobulus lemak.

Jaringan otot
1. Otot lurik (potongan melintang)
- Pada potongan melintang otot lurik tampak serabut otot mengandung protein kontraktil :
filamen myosin tebal saling berkaitan dengan filamen aktin. Tampak inti multiple pada tepi
serabut otot.

- Otot lurik (potongan memanjang)


Pada potongan memanjang, serabut otot lurik tampak inti di tepi.

54 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


2. Otot jantung
Otot jantung pada potongan longitudinal atau memanjang menunjukkan sinsitium serabut
myocardial dengan inti ditengah. Tampak sel darah merah diantaranya.

3. Otot polos
Otot polos dengan pembesaran besar pada jaringan usus halus. Otot polos dengan sel
berbentuk panjang, meruncing dan memiliki inti berkeluk ditengah.

Jaringan saraf
Jaringan saraf tepi dengan pembesaran kecil pada potongan longitudinal atau memanjang. Pada
bagian tepi tampak jaringan penyokong perineum. Serabut saraf tampak bergelombang. Sel
Schwann tampak dengan inti gelap.

55 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


REFERENSI
1. Gartner L.P, Hiatt J.L. 2019. BRS Cell Biology & Histology. 8 th Edition. Wolters Kluwer,
USA.
2. Mescher A.L. 2016. Junqueira’s Basic Histology. 14th Edition. Mc Graw Hill Education,
USA.
3. Young B, Woodford P, O’Dowd G. Wheater’s Functional Histology. 6 th Edition. New
York : Elsevier.
4. Wonodirekso S, Martoprawiro M. 2013. Penuntun Praktikum Histologi. 2th Edition. Dian
Rakyat, Jakarta

Patologi Anatomik
1. Inflamasi
1.1 Inflamasi akut
a. Definisi inflamasi atau peradangan : reaksi vaskularisasi dari jaringan hidup terhadap injuri
lokal. Peradangan akut berlangsung pendek, beberapa menit, beberapa jam sampai 2 hari.
Ciri khas : eksudat peradangan dan protein plasma ( edema ) dan migrasi leukosit terutama
sel neutrophil.
b. Makroskopis :
- deposit fibrin
- abses

Deposit fibrin pericardium Abses paru

c. Mikroskopis :
- dilatasi pembuluh darah
- akumulasi leukosit terutama sel neutrophil
- eksudat fibrin debris makrofag (fibrinous inflammation)
- pus atau eksudat purulent  neutrofil, liquefactive nekrosis (suppurative atau purulent
inflammation)

56 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


Eksudat fibrin Abses terdiri dari neutrofil, cellular debris
dan dikelilingi congesti pembuluh darah

1.2 Inflamasi kronis


a. Definisi : berlangsungnya lebih lama, peradangan kronik dihubungkan secara histologi
dengan adanya limfosit, makrofag dan proliferasi pembuluh darah.
b. Mikroskopis :
- infiltrasi sel mononuclear : sel makrofag, sel limfosit dan sel plasma.
- kerusakan jaringan
- perbaikan jaringan ikat yang rusak : proliferasi pembuluh darah, fibrosis.

Inflamasi kronis paru : sel inflamasi kronis, kerusakan parenkim (rongga alveoli dilapisi epitel
kuboid) , fibrosis.

1.3 Granulomatous Inflammation Tuberculosis


a. Definisi : Penyakit granulomatous yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
b. Mikroskopis : - Caseosa granuloma (tubercle) : makrofag (sel epithelioid) dikelilingi oleh
fibroblast, limfosit, histiosit, langhans giant cells; central necrosis disertai amorphous
granular debris.

57 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


2. Neoplasia (Tumor)
- Definisi dysplasia : hilangnya keseragaman sel secara individual dan juga hilangnya orientasi
sel tersebut. Berhubungan erat dengan iritasi atau radang kronik yang berkepanjangan.

LSIL (CIN 1) dengan infeksi HPV

HSIL (CIN 2/3)

HSIL (CIN 2/3) dengan komponen mikroinvasive

58 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


Carsinoma in situ

- Definisi Neoplasma : massa abnormal didalam jaringan tubuh, dengan pertumbuhan yang
berlebihan dan tidak mengikuti sifat-sifat pertumbuhan jaringan normal serta tetap ada atau
tumbuh walaupun rangsangan penyebabnya sudah dihilangkan.

2.1 Tumor Jinak


2.1.1 Tumor Jinak Epithelial : berasal dari sel epitel
Contoh : Squamous papilloma, kista teratoma ovarii, Polip

Polip Colon

Kista Teratoma Ovarii

59 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


2.1.2 Tumor Jinak Mesenkimal (Berasal dari jaringan Ikat dan derivatnya)
Contoh : fibroma, lipoma, leiomyoma

Leiomyoma Uteri

2.2 Tumor Ganas


2.2.1 Tumor Ganas Epithelial (berasal dari sel epithel)
Contoh :
2.2.1.1 Squamous Cell Carcinoma
a. Definisi : Tumor ganas berasal dari sel epitel squamous
b. Grading : well differentiated, moderate differentiated, poorly differentiated
c. Mikroskopis :
- sel-sel tumor bentuk bulat, oval, polygonal yang tumbuh hiperplastis
- inti pleomorfi, vesikuler, anak inti jelas, mitosis ditemukan
- mutiara keratin

60 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


2.2.1.2 Adenokarsinoma
a.Definisi : Tumor ganas yang berasal dari sel kelenjar seperti sel asinus, sel ductus
atau sel permukaan mukosa.
b.Grading : well differentiated, moderate differentiated, poorly differentiated
c.Mikroskopis :
- sel-sel tumor bentuk bulat, oval yang tumbuh hiperplastis, berkelompok,
membentuk struktur kelenjar
- Inti pleomorfi, hiperkromatis, anak inti jelas, mitosis ditemukan

2.2.2 Tumor ganas Mesenkimal


Contoh : Fibrosarcoma, liposarcoma
2.2.2.1 Fibrosarcoma
a. Definisi : Tumor ganas yang berasal dari jaringan ikat
b. Mikroskopis :
- Sel-sel tumor bentuk spindle yang tumbuh hiperplastis, membentuk struktur
fasikulus.
- Inti pleomorfi, hiperkromatis, anak inti jelas, mitosis ditemukan

61 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


3. Metastasis adalah penyebaran sel kanker dari satu organ atau jaringan tubuh ke organ
atau jaringan tubuh lainnya.

Metastasis carcinoma payudara ke KGB

REFERENSI
1. Robbins and Cotran. Pathologic Basis of Disease. 9th Ed,.Elsevier. 2015
2. David A.Levison, Robin Reid, et al. Muirs Textbook of Pathology. 14th Ed. 2008
3. Buku Ajar Patologi II (KHUSUS) Edisi ke-1.Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Sagung Seto
4. John R. Goldblum, Laura W. Lamps, Jesse K. McKenny, Jeffrey L. Myers. Rosai and
Ackerman’s Surgical Pathology. 11th Ed, 2015. Elsevier.

62 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


BAB V. PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

KULTUR BAKTERI
dr. Lisa Yuliantiningsih SpMK, dr. Nunik Utami SpMK,
dr Nadia Permatasari M.Biomed(AAM), FAFG, Dani Wijaya S.biotek M.Sc

1. CAPAIAN PEMBELAJARAN UMUM


Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui teknik dasar penanaman bakteri dan isolasi
bakteri untuk mendapatkan biakan murni
2. CAPAIAN PEMBELAJARAN KHUSUS
Tujuan khusus dari praktikum ini adalah:
1. Mahasiswa mengetahui jenis-jenismedia untuk pertumbuhan bakteri
2. Mahasiswa mengetahui cara penanaman bakteri media padat
3. Mahasiswa mengetahui teknik dasar isolasi bakteri untuk memperoleh biakan murni dengan
Quadrant streak method

DASAR TEORI

1. STERILISASI ALAT DAN MEDIA

Sterilisasi merupakan suatu tindakan untuk membuat alat yang akan digunakan berada
dalam kondisi yang steril. Sterilisasi bertujuan untuk membunuh kuman/bakteri pathogen dan
apatogen beserta sporanya pada pealatan perawatan dengan cara merebus, stoom, panas tinggi
(autoclave) atau menggunakan bahan kimia. Gambar 1.1 menunjukkan contoh sterilisasi alat
dengan menggunakan panas tinggi 121 oC (autoclave). Sterilisasi biasanya dilakukan selama 15
menit setelah suhu 121 oC dengan tekanan 2 atm. Pada suhu tersebut dipastikan bakteri/kuman
akan mati dan alat yang digunakan untuk penelitian/praktikum akan dalam keadaan steril.

Gambar 1.1 Sterilisasi alat dengan menggunakan autoclave.

63 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


2. PEMBUATAN MEDIA ISOLASI BAKTERI
Pembiakan mikrobia di laboratorium memerlukan media yang berisi zat hara serta
lingkungan pertumbuhan yang sesuai bagi mikroba. Media adalah suatu bahan yang digunakan
untuk menumbuhkan mikroba yang terdiri atas campuran nutrisi atau zat- zat makanan. Selain
untuk menumbuhkan mikroba, media dapat juga digunakan untuk isolasi, memperbanyak,
pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah mikroba (Lay, 1994; Jutono dkk, 1980).
Syarat media yang baik untuk pertumbuhan mikroba adalah lingkungan kehidupannya harus
sesuai dengan lingkungan pertumbuhan mikroba tersebut, yaitu : susunan makanannya (media
harus mengandung air untuk menjaga kelembaban dan untuk pertukaran zat/metabolisme, juga
mengandung sumber karbon, mineral, vitamin dan gas), tekanan osmose yaitu harus isotonik,
derajat keasaman/pH umumnya netral tapi ada juga yang alkali, temperatur harus sesuai dan steril.
Media harus mengandung semua kebutuhan untuk pertumbuhan mikroba, yaitu: sumber energi
(contoh: gula), sumber nitrogen, juga ion inorganik essensial dan kebutuhan yang khusus, seperti
vitamin (Jawetz dkk, 1996).
Berdasarkan komposisi kimianya, media dapat dibedakan menjadi media sintetik yaitu
media yang susunan kimianya diketahui dengan pasti, medium ini biasanya digunakan untuk
mempelajari kebutuhan makanan mikroba. Media non sintetik (kompleks) yaitu media yang
susunan kimianya tidak dapat diketahui dengan pasti, media ini digunakan untuk menumbuhkan
dan mempelajari taksonomi mikroba. Berdasarkan konsistensinya media dapat dibedakan
menjadi : media cair, media padat, dan media padat yang dapat dicairkan (Lay, 1994; Jutono dkk,
1980; Jawetz dkk, 1996).
Pada praktikum Mikrobiologi pada topik Isolasi Bakteri ini, media yang akan digunakan
adalah Media dasar/general bakteri atau Nutrient Agar (NA). Adapun alur pembuatan media
dijelaskan dibawah berikut ini:
Alat dan bahan:
1. Media Nutrien Agar (NA) (Oxoid)
2. Aquades
3. Cawan petri
4. Labu ukur
5. Kapas + kain kasa/aluminium foil/plastik tahan panas
6. Batang pengaduk,
7. Erlenmeyer
8. Elemen pemanas/hot plate (autoclave).

64 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


65 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN
Cara kerja:
1. Timbang media NA (Oxoid) di kemasan dan sesuai kebutuhan praktikum. Penimbangan
media dilakukan secara teliti dan cepat, kemudian serbuk media dimasukkan secara hati- hati
ke dalam erlenmeyer.
2. Tambahkan aquades dan aduk sampai merata dengan batang pengaduk. (Sesuai dengan
banyaknya media yang dibuat).
3. Panaskan dengan hati-hati menggunakan penangas/elemen pemanas sampai media tercampur
homogen (ditunjukkan dengan warna yang kuning jernih). Perhatian: pada saat pemanasan
jangan sampai terbentuk buih berlebihan sampai meluap!
4. Diautoklaf, lalu tunggu hingga dingin.
5. Bagikan pada cawan petri/tabung reaksi sebanyak yang dibutuhkan (Lalukan secara aseptik).

Gambar 2.1. Media NA pada Cawan Petri

Gambar 2.2 Media Agar Miring pada Tabung Reaksi (alternatif untuk perbanyakan dan penyimpanan koloni)

66 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


3. ISOLASI BAKTERI

Isolasi yaitu inokulasi yang merupakan suatu teknik pemindahan suatu biakan tertentu
dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tujuan untuk mendapatkan suatu biakan
yang murni tanpa adanya kontaminasi dari mikroba yang lain yang tidak diiinginkan. Namun
sebelum melakukan isolasi, terlebih dahulu mikroorganisme tersebut ditumbuhkan pada
medium yang sesuai dengan pertumbuhannya. Isolasi juga dapat diartikan menumbuhan suatu
sample seperti air minuman/bahan dalam suatu media khusus untuk melihat pertumbuhan
mikrooganisme tersebut hingga kedepannya dalam dilakukan identifikasi dari
mikroorganisme tersebut.
Medium adalah suatu kumpulan zat-zat organik dan anorganik yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan mikroba dengan syarat-syarat tertentu. Berdasarkan wujudnya medium dapat
dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
1. Medium cair yaitu medium yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan termasuk
menumbuhkan atau membiakkan mikrofermentasi dan uji lainnya. Misalnya : Nutrien
Brorth, Glukosa Broth.
2. Medium Padat yaitu media yang dapat digunakan untuk menumbuhkan mikroba pada
permukaannya sehingga membentuk koloni yang dapat dilihat, dihitung atau di isolasi.
Misalnya: Nutrien Agar, Plate Count Agar, Potato Dektosa Agar.
3. Medium Setengah Padat yaitu media yang mempunyai konsistensi antara cair dan padat.

Kultur mikroba dapat dibedakan atas kultur campuran dan kultur murni.

Terdapat beberapa cara untuk mengkultur mikroba yaitu dengan :


1. Kultur Cair adalah biakan mikroba yang ditumbuhkan di medium cair dalam tabung
reaksi, dengan suhu dan waktu inkubasi tertentu tergantung pada jenis mikroba yang
ditumbuhkan. Dalam medium cair mikroba dapat dilihat dengan berbagai bentuk ,
contohnya : terlihat kekeruhan pada seluruh bagian medium, pertumbuhan pada
permukaan dapat berbentuk selaput atau sekumpulan sel yang mengapung dipermukaan
media dan endapan pada bagian bawah media cair.
2. Kultur Agar Miring adalah media agar pada tabung reaksi yang diletakkan miring pada
waktu pendinginan. Agar miring ini merupakan salah satu cara yang mudah untuk
kulturisasi mikroba, terutama yang bersifat aerobik atau anaerobik fakultatif.
3. Kultur Agar Tegak adalah media agar dalam tabung reaksi yang diletakkan tegak pada
waktu pendinginan, digunakan untuk menstimulir pertumbuhan mikroba dalam keadaan
kekurangan oksigen.

67 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


4. Biakan Agar Cawan adalah media agar yang dituangkan pada cawan petridisk, inokulasi
bakteri disebarkan di medium. Dengan cara ini bentuk, warna koloni mudah terlihat.
Teknik - Teknik Pemindahan Kultur Mikroba
Untuk mencegah tercemarnya biakan murni, perlu diadakan teknik aseptik pada waktu
memindahkan mikroba. Dalam percobaan- percobaan ini akan dipelajari cara-cara
memindahkan biakan murni dengan cara aseptik.

Alat dan bahan:


1. Media NA miring dalam tabung reaksi (hasil percobaan 1)
2. Media NA tegak dalam tabung reaksi (hasil percobaan 1)
3. Media nutrien cair atau NB dalam tabung reaksi (hasil percobaan 1)
4. Jarum ose
5. Jarum inokulasi
6. Kultur murni bakteri
7. Lampu bunsen
8. Vortex mixer

Cara kerja:
1. Siapkan media NA dan NB hasil percobaan 1 (media NA miring, media NA tegak dan
media NB/cair). Pemindahan kultur mikroba dilakukan satu persatu untuk masing-masing
media.
2. Longgarkankan tutup dari masing-masing tabung reaksi yang berisi media (jangan di
lepaskan!).
3. Pegang tabung reaksi yang mengandung kultur murni bakteri di tangan kiri.
4. Pegang jarum ose pada tangan kanan dan bakar di atas nyala lampu bunsen hingga kawat
memijar.Perhatian : pemanasan jarum ose dilakukan dari pangkal ke ujung sampai
memijar, sebelum digunakan kawat didinginkan beberapa saat!
5. Pegang ose menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, gunakan jari kelingking untuk
membuka tutup tabung reaksi (tutup tabung reaksi tetap dipegang seperti posisi semula).
6. Bakar mulut tabung reaksi, masukkan jarum ose dan ambil 1 ose biakan bakteri.
7. Bakar kembali mulut tabung reaksi dan tutup tabung reaksi kembali.
8. Ambillah tabung reaksi yang akan diinokulasi dengan tangan kiri, dengan cara yang sama
buka tutup tabung reaksi, dan bakar mulut tabung reaksi.
9. Inokulasikan biakan bakteri pada tabung reaksi inokulasi dengan cara goresan zigzag pada
permukaan NA miring.
68 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN
10. Bakar mulut tabung reaksi dan tutup tabung reaksi kembali, kemudian bakar ose.
11. Beri label: tanggal percobaan, nama bakteri, teknik pemindahan dan nama kelompok.
12. Lakukan dengan cara yang sama untuk media nutrien cair/NB menggunakan jarum ose dan
media agar tegak secara tusukan tegak lurus menggunakan jarum inokulasi.
13. Inkubasikan selama 24 jam pada suhu kamar dan amati pertumbuhannya.

3. Teknik-teknik Isolasi atau Penanaman Mikroba


Untuk menanam suatu mikroba perlu diperhatikan faktor- faktor nutrisi serta kebutuhan
akan oksigen (gas, O2 atau udara). Cara menumbuhkan mikroba yang anaerob sangat berbeda
dengan yang aerob. Mengisolasi suatu mikroba ialah memisahkan mikroba tersebut dari
lingkungannya di alam dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium buatan. Untuk
isolasi harus diketahui cara-cara menanam dan menumbuhkan mikroba pada medium biakan serta
syarat-syarat lain untuk pertumbuhannya (Jutono dkk, 1980).
Mikroba jarang terdapat di alam dalam keadaan murni. Kebanyakan merupakan campuran
bermacam-macam spesies mikroba. Macam-macam cara mengisolasi dan menanam mikrobia
adalah : 1). Spread plate method (cara tebar/sebar), 2). Streak platemethod (cara gores), 3). Pour
plate method (cara tabur).

Spread Plate Method (Cara Tebar/Sebar)


Teknik spread plate merupakan teknik isolasi mikroba dengan cara menginokulasi kultur mikroba
secara pulasan/sebaran di permukaan media agar yang telah memadat. Metode ini dilakukan
dengan mengencerkan biakan kultur mikroba. Karena konsentrasi sel-sel mikroba pada umumnya
tidak diketahui, maka pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap, sehingga sekurang-kurangnya
ada satu dari pengenceran itu yang mengandung koloni terpisah (30-300 koloni). Koloni mikrobia
yang terpisah memungkinkan koloni tersebut dapat dihitung.
Alat dan bahan:
1. Spreader/batang bengkok/batang Drigalsky
2. Pipet volume, lampu bunsen
3. Media NA dalam cawan petri
4. Kultur murni bakteri
Cara kerja:

1. Buatlah pengenceran 10-1 – 10-6 dari kultur murni bakteri dengan larutan pengencer.
2. Ambil tabung reaksi yang mengandung kultur murni bakteri, buka dan bakar leher tabung.
3. Pindahkan 0,1 ml kultur bakteri secara aseptis ke permukaan media NA dalam cawan petri.

69 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


4. Bakar spreader yang sebelumnya telah dicelupkan dalam alkohol, biarkan dingin.
5. Tebarkan/sebarkan kultur bakteri dengan spreader secara merata dan biarkan sampai
permukaan agar mengering (lihat Gambar 1).
6. Setelah permukaan agar mengering, selanjutnya inkubasikan secara terbalik selama 24 jam
pada suhu kamar dan amati pertumbuhannya.
7. Bandingkan pertumbuhan dari tiap-tiap pengenceran dan bandingkan pertumbuhannya dengan
hasil teknik spread plate pada percobaan 2 (sterilisasi secara filtrasi).

Gambar 3.1 Spread Plate Method


b.Pour Plate Method (Cara Tabur)
Cara ini dasarnya ialah menginokulasi medium agar yang sedang mencair pada temperatur 45-
50oC dengan suspensi bahan yang mengandung mikroba, dan menuangkannya ke dalam cawan
petri steril. Setelah inkubasi akan terlihat koloni-koloni yang tersebar di permukaan agar yang
mungkin berasal dari 1 sel bakteri, sehingga dapat diisolasi lebih lanjut (Jutono dkk, 1980)
Alat dan bahan:
1. Media NA dalam tabung reaksi (hasil percobaan 1)
2. Cawan petri steril
3. Kultur murni bakteri
4. Pipet volume, lampu bunsen

Cara kerja:
1. Dinginkan media NA dalam tabung reaksi sampai suhu ± 45 - 50C (cirinya : terasa hangat di
kulit/tidak ‘kemranyas’).
2. Buka tutup tabung yang mengandung kultur murni bakteri, dan bakar leher botol.
3. Pindahkan 1 ml kultur murni bakteri ke dalam tabung reaksi yang mengandung NA secara
aseptis.
4. Bakar leher tabung di atas bunsen, dan tuangkan media NA yang telah mengandung kultur
murni bakteri ke dalam cawan petri.
5. Goyangkan perlahan-lahan untuk mencampur kultur bakteri dengan NA sampai
homogen.Penggoyangan petri jangan terlalu kuat. Pada saat penuangan media, petri bisa
diletakkan dalam radius maksimal 20 cm dari sumber api (zona steril).
70 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN
6. Setelah agar memadat diinkubasi terbalik pada suhu kamar selama 24 jam. Inkubasi terbalik
dilakukan setelah agar memadat. Amati pertumbuhannya.

Gambar 3.2. Pour Plate Method

a. Streak PlateMethod (Cara Gores)


Cara gores umumnya digunakan untuk mengisolasi koloni mikroba pada cawan agar sehingga
didapatkan koloni terpisah dan merupakan biakan murni. Cara ini dasarnya ialah menggoreskan
suspensi bahan yang mengandung mikroba pada permukaan medium agar yang sesuai pada cawan
petri. Setelah inkubasi maka pada bekas goresan akan tumbuh koloni-koloni terpisah yang
mungkin berasal dari 1 sel mikroba, sehingga dapat diisolasi lebih lanjut (Jutono dkk, 1980).
Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Bakteri yang memiliki
flagella seringkali membentuk koloni yang menyebar terutama bila digunakan lempengan yang
basah. Untuk mencegah hal itu harus digunakan lempengan agar yang benar-benar kering
permukaannya (Lay, 1994)
Alat dan bahan:
1. Media NA dalam cawan petri
2. Kultur murni bakteri
3. Jarum ose
4. Lampu bunsen

Cara kerja:
1. Panaskan jarum ose hingga memijar di atas bunsen, kemudian dinginkan. Gunakan ose yang
telah dingin untuk menggores pada permukaan media agar dalam cawan petri.
2. Ambil 1 ose kultur murni bakteri dan goreskan pada permukaan media agar dimulai pada satu
ujung. Perhatikan teknik penggoresan!
Ose disentuhkan pada permukaan media agar dalam cawan petri, sewaktu menggores ose
71 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN
dibiarkan meluncur di atas permukaan agar.
3. Setiap kali menggoreskan ose untuk kuadran berikutnya, pijarkan ose terlebih dahulu dan
biarkan dingin.
4. Inkubasikan secara terbalik pada suhu kamar selama 24 jam dan amati pertumbuhannya.

Gambar 3.3 Streak Plate Method secara Goresan Sinambung

Gambar 3.4. Streak Plate Method secara Goresan T

Gambar 3.5. Streak Plate Method dengan lebih banyak Sektor

72 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


Gambar 3.6. Contoh Hasil Isolasi Streak Plate Method

Praktikum Isolasi Bakteri untuk Kadet Mahasiswa FKM Unhan


1. Isolasi bakteri air minum kemasan
2. Isolasi bakteri air rebusan
3. Isolasi bakteri pada minuman kemasan yoghurt
4. Isolasi bakteri tangan
5. Isolasi bakteri tangan dengan menggunakan handsanitizer
6. Isolasi bakteri pada Handphone
Tahapan Kerja
1. Persiapan Sampel
Sampel yang digunakan untuk praktikum isolasi bakteri disiapkan sebelum praktikum
dan sudah dilakukan pengenceren hingga 10-3. Akan ada 6 sampel yang berbeda untuk
digunakan oleh masing- masing kelompok.
2. Persiapan Media Kultur/Isolasi Bakter (NA)
- Menghitung komponen gram NA sesaui dengan standar pada kemasan media dan
jumlah media yang akan dibuat.
- Sterilisasi dengan menggunakan autoclave dalam suhu 121 C selama 15 menit.
- Media dituangkan ke dalam masing-masing cawan petri (sekitar 20 mL/cawan petri)

Gambar 4.1 Media Nutrien Agar

73 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


3. Isolasi Bakteri dari Sampel yang Disediakan dengan Metode Spread
Alat dan Bahan
a. Media NA (dalam cawan petri)
b. Bunsen + Spritus + Korek api
c. Botol spray Alcohol 70 %
d. Sampel Praktikum yang sudah diencerkan
e. Batang L
f. Mikropipet 100 µL + Tip
g. Botol kaca steril (wadah pembuangan tip)
h. Tissue steril
i. Plastic wrap/parafilm
j. Glove/sarung tangan
k. Masker bedah
l. Jas lab

Prosedur Kerja
a. Cuci tangan dengan sabun tangan sebelum masuk laboratorium
b. Semprotkan tangan dengan alkohol 70%
c. Bersihkan area kerja dengan menyemprotkan alkohol 70%, kemudian bersihkan dengan tissue
d. Nyalakan Bunsen dan biarkan menyala selama praktikum berlangsung
e. Ambil cawan petri yang telah berisi media agar (NA)
f. Ambil 50µL sampel yang sudah diencerkan. dengan mikropipet kemudian sebarkan diatas
media NA
g. Ratakan menggunakan batang L
h. Sil cawan petri dengan plastic wrap/parfilm
i. Inkubasi selama over night
j. Amati koloni yang tumbuh
Visulisasi/Gambaran Hasil Isolasi Bakteri

74 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


Koloni
Bakteri

REFERENSI

1. Brown, AE. 2005. Pure Culture Techniques dalam Microbiological Application:


Laboratory Manual in General Microbiology. 9th. Ed. Mc Graw-Hill Company, New
York. P.69-73.
2. General Bacteriology. Available at http://generalbacteriology.weebly.com/culture-
media.html
3. Kayser FH, Bientz KA, Eckert J, Zinkernagel RM. General Bacteriology in Medical
Microbiology. Thieme Stutgart: New York

75 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


BAB VI. PRAKTIKUM PARASITOLOGI

PEMERIKSAAN TINJA DAN NEMATODA USUS


Dr.dr.Harurikson LT. M.Biomed.,MKed(ClinPath).,SpPK.,
dr.Fanny Anggraeni Octaviani.

CAPAIAN PEMBELAJARAN UMUM


1. Mahasiswa mengetahaui macam-macam jenis pemeriksaan tinja untuk deteksi parasit di feses
2. Mahasiswa mampu mempraktekan pemeriksaan tinja untuk membantu menegakkan diagnosa
penyakit yang disebabkan oleh parasit
3. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis nematoda usus yang lazim dijumpai dalam klinis

CAPAIAN PEMBELAJARAN KHUSUS


1. Mahasiswa mampu mempraktekkan pemeriksaan tinja dengan metode sediaan apus langsung
untuk membantu menegakkan diagnosa penyakit yang disebabkan oleh parasit
2. Mahasiswa mampu mempraktekkan pemeriksaan tinja dengan metode teknik konsentrasi
sedimentasi dan flotasi untuk membantu menegakkan diagnosa penyakit yang disebabkan oleh
parasit
3. Mahasiswa mampu mempraktekkan pemeriksaan tinja dengan metode teknik konsentrasi untuk
membantu menegakkan diagnosa penyakit yang disebabkan oleh parasit
4. Mahasiswa mampu mempraktekkan pemeriksaan tinja dengan metode teknik teknik biakan
harada mori yang dimodifikasi untuk membantu menegakkan diagnosa penyakit yang
disebabkan oleh parasit
5. Mahasiswa mampu mempraktekkan pemeriksaan tinja dengan metode teknik Teknik Kato-
Katz untuk membantu menegakkan diagnosa penyakit yang disebabkan oleh parasit
6. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis nematoda usus yang lazim dijumpai dalam klinis

DASAR TEORI
Pemeriksaan tinja merupakan salah satu pemeriksaan rutin dalam klinik yang berguna untuk
membantu menegakkan diagnosa penyakit yang disebabkan oleh parasit. Pada pemeriksaan ini
dapat ditemukan cacing dewasa, telur cacing, larva, protozoa, dan jamur. Namun yang
ditekankan dalam praktikum ini adalah pemeriksaan organisma parasit yang dapat diketemukan di
dalam tinja. Pemeriksaan tinja dilakukan secara makroskopik dan mikroskopik.
Pemeriksaan tinja makroskopik Yang penting diperhatikan adalah
1. Konsistensi : padat, lembek, cair atau diare
2. Warna : hitam, coklat, hijau, pucat

76 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


3. Bau
4. Benda-benda asing atau abnormal : darah, lendir, bahan-bahan tak tercerna
(serat-serat tumbuhan), cacing dewasa
Pemeriksaan tinja mikroskopik Yang penting diperhatikan adalah
1. Telur cacing
2. Bentuk-bentuk Protozoa
3. Sel-sel eritrosit, leukosit, makrofag, sel-sel epitel
4. Jamur : Sel ragi,Pseudohifa, Hifa sejati
5. Detritus, sel-sel tumbuh-tumbuhan

PEMERIKSAAN TINJA UNTUK INFEKSI CACING


Dalam tinja dapat ditemukan cacing dewasa, telur cacing dan larva.
Ada bermacam-macam teknik pemeriksaan tinja, antara lain :
1. Pemeriksaan dengan sediaan apus langsung
2. Teknik konsentrasi
 Sedimentasi
 Flotasi
3. Teknik Biakan Harada-Mori yang dimodifikasi
4. Teknik Kato-Katz

PEMERIKSAAN TINJA DENGAN SEDIAAN APUS LANGSUNG

Alat dan Bahan :


1. Lidi (tusuk gigi)
2. Kaca benda
3. Kaca penutup
4. Larutan pengencer: larutan garam faal, eosin, lugol
5. Tinja yang akan
diperiksa

Cara kerja :
1. Letakkan larutan pengencer pada kaca benda
2. Dengan lidi ambil sedikit tinja (kira-kira sebesar ujung korek api) dan hancurkan di dalam tetesan
larutan pengencer, sampai homogen. Buang bagian-bagian yang kasar dengan lidi
3. Tutup dengan kaca penutup, hindari pembentukan gelembung udara dengan cara menyentuhkan
terlebih dahulu tepi kaca penutup pada suspensi tinja pada kaca benda, dengan sudut 45o.

77 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


Kemudian letakkan pelan-pelan kaca penutup diatas suspensi
4. Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran kecil (objektif 10X).

PEMERIKSAAN TINJA DENGAN CARA KONSENTRASI


Tujuan : Memisahkan telur-telur cacing dari bahan tinja berdasarkan perbedaan berat jenis. Ada
2 cara, yaitu sedimentasi (pengendapan) dan flotasi (pengapungan).

PEMERIKSAAN TINJA DENGAN CARA SEDIMENTASI


Alat dan bahan :
1. Lidi
2. Gelas sedimentasi (250 cc)
3. Saringan kawat
4. Beaker gelas
5. Air
6. Pipet dengan kaca penghisap
7. Kaca benda dan kaca penutup
Cara kerja :
1. Saringan diletakkan di atas gelas sedimentasi
2. Letakkan kira-kira 2 g tinja ke dalam gelas beaker
3. Hancurkan tinja dengan lidi sambil dituangi air sedikit demi sedikit, sampai homogen
4. Saring ke dalam gelas sedimentasi
5. Tambahkan air hingga gelas hampir penuh dan diamkan sampai terbentuk
endapan. Di dalam sedimen terdapat telur
6. Sesudah terbentuk endapan (kira-kira 15 menit) cairan keruh diatasnya
dibuang dan diganti dengan air yang baru. Gelas didiamkan lagi sehingga
terbentuk endapan lagi
7. Ulangi poin 6 sampai cairan diatas endapan menjadi jernih
8. Buang air diatas sedimen
9. Ambil sedikit endapan dengan pipet dan diletakkan di atas kaca benda, tutup
dengan kaca penutup
10. Lihat dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah

78 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


PEMERIKSAAN TINJA DENGAN CARA FLOTASI
Alat dan bahan :
1. Tabung reaksi dengan raknya
2. Larutan jenuh NaCl (Larutan Brine)
3. Lidi
4. Kaca benda dan kaca penutup
5. Beaker gelas

Cara kerja :
1. Isi tabung reaksi dengan larutan Brine hingga penuh
2. Letakkan tinja sebanyak 1 g ke dalam beaker gelas
3. Hancurkan tinja dengan lidi sambil ditaruh larutan sedikit demi sedikit hingga homogen.
Tuangkan semua larutan Brine dari tabung reaksi ke dalam beaker gelas dan campur baik-baik
4. Pindahkan kembali isi beaker gelas ke dalam tabung reaksi sampai penuh. Buang bagian-bagian
yang kasar yang terdapat di permukaan dengan lidi
5. Letakkan kaca penutup sehingga menyentuh permukaan larutan
6. Diamkan selama 45 menit
7. Dengan hati-hati kaca tutup diangkat kembali dan letakkan di atas kaca benda
8. Amati dengan objektif 10X.

TEKNIK BIAKAN HARADA-MORI YANG DIMODIFIKASI


Metoda ini digunakan untuk menemukan dan mengidentifikasi larva infektif dari cacing Ancylostoma
duodenale, Necator americanus, Strongyloides stercoralis dan Trichostrongylus spp. Dengan teknik
ini telur cacing dapat berkembang menjadi larva infektif pada kertas saring Basah. Kemudian larva ini
dapat ditemukan di dalam air yang terdapat pada ujung kantong plastic

Alat dan bahan :


1. Kantong plastik sempit dan tertutup, berukuran 17 X 3 cm
2. Kertas saring dengan ujung runcing, berukuran 15 X 2,5 cm. Sebagai pengganti
dapat dipakai kertas koran bekas
3. Air bersih
4. Api lilin
5. Lidi
6. Jepitan kertas dan tali untuk menggantung
7. Tinja

79 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


Cara kerja :
1. Oleskan sejumlah tinja pada bagian tengah kertas saring
2. Masukkan kertas saring yang sudah diolesi tinja ke dalam kantong plastik dengan
ujung runcing kertas masuk ke dalam bagian sempit kantong plastik
3. Tambahkan air 2-3 cc ke dalam kantong plastik, kerta saring menjadi basah dan air
akan tertampung di bagian ujung kantong plastik
4. Tutuplah kantong plastik dengan api lilin
5. Gantunglah kantong plastik dengan jepitan kertas pada seutas tali dengan unjung
runcing sebelah bawah
6. Biarkan pada suhu kamar (25-30oC) selama 5-7 hari
7. Periksalah larva dalam air di kantong plastik dengan binoluler (3X, 2X)

TEKNIK KATO-KATZ
Alat dan bahan :
1. Lidi
2. Kaca benda
3. Kertas saring (kertas tissue)
4. Selofan berperekat ukuran 2,5 X 3 cm
5. Larutan untuk pemulas selofan :
a. 100 bagian aquades
b. 100 bagian gliserin
c. 1 bagian malachite green
6. Kawat saring
7. Karton yang sudah dilubangi
8. Kertas minyak yang sudah dipotong-potong
9. Sarung tangan karet

10. Spidol

11. Tinja

Cara kerja :
1. Pertama-tama, rendamlah selofan (poin 4 pada Cara Kerja) dalam larutan pemulas
selama lebih kurang 24 jam
2. Pakailah sarung tangan untuk menghindari kemungkinan terinfeksi
3. Tuliskan informasi yang diperlukan (nama penderita, nomor urut) pada salah satu sisi

80 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


kaca benda
4. Letakkan kertas minyak di atas meja
5. Letakkan kertas saring di atas kertas minyak
6. Dengan lidi, letakkan tinja sebesar ujung jari tangan
7. Letakkan kawat saring si atas tinja, tekan dengan dua batang lidi sehingga tinja naik ke
atas melalui kawat saring
8. Letakkan karton di atas kaca benda
9. Pindahkan tinja yang sudah ada di atas kawat saring ke dalam lubang karton memakai
lidi
10. Angkat karton dan usahakan agar tinja tetap tinggal di atas kaca benda
11. Letakkan selofan di atas tinja, bagian yang berperekat di sebelah bawah
12. Ratakan tinja ke seluruh penjuru di bawah selofan, dengan menggunakan kaca benda
lain. Usahakan agar lapisan tinja pada kaca benda di bawah selofan cukup tipis,
sehingga tembus cahaya
13. Biarkan 20-30 menit dia atas kertas saring
14. Periksa dengan mikroskop, objektif 10 X dan hitunglah telur-telur yang ditemukan

RAKTIKUM I NEMATODA USUS

1. Cacing dewasa Ascaris lumbricoides


Perhatikan :
Bentuk bulat panjang
Panjang cacing jantan 15-31 cm
Panjang cacing betina 20-35 cm
Ekor cacing jantan melingkar, mempunyai spekulum
Ekor cacing betina lurus, runcing
Cacing betina mempunyai cincin kopulasi, terletak sepertiga anterior badan

2. Kepala cacing dewasa Ascaris lumbricoides


Perhatikan :
Mempunyai 3 buah bibir

3. Telur Ascaris lumbricoides yang dibuahi


Perhatikan; Bentuk oval (lonjong)
ukuran 60 X 45 µ
Dinding telur terdiri dari:
- lapisan luar (albuminoid)
81 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN
- lapisan tengah (hyalin)
- lapisan dalam (lipoidal=vitelin)
- isi embrio yang belum membelah

4. Telur Ascaris lumbricoides yang tidak dibuahi


Perhatikan :
Bentuk lonjong, lebih panjang
Ukuran 90 X 40 µ
Dinding lebih tipis
Berisi granula
5. Telur matang Ascaris lumbricoides
Perhatikan;
Berisi larva infektif, yang terbentuk setelah kira-kira 3 minggu
6. Telur Ascaris lumbricoides yang decorticated
Perhatikan :
Telur dibuahi
Tidak terdapat lapisan albuminoid

7. Cacing dewasa Trichuris trichiura


Perhatikan;
Bagian kepala halus, bagian ekor lebih tebal
Panjang cacing betina 5 cm
Panjang cacing jantan 4 cm, ekor melingkar dengan spikulum
8. Telur Trichuris trichiura
Perhatikan;
Ukuran 50 X 2µ
Bentuk seperti tempayan
Berwarna kuning tengguli dengan kedua ujung jernih
Berisi sel, jika telur dari tinja segar
9. Telur matang Trichuris trichiura
Perhatikan;
Telur berisi larva, yang terbentuk kira-kira 6 minggu

82 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


10. Cacing dewasa Necator americanus
Perhatikan;
- Bentuk silindris kecil,badan melengkung membentuk huruf ”S” Panjang lebih
kurang1cm
- Cacing betina lebih besar dari jantan
- Ekor cacing betina runcing
- Ekor cacing jantan mempunyai bursa copulatrix
11. Cacing dewasa Ancylostoma duodenale
Perhatikan :
- Bentuk silindris, kecil, badan melengkung membentuk huruf ”C”
- Panjang lebih kurang 1 cm
- Ekor betina runcing
- Ekor jantan mempunyai bursa copulatrix
12. Mulut Necator americanus
Perhatikan :
- Sepasang benda chitin
13. Mulut Ancylostoma duodenale
Perhatikan :
- Dua pasang gigi
14. Telur cacing tambang
Perhatikan :
- Bentuk lonjong
- Ukuran 60 X 40 µ
- Dinding tipis dan jernih
- Isi 4-8 sel
15. Bursa copulatrix cacing tambang
Perhatikan :
- Terdiri atas ”ray” yang tersusun menyerupai payung Terdapat spikulum
16. Cacing dewasa Toxocara sp
Perhatikan;
- Bentuk mirip Ascaris lumbricoides tapi lebih halus
- Pada kepala terdapat sepasang cervical alae
CATATAN: Pelajari gambar-gambar yang berhubungan dengan praktikum dalam text
book, atlas atau internet

83 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


84 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN
PRAKTIKUM II NEMATODA USUS

1. Cacing dewasa Ancylostoma caninum


Perhatikan :
- Bentuk silindris Ukuran 1,5 cm
- Badan melengkung membentuk huruf ”C”
2. Mulut Ancylostoma caninum
Perhatikan;
- Tiga pasang gigi
3. Mulut Ancylostoma ceylanicum
Perhatikan :
- Dua pasang gigi
4. Larva rhabditiform Strongyloides stercoralis
Perhatikan :
- Halus, pendek
- Oesophagus 1/3 panjang badan dengan bulbus
- Mulut lebar
5. Larva filariform Strongyloides stercoralis
- Halus, panjang
- Oesophagus ½ panjang badan tanpa bulbus
- Ekor bertakik menyerupai huruf V terbalik
6. Cacing dewasa betina Oxyuris vermicularis
Perhatikan :
- Panjang 1 cm
- Bentuk silindris transparan
- Ekor runcing seperti jarum
- Terdapat alae pada bagian kepala
- Vulva pada 1/3 anterior badan
- Uterus berisi telur
7. Cacing dewasa jantan Oxyuris vermicularis
Perhatikan;
- Panjang 2-5 mm
- Bentuk seperti tanda tanya
- Bagian ekor melingkar
- Terdapat spikulum

85 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


86 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN
8. Telur Oxyuris vermicularis
Perhatikan;
- Bentuk lonjong asimetrik, salah satu dinding mendatar
- Dinding sedikit lebih tebal dari dinding telur cacing tambang Berisi larva
atau embrio
9. Alat hapus anus (anal swab) NIH
Terdiri dari;
- Sebuah batang gelas pengaduk
- Kertas selofan
- Karet pengikat
- Kayu gabus
- Tabung gelas
10. Alat hapus anus modifikasi
Terdiri dari :
- Kayu penekan lidah (tongue spatel) kertas
- Selofan karet pengikat
11. Cacing dewasa betina Trichinella spiralis
Perhatikan :
- Bentuk halus seperti rambut
- Panjang 2-5 mm
- Vulva pada 1/3 anterior badan
- Uterus berisi larva
12. Cacing dewasa jantan Trichinella spiralis
Perhatikan :
- Bentuk halus
- Panjang 1,5 mm
- Terdapat 2 papil pada ekor
13. Larva Trichinella spiralis dalam otot
Perhatikan :
- Tampak larva melingkar yang terdapat dalam kista
- Besarnya 0,8-1 mm
- Reaksi jaringan hospes di sekitar dinding kista

87 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN


REFERENSI
1. Atlas Of Tropical Medicine And Parasitology, 6th, 2007. Peters & Pasvol Mosby Elsevier
2. Garcia Ls And Brucker D. Diagnostic Medical Parasitology 3 Rd Ed.1997..A.Asm
Press.Wasshinton.D.C

88 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN

Anda mungkin juga menyukai