MODUL DOK-202TP-4-D
ILMU BIOMEDIK DASAR
Diterbitkan oleh :
Fakultas Kedokteran Militer Universitas Pertahanan
Komplek Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Sentul Bogor Jawa Barat
Telp: 021-87951555
MODUL DOK-202TP-4-D
ILMU BIOMEDIK DASAR
KONTRIBUTOR
VISI :
Visi Fakultas Kedokteran Unhan Pada 2029 menjadi fakultas unggulan di bidang ilmu
kedokteran Unhan berstandar nasional dan internasional yang berbasis riset kesehatan
pertahanan dengan tetap melestarikan nilai-nilai kebangsaan.
Visi Program Studi Pendidikan Dokter Pada 2029 menjadi Program Studi Pendidikan Dokter
berbasis kesehatan pertahanan dan riset yang terbaik di Asean dengan melestarikan nilai
kebangsaan.
MISI :
Bidang Pendidikan:
1. Mendidik dokter yang memiliki sikap dan etika mulia, disiplin, tangkas, adaptif, kolaboratif,
dan pembelajaran sepanjang hayat.
2. Mendidik dokter yang menguasai ilmu kedokteran umum.
3. Mendidik dokter yang menguasai ilmu kedokteran militer, baik matra darat, laut dan udara.
4. Mendidik dokter yang mampu mengatasi bahaya CBRNE (Chemical, Biologic, Radiologic,
Nuclear, and Explosive).
5. Mendidik dokter yang mampu menangani aspek kesehatan bencana alam dan non alam.
6. Mendidik dokter yang mampu menangani kasus trauma matra (darat, laut dan udara).
7. Mendidik dokter yang mampu menangani kasus Emerging Infectious Diseases.
8. Mendidik dokter yang mampu mengembangkan ilmu kedokteran secara multidisipliner antar
berbagai cabang keilmuan guna meningkatkan kemampuan sistem pertahanan negara.
9. Mendidik dokter yang memahami manajemen fasilitas kesehatan militer.
TUJUAN :
Untuk mencapai misi yang telah ditetapkan di atas, ditetapkan tujuan sebagai berikut :
a. Menghasilkan lulusan berkualifikasi calon pimpinan sipil dan militer yang profesional
dan memiliki nilai-nilai perjuangan dan kejuangan yang diperoleh secara empiris
akademis melalui program Pendidikan Dokter.
b. Menghasilkan lulusan yang selain menguasai ilmu kedokteran umum, juga menguasai
penanggulangan bencana, bahaya CBRNE (Chemical, Biologic, Radiologic, Nuclear, and
Expplosives), dan kedokteran khusus matra darat, laut dan udara, Emerging Infectious
Diseases dan manajemen fasilitas kesehatan militer.
c. Menghasilkan kajian dan sumbangan analisis Pendidikan Dokter sebagai multidisipliner
antar berbagai keilmuan guna meningkatkan kemampuan sistem pertahanan negara.
d. Menghasilkan tata kelola pendekatan partisipatif dan kolegial didukung administrasi
Pendidikan Dokter berbasis mutu yang efisien dan akuntabel.
e. Menghasilkan manfaat hubungan kemitraan dan jejaring dengan berbagai instansi dalam
maupun luar negeri dalam menunjang Tridharma Perguruan Tinggi.
Penyusun :
dr. Tjahja Nurrobi, Sp.OT(K) Hand M,Kes
dr. Dwi Monik Purnamasari, M.Kes
dr. Elies Fitriani M. Biomed (AAM) CIQaR
dr. Sri Murtiyani Kusumastuti, Sp.PA
Dapat digunakan sebagai Buku Rencana Kegiatan Program Pembelajaran (RKPP) Modul
DOK-202 TP-4D Biomedik di Fakultas KedokteranUniversitas Pertahanan.
Alhamdulillah, segala puji bagi Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga Buku Rencana Kegiatan Proses Pembelajaran Modul Biomedik ini dapat
kami selesaikan penyusunannya.
Modul Ilmu Bimoedik Dasar ini memiliki bobot 4 SKS. Modul Biomedik terdiri atas
beberapa Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK), yang setiap masing-masing
memiliki tujuan pembelajaran tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran modul.
Diharapkan rancangan kegiatan dan skenario yang ada di dalam buku panduan ini dapat
membantu mahasiswa mencapai tujuan pembelajaran modul tersebut.
Materi dalam modul ini berkaitan dengan materi dalam beberapa cabang ilmu kedokteran
dasar/preklinik. Untuk itu, mahasiswa diharapkan memperkaya diri dengan berbagai
informasi ilmiah yang dapat diperoleh melalui kuliah pakar, artikel ilmiah, serta buku-buku
referensi yang dianjurkan.
Besar harapan kami, semoga buku panduan ini bermanfaat bagi pembaca sekalian,
khususnya mahasiswa yang sedang menempuh Modul Ilmu Biomedik Dasar.
UMUM
1. Setiap mahasiswa wajib membaca buku referensi tentang hal-hal yang
bersangkutan dengan praktikum disamping membaca dan mempelajari pedoman
praktikum agar mahasiswa dapat lebih siap dalam mengikuti praktikum.
2. Sebelum praktikum dimulai, akan dilaksanakan kuis. Nilai kuis akan
diperhitungkan dalam penilaian akhir modul.
3. Mahasiswa harus sudah berada di ruang praktikum 15 menit sebelum praktikum
dimulai dengan memakai jas praktikum sesuai ketentuan Universitas Pertahanan.
Apabila terlambat 15 menit, maka yang bersangkutan tidak diperkenankan untuk
mengikuti praktikum dan dianggap absen dalam praktikum tersebut.
4. Wajib menjaga ketertiban, ketenangan dan kelancaran praktikum.
5. Mahasiwa harus dapat menjalin kerjasama di antara para mahasiswa terutama di
dalam kelompok kerja/group masing-masing
6. Praktikum wajib diikuti oleh semua mahasiswa, Ketidakhadiran kadet mahasiswa/i
dalam praktikum harus dibuktikan dengan surat sakit dokter dari fasilitas
kesehatan TNI/Kemhan
7. Kadet mahasiswa/i yang tidak mengikuti praktikum (absen) lebih dari 20%
maka tidak diperkenankan mengikuti ujian praktikum modul.
8. Ujian praktikum akan dilaksanakan pada akhir modul.
9. Penilaian kadet mahasiswa/i meliputi pengetahuan, skill, sikap dan perilaku.
10. Setiap pelanggaran akan ditindak dan diperhitungkan dalam nilai akhir modul.
KHUSUS
1. Mahasiswa mengetahui dan membaca tentang apa yang akan dipraktikumkan.
2. Mahasiswa mengetahui, mengenal dan memperhatikan alat-alat, bahan dan
reagensia yang diperlukan.
3. Buku laporan diserahkan sesudah praktikum kepada instruktur.
4. Mahasiswa melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur dan tetap menjaga
10 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN
sterilitas.
5. Infeksi yang timbul karena pelaksanaan praktikum menjadi tanggung jawab
masing-masing mahasiswa.
Demikianlah peraturan ini supaya diperhatikan dan diindahkan. Bagi yang tidak
mengindahkan akan mendapat sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
PENGANTAR ANATOMI
KONTRIBUTOR :
Kol. dr. Tjahja Nurrobi, M,Kes Sp.OT(K) Hand, dr. Radietya Alvarabie AIFO (K),
dr. Elies Fitriani M. Biomed (AAM),CIQaR
DASAR TEORI
A. Definisi
Asal kata Anatomi dari bahasa Yunani “ana” yang bermakna habis atau ke atas dan
“tomos” yang bermakna memotong atau mengiris. Anatomi bermakna ilmu yang mempelajari
sruktur tubuh manusia dengan cara menguraikan tubuh menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil sampai ke bagian terkecil, dengan cara memotong atau mengiris tubuh kemudian
diangkat, dipelajari, dan diperiksa dengan menggunakan mikroskop.
Anatomi dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Anatomi Macroscopis
2. Anatomi Microscopis
C. Bagian-bagian Tubuh
Tubuh manusia dibagi menjadi batang badan (dalam arti yang lebih luas “truncus”)
dan anggota badan atas dan bawah (ekstremitas superior dan inferior). Batang badan dibagi
menjadi kepala, leher, dan torso (trunkus dalam arti yang lebih sempit). Truncus terdiri dari
truncus anterior dan posterior, yang dibagi menjadi menjadi regio thorax (dada), abdomen
(perut), pelvis (pinggang).
Gelang bahu menghubungkan anggota badan atas (ekstremitas superior) dengan
batang badan sedangkan gelang pelvis menghubungkan anggota badan bawah (ekstremitas
inferior) dengan batang badan. Gelang bahu disusun oleh clavicula dan scapula, yang terletak
pada batang badan dan bergerak padanya. Gelang pelvis disusun oleh dua tulang panggul dan
sacrum, membentuk bagian integral dari batang badan.
D. Bidang-bidang Penting
Terdapat beberapa bidang imajiner yang mempunyai posisi tertentu terhadap tubuh. Bidang
imaginer tersebut antara lain:
E. Garis-garis Anatomis
Garis anatomis adalah suatu garis imaginer yang terletak pada tubuh pada posisi
tertentu, meliputi:
1. Linea mediana anterior, adalah garis garis imaginer yang merupakan garis potong
antara lain bidang median dengn permukaan depan tubuh.
2. Linea mediana posterior, adalah garis garis imaginer yang merupakan garis potong
antara bidang median dengan permukaan tulang belakang tubuh.
3. Linea sternalis, adalah garis garis imaginer yang sesuai dengan tepi kanan/kiri sternum.
4. Linea medioclavicularis adalah garis garis imaginer yang sejajar linea mediana dan
melalui pertengahan clavicula.
5. Linea parasternalis adalah garis garis imaginer yang sejajar dan berjarak sama dengan
linea medioclavicularis dan linea sternalis.
6. Linea axillaris anterior adalah garis garis imaginer yang sejajar dengan linea mediana,
yang sesuai dengan lipatan ketiak depan.
7. Linea axillaris posterior adalah garis imaginer yang sejajar dengan linea mediana,
yang sesuai dengan lipatan ketiak belakang.
8. Linea axillaris mediana, garis di antara 6 dan 7.
Cari dan gambarkan garis anatomi di atas
G. Arah Gerakan
Gerakan anggota badan atau gerakan suatu persendian disebut berdasarkan arah atau
posisinya terhadap badan atau aksis sendi.
1. Fleksio : membengkokan, melipat sendi atau gerakan menekuk
2. Ekstensio : gerakan meluruskan kembali sendi
3. Abduksio : gerakan menjauhi badan
4. Adduksio : gerakan mendekati badan
5. Rotasio : gerak memutar, kearah luar (eksorotasi) dan ke arah dalam (endorotasi)
6. Sirkumduksio : gerak sirkuler atau gerakan sirkumferensial, gabungan fleksi,ekstensi,
aduksi dan adduksi
7. Supinasio : gerakan rotasio pada lengan bawah dengan telapak tangan mengarah
ke depan / atas
8. Pronasio : gerakan rotasi pada lengan bawah dengan punggung tangan mengarah
H. ISTILAH-ISTILAH ANATOMI
Dalam anatomi untuk menentukan bagian dari suatu tubuh/alat tubuh, serta
menentukan arah atau letak alat tubuh tersebut digunakan istilah latin.
1. Istilah untuk menentukan letak alat yang satu dengan yang lainnya:
a. Cranial : lebih ke arah kepala
Superior : yang lebih tinggi, terdapat di arah atas
b. Caudal : lebih ke arah ekor
Inferior : yang lebih bawah, terdapat di arah bawah
c. Sinister : sebelah kiri (Ra/Rum)
d. Dexter : sebelah kanan (Ra/Rum)
e. Dorsal : lebih ke arah belakang /punggung
Posterior : sebelah belakang
f. Ventral : lebih ke arah perut
Anterior : sebelah muka (depan)
g. Proximal : ke arah batang badan
h. Distal : ke arah menjauhi badan
c. Impressio : Suatu cekungan yang disebabkan oleh tekanan/ desakan suatu alat
lain sewaktu pertumbuhan
Contoh :
c. Foramen : lubang yang pada umumnya sebagai pintu masuk untuk muara keluar
Contoh :
c. Ductus : pembuluh
Contoh :
d. Meatus : liang
Contoh :
e. Cavum : rongga
REFERENSI
1. Anne W. and Allison Grant. 2014. Introduction to The Human Body In : Ross and
William Anatomy and Physiology 12th edition. UK, Elsevier : 47-57
2. Frank H. Netter. 2006. Atlas of Human anatomy 6th edition. UK, Saunders : 709
3. Heni P dan Yuni K. 2017. Konsep dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh manusia.
Dalam : Bahan Ajar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta, Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia : 2-10
DASAR TEORI
I. KARBOHIDRAT.
Karbohidrat merupakan sumber kalori terbesar dari asupan makanan makanan bagi
sebagian besar masyarakat di dunia yang merupakan senyawa karbon dengan sejumlah besar
gugus hidroksil. Berdasarkan jumlah unit gulanya, karbohidrat dikelompokan menjadi
1. Uji Molisch
Tujuan : Pemeriksaan ini bertujuan untuk membedakan senyawa karbohidrat dengan senyawa
bukan karbohidrat
Prinsip : Zat gizi karbohidrat dengan asam sulfat pekat dapat menghasilkan senyawa furfural.
Senyawa furfural dapat bereaksi dengan α-naftol yang menghasilkan senyawa berwarna ungu.
Alat dan bahan:
- Pereaksi molisch
- Larutan pati, laktosa, sukrosa dan glukosa
- H2SO4 pekat
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
Cara Kerja:
Siapkan 4 buah tabung reaksi yang kering dan bersih. Kemudian pipetkan ke dalam
masing-masing tabung reaksi seperti tabel berikut.
Tabung 1 2 3 4 5
Larutan pati 2 mL - - - -
Larutan laktosa - 2 mL - - -
Larutan sukrosa - - 2 mL - -
Larutan glukosa - - - 2 mL -
H2SO4 pekat, 2 mL 2 mL 2 mL 2 mL 2 mL
dialirkan melalui
dinding tabung
HASIL:
Kesimpulan:
2. Uji Iodium.
Tujuan : Pemeriksaan ini bertujuan untuk membedakan polisakarida dari disakarida dan
monosakarida
Prinsip : Struktur 3 dimensi dari pati yang berbentuk spiral dapat mengikat molekul Iodium
secara fisik dengan cara menempatkan iodium tersebut dalam spiral. Akibatnya terbentuk
kompleks yang berwarna biru. Bila larutan pati dipanaskan, struktur spiral akan hilang
sehingga melekul pati tidak dapat lagi mengikat iodium.
Alat dan bahan :
- Larutan lugol (terdiri atas I2 dalam KI)
- Larutan pati, laktosa, sukrosa dan glukosa
- Tabung reaksi
- Pipet testes
Cara Kerja :
Siapkan 4 tabung yang kering dan bersih. Kemudian, pipetkan ke dalam masing-masing tabung
reaksi seperti tabel berikut.
Larutan pati 2 mL - - -
Larutan laktosa - 2 mL - -
Larutan sukrosa - - 2 mL -
Larutan glukosa - - - 2 mL
HASIL:
Kesimpulan :
3. Uji Barfoed
Tujuan : Pemeriksaan ini bertujuan untuk membedakan monosakarida dan disakarida
Prinsip : Proses reduksi oleh karbohidrat pada suasana asam. Uji ini dilakukkan untuk
mendeteksi adanya monosakarida. Melalui penambahan pereaksi warna fosfomolibdat, larutan
monosakarida akan menunjukkan warna biru tua.
Alat dan bahan:
- Larutan barfoed
- Larutan laktosa, glukosa
- Pereaksi warna fosfomolibdat
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
Cara Kerja:
Siapkan 2 tabung yang kering dan bersih. Kemudian, pipetkan ke dalam masing-masing tabung
reaksi seperti tabel berikut.
Larutan Barfoed 1 mL 1 mL
Larutan laktosa 1 mL
Larutan glukosa 1 mL
Pereaksi fosfomolibdat 1 mL 1 mL
HASIL
Kesimpulan:
4. Uji Selliwanoff
Tujuan : Pemeriksaan ini bertujuan untuk membedakan karbohidrat yang mempunyai gugus
keto dan aldehid
Prinsip : Karbohidrat atau turunannya (4-hidroksi metal furfural) dengan senyawa resorsinol
menghasilkan senyawa berwarna merah.
Alat dan bahan:
- Larutan laktosa, sukrosa, glukosa, fruktosa
- Larutan selliwanoff
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Penangas air mendidih
Pereaksi selliwanoff 5 mL 5 mL 5 mL 5 mL
Panaskan dalam penangas air mendidih 1 menit atau langsung pada api 30 detik
HASIL:
Cara Kerja :
Siapkan 4 tabung yang kering dan bersih. Kemudian, pipetkan ke dalam masing-masing tabung
reaksi seperti tabel berikut.
Kesimpulan :
5. Uji Benedict
Tujuan : Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperlihatkan sifat mereduksi dari karbohidrat
Prinsip : Larutan tembaga (Cu2+) pada suasana basa akan tereduksi oleh gula yang memilikii
gugus aldehid atau keton bebas. Akibatnya akan terbentuk endapan kupro-oksida yang berwarna
hijau sampai dengan merah bata.
Alat dan bahan:
- Larutan laktosa, sukrosa dan glukosa
- Larutan Benedict
- Tabung reaksi
- pipet tetes
Cara kerja:
Lakukan uji benedict pada larutan laktosa, sukrosa dan laktosa. Siapkan 3 tabung reaksi yang
kering dan bersih. Kemudian, pipetkan ke dalam masing-masing tabung reaksi seperti tabel
berikut.
Tabung 1 2 3
Panaskan dalam penangas air mendidih selama 5 menit atau panaskan langsung pada api
selama 2 menit
HASIL:
warna
endapan
Kesimpulan :
1. Reaksi Biuret
Tujuan : Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa protein mengandung ikatan
peptida
Prinsip : Gugus CO dan NH dari ikatan peptida dalam molekul protein membentuk warna
Tabung 1 2
Larutan gelatin 2 mL -
NaOH 10% 2 mL 2 mL
HASIL :
Kesimpulan :
2. Reaksi Xantoprotein
Tujuan : Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa protein tertentu mengandung
asam amino dengan inti benzene
Prinsip : Nitrasi inti benzene dari asam amino dalam molekul protein (tirosin, fenilalanin,
triptofan) menjadi senyawa nitro yang berwarna kuning. Dalam lingkungan alkalis terionisasi
dan warnanya berubah lebih tua atau jingga.
Alat dan bahan:
- HNO3 pekat
- Larutan gelatin dan putih telur
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
Cara kerja:
Siapkan 2 tabung reaksi yang kering dan bersih lalu pipetkan ke dalam masing-masing tabung
Tabung 1 2
Larutan gelatin 2 mL -
HNO3 pekat 1 mL 1 mL
Perhatikan Terbentuk endapan, kemudian panaskan hati-hati sampai larutan berubah kuning
dan endapan larut kembali
Dinginkan di bawah air mengalir
Kesimpulan :
3. Reaksi Millon
Tujuan : Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa protein mengandung asam
amino dengan inti fenol (tirosin)
Prinsip : Nitrasi derivate monofenol dari asam amino tirosin dalam senyawa protein.
Alat dan bahan :
- Pereaksi Millon yang mengandung merkuri dalam asam nitrat pekat.
- Larutan gelatin dan putih telur
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Penangas air mendidih
Cara Kerja :
Siapkan 2 tabung reaksi yang kering dan bersih. Kemudian, pipetkan ke dalam masing-masing
tabung reaksi seperti dalam tabel berikut:
Panaskan hati-hati
HASIL :
Kesimpulan :
4. Reaksi Hopkins-Cole
Tujuan : Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa protein mengandung asam
amino triptofan
Prinsip : Asam amino Triptofan yang terdapat dalam protein berkondensasi dengan asam
glioksilat yang dengan asam pekat membentuk kompleks berwarna.
Alat dan bahan:
- Larutan putih telor
- Larutan gelatin
- H2SO4 pekat
Larutan gelatin 2 mL --
Pereaksi Hopkins-Cole 2 mL 2 mL
Kesimpulan :
Pertanyaan :
1. Berdasarkan praktikum yang dilakukan terhadap larutan gelatin dan putih telur, asam amino
apa saja yang terdapat dalam protein tersebut ?
2. Mempertimbangkan ada tidaknya salah satu asam amino esensial, manakah yang lebih baik
di antara kedua protein itu sebagai sumber protein hewani ? .
3. Jenis asam amino apakah yang mengandung inti benzene pada gugus R ?
4. Jenis asam amino manakah yang mengandung inti benzene tersebut yang
termasuk asam amino esensial
Air suling 2 mL 2 mL
Minyak kelapa 1 mL 1 mL
HASIL :
Kesimpulan :
Pertanyaan :
1. Bagaimana cara menghilangkan noda lemak pada pakaian ?
2. Apakah alasan orang mandi harus mamakai sabun ?
Jawaban :
Prinsip : Minyak tidak jenuh (yang mempunyai ikatan rangkap), akan mengadisi iodium (I 2)
sehingga ikatan rangkap hilang. Bersamaan dengan itu warna coklat iodium juga hilang.
Minyak kelapa 1 mL
Minyak jagung 1 mL
Minyak jagung 1 mL
yang telah
dipanaskan
Larutan Hübl tetes demi tetes sampai warna coklat
HASIL :
Jumlah tetesan
Kesimpulan :
- Tabung reaksi
- Pipet tetes, Buret
Cara kerja:
Siapkan 3 tabung reaksi yang kering dan bersih. Kemudian pipetkan ke dalam masing-masing
tabung reaksi seperti dalam tabel berikut.
Tabung 1 2 3
Perhatikan
warnanya
Kesimpulan :
REFERENSI
1. Biokimia Eksperimen Laboratorium Bagian Biokimia FK UI, Widya Medika
2. Lembar Kerja Praktikum Biokimia, dr. Mohamad Sadikin, DSc, dr. Sri Widia A.
Jusman, MS, dr. Ani Retno Prijanti, MS
3. Murray RK, Granner DK, Mayes PA & Rodwell VW. 2007. Harper’s
Biochemistry. Appleton & Lange, USA
4. Michael Lieberman & Allan Marks. 2012. Basic Medical Biochemistry: A Clinical
Approach. 4th Edition. Lippincott Williams & Wilkins, USA.
5. McPherson RA, Pincus MR. Henry’s Clinical Diagnosis and Management By
Laboratory Methods. Ed 22. New York: Elsevier. 2011
DASAR TEORI
A. Pengobatan Rasional
Sebelum memutuskan terapi yang akan diberikan kepada pasien, seorang dokter harus melalui
suatu proses keputusan terapi. Proses ini terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut :
1. Menetapkan masalah
Masalah tidak berarti semua hal yang dikeluhkan pasien. Masalah disini adalah hal yang
mendasari timbulnya keluhan pasien. Untuk dapat menetapkan masalah dengan tepat
diperlukan kemampuan menegakkan diagnosis secara baik.
2. Menetapkan tujuan terapi
Tujuan terapi adalah apa yang akan dicapai dari pengobatan yang diberikan. Penetapan
tujuan terapi dengan tepat akan menghindarkan terjadinya pengobatan yang tidak rasional.
3. Memeriksa kecocokkan P-drugs dengan pasien
Kecocokkan yang dimaksud disini adalah dala hal zat aktif, dosis, bentuk sediaan obat,
lama pemberian, serta cara pemberian. Untuk menilai kecocokkan hal-hal tersebut, maka
yang perlu dipertimbangkan adalah kemanjuran (indikasi dan kecocokkan sediaan) dan
keamanan (kontra indikasi, indikasi, kelompok resiko tinggi).
4. Menuliskan resep
Setelah memastikan obat apa yang akan diberikan, langkah selanjutnya adalah menuliskan
resep obat tersebut. Penulisan resep yang benar akan memastikan bahwa obat yang
B. Penulisan resep
2.1 Definisi resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter kepada apoteker/farmasi pengelola apotek
untuk memberikan obat jadi atau meracik obat dalam bentuk tertentu sesuai dengan keahliannya,
takaran dan jumlah obat sesuai dengan yang diminta, kemudian menyerahkannya kepada yang
berhak/pasien. Menurut WHO, peresepan yang rasional adalah memberikan obat sesuai dengan
keperluan klinik, dosis sesuai dengan kebutuhan pasien, diberikan dalam jangka waktu yang
sesuai dengan penyakit, dan dengan biaya termurah menurut pasien dan komunitasnya.
Resep dokter ditulis dalam blanko resep dengan ukuran ideal (lebar 10-12 cm, panjang 15-18 cm).
Resep yang telah dilayani di apotek sesuai dengan peraturan yang belaku merupakan dokumen
yang harus disimpan sekurang-kurangnya 3 tahun di apotek.
Tidak ada ketentuan baku di seluruh dunia tentang tatanan menulis resep yang benar karena
setiap negara mempunyai aturan sendiri. Resep harus ditulis secara jelas, mudah dibaca dan
mengungkapkan dengan jelas apa yang harus diberikan, sesuai kaidah dan lengkap sehingga
memenuhi syarat untuk dilayani di apotek.
Resep Cito
Kadang dokter memerlukan obat agar segera didapat oleh pasiennya, maka dokter dapat
menuliskan CITO! Di sebelah kanan atas blanko resep. Untuk itu resep cito harus didahulukan
dalam pembuatannya dari resep-resep lain. Dengan demikian dokter yang meminta resep cito
hendaknya betul-betul jika pasien dalam keadaan gawat dan penundaan pemberian obatnya dapat
membahayakan. Istilah lain dalam bahasa latin : statim, urgen, P.I.M (amat segera)
Resep Rasional
Penulisan resep yang rasional berpedoman falsafah ‘lima tepat’ yaitu tepat obat, tepat dosis, tepat
BSO, tepat cara dan waktu pemberian, serta tepat penderita. Oleh karena itu penulisan resep harus
memenuhi kaidah :
1. Nama Obat
Ditulis sesuai dengan nomenklatur internasional, dan dipilih sesuai terapi, sifat obat, dan
kondisi obat
2. Dosis Obat
Ditetapkan secara individual, diperhitungkan secara seksama, baik untuk orang dewasa, lansia,
anak, dll
3. BSO
Disesuaikan dengan tujuan terapi, kepentingan penderita, dan spesifikasi BSO tersebut
4. Cara dan waktu pemberian
45 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN
Ditetapkan secara jelas dan dipahami oleh penderita, agar meningkatkan ketaat penderita
5. Kondisi Penderita
Meliputi keadaan fisik, ekonomi, dan sosial perlu diperhatikan agar meningkatkan ketaatan
pasien dan tujuan terapi tercapai
Langkah Preskipsi
1. Pemilihan bahan obat yang tepat
Nama obat dapat dipilih dengan nama generik atau nama paten. Penggunaan jenis sediaan obat
paten perlu juga diperhatikan kekuatan bahan aktif yang terkandung di dalamnya, agar
pelayanan di apotek dapat tidak memberikan masalah.
Jumlah obat diberikan tergantung dari lama pemberian dan frekuensi pemberian. Parameter
yang diperlukan untuk menentukan adalah lama perjalanan penyakit, tujuan terapi, dan
kondisi. Jumlah obat tersebut dituliskan dengan angka Romawi untuk jenis sediaan jadi/paten.
Pada penulisan resep dengan obat narkotika dan psikotropika (khusus) jumlah obat tidak
cukup ditulis hanya dengan angka tetapi dengan huruf serta disahkan dengan tandatangan,
bukan dengan paraf.
2. Penetapan dosis yang tepat
Sangat ideal bila dihitung secara individual. Penentuan dosis memperhatikan parameter faktor-
faktor antara lain umur, berat badan, kondisi penderita, dll.
3. Pengaturan jadwal pemberian yang tepat
Jadwal pemeberian meliputi frekuensi, satuan dosis perkali, dan saat/waktu yang diberikan.
Jadwal ini tertuang dalam signatura.
4. Pemilihan BSO yang tepat
5. Pemilihan formula resep yang tepat
Formula yang dipilih yaitu :
Yang dapat menjamin ketepatan dosis (individual)
Yang dapat menjaga stabilitas obat
Dapat menjaga kepatuhan pasien dalam minum obat
Biaya terjangkau
6. Penulisan preskripsi dalam blangko resep yang benar (lege artis)
Artinya ditulis secara jelas, lengkap dan sesuai pedoman baku, serta menggunakan singkatan
bahasa latin baku.
1. Seorang laki-laki usia 44 tahun mengeluh gatal-gatal di kepala dan berketombe. Diagnosis:
tinea kapitis, Terapi ketokonazol shampoo
2. Seorang laki laki usia 27 tahun mengeluh gatal-gatal di selangkangan sejak 2 minggu yang
lalu. Diagnosis: tinea cruris, Terapi krim ketokonazol
3. Seorang perempuan usia 24 tahun mengeluh nyeri saat menelan, riwayat batuk pilek
sebelumnya ( 5 hari yang lalu), tidak terdapat suara parau. Dari pemeriksaan didapatkan
hiperemesis, pada uvula dan faring. Diagnosis: faringitis, terapi amoksisilin, parasetamol
dan obat kumur povidon iodine 1%
5. Seorang laki-laki usia 34 tahun datang ke IGD karena mata kanan merah dan terasa perih
jika terkena cahaya. Dari anamnesis diketahui 2 hari yang lalu kemasukan serpihan logam.
Penglihatan menjadi buram. Diagnosis : ulkus kornea OD e.c bakteri, Terapi: gentamisin
tetes mata , salep gentamisin, sulfas atropine tetes mata
REFERENSI
1. Doane, R.W., 2009, Insects and Diseases. A Popular Account of the Way in Which Insects
may Spreador Cause some of our Common Diseases. Ebook.
2. James, M.T. & Harwood, R.F., 1969. Entomology, 6th ed. The Macmillan Company
Coolier-Macmillan Limited, London
Preparat histologi :
Jaringan epitel
a. Epitel selapis
Epitel selapis skuamosa
Contoh : epitel pelapis dinding luar usus (HE 600x)
e. Epitel bertingkat
Epitel bertingkat skuamosa :
Contoh berkeratin : epidermis kulit
Epitel transisional
Contoh : epitel pelapis traktus urinarius
Tampak epitel transisional pada bagian atas dan lamina propria dibawahnya.
Jaringan otot
1. Otot lurik (potongan melintang)
- Pada potongan melintang otot lurik tampak serabut otot mengandung protein kontraktil :
filamen myosin tebal saling berkaitan dengan filamen aktin. Tampak inti multiple pada tepi
serabut otot.
3. Otot polos
Otot polos dengan pembesaran besar pada jaringan usus halus. Otot polos dengan sel
berbentuk panjang, meruncing dan memiliki inti berkeluk ditengah.
Jaringan saraf
Jaringan saraf tepi dengan pembesaran kecil pada potongan longitudinal atau memanjang. Pada
bagian tepi tampak jaringan penyokong perineum. Serabut saraf tampak bergelombang. Sel
Schwann tampak dengan inti gelap.
Patologi Anatomik
1. Inflamasi
1.1 Inflamasi akut
a. Definisi inflamasi atau peradangan : reaksi vaskularisasi dari jaringan hidup terhadap injuri
lokal. Peradangan akut berlangsung pendek, beberapa menit, beberapa jam sampai 2 hari.
Ciri khas : eksudat peradangan dan protein plasma ( edema ) dan migrasi leukosit terutama
sel neutrophil.
b. Makroskopis :
- deposit fibrin
- abses
c. Mikroskopis :
- dilatasi pembuluh darah
- akumulasi leukosit terutama sel neutrophil
- eksudat fibrin debris makrofag (fibrinous inflammation)
- pus atau eksudat purulent neutrofil, liquefactive nekrosis (suppurative atau purulent
inflammation)
Inflamasi kronis paru : sel inflamasi kronis, kerusakan parenkim (rongga alveoli dilapisi epitel
kuboid) , fibrosis.
- Definisi Neoplasma : massa abnormal didalam jaringan tubuh, dengan pertumbuhan yang
berlebihan dan tidak mengikuti sifat-sifat pertumbuhan jaringan normal serta tetap ada atau
tumbuh walaupun rangsangan penyebabnya sudah dihilangkan.
Polip Colon
Leiomyoma Uteri
REFERENSI
1. Robbins and Cotran. Pathologic Basis of Disease. 9th Ed,.Elsevier. 2015
2. David A.Levison, Robin Reid, et al. Muirs Textbook of Pathology. 14th Ed. 2008
3. Buku Ajar Patologi II (KHUSUS) Edisi ke-1.Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Sagung Seto
4. John R. Goldblum, Laura W. Lamps, Jesse K. McKenny, Jeffrey L. Myers. Rosai and
Ackerman’s Surgical Pathology. 11th Ed, 2015. Elsevier.
KULTUR BAKTERI
dr. Lisa Yuliantiningsih SpMK, dr. Nunik Utami SpMK,
dr Nadia Permatasari M.Biomed(AAM), FAFG, Dani Wijaya S.biotek M.Sc
DASAR TEORI
Sterilisasi merupakan suatu tindakan untuk membuat alat yang akan digunakan berada
dalam kondisi yang steril. Sterilisasi bertujuan untuk membunuh kuman/bakteri pathogen dan
apatogen beserta sporanya pada pealatan perawatan dengan cara merebus, stoom, panas tinggi
(autoclave) atau menggunakan bahan kimia. Gambar 1.1 menunjukkan contoh sterilisasi alat
dengan menggunakan panas tinggi 121 oC (autoclave). Sterilisasi biasanya dilakukan selama 15
menit setelah suhu 121 oC dengan tekanan 2 atm. Pada suhu tersebut dipastikan bakteri/kuman
akan mati dan alat yang digunakan untuk penelitian/praktikum akan dalam keadaan steril.
Gambar 2.2 Media Agar Miring pada Tabung Reaksi (alternatif untuk perbanyakan dan penyimpanan koloni)
Isolasi yaitu inokulasi yang merupakan suatu teknik pemindahan suatu biakan tertentu
dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tujuan untuk mendapatkan suatu biakan
yang murni tanpa adanya kontaminasi dari mikroba yang lain yang tidak diiinginkan. Namun
sebelum melakukan isolasi, terlebih dahulu mikroorganisme tersebut ditumbuhkan pada
medium yang sesuai dengan pertumbuhannya. Isolasi juga dapat diartikan menumbuhan suatu
sample seperti air minuman/bahan dalam suatu media khusus untuk melihat pertumbuhan
mikrooganisme tersebut hingga kedepannya dalam dilakukan identifikasi dari
mikroorganisme tersebut.
Medium adalah suatu kumpulan zat-zat organik dan anorganik yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan mikroba dengan syarat-syarat tertentu. Berdasarkan wujudnya medium dapat
dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
1. Medium cair yaitu medium yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan termasuk
menumbuhkan atau membiakkan mikrofermentasi dan uji lainnya. Misalnya : Nutrien
Brorth, Glukosa Broth.
2. Medium Padat yaitu media yang dapat digunakan untuk menumbuhkan mikroba pada
permukaannya sehingga membentuk koloni yang dapat dilihat, dihitung atau di isolasi.
Misalnya: Nutrien Agar, Plate Count Agar, Potato Dektosa Agar.
3. Medium Setengah Padat yaitu media yang mempunyai konsistensi antara cair dan padat.
Kultur mikroba dapat dibedakan atas kultur campuran dan kultur murni.
Cara kerja:
1. Siapkan media NA dan NB hasil percobaan 1 (media NA miring, media NA tegak dan
media NB/cair). Pemindahan kultur mikroba dilakukan satu persatu untuk masing-masing
media.
2. Longgarkankan tutup dari masing-masing tabung reaksi yang berisi media (jangan di
lepaskan!).
3. Pegang tabung reaksi yang mengandung kultur murni bakteri di tangan kiri.
4. Pegang jarum ose pada tangan kanan dan bakar di atas nyala lampu bunsen hingga kawat
memijar.Perhatian : pemanasan jarum ose dilakukan dari pangkal ke ujung sampai
memijar, sebelum digunakan kawat didinginkan beberapa saat!
5. Pegang ose menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, gunakan jari kelingking untuk
membuka tutup tabung reaksi (tutup tabung reaksi tetap dipegang seperti posisi semula).
6. Bakar mulut tabung reaksi, masukkan jarum ose dan ambil 1 ose biakan bakteri.
7. Bakar kembali mulut tabung reaksi dan tutup tabung reaksi kembali.
8. Ambillah tabung reaksi yang akan diinokulasi dengan tangan kiri, dengan cara yang sama
buka tutup tabung reaksi, dan bakar mulut tabung reaksi.
9. Inokulasikan biakan bakteri pada tabung reaksi inokulasi dengan cara goresan zigzag pada
permukaan NA miring.
68 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN
10. Bakar mulut tabung reaksi dan tutup tabung reaksi kembali, kemudian bakar ose.
11. Beri label: tanggal percobaan, nama bakteri, teknik pemindahan dan nama kelompok.
12. Lakukan dengan cara yang sama untuk media nutrien cair/NB menggunakan jarum ose dan
media agar tegak secara tusukan tegak lurus menggunakan jarum inokulasi.
13. Inkubasikan selama 24 jam pada suhu kamar dan amati pertumbuhannya.
1. Buatlah pengenceran 10-1 – 10-6 dari kultur murni bakteri dengan larutan pengencer.
2. Ambil tabung reaksi yang mengandung kultur murni bakteri, buka dan bakar leher tabung.
3. Pindahkan 0,1 ml kultur bakteri secara aseptis ke permukaan media NA dalam cawan petri.
Cara kerja:
1. Dinginkan media NA dalam tabung reaksi sampai suhu ± 45 - 50C (cirinya : terasa hangat di
kulit/tidak ‘kemranyas’).
2. Buka tutup tabung yang mengandung kultur murni bakteri, dan bakar leher botol.
3. Pindahkan 1 ml kultur murni bakteri ke dalam tabung reaksi yang mengandung NA secara
aseptis.
4. Bakar leher tabung di atas bunsen, dan tuangkan media NA yang telah mengandung kultur
murni bakteri ke dalam cawan petri.
5. Goyangkan perlahan-lahan untuk mencampur kultur bakteri dengan NA sampai
homogen.Penggoyangan petri jangan terlalu kuat. Pada saat penuangan media, petri bisa
diletakkan dalam radius maksimal 20 cm dari sumber api (zona steril).
70 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN
6. Setelah agar memadat diinkubasi terbalik pada suhu kamar selama 24 jam. Inkubasi terbalik
dilakukan setelah agar memadat. Amati pertumbuhannya.
Cara kerja:
1. Panaskan jarum ose hingga memijar di atas bunsen, kemudian dinginkan. Gunakan ose yang
telah dingin untuk menggores pada permukaan media agar dalam cawan petri.
2. Ambil 1 ose kultur murni bakteri dan goreskan pada permukaan media agar dimulai pada satu
ujung. Perhatikan teknik penggoresan!
Ose disentuhkan pada permukaan media agar dalam cawan petri, sewaktu menggores ose
71 BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM MODUL ILMU BIOMEDIK DASAR| FKM UNHAN
dibiarkan meluncur di atas permukaan agar.
3. Setiap kali menggoreskan ose untuk kuadran berikutnya, pijarkan ose terlebih dahulu dan
biarkan dingin.
4. Inkubasikan secara terbalik pada suhu kamar selama 24 jam dan amati pertumbuhannya.
Prosedur Kerja
a. Cuci tangan dengan sabun tangan sebelum masuk laboratorium
b. Semprotkan tangan dengan alkohol 70%
c. Bersihkan area kerja dengan menyemprotkan alkohol 70%, kemudian bersihkan dengan tissue
d. Nyalakan Bunsen dan biarkan menyala selama praktikum berlangsung
e. Ambil cawan petri yang telah berisi media agar (NA)
f. Ambil 50µL sampel yang sudah diencerkan. dengan mikropipet kemudian sebarkan diatas
media NA
g. Ratakan menggunakan batang L
h. Sil cawan petri dengan plastic wrap/parfilm
i. Inkubasi selama over night
j. Amati koloni yang tumbuh
Visulisasi/Gambaran Hasil Isolasi Bakteri
REFERENSI
DASAR TEORI
Pemeriksaan tinja merupakan salah satu pemeriksaan rutin dalam klinik yang berguna untuk
membantu menegakkan diagnosa penyakit yang disebabkan oleh parasit. Pada pemeriksaan ini
dapat ditemukan cacing dewasa, telur cacing, larva, protozoa, dan jamur. Namun yang
ditekankan dalam praktikum ini adalah pemeriksaan organisma parasit yang dapat diketemukan di
dalam tinja. Pemeriksaan tinja dilakukan secara makroskopik dan mikroskopik.
Pemeriksaan tinja makroskopik Yang penting diperhatikan adalah
1. Konsistensi : padat, lembek, cair atau diare
2. Warna : hitam, coklat, hijau, pucat
Cara kerja :
1. Letakkan larutan pengencer pada kaca benda
2. Dengan lidi ambil sedikit tinja (kira-kira sebesar ujung korek api) dan hancurkan di dalam tetesan
larutan pengencer, sampai homogen. Buang bagian-bagian yang kasar dengan lidi
3. Tutup dengan kaca penutup, hindari pembentukan gelembung udara dengan cara menyentuhkan
terlebih dahulu tepi kaca penutup pada suspensi tinja pada kaca benda, dengan sudut 45o.
Cara kerja :
1. Isi tabung reaksi dengan larutan Brine hingga penuh
2. Letakkan tinja sebanyak 1 g ke dalam beaker gelas
3. Hancurkan tinja dengan lidi sambil ditaruh larutan sedikit demi sedikit hingga homogen.
Tuangkan semua larutan Brine dari tabung reaksi ke dalam beaker gelas dan campur baik-baik
4. Pindahkan kembali isi beaker gelas ke dalam tabung reaksi sampai penuh. Buang bagian-bagian
yang kasar yang terdapat di permukaan dengan lidi
5. Letakkan kaca penutup sehingga menyentuh permukaan larutan
6. Diamkan selama 45 menit
7. Dengan hati-hati kaca tutup diangkat kembali dan letakkan di atas kaca benda
8. Amati dengan objektif 10X.
TEKNIK KATO-KATZ
Alat dan bahan :
1. Lidi
2. Kaca benda
3. Kertas saring (kertas tissue)
4. Selofan berperekat ukuran 2,5 X 3 cm
5. Larutan untuk pemulas selofan :
a. 100 bagian aquades
b. 100 bagian gliserin
c. 1 bagian malachite green
6. Kawat saring
7. Karton yang sudah dilubangi
8. Kertas minyak yang sudah dipotong-potong
9. Sarung tangan karet
10. Spidol
11. Tinja
Cara kerja :
1. Pertama-tama, rendamlah selofan (poin 4 pada Cara Kerja) dalam larutan pemulas
selama lebih kurang 24 jam
2. Pakailah sarung tangan untuk menghindari kemungkinan terinfeksi
3. Tuliskan informasi yang diperlukan (nama penderita, nomor urut) pada salah satu sisi