Anda di halaman 1dari 56

Manajemen

Sumber Daya
Obat dan BMHP
Pengelolaan
Pelayanan
Obat dan
Farmasi Klinis
BMHP

Pemberdayaan Pengendalian
Masyarakat Mutu
Ketersediaan Obat dan BMHP

SDM

Sinkronisasi Pusat dan Daerah

Optimalisasi pemanfaatan data dan sistem


informasi
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
• adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
(Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74
tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas)
Pengelolaan Obat
Dan BMHP
Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

Perencanaan

Evaluasi Pengadaan

Pencatatan Penerimaan
Pelaporan Penyimpanan

Pengendalian Distribusi
Tujuan
• untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan
keterjangkauan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan
kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan
sistem informasi manajemen, dan melaksanakan
pengendalian mutu pelayanan
Perencanaan Kebutuhan
TAHUNAN

Pusat
Provinsi
Kab./Kota
Puskesmas 1. TEPAT JENIS
DAN JUMLAH
2. EFISIEN
PERMINTAAN PERIODIK KE IFK 3. POR
TERLAKSANA
MENGGUNAKAN LPLPO

•MEMPERHITUNGKAN STOK OPTIMUM : LEAD TIME, BUFFER STOK,


KEKOSONGAN OBAT, PEMAKAIAN RATA-RATA PER HARI
•TREND KUNJUNGAN DAN POLA PENYAKIT
Perencanaan
SO = SK+SWK+SWT+SP
Evaluasi
Data konsumsi,
data morbiditas, Perhitungan
sisa stok, dsb Permintaan = SO-SS
Perkiraan
Pengumpulan kebutuhan
Data
Pemilihan
Analisis ABC
Analisis VEN
Kriteria Tahapan Kombinas
Metode Konsumsi  A = (B+C+D)-E Revisi
Formularium Obat Metode Morbiditas
Puskesmas
Evaluasi Perencanaan
• 1) Kesesuaian perencanaan dengan kebutuhan. Dilakukan penilaian
kesesuaian antara RKO dengan realisasi. Sumber data berasal dari
puskesmas, LKPP dan pemasok.
• 2) Masalah dalam ketersediaan yang terkait dengan perencanaan.
Dilakukan dengan cek silang data dari fasyankes dengan data di
pemasok.
Pengadaan

Pengadaan di Puskesmas bisa diartikan


lebih luas sebagai proses penyediaan
barang, secara teknis merupakan realisasi
perencanaan menjadi ketersediaan obat
Hasil permintaan pembelian
ke Instalasi Farmasi menggunakan dana
Kabupaten/Kota kapitasi Puskesmas
Sesuai Permenkes No. 21/2016 tentang Penggunaan Dana Kapitasi
Jaminan Kesehatan Nasional untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan
Dukungan Biaya Operasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Milik Pemerintah Daerah pasal 3 bahwa
• Dana Kapitasi yang diterima oleh FKTP dari Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) dimanfaatkan seluruhnya
untuk:
a. pembayaran jasa pelayanan kesehatan (minimal 60%)
b. dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan

3/5/2022 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 13


Penerimaan

Apoteker atau tenaga teknis kefarmasian (TTK)


penanggungjawab ruang farmasi di puskesmas
memeriksa kesesuaian jenis, jumlah dan mutu
obat pada dokumen penerimaan.
catat jenis, jumlah dan
mutu meliputi pemeriksaan
tanggal kadaluarsanya dalam
label, kemasan dan jika
buku penerimaan dan kartu
diperlukan bentuk fisik obat
stok obat.
Penyimpanan

Obat yang dikirimkan oleh Instalasi Farmasi maupun hasil pengadaan


dengan dana kapitasi, sebelum disimpan, harus dilakukan proses
penerimaan oleh petugas pengelola obat atau petugas lain yang diberi
kuasa oleh Kepala Puskesmas
Tujuan penyimpanan:
Memelihara dan menjamin mutu
Menjamin keamanan persediaan
Memudahkan dalam melakukan pencarian & pengawasan
Mengendalikan stok
Aspek umum yang perlu diperhatikan:
• Simpan di gudang obat yang dilengkapi lemari dan rak –rak penyimpanan obat.
• Suhu ruang penyimpanan harus dapat menjamin kestabilan obat.
• Sediaan farmasi dalam jumlah besar (bulk) disimpan diatas pallet, teratur dengan
memperhatikan tanda-tanda khusus.
• Penyimpanan sesuai alfabet atau kelas terapi dengan sistem, First Expired First
Out (FEFO), high alert, dan life saving (obat emergency).
• Sediaan psikotropik dan narkotik disimpan dalam lemari terkunci dan kuncinya
dipegang oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian yang dikuasakan.
• Sediaan farmasi dan BMHP yang mudah terbakar, disimpan di tempat khusus dan
terpisah dari obat lain. Contoh : alkohol, chlor etil dan lain-lain.
• Tersedia lemari pendingin untuk penyimpanan obat tertentu yang disertai
dengan alat pemantau dan kartu suhu yang diisi setiap harinya.
• Jika terjadi pemadaman listrik, dilakukan tindakan pengamanan terhadap
obat yang disimpan pada suhu dingin. Sedapat mungkin, tempat
penyimpanan obat termasuk dalam prioritas yang mendapatkan listrik
cadangan (genset).
• Obat yang mendekati kadaluarsa (3 sampai 6 bulan sebelum tanggal
kadaluarsa tergantung kebijakan puskesmas) diberikan penandaan khusus
dan diletakkan ditempat yang mudah terlihat agar bisa digunakan terlebih
dahulu sebelum tiba masa kadaluarsa.
• Inspeksi/pemantauan secara berkala terhadap tempat penyimpanan obat.
Aspek Khusus
Obat High Alert
• Obat High Alert adalah obat yang perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan
terjadinya kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), dan berisiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome). Obat yang perlu
diwaspadai terdiri atas:
• 1) Obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error) dapat
mengakibatkan kematian atau kecacatan seperti insulin, atau obat antidiabetik
oral.
• 2) Obat dengan nama, kemasan, label, penggunaan klinik tampak/kelihatan sama
(look alike) dan bunyi ucapan sama (sound alike) biasa disebut LASA, atau disebut
juga Nama Obat dan Rupa Ucapan Mirip (NORUM). Contohnya tetrasiklin dan
tetrakain.
• 3) Elektrolit konsentrat seperti natrium klorida dengan konsentrasi lebih dari
0,9% dan magnesium sulfat dengan konsentrasi 20%, 40% atau lebih
• Obat kegawatdaruratan medis
Penyimpanan obat kegawatdaruratan medis harus diperhatikan dari sisi
kemudahan, ketepatan dan kecepatan reaksi bila terjadi kegawatdaruratan.
Penetapan jenis obat kegawatdaruratan medis termasuk antidot harus
disepakati bersama antara apoteker/tenaga farmasi, dokter dan perawat.
Obat kegawatdaruratan medis digunakan hanya pada saat emergensi dan
ditempatkan di ruang pemeriksaan, kamar suntik, poli gigi, ruang imunisasi,
ruang bersalin dan di Instalasi Gawat Darurat/IGD.
DISTRIBUSI
PUSKESMAS

METODA : Floor stock,


DDU SARANA DISTRIBUSI:
MAMPU MENJAGA
MUTU OBAT
PERTIMBANGAN : PEMAKAIAN
RATA2, SISA STOK, POLA
PENYAKIT, JML KUNJUNGAN

SUB UNIT
PUSKESMAS
3/5/2022 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 20
Penggunaan Obat

Data penggunaan obat periode sebelumnya


akan digunakan untuk menghitung
perencanaan kebutuhan periode selanjutnya

Metode Metode
morbiditas konsumsi
Pengendalian
• Suatu kegiatan untuk memastikan ketersediaan obat dan BMHP. Tujuan
pengendalian agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat dan BMHP di
jaringan pelayanan puskesmas

Ketersediaan Penggunaan Penanganan

substitusi Stok kerja Kehilangan

Stok optimum, buffer,


Permintaan Kerusakan
leadtime

pengadaan Pencatatan Kadaluarsa,penarikan


Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas merupakan rangkaian
kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-
obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas
dan/ atau unit pelayanan lainnya

Kartu stok LPLPO

Pencatatan Pelaporan
Monitoring dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk :
• mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam
pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga
dapat menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan;
• memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai; dan
• memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.
Petunjuk Pengisian telah tercantum dalam Juknis Tata Laksana Indikator Kinerja Tata Kelola Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan dan telah dibagikan ke seluruh Dinas Kesehatan
Pelayanan Farmasi
Klinik
- Pengkajian dan Pelayanan Resep

- Pelayanan Informasi Obat

- Konseling

- Visite Pasien (Puskesmas dengan rawat inap)


Pelayanan
Farmasi Klinik - Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

- Pemantauan Terapi Obat (PTO)

- Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

- Home Pharmacy
Manajemen Pelayanan Farmasi Klinik
Tujuan

Evaluasi Manfaat

Pelaksanaan SDM

SPA
Pengkajian & Pelayanan Resep

Pengkajian Resep Pelayanan Resep

• Persyaratan adminstrasi • menyiapkan/ meracik


• persyaratan farmasetik obat
• persyaratan klinis • memberikan label/
etiket
• menyerahkan sediaan
farmasi disertai
pendokumentasian.

3/5/2022 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 29


Pengkajian dan Pelayanan Resep
Mencegah medication error
Tujuan

Indikator, Evaluasi Manfaat Minimalisasi risiko klinis,


1x/bulan Finansial, legal

Pedoman Pelaksanaan SDM Apoteker dan TTK


SOP

SPA
Resep, form kajian, software, ruangan, dsb
Pelayanan Informasi Obat
a.memberikan dan menyebarkan informasi
b.menjawab pertanyaan dari pasien/ nakes
c. membuat buletin, leaflet, poster dll
d.melakukan penyuluhan ke pasien & masyarakat.
e.pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga
f. mengkoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan
pelayanan kefarmasian

3/5/2022 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 31


Konseling

adalah suatu Memberikan pemahaman tentang


proses untuk - tujuan pengobatan
mengidentifikasi - jadwal pengobatan
dan penyelesaian - cara dan lama penggunaan
masalah pasien - efek samping
yang berkaitan - tanda-tanda toksisitas
dengan - cara penyimpanan
penggunaan obat - cara penggunaan obat

3/5/2022 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 32


Visite
kegiatan kunjungan
ke pasien rawat inap Memeriksa Obat pasien.
yang Memberikan rekomendasi
kepada dokter dalam
dilakukan secara pemilihan Obat, Memantau
mandiri atau perkembangan klinis pasien
bersama tim profesi terkait penggunaan Obat.
kesehatan lainnya Berperan aktif dalam
terdiri dari dokter, pengambilan keputusan tim
perawat, ahli gizi, dalam terapi pasien.
dan lain-lain
33
3/5/2022
Pemantauan Terapi Obat (PTO)

proses yang
memastikan bahwa
seorang pasien
Mendeteksi masalah yang terkait
mendapatkan terapi dengan Obat. Memberikan
Obat yang efektif, rekomendasi penyelesaian
terjangkau dengan masalah yang terkait dengan Obat
memaksimalkan efikasi
dan meminimalkan
efek samping.

34
3/5/2022
Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

kegiatan untuk Mendapatkan gambaran pola


mengevaluasi penggunaan obat pada kasus
penggunaan obat tertentu. Melakukan evaluasi
untuk menjamin obat secara berkala untuk penggunaan
yang digunakan sesuai obat tertentu. Memberikan
indikasi, efektif, aman masukan untuk perbaikan
dan terjangkau penggunaan obat Menilai
(rasional) pengaruh intervensi atas pola
penggunaan obat

35
3/5/2022
Home Pharmacy Care

kunjungan pasien dan Tercapainya keberhasilan terapi pasien,


atau pendampingan Terlaksananya pendampingan pasien
pasien untuk pelayanan oleh apoteker untuk mendukung
kefarmasian di rumah efektivitas, keamanan dan
kesinambungan
dengan persetujuan
pengobatan,Terwujudnya komitmen,
pasien atau keluarga keterlibatan dan kemandirian pasien
terutama bagi pasien dan keluarga dalam penggunaan obat
khusus yang atau alat kesehatan yang
membutuhkan tepat, Terwujudnya kerjasama profesi
perhatian lebih. kesehatan, pasien dan keluarga

36
3/5/2022
Monitoring Efek Samping Obat

Menganalisis laporan menemukan Efek Samping Obat (ESO)


sedini mungkin terutama yang berat,
efek samping obat, tidak dikenal dan frekuensinya jarang,
mengidentifikasi obat menentukan frekuensi dan insidensi ESO
dan pasien yang yang sudah dikenal dan yang baru saja
mempunyai risiko tinggi ditemukan, meminimalkan risiko
ESO dan melaporkan ke kejadian reaksi Obat yang tidak
Pusat Monitoring Efek dikehendaki; danmencegah terulangnya
kejadian reaksi Obat yang tidak
Samping Obat Nasional dikehendaki

37
3/5/2022
Formulir Pelayanan Informasi Obat

3/5/2022 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 38


Lembar Catatan Pemberian Informasi Obat

Form. Informasi Obat

LEM BAR PENCATATAN


P E M B E R IA N IN F O R M A S I O B A T P A S IE N
PUSK E SM AS __________________________

H a ri/T g l :

INFORMASI YANG DIBERIKAN

PARAF PETUGAS
PARAF PASIEN
PENUNJANG

KONTRA INDIKASI

EFEK SAMPING
PENYIMPANAN
CARA PAKAI
NAMA OBAT

STABILITAS

INTERAKSI
NAMA

LAIN-LAIN
SEDIAAN

INDIKASI
NO UMUR POLI Dx

DOSIS
PASIEN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
dst

3/5/2022 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 39


Form Pencatatan Pengobatan Pasien

40
Pelaporan pemberian informasi merupakan
rekapitulasi pemberian informasi obat yang
Format Laporan
Pelayanan Kefarmasian dilakukan dalam jangka waktu 1 bulan.
di Puskesmas Hasil rekapitulasi dilaporkan secara
berjenjang kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan tembusan Dinas
Kesehatan Provinsi dan Direktorat
Pelayanan Kefarmasian

3/5/2022 41
Format Laporan
Bulanan Pelayanan
Kefarmasian di
Puskesmas

3/5/2022 42
POR dan
Pemberdayaan
Masyarakat
Penggunaan Obat Rasional

pasien menerima obat yang tepat untuk


kebutuhan klinis,

Penggunaan dalam dosis yang memenuhi kebutuhan,


obat dikatakan
rasional, bila:
untuk jangka waktu yang cukup, dan

pada biaya yg terjangkau untuknya


(individu) dan komunitas/masyarakat
PRINSIP PENGGUNAAN OBAT RASIONAL

PENILAIAN KONDISI PASIEN


BIAYA
TERJANGKAU
DIAGNOSIS

MEDICATION
INDIKASI SAFETY PRACTICE
TEPAT
JENIS OBAT

DOSIS, CARA & DURASI

INFORMASI ESO : Efek Samping Obat


45
Indikator POR (WHO)
INDIKATOR PERESEPAN
• RERATA JUMLAH ITEM OBAT DALAM RESEP
• % PERESEPAN DG NAMA GENERIK PERAN
INDIKATOR INTI
• % PERESEPAN DG ANTIBIOTIK PRESCRIBER
• % PERESEPAN DG SUNTIKAN (yanmed)
• % PERESEPAN YG SESUAI DOEN
INDIKATOR TAMBAHAN
INDIKATOR PELAYANAN
• RERATA WAKTU KONSULTASI • Persentase pasien yang diterapi
• RERATA WAKTU PENYERAHAN OBAT PERAN DISPENSER tanpa obat
(pelayanan farmasi
• % OBAT YG SESUNGGUHNYA DISERAHKAN
klinik) • Rerata biaya obat tiap
• % OBAT YG DILABEL SECARA ADEKUAT
peresepan
INDIKATOR FASILITAS • Persentase pasien yang puas
• PENGETAHUAN PASIEN TTG DOSIS YG BENAR dengan pelayanan yang
• KETERSEDIAAN DAFTAR OBAT ESENSIAL PENUNJANG diberikan
• KETERSEDIAAN KEY DRUGS
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM POR NASIONAL
% AB ISPA Non Batas toleransi
INDIKATOR Pneumonia 20 %
KINERJA
PROGRAM POR
NASIONAL % AB pada Diare Batas toleransi 8
Non Spesifik %

% Injeksi Pada Batas toleransi 1


INDIKATOR Myalgia %
PERESEPAN DI
PUSKESMAS
% Rerata Jumlah Batas toleransi
Item Obat/Resep 2,6 item
*Indikator WHO lainnya tetap diukur, tapi tidak mjd indikator POR Nasional 47
PENINGKATAN POR DI PUSKESMAS
Peningkatan POR di Fasyankes
• Peresepan obat secara rasional  sesuai pedoman pengobatan
• Penerapan Regulasi/Kebijakan POR  DOEN, FORNAS, Pedoman Umum Pengg AB, dll
• Bimbingan teknis POR  kerjasama dengan Dinkes Kab/Kota dan organisasi profesi
• Lokakarya Mini  Nakes (Dokter, Apoteker, Bidan, AA, Perawat & Nakes lain yang terlibat)

Peningkatan POR pada Masyarakat


• Edukasi dan pemberdayaan masyarakat terkait POR melalui GeMa CerMat
• Kerjasama lintas program dan lintas sektor (Promkes, institusi pendidikan, organisasi
kemasyarakatan, organisasi kepemudaan, organisasi lainnya)
• Penyebaran informasi pada masyarakat & Nakes melalui media

Pemantauan dan Evaluasi POR


• Pemantuan berkala (indikator kinerja POR), survei berkala  peresepan obat pada 3 penyakit
• Hasil pemantauan dibahas oleh internal Puskesmas dan dilakukan evaluasi dan intervensi
• Dilaporkan setiap bulan kepada Dinas Kesehatan Kab/Kota
FORM PELAPORAN INDIKATOR
PENGGUNAAN OBAT RASIONAL
FORM-1
FORMULIR PELAPORAN INDIKATOR PERESEPAN ISPA NON PNEUMONIA

Puskesmas : …………………………………………………………..
Kabupaten : ………………………………………………………….. Bulan : …………………………
Provinsi : ………………………………………………………….. Tahun : …………………………

Jumlah Item Antibiotik Lama Pemakaian Sesuai Pedoman


Tgl No. Nama Umur Nama Obat Dosis Obat
Obat Ya/Tidak (hari) Ya/Tidak
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) ( 10 )

a.
b.
1
c.
d.
a.
b.
2
c.
d.
a.
b.
3
c.
d.
Total Item Obat A B

N= Rerata Item Obat/ Lembar A / N


Resep
Persentase AB B / N x 100 %
FORM-2
FORMULIR PELAPORAN INDIKATOR PERESEPAN DIARE NON SPESIFIK
Puskesmas : …………………………………………………………..
Kabupaten : ………………………………………………………….. Bulan : …………………………
Propinsi : ………………………………………………………….. Tahun : …………………………

Jumlah Antibiotik Lama Pemakaian Sesuai Pedoman


Tgl No. Nama Umur Nama Obat Dosis
Item Obat Ya/Tidak (hari) Ya/Tidak
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (8) (9) ( 10 ) ( 11 )
a.
b.
1
c.
d.
a.
b.
2
c.
d.
a.
b.
3
c.
d.
a.
b.
4
c.
d.
a.
b.
dst
c.
d.
Total Item Obat A B
Rerata Item Obat/
N= A/N
Lembar Resep
Persentase AB B / N x 100 %
FORM-3
FORMULIR PELAPORAN INDIKATOR PERESEPAN MYALGIA
Puskesmas : …………………………………………………………..
Kabupaten : ………………………………………………………….. Bulan : …………………………
Propinsi : ………………………………………………………….. Tahun : …………………………

Lama
Jumlah Item Injeksi Sesuai Pedoman
Tgl No. Nama Umur Nama Obat Dosis Pemakaian
Obat Ya/Tidak Ya/Tidak
(hari)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (8) ( 9) ( 10 ) ( 11 )
a.
b.
1
c.
d.
a.
b.
2
c.
d.
a.
b.
3
c.
d.
a.
b.
4
c.
d.
a.
b.
dst
c.
d.
Total Item Obat A B
N= Rerata A/N
Persentase Injeksi B / N x 100 %
LAPORAN
INDIKATOR PENGGUNAAN OBAT RASIONAL
DI PUSKESMAS

Rerata Item / lembar Resep


NO % Penggunaan
% Penggunaan Antibiotik % Penggunaan Injeksi pada
Antibiotik pada Diare
pada ISPA Non-Pneumonia Myalgia
Non-Spesifik
ISPA Diare Myalgia Rata-rata
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Puskesmas melakukan pencatatan dan pelaporan indikator POR secara berjenjang. Puskesmas membuat
rekapitulasi data indikator peresepan per triwulan, untuk dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, paling
lambat tanggal 4.

3/5/2022 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 52


Pengendalian Mutu
Indikator Pengelolaan Obat di Puskesmas antara lain:
1. Kesesuaian item obat yang tersedia dengan Formularium Nasional

2. Tingkat ketersediaan obat

3. Prosentase dan nilai obat rusak/kadaluarsa


4. Rata-rata bobot variasi persediaan

5. Rata-rata waktu kekosongan obat

6. Peresepan obat sesuai formularium


INDIKATOR PELAYANAN KEFARMASIAN
Persentase Puskesmas yang melakukan Pelayanan
Kefarmasian sesuai standar.
Puskesmas yang sesuai standar didefinisikan sebagai Puskesmas yang melakukan Pemberian
Informasi Obat dan/atau Konseling yang terdokumentasi.

Puskesmas yang melakukan POR


Persentase penggunaan antibiotik pada penatalaksanaan kasus ISPA non-pneumonia, diare
non-spesifik, penggunaan injeksi pada penatalaksanaan kasus myalgia, dan rerata item obat
perlembar resep di Puskesmas, terhadap seluruh kasus ISPA non-pneumonia, diare non-
spesifik dan Myalgia di sarana yang sama

3/5/2022 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 55

Anda mungkin juga menyukai