Anda di halaman 1dari 27

Potensi Pembangunan Wilayah Sumatera

Kebijakan Strategis Imunisasi dan Perannya


dalam Penanganan Stunting
Pungkas B.Ali
Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas

Disampaikan dalam Webinar Imunisasi dan Stunting Dalam Rangka HAN Tahun 2023

25 Juli 2023

Kementerian PPN/Bappenas (2023)


CAPAIAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

Umur Harapan Hidup Jepang & Indonesia (2019) Kesehatan Ibu & Anak
Prevalensi Stunting Balita
73.84

84,8
Jepang 10.96 40% 0.372
AKI

0
Diadaptasi dari IHME GBD
35% 0.308
189/100.000 KH
30% 0.2767

71,3
0.244
AKB

9
Indonesia 62.55 8.84 25% 0.216
16,8/1.000 KH
20%

Compare
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Umur Harapan Hidup (Total) dalam tahun
Sumber: BPS (2020) dan Kemkes

Penyakit Menular Penyakit Tidak Menular

#2 372 63,17%
negara di dunia dengan dari 416 kab/kota yang capaian Imunisasi

Sumber: IHME Data


jumlah kasus baru TBC bebas malaria Dasar Lengkap

Visualization
Sumber: BPS (2020) dan Kemkes
2
Arah Kebijakan & Sasaran RPJMN 2020-
2024
Meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama penguatan pelayanan kesehatan
dasar (Primary Health Care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif, didukung inovasi dan
pemanfaatan teknologi

Peningkatan kesehatan ibu, Percepatan Peningkatan Pembudayaan Perilaku Hidup Penguatan


anak, KB, dan kesehatan perbaikan gizi pengendalian penyakit Sehat melalui Gerakan sistem kesehatan & pengawasan
reproduksi masyarakat Masyarakat Hidup Sehat obat dan makanan

Penurunan stunting Pengendalian penyakit menular dan tidak menular


a) Penguatan komitmen, kampanye, pemantauan dan evaluasi upaya perbaikan gizi masyarakat; a) pencegaan dan pengendalian faktor risiko penyakit termasuk perluasan cakupan
b) Pengembangan sistem jaminan gizi dan tumbuh kembang anak dengan pemberian jaminan deteksi dini, penguatan surveilans real time, pengendalian vektor dan perluasan layanan
asupan gizi sejak dalam kandungan, perbaikan pola asuh keluarga, dan perbaikan fasilitas air bersih dan
sanitasi lingkungan;
berhenti merokok;
c) Percepatan penurunan stunting dengan peningkatan efektivitas intervensi spesifik, perluasan dan b) penguatan health security terutama peningkatan kapasitas untuk pencegahan, deteksi,
penajaman intervensi sensitif secara terintegrasi; dan respon cepat terhadap ancaman penyakit termasuk penguatan alert system kejadian
d) Peningkatan intervensi yang bersifat life saving dengan didukung bukti (evidence based policy) luar biasa dan karantina kesehatan;
termasuk fortifikasi pangan;
e) Penguatan advokasi dan komunikasi perubahan perilaku terutama mendorong pemenuhan gizi c) peningkatan cakupan penemuan kasus dan pengobatan serta penguatan tata laksana
seimbang berbasis konsumsi pangan (food based approach); penanganan penyakit dan cedera;
f) Penguatan sistem surveilans gizi; d) pengendalian resistensi antimikroba;
g) kPeningkatan komitmen dan pendampingan bagi daerah dalam intervensi perbaikan gizi dengan
strategi sesuai ondisi setempat; dan e) pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian penyakit dan penguatan sanitasi total
h) Respon cepat perbaikan gizi dalam kondisi darurat berbasis masyarakat.
2
TARGET DAN CAPAIAN IMUNISASI DALAM RPJMN 2020-2024

TARGET IDL RPJMN 2024 (90%) SULIT TERCAPAI

2020 2021 2022 2023 2024 Sumber


Indikator
Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Target

Imunisasi Dasar Lengkap pada 64 NA 68 61,09 71 63,17 75 90 BPS


anak usia 12-23 bulan (%)

Bayi usia 0-11 bulan yang mendapat 92,9 84,2 93,6 79,6 100 99,5 100 100 Data
Imunisasi Dasar Lengkap (%) Program

Kab/Kota yang mencapai 80% 401 289 431 264 452 413 471 488 Data
Imunisasi Dasar Lengkap anak usia Program
0-11 bulan (Kab/Kota)

Ket:
Data BPS menggunakan populasi anak usia 12-23 bulan karena kelengkapan IDL dapat diketahui setelah usia 1 tahun
Data Program Kemkes menggunakan data sasaran anak usia 0-11 bulan yang ditetapkan dan dihitung oleh Kemkes

4
CAPAIAN IDL NASIONAL DAN PROVINSI

Secara umum, terjadi tren kenaikan capaian IDL sejak 2017 Persentase imunisasi dasar lengkap meningkat di sebagian besar provinsi.
 Capaian masih jauh dari target RPJMN 2024: 90%  29 Provinsi dengan capaian IDL diatas 50%
 2 provinsi yang mengalami penurunan prevalensi IDL, yaitu:
 Terjadi variasi yang cukup tinggi antar provinsi
1) Sumatera Barat dari 47,01% menjadi 39,25%
2) Nusa Tenggara Barat dari 73,33% menjadi 67,40%

Persentase Capaian Imunisasi Dasar Lengkap


Persentase Anak Umur 12-23 Bulan yang Menerima Imunisasi
Dasar Lengkap Menurut Provinsi
99.95%
91.60% 91.10% 93.70%
86.50% 90.60% 73.33
83.30% 84.20%
67.40
47.01

66.44% 58.42%
39.25
63.17%
52.26% 61.09%
55.33% 57.17%
50.31%

Papua Barat
Sumatera Barat

Jawa Barat

Nusa Tenggara Barat

Kalimantan Barat

Sulawesi Barat
Sulawesi Utara

Indonesia
Sumatera Utara

DKI Jakarta

DI Yogyakarta

Kalimantan Utara

Sulawesi Tenggara

Maluku Utara
Kep. Bangka Belitung
Lampung
Jambi

Bali

Gorontalo
Aceh

Sumatera Selatan
Bengkulu

Kep. Riau

Jawa Tengah

Banten

Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan

Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Riau

Jawa Timur

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Timur

Maluku

Papua
Ket:
Data BPS menggunakan populasi anak usia 12-23 bulan karena kelengkapan IDL dapat diketahui setelah usia 1 tahun
Data Program Kemkes menggunakan data sasaran anak usia 0-11 bulan yang ditetapkan dan dihitung oleh Kemkes
Sumber: Susenas, BPS; Profil Kesehatan Indonesia, Kemkes

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Susenas Data Program 2020 2022

5
JUMLAH BAYI YANG BELUM MENERIMA IDL

1. Jika dilihat dari jumlah bayi


Jumlah & Prevalensi Bayi Yang Belum Menerima IDL
yang belum menerima IDL:
450,000 70.0%
10 Provinsi terbesar:
400,000
60.0% • Jabar, Jatim, Jateng, DKI, Aceh,
350,000 Sumut, Riau, Sumbar, Papua,
50.0%
300,000 NTT
250,000 40.0% • Mencakup 74% dari bayi yang
belum IDL di Indonesia
200,000 30.0%

150,000
20.0%
100,000 2. Jika dilihat dari prevalensi bayi
50,000
10.0%
yang belum menerima IDL
0 0.0% 10 Provinsi terbesar:
at ah h au ua ra
t
tan ah ng bi ku au at at li ra
t lu
ar ce Ri Ri ar ar Ba ku
w
a B
aT
eng A P ap
tan
Ba
aS
ela
iT
eng
La
m
pu Ja
m
M
alu
an
pu
a B
es
i B
ra
Ba
Be
ng Aceh, Papua, Sulut, Papua Barat,
Ja w an ter es ulau Pa aw g ga
Ja
K
ali
m
S u m
a
S u law K
ep S ul
aT
en Malut, Sumbar, Riau, Kaltara,
us
N
Sulbar, Kalsel
Jumlah Bayi Yang Belum Menerima IDL Prevalensi Bayi yang Belum IDL

6
KAB/KOTA YANG MENCAPAI TARGET IMUNISASI RUTIN

Jml Kab/Kota Persentase Kab/Kota


Jumlah
Kab/Kota dengan capaian IDL minimal 80% Provinsi
Kab/Kota
mencapai target yang mencapai target
imunisasi rutin imunisasi rutin
• Cakupan 80% adalah standar UCI (universal child immunization), yaitu
JAMBI 11 11 100.0%
minimal cakupan untuk mencapai herd immunity SUMATERA SELATAN 17 17 100.0%
BENGKULU 10 10 100.0%
• 393 kab/kota sudah mencapai UCI LAMPUNG 15 15 100.0%
• Kab/Kota dengan UCI rendah terdapat di Aceh, Sumbar, Papua, Sultra, Riau, KEPULAUAN RIAU
DKI JAKARTA
7
6
7
6
100.0%
100.0%
dan NTT JAWA BARAT 27 27 100.0%
JAWA TENGAH 35 35 100.0%
D.I. YOGYAKARTA 5 5 100.0%
BANTEN 8 8 100.0%
Jml Kab/Kota mencapai target imunisasi rutin Jml Kab/Kota tidak mencapai target imunisasi rutin
BALI 9 9 100.0%
40 NUSA TENGGARA BARAT 10 10 100.0%
1 KALIMANTAN TIMUR 10 10 100.0%
35 0 GORONTALO 6 6 100.0%
JAWA TIMUR 38 37 97.4%
30 SULAWESI SELATAN 24 23 95.8%
10 0 KALIMANTAN TENGAH 14 13 92.9%
25 KALIMANTAN SELATAN 13 12 92.3%
1
SULAWESI BARAT 6 5 83.3%
20 INDONESIA 514 393 76.5%
35 37 8 21
0 SULAWESI UTARA 15 11 73.3%
15 0 6
19 27 1 4 MALUKU UTARA 10 7 70.0%
23 14 5 1
10 0 0 0 0 5 23 7
SUMATERA UTARA 33 23 69.7%
6 17 0 0 4 3 NUSA TENGGARA TIMUR 22 15 68.2%
15 0 14 13 12
5 11 10 3 0 0 10 2 11 8 11 0 1 SULAWESI TENGGARA 17 11 64.7%
7 8 9 10 9 7 7 8
5 6 6 5 6 5 6 KALIMANTAN BARAT 14 9 64.3%
4 4 3
0 MALUKU 11 7 63.6%
H T BI LU G A H R LI R H R
RA N LO U T SULAWESI TENGAH 13 8 61.5%
CE RA M U N RT A U
BA
U A U TA TA
K RA KALIMANTAN UTARA 5 3 60.0%
A BA JA K TU A N
G
TI
M
TI
M N
G
TI
M TA A LU BA
G LI K TE TE I U EL N A BANGKA BELITUNG 7 4 57.1%
RA
N E
IJ
A A RA N
ES IS RO M A
TE BE B A W A N TA O PU RIAU 12 6 50.0%
A K W JA G TA N W ES G
A G
K D JA G N A LA W PA PAPUA BARAT 13 6 46.2%
M N N A M LA
SU TE M LI SU
BA LI A SU
PAPUA 29 8 27.6%
SA K
A K SUMATERA BARAT 19 5 26.3%
U
N ACEH 23 4 17.4%

7
TANTANGAN DAN KENDALA IMUNISASI

SINERGI Sistem Pengingat


Sistem Informasi
Perlu dukungan Pemda • Belum adanya mekanisme
dalam penyediaan anggaran Pencatatan pelaporan pengingat jadwal imunisasi bagi
operasional di lapangan dan masih manual, belum real orang tua
distribusi vaksin sampai ke time, dan belum berbasis • Belum optimalnya penggerakan
tingkat layanan NIK
masyarakat

Penolakan
AKSES (vaccine hesitancy)
Keterbatasan akses terutama • Isu kehalalan vaksin di Aceh
• Hoax (misalnya imunisasi
pada daerah sulit dijangkau
menyebabkan anak menjadi
autism)
• Takut terjadinya efek samping
pasca imunisasi (demam)
• Takut terhadap pemberian
imunisasi ganda (suntikan ganda)

8
Langkah ke Depan

Kebijakan Inovasi Sistem Informasi Koordinasi


1) Menjadikan capaian imunisasi 1) Mendorong perluasan antigen 1) Membangun sistem national 1. Melibatkan faskes swasta (RS/klinik),
sebagai penilaian kinerja baru secara nasional (PCV, registry (pencatatan imunisasi TNI/Polri, dan perusahaan:
Pemda Rotavirus) per individu)  Memberikan data mengenai
2) Menjadikan imunisasi dasar 2) PCV & Rotavirus untuk 2) Membangun sistem reminder pelayanan imunisasi yang telah
lengkap menjadi prasyarat menekan penyebab kematian (pengingat jadwal imunisasi) dilakukan
 Swasta mendapatkan supply antigen
masuk SD atau PAUD bayi (pneumonia & diare) kepada orangtua
dari pemerintah secara gratis
 Memberikan kontrak pelayanan
kepada swasta untuk imunisasi di
daerah terpencil
2) Melibatkan lintas
Kementerian/Lembaga, organisasi
dan tokoh masyarakat untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat
3) Penguatan peran PEMDA dalam
pelaksanaan imunisasi dan pengawalan
kegiatan pencegahan stunting

9
PERCEPATAN PERURUNAN STUNTING

10
10
Lebih dari Separuh Kasus Stunting Nasional
(68% atau 3,2 juta balita) Terjadi di 12 Provinsi

900,000 40.0

801,233
800,000 35.3 35.0 35.0
34.6
32.7
700,000 31.2
30.0 30.0
27.8 28.2 27.7
27.2 26.9
600,000 26.1 26.1
25.2 25.0
532,460 24.6
506,185 23.9 23.8
500,000 20.2 22.1
20.8 21.1
20.5
19.2
20.0 19.8 20.0
18.6 18.5
400,000 18.0
17.0
16.4
15.2 15.4 15.0
14.8
300,000 284,144

218,905
204,124
190,787 10.0
200,000 159,543 158,497
147,598 8.0
129,102 124,723 122,234
108,800 108,597 106,281
100,000
90,248
78,940 73,702 72,158 5.0
60,396 54,341
46,312 46,306 43,604 39,289
34,966 33,145 30,408 28,989 25,532
22,965 22,823 14,014

- -

Sumber: Diolah dari Riskesdas 2018, SSGI 2019, SSGI


estimasi jumlah balita stunting % stunting 2021, SSGI 2022, dan Proyeksi Jumlah Penduduk 2015-
2045
Sebagai upaya percepatan di tahun 2023 dan 2024, telah ditetapkan 12 provinsi prioritas khusus
• 7 provinsi dengan prevalensi balita stunting tertinggi
• 5 provinsi dengan jumlah balita stunting tertinggi

12 provinsi prioritas khusus*: NTT, Sulbar, Aceh, NTB, Sultra, Kalsel, Kalbar, Jabar, Jatim, Jateng, Banten, dan Sumut 11
Progress & Target Stunting dalam Perencanaan
Pembangunan Nasional

37.2 Progress dan Target Penurunan Prevalensi Stunting Balita (%)


Nasional
30.8
 Prevalensi turun 2,8%, dari 24,4% (2021) ke 21,6% (2022) 27.67
 Target RKP 2022: 18,4% (belum tercapai); RKP 2023: 17,5% 24.4
21.6
24,1
 Target RPJMN 2024: 14%. Untuk mencapai target RPJMN 2024 21,1 18,4
Target RPJMN
diperlukan penurunan prevalensi 3,8% per tahun Target RKP 2020 - 2023
14 Target RPJPN
17,5
 Stunting menjadi prioritas RPJPN 2025-2045 (indikator utama), <5
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2045
dengan target: <5%
Progress Penurunan Prevalensi Stunting Balita di 12 Provinsi Prioritas (%)
12 Provinsi Prioritas Tahun 2023 & 2024 37.5

 Secara mayoritas, prevalensi cenderung turun dalam kurun waktu 1 32.5


2021

tahun 2022
27.5
 Jawa dengan penduduk tertinggi cenderung mengalami penurunan 22.5
prevalensi
17.5
 Prevalensi yang stagnan: Jateng; Prevalensi naik: Sulbar & NTB NTT Sulbar NTB Aceh Kalbar Sultra Kalsel Jabar Jatim Jaten Sumut Ban- IN-
g ten DONE
 Prevalensi tertinggi: NTT; Prevalensi terendah: Jatim SIA

2021 37.8 33.8 31.4 33.2 29.8 30.2 30 24.5 23.5 20.9 25.8 24.5 24.4

 Penurunan paling tinggi: Kalsel 2022 35.3


Sumber: Riskesdas352013,32.7 31.22018,
Riskesdas 27.8
SSGBI27.7 24.6 2021,
2019, SSGI 20.2SSGI
19.2 20.8 21.1 20 21.6
2022 12
Anggaran Penurunan Stunting
Bersumber Belanja K/L & DAK

Tren Anggaran Belanja K/L Anggaran Spesifik K/L yang Mendukung


 Anggaran pada tahun 2023 cenderung mengalami penurunan karena Penurunan Stunting, 2019-2023 (Rp Triliun)
pendanaan PMT (makanan tambahan) & TTD (tablet tambah darah)
dialihkan ke DAK
Pembiayaan melalui DAK 2023
 Fisik: kesehatan, KB, sanitasi, air minum
 Non-fisik: kesehatan, operasional stunting (BOKB), pendidikan, pertanian
 Peruntukan: antropometri, PMT lokal, TTD, sanitasi, air minum, 4.1
3.7
pendampingan keluarga, konvergensi
2.4
Pembiayaan melalui DAK 2024 2.1
1.8
 Lokus DAK fisik: dibatasi pada seluruh kab/kota di 12 provinsi
 Lokus DAK non-fisik: lebih fleksibel (dapat di luar 12 provinsi), dengan:
 Penajaman sasaran: keluarga 1000 HPK & keluarga berisiko stunting 2019 2020 2021 2022 2023
 Peningkatan aktivitas pendampingan Sumber: Dokumen Ringkasan Penandaan Tahun 2019-
2023
13
5 Pilar Strategi Nasional Percepatan Penurunan Stunting
dalam Perpres No. 72 Tahun 2021

Kelompok Sasaran
 Remaja
 Calon pengantin
 Ibu hamil
 Ibu menyusui
 Anak berusia 0 – 59
bulan

Tujuan
 Menurunkan prevalensi stunting
 Meningkatkan kualitas penyiapan kehidupan berkeluarga
 Menjamin pemenuhan asupan gizi
 Memperbaiki pola asuh
 Meningkatkan akses & mutu pelayanan kesehatan
 Meningkatkan akses air minum & sanitasi
14
Konvergensi Intervensi Sensitif dan Spesifik

Malnutrisi pada ibu dan anak


Strategi
Immediate
Causes
Akses tidak adekuat Penyakit infeksi
Pemberian Imunisasi Kelompok Sasaran
 Remaja
Rumah Akses yankes &  Calon pengantin
Underlying Pola asuh  Ibu hamil
tangga rawan lingkungan
Causes tidak tepat  Ibu menyusui
pangan tidak adekuat  Anak berusia 0 – 59 bulan

Akses rumah tangga pada sumber daya: tempat Tujuan


tinggal, edukasi, kepekerjaan, pendapatan &
teknologi  Menurunkan prevalensi stunting
Basic  Meningkatkan kualitas penyiapan kehidupan
Causes
berkeluarga
Finansial, SDM, kemampuan fisik & sosial  Menjamin pemenuhan asupan gizi
 Memperbaiki pola asuh
 Meningkatkan akses & mutu pelayanan kesehatan
 Meningkatkan akses air minum & sanitasi
Sosiokultur, ekonomi, politik
Sumber: Unicef, 1991
15
Intervensi Spesifik dan Intervensi Sensitif

Intervensi spesifik: menyasar penyebab langsung stunting


Intervensi Prioritas Sesuai Kondisi
Kelompok Sasaran Intervensi Prioritas Intervensi Pendukung
Tertentu
Kelompok Sasaran 1.000 HPK
Ibu Hamil  Pemberian Makanan Tambahan bagi ibu hamil  Suplementasi Kalsium  Perlindungan dari Malaria
dari kelompok miskin/Kurang Energi Kronik  Pemeriksaan kehamilan  Pencegahan HIV
(KEK)
 Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD)
Ibu menyusui dan anak 0- 23  Promosi dan konseling menyusui  Suplementasi kapsul Vitamin A  Pencegahan kecacingan
bulan  Promosi dan konseling Pemberian Makan Bayi  Suplementasi Taburia
dan Anak (PMBA)  Imunisasi
 Tatalaksana gizi buruk  Suplementasi Zink pada
 Pemberian makanan tambahan pemulihan bagi pengobatan diare
anak kurus  Manajemen Terpadu Balita Sakit
 Pemantauan dan promosi Pertumbuhan (MTBS)
Kelompok Sasaran Usia Lainnya
Remaja putri dan wanita usia  Suplementasi tablet tambah darah
subur
Anak 24-59 bulan  Tata laksana gizi buruk  Suplementasi kapsul vitamin A  Pencegahan kecacingan
 Pemberian makanan tambahan pemulihan bagi anak  Suplementasi taburia
kurus  Suplementasi zinc untuk
 Pemantauan pertumbuhan pengobatan diare
 Manajemen terpadu balita sakit
(MTBS)

DENGAN IMUNISASI DAYA TAHAN ANAK MENINGKAT, TERHINDAR DARI


PENYAKIT 16
Roadmap Penurunan Stunting di Indonesia:
Indikator Intervensi Spesifik dan Sensitif
Perpres No. 72/2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting

Intervensi Spesifik Intervensi Sensitif

Indikator Sasaran Target Indikator Sasaran Target

1. Ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang mendapatkan 90% 1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) pascapersalinan. 70%
tambahan asupan gizi. 2. Kehamilan yang tidak diinginkan. 15,5%
2. Ibu hamil yang mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) 80% 3. Calon pasangan usia subur (PUS) yang memperoleh 90%
minimal 90 tablet selama masa kehamilan. pemeriksaan kesehatan sebagai bagian dari pelayanan nikah.
3. Remaja putri yang mengonsumsi Tablet Tambah Darah 58% 4. Rumah tangga yang mendapatkan akses air minum layak di 100%
(TTD). kabupaten/kota lokasi prioritas.
4. Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat air susu ibu (ASI) 80% 5. Rumah tangga yang mendapatkan akses sanitasi (air limbah 90%
domestik) layak di kabupaten/kota lokasi prioritas.
eksklusif.
6. Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan 112,9 juta
5. Anak usia 6-23 bulan yang mendapat Makanan Pendamping 80% Nasional dari 40% penduduk berpendapatan terendah. penduduk
Air Susu Ibu (MP-ASI). 7. Keluarga berisiko stunting yang memperoleh pendampingan. 90%
6. Anak berusia di bawah lima tahun (balita) gizi buruk yang 90% 8. Keluarga miskin dan rentan yang memperoleh bantuan tunai 10 juta keluarga
mendapat pelayanan tata laksana gizi buruk. bersyarat.
9. Target sasaran yang memiliki pemahaman yang baik tentang 70%
7. Anak berusia di bawah lima tahun (balita) yang dipantau 90% stunting di lokasi prioritas.
pertumbuhan dan perkembangannya. 10. Keluarga miskin dan rentan yang menerima bantuan sosial 15.600.039
8. Anak berusia di bawah lima tahun (balita) gizi kurang yang 90% pangan. keluarga
11. Desa/kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan 90%
mendapat tambahan asupan gizi.
(BABS) atau Open Defecation Free (ODF).
9. Balita yang memperoleh imunisasi dasar lengkap. 90%
17
Capaian Indikator Spesifik & Sensitif Kunci

C apai an I nt e r v e ns i S p e s i fi k Capaian 2021 Capaian 2022 Target 2024


 Sebagian besar indikator spesifik kunci

90.00

90.00
90.00

90.00

90.00

90.00
89.71
89.11

87.11

84.46
89.7
80.00

80.00

80.00

78.30
belum mencapai target, seperti pemberian

69.81

77.9
66.40

63,17
58.00
46.44

52.5
61,09

48.2
makanan tambahan & konsumsi tablet

15.77
N/A N/A tambah darah serta balita mendapat
imunisasi dasar lengkap (IDL)

 Indikator sensitif kunci, seperti desa


kelurahan stop BABS/ODF &
pendampingan keluarga, masih jauh dari
target yang ditetapkan

 Masih terdapat indikator yang belum


C a p a i a n I n t e r v e n s i S e n s i ti f
dapat menghitung capaian tahunan
Capaian 2021 Capaian 2022 Target 2024
112
96.8
96.8

90

90
50.6
50.2
70

32

N/A
N/A Isu strategis:
 Adanya potensi under-reporting sasaran karena berbasis pelaporan pada
fasilitas kesehatan, seperti pemantauan pertumbuhan balita
 Cakupan program belum mencukupi target, misalnya pemberian makanan
tambahan, balita mendapat IDL
 Diperlukan penguatan data rutin
 Pendampingan keluarga belum berjalan optimal 18
Upaya penguatan: peningkatan kepatuhan intervensi di
sasaran prioritas

Pemenuhan intervensi Peningkatan konvergensi Perbaikan monev & data,


Pendampingan keluarga
di desa termasuk surveilans

Peningkatan monev,
Pemenuhan seluruh Seluruh intervensi fokus Setiap keluarga 1.000 pemahaman data, &
intervensi spesifik & pada desa prioritas & HPK didampingi untuk surveilans untuk deteksi dini
sensitif sesuai target keluarga 1.000 HPK memastikan compliance masalah gizi di lapangan,
intervensi termasuk:
 Pemenuhan alat ukur
terstandar di seluruh
posyandu
 Peningkatan kualitas SDM
pengukur terstandar

19
TERIMA KASIH

20
PENCAPAIAN TARGET RPJMN KESEHATAN 2020-2024

10 Indikator Potensi Tidak Tercapai


Indikator Baseline Capaian 2022 Target 2024
KIA 1. % imunisasi dasar lengkap pada anak usia 12-23 bulan 57,9 63,17 90
2. Prevalensi stunting pada balita (%) 30,8 21,6 14
Gizi
3. Prevalensi wasting pada balita (%) 10,2 7,7 7
Penyakit 4. Insidensi Tuberkulosis (per 100.000 penduduk) 312 354* 297
Menular 6. Eliminasi kusta (kab/kota) 368 403 514
7. % merokok penduduk usia 10-18 tahun 9,1 n.a 8,7
PTM
8. Prevalensi obesitas penduduk umur ≥ 18 tahun (%) 21,8 n.a 21,8
Sistem 9. % FKTP terakreditasi 40 56,4 100
10. % Puskesmas dengan jenis tenaga kesehatan sesuai standar 23 56,07 83

8 Indikator Optimis Tercapai


Indikator Baseline Capaian 2022 Target 2024
1. Angka kematian ibu (per 100.000 kelahiran hidup) 305 189 183
KIA
2. Angka kematian bayi (per 1.000 kelahiran hidup) 24 16,9 16
Penyakit 3. Eliminasi malaria (kab/kota) 300 372 405
Menular 4. Insidensi HIV (per 1.000 penduduk yang tidak terinfeksi HIV) 0,24 0,9 0,18
4. % RS terakreditasi 63 90,97 100
5. % Puskesmas tanpa dokter 15 3 0
6. % Puskesmas tersedia obat esensial 86 90 96
Sistem
7. % obat memenuhi syarat 78,6 89,73 92,3
8. % makanan memenuhi syarat 76 85,21 86
9. Cakupan PBI JKN 94,1 112,9 133,3

*Global TB Report 2022


21
JENIS DAN JADWAL PEMBERIAN IMUNISASI

Usia Pemberian

Jenis Imunisasi Bayi dan Baduta (bulan) Anak Usia Sekolah WUS
(15-39
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 18 1 SD 2 SD 5 SD 6 SD th)

Hepatitis B
BCG
DPT-HB-Hib
IDL
Polio Tetes (bOPV)
Polio Suntik (IPV)
Campak Rubela
Pneumococcal Conjugate
Vaccine (PCV)
Antigen
Baru Japannese Encephalitis
Rotavirus
Difteri Tetanus (DT)
Imunisasi Tetanus Difteri (Td)
Anak
Sekolah & Human Pappiloma Virus
Dewasa (HPV) Vaccine
22 22
JENIS ANTIGEN IMUNISASI

Hepatitis B (mencegah penyakit Hepatitis B)

BCG (mencegah penyakit Tuberkulosis)

Polio tetes (mencegah penyakit polio/lumpuh layuh akut)

Polio injeksi (mencegah penyakit polio)

Diphteri (mencegah penyakit difteri)

Pertusis (mencegah penyakit pertusis/batuk rejan/batuk 100 hari)

Tetanus (mencegah penyakit tetanus)

Haemophilus influenza type B (mencegah penyakit meningitis (radang otak)

Pneumococcus (mencegah penyakit radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri pneumonia)

Rotavirus vaksin (mencegah penyakit diare yang disebabkan oleh Rotavirus)

Campak/Measless (mencegah penyakit campak)

Rubella (mencegah penyakit rubella)

Human papilloma virus (mencegah penyakit kanker servik)

Japanese encephalitis (mencegah penyakit radang selaput otak)

23
Prevalensi Stunting Balita per Provinsi (%), 2022
40.0
35.335.034.6
35.0 32.7
31.230.0
30.0 28.227.827.727.2
26.926.126.1
25.224.6
25.0 23.923.8
22.121.1
20.820.520.220.019.8
19.218.618.518.0
20.0 17.016.4
15.415.214.8
15.0

10.0 8.0

5.0

0.0
ur u a e h a h r a a h ku an al
o
ar
a
ar
a en ur g a u a u ta
m ap Ac ng ga ng al
u a t
nt t t n t i m un Ri Ri ar
T i
P e ng Se
l U U Ba T lit n a k
ra iT Te M r o a es
i a Be a J
e
an an Go er aw au
I
ga es iT t t a t
a w J ka l DK
ng l aw es a n a n
u m ul n g
ep
u
Te w S a
Su ul
a l im l im S B K
sa S K a K a p.
N
u Ke

≥30% (sangat tinggi) 20 - <30% (tinggi) 10 - <20% (sedang) 2,5 - <10% (rendah)

Sumber: SSGI 2022; kategori berdasarkan WHO 24


Tren Alokasi Anggaran Percepatan Penurunan Stunting
Tingkat Pusat, 2019-2023
Alokasi Anggaran per K/L, 2019-2023 (Rp Miliar) Tren Alokasi Anggaran sesuai Pagu Awal, 2019 – 2023 (Rp T)
No. K/L 2018 2019 2020 2021 2022 2023
1 Kemenkes 416 6.675,10 5.756,70 7.354,2 8.262,0 6.945,1
2 BKKBN 34,2 93,4 89,7 74,7 810,4 834,2
3 Kemensos 12.304,0 16.945,1 31.954,9 26.948,6 23.333,3 20.331,0
4 Kemenag - 10,1 5,6 12,9 31,1 55,9
5 KemenPUPR 6.561,4 4.760,6 1.593,6 576,4 1.352,5 1.250,8
6 Kemendikbud 29,3 52,5 6,32 6,7 25,5 43,1
7 Kemenko PMK 1,8 0,8 0,8 0,5 1,3 3,9
8 Kemensetneg - 46,8 50,8 54,3 26,0 4,3
9 Kemendagri 1,7 12,1 23,8 26,1 7,4 10,5
10 KemenPPN/Bappenas 2,2 0,8 15 17,2 0,7 4,6

11 Kemendes PDTT - 7,7 0,7 5 0,8 12,7


12 Kementan 169,2 284 46,1 112,7 137,1 262,1
13 KKP 15,5 32,2 28,1 71,4 15,2 30,7
14 Kemenkominfo - 27,6 11,4 11 14,9 15,7
15 BPOM 1,5 60,1 36,7 58,4 130,1 226,6
16 Kemenperin - 1,2 0,5 - - -
17 KemenPPPA - 1,6 0,7 1,1 2,6 3,9 • Tahun 2020-2021, terdapat peningkatan proporsi anggaran
18 BPS 191,8 221,3 211 - - - intervensi sensitif berkaitan dengan pandemi Covid-19;
19 Batan 9,6 13,8 0,2 0,3 - -
20 BPPT - - 2 2 - -
• Penyesuaian anggaran saat pandemi Covid-19 dilakukan
21 BNPP - - - 0,9 0,7 0,7 peningkatan cakupan bantuan sosial di Kementerian Sosial;
22 Bapanas - - - - - 2,5 • Terdapat K/L baru pada tahun 2023: Badan Pangan Nasional
Jumlah 24.138,3 29.246,8 39.834,7 35.334,1 34.151,1 30.038,5
(Bapanas) sebagai salah satu representasi koordinasi
KL dengan Intervensi Spesifik KL dengan Intervensi Sensitif KL dengan Dukungan & Koordinasi peningkatan akses & kualitas pangan
Sumber : Dokumen ringkasan penandaan tematik stunting tahun 2019-2023,
25
Konvergensi Intervensi pada Sasaran Prioritas

Sasaran Program Intervensi Sensitif


 Dari total 176 RO tagging stunting TA 2022,
Nocx
terdapat 34 RO dari 8 K/L menyasar langsung cf
K/L RO Intervensi Sensitif Sasaran
sasaran prioritas (ibu hamil, baduta, balita dan 1. Kementan Kawasan Padi Kaya Gizi (Biofortifikasi) Gapoktan
keluarga memiliki balita) dan 24 RO dari 7 K/L 2. Kemensos Keluarga yang Mendapat Bantuan Sosial Keluarga miskin terdaftar dalam
menyasar kelompok sasaran penting (remaja Bersyarat (PEN) DTKS
putri, WUS dan calon pengantin) 3. Kemensos KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Keluarga miskin terdaftar dalam
Pangan Sembako DTKS
 Pada RO yang belum menyasar kelompok 4. BKKBN Keluarga dengan baduta yang
mendapatkan fasilitasi dan pembinaan
Keluarga dengan baduta sumber
data PK21
prioritas, perlu dipastikan proporsi prioritas 1000 HPK
untuk keluarga 1.000 HPK 5. Kemenkes Cakupan penduduk yang menjadi Peserta kategori miskin
Penerima Bantuan Iuran (PBI) dalam berdasarkan SK Menteri sosial
 Perlu peningkatan konvergensi sasaran JKN/KIS
6. Kemen PUPR Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Ibu hamil, baduta, anak stunting,
terutama pada intervensi sensitif, dimana Setempat Skala Individu difabel kategori masyarakat
sebagian RO belum memiliki mekanisme berpenghasilan rendah data
menyasar ibu hamil, baduta/balita, balita KemenPUPR
7. Kemen PUPR Infrastruktur air minum berbasis Sasaran kelompok masyarakat
stunting, dan keluarga beresiko stunting masyarakat
8. BPOM Desa Pangan Aman Kader keamanan pangan desa,
ibu hamil, keluarga dengan balita,
WUS, remaja putri, ibu memiliki
anak stunting
9. KKP Kampanye Gemar Makan Ikan Ibu hamil, keluarga memiliki
balita, WUS, remaja putri
10. Kemendikbud Satuan PAUD Menyelenggarakan Satuan PAUD
Pendidikan Holistik Integratif 26
Kemajuan Monev & Satu Data Stunting

Pemantauan dan evaluasi kinerja dan anggaran K/L telah dilakukan secara i-Monev sebagai Pendukung Sistem Monev
rutin:
 Tagging anggaran K/L di Krisna Renja
 Capaian output K/L
 Pelaporan kinerja & anggaran (semester & tahunan)

Telah dikembangkan dashboard monev terintegrasi di Bappenas:


 Mengintegrasikan data perencanaan & realisasi anggaran (K/L & DAK)
 Capaian kinerja K/L
 Menyajikan data dalam bentuk grafik, tabel & peta

Tindak lanjut yang diperlukan untuk penyempurnaan data monev:


 Penyempurnaan data surveilans e-PPGBM (Kemenkes): Kualitas
pengumpulan data, pemanfaatan, cakupan, & kapasitas tenaga pengukur
 Pemanfaatan e-PPGBM untuk surveilans gizi
 Data sharing individu/keluarga penerima manfaat (terutama e-PPGBM di
Kemkes, serta Elsimil & PK di BKKBN)
27

Anda mungkin juga menyukai