TUGAS INDIVIDU
OLEH:
N012171026
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroorganisme merupakan suatu makhluk hidup yang tidak dapat
dilihat secara langsung atau dengan kasat mata.Mikroorganisme terbagi atas
beberapa hal yaitu bakteri, virus, candida, dan protozoa. Untuk mengetahui jenis
dan penanganan suatu mikroorganisme tersebut maka terlebih dahulu kita harus
mengetahui bagaimana metode pengambilan sampel pengambilan apusan guna
mendukung pemeriksaan dan penindakan pada saat akan melakukan tindakan.
Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan kompleks.
Ratusan spesies mikroba menghuni bagian tubuh kita, seperti mulut, saluran
pencernaan dan kulit. Udara, tanah, dan air yang merupakan komponen alam
sebagai tempat tinggal kita juga dihuni oleh beragam mikroorganisme.
Pada tubuh dalam keadaan normal diperkirakan terdapat lebih kurang
1.012 bakteri yang menghuni kulit, 1.010 di mulut dan 1.015 di saluran
pencernaan. Kebanyakan diantaranya merupakan bakteri yang sangat spesifik dan
memiliki kemampuan untuk menggunakan bahan makanan, kemampuan
menempel pada permukaan tubuh, dan mampu beradaptasi (secara evolusi)
terhadap hostpes. Adapun bakteri yang sering ditemukan melekat pada setiap sel
epitel terlepas yang ada dipermukaan dorsal lidah adalah kelompok golongan
streptococcus, yaitu bakteri yang dapat menimbulkan caries gigi adalah
streptococcus sp. dan adapun bakteri yang terdapat pada plak pada gigi adalah
streptococcus dan neisseria.
Penyakit infeksi yang timbul sering diakibatkan mikroorganisme yang
bersifat patogen. Dalam pemeriksaan penyakit infeksi, biasanya dilakukan
pemeriksaan fisik dan anamnese guna menemukan etiologi penyakit. Cara lain
dalam menegakkan diagnosa guna menemukan mikroorganisme apa yang
menjadi penyebab suatu penyakit adalah dengan cara pemeriksaan spesimen.
Untuk mempelajari mikroba, kita perlu membiakkannya pada media
terlebih dahulu. Namun sebelum kita melakukan pembiakan mikroba, hal yang
penting untuk dilakukan adalah melakukan pengambilan sampel. Teknik
pengambilan sampel merupakan suatu aspekpenting yangharus diperhatikan
ketika melakukan penelitian mikrobiologi. sampel yang diambil haruslah
merupakan representasi dari seluruh bagian yang diteliti. Untuk itu diperlukan
teknik yang benar agar terhindar dari kesalahan yang mengakibatkan sampel
menjadi bias. Setelah itu kita juga harus mengenal tentang pertumbuhan mikroba.
Menurut Benefield dan Randall (1980) pertumbuhan bakteri sederhana
didefinisikan sebagai peningkatan jumlah mikroorganisme per unit waktu.
Kebanyakan bakteri bereproduksi dengan cara membelah diri, di mana akan
terbentuk dua sel baru dari satu sel induk. Waktu yang dibutuhkan untuk
membentuk dua sel baru tersebut dinamakan waktu generasi. Waktu generasi
bervariasi tergantung pada spesies dan kondisi pertumbuhan, ada yang hanya
beberapa menit ada yang sampai beberapa jam. Jika bakteri ditanam dalam suatu
larutan biak, maka bakteri akan terus tumbuh sampai salah satu faktor
kebutuhannya mencapai minimum dan pertumbuhan menjadi terbatas. Kalau
sepanjang peristiwa ini tidak terjadi tidak terjadi penambahan nutrisi atau
penyaluran keluar produk–produk metabolisme, maka pertumbuhan dalam
lingkungan hidup seperti ini mematuhi hukum– hukum, yang tidak hanya berlaku
bagi organisme bersel tunggal saja, tetapi juga untuk organisme bersel banyak
dengan pertumbuhan yang dibatasi secara genetik (Burrows, 2004).
Berdasarkan dari penjelasan yang telah dijelaskan di atas, maka perlu
diketahui cara melakukan pengambilan sampel mikroba dan mampu
membiakkan mikroba dengan baik dan benar.
B. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada,tujuan dari penulisan adalah untuk :
1. Mengetahui apa itu isolasi pada mikroba dan mengetahui apa itu inokulasi
pada mikroba
2. Mengetahui peralatan untuk isolasi dan inokulasi
3. Mengetahui macam teknik preparasi pengambilan sampel mikroba dan hal-hal
yang mempengaruhinya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bahan /Specimen Untuk Pemeriksaan Mikrobaiologi
Selain dengan melihat serta anamneses terhadap penyakit yang diderita
secara klinis, diagnose pasti suatu penyakit dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
laboratorium, sehingga penting untuk mengetahui kesesuaian bahan pemeriksaan
mikrobaiologi dengan diagnose penyakit yang akan ditegakkan sehingga hasil
pemeriksaan benar-benar menggambarkan keadaan pasien yang sebenarnya.
Pengambilan spesimen harus memperhatikan : bahan yang diambil, jumlah,
teknik, waktu.
1. Air seni /Urine
Pada dasarnya urine manusia yang sehat tidak mengandung kuman,
namun dalam keadaan abnormal atau akibat terjadinya infeksi dapat
ditemukan berbagai macam jasad renik misalnya bakteri gonorrhoe, coli dan
lain-lain serta parasit baik jamur candida maupun flagellata trichomonas
vaginalis.
Untuk pemeriksaan mikrobaiologi diperlukan minimal 10 ml urine
yang didapat dengan cara aseptic dengan wadah steril. Pengambilan specimen
urine pada pemeriksaan mikrobaiologi dilakukan dengan cara Supra Pubic
Fungsi, Midstream dan Cateter. Pemeriksaan mikrobaiologis dan Cultur /
biakan urine menggunakan sedimen urine.
2. Darah / blood
Pemeriksaan mikrobaiologi darah untuk mengetahui septisemia/
bacterimia/Parasitemia/Viremia. Pemeriksaan parasitologi pada pemeriksaan
mikroskopis Plasmodium malaria dan Mikrofilaria yaitu cacing darah
penyebab penyakit kaki gajah atau elephantiasis . Pada pemeriksaan kaki
gajah pengambilan sampel darah dilakukan pada ujung jari waktu malam
hari hingga subuh.
Sebagian besar diagnose penyakit menular menggunakan bahan
darah (serum) untuk pemeriksaan Immunologi atau serologi dimana
diidentifikasi anti gen atau anti body yang spesifik terhadap mikrobanya.
Pemeriksaan bakteri misalnya Gaal Cultur/Widal, ASTO, TPHA, dll.
Oleh parasit misalnya pemeriksaan Toksoplasma, Malaria,Filaria dll. Oleh
virus misalnya DBD, Campak, Chikungunya, hepatitis, rubella, HIV dll.
Beberapa pemeriksaan berikut ini menggunakan spesimen darah,
antara lain:
a. Serum glutamik piruvik transaminase (SGPT) atau alanin
amoniotransferase. Pemeriksaan SGPT dilakukan untuk mendeteksi
adanya kerusakan hepatoseluler.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Hindari hemolisis.
4. Berikan label nama dan tanggal.
b. Albumin.
Pemeriksaan albumin dilakukan untuk mendeteksi kemampuan albumin
yang disintesis oleh hepar. Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan
adanya gangguan hepar seperti sirosis, luka bakar, gangguan ginjal, atau
kehilangan protein dalam jumlah yang banyak.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Berikan label nama dan tanggal.
c. Asam Urat.
Pemeriksaan asam urat dilakukan untuk mendeteksi penyakit pada ginjal,
anemia asam folat, luka bakar, dan kehamilan. Terjadi peningkatan asam
urat dapat diindikasikan penyakit seperti leukemia, kanker, eklamsia berat,
gagal ginjal, malnutrisi, dan lain-lain.
1. Ambil darah ± 5-7 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Berikan label nama dan tanggal.
d. Bilirubin (total, direct, dan indirect)
Pemeriksaan bilirubin dilakukan untuk mendeteksi kadar bilirubin.
Pemeriksaan pada bilirubin direct, dilakukan untuk mendeteksi adanya
ikterik obstruktif oleh karena batu atau neoplasma, hepatitis, dan sirosis.
Pada bilirubin indirect, pemeriksaan dapat mendeteksi adanya anemia,
malaria, dan lain-lain.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Hindari hemolisis.
4. Berikan label nama dan tanggal.
e. Estrogen.
Pemeriksaan estrogen dilakukan untuk mendeteksi disfungsi ovarium,
gejala menopause dan pasca menopause, serta stres psikogenik.
Peningkatan nilai estrogen dapat menunjukkan indikasi adanya tumor
ovarium, adanya kehamilan, dan lain-lain.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Berikan label nama dan tanggal.
f. Gas Darah arteri.
Pemeriksaan gas darah arteri dilakukan untuk mendeteksi gangguan
keseimbangan asam basa yang disebabkan oleh karena gangguan
respiratorik atau gangguan metabolik.
Cara:
1. Ambil darah ± 1-5 ml dari arteri, dengan spuit dan jarum berisikan
heparin.
2. Berikan label nama dan tanggal.
g. Gula Darah Puasa.
Pemeriksaan gula darah puasa dilakukan untuk mendeteksi adanya
diabetes atau reaksi hipoglikemik.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Puasakan makan dan minum 12 jam sebelum pemeriksaan.
h. Gula Darah Postprandial.
Pemeriksaan gula darah postprandial bertujuan untuk mendeteksi adanya
diabetes atau reaksi hipoglikemik. Pemeriksaan dilakukan setelah makan.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena 2 jam setelah makan pagi atau siang.
2. Masukkan ke dalam tabung atau botol.
i. Gonadotropin korionik manusia (Human Chorionic Gonadotropin-HCG)
Pemeriksaan HCG dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan karena
HCG adalah hormon yang diproduksi oleh plasenta.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Hindari hemolisis.
4. Berikan label nama dan tanggal.
j. Hematokrit.
Pemeriksaan hematokrit dilakukan untuk mengukur konsentrasi sel-sel
darah merah dalam darah. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya
anemia, kehilangan darah, gagal ginjal kronis, serta defisiensi vitamin B
dan C. Apabila terjadi peningkatan hematokrit dapat diindikasikan adanya
dehidrasi, asidosis, trauma, pembedahan, dan lain-lain.
Cara:
1. Ambil darah ± 7 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Berikan label nama dan tanggal.
k. Hemoglobin.
Pemeriksaan hemoglobin dilakukan untuk mendeteksi adanya anemia dan
penyakit ginjal. Peningkatan hemoglobin dapat menunjukkan indikasi
adanya dehidrasi, penyakit paru-paru obstruksi menahun, gagl jantung
kongestif, dan lain-lain.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Hindari hemolisis.
4. Berikan label nama dan tanggal.
l. Trombosit.
Pemeriksaan trombosit dilakukan untuk mendeteksi adanya
trombositopenia yang berhubungan dengan perdarahan, dan trombositosis
yang menyebabkan peningkatan pembekuan.
Cara:
1. Ambil darah ± 5 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Berikan label nama dan tanggal.
m. Masa Tromboplastin parsial (Partial Tromboplastin Time-PPT), masa
tromboplastin parsial teraktivasi (Activation Partial Tromboplastin Time-
APTT).
Pemeriksaan PTT/APTT bertujuan untuk mendeteksi variasi trombosit,
memonitor terapi heparin, dan mendeteksi defisiensi faktor pembekuan
kecuali faktor VII dan VIII.
Cara:
1. Ambil darah ± 7-10 ml dari vena.
2. Lakukan Pengambilan 1 jam sebelum pemberian dosis heparin.
3. Masukkan pada tabung atau botol.
4. Berikan label nama dan tanggal.
n. Pemeriksaan lain yang menggunakan spesimen darah antara lain
pemeriksaan kadar elektrolit dalam darah, masa protombin, progesteron,
prolaktin, serum keratinin, kortisol, kolesterol, T3, T4, dan lain-lain.
3. Tinja / Faeses
Untuk memastikan adanya pencemaran atas suatu kejadian luar biasa
misalnya kasus diare, muntah berak yang disebabkan antara lain oleh bakteri
Coli, Cholera serta bakteri pathogen lain misalnya Salmonella dan Shigella.
Kuman kuman patologis pada tinja ini mudah mati pada suhu kamar sehingga
untuk dapat diidentifikasi dilaboratorium harus dimasukkan pada media
transport bakteri ( Amies, Stuart, Carry dan Blair, dll) dan bila tidak
memungkinkan mendapatkan tinja dapat dilakukan dengan rectal / anal swab.
Pemeriksaan parasitologi pada kecacingan dengan menemukan
cacing atau telur cacing pada tinja, menemukan amoeba atau protozoa lain
penyebab dysentri.
Pada tersangka Polio atau AFP ( Acut Flacid Paralisis) dimana
terjadi kelumpuhan yang mendadak pada anak dilakukan juga pengambilan
specimen Tinja untuk mengidentifikasi /isolasi virus penyebabnya.
4. Dahak /Sputum
Pemeriksaan sputum sebagian besar dilakukan untuk diagnose
infeksi TBC yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculose, cara
pengambilan specimen sebanyak 3 kali atau sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS).
Pemeriksaan sputum dilakukan juga untuk diagnose kuman lain penyebab
ISPA misalnya kuman Klebsiella , Pneumonia dan lain-lain.
5. Kerokan kuku, Kulit, dan Potongan rambut
Bahan pemeriksaan ini diambil untuk pemeriksaan parasitologi
jamur superfacialis (permukaan).
6. Reitz Serum
Disebut juga bubur jaringan ,diambil dengan melakukan sayatan
dengan scalpel pada permukaan kulit dan mengambil cairannya yang diduga
terinfeksi Mycobacterium leprae penyebab penyakit lepra atau kusta yabd
dilakukan pada beberapa tempat.
7. Cairan Pleura
Cairan yang berasal dari rongga paru-paru diambil untuk
pemeriksaan terhadap bakteri maupun parasit jamur penyebab infeksi .
8. Cairan Otak /LCS (liquor Cerebro Spinal)
Cairan yang diambil pada tulang belakang dengan lumbal fungsi
untuk mengetahui adanya infeksi bakteri /Parasit /virus pada selaput otak
misalnya pada kasus meningitis.
9. Nanah / Pus
Pengambilan Nanah dapat dilakukan dengan apusan maupun
aspirasi untuk mengetahui kuman penyebab infeksi maupun resistensi obat.
10. Usap/ apusan / Swab
Pada pengambilan swab diperlukan lidi kapas atau Dacron plastic
steril dan kadang digunakan juga media cultur. Usap Mata/ Conjungtiva swab
dilakukan pada infeksi bakteri pada mata atau conjungtivitis misalnya pada
kasus Blenorrhoe pada neonatus.
Usap Vaginal swab / uretra swab dilakukan untuk pemeriksaan
bakteriologi, parasitologi maupun virologi pada infeksi uretra atau vagina
posterior dan anterior.
Usap Dubur /Rectal swab/anal swab dilakukan bila tidak
memungkinkan mendapatkan tinja, pada kasus infeksi cacing Kremi yang
disebabkan oxyuris vermicularis pengambilan specimen perianal (sekitar
dubur) dengan menggunakan selotape dilakukan pada malam hari.
Usap tenggorok /Oropharing dan Usap Hidung/ nasopharing swab.
Usap tenggorok dilakukan pada kasus infeksi bakteri Corynebacterium
diptheriae, virus Flu burung, maupun campak.
11. Spesimen lain
Pemeriksaan Mikrobaiologi lain dapat dilakukan untuk mengetahui
tingkat sterilitas, hygenitas dan menghindari / mencegah kontaminasi jasad
renik berbahaya dari Air, Makanan dan Minuman yang diperjual belikan ,
peralatan makan di Restoran dan Hotel , ruangan operasi di RS dimana
kegiatan ini dilakukan oleh tim pengawas kesehatan RS maupun Dinas
Kesehatan.
Specimen urine, air, darah, nanah dan lain-lain yang tidak segera
diperiksa di laboratorium sebaiknya disimpan pada lemari es agar tidak terjadi
perubahan pada specimen.
Hindarkan kebocoran / tumpah yang dapat mengkontaminasi
specimen lain dan menyebabkan infeksi. Untuk rujukan sertakan data pasien,
pemeriksaan yang diminta, nama specimen, dokter yang meminta
pemeriksaan.
p. Metode Pewarnaan
1. Pewarnaan Sederhana
Pewarnaan ini bertujuan untuk mengetahui bentuk dan susunan
bakteri. Hanya menggunakan satu warna pengecetan dan warna sel sesuai
dengan warna cat organic yang dipakai. Misalnya Basic / Carbol Fuchin
(merah), Methylene blue (biru), Brilliant Green (hijau) dll.
2. Pewarnaan Negatif
Merupakan metode pewarnaan untuk mengetahui bentuk dan
susunan bakteri yang sulit diwarnai misalnya soil bacteria / bakteri tanah.
Pewarnaan ini hanya mewarnai latar belakangnya saja sedangkan sel bakteri
tampak transparan. Cat yang biasa dipakai adalah Nigrosin (hitam).
3. Pewarnaan Differensial
Pewarnaan differensial adalah pewarnaan yang digunakan untuk
membedakan sifat bakteri terhadap suatu pengecatan, dua warna cat yang
digunakan menunjukan sifat bakteri dan ini ditentukan oleh komposisi dari
kulit sel bakteri.
a. Pewarnaan bakteri (basil) tahan asam (BTA)
Pewarnaan ini digunakan untuk menegakkan diagnose laboratorium
mikrobaiologi terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis penyebab
TBC dan Mycobacterium leprae penyebab penyakit lepra atau kusta.
Larutan utama yang digunakan pada pewarnaan BTA adalah larutan
Fuchin (merah), alcohol asam, dan larutan Methylent blue (biru) yang
diberoikan secara berurutan. BTA dinyatakan positif bila ditemukan
bakteri basil berwarna merah, dan dinyatakan negative bila ditemukan
tidak ditemukan bakteri basil berwarna merah. Untuk menghindari
terjadinya kesalahan (negatip palsu) prefarat pewarnan BTA harus
berwarna biru.
b. Pewarnaan gram
Pewarnaan ini ditemukan oleh Christian Gram dan dilakuakn hamper pada
semua bahan pemeriksaan mikroskopis bakteriologi di alboratorium untuk
membedakan bakteri gram positif yang akan memberikan warna ungu dan
bakteri gram negatip yang memberikan warna merah. Larutan utama pada
pengecatan ini secara berurutan adalah Kristal violet (ungu), lugol,
Aseton, dan Safranin (merah).
4. Pewarnaan structur khusus
Pewarnaan struktur khusus bakteri adalah pewarnaan yang sulit dan
membutuhkan kecakapan karena struktur khusus ini mudah sekali berubah,
lepas dan cukup sulit diwarnai. Beberapa metode pewarnaan menggunakan
bakteri yang masih hidup dan tidak semua bakteri memiliki struktur khusus
ini.
5. Pewarnaan Kapsul
Kapsul adalah aksresi gelatin dari bakteri sehingga menjadi selubung
yang tebal disekeliling dinding sel yang berfungsi sebagai pelindung terhadap
enzim penghancur sel dan meningkatkan virulensi kuman dengan car
menghalangi fagositosis. Contoh bakteri yang memiliki kapsul adalah
Klebsiella.
6. Pewarnaan Spora
Spora merupakan keadaan istirahat kuman yang sangat kebal yang
berfungsi mempertahankan diri dari lingkungan luar yang sangat buruk
karena kekeringan, panas, beku, dan zat kimia beracun. Bakteri berspora
memiliki daya tahan terhadap suhu yang tinggi > 800C selama beberapa
menit pada lingkungan hidupnya. Contoh bakteri berspora adalah genus
Clostridium Sp : C. tetani penyebab tetanus, C. Perferingen penyebab
Gangrene gas, C. Botulinum penyebab keracunan pada makanan kaleng.
Spora : Central, Subsentral dan terminal
7. Pewarnaan Flagel
Flagel adalah organ yang berbentuk seperti benang panjang yang
merupakan alat gerak. Flagel sangat sulit untuk diwarnai karena mudah lepas
sehingga harus dilakukan pada bakteri yang masih hidup. Prinsip pewarnaan
adalah dengan memperbesar diameter flagel dan mewarnainya sehingga dapat
dilihat dengan mikroskop. Beberapa type flagel pada sel bakteri : Monotrik,
Lopotrik, amphitrik dan Peritrik.
Flagella
8. Pewarnaan Granula
Pewarnaan Granula metakromatis dapat dilakukan dengan metoda
Neisser atau metoda Albert dan sangat khas pada bakteri penyebab Difteri dan
terdiri dari kombinasi warna dalam granula.
Granula
x. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
1. Pengecatan BTA Metode Ziehl Nelson
Pengecatan ini bertujuan untuk menemukan Basil Tahan Asam
(BTA). BTA memiliki lapisan lemak yang sukar ditembus oleh cat, dengan
pemanasan dan pengaruh fenol cat basic fuchsin dapat menembus lapisan
lemak itu. Pendinginan pada proses pencucian akan merapatkan kembali
lapisan lemak. Pada waktu pelunturan dengan asam alkohol warna merah dari
BTA tidak akan dilepaskan sedangkan bakteri yg tidak tahan asam akan luntur
sehingga mengambil warna biru dari metilen blue. Alat yang digunakan
seperti :
a. Spirtus
b. Obyek glass
c. Jembatan pengecatan
d. Ose
e. Mikroskop
f. Pipet tetes
g. Lidi
Reagennya dapat berupa seperti berikut beserta komponennya:
a. ZN A :
Basic fuchsin 3,0 gr
Etanol/methanol 100 ml
Kristal phenol 45 gr
Aquadest 900 ml 2.
b. ZN B :
HCl pekat 3 ml
Etanol 97 ml 3.
c. ZN C :
Methylen blue khlorida 30 ml
Air suling /aquadest 1000 ml