Anda di halaman 1dari 31

Mata Kuliah Mikrobiologi Klinik

Dosen: Prof. Dr. M. Natsir Djide, MS., Apt.

TUGAS INDIVIDU

“Cara/Urutan Pemeriksaan Sampel Mikrobiologi”

OLEH:

IKA LISMAYANI ILYAS

N012171026

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroorganisme merupakan suatu makhluk hidup yang tidak dapat
dilihat secara langsung atau dengan kasat mata.Mikroorganisme terbagi atas
beberapa hal yaitu bakteri, virus, candida, dan protozoa. Untuk mengetahui jenis
dan penanganan suatu mikroorganisme tersebut maka terlebih dahulu kita harus
mengetahui bagaimana metode pengambilan sampel pengambilan apusan guna
mendukung pemeriksaan dan penindakan pada saat akan melakukan tindakan.
Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan kompleks.
Ratusan spesies mikroba menghuni bagian tubuh kita, seperti mulut, saluran
pencernaan dan kulit. Udara, tanah, dan air yang merupakan komponen alam
sebagai tempat tinggal kita juga dihuni oleh beragam mikroorganisme.
Pada tubuh dalam keadaan normal diperkirakan terdapat lebih kurang
1.012 bakteri yang menghuni kulit, 1.010 di mulut dan 1.015 di saluran
pencernaan. Kebanyakan diantaranya merupakan bakteri yang sangat spesifik dan
memiliki kemampuan untuk menggunakan bahan makanan, kemampuan
menempel pada permukaan tubuh, dan mampu beradaptasi (secara evolusi)
terhadap hostpes. Adapun bakteri yang sering ditemukan melekat pada setiap sel
epitel terlepas yang ada dipermukaan dorsal lidah adalah kelompok golongan
streptococcus, yaitu bakteri yang dapat menimbulkan caries gigi adalah
streptococcus sp. dan adapun bakteri yang terdapat pada plak pada gigi adalah
streptococcus dan neisseria.
Penyakit infeksi yang timbul sering diakibatkan mikroorganisme yang
bersifat patogen. Dalam pemeriksaan penyakit infeksi, biasanya dilakukan
pemeriksaan fisik dan anamnese guna menemukan etiologi penyakit. Cara lain
dalam menegakkan diagnosa guna menemukan mikroorganisme apa yang
menjadi penyebab suatu penyakit adalah dengan cara pemeriksaan spesimen.
Untuk mempelajari mikroba, kita perlu membiakkannya pada media
terlebih dahulu. Namun sebelum kita melakukan pembiakan mikroba, hal yang
penting untuk dilakukan adalah melakukan pengambilan sampel. Teknik
pengambilan sampel merupakan suatu aspekpenting yangharus diperhatikan
ketika melakukan penelitian mikrobiologi. sampel yang diambil haruslah
merupakan representasi dari seluruh bagian yang diteliti. Untuk itu diperlukan
teknik yang benar agar terhindar dari kesalahan yang mengakibatkan sampel
menjadi bias. Setelah itu kita juga harus mengenal tentang pertumbuhan mikroba.
Menurut Benefield dan Randall (1980) pertumbuhan bakteri sederhana
didefinisikan sebagai peningkatan jumlah mikroorganisme per unit waktu.
Kebanyakan bakteri bereproduksi dengan cara membelah diri, di mana akan
terbentuk dua sel baru dari satu sel induk. Waktu yang dibutuhkan untuk
membentuk dua sel baru tersebut dinamakan waktu generasi. Waktu generasi
bervariasi tergantung pada spesies dan kondisi pertumbuhan, ada yang hanya
beberapa menit ada yang sampai beberapa jam. Jika bakteri ditanam dalam suatu
larutan biak, maka bakteri akan terus tumbuh sampai salah satu faktor
kebutuhannya mencapai minimum dan pertumbuhan menjadi terbatas. Kalau
sepanjang peristiwa ini tidak terjadi tidak terjadi penambahan nutrisi atau
penyaluran keluar produk–produk metabolisme, maka pertumbuhan dalam
lingkungan hidup seperti ini mematuhi hukum– hukum, yang tidak hanya berlaku
bagi organisme bersel tunggal saja, tetapi juga untuk organisme bersel banyak
dengan pertumbuhan yang dibatasi secara genetik (Burrows, 2004).
Berdasarkan dari penjelasan yang telah dijelaskan di atas, maka perlu
diketahui cara melakukan pengambilan sampel mikroba dan mampu
membiakkan mikroba dengan baik dan benar.
B. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada,tujuan dari penulisan adalah untuk :
1. Mengetahui apa itu isolasi pada mikroba dan mengetahui apa itu inokulasi
pada mikroba
2. Mengetahui peralatan untuk isolasi dan inokulasi
3. Mengetahui macam teknik preparasi pengambilan sampel mikroba dan hal-hal
yang mempengaruhinya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bahan /Specimen Untuk Pemeriksaan Mikrobaiologi
Selain dengan melihat serta anamneses terhadap penyakit yang diderita
secara klinis, diagnose pasti suatu penyakit dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
laboratorium, sehingga penting untuk mengetahui kesesuaian bahan pemeriksaan
mikrobaiologi dengan diagnose penyakit yang akan ditegakkan sehingga hasil
pemeriksaan benar-benar menggambarkan keadaan pasien yang sebenarnya.
Pengambilan spesimen harus memperhatikan : bahan yang diambil, jumlah,
teknik, waktu.
1. Air seni /Urine
Pada dasarnya urine manusia yang sehat tidak mengandung kuman,
namun dalam keadaan abnormal atau akibat terjadinya infeksi dapat
ditemukan berbagai macam jasad renik misalnya bakteri gonorrhoe, coli dan
lain-lain serta parasit baik jamur candida maupun flagellata trichomonas
vaginalis.
Untuk pemeriksaan mikrobaiologi diperlukan minimal 10 ml urine
yang didapat dengan cara aseptic dengan wadah steril. Pengambilan specimen
urine pada pemeriksaan mikrobaiologi dilakukan dengan cara Supra Pubic
Fungsi, Midstream dan Cateter. Pemeriksaan mikrobaiologis dan Cultur /
biakan urine menggunakan sedimen urine.
2. Darah / blood
Pemeriksaan mikrobaiologi darah untuk mengetahui septisemia/
bacterimia/Parasitemia/Viremia. Pemeriksaan parasitologi pada pemeriksaan
mikroskopis Plasmodium malaria dan Mikrofilaria yaitu cacing darah
penyebab penyakit kaki gajah atau elephantiasis . Pada pemeriksaan kaki
gajah pengambilan sampel darah dilakukan pada ujung jari waktu malam
hari hingga subuh.
Sebagian besar diagnose penyakit menular menggunakan bahan
darah (serum) untuk pemeriksaan Immunologi atau serologi dimana
diidentifikasi anti gen atau anti body yang spesifik terhadap mikrobanya.
Pemeriksaan bakteri misalnya Gaal Cultur/Widal, ASTO, TPHA, dll.
Oleh parasit misalnya pemeriksaan Toksoplasma, Malaria,Filaria dll. Oleh
virus misalnya DBD, Campak, Chikungunya, hepatitis, rubella, HIV dll.
Beberapa pemeriksaan berikut ini menggunakan spesimen darah,
antara lain:
a. Serum glutamik piruvik transaminase (SGPT) atau alanin
amoniotransferase. Pemeriksaan SGPT dilakukan untuk mendeteksi
adanya kerusakan hepatoseluler.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Hindari hemolisis.
4. Berikan label nama dan tanggal.
b. Albumin.
Pemeriksaan albumin dilakukan untuk mendeteksi kemampuan albumin
yang disintesis oleh hepar. Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan
adanya gangguan hepar seperti sirosis, luka bakar, gangguan ginjal, atau
kehilangan protein dalam jumlah yang banyak.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Berikan label nama dan tanggal.
c. Asam Urat.
Pemeriksaan asam urat dilakukan untuk mendeteksi penyakit pada ginjal,
anemia asam folat, luka bakar, dan kehamilan. Terjadi peningkatan asam
urat dapat diindikasikan penyakit seperti leukemia, kanker, eklamsia berat,
gagal ginjal, malnutrisi, dan lain-lain.
1. Ambil darah ± 5-7 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Berikan label nama dan tanggal.
d. Bilirubin (total, direct, dan indirect)
Pemeriksaan bilirubin dilakukan untuk mendeteksi kadar bilirubin.
Pemeriksaan pada bilirubin direct, dilakukan untuk mendeteksi adanya
ikterik obstruktif oleh karena batu atau neoplasma, hepatitis, dan sirosis.
Pada bilirubin indirect, pemeriksaan dapat mendeteksi adanya anemia,
malaria, dan lain-lain.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Hindari hemolisis.
4. Berikan label nama dan tanggal.
e. Estrogen.
Pemeriksaan estrogen dilakukan untuk mendeteksi disfungsi ovarium,
gejala menopause dan pasca menopause, serta stres psikogenik.
Peningkatan nilai estrogen dapat menunjukkan indikasi adanya tumor
ovarium, adanya kehamilan, dan lain-lain.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Berikan label nama dan tanggal.
f. Gas Darah arteri.
Pemeriksaan gas darah arteri dilakukan untuk mendeteksi gangguan
keseimbangan asam basa yang disebabkan oleh karena gangguan
respiratorik atau gangguan metabolik.
Cara:
1. Ambil darah ± 1-5 ml dari arteri, dengan spuit dan jarum berisikan
heparin.
2. Berikan label nama dan tanggal.
g. Gula Darah Puasa.
Pemeriksaan gula darah puasa dilakukan untuk mendeteksi adanya
diabetes atau reaksi hipoglikemik.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Puasakan makan dan minum 12 jam sebelum pemeriksaan.
h. Gula Darah Postprandial.
Pemeriksaan gula darah postprandial bertujuan untuk mendeteksi adanya
diabetes atau reaksi hipoglikemik. Pemeriksaan dilakukan setelah makan.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena 2 jam setelah makan pagi atau siang.
2. Masukkan ke dalam tabung atau botol.
i. Gonadotropin korionik manusia (Human Chorionic Gonadotropin-HCG)
Pemeriksaan HCG dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan karena
HCG adalah hormon yang diproduksi oleh plasenta.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Hindari hemolisis.
4. Berikan label nama dan tanggal.
j. Hematokrit.
Pemeriksaan hematokrit dilakukan untuk mengukur konsentrasi sel-sel
darah merah dalam darah. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya
anemia, kehilangan darah, gagal ginjal kronis, serta defisiensi vitamin B
dan C. Apabila terjadi peningkatan hematokrit dapat diindikasikan adanya
dehidrasi, asidosis, trauma, pembedahan, dan lain-lain.
Cara:
1. Ambil darah ± 7 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Berikan label nama dan tanggal.
k. Hemoglobin.
Pemeriksaan hemoglobin dilakukan untuk mendeteksi adanya anemia dan
penyakit ginjal. Peningkatan hemoglobin dapat menunjukkan indikasi
adanya dehidrasi, penyakit paru-paru obstruksi menahun, gagl jantung
kongestif, dan lain-lain.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Hindari hemolisis.
4. Berikan label nama dan tanggal.
l. Trombosit.
Pemeriksaan trombosit dilakukan untuk mendeteksi adanya
trombositopenia yang berhubungan dengan perdarahan, dan trombositosis
yang menyebabkan peningkatan pembekuan.
Cara:
1. Ambil darah ± 5 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Berikan label nama dan tanggal.
m. Masa Tromboplastin parsial (Partial Tromboplastin Time-PPT), masa
tromboplastin parsial teraktivasi (Activation Partial Tromboplastin Time-
APTT).
Pemeriksaan PTT/APTT bertujuan untuk mendeteksi variasi trombosit,
memonitor terapi heparin, dan mendeteksi defisiensi faktor pembekuan
kecuali faktor VII dan VIII.
Cara:
1. Ambil darah ± 7-10 ml dari vena.
2. Lakukan Pengambilan 1 jam sebelum pemberian dosis heparin.
3. Masukkan pada tabung atau botol.
4. Berikan label nama dan tanggal.
n. Pemeriksaan lain yang menggunakan spesimen darah antara lain
pemeriksaan kadar elektrolit dalam darah, masa protombin, progesteron,
prolaktin, serum keratinin, kortisol, kolesterol, T3, T4, dan lain-lain.
3. Tinja / Faeses
Untuk memastikan adanya pencemaran atas suatu kejadian luar biasa
misalnya kasus diare, muntah berak yang disebabkan antara lain oleh bakteri
Coli, Cholera serta bakteri pathogen lain misalnya Salmonella dan Shigella.
Kuman kuman patologis pada tinja ini mudah mati pada suhu kamar sehingga
untuk dapat diidentifikasi dilaboratorium harus dimasukkan pada media
transport bakteri ( Amies, Stuart, Carry dan Blair, dll) dan bila tidak
memungkinkan mendapatkan tinja dapat dilakukan dengan rectal / anal swab.
Pemeriksaan parasitologi pada kecacingan dengan menemukan
cacing atau telur cacing pada tinja, menemukan amoeba atau protozoa lain
penyebab dysentri.
Pada tersangka Polio atau AFP ( Acut Flacid Paralisis) dimana
terjadi kelumpuhan yang mendadak pada anak dilakukan juga pengambilan
specimen Tinja untuk mengidentifikasi /isolasi virus penyebabnya.
4. Dahak /Sputum
Pemeriksaan sputum sebagian besar dilakukan untuk diagnose
infeksi TBC yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculose, cara
pengambilan specimen sebanyak 3 kali atau sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS).
Pemeriksaan sputum dilakukan juga untuk diagnose kuman lain penyebab
ISPA misalnya kuman Klebsiella , Pneumonia dan lain-lain.
5. Kerokan kuku, Kulit, dan Potongan rambut
Bahan pemeriksaan ini diambil untuk pemeriksaan parasitologi
jamur superfacialis (permukaan).
6. Reitz Serum
Disebut juga bubur jaringan ,diambil dengan melakukan sayatan
dengan scalpel pada permukaan kulit dan mengambil cairannya yang diduga
terinfeksi Mycobacterium leprae penyebab penyakit lepra atau kusta yabd
dilakukan pada beberapa tempat.
7. Cairan Pleura
Cairan yang berasal dari rongga paru-paru diambil untuk
pemeriksaan terhadap bakteri maupun parasit jamur penyebab infeksi .
8. Cairan Otak /LCS (liquor Cerebro Spinal)
Cairan yang diambil pada tulang belakang dengan lumbal fungsi
untuk mengetahui adanya infeksi bakteri /Parasit /virus pada selaput otak
misalnya pada kasus meningitis.
9. Nanah / Pus
Pengambilan Nanah dapat dilakukan dengan apusan maupun
aspirasi untuk mengetahui kuman penyebab infeksi maupun resistensi obat.
10. Usap/ apusan / Swab
Pada pengambilan swab diperlukan lidi kapas atau Dacron plastic
steril dan kadang digunakan juga media cultur. Usap Mata/ Conjungtiva swab
dilakukan pada infeksi bakteri pada mata atau conjungtivitis misalnya pada
kasus Blenorrhoe pada neonatus.
Usap Vaginal swab / uretra swab dilakukan untuk pemeriksaan
bakteriologi, parasitologi maupun virologi pada infeksi uretra atau vagina
posterior dan anterior.
Usap Dubur /Rectal swab/anal swab dilakukan bila tidak
memungkinkan mendapatkan tinja, pada kasus infeksi cacing Kremi yang
disebabkan oxyuris vermicularis pengambilan specimen perianal (sekitar
dubur) dengan menggunakan selotape dilakukan pada malam hari.
Usap tenggorok /Oropharing dan Usap Hidung/ nasopharing swab.
Usap tenggorok dilakukan pada kasus infeksi bakteri Corynebacterium
diptheriae, virus Flu burung, maupun campak.
11. Spesimen lain
Pemeriksaan Mikrobaiologi lain dapat dilakukan untuk mengetahui
tingkat sterilitas, hygenitas dan menghindari / mencegah kontaminasi jasad
renik berbahaya dari Air, Makanan dan Minuman yang diperjual belikan ,
peralatan makan di Restoran dan Hotel , ruangan operasi di RS dimana
kegiatan ini dilakukan oleh tim pengawas kesehatan RS maupun Dinas
Kesehatan.
Specimen urine, air, darah, nanah dan lain-lain yang tidak segera
diperiksa di laboratorium sebaiknya disimpan pada lemari es agar tidak terjadi
perubahan pada specimen.
Hindarkan kebocoran / tumpah yang dapat mengkontaminasi
specimen lain dan menyebabkan infeksi. Untuk rujukan sertakan data pasien,
pemeriksaan yang diminta, nama specimen, dokter yang meminta
pemeriksaan.

o. Pemeriksaan Laboratorium Mikrobaiologi


1. Mikroskopis/ Direct /Langsung
2. Biakan / Kultur/ Biokimia/ Resistensi
3. Serotype/ genotype/ Serologi
Pemeriksaan laboratorium yang paling sederhana yang dilakukan
dilaboratorium kegiatan ini hanya menggunakan mikroskop dan penguasaan
teknik pembuatan sediaan/ preparat dan pewarnaan.
Cara Pembuatan Sediaan Mikroskopis Bakteriologi :
a. Siapkan objek glas yang bersih dari lemak, bila berlemak dibersihkan dengan
alcohol dan panaskan sebentar diatas nyala api.
b. Buat smear / apusan sedian dari spesiment (missal dahak) pada objek glas
dengan cara mengoleskan dengan dengan car berputar sehingga cuukup tebal
lali keringkan.
c. Lakukan fiksasi diatas nyala api lampu spritus, ini dilakukan agar bakteri mati
dan specimen dapat lebih menempel pada objek glas. Sediaan bakteriolog siap
diwarnai.

p. Metode Pewarnaan
1. Pewarnaan Sederhana
Pewarnaan ini bertujuan untuk mengetahui bentuk dan susunan
bakteri. Hanya menggunakan satu warna pengecetan dan warna sel sesuai
dengan warna cat organic yang dipakai. Misalnya Basic / Carbol Fuchin
(merah), Methylene blue (biru), Brilliant Green (hijau) dll.
2. Pewarnaan Negatif
Merupakan metode pewarnaan untuk mengetahui bentuk dan
susunan bakteri yang sulit diwarnai misalnya soil bacteria / bakteri tanah.
Pewarnaan ini hanya mewarnai latar belakangnya saja sedangkan sel bakteri
tampak transparan. Cat yang biasa dipakai adalah Nigrosin (hitam).
3. Pewarnaan Differensial
Pewarnaan differensial adalah pewarnaan yang digunakan untuk
membedakan sifat bakteri terhadap suatu pengecatan, dua warna cat yang
digunakan menunjukan sifat bakteri dan ini ditentukan oleh komposisi dari
kulit sel bakteri.
a. Pewarnaan bakteri (basil) tahan asam (BTA)
Pewarnaan ini digunakan untuk menegakkan diagnose laboratorium
mikrobaiologi terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis penyebab
TBC dan Mycobacterium leprae penyebab penyakit lepra atau kusta.
Larutan utama yang digunakan pada pewarnaan BTA adalah larutan
Fuchin (merah), alcohol asam, dan larutan Methylent blue (biru) yang
diberoikan secara berurutan. BTA dinyatakan positif bila ditemukan
bakteri basil berwarna merah, dan dinyatakan negative bila ditemukan
tidak ditemukan bakteri basil berwarna merah. Untuk menghindari
terjadinya kesalahan (negatip palsu) prefarat pewarnan BTA harus
berwarna biru.
b. Pewarnaan gram
Pewarnaan ini ditemukan oleh Christian Gram dan dilakuakn hamper pada
semua bahan pemeriksaan mikroskopis bakteriologi di alboratorium untuk
membedakan bakteri gram positif yang akan memberikan warna ungu dan
bakteri gram negatip yang memberikan warna merah. Larutan utama pada
pengecatan ini secara berurutan adalah Kristal violet (ungu), lugol,
Aseton, dan Safranin (merah).
4. Pewarnaan structur khusus
Pewarnaan struktur khusus bakteri adalah pewarnaan yang sulit dan
membutuhkan kecakapan karena struktur khusus ini mudah sekali berubah,
lepas dan cukup sulit diwarnai. Beberapa metode pewarnaan menggunakan
bakteri yang masih hidup dan tidak semua bakteri memiliki struktur khusus
ini.
5. Pewarnaan Kapsul
Kapsul adalah aksresi gelatin dari bakteri sehingga menjadi selubung
yang tebal disekeliling dinding sel yang berfungsi sebagai pelindung terhadap
enzim penghancur sel dan meningkatkan virulensi kuman dengan car
menghalangi fagositosis. Contoh bakteri yang memiliki kapsul adalah
Klebsiella.
6. Pewarnaan Spora
Spora merupakan keadaan istirahat kuman yang sangat kebal yang
berfungsi mempertahankan diri dari lingkungan luar yang sangat buruk
karena kekeringan, panas, beku, dan zat kimia beracun. Bakteri berspora
memiliki daya tahan terhadap suhu yang tinggi > 800C selama beberapa
menit pada lingkungan hidupnya. Contoh bakteri berspora adalah genus
Clostridium Sp : C. tetani penyebab tetanus, C. Perferingen penyebab
Gangrene gas, C. Botulinum penyebab keracunan pada makanan kaleng.
Spora : Central, Subsentral dan terminal
7. Pewarnaan Flagel
Flagel adalah organ yang berbentuk seperti benang panjang yang
merupakan alat gerak. Flagel sangat sulit untuk diwarnai karena mudah lepas
sehingga harus dilakukan pada bakteri yang masih hidup. Prinsip pewarnaan
adalah dengan memperbesar diameter flagel dan mewarnainya sehingga dapat
dilihat dengan mikroskop. Beberapa type flagel pada sel bakteri : Monotrik,
Lopotrik, amphitrik dan Peritrik.

Flagella
8. Pewarnaan Granula
Pewarnaan Granula metakromatis dapat dilakukan dengan metoda
Neisser atau metoda Albert dan sangat khas pada bakteri penyebab Difteri dan
terdiri dari kombinasi warna dalam granula.

Granula

q. Pertumbuhan dan pembiakan bakteri


1. Pertumbuhan bakteri
Pertumbuhan bakteri adalah pertambahan teratur semua komponen mikroba,
bukan pertambahan besar atau volume akan tetapi merupakan multipikasi atau
pertambahan jumlah sel dari organism bersel satu yang menghasilkan
pertambahan jumlah sel yang membentuk satu populasi atau koloni.
2. Pengukuran pertumbuhan bakteri
Pertumbuhan microorganism dapat diukur berdasar konsentrasi sel
atau jumlah sel persatuan isi biakan dan Densitas sel atau berat sel persatuan
isi biakan.
Pertumbuhan/ multipikasi atau reproduksi kuman dapat berlangsung
secara aseksual maupun seksual/ pembelahan/ amitosis dimana satu sel
menjadi 2 sel ( binary devision), dan Waktu yang diperlukan untuk menjadi 2
sel disebut Generation Time (Gt) atau waktu generasi. Gt ini berlainan untuk
tiap kuman, bervariasi antara 20 menit hingga 15 jam pada Mtb dan 20 hari
pada M leprae.
Waktu generasi dapat dihitung sebagai berikut :
Gt = Log N - Log No / Log 2
Jadi bila satu inokulum dari 1000 sel tumbuh secara eksponensial jadi
1.000.000 sel maka
Gt = Log 1.000.000 – Log 1000 / Log 2
= 6 - 3 / 0,3
= 10 generasi
Bila pertumbuhan ini membutuhkan waktu 5 jam, maka laju pertumbuhannya
adalah :
10 generasi / 5 jam = 2 generasi / 1 jam atau 30 menit / generasi .

r. Media Pertumbuhan Bakteri


Media Adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat kimia
organic dan atau anorganik yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba
(kuman).
Adapun fungsi-fungsi dari media adalah:
1. Untuk menumbuhkan mikroba.
2. Mengisolasi mikroba merupakan suatu usaha untuk menumbuhkan,
memisahkan mikroba sehingga diperoleh mikroba yang murni terpisah dari
yang lainnya (dari beberapa jenis menjadi satu jenis spesies terpisah).
3. Memperbanyak mikroba.
4. Menguji sifat fisiologi mikroba (biokimia, resitensi).
5. Menghitung jumlah mikroba.
6. Menyimpan mikroba/ mempertahankan biakan standart.
Syarat media yang baik adalah sebagai berikut:
1. Mengandung semua zat yang dibutuhkan mikrob (Nutrien) organic atau
anorganik.
2. Tidak mengandung toksin yang dapat menghambat bakteri yang diharapkan
(kecuali memang dibutuhkan untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang tak
diharapkan).
3. Lingkungan media harus memenuhi syarat bagi pertumbuhan bakteri.
4. Steril, bebas dari segala macam bentuk kehidupan lain.
Macam-macam media dapat dilihat seperti berikut ini:
1. Berdasar konsistensinya :
a. Media cair (liquid media) : nutrient cair, glukosa cair, lactose broth,
BGLB
b. Media setengah padat (semi solid media) bahan pemadat (agar) <0,3 % :
media motiliti (SIM/MIO, Carry blair
c. Media padat (Solid media) bahan pemadat agar 1,5 – 2% : tegak : Urea
agar miring: Citrat agar
2. Berdasar bahan pengisinya :
a. Media anorganik Media untuk pertumbuhan bakteri tanah
b. Media organic Media untuk lab. Klinik pada umumnya
c. Media alami / non sintetik / kompleks media dari bahan alami dimana
komposisinya tak diketahui dengan pasti : Nutrien cair (pepton + ekstrak
daging)
d. Media sintetik. bahan penyusunnya terdiri dari bahan sintetik, komposisi
kimianya diketahui dengan pasti dengan kemurnian yang ditentukan
dengan tepat. Contoh : media gula – gula ( sukrosa, maltose, galactosa,
fruktosa dll ).
3. Berdasar fungsinya
a. Media transport : Carry blair, stuart, alkali pepton, amies dll
b. Media umum /serbaguna /universal media : nutrien agar
c. Media diperkaya (enrichment media): Agar darah
d. Media selektif : Endo agar, Mac konkey dll
e. Media diperkaya ekslusif: alkalis pepton / tellurit cair
f. Media ekslusif: TBCS (Thiosulfat Citrate Bile Sucrose
g. Media differensial: Media pati Agar, Media agar darah
h. Media penguji : Indicator penol red (asam kuning, basa merah), BTB
(asam kuning,netral hijau,basa biru)

s. Factor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri


1. Medium/Nutrien
Penyediaan bahan makanan bagi pertumbuhan mikrob
dinamakan nutrisi, dimana masing – masing jenis mikrob berbeda dalam sifat
fisiologisnya dan membutuhkan makanan yang berbeda pula. Bakteri yg
hidup dengan zat anorganik saja seperti garam – garaman yang mengandung
Na, K, Mg, Fe, Cl, P,Ca disebut bakteri Autotrof. Sedangkan pengguna
senyawa organic misal protein, asam amino, vitamin, lemak, disebut bakteri
Heterotrof . Sebagian besar kuman penyebab penyakit pada manusia bersifat
heterotrof
2. Suhu/Temperature
Suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan mikrob, namun beberapa
spesies bakteri mampu bertahan dalam keadaan panas yang tinggi misalnya
bakteri berspora : Clostridium Sp. Temperature optimum adalah temperature
yang paling baik untuk bakteri dapat tumbuh. Seperti pada bakteri berikut ini:
a. Bakteri thermofil (polithermik) tumbuh baik pada suhu 550 – 650 C, dapat
tumbuh pada 400 – 800 C misalnya kuman Bacillus dan ganggang.
b. Bakteri mesofil (mesothermik) hidup baik pada suhu 250 – 400 C, dapat
tumbuh 50 – 600 C, meliputi kuman penyebab penyakit pada manusia.
c. Bakteri psikrofil (oligothermik) ini optimum 100- 200 C dapat hidup 80 -
300 C. Sebagian besar kuman pada tanah dan air.
d. Bakteri yang hidup sedikit dibawah atau diatas temperatur maksimum
tidak segera mati namun dalam keadaan tidur/ dormancy.
3. O2 atau Oksigen
Oksigen diperlukan bakteri terutama untuk menangkap hydrogen,
oksigen mutlak diperlukan pertumbuhan mikrob yang bersifat Aerob. Mikrob
yang bersifat anaerob facultative dapat hidup dengan atau tanpa oksigen,
Bakteri mikro aerofilik tumbuh baik dalam keadaan rendah oksigen. Anaerob
aerotoleran bila bakteri ini tidak mati dengan adanya oksigen.
4. CO2 (Carbon dioksida)
Aktifitas metabolisme bakteri tertentu sangat dirangsang oleh adanya
CO2 misalnya kuman N.gonorrhoea dan B abortus. Berdasarkan jenis sumber
C yang diperlukan bakteri dibagi menjadi 2 golongan :
a. Autotrof (Litotrof) dimana sumber carbon berasal dari bahan anorganik
dan terdiri dari autotrof fotosintetik (energy dari cahaya) dan autotrof
kemosintetik (energy dari oksidasi senyawa anorganik).
b. Heterotrof (organotrof) menggunakan sumber carbon dari bahan organic
dan terdiri dari heterotrof fotosintetik (energy dari cahaya) dan heterotrof
kemonsintetik (energy dari oksidasi senyawa organik).
5. Cahaya
Pertumbuhan bakteri lebih baik pada keadaan gelap dan rentan
terhadap ultra violet dan radiasi lain, cahaya ultra violet pada panjang
gelombang 260 nm memiliki daya bunuh maksimum pada bakteri. Bakteri
yang bersifat fotokromogen hanya berpigmen jika disinari.
6. Tekanan osmosa
Tekanan osmosa dapat mempengaruhi permeabelitas dari dinding sel
bakteri.
7. pH
pH sangat mempengaruhi kehidupan bakteri, demikian pula pada
pembuatan media, pH harus sangat diperhatikan asam dan basanya, pH
optimum bakteri patogen antara 7,2 – 7,6, sering kali bakteri tertentu
penyebab timbulnya infeksi berhubungan dengan pH organ tubuh. pH
optimal adalah pH dimana bakteri dapat tumbuh dengan baik, sedangkan pada
pH minimal bakteri hanya mampu hidup namun tidak mampu tumbuh.
Lactobacillus hidup pada pH asam sedangkan V. cholera pada pH basa.
8. Kelembaban / air
Kuman memerlukan air untuk kehidupannya, proses pengeringan
akan membunuh kuman N-gonorrhoe dan T-pallidum sedangkan kuman
berspora masih mampu bertahan.

t. Macam Pemeriksaan Mikrobiologi


Dalam laboratorium mikrobiologi terdapat berbagai jenis pemeriksaan,
yakni :
1. Pemeriksaan Mikroskopis Pengecatan Gram Pengecatan BTA Pengecatan
Neisser.
2. Kultur Kultur Urin, Kultur Darah, Kultur Campuran (selain darah dan urin)
Kultur Gall, Kultur kuman-kuman enteric, cholera, Kultur TBC, Kultur
Anaerob.
3. Pemeriksaan Sero-Imunologi/Rapid test/Biologi molekuler untuk berbagai
penyakit.
4. Pengendalian infeksi nosokomial.
u. Kultur
1. Metode Konvensional (Kultur media MC dan BAP)
Jenis sampel yang dapat diperiksa adalah pus, apusan, sekret, cairan aspirasi,
darah,dll. Cara Kerja :
a. Lakukan inokulasi dengan cara mengambil 1 ose sampel secara aseptis
b. Goreskan pada media Mac Conkey dan BAP
c. Inkubasi pada suhu 370C selama 24 jam didalam inkubator
Catatan :
Sisa sampel pus, pleura, LCS dan sampel swab lain disimpan pada biakan
media BHI, media BHI ditambahkan secukupnya hingga menggenangi sampel
kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Hal ini dilakukan untuk
mengkonfiramasi ulang pemeriksaan jika hasil pada media MC dan BAP tidak
ditumbuhi bakteri.
2. Kultur dengan BACTEC 9050
Fungsi : sebagai tempat kultur darah dari pasien yang didiagnosa sepsis. Cara
kerja :
a. Sampel darah pada spuit dimasukkan kedalam botol pembenihan yang
berisi media penyubur dan resin (penetral antibiotik), campur hingga
homogen. Volume darah 1 : 10 (anak : 1-5 ml, dewasa : 10-20 ml).
b. Inkubasi pada suhu 350C BD BACTEC 9050, pemeriksaan dengan alat
ini, hanya dalam waktu 2 jam alat akan memberikan tanda berupa alarm
pada Sampel yang positif. Namun jika sampel belum memberikan tanda-
tanda positif, maka diberi selang pemeriksaan atau ditunggu hasilnya
maksimal hingga 5 hari. Hasil negatif akan ditunjukkan pada alat berupa
kode sampel (-) pada alat.
c. Memproses kultur darah (+)
 Buat sediaan dari kultur darah dan lakukan pewarnaan gram
 Lakukuan subkultur pada media MC dan BAP
 Lakukan uji sensitivitas bakteri dan uji biokimia untuk
mengidentifikasi jenis bakteri
d. Memproses kultur darah ( - )
 Media dikeluarkan dari alat dan dicatat kode sampel negatif, kemudian
media dibuang tanpa proses lebih lanjut

Prosedur pemeriksaan Kultur Metode BACTEC 9050 :


a. Nyalakan alat dengan tekan tombol on.
b. Setelah alat siap akan muncul menu utama.
c. Tekantombol gambar kunci
d. Tekan tombol rem untuk menghentikan rotor
e. Buka alat bactec 9050
f. Tekan tombol gambar botol.
g. Botol di screen pada barcode.
h. Masukan botol sesuai nomor tempat yang muncul pada layar.
i. Tekan ok.
j. Tutup pintu Bactec 9050 secara pelahan serta sedikit ditekan.
k. Kembali kemenu utama.
3. Kultur TB
Jenis sampel yang dapat di kultur TB adalah sputum, cairan pleura, pus, dll.
Cara Kerja :
a. Sampel ditambakan NaOH 4% sebanyak 1:1 kemudian di homogenkan.
b. Menggoreskan sampel secara aseptis pada media LJ(Lowenstein Jensen).
Selanjutnya media di inkubasi selama 2 bulan pada suhu 37°C dan di
lakukan pengecekan rutin setiap minggunya.
c. Kultur yang hasilnya positif kemudian dibuat preparat BTA dan dilanjut
tes Niasin.
v. IDENTIFIKASI BAKTERI DENGAN ALAT VITEX
Identifikasi bakteri dengan alat vitex dapat dilakukan dengan cara:
1. Nyalakan lampu Bunsen
2. Masukkan 3 ml sodium chlorida 0,45 % dalam tabung
3. Dengan menggunakan ose bulat, ambil sedikit koloni bakteri yang terisolir
kemudian masukkan dalam tabung, homogenkan.
4. Ukur tingkat kekeruhan suspensi dengan standar Mac Forland 0,50 – 0,60
dengan menggunakan alat densiter.
5. Kemudian buatlah pengenceran dari suspensi tersebut, pada tabung ke-2
caranya :
a. Dari suspensi tersebut diambil sebanyak 280 µl untuk gram positif (+) dan
145 µl untuk gram negatif (-)
b. Kemudian masukkan kedalam tabung yang berisi 3 ml sodium chlorid
0,45%, homogenkan.
c. Kemudian dalam tabung suspensi 1 masukkan kaset biokimia dengan kode
GN (untuk gram negatif) dan kode GP (untuk gram positif)
d. Sedangkan pada tabung ke-2 masukkan kaset sensitifitas dengan kode
AST GN (jika gram (-) dan AST GP (jika gram (+) dan masukkan juga
pada tabung pengenceran kaset AST GN.

w. UJI SENSITIVITAS ANTIBIOTIK (MANUAL)


Hal yang harus dilakukan dalam pengujian ini adalah:
1. Nyalakan lampu bunsen, panaskan ose pada nyala api bunsen hingga
membara, kemudian dinginkan.
2. Ambil satu ose koloni bakteri, letakkan koloni pada media MC dan media
BAP.
3. Dengan menggunakan lidi kapas yang telah di celupkan pada NaCl Fisiologis
0,45%, ratakan koloni bakteri dengan cara menggoreskan pada media hingga
merata.
4. Letakkan antibiotik disk pada media tersebut secara melingkar dengan di beri
jarak tiap disc antibiotic
5. Inkubasi pada suhu 37°C selama 1 x 24 jam.
6. Hitung zona hambat/zona oligodinamik yang terbentuk kemudian catat
hasilnya.

x. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
1. Pengecatan BTA Metode Ziehl Nelson
Pengecatan ini bertujuan untuk menemukan Basil Tahan Asam
(BTA). BTA memiliki lapisan lemak yang sukar ditembus oleh cat, dengan
pemanasan dan pengaruh fenol cat basic fuchsin dapat menembus lapisan
lemak itu. Pendinginan pada proses pencucian akan merapatkan kembali
lapisan lemak. Pada waktu pelunturan dengan asam alkohol warna merah dari
BTA tidak akan dilepaskan sedangkan bakteri yg tidak tahan asam akan luntur
sehingga mengambil warna biru dari metilen blue. Alat yang digunakan
seperti :
a. Spirtus
b. Obyek glass
c. Jembatan pengecatan
d. Ose
e. Mikroskop
f. Pipet tetes
g. Lidi
Reagennya dapat berupa seperti berikut beserta komponennya:
a. ZN A :
 Basic fuchsin 3,0 gr
 Etanol/methanol 100 ml
 Kristal phenol 45 gr
 Aquadest 900 ml 2.
b. ZN B :
 HCl pekat 3 ml
 Etanol 97 ml 3.
c. ZN C :
 Methylen blue khlorida 30 ml
 Air suling /aquadest 1000 ml

Adapun prosedur pembuatan preparatnya adalah :


a. Hidupkan lampu bunsen terlebih dahulu, kemudian beri nomor urut
sampel pada bagian ujung kanan atas obyek glass dan panaskan obyek
glass tersebut pada nyala api bunsen (ini dilakukan agar lemak yang ada
pada kaca obyek glass dapat hilang).
b. Bakar ose bulat pada nyala api bunsen dengan posisi ose tegak lurus
terhadap api hingga membara kemudian dinginkan ose.
c. Buka wadah sampel sputum dengan hati-hati di dekat bunsen, ambil
sampel sputum (cairan yang kental) dengan menggunakan ose.
d. Letakkan sampel sputum pada obyek glass, bakar ose pada nyala api
hingga membara.
e. Ratakan dan ukir sputum pada obyek glass dengan menggunakan lidi yang
bagian ujungnya telah di runcingkan hingga membentuk oval dengan
ukuran 2 x 3 cm hingga kering.
f. Setelah kering fiksasi preparat
Prosedur pengecatan BTA sebagai berikut:
a. Letakkan preparat diatas jembatan pengecatan
b. Genangi preparat dengan ZN A.
c. Panaskan dari bawah setiap sediaan dengan kapas alkohol yang dibakar
sampai keluar uap, api harus selalu di gerakkan, dihentikan bila sudah
timbul uap.
d. Dinginkan selama 5 menit.
e. Cuci dengan air mengalir.
f. Genangi sediaan dengan ZN B sampai warna ZN A luntur, maksimal 10
menit g. Cuci dengan air mengalir.
g. Genangi tiap sediaan dengan ZN C 10- 20 detik i. Cuci lagi setiap sediaan
dengan air mengalir, keringkan di udara terbuka
h. Tetesi preparat dengan minyak imersi sebanyak 1 tetes kemudian amati di
bawah mikroskop dengan pembesaran kuat (100x) untuk mencari adanya
bakteri tahan asam (BTA).
i. Pembacaan Preparat BTA :
Mengamati preparat di bawah mikroskop dengan pembesaran kuat (100x)
untuk mencari adanya bakteri tahan asam (BTA). Interpretasi Hasil
Pengecatan BTA :
Pembacaan hasil pemeriksaan dilakukan secara sistematik dengan
menggunakan skala IUAT (International Union Against Tuberculosis)
sebagai berikut:
1) Tidak ditemukan BTA/100LP disebut negative.
2) Ditemukan 1 sampai 9 BTA/100LP ditulis jumlah kumannya.
3) Ditemukan 10 sampai 99 BTA/100LP disebut positif satu (1+).
4) Ditemukan 1 sampai 10 BTA/1LP disebut positif dua 2+ (++) dan
minimal dibaca dalam 50 lapang pandang.
5) Ditemukan lebih dari 10 BTA/1LP disebut positif tiga 3+ (+++) dan
minimal dibaca dalam 20 lapang pandang.
2. Pengecatan Gram
Tujuannya untuk mengidentifikasi bakteri gram positif & negatif.
Bakteri gram positif akan mengikat dengan kuat senyawa kristal violet,
sehingga pada pelunturan dengan alkohol tidak akan luntur sedangkan bakteri
gram negatif akan luntur dan pada pemberian cat Counterstain bakteri gram
negatif yang tidak berwarna akan mengambil warna merah dari air fuchsin.
Alat :
a. Lampu spiritus
b. Obyek Glass
c. Ose
d. Jembatan pengecatan
e. Pipet tetes
f. Mikroskop
Reagen :
a. Larutan Gram A (Carbol Gentian Violet) :
 Gentian Violet 1 gr
 Alkohol 96% 10 ml
 Phenol Kristal 1 gr
 Aquadest 90 ml
b. Larutan Gram B (lugol)
 Yodium 1 gr
 Kalium Yodida 2 gr
 Aquadest 300 ml
c. Larutan gram C (Alkohol 96%)
d. Larutan Gram D ( Solution fuchsin 1%)
 Basic Fuchsin 1 gr
 Aquadest 100 ml
Cara kerja :
a. Mempersiapkan alat-alat yang akan diperlukan
b. Mempersiakan reagensia yang diperlukan
c. Membuat preparat / sediaan secara aseptis
d. Mengeringkan dan memfiksasi preparat diatas nyala api Bunsen
e. Melakukan pengecatan :
1) Meletakan preparat diatas jembatan pengecatan
2) Genangi preparat dengan larutan Gram A selama 1 menit
3) Membuang larutan Gram A lalu genangi dengan larutan Gram B
selama 30 detik
4) Mencuci preparat dengan air mengalir lalu genangi dengan larutan
Gram C
5) Mencuci preparat dengan air mengalir lalu genangi dengan larutan
Gram D selama 1 menit
6) Mencuci preparat dengan air mengalir lalu keringkan
7) Mengamati preparat dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x untuk
mencari adanya bakteri gram ( + ) atau Gram ( - ).
8) Interpretasi Hasil Pengecatan Gram :
a) Bakteri Gram Positif : bakteri berwarna ungu
b) Bakteri Gram Negatif : bakteri berwarna merah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan
menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Inokulasi adalah pekerjaan
memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan
tingkat ketelitian yang sangat tinggi.
Peralatan yang digunakan pinset, spatula, pipet, sendok, pisau,
gunting,medium untuk penumbuhan . Teknik preparasi sampel adalah proses yang
harus dilakukan untuk menyiapkan sampel sehingga siap untuk dianalisis
menggunakan instrumentasi yang sesuai.Bakteri gram positif dan bakteri gram
negatif mempunyai sifat dan ciri-ciri yang berbeda. Pewarnaan bakteri dilakkan
untuk membedakan jenis-jenis dari tiap bakteri.
B. Saran
Pemeriksaan sampel mikrobiologi harus dilakukan dengan teliti dan mawas diri
untuk mendapatkan hasil yang optimal dan aman.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Eli Zabeth J. Buku saku patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC. H-35
Irianto, Koes. Mikrobiologi.Bandung : Yrama Widya. H-169.
Wong, Dona L. Buku ajar keperawatan pediatric. Ed 6. Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Lakshman Samaranayate. Essential microbiology for dentistry. H-(225,258) Metode
pengambilan sampel pada rongga mulut
Uliyah Musrifatul dan A. Aziz Alimatul Hidayat. 2008. Keterampilan Dasar Praktik
Klinik. Jakarta. Salemba Medika.
Adam,MR. 2001. Microbiology of Fermented Food .Elsivier Applied Science
Publisher,Ltd. New York.
Burrows, W., J.M. Moulder, and R.M. Lewert. 2004. Texbook of Microbiology. W.B.
Saunders Company. Philadelphia.
Bergey’s. 2005. Manual of Systematic Bacteriology. Department of Microbiologyand
Molecular Genetics: Michigan State University
Cappuccino,JG.& Sherman,N. 2000. Microbiology: A Laboratory Manual. The
Benjamin/Cummings Publishing Company,Inc. California.
Fardiaz, 1994, Mikrobiologi Pangan, Dirjen Pendidikan Tinggi IPB: Bogor.
Hadioetomo, R.S. 1985. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : PT.Gramedia.
Pelczar, M.J. dan E.C.S. Chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.

Anda mungkin juga menyukai