Anda di halaman 1dari 19

MANAJEMEN PATIENT SAFETY

MIKROORGANISME

OLEH:

KELOMPOK 8 TINGKAT 2.2

 AYU SRI DEWI P07120016062

 NI KADEK ULAN JULITA S. P07120016069

 NI KADEK ARI JUNI ARSANI P07120016077

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan makalah
Manajemen Patient Safety yang membahas mengenai “Mikroorganisme”. Dalam
penyusunan makalah ini penulis berusaha untuk menyajikan secara ringkas dan
mudah untuk dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari kebudaan dan
kesehatan. Sumber informasi penyajian uraian menyeluruh mengenai makalah
yang penulis dapatkan diperoleh dari hasil pencarian di beberapa buku
pembelajaran dan jurnal resmi dari situs internet sehingga sangat mendukung
penyelesaian makalah ini.
Penulis sepenuhnya menyadari, tanpa bantuan dan kerjasama dari pihak
yang terkait, makalah ini tidak akan sesuai dengan harapan. Untuk itu pada
kesempatan yang baik ini tidak lupa disampaikan terima kasih dan penghargaan
kepada :
1. Ibu Suratiah, S. Kep, Ners, M. Biomed selaku dosen mata kuliah
Manajemen Patient Safety yang selalu meluangkan waktu untuk
memberikan kami bimbingan dan tuntunan dalam penyelesaian makalah
ini.
2. Teman-teman kelompok yang sudah membuat makalah ini dengan sebaik-
baiknya.

Denpasar, Oktober 2017

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................3

BAB I.................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.............................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................4

1.3 Tujuan......................................................................................................................5

1.4 Manfaat....................................................................................................................5

BAB II...............................................................................................................................6

PEMBAHASAN................................................................................................................6

2.1 Pengertian Mikroorganisme.....................................................................................6

2.2 Siklus Hidup Mikroorganisme..................................................................................7

2.3 Cara Berkembang Biak Mikroorganisme...............................................................10

2.4 Cara Penularan Mikroorganisme............................................................................13

BAB III............................................................................................................................18

PENUTUP.......................................................................................................................18

3.1 Simpulan................................................................................................................18

3.2 Saran......................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................19

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan suatu hal yang patut kita syukuri, karena kesehatan
merupakan nikmat terbesar yang dapat kita rasakan, jika tubuh sakit maka
melakukan kegiatan sehari-hari pun tidak akan terasa nyaman. Karena itulah
kesehatan harus benar-benar kita jaga. Suatu penyakit bisa disebabkan oleh
banyak hal. Salah satunya yakni disebabkan oleh mikroorganisme yang masuk ke
dalam tubuh dankekebalan tubuh kita yang mungkin sedang menurun.
Kesehatan yang baik tergantung pada lingkungan yang aman,sehat dan
terjaga dari berbagauntuki firus dan bakteri penyebab penyakit. mencegah Klien
dalam lingkungan keperawatan beresiko terkena infeksi karena daya tahan yang
menurun terhadap mikroorganisme infeksius, meningkatnya pajanan terhadap
jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan prosedur
invasif dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatory, klien dapat terpajan pada
mikroorganisme baru atau berbeda,yang beberapa dari mikroorganisme tersebut
dapat saja resisten terhadap banyak antibiotik. Dengan cara mempraktikan teknik
pencegahan dan penembalian infeksi perawat dapat menghindarkan penyebaran
mikroorganisme terhadap klien.
Berpengaruhnya kehadiran mikroorganisme yang berdampak pada
kesehatan membuat perawat sebagai tenaga kesehatan, harus mampu memberikan
penjelasan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan perkembangan
mikroorganisme tentang bagaimana perkembangbiakkannya, cara penularannya
dan jenis organisme penyakit yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, kami
membuat makalah yang berjudul Mikroorganisme.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas, rumusan masalah yang di dapat yaitu :
1. Apa pengertian mikroorganisme?
2. Bagaimana siklus hidup mikroorganisme?
3. Bagaimana cara berkembang biak mikroorganisme?

4
4. Bagaimana cara penularan mikroorganisme?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini ialah :
1. Untuk mengetahui pengertian mikroorganisme.
2. Untuk mengetahui siklus hidup mikroorganisme.
3. Untuk mengetahui cara berkembang biak mikroorganisme.
4. Untuk mengetahui cara penularan mikroorganisme.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini antara lain.
1. Manfaat Teoretis
a) Manfaat teoretis yang dimaksudkan agar makalah ini dapat
dijadikan sebagai tambahan bahan bacaan serta sebagai
dokumentasi bagi pembaca.
b) Makalah ini dibuat sebagai pengaya wawasan yang menjadi
motivasi bagi penulis untuk melakukan penulisan makalah yang
berbasis keilmuan guna meningkatkan kualitas pendidikan
khususnya tentang pandangan budaya terhadap kesehatan..
2. Manfaat Praktis
a) Manfaat bagi mahasiswa yaitu dapat mengetahui manajemen patient
safet tentang mikroorganisme.
b) Manfaat bagi kampus, diharapkan penulisan makalah ini dapat
dijadikan sebagai salah satu acuan di dalam menyusun materi
khususnya mikroorganisme.
c) Manfaat bagi dosen, diharapkan penulisan makalah ini dapat
dijadikan sebagai bahan acuan di dalam mengajar sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan mahasiswa.

BAB II
PEMBAHASAN

5
2.1 Pengertian Mikroorganisme
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran
sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan.
Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme
sering kali bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler).
Namun, beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang
dan ada beberapa spesies multisel tidak terlihat mata telanjang. Virus juga
termasuk ke dalam mikroorganisme meskipun tidak bersifat seluler.
Ciri-ciri utama dari suatu Mikroorganisme dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Morfologi
Mikroba pada umumnya sangat kecil, ukurannya dinyatakan dalam
micrometer. Oleh karena ukurannya yang kecil diperlukan mikroskop
untuk melihat mikroba. Mikroskop yang digunakan tergantung pada
kecermatan yang diinginkan oleh peneliti.
2. Kimiawi
Sel terdiri dari berbagai bahan kimia. Bila sel mikroba di beri
perlauan kimiawi, maka sel ini memperlihatkan susunan kimiawi yang
spesifik.
3. Biakan
Zat hara yang diperlukan oleh setiap mikroorganisme berbeda, ada
mikroorganisme yang hanya dapat hidup dan tubuh bila diberikan zat
hara yang kompleks (serum, darah). Sebaliknya ada pula yang hanya
memerlukan bahan inorganic saja atau bahan organic (asam amino,
karbohidrat, purin, pirimidin, vitamin, koenzim).
4. Metabolisme
Proses kehidupan dalam sel merupakan suatu rentetan reaksi
kimiawi yang disebut metabolism. Berbagai macam reaksi yang terjadi
dalam metabolism dapat digunakan untuk mencirikan mikroorganisme.

5. Antigenik

6
Bila mikroorganisme masuk kedalam tubuh, akan terbentuk
antibody yang mengikat antigen. Antigen merupakan bahan kimia
tertentu dan sel mikroba.
6. Genetik
Mikroorganisme memiliki bagian yang konstan dan spesifik bagi
mikroorganisme tersebut sehingga dapat digunakan untuk mencirikan
mikroorganisme.
7. Patogenitas
Mikroba dapat menimbulkan penyakit, kemampuannya untuk
menimbulkan penyakit merupakan cirri khas mikroorganisme tersebut
selain itu dapat pula bekteri yang memakan bakteri lainnya
(Bdellovibrio) dan virus (bakteriofag) yang mengifesi dan
menghancurkan bakteri.

2.2 Siklus Hidup Mikroorganisme


Siklus hidup bakteri terdiri dari 4 fase, yaitu fase lag, fase eksponensial
atau log, fase stasioner dan fase kematian.
1. Fase Lag (Lag Phase)
Pada fase ini, bakteri tidak mengalami pertumbuhan. Namun,
mereka melakukan adaptasi dengan lingkungan baru mereka dan
bermetabolisme, dengan cara, menghasilkan vitamin dan asam amino yang
dibutuhkan untuk untuk pembelahan. Selanjutnya, bakteri memulai proses
penyalinan DNA mereka, dan jika lingkungan baru mereka memiliki
pasokan nutrisi yang sesuai dan banyak, fase lag dapat terjadi dengan
singkat. Kemudian bakteri akan melanjutkan ke fase berikutnya dalam
siklus hidup mereka.
2. Fase eksponensial atau log (Log or Exponential Phase)
Selama fase log atau eksponensial, bakteri berkembang biak
dengan sangat cepat, bahkan secara eksponensial.Waktu yang dibutuhkan
Kultur untuk menggandakan diri disebut "Generation Time," dan apabila
berada pada kondisi terbaik, bakteri dapat menggandakandirinya dalam
waktu sekitar 15 menit. Ada juga bakteri lain yang membutuhkan waktu

7
berhari-hari. Dalam bakteri, salinan DNA melayang ke sisi berlawanan
dari membran. ujung dari bakteri kemudian tertarik untuk berpisah, yang
menciptakan dua "sel anak," yang identik dan siap memulai kehidupan
baru. Proses ini disebut pembelahan biner (binary fission).
3. Fase stasioner ( Stationary Phase)
Selama fase stasioner, pertumbuhan bakteri sedikit datar. Karena
banyaknya zat sisa dan semakin menyempitnya ruang hidup, bakteri tidak
dapat mempertahankan wilayah yang terbentuk pada fase sebelumnya. Jika
bakteri mampu bergerak menuju kultur yang lain, maka pertumbuhannya
dapat dilanjutkan.
4. Fase Kematian (Death Phase)
Selama fase kematian, bakteri kehilangan semua kemampuan
untuk mereproduksi, yang seolah-olah menjadi “lonceng kematian”
mereka. Seperti pada fase log atau fase eksponensial, kematian bakteri
dapat terjadi secepat pertumbuhan mereka.

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah :


1. Suhu
2. pH medium atau lingkungan hidup
3. Ada tidaknya oksigen
4. Nitrogen
5. Mineral
6. Air.
Beberapa hal di atas sangat mempengaruhi pertumbuhan bakteri yang
selanjutnya mempengaruhi Siklus Hidup mereka. Kondisi hidup optimal
berbeda-beda pada setiap bakteri. Misalnya, Psychrophiles, berkembang
dengan optimal pada kondisi lingkungan yang sangat dingin, sementara
Hyperthermophiles hanya dapat berkembang dengan optimal di lingkungan
yang panas, seperti dasar laut. Allaliphiles membutuhkan lingkungan yang
sangat asam sementara Neutrophiles lebih menyukai tempat-tempat yang tidak
asam atau basa,dll.

8
Siklus hidup virus memiliki dua jenis siklus yaitu siklus litik dan
siklus lisogenik.
A. Siklus Litik
Siklus litik adalah replikasi virus yang disertai dengan matinya sel
inang setelah terbentuk anakan virus yang baru. Siklus litik virus yang
telah berhasil diteliti oleh para ilmuwan adalah siklus litik virus T
(Bacteriophage), yaitu virus yang menyerang bakteri Escherichia coli
(bakteri yang terdapat di dalam colon atau usus besar manusia).
Siklus litik Bakteriofag terdiri atas 5 fase, yaitu fase adsorbsi, fase
penetrasi sel inang, fase eklifase, fase replikasi, dan fase pemecahan sel
inang.
1) Fase Adsorbsi
Fase adsorbsi merupakan fase awal dimana ujung ekor Bakteriofag
menempel atau melekat pada bagian tertentu dari dinding sel bakteri
yang masih dalam keadaan normal. Daerah itu disebut daerah reseptor
(receptor site atau receptor spot). Virus yang menempel kemudian
mengeluarkan enzim lisosim/lisozim yang berfungsi merusak atau
melubangi dinding sel bakteri.
2) Fase penetrasi
Fase penetrasi, ujung ekor virus T dan dinding sel bakteri E. coli
yang telah menyatu tersebut larut hingga terbentuk saluran dari tubuh
virus T dengan sitoplasma sel bakteri. Melalui saluran ini DNA virus
masuk ke dalam sitoplasma bakteri.
3) Fase eklifase dan replikasi
Fase eklifase DNA vies mengambil alih kendali DNA bakteri.
Pengendalian ini terjadi di dalam proses peyusunan atau sintesis
protein di dalam sitoplasma bakteri. Seterusnya DNA virus
mengendalikan sintesis protein kapsid virus, pada proses ini juga
terjadi replikasi DNA virus sehingga jumlah DNA dari virus T
bertambah sangat banyak seiring terjadinya sistesisprotein.
4) Fase perakitan

9
Fase perakitan pada siklus litik merupakan fase dimana bagian-
bagian protein dan DNA yang terbentuk dari proses sintesis protein
dan replikasi DNA terjadi sehingga dihasilkan virus-virus baru yang
seutuhnya.
5) Fase lisis
Fase lisis merupakan fase rusaknya sel bakteri karena aktifitas
enzimatis dari virus T serta jumlah virus T yang sudahtidak muat
ditampung oleh sel bakteri tersebut sehingga dinding sel bakteri
menjadi pecah. Selanjutnya sejumlah virus T yang baru tersebut akan
keluar dan siap untuk menyerang sel bakteri lainnya.

B. Silus Lisogenik
Siklus lisogenik memliki perbedaan sedikit dengan siklus litik tetapi
secara umum hamper sama dengan siklus litik. Pembedanya adalah ketika
sudah mencapai fase penetrasi DNA virus tidak mengalami replikasi dan
sintesis protein melainkan bergabun dengan DNA bakteri sehingga antara
DNA virus dan DNA bakteri menjadi satu.
Sebagai contoh ini terjadi pada virus HIV yang menginfeksi sel T
pada manusia sehingga pada tahun-tahun awal seseorang yang terinfeksi
HIV tidak menimbulkan gejala-gejala klinis, karena DNA dari virus HIV
bersembunyi dengan bergabung engan DNA sel T limfosit.
Ketika DNA virus sudah bergabung dengan DNA bakteri, maka yang
terjadi adalah ketika bakteri melakukan pembelahan diri secara otomatis
DNA virus juga akan ikut mengganda.
Saat kondisi menguntungkan bagi DNA maka siklus lisogenik dapat
masuk ke dalam siklus litik lagi yang ditandai dengan fase replikasi dan
sintesis protein dari virus tersebut .

2.3 Cara Berkembang Biak Mikroorganisme


1. Virus
Perkembangbiakan virus mempunyai arti yang penting, agar mengetahui
bagaimana virus masuk dan ke luar dari sel, bagaimana virus bisa mematikan

10
atau mentransformasi sel. Adapun tahap-tahap replikasi virus adalah sebagai
berikut:
1. Adsorpsi, merupakan tahap penempelan (attachment) virus pada
dinding sel inang. Virus menempelkan sisi tempel atau reseptor site ke
dinding sel bakteri.
2. Penetrasi sel inang. Setelah reseptor site, bagian ini kemudian
mengeluarkan enzim untuk membuka dinding sel bakteri. Molekul
asam nukleat (RNA dan DNA) virus bergerak ke luar melalui pipa ekor
dan masuk ke dalam sitoplasma sel melalui dinding sel yang terbuka
tersebut. Pada virus telanjang, proses penyusupan ini terjadi dengan
cara fagositosis virion (viropexis), sedangkan pada virus berselubung
dapat terjadi dengan cara fusi yang diikuti masuknya nukleokapsid ke
sitoplasma.
3. Eklipase. Asam nukleat virus menggunakan asam nukleat bakteri
untuk membentuk bagian-bagian tubuh virus terbentuk, seperti protein,
asam nukleat, dan kapsid. Bahan yang digunakan berasal dari protein,
enzim, dan asam nukleatsel bakteri.
4. Pembentukan virus (bakteriofage) baru. Setelah bagian-bagian tubuh
virus terbentuk, maka pada fase ini bagian-bagian itu akan
digabungkan untuk menjadi virus yang baru. Dari 1 sel bakteri akan
dihasilkan 100-300 virus baru.
5. Pemecahan sel inang. Akhir dari siklus adalah pecahnya sel bakteri. Di
dalam sel bakteri terbentuk enzim lisoenzim yang mampu melarutkan
ikatan kimia dinding sel bakteri. Setelah dinding sel pecah maka
keluarlah virus-virus baru itu dan selanjutnya mencari sel bakteri
lainnya.

2. Bakteri
Proses atau Cara Perkembangbiakan Bakteri Secara Seksual. Bakteri
merupakan mikroorganisme yang sudah berjuta-juta tahun ditemukan pada
tiap-tiap lapisan bumi. Tubuh bakteri tersusun atas satu sel (uniseluler), oleh
karena itu bakteri sangat sensitif terhadap lingkungan. Lingkungan yang baik

11
membuat laju perkembangan bakteri melesat, sedangkan apabila lingkungan
ekstrim (buruk), bakteri cenderung mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Ciri khas reproduksi seksual pada bakteri adalah terjadinya penggabungan
gen (genetic recombination) antar bakteri, hal ini akan meningkatkan
keanekaragaman jenis bakteri karena munculnya variasi baru dari penyatuan
gen bakteri ini. Mutasi adalah akibat dari reproduksi ini, bakteri mengalami
perubahan genetik. Pada banyak kasus, mutasi menyebabkan bakteri
mengalami kekebalan terhadap antibiotik. Penyatuan genetik pada reproduksi
seksual dapat diperoleh melalui berbagai cara:
a. Transformasi
Pada metode ini, bakteri mengambil fragment DNA bakteri lain
dari lingkungan kemudian merekontruksi dengan DNA yang ia miliki.
Bakteri rekombinan yang terbentuk kemudian akan melakukan
reproduksi secara aseksual untuk menghasilkan spesies bakteri yang
sama.
Teknik ini pertama kali ditemukan oleh Fred Griffith pada bakteri
penyebab pneumonia (Streptococcus pneumonia). Ditemukan varian baru
dari S. pneumonia berkapsul, penelitian Griffith menunjukkan bahwa
varian baru ini terbentuk hasil dari S. pneumonia tak berkapsul yang
mengambil gen kapsul dari fragmen DNA bakteri lain yang ada di
lingkungan sekitarnya. Tidak semua bakteri mampu melakukan metode
ini, hal ini dipengaruhi oleh stuktur morfologi bakteri tersebut untuk
mengambil dan menggabungkan DNA donor. Fragment DNA donor ini
dikenal dengan istilah eksogen, sedang DNA asli bakteri penerima
disebut endogen, hasil gabungan dari dua DNA ini akan menghasikan
merozigote.

b. Transduksi
Rekombinasi genetik yang diperantarai oleh bakteriofage virus.
Virus bakteriofage adalah kelompok virus yang menyerang bakteri, virus
ini meminjam tubuh bakteri untuk melakukan reproduksi. Virus
bakteriofage membawa DNA dari bakteri yang sebelumnya telah diinfeksi

12
ke dalam tubuh bakteri lain. Fragmen DNA antar bakteri kemudian akan
menyatu (merekombinasi) sehingga terbentuk Bakteri rekombinan.
Penemuan Zander dan Lederberg ini membawa perkembangan dalam
dunia rekayasa genetik. Virus bakteriofage sering digunakan untuk
menyisipkan gen-gen yang diinginkan ke dalam tubuh bakteri sehingga
bakteri akan menghasilkan produk untuk kemaslahatan manusia, seperti
pembuatan hormon insulin.

c. Konjugasi
Konjugasi melibatkan dua sel bakteri yang akan secara langsung
melakukan transfer genetik. Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh
Lederberg dan Tatum pada bakteri E.coli. Plasmid adalah DNA ektstra
yang dimiliki oleh beberapa bakteri. Pertukaran ini akan melalui jembatan
konjugan yang dibentuk oleh Bakteri F+ . Bakteri F+ akan memperpanjang
pili yang berperan sebagai jembatan konjugan menembus sel bakteri
penerima (F-). Pili ini akan ditarik kembali setelah plasmid selesai
ditransfer. Sebelumnya, bakteri donor (F+) akan mengcopy plasmid,
sehingga terbentuk dua plasmid (asli dan replica). Plasmid replica ini yang
akan ditransfer ke bakteri recipient (F-) sehingga bakteri penerima kini
bermutasi memiliki kombinasi gen dari bakteri F+.

2.4 Cara Penularan Mikroorganisme


Pada banyak kasus bakteri keluar dari tubuh melalui rute masuk, tetapi
terdapat pengecualian. Bakteri penyebab gastroenteritis memperoleh akses
melalui mulut dan keluar dari tinja sehingga dikatakan menyebar melalui rute
fekal-oral. Mikroorganisme disebarkan dari satu individu ke individu
berikutnya melalui kontak langsung dan tidak langsung. Penyebaran juga
dapat terjadi melalui udara, makanan, air yang tercemar, dan melalui serangga
a. Kontak
Kontak adalah rute utama penyebaran kuman di rumah sakit dan
juga mungkin di masyarakat. Di rumah sakit, bakteri disebarkan
terutama melalui tangan staf karena mereka sering menangani pasien

13
dan peralatan, sehingga terjadi peningkatan kemungkinan infeksi-
silang. Hubungan antara mencuci tangan dan penurunan angka infeksi
pertama kali dibuktikan oleh Ignaz Semmelweiss dalam serangkaian
studi epidemiologi pada tahun 1940-an (Newson, 1993).
Di masyarakat, terdapat bukti bahwa banyak patogen yang dahulu
diperkirakan menyebar melalui percikan ludah ternyata menyebar
melalui kontak (Worsley et al., 1994). Stimulasi laboratorium
membuktikan bahwa individu lebih besar kemungkinannya terjangkit
infeksi saluran nafas setelah berkontak dengan tangan dan benda
(fomites) yang tercemar oleh virus daripada setelah terpajan pada
aerosol yang mengandung virus (Gwaltney et al., 1978). Diperkirakan
bahwa batuk dan bersin menyebabkan pengeluaran percikan ludah
terinfeksi yang mengendap ke berbagai permukaan, termasuk busana, di
lingkungan sekitar. Bakteri kemudian dipindahkan oleh tangan ke benda
lain (Peralatan makan minum, pegangan pintu, dsb), mencapai korban
baru setelah tangan mereka kemudian tercemar. Virus mencapai hidung
dan konjungtiva saat wajah tersentuh higiene tangan dapat mengurangi
insiden infeksi saluran nafas atas. (Leclair et al., 1987).
Demikian juga, rotavirus yang menyebabkan muntah dan diare,
walaupun keluar melalui percikan ludah, tampaknya disebarkan melalui
kontak tangan. Pada studi insiden eksperimen yang dilakukan di tempat
penitipan anak, dibuktikan bahwa terjadi penurunan angka infeksi saat
mencuci tangan diperkenalkan pada anak dan petugas yang merawatnya
(Black et al., 1981). Perlu diingat bahwa mencuci tangan adalah cara
yang mudah dan hemat untuk infeksi (Gould, 1997;May, 1998).
b. Penyebaran melalui udara
Penyebaran melalui udara terjadi hanya dalam jarak yang pendek
untuk patogen positif-gram dan untuk infeksi virus misalnya cacar air.
Kajian ekstensif terhadap literatur memastikan bahwa infeksi silang
melalui rute ini tidak lazim diluar lingkungan beresiko tinggi misalnya
ruang operasi dan unit luka bakar (ayliffe dan lowbury., 1982). Diruang
operasi, skuama kulit yang penuh dengan stafilococcus memperoleh

14
akses ke jaringan yang terbuka, sering dengan mendarat di duk dari
udara. Kuman mungkin berasal dari pasien atau petugas yang hadir.
Rute melalui udara juga penting di unit luka bakar. Kulit adalah
pertahanan utama terhadap bakteri, dan apabila kulit tidak lagi utuh
maka pasien menjadi sangat rentan terhadap infeksi.
c. Makanan dan air yang tercemar
Makanan yang tercemar cepat berfungsi sebagai kendaraan bagi
bakteri. Infeksi seperti ini terjadi higiene yang buruk di rumah, restoran,
tempat penjualan capat saji, toko, dan pabrik (North, 1989; Hobbs dan
Roberts 1993). Pada sebagian besar kasus, pencemaran terjadi melalui
tangan. Salmonella yang mencemari jari tangan dan sumber makanan
yang tercemar dapat bertahan dari pencucian tangan. Dengan demikian
penyebarah terjadi melalui rute fekal-oral. Penyebaran melalui air
terjadi di daerah dengan sanitasi yang buruk. Kolera bersifat endemik di
seluruh negara yang sedang berkembang termasuk asia dan kejadian
luar biasa di inggris. Thypoid juga ditularkan melalui air yang tercemar.
Penyakit Legionnaire (Disebabkan olehLegionella
pneumophila) menyebar melalui aerosol yang tercemar (Woo et al.,
1986); kejadian luar biasa penyakit ini pernah terjadi di inggris.
d. Vektor serangga
Vektor serangga menyebarkan infeksi melalui penularan mekanis
dan biologis. Penularan mekanis terjadi apabila patogen di pindahkan
dari satu lokasi ke lokasi lain melalui permukaan serangga, sering
dengan kakinya. Lalat rumah berlaku sebagai vektor mekanis
untuk Shigella.Di rumah sakit, lalat, semut pharaoh, dan artropoda lain
mungkin mengangkut bakteri patogenik di dalam lingkungan klines
(Fotedar et al., 1992).
Penularan biologis melibatkan interaksi kompleks antara patogen
dan vektor. Plasmodium, organisme penyebab malaria, berkembang
biak di dalam usus nyamuk dan meningkatkan jumlah protozoa yang
tersedia untuk dosis infeksi. Penularan terjadi saat serangga menggigit
penjamu manusia.

15
e. Resevoar infeksi
Resevoar infeksi terbentuk apabila kondisi yang menguntungkan
mendorong pertumbuhan dan reproduksi sejumlah besar bakteri.
Resevoar dapat terbentuk di kulit petugas atau pasien sehingga terjadi
infeksi-silang. Peran resevoar lingkungan terhadap infeksi silang
bergantung pada situasi. Suatu reservoar bakteri yang besar dalam suatu
drain kecil kemungkinannya berperan dalam infeksi nosokomial
(infeksi yang diperoleh di rumah sakit) karena hanya sedikit
kesempatan terjadinya pemindahan ke individu lain yang rentan tetapi
apabila reservoar melibatkan benda-benda yang mungkin berkontak
dengan pasien atau petugas, maka resiko akan meningkat. Penelitian
epidemiologis telah berperan banyak dalam meningkatkan pemahaman
kita tentang resiko infeksi dan pengembangan petunjuk pengendalian
infeksi untuk mengurangi penyebaran penyakit. Penelitian tersebut
memberikan sangat banyak bukti bahwa apabila pasien mengalami
infeksi atau terkolonisasi, maka organisme penyebab berasal dari orang
lain dan bukan dari tempat jauh di lingkungan.

Knight dan Kotschevar (2000 : 277 ) mikroorganisme dibagi menjadi :


1. Bakteri
Bakteri biasanya menyebabkan penyakit pada manusia. Dalam
perkembangannya bakteri membutuhkan makanan, udara yang lembab,
dan pada temperatur yang tepat. Contoh : Eccerecia Coli,
Staphylococcus dan Diphtheria bacilus.
2. Virus
Organisme hidup yang paling kecil adalah virus. Ada beberapa
virus yang tidak bisa dilihat, walaupun sudah menggunakan
mikroskop. Biasanya virus ini menyebar lewat media air dan makanan.
Sebagai contoh, virus hepatitis. Sedangkan virus polio, menyebar lewat
makanan atau susu.
3. Parasit

16
Sebagai contoh Endamoeba histolytica adalah parasit yang hidup di
air, minyak, buah atau sayuran dan makanan yang lain.
4. Jamur
Jamur di sini dimaksudkan adalah jamur dengan kategori fungi.
Biasanya jamur ini tidak menyebabkan penyakit, tetapi menyebabkan
kerusakan pada makanan. Sebagai contoh, jamur yang ditemukan pada
permukaan daging, bisa dibuang bagian daging tersebut tanpa harus
membuang semua daging.
5. Ragi
Sama dengan jamur, ragi juga tidak menyebabkan penyakit, tetapi
menyebabkan kerusakan pada makanan. Ragi biasanya bereaksi jika
ada karbondioksida. Ragi biasanya digunakan dalam pembuatan
minuman alcohol dan pembuatan roti.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Perkembangbiakkan pada mikroorganisme terdiri dari dua cara, yakni
aseksual yang meliputi pembelahan biner (binary fission), pembelahan ganda
(multiple fission), perkuncupan (budding), pembelahan tunas dan
pembentukkan spora, kemudian perkembangbiakkan secara seksual yang

17
terdiri atas Oogami, Anisogami, Isogami, dan Rekombinasi genetik dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu Konjugasi, Transduksi dan Transformasi.
Ciri-ciri utama dari suatu Mikroorganisme dikelompokkan menjadi
morfologi, kimiawi, biakan, metabolisme, antigenik, genetik, dan patogenitas.
Siklus hidup bakteri terdiri dari 4 fase, yaitu fase lag, fase
eksponensial atau log, fase stasioner dan fase kematian. Siklus hidup virus
memiliki dua jenis siklus yaitu siklus litik dan siklus lisogenik.
Perkembangbiakan virus mempunyai arti yang penting, agar
mengetahui bagaimana virus masuk dan ke luar dari sel, bagaimana virus bisa
mematikan atau mentransformasi sel. Adapun tahap-tahap replikasi virus
adalah sebagai berikut; adsorpsi, penetrasi sel inang, eklipase, pembentukan
virus (bakteriofage) baru, dan pemecahan sel inang.
Cara penularan mikroorganism terjadi melalui udara, makanan, air
yang tercemar, dan melalui vektor serangga, kontak, dan resevoar infeksi.
Jenis organisme penyakit antara lain virus, bakteri, fungi, protozoa,
riketsia dan klamidia, mikoplasma dan cacing.

3.2 Saran
Dengan penyusunan makalah ini, semoga bermanfaat bagi para
pembaca khususnya bagi mahasiswa keperawatan. Penyusun berharap agar
para pembaca dapat lebih memahami mengenai mikroorganisme sehingga
ilmu yang didapatkan dapat bermanfaat di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Gould & Brooker. 2003. Mikrobiologi Terapan untuk Perawat. Jakarta : EGC

Buckle, et al. 1987. Ilmu pangan Terjemahan Purnomo H. Adiono. UI Pres:

Jakarta.

Dwijoseputro. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Fardiaz, 1992. Mikrobiologi Pangan. Bogor: Dirjen Pendidikan Tinggi IPB.

18
Winarno, 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia.

19

Anda mungkin juga menyukai