Anda di halaman 1dari 153

DASAR BIOMEDIK 2

SEMESTER III

EDISI PERTAMA
MODUL

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM SARJANA
STIKes HANG TUAH PEKANBARU PEKANBARU
TA 2019/2020
Dasar Biomedik 2

Penulis : 1. Dra. Denai Wahyuni, M.Si


2. dr. Aldiga Rienarti Abidin,MKM
3. Sri Desfita, SST, M.Kes
4. dr. Abner,NT,M.Si

Editor : Dra. Denai Wahyuni, M.Si

2
BUKU PANDUAN MATA KULIAH
DASAR BIOMEDIK 2

EDISI PERTAMA

PENGAJAR

1. Dra. Denai Wahyuni, M.Si


2. dr. Aldiga Rienarti Abidin,MKM
3. Sri Desfita, SST, M.Kes
4. dr. Abner, NT, M.Si

3
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

HANG TUAH PEKANBARU

VISI
Terjuwudnya institusi yang unggul dan kompeten dalam penyelenggaraan pendidikan
tinggi kesehatan yang berbasis teknologi tepat guna dan mampu bersaing di tingkat
nasional dan regional tahun 2036

MISI
1. Melaksanakan pendidikan kesehatan yang bermutu untuk menghasilkan lulusan
yang profesional berorientasi kepada peningkatan kesehatan masyarakat
2. Mengembangkan ilmu dan teknologi kesehatan melalui kegiatan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat untuk peningkatan kesehatan masyarakat
3. Melaksanakan penjaminan mutu yang konsisten dan berkelanjutan
4. Mewujudkan atmosfer akademik yang kondusif melalui kinerjaakademik
5. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak dalam penyelenggaraan Tridharma
Perguruan Tinggi
6. Mengembangkan teknologi tepat guna dalam bidang kesehatan

4
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

HANG TUAH PEKANBARU

VISI
Menjadi Program Studi Kesehatan Masyarakat Swasta unggul dalam menghasilkan
lulusan yang Kompeten, Profesional dan memiliki kemampuan manajerial dalam
penyelesaian masalah kesehatan di tingkat Nasional dan Regional Tahun 2036

MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran dibidang kesehatan masyarakat
dalam menghasilkan lulusan yang kompeten, profesional serta memiliki
kemampuan manajerial.
2. Melaksanakan penelitian berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dibidang kesehatan masyarakat
3. Melaksanakan pengabdian masyarakat dalam bentuk penyebaran informasi dan
implementasi hasil penelitian di bidang kesehatan masyarakat.
4. Melaksanakan penjaminan mutu yang konsisten dan berkelanjutan.

5. Memperluas kerjasama dan jejaring dengan pihak pemerintah, swasta, pengguna


lulusan, profesi, organisasi dan alumni dalam menyelenggarakan pendidikan,
penelitian dan pengabdian masyarakat

5
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT atas karunia-Nya sehingga Buku Panduan Mata
Dasar Biomedik 2 edisi pertama ini bisa kami terbitkan sebagai panduan bagi dosen
dan mahasiswa. Mata kuliah ini memiliki bobot 3 SKS Teori dimana mata kuliah ini
membahas tentang penyakit menular, konsep host, pengaruh dari agen penyakit pada
sistem organ/anatomi dan fisiologi tubuh manusia, Mikrobiologi dan Parasitologi.
Apa usaha yang dilakukan untuk menurunkan beberapa kasus yang disebabkan oleh
agen peyakit tersebut. Pertemuan materi akan diselesaikan dalam waktu 14 (empat
belas) minggu. Proses pembelajaran pada mata kuliah ini akan dilakukan melalui
medote pembelajaran aktif berupa, Tanya jawab, diskusi, presentasi.
Evaluasi yang dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi mahasiswa,
dengan menggunakan evaluasi formatif dan sumatif yang terdiri dari Ujian Tengah
Semester (UTS), Ujian Akhir Semester (UAS), softskill dan penugasan baik individu
ataupun kelompok.

Pekanbaru, Maret 2020

Dosen pengampu mata Kuliah

6
BAB I
PENDAHULUAN

Mata Kuliah ini kelanjutan dari teori pada biomedik I yang ditekankan
kepada penyakit menular. Konsep host. Bagaimana pengaruh dari agen penyakit
pada sistem organ/anatomi dan fisiologi tubuh manusia. Mikrobiologi dan
Parasitologi. Apa usaha yang dilakukan untuk menurunkan beberapa kasus yang
disebabkan oleh agen peyakit tersebut. Pembahasan ditekankan pada organism
dan mikroorganisme sebagai agen penyakit dan penyakit-penyakit yang
disebabkannya terutama penyakit menular usaha yang dilakukan untuk
menurunkan beberapa kasus yang disebabkan oleh agen peyakit tersebut. Mata
kuliah ini memiliki bobot 3 SKS Teori. Berbagai pengalaman belajar akan
diterapkan dalam mata kuliah ini, diantaranya Small group discussion, contextual
learning, discovery learning.

A. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat
mengerti dan memahami tentang usaha yang dilakukan untuk menurunkan
beberapa kasus yang disebabkan oleh agen peyakit tersebut penyakit menular.
Konsep host. Bagaimana pengaruh dari agen penyakit pada sistem
organ/anatomi dan fisiologi tubuh manusia. Mikrobiologi dan Parasitologi.
Apa usaha yang dilakukan untuk menurunkan beberapa kasus yang
disebabkan oleh agen peyakit tersebut

B. Tujuan Khusus
Setelah proses pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Ultra struktur , morfologi, dan pewarnaan kuman (bakteri).
2. Kasus penyakit yang disebabkan oleh bakteri
3. Struktur, morfologi dan reproduksi virus
4. Kasus penyakit yang disebabkan oleh virus
5. Fungi, morfologi, reproduksi, fisiologi dan klasifikasi fungi.
6. Kasus penyakit yang disebabkan oleh fungi dan yes
7. Klasifikasi, sikus hidup, penularan penyakit yang disebabkan oleh cacing
(helminthes)
8. Kasus penyakit yang disebabkan oleh cacing parasit (helminthes).
9. Klasifikasi, siklus hidup, penularan penyakit yang disebabkan oleh
parasit protozoa.
10. Kasus penyakit yang disebabkan oleh parasit protozoa
11. Serangga vektor yang menyebabkan penyakit pada manusia
12. Kasus penyakit yang disebabkan oleh serangga vector
Pengendalian vektor

C. Mata Kuliah Prasyarat


Mata kuliah Dasar Biomedik 2 memiliki prasyarat dengan mata kuliah
lain yaitu :
Tidak Ada
BAB 2
MATERI PEMBELAJARAN

A. KEGIATAN BELAJAR 1
1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan morfologi bakteri
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan ukuran bakteri
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan struktur bakteri
2. Uraian Materi
BAKTERI
Dosen: Dra. Denai Wahyuni, M.Si
Bakteri, berasal dari bahasa Latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok
sel raksasa dari organisme hidup. Mereka sangatlah kecil (mikroskopik) dan
kebanyakan uniselular (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana
tanpa nukleus/inti sel, cytoskeleton, dan organel lain seperti mitokondria dan
kloroplas

Gambar 1.1 Struktur Bakteri

A. Morfologi Bakteri
1. Bentuk Bakteri
a. Bakteri berbentuk bulat (Coccus)
Gambar 1.2 Bakteri berbentuk bulat (Coocus)

Bakteri berbentuk bulat atau bola dinamakan kokus (Coccus), dibedakan


menjadi:
1). Monokokus (Monococcus), yaitu bakteri berbentuk bola tunggal,
2). Diplokokus (Diplococcus), yaitu bakteri berbentuk bola bergandengan dua-dua,
3). Streptokokus (Streptococcus), yaitu bakteri bentuk bola yang berkelompok
memanjang membentuk rantai.
4). Sarkina (Sarcina), yaitu bakteri berbentuk bola yang berkelompok empat-empat
sehingga bentuknya mirip kubus.
5). Stafilokokus (Stafilococcus), yaitu bakteri berbentuk bola yang berkoloni
membentuk sekelompok sel tidak teratur, sehingga bentuknya mirip dompolan buah
anggur.
b. Bakteri berbentuk Batang (Bacillus)

Gambar 1.3 Bakteri berbentuk batang


Bentuk basilus dapat dibedakan atas:
1). Basil tunggal (Monobasil), yaitu bakteri yang hanya berbentuk satu batang
2). Diplobasil, yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan dua-dua.
3). Streptobasil, yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan dua-dua.
4). Stafilobasil, yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan memanjang
c. Bakteri berbentuk spiral (Spirillum)

Gambar1.4 Bakteri berbentuk spiral

Bakteri berbentuk melilit atau spiral ada tiga macam bentuk spiral, yaitu
sebagai berikut:
1). Spiral, yaitu golongan bakteri yang bentuknya seperti spiral tubuhnya kaku.
2). Vibrio, atau bentuk koma yang dianggap sebagai bentuk spiral tak sempurna,
3). Spirochaeta, yaitu golongan bakteri berbentuk spiral yang bersifat lentur.pada saat
bergerak tubuhnya dapat memanjang dan mengerut.

B. Ukuran Bakteri
Bakteri adalah makhluk hidup yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat
dengan mikroskop. untuk menyelidiki ukuran bakteri, dalam pemeriksaan
mikrobiologis biasanya digunakan satuan micron (diberi symbol huruf μm), seperti
pada pengukuran virus. Bakteri yang biasa diteliti di laboratorium kebanyakan
berukuran antara 0,5 – 2 μm lebarnya dan 1 – 5 μm panjangnya. Ukuran-ukuran
yang menyimpang dari ketentuan tersebut banyak pula. Pada dasarnya bakteri yang
umurnya 2 sampai 6 jam memiliki ukuran lebih besar dari pada bakteri yang umurnya
lebih dari 24 jam. Dahulu, pengukuran ini dilakukan dengan jalan membandingkan
ukuran butir darah merah, yang pada waktu itu sudah diketahui besarnya. Sekarang
pengukuran yang lebih tepat dilakukan dengan alat mikrometer yang diletakkan pada
lensa okuler, dan skala yang terdapat pada mikrometer ini dibandingkan dengan
micrometer yang diletakkan pada kaca objektif (stage micrometer). Di samping itu,
bidang penglihatan dapat ditaksir dari pembesaran yang diperoleh dari mikroskop
yang digunakan, seperti yang terlihat sebagai berikut:
Lensa Objektif Perbesaran Diameter bidang penglihatan
Objektif 16 mm (2/3 in) 100 2,10 mm
Objektif 4 mm (1/6 in) 440 0,40 mm
Obejktif rendam minyak 1,8 mm (1/12 in) 950 0,20 mm

C. Struktur Bakteri
Dalam pembahasan ini akan dibahas terlebih dahulu mengenai struktur sel
prokariotik dan struktur sel eukariotik untuk dijadikan sebagai perbandingan secara
strukturnya. Pada tiap tingkatan, struktur sel prokariotik lebih sederhana dari pada sel
eukariotik dengan kecualian, yaitu dinding sel mungkin lebih kompleks. Bakteri
tersusun atas dinding sel dan isi sel. Di sebelah luar dinding sel terdapat selubung
atau kapsul. Di dalam sel bakteri tidak terdapat membran dalam (endomembran) dan
organel bermembran seperti kloroplas dan mitokondria. Secara umum sel bakteri
gambarnya dapat ditampilkan sebagai berikut:
a. Dinding Sel
Dinding sel dari suatu bakteri menentukan bentuk sel. Dinding sel bakteri
amat kaku sehingga memungkinkan bakteri mengatasi konsentrasi osmosis yang
sangat berbeda-beda dan sitoplasma tidak dapat mengembang melampaui batas
dinding yang kaku itu. Meskipun dinding sel bersifat permeabel terhadap molekul-
molekul yang besar tetapi enzim sel nuclease dan fosfatase dapat tertahan, karena
enzim-enzim ini terperangkap dalam periplasma, yaitu daerah antara dinding dan
membrane sel. Spesifitas imunologis sel seringkali disebabkan karena komponen-
komponen kimia dari dinding sel tersebut. Beberapa komponen dari dinding sel
seperti asam teikoat dan lipopolisakarida melindungi sel dari kegiatan lisis enzim,
sedangkan zat-zat lain menentukan reaksi sel pada pengecatan Gram dan ada pula
yang menarik dan mengikat bakteriofage.
Fungsi dari dinding sel bakteri dapat kita simpulkan sebagai berikut:
a. pelindung terhadap tekanan osmosis
b. pembelahan sel
c. biosintesis bagi dirinya sendiri
d. dinding sel merupakan determinan dari antigen permukaan
bakteri
e. sebagai aktivitas endotoksin yang tidak spesifik (lipopolisakarida)
b. Membran Sitoplasma
Membran sitoplasma disebut juga membran sel. Komposisi membran
sitoplasma terdiri atas fosfolipid dan protein. Membran tersebut sangat penting untuk
sel dan mempunyai fungsi utama, yaitu sebagai berikut:
 Memelihara tekanan osmosis
Memelihara tekanan osmosis intraseluler, artinya membran sel bertindak
sebagai penyangga osmotik (osmotic barrier) dan tidak permeabel terhadap zat-zat
yang mengion dan zat yang tidak mengion yang molekulnya tidak lebih besar dari
gliserol.
 Sistem transport aktif
Sistem transport aktif berfungsi untuk mengeluarkan enzim ekstraseluler dan
zat-zat untuk mempelopori pembentukan dinding sel serta mengatur pemasukan
garam-garam esensial, asam amino, dan gula-gula yang molekulnya lebih besar. Tiap
sistem transport mempunyai fungsi yang sangat khusus untuk suatu zat tertentu,
misalnya sel dapat mengangkut fruktosa tetapi maltosa tidak. Enzim-enzim ini
seringkali disebut permeases.
 Menyediakan tempat untuk reaksi utama enzim
Menyediakan tempat untuk reaksi-rekasi utama enzim yang berhubungan
dengan metabolisme energi. Jika membran sel itu diperiksa secara tersendiri tampak
ada partikel-partikel kecil yang bergagang pendek melekat pada sel. Partikel-partikel
ini menyerupai partikel-partikel yang ditemukan dalam mitokondria pada sel-sel
eukariotik dan mengandung aktivitas ATP-ase.
c. Sitoplasma
Sitoplasma (kytos=sel, plasma=substansi) bukan merupakan substansi yang
homogen dan terdiri dari bermacam-macam zat dan struktur yang berada dalam
membran sel, kecuali materi nukleus. Dengan kata lain, terdiri dari beraneka ragam
mikrosom (mikro=kecil, soma=badan) atau partikel subseluler yang sebagian besar
adalah protein atau nukleoprotein dengan beberapa lipoprotein dan bahan-bahan lain.
Semuanya ini tersuspensi dalam zat dasar yang cair atau setengah padat yang disebut
matriks. Matriks ini adalah suatu campuran yang kompleks yang mengandung
bermacam-macam ion (H+, PO43-, Na+, Cl-), asam-asam amino, beberapa jenis
protein, lipokompleks, peptide, purin, pirimidin, glukosa, ribose, vitamin, nukleotida,
koenzim, disakarida, dan lain-lain.
d. Ribosom

Semua sitoplasma sel tampak seperti bergranula. Hal ini disebabkan karena
adanya sejumlah besar partikel-partikel halus yang tersebar secara baur yang
dinamakan ribosom. Ribosom ini berbeda ukuran dan kepadatannya yang disesuaikan
dengan tempat asalnya. Setiap ribosom terdiri dari sub unit kecil (30 S) dan sub unit
yang lebih besar (kira-kira 50 S). Ribosom cenderung membentuk kelompok-
kelompok dari bermacam-macam ukuran yang disebut poliribosom atau poliosom.
Ribosom sebagian besar terdiri dari rRNA (ribosom RNA) dengan sedikit protein
(ribonukleoprotein). Sekurang-kurangnya sebagian dari RNA ribosom itu adalah
mRNA (messenger RNA). Dengan demikian, ribosom bertanggung jawab atas
sintesis protein spesifik berikut protein dari semua enzim.
e. Nukleus
Sel-sel prokariotik tidak mempunyai nukleus seperti pada eukariotik dengan
membran nukleus yang jelas, yang ada adalah suatu daerah nukleus yang disebut
nukleotid yang tidak dilindungi oleh membran dan tidak mengadakan mitosis dan
meiosis. Strukturnya merupakan suatu masa amorf yang lobuler terdiri dari banyak
materi kromatin yang fibriler.
Fibril-fibril yang tampak pada nukleotid bakteri dalam mikroskop electron
merupakan filament DNA yang panjang (kira-kira 1400 nm) dan tipis (kira-kira 3
nm), fleksibel dan sirkuler (tidak berujung bebas). Susunannya dalam sel dapat
digambarkan sebagai dua helai benang halus sepanjang enam sampai sepuluh kaki,
yang dililitkan bersama dan digulung, ujungnya diikat bersama dan keseluruhannya
dikumpulkan dalam genggaman, sehingga berbentuk berkas yang bentuknya tidak
teratur dan terikat kuat. Kadang-kadang tampak dengan replikasinya pada yang
sedang aktif membelah. Filamen sirkuler DNA semacam ini pada umumnya disebut
komosom bakteri.
f. Fili (Fimbria)
Banyak bakteri Gram negatif memiliki tonjolan pada permukaan sel yang
kaku yang dinamakan fili (rambut) atau fimbria (daerah pinggir). Fili lebih pendek
dan lebih halus dari pada flagel, dan terdiri atas subunit-subunit protein yang disebut
pilin.
g. Flagel bakteri
Flagel bakteri merupakan alat tambahan sebagai alat penggerak pada sel yang
menyerupai benang dan seluruhnya terdiri atas protein, dengan garis tengah 12 – 30
nm. Ada 3 jenis susunan flagel, yaitu monotrika (flagel tunggal terdapat pada kutub),
lofotrika (flagel pada kutub yang multipel), atau peritrika (flagel terdapat di seluruh
sisi sel).
3. Rangkuman
1. Morfologi bakteri terdiri dari 3
a. Bakteri berbentuk bulat atau bola dinamakan kokus (Coccus),
b. Bentuk basilus (batang)
c Bentuk spiral
2. Ukuran Bakteri
Bakteri adalah makhluk hidup yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat
dengan mikroskop. untuk menyelidiki ukuran bakteri, dalam pemeriksaan
mikrobiologis biasanya digunakan satuan micron (diberi symbol huruf μm), seperti
pada pengukuran virus. Bakteri yang biasa diteliti di laboratorium kebanyakan
berukuran antara 0,5 – 2 μm lebarnya dan 1 – 5 μm panjangnya
C. Struktur Bakteri
Secara umum sel bakteri gambarnya dapat ditampilkan sebagai berikut:
a. Dinding Sel
b. Membran Sitoplasma
c. Sitoplasma
d. Ribosom
e. Nukleus
f. Fili (Fimbria)
g. Flagel bakteri

4. Penugasan dan Umpan Balik


1. Sebutkan dan jelaskan morfologi bakteri
2. Jelaskan ukuran bakteri
3. Sebutkan dan jelaskan struktur struktur bakteri
B. KEGIATAN BELAJAR 2
1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
1. Mampu menjelaskan tentang penyakit Tuberculosis (TBC atau TB
2. Mampu menjelaskan dengan ringkas penyebab, gejala, penularan Penyakit Kusta
3. Mampu menjelaskan penyebab, gejala, penularan Penyakit Tetanus
4. Mampu menjelaskan tentang penyebab, gejala, penularan Penyakit Gonnorea
5. Mampu menjelaskan tentang penyebab, gejala, penularan Penyakit Antraks
6. Mampu menjelaskan cara penularan Penyakit Sifilis

2. Uraian Materi
PENYAKIT YANG DISEBABKAN BAKTERI
Dosen: Dra. Denai Wahyuni, M.Si
1. Penyakit TBC
Tuberculosis (TBC atau TB) adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan
yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat
sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru (90%) dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
a. Gejala Penyakit TBC
Penderita yang terserang basil tersebut biasanya akan mengalami demam tapi
tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat
hilang timbul. Gejala lain, penurunan nafsu makan dan berat badan, batuk-batuk
selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah), perasaan tidak enak
(malaise) dan lemah. Agar bisa mengantisipasi penyakit ini sejak dini, berikut gejala-
gejala penyakit tuberculosis yang perlu anda ketahui.
Gejala utama : Batuk terus-menerus dan berdahak selama tiga pekan atau
lebih. Gejala tambahan yang sering dijumpai:
 Dahak bercampur darah/batuk darah
 Sesak nafas dan rasa nyeri pada dada
 Demam/meriang lebih dari sebulan
 Berkeringat pada malam hari tanpa penyebab yang jelas
 Badan lemah dan lesu
 Nafsu makan menurun dan terjadi penurunan berat badan
b. Penyebab Infeksi TBC
Penyakit ini diakibatkan infeksi kuman Mikobakterium tuberkulosis yang
dapat menyerang paru, ataupun organ-organ tubuh lainnya seperti kelenjar getah
bening, usus, ginjal, kandungan, tulang, sampai otak. TBC dapat mengakibatkan
kematian dan merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyebabkan kematian
tertinggi di negeri ini.
Infeksi TBC yang paling sering, yaitu pada paru, sering kali muncul tanpa
gejala apapun yang khas, misalnya hanya batuk-batuk ringan sehingga sering
diabaikan dan tidak diobati. Padahal, penderita TBC paru dapat dengan mudah
menularkan kuman TBC ke orang lain dan kuman TBC terus merusak jaringan paru
sampai menimbulkan gejala-gejala yang khas saat penyakitnya telah cukup parah.
c. Pengobatan Penyakit TBC
Untuk mendiagnosis TBC, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik,
terutama di daerah paru/dada, lalu dapat meminta pemeriksaan tambahan berupa
foto rontgen dada, tes laboratorium untuk dahak dan darah, juga tes tuberkulin
(mantoux/PPD). Pengobatan TBC adalah pengobatan jangka panjang, biasanya
selama 6-9 bulan dengan paling sedikit 3 macam obat.
Kondisi ini diperlukan ketekunan dan kedisiplinan dari pasien untuk
meminum obat dan kontrol ke dokter agar dapat sembuh total. Apalagi biasanya
setelah 2-3 pekan meminum obat, gejala-gejala TBC akan hilang sehingga pasien
menjadi malas meminum obat dan kontrol ke dokter. Jika pengobatan TBC tidak
tuntas, maka ini dapat menjadi berbahaya karena sering kali obat-obatan yang biasa
digunakan untuk TBC tidak mempan pada kuman TBC (resisten). Akibatnya, harus
diobati dengan obat-obat lain yang lebih mahal dan "keras". Hal ini harus dihindari
dengan pengobatan TBC sampai tuntas.
Penyakit TBC dapat dicegah dengan cara:
 Mengurangi kontak dengan penderita penyakit TBC aktif.
 Menjaga standar hidup yang baik, dengan makanan bergizi, lingkungan yang
sehat dan berolahraga.
 Pemberian vaksin BCG (untuk mencegah kasus TBC yang lebih berat).
Vaksin ini secara rutin diberikan pada semua balita.
 Perlu diingat bahwa mereka yang sudah pernah terkena TBC dan diobati,
dapat kembali terkena penyakit yang sama jika tidak mencegahnya dan
menjaga kesehatan tubuhnya.

2. Penyakit Tetanus
Penyakit Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri
yang menghasilkan racun neurotoxin yang menyerang saraf sehingga dapat membuat
kontraksi otot yang mengakitkan terutama otot rahang dan leher serta dapat
mempengaruhi otot-otot pernafasan sehingga dapat mengancam jiwa.
a. Penyebab Penyakit Tetanus
Penyebab penyakit tetanus adalah bakteri. Bakteri penyebab tetanus adalah
Clostridium tetani, yang secara alami ditemukan di tanah, debu dan kotoran hewan.
Merupakan sejenis bakteri yang hanya dapat tumbuh dan berkembang pada situasi
lingkungan yang kurang oksigen (anaerob). Ketika bakteri ini memasuki luka yang
dalam (miskin oksigen), spora bakteri dapat menghasilkan toksin yang kuat, yang
disebut tetanospasmin. Secara aktif toksin ini akan mengganggu neuron motorik,
yaitu saraf yang mengendalikan pergerakan otot manusia. Efek racun pada neuron
motorik yaitu menyebabkan kekakuan otot dan kejang yang menjadi tanda-tanda
utama dan gejala tetanus.
b. Gejala Penyakit Tetanus
Tanda dan gejala tetanus dapat muncul kapan saja mulai dari beberapa hari
sampai beberapa minggu setelah bakteri penyebab tetanus masuk ke dalam tubuh
melalui luka. Dengan rata-rata masa inkubasi tujuh sampai delapan hari gejala tetanus
baru muncul. Tanda-tanda dan gejala tetanus secara berurutan adalah sebagai berikut:
Spasme dan kaku pada otot rahang dikuti kekakuan pada otot leher, kesulitan
menelan, otot perut menjadi kaku, kejang tubuh yang menyakitkan sampai tulang
punggung melengkung (epistotonus), berlangsung selama beberapa menit. Kejang ini
biasanya dipicu oleh kejadian kecil, seperti suara keras, sentuhan fisik atau cahaya.
Kematian dapat terjadi karena kesulitan bernafas, lantaran otot-otot pernafasan tidak
berfungsi normal. Tanda dan gejala tetanus lainnya yang mungkin menyertai antara
lain: Demam, berkeringat, tekanan darah tinggi, denyut nadi atau jantung cepat
c. Pengobatan Penyakit Tetanus
Karena belum adanya obat tetanus, maka pengobatan terdiri dari perawatan
luka, obat untuk mengurangi gejala tetanus serta perawatan suportif. Perawatan luka
untuk mencegah tetanus; Perawatan luka yang dimaksud yaitu membersihkan luka
dengan baik, dilakukan dengan cara menghilangkan kotoran, benda asing dan
jaringan mati jika ada, terlebih pada luka yang dalam dan kotor. Hal ini penting
sebagai langkah awal untuk mencegah pertumbuhan spora tetanus. Dalam sesi ini
juga diperlukan pemberian suntikan vaksin TT (Tetanus Toxoid) untuk yang
mengalami luka dalam dan/atau kotor, jika suntik imunisasi TT terakhir lebih dari
lima tahun yang lalu atau tidak tahu kapan. Atau untuk jenis luka apapun yang
terkontaminasi dengan kotoran, kotoran hewan atau pupuk kandang, jika suntik
imunisasi TT terakhir lebih dari lima tahun yang lalu atau tidak tahu kapan.

3. Penyakit Kusta
Kusta yang juga dikenal dengan nama lepra atau penyakit Hansen adalah
penyakit yang menyerang kulit, sistem saraf perifer, selaput lendir pada saluran
pernapasan atas, serta mata. Sistem saraf yang diserang bisa menyebabkan
penderitanya mati rasa. Kusta disebabkan oleh sejenis bakteri yang memerlukan
waktu 6 bulan hingga 40 tahun untuk berkembang di dalam tubuh.
a. Gejala Penyakit Kusta
Gejala dan tanda kusta sukar diamati dan muncul sangat lambat. Beberapa
di antaranya adalah:
 Mati rasa, tidak bisa merasakan perubahan suhu hingga kehilangan sensasi
sentuhan dan rasa sakit pada kulit.
 Pembesaran pembuluh darah, biasanya di sekitar siku dan lutut.
 Perubahan bentuk atau kelainan pada wajah.
 Hidung tersumbat atau terjadi mimisan.
 Muncul luka tapi tidak terasa sakit.
 Kerusakan mata. Mata menjadi kering dan jarang mengedip biasanya
dirasakan sebelum muncul tukak berukuran besar.
 Lemah otot atau kelumpuhan.
 Hilangnya jari jemari.
WHO menggolongkan kusta menjadi dua jenis berdasarkan kondisi luka pada
kulit penderita, yaitu:
1. Paucibacillary. Ada luka kulit tanpa bakteri penyebab lepra pada bercak kusta di
kulit.
2. Multibacillary. Ada luka kulit dengan bakteri penyebab lepra pada bercak kusta di
kulit.
b. Penyebab Penyakit Kusta
Bakteri Mycobacterium leprae menjadi penyebab utama kusta. Bakteri ini
tumbuh pesat pada bagian tubuh yang bersuhu lebih dingin seperti tangan, wajah,
kaki dan lutut. M. leprae termasuk jenis bakteri yang hanya bisa tumbuh
berkembang di dalam beberapa sel manusia dan hewan tertentu. Selain penyebab
utamanya, ada juga faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang untuk
mengidap penyakit ini. Beberapa faktor risiko tersebut meliputi:
 Melakukan kontak fisik dengan hewan penyebar bakteri kusta tanpa sarung
tangan. Beberapa di antaranya adalah Armadilo dan Simpanse Afrika.
 Melakukan kontak fisik secara rutin dengan penderita kusta.
 Bertempat tinggal di kawasan endemik kusta.
c. Pengobatan Penyakit Kusta
Mayoritas penderita kusta yang didiagnosis secara klinis akan diberi
kombinasi antibiotik sebagai langkah pengobatan selama 6 bulan hingga 2 tahun.
Dokter harus memastikan jenis kusta serta tersedianya tenaga medis yang mengawasi
penderita untuk menentukan jenis, dosis antibiotik, serta durasi pengobatan.

4. Penyakit Anthrax
Anthrax adalah penyakit infeksi bakteri serius yang disebabkan bakteri
Bacillus anthracis. Anthrax dapat menyerang kulit, paru-paru, dan saluran
pencernaan. Walaupun anthrax dapat membahayakan nyawa, penyakit ini dapat
diobati dengan antibiotik jika dideteksi dini. Pada keadaan normal, bakteri Bacillus
anthracis menghasilkan spora yang tidak aktif (dorman) dan hidup di tanah. Saat
spora masuk ke dalam tubuh binatang atau manusia, spora menjadi aktif. Spora aktif
tersebut lalu mulai membelah diri, menghasilkan racun, menyebarkannya ke seluruh
tubuh dan menyebabkan penyakit yang berat.
a. Gejala Penyakit Anthrax
Gejala anthrax tergantung tipe infeksinya dan dapat dimulai kapan saja dari
hari pertama hingga lebih dari 2 bulan untuk muncul. Terdapat 3 jenis infeksi:
 Anthrax kulit
Anthrax jenis ini menyerang kulit. Bakteri biasanya memasuki tubuh
melalui kulit terbuka atau luka. Gejala anthrax kulit adalah benjolan merah
kecokelatan yang gatal dan tidak nyeri, muncul 1-12 hari setelah paparan.
Kebanyakan benjolan muncul di daerah wajah, leher, lengan, atau tangan.
Benjolan ini membentuk lenting, yang akhirnya pecah dan membentuk koreng
hitan (eschar), dengan bengkak di sekitarnya. Kelenjar getah bening terdekat
dapat membesar, dan penderita dapat merasa sakit, kadang-kadang nyeri otot,
sakit kepala, demam, mual dan muntah.
 Anthrax inhalasi
Anthrax jenis ini menyerang paru-paru. Bakteri dapat memasuki paru-
paru saat Anda menghirup spora.
Gejala awalnya mirip dengan flu namun akan memburuk dengan cepat.
 Demam dan menggigil
 Berkeringat (sering basah)
 Nyeri badan
 Lelah berlebih
 Sakit kepala, pusing, atau pening
 Rasa tidak nyaman pada dada, seperti sesak dan batuk
 Mual, muntah atau nyeri perut
Jika tidak diterapi, anthrax jenis ini sangat fatal. Jika Anda mengalami
gejala di atas, hubungi dokter Anda segera.
 Anthrax Gastrointestinal
Anthrax gastrointestinal jarang terjadi. Anthrax ini menyerang sistem
pencernaan. Anda dapat terkena anthrax ini dengan makan daging yang
terkontaminasi.
Gejala umumnya yaitu:
 Leher atau kelenjar di leher membengkak
 Sakit tenggorokan
 Nyeri menelan
 Suara serak
 Mual dan muntah, khususnya muntah darah
 Diare atau BAB berbdarah
 Nyeri perut
 Perut membesar
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di
atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu,
konsultasikanlah dengan dokter Anda.
b. Penyebab Penyakit Anthrax
Penyebab anthrax adalah spora bakteri Bacillus anthracis yang aktif. Spora
dapat bertahan hidup di lingkungan selama bertahun-tahun lalu bertunas dan
membelah diri. Spora hanya menjadi racun dan menyebar ke seluruh tubuh saat
berkontak dengan binatang dan manusia. Anthrax dapat memasuki tubuh melalui 3
cara: kontak kulit, inhalasi, dan daging yang terkontaminasi.
c. Pengobatan Penyakit Anthrax
Semua jenis anthrax dapat dicegah dan diterapi dengan antibiotik. Orang yang
terpapar anthrax dapat diberikan antibiotik minum, biasanya
Amoksilin, Ciprofloxacin atau Doxycycline.
Anthrax didiagnosis berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik, riwayat paparan
berisiko tinggi, dan dengan memastikan penyakit lain bukan penyebab gejala Anda.
Cara terbaik mendiagnosis secara akurat, dokter Anda dapat melakukan pemeriksaan
kulit, darah, dan feses anda untuk mencari bakteri B. anthracis. X-ray atau computer
tomography (CT) dada, endoskopi, dan suntikan spinal dapat dilakukan. Untuk
endoskopi, selang tipis elastis dengan kamera kecil di ujungnya digunakan untuk
memeriksa tenggorokan atau usus Anda.

5. Penyakit Gonnorea
Gonnorea atau kencing nanah adalah salah satu penyakit menular
seksual yang umum dan disebabkan oleh bakteri bernama Neisseria
gonorrhoeae atau gonococcus. Pria maupun wanita bisa terjangkit penyakit ini.
Bakteri gonococcus biasanya ditemukan di cairan penis dan vagina dari orang yang
terinfeksi. Bakteri penyakit ini bisa menyerang dubur, serviks (leher rahim), uretra
(saluran kencing dan sperma), mata, dan tenggorokan.
Gonnorea paling sering menular melalui hubungan seks, seperti seks oral atau
anal, mainan seks yang terkontaminasi atau tidak dilapisi dengan kondom baru tiap
digunakan, dan berhubungan seks tanpa menggunakan kondom. Bayi juga bisa
terinfeksi saat proses kelahiran jika ibunya mengidap penyakit Gonnorea dan
umumnya menjangkiti mata bayi, hingga berpotensi mengakibatkan kebutaan
permanen. Bakteri Neisseria gonorrhoeae tidak bisa bertahan hidup di luar tubuh
manusia untuk waktu yang lama, itu sebabnya Gonnorea tidak menular melalui
dudukan toilet, peralatan makan, berbagi handuk, kolam renang, berbagi gelas,
ciuman, dan pelukan.
a. Gejala Penyakit Gonnorea
Sekitar 10 persen pria yang terinfeksi dan 50 persen dari wanita yang
terinfeksi tidak mengalami gejala sehingga banyak penderita Gonnorea
menularkannya kepada pasangan mereka tanpa disadari. Biasanya lebih mudah untuk
mengenali gejala Gonnorea pada pria dibandingkan wanita karena gejala awal pada
wanita mungkin sangat ringan atau tidak begitu jelas sehingga sering keliru dianggap
sebagai infeksi vagina atau infeksi saluran kemih. Namun demikian, infeksi akan
menjalar ke organ panggul wanita jika tidak segera diobati dan bisa menyebabkan
perdarahan pada vagina, sakit pada perut bagian bawah, demam, dan sakit saat
melakukan hubungan seksual.
Gejala Gonnorea yang sering muncul, baik pada pria maupun wanita,
diantaranya adalah saat buang air kecil akan terasa sakit atau perih dan keluarnya
cairan kental seperti nanah berwarna kuning atau hijau dari vagina atau penis. Oleh
karena itu, penyakit ini dikenal dengan sebutan ‗kencing nanah‘.
b. Penyebab Penyakit Gonnorea
Gonnorea disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhea. Bakteri ini tertarik
pada selaput lendir dari tubuh anda atau pada daerah hangat dan lembab di saluran
reproduksi anda, seperti leher rahim, saluran rahim, dan saluran tuba pada wanita, dan
di uretra pada wanita dan laki-laki. Dalam lingkungan ini, bakteri dapat tumbuh dan
berkembang biak. Bakteri Neisseria gonorrhea sering tertular dari satu orang ke
orang lain selama kontak seksual, termasuk pada hubungan oral, anal, atau vagina.
Ada banyak faktor risiko untuk Gonnorea, seperti:
 Anda aktif secara seksual
 Anda memiliki pasangan seks yang baru
 Anda memiliki banyak pasangan seks
 Anda pernah didiagnosis gonore sebelumnya
 Anda memiliki infeksi menular seksual lainnya
c. Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Gonnorea
Dokter biasanya akan memberikan satu suntikan antibiotik dan satu tablet
antibiotik untuk mengobati Gonnorea, serta menganjurkan agar Anda kembali lagi
satu atau dua pekan setelah pengobatan awal untuk pemeriksaan ulang dan
memastikan bakteri Neisseria gonorrhea telah hilang sepenuhnya.
Gejala akibat bakteri Neisseria gonorrhea, akan membaik setelah beberapa
hari jika dilakukan pengobatan yang efektif dan sesegera mungkin. Tapi jika
dibiarkan, bisa menjadi masalah yang serius. Untuk mencegah penularan pada orang
lain atau terinfeksi kembali, anda dan pasangan anda sebaiknya tidak berhubungan
seks hingga perawatan benar-benar tuntas dan pemeriksaan ulang telah terbukti
negatif. Anda bisa terkena penyakit Gonnorea kembali jika tidak melakukan
hubungan seks yang sehat dan aman di kemudian hari. Cara terbaik untuk
mencegah infeksi menular seksual adalah dengan tidak berganti-ganti pasangan, tidak
melakukan hubungan seksual di luar nikah, dan gunakan kondom jika melakukan
hubungan seks.

6. Penyakit Sifilis (Raja Singa)


Sifilis atau raja singa adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri bernama
Treponema pallidum. Sifilis adalah salah satu infeksi menular seksual (IMS).
Umumnya, infeksi ini menyebar melalui hubungan seksual dengan orang yang
terinfeksi. Selain melalui hubungan intim, bakteri penyebab sifilis juga bisa menyebar
melalui pajanan cairan tubuh penderitanya, misalnya melalui darah.
Pada umumnya, kontak langsung terjadi melalui hubungan seksual. Hubungan
seksual ini bisa berbentuk seks vaginal, anal, maupun oral. Selain itu, berbagi jarum
juga bisa menularkan infeksi penyakit ini, baik pada pengguna narkoba suntik
maupun pada penyuka seni merajah tubuh, misalnya tato dan menindik telinga.
Penularan sifilis juga bisa terjadi dari seorang wanita hamil kepada bayi yang
dikandungnya. Kondisi ini dikenal sebagai sifilis kongenital. Kematian bayi di dalam
kandungan bisa terjadi karena infeksi ini. Bakteri penyebab sifilis tidak bisa bertahan
lama di luar tubuh manusia, dan penyakit ini tidak dapat ditularkan lewat cara-cara
di bawah ini:
 Memakai toilet yang sama dengan pengidap sifilis.
 Berbagi peralatan makan yang sama.
 Memakai pakaian yang sama.
 Berbagi kolam renang atau pun kamar mandi yang sama.
a. Gejala Penyakit Sifilis
Sifilis Primer
Penderita sifilis mengalami gejala yang dimulai dengan lesi atau luka pada
alat kelamin atau di dalam dan di sekitar mulut. Luka yang terjadi berbentuk seperti
gigitan serangga tapi tidak menimbulkan rasa sakit.
Sifilis Sekunder
Penderita sifilis sekunder akan mengalami ruam merah serukuran koin kecil
dan biasanya ruam ini muncul pada telapak tangan dan telapak kaki.
Sifilis Laten
Setelah fase sifilis sekunder, sifilis seakan-akan menghilang dan tidak
menimbulkan gejala sama sekali. Masa laten ini bisa bertahan sekitar dua tahun
sebelum kemudian lanjut ke masa yang paling berbahaya dalam infeksi sifilis yaitu
sifilis tersier.
Sifilis Tersier
Jika infeksi tidak terobati, sifilis akan berkembang ketahapan akhir, yaitu
sifilis tersier. Pada tahap ini, infeksi bisa memberi efek yang serius pada tubuh.
Beberapa akibat dari infeksi pada tahapan ini adalah kelumpuhan, kebutaan,
demensia, masalah pendengaran, impotensi, dan bahkan kematian jika tidak
ditangani.

3. Rangkuman
Bermacam-macam penyakit yang disebabkan oleh bakteri antara lain sebagai
berikut penyakit Tuberculosis (TBC atau TB), peyakit Tetanus, Penyakit Anthrax,
Penyakit Gonnorea, Penyakit Sifilis, dan lain-lain

4. Penugasan dan Umpan Balik


1. Jelaskan tentang penyakit Tuberculosis (TBC atau TB
2. Jelaskan dengan ringkas penyebab, gejala, penularan Penyakit Kusta
3. Jelaskan penyebab, gejala, penularan Penyakit Tetanus
4. Jelaskan tentang penyebab, gejala, penularan Penyakit Gonnorea
5. Jelaskan tentang penyebab, gejala, penularan Penyakit Antraks
6. Jelaskan cara penularan Penyakit Sifilis
C. KEGIATAN BELAJAR 3
1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan Sejarah virus
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan Pengertian Virus
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan Bentuk dan Ukuran virus
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan Perkembangbiakan Virus
5. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan Peran Virus dalam
kesehatan.

2. Uraian Materi
VIRUS
Dosen: Dra. Denai Wahyuni, M.Si
A. Pendahuluan
Virus merupakan parasit yang berukuran mikroskropik yang mengifeksi sel
organisme biologis.Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan
menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki
perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan
parasit obligat dan di luar inangnya menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung
sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang
diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein,
atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi baik protein yang digunakan untuk
memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.Istilah
virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota
(organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah
bakteriofag atau fag digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota
(bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).
Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak
dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik khasnya ini
virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya virus
influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya virus
mosaik tembakau/TMV).
B. Sejarah virus
Virus merupakan suatu partikel yang masih diperdebatkan statusnya apakah ia
termasuk makhluk hidup atau benda mati. Virus dianggap benda mati karena ia dapat
dikristalkan, sedangkan virus dikatakan benda hidup, karena virus dapat
memperbanyak diri (replikasi) dalam tubuh inang. Para ahli biologi terus
mengungkap hakikat virus ini sehingga akhirnya partikel tersebut dikelompokkan
sebagai makhluk hidup dalam dunia tersendiriyaitu virus. Virus merupakan
organisme non-seluler, karena ia tidak memilki kelengkapan seperti sitoplasma,
organel sel, dan tidak bisa membelah diri sendiri.Penyelidikan tentang objek-objek
berukuran sangat kecil di mulai sejak ditemukannya mikroskop oleh Antony Van
Leeuwenhoek (1632-1723) perkembangan mikroskop ini mendorong berbagai
penemuan dibidang biologi salah satunya partikel mikroskopik yaitu virus.
Beberapa tokoh dalam penemuan virus pertama yaitu:
1. Adoft Mayer (1883, Jerman)
Percobaan diawali dari munculnya penyakit bintik kuning pada daun
tembakau. Ia mencoba menyemprotkangetah tanaman sakit ke tanaman sehat,
hasilnya tanamantanaman tanaman yang disempotkan itu juga terkena penyakit
bintik.
2. Dmitri Ivanovski (1892, Rusia)
Ia mencoba menyaring getah tanaman yang sakit dengan filter bakteri
sebelum disemprotkan ke tanaman sehat. Hasilnya, tanaman sehat tetap tertular.Ia
menyimpulkan bahwa ada partikel yang lebih kecil lagi dari bakteri yang lolos
saringan yang menularkan penyakit.
3. Martinus W. Beijerinck (1896, Belanda)
Ia menemukan bahwa partikel itu dapat bereproduksi pada tanaman, tapi tidak
pada medium pertumbuhan bakteri. Ia menyimpulkan bahwa partikel itu hanya dapat
hidup pada makhluk hidup yang diserangnya.
4. Wendel M. Stanley (1935, Amerika)
Ia berhasil mengkristalkan partikel tersebut. Partikel mikroskopis itu lalu
dinamai TMV (Tobacco Mosaic Virus).

C. Pengertian Virus
Virus berasal dari bahasa Yunani ―Venom‖ yang berarti racun.Virus adalah
parasit mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Secara umum virus
merupakan partikel tersusun atas elemen genetik (genom) yang mengandung salah
satu asam nukleat yaitu asam deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat (RNA)
yang dapat berada dalam dua kondisi yang berbeda, yaitu secara intraseluler dalam
tubuh inang dan ekstrseluler diluar tubuh inang. Virus memiliki sifat hidup dan mati.
Sifat hidup (seluler) yaitu memiliki asam nukleat namun tidak keduanya (hanya DNA
atau RNA), dapat bereproduksi dengan replikasi dan hanya dapat dilakukan didalam
sel inang (parasit obligat intraseluler). Sifat mati (aseluler) yaitu dapat di kristalkan
dan dicairkan.Struktur berbeda dengan sel dan tidak melakukan metabolisme sel.
Partikel virus secara keseluruhan ketika berada di luar inang yang terdiri dari
asam nukleat yang dikelilingi oleh protein dikenal dengan nama virion. Virion tidak
melakukan aktivitas biosinteis dan reproduksi. Pada saat virion memasuki sel inang,
baru kemudian akan terjadi proses reproduksi. Virus ketika memasuki sel inang akan
mengambil alih aktivitas inang untuk menghasilkan komponen-komponen pembentuk
virus.
D. Bentuk dan Ukuran virus
Bentuk virus bervariasi dari segi ukuran bentuk dan komposisi kimiawinya.
Bentuk virus ada yang berbentuk bulat, oval, memanjang, silindris, dan ada juga yang
berbentuk T. Ukuran virus sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakan
mikroskop elektron, ukuran virus lebih kecil daripada bakteri. Ukurannya berkisar
dari 0,02 mikrometer sampai 0,3 mikrometer (1 μm = 1/1000 mm). Unit pengukuran
virus biasanya dinyatakan dalam nanometer (nm).1 nm adalah 1/1000 mikrometer
dan seperjuta milimeter. Virus cacar merupakan salah satu virus yang ukurannya
berbesar yaitu berdiameter 200 nm, dan virus polio merupakan virus terkecil yang
hanya berukuran 28 nm.

Gambar 2.1: Struktur Bakteriopage

E. Perkembangbiakan Virus
Virus memanfaatkan metabolisme sel penjamu untuk membantu sintesis
protein virus dan virion baru; jenis sel yang dapat diinfeksi oleh virus dapat sedikit
dapat banyak.Untuk tujuan diagnosti, sebagian besar virus ditumbuhkan dalam
biakan sel, baik turunan sel sekunder atau kontinu; pemakaian telur embrionik dan
hewan percobaan untuk membiakan virus hanya dilakukan untuk investigasi khusus.
Jenis biakan sel untuk mengembangbiakan virus sering berasal dari jaringan tumor,
yang dapat digunakan secara terus menerus.Replikasi virus dalam biakan sel dapat
dideteksi dengan Tahap-tahap replikasi :
1. Peletakan/ Adsorpsi
Adalah Tahap penempelan virus pada dinding sel inang. Virus menempelkan
sisi tempel/reseptor site ke dinding sel bakteri.
2. Penetrasi sel inang
Yaitu Enzim dikeluarkan untuk membuka dinding sel bakteri.Molekul
asam.nukleat (DNA/RNA) virus bergerak melalui pipa ekor dan masuk ke dalam
sitoplasma sel melalui dinding sel yang terbuka. Pada virus telanjang, proses
penyusupan ini dengan cara fagositosis virion (viropexis), pada virus terselubung
dengan cara fusi yang diikuti masuknya nukleokapsid ke sitoplasma.
3. Eklipase
Adalah asam nukleat virus menggunakan asam nukleat bakteri untuk
membentuk bagian-bagian tubuh virus.
4. Pembentukan virus (bakteriofage) baru
Adalah bagian-bagian tubuh virus yang terbentuk digabungkan untuk menjadi
virus baru. 1 sel bakteri dihasilkan 100 –300 virus baru.
5. Pemecahan sel inang
Adalah Pecahnya sel bakteri. Dengan terbentuknya enzim lisoenzim
yang melarutkan dinding sel bakteri sehingga pecah dan keluarlah virus-virus baru
yang mencari sel bakteri lain.

Gambar 2.2: Perkembanganbiakan Virus

F. Peran Virus
Didalam kehidupan, virus memiliki 2 peran, yaitu peran virus sebagai
mikroorganisme yang menguntungkan, maupun yang merugikan. Virus yang
menguntungkan: Virus berperan penting dalam bidang rekayasa genetika karena
dapat digunakan untuk cloning gen (reproduksi DNA yang secara genetis identik).
Sebagai contoh adalah virus yang membawa gen untuk mengendalikan pertumbuhan
serangga. Virus juga digunakan untuk terapi gen manusia sehingga diharapkan penyakit
genetis, seperti diabetes dan kanker dapat disembuhkan.Virus dapat merugikan karena
menyebabkan berbagai jenis penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan yang mana
penyakit tersebut antara lain yaitu:

Gambar 2.3: Peran Virus dalam Kehidupan

3. Rangkuman
4. Penugasan dan Umpan Balik
1. Jelaskan Sejarah virus
2. Sebutkan dan jelaskan Pengertian Virus
3. Sebutkan dan jelaskan Bentuk dan Ukuran virus
4. Sebutkan dan jelaskan Perkembangbiakan Virus
5. Sebutkan dan jelaskan Peran Virus dalam kesehatan
D. KEGIATAN BELAJAR 4
1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab dan cara penularan penyakit HIVdan
gejala Penyakit HIV
2. Mahasiswa mampu menjelaskan siklus dan pencegahan Penyakit HIV.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab dan gejala Penyakit Herves
4. Mahasiswa mampu menjelaskan penularan dan pencegahan Penyakit Herves
5. Mahasiswa mampu menjelaskan ciri-ciri sifat dan gejala Penyakit Influenza
6. Mahasiswa mampu menjelaskan penularan dan pencehan Penyakit Influenza
7. Mahasiswa mampu menjelaskan penularan dan pencehan Penyakit Campak

2. Uraian Materi
PENYAKIT YANG DISEBABKAN VIRUS
Dosen: Dra. Denai Wahyuni, M.Si

1. HIV dan AIDS


a). Penyebab
Virus imunodifisiensi manusia Virusnya sendiri bernama Human
ImmunodeficiencyVirus (bahasa Inggris: human immunodeficiency virus; HIV )
adalah suatu virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. yaitu virus yang
memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan
menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun
penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun
penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
Gambar 3.8: Virus HIV Orthoretrovirinae
Sumber : Wikipedia, 1984

b). Siklus Penyakit HIV


Seperti virus lain pada umumnya, HIV hanya dapat bereplikasi dengan
memanfaatkan sel inang. Siklus hidup HIV diawali dengan penempelan partikel virus
(virion) dengan reseptor pada permukaan sel inang, di antaranya adalah CD4,
CXCR5, dan CXCR5. Sel-sel yang menjadi target HIV adalah sel dendritik, sel T,
dan makrofaga. Sel-sel tersebut terdapat pada permukaan lapisan kulit dalam
(mukosa) penis, vagina, dan oral yang biasanya menjadi tempat awal infeksi HIV.
Selain itu, HIV juga dapat langsung masuk ke aliran darah dan masuk serta
bereplikasi di noda limpa.

Gambar 3.9: Struktur tubuh Virus HIV


Sumber :Wikipedia, 2005
c). Gejala Penyakit HIV
Berikut ada beberapa gejala HIV yang secara umum menandai infeksi virus di tahap
awal:
 Sakit kepala
 Demam
 Kelelahan terus menerus
 Pembengkakan kelenjar getah bening
 Sakit tenggorokan
 Ruam pada kulit
 Nyeri pada otot dan sendi
 Luka pada mulut
 Luka pada organ intim
 Sering berkeringat di malam hari
 Diare
Gejala awal HIV umumnya timbul dalam waktu 1 sampai 2 bulan setelah
terinfeksi.
d). Penularan HIV
HIV dapat ditularkan melalui injeksi langsung ke aliran darah, serta
kontak membran mukosa atau jaringan yang terluka dengan cairan tubuh tertentu
yang berasal dari penderita HIV, Cairan tertentu itu meliputi darah, semen, sekresi
vagina, dan ASI. Beberapa jalur penularan HIV yang telah diketahui adalah melalui
hubungan seksual, dari ibu ke anak (perinatal), penggunaan obat-obatan intravena,
transfusi dan transplantasi, serta paparan pekerjaan.
1. Hubungan Seksual
Seseorang yang menderita penyakit menular seksual lain
(contohnya: sifilis, herpes genitali, kencing nanah) akan lebih mudah menerima dan
menularkan HIV kepada orang lain yang berhubungan seksual dengannya. Beban
virus merupakan jumlah virus aktif yang ada di dalam tubuh. Penularan HIV tertinggi
terjadi selama masa awal dan akhir infeksi HIV karena beban virus paling tinggi pada
waku tersebut.
2. Ibu ke anak (transmisi perinatal)
Penularan HIV dari ibu ke anak dapat terjadi melalui infeksi in utero, saat
proses persalinan, dan melalui pemberian ASI. Beberapa faktor maternal dan
eksternal lainnya dapat mempengaruhi transmisi HIV ke bayi, di antaranya
banyaknya virus dan sel imun pada trisemester pertama, kelahiran prematur, dan lain-
lain.
3. Jarum suntik
Sejak sekitar 10 tahun lalu, terjadi perubahan sangat mencolok pada pola
penularan HIV di Indonesia, yaitu melalui penggunaan alat suntik yang tidak steril
secara bergantian pada kelompok konsumen atau pengguna NAPZA suntik
(penasun).
Penularan HIV di Kalangan Konsumen Narkoba Suntik
Pemakaian alat suntik secara bergantian sangat umum terjadi di kalangan
penasun. Jika salah satunya terinfeksi HIV, dia dapat menularkan virus ini kepada
siapapun yang memakai peralatan suntik bergantian bersamanya. Penggunaan alat
bergantian juga menularkan virus hepatitis B, virus hepatitis C, dan penyakit lain.
4. Hubungan seks sesama jenis
Di seluruh dunia, angka kasus HIV pada pasangan laki-laki sesama laki-
laki (gay) terus mengalami peningkatan. Pada awalnya, kasus ini banyak ditemui di
negara-negara maju seperti Amerika Serikat pada tahun 1980an. Saat ini kasus HIV
pada pasangan gay telah menurun di negara-negara maju, tapi mulai merebak di
negara-negara berkembang di Afrika, Asia Selatan, dan Asia Tenggara, termasuk
Indonesia.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan tingginya risiko HIV pada hubungan
seks gay. Alasan-alasan tersebut sangat beragam dan rumit, mulai dari faktor-faktor
biologis, gaya hidup, dan sosial. Itulah mengapa pencegahan terhadap kasus HIV
pada pasangan gay masih sulit untuk digalakkan.
e). Pencegahan HIV
HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus penyebab AIDS.
Walaupun penyakit ini tidak sama mematikannya seperti dulu, melindungi diri Anda
dari virus ini adalah hal yang sangat penting (terlebih karena saat ini terdapat strain
yang kebal terhadap obat). Mulailah dengan membaca langkah 1 di bawah ini untuk
mengetahui bagaimana Anda bisa mencegah infeksi HIV.
1. Melindungi diri sendiri
2. Hindari penyalahgunaan obat
3. Obati penyakit menular seksual (PMS) yang mungkin Anda derita
4. Jangan pernah berbagi jarum suntik
5. Bereaksi cepat jika Anda yakin Anda telah tertular HIV
6. Hindari kontak dengan darah dan cairan tubuh tertentu orang lain
7. Cari perawatan medis jika Anda hamil
8. Bicarakan dengan dokter Anda

2. Herpes
Herpes merupakan nama kelompok virus herpesviridae yang dapat
menginfeksi manusia. Infeksi virus herpes dapat ditandai dengan munculnya lepuhan
kulit dan kulit kering. Jenis virus herpes yang paling terkenal adalah herpes simplex
virus atau HSV. Herpes simplex dapat menyebabkan infeksi pada daerah mulut,
wajah, dan kelamin (herpes genitalia).
a). Tahapan Inveksi Herpes
Infeksi herpes yang muncul biasanya terjadi dalam beberapa tahapan. Rincian
tahapan infeksi herpes adalah sebagai berikut:
 Stadium primer. Stadium primer terjadi pada hari kedua hingga kedelapan
setelah terjadinya infeksi herpes.
 Stadium laten. Pada stadium ini, gejala herpes seperti blister dan koreng akan
mereda.
 Stadium peluruhan. Pada stadium ini, virus mulai berkembang biak pada
ujung-ujung saraf organ tubuh..
 Stadium rekurensi (muncul kembali). Pada stadium ini, blister pada kulit
yang terjadi di stadium pertama dapat muncul kembali..
b). Gejala Herpes
Gejala yang dapat ditimbulkan oleh infeksi herpes adalah:
 Diawali dengan demam, nyeri otot, dan lemas.
 Muncul rasa nyeri, gatal, rasa terbakar atau ditusuk pada tempat infeksi.
 Kemudian timbul blister, yaitu lesi kulit seperti melepuh yang pecah dan
mengering dalam beberapa hari.
 Blister yang pecah tersebut mengakibatkan luka dengan rasa nyeri. Bila terjadi
di mulut, bisa mengganggu makan
 Gatal.
 Sakit pada saat buang air kecil.
 Keluarnya cairan dari vagina.
 Munculnya benjolan di selangkangan.
 Munculnya koreng yang menyakitkan pada kemaluan, pantat, anus, atau paha.
c). Penularan Herpes
Penyakit herpes kulit merupakan masalah kesehatan yang meradang pada kulit
dan biasanya muncul pelembungan yang berisi cairan & berkelompok. Cairan ini jika
pecah dan dibiarkan hingga kering akan terlihat sebagaimana koreng. Sering orang
biasanya menyebut penyakit herspes di sebut penyakit dompo ataupun penyakit cacar
ular. Penyakit herpes terdiri dari herpes zooster dan herpes genital atau herpes kelamin
/ herpes simpleks. Gejala ciri yang sering muncul pada herpes yakni adanya gatal,
perih, gelembung kecil berkelompok, dan juga terdapat ruam-ruam berupa luka
melepuh seperti cacar air, & biasanya terasa panas. Herpes zooster biasanya
menyerang ataupun terdapat sekujur badan, sedangkan untuk herpes simplex terdapat
pada daerah sekitar kelamin atau kemaluan. Untuk herpes simpleks atau herpes
kelamin bisa menularkan salah-satunya melalui hubungan intim, oleh karena penyakit
herpes merupakan masalah kesehatan yang mudah menular, oleh sebab itu sebaiknya
segera diobati sebelum menyebar lebih parah.
pelepuhan pada kulit.
d). Pencegahan Herves
Untuk mencegah penyebaran virus herpes ke orang lain, dapat dilakukan
langkah-langkah berikut ini:
 Menghindari kontak fisik dengan orang lain, terutama kontak dari koreng yang
muncul akibat herpes.
 Mencuci tangan secara rutin.
 Mengoleskan obat antivirus topikal menggunakan kapas agar kulit tangan tidak
menyentuh daerah yang terinfeksi virus herpes.
 Jangan berbagi pakai barang-barang yang dapat menyebarkan virus, seperti gelas,
cangkir, handuk, pakaian, make up, dan lip balm.
 Jangan melakukan oral seks, ciuman atau aktivitas seksual lainnya, selama
munculnya gejala penyakit herpes.
Khusus bagi penderita herpes genitalia, harus menghindari segala bentuk aktivitas
seksual selama masa tersebut. Perlu diingat bahwa meskipun sudah menggunakan
kondom, virus herpes tetap dapat menyebar melalui kontak kulit yang tidak
terlindungi kondom.
3. Influenza
Influenza, yang lebih dikenal dengan sebutan flu, merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh virus RNA dari familia Orthomyxoviridae (virus
influenza), yang menyerang unggas dan mamalia. Gejala yang paling umum dari
penyakit ini adalah menggigil, demam, nyeri tenggorokan, nyeri otot, nyeri kepala
berat, batuk, kelemahan, dan rasa tidak nyaman

Gambar 3.11: Virus influenza.


Sumber :Wikipedia, 2005
Walaupun sering tertukar dengan penyakit mirip influenza lainnya,
terutama selesma, influenza merupakan penyakit yang lebih berat dibandingkan
dengan selesma dan disebabkan oleh jenis virus yang berbeda. Influenza dapat
menimbulkan mual, dan muntah, terutama pada anak-anak, namun gejala tersebut
lebih sering terdapat pada penyakit gastroenteritis, yang sama sekali tidak
berhubungan, yang juga kadangkala secara tidak tepat disebut sebagai "flu perut.
Flu kadangkala dapat menimbulkan pneumonia viral secara langsung maupun
menimbulkan pneumonia bakterial sekunder.
Biasanya, influenza ditularkan melalui udara lewat batuk atau bersin, yang
akan menimbulkan aerosol yang mengandung virus. Influenza juga dapat ditularkan
melalui kontak langsung dengan tinja burung atau ingus, atau melalui kontak dengan
permukaan yang telah terkontaminasi.
a). Tanda dan Gejala
Gejala influenza dapat dimulai dengan cepat, satu sampai dua hari setelah
infeksi. Biasanya gejala pertama adalah menggigil atau perasaan dingin, namun
demam juga sering terjadi pada awal infeksi, dengan temperatur tubuh berkisar 38-
39 °C (kurang lebih 100-103 °F). Gejala influenza dapat meliputi:
 Demam dan perasaan dingin yang ekstrem (menggigil, gemetar)
 Batuk
 Hidung tersumbat
 Nyeri tubuh, terutama sendi dan tenggorok
 Kelelahan
 Nyeri kepala
 Iritasi mata, mata berair
b). Penularan
Influenza dapat disebarkan dalam tiga cara utama: 1). Melalui penularan
langsung (saat orang yang terinfeksi bersin, terdapat lendir hidung yang masuk secara
langsung pada mata, hidung, dan mulut dari orang lain); 2). Melalui udara (saat
seseorang menghirup aerosol (butiran cairan kecil dalam udara) yang dihasilkan saat
orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau meludah), dan 3). Melalui penularan tangan-
ke-mata, tangan-ke-hidung, atau tangan-ke-mulut, baik dari permukaan yang
terkontaminasi atau dari kontak personal langsung seperti bersalaman.
Karena virus influenza dapat bertahan di luar tubuh, virus ini juga dapat
ditularkan lewat permukaan yang terkontaminasi seperti lembaran uang, gagang
pintu, saklar lampu, dan benda-benda rumah tangga lainnya. Lamanya waktu virus
dapat bertahan pada suatu permukaan beragam, virus dapat bertahan selama satu atau
dua hari pada permukaan yang keras dan tidak berpori seperti plastik atau metal,
c). Pencegahan
Terdapat kemungkinan terkena influenza walaupun telah divaksin. Vaksin
akan diformulasi ulang tiap musim untuk galur flu spesifik namun tidak dapat
mencakup semua galur yang secara aktif menginfeksi seluruh manusia pada musim
tersebut.

4. Campak
Virus Rubella adalah virus yang menyebabkan terjadinya Campak Jerman
yang menyerang anak-anak, orang dewasa, termasuk ibu hamil. Virus Rubella dapat
menyerang bagian saraf atau otak yang kemudian menyerang kulit ditandai dengan
timbulnya bercak merah seperti campak biasa. Virus ini berasal dari keluarga
virus Togaviridae dan genus Rubivirus. Pada umumnya, Virus Rubella hidup di
daerah tropis, subtropis, dan pada daerah yang memiliki musim semi.
Campak disebabkan oleh paramiksovirus ( virus campak). Penularan terjadi
melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak
(air borne disease). Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala
muncul,Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan
kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung
selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah: - bayi berumur
lebih dari 1 tahun - bayi yang tidak mendapatkan imunisasi - remaja dan dewasa
muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.
a). Gejala
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa:
1. Panas badan
2. Nyeri tenggorokan
3. Pilek Coryza
4. Batuk ( Cough )
5. Bercak Koplik
6. Nyeri otot
7. Mata merah ( conjuctivitis )
2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik
Koplik). Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah
timbulnya gejala di atas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang
mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam
tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping.
Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan kaki,
sedangkan ruam di wajah mulai memudar. Pada puncak penyakit, penderita merasa
sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya mencapai 40° C. Setelah 3-5
hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang
tersisa segera menghilang, demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan
merah selama beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada
muka dan merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari.
b). Komplikasi
Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius.
Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak:
1. Infeksi bakteri: Pneumonia dan infeksi telinga tengah
2. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trpmbosit), sehingga mudah
memar dan mudah mengalami perdarahan
3. Ensefalitis (infeksi otak) terjadi pada 1 dari 1.000 – 2.000 kasus
c). Pencegahan
Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak.
Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak
Jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau
lengan atas. Jika hanya mengandung campak, vaksin diberikan pada umur 9 bulan.
Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua
diberikan pada usia 4-6 tahun. Selain itu penderita juga harus disarankan untuk
istirahat minimal 10 hari dan makan makanan yang bergizi agar kekebalan tubuh
meningkat.

3. Rangkuman
Penyakit pada manusia akibat virus yang menyebabkan selesma menyerang
saluran pernapasan, virus campak menginfeksi kulit, virus hepatitis menginfeksi hati,
dan virus rabies menyerang sel-sel saraf. Begitu juga yang terjadi pada penyakit
AIDS (acquired immune deficiency syndrome), yaitu suatu penyakit yang
mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh penderita penyakit tersebut disebabkan
oleh virus HIV yang secara khusus menyerang sel darah putih. Selain itu, penyakit
hewan akibat virus yaitu penyakit tetelo penyebabnya adalah new castle disease virus
(NCDV), penyakit kuku dan mulut. Penyakit kanker pada ayam oleh rous sarcoma
virus (RSV) dan penyakit rabies. Sedangkan penyakit tumbuhan akibat virus
diantaranya : penyakit mosaik, penyakit degenerasi pembuluh tapis pada jeruk, dan
vein phloem degeneration (CVPD).
Virus sangat sulit untuk dibunuh. Metode pengobatan sejauh ini yang
dianggap paling efektif adalah vaksinasi, untuk merangsang kekebalan alami tubuh
terhadap proses infeksi, dan obat-obatan yang mengatasi gejala akibat infeksi virus.
Selain itu, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan apakah suatu
penyakit disebabkan oleh bakteri atau virus.
4. Penugasan dan Umpan Balik
1. Jelaskan penyebab dan cara penularan penyakit HIVdan gejala Penyakit HIV
2. Jelaskan siklus dan pencegahan Penyakit HIV.
3. Jelaskan penyebab dan gejala Penyakit Herves
4. Jelaskan penularan dan pencegahan Penyakit Herves
5. Jelaskan ciri-ciri sifat dan gejala Penyakit Influenza
6. Jelaskan penularan dan pencehan Penyakit Influenza
7. Jelaskan penularan dan pencehan Penyakit Campak
5. KEGIATAN BELAJAR 5
1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
1. Mahasiswa memahami dan mampu menyebutkan serta menjelaskan tentang
morfologi fungi.
2. Mahasiswa memahami dan mampu menyebutkan cirri-ciri & morfologi fungi.
3. Mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan cara hidup fungi.
4. Mahasiswa memahami dan mampu menyebutkan serta menjelaskan siklus
hidup fungi.
5. Mahasiswa memahami dan mampu menyebutkan serta menjelaskan tentang
klasifikasi fungi

2. Uraian Materi
FUNGI
Dosen: Dra. Denai Wahyuni, M.Si
A. Pendahuluan
Fungi atau jamur adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup
eukariotik heterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap
molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Kalangan ilmuwan kerap menggunakan istilah
cendawan sebagai sinonim bagi Fungi.
Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada
manusia. Jamur memang sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia.
Sedemikian eratnya sehingga manusia tak terlepas dari jamur. Jenis fungi-fungian ini
bisa hidup dan tumbuh di mana saja, baik di udara, tanah, air, pakaian, bahkan di
tubuh manusia sendiri. Ada ribuan spesies yang berbeda dengan karakteristik yang
berbeda yang berada di kelas ini.
Pada manusia jamur hidup pada lapisan tanduk. Jamur itu kemudian
melepaskan toksin yang bisa menimbulkan peradangan dan iritasi berwarna merah
dan gatal. Infeksinya bisa berupa bercak-bercak warna putih, merah, atau hitam di
kulit dengan bentuk simetris. Ada pula infeksi yang berbentuk lapisan-lapisan sisik
pada kulit. Itu tergantung pada jenis jamur yang menyerang. Meskipun banyak jenis
jamur yang bermanfaat bagi kita dalam beberapa cara atau yang lain, ada spesies
tertentu yang dapat menyebabkan beberapa penyakit pada manusia. Jamur bisa
menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi manusia. Penyakit yang disebabkan
oleh jamur berasal dari makanan yang kita makan sehari-hari, atau juga dari konsumsi
jamur beracun.
Bahkan, jamur bisa mengenai manusia dari kepala hingga ujung kaki, dari
bayi hingga orang dewasa dan orang lanjut usia. Pada manusia jamur hidup pada
lapisan tanduk. Jamur itu kemudian melepaskan toksin yang bisa menimbulkan
peradangan dan iritasi berwarna merah dan gatal. Infeksinya bisa berupa bercak-
bercak warna putih, merah,atau hitam di kulit dengan bentuk simetris. Ada pula
infeksi yang berbentuk lapisan-lapisan sisik pada kulit, tergantung pada jenis jamur
yang menyerang. Jamur bisa menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi manusia.
Penyakit tersebut antara lain penyakit panu, kurap, candidas, hitoplasnosis dan lain
sebagainya.

B. Pengertian Fungi
Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik
heterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul nutrisi ke
dalam sel-selnya. Kalangan ilmuwan kerap menggunakan istilah cendawan sebagai
sinonim bagi Fungi.
Awam menyebut sebagian besar anggota Fungi sebagai jamur, kapang,
khamir, atau ragi, meskipun seringkali yang dimaksud adalah penampilan luar yang
tampak, bukan spesiesnya sendiri. Kesulitan dalam mengenal fungi sedikit banyak
disebabkan adanya pergiliran keturunan yang memiliki penampilan yang sama sekali
berbeda. Fungi memperbanyak diri secara seksual dan aseksual.
Perbanyakan seksual dengan cara: dua hifa dari jamur berbeda melebur
membentuk zigot lalu zigot tumbuh menjadi tubuh buah, sedangkan perbanyakan
aseksual dengan cara membentuk spora, bertunas atau fragmentasi hifa. Jamur
memiliki kotak spora yang disebut sporangium. Di dalam sporangium terdapat spora.
Contoh jamur yang membentuk spora adalah Rhizopus, yang membentuk tunas
adalah Saccharomyces. Hifa jamur dapat terpurus dan setiap fragmen dapat tumbuh
menjadi tubuh buah.
Ilmu yang mempelajari fungi disebut mikologi (dari akar kata Yunani μυκες,
"lendir", dan λογοσ, "pengetahuan", "lambang").

C. POSISI FUNGI DALAM TAKSONOMI


Sebelum dikenalkannya metode molekuler untuk analisis filogenetik, dulu
fungi dimasukkan ke dalam kerajaan tumbuhan/plantae karena fungi memiliki
beberapa kemiripan dengan tumbuhan yaitu tidak dapat berpindah tempat, juga
struktur morfologi dan tempat hidupnya juga mirip. Seperti tanaman, kebanyakan
fungi juga tumbuh di tanah. Dalam perkembangannya, fungi dipisahkan dari kerajaan
tumbuhan dan mempunyai kerajaan sendiri karena banyak hal yang berbeda.
Fungi bukan autotrof seperti tumbuhan melainkan heterotrof sehingga lebih
dekat ke hewan. Usaha menyatukan fungi dengan hewan pada golongan yang sama
juga gagal karena fungi mencerna makanannya di luar tubuh (eksternal), tidak seperti
hewan yang mencerna secara internal. Selain itu, sel-sel fungi berdinding sel yang
tersusun dari kitin, tidak seperti sel hewan.

D. CIRI-CIRI FUNGI & MORFOLOGI FUNGI


Dengan jenis eukariota lainnya: Sama seperti eukariota, sel fungi memiliki
membran inti dengan kromosom yang mengandung DNA. Selain itu, sel fungi juga
memiliki beberapa organel sitoplasmik seperti mitokondria, sterol, dan ribosom.
Dengan hewan: Fungi tidak mempunyai kloroplas untuk fotosintesis dan
merupakan organisme heterotrof, memerlukan senyawa organik sebagai sumber
energinya. Dengan tumbuhan: Fungi mempunyai dinding sel dan vakuola. Fungi bisa
bereproduksi secara seksual maupun aseksual, dan seperti grup tanaman basal lainnya
(seperti tumbuhan paku dan lumut daun), fungi akan menghasilkan spora. Mirip juga
dengan lumut daun dan algae, fungi memiliki nukleus yang haploid dan dinding sel
terbuat dari zat kitin
Berdasarkan morfologinya, fungi dibedakan menjadi khamir (yeast), kapang
(mold atau mould) dan cendawan (mushroom). Khamir adalah fungi uniselular atau
hanya memiliki satu sel. Kapang adalah fungi multiseluler yang berstruktur seperti
filamen atau benang. Sedangkan cendawan adalah fungi multiseluler yang memiliki
tubuh buah (fruiting body) atau karpus yang dapat dilihat oleh mata telanjang.

E. CARA HIDUP FUNGI


Fungi hidup menyerap zat organik dari lingkunganya. Berdasarkan cara
memperoleh makanannya, fungi mempunyai sifat sebagai berikut:
 Saprofit (cara hidup menumpang pada sisa makhluk hidup lain)
 Parasit (cara hidup menumpang pada makhluk hidup lain dan merugikan makhluk
yang ditumpangi).
 Mutual (jamur membentuk mikoriza dan meningkatkan penyerapan air & mineral
dari tanah oleh akar tumbuhan).

F. REPRODUKSI FUNGI
Fungi melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi secara
aseksual terjadi dengan pembentukan kuncup atau tunas pada jamur uniseluler serta
pemutusan benang hifa (fragmentasi miselium) dan pembentukan spora aseksual
(spora vegetatif) pada fungi multiseluler. Reproduksi jamur secara seksual dilakukan
oleh spora seksual. Spora seksual dihasilkan secara singami. Singgami terdiri dari dua
tahap, yaitu tahap plasmogami
dan tahap kariogami
1. Hifa

Hifa (bahasa Latin:


hypha, jamak hyphae) adalah
struktur fungi berbentuk seperti tabung yang terbentuk dari pertumbuhan spora atau
konidia. Kumpulan hifa dapat membentuk massa yang dikenal dengan miselum
(mycelium, jamak mycelia). Hifa dapat dengan mudah dilihat dengan mata bila telah
membentuk miselium. Struktur berbentuk mirip payung yang biasa dikenal orang
sebagai jamur tidak lain hanyalah alat reproduksi yang dikenal sebagai karpus atau
tubuh buah, yang muncul hanya sewaktu-waktu.
Hifa berisi protoplasma yang dikelilingi oleh suatu dinding yang kuat. Tebal
dinding sel hifa pada bagian ujung atau apikal sekitar 125—250 nm. Pada
kebanyakan fungi terdapat dinding pembatas pada hifa. Dinding pembatas pada hifa
disebut septum (septum, jamak septa). Hifa yang memiliki septum dan memiliki satu
inti disebut monositik. Hifa yang tidak memiliki septum dan memiliki banyak inti
disebut senositik (coenocytic).
Berdasarkan fungsinya hifa dibedakan menjadi dua, yaitu hifa vegetatif dan
hifa reproduktif. Bagian hifa yang berfungsi mengambil nutrien disebut hifa vegetatif.
Hifa vegetatif tumbuh ke dalam substrat atau rebah di atas substrat. Hifa yang
berfungsi untuk reproduksi disebut hifa reproduktif atau hifa fertil atau hifa aerial.
Hifa reproduktif berada tegak pada miselium di permukaan substrat. Hifa reproduktif
dapat berupa sporangifor, konidiofor atau tubuh buah.
Bagi fungi, hifa memiliki peran yang sedikit banyak seperti akar dan daun
pada tumbuhan sekaligus. Hifa tumbuh menyebar ke dalam tubuh atau semua bagian
organisme. Bentuk hifa yang halus memperluas permukaan kontak dengan substrat
(objek makanannya).
Hifa kemudian melepaskan enzim atau substansi lain (khususnya pada fungi
yang hidup pada jaringan hidup) pada substrat agar kemudian dihasilkan senyawa-
senyawa kimia tertentu (terutama karbohidrat). Hifa kemudian kembali menyerap
senyawa-senyawa kimia ini untuk dimanfaatkannya dalam metabolisme internal. Cara
kerja semacam inilah yang menyebabkan fungi berbeda dengan eukariota lainnya,
seperti tumbuhan (autotrof) atau hewan (sepenuhnya heterotrof). Fungi, dengan cara
kerja hifa semacam ini, dikenal sebagai saprotrof.
Hifa reproduktif

Permukaan substrat
Hifa vegetatif

Gambar 4.2: Hipa Fungi


Sumber gambar: wikipedia.2018

Bentuk hifa :
 Hifa aseptat atau hifa tidak bersepta adalah hifa yang tidak mempunyai sekat atau
septum. Istilah lain dari hifa tipe ini adalah soenositik. Hifa tersebut dapat
dijumpai misalnya pada Rhizopus oryzae dan Mucor mucedo.
 Hifa septat uninukleus atau hifa bersepta berinti tunggal adalah hifa yang disusun
oleh sel-sel berinti tunggal dan memiliki sekat yang membagi hifa menjadi ruang-
ruang, dan setiap ruang memiliki satu inti sel. Meskipun demikian, inti sel dan
sitoplasma dari ruang yang satu dapat berpindah ke ruang lainnya. Hal ini
dimungkinkan oleh adanya pori pada sekat-sekat tersebut. Hifa tipe ini dapat
dijumpai misalnya pada Puccinia graminis.
 Hifa septat multinukleus atau hifa bersepta berinti banyak adalah hifa yang disusun
oleh sel-sel berinti banyak dan memiliki sekat yang membagi hifa menjadi ruang-
ruang, dan setiap ruang memiliki inti sel lebih dari satu. Nectria cinnabarina
merupakan contoh jamur yang memiliki tipe hifa seperti ini.
Gambar 4.3: Hifa Fungsi
Sumber Gambar: biokepo.blogspot.com. 2016

G. KLASIFIKASI
1. Ascomycota
Ciri-ciri Ascomycota:
 Bersel satu atau bersel banyak.
 Mempunyai alat pembentuk spora yang disebut askus, yaitu suatu sel yang
berupa gelembung atau tabung tempat terbentuknya askospora. Askospora
merupakan hasil dari reproduksi generatif.
 Hifa bersekat-sekat dan di tiap sel biasanya berinti satu.
 Ada yang brsifat parasit, saprofit, dan ada yang bersimbiosis dengan
ganggang hijau dan ganggang biru membentuk lumut kerak.
 Dinding sel terbuat dari zat kitin.
 Reproduksi seksual dan aseksual.
Contoh Ascomycota: Penicillium notatum, untuk pembuatan antibiotik penisilin, dan
Aspergillus wentii, untuk Pembuatan kecap dan Tauco
2. Basidiomycota
Ciri-ciri Basidiomycota:
 Mempunyai tubuh buah yang bentuknya seperti payung yang terdiri dari
bagian batang dan tudung. Pada bagian bawah tudung tampak adanya
lembaran-lembaran (bilah) yang merupakan tempat terbentuknya basidium.
Tubuh buah disebut basidiokarp.
 Hifanya bersekat, mengandung inti haploid.
 Reproduksi secara seksual (dengan askospora) dan aseksual (konidia).
 Ada yang brsifat parasit, saprofit, dan ada yang bersimbiosis dengan
ganggang hijau dan ganggang biru membentuk lumut kerak.
Contoh Basidiomycota: Volvariela volvacea (jamur merang), dan Auricularia
polytricha (jamur kuping)
3. Zygomycota (Phycomycetes)
Ciri-ciri Zygomycota:
 Hifa tidak bersekat dan bersifat koenositik (mempunyai beberapa inti).
 Reproduksi secara aseksual dan seksual.
 Hifa berfungsi untuk menyerap makanan, yang disebut rhizoid.
 Dinding sel tersusun dari kitin.
Contoh Zygomycota: Rhizophus oryzae (Jamur tempe), Mucor mucedo, Saprofit pada
kotoran ternak dan makanan
4. Deuteromycota
Ciri-ciri Deuteromycota:
 Banyak yang bersifat merusak atau menyebabkan penyakit pada hewan-
hewan ternak, manusia, dan tanaman budidaya.
 Reproduksi aseksual dengan konidium dan seksual belum diketahui.
 Hifa bersekat, tubuh berukuran mikroskopis
 Bersifat parasit pada ternak dan ada yang hidup saprofit pada sampah.
Contoh Deuteromycota: Epidermophyton floocosum, menyebabkan kutu air,
Altenaria Sp. hidup pada tanaman kentang.

3. Rangkuman
Fungi atau jamur adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup
eukariotik heterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap
molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Kalangan ilmuwan kerap menggunakan istilah
cendawan sebagai sinonim bagi Fungi. Jamur merupakan salah satu mikroorganisme
penyebab penyakit pada manusia. Jamur memang sangat erat hubungannya dengan
kehidupan manusia.
Sedemikian eratnya sehingga manusia tak terlepas dari jamur. Jenis fungi-
fungian ini bisa hidup dan tumbuh di mana saja, baik di udara, tanah, air, pakaian,
bahkan di tubuh manusia sendiri. Jamur bisa menyebabkan penyakit yang cukup
parah bagi manusia. Penyakit tersebut antara lain penyakit panu, kurap, candidas,
histoplasnosis dan lain sebagainya

4. Penugasan dan Umpan Balik


1. Sebutkan ciri-ciri & morfologi fungi.
2. Jelaskan secara ringkas cara hidup fungi.
3. Sebutkan serta jelaskan siklus hidup fungi.
4. Sebutkan serta jelaskan tentang pembagian (klasifikasi) fungi.
F. KEGIATAN BELAJAR 6
1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Penyakit Panu pada manusia
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Penyakit Kurap pada manusia
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Penyakit Candidiasis pada manusia
4. Mahasiswa mampu menjelaskan Penyakit Histoplasmasis pada manusia
2. Uraian Materi
PENYAKIT YANG DISEBABKAN FUNGI
Dosen: Dra. Denai Wahyuni, M.Si

1. Panu (Pityriasis versicolor)


Panu adalah infeksi jamur superfisial yang ditandai dengan adanya makula di
kulit, skuama halus, disertai rasa gatal. Infeksi jamur superfisialis yang kronis dan
asimtomatis disebabkan oleh Malassezia furfur menyerang stratum korneum dari
epidermis. Penyakit kulit panu disebabkan oleh jamur. Biasanya diderita oleh
seseorang yang sudah mulai banyak beraktifitas dan mengeluarkan keringat, apakah
ia itu anak kecil, orang muda atau orang tua. Panu, atau biasa disebut Pityriasis
versicolor banyak disebabkan oleh jamur Pityrosporum ovale dan merupakan
penyakit kronis yang sering berulang.
Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa dibandingkan lemak, asam amino
lebih berperan di dalam kondisi sakit (diseased state) atau dengan kata lain sedang
terkena panu. Secara in vitro, asam amino asparagin menstimulasi pertumbuhan
organisme, sedangkan asam amino lainnya, glisin, menginduksi (menyebabkan)
pembentukan hifa. Pada dua riset yang terpisah, tampak bahwa secara in vivo, kadar
asam amino meningkat pada kulit pasien yang tidak terkena panu.
Gambar 4.4 Jamur Malassezia Furfur
Sumber Gambar: iklasiryadiiklasberbagi.blogspot.2011

Gambar 4.5. Manifestasi penyakit panu pada orang berkulit putih


Sumber gambar: micrscopewb.hc.msu.edu/Microbiology.

Gambar 4.6. Manifestasi penyakit panu pada orang berkulit gelap


Sumber Gambar: merckmanuals. 2011

Pityrosporon orbiculare, Pityrosporon ovale, dan Malassezia ovalis


merupakan nama lain (sinonim) dari M. furfur. Sebelas spesies M furfur telah
teridentifikasi, dan Malassezia globosa merupakan salah satu organisme yang biasa
ditemukan pada penderita panu. Organisme ini dapat ditemukan pada kulit yang sehat
dan pada area kulit yang terkena penyakit kulit (Cutaneous disease). Pada penderita
dengan penyakit klinis, organisme ini ditemukan baik pada tingkat spora/ragi
(yeast/spore stage) dan bentuk filamentosa (hyphal).
Penyebab lain penyakit panu:
 Lembab dan panas dari lingkungan, dari pakaian ketat, dan pakaian tak
menyerap keringat.
 Keringat berlebihan karena berolahraga atau karena kegemukan.
 Friksi atau trauma minor, misalnya gesekan pada paha orang gemuk.
 Keseimbangan flora tubuh normal terganggu, antara lain karena pemakaian
antibiotik, atau hormonal dalam jangka panjang.
Faktor pada diri seseorang yang bisa memicu kemunculan penyakit ini, di antaranya:
 Memiliki jenis kulit berminyak
 Tinggal di daerah lembap yang bersuhu hangat
 Berusia remaja atau awal 20-an
 Sering mengeluarkan keringat berlebihan
 Memiliki tingkat kekebalan tubuh yang rendah
 Mengalami perubahan hormon
b. Gejala Penyakit Panu
Pada awalnya tidak ada gejala yang menunjukkan seseorang akan menderita
panu. Kemudian timbul bercak-bercak di kulit yang terasa gatal. Ada yang unik dari
panu, bila diderita orang yang berkulit putih, maka bercak yang tampak adalah
berwarna kemerahan. Bila diderita orang berkulit gelap, maka bercak yang tampak
adalah warna keputihan (Pityriasis versicolor). Bila terdapat di daerah kulit yang
tertutup, maka akan tampak sebagai bercak kecoklatan atau hitam (Pityriasis
versicolor nigra). Karena terdapat beberapa warna itulah maka panu disebut
Pityriasis versicolor.
Gejala yang biasanya timbul, adanya bercak-bercak entah itu putih, coklat
atau merah, tergantung warna kulit. Kemudian teraba seperti bersisik halus. Sisik itu
bila digaruk, akan keluar putih-putih kecil seperti butiran bedak. Selain itu, bila
sedang berkeringat akan terasa sangat gatal. Bagaimanapun juga, penderita panu dan
subjek kontrol tidak memperlihatkan perbedaan kuantitatif atau kualitatif pada lemak
di permukaan kulit. Faktor kausatif lainnya yang juga signifikan adalah sistem
kekebalan tubuh/imun penderita.
Meskipun peka melawan antigen M. furfur biasa terlihat pada populasi umum
(sebagaimana dibuktikan oleh studi/riset transformasi limfosit), fungsi limfosit pada
stimulasi organisme terbukti lemah pada penderita yang terserang panu. Hasil ini
sama dengan situasi kepekaan dengan Candida albicans. Singkatnya, kekebalan
tubuh yang diperantarai oleh sel berperan pada penyebab timbulnya penyakit.
c. Penularan Panu
Panu menular dari kebiasan-kebiasan seperti berikut :
 Keringat berlebihan kemudian mengering dikulit sehingga mengakibatkan
rasa lengket pada kulit.
 Kebiasan jarang mandi atau kurang menjaga kebersihan badan.
 Tertular panu dari penderita lainnya melalui media seperti pakaian atau
handuk yang digunakan bersama.
d. Pencegahan Panu
Panu bisa dihindari dengan cara-cara sederhana dan berkaitan dengan pola
kebiasan sehari-hari, antara lain :
 Mandi 2 kali dalam sehari
 Jemurlah handuk segera setelah digunakan
 Hindari menggunakan pakaian atau handuk secara bergantian
 Ganti pakaian atau handuk sesering mungkin
 Segera cucilah pakaian atau handuk yang sudah kotor
e. Pengobatan Panu
 Bersihkan bagian tubuh yang terserang panu / panuan.
 Oleskan dengan pembasmi jamur yang aman untuk manusia, lakukan selama
beberapa hari.
 Beberapa orang mengobati panu dengan cara tradisional, yakni
menggosokkan lengkuas ke bagian tubuh yang terserang panu tersebut, 2 kali
sehari selama satu minggu.
 Kalau panunya sudah menyebar ke seluruh tubuh, sebaiknya hubungi dokter.

2. Kurap (Tinea corporis)


Kurap adalah jenis penyakit kulit yang sering disebut dengan Tinea corporis.
Penyakit ini menyerang kulit dan menimbulkan rasa gatal yang luar biasa. Rasa gatal
yang timbul biasanya tidak akan mudah ditahan untuk menggaruknya. Dengan
menggaruknya secara terus menerus membuat kurap semakin lebar pada kulit. Kurap
adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi jamur.
Ada banyak jenis jamur (fungi) yang bisa menyerang manusia dan beberapa
di antaranya dapat menginfeksi kulit, kuku, dan rambut. Dalam istilah medis kurap
disebut sebagai Tinea atau ―Infeksi Dermatofit‖ atau ―Dermatofitosis‖, Bahasa
Inggrisnya adalah ringworm. Penamaan lengkapnya sesuai dengan letak jamur atau
anggota tubuh bagian mana yang terkena, seperti kurap pada badan disebut Tinea
corporis, jamur pada kulit kepala disebut sebagai Tinea kapitis, kurap pada wajah
disebut Tinea facei, dan kurap pada paha dan kaki disebut Tinea cruri

Gambar 4.7. Penyakit Kurap/ Tinea corporis


Sumber gambar: google.co.id
a. Penyebab dan gejala Penyakit Kurap
Kurap disebabkan oleh jamur. Jamur penyebab penyakit kurap terbagi atas
tiga bagian, yaitu berdasarkan dari genus Trycopyton, Microsporum, dan
Epidermopyton.
Berikut ini adalah gejala umum penyakit kurap yang sering dialami oleh penderita
penyakit tersebut:
 Timbul lesi berbentuk bulat dengan pinggiran agak tinggi berisi air berwarna
bening rasanya sangat gatal.
 Terjadi peradangan pada kulit akibat garukan, jika mandi akan terasa perih.
 Pada udara dingin atau berkeringat akan terasa gatal dan timbul kulit seperti
bersisik.
Gejala kurap pada kulit juga dapat terjadi dibeberapa tempat :
1. Kurap pada kaki
2. Kurap pada selangkangan
3. Kurap pada kulit kepala
4. Kurap di kuku

c. Penularan Penyakit Kurap


1. Kontak langsung dengan kulit seseorang yang memiliki kurap. Kontak tidak
langsung, menyentuh atau memakai barang-barang yang sebelumnya telah
digunakan oleh orang yang memiliki kurap. Misalnya, handuk, pakaian, sprei
atau kursi.
2. Tertular oleh hewan, beberapa hewan seperti anjing, kucing, kelinci dan sapi
yang mengalami infeksi jamur pada kulitnya dapat menularkan, terutama pada
anak-anak.
3. Dari tanah, jamur ada juga di tanah, dan kita juga bisa terkena jamur setelah
kontak dengan tanah, walaupun ini jarang.
d. Pencegahan Penyakit Kurap
Penyakit ini sangat erat hubungannya dengan lingkungan yang kurang
higienis, jadi kuncinya yaitu menjaga kebersihan. Beberapa hal yang dapat dilakukan
untuk mencegah penyakit kurap adalah sebagai berikut:
1. Bersihkan tempat yang sering digunakan sehari-hari misalnya saja kamar mandi.
Kamar mandi adalah tempat yang lembab yang sering dijadikan sarang oleh bibit
penyakit ini.
2. Bersihkan tempat tidur baik itu sprei dan bantal.
3. Pakailah pakaian yang bersih dan ganti setiap hari
4. Hindari kontak langsung dengan penderita penyakit ini.
5. Jangan memakai alat yang digunakan penderita, misalnya saja handuk yang
pernah digunakan oleh penderita penyakit kurap.

3. Candidiasis
a. Pengertian Candidiasis
Candidiasis adalah suatu infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur Candida.
Candida merupakan mikroflora normal pada rongga mulut, mikroorganisme ini
mencapai 40-60 % dari populasi. Candidiasis adalah infeksi atau penyakit akibat
jamur Candida, khususnya Candida albicans. Penyakit ini biasanya akibat debilitasi
(seperti pada penekan imun dan khususnya AIDS), perubahan fisiologis, pemberian
antibiotika berkepanjangan, dan hilangnya penghalang. Walaupun demikian jamur
tersebut dapat menjadi patogen dalam kondisi tertentu atau pada orang-orang yang
mempunyai penyakit-penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh sehingga
menimbulkan suatu penyakit misalnya, sering ditemukan pada penderita AIDS.
Pada rongga mulut Candida albikans merupakan spesies yang paling sering
menimbulkan penyakit. Secara klinis dapat ditemukan berbagai penampilan berupa
lesi putih atau lesi eritematus. Pada keadaan akut Candidiasis dapat menimbulkan
keluhan seperti rasa terbakar (burning sensation), rasa sakit biasanya pada lidah,
mukosa bukal, atau labial dan rasa kering atau serostomia. Pada umumnya infeksi
tersebut dapat di tanggulangi dengan menggunakan obat anti jamur baik secara
topikal atau sistemik dengan mempertimbangkan kondisi atau penyakit-penyakit yang
menyertainya.
Candidiasis oral atau mulut (juga dikenal sebagai sariawan) adalah infeksi
jamur ragi dari genus Candida pada membran berlendir mulut. Infeksi oportunistik
yang umum dari rongga mulut yang disebabkan oleh pertumbuhan jamur yang
berlebihan. Sariawan pada mulut bayi disebut candidiasis, sementara jika terjadi di
mulut atau tenggorokan orang dewasa diistilahkan candidosis atau moniliasis.
Candidiasis yang sering disebut juga candidosis, trush, dan moniliasis
merupakan suatu keadaan patologis yang hanya menginfeksi jaringan kulit dan
mukosa. Infeksi Candida yang berat tersebut dikenal sebagai Candidemia dan
biasanya menyerang orang yang imunnya lemah, seperti penderita kanker, AIDS dan
pasien transplantasi.
Oral trush adalah adanya bercak putih pada lidah, langit – langit dan pipi
bagian dalam. Bercak tersebut sulit untuk dihilangkan dan bila dipaksa untuk diambil
maka akan mengakibatkan perdarahan. Oral Trush ini sering disebut juga dengan
Oral candidiasis atau moniliasis, dan sering terjadi pada masa bayi. Seiring dengan
bertambahnya usia, angka kejadian makin jarang, kecuali pada bayi yang
mendapatkan pengobatan antibiotik atau imunosupresif.

Gambar 4.8: Jamur Candida albicans


Sumber gambar: Wikipedia. 2018
b. Penyebab Candidiasis
Penyebab penyakit Candidiasis adalah Candida albicans. Spesies patogenik
yang lainnya adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii C. krusei, C.
pseudotropicalis, C. lusitaneae. Genus Candida adalah grup heterogen yang terdiri
dari 200 spesies jamur. Sebagian besar dari spesies candida tersebut patogen
oportunistik pada manusia, walaupun mayoritas dari spesies tersebut tidak
menginfeksi manusia. C. albicans adalah jamur dimorfik yang memungkinkan untuk
terjadinya 70-80% dari semua infeksi candida, sehingga merupakan penyebab
tersering dari candidiasis superfisial dan sistemik.
Jamur Candida ini adalah jamur yang banyak terdapat di sekitar kita, bahkan
di dalam vagina ibu pun terdapat jamur Candida. Bayi bisa saja mendapatkan jamur
ini dari alat-alat seperti dot dan kampong, atau bisa juga mendapatkan Candida dari
vagina ibu ketika persalinan. Selain itu, Candidiasis oral ini juga dapat terjadi akibat
keadaan mulut bayi yang tidak bersih karena sisa susu yang diminum tidak
dibersihkan sehingga akan menyebabkan jamur tumbuh semakin cepat.

Faktor-faktor yang merupakan presdiposisi infeksi antara lain :


1. HIV/AIDS
2. Kanker
3. Diabetes Mellitus
4. Infeksi jamur vagina
5. Pemakaian kortikosteroid
6. Pemakaian antibiotik
7. Leukimia
8. Gangguan saluran gastrointestinal yang meningkatkan terjadinya malabsorpsi dan
mallnutrisi.

c. Manifestasi Klinis/Gejala
Gejala yang timbul adalah adanya bercak putih pada lidah dan sekitar mulut
dan sering menimbulkan nyeri. Bercak putih ini sekilas tampak seperti kerak susu
namun sulit dilepaskan dari mulut dan lidah. Bila dipaksa dikerok, tidak mustahil
justru lidah dan mulut dapat berdarah. Infeksi mulut oleh spesies Candida biasanya
memunculkan kumpulan lapisan kental berwarna putih atau krem pada membran
mukosa (dinding mulut dalam). Pada mukosa mulut yang terinfeksi mungkin muncul
radang berwarna merah, nyeri, dan terasa seperti terbakar.
1. Pada anak-anak dan dewasa
Awalnya, seseorang mungkin tidak menyadari gejala Oral trush. Tergantung
pada penyebab, tanda dan gejala dapat terjadi tiba-tiba dan bertahan untuk waktu
yang lama. Gejala-gejala tersebut, antara lain:
 Lesi putih atau krem di lidah, pipi bagian dalam, langit-langit mulut, gusi, dan
amandel (tonsil)
 Lesi menyerupai keju
 Nyeri
 Sedikit perdarahan jika lesi digosok atau tergores
 Pecah-pecah dan kemerahan pada sudut mulut (terutama pada pemakai gigi
tiruan)
 Sensasi seperti terdapat kapas pada mulut
 Kehilangan selera makan
 Pada kasus yang berat, lesi dapat menyebar ke bawah ke kerongkongan dan
esofagus (Candida esophagitis). Jika hal ini terjadi, pasien mungkin akan
mengalami kesulitan menelan atau merasa seolah-olah makanan terjebak di
tenggorokan.
2. Pada bayi dan ibu menyusui
Selain lesi mulut khas berwarna putih, bayi mungkin juga memiliki kesulitan
makan atau rewel dan mudah marah. Bayi dapat menularkan infeksi tersebut kepada
ibu mereka selama menyusui. Wanita yang payudaranya terinfeksi Candida mungkin
mengalami tanda-tanda dan gejala, antara lain:
 Puting berwarna sangat merah, sensitif, dan gatal
 Terdapat serpihan kulit di daerah berwarna gelap yang melingkari puting
(areola)
 Puting terasa sakit saat menyusui
 Sakit yang tajam jauh di dalam payudara
d. Cara penularan
Cara Penularan melalui kontak sekret atau ekskret dari mulut, kulit, vagina
dan tinja dari penderita ataupun carrier, atau tertulari melalui jalan lahir pada saat
bayi dilahirkan, penularan endogen.

e. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan pada klien dengan Candidiasis oral antara
lain :
 Oral hygiene yang baik
 Utamakan ASI daripada susu formula karena ASI mengandung banyak
immunoglobulin yang berguna bagi kekebalan tubuh bayi.
 Bila menggunakan susu formula sebagai tambahan ASI, pastikan kebersihan
botol dan dotnya, jangan lupa untuk mencucinya dengan air panas
 Beri bayi minum 2-5 sendok air hangat untuk membilas mulut bayi setelah
minum susu
 Pastikan bayi beristirahat yang cukup
 Berikan bayi makanan yang mengandung nutrisi yang lengkap

4. Histoplasmasis
a. Pengertian Histoplasmosis
Jamur yang berbentuk sel lonjong ini bertunas dengan satu inti. Biakan pada
medium agar sabouraud yang dieramkan pada suhu kamar menumbuhkan koloni
jamur mirip kapas berwarna putih kecoklatan. Konidia berbentuk sferis, berdinding
tebal, berukuran 8-14 mikron, mempunyai tonjolan berbentuk jari atau mempunyai
mikrokonidia kecil berukuran 2-4 mikron.
Histoplasmosis adalah suatu penyakit infeksi zoonosis yang disebabkan oleh
jamur Histoplasma capsulatum, yang terutama menyerang paru-paru tetapi kadang-
kadang bisa menyebar ke bagian tubuh yang lain. Histoplasmosis merupakan infeksi
oportunistik (IO) yang umum pada penderita HIV-positif. Jamur ini berkembang
dalam tanah yang tercemar dengan kotoran burung, kelelawar dan unggas, sehingga
ditemukan dalam kandang burung/unggas dan gua.
Infeksi menyebar melalui spora (debu kering) jamur yang dihirup saat
bernapas, dan tidak dapat menular dari orang yang terinfeksi. Jamur ini dapat tumbuh
dalam aliran darah orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rusak, biasanya
dengan jumlah CD4 di bawah 150, walau gejala ringan dapat timbul dengan jumlah
CD4 lebih tinggi. Setelah berkembang, infeksi dapat menyebar pada paru, kulit, dan
kadang kala pada bagian tubuh yang lain.
Kurang lebih separuh penderita mengalami masalah paru. Hasil rontgen dada
dapat menunjukkan tanda yang khas pada paru. Penyakit paru akibat Histoplasmosis
serupa dengan TB dan dapat semakin berat selama bertahun-tahun. Histoplasmosis
juga dapat berpengaruh pada susunan saraf pusat (SSP), dengan sampai 20% pasien
mengalami gejala kejiwaan. Untuk ODHA dengan jumlah CD4 di atas 300, gejala
Histoplasmosis umumnya dibatasi pada saluran napas, yaitu batuk, sesak napas dan
demam.

Gambar 4.9: Penyakit Histoplasmasis


Sumber gambar: ufhealth.org

b. Penyebab Histoplasmosis
Penyebab dari histoplasmosis adalah terpaparnya seseorang oleh jamur yang
diberi nama Histoplasma capsulatum. Jamur ini terutama sering berada pada kandang
ayam dan merpati, lumbung tua, taman dan gua yang merupakan tanah basah yang
kaya bahan organik, terutama kotoran dari burung dan kelelawar. Suhu tubuh burung
yang terlalu tinggi, menyebabkan burung tidak dapat terinfeksi dengan
Histoplasmosis, namun burung dapat membawa H. capsulatum di bulu mereka.
Selain itu, kotoran burung dapat mendukung pertumbuhan jamur. Kelelawar
memiliki suhu tubuh lebih rendah dan dapat terinfeksi, namun seseorang tidak dapat
terjangkit penyakit ini dari kelelawar atau dari orang lain. Ketika seseorang
menghirup sel-sel reproduksi (spora) dari jamur, maka dapat terkena Histoplasmosis.
c. Penularan Hitoplasmosis
Jamur mudah tumbuh dan berkembang biak di tanah yang tercampur tinja
burung dan ayam atau kotoran kelelawar. Infeksi melalui udara akan menimbulkan
lesi primer di paru-paru, yang dapat menyebar ke organ-organ viseral lainnya secara
hematogen jika jaringan paru mengalami kerusakan. Penularan dari manusia ke
manusia lainnya biasanya terjadi secara tidak langsung. Didaerah endemis, hewan-
hewan misalnya anjing dan rodensia banyak yang terinfeksi jamur ini sehingga dapat
menjadi sumber penularan histoplasmosis bagi manusia.
d. Gejala Klinis Dan Diagnosis Hitoplasmosis
Sebagian besar penderita Hitoplasmosis tidak menunjukan gejala klinis atau
keluhan yang nyata, hanya jika terjadi infeksi melalui pernafasan dalam jumlah besar
akan menimbulkan gejala klinis pneumonia. Pada penyebaran jamur keberbagai
organ visera, terutama ke organ sistem retikuloendotel penderita dapat menderita
demam tinggi, limfadenopati, splenomegali, hepatomegali, anemia, ulkus hidung,
mulut, lidah dan usus, dan dapat menimbulkan kematian penderita. Penyebaran luas
ke organ-organ viseral ini terjadi pada bayi, orang lanjut usia dan penderita yang
mengalami imunosupresi.
Diagnosis pasti ditetapkan jika melalui pemeriksaan mikroskopis dapat
ditemukan jamur penyebabnya di dalam dahak, darah, urine atau lesi jaringan
misalnya sumsum tulang, kulit atau kelenjar getah bening.pemeriksaan uji kulit
histoplasmin, dan penentuan diagnosis serologi dapat membantu menegakkan
diagnosis histoplasmosis.
e. Pencegahan Histoplasmosis
Histoplasmosis primer pada paru harus juga diberikan pengobatan suportif dan
istirahat yang cukup. Penyemprotan larutan formalin pada tanah dapat merusak jamur
Histoplasma yang berada di permukaan tanah.kontak dengan konidia jamur harus
dihindari dan tidak bermukim di daerah endemis jamur ini.
3. Rangkuman
4. Penugasan dan Umpan Balik
1. Jelaskan penularan dan pencegahan Penyakit Panuan pada manusia.
2. Sebutkan serta jelaskan penyebab dan gejala Penyakit Kurap pada manusia.
3. Sebutkan serta jelaskan penyebab dan gejala Penyakit Candidiasis pada manusia.
4. Jelaskan tentang penularan dan pencegahan Penyakit Candidiasis pada manusia.
5. Sebutkan serta jelaskan penyebab dan gejala Penyakit Histoplasmasis pada
manusia.
6. Jelaskan tentang penularan dan pencegahan Penyakit Histoplasmasis pada
manusia.
I. J. KEGIATAN BELAJAR 8 dan 9
1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan jenis-jenis Cacing Nematoda
Usus yang menyebabkan Penyakit Kecacingan
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan cara penularan dari
kelompok "Soil Transmitted Helminths" dan "Non Soil Transmitted
Helminths"
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan usaha pencegahan Penyakit
Kecacingan yang disebabkan oleh kelompok "Soil Transmitted Helminths"
dan "Non Soil Transmitted Helminths"
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan jenis-jenis Cacing
Nemataoda Jaringan yang menyebabkan Penyakit Filariasis
5. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan cara penularan dari Penyakit
Filariasis
2. Uraian Materi
HELMINTHES DAN PENYAKIT
Dosen: Dra. Denai Wahyuni, M.Si

A. PENDAHULUAN
Penyakit infeksi kecacingan dan filariasis merupakan salah satu penyakit yang
masih banyak terjadi di masyarakat. Penyakit kecacingan merupakan salah satu
penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Infeksi kecacingan ini
dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan
produktivitas penderita sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan kerugian,
karena adanya kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah yang pada
akhirnya dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia.
Lima spesies cacing yang termasuk dalam kelompok Nemathelminthes yang
masih menjadi masalah kesehatan, yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura,
Enterobus vermikularis dan cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma
sp). Kejadian infeksi cacing tambang pada suatu wilayah biasanya saling menyertai
antara 3 spesies cacing usus penyebabnya, yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris
trichiura dan cacing tambang.
Sedangkan Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun
yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia,
Anopheles, Culex, Armigeres. Filariasis merupakan salah satu penyakit tertua yang
paling melemahkan yang dikenal di dunia. Penyakit filariasis lymfatik merupakan
penyebab kecacatan menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah
kecacatan mental. Di Indonesia, mereka yang terinfeksi filariasis bisa terbaring di
tempat tidur selama lebih dari lima minggu per tahun, karena gejala klinis akut dari
filariasis yang mewakili 11% dari masa usia produktif. Untuk keluarga miskin, total
kerugian ekonomi akibat ketidakmampuan karena filariasis adalah 67% dari total
pengeluaran rumah tangga per bulan.

B. PHYLUM NEMATHELMINTHES
Nematoda adalah cacing yang memiliki bentuk tubuh bulat panjang, silindris,
tidak bersegmen dan bilateral simetris dengan ukuran panjang tubuh yang sangat
bervariasi, antara 2 mm sampai 35 mm. Nematoda yang tubuhnya tertutup oleh
kutikulum ini sudah memiliki rongga tubuh. Sistem pencernaan telah lengkap, tetapi
sistem saraf dan organ ekskresinya belum sempurna. Nematoda yang menginfeksi
manusia mempunyai jenis kelamin terpisah dan produksi telur setiap spesies berbeda
Berdasarkan klasifikasinya Phylum Nemathelminthes terdiri dari satu (1)
klass yaitu Klass Nematoda. Dan berdasarkan tempat hidupnya jenis-jenis pada Klass
Nematoda ada yang hidup didalam usus yang disebut dengan Nematoda Usus dan ada
yang hidup di jaringan yang disebut dengan Nematoda Jaringan. Berikut
keterangannya lebih lanjut.

C. NEMATODA USUS
Infeksi cacing atau biasa disebut dengan penyakit cacingan termasuk dalam
infeksi yang disebabkan oleh parasit. Parasit adalah makhluk kecil yang menyerang
tubuh inangnya dengan cara menempelkan di (baik di luar atau di dalam tubuh) dan
mengambil nutrisi dari tubuh inangnya. Pada kasus cacingan, maka cacing tersebut
bahkan dapat melemahkan inangnya dan menyebabkan gangguan kesehatan. Ada
beberapa jenis cacing yang menyebabkan kecacingan dari kelas nematoda yang hidup
di dalam usus, yaitu A. lumbricoides, T. trichiura, A. duodenale, N.
americanus, dan E. vermicularis.
Berdasarkan cara penyebaran, nematoda usus dibagi ke dalam dua kelompok,
yaitu 1). Nematoda yang memerlukan tanah untuk pematangan telur dari bentuk non
infektif menjadi bentuk infektif yang disebut Soil Transmitted Helminths. Nematoda
golongan Soil Transmitted Helminths adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris
Trichiura, Cacing Tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dan
Strongyloides stercoralis. 2). Nematoda yang tidak memerlukan tanah
untuk siklus hidupnya disebut Non Soil Transmitted Helminths yaitu jenis
Enterobius vermicularis dan Trichinella spiralis.

SOIL TRANSMITTED HELMINTHS


1. Ascaris lumbricoides
A. lumbricoides adalah nematoda usus atau cacing usus yang ditularkan
melalui tanah (Soil Transmitted Helminth) yang dapat meyebabkan Penyakit
Ascariasis, cacing ini disebut juga dengan cacing gelang. Dalam periode hidupnya
cacing ini memerlukan tanah untuk berkembang dan penularan cacing ini melalui
perantara tanah.

 Morfologi Cacing Dewasa :


1. Berbentuk silindris
2. Ujung anterior tumpul sedangkan ujung posterior runcing, pada ujung anterior
terdapat tiga buah bibir yang tersusun dari: satu bibir terletak dorso medial dan dua
bibir terletak di sebelah ventro lateral, ditengahnya terdapat cavum bucalis yang
berbentuk segitiga.
3. Pada tiap-tiap sisi terdapat garis-garis longitudinal disebut lateral lines
4. Mempunyai cuticula yang bergaris-garis melintang menyelubungi tubuhnya
(transversal lines)
5. Ukuran cacing betina : panjang tubuh 20 – 40 cm dan diameter 0,3 – 0,6 cm
6. Ukuran cacing jantan : panjang tubuh 15 – 30 cm dan diameter 0,2 – 0,5 cm
7. Bagian posterior cacing betina lurus sedangkan bagian posterior cacing jantan
melengkung ke ventral dengan sepasang specula

Gambar 5.3: Cacing dewasa A. lumbricoides


Sumber Gambar; www.cdc

b). Siklus Hidup A. lumbricoides


A. lumbricoides dewasa hidup di dalam usus, cacing betina mampu bertelur
rata-rata 200.000 butir perhari, telur ini kemudian keluar dari tubuh hospes bersama
tinja. Apabila di tanah kondisinya menguntungkan dalam jangka waktu 3 minggu
akan menjadi infektif. Apabila telur infektif tertelan manusia telur akan menetas
menjadi larva rhabditiform di usus, kemudian larva akan menembus dinding usus dan
masuk ke vena atau pembuluh limfe, ikut dalam sirkulasi darah, ke jantung dan
kemudian sampai paru-paru. Dalam kapiler alveoli larva rhabditiform kemudian
menembus dinding alveoli, masuk ke rongga alveoli, bergerak ke atas menuju
bronkhus dan sampai glotis. Kemudian dari glotis larva tertelan masuk esofagus dan
tumbuh menjadi dewasa di usus. Lama siklus hidup cacing ini dari terjadinya infeksi
sampai cacing dewasa bertelur memerlukan waktu sekitar 2 bulan, dan cacing dewasa
dapat hidup selama 12-18 bulan.

Gambar 5.4: Siklus hidup A. lumbricoides


Sumber gambar: www.cdc

c). Cara Penularan Ascariasis


Penularan Ascariasis dapat terjadi melalui beberapa jalan yaitu masuknya
telur yang infektif ke dalam mulut bersama makanan atau minuman yang tercemar,
tertelan telur melalui tangan yang kotor dan terhirupnya telur infektif bersama debu
udara dimana telur infektif tersebut akan menetas pada saluran pernapasan bagian
atas, untuk kemudian menembus pembuluh darah dan memasuki aliran darah

d). Gejala Klinis Ascariasis


 Gejala yang disebabkan larva A. lumbricoides
1. Eosinofilia : meningkatnya sel eosinofil dalam darah
2. Manifestasi alergi karena adanya larva dalam tubuh bisa berupa Asma,
Sindroma loeffler atau Tropycal eosinofilia
3. Adanya larva dalam paru-paru bisa mengakibatkan brinkhopneumonia,
terutama bila jumlah larva banyak.
 Gejala yang disebabkan cacing dewasa A. lumbricoides
1. Biasanya sangat ringan, infeksi 20 cacing dewasa bisa berlangsung tanpa
keluhan, mengganggu absorbsi nutrisi mengambil nutrisi makanan usus
2. Cacing dewasa dapat menimbulkan komplikasi berupa erratic migration
3. Cacing dewasa kadang bisa saling belit satu sama lain sehingga membentuk
gumpalan ―ileus obstruktivus‖ yang bisa berakibat fatal.
e). Pencegahan Ascariasis
1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum makan
2. Cuci, kupas atau masak sayuran dan buah-buahan sebelum dimakan
3. Mengajarkan pada anak-anak jangan bermain ditanah terutama tanah yang
kemungkinan terdapat kotoran manusia.

2. Tricuris trichiura
T. trichiura adalah nematoda usus atau cacing usus yang ditularkan melalui
tanah (soil transmitted helminth) yang dapat meyebabkan Penyakit Trichuriasis,
cacing ini disebut juga Trichocephalus dispar, Whip worm, Trichocephalus hominis,
dan cacing cambuk karena bentuknya yang menyerupai cambuk.
 Morfologi Cacing Dewasa
1. Cacing dewasa berbentuk seperti cambuk 3/5 panjang tubuhnya tipis seperti
benang sedangkan 2/5 bagian (sebelah posterior) terlihat lebih tebal
2. Cacing jantan panjangnya ± 4 cm
3. Cacing betina panjangnya ± 5 cm
4. Ujung posterior cacing jantan melingkar / melengkung ke arah ventral dengan
sebuah spicula di ujungnya
5. Ujung posterior cacing betina lurus dan tumpul membulat.
Gambar 5.6: Cacing dewasa T. trichiura
Sumber gambar: www.cdc
b). Siklus Hidup T. trichiura
Cacing dewasa hidup di sekum (caecum) tapi pada infeksi yang berat dapat
dijumpai dibagian bawah ileum sampai rectum. Telur keluar bersama tinja, telur
mengandung larva / menjadi infektif dalam waktu 2 – 4 minggu. Apabila telur
tertelan manusia, telur akan menetas menjadi larva di Istestinum tenue kemudian
larva menembus villi-villi usus dan tinggal didalamnya selama 3 – 10 hari. Setelah
larva tumbuh, kemudian larva turun sampai sekum kemudian menjadi cacing dewasa.
Waktu yang diperlukan sejak tertelannya telur sampai menjadi cacing dewasa yang
siap bertelur kira-kira 90 hari.

Gambar 5.7: Siklus hidup T. trichiura


Sumber gambar: www.cdc

c). Cara Penularan T. trichiura


Cara penularan adalah tidak langsung, terutama karena kebiasaan
mengkonsumsi makanan dan sayuran yang terkontaminasi. Penyakit Trichiuriasis
tidak langsung ditularkan dari orang ke orang. Telur yang keluar melalui tinja untuk
menjadi infektif membutuhkan waktu paling sedikit 10 – 14 hari di tanah yang hangat
dan lembab. Setelah telur tertelan, telur menetas dan larva menempel pada mukosa
dari caecum dan colon proximal dan berkembang menjadi cacing dewasa. Telur
cacing ditemukan dalam tinja setelah 70 – 90 hari sejak menelan telur dengan embrio.
Gejala klinis bisa muncul lebih cepat. Penularan biasanya terjadi melalui makanan,
infeksi terjadi ketika manusia menelan makanan yang mengandung telur parasit yang
telah mengeram di dalam tanah selama 2-3 minggu. Larva akan menetas di dalam
usus halus lalu berpindah ke usus besar dan menancapkan kepalanya di dalam lapisan
usus. Setiap larva akan tumbuh sepanjang 12,5 cm. Cacing betina dewasa
menghasilkan sekitar 5000 telur/hari dan dibuang melalui tinja.
d). Gejala Klinis Trichuriasis
Penyakit karena infeksi cacing ini disebut dengan Trichuriasis atau
Trichocephaliasis atau penyakit cacing cambuk. Pada infeksi berat dan menahun
menyebabkan disentri, prolapsus rckti, apendesitis, anemia berat, mual dan muntah.
e). Pencegahan Trichuriasis
a) Individu: Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, mencuci sayuran yang
dimakan mentah, memasak sayuran di dalam air mendidih
b) Lingkungan: Menggunakan jamban ketika buang air besar,
c) Laporan ke Dinas Kesehatan setempat:

3. Cacing Tambang
Cacing tambang disebut juga dengan Hook Worm. Cacing yang berasal dari
anggota Famili Ancylostomatidae yang mempunyai alat pemotong pada mulut berupa
tonjolan seperti gigi pada Genus Ancylostoma dan lempeng pemotong pada Genus
Necator. A. duodenale dan N. americanus merupakan cacing tambang yang
menginfeksi manusia sedangkan A. brazilliense, A. ceylanicum, dan A. caninum
merupakan cacing tambang yang menginfeksi binatang (anjing dan kucing).
a). Morfologi Cacing tambang
 Ciri-ciri Cacing tambang Dewasa
Ukuran : panjang ± 1 cm
1. Berwarna putih kekuningan
2. Ujung posterior cacing betina lurus dan meruncing
3. Ujung posterior cacing jantan membesar karena adanya bursa kopulatris

Gambar 5.9: Bentuk kepala Cacing Tambang Dewasa


Sumber gambar: www.cdc

b). Siklus Hidup Cacing tambang


Cacing dewasa hidup di dalam intestinum tenue (usus halus). Cacing betina
dewasa mengeluarkan telur dan telur akan keluar bersama dengan tinja. Apabila
kondisi tanah menguntungkan (lembab, basah, kaya oksigen, dan suhu optimal 26°C
– 27°C) telur akan menetas dalam waktu 24 jam menjadi larva rhabditiform. Setelah
5 – 8 hari larva rhabditiform akan mengalami metamorfosa menjadi larva filariform
yang merupakan stadium infektif dari cacing tambang. Jika menemui hospes baru
larva filariform akan menembus bagian kulit yang lunak, kemudian masuk ke
pembuluh darah dan ikut aliran darah ke jantung, kemudian terjadi siklus paru-paru
(bronchus → trachea → esopagus), kemudian menjadi dewasa di usus halus.
Gambar 5.10: Siklus Hidup Cacing tambang
Sumber gambar: www.cdc

c). Cara Penularan Cacing tambang


Cacing tambang tidak menular antar manusia, tetapi larva cacing tambang
ditularkan ke orang melalui kulit. Penularan tidak ada hubungannya dengan genetika
atau penyakit mewarisi dari orang tua.
d). Gejala Klinis Cacing tambang
Berat ringannya gejala klinis yang terjadi pada infeksi cacing tambang
tergantung pada: jumlah cacing, stadium cacing tambang, infeksi pertama atau
infeksi ulang, lamanya infeksi, keadaan gizi penderita, adanya penyakit lain dan
umur penderita. Gejala infeksi menyebabkan sakit perut, kehilangan nafsu makan.
Infeksi berat menyebabkan kekurangan protein yang parah atau anemia defisiensi
besi. Kekurangan protein mungkin memiliki kulit kering, edema dan perut gendut,
sementara anemia kekurangan zat besi mungkin lemas, letih, lesu dan gagal jantung.
e). Pencegahan Penyakit Karena Cacing tambang
Pendidikan, sanitasi dan pembuangan kotoran manusia terkendali adalah
penting. Mengenakan sepatu di daerah endemis dapat mengurangi prevalensi infeksi.

4. Strongyloides stercoralis
S. stercoralis juga disebut sebagai cacing benang (thread worm). Cacing S.
stercoralis menyebabkan infeksi Strongiloidiasis pada manusia maupun pada hewan.
Cacing ini termasuk cacing zoonosis yang tersebar di seluruh dunia terutama di
daerah tropis dan subtropis sedangkan di daerah yang beriklim dingin jarang
ditemukan.
a). Morfologi S. stercoralis
 Morfologi Cacing Dewasa
Cacing betina berbentuk benang halus yang tidak berwarna dan panjangnya
kira- kira 2 mm. Tempat hidup cacing betina dewasa adalah di dalam membran
mukosa usus halus, terutam di daerah duodenum dan jejunum manusia dan
beberapa hewan

Gambar 5.12: Cacing Dewasa S. stercoralis


Sumber gambar: www.cdc

b). Siklus Hidup S. stercoralis


Cara berkembang biaknya diduga secara parthenogenesis yaitu pertumbuhan
dan perkembangan embrio tanpa terjadi fertilisasi oleh pejantan. Telur yang bentuk
parasitik diletakkan di mukosa usus, kemudian telur menetas menjadi larva
rhabditiform yang masuk ke rongga usus serta dikeluarkan bersama feses. Cacing ini
memiliki tiga macam daur hidup yaitu :
1. Siklus langsung.
2. Siklus tidak langsung.
3. Autoinfeksi
Gambar 5.13: Siklus Hidup S. stercoralis
Sumber gambar : www.cdc

NON SOIL TRANSMITTED HELMINTHS


1. Enterobus vermicularis
E. vermikularis atau cacing kremi atau biasa disebut juga dengan cacing
kerawit, merupakan cacing yang sering menginfeksi anak-anak. E. vermicularis
menyebabkan infeksi cacing kremi yang disebut juga Enterobiasis atau Oksiuriasis.
Penyakit ini kosmopolit tetapi lebih banyak di daerah dingin dan kurang di daerah
tropis. Manusia merupakan satu-satunya natural host.
a). Morfologi E. vermicularis
 Cacing Dewasa
1. Ukuran jantan: 2-5 mm x 0,1-0,2 mm, betina : 8-13 mm x 0,3-0,5 mm.
2. Mulut simple 3 bibir yang mengelilinginya.
3. Ujung anterior dan posterior runcing.
4. Pada ujung posterior jantan : melingkar tajam ke ventral.
5. Pada betina ujung posteriornya berbentuk sebagai ekor, lurus, dan runcing.
Gambar 5.15: Cacing dewasa E. vermicularis
Sumber gambar: www.cdc

b). Siklus Hidup E. vermicularis


Cacing dewasa hidup di sekum, usus besar dan di usus halus yang berdekatan
dengan sekum. Mereka memakan isi usus penderitanya. Perkawinan cacing jantan
dan betina kemungkinan terjadi di sekum. Cacing jantan mati setelah kawin dan
cacing betina mati setelah bertelur. Cacing betina yang mengandung 11.000-15.000
butir telur akan bermigrasi ke daerah sekitar anal (perianal) untuk bertelur. Migrasi
ini berlangsung 15 – 40 hari setelah infeksi. Telur akan matang dalam waktu sekitar 6
jam setelah dikeluarkan, pada suhu tubuh. Dalam keadaan lembab telur dapat hidup
sampai 13 hari.

Gambar 5.16: Siklus Hidup E. vermicularis


Sumber gambar: www.cdc

c). Cara Penularan Enterobiasis


Penularan dapat terjadi dari tangan ke mulut (hand to mouth), setelah anak –
anak menggaruk daerah sekitar anus oleh karena rasa gatal, kemudian mereka
memasukkan tangan atau jari – jarinya ke dalam mulut. Telur E. vermicularis
menetas di daerah perianal kemudian larva masuk lagi ke dalam tubuh (retrofeksi)
melalui anus terus naik sampai sekum dan tumbuh menjadi dewasa. Cara inilah yang
kita kenal sebagai : autoinfeksi.
Debu merupakan sumber infeksi oleh karena mudah diterbangkan oleh angin
sehingga telur yang ada di debu dapat tertelan. Penyebaran cacing kremi lebih luas
dari cacing lain. Penularan dapat terjadi pada suatu keluarga atau kelompok-
kelompok yang hidup dalam satu lingkungan yang sama seperti asrama atau rumah
piatu. Telur cacing dapat diisolasi dari debu di ruangan sekolah atau kafetaria sekolah
dan mungkin ini menjadi sumber infeksi bagi anak-anak sekolah. Di berbagai rumah
tangga dengan beberapa anggota keluarga yang mengandung cacing kremi, telur
cacing dapat ditemukan (92%) di lantai, meja, kursi, bufet, tempat duduk kakus (toilet
seats), bak mandi, alas kasur, pakaian.
d). Gejala Klinis Enterobiasis
1. Rasa gatal hebat disekitar anus.
2. Rewel (karena rasa gatal dan tidurnya pada malam hari terganggu).
3. Kurang tidur (biasanya karena rasa gatal yang timbul pada malam hari ketika
cacing betina dewasa bergerak ke daerah anus dan menyimpan telurnya
disana).
4. Nafsu makan berkurang, berat badan menurun (jarang terjadi, tetapi bisa
terjadi pada infeksi yang berat).
5. Rasa gatal atau iritasi vagina (pada anak perempuan, jika cacing dewasa
masuk ke dalam vagina).
6. Kulit disekitar anus menjadi lecet, kasar, atau terjadi infeksi (akibat
penggarukan).
e). Pencegahan Enterobiasis
1. Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah buang air besar.
2. Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku.
3. Mencuci seprei minimal 2 kali/minggu
4. Menghindari penggarukan daerah anus karena bisa mencemari jari-jari tangan
dan setiap benda yang dipegang / disentuhnya.
5. Menjauhkan tangan dan jari dari hidung dan mulut.
6. Mutlak pada kebersihan perorangan karena penyakit ini mudah menular dan
termasuk penyakit keluarga.

D. NEMATODA JARINGAN
Filariasis, atau yang lebih dikenal dengan kaki gajah, adalah penyakit parasit
yang disebabkan oleh cacing gelang. Cacing yang seperti benang hidup pada sistem
limfatik (kelenjar getah bening) manusia, mempengaruhi sistem imun tubuh dan
menyebabkan infeksi. Berikut beberapa parasit penyebab Filariasis
1. Wuchereria bancrofti
W. bancrofti adalah salah satu nematoda jaringan yang merupakan salah
satu parasit manusia yang menyebabkan penyakit filariasis limfatik (kaki gajah).
Penyebaran cacing ini kosmopolit terutama di daerah tropis dan sub tropis. Insidensi
tinggi terjadi di daerah sekitar pantai dan kota besar, karena hal ini berhubungan
dengan kebiasaan intermediate host / hospes perantara (nyamuk). Wuchereria
bancrofti mempunyai nama lain Filaria bancrofti, Filaria sanguinis hominis, Filaria
sanguinis, Filaria nocturna, dan Filaria pasifica. Hospes defenitif adalah manusia
yang dapat menimbulkan penyakit Wuchereriasis bancrofti, dan habitatnya adalah di
kelenjar limfa.
a). Morfologi W. bancrofti
Cacing dewasa hidup dalam pembuluh darah dan kelenjar limfa. Cacing
betina ukurannya 65-100 mm x 0,25 mm, cacing jantan 40 mm x 0,1 mm. Cacing
betina mengeluarkan mikrofilaria. Mikrofilaria bersarung dan pada umumnya
ditemukan dalam darah tepi pada waktu malam (periodisitas nocturna).
Ciri-ciri mikrofilaria W. bancrofti :
 Ukuran : panjang 230 – 300 μm dan lebar 7,5 – 10 μm
 Mempunyai sheath / bersarung pada tubuhnya mempunyai inti yang halus, sama
besar dan tersusun teratur tanpa inti tambahan (nukleus terminalis) pada ujung
posterior
 Ujung anterior tumpul membulat, ujung posterior meruncing
 Cephalic space → panjang : lebar = 1 : 1
 Lekukan badan halus

Gambar 5.17: Mikrofilaria W. bancrofti pada sediaan darah tebal


dengan Pewarnaan Giemsa
Ciri-ciri Filaria W. bancrofti :
 berwarna putih kekuningan
 bentuk seperti benang
 ujung anterior dan posterior tumpul mempunyai lapisan kutikula yang halus
 ukuran cacing betina : panjang ± 80 mm dan lebar ± 0,24 mm
 ukuran cacing jantan : panjang ± 40 mm dan lebar ± 0,1 mm
 ujung posterior cacing betina tumpul
 ujung posterior cacing jantan runcing, melengkung ke arah ventral, dan
mempunyai 2 buah spicula

Gambar 5.18: Cacing dewasa W. bancrofti, kiri : jantan, kanan : betina


Sumber gambar: www.cdc
.
b). Siklus Hidup W. bancrofti
Mikrofilaria masuk ke dalam tubuh manusia dengan melalui gigitan nyamuk
(dari genus Mansonia, Culex, Aedes dan Anopheles). Mikrofilaria masuk ke dalam
saluran limfa dan menjadi dewasa → cacing jantan dan betina melakukan kopulasi →
cacing gravid mengeluarkan larva mikrofilaria → mikrofilaria hidup di pembuluh
darah dan pembuluh limfa → mikrofilaria masuk ke dalam tubuh nyamuk saat
nyamuk menghisap darah manusia → mikrofilaria berkembang menjadi larva stadium
1 → larva stadium 2 → larva stadium 3 dan siap ditularkan.

Gambar 5.19:. Siklus hidup W. bancrofti


Sumber gambar: www.cdc

c). Gejala Klinis Infeksi W. bancrofti


 Akibat terbentuknya nodul yang menimbulkan varises akan mengakibatkan
reaksi granulomatosus, reaksi peradangan, selanjutnya akan mengakibatkan
limfangitis dan limfadenitis.
 Terjadinya nodul secara terus-menerus mengakibatkan infeksi kronis yang
menimbulkan fibrimatous dan lebih parah lagi karena timbulnya cicatrix pada
pembuluh limfa sehingga timbul obstruksi yang menyebabkan terjadinya stasis
aliran limfe dan aliran darah.
 Pada keadaan kronis jika penderita tetap tinggal di daerah endemis dapat terjadi
reinfeksi berulang-ulang yang akan berakibat lebih parah sehingga terjadi
Elephantiasis (penyakit kaki gajah), yang letaknya yang khas yaitu di extremitas
inferior / genitalia externa.
d). Cara Diagnosis Infeksi W. bancrofti
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan mikrofilaria pada pemeriksaan
darah (sediaan darah tebal) dan cacing dewasa (filaria) dengan biopsi.
e). Pencegahan dan Pengobatan Infeksi W. bancrofti
Pencegahan :
 Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit
dibersihkan
 Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk
 Menggunakan kelambu saat tidur Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk
 Menanam tanaman pengusir nyamuk Mengatur cahaya dan ventilasi dalam
rumah
 Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi
tempat istirahat nyamuk
f). Epidemiologi W. bancrofti
Cacing ini banyak ditemukan di daerah tropis, di Indonesia ditemukan di
daerah-daerah endemik. Vektor utama filariasis adalah nyamuk Culex fatigans yang
menggigit pada malam hari di dalam rumah dan di daerah perkotaan. Vektor lain
yang juga dapat menyebarkan filariasis adalah Culex annulirostris, Aedeskochi,
Anopheles bancrofti, Anopheles farauti, dan Anopheles punctulatus.

2. Brugia malayi dan Brugia Timori


B. malayi adalah salah satu nematoda jaringan yang merupakan salah satu dari
tiga parasit manusia yang menyebabkan penyakit filariasis limfatik (kaki
gajah). Cacing ini pertama kali ditemukan di Sulawesi oleh Brug sehingga disebut
Brugia. Brugia malayi disebut juga dengan Filaria malayi, dan Wuchereria malayi.
a). Hospes dan habitat
B. malayi hospesnya manusia, kera, lutang, kucing, anjing, menyebabkan
Filariasis malayi, habitat di saluran dan kelenjar limfa. B. timori, hospesnya manusia,
menyebabkan filariasis timori, kedua penyakit tersebut juga disebut Filariasis brugia.
b). Morfologi
Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria bersarung. B. malayi mempunyai
periodisitas nocturna atau sub-periodisitas nocturna. B. timori mempunyai
periodisitas nocturna. B. malayi yang berperiodisitas nocturna ditularkan oleh An.
barbirostris yang berperiodisitas sub-periodisitas nocturna ditularkan oleh nyamuk
mansonia. B. timori ditularkan oleh nyamuk An. barbirotris. Siklus hidup sama
dengan W. bancrofti.
Ciri-ciri mikrofilaria B. malayi :
 Ukuran : panjang 170 – 260 μm dan lebar ± 6 μm
 Mempunyai sarung / sheath
 Ujung anterior membulat / tumpul dengan 2 buah stylet (alat pengebor)
 Ujung posterior runcing
 Cephalic space → panjang : lebar = 2 : 1
 Inti tubur kasar, tersusun tidak teratur sampai ujung posterior dengan 2 buah
nukleus terminalis

Gambar 5.20: Mikrofilaria B. malayi


Sumber gambar: www.cdc
Ciri-ciri cacing dewasa / filaria B. malayi :
 Ukuran lebih kecil daripada W. bancrofti
 Ukuran cacing betina : ± 160 μm dan lebar ± 55 μm
 Ukuran cacing jantan : ± 90 μm dan lebar ± 25 μm
 Bentuk seperti benang halus
 Berwarna putih kekuningan
 Cacing jantan mempunyai sepasang papila yang besar di sebelah anterior kloaka
dan sepasang lagi di belakangnya dengan ukuran yang lebih kecil, spicula satu
pasang dengan ukuran yang tidak sama panjang
c). Siklus Hidup B. malayi dan B. timori
Siklus hidup parasit ini sama dengan siklus hidup W. bancrofti. Mikrofilaria
masuk ke dalam tubuh manusia dengan melalui gigitan nyamuk (dari genus
Mansonia, Culex, Aedes, dan Anopheles). Mikrofilaria masuk ke dalam saluran limfa
dan menjadi dewasa → cacing jantan dan betina melakukan kopulasi → cacing
gravid mengeluarkan larva mikrofilaria → mikrofilaria hidup di pembuluh darah dan
pembuluh limfa → mikrofilaria masuk ke dalam tubuh nyamuk saat nyamuk
menghisap darah manusia → mikrofilaria berkembang menjadi larva stadium 1 →
larva stadium 2 → larva stadium 3 dan siap ditularkan.

Gambar 5.21: Siklus hidup B. malayi dan B. timori


Sumber gambar: www.cdc

d). Gejala Klinis Infeksi B. malayi


 Gejala klinis sama seperti W. bancrofti, perbedaannya infeksi cacing ini jarang
melibatkan daerah genital.
 Terjadi eosinofilia yang tinggi.
 Akibat terbentuknya nodul yang menimbulkan varises akan mengakibatkan
reaksi granulomatosus, reaksi peradangan, selanjutnya akan mengakibatkan
limfangitis dan limfadenitis.
 Terjadinya nodul secara terus-menerus mengakibatkan infeksi kronis yang
menimbulkan fibrimatous dan lebih parah lagi karena timbulnya cicatrix pada
pembuluh limfa sehingga timbul obstruksi yang meyebabkan terjadinya stasis
aliran limfe dan aliran darah.
 Pada keadaan kronis jika penderita tetap tinggal di daerah endemis dapat terjadi
reinfeksi berulang-ulang yang akan berakibat lebih parah sehingga terjadi
Elephantiasis (penyakit kaki gajah), yang letaknya yang khas yaitu di extremitas
inferior / genitalia externa.
e). Cara Diagnosis Infeksi B. malayi
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan mikrofilaria pada pemeriksaan
darah (sediaan darah tebal) dan cacing dewasa (filaria) dengan biopsi.
f). Pencegahan dan Pengobatan Infeksi B. malayi
Pencegahan :
 Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit
dibersihkan
 Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk
 Menggunakan kelambu saat tidur
 Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk
 Menanam tanaman pengusir nyamuk
 Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah
 Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi
tempat istirahat nyamuk
3. Rangkuman
4. Penugasan dan Umpan Balik
1. Sebutkan jenis-jenis Cacing Nematoda Usus yang menyebabkan Penyakit
Kecacingan
2. Sebutkan serta jelaskan cara penularan dari kelompok "Soil Transmitted
Helminths" dan "Non Soil Transmitted Helminths"
3. Jelaskan gejala dan pathologi klinis dari penyakit kecacingan
4. Jelaskan usaha pencegahan Penyakit Kecacingan yang disebabkan oleh
kelompok "Soil Transmitted Helminths" dan "Non Soil Transmitted
Helminths"
5. Sebutkan jenis-jenis Cacing Nemataoda Jaringan yang menyebabkan Penyakit
Filariasis
6. Jelaskan cara penularan dari Penyakit Filariasis
7. Jelaskan gejala dan pathologi klinis dari Penyakit Filariasis
8. Usaha-usaha apa yang dilakukan untuk pencegahan penyakit yang disebabkan
oleh Nematoda Jaringan
K. L. KEGIATAN BELAJAR 10 dan 11
1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
1. Mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan pengertian dari protozoa
2. Mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan ciri-ciri umum dan reproduksi
dari protozoa
3. Mahasiswa memahami dan mampu mengklasifikasi protozoa berdasarkan alat
gerak
4. Mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan tentang Penyakit Malaria
5. Mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan tentang Penyakit Amubiasis
6. Mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan tentang Penyakit
Trikhomoniasis
2. Uraian Materi
PROTOZOA DAN PENYAKIT
Dosen: Dra. Denai Wahyuni, M.Si
Lebih dari sejuta spesies hewan masih hidup saat ini, dan terdapat
kemungkinan bahwa setidaknya sejuta organisme baru akan diidentifikasi oleh
generasi ahli biologi masa depan. Hewan dikelompokkan ke dalam sekitas 35 filum,
namun jumlah sebenarnya bergantung pada perbedaan pandangan para ahli
sistematika. Hewan menempati hampir semua lingkungan di bumi, tetapi anggota
terbanyak sebagian besar filum adalah spesies akuatik. Lautan yang kemungkinan
merupakan tempat asal mula jenis-jenis hewan pertama, masih merupakan rumah
bagi sejumlah besar filum hewan.

A. PENGERTIAN PROTOZOA
Protozo berasal dari bahasa latin yang terdiri atas dua kata yaitu proto yang
artinya pertama dan zoon yang artinya hewan. Jadi, protozoa adalah hewan pertama.
Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Protozoa merupakan
penghuni tempat berair atau basah, bila keadaan jadi kering maka dia akan membuat
cryste (kristal). Kegiatan hidup di lakukan oleh sel itu sendiri. Di dalam sel terdapat
alat-alat yang melakukan kegiatan hidup. Alat-alat itu misalnya: inti (nukleus), butir
inti (nukleolus), rongga (vakuola), mitokondria.

B. CIRI-CIRI UMUM PROTOZOA


Ciri-ciri umum protozoa yaitu:
1. Organisme uniseluler (bersel tunggal)
2. Eukariotik memiliki (membrane nukleus)
3. Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok)
4. Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri (heterotrof)
5. Hidup bebas, saprofit atau parasit
6. Dapat membentuk kristal untuk bertahan hidup
7. Alat gerak berupa pseudopodia, silia, atau flagela
Ciri-ciri prozoa sebagai hewan adalah gerakannya yang aktif dengan silia atau l,
memiliki membran sel dari zat lipoprotein, dan bentuk tubuhnya ada yang bisa
berubah-ubah.
Sebagian besar Protozoa berkembang biak secara:
Aseksual (vegetatif) dengan cara :
1. Pembelahan mitosis (biner), yaitu pembelahan yang diawali dengan pembelahan
inti dan diikuti pembelahan sitoplasma, kemudian menghasilkan 2 sel baru.
2. Spora, Perkembangbiakan aseksual pada kelas Sporozoa (Apicomplexa) dengan
membentuk spora melalui proses sporulasi di dalam tubuh nyamuk Anopheles.
Seksual (generatif) dengan cara:
1. Konjugasi, Peleburan inti sel pada organisme yang belum jelas alat kelaminnya.
Pada Paramaecium mikronukleus yang sudah dipertukarkan akan melebur
dengan makronukleus, proses ini disebut singami.
2. Peleburan gamet Sporozoa (Apicomplexa) telah dapat menghasilkan gamet jantan
dan gamet betina. Peleburan gamet ini berlangsung di dalam tubuh nyamuk.
C. KLASIFIKASI PROTOZOA BERDASARKAN ALAT GERAK
Protozoa dibagi menjadi 4 kelas berdasarkan alat gerak:
1. Rhizopoda (Sarcodina),
Alat geraknya berupa pseudopoda (kaki semu). Bergerak dengan kaki semu
(pseudopodia) yang merupakan penjuluran protoplasma sel. contohnya Ameoba
proteus, Foraminifera, Arcella, Radiolaria. Entamoeba adalah jenis Amoeba yang
hidup di dalam tubuh organisme, contohnya Entamoeba histolityca, Entamoeba coli
 Amoeba proteus memiliki dua jenis vakuola yaitu vakuola makanan dan vakuola
kontraktil.
 Entamoeba histolityca menyebabkan disentri amuba (bedakan dengan
disentri basiler yang disebabkan Shigella dysentriae)
 Entamoeba gingivalis menyebabkan pembusukan makanan di dalam mulut
radang gusi (Gingivitis)
 Foraminifera sp. fosilnya dapat dipergunakan sebagai petunjuk adanya minyak
bumi. Tanah yang mengandung fosil fotaminifera disebut tanah globigerina.
 Radiolaria sp. endapan tanah yang mengandung hewan tersebut digunakan untuk
bahan penggosok.
2. Flagellata (Mastigophora)
Alat geraknya berupa flagel (bulu cambuk). Bergerak dengan flagel (bulu
cambuk) yang digunakan juga sebagai alat indra dan alat bantu untuk menangkap
makanan. Dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
a. Fitoflagellata Flagellata autotrofik (berkloroplas), dapat berfotosintesis.
Contohnya : Euglena viridis, Noctiluca milliaris, Volvox globator, Zooflagellata.
b. Flagellata heterotrofik (tidak berkloroplas). Contohnya : Trypanosoma
gambiens, Leishmania. Dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
3. Ciliata (Ciliophora)
Alat gerak berupa silia (rambut getar). Anggota Ciliata ditandai dengan
adanya silia (bulu getar) pada suatu fase hidupnya, yang digunakan sebagai alat gerak
dan mencari makanan. Ukuran silia lebih pendek dari flagel. Memiliki 2 inti sel
(nukleus), yaitu makronukleus (inti besar) yang mengendalikan fungsi hidup sehari-
hari dengan cara mensisntesis RNA, juga penting untuk reproduksi aseksual, dan
mikronukleus (inti kecil) yang dipertukarkan pada saat konjugasi untuk proses
reproduksi seksual. Ditemukan vakuola kontraktil yang berfungsi untuk menjaga
keseimbangan air dalam tubuhnya. Banyak ditemukan hidup di laut maupun di air
tawar. Contoh : Paramaecium caudatum, Stentor, Didinium, Vorticella, Balantidium
coli.
Memiliki dua jenis inti Þ Makronukleus dan Mikronukleus (inti reproduktif). Cara
reproduksi, aseksual Þ membelah diri, seksual Þ konyugasi. Balantidium coli Þ
menyebabkan penyakit diare.

4. Sporozoa
Adalah protozoa yang tidak memiliki alat gerak. Cara bergerak hewan ini
dengan cara mengubah kedudukan tubuhnya. Pembiakan secara vegetatif (aseksual)
disebut juga Schizogoni dan secara generatif (seksual) disebut Sporogoni. Marga
yang berhubungan dengan kesehatan manusia Þ Toxoplasma dan Plasmodium. Tidak
memiliki alat gerak khusus, menghasilkan spora (sporozoid) sebagai cara
perkembang biakannya. Sporozoid memiliki organel-organel kompleks pada salah
satu ujung (apex) selnya yang dikhususkan untuk menembus sel dan jaringan inang.
Hidupnya parasit pada manusia dan hewan. Contoh : Plasmodium
falciparum, Plasmodium malariae, Plasmodium vivax. Gregarina.
Jenis-jenisnya antara lain:
 Plasmodium falciparum Þ malaria tropika Þ sporulasi tiap hari
 Plasmodium vivax Þ malaria tertiana Þ sporulasi tiap hari ke-3(48 jam)
 Plasmodium malariae Þ malaria knartana Þ sporulasi tiap hari ke-4 (72 jam)
 Plasmodium ovale Þ malaria ovale
D. PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH PROTOZOA
1. Malaria
a. Pengertian
Protozoa darah adalah infeksi parasit protozoa melalui darah, yang
mengakibatkan penyakit malaria. Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan
oleh infeksi protozoa dan genus plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Anopheles yang masa inkubasi penyakit dapat beberapa hari sampai beberapa bulan.
Ada empat macam plasmodium yang menyebabkan malaria:
 Plasmodium falciparum, penyebab penyakit malaria tropika. Jenis malaria ini
bisa menimbulkan kematian.
 Plasmodium vivax, penyebab malaria tersiana. Penyakit ini sukar disembuhkan
dan sulit kambuh.
 Plasmodium malariae, penyebab malaria quartana. Di Indonesia penyakit ini
tidak banyak ditemukan.
 Plasmodium ovale, penyebab penyakit malaria ovale. Tidak terdapat di
Indonesia.
b. Penyebab
Plasmodium merupakan mikroorganisme penyebab penyakit malaria pada
manusia. Malaria merupakan penyakit yang banyak menyerang orang yang tinggal di
daerah tropis. Penyakit ini ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina yang membawa
Plasmodium dalam tubuhnya. Ketika Anopheles menggigit orang yang menderita
malaria, plasmodium akan terbawa dalam tubuh nyamuk dan hidup di dalamnya.
Apabila nyamuk tersebut menggigit orang yang sehat maka plasmodium akan masuk
ke tubuh orang tersebut, memperbanyak diri dan menyebabkan malaria.
Gambar 6.1: Nyamuk Anopheles sebagai vektor penyakit malaria
Sumber gambar: www.google.co.id

c. Pengertian Malaria
Penyakit Malaria merupakan penyakit tropis yang di sebabkan oleh Parasit
Genus Plasmodium yang termasuk golongan Protozoa melalui perantaraan gigitan
nyamuk Anopheles spp. Penyakit malaria dalam kasus yang parah dapat
menyebabkan kuning pada kulit, kejang, koma atau kematian. Penyakit ini di tularkan
oleh gigitan nyamuk dan gejala biasanya mulai 10-15 hari setelah di gigit.
d. Gejala Malaria
Gejala klasik malaria yang umum terdiri dari tiga stadium (trias malaria) yaitu :
 Periode dingin.
Mulai dari menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering membungkus
diri dengan selimut dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi
saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini
berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
 Periode panas.
Penderita berwajah merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas
badan tetap tinggi dapat mencapai 400C atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala,
terkadang muntah-muntah dan syok. Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat
sampai dua jam atau lebih diikuti dengan keadaan berkeringat.
 Periode berkeringat.
Mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur turun,
lelah dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat
melaksanakan pekerjaan seperti biasa. Di daerah dengan tingkat endemisitas malaria
tinggi, sering kali orang dewasa tidak menunjukkan gejala klinis meskipun darahnya
mengandung parasit malaria.
e. Penyebab dan Penularan Malaria
Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium. Sebetulnya ada banyak jenis
parasit Plasmodium, tapi hanya lima jenis yang menyebabkan malaria pada manusia.
Dua jenis parasit yang umum di Indonesia adalah Plasmodium falciparum dan
Plasmodium vivax.
1. Penularan Secara Alamiah (Natural infection)
Malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Nyamuk ini jumlahnya kurang
lebih ada 80 jenis dan dari 80 jenis itu, hanya kurang lebih 16 jenis yang menjadi
vektor penyebar malaria di Indonesia. Penularan secara alamiah terjadi melalui
gigitan nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi oleh plasmodium. Sebagian
besar spesies menggigit pada senja dan menjelang malam hari. Beberapa vektor
mempunyai waktu puncak menggigit pada tengah malam dan menjelang pajar.
Setelah nyamuk Anopheles betina mengisap darah yang mengandung parasit pada
stadium seksual (gametosit), gamet jantan dan betina bersatu membentuk ookinet di
perut nyamuk yang kemudian menembus di dinding perut nyamuk dan membentuk
kista pada lapisan luar dimana ribuan sporozoit dibentuk. Sporozoit-sporozoit
tersebut siap untuk ditularkan. Pada saat menggigit manusia, parasit malaria yang ada
dalam tubuh nyamuk masuk ke dalam darah manusia sehingga manusia tersebut
terinfeksi lalu menjadi sakit.
2. Penularan Tidak Alamiah (Not natural infection)
 Secara mekanik
Penularan terjadi melalui transfusi darah melalui jarum suntik.
 Secara oral
Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung (P. gallinasium), burung dara
(P. relection) dan monyet (P. knowlesi).
f. Siklus Hidup
Siklus hidup Plasmodium malariae ada 2, yaitu :
1. Siklus Aseksual
Sporozoit infeksius dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles betina dimasukkan
ke dalam darah manusia melalui tusukan nyamuk tersebut. Siklus eritrositik dimulai
saat merozoit memasuki sel-sel darah merah. Parasit tampak sebagai kromatin kecil,
dikelilingi oleh sitoplasma yang membesar, bentuk tidak teratur dan mulai
membentuk tropozoit, tropozoit berkembang menjadi skizon muda, kemudian
berkembang menjadi skizon matang dan membelah banyak menjadi merozoit.
Dengan selesainya pembelahan tersebut sel darah merah pecah dan merozoit, pigmen
dan sisa sel keluar dan memasuki plasma darah. Parasit memasuki sel darah merah
lainnya untuk mengulangi siklus skizogoni. Beberapa merozoit memasuki eritrosit
dan membentuk skizon dan lainnya membentuk gametosit yaitu bentuk seksual
(gametosit jantan dan betina) setelah melalui 2-3 siklus skizogoni darah.
2. Siklus Seksual
Terjadi dalam tubuh nyamuk apabila nyamuk Anopheles betina menghisap
darah yang mengandung gametosit. Gametosit yang bersama darah tidak dicerna.
Pada makrogamet (jantan) kromatin membagi menjadi 6-8 inti yang bergerak ke
pinggir parasit. Dipinggir ini beberapa filamen dibentuk seperti cambuk dan bergerak
aktif disebut mikrogamet. Pembuahan terjadi karena masuknya mikrogamet kedalam
makrogamet untuk membentuk zigot. Zigot berubah bentuk seperti cacing pendek
disebut ookinet yang dapat menembus lapisan epitel dan membran basal dinding
lambung. Ditempat ini ookinet membesar dan disebut ookista. Didalam ookista
dibentuk ribuan sporozoit dan beberapa sporozoit menembus kelenjar nyamuk dan
bila nyamuk menggigit/ menusuk manusia maka sporozoit masuk kedalam darah dan
mulailah siklus pre eritrositik.
Gambar 6.2: Siklus Hidup Malaria
Sumber gambar: www.google.co.id

g. Gejala Penyakit
Gejala dari penyakit malaria yang diinfeksi dari jenis parasit Plasmodium
falciparum yaitu penderita akan mengalami anemia hemolitik berat yang mana sel-sel
darah merah benar-benar akan menjadi rusak. Jenis parasit yang satu ini merupakan
jenis parasit yang paling berbahaya karena akibatnya bisa sangat fatal yaitu seperti
gagal ginjal, koma dan bahkan jika tidak mendapatkan penanganan khusus yang tepat
maka akan mengakibatkan kematian.
h. Diagnosis Malaria
Dokter mungkin meninjau ulang riwayat kesehatan Anda untuk mengetahui
apakah Anda baru-baru ini menjelajahi daerah rawan malaria. Pemeriksaan fisik
mungkin penting dalam beberapa kasus. Dokter juga dapat memastikan apakah Anda
mengalami pembengkakan limpa atau hati.
i. Pencegahan Penyakit Malaria
 Usahakan tidur dengan kelambu, memberi kawat kasa, memakai obat nyamuk
bakar, menyemprot ruang tidur, dan tindakan lain untuk mencegah nyamuk
berkembang di rumah.
 Menjaga kebersihan lingkungan dengan membersihkan ruang tidur, semak-
semak sekitar rumah, genangan air, dan kandang-kandang ternak.
 Memelihara ikan pada air yang tergenang, seperti kolam, sawah dan parit. Atau
dengan memberi sedikit minyak pada air yang tergenang.
 Menyemprot rumah dengan DDT

2. Disentri Amoeba
a. Pengertian
Disentri amoeba (amoebiasis) adalah infeksi atau peradangan usus yang
disebabkan oleh adanya Entamoeba histolytica. Setelah masuk lewat mulut, amoeba-
amoeba membentuk kista yang terlindung dari asam lambung saat masuk ke perut.
Dari perut, kista akan turun ke usus. Dinding pelapisnya kemudian pecah dan
melepaskan amoeba-amoeba yang akan mengakibatkan infeksi. Mereka bisa
membenamkan diri ke dinding usus dan menyebabkan terbentuknya abses kecil dan
ulkus (tukak).
b. Morfologi
Bentuk morfologi dari E. histolytica adalah termasuk dalam kelas Rhizopoda
dalam Protozoa. Ada 2 bentuk dalam perkembangan hidupnya yaitu, bentuk tropozoit
dan bentuk kista. Bentuk tropozoit E. histolytica dibagi menjadi 2 yaitu, bentuk
histolitika dan bentuk minuta.
* Bentuk Histolitika
* Ukuran 10-20 µm
Gambar 6.3. Morfologi E. histolitica
Sumber gambar: www.google.co.id

c. Siklus Hidup dan Habitat


Siklus hidup dimulai dari manusia menelan makanan/minuman yang
terkontaminasi oleh parasit tersebut, di lambung parasit tersebut tercerna, tinggal
bentuk kista yang berinti empat (kista masak) yang tahan terhadap asam lambung
masuk ke usus. Disini karena pengaruh enzim usus yang bersifat netral dan sedikit
alkalis, dinding kista mulai melunak, ketika kista mencapai bagian bawah ileum atau
caecum terjadi excystasi menjadi empat amoebulae.

Siklus 6.4: Siklus Hidup E. histolitica


Sumber gambar: www.google.co.id

Kista matang dikeluarkan bersama tinja penderita (1). Infeksi E. histolytica


oleh kista matang berinti empat (2) tinja terkontaminasi pada makanan, air atau oleh
tangan. Terjadi ekskistasi (3) terjadi dalam usus dan berbentuk tropozoit (4)
selanjutnya, bermigrasi ke usus besar. Tropozoit memperbanyak diri dengan cara
membelah diri (binary fission) dan menjadi kista (5), menumpang dalam tinja.
Karena untuk mempertahankan dirinya, kista akan dapat bertahan beberapa hari
sampai dengan berminggu-minggu pada keadaan luar dan penyebab penularan,
(bentuk tropozoit selalu ada pada tinja diare, namun dengan cepat dapat dihancurkan
oleh tubuh dan jika tertelan bentuk ini tidak dapat bertahan saat melewati lambung)
dalam banyak kasus, tropozoit akan kembali berkembang menuju lumen usus
d. Penyebab Penyakit Amoebiasis
 persediaan air yang terpolusi
 tangan infected food handler yang terkontaminasi
 kontaminasi oleh lalat dan kecoa
 penggunaan pupuk tinja untuk tanaman
 higiene yang buruk, terutama di tempat-tempat dengan populasi
tinggi, seperti asrama, rumah sakit, penjara, dan lingkungan
perumahan.
e. Gejala Penyakit
Gejala-gejala disentri amoeba biasanya meliputi:
 Diare yang disertai darah atau nanah.
 Sakit perut
 Demam dan menggigil.
 Mual atau muntah.
 Sakit saat buang air besar.
 Pendarahan pada rektum.
 Kehilangan nafsu makan.
 Penurunan berat badan.
Parasit terkadang bisa masuk ke aliran darah dan menyebar ke organ lain,
terutama hati.
d. Pencegahan
1. Tidak makan makanan mentah (sayuran, daging babi, daging sapi dan daging
ikan), buah dikonsumsi setelah dicuci bersih dengan air.
2. Minum air yang sudah dimasak sampai mendidih.
3. Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan
menjelang makan atau sesudah buang air besar.
4. Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan tinja
segar sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar tidak
mencemari sumber air.
5. Di Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar harus secara rutin diadakan
pemeriksaan parasit, sedini mungkin menemukan anak yang terinfeksi parasit
dan mengobatinya
6. Bila muncul serupa gejala infeksi parasit usus, segera periksa dan berobat ke
rumah sakit.

3. Trikhomoniasis
a. Pengertian
Penyakit Kelamin Trikhomoniasis adalah penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh protozoa parasit Trichomonas vaginalis, yang dapat menimbulkan
rasa tidak nyaman seperti gatal atau perih dan cairan berbau tidak sedap pada bagian
intim. Penyakit ini dapat menyerang pria ataupun wanita, namun wanita lebih rentan
tertular.
b. Morfologi
 Mempunyai ukuran antara 15 – 20 mikron x 10 mikron
 Tidak berwarna dan bentuknya cuboid
 Sitoplasmanya bergranula dimana granula tersebut pada umumnya terletak di
sekitar custa dan axostyle
 Membran bergelombang berakhir pada pertengahan tubuh, jadi tidak mempunyai
flagela bebas
 Sitostoma tidak ada
 Habitat pada vagina bagian atas serta prostat dan sekitarnya
 Makanannya adalah kuman-kuman, sel-sel vagina dsb
 T. vaginalis hanya dapat hidup pada pH > 5,5 – 7,5

Gambar 6.5: Trichomonas vaginalis


Sumber gambar: www.google.co.id

c. Penyebab dan Penularan


Trikomoniasis adalah penyakit yang sangat umum menular seksual (PMS)
yang disebabkan oleh T. vaginalis. Risiko tertularnya infeksi T. vaginalis didasarkan
pada jenis aktivitas seksual. Wanita yang terlibat hubungan seksual dapat beresiko
lebih besar terkena infeksi parasit ini.
Faktor risiko terinfeksi penyakit Trikomoniasis:
 Pasangan baru atau multi pasangan
 Kontak seksual dengan pasangan yang terinfeksi
 Menggunakan obat injeksi
d. Patologi
T. vaginalis menyerang mukosa urogenital manusia di mana menginduksi
peradangan. Ada banyak mekanisme yang dianggap bertanggung jawab untuk sukses
kolonisasi: mengikat dan degradasi komponen dari lendir dan protein matriks
ekstraseluler, mengikat sel inang termasuk sel epitel vagina dan sel-sel kekebalan,
Trikhomoniasis lebih sering terjadi pada wanita daripada pria karena pria
memiliki infeksi tanpa gejala. Bagi wanita, gejala yang berbusa, debit tipis hijau-
kuning vagina, iritasi vulvovaginal, nyeri vagina dan kemerahan dari vagina.
Perempuan juga memiliki prevalensi lebih tinggi dari kanker serviks invasif ketika
mereka memiliki trikhomoniasis. Pria memiliki uretritis non-gonoccocal dan
prostatitis kronis. Infeksi ini telah ditemukan terkait dengan kanker prostat. Dalam
kedua jenis kelamin, ada kerentanan yang lebih tinggi terhadap HIV dan infertilitas.
Pengobatan penyakit ini pada orang yang terinfeksi HIV dapat menyebabkan
penurunan HIV. Infeksi T. Vaginalis, biasanya ditularkan secara seksual (masa
inkubasi 3-28 hari). Tanda dan gejala biasanya muncul dalam waktu satu bulan
datang ke dalam kontak dengan Trichomonas. Berikut tanda atau gejala yang terjadi
pada perempuan dan pria.

Gambar 6.6: Trichomoniasis


Sumber gambar: www.wikiwand.com

e. Gejala Penyakit
Gejala pada wanita, antara lain:
 Bagian perut bawah terasa sakit
 Muncul rasa sakit atau tidak nyaman saat buang air kecil atau berhubungan intim
 Cairan vagian yang diproduksi akan berbusa dan biasanya lebih banyak, encer
atau kental. Keputihan bisa berwarna kekuningan atau hijau dan berbau amis.
 Timbul rasa nyeri, bengkak dan gatal pada area vagina, kadang gatal dibagian
paha dalam.
Sedang gejala pada pria adalah:
 Buang air kecil lebih sering disertai rasa sakit
 Muncul cairan putih pada penis
 Ujung penis akan terasa sakit, bengkak dan kemerahan. Rasa sakit ini juga bisa
muncul saat ejakulasi dini.
f. Pencegahan
 Setia pada pasangan
 Jika curiga apakah Anda atau pasangan Anda terjangkit penyakit ini, segera
periksakan kepada dokter untuk menjalani pemeriksaan.
 Penggunaan kondom laki-laki atau perempuan untuk setiap episode hubungan
seksual
 Menghindari hubungan seksual dengan banyak pasangan
 Menghindari asupan alkohol yang tinggi, yang dapat meningkatkan risiko
hubungan seksual dengan banyak pasangan dan tanpa menggunakan kondom.

4. Toxsoplasmosis
a. Pengertian
Protozoa Jaringan adalah protozoa yang hidup parasitik dalam sel-sel jaringan
atau sistem organ tertentu. Protozoa jaringan yang merupakan penyebab masalah
kesehatan di Indonesia antara lain Toxoplasma gondii. Stadia dalam tubuh manusia
dan inang hetero lainya adalah takhizoit dan sista, sedangkan dalam tubuh kucing
(inang mono) adalah oosista. Penyakit Toxsoplasmosis adalah infeksi yang bisa
mengancam pertumbuhan janin dan bisa menyebabkan keguguran yang disebabkan
oleh Toxoplasma gondii, yang berkembang biak dalam saluran pencernaan kucing
dan ikut keluar bersama fesesnya, terutama hidup di bak pasir tempat BAB kucing
dan di tanah atau pupuk kebun. Anda bisa terinfeksi oleh parasit ini ketika
membersihkan kotoran kucing atau memegang tanah yang terdapat feses kucing.
b. Penyebab Toxoplasmosis
Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang
dapat ditularkan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa, yaitu suatu
parasit intraselluler yang banyak terinfeksi pada manusia dan hewan peliaharaan.
Penderita Toxoplasmosis sering tidak memperlihatkan suatu tanda klinis yang jelas
sehingga dalam menentukan diagnosis penyakit toxoplasmosis sering terabaikan
dalam praktik dokter sehari-hari. Apabila penyakit toxoplasmosis mengenai wanita
hamil trismester ketiga dapat mengakibatkan hidrochephalus, khorioretinitis, tuli atau
epilepsi.
c. Siklus Hidup dan Morfologi
Toxoplasma gondii terdapat dalam 3 bentuk yaitu bentuk trofozoit, kista, dan
ookista. Trofozoit berbentuk oval dengan ukuran 3-7 um, dapat menginvasi semua sel
mamalia yang memiliki inti sel. Dapat ditemukan dalam jaringan selama masa akut
dari infeksi. Bila infeksi menjadi kronis trofozoit dalam jaringan akan membelah
secara lambat dan disebut bradizoit. Bentuk kedua adalah kista yang terdapat dalam
jaringan dengan jumlah ribuan berukuran 10-100 um. Kista penting untuk transmisi
dan paling banyak terdapat dalam otot rangka, otot jantung dan susunan syaraf pusat.
Bentuk yang ke tiga adalah bentuk ookista yang berukuran 10-12 um. Ookista
terbentuk di sel mukosa usus kucing dan dikeluarkan bersamaan dengan feces kucing.
Dalam epitel usus kucing berlangsung siklus aseksual atau schizogoni dan siklus atau
gametogeni dan sporogoni. Yang menghasilkan ookista dan dikeluarkan bersama
feces kucing. Kucing yang mengandung Toxoplasma gondii dalam sekali eksresi
akan mengeluarkan jutaan ookista. Bila ookista ini tertelan oleh hospes perantara
seperti manusia, sapi, kambing atau kucing maka pada berbagai jaringan hospes
perantara akan dibentuk kelompok-kelompok trofozoit yang membelah secara aktif.
Pada hospes perantara tidak dibentuk stadium seksual tetapi dibentuk stadium
istirahat yaitu kista. Bila kucing makan tikus yang mengandung kista maka terbentuk
kembali stadium seksual di dalam usus halus kucing tersebut.
Gambar 6.7: Kista Takizoid
Sumber gambar: www.google.co.id

Gambar 6.8: Siklus hidup Toksoplasma gondhii


Sumber gambar: www.google.co.id
d. Cara Penularan
Infeksi dapat terjadi bila manusia makan daging mentah atau kurang matang
yang mengandung kista. Infeksi ookista dapat ditularkan dengan vektor lalat, kecoa,
tikus, dan melalui tangan yang tidak bersih. Transmisi toxoplasma ke janin terjadi
utero melalui placenta ibu hamil yang terinfeksi penyakit ini. Infeksi juga terjadi di
laboratorium, pada peneliti yang bekerja dengan menggunakan hewan percobaan
yang terinfeksi dengan toxoplasmosis atau melalui jarum suntik dan alat laboratorium
lainnya yang terkontaminasi dengan Toxoplasma gondii.
e. Tanda dan Gejala
Tanda-tanda yang terkait dengan Toksoplasmosis yaitu
1. Toxoplasma pada orang yang imunokompeten
Hanya 10-20% dari infeksi toksoplasma pada orang imunokompeten dikaitkan
dengan tanda-tanda penyakit. Biasanya, pembengkakan kelenjar getah bening
(sering di leher). Gejala lain bisa termasuk demam, malaise, keringat malam,
nyeri otot, ruam makulopapular dan sakit tenggorokan.
2. Toxoplasmosis pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah
Toxoplasmosis pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah misalnya, pasien
dengan AIDS dan kanker. Pada pasien ini, infeksi mungkin melibatkan otak dan
sistem syaraf, menyebabkan ensefalitis dengan gejala termasuk demam, sakit
kepala, kejang-kejang dan masalah penglihatan, ucapan, gerakan atau pemikiran.
3. Toxoplasmosis Okular
Toxsoplasmosis okular oleh uveitis, sering unilateral, dapat dilihat pada remaja
dan dewasa muda, sindrom ini sering merupakan akibat dari infeksi kongenital
tanpa gejala atau menunda hasil infeksi postnatal. Infeksi diperoleh pada saat
atau sebelum kehamilan sehingga menyebabkan bayi toxoplasmosis bawaan.
Banyak bayi yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala saat lahir, namun sebagian
besar akan mengembangkan pembelajaran dan visual cacat atau bahkan yang
parah, infeksi yang mengancam jiwa di masa depan, jika tidak ditangani.
4. Toxoplasmosis pada wanita hamil
Kebanyakan wanita yang terinfeksi selama kehamilan tidak menunjukkan tanda-
tanda penyakit. Hanya wanita tanpa infeksi sebelumnya dapat menularkan infeksi
ke janin. Kemungkinan penyakit toxsoplasmosis bawaan terjadi ketika bayi baru
lahir, tergantung pada tahap kehamilan saat infeksi ibu terjadi. Pada kondisi
tertentu, infeksi pada wanita selama kehamilan menyebabkan abortus spontan,
lahir mati, dan kelahiran prematur. Aborsi dan stillbirths juga dapat
dipertimbangkan, terutama bila infeksi terjadi pada trimester pertama. Tanda dan
gejalanya yaitu penglihatan kabur, rasa sakit, fotofobia, dan kehilangan sebagian
atau seluruh keseimbangan tubuh.
5. Toxoplasmosis congenital
Bayi yang terinfeksi selama kehamilan trimester pertama atau kedua yang paling
mungkin untuk menunjukkan gejala parah setelah lahir. Tanda-tandanya yaitu
demam, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit kuning (menguningnya kulit
dan mata), sebuah kepala yang sangat besar atau bahkan sangat kecil, ruam,
memar, pendarahan, anemia, dan pembesaran hati atau limpa. Mereka yang
terinfeksi selama trimester terakhir biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda
infeksi pada kelahiran, tetapi mungkin menunjukkan tanda-tanda toksoplasmosis
okular atau penundaan perkembangan di kemudian hari.
b. Pencegahan
Terdapat beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari
penyakit Toxoplasmosis, antara lain
1. Mendidik ibu hamil tentang langkah-langkah pencegahan:
a. Gunakan iradiasi daging atau memasak daging pada suhu 150°F (66°C)
sebelum dimakan. Pembekuan daging tidak efektif untuk menghilangkan
Toxoplasma gondii.
b. Ibu hamil sebaiknya menghindari pembersihan sampah panci dan kontak
dengan kucing. Memakai sarung tangan saat berkebun dan mencuci tangan
setelah kerja dan sebelum makan.
2. Makanan kucing sebaiknya kering, kalengan atau rebus dan mencegah kucing
tersebut berburu (menjaga mereka sebagai hewan peliharaan dalam ruangan).
3. Menghilangkan feses kucing (sebelum sporocyst menjadi infektif). Feses kucing
dapat dibakar atau dikubur. Mencuci tangan dengan bersih setelah memegang
material yang berpotensial terdapat Toxoplasma gondii.
4. Cuci tangan sebelum makan dan setelah menangani daging mentah atau setelah
kontak dengan tanah yang mungkin terkontaminasi kotoran kucing.
5. Control kucing liar dan mencegah mereka kontak dengan pasir yang digunakan
anak-anak untuk bermain.
6. Penderita AIDS yang telah toxoplasmosis dengan gejala yang parah harus
menerima pengobatan profilaksis sepanjang hidup dengan pirimetamin,
sulfadiazine dan asam folinic.

3. Rangkuman
4. Penugasan dan Umpan Balik
1. Sebutkan dan jelaskan pengertian, ciri-ciri umum dan reproduksi dari protozoa
2. Jelaskan klasifikasi protozoa berdasarkan alat gerak
3. Sebutkan vektor penyebab Penyakit Malaria
4. Jelaskan gejala dan penularan Penyakit Malaria
5. Jelaskan usaha pencegahan Penyakit Malaria
6. Sebutkan penyebab Penyakit Amubiasis
7. Jelaskan gejala dan penularan Penyakit Amubiasis
8. Jelaskan usaha pencegahan Penyakit Amubiasis
9. Sebutkan penyebab Penyakit Trikhomoniasis
10. Jelaskan gejala dan penularan Penyakit Trikhomoniasis
11. Jelaskan usaha pencegahan Penyakit Trikhomoniasis
12. Sebutkan penyebab Penyakit Toxoplasmasis
13. Jelaskan gejala dan penularan Penyakit Toxoplasmasis
14. Jelaskan usaha pencegahan Penyakit Toxoplasmasis
N. O KEGIATAN BELAJAR 13 dan 14

1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan


1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan ciri-ciri klasifikasi dari
arthropoda
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan ciri-ciri, siklus hidup dan
perilaku dari nyamuk Anopheles
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan ciri-ciri dan siklus hidup
nyamuk Aedes dan Culex
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan perilaku (berkembangbiak,
tempat istirahat) dari nyamuk Aedes dan Culex
5. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan perbedaan morfologi larva,
pupa dan nyamuk dewasa antara nyamuk Anopheles dengan Aedes

2. Uraian Materi
ARTROPODA DAN PENYAKIT
Dosen: Dra. Denai Wahyuni, M.Si

A. PENDAHULUAN
Entomologi adalah ilmu yang mempelajari serangga (insekta). Ilmu ini
merupakan suatu studi yang terorganisasi untuk memahami fase kehidupan serangga
dan perannya di alam. Entomologi berasal dari kata entomos (potongan/irisan) dan
logos (ilmu). Dari jumlah tersebut, lebih dari 750.000 spesies telah berhasil diketahui
dan diberi nama. Jumlah tersebut merupakan kurang lebih 80% dari anggota Filum
Arthropoda.
Serangga terdiri atas beberapa bangsa (ordo), antara lain bangsa kumbang
(ordo coleoptera). Bangsa kupu-kupu (ordo lepidopetra), bangsa belalang (ordo
orthoptera), bangsa tabuhan (ordo hymenoptera) dan bangsa kepik (ordo hemiptera).
Tiap bangsa atau ordo tersebut memiliki ciri khas baik dalam bentuk, ukuran maupun
cara hidup.

Beberapa serangga memiliki struktur yang mengagumkan bila kita


bandingkan dengan vertebrata. Lebah dan tabuhan serta sejumlah semut (ordo
hymenopetra), misalnya, memiliki organ untuk bertelur (ovipositor) yang
berkembang menjadi ― penusuk beracun ― (sengat). Sengat tersebut merupakan satu
sarana yang bagus untuk menyerang dan mempertahankan diri. Serangga juga
memiliki aneka warna, dari yang sangat tidak menarik sampai sangat cemerlang.
Serangga adalah makhluk yang berdarah dingin. Bila suhu lingkungan
menurun, maka suhu tubuh mereka juga menurun dan proses fisiologinya menjadi
lamban. Beberapa serangga dapat hidup pada suhu yang sangat rendah dan beberapa
lagi mampu hidup pada suhu tinggi. Seangga tahan terhadap suhu rendah sebab
didalam jaringan tubuhnya tersimpan etilenaglikol.
Di alam perkembangan dan siklus hidup serangga mengalami tingkat-tingkat
dari yang sederhana sampai kompleks dan bahkan menakjubkan. Sebagai contoh
siklus hidup yang sederhana, dijumpai pada belalang. Siklus hidup belalang dimulai
dari telur, berikutnya telur menetas menjadi nimfa. Nimfa inilah yang kemudian
berkembang menjadi imago ‗ serangga dewasa ‗.
Arthropoda adalah binatang invertebrata, bersel banyak, bersegmen segmen,
bentuknya simetris bilateral, memiliki exoskeleton (rangka luar) yang terbuat dari
chitin, dan mempunyai beberapa pasang kaki dengan banyak sendi (athro = sendi;
poda = kaki).
Arthropoda diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu:
1. Crustacea atau Udang-udangan
2. Insecta atau serangga (Hexapoda)
3. Myriapoda atau lipan (kaki seribu)
4. Arachnida atau labah-labah
B. CIRI CIRI ARTHROPODA
Ciri-ciri umum dari Arthropoda sebagai berikut:
1. Tubuh beruas-ruas yang terbagi atas kepala (caput), dada (thoraks), dan badan
belakang (abdomen). Beberapa diantaranya ada yang memiliki kepala dan
dada yang bersatu (cephalothoraks).
2. Bentuk tubuh simetris bilateral
3. Rangka luar keras tersusun atas zat kitin
4. Sifat hidup ada yang parasit, heterotropik, dan hidup secara bebas
5. System peredaran darah terbuka (system lakuner) dan alat peredarannya
berupa jantung dan pembuluh-pembuluh darah terbuka
6. Alat pernapasan berupa trakea, insang, dan paru-paru yang merupakan
lembaran (paru-paru buku)
7. Alat pencernaan makanan lengkap terdiri atas mulut, kerongkongan usus, dan
anus
8. Sistem reproduksi terpisah, artinya ada hewan jantan dan ada hewan betina.
Reproduksi terjadi secara seksual dan aseksual (partenogenesis dan
paedogenesis)
9. System saraf berupa tangga tali dan alat peraba berupa antena
10. Hidupnya di darat, air tawar dan laut.

C. KELAS INSECTA
Insecta berasal dari bahasa Latin, Insectum yang berarti terpotong menjadi
bagian-bagian yang dikenal dengan serangga.
Ciri-ciri Insecta
1. Tubuh dibedakan menjadi 3 yaitu kepala, dada, dan perut. Pada kepala
terdapat satu pasang mata facet (majemuk), mata tunggal (ocellus), dan satu
pasang antena sebagai alat peraba. Kaki berubah bentuk disesuaikan dengan
fungsinya
2. Alat pencernaan terdiri dari mulut, kerongkongan, tembolok, lambung, usus,
rektum, dan anus. Alat mulut difungsikan untuk mengunyah, mengigit,
menjilat dan mengisap. Bagian mulut ini terdiri atas rahang belakang
(mandibula), rahang depan (maksila), dan bibir atas (labrum) serta bibir
bawah (labium)
3. Dada (torax) terdiri dari tiga ruas yaitu protorax, mesotorax, dan metatorax.
Pada segmen terdapat sepasang kaki. Setiap mesotoraks dan metatoraks
terdapat dua pasang sayap, tetapi ada juga yang tidak memiliki sayap
4. Sistem pernapasan dengan sistem trakhea
5. Sistem saraf tangga tali
6. Pada umumnya serangga mengalami perubahan bentuk (metamorfosis) dari
telur sampai dewasa. Tempat hidup di air tawar dan darat
7. Sistem peredaran darah terbuka
8. Alat kelamin terpisah (jantan dan betina), pembuahan internal
9. Perut (abdomen) memiliki sebelas (11) ruas atau beberapa ruas saja. Pada
belalang betina, bagian belakang perut terdapat ovipositor yang berfungsi
untuk meletakkan telurnya. Pada segmen pertama terdapat alat pendengaran
atau membram Tympanum.
Ordo Diptera
Diptera (bahasa Yunani:di berarti "dua", ptera berarti "sayap") adalah ordo
klasifikasi dari kelas Insecta (serangga) yang didasarkan atas sayapnya yang
mempunyai ciri hanya menggunakan sepasang sayap tipis yang fungsional untuk
terbang, sementara sepasang lain hanya sebagai pembantu penstabil atau sebagai
detektor kecepatan udara (atau dikenal dengan istilah halterer) Walaupun banyak
serangga yang bisa terbang, namun hanya diptera yang dianggap sebagai lalat sejati
karena karakter ini. Diptera memiliki mata faset yang besar jika dibanding tubuhnya.
Antenanya bisa pendek (Brachycera) maupun panjang (Nematocera).

A. Famili Culicidae
1. Tribus Anophelini
Nyamuk termasuk serangga (Arthropoda: Insecta). Tubuhnya terbagi tiga
bagian: kaput, toraks, abdomen. Pada kepala ada bagian mulut yang disebut probosis
yang lurus ke depan (pada Tribus Culicini dan Anophelini) atau bagian depannya
melemgkung ke arah perut (Tribus megarhini), sepasang antena, dan sepasang palpus
maksilaris. Nyamuk jantan antena tipe plumose, yang betina tipe pilose. Tipe bag.
mulut menusuk dan mengisap. Pada toraks melekat 3 pasang kaki, dan sepasang
sayap, dan sepasang halter (sayap yang sangat mereduksi, bentuknya seperti halter).
Genus Anopheles
Nyamuk Anopheles spp mempunyai klasifikasi binomium nomenklatur
sebagai berikut :

Filum : Arthropoda

Klas : Hexapoda

Ordo : Diptera

Sub Ordo : Nematocera

Familia : Culicidae

Sub Familia : Culicinae

Tribus : Anophelini

Genus : Anopheles

Spesies : Anopheles sundaicus, Anopheles maculatus,

Di Indonesia sampai saat ini nyamuk Anopheles spp berjumlah 90 jenis, beberapa diantaranya
sebagai penular penyakir malaria. Nyamuk Anopheles spp penular penyakit malaria hanya
berjumlah 18 spesies
a. Siklus Hidup Nyamuk Anopheles
o Telur
Jumlah telur rata-rata 150 butir. Frekuensi bertelur dua atau tiga hari. Lama
menetas dapat beberapa saat setelah kena air, hingga dua sampai tiga hari setelah
berada di air. Telur menetas menjadi jentik (larva). Telur nyamuk Anopheles spp
mempunyai pelampung, satu persatu diletakan di atas permukaan air
o Larva (Jentik)
Terletak di air dan mengalami empat masa pertumbuhan (stadium) yaitu :
Stadium I ± 1 hari, Stadium II ± 1-2 hari, Stadium III ± 2 hari, Stadium IV± 2-3
hari. Tiap pergantian stadium disertai dengan pergantian kulit. Umur rata-rata
pertumbuhan mulai jentik sampai menjadi kepompong berkisar antara 2-3 hari.
Pada waktu istirahat jentik sejajar dengan permukaan air, bebas berenang di air.
o Pupa (Kepompong).
Tidak memerlukan makanan, memerlukan udara. Menetas 1-2 hari menjadi
nyamuk.
o Dewasa
Pada umumnya nyamuk jantan menetas lebih dahulu daripada nyamuk betina.
Umur nyamuk mulai telur, larva, kepompong, nyamuk dewasa antara 2-14 hari.
Jumlah nyamuk jantan dan nyamuk betina yang menetas dari sekelompok telur
pada umumnya sama banyak (1 : 1). Perkawinan biasanya terjadi pada waktu
senja, cukup sekali, sebelum nyamuk betina pergi untuk menghisap darah.
Nyamuk jantan umurnya lebih pendek dari nyamuk betina ± seminggu. Nyamuk
jantan makanannya cairan buah-buahan atau sari madu tumbuhan sedangkan
nyamuk betina menghisap darah untuk pertumbuhan sel telurnya. Nyamuk jantan
tidak jauh dari tempat perindukannya. Nyamuk betina dapat terbang jauh antara
0.5-3 km.
b. Morfologi Nyamuk Anopheles spp Dewasa
Pada nyamuk betina dewasa palpi dan proboscis sama panjang sedangkan
pada nyamuk jantan palpi pada bagian ujung berbentuk alat pemukul. Pada saat
menggigit nyamuk Anopheles spp membentuk sudut 45o - 60o. Nyamuk Anopheles
spp lebih menyukai mengisap darah di luar bangunan
c. Penyakit disebabkan nyamuk Anopheles (Malaria)
Malaria adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk dari manusia dan
hewan lain yang disebabkan oleh protozoa parasit dalam tipe Plasmodium.
 Gejala penyakit malaria
Malaria menyebabkan gejala yang biasanya termasuk demam, kelelahan,
muntah, dan sakit kepala. Dalam kasus yang parah dapat menyebabkan kulit kuning,
kejang, koma, atau kematian. Gejala biasanya muncul sepuluh sampai lima belas hari
setelah digigit. Jika tidak diobati, penyakit mungkin kambuh beberapa bulan
kemudian. Pada mereka yang baru selamat dari infeksi, infeksi ulang biasanya
menyebabkan gejala ringan. resistensi parsial ini menghilang selama beberapa bulan
hingga beberapa tahun jika orang tersebut tidak terpapar terus-menerus dengan
malaria.
 Cara penularan penyakit malaria
1. Penularan secara alamiah (natural infection) penularan ini terjadi melalui gigitan
Nyamuk Anopheles. Bila Nyamuk Anopheles mengigit orang yang sakit malaria,
maka parasit akan ikut terhisap bersama darah penderita. Dalam tubuh nyamuk,
parasit tersebut berkembang biak. Sesudah 7-14 hari apabila nyamuk tersebut
mengigit orang sehat, maka parasit tersebut akan di tularkan ke orang tersebut.
Di dalam tubuh manusia parasit akan berkembang biak, menyerang sel-sel darah
merah. Dalam waktu kurang lebih 12 hari, orang tersebut akan sakit malaria
2. Penularan yang tidak alamiah.
a. Malaria bawaan (congenital).
Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria,
penularan terjadi melalui tali pusat atau placenta.
b. Secara mekanik.
Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik.
Penularan melalui jarum suntik yang tidak steril lagi. Cara penularan ini
pernah dilaporkan terjadi disalah satu rumah sakit di Bandung pada tahun
1981, pada penderita yang dirawat dan mendapatkan suntikan intra vena
dengan menggunakan alat suntik yang dipergunakan untuk menyuntik
beberapa pasien, dimana alat suntik itu seharusnya dibuang sekali pakai
(disposeble).

b). Tribus Culicini (Aedes, Cuex, Mansonia)


1. Aedes sp.
a. Klasifikasi Nyamuk A. aegypti
Klasifikasi Nyamuk A. aegypti menurut Linaeus (1762) sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Dipthera
Famili : Culicidae
Genus : Aedes
Spesies : Aedes aegypti
b. Morfologi Nyamuk A. aegypti
Nyamuk A. aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna
hitam kecoklatan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis
melengkung vertikal dibagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies. Nyamuk
jantan umumnya lebih kecil dari betina dan memiliki rambut-rambut tebal pada
antenanya. Kalau dibandingkan dengan Aedes albopictus terdapat perbedaan dimana
pada A. aegypti, di bagian punggung terdapat dua garis lengkung secara vertikal di
bagian kiri dan kanan,
Gambar 7.4 Morfologi nyamuk A. aegypti
Sumber: Depkes RI, 2012
Nyamuk A. aegypti mempunyai probosis berwarna gelap pada bagian kepala
yang panjangnya melebihi panjang kepala. Probosis nyamuk betina digunakan untuk
menghisap darah, sedangkan pada nyamuk jantan hanya untuk menghisap bahan-
bahan cair seperti tumbuhan dan buah-buahan. Palpus terdapat di kiri dan kanan
probosis dan sapasang antena. Antena pada nyamuk jantan berambut lebat (plumosa)
dan pada nyamuk betina jarang (pilose). Nyamuk mempunyai tiga pasang kaki
(heksapoda) yang melekat pada toraks dan tiap kaki terdiri dari satu ruas femur, satu
ruas tibia dan lima ruas tarsus
c. Siklus Hidup Nyamuk A. aegypti
Dalam kehidupannya nyamuk A. aegypti mengalami metamorfosis sempurna
dimana kehidupannya terdiri dari beberapa stadium, yaitu stadium telur, larva, dan
pupa yang hidup di dalam air dan stadium dewasa yang hidup beterbangan di udara.
Nyamuk A. aegypti meletakkan telurnya pada penampungan air bersih yang dasarnya
bukan tanah seperti bak mandi, kontainer, gentongan, ember, kaleng, dan lain-lain.
Gambar 7.5 Siklus Hidup nyamuk A. aegypti
Sumber: Depkes RI, 2012

d. Perilaku Nyamuk A. aegypti


Nyamuk A aegypti menyenangi tempat atau area yang gelap dan benda-benda
berwarna hitam atau merah untuk tempat beristirahat baik di dalam rumah dan
bangunan, termasuk kamar tidur, kamar mandi, dan benda yang bergantung seperti
baju dan di dinding, Sedangkan nyamuk jantan beristirahat di tempat peridukannya.
Kebiasaan menghisap darah dari nyamuk A. aegypti disebut antropofiilik yang suka
menghisap darah manusia yang bersifat diurnal yang aktif pada pagi dan sore hari
setelah matahari terbit pagi pada pukul 09.00-11.00 WIB dan sore selama beberapa
jam sebelum gelap pada pukul 15.00- 17.00 WIB. Kemampuan terbang nyamuk
Aedes aegypti mencapai radius 100-200 m.
e. Penyakit disebabkan nyamuk Aedes
Demam berdarah atau demam dengue (disingkat DBD) adalah infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue. Nyamuk atau/ beberapa jenis nyamuk menularkan
(atau menyebarkan) virus dengue. Demam dengue juga disebut sebagai "breakbone
fever" atau "bonebreak fever" (demam sendi), karena demam tersebut dapat
menyebabkan penderitanya mengalami nyeri hebat seakan-akan tulang mereka patah.
 Gejala DBD
Sejumlah gejala dari demam dengue adalah demam; sakit kepala; kulit
kemerahan yang tampak seperti campak; dan nyeri otot dan persendian. Pada
sejumlah pasien, demam dengue dapat berubah menjadi satu dari dua bentuk yang
mengancam jiwa. Yang pertama adalah demam berdarah, yang menyebabkan
pendarahan, kebocoran pembuluh darah (saluran yang mengalirkan darah), dan
rendahnya tingkat trombosit darah (yang menyebabkan darah membeku). Yang kedua
adalah sindrom renjat dengue, yang menyebabkan tekanan darah rendah yang
berbahaya.
 Penularan
Virus dengue biasanya menginfeksi nyamuk A. aegypti betina saat dia
menghisap darah dari seseorang yang sedang dalam fase demam akut (viraemia),
yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul. Nyamuk menjadi
infektif 8-12 hari (periode inkubasi ekstrinsik) sesudah mengisap darah penderita
yang sedang viremia dan tetap infektif selama hidupnya.
 Pencegahan
Berikut ini diberikan tiga perilaku terpenting yang bisa menurunkan dengan
cepat jumlah kasus kejangkitan penyakit DBD:
1. Pemberantasan sarang nyamuk
2. Meniadakan tempat peristirahatan nyamuk
3. Menghindari gigitan nyamuk
2. Culex sp.
a. Klasifikasi
Klasifikasi Culex menurut adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Subordo : Nematocera
Family : Culicidae
Subfamilia : Culianeae
Genus : Culex
Species : Culex quinquefasciatus
b. Morfologi

Nyamuk Culex sp mempunyai ukuran kecil sekitar 4-13 mm dan tubuhnya


rapuh. Pada kepala terdapat probosis yang halus dan panjangnya melebihi panjang
kepala. Probosis pada nyamuk betina digunakan sebagai alat untuk menghisap darah,
sedangkan pada nyamuk jantan digunakan untuk menghisap zat-zat seperti cairan
tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan juga keringat. Terdapat palpus yang
mempunyai 5 ruas dan sepasang antena dengan jumlah ruas 15 yang terletak di
kanan dan kiri probosis. Pada nyamuk jantan terdapat rambut yang lebat (plumose)
pada antenanya, sedangkan pada nyamuk betina jarang terdapat rambut (pilose)
c. Siklus hidup
Nyamuk Culex sp memiliki siklus hidup sempurna mulai dari telur, larva,
pupa, dan imago (dewasa) antara lain sebagai berikut :
1. Telur
Seekor nyamuk betina dapat menempatkan 100-400 butir telur pada
tempat peindukan. Sekali bertelur menghasilkan 100 telur dan telur akan
menjadi jentik setelah sekitar 2 hari. Di atas permukaan air, nyamuk Culex sp
menempatkan telurnya secara menggerombol dan berkelompok untuk
membentuk rakit.
2. Larva
Telur akan mengalami penetasan dalam jangka waktu 2-3 hari sesudah
terjadi kontak dengan air. Faktor temperatur, tempat perkembangbiakan, dan
keberadaan hewan pemangsa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
larva. Lama waktu yang diperlukan pada keadaan optimum untuk tumbuh dan
berkembang mulai dari penetasan sampai menjadi dewasa kurang lebih 7-14
hari.
3. Pupa
Tubuh pupa berbentuk bengkok dan kepalanya besar. Sebagian kecil
tubuh pupa kotak dengan permukaan air, berbentuk terompet panjang dan
ramping, setelah 1-2 hari akan menjadi nyamuk Culex. Stadium kepompong
terjadi dalam jangka waktu mulai satu sampai dua hari.
d. Penyakit yang ditimbulkan nyamuk Culex sp
Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Culex sp ini banyak ditemukan di
wilayah tropika seluruh dunia termasuk Negara Indonesia. Menurut data Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan 233 kabupaten masih termasuk daerah
endemis (daerah rawan penyakit) dan prevalensi (kejadian kasus penyakit) filariasis
di Indonesia masih tinggi di wilayah timur Indonesia, yakni sekitar 20 persen.
Nyamuk genus Culex merupakan nyamuk yang banyak terdapat di sekitar
kita. Beberapa spesies nyamuk ini sudah dibuktikan sebagai vektor penyakit. Di
Indonesia, ada 23 spesies nyamuk sebagai vektor penyakit filariasis, dari genus
Anopheles, Aedes, Culex, dan Mansonia diantaranya adalah Culex quinquefasciatus
dan Culex bitaeniorrhynchus. Biasanya, nyamuk genus Culex ini menyukai tempat-
tempat kotor, seperti limbah domestik.
1). Filariasis (Kaki Gajah)
Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk seperti Anopheles,
Culex, Mansonia, Aedes. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tak
mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran
kaki, lengan, dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.
 Cara penularan
Penderita awalnya digigit nyamuk yang sudah
"terkontaminasi" larva stadium III. Siklus penularan penyakit kaki gajah melalui dua
tahap. Pertama, tahap perkembangan dalam tubuh nyamuk. Kedua, tahap
perkembangan dalam tubuh manusia.
 Gejala
Demam selama 3-5 hari, pembengkakan kelenjar getah bening, panas dan
sakit terasa menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan.
2). Japanese encephalitis
Japanese encephalitis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus ini
disebarkan melalui gigitan nyamuk Culex.
 Cara penularan
Awalnya virus Japanese encephalitis berkembang biak dalam tubuh babi.
Lalu, nyamuk betina Culex mengisap darah babi dan menularkan virus ini saat
menggigit manusia.
 Gejala
Demam, sakit kepala, lemah, mengingau, mengantuk, lumpuh, bahkan pingsan.

3. Mansonia sp
a. Klasifikasi
Nyamuk Mansonia berukuran lebih besar, hitam atau coklat dengan sayap dan
kaki berkilau. Mereka berkembang biak di kolam dan danau yang mengandung
tanaman air tertentu, terutama jenis seperti Stratiotes pistia dan eceng gondok.
Taksonomi Mansonia adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Genus : Mansonia
Nyamuk Mansonia hidup di rawa-rawa, aliran sungai di tepi hutan atau
dalam hutan, larva dan pupa melekat dengan sifonnya pada akar - akar ranting
tanaman air, seperti enceng gondok, teratai, kangkung, dan sebagainya. Mansonia
bersifat agresif dan menghisap darah saat manusia berada dalam aktivitas malam hari
khususnya di luar rumah.
Telur mansonia saling berlekatan, bentuk telur lancip seperti duri, oval
panjang, satu ujung runcing seperti duri, berkelompok seperti roset. Biasanya terletak
dibalik permukaan tumbuhan air. Siphon berujung lancip dan berpigmen gelap (fase
larva). Corong pernafasan seperti duri (fase pupa). Sisik sayap lebar dan asimetris.
sisik lebar dan simetris, sebagian lagi sempit dan belang- belang putih. Ada gambaran
dua garis atau bundaran yang berwarna putih.

b. Ciri –ciri Mansonia


Pada saat hinggap tidak membentuk sudut 90º. Bentuk tubuh besar dan
panjang. Bentuk sayap asimetris. Menyebabkan penyakit filariasis. Penularan
penyakit dengan cara membesarkan tubuhnya. Warna tubuhnya coklat kehitaman.

B. Famili Muscidae
Genus Musca domestica
Lalat termasuk ke dalam ordo Diptera yang menurut asal katanya ―Di‖ artinya
dua, ―ptera‖ yang artinya sayap dan arti keseluruhannya adalah serangga yang
memiliki dua sayap (sepasang sayap) atau insekta yang bisa terbang. Lalat rumah
merupakan spesies Musca domestica dan dimasukkan dalam kelompok Artrhopoda
atau binatang beruas, memiliki kerangka luar atau eksoskeleton yang mengandung
khitin yang dapat mengelupas apabila tubuh mengembang
a. Taksonomi Lalat Rumah (Musca domestica)
Secara taksonomi lalat rumah dapat diklasifikasikan sebagai:
Tabel 7.2 Klasifikasi Lalat Rumah
Penjelasan saintifik
Phylum Artropoda
Class Insecta
Ordo Diptera
Family Muscidae
Genus Musca
Species Musca domestica
Sumber: Hastutiek et, al, 2007
b. Ciri-Ciri Lalat Rumah
M. domestica berukuran sebesar biji kacang tanah, berwarna hitam
kekuningan, secara umum lalat ini mempunyai ciri berwarna kelabu.
1) M. domestica jantan berukuran panjang tubuh 5,8-6,5 mm dan yang betina
berukuran panjang 6,5-7,5 mm.
2) Tubuh terbagi menjadi tiga bagian yaitu kepala dengan sepasang antena, toraks,
abdomen.
a. Kepala
Kepala M. domestica relatif besar dengan dua matamajemuk yang bertemu
digaris tengah untuk lalat jantan, sedangkan lalat betina dua mata majemuk
terpisahkan oleh ruang muka. Tipe mulut adalah sponging yang disesuaikan
dengan makanannya yang berupa cairan. Bagian mulut lalat digunakan sebagai
alat penghisap makanan yang disebut dengan labium. Pada ujung labium terdapat
labella yang menghubungkan antara labium dengan rongga tubuh (haemocoele).
b. Toraks
Terbagi atas tiga bagian yaitu prothoraks, mesotoraks dan metathoraks.
Toraks berwarna abu-abu kekuningan sampai gelap dan mempunyai empat baris
garis hitam longitudinal dengan lebar yang sama dan membentang sampai ke tepi
skutum, dengan tiga pasang kaki dan sepasang sayap
c. Abdomen
Ditandai dengan warna dasar kekuningan serta didapatkan garis hitam di
bagian media yang difusi sampai disegmen keempat. Pada lalat betina disamping
ciri tersebut juga terdapat garis hitam yang difusi dikedua sisi abdomen.
Ordo ini memiliki tipe alat mulut untuk mengunyah dan menghisap atau
menjilat dan menghisap membentuk alat mulut yang sepeti belalai disebut probosis.
Probosis ini dapat ditarik ke dalam atau dijulurkan sesuai dengan keperluan hewan
tersebut. Sesuai dengan namanya, hewan dari ordo ini mempunyai 2 pasang sayap
depan, sedangkan sayap belakang berubah bentuknya menjadi suatu bulatan kecil
yang disebut haltere. Haltere ini digunakan sebagai alat keseimbangan dan alat untuk
mengetahui keadaan angin
c. Ciri-ciri Lalat Rumah
Lalat rumah berukuran sedang, panjangnya 6-7,5 mm, berwarna hitam keabu-
abuan dengan empat garis memanjang pada bagian punggung. Mata lalat betina
mempunyai celah lebih lebar dibandingkan lalat jantan. Antenanya terdiri atas 3 ruas,
ruas terakhir paling besar, berbentuk silinder dan memiliki bulu pada bagian atas dan
bawah Bagian mulut atau probosis lalat seperti paruh yang menjulur digunakan untuk
menusuk dan menghisap makanan berupa cairan atau sedikit lembek. Bagian ujung
probosis terdiri atas sepasang labella berbentuk oval yang dilengkapi dengan saluran
halus disebut pseudotrakhea tempat cairan makanan diserap. Sayapnya mempunyai
empat garis (strep) yang melengkung ke arah kosta/rangka sayap mendekati garis
ketiga. Garis pada sayap merupakan ciri pada lalat rumah dan merupakan pembeda
dengan musca jenis lainnya. Pada ketiga pasang kaki lalat ini ujungnya mempunyai
sepasang kuku dan sepasang bantalan disebut pulvilus yang berisi kelenjar rambut.
Pulvilus tersebut memungkinkan lalat menempel atau mengambil kotoran pada
permukaan halus kotoran ketika hinggap di sampah dan tempat kotor lainnya
d. Siklus Hidup Lalat Rumah
Lalat rumah membutuhkan waktu 8-10 hari pada suhu 300 C dalam satu
siklus hidupnya (telur, larva, pupa, lalat dewasa)
1) Telur
Telur Lalat

Gambar 7.6 Telur Lalat Rumah


Sumber Gambar: Arroyo et,al

Telurnya berbentuk pisang, berwarna putih kekuningan, panjang kira-kira 1mm.


Betina bertelur dalam bentuk kelompok pada bahan organik yang sedang membusuk
dan lembab tetapi bukan cairan. Kelembaban tinggi diperlukan untuk kelangsungan
hidupnya, mereka akan menetas dalam waktu 10-12 jam pada suhu 300 C
2) Larva

Gambar 7.7: Larva lalat rumah


Sumber gambar: Arroyo et,al
Larvanya tumbuh dari 1mm hingga menjadi 12-13 mm setelah 4-5 hari pada
suhu 300 C melewati tiga fase instar. Larva instar I dan II berwarna sedangkan instar
III berwarna putih kekuningan. Larva memiliki sepasang spirakel posterior yang jelas
dan memakan bakteri, ragi serta bahan-bahan dekomposisi. Larva awalnya menyukai
suhu dan kelembaban yang tinggi tetapi menghindari cahaya. Sebelum menjadi pupa
larva berhenti makan dan pindah ke tempat yang lebih kering dan dingin. Larva akan
mati pada suhu 730 C
3) Pupa

Gambar 7.8: Pupa lalat rumah


Sumber gambar: Arroyo et,al
Ketika terjadi pupa kulit larva mengkerut dan membentuk puparium seperti
peluru dengan menggelembungkan kantong berisi darah (ptilinum) kedalam kepala.
Stadium pupa sekitar 2-8 hari atau tergantung dari temperatur setempat. Bentuk bulat
lonjong dan hitam, stadium ini kurang bergerak atau tidak bergerak sama sekali.
Panjangnya ± 5 mm. Mempunyai selaput luar yang keras disebut posterior spiracle
Dengan kontraksi kantong memanjang lalat muda akan keluar dan mengangkat
terbang badannya keluar dari tempat perindukan. Awalnya lalat muda tampak lunak,
pucat, abu-abu dan tanpa sayap, setelah istirahat sayap dikembangkan dan kutikula
mengeras serta warnanya gelap. Lalat muda mulai mencari makan setelah sayapnya
mengembang dalam waktu 2-24 jam setelah muncul dari pupa
4). Lalat Dewasa

Gambar 7.9 : Lalat Rumah Dewasa


Sumber gambar: Arroyo et,al
Perkawinan terjadi diantara lalat setelah 24 jam pada lalat jantan dan 30 jam
pada lalat betina. Atraksi visual penting dalam proses perkawinan dan melibatkan
feromon kelamin. Telur kelompok pertama diletakkan setelah 2-3 hari pada suhu 300
C dengan jumlah telur100-150 butir setiap oviposisi. Di laboratorium, seekor lalat
betina mampu menghasilkan lebih dari 10 kelompok telur dengan interval setiap 2
hari atau lebih. Dalam kondisi alam, lalat rumah hidup hanya 2 atau 3 kelompok telur.
Lalat betina bunting terbang kearah tempat perindukan karena tertarik oleh bau CO2,
amonia dan bau dari bahan yang sedang membusuk. Telurnya diletakkan jauh dari
permukiman untuk menghindari proses kekeringan. Umur lalat rumah antara 1-2
bulan dan ada yang sampai 6 atau 1 tahun
Tingkat pertumbuhan secara umum dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Suhu
merupakan faktor lingkungan yang penting untuk pertumbuhan populasi Musca
domestica,khususnya didaerah equator dan tropis, yaitu daerahyang menunjukkan
tingginya jumlah spesies. Lalat ini pertumbuhannya amat tinggi di Indonesia karena
didukung oleh faktor suhu, kelembaban serta tersedianya sumber makanan
Suhu lingkungan, kelembaban udara dan curah hujan adalah komponen cuaca
yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas makhluk hidup dialam. Siklus lalat sangat
dipengaruhi oleh cuaca, meskipun lalat lebih banyak hidup di daerah pemukiman,
tahap hidup pradewasa lebih banyak hidup bebas dialam, Larva lalat amat rentan
terhadap kelembaban, suhu udara yang menyimpang, dan curah hujan yang
berlebihan.
e. Perilaku Lalat Rumah
Umumnya daya terbang lalat tidak lebih 50 meter dari tempat perindukannya,
kecuali kalau keadaan memaksa maka dapat terbang beberapa kilometer. Selain
ketersediaan makanan, kelembaban dan adanya tempat bertelur yang aman, kecepatan
angin, bau, cahaya juga banyak mempengaruhi daya terbang lalat.
Lalat dewasa aktif pada siang hari, selalu berkelompok atau berkumpul dan
berkembang biak disekitar sumber makanannya. Pada malam hari biasanya istirahat
walaupun mereka dapat beradaptasi dengan cahaya yang lebih terang. Penyebaran
lalat sangat dipengaruhi oleh cahaya, temperatur, kelembaban. Untuk istirahat lalat
memerlukan suhu sekitar 350 C-400C, kelembaban 90%. Aktifitas terhenti pada suhu
<150C. Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik yaitu menyukai cahaya.
Pada malam hari tidak aktif, namun dapat aktif dengan adanya sinar buatan. Jumlah
lalat akan meningkat pada suhu 200 C-250C dan akan berkurang jumlahnya pada suhu
<100C atau>490C serta kelembaban yang optimal 90%.
f. Pola Hidup Lalat Rumah
1). Tempat hidup
Tempat yang paling disenangi oleh lalat adalah sampah dan buangan material
organik, kandang ternak, kandang ayam dan burung, kotoran ternak dan feses
manusia. Habitat pradewasa lalat berbeda dengan tahap dewasa. Tahap pradewasa
memilih habitat yang cukup banyak bahan organik yang sedang mengalami
dekomposisi, tahap dewasa juga menyukai sampah organik, hanya daerah jelajahnya
yang luas sehingga dapat memasuki rumah atau tempat manusia beraktifitas. Kedua
perbedaan ini menyebabkan kehidupan tahap pradewasa tidak bersaing dengan
kehidupan tahap dewasa. karena tanpa persaingan, maka lalat dapat berkembang
dengan optimal.
2). Tempat Peristirahatan
Pada siang hari lalat tidak makan tapi istirahat di dinding, langit-langit, rumput-
rumput dan tempat yang sejuk. Juga menyukai tempat yang berdekatan dengan
makanan dan tempat berbiaknya, serta terlindung dari angin dan matahari yang terik.
Di dalam rumah lalat istirahat pada pinggiran tempat makan, kawat listrik. Tempat
hinggap lalat biasanya pada ketinggian tidak lebih dari 5 meter. Pada waktu hinggap
lalat mengeluarkan ludah dan tinja yang membentuk titikhitam. Tanda-tanda ini
merupakan hal yang penting untuk mengenal tempat lalat istirahat.
3). Tempat perindukan
Tempat perindukan yang disenangi oleh lalat adalah tempat yang basah seperti
sampah basah, kotoran binatang, tumbuh-tumbuhan busuk, kotoran yang menumpuk
secara kumulatif /di kandang
a. Sampah dan sisa makanan dari hasil olahan
Lalat suka hinggap juga berkembang baik pada sampah, sisa makanan, buah-
buahan yang ada di dalam rumah maupun di pasar.
b. Kotoran Organik
Lalat berkembang biak pada kotoran organik seperti kotoran hewan dan kotoran
manusia. Tempat perindukan lalat rumah yang paling utama adalah pada kotoran
hewan yang lembab dan masih baru (normalnya lebih kurang satu minggu).
c. Air Kotor
Lalat Rumah berkembang biak pada pemukaan air kotor yang terbuka.
f. Gangguan Kesehatan Akibat Lalat Rumah
Dalam jumlah besar lalat bisa menjadi gangguan pada kehidupan manusia
yaitu, berperan sebagai vektor penyakit. M. domestica bertindak sebagai vektor
penyakit, artinya lalat ini bersifat pembawa/memindahkan penyakit dari satu tempat
ketempat lain. Terdapat dua macam vektor yaitu vektor mekanis dan vektor biologis.
Disebut vektor mekanis apabila agen penyakit didalam tubuh vektor tidak mengalami
perubahan. Sedangkan bila agen penyakit pengalami perubahan (bertambah banyak,
berubah siklus atau keduanya) didalam tubuh vektor disebut sebagai vektor biologis.
M. domestica bukan merupakan parasit obligat tetapi merupakan vektor yang
penting dalam penyebaran agen penyebab penyakit. Disamping itu juga dapat
menyebabkan myiasis atau memperparah keadaan luka pada jaringan akibat infestasi
lalat. M. domestica adalah spesies lalat yang banyak berperan sebagai vektor
mekanis pada beberapa penyakit. Seekor lalat M. domestica dapat membawa sekitar
lebih dari 100 macam organisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit pada
manusia dan hewan.
Selama ini lalat rumah dikenal hanya dapat menyebabkan penyakit secara tidak
langsung karena perannya sebagai vektor mekanik atau perantara berbagai penyakit.
Kontaminasi terjadi pada bagian mulut atau bagian tubuh lalat yang lain seperti kaki,
ketika lalat tersebut makan feses yang mengandung agen penyakit, kemudian terbang
dan hinggap pada makanan sehat sambil memindahkan agen penyebab penyakit.
Transmisi mekanis patogen biasanya harus terjadi dalam beberapa jam agar dapat
dengan efektif menginfeksi karena daya tahan sebagian agen penyebab penyakit
ketika berada dalam vektor pembawa sangat singkat.
Patogen ditularkan oleh M. domestica kemanusia saat lalat hinggap pada
makanan dan melakukan regurgitasi dari mulut yang secara alami dilakukan sebelum
dan selama menelan makanan. Lalat ini bukan pemakan darah, tetapi dapat mengikuti
lalat penghisap darah, makan darah yang busuk dan cairan jaringan. Agen penyakit
berpindah dari feses atau ludah pada kutikula dan probosis lalat kemanusia/hewan
akibat perilaku yang dikenal dengan istilah regurgitasi. Bibit penyakit dipindahkan
melalui rambut-rambut yang terdapat pada kaki dan badan serta bagian mulut dari
lalat. Kebiasaan terbang kemudian pergi dan kembali lagi dari feses kemakanan
sangat memungkinkan untuk terjadinya proses penularan penyakit.

Tabel 7.3 Beberapa Agen Penyakit yang Dapat Dipindahkan oleh


Lalat Rumah
Jenis Patogen Agen Penyakit
Protozoa Entamoeba histolytica, Toxoplasma gondii,
Sarcocystis sp, Trichomonas sp, Eimeria tenella
dan Isospora sp
Cacing Enterobius vermicularis, Ascaris lumricoides,
Ancylostoma, Necator, Taenia, Dipylidium canum,
Trichuris trishiura, Habronema muscae, Toxocara
canis dan Strongyloides stercoralis
Bakteri Acinetobacter sp, Cirtobacter freudii, Enterobacter
aerogenes, Enterobacter agglomerans, Hafnia
alvei, Klebsiella pneumonia, Morganell morganii,
Prteus vulgaris, Pseudomonas sp, Salmonell sp,
Listeria sp, Shigella sp, Vibrio cholera,
Staphylococcus aureus dan M. leprae
Virus Penyebab poliomeitis, hepatitis, trakhoma,
coxsackie, infeksi ECHO virus dan Aujeszky’s
disease (pseudorabies)
Fungi A.flavus, A. Niger varniger, Penicillium
corylophilum, P.fellutanum, Cladosporium
cladosporoides, Fussarium sp. Alternaria
alternata, Curvularia brachyspora, Mycelia
steriliadan Mucor ales order.
Sumber: Hastutiek et, al,2007

Lalat juga dapat memiliki dampak psikologis negatif karena kehadiran mereka
dianggap sebagai kondisi yang tidak higienis (WHO). Lalat rumah merupakan vektor
mekanik pada penyakit disentri, amuba, kolera beberapa cacing dan juga
menyebabkan miasis aksidental. Dari sekian banyak penyakit dengan Musca
domestica sebagai vektornya, yang paling banyak terjadi khususnya di Indonesia
adalah Amebiasis, cholera dan miasis.

D. PENGARUH ARTHROPODA BAGI KESEHATAN


Secara umum pengaruh artrhopoda bagi kesehatan manusia, sebagai berikut
1. Arthropoda Sebagai Penyebab Penyakit
Arthropoda sebagai penyebab penyakit dimana arthropoda dapat
menyebabkan penyakit tanpa perantara penular penyakit dalam artian secara
langsung, bisa berupa gangguan langsung maupun tidak langsung serta kendala
lainnya. Pada umumnya semua jenis arthropoda dapat menyebabkan penyakit , salah
satunya adalah entomophoby (rasa takut) ini tergantung dari orang yang mengalami
rasa takut terhadap jenis arhtropoda tertentu. Berikut penyakit yang disebabkan oleh
arthropoda tersebut, yaitu :
a. Entomophoby, yaitu rasa takut yang berlebihan terhadap arthropoda yang
meskipun tak berbahaya tetapi dapat menimbulkan suatu gangguan jiwa dan
kadang-kadang halusinasi sensoris
b. Annoyance, yaitu merasa terganggu oleh arthropoda
c. Kehilangan darah, yaitu disebabkan oleh gigitan arthropoda sehingga
menimbulkan kekurangan darah terutama pada hewan ternak
d. Kerusakan alat indera, disebabkan oleh arthropoda pada saat melakukan
perjalanan dengan kendaraan maka seringkali arthropoda masuk ke dalam
indera kita terutama mata sehingga akan menimbulkan luka pada mata
e. Racun serangga, yaitu manusia sering mengalami sengatan oleh arthropoda
yang biasa mengeluarkan bisanya
f. Dermathosis, yaitu dengan gigitannya akan menimbulkan iritasi pada kulit
g. Alergi, yaitu kepekaan yang berlebihan (hypersensitivitas) terhadap protein
yang berasal dari tubuh serangga/ produk yang dihasilkan oleh serangga
h. Miyasis, yaitu keberadaan larva serangga pada jaringan tubuh manusia.
2. Arthropoda Sebagai Vektor Penular Penyakit
Arthropoda sebagai vektor (penular) penyakit berarti arthropoda yang dapat
memindahkan suatu penyakit dari orang yang sakit terhadap orang yang sehat dimana
dalam hal ini arthropoda secara aktif menularkan mikroorganisme/ bibit penyakit
seperti kuman, virus, protozoa, cacing dsb dari penderita kepada orang yang sehat dan
juga sebagai tuan rumah perantara dari mikroorganisme tersebut, contoh arthropoda :
nyamuk, lalat, kutu, kecoak dsb. Penularan ini dapat terjadi secara biologik
(langsung) dan mekanik (tidak langsung).
a. Penularan Penyakit Secara Langsung
Penularan ini disebut juga Biological Transmission. Bila di dalam arthropoda
mikroorganisme penyebab penyakit mengalami perubahan bentuk atau jumlah
atau sifatnya di dalam tubuh arthropoda, maka arthropoda bertindak sebagai
vektor penyakit secara biologi.
Terdapat 4 jenis penularan, yaitu :
 Propagative, hama penyakit berkembang biak dengan jalan membagi
diri tanpa siklus,
 Cyclo Propagative, hama penyakit berkembang biak selain dengan cara
membagi diri juga mengalami siklus hidup
 Development, Hama penyakit berkembang dengan cara membesar
tanpa membagi-bagi diri.
 Hereditaria, Hama penyakit ditularkan kepada penderita lain dengan
melalui telurnya
b. Penyakit yang ditimbulkan secara mekanik
Secara mekanik, penularan dapat ditimbulkan melalui kaki, muntahan, ludah
atau bagian tubuh yang nampak dari arthropoda dsb, contoh : bakteri penyebab
penyakit Thypus abdominalis, bakteri penyebab penyakit kolera, dan bakteri E.
coli penyebab penyakit disentri.
Selain itu, berikut adalah penjelasan singkat mengenai golongan penyakit
berdasarkan faktor kehidupannya, yaitu :
a) Penyakit dengan 2 faktor kehidupan (manusia-athropoda), keadaan ini disebut
penyakit yang diakibatkan oleh pengaruh langsung arthropoda terhadap
manusia, contoh miyasis.
b) Penyakit dengan 3 faktor kehidupan (manusia-arthropoda vektor-kuman
(mikroorganisme lainnya)), keadaan ini merupakan gambaran umum penyakit
pada dasarnya merupakan tuan rumah dan arthropoda sebagai vektor bagi kuman,
contoh : penyakit DBD.
c) Penyakit dengan 4 faktor kehidupan (manusia-arthropoda vektor-kuman-
reservoir), keadaan penyakit ini disebut dengan zoonosis yaitu penyakit yang
pada awalnya ditularkan kepada hewan selain arthropoda dan kemudian dapat
ditularkan kepada manusia. demam kuning (yellow fever) yang asal mulanya
ditularkan pada kera dimana penyakit ini vektornya nyamuk A. aegepty
3. Cara bibit Penyakit masuk ke dalam tubuh manusia
Adapun cara bibit penyakit masuk ke dalam tubuh manusia, diantaranya:
a. Bibit penyakit masuk melalui sekresi dan kelenjar saliva (ludah) pada waktu
menggigit.
b. Bibit penyakit dapat masuk dari muntahan isi perut (abdomen).
c. Bibit penyakit dapat masuk melaui/berasal dari kotoran dan masuk melalui
luka pada waktu menggaruk.
d. Bibit penyakit dapat masuk melalui serangga yang tergaruk pada waktu

3. Rangkuman
Arthropoda adalah binatang invertebrata, bersel banyak, bersegmen segmen,
bentuknya simetris bilateral, memiliki exoskeleton (rangka luar) yang terbuat dari
chitin, dan mempunyai beberapa pasang kaki dengan banyak sendi (athro = sendi;
poda = kaki).
Arthropoda diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu:
1. Crustacea atau Udang-udangan
2. Insecta atau serangga (Hexapoda)
3. Myriapoda atau lipan (kaki seribu)
4. Arachnida atau labah-labah
Arthropoda Sebagai Penyebab Penyakit
Arthropoda sebagai penyebab penyakit dimana arthropoda dapat
menyebabkan penyakit tanpa perantara penular penyakit dalam artian secara
langsung, bisa berupa gangguan langsung maupun tidak langsung serta kendala
lainnya. Pada umumnya semua jenis arthropoda dapat menyebabkan penyakit, salah
satunya adalah entomophoby (rasa takut) ini tergantung dari orang yang mengalami
rasa takut terhadap jenis arhtropoda tertentu. Berikut penyakit yang disebabkan oleh
arthropoda tersebut, yaitu :
1. Entomophoby
2. Annoyance
3. Kehilangan darah
4. Kerusakan alat indera
5. Racun serangga
6. Dermathosis
7. Alergi
8. Miyasi
4. Penugasan dan Umpan Balik
1. Jelaskan ciri-ciri dari arthropoda
2. Jelaskan klasifikasi arthropoda
3. Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri, siklus hidup dan perilaku dari nyamuk Anopheles
4. Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Anopheles.
Berdasarkan keterangan ini jelaskan gejala dan patologi klinis dari penyakit
malaria.
6. Sebutkan serta menjelaskan ciri-ciri dan siklus hidup nyamuk Aedes dan Culex
7. Jelaskan perilaku (berkembangbiak, tempat istirahat) dari nyamuk Aedes dan
Culex
8. Jelaskan perbedaan morfologi larva, pupa dan nyamuk dewasa antara nyamuk
Anopheles dengan Aedes
9. Apakah usaha-usaha yang dilakukan dalam mengendalikan nyamuk Anopheles,
Aedes dan Culex sebagai vektor Penyakit Malaria, Demam Berdarah Dengue
(DBD) dan Penyakit Filariasis
10. Jelaskan pengaruh lalat terhadap kesehatan dan lingkungan
BAB III
EVALUASI PEMBELAJARAN

A. Kriteria Penilaian
Sistem penilaian pencapaian kompetensi yang dikembangkan mengacu pada
aktivitas pembelajaran didasarkan pada pencapaian aspek kognitif, psikomotor,
dan afektif yang terdiri dari :
No. Indikator Penilaian Persentase Penilaian
1. Tugas 20 %

2. Ujian Tengah 30 %
Semester (UTS)
3. Ujian Akhir 40 %
Semester (UAS)
4. Soft skill 10 %
TOTAL 100%

B. Nilai Kelulusan Mata Kuliah


Sistem penilaian berdasarkan acuan STIKes Hang Tuah Pekanbaru dalam nilai
angka mutu, huruf mutu, dan bobot. Nilai lulus setiap mata ajar adalah C.
Taraf Penguasaan Nilai Huruf Nilai Numerik
85 – 100 A 4,00
80 – 84 A- 3,70
75 – 79 B+ 3,30
70 – 74 B 3,00
65 – 69 B- 2,70
60 – 64 C+ 2,30
55 – 59 C 2,00
50 – 54 C- 1,70
40 – 49 D 1,00
0 – 40 E 0,00
C. Kriteria Mengikuti Ujian
1. Pencapaian kehadiran minimal 75%.
2. Telah mengumpulkan semua tugas yang telah diberikan.
BAB IV
AKTIVITAS PEMBELAJARAN

Mata Kuliah Dasar Biomedik 2 ini terdiri dari 14 (empat belas) pertemuan
pembelajaran. Oleh karena itu, disiapkan aktivitas pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Aktivitas pembelajaran yang akan
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah :
1. Small Group Discussion
Diskusi adalah salah satu element belajar secara aktif dan merupakan bagian dari
banyak model pembelajaran SCL yang lain. Mahasiswa peserta kuliah diminta
membuat kelompok kecil (5-10 orang) untuk mendiskusikan bahan yang
diberikan oleh dosen atau bahan yang diperoleh sendiri oleh kelompok tersebut.
Dengan aktifitas kelompok kecil, mahasiswa akan belajar :
a. Menjadi pendengar yang baik
b. Bekerja sama untuk tugas bersama
c. Memberikan dan menerima umpan balik yang konstruktif
d. Menghormati perbedaan pendapat
e. Mendukung pendapat dengan bukti
f. Menghargai sudut pandang yang bervariasi (gender, budaya, dll)
Aktifitas diskusi kelompok kecil dapat berupa :
a. Membangkitkan ide
b. Menyimpulkan poin penting
c. Mengakses tingkat skill dan pengetahuan
d. Mengkaji kembali topik dikelas sebelumnya
e. Menelaah latihan, quiz, tugas menulis
f. Memproses outcome pembelajaran pada akhir kelas
g. Memberi komentar tentang jalannya kelas
h. Menyelesaikan masalah
i. Brainstorming

1
2. Contextual Learning (CL)
CI adalah konsep belajar yang membantu dosen mengaitkan isi mata kuliah
dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari dan motivasi mahasiswa
untuk membuat keterhubungan antara pengetahuan dn aplikasinya dalam
kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat, prilaku kerja profesional
atau manajerial, enterpreneur maupun investor.

3. Case Study
Studi kasus adalah salah satu proses yang mendalam terhadap suatu keadaan atau
kejadian yang disebut sebagai kasus dengan menggunakan cara-cara yang
sistematis dalam melakukan pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi,
dan pelaporan hasilnya. Sebagai hasilnya, akan diperoleh pemahaman yang
mendalam tentang mengapa sesuatu terjadi dan dapat menjadi dasar bagi riset
selanjutnya. Studi kasus dapat digunakan untuk menghasilkan dan menguji
hipotesis

4. Discovery Learning (DL)


Metode belajar yang difokuskan pada pemanfaatan informasi yang tersedia, baik
yang diberikan dosen maupun yang dicari sendiri oleh mahasiswa, untuk
membangun pengetahuan dengan cara belajar mandiri.

2
A. Rincian Aktivitas Pembelajaran Mingguan
Pertemuan Hari/
No Jam Topi Metode Dosen
Ke Tanggal k
1 I Jumat/18 Reg A/ Sem 3 / Kontrak perkuliahan Contextual Learning DN
September 8.00-10.30 Ruang lingkup Biomedik 2 Discovery Learning,
2020 Mikroorganisme dan infeksi
2 II Jumat/25 Reg A/ Sem 3 / Ultra struktur , morfologi, Contextual Learning DN
September 8.00-10.30 dan pewarnaan kuman Discovery Learning
2020 (bakteri)

3 III Jumat/2 Reg A/ Sem 3 / Kasus penyakit yang disebabkan oleh Contextual Learning DN
Oktober 2020 8.00-10.30 bakteri Small Group Discussion
Discovery Learning
4 IV Jumat/9 Reg A/ Sem 3 / Struktur, morfologi dan Contextual Learning DN
Oktober 2020 8.00-10.30 reproduksi virus Discovery Learning

5 V Jumat/16 Reg A/ Sem 3 / Kasus penyakit yang disebabkan oleh Contextual Learning DN
Oktober 2020 8.00-10.30 virus Small Group Discussion
Discovery Learning
6 VI Jumat/23 Reg A/ Sem 3 / Fungi, morfologi, reproduksi, Contextual Learning DN
Oktober 2020 8.00-10.30 fisiologi dan klasifikasi fungi Discovery Learning

7 VII Jumat/30 Reg A/ Sem 3 / Kasus penyakit yang disebabkan oleh Contextual Learning DN
Oktober 2020 8.00-10.30 fungi dan yes Small Group Discussion
Discovery Learning

3
8 VIII UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) (A Reg: 6 November 2020)
9 IX Jumat/13 Reg A/ Sem 3 / Klasifikasi, sikus hidup, penularan Contextual Learning DN
November 8.00-10.30 penyakit yang disebabkan oleh cacing Discovery Learning
2020 (helminthes)

10 X Jumat/20 Reg A/ Sem 3 / Kasus penyakit yang disebabkan oleh Contextual Learning DN
November 8.00-10.30 cacing parasit (helminthes) Small Group Discussion
2020 Discovery Learning

11 XI Jumat/27 Reg A/ Sem 3 / Klasifikasi, siklus hidup, penularan Contextual Learning DN


November 8.00-10.30 penyakit yang disebabkan oleh parasit Discovery Learning
2020 protozoa.

12 XII Jumat/4 Reg A/ Sem 3 / Kasus penyakit yang disebabkan oleh Contextual Learning DN
Desember 8.00-10.30 parasit protozoa Small Group Discussion
2020 Discovery Learning

13 XIII Jumat/11 Reg A/ Sem 3 / Serangga vektor yang menyebabkan Contextual Learning DN
Desember 8.00-10.30 penyakit pada manusia Discovery Learning
2020
14 XIV Jumat/18 Reg A/ Sem 3 / Kasus penyakit yang disebabkan oleh Contextual Learning DN
Desember 8.00-10.30 serangga vector Small Group Discussion
2020 Discovery Learning

15 XV Jumat/25 B Reg/Sem3 : Pengendalian vektor Contextual Learning DN


Desember 16.30-18.00 Discovery Learning
2020
16 XVI UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) (A Reg: 6 Januari 2020)

4
B. Rincian Penugasan
No Topik Individu/Kelompok Kegiatan Dosen Kegiatan Mahasiswa
1 a. Mendiskusikan Kelompok Dosen: 1. Membuat laporan sesuai
mengenai Kasus 1. Pembagian kelompok menjadi dengan topik yang ditugaskan.
penyakit yang kelompok sesuai dengan topik 2. Pembuatan isi laporan sesuai
disebabkan oleh masing-masing dengan identifikasi serta
bakteri 2. Membuat makalah sesuai topic kepadatan jentik nyamuk
masing-masing dan membuat Aedes aegypti
b. Mendiskusikan serta mendiskusikan laporan 4 Mendiskusikan laporan
mengenai Kasus 3. Penilaian dilakukan sesuai 5. Melampirkan sumber dan
penyakit yang dengan format penilain referensi
disebabkan oleh 4. Ketepatan waktu survey,
virus membuat laporan dan
penguasan materi
c. Mendiskusikan
mengenai Kasus
penyakit yang
disebabkan oleh
fungi dan yes

5
d. Mendiskusikan
mengenai Kasus
penyakit yang
disebabkan oleh
cacing parasit
(helminthes)

e. Mendiskusikan
mengenai Kasus
penyakit yang
disebabkan oleh
parasit protozoa

f. Mendiskusikan
mengenai Kasus
penyakit yang
disebabkan oleh
serangga vector

6
C. Kaitan Capaian Pembelajaran Dengan Metode Pembelajaran Serta Metode Evaluasi
Metode Pembelajaran Metode Evaluasi
No Capaian pembelajaran Mini
lecture CL DL SGD Ujian Makalah Quiz
tulis
1 Menjelaskan mengenai Kontrak perkuliahan √ √
Ruang lingkup Biomedik 2
Mikroorganisme dan infeksi
√ √
2 Menjelaskan mengenai Ultra struktur , morfologi, √ √
dan pewarnaan kuman (bakteri)
√ √
3 Mendiskusikan mengenai Kasus penyakit yang √ √ √ √ √ √
disebabkan oleh bakteri

4 Menjelaskan mengenai Struktur, √ √


morfologi dan reproduksi virus √ √

5 Mendiskusikan mengenai Kasus penyakit yang √ √ √ √


disebabkan oleh virus

√ √

7
6 Menjelaskan mengenai Fungi, morfologi, √
reproduksi, fisiologi dan klasifikasi fungi
√ √ √
7 Mendiskusikan mengenai Kasus penyakit yang √ √ √ √ √ √
disebabkan oleh fungi dan yes

8 Menjelaskan mengenai Klasifikasi, sikus hidup, √ √ √ √


penularan penyakit yang disebabkan oleh cacing
(helminthes)

9 Mendiskusikan mengenai Kasus penyakit yang √ √ √ √ √ √


disebabkan oleh cacing parasit (helminthes)

Menjelaskan mengenai Klasifikasi, siklus hidup, √ √ √ √


10 penularan penyakit yang disebabkan oleh parasit
protozoa.

11 Mendiskusikan mengenai Kasus penyakit yang √ √ √ √ √ √


disebabkan oleh parasit protozoa

Menjelaskan mengenai Serangga vektor yang √ √ √ √


12 menyebabkan penyakit pada manusia

13 Mendiskusikan mengenai Kasus penyakit yang √ √ √ √ √ √


disebabkan oleh serangga vector

14 Menjelaskan mengenai Pengendalian vektor √ √ √ √

8
D. Daftar Referensi
1. Dasar-Dasar Mikrobiologi, Pelzaar
2. Dasar Biomedik Lanjutan, Denai Wahyuni
3. Parasitologi Kedokteran, oleh FKUI 2010
4. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, oleh FKUI

E. Lampiran

Lampiran 1
FORMAT PENILAIAN SEMINAR

Nama Mahasiswa
No Deskripsi Penilaian Skor Nilai

1 Aktivitas & Kreativitas


Menanggapi informasi, 31-40
memberikan ide
penyelesaian masalah
Ide bagus, tapi kurang aktif 21-30
mengemukakan ide
Mengkritik tanpa ada 11-20
penyelesaian masalah
Mengikuti diskusi tanpa ada 1-10
ide yang disampaikan

2 Sikap dalam Diskusi


Menghargai sikap dan 16-20
berinteraksi dengan baik
Mampu mengemukakan 11-15
pendapat tapi tidak
memfasilitasi teman untuk
berpendapat

Mampu berinteraksi tapi 6-10


sering menyalahkan
pendapat orang lain
Tidak serius dan 1-5
menghambat proses
diskusi

9
3 Relevansi dengan Tujuan Pembelajaran
Relevan 90 – 100% 16-30
Relevan 70 – 80% 11-15
Relevan 50 – 60% 1-10
Di luar tujuan 0
pembelajaran

4 Penjelasan Presenter

Pembicara tenang, intonasi 8-10


tepat, kontak mata baik,
tidak bergantung pada
catatan
Pembicara tenang, suara 6-7
datar, cukup sering
bergantung pada catatan
Suara monoton, tidak ada 3-5
ide di luar catatan, kontak
mata kurang
Pembicara cemas, audien 1-2
diabaikan, hanya
membaca berbagai catatan
daripada berbicara

TOTAL

Pekanbaru, ............................... 2020


Penilai

………………………

10
Lampiran 2

FORMAT PENILAIAN LAPORAN/


MAKALAH

Dimensi Sangat Memuask Cukup Kurang Di Skor


Memuaskan an Memuaskan Bawah
Standar
Konteks Bahasa/isi Bahasa/isi Bahasa/isi Informasi dan Tidak ada
bahasa/isi menggugah menambah deskriptif, data yang hasil
pembaca untuk informasi tidak terlalu disampaikan
mencaritahu pembaca menambah tidak menarik
konsep lebih pengetahuan dan
dalam membingung
kan

(9 – 10) (7 – 8) (4 – 6) (2 – 3) (0 – 1)

Kerapian Paper dibuat Paper cukup Dijilid biasa Dijilid namun Tidak ada
dengan sangat menarik, kurang rapi hasil
menarik dan walau tidak
menggungah terlalu
semangat mengundan g
pembaca (7 – 8)
(9 – 10) (4 – 6) (2 – 3) (0 – 1)

Referensi Berasal dari Berasal dari Berasal dari Berasal dari Tidak ada
sumber sumber buku dan sumber internet hasil
buku/jurnal dan buku/jurnal sumber internet (bukan jurnal)
penulisansesuai dan penulisan (bukan jurnal) dan penulisan
denganAPA tidak sesuai serta tidak sesuai
dengan APA wpenulisan dengan APA
tidak sesuai
dengan APA
(0 – 1)
(7 – 8) (4 – 6)
(9 – 10) (2 – 3)

Nilai Akhir = Total Skor X 100 Pekanbaru, 2020


30 Penilai

11

Anda mungkin juga menyukai