Anda di halaman 1dari 52

TOKSIKOLOGI

INDUSTRI

MAKOMUL AMIN, SKM, M.KES


1. Latar belakang
Kemajuan teknologi meningkat maka
penggunaan bahan kimia dalam industri
maupun kehidupan sehari-hari semakin
meningkat.
Disamping bermanfaat bahan kimia juga
berpengaruh negatif terhadap manusia,
hewan, tumbuh-tumbuhan maupun
lingkungan.
Aspek kuantitas atau jumlah/dosis sangat
menentukan dalam menilai toksisitas suatu
zat
Paraceleus (1943-1541)
• Suatu bahan kimia yang tidak beracun bisa
menjadi beracun pada dosis tinggi.
• Bahan kimia berdaya racun tinggi bisa
aman untuk kehidupan ketika diberikan
dalam dosis yang sesuai. (Racun tidak
berbahaya pada dosis rendah).
2. Defenisi
• Toksikologi
Ilmu yang mempelajari tentang racun, efek
racun, cara mendeteksi/cara mengukur, serta
mempelajari zat penawarnya/antodotum
• Racun (toksin)
Bahan/senyawa yg dlm jumlah relatif sedikit dpt
membahayakan kesehatan/jiwa manusia, atau
tdk dapat menimbulkan gejala gejala keracunan
• Toksisitas
• Suatu zat dikatakan sangat beracun
bila zat tersebut dapat diserap oleh
tubuh dengan cepat tetapi metabolisme
dan ekskresinya terjadi secara lambat
sehingga zat tersebut akan
menyebabkan perubahan dalam tubuh.
Toksikologi industri
• cabang toksikologi yg mempelajari
tentang pengaruh pemajanan bahan
bahan yg dipakai dari sejak awal sbg
bahan baku, proses produksi, hasil
produksi beserta penanganannya thd
tenaga kerja yg bekerja di unit produksi.
3. Perkembangan Toksikologi
• Cabang Ilmu toksikologi antara lain :
1) Farmako Toksikologi
Farmako toksikologi diperlukan unutk penelitian
terhadap daya racun obat-obatan, merupakan
ilmu toksikologi tertua
2) Toksikologi makanan dan kosmetika
Untuk memnuhi kebutuhan pengawetan dan
penyimpaan, agar produksi pangan dan
kosmetika terus ditingkatkan
3) Toksikologi Pestisida.
Pestisida adalah racun yang sengaja dibuat oleh
manusia untuk membunuh oerganisme
pengganggu dan insekta penyebar penyakit.
Perkembangan Toksikologi
4. Toksikologi Industri
Industri menggunakan bahan berbahaya dan beracun, maka
perlu dilakukan penentuan NAB, TLV, MAC, berdasarkan
jenis bahan yang digunakan.
5. Toksikologi Militer
Dalam berperang selain menggunakan senjata taham juga
menggunakan senjata kimia, biologis, dan fisis.
6. Toksikologi Forensik
bidang ini adalah untuk mempelajari penyebab kematian
seseorang Contoh Munir
7. Toksikologi Medis
Bidang yang mengembangkan uji coba obat baru terhadap
organ manusia
8. Toksikologi Lingkungan
Semua zat buangan sisa metabolisme dan kehidupan
manusia akan masuk ke lingkungan, maka perlu di kaji
toksikologi di dalam lingkungan.
PERKEMBANGAN TOKSIKOLOGI

Cabang Toksikologi

Toksikologi
Toksikologi
Lingkungan
Toksikologi
Lingkungan Toksikologi
Industri

Toksikologi Toksikologi
Ekonomi Pertanian/Hama
& Pestisida
Toksikologi
Kehakiman/
Kedokteran Farmakologi
Kehakiman
4. PENGENALAN BAHAYA BAHAN KIMIA
Survai Pendahuluan
identifikasi bahan kimia yang terdapat di
industri dan merencakan program evaluasi
risiko bahaya serta tindak lanjutnya.
nama bahan baku dan bahan sampingan,
jenis bahan yang diperkirakan beracun,
identifikasi penggunaannya, sampingan,,,
jumlah pekerja yang terpajan, cara
pengendaliannya
PENGENALAN BAHAYA BAHAN KIMIA
Mengenal proses produksi dengan mempelajari alur
proses mulai dari tahap awal sampai akhir, sumber
bahaya kimia dan keluhan kesehatan oleh pekerja serta
memanfaatkan indera kita untuk mengidentifikasi
lingkungan kerja, misalnya : mengenal bau yang
timbul, merasa pedas di mata, rangsangan batuk dan
sebagainya. Informasi dari kepala bagian produksi,
supervisor atau pekerja sangat diperlukan pula.
Mempelajari MSDS (Material Safety Data Sheet) atau
Lembar Data Bahan Kimia yakni suatu dokumen teknik
yang memberikan informasi tentang komposisi,
karakteristik, bahan fisik dan potensi bahaya kesehatan,
cara penanganan dan penyimpanan bahan yang aman,
tindakan pertolongan pertama dan prosedur khusus
lainnya. Perlu juga catat label pada kemasan bahan
kimia di tempat kerja.
Bentuk Sediaan Bahan Kimia :
 Padat
 Cair
 Gas
5. KLASIFIKASI BAHAN BERACUN

1. Berdasarkan penggunaan bahan: solvent, aditif


makanan dll
2. Berdasarkan target organ: hati, ginjal, paru, system
haemopoetik (Suplay O2)
3. Berdasarkan fisiknya : gas, debu, cair, fume, uap
dsb
4. Berdasarkan kandungan kimia: hidrocarbon
5. Berdasarkan toksisitasnya: Ringan, sedang dan
berat
6. Berdasarkan fisiologinya: iritan, asfiksan,
karsinogenik dll
6. KLASIFIKASI TOKSISITAS
Klasifikasi toksisitas sangat bervariasi, misalnya
berdasarkan sifat fisik, pengaruh terhadap tubuh,
lama terjadinya pemajanan atau pada tingkat efek
racunnya.
Menurut sifat fisiknya dikenal :
Gas
tidak berbentuk, mengisi ruangan pada suhu &
tekanan normal, tidak terlihat, tidak berbau pada
konsentrasi rendah, dan dapat berubah menjadi
cair/padat dengan perubahan suhu dan tekanan.
KALSIFIKASI TOKSISITAS
Uap : bentuk gas dari zat yang dalam keadaan biasa
berujud cair atau padat, tidak kelihatan dan
berdifusi keseluruhan ruangan.
Debu : partikel zat padat yang terjadi oleh karena ke –
kuatan alami atau mekanis.
Kabut : titik cairan halus di udara yang terjadi akibat
kondensasi bentuk uap atau dari tingkat peme-
cahan zat cair atau menjadi tingkat dispersi,
melalui cara tertentu.
Fume : partikel zat padat yang terjadi oleh kondensasi
bentuk gas, biasanya setelah penguapan benda
padat yang dipijarkan.
KALSIFIKASI TOKSISITAS
Asap : partikel zat karbon yang berukuran kurang
dr 0,5 mikron, sebagai akibat pembakaran
tidak sempurna bahan yang mengandung
karbon.
Awan : partikel cair sebagai hasil kondensasi fase
gas ukuran partikelnya antara 0,1 – 1
mikron.

Sifat - sifat fisik zat dapat pula digolongkan


menjadi padat (padat biasa, fume, asap, debu),
cair (cair biasa, awan, kabut) dan gas (uap, gas).
KALSIFIKASI TOKSISITAS
Sedang bahan kimia di udara menurut sifatnya
dapat dibedakan menjadi :
Bahan bersifat partikel : debu, awan, fume, kabut.
Bahan bersifat non partikel : gas, uap.

Terhadap tubuh bahan-bahan kimia tersebut


digolongkan dalam klasifikasi fisiologis sebagai
berikut :
Bahan partikel yang bersifat : perangsang (kapas, sabun,
bubuk beras), toksik (Pb, As, Mn), fibrosis (Kwarts,
asbes), allergen (tepung sari, kapas), menimbulkan
demam (Fume, Zn O), inert (Alumunium, kapas).
KALSIFIKASI TOKSISITAS
Bahan non partikel yang bersifat : asfiksian
(metan, helium), perangsang (amoniak, Hcl,
H2S), racun anorganik, organik (As, H3), mudah
menguap yang : berefek anesthesi
(Trichloroetilen), merusak alat dalam (C C14),
merusak darah (Benzene), merusak saraf
(Parathion).

Menurut lama terjadinya pemajanan, dapat


dibedakan dalam akut, contoh kecelakaan
kerja/keracunan mendadak, subkronik misalnya
proses kerja dengan bahan kimia selama 1
tahun/lebih atau kronik misal bekerja untuk
jangka waktu lama dengan bahan kimia.
7. Penilaian Toksisitas
1. Suatu zat beracun dengan LD50 lebih kecil
menunjukkan bahwa zat tersebut relatif lebih
beracun, demikian pula sebaliknya.
 LD-50 (LETHAL DOSE 50)
Dosis (mg/kg) berat zat yang dapat menyebabkan kematian
pada 50% binatang percobaan dengan pemberian secara
oral/kutaneus
 LC-50 (LETHAL KONCENTRATION 50)
Kadar/konsentrasi bahan kimia (ppm) yang dapat
menyebabkan kematian pada 50% binatang percobaan dengan
pemberian secara inhalasi
Toksikan
Racun super: 5 mg/kgBB atau kurang, contoh: Nikotin

Amat sangat beracun: (5-50 mg/kgBB), contoh: Timbal


arsenat

Amat beracun: (50-500 mg/kgBB), contoh: Hidrokinon

Beracun sedang: (0.5-5 g/kgBB), contoh: Isopropanol

Sedikit beracun: (5-15 g/kgBB), contoh: Asam ascorbat

Tidak beracun: (>15 g/kgBB), contoh: Propilen glikol


Toksisitas Menurut NAB
Toksisitas ppm mg / kg
Rendah > 500 > 0,5
Sedang 101 - 500 0,1 – 0,5

Tinggi < 100 < 0,1


Klasifikasi menurut Reaksi
Jaringan
Jenis Toksisitas Keterangan

Rendah Perubahan biologik reversibel,


membaik dengan atau tanpa
pengobatan
Sedang Perubahan biologik
rever/irreversibel, tidak
menimbulkan cacat/kematian
Tinggi Pada paparan rendah menyebabkan
kematian/cacat
PENILAIAN TOKSISITAS

2. Penetapan Occupational Exposure Limit (OEL)


atau Batas Pemajanan Kerja , mengacu pada
prinsip dasar dalam toksikologi yang
mempertimbangkan faktor dosis dan lama
pemajanan serta keberadaan bahan kimia di
udara tempat kerja.
PENILAIAN TOKSISITAS
3. Oleh ACGIH (American Conference of Governmental
and Industrial Hygienist) dikembangkan konsep
TLV (Thershold Limit Value) atau Nilai Ambang
Batas (NAB) yang menunjukkan suatu kadar yang
manusia dapat menghadapinya secara fisiologik
tanpa terganggu kesehatannya.
Terdapat 3 (tiga) kategori NAB yang spesifik,
yakni :
NAB rata-rata selama jam kerja atau TLV-TWA
(Threshold Limit Value-Time Weighted Average)
yakni kadar bahan kimia diudara tempat kerja selama
8 jam sehari atau 40 jam seminggu yg hampir semua
tenaga kerja dapat terpajan berulang kali sehari-hari
dalam melakukan pekerjaan tanpa terganggu
kesehatannya.
PENILAIAN TOKSISITAS
NAB batas pemajanan singkat atau TLV-STEL
(Threshold Limit Value-Short Term Exposure Limit)
atau PSD (Pemajanan Singkat yang
Diperkenankan) yakni kadar bahan kimia yang
diperkenankan untuk pemajanan tidak lebih dari
15 menit atau tidak lebih dari 4 kali pemajanan
per hari. Interval antara dua periode pemajanan
tidak boleh kurang dari 60 menit.

NAB tertinggi atau TLV-C (Threshold Limit Ceiling)


yakni kadar tertinggi bahan kimia di udara
tempat kerja yang tidak boleh dilewati selama
melakukan pekerjaan. Sering di sebut juga
sebagai KTD (Kadar Tertinggi yang
Diperkenankan).
Kategori NAB

NAB Keterangan
TLV-TWA Kadar pemaparan 8 jam/hari-
= Rata-rata selama jam 40 jam seminggu,tanpa
kerja = NAB gangguan kesehatan/penyakit
TLV- STEL Kadar pemaparan > 15 menit
=Pemaparan singkat - < 4 jam/hari tanpa gangguan
= PSD kesehatan, narkose
TLV-C Kadar tertinggi yang tidak
= Tertinggi = KTD boleh dilewati selama
melakukan
Blok 4.3 Kesker - YL - 2012
pekerjaan
PENILAIAN TOKSISITAS
Pada bahan kimia yang bersifat karsinogen terdapat
kategori sebagai berikut :
A–1 Terbukti karsinogen pada manusia (Confirmed
Human Carcinogen).
A–2 Diperkirakan karsinogen pada manusia
(Suspected Human Carcinogen).
A–3 Karsinogen terhadap binatang (Animal Carcino-
gen).
A–4 Tidak diklasifikasikan karsinogen thdp manusia
(Not Suspected as a Human Carcinogen).
A–5 Tidak diperkirakan karsinogen thdp manusia
(Not Suspected as a Human Carcinogen).
KELOMPOK SENYAWA KIMIA YANG
SERING MENYEBABKAN RISIKO
KESEHATAN

• Debu, fume, gas, uap


• Pelarut
• Metal
• Asam dan basa
• Pestisida
• Dll.
DEBU, FUME, GAS, UAP
PELARUT (SOLVENT)
• Terbanyak : pelarut organik
• Paparan : via inhalasi, kulit
• Efek toksik dipengaruhi oleh kecepatan
evaporasinya, kelarutan thd air
• Contoh :
– Benzen : leukemia
– Karbon tetraklorida : hati
METAL

• Masuk tubih via inhalasi (fume) / kulit


• Contoh :
– Timah hitam : darah, syaraf, ginjal, kanker
– Merkuri : syaraf, ginjal
– Nikel : sensitizer, kanker
– Kromium : alergi, kanker, borok krom
– Arsen : iritasi, kanker
– Dll
ASAM dan BASA
• Asam dan basa kuat bersifat korosif (basa
lebih korosif)
• Reaktif dengan air panas
• Asam tertentu meledak bila dicampur
dengan bahan organik
Bahan Kimia Berbahaya
( Kepmenaker no.187 th 1999)

No. Kriteria Bahan Contoh


1. Beracun Amonia, klorine, formaldehid
2. Sangat beracun Arsin,Parathion,walfarin
3. Reaktif Acethylene,hydrogen,O2liquid
4. Mudah Meledak Klorotrinitrobenzen,nitrogliserin
5. Oksidator Klor,permanganat,Asam sulfat
6. Cairan mdh terbakar Flash point 21 – 55oC
7. Cairan sangat Flash point < 21o C
mudah terbakar
8. Gas mudah terbakar Titik didih < 20oC
Blok 4.3 Kesker - YL - 2012
Sifat bahan kimia
1.Explosive (Mudah Meledak)
• Ledakan pada bahan tersebut bisa terjadi
karena beberapa penyebab, misalnya
karena benturan, pemanasan, pukulan,
gesekan, reaksi dengan bahan kimia lain,
atau karena adanya sumber percikan api..
Beberapa contoh bahan kimia dengan
sifat explosive misalnya TNT, ammonium
nitrat, dan nitroselulosa.
2.Oxidizing (Mudah
Teroksidasi)
• bahan kimia yang bersifat mudah menguap dan mudah terbakar
melalui oksidasi (oxidizing). Penyebab terjadinya kebakaran
umumnya terjadi akibat reaksi bahan tersebut dengan udara yang
panas, percikan api, atau karena raksi dengan bahan-bahan yang
bersifat reduktor. Bekerja dengan bahan kimia oxidizing
membutuhkan pengetahuan dan pengalaman praktis. Jika tidak,
risiko kebakaran akan sangat mungkin terjadi. Adapun beberapa
contoh bahan kimia dengan sifat ini misalnya hidrogen peroksida
dan kalium perklorat. Bila suatu saat Anda bekerja dengan kedua
bahan tersebut, hindarilah panas, reduktor, serta bahan-bahan
mudah terbakar lainnya
3.Flammable (Mudah
Terbakar)
• Bahan mudah terbakar dibagi menjadi 2 jenis
yaitu Extremely Flammable (amat sangat mudah
terbakar) dan Highly Flammable (sangat mudah
terbakar.

Bahan dengan label Extremely Flammable


memiliki titik nyala pada suhu 0 derajat Celcius
dan titik didih pada suhu 35 derajat Celcius.
Bahan ini umumnya berupa gas pada suhu
normal dan disimpan dalam tabung kedap udara
bertekanan tinggi
4.Toxic (Beracun)

• Keracunan yang bisa diakibatkan bahan


kimia tersebut bisa bersifat akut dan
kronis, bahkan bisa hingga menyebabkan
kematian pada konsentrasi tinggi.
Keracunan karena bahan dengan simbol
di atas bukan hanya terjadi jika bahan
masuk melalui mulut. Ia juga bisa
meracuni lewat proses pernafasan
(inhalasi) atau melalui kontak dengan kulit.
5.Harmful Irritant (Bahaya
Iritasi)
• Kode Xn menunjukan adanya risiko kesehatan
jika bahan masuk melalui pernafasan (inhalasi),
melalui mulut (ingestion), dan melalui kontak
kulit, contoh bahan dengan kode Xn misalnya
peridin. Sedangkan kode Xi menunjukan adanya
risiko inflamasi jika bahan kontak langsung
dengan kulit dan selaput lendir, contoh bahan
dengan kode Xi misalnya ammonia dan benzyl
klorida
6.Corrosive (Korosif)
• Karakteristik bahan dengan sifat ini
umumnya bisa dilihat dari tingkat
keasamaannya. pH dari bahan bersifat
korosif lazimnya berada pada kisaran < 2
atau >11,5. Beberapa contoh bahan
dengan simbol ini misalnya belerang
oksida dan klor. Jangan menghirup uap
dari bahan ini, jangan pula membuatnya
kontak langsung dengan mata dan kulit
Anda
7. Dangerous for Enviromental
(Bahan Berbahaya bagi Lingkungan)
• Melepasnya langsung ke lingkungan, baik
itu ke tanah, udara, perairan, atau ke
mikroorganisme dapat menyebabkan
kerusakan ekosistem. Beberapa contoh
bahan dengan simbol ini misalnya
tetraklorometan, tributil timah klorida, dan
petroleum bensin
PENGENDALIAN : MENURUNKAN RISIKO

• Teknik :
– Substitusi dengan bahan yang kurang toksik
– Engineering :
• sistem tertutup
• ventilasi lokal
• ventilasi umum
– Houskeeping
• Di tempat kerja : standard operation procedure
• Di tempat penyimpanan : kompatibilitas bahan
Efek Bahan Kimia terhadap
Manusia
1. Lokal dan Sistemik
2. Reversibel : iritasi, korosi
Irreversibel : Ca, mutasi gen, sirosis
hati
3. Segera : keracunan sianida
Tertunda : karsinogenik
4. Hipersensitivitas (alergi) dan
idiosinkrasi
Pekerja

Pekerja umumnya terpapar sejumlah


besar karsinogen untuk periode waktu
yang lama.

Pekerjaan dengan high risk of cancer :


Pelayan kesehatan, pekerja farmasi dan laboratorium,
pekerja instalasi penyulingan, pekerja karet, pekerja
furnitur, dan pekerja pestisida.
Perjalanan Bahan Toksik
• Port d’ entry : hidung, mulut, kulit, mukosa
• Absorpsi : sal. cerna, kulit, paru-paru
• Distribusi : darah barrier/sawar
seluruh tubuh
• Biotransformasi : hati, paru-paru,
lambung, usus, kulit, ginjal
• Ekskresi : urin, hati, paru-paru

Blok 4.3 Kesker - YL - 2012


Tingkat bahaya pada manusia dipengaruhi
oleh

1. Daya racun ( LD50 atau LC50 )


2. Cara masuk bahan Kimia / Route of Entry
( sal. Nafas, sal. Cerna atau kulit )
3. Konsentrasi ( dosis ) dan Lama paparan (terus
menerus / intermitten)
4. Efek kombinasi
5. Kerentanan individu ( tgt karakteristik )
Entry Ways for Toxicants

ROUTE ENTRY CONTROL


Ingestion mouth, stomach rules on eating, drinking,
smoking
Inhalation mouth, nose ventilation, hoods,
* protection equipment
Injection cuts in skin protective clothing

* Dermal Absorption skin protective clothing

* industrially most significant


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai