Anda di halaman 1dari 32

Kode Mata Kuliah : MKK

/Nama Mata Kuliah : Ilmu Dasar Keperawatan 2


Modul #12 Lembar Kegiatan Mahasiswa

Nama:_________________________________________Tanggal: ________________

Tingkat: ____________

Pokok Bahasan/ Pembelajaran : Material:


Buku dan alat tulis, buku sumber, laptop dan
PERAN PERAWAT DALAM
proyektor
PEMERIKSAAN DATA PENUNJANG
PASIEN (LABORATORIAL) SESUAI Referensi:
1. Joegijantoro, R. 2019. Penyakit Infeksi. Penerbit
MASALAH YANG DIBERIKAN Intimedia..
2. Mims, Medical Microbiology, 2nd edition, Mosby,
Sasaran Pembelajaran: Missouri, 1999
Di akhir semester Saudara diharapkan dapat 3. Koneman, EW., Allen, SD., Janda, WM.,

memahami peran perawat dalam pemeriksaan Schreckenberger, PC., Winn, WC., Color Atlas and

penunjang pasien, terutama terkait pemeriksaan Textbook of Diagnostic Microbiology, 5th edition,
Lippincott Williams & Wilkins, USA, 1997
laboratorium. Kompetensi ini diperlukan untuk
4. Miller, JM, A Guide to Specimen Management in
mendukung asuhan keperawatan sebagai kompetensi
Clinical Microbiology, ASM Press, Washington DC,
umum. Guna mencapainya, maka Saudara
1996
diharapkan dapat menguasai kompetensi khusus
5. Forbes , BA., Sahm, DF., Weissfeld, AS., Diagnostic
yakni :
Microbiology : Bailey & Scott’s, 12th edition,
a. Mampu menjelaskan prosedur pengambilan Mosby, Missouri, 2007.
dan pengiriman spesimen.
b. Mampu menjelaskan metode pengambilan
spesimen berdasarkan jenis spesimen untuk
pemeriksaan laboratorium.

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 1


c. Mampu menjelaskan prinsip beberapa
pemeriksaan laboratorium untuk data
penunjang diagnosis infeksi.

A. TINJAUAN PENDAHULUAN (Introduction)

PENDAHULUAN

Saudara para mahasiswa yang berbahagia. Setelah saudara mempelajari proses-proses


infeksi berbagai agen infeksius dengan berbagai implikasi klinisnya, maka pada modul 12 ini
mempelajari peran perawat dalam pemeriksaan penunjang pasien, terutama terkait
pemeriksaan laboratorium mikrobiologi. Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengoptimalkan tindakan keperawatan dan proses penyembuhan pasien,
serta untuk menegakkan diagnosis.

Dalam hal pemeriksaan laboratorium, kualitas spesimen yang baik sangat diperlukan
untuk membantu dalam menegakkan diagnosis yang dapat dipercaya. Spesimen untuk
pemeriksaan mikrobiologi, dalam hal ini biakan bakteri, jamur, atau virus harus mendapat
perhatian khusus mengingat mikroorganisme dapat mati selama transportasi atau sebaliknya

mikroorganisme kontaminan dapat tumbuh sehingga mempengaruhi hasil biakan.


Pengelolaan spesimen yang tidak tepat, baik dari segi pengambilan, pengawetan ataupun
transportasi, dapat menimbulkan kegagalan dalam menemukan mikroorganisme penyebab.
Selain itu, ketidaktepatan pengelolaan spesimen dapat menimbulkan adanya kesalahan dalam
penentuan mikroorganisme penyebab karena mikroorganisme yang diisolasi mungkin saja
merupakan suatu kontaminan atau flora normal. Hal ini dapat menyebabkan adanya

pemberian terapi yang tidak tepat pada klien.

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 2


Untuk itu mari kita mengawali pembelajaran kita dengan berdoa bersama, selanjutnya
persiapkan diri dan pusatkan perhatian. Kompetensi ini diperlukan oleh saudara dalam
memahami asuhan keperawatan yang baik.

Aktifitas 1: Apa Yang Sudah Saudara Ketahui

Sebelum perkuliahan dimulai, kita akan melakukan APERSEPSI (penyamaan persepsi)


mengenai informasi yang sudah diketahui maupun yang belum diketahui, silakan untuk dijawab
pertanyaan berikut ini :

1. Jelaskan yang Saudara ketahui prinsip prosedur pengambilan dan pengiriman spesimen!
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………..
2. Jelaskan yang Saudara ketahui Jenis-Jenis spesimen untuk pemeriksaan laboratorium data
penunjang pasien !
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………..
3. Jelaskan yang Saudara ketahui tentang prinsip beberapa pemeriksaan laboratorium untuk
data penunjang diagnosis infeksi!
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………..

B. MATERI PEMBELAJARAN (Content Notes)

Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa,


memantau perjalanan penyakit serta menentukan pragnosa, karena itu perlu diketahui

faktor yang memengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Perawat mempunyai


kontribusi dalam pengkajian status kesehatan klien dengan mengumpulkan spesimen

untuk pemeriksaan laboratorium.

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 3


PROSEDUR DAN PENGIRIMAN SPESIMEN

Secara umum, prosedur pengambilan dan pengiriman spesimen harus memenuhi

hal-hal berikut ini:

1. Keamanan. Setiap tindakan yang berkaitan dengan pengelolaan spesimen


harus mengikuti pedoman universal precaution. Semua spesimen dianggap

berbahaya. Usahakan untuk meminimalisasikan memegang spesimen secara


langsung, contohnya dengan menggunakan kantung plastik tempat spesimen
yang terpisah dengan lembar permintaan. Petugas harus memakai pelindung

seperti jas laboratorium, masker dan sarung tangan.


2. Memperhatikan kenyamanan dan keselamatan penderita. Penderita harus

diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan dan alasannya..


3. Pengambilan spesimen dilakukan sebelum pemberian antibiotika, jika

memungkinkan atau bebas antibiotika minimal 3 hari.


4. Jika memungkinkan, pengambilan spesimen dilakukan sedemikian rupa

sehingga meminimalisasikan terjadinya kontaminasi flora normal tubuh untuk


meyakinkan bahwa spesimen yang diperoleh cukup mewakili dari tempat yang
terinfeksi.

Tabel 1. Tempat infeksi dan sumber kontaminasi dari flora normal.

Tempat Infeksi Sumber Kontaminasi


Telinga tengah Kanalis eksternal telinga
Saluran nafas bawah Orofaring
Sinus nasal Nasofaring
Vesika urinaria Uretra dan perineum
Endometrium Vagina
Luka superfisial dan infeksi subkutan Kulit dan mukosa membrane
Fistula Saluran cerna

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 4


5. Spesimen diambil dengan cara yang tepat, yaitu dengan menggunakan
peralatan yang steril dan dengan teknik aseptik untuk mencegah masuknya

mikroorganisme ke dalam tubuh saat melakukan tindakan invasif. Bila spesimen


diambil melalui kulit yang intak, bersihkan dahulu kulit tersebut terlebih dahulu.

Misalnya dengan menggunakan alkohol 70% yang diikuti dengan larutan iodine
(larutan povidone- iodine 10%).

6. Wadah atau kontainer spesimen harus steril, tidak bocor dan bertutup ulir.
Wadah tersebut harus diberi label yang jelas. Label tersebut berisi nama pasien,

nomor rekam medik pasien, nomor ruang rawat pasien, jenis spesimen, tanggal
dan waktu pengambilan.
7. Volume spesimen yang diambil harus cukup untuk pemeriksaan. Spesimen

yang kurang akan menghasilkan hasil yang negatif palsu.


8. Permintaan pemeriksaan hendaknya dibuat dengan jelas. Pada lembar

permintaan dicantumkan:
o Nama pasien, umur dan jenis kelamin.

o Nomor ruang rawat atau alamat.


o Nama dan alamat dokter yang merawat.

o Asal spesimen ( bagian tubuh yang spesifik dimana spesimen diambil).


o Tanggal dan jam spesimen diambil.
o Diagnosa klinis.

o Prosedur khusus terhadap spesimen (jika perlu).


o Antibiotika yang diberikan (jika pasien telah mendapatkan pengobatan

sebelumnya).
o Data lain yang relevan: misal pasca operasi, imunodefisiensi.

9. Pedoman umum transportasi spesimen yang tepat.


a. Semua spesimen sebaiknya dibawa ke laboratorium segera setelah diambil

(< 1 jam). Tujuannya untuk meyakinkan bahwa mikroorganisme terutama

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 5


yang bersifat fastidious dapat bertahan hidup dan mencegah pertumbuhan
yang berlebihan dari bakteri yang lebih kuat. Selain itu, tujuan lainnya

adalah untuk memperpendek durasi atau waktu kontak spesimen dengan


anestesi lokal (jika digunakan) yang juga memiliki aktivitas anti bakteri, serta

agar diagnosis proses infeksi dapat ditegakkan lebih akurat. Jika tidak
mungkin, bahan dimasukkan dalam media transport (Stuart / Carry-Blair /

Amies /Pepton alkali). Untuk bahan tanpa medium transport, spesimen


disimpan pada suhu 4oC (jangan dibekukan) dan dikirim dalam keadaan

dingin. Khusus untuk pemeriksaan Haemophillus influensa, gonokokus dan


meningokokus, bahan jangan didinginkan tapi sample langsung
dimasukkan ke dalam media transport (media pertumbuhannya), dan pada

suhu ruang langsung dikirim ke laboratorium. Spesimen dalam medium


transport harus diperiksa kurang dari 24 jam.

Tabel 2. Kondisi Penyimpanan dalam Sistem Transport Bakteri

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 6


b. Bila spesimen tidak dapat dibawa segera ke laboratorium dapat disimpan
pada suhu 2 – 8oC. Namun terdapat beberapa perkecualian yaitu:

• Bila darah dikultur dalam kaldu, darah tersebut diinkubasi pada suhu 35-
37oC

• Spesimen yang diduga mengandung bakteri Neisseria spp, harus


disimpan pada suhu ruang (25oC) karena kuman ini sangat sensitif

terhadap suhu.
• Pada spesimen anaerob gunakan media anaerob, bila tidak ada media

segera kirim dalam suhu ruang dan hindarkan kontak spesimen dengan
udara.
• Prosedur untuk pengumpulan spesimen anaerob adalah:

o Pengambilan sampel secara aseptik


o Hindari kontaminasi dengan flora normal

o Hindari kontak dengan oksigen (udara) dan persiapkan medium


transport terlebih dahulu

o Aspirasi pus dengan spuit harus secepatnya dimasukkan dalam


medium transport (seperti medium thioglikolat)

o Pada ulkus, spesimen diambil pada dasar atau tepi ulkus


• Tanda-tanda klinis adanya infeksi anaerob adalah:
o Discharge berbau busuk

o Adanya jaringan nekrotik, gangren, pseudomembrane formation


o Terbentuk gas dalam jaringan / discharges

o Infeksi yang berhubungan dengan keganasan atau kerusakan


jaringan.

o Infeksi yang berhubungan dengan obat-obatan aminiglikosida (oral,


parenteral, topikal)

o Septic thrombophlebitis

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 7


o Infeksi akibat gigitan hewan/manusia
o Septic abortion, infeksi pasca tindakan bedah digestif / urogenital

• Spesimen feses yang diambil untuk kultur bakteri harus dimasukkan ke


dalam medium transport (medium Carry Blair atau buffered glycerol

saline).

PENGAMBILAN SPESIMEN BERDASARKAN JENIS SPESIMEN

A. KULTUR DARAH
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan spesimen untuk
kultur darah adalah:

1) Jumlah dan waktu pengambilan.


Sebagian kasus bakterimia dapat dideteksi dengan mempergunakan 3 set

kultur darah yang diambil secara terpisah. Pengambilan spesimen darah lebih
dari 3 set tidak mempengaruhi tingkat sensifitas dan spesifitas deteksi bakteri.

Sebaliknya, satu kultur darah akan memberikan hasil negatif palsu terutama
pada bakterimia intermiten sehingga terjadi kesulitan dalam menginterpretasi

mikroorganisme yang berhasil diisolasi dari kultur tersebut.


a. Sepsis akut. Pada kasus ini, sebaiknya dilakukan 2-3 kultur yang diambil dari
tempat yang berbeda sebelum memulai terapi.

b. Endokarditis.
• Endokarditis akut Pada kasus dengan kecurigaan endokarditis akut,

dilakukan pengambilan 3 kultur darah dari tempat yang berbeda


berselang 1-2 jam. Setelah pengambilan spesimen, dapat diberikan

terapi.
• Endokarditis subakut. Dilakukan pengambilan 3 kultur darah pada hari

pertama (berselang 15 menit). Jika semua kultur negatif pada jam

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 8


berikutnya, kembali dilakukan pengambilan 3 kultur darah dengan
selang 15 menit.

• Terapi anti mikroba 1-2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pada
keadaan ini, dilakukan pengambilan 2 kultur darah yang terpisah dan

berselang 3 hari.
c. Fever of unknown origin. Pengambilan spesimen dilakukan sebanyak 2 kali.

Kultur darah diambil terpisah paling tidak berselang 1 jam. Jika hasil
pembiakan negatif setelah 24-36 jam berikutnya, dilakukan kembali

pengambilan 2 spesimen kultur darah berselang 1 jam.

2) Volume darah. Volume darah merupakan faktor yang paling penting, karena

konsentrasi mikroorganisme pada sebagian besar kasus bakterimia sangat


rendah, terutama pada pasien yang telah mendapatkan terapi antibiotika. Pada

bayi dan anak-anak, konsentrasi mikroorganisme selama bakterimia lebih tinggi


daripada orang dewasa sehingga volume darah yang diperlukan lebih sedikit.

a. Bayi. Volume darah yang diambil pada bayi sebanyak 1-3 ml.
b. Anak-anak. Pada anak-anak diperlukan 3-5 ml darah tiap 1 kali pengambilan.

c. Dewasa. Pada orang dewasa diperlukan 10-20 ml darah tiap 1 kali


pengambilan.

3) Medium kultur. Medium kultur yang digunakan disesuaikan dengan tujuan


pemeriksaan. Untuk pemeriksaan aerob dan fakultatif anaerob dapat digunakan

kaldu BHI, TSB, atau BACTEC untuk aerob. Sedangkan untuk mengisolasi
mikroorganisme anaerob dapat digunakan kaldu tioglikolat, BHI anaerob, atau

kaldu BACTEC anaerob.

4) Pengambilan darah. Darah diambil melalui vena atau arteri baik dari kateter

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 9


intravaskuler ataupun jarum suntik. Pengambilan dilakukan dengan tetap
memperhatikan universal precaution, yaitu dengan menggunakan sarung

tangan.
a. Dilakukan disinfeksi pada tempat pengambilan (venipuncture), tutup botol

kultur, dan tabung sebelum dilakukan pengambilan darah.


b. Bersihkan tempat pengambilan dengan isopropil alkohol 70% atau etil

alkohol.
c. Swab secara melingkar dari dalam keluar (konsentris), dimulai dari bagian

tengah dengan larutan povidone iodine 10%.


d. Biarkan disinfektan mengering. Dan jangan memegang kembali tempat
yang telah didisinfeksi.

e. Lakukan pengambilan darah dengan jarum suntik dan pindahkan darah ke


dalam tabung vacutainer steril.

Gambar 1. Pengambilan darah (venipuncture)

B. SPESIMEN SALURAN CERNA


Spesimen saluran cerna dapat berasal dari lambung, duodenum, usus halus,

dan colon.

a) Spesimen feses.
Pemeriksaan spesimen feses dilakukan dengan tujuan untuk mengisolasi

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 10


Shigella, Salmonella, dan dengan permintaan khusus yaitu Clostridium difficile,
Vibrio, dan Yersinia. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
a. Spesimen feses harus dalam keadaan dingin, jadi tidak boleh diinkubasi.
b. Jika spesimen feses tidak dapat dikultur dalam waktu 1 jam, feses harus

dimasukkan ke dalam medium transport Carey-Blair atau buffered glycerol


saline.

c. Jangan menggunakan kertas tisu untuk mengambil feses. Kertas tisu biasanya
mengandung barium yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme

patogen pada feses.


d. Feses berdarah atau berlendir ambil bagian berdarah atau berlendir tersebut.
e. Pada infeksi di saluran cerna digunakan medium diferensial yang mengandung

laktosa untuk pencerna feses. Karena pada hari I terjadi perbedaan antara
mikroorganisme patogen dan non patogen dalam memfermentasi laktosa. Hari

pertama : LFC (Lacto Ferment Colony) dan NLFC (Non Lacto Ferment Colony)
adalah patogen. Mikroorganisme patogen akan dilakukan reaksi biokimia untuk

identifikasi pada hari kedua.


f. Cara pengambilan spesimen feses : masukkan feses ke dalam wadah steril yang

memiliki mulut besar, tidak mudah bocor, dan tutup ulir yang kuat.

b) Usap dubur (rectal swab).

Caranya adalah dengan memasukkan lidi kapas steril sepanjang 1 inci / 2,5 cm
ke dalam sfingter anus. Secara hati-hati, putar lidi kapas pada kripte anus searah

jarum jam dan putar balik lidi kapas. Bila tidak langsung ditanam, masukkan ke
dalam media transport Carey-Blair. Dilakukan pada pasien (dewasa dan bayi)

dengan diare akut atau konstipasi.

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 11


C. SPESIMEN SALURAN NAFAS
Ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan spesimen saluran

nafas sehingga hasil pemeriksaan benar-benar merupakan gambaran keadaan


yang sebenarnya.

Sputum yang dikumpulkan selama 24 jam tidak direkomendasikan untuk


diperiksa di laboratorium mikrobiologi. Selain itu, untuk beberapa mikroorganisme

yang memerlukan teknik isolasi atau media tertentu seperti bakteri


Corynebacterium diphteriae, Bordetella pertussis, Neisseria gonorrhoeae,
Legionella spp, Chlamydia, atau Mycoplasma, haruslah menghubungi laboratorium
mikrobiologi terlebih dahulu sebelum mengambil spesimen.
a. Pengambilan Spesimen saluran nafas bagian atas

1. Swab tenggorok
• Tekan lidah dengan tongue spatel, masukkan lidi kapas steril melewati

daerah antara tonsillar pillar dan di belakang uvula. Hindari menyentuh


lidah, mukosa bukal, uvula atau bibir.

• Usapkan swab pada daerah posterior laring, tonsil dan daerah inflamasi
atau yang mengalami ulserasi.

• Kuman yang biasa ditemukan Streptococcus pyogenes, Corynebacterium


diphteriae.

Gambar 2. Cara pengambilan swab tenggorok

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 12


A. Swab hidung
• Masukkan lidi kapas steril ke dalam rongga hidung kira-kira 2,5 cm.

• Lidi kapas diputar berlawanan dengan mukosa hidung.


• Ulangi proses tersebut pada sisi lainnya.

b. Pengambilan spesimen saluran nafas bawah

Diagnosis laboratorium pada infeksi saluran nafas bawah tidaklah mudah


karena adanya kesulitan untuk mendapatkan spesimen saluran nafas bawah

yang tidak terkontaminasi dengan flora normal yang berada pada saluran nafas
atas. Cara pengumpulan spesimen yang paling mudah untuk saluran nafas
bawah adalah dengan pengambilan sputum. Namun, bila cara pengumpulan

sputum tidak dilakukan dengan baik akan memudahkan terjadinya kontaminasi


dengan flora normal yang berada di daerah orofaring.

Cara pengambilan sputum adalah :


o Pasien kumur-kumur dengan air sebelum sputum dibatukkan untuk

mengurangi kontaminasi flora normal orofaring


o Batuk sedalam mungkin disertai dengan pengeluaran sputum lalu

masukkan ke pot steril (sputum ekspetorasi). Jumlah sputum tidak perlu


banyak asalkan bukan saliva.
o Untuk pemeriksaan basil tahan asam (BTA) diambil sputum pertama pagi 3

hari berturut-turut atau sputum sewaktu-pagi-sewaktu (SPS) dibawah


pengawasan. Jumlah sputum minimal ± 3 ml

o Kuman yang biasa ditemui, Mycobacterium tuberculosis, Legionella,


Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, dan Haemophylus
influensa (bukan penyebab influensa tapi bakteri).

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 13


D. SPESIMEN LUKA
Spesimen diambil dari dasar luka dengan aspirasi, swab, kerokan, biopsi.

• Luka superfisial. Aspirasi merupakan cara yang paling baik untuk


mendapatkan spesimen dibandingkan dengan swab. Sebelum dilakukan

pengambilan spesimen, lakukan disinfeksi dipermukaan luka dengan alkohol


70% diikuti dengan larutan povidone iodine 10%, biarkan disinfeksi kering lalu

lakukan aspirasi dengan syringe 3 atau 5 ml dengan jarum 22 atau 23 G pada


bagian yang paling dalam dari lesi. Bila terdapat vesikel, yang diambil adalah

cairan dan sel yang berasal dari dasar vesikel. Bila aspirasi pertama gagal
mendapatkan spesimen, suntikkan NaCl 0,9% steril subkutan. Ulangi kembali
aspirasi.

• Ulkus dan nodul. Disinfeksi daerah lesi, lalu hilangkan pus diluar serta bagian
nekrosis (debris) yang menutupi ulkus terlebih dahulu. Lakukan kuretase pada

bagian dasar ulkus atau nodul. Bila eksudat timbul dari ulkus atau nodul,
kumpulkan dengan jarum atau swab steril, sampel yang terbaik adalah biopsi.

• Luka dalam atau abses internal. Disinfeksi permukaan kulit lalu aspirasi bagian
yang paling dalam dari lesi, untuk menghindari kontaminasi dari permukaan

luka. Bila pengambilan spesimen dilakukan saat pembedahan, bagian dinding


abses harus diikutsertakan untuk kultur.
• Luka bakar. Luka dibersihkan dari pus, serum, jaringan nekrotik dengan NaCl

steril, lalu ambil sampel usapan dari dasar luka.


• Tidak dianjurkan untuk mengambil pus yang berasal dari drain.

• Semua spesimen yang diambil baik secara aspirasi atau swab langsung
dimasukkan ke pot steril dan disimpan pada suhu kamar.

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 14


E. SPESIMEN URIN

Dalam pengambilan spesimen urin, waktu dan penyimpanan spesimen


merupakan hal yang berperan penting mempengaruhi hasil pemeriksaan. Selain

itu, daerah uretra dan periuretra berada pada daerah yang berpotensial menjadi
sumber kontaminan. Karena itu, saat pengambilan spesimen urin dipastikan

daerah ujung uretra pada laki-laki dan vestibulum vagina pada wanita harus
dibersihkan sebelum dilakukan pengambilan spesimen. Dengan tindakan ini

diharapkan dapat mengurangi terjadinya kontaminasi pada spesimen urin. Ujung


uretra atau vestibulum vagina cukup dibersihkan dengan sabun. Tidak

direkomendasikan menggunakan disinfektan karena penggunaan disinfektan


selama pengambilan urin diduga dapat menjadi penghambat atau inhibitor
pertumbuhan mikroorganisme.

Selain kontaminasi, yang perlu diperhatikan adalah waktu transportasi urin ke


laboratorium. Waktu yang paling baik dalam transportasi spesimen urin adalah
kurang dari 2 jam. Bila spesimen tidak dapat diperiksa dalam waktu kurang dari 2

jam, urin harus disimpan dalam lemari es, (hitung bakteri relatif stabil paling tidak
24 jam dalam suhu 4oC). Jangan diletakkan dalam freezer.

Wadah penampung yang digunakan harus steril. Bila akan dilakukan

pemeriksaan anaerob, spesimen urin harus diambil secara pungsi suprapubik dan
disimpan dalam sistem transport anaerob.

Spesimen urin yang paling baik untuk pemeriksaan kultur adalah urin pagi.

Untuk pemeriksaan kultur mikrobakteria dalam urin dapat dilakukan dari spesimen
urin pagi 3 hari berturut-turut. Tidak direkomendasikan untuk pemeriksaan kultur

dari urin 24 jam.

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 15


Teknik pengumpulan spesimen urin dapat dilakukan dengan beberapa cara,
antara lain teknik clean catch, straight catheter, indwelling catheter, suprapubic

aspiration.

1. Clean catch urine / Midstream urine /urin porsi tengah

a. Pasien wanita :

• Bersihkan ujung uretra dan vestibulum vagina dengan air sabun atau

sabun cair. Cuci bersih dengan air.


• Buka labia mayor selama berkemih.

• Mulailah miksi beberapa saat dan tampunglah urin porsi tengah. dalam
pot steril, sisanya dibuang.
• Pot jangan sampai menyentuh daerah genitalia.

b. Pasien pria :

• Bersihkan bagian penis dan tarik kulit preputium ke belakang (bila tidak
disirkumsisi) dan cuci dengan sabun. Cuci bersih dengan air.

• Biarkan kulit preputium retraksi untuk meminimalisir kontaminasi.


• Mulailah miksi beberapa saat dan tampung urin porsi tengah dalam pot
steril.

• Pot jangan menyentuh genitalia.

2. Straight catheter urine


Teknik ini dilakukan pada keadaan dimana teknik urin porsi tengah / clean

catch urine tidak bisa dilakukan.


• Sebelum dilakukan kateterisasi, pasien harus minum hingga vesika urinaria

penuh.

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 16


• Bagian ujung uretra pasien dibersihkan dengan sabun dan dicuci dengan
air.

• Dengan menggunakan teknik steril, masukkan kateter ke dalam vesika


urinaria.

• Kumpulkan urin 15-30 ml dan buang dari ujung kateter. Ambil urin porsi
tengah dan akhir dan masukkan ke pot steril.

3. Indwelling catheter urine


Dilakukan bila pasien tidak dapat berkemih.
• Bersihkan catheter collection port dengan alkohol 70%.
• Dengan teknik yang steril lakukan pungsi pada collection port.

• dengan jarum suntik. Jangan mengambil urin dari kantong urin.


• Aspirasi urin dan masukkan dalam pot steril.

Gambar 3. Pengambilan urin secara indwelling catheter urine

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 17


4. Supra pubic aspiration (SPA)
Teknik ini berguna untuk menentukan infeksi urin pada orang dewasa
dengan kecurigaan infeksi dimana hasil pemeriksaan urin yang diambil dengan
teknik lain memberikan hasil yang meragukan.
a. Sebelum SPA pasien minum sampai vesika urinaria penuh.
b. Disinfeksi kulit daerah supra pubik diatas vesika urinaria.
c. Buat luka sayatan kecil diatas daerah simfisis pubis. Aspirasi urin dari vesika
urinaria tersebut dengan menggunakan jarum suntik.
d. Teknik ini tidak lazim karena nyeri dan untuk pemeriksaan. anaerob
spesimen harus diambil dengan cara ini.

Gambar 4. Pengambilan urin secara Supra Pubic Punction

F. SPESIMEN GENITAL

Pengambilan spesimen genital harus dilakukan dengan teliti karena sangat

banyak bakteri komensal yang hidup di daerah genital. Pengambilan rutin


spesimen vagina meminimalkan hasil yang akurat karena flora normal tumbuh

sangat banyak sehingga sulit untuk diinterpretasikan.


a) Urogenital wanita

o Usap vagina, usap serviks.

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 18


o Jangan gunakan pelumas (lumbricant), analgetik atau antiseptik.
o Bersihkan vulva dengan kapas / kassa yang dibasahi dengan aquades atau

NaCl steril.
o Masukkan spekulum dengan hati-hati.

o Ambil sampel dari forniks posterior vagina atau endoserviks dengan lidi
kapas steril, ambil 2 swab.

o Bila penderita belum menikah, jangan gunakan spekulum, ambil sampel


dengan lidi kapas steril dengan hati-hati

o Kuman yang sering ditemui Candida albican, apabila infeksi mencapai


pelvis dapat menyebakan Disease Pelvic Inflamatory (PID) yang
disebabkan oleh Chlamydia trachomatis.

Tabel 3. Bakteri patogen menyebab infeksi pada genital wanita

Tempat infeksi Mikroorganisme yang dapat ditemui


Vulva Treponema pallidum, Haemophilus
ducreyi, Chlamydia spp, Herpesvirus,
yeast
Vagina Trichomonas vaginalis, Candida albicans,
Bakteri campuran penyebab vaginosis
Cervix Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia spp,
Herpesvirus, Actinomycetes spp
Uretra, bagian atas Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia spp,
bakteri anaerobic dan aerobik

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 19


b) Urogenital pria
• Ambil sampel paling sedikit 2 jam setelah penderita berkemih.

• Bersihkan glans penis dengan kapas/kassa yang dibasahi dengan air/NaCl


steril.

• Lakukan urutan ringan dari pangkal ke ujung penis, dan ambil sekret yang
keluar dengan lidi kapas steril.

• Bila tidak terlihat sekret, masukkan swab urogenital kira-kira 2 cm ke


endouretra, putar perlahan 5-10 detik.

• Kuman yang sering ditemukan Gonorrhoeae, Syphilis.

G. SPESIMEN CAIRAN

Liquor Cerebro Spinal (LCS)


o Spesimen diambil secara Lumbal Puction (LP) pada L3-L4 (dewasa) dan L4-L5
(anak-anak) secara aseptik lalu dikirim dan diperiksa cepat di laboratorium.

o Untuk pemeriksaan Haemophylus influenza, gonokokus, dan meningokokus


bahan jangan didinginkan.

o LP sering dilakukan pada pasien meningitis.


Cairan tubuh lain seperti cairan pleural, peritoneal dan cairan sendi diaspirasi

dan disimpan dalam pot steril. Untuk cairan thorak, pleura atau abdominal dapat
dilakukan aspirasi sebanyak 50-100 ml. Apabila spesimen tidak segera dikirim,
spesimen disimpan pada suhu kamar.

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 20


Gambar 5. Cara pengambilan LCS

PRINSIP DASAR PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK DATA PENUNJANG


DIAGNOSIS INFEKSI

Diagnosis penyakit infeksi bervariasi mulai dari diagnosis klinis langsung hingga

menggunakan metode molekuler canggih. Di antara kedua metode ini ada banyak
penyakit menular yang diagnosisnya akurat dan tepat dengan menggunakan

kombinasi penggunaan kultur mikrobiologi, histopatologi/sitopatologi, dan metode


molekuler.
Seorang dokter membutuhkan semua temuan klinis, radiografi, dan laboratorium

untuk membuat diagnosis yang akurat dan tepat waktu. Hal ini sangat penting dalam
patologi penyakit infeksi. Status imunitas individu juga penting, karena beberapa

manifestasi infeksi berkaitan dengan status kekebalan tubuh. Oleh karena itu, jumlah
informasi yang diperlukan untuk diagnosis dan pengobatan penyakit infeksi dapat jauh

lebih besar daripada yang dibutuhkan untuk penyakit-penyakit non-infeksi.

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 21


Diagnosis histopatologi dan sitopatologi penyakit infeksi merupakan proses yang
progresif dan berurutan mulai dari yang umum ke yang spesifik berdasarkan hasil dari

kombinasi metode diagnostik. Saat ini masih banyak digunakan metode klasik untuk
diagnosis penyakit infeksi di antaranya adalah pemeriksaan kasar spesimen, irisan

beku, aspirat smear, atau hematoxylin dan eosin (H & E) –dan metode pewarnaan.

Respon Inflamasi
Respon inflamasi terhadap mikroorganisme patogen dapat digunakan untuk

memprediksi atau mengidentifikasi bahwa ada infeksi yang sedang berlangsung. Jenis
respons inflamasi serta distribusinya dalam jaringan, cairan, dan organ juga dapat
digunakan untuk mengategorikan infeksi apakah disebabkan oleh bakteri, jamur,

mikobakteri, atau parasit. Inflamasi adalah respons jaringan hidup terhadap infeksi.
Inflamasi dapat dikenali secara kasar maupun histologis dan memiliki efek

menguntungkan dan merugikan secara lokal dan sistemik.


Salah satu penyebab Inflamasi yang paling umum adalah infeksi mikroba. Mikroba

termasuk virus, bakteri, protozoa, jamur, dan berbagai parasit. Virus menyebabkan
kematian sel-sel individual akibat multiplikasi intraseluler, dan menyebabkan sel

berhenti berfungsi dan mati, atau menyebabkan ledakan sel (cytolytic), dalam hal ini
juga mati. Bakteri melepaskan racun tertentu, baik eksotoksin atau endotoksin.

Efek Inflamasi
Efek inflamasi dapat bersifat lokal dan sistemik. Efek sistemik dari peradangan akut

termasuk demam, malaise, dan leukositosis. Efek lokal biasanya sangat bermanfaat,
misalnya penghancuran mikroorganisme yang menyerang, tetapi di lain waktu mereka

tampaknya tidak berfungsi jelas, atau bahkan mungkin berbahaya.

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 22


Tabel 4. Efek Inflamasi

Efek sistemik inflamasi


Peradangan akut dan kronis, bahkan jika terlokalisasi dengan baik, dapat memiliki
efek pada seluruh tubuh. Yang utama adalah:

a. Leukositosis
Leukositosis adalah fitur umum dari reaksi inflamasi. Leukositosis berarti jumlah sel

darah putih yang beredar menjadi meningkat. Peningkatan neutrofil


mengindikasikan infeksi bakteri sedangkan peningkatan limfosit kemungkinan

besar terjadi pada infeksi virus.


b. Demam

Demam adalah respons sistemik umum terhadap inflamasi. Demam paling sering
dikaitkan dengan peradangan yang memiliki penyebab infeksi, meskipun beberapa
bisa terjadi pada penyakit yang tidak menular. Reaksi demam diatur oleh

hipotalamus dan melibatkan berbagai faktor. Beberapa kontributor demam dapat


dilihat pada gambar Berikut:

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 23


Gambar 6 : Mekanisme Terjadinya Demam

Apa fungsi dari demam? Peningkatan suhu tubuh dianggap dapat meningkatkan
efisiensi kemampuan membunuh mikroorganisme patogen oleh leukosit dan juga
dapat mengganggu replikasi mikroorganisme yang menyerang.

c. Leukositosis
Leukositosis merupakan salah satu ciri dari reaksi peradangan, terutama yang

disebabkan oleh infeksi bakteri. Jumlah leukosit biasanya naik menjadi 15.000
atau 20.000 sel/ìl, tetapi kadang-kadang bisa mencapai jumlah yang tinggi

40.000 hingga 100.000 sel/ìl. Peningkatan ekstrim ini disebut sebagai reaksi
leukemoid karena mirip dengan jumlah sel darah putih yang diperoleh pada

leukemia. Leukositosis terjadi awalnya karena rilis dipercepat sel dari sumsum
tulang (yang disebabkan oleh sitokin, termasuk IL-1 dan TNF) dan karena itu
terkait dengan kenaikan jumlah neutrofil imatur dalam darah (pergeseran ke

kiri/shift to the left). Infeksi berkepanjangan juga menginduksi proliferasi


prekursor di sumsum tulang, yang disebabkan oleh peningkatan produksi faktor

penstimulasi koloni (CSFs). Dengan demikian, output sumsum tulang dari leukosit
meningkat untuk mengompensasi hilangnya sel-sel ini dalam reaksi inflamasi.

Neutrofilia mengacu pada peningkatan jumlah neutrofil darah. Sebagian besar


infeksi bakteri menyebabkan neutrofilia.

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 24


Infeksi virus seperti mononukleosis infeksiosa, gondongan, dan campak Jerman
menghasilkan leukositosis berdasarkan peningkatan absolut dalam jumlah

limfosit (limfositosis). Penyakit lain seperti asma bronkial, hay fever, dan infestasi
parasit, terjadi peningkatan absolut dalam jumlah eosinofil, dikenal sebagai

eosinofilia. Infeksi tertentu (demam tifoid dan infeksi yang disebabkan oleh virus,
rickettsiae, dan protozoa tertentu) berhubungan dengan penurunan jumlah sel

darah putih dalam irkulasi (leukopenia). Leukopenia juga ditemukan pada infeksi
yang menyerang pasien kanker yang metastase atau tuberkulosis yang

memberat.
Manifestasi lain dari respon fase akut antara lain peningkatan denyut nadi dan
tekanan darah; keringat berkurang, terutama karena pengalihan aliran darah dari

kulit ke pembuluh darah yang lebih dalam, untuk meminimalkan kehilangan


panas melalui kulit; menggigil, anoreksia, somnolen, dan malaise, mungkin

karena aksi
sitokin pada sel otak.

Perubahan Histopatologis

Infeksi dapat memengaruhi jaringan tubuh, menghasilkan kerusakan sel dan


reaksi peradangan. Virus umumnya terlalu kecil untuk dilihat dalam mikroskop
cahaya, tetapi kehadiran mereka sering dapat diketahui dari perubahan yang

mereka hasilkan di jaringan, bahkan identitas mereka dapat diketahui melalui


pemeriksaan imunohistokimia, serologi, atau biologi molekuler.

Bakteri dapat dilihat pada mikroskop cahaya menggunakan lensa obyektif


pembesaran tinggi; namun jumlah bakteri yang berada dalam jaringan dapat

sangat bervariasi bahkan dalam satu penyakit. Contoh klasik dari variabilitas ini
adalah lepra; mungkin ada sejumlah besar bakteri di dalam kulit (Lepromatous

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 25


leprosy), atau sangat sedikit (Tuberculoid leprosy). Membedakan jenis bakteri di
bagian tipis lesi umumnya membutuhkan metode pengecatan histologis khusus.

Gambar 7 : Mycobacterium leprae

Identifikasi parasit seringkali sulit dengan metode serologis; namun, munculnya

sel yang terinfeksi parasit (misalnya malaria) atau parasit itu sendiri adalah
karakteristik mutlak dari infeksi tertentu. Akibatnya, diagnosis infeksi parasit

bergantung secara substansial pada temuan histologis atau hematologis awal.

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 26


Gambar 8 : Sel yang terinfeksi parasite malaria

Diagnostik Molekuler

Diagnostik molekuler adalah cabang dari ilmu laboratorium atau patologi klinis
yang memanfaatkan teknik biologi molekuler untuk mendiagnosis penyakit,
memprediksi perjalanan penyakit, memilih perawatan, dan memantau efektivitas

terapi. Diagnostik molekuler mendeteksi dan mengukur keberadaan materi


genetik atau protein yang terkait dengan kondisi kesehatan atau penyakit tertentu,

membantu mengungkap mekanisme yang mendasari penyakit dan


memungkinkan dokter untuk menyesuaikan perawatan pada tingkat individu.

Beberapa kelebihan diagnostik molekuler di antaranya adalah kecepatan dan hasil


yang sangat spesifik (tepat), dapat mendeteksi sampai pada tingkat molekul DNA

(gen), mendeteksiberbagai patogen yang tidak dapat dikultur, tersedianya data


base membuat diagnostik menjadi jauh lebih baik, dan dilakukan dengan metoda
yang tidak invasif sehingga dapat memberikan kenyamanan pada pasien yang

bersangkutan.
Diagnostik molekuler dapat digunakan untuk berbagai macam jenis diagnostik

di antaranya: 1) penyakit infeksi yang disebabkan oleh berbagai jenis patogen

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 27


seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit, 2) penyakit noninfeksi seperti kanker,
penyakit degeneratif, penyakit kongenital, dan kelainan genetis, 3) non-penyakit

seperti test DNA untuk keperluan identifikasi manusia dan 4) material genetik lain
seperti biomarker yang mempunyai hubungan dengan kesehatan. Karena metode

diagnostik molekuler dapat mendeteksi penanda yang sensitif, tes ini kurang
mengganggu daripada biopsi tradisional. Sebagai contoh, karena asam nukleat

sel-bebas ada dalam plasma manusia, cukup dengan sampel darah sudah cukup
untuk mengambil sampel informasi genetik dari tumor, transplantasi atau janin

yang belum lahir. Sebagian besar, tetapi tidak semuanya, metode diagnostik
molekuler berdasarkan deteksi asam nukleat yang menggunakan polymerase
chain reaction (PCR).

Gambar 9 : Dagnostik Molekuler

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 28


Pengembangan Keterampilan (Skill-Building)

A. LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan
berikut
1. Sebutkan alat yang diperlukan untuk pengambilan sampel spesimen!
2. Sebutkan macam spesimen untuk pemeriksaan!
3. Jelaskan waktu pengambilan untuk spesimen darah!
4. Jelaskan hal yang harus ditulis dalam blanko pengiriman spesimen!
5. Jelaskan cara menjaga spesimen dari kerusakan selama pengiriman!
6. Jelaskan beberapa prinsip dasar beberapa jenis pemeriksaan laboratorium untuk data
penunjang diagnosis infeksi!

Petunjuk Jawaban Latihan


1. Silakan pelajari kembali bahasan persiapan pengumpulan spesimen.
2. Lihat bahasan materi tentang macam spesimen.
3. Coba buka topik tentang waktu pengambilan spesimen.
4. Lihat bahasan pengiriman spesimen.
5. Coba Anda lihat kembali materi tentang keamanan spesimen.
6. Lihat bahasan tentang prinsip pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis infeksi!

B. MENGECEK PEMAHAMAN

Pilihlah jawaban yang benar pada pertanyaan berikut :

1. Kesalahan dalam mengelola, mengumpulkan dan memberi label spesimen


dapat berakibat ....
A. salah diagnosis

B. laboratorium memanggil pasien


C. perlu mengoreksi label

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 29


D. tidak periksa ke lab lagi

2. Informasi yang tidak diperlukan pada pelabelan tabung spesimen adalah ....
A. nama pasien

B. tanggal pengambilan spesimen


C. inisial orang yang mengambil sampel

D. persayaratan pemeriksaan

3. Ketika diperlukan urine untuk pemerik saan kultur bakteri, pasien diberikan
tabung steril dan diintruksikan untuk mengumpulkan ....
A. sampel urine kateter bersih

B. spesimen urine porsi tengah


C. spesimen urine kateter bersih porsi tengah

D. sampel urine sesaat


4. Peralatan berikut yang tidak diperlukan untuk pengambilan spesimen sekret

genital (vagina atau serviks) adalah ....


A. spuit

B. spekulum
C. swab lidi
D. medium

5. Contoh yang termasuk diagnositik melekuler berikut :


A. Histopatologi

B. Serologi
C. Biokimia Klinis

D. PCR

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 30


C. PENUTUP PEMBELAJARAN

Sekarang Anda akan menandai (melingkari) sesi yang telah Anda selesaikan hari ini
di pelacak di bawah ini. Ini hanyalah visual untuk membantu Anda melacak berapa
banyak pekerjaan yang telah Anda selesaikan dan berapa banyak pekerjaan yang
tersisa untuk dilakukan.

Tuliskan 3 ringkasan yang telah anda pelajari dan pahami:


1. …………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………..
2. …………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
3. …………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………..

Tuliskan 2 hal (materi/ dll) yang ingin anda pelajari terkait materi saat ini:
1. …………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………….
2. …………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………….

Tuliskan 1 pertanyaan mengenai materi yang belum dipahami:


1. ………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………..

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 31


RINGKASAN

1. Prosedur pengambilan dan pengiriman spesimen harus memenuhi hal-hal


sebagai berikut; 1) keamanan, dimana petugas harus memakai pelindung

untuk meminimalisasi memegang spesimen secara langsung, 2)


memperhatikan kenyamanan penderita, 3) pengambilan spesimen sebaiknya

sebelum pemberian antibiotika, 4) pengambilan spesimen sedapatnya


meminimalisasi terjadinya kontaminasi flora normal tubuh, 5) spesimen

diambil dengan cara yang tepat, menggunakan peralatan steril dan teknik
aseptik, 6) wadah atau kontainer spesimen harus steril, tidak bocor dan

bertutup ulir, 7) wadah harus diberi label, 8) volume spesimen yang diambil
harus cukup, 9) permintaan pemeriksaan dibuat dengan jelas.
2. Prosedur pengambilan spesimen dan pengirimannya harus sesuai dengan

syarat- syarat yang telah dijelaskan di atas, agar hasil yang diharapkan dapat
tercapai.

3. Cara pengambilan spesimen dibedakan atas kultur darah, spesimen saluran


cerna, spesimen saluran nafas, spesimen luka, spesimen urin, spesimen sekret

genitalia dan spesimen cairan tubuh.


4. Diagnosis penyakit infeksi bervariasi mulai dari diagnosis klinis langsung

hingga menggunakan metode molekuler canggih. Di antara kedua metode ini


ada banyak penyakit menular yang diagnosisnya akurat dan tepat dengan
menggunakan kombinasi penggunaan kultur mikrobiologi,

histopatologi/sitopatologi, dan metode molekuler.

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION 32

Anda mungkin juga menyukai