Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH MIKROBIOLOGI

“PENGENDALIAN MIKROORGANISME (PMO) METODE KIMIA”

Kelompok 4

Tri hantoro (2215041118)


Lulu Mumtaz p (2215041128)
Dhea Wisudawati (2215041124)
Egi Galuh Yuliana 5)
(2255041003)
Syifa Syarifa Hikmatul lah (221504110

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS


LAMPUNG
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ”Pengendalian
Mikroorganisme (PMO) Metode Kimia” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah Mikrobiologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Pengendalian Mikroorganisme (PMO) secara Kimia
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Panca Nugrahini F.N, S.T., M.T selaku
dosen mata kuliah Mikrobiologi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.Kami
menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demikesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 02 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar i

Daftar isi ii

BAB 1 Pendahuluan

A. Latar belakang 1
B. Capaian Pembelajaran 2
C. Tujuan Umum 2
D. Tujuan Khusus 3

BAB II ISI
Pengertian Pengendalian Mikroorganisme.......................................2
Pengendalian Mikroorganisme secara kimia......................................5
A. Istilah- istilah dalam PMO
kimia........................................................................5
B. Karakterisasi ideal zat kimia...............................................10
C. Kelompok disinfektan dan antiseptic......................................14
D. Kelompok sterilan..........................................................22
E. Managemen antiseptic......................................................27

BAB III Penutup

A. Kesimpulan 29

DAFTAR PUSTAKA
30

i
1.1Tujuan BAB 1
PENDAHULUAN

Adapun tujuan penyusunan makalah ini, antara lain;


1. Untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah mikroorganisme
2. Untuk mengetahui istilah- istilah dalam PMO kimia
3. Untuk mengetahui karakterisasi ideal zat kimia PMO
4. Untuk mengetahui disinfektan dan antiseptic
5. Untuk mengetahui kelompok sterilan

1.2 Kompetensi umum


Setelah membaca dan memahami makalah ini mahasiswa diharapkan dapat
memahami materi tentang pengendalian mikroorganisme (PMO) metode kimia.
1.3 Kompetensi khusus
Mahasiswa diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang:
1. Istilah- istilah dalam PMO kimia
2. Karakterisasi ideal zat kimia PMO
3. Disinfektan dan antiseptic
4. Kelompok sterilan

1
1. PENGERTIAN PENGENDALIAN MIKROORGANISME

Mikroorganisme merupakan suatu kelompok organisme yang tidak dapat


dilihat dengan menggunakan mata telanjang, sehingga diperlukan alat
bantu untuk dapat melihatnya seperti mikroskop, lup dan lain-lain.
Cakupan dunia mikroorganisme sangat luas, terdiri dari berbagai kelompok
dan jenis, sehingga diperlukan suatu cara pengelompokan atau
pengklasifikasian. Hal itu Nampak dari kemampuannya menginfeksi
manusia, hewan, serta tanaman, menimbulkan penyakit yang berkisar
dari infeksi ringan sampai pada kematian. Pengendalian mikroorganisme
sangat esensial dan penting di dalam industri dan produksi pangan, obat-
obatan, kosmetika dan lainnya. Alasan utama pengendalian organisme
adalah :

1. Mencegah penyebaran penyakit dan infeksi.

2. Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi

3. Mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme.

1.1 Definisi Pengendalian Mikroba

Pengendalian mikroba merupakan upaya pemanfaatan mikroba dalam


mengoptimalkan keuntungan peran mikroba dan memperkecil kerugiannya.
Mikroba selain memberikan keuntungan juga dapat memberikan kerugian
pada manusia berupa penyakit atau racun. Pengendalian mikroba bertujuan
mencegah penyebaran penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada
inang yang terinfeksi dan mencegah pengrusakan serta pembusukan bahan
oleh mikroba, menghambat pertumbuhan bakteri dan mencegah kontaminasi
bakteri yang tidak dikehendaki kehadirannya dalam suatu media. (Anonim.
2008)

1.2 Dasar- dasar pengendalian mikroorganisme

Berbagai macam sarana proses fisik telah tersedia untuk mengendalikan

2
populasi mikroba. Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan cara

3
mematikan mikro-organisme, menghambat pertumbuhan dan metabolismenya,
atau secara fisik menyingkirkannya. Cara pengendalian mana yang digunakan
tergantung kepada keadaan yang berlaku pada situasi tertentu.

Pemberian suhu tinggi/terutama pada uap bertekanan, merupakan


salah satu cara yang paling efisien dan efektif untuk mensterilkan sesuatu
bahan. Namun demikian bahan-bahan tertentu yang biasa digunakan di
laboratorium, rumah-rumah penduduk, dan rumah-rumah sakit mudah rusak
bila dikenai suhu tinggi. Prosedur sterilisasi pilihan seperti radiasi,
penggunaan berkas elektron, atau penyaringan harus digunakan untuk
mensterilkan bahan-bahan yang akan rusak bila diberi suhu tinggi.

Tersedia beribu-ribu zat kimia dipakai untuk mengendalikan


mikroorganisme. Penting sekali memahami ciri-ciri pembeda masing-masing
zat ini dan organisme yang dapat dikendalikannya serta bagaimana zat-zat
tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya. Setiap zat kimia mempunyai
keterbatasan dalam keefektifannya, bila digunakan dalam kondisi praktis
keterbatasan-keterbatasan ini perlu di amati. Tujuan yang dikehendaki dalam
hal pengendalian mikroorganisme tidak selalu sama. Pada beberapa kasus
mungkin perlu mematikan semua organisme (sterilisasi) sedangkan pada kasus
-kasus lain mungkin cukup mematikan sebagian mikroorganisme tetapi tidak
semua (sanitasi). Dengan demikian pemilihan suatu bahan kimia untuk
penggunaan praktis dipengaruhi juga oleh hasil antimikrobial yang diharapkan
daripadanya. Cara kerja zat-zat kimia dalam menghambat atau mematikan
mikroorganisme itu berbeda-beda, beberapa diantaranya mengubah struktur
dinding sel atau membran sel yang lain menghambat sintetis komponen-
komponen seluler yang vital atau yang mengubah keadaan fisik bahan selular.
Pengetahuan mengenai perilaku khusus tentang bagaimana suatu zat kimia
menghasilkan efek anti mikroba sangat berguna baik untuk
mempertimbangkan kemungkinannya bagi penggunaan praktis maupun untuk
mengusulkan perbaikan-perbaikan apa yang mungkin dilakukan untuk
merancang bahan bahan kimia baru.

Desinfeksi adalah proses penting dalam pengendalian penyakit, karena


bertujuan merusak agen-agen patogen. Berbagai istilah digunakan berkaitan
dengan agen-agen kimia sesuai dengan kerjanya atau organisme yang khas

4
yang terkena. Istilah-istilah ini meliputi desinfektan, antiseptic,
agen bakteriostasis, bakterisida, germisida, sporisida, virisida, fungisida,
dan preservative (pengawet). (Anonim. 2006).

Metode Pengendalian Mikroba

Cara pengendalian pertumbuhan mikroba secara umum terdapat dua prinsip,


yaitu:

1) dengan membunuh mikroba,

2) menghambat pertumbuhan mikroba.

Pengendalian mikroba, khususnya bakteri dapat dilakukan baik secara


kimia maupun fisik, yang keduanya bertujuan menghambat atau
membunuh mikroba yang tidak dikehendaki.

Cara pengendalian mikroba:

1. Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi

Cleaning dan Sanitasi sangat penting di dalam mengurangi jumlah


populasi bakteri pada suatu ruang/tempat. Prinsip cleaning dan sanitasi
adalah menciptakan lingkungan yang tidak dapat menyediakan sumber nutrisi
bagi pertumbuhan mikroba sekaligus membunuh sebagian besar populasi
mikroba. Sanitasi dilakukan untuk mengurangi patogen pada peralatan makan
untuk mengamankan kesehatan masyarakat dengan cara pencucian secara
mekanik/kimia.

2. Desinfeksi

Desinfeksi adalah proses pengaplikasian bahan kimia (desinfektans)


terhadap peralatan, lantai, dinding atau lainnya untuk membunuh sel
vegetatif mikrobial. Desinfeksi diaplikasikan pada benda dan hanya berguna
untuk membunuh sel vegetatif saja, tidak mampu membunuh spora

Mekanisme desinfektan mungkin beraneka dari satu desinfektan ke


desinfektan yang lain dapat menyebabkan kerusakan pada membran sel atau
oleh tindakan pada protein sel atau pada gen yang khas yang berakibat
kematian atau mutasi. Faktor yang mengubah laju desinfeksi mencakup
macam agen konsentrasi, waktu dan suhu, jumlah mikroorgansime dengan

5
ciri-cirinya

6
(misalnya perbedaan jenis, spora, dan kapsul) dan keadaan medium
yang mengelilinginya.

Dalam merencanakan desinfeksi, desinfektan harus dipilih


sesuai organisme yang akan dihancurkan dan material yang akan
diperlakukan. Keamanan selalu menjadi pertimbangan utama, dan variabel
perlu ditangani sebagaimana diperlukan untuk menjamin hasil yang aman.
Berbagai uji dalam penggunaan untuk menilai agen- agen kimia. Semuanya
menyediakan jumlah tertentu informasi yang berguna namun harus diingat
keterbatasan uji yang digunakan.

1. Antiseptis

Antiseptis merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat antiseptis terhadap


tubuh untuk melawan infeksi atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme
dengan cara menghancurkan atau menghambat aktivitas mikroba.

2. Sterilisasi

Proses menghancurkan semua jenis kehidupan sehingga menjadi steril.


Sterilisasi seringkali dilakukan dengan pengaplikasian udara panas.

3. Bakteriostatis

Suatu kondisi pertumbuhan bakteri dan multiplikasinya dihambat, namun


bakteri tersebut tidak mati.

4. Asepsis

Kondisi ketiadaan patogen pada suatu obyek atau daerah. Teknik aseptik
dirancang dengan tujuan untuk mencegah masuknya patogen ke dalam tubuh.
Filtrasi udara, sinar UV, penggunaan masker, sarung tangan, dan
sterilisasi peralatan merupakan keseluruhan faktor yang dibutuhkan untuk
mencapai asepsis.

5. Status Fisiologis

Bakteri dalam pertumbuhan mudah terbunuh karena sel-sel belum tumbuh


secara sempurna. Ketika mikroba telah membentuk endospora, endospora
tersebut bersifat lebih resisten dibanding sel vegetati. Contohnya Endospora
clostridiumbotulinom tahan dalam air mendidih selama berjam-jam. Umumnya

7
Endospora clostridiumbotulinom tinggal dibawah tanah.

6. Lingkungan

Dengan menggunakan tingkat keasaaman pH.

2. PENGENDALIAN MIKROORGANISME SECARA KIMIA

A. ISTILAH- ISTILAH PENGENDALIAN MIKROORGANISME SECARA KIMIA

•Sterilisasi.

Sterilisasi adalah suatu proses yang menghancurkan semua bentuk kehidupan


disebut sterilisasi. Suatu benda yang steril, dipandang dari sudut mikrobiologi,
artinya bebas dari mikroorganisme hidup. Suatu benda atau substansi hanya
dapat steril atau tidak steril; tidak akan pernah mungkin setengah steril atau
hampir steril.

•Disinfektan.

Adalah suatu bahan, biasanya zat kimia, yang mematikan sel vegetatif tetapi
belum tentu mematikan bentukbentuk spora mikroorganisme penyebab
penyakit, disebut disinfektan. Istilah ini pada umumnya dipakai untuk
substansi yang digunakan terhadap benda mati.

•Disinfeksi

adalah proses yang menghancurkan sel-sel vegetatif penyebab infeksi namun


tidak selalu mematikan sporanya.

•Antiseptik.

Adalah suatu substansi yang melawan infeksi (sepsis) atau mencegah


pertumbuhan atau kerja mikroorganisme dengan cara menghancurkan mereka
atau menghambat pertumbuhan serta aktivitasnya disebut antiseptik. Istilah
ini biasanya dipakai untuk substansi yang digunakan terhadap tubuh.

•Bahan sanitasi.

Suatu bahan yang mengurangi populasi mikrobe sampai pada batas yang

8
dianggap aman menurut persyaratan kesehatan masyarakat, disebut
bahan sanitasi. Biasanya merupakan bahan kimia yang mematikan 99,9 persen
bakteri yang sedang tumbuh. Bahan sanitasi biasanya digunakan terhadap
benda mati dan pada umumnya dipergunakan dalam pemeliharaan sehari-hari
peralatan serta perkakas di pabrik-pabrik persusuan dan pangan, juga untuk
gelas, piring dan alat-alat makan di restoran. Proses disinfeksi akan
menghasilkan sanitasi (kebersihan); namun menurut arti yang tepat, sanitasi
ialah keadaan yang bersih, yang tidak selalu mengimplikasikan disinfeksi.

•Germisida (Mikrobisida).

Suatu bahan yang mematikan sel-sel vegetatif tetapi tidak selalu mematikan
bentuk-bentuk spora resisten (kebal) kuman, disebut germisida (mikrobisida).
Di dalam prakteknya, germisida hampir sama dengan disinfektan, tetapi
germisida pada umumnya digunakan terhadap semua jenis kuman
(mikroorganisme) untuk penerapan yang mana saja.

•Bakterisida.

Suatu bahan yang mematikan bentuk-bentuk vegetatif bakteri disebut


bakterisida (kata sifat, bakterisidal). Demikian pula istilah-istilah fungsida,
virisida dan sporisida, masing masing diartikan sebagai bahan yang mematikan
cendawan, virus dan spora.

•Bakteriostasis.

Suatu keadaan yang menghambat pertumbuhan bakteri disebut bakteriostasis


(kata sifat, bakteriostatik). Demikian pula fungistatik, menggambarkan
kerja suatu bahan yang menghentikan pertumbuhan cendawan. Bahan-bahan
yang mempunyai persamaan dalam kemampuan menghambat pertumbuhan
mikroorganisme secara kolektif dinamakan bahan mikrobistatik.

•Bahan Antimikrobial.

Sebagai istilah umum, bahan antimikrobial diartikan sebagai bahan yang


menganggu pertumbuhan dan metabolisme mikrobe. Dalam penggunaan
umum, istilah ini menyatakan penghambatan pertumbuhan, dan bila
dimaksudkan untuk kelompok-kelompok organisme yang khusus, maka
seringkali digunakan istilah-istilah seperti antibakterial atau antifungal.

9
Beberapa bahan antimikrobial digunakan secara khusus untuk mengobati
infeksi. Ini disebut bahan terapeutik.

•Bakterin

Vaksin yang dibuat dari bakteri yang mati, dandapat menimbulkan kekebalan
pada tubuhterhadap penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri jenis itu.

•Bakteriosilin

Anti bodi yang terbentuk dalam darah dan dapat menghancurkan bakteri.

•Bakteriolisis

Suatu proses pembasmian bakteri dengan memecahkannya sel-sel bakteri.

•Bakteriostat

adalah substansi atau agen atau bahan yang menghambat pertumbuhan atau
perkembangbiakan bakteri, misal golongan sulfonamida.

•Bakterisidal

berkemampuan untuk membunuh atau memusnahkan bakteri.

•Bakteriuria

terdapatnya bakteri dalam urin

•Septikemia

terdapatnya bakteri dalam aliran darah

•Germicidal

adalah istilah yang umum digunakan sebagai bahan yang dapat mengurangi
dan menghilangkan mikroorganisme

•Sporosida

bahan/senyawa yang dapat membunuh endospora bakteri

•Fungisida; Fungistatik

ditujukan untuk fungi

•Virusida;

1
Virustatik ditujukan untuk virus

Banyak zat-zat kimia yang dewasa ini digunakan untuk membunuh atau
mengurangi jumlah mikroba, terutama yang patogen. Pengendalian secara
kimia umumnya lebih efektif digunakan pada sel vegetatif bakteri, virus dan
fungi, tetapi kurang efektif untuk menghancurkan bakteri dalam
bentuk endospora. Oleh karena tidak ada bahan kimia yang ideal atau dapat
digunakan untuk segala macam keperluan, maka diperlukan beberapa hal
dalam memilih dan menggunakan senyawa kimia untuk tujuan tertentu, yaitu:

a. Aktivitas antimikroba, yaitu memiliki kemampuan untuk mematikan


mikroorganisme, dalam konsentrasi yang rendah pada spektrum yang
luas, artinya dapat membunuh berbagai macam mikroorganisme.

b. Kelarutan, artinya senyawa ini bisa larut dalam air atau pelarut
lain, sampai pada taraf yang diperlukan secara efektif.

c. Stabilitas, artinya memiliki stabilitas yang tinggi bila dibiarkan


dalam waktu yang relatif lama dan tidak boleh kehilangan sifat antimikrobanya.

Sifatnya:

a. Tidak bersifat toksik bagi manusia maupun hewan lain, artinya senyawa
ini bersifat letal bagi mikroba dan tidak berbahaya bagi manusia maupun
hewan lain.

b. Homogenitas, komposisinya harus selalu sama, sehingga bahan aktifnya


terdapat pada setiap aplikasi.

c. Ketersediaan dan biaya, senyawa itu harus tersedia dalam jumlah besar
dengan harga yang pantas.

d. Sifat bahan harus serasi , yaitu zat kimia yang digunakan untuk
disinfeksi alat-alat yang terkontaminasi tidak baik digunakan untuk kulit
karena dapat merusak sel kulit.

e. Tipe mikroorganisme, artinya tidak semua mikroorganisme


rentan terhadap mikrobiostatik atau mikrobiosida, oleh karena itu harus
dipilih tipe mikroorganisme yang akan dibasmi.

Pada prinsipnya, cara kerja agen kimia ini digolongkan menjadi:

1
1. Agen kimia yang merusak membran sel mikroba : Golongan Surfaktans
(Surface Active Agents), yaitu golongan anionik, kationik dan nonionik.

2. Agen kimia yang merusak enzim mikroba, yaitu:

a. Golongan logam berat seperti arsen, perak, merkuri, dll.

b. Golongan oksidator seperti golongan halogen, peroksida hidrogen


dan formaldehid.

3. Agen kimia yang mendenaturasi protein, yaitu agen kimiawi yang


menyebabkan terjadinya koagulasi dan presipitasi protoplasma, seperti alkohol,
gliserol dan bahan-bahan asam dan alkalis.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas agen kimia di dalam


mengendalikan mikroba, yaitu:

1. Konsentrasi agen kimia yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasinya


maka efektivitasnya semakin meningkat.

2. Waktu kontak. Semakin lama bahan tersebut kontak dengan bahan yang
disterilkan maka hasilnya akan semakin baik.

3. Sifat dan jenis mikroba. Mikroba yang berkapsul dan berspora lebih
resisten dibandingkan yang tidak berkapsul dan tidak berspora.

4. Adanya bahan organik dan ekstra. Adanya bahan-bahan organik dapat


menurunkan efektivitas agen kimia.

5. pH atau derajat keasaman. Efektivitas bahan kimia dapat berubah


seiring dengan perubahan pH. Hanya ada beberapa zat bahan kimia secara
hukum diterima untuk digunakan dalam pengawetan makanan. Diantaranya
yang paling efektif adalah asam benzoat, sorbat, asetat, laktat dan propionat,
kesemuanya ini adalah asam organic. Asam sorbet dan propionat digunakan
untuk menghambat pertumbuhan kapang pada roti. Nitrat dan nitrit digunakan
untuk mengawetkan daging terutama untuk mengawetkan warna dan bersifat
menghambat pertumbuhan beberpa bakteri anaerobic, terutama clostridium
botulinum.

B. KARAKTERISASI IDEAL ZAT KIMIA

1
Syarat Bahan Kimia yang digunakan untuk mengendalikan mikroba

1. Konsentrasi rendah dengan spektrum bunuh yang luas

2. Mudah larut dalam pelarutnya,

3. Mempunyai stabilitas yang baik dalam waktu yang lama.

4. Tidak beracun bagi manusia dan hewan,

5. Mempunyai homogenitas yang tinggi,

6. Bahan aktif tidak mudah bergabung dengan bahan lain.

7. Aktif pada suhu kamar

8. Mempunyai kemampuan menembus dinding sel mikroba

9. Tidak menimbulkan karat atau warna,

10. Dapat menghilangkan bau,

11. Memiliki sifat sebagai detergen (pembersih)

12. Harga murah dan mudah didapat.

Pemilihan bahan anti mikroba dipengaruhi oleh:

1. Sifat bahan kimia

2. Tipe mikroba

3. Keadaan lingkungaN

Kelompok utama bahan kimia

1. Fenol dan turunannya

2. Alcohol

3. Halogen (flour,clor, brom, dan yodium)

4. Logam berat dan persenyawaannya

5. Detergen

6. Senyawa ammonium kuartener

7. Aldehid

1
8. Gas kemoseterilisator

1. Senyawa fenol dan turunannya

Fenol (asam karbolat) pertama kali digukan oleh Joseph Lister 1865.

Mekanisme kerja:

•Mendenaturasi protein

•merusak membran sel mikroba Senyawa turunannya

a. l: m-kresol, ρ-kresol, α-kresol, α-fenilfenol, heksil resolsinol dan


heksaklorofen. Aktifitas berkurang oleh:

1. Adanya bahan organik

2. pH alkali

3. Dipakai pada suhu rendah

4. Dan adanya sabun, Fenol digunakan:

• 0.5% dalam bentuk asam karbolat, Lisol 3%, domestos 1% bahan-bahan ini
banyak digunakan sebagai disinfektan.

2. Alkohol dan turunannya etanol

Dalam konsentrai 50 – 70% efektif membunuh sel vegetatif mikroba dan


yang tidak memiliki spora. METANOL sangat beracun, bila terkena mata dapat
menyebabkan kebutaan sehingga jarang digunakan. METANOL kurang
bakterisidal berbanding etanol. PROPANOL PROPANOL DAN ISOPROPANOL
ISOPROPANOL dalam konsentrasi konsentrasi 40 – 60% berguna berguna
sebagai disinfektan kulit. Alkohol di atas 60% efektif terhadap virus,
tetapi keefektifannya dipengaruhi oleh jumlah protein asing di dalam
campuran. Mekanisme kerja: mendenaturasi protein.

3. golongan halogen dan bersenyawaaannya

1
Senyawa gol ini adalah FLOUR, KLOR, BROM dan YODIUM. Klor dan
Yodium paling luas penggunaannya. Yodium efektif terhadap bakteri, spora,
jamur dan virus. Yodum tinktur dapat dibuat dengan mencampur 2% yodium,
2% Na. yodida atau K Yodida dalam 50% alkohol. Yodium sering digunakan
untuk mendisinfeksi kulit sebelum operasi. KLOR DAN PERSENYAWAANNYA.
Kalsium hipoklorit (CaOCl2) dan Natrium hipokorit NaOCl adalah nama lain dari
KAPORIT. PADA KONSENTRASI 1% natrium hipoklorit banyak digunakan sebagai
disinfektan alat rumah tangga, sedangkan 5 – 12% digunakan
sebagai PEMUTIH DAN DISINFEKTAN dalam industri pengolahan susu dan
pangan.

4. logam dan berat persenyawaannya

Yang paling sering digunakan : Hg (merkuri), Pb (Perak), As (arsen) dan


Cu (tembaga). Mekanisme kerja : mendenaturasi protein. Disinfektan dengan
bahan aktif logam berat sudah ditinggalkan/dilarang karena berbahaya bagi
manusia, hewan dan lingkungan.

5. Detergen

Fungsi detergen dapat menurunkan tegangan permukaan, beberapa


jenis sabun dan detergen bersifat bakterisidal. Detergen tidak efektif dalam air
sadah. Secara Kimiawi, detergen dikelompokkan menjadi:

1. DETERGEN DETERGEN ANIONIK ANIONIK.

Sifat detergennya detergennya terletak terletak pada anion (ASAM),


contoh: detergen berbentuk cair sunlight, mama lemon, sabun B29 dll.

2. DETERGEN KATIONIK.

Sifat detergennya terletak pada kationnya yang bersifat BASA. Detergen ini
berbentuk serbuk atau tepung seperti attack, rinso, Daia dll.

6. Ammonium Kuartener

1
Bersifat bakterisidal yang baik terhadap bakteri gram negatif, cendawan
dan protozoa, tetapi tidak pada virus. Contoh dengan merek dagang : Zephiran,
Phemerol dan Ceepryn. Banyak digunakan sebagai antiseptik antiseptik kulit
dan sanitasi sanitasi perusahaan perusahaan pangan, pangan, industri
susu, restoran dll.

7. Aldehid

Dua senyawa turunan dari aldehid :

•GLUTARALDEHID DAN FORMALDEHID.

1. Glutaraldehid:

konsentrasi 2% dapat membunuh mikroba dengan spektrum spektrum


yang luas untuk membunuh membunuh bakteri, bakteri, jamur, spora bakteri,
bakteri, serta virus. Banyak digunakan untuk seterilisasi alat urologis, alat
berlensa dan alat-alat lainya. Untuk mencapai steril diperlukan waktu yang lama.

2. Formaldehid.

Berbentuk cair dengan kandungan 37 – 40% yang sering disebut


Formaldehida. Formalin memiliki antimikrobial yang cukup tinggi. Uap
formalin dapat digunakan untuk mensetrilkan benda dalam ruangan yang
terkondisikan. Efek negatifnya adalah : dapat menimbulkan iritasi dan uapnya
berbahaya.

9. Gas Kemosterilisator etilenoksida.

Bahan plastik yang tidak tahan panas dan kelembaban tingi, dapat
diseterilkan dengan gas ini. Pada suhu 10.8°C berbentuk cair, sedangkan di
atas suhu tersebut akan mudah menguap. Uap Etilenoksida sangat mudah
terbakar, meledak dan beracun meski dalam konsentrasi rendah. Untuk
menghindari , dapat dicampurkan karbondioksida atau diklorofluometan

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/844/4/Chapter%202.pdf

C. KELOMPOK DISINFEKTAN DAN ANTISEPTIK

1
1. Antiseptik

1
Senyawa yang dapat membunuh ataupun mencegah pertumbuhan jasad
renik (mikroorganisme). Antiseptika biasa digunakan terhadap jaringan
tumbuh yang hidup. Dalam penggunaannya biasanya dalam kadar yang rendah,
hal ini dimaksudkan untuk menghindari kerusakan pada jaringan. Penggunaan
antiseptic dalam kadar tinggi dapat membunuh sel-sel kuman maupun jaringan
pada individu yang tekena. Sedangkan dalam konsentrasi rendah antiseptika
hanya menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri patogen (bakteriostatik).

2. Efektivitas

Efektivitas antiseptik dalam membunuh mikroorganisme bergantung


pada beberapa faktor, misalnya konsentrasi dan lama paparan. Konsentrasi
memengaruhi adsorpsi atau penyerapan komponen antiseptik. Pada
konsentrasi rendah, beberapa antiseptik menghambat fungsi biokimia
membran bakteri, namun tidak hendak membunuh bakteri tersebut. Ketika
konsentrasi antiseptik tersebut tinggi, komponen antiseptik hendak
berpenetrasi ke dalam sel dan mengganggu fungsi normal seluler
secara lapang, termasuk menghambat biosintesis(pembuatan)
makromolekul dan persipitasi protein intraseluler dan asam nukleat (DNA atau
RNA}. Lama paparan antiseptik dengan banyaknya kerusakan pada sel
mikroorganisme berbanding lurus.

Antiseptik juga dapat digunakan sebagai :

a. Disinfeksi tangan : menjadi pengganti atau menyempurnakan


membasuh tangan dengan air. Tenaga medis dan paramedis harus melakukan
disinfeksi tangan dengan antiseptik sebelum dan sesudah melakukan tindakan
medis.

b. Disinfeksi pra-tindakan : antiseptik diterapkan ke lokasi tindakan untuk


mengurangi flora kulit.

c. Disinfeksi membran mukosa : irigasi antiseptik dapat ditanamkan ke


dalam uretra, kandung kemih atau vagina untuk mengobati infeksi atau
membersihkan rongga sebelum kateterisasi.

d. Disinfeksi mulut dan mukosa : Obat kumur antiseptik dapat digunakan


untuk mencegah dan mengobati infeksi mulut dan tenggorokan.

1
2. Jenis-jenis Antiseptik

1
Jenis-jenis

Mekanisme kerja antiseptik terhadap mikroorganisme berbeda-beda,


misalnya saja dengan mendehidrasi (mengeringkan) bakteri, mengoksidasi sel
bakteri, mengkoagulasi (menggumpalkan) cairan di sekitar bakteri, atau
meracuni sel bakteri. Beberapa contoh antiseptik ditengahnya yaitu:

a. Etakridin Laktat (Revanol)

Etakridin laktat adalah senyawa organik berkristal kuning oranye yang


berbau menyengat. Penggunaannya sebagai antiseptik dalam larutan 0,1% lebih
dikenal dengan merk dagang rivanol. Tindakan bakteriostatik rivanol dilakukan
dengan mengganggu proses vital pada asam nukleat sel mikroba. Efektivitas
rivanol cenderung lebih kuat pada bakteri gram positif daripada gram negatif.
Meskipun fungsi antiseptiknya tidak sekuat jenis lain, rivanol memiliki
keunggulan tidak mengiritasi jaringan, sehingga banyak digunakan untuk
mengompres luka, bisul, atau borok bernanah. Bila Anda memiliki bisul di
pantat, duduk berendam dalam larutan rivanol dapat membantu mempercepat
penyembuhannya. Untuk luka kotor yang berpotensi infeksi lebih
besar, penerapan jenis antiseptik lain yang lebih kuat disarankan setelah luka
dibersihkan.

b. Alkohol

Alkohol adalah antiseptik yang kuat. Alkohol membunuh kuman dengan


cara menggumpalkan protein dalam selnya. Kuman dari jenis bakteri, jamur,
protozoa dan virus dapat terbunuh oleh alkohol. Alkohol (yang biasanya
dicampur yodium) sangat umum digunakan oleh dokter untuk mensterilkan
kulit sebelum dan sesudah pemberian suntikan dan tindakan medis lain.
Alkohol kurang cocok untuk diterapkan pada luka terbuka karena menimbulkan
rasa terbakar. Jenis alkohol yang digunakan sebagai antiseptik adalah etanol
(60- 90%), propanol (60-70%) dan isopropanol (70-80%) atau campuran
dari ketiganya. Metil alkohol (metanol) tidak boleh digunakan sebagai
antiseptik karena dalam kadar rendah pun dapat menyebabkan gangguan saraf
dan masalah penglihatan. Metanol banyak digunakan untuk keperluan industri.

2
c. Yodium

Yodium atau iodine biasanya digunakan dalam larutan beralkohol


(disebut yodium tinktur) untuk sterilisasi kulit sebelum dan sesudah tindakan
medis. Larutan ini tidak lagi direkomendasikan untuk mendisinfeksi luka
ringan karena mendorong pembentukan jaringan parut dan menambah waktu
penyembuhan. Generasi baru yang disebut iodine povidone (iodophore),
sebuah polimer larut air yang mengandung sekitar 10% yodium aktif, jauh
lebih ditoleransi kulit, tidak memperlambat penyembuhan luka, dan
meninggalkan deposit yodium aktif yang dapat menciptakan efek
berkelanjutan. Salah satu merk antiseptik dengan iodine povidone adalah
betadine.Keuntungan antiseptik berbasis yodium adalah cakupan luas aktivitas
antimikrobanya. Yodium menewaskan semua patogen utama berikut spora-
sporanya, yang sulit diatasi oleh disinfektan dan antiseptik lain. Beberapa
orang alergi terhadap yodium. Tanda alergi yodium adalah ruam kulit
kemerahan, panas, bengkak dan terasa gatal.

d. Hidrogen Peroksida

Hidrogen peroksida (H2O2) yaitu mata-mata negara asing oksidasi, yaitu


antiseptik kuat namun tidak mengiritasi jaringan hidup. Senyawa ini bisa
diaplikasikan sbg antiseptik pada membrane mukosa. Kelemahan dari zat ini
yaitu harus selalu diamankan keadaannya karena zat ini gampang merasakan
kerusakan ketika kehilangan oksigen.

Larutan hidrogen peroksida 6% digunakan untuk membersihkan luka dan


borok. Larutan 3% lebih umum digunakan untuk pertolongan pertama luka
gores atau iris ringan di rumah. Hidrogen peroksida sangat efektif
memberantas jenis kuman anaerob yang tidak membutuhkan oksigen. Namun,
oksidasi kuat yang ditimbulkannya merangsang pembentukan parut dan
menambah waktu penyembuhan. Untung mengurangi efek sampingnya,
hidrogen peroksida sebaiknya digunakan dengan air mengalir dan sabun
sehingga paparannya terbatas. Jika menggunakan hidrogen peroksida sebagai
obat kumur, pastikan Anda mengeluarkannya kembali setelah berkumur.
Jangan menelannya.Selain keempat bahan di atas, di masa lalu ada juga
antiseptik berbasis merkuri yang dikenal dengan nama merkurokrom atau
obat merah.

2
Obat merah kini tidak dianjurkan, bahkan dilarang di banyak negara maju, karena
kandungan merkurinya dapat berbahaya bagi tubuh.

Garam merkuri

Senyawa ini yaitu antiseptik yang sangat kuat. Merkuri klorida (HgCl)
bisa dipergunakan sbg mencuci tangan dengan perbandingan dalam cairan
1:1000. Senyawa ini bisa membunuh nyaris semua jenis bakteri dalam
beberapa menit. Kelemahan dari senyawa ini yaitu berkemungkinan mulia
mengiritasi jaringan karena daya kerja antimikrobanya yang sangat kuat.

Asam Borat

Asam Borat yaitu antiseptik lemah, tidak mengiritasi jaringan. Zat ini
bisa dipergunakan secara optimum kala dilarutkan dalam cairan dengan
perbandingan 1:20.

Triclosan

Triclosan yaitu antiseptik yang efektif dan populer, bisa ditemui dalam
sabun, obat kumur, deodoran, dan sbgnya. Triclosan mempunyai
daya antimikroba dengan spektrum lapang (dapat melawan bermacam jenis
bakteri) dan mempunyai sifat toksisitas minim. Mekanisme kerja triclosan
yaitu dengan menghambat biosintesis lipid sehingga membran mikroba
kehilangan daya dan fungsinya.

3. Desinfektan

Senyawa yang dapat mencegah infeksi dengan jalan penghancuran


ataupun pelarutan jasad renik yang bersifat pathogen (sesuatu yang dapat
menyebabkan sakit). Disinfektan biasanya digunakan untuk barang-barang
yang tidak hidup, seperti kandang, alat praktek, ruang operasi dll.

Di dalam bidang kedokteran hewan, disinfektan digunakan untuk


mencegah ataupun mengendalikan penyakit infeksi. Biasa digunakan untuk
disinfeksi pada kandang, bangunan, serta alat-alat peternakan.

Digunakan pula dalam pencegahan penyakit menular, waktu dilakukan


pembedahan bangkai, serta pada proses penguburannya terhadap hewan

2
ataupun ternak yang diduga mengidap penyakit menular. Kadang-kadang
penggunaan disinfektan dengan cara dicampur air panas, kemudian
disemprotkan ke dalam ruangan-ruangan pengelolaan susu, daging,
ataupun dalam kandang suatu peternakan. Sanitizer juga sering digunakan
untuk mengurangi jumlah kuman.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih desinfektan adalah :

o Sifat mikrosidal (membunuh jasad renik)

o Sifat mikrostatik (menghambat pertumbuhan jasad renik)

o Kecepatan penghambat

o Sifat lain (tidak mahal, aktivitasnya tetap dalam waktu lama, larut
dalam air dan stabil dalam larutan)

Efektivitas

Efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya


lama paparan, suhu, konsentrasi disinfektan, pH, dan telah tersedia
tidaknya bahan pengganggu. pH merupakan faktor penting dalam menentukan
efektivitas disinfektan, misalnya saja senyawa klorin akan kehilangan programa
disinfeksinya pada pH lingkungan semakin dari 10. Contoh senyawa
pengganggu yang mampu menurunkan efektivitas disinfektan yaitu senyawa
organik.

4. Macam-macam desinfektan

Klorin

Senyawa klorin yang sangat aktif yaitu asam hipoklorit. Mekanisme


kerjanya yaitu menghambat oksidasi glukosa dalam sel mikroorganisme
dengan programa menghambat enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme
karbohidrat . Keunggulan dari disinfektan ini yaitu mudah dipergunakan,
dan jenis mikroorganisme yang mampu dibunuh dengan senyawa ini juga
cukup lapang, mencakup bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.
Kelemahan dari disinfektan berbahan landasan klorin yaitu mampu
mengakibatkan korosi pada pH rendah (suasana asam), walaupun sebenarnya
pH rendah diperlukan untuk sampai efektivitas optimum disinfektan ini. Klorin
juga cepat terinaktivasi

2
bila terpapar senyawa organik tertentu.

Iodin

Iodin merupakan disinfektan yang efektif untuk ronde desinfeksi air


dalam skala kecil. Dua tetes iodine 2% dalam larutan etanol cukup untuk
mendesinfeksi 1 liter air jernih. Satu senyawa iodine yang sering dipergunakan
sebagai disinfektan yaitu iodofor. Sifatnya stabil, mempunyai waktu
simpan yang cukup panjang, aktif mematikan nyaris semua sel bakteri,
namun tidak aktif mematikan spora, nonkorosif, dan mudah terdispersi.
Kelemahan iodofor diantaranya programanya tergolong lambat pada pH 7
(netral) dan semakin dan mahal. Iodofor tidak mampu dipergunakan pada suhu
semakin tinggi dari 49 °C.

Alkohol

Alkohol disinfektan yang banyak dipakai untuk peralatan medis,


misalnya termometer oral. Umumnya dipergunakan etil alkohol dan isopropil
alcohol dengan konsentrasi 60-90%, tidak bersifat korosif terhadap
logam, cepat menguap, dan mampu merusak bahan yang terbuat dari karet
atau plastik.

Amonium Kuartener

Amonium kuartener merupakan garam ammonium dengan substitusi


gugus alkil pada beberapa atau keseluruhan atom H dari ion NH4+nya.
Umumnya yang dipergunakan yaitu en:cetyl trimetil ammonium bromide
(CTAB) atau lauril dimetil benzyl klorida. Amonium kuartener mampu
dipergunakan untuk mematikan bakteri gram positif, namun kurang efektif
terhadap bakteri gram negatif, kecuali bila ditambahkan dengan
sekuenstran (pengikat ion logam). Senyawa ini mudah berpenetrasi,
sehingga cocok diaplikasikan pada permukaan berpori, sifatnya stabil, tidak
korosif, mempunyai umur simpan panjang, mudah terdispersi, dan
menghilangkan bau tidak sedap. Kelemahan dari senyawa ini yaitu programa
disinfeksi lambat, mahal, dan menghasilkan residu.

Formaldehida

Formaldehida atau dikenal juga sebagai formalin, dengan konsentasi

2
efektif sekitar 8%. Formaldehida merupakan disinfektan yang bersifat
karsinogenik pada konsentrasi tinggi namun tidak korosif terhadap metal,

2
mampu mengakibatkan iritasi pada mata, kulit, dan pernapasan. Senyawa ini
mempunyai daya inaktivasi mikroba dengan spektrum lapang. Formaldehida
juga mampu terinaktivasi oleh senyawa organik.

Kalium permanganat

Kalium permanganat merupakan zat oksidan kuat namun tidak tepat


untuk disinfeksi air. Penggunaan senyawa ini mampu menimbulkan perubahan
rasa, warna, dan bau pada air. Walaupun begitu, senyawa ini cukup
efektif terhadap bakteri Vibrio cholerae.

Fenol

Fenol merupakan bahan antibakteri yang cukup kuat dalam konsentrasi 1


-2% dalam air, umumnya dikenal dengan lisol dan kreolin. Fenol mampu
diperoleh melewati distilasi produk minyak bumi tertentu. Fenol bersifat toksik,
stabil, tahan lama, berbau tidak sedap, dan mampu mengakibatkan
iritasi, Mekanisme kerja senyawa ini yaitu dengan penghancuran dinding sel
dan presipitasi (pengendapan) protein sel dari mikroorganisme sehingga
terjadi koagulasi dan kegagalan fungsi pada mikroorganisme tersebut.

Desinfektan dibagi dalam beberapa golongan yaitu :

a. Kelompok alkohol larut

Contoh : isopropil alkohol, etanol Konsentrasi : 70-90

% Keuntungan : bakterisidal cepat, tuberkulosidal

Kelemahan : tidak membunuh spora, menyebabkan korosi metal kecuali


ditambah dengan pereduksi

b. Kelompok gas sterilisasi

Contoh : etilen oksida Waktu reaksi: 4-8 jam

Keuntungan : tidak berbahaya untuk kebanyakan bahan, mensterilkan bahan,


digunakan untuk bahan yang tidak tahan panas.

Kelemahan : membutuhkan peralatan khusus

c. Kelompok gas desinfektan

2
Contoh : formaldehida

Konsentrasi : larutan jenuh dalam bentuk gas

Keuntungan : membunuh spora, tidak korosif, digunakan untuk bahan yang


tidak tahan panas

Kelemahan : membutuhkan bahan yang relatif lama sebagai desinfektan,


menimbulkan bau, keracunan pada membran kulit dam membran mukus.

d. Kelompok halogen

Contoh : khlorin, yodium

Konsentrasi : hipoklorit-konsentrasi tinggi Keuntungan :

- Khlorin : tuberkulosidal

- Yodium : pencuci dan desinfektan, tidak meninggalkan warna,


meninggalkan residu

anti bakteri Kelemahan:

- Khlorin : memutihkan bahan, korosi logam, tidak stabil dalam air


sadah, larutan harus segar

- Yodium: yodium tinkur menimbulkan warna dan menyebabkan iritasi kulit,


aktifitasnya hilang dalam air sadah, korosif terhadap kulit, menyebabkan
pengeringan kulit.

e. Kelompok fenol

Contoh : kreosol, fenol semi sintetis, lisol Konsentrasi : kresol 2 %, lisol 1%

Keuntungan: aktifitasnya tidak hilang dalam bahan organik, sabun. Ataupun air
sadah, meninggalkan efek residu jika kering

Kelemahan: kresol harus digunakan dalam air lunak f. Kelompok detergen


kationik

Contoh : amonium quartener Keuntungan : tidak berbau

Kelemahan: tidak bersifat tuberkulosidal

Sumber

2
https://www.scribd.com/document/134658102/Antiseptik

http://p2k.itbu.ac.id/ind/1-3064-2950/Disinfektan_27766_itbu_p2k-itbu.html

10 Kriteria suatu disinfektan dikatakan ideal, yaitu;

1. Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu


kamar

2. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan


kelembaban

3. Tidak toksik pada hewan dan manusia

4. Tidak bersifat korosif

5. Tidak berwarna dan meninggalkan noda

6. Tidak berbau/ baunya disenangi

7. Bersifat biodegradable/ mudah diurai

8. Larutan stabil

9. Mudah digunakan dan ekonomis

10. Aktivitas berspektrum luas

D. KELOMPOK STERLAN

Metode sterilisasi dapat digolongkan menjadidua, yaitu metode


sterilisasi dengan cara panasdan sterilisasi dengan cara dingin. Metode
sterilisasi dengan cara panas dibagi menjadisterilisasi panas kering
(menggunakan oven pada suhu 160-180⁰C selama 30-240 menit), dan sterilisasi
panas basah (menggunakan autoklafdengan suhu 121⁰C dengan tekanan 15
psi, selama 15 menit).

Metode Kimiawi

Dalam metode kimiawi, sterilisasi yang dilakukan menggunakan zat-zat


kimia. Jadi, alat-alat medis yang memang bisa terkena air akan direndam ke
dalam larutan kimia yang bisa mematikan kuman, bakteri, dan virus. Bisa

2
dibilang metode kimiawi menjadi metode yang paling awal dilakukan dalam
sterilisasi. Setelah menggunakan metode kimiawi, terkadang masih banyak
yang memutuskan untuk melakukan metode lainnya sebagai pelengkap agar
alat media semakin bersih.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Sterilisasi memiliki


makna yang berbeda dalam 2 bidang pembahasan

1. Pembahasan Kimia, Sterilisasi merupakan perlakuan untuk


menjadikan suatu bahan atau benda bebas dari mikroorganisme dengan cara
pemanasan, penyinaran, atau dengan zat kimia untuk mematikan
mikroorganisme hidup maupun sporanya.

2. Pembahasan biologi, Sterilisasi perlakuan untuk meniadakan


kesanggupan berkembang biak pada hewan atau manusia dengan
menghilangkan alat kelamin atau menghambat fungsinya. Sterilisasi dalam
mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang
terdapat pada atau didalam sutu benda. ketika melakukan pemindahan
biakkan bakteri secara aseptik. Di dalam pengamatan tentang mikrobiologi,
sterilisasi merupakan bagian yang sangat penting atau merupakan suatu
keharusan, baik pada alat maupun media.

Macam- macam Sterilan:

SECARA FISIKA

1. Pemanasan Suhu Tinggi

Pada suhu-suhu tertentu mikroorganisme dapat dimatikan. Waktu yang


diperlukan untuk membunuh tergantung pada jumlah organisme, spesies, sifat
produk yang dipanaskan, pH, dan suhu.

a. Pendidihan

Pendidihan 100oC selama 30 menit dengan cara merebus bahan yang akan
disterilkan (memerlukan waktu lebih banyak di ketinggian). Membunuh semua
mikroorganisme yang patogen maupun non patogen kecuali beberapa
endospore dan dapat menonaktifkan virus.

2
b. Pasteurisasi

Pasteurisasi adalah penggunaan panas yang ringan dengan suhu terkendali


untuk mengurangi jumlah mikroorganisme patogen dengan berdasarkan waktu
kematian termal bagi tipe patogen yang paling resisten untuk dibasmi dalam
produk atau makanan. Dalam kasus pasteurisasi susu, waktu dan suhu
tergantung tujuan untuk membunuh jenis potensial yang patogen yang
terdapat dalam susu yang diinginkan.

c. Tyndalisasi

Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan minuman kaleng.


Tyndalisasi dapat membunuh sel vegetatif sekaligus spora mikroba tanpa
merusak zat-zat yang terkandung di dalam makanan dan minuman yang
diproses. Suhu pemanasan adalah 65°C selama 30 menit dalam waktu tiga hari
berturut-turut.

d. Autoklaf

Autoklaf adalah alat sterilisasi yang mempergunakan uap dan tekanan yang
diatur. Autoklaf merupakan ruang uap berdinding rangkap yang diisi dengan
uap jenuh bebas udara dan dipertahankan pada suhu serta yang ditentukan
selama periode waktu yang dikehendaki. Bahan-bahan dipanaskan sampai
121°C selama 15-20 menit pada tekanan uap 15 pon per inci persegi. Uap air
jenuh memanaskan bahan-bahan tadi sehingga dengan cepat disterilkan
dengan melepaskan panas yang laten. Dengan kondensasi sejumlah 1600 ml
uap pada
100 °C dan tekanan 1 atmosfir, akan terjadi embun sejumlah 1 ml
dengan melepaskan 518 kalori. Air yang mengembun tadi akan menyebabkan
keadaan lembab yang cukup utuk membunuh kuman. Autoklaf dipergunakan
untuk mensterilkan pembenihan, barangbarang dari karet, semperit, baju,
pembalut dan lainlain.

2. Pendinginan dan Pembekuan

Umumnya mikroorganisme hanya tumbuh sangat sedikit atau tidak sama sekali
pada suhu 0° C. Makanan akan tahan lama jika disimpan di temperatur rendah
untuk memperlambat laju pertumbuhan dan pembusukan akibat adanya
mikroorganisme (misalnya susu). Tetapi suhu rendah tidak berarti bebas

3
bakteri.

3
3. Pengeringan (pengangkatan H2O)

Sebagian besar mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada keadaan kekurangan


air. Metode ini melibatkan penghilangan air dari produk oleh panas, penguapan,
beku-pengeringan, dan penambahan garam atau gula. Pengeringaan
sel mikroba serta lingkungannya sangat mengurangi atau menghentikan
aktivitas metabolik.

Faktor-faktor yang mempengaruhinya:

a. Jenis mikroorgaanisme

b. Bahan pembawa yang akan dipakai untuk mengeringkan mikroorganisme

c. Kesempurnaan proses pengeringan

d. Kondisi fisik (cahaya, suhu, kelembaban yang dikenakan pada


organisme yangdikeringkan.

Pengeringan di udara dapat membunuh sebagian besar kuman. Namun spora


tidak terpengaruh oleh pengeringan, karena itu merupakan cara yang
kurang memuaskan.

4. Radiasi

Praktek ini dapat digunakan untuk pasteurisasi jus buah dengan mengalirkan
jus di atas sumber cahaya ultraviolet intensitas cahaya tinggi. Sistem UV untuk
penggunaan air tersedia pribadi, perumahan dan komersial untuk dapat
digunakan dalam pengendalian bakteri, virus dan kista protozoa.

Macam-macam radiasi yang digunakan :

1. Radiasi Ultraviolet

Ultraviolet merupakan unsur bakterisidal utama pada sinar matahari yang


menyebabkan perubahanperubahan di dalam sel berupa :

a. Denaturasi protein

b. Kerusakan DNA

c. Hambatan repikasi DNA

d. Pembetukan H2O2 dan peroksida organik di dalam pembenihan

3
e. Merangsang pembentukan kolisin pada kuman kolisigenik dengan merusak
penghambatnya di dalam

sitoplasma.

2. Cahaya Ultraviolet

Dipergunakan untuk :

a. Membunuh mikrooganisme

b. Membuat vaksin kuman dan virus.

c. Mencegah infeksi melalui udara pada ruang bedah, tempat-tempat umum


dan laboratorium bakteriologis.

3. Radiasi sinar-X dan pengion l ainnya

Radiasi pengion memiliki kapasitas lebih besar untuk menginduksikan


perubahan-perubahan yang mematikan pada DNA sel. Cara ini berguna untuk
sterilisasi barang-barang sekali pakai misalnya benang bedah, semperit sekali
pakai, pembalut lekat dan lain-lain.Menurut FDA, radiasi tidak
membuat makanan menjadi radioaktif, juga tidak terlihat perubahan rasa,
tekstur, atau penampilan. Radiasi produk pangan untuk mengendalikan
penyakit yang terbawa makanan pada manusia umumnya telah disahkan oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa Organisasi Kesehatan Dunia dan American Medical
Association. Dua bakteri penyebab penyakit penting yang dapat dikendalikan
oleh iradiasi meliputi Escherichia coli dan spesies Salmonella.

4. Filtrasi

a. Filter bakteriologis

Filter Bakteriologis biasanya digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang


tidak tahan

terhadap pemanasan, misalnya larutan gula, serum, antibiotika, antitoksin, dll.


Teknik filtrasi

prinsipnya menggunakan penyaringan, dimana yang tersaring hanyalah bakteri


saja. Diantara

jenis filter bakteri yang umum digunakan adalah :

3
Berkefeld (dari fosil diatomae), Chamberland (dari porselen), Seitz (dari asbes)
dan seluosa.

b. Filter udara

Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring udara berisikan partikel (High
Efficiency

Particulate Air Filter atau HEPA) memungkinkan dialirkannya udara bersih ke


dalam ruang

tertutup dengan sistem aliran udara laminar (Laminar Air Flow ).

SECARA KIMIA

1. Antimikroba

Antimikroba adalah zat kimia yang membunuh atau menghambat pertumbuhan


mikroorganisme. Antimikroba termasuk bahan pengawet kimia dan antiseptik,
serta obat yang digunakan dalam pengobatan penyakit menular pada tanaman
dan hewan. Antimikroba didapatkan dari sintetis atau berasal dari alam, dan
mereka memiliki efek atau sidal statis pada mikroorganisme.

a. Antiseptik

Antiseptik cukup berbahaya jika digunakan pada kulit dan selaput lendir, dan
tidak boleh digunakan secara internal. Contohnya seperti merkuri, perak
nitrat, larutan yodium, dan deterjen.

b. Desinfektan

Desinfektan merupakan bahan yang membunuh mikroorganisme, tetapi tidak


mencakup spora

mikroorganisme, dan tidak aman digunakan untuk jaringan hidup, desinfektan


hanya digunakan

pada benda mati seperti meja, lantai, peralatan, dll. Efeknya terhadap
permukaan benda atau bahan juga berbeda-beda. Ada yang serasi dan ada
yaang bersifat merusak.

3
2. Pengawet

Merupakan bahan statis yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan


mikroorganisme, dan paling sering digunakan dalam makanan. Bahan
yang dapat digunakan tidak berbahaya jika

masuk ke dalam tubuh dan tidak beracun. Contohnya adalah kalsium


propionat, natrium benzoat, formaldehid, nitrat dan belerang dioksida

3. Antibiotik

a) Antibiotik sintetik

Antibiotik sintetik berguna dalam pengobatan penyakit dari mikroba maupun


virus. Contohnya adalah sulfonilamid, isoniazid, etambutol, AZT, asam
nalidiksat dan kloramfenikol.

b) Antibiotik Alami

Antibiotik alami adalah antibiotik yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang


dapat membunuh atau menghambat mikroorganisme lainnya. Definisi yang
lebih luas antibiotik merupakan bahan kimia yang berasal dari alam (dari
semua jenis sel) yang memiliki efek untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan sel-sel jenis lain. Di antara produk antibiotik yang paling
menonjol adalah Penicillium dan Cephalosporium, yang merupakan sumber
utama beta-laktam antibiotik (penisilin dan turunannya).

c) Antibiotik semisintetik

Antibiotik semisintetik adalah antibiotik yang molekulnya diproduksi suatu


mikroba kemudian dimodifikasi oleh ahli kimia organik untuk meningkatkan
sifat antimikroba antibiotik tersebut atau membuat mereka unik agar dapat
dipatenkan secara farmasi.

E. MANAGEMEN ANTISEPTIK

Antiseptik berasal dari bahasa Yunani, "Anti" (melawan ) dan "Septikos"


( penyebab kebusukan), yang berarti zat antimikroba yang dapat dipakai oleh
jaringan hidup untuk mengurangi kemungkinan infeksi dan penyebab
pembusukan.

3
- Zat ini dapat menghancurkan mikroorganisme yang bermuatan kuman
penyakit tanpa membayahakan jaringan tubuh.

- Praktek penggunaan antiseptik dalam perawatan dan pengobatan luka


dipelopori oleh ahli bedah daru Inggris Joseph Lister pada tahun (1865).
Kemudian pada tahun (1929), Hullbassed manufacturer, Albert Reckitt
dari Reckitt dan Sons Ltd., bersama dengan W.C Reynolds
mengembangkan sebuah antiseptik desinfektan.

- Penyelamatan Mulcahy secara fundamental mengubah penile prosthesis


infections (PPI).

- Intinya adalah urutan irigasi antiseptik yang bertujuan untuk


menghilangkan dan memberantas mikroflora patogen dari bidang yang
terinfeksi, sehingga siapk untuk segera direimplantasi.

- Manajemen kali ini memeriksa 3 solusi irigasi antiseptik yang umum


digunakan (povidone-iodine [PVI], hidrogen peroksida [H2O2],
dan chlorhexidine gluconate [CHG]) dalam hal aktivitas antimikroba,
sitotoksisitas, dan penggunaan klinisnya. Protokol penyelamatan asli
dipilih untuk solusi irigasi pada konsentrasi yang cenderung merugikan
jaringan asli

- Ketiga agen menunjukkan efek sitotoksik in vitro pada konsentrasi


subklinis, tetapi H2O2 dikaitkan dengan sifat merusak paling signifikan.
Tampaknya tidak memperluas cakupan antimikroba di luar apa yang
dicakup oleh PVI.

- PVI encer (0,35-3,5% dengan waktu pajanan minimal 3 menit) memiliki


bukti klinis paling kuat sebagai tambahan intraoperatif, mengurangi
insiden komplikasi infeksi pasca operasi.

- chlorhexidine gluconate adalah agen baru yang menjanjikan tetapi


tidak memiliki data klinis.

PVI encer (0,35-3,5% selama 3 menit) mungkin bermanfaat dalam


pencegahan PPI. Bukti mendukung penggunaannya baik dalam pengaturan

3
implantasi primer maupun penyelamatan perangkat keras yang terinfeksi.

MEKANISME KERJA ANTISEPTIK

1. Merusak dinding sel

2. Kerusakan Sitoplasma

3. Mengubah permeabilitas membran sel

4. Menghambat kerja enzim

5. Menghambat sintesis asam nukleat dan protein

JENIS-JENIS ANTISEPTIK

- Hidrogen Peroksida (H2O2)

- Garam merkuri

- asam borat

- ticlosan

STERILISASI SECARA KIMIAWI

- Antiseptik kimia biasanya dipergunakan dan dibiarkan menguap seperti


halnya alkohol.

- Pemilihan antiseptik terutama tergantung pada kebutuhan daripada


tujuan tertentu serta efek yang dikehendaki. Perlu juga diperhatikan
bahwa beberapa senyawa bersifat iritatif, dan kepekaan kulit sangat
bervariasi. Zat-zat kimia yang dapat dipakai untuk sterilisasi antara lain
yaitu halogen (senyawa klorin, iodium), alkohol,fenol,hidrogen
feroksida,zat warna ungu kristal, derivat akridin, rosanalin, detergen,
logam berat (hg,Ag,As,Zn), aldehida, dll

https://www.scribd.com/presentation/473029887/Pengendalian-
mikroorganisme-PMO-secara-kimia

BAB III

KESIMPULAN

Istilah-istilah dalam pengendalian mikroorganisme ada sterilisasi,

3
disinfektan, disinfeksi, antiseptik, bahan sanitasi, germisida, bakerisida,
bakteriostatis, bahan anti mikrobial, dan lain- lain.

Kelompok utama bahan kimia adalah Fenol dan turunannya ,


Alcohol, Halogen (flour,clor, brom, dan yodium), Logam berat dan
persenyawaannya, Detergen, Senyawa ammonium kuartener, Aldehid, Gas
kemoseterilisator

Syarat Bahan Kimia yang digunakan untuk mengendalikan mikroba yaitu


Konsentrasi rendah dengan spektrum bunuh yang luas, mudah larut
dalam pelarutnya, mempunyai stabilitas yang baik dalam waktu yang lama,
tidak beracun bagi manusia dan hewan, mempunyai homogenitas yang tinggi,
bahan aktif tidak mudah bergabung dengan bahan lain. aktif pada suhu kamar,
mempunyai kemampuan menembus dinding sel mikroba, tidak menimbulkan
karat atau warna, dapat menghilangkan bau, memiliki sifat sebagai detergen
(pembersih), harga murah dan mudah didapat.

Antiseptik adalah Senyawa yang dapat membunuh ataupun mencegah


pertumbuhan jasad renik (mikroorganisme). Antiseptika biasa digunakan
terhadap jaringan tumbuh yang hidup.

Efektivitas antiseptik dalam membunuh mikroorganisme bergantung


pada beberapa faktor, misalnya konsentrasi dan lama paparan. Konsentrasi
memengaruhi adsorpsi atau penyerapan komponen antiseptic

Metode sterilisasi dapat digolongkan menjadidua, yaitu metode


sterilisasi dengan cara panasdan sterilisasi dengan cara dingin. Metode
sterilisasi dengan cara panas dibagi menjadisterilisasi panas kering
(menggunakan oven pada suhu 160-180⁰C selama 30-240 menit), dan sterilisasi
panas basah (menggunakan autoklafdengan suhu 121⁰C dengan tekanan 15
psi, selama 15 menit).

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/844/4/Chapter%202.pdf

http://p2k.itbu.ac.id/ind/1-3064-2950/Disinfektan_27766_itbu_p2k-itbu.html

https://www.scribd.com/presentation/473029887/Pengendalian-

3
mikroorganisme-PMO-secara-kimia

Anda mungkin juga menyukai