Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI I
PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN
MIKROORGANISME
Disusun Oleh :
Nama : Muhammad Amin
NPM : F1D015032

Diketahui Praktikan
Asisten Praktikum

(Riziq Ilham Nurfahmi / F1D015005) (Muhammad Amin / F1D015032)

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi
dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrient yang sesuai untuk
kultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan
mikroba secara optimum. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya,
tetapi menunjukkan respon yang menunjukkan respon yang berbeda-beda. Untuk
berhasilnya kultivasi berbagai tipe mikroba diperlukan suatu kombinasi nutrient serta
faktor lingkungan yang sesuai. Karena semua proses pertumbuhan bergantung pada reaksi
kimiawi dan karena laju reaksi-reaksi ini dipengaruhi oleh temperatur, maka pola
pertumbuhan bakteri dapat sangat dipengaruhi oleh temperatur. Temperatur juga
mempengaruhi laju pertumbuhan dan jumlah total pertumbuhan organisme. Keragaman
temperatur dapat juga mengubah proses-proses metabolik tertentu serta morfologi sel
(Pelczar, 1986).
Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas
dibandingkan mahluk hidup yang lain .Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di
darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Kemampuan mikroorganisme
untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan hal yang penting dalam ekosistem pangan. Suatu
pengetahuan dan pengertian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan
tersebut sangat penting untuk mengendalikan hubungan antara mikroorganisme-makanan-
manusia. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme
meliputi suplai zat gizi, waktu, suhu, air, pH dan tersedianya oksigen (Buckle, 1985).
Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, akan tetapi
juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Bakteri dapat mengubah pH dari medium tempat
ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor lingkungan
dapat dibagi atas faktor-faktor biotik dan faktor-faktor abiotik. Di mana, faktor-faktor
biotik terdiri atas makhluk-makhluk hidup, yaitu mencakup adanya asosiasi atau
kehidupan bersama antara mikroorganisme, dapat dalam bentuk simbiose, sinergisme,
antibiose dan sintropisme. Sedangkan faktor-faktor abiotik terdiri atas faktor fisika (misal:
suhu, atmosfer gas, pH, tekanan osmotik, kelembaban, sinar gelombang dan pengeringan)
serta faktor kimia (misal: adanya senyawa toksik atau senyawa kimia lainnya
(Hadioetomo, 1993).
1.2 Tujuan Percobaan
Mahasiswa mengetahui bagaimana pengaruh lingkungan (faktor fisik dan kimia) dapat
mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dan untuk mengetahui metode-metode yang
biasa dilakukan dalam pengendalian/kontrol mikroorganisme, untuk mengetahui aktivitas
antibiotik, antiseptik, desinfektan terhadap mikroorganisme, dan untuk mengetahui daya
oligodinamik terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengaruh Lingkungan Terhadap Pertumbuhan Mikrob
Pertumbuhan adalah penambahan secara teratur semua komponen sel suatu jasad.
Pembelahan sel adalah hasil dari pertumbuhan sel. Pada jasad bersel tunggal (uniseluler),
pembelahan atau perbanyakan sel merupakan pertambahan jumlah individu. Misalnya
pembelahan sel pada bakteri akan menghasilkan pertambahan jumlah sel bakteri itu
sendiri. Pada jasad bersel banyak (multiseluler), pembelahan sel tidak menghasilkan
pertambahan jumlah individunya, tetapi hanya merupakan pembentukan jaringan atau
bertambah besar jasadnya. Dalam membahas pertumbuhan mikrobia harus dibedakan
antara pertumbuhan masing- masing individu sel dan pertumbuhan kelompok sel atau
pertumbuhan populasi (Suharjono, 2006).
Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh
faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat
morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrient yang
sesuai untuk kultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang memungkinkan
pertumbuhan mikroba secara optimum. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan
nutrisinya, tetapi menunjukkan respon yang menunjukkan respon yang berbeda-beda.
Untuk berhasilnya kultivasi berbagai tipe mikroba diperlukan suatu kombinasi nutrient
serta faktor lingkungan yang sesuai. Karena semua proses pertumbuhan bergantung pada
reaksi kimiawi dan karena laju reaksi-reaksi ini dipengaruhi oleh temperatur, maka pola
pertumbuhan bakteri dapat sangat dipengaruhi oleh temperatur. Temperatur juga
mempengaruhi laju pertumbuhan dan jumlah total pertumbuhan organisme. Keragaman
temperatur dapat juga mengubah proses-proses metabolik tertentu serta morfologi sel
(Pelczar, 1986).
Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan
aktivitas kehidupan antara lain dapat dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi
dan bereproduksi dengan sendirinya. Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme
yang tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri
yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan
terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi karena ukurannya yang kecil, maka
tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim yang telah dihasilkan. Dengan demikian
enzim yang tidak diperlukan tidak akan disimpan dalam bentuk persediaan.enzim-enzim
tertentu yang diperlukan untuk perngolahan bahan makanan akan diproduksi bila bahan
makanan tersebut sudah ada. Mikroorganisme ini juga tidak memerlukan tempat yang
besar, mudah ditumbuhkan dalam media buatan, dan tingkat pembiakannya relative cepat.
Oleh karena aktivitasnya tersebut, maka setiap mikroorganisme memiliki peranan dalam
kehidupan, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan (Lestari, 2009).
Bakteri autotrofik menggunakan CO2 sebagai sumber karbon, sedangkan bakteri
heterotrofik menggunakan senyawa organik, seperti asetat, piruvat, dan oksaloasetat
sebagai sumber karbon. Laju pertumbuhan bakteri yang bersifat autotrofik lebih lambat
dibandingkan dengan bakteri heterotrofik. Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu
faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan aktivitas bakteri
pengoksidasi amonia. Derajat keasaman (pH) optimum untuk pertumbuhan bakteri
pengoksidasi amonia yang bersifat autotrofik berkisar dari 7,5 sampai 8,5. Sedangkan
bakteri yang bersifat heterotrofik lebih toleran pada lingkungan asam, dan tumbuh lebih
cepat dengan hasil yang lebih tinggi pada kondisi dengan konsentrasi DO rendah
(Agustiyani, 2004). 
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan hal yang
penting dalam ekosistem pangan. Suatu pengetahuan dan pengertian tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi kemampuan tersebut sangat penting untuk mengendalikan hubungan
antara mikroorganisme-makanan-manusia. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme meliputi suplai zat gizi, waktu, suhu, air, pH dan
tersedianya oksigen. Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan
lebih tersebar luas dibandingkan mahluk hidup yang lain .Bakteri memiliki ratusan ribu
spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim.Bakteri
ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang
membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan
prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik/ mikroskopis.
Bakteri merupakan makhluk hidup proariotik yang palin seerhana. Bakteri kebanyakan
hidup bebas dan terdapat di mana- mana dan memeiliki peran penting dalam kehidupan
manusia (Waluyo, 2004).
Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, akan
tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Bakteri dapat mengubah pH dari medium
tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor
lingkungan dapat dibagi atas faktor-faktor biotik dan faktor-faktor abiotik. Di mana,
faktor-faktor biotik terdiri atas makhluk-makhluk hidup, yaitu mencakup adanya asosiasi
atau kehidupan bersama antara mikroorganisme, dapat dalam bentuk simbiose, sinergisme,
antibiose dan sintropisme. Sedangkan faktor-faktor abiotik terdiri atas faktor fisika (misal:
suhu, atmosfer gas, pH, tekanan osmotik, kelembaban, sinar gelombang dan pengeringan)
serta faktor kimia (misal: adanya senyawa toksik atau senyawa kimia lainnya
(Hadioetomo, 1993).
Medium harus mempunyai pH yang tepat, yaitu tidak terlalu asam atau basa.
Kebanyakan bakteri tidak tumbuh dalam kondisi terlalu basa, dengan pengecualian basil
kolera (Vibrio cholerae). Pada dasarnya tak satupun yang dapat tumbuh baik pada pH lebih
dari 8. Kebanyakan patogen, tumbuh paling baik pada pH netral (pH7) atau pH yang
sedikit basa (pH 7,4). Beberapa bakteri tumbuh pada pH 6;tidak jarang dijumpai
organisme yang tumbuh baik pada pH 4 atau 5. Sangat jarang suatu organisme dapat
bertahan dengan baik pada pH 4; bakteri autotrof tertentu merupakan pengecualian.
Karena banyak bakteri menghasilkan produk metabolisme yang bersifat asam atau basa
(Volk, 1993).
2.2 Antibiotik Dan Disenfektan
Antibiotik digunakan untuk membasmi mikroba penyebab terjadinya infeksi.
Gejala infeksi terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba dan berbagai zat toksik yang
dihasilkan mikroba. Pada dasarnya suatu infeksi dapat ditangani oleh sistem pertahanan
tubuh, namun adakalanya sistem ini perlu ditunjang oleh penggunaan antibiotik. Antibiotik
yang digunakan untuk membasni mikroba penyebab infeksi pada manusia, harus memiliki
sifat toksisitas selektif. Artinya antibiotik harus bersifat toksik untuk mikroba, tetapi relatif
tidak toksik untuk hospes. Toksisitas selektif tergantung kepada struktur yang dimiliki sel
bakteri dan manusia misalnya dinding sel bakteri yang tidak dimiliki oleh sel manusia,
sehingga antibiotik dengan mekanisme kegiatan pada dinding sel bakteri mempunyai
toksisitas selektif relatif tinggi.Berdasarkan sasaran tindakan antibiotik terhadap mikroba
maka antibiotik dapat dikelompokkan menjadi lima golongan yaitu antibiotik penghambat
sintesis dinding sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah penisilin,
sefalosporin, basitrasin, dan vankomisin. Yang kedua yaitu antibiotik penghambat sintesis
protein sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah golongan
aminoglikosida, makrolida, kloramfenikol, linkomisin dan tetrasilin. Yang ketiga yaitu
antibiotik penghambat sintesis asam nukleat sel mikroba, antibiotik yang termasuk
kelompok ini ialah rifampisin dan golongan kuinolon. Keempat yaitu antibiotik
pengganggu fungsi membran sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah
golongan polien. Dan yang kelima yaitu antibiotik penghambat metabolisme mikroba,
antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah sulfonamida, trimetoprin dan asam p-amino
salisilat (Ganiswarna, 1995).
Sensitivitas bakteri terhadap antibiotik tergantung kapada kemampuan antibiotik
tersebut untuk menembus dinding sel bakteri. Antibiotik lebih banyak yang efektif bekerja
terhadap bakteri Gram positif karena permeabilitas dinding selnya lebih tinggi
dibandingkan bakteri Gram negatif. Jadi suatu antibiotik dikatakan mempunyai spektrum
sempit apabila mampu menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif, sedangkan
antibiotik berspektrum luas jika pertumbuhan bakteri Gram positif dan bakteri Gram
negatif dapat dihambat oleh antibiotik tersebut (Sumadio, 1994).
2.3 Daya Oligodinamik
Banyak zat kimia yang dapat menghambat atau mematikan mikroorganisme,
seperti logam berat seperti Zn dan Cu sampai pada molekul organik yang kompleks seperi
persenyawaan ammonium kuartener. Berbagai substansi tersebut menunjukkan efek
antimikrobialnya dalam berbagai cara dan berbagai macam mikroorganisme. Efeknya
terhadap permukaan benda atau bahan juga berbeda-beda, ada yang serasi ada yang
bersifat merusak. Maka perlu sekali diketahui perlakuan suatu bahan kimia terlebih dahulu
sebelum digunakan untuk penerapan praktis tertentu. Uji oligodinamik berprinsip pada
interaksi antara logam yang terionisasi dengan gugus sulfihidril pada protein sel yang
menyebabkan denaturasi (Pelczar, 1988).
Logam berat berfungsi sebagai antimikroba oleh karena dapat mempresipitasikan
enzim - enzim atau protein esensial dalam sel. Logam-logam berat yang umum dipakai
adalah Hg, Ag, As, Zr dan Cu. Daya antimikroba dari logam berat, dimana pada
konsentrasi yang kecil saja dapat membunuh mikroba dinamakan daya oligodinamik.
Tetapi garam dari logam berat ini mudah merusak kulit, merusak alat - alat yang terbuat
dari logam, dan harganya mahal (Dwidjoseputro, 2005).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada Hari Selasa, 27 Maret 2018 bertempat di
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Bengkulu
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Cawan petri, tabung reaksi, bunsen, cotton swab, vortex, kertas cakram, pinset,
inkubator, kertas label, tissu, spidol, logam.
3.2.2 Bahan
Media NA, NaCl, biakan: Eschericihia coli, Staphylococcus aureus,
Saccharomycetes penicillium atau Rhizopus, Nutrien Broth (NB), HCl, NaOH, media
Mueller Hinton Agar (MHA), alkohol 70%.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Pengaruh Tekanan Osmosis
Disiapkan empat buah tabung reaksi yang bersih, lalu dimasukkan media NA yang
masih cukup panas masing-masing sebanyak 10ml. Lalu diberi label untuk konrol
NA, 5%, 10%, dan 15% NaCl. Pada tabung ke 2 (5% NaCl ) ditambahkan 0,5 gram
NaCl, pada tabung ke 3 tambahkan 1 gram NaCl dan tabung ke 4 tambahkan 1,5
gram NaCl, selanjutnya empat tabung yang berisi media tersebut disterilkan.
Disiapkan empat buah cawan petri steril, lalu media yang steril tersebut masing-
masing dituangkan pada cawan petri yang sudah disiapkan, kemudian dibiarkan
sampai terjadi polimerasi, agar mengeras dan jangan lupa memberi label pada
masing-masing cawan petri. Dengan menggunakan spidol buat 2 garis yang saling
bersilangan sehingga membagi petri tersebut menjadi 4 bagian (kuadran). Pada
masing-masing kuadran inokulasi dengan keempat mikroorganisme diatas, khusus
untuk inokuasi mold dengan cara sebagai berikut; inokulasikan bagian kapang
dibagian tengah dari kuadran (lakukan hal yang sama unuk semua cawan petri).
Selanjutnya inkubasi pada suhu 35oC selama 24-48jam lalu catat hasilnya, beri
tanda 5+ untuk biakan yang paling banyak pertumbuhannya, 3+ untuk biakan yang
tumbuh baik, 1+ untuk yang sedikit
3.3.2 Pengaruh pH
Disiapkan tiga tabung yang berisi Nutrien Broth, lalu ditambahkan HCL atau
NaOH untuk menyesuaikan pH, antara lain: tiga tabung NB dengan PH 2,5, pH 5,
pH 7,5, pH 9,5, kemudian diinokulsi ke tiga tabung yang berisi biakan-biakan
tersebut pada suhu 35oC selama 24-48jam, kemudian dikocok tabung yang
diinkubasi tersebut dan bandingkan derajat kekeruhannya dan dicatat hasilnya, beri
tanda 5+ untuk biakan yang paling banyak pertumbuhannya, 3+ untuk biakan yang
tumbuh baik, 1+ untuk yang sedikit
3.3.3 Pengaruh Suhu
Disiapkan tiga tabung yang berisi Nutrien Broth, lalu ditambahkan HCL atau
NaOH untuk menyesuaikan pH, tiga tabung NB untuk inkubasi 5 oC, tiga tabung
NB untuk inkubasi 27oC, tiga tabung NB untuk inkubasi 37oC, tiga tabung NB
untuk inkubasi 44oC, kemudian diinokulsi ke tiga tabung untuk masing-masing
suhu inkubasi dengan ketiga biakan yang disediakan, selanjutnya diinkubasiselama
48jam. Didalam lemari es untuk 5oC, dlam ruangan untuk 27oC, dalam inkubator
untuk 37oC, dalam penangas air untuk 44oC, setelah masa inkubasi, tabung
dikocok dan dibandingkan derajat kekruhannya lalu dicatat hasilnya, dan beri tanda
5+ untuk biakan yang paling banyak pertumbuhannya, 3+ untuk biakan yang
tumbuh baik, 1+ untuk yang sedikit
3.3.4 Daya Kerja Desinfektan
Tabung bersisi media PCA cair (15ml) diinokulasikam dengan 1 lup ose suspensi
biakan bakteri, homogenkan dengan vortex, lalu tuang media tersebut kedalam
cawan petri yang telah dibagi menjadi 3 kuadran (I, II, III) dan beri label nama
bakteri, kemudian ambil kertas cakram dengan pinset, lalu celupkan kedalam
alkohol 70% untuk kuadran I, fenol 5% (II), desifektan komersial (III), lalu
letakkan kertas cakram tersebut pada permukaan media masing-masing kuadran
(tekan sedikit kertas cakram untuk melekatkannya dengan media), selanjutnya
inkubasi dengan suhu 37oC selama 24-48jam dan amati serta ukur zona hambat
(daerah jernih di sekeliling kertas cakram/hallow) dan tentukan nilai indeks anti
mikrobial dan lakukan untuk 2 jenis bakteri
3.3.5 Daya Kerja Antibiotik Metode Kirby Bauer
Cawan petri dibagi menjadi 3 kuadran, lalu tuang media Muller Hinton Agar
(MHA) kedlam petri dan biarkan memadat, beri label nama bakteri, kemudian
celupkan cotton swab steril (rendam dengan air mendidih) kedalam suspensi tidak
menetes dari kapas tersebut, lalu usap permukaan media dengan cotton swab
tersebut secara merata dan biarkan mengering (5 menit), dengan pinset, letakkan
keras cakram berisi antibiotic yang berbeda pada kuadran I, II, III, selanjutnya
diinkubasi dengan suhu 37oC selama 24-48jam, kemudian ukur zona hambat untuk
setiap antibiotik pada masing-masing kuadran
3.3.6 Daya Oligodinamik
Diberi label petri dengan nama bakteri dan jenis logam, lalu tuang media PCA dan
biarkan memadat, kemudian koin perak atau tembaga yang telah distrerlkan
(direndam dalam alkohol 70% dan dilewatkan diatas gas bunsen untuk
menghilangkan alkohol) diletakkan di permukaan media, koin ditekan dengan ose
untuk melekatkan koin dengan media, selanjutnya inkubasikan dengan suhu 37oC
selama 24-48 jam dan perhatikan petumbuhan koloni
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1.Hasil pengamatan suhu
Suhu Keterangan
Kelompok Bakteri Dingin Sedang Panas
1. Escherichia coli - + -
2. Escherichia coli +1 +3 +2
3. Escherichia coli - +1 +2
4. Staphyloccocus - +1 +2
aureus
5. Salmonella typii - +1 +2 keruh
6. Samonella typi - +2 +1
7. Candida - + +
8. Candida - + +
9. Candida - + +

Tabel 2.Hasil pengamatan pH


pH Keterangan
Kelompok Bakteri Asam pH Netral (7) Basa (10)
(5)
1. Escherichia coli - +1 +2
2. Escherichia coli +1 +3 +2
3. Escherichia coli +2 +1 -
4. Staphyloccocus +2 +1 -
aureus keruh
5. Salmonella typii +1 +2 -
6. Samonella typi + + +
7. Candida + + -
8. Candida + + +
9. Candida + + -
Tabel 3.Hasil uji pengaruh kadar garam
Kadar garam Keterangan
Kelompok Bakteri NaCL 5% 1% 10%

1. Escherichia coli +1 +2 +3
2. Escherichia coli - +3 -
3. Escherichia coli +1 +2 -
4. Staphyloccocus +1 +2 +3
aureus Keruh
5. Salmonella typii +3 +1 +2
6. Samonella typi + + +
7. Candida + + -
8. Candida + + -
9. Candida + + -

Tabel 4. Daya Oligodinamik


Bakteri Kontrol Emas Emas Putih Perak Keterangan
Escherichia coli 0 0 0 0
Escherichia coli 0 0 0 0
Escherichia coli 0 0 0 0
Staphyloccocus aureus 0 0 0 0
Ada/tidaknya
Salmonella typii 0 0,30 0 0
zona bening
Samonella typi 0 0 0 4
Candida 0 0 0 0
Candida 0 0 0 0
Candida 0 0 0 0

Tabel 5 Pengaruh Antibiotik


Bakteri Kontrol Nistatin Kloramfenico Streptomycin Keterangan
Negatif l
Escherichia 0 0 6,08 6,98
coli
Escherichia 0 0 5,42 3,75
coli
Escherichia 0 0 2,41 3,16
coli
Staphyloccocus 0 0,35 5,08 4,25 Ada/tidaknya
aureus zona bening
Salmonella 0 1,25 5,16 4,91
typii
Samonella typi 1,16 0 6,92 3,66
Candida 0 0 0,17 0
Candida 0 4,11 0,16 0,167
Candida 0 0

Tabel 6 Pengaruh Antiseptik


Bakteri Detol Lifebuoy Antis H2O Keterangan
Escherichia coli 0 0 0 0 Ada/tidaknya
Escherichia coli 0,33 1,42 0,6 0
Escherichia coli 1,33 1,5 0,93 0
Staphyloccocus aureus 6,22 0,5 0 0
Salmonella typii 3,3 0 0 0
zona bening
Samonella typi 4,66 3,66 0 0
Candida 0,6 0 1,917 0,417
Candida 0,33 0,167 1 0
Candida 0 0 0 0

Tabel 7 Pengaruh Desinfektan


Bakteri Wipol H2O So Clean Super Pel Keterangan
Escherichia coli 0 0 2,85 3,25
Escherichia coli 0,2 0 0,7 0
Escherichia coli 0,5 0 0,75 1,58
Staphyloccocus aureus 3,4 0 4,72 3,16
Ada/tidaknya
Salmonella typii 2,08 0 4,41 3,25
zona bening
Samonella typi 0,6 0,35 3,03 1,43
Candida 0 0,25 1,17 2
Candida 0,8 0 0,58 0,16
Candida 0 0 0 0

Hasil pengamatan pH yang ditandai dengan berwarna keruh

Hasil pengamatan NaCl yang ditandai dengan berwarna keruh


Hasil pengamatan suhu yang ditandai dengan berwarna keruh

4.2 Pembahasan
Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi
dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrient yang sesuai untuk
kultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan
optimumnya. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi juga
menunjukkan respon yang berbeda – beda. Untuk berhasilnya kultivasi berbagai tipe
mikroba, diperlukan suatu kombinasi nutrient serta faktor lingkungan yang sesuai (Pelczar,
2008).

Hasil dari praktikum ini pada desinfektan yang positif terdapat zona bening yaitu pada
Super pel , so klin dan H2O yang mampu menghambat pertumbuhan Candida albicans,
namun yang paling besar nya dengan menggunakan Super pel yaitu 2, sedangkan wipol
tidak positif terdapat zona bening untuk menghambat Candida albicans padahal wipol
adalah salah satu produk pembersih lantai yang membantu konsumen membersihkan lantai
secara menyeluruh dan bebas kuman. Wipol adalah karbol wangi yang mengandung pine
action yang efektif membunuh kuman sekaligus memberikan keharuman. Bahan aktif pine
oil 25% yang terkandung didalamnya dapat efektif membunuh kuman dan menghilangkan
bau tak sedap. Mekanisme suatu zat antimikroba yang ideal memiliki toksisitas selektif.
Istilah ini berarti bahwa suatu obat berbahaya bagi parasit tetapi tidak membahayakan
inang. Seringkali, toksisitas selektif lebih bersifat relative dan bukan absolute. Ini berarti
bahwa suatu obat yang pada konsentrasi tertentu dapat ditoleransi oleh inang, dapat
merusak parasit. Karena bahan aktif yang terkandung dalam super pel lebih aktif untuk
membunih jenis semua mikrob termasuk jamur, sedangkan pada jenis yang lainnya
mungkin tidak terdapat bahan aktif yang mampu menghambat pertumbuhan jamur dengan
kata lain hanya dapat menghambat jenis bakteri saja.

Antibiotik yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Clorofenycol, Mystatin,


Streptomycin dan kontrol negatif. Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh
mikroorganisme atau sintetis yang dalam jumlah kecil mampu menekan menghambat atau
membunuh mikroorganisme lainnya. Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis
yang beragam. Mekanisme kerja antibiotik antara lain adalah menghambat sintesis dinding
sel, merusak permeabilitas membran sel, menghambat sintesis RNA (proses transkripsi),
menghambat sintesis protein (proses translasi), menghambat replikasi DNA. Tetracycline
merupakan antibiotik bakteriostatis yang berikatan dengan subunit ribosomal 16S-30S dan
mencegah pengikatan aminoasil-tRNA dari situs A pada ribosom, sehingga dengan
demikian akan menghambat translasi protein. Antibiotik tetracycline bersifat bakteriostatik
pada bakteri gram positif maupun gram negatif. Mekanisme kerjanya mengganggu sintesis
protein kuman spektrum kerjanya luas kecuali terhadap Psudomonas & Proteus.
Berdasarkan hasil pengamatan setelah sampel diinkubasi selama 48 jam, diperoleh hasil
bahwa pada cawan petri yang diberikan antibiotik Clorofenycol, terdapat zona hambat
yang ditandai dengan daerah sekitar antibiotik berwarna bening. Terdapatnya zona hambat
pada percobaan tersebut disebabkan karena khamir tersebut tidak resisten terhadap
antibiotik yang ditanam pada media yang sama. Resistensi ini merupakan suatu sifat tidak
terganggunya kehidupan sel mikroba oleh antimikroba. Sifat ini merupakan suatu
mekanisme alamiah untuk bertahan hidup. Resistensi dari khamir tersebut biasanya
disebabkan karena khamir tersebut dapat menghasilkan suatu enzim yang dapat
menghancurkan antibiotik tersebut.
Logam yang digunakan adalah uang logam kuning dan uang logam putih, logam ini
kebanyakan mengandung unsur kimia tembaga (Cu). Tembaga adalah salah satu jenis
logam berat, tembaga digunakan karena diketahui bahwa logam berat merupakan salah
satu zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Prinsip dari percobaan ini adalah
penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat
sebagai daerah jernih di sekitar daerah yang mengandung zat antibakteri. Diameter zona
hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat antibakteri.
Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan yang terbentuk
bakteri tersebut semakin sensitif. Pada percobaan ini medium yang digunakan adalah
medium NA (Nutrien Agar), karena medium ini dispesifikasikan untuk pembiakan bakteri
dan sampel fungi yang digunakan adalah khamir jenis Candida albicans. Sedangkan pada
cawan petri yang diberikan uang logam tidak ditemukan adanya zona hambat pada daerah
sekitar logam. Tidak terjadinya zona hambat pada daerah sekitar logam disebabkan karena
khamir tersebut memiliki resistensi terhadap logam yang ditanam pada media yang sama.
Jadi khamir tersebut dapat tumbuh walaupun terdapat logam di sekitarnya karena memiliki
sifat resistensi yaitu kemampuan untuk bertahan hidup. Selain itu hal lain yang dapat
menyebabkan tidak adanya zona hambat, yaitu faktor dari logam itu sendiri. Logam yang
digunakan adalah uang logam kuning yang tidak sepenuhnya tersusun atas unsur kimia
tembaga (Cu), tetapi masih banyak terdapat unsur-unsur lain yang menjadi penyusun
logam tersebut.

Cawan petri yang dibagi menjadi empat bagian, dimasing-masing bagian terdapat
kertas saring yang sudah dibentuk bulat menggunakan perforator dan telah direndam
dimasing-masing zat antiseptic. Hasil menunjukkan bahwa setiap cawan petri berbeda.
Cawan petri yang berisi lifebuoy, detol, dan antis yang menunjukkan adanya zona bening,
hal ini dikarenakan antiseptik tersebut dapat menghambat jamur tersebut khususnya
Candida. Zona hambat adalah daerah untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme
pada media agar oleh antibiotic. Perbedaan disetiap cawan petri dikarenakan pada
perlakuan kurang aseptic. Perlakuan aseptik ialah perlakuan yang bertujuan terbebas dari
mikroorganisme. Aseptik diimbangi dengan sterilisasi yang merupakan upaya untuk
menghilangkan kontamina mikroorganisme yang menempel pada alat atau bahan yang
akan dipergunakan untuk analisa selanjutnya. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada anti
mikroba yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktifitas
bakteriostatik dan ada yang bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktifitas
bakterisid. Media yang digunakan pada praktikum ini adalah media NA. Zat antiseptic
yang digunakan ada empat, yaitu lifebuoy, detol, antis dan H 2O sebagai kontrol. Antibiotic
yang ideal harus memenuhi syarat-syarat yaitu mempunyai kemampuan untuk mematikan
atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang luas dan tidak menimbulkan
terjadinya resistensi dari mikroorganisme pathogen.
Mekanisme penghambatan mikroorganisme oleh senyawa antimikroba dapat
disebabkan oleh beberapa factor, antara lain: gangguan pada senyawa penyusun dinding
sel, peningkatan permeabilitas membrane sel yang dapat menyebabkan  kehilangan
komponen penyusun sel, menginaktivasi enzim, destruksi atau kerusakan fungsi material
genetic, efektivitas senyawa antiseptik sangat dipengaruhi oleh konsentrasi dan lama
paparannya. Semakin tinggi konsentrasi dan semakin lama paparan akan meningkatkan
efektivitas senyawa antiseptic.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme yaitu suhu, kadar garam, dan pH. Pengaruh suhu tidak
didapatkan hasil mungkin karena saat pengambilan bakteri, media agar yang terambil
bukan bakterinya. Pengaruh pH, kondisi pH juga berpengaruh penting terhadap proses
metabolisme yang berlangsung pada sel, pada umumnya bakteri tumbuh dengan baik pada
pH netral yaitu 7. Antiseptik, desinfektan dan antibiotik juga dapat mempengaruhi
pertumbuhan bakteri, dilihat dari zona bening yang terbentuk pada media.
5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya dilakukan dengan sampel yang berbeda seperti
penambahan dari antiseptik, antibiotik, desinfektan, dan jenis logam.
DAFTAR PUSTAKA
Adam,MR. 2001. Microbiology of Fermented Food .Elsivier Applied Science
Publisher,Ltd. New York.
Aditia, Lasinrang. 2014. Mikrobiologi: Uji Biokimia (IMViC). Makassar: UIN Alauddin
Makassar.
Colome,JS. Et al. 2001. Laboratory Exercises in Microbiology. West Publishing
Company.New York.
Hadioetomo. 1993. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Salemba Medika.

Lay, B. 1994. Mikrobiologi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Lehninger. 1995. Microbiology : a Laboratory Manual Adison – Wesley. Publishing


company : California.

Pelczar. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Universitas Indonesia.

Rahayu. 2017. Uji Cemaran Air Minum Masyarakat Sekitar Margahayu Raya Bandung
Dengan Identifikasi Bakteri E.Coli. Bandung : Akademi Farmasi Bumi Siliwangi.

Saridewi. 2016. Analisis Bakteri E.Coli Pada Makanan Siap Saji Di Kantin Rumah Sakit
X
Dan Kantin Rumah Sakit Y. Jakarta : UNJ

Rizkiyah, Rifa. 2012. Mikrobiologi: Karakteristik Mikroorganisme Dengan Beberapa Uji


Biokimia. Jakarta : Universitas Pancasila Jakarta.
Soeradji. 1987. Menyuntik Hewan Ternak. Bogor: CV. Yasaguna.
Sudaryanto. 1998. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Gramedia.

Sutedjo. 1996. Mikrobiologi Tanah. Jakarta: Rineka Cipta.

Volk. 1993. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Erlangga.

Widodo, Lestanto Unggul. 2016. Mikrobiologi. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas


Sanata Dharma.

Anda mungkin juga menyukai