Anda di halaman 1dari 12

Qurrotul A’yun / 15030234023 / KA 2015

I. Judul Percobaan : Penentuan Konsentrasi Suatu Larutan


dan Pergeseran Panjang Gelombang Menggunakan
UV-Vis
II. Hari, Tanggal Percobaan : Kamis, 15 Februari 2018, pkl 07.50 WIB
III. Selesai Percobaan : Kamis, 15 Februari 2018, pkl 10.20 WIB
IV. Tujuan Percobaan :1. Menentukan konsentrasi suatu larutan
dengan menggunakan UV-Vis
2. Mengetahui pengaruh pelarut dan pH pada panjang
gelombang optimum
V. Dasar Teori

Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang


digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan
kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Cahaya yang
dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat
berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron valensi.

Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga sebagai radiasi
elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari
adalah cahaya matahari. Dalam interaksi materi dengan cahaya atau radiasi
elektromagnetik, radiasi elektromagnetik kemungkinanan dihamburkan, diabsorbsi atau
dihamburkan sehingga dikenal adanya spektroskopi hamburan, spektroskopi absorbsi
ataupun spektroskopi emisi.

Peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer.


Spektrofotometer menghasilkan sinar dan spektrum dengan panjang gelombang. Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut
ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang (Khopkar, 1990: 325)

Spektrofotometri ultravoilet dan cahaya tampak berguna pada penentuan struktur


molekul organik dan pada analisa kuantitatif. Spektrum elektron suatu molekul adalah
hasil transmisi antara dua tingkat energi elektron pada molekul tersebut.

Spektroskopi UV–VIS adalah tekhnik analisis spektroskopi yang menggunakan


sumber radiasi elektromagnetik dan sinar tampak dengan mengunakan instrumen.
1
Spektrofotometri adalah penyerapan sinar tampak untuk ultraviolet dengan suatu molekul
yang dapat menyebabkan eksitasi molekul dan tingkat dasar ke tingkat energi yang
paling tinggi (Sumar, 1994: 135).

Panjang gelombang cahaya UV-VIS dan sinar tampak jauh lebih pendek daripada
panjang gelombang radiaatsi inframerah. Satuan yang digunakan untuk menentukan
panjang gelombang ini adalah monokromator (1 nm = 10 -7 cm). Spektrum tampak
sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 nm (merah) sedangkan spektrum UV adalah 100 – 400
nm (Day and Underwood, 2002: 788).

Radiasi ultraviolet maupun radiasi cahaya tampak berenergi lebih tinggi dripada
radiai inframerah absorbsi cahaya UV atau visibel mengakibatkan
transmisi elektromagnetik yaitu promosi elektron-elektron dan orbital keadaan dasar
yang berenergi rendah ke orbital keadaan terdesitasi berenergi lebih tinggi transisi ini
memerlukan 40 – 300 kkal/mol. Energi yang terserap selanjutnya terbuang sebagai
cahaya atau tersalurkan melalui reaksi kimia misalnya isomerisasi atau reaksi – reaksi
radiasi lain (Day and Underwood, 2002: 189).

Panjang gelombang cahaya UV dan VIS bergantung pada mudahnya promo


elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron
akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih sedikit akan menyerap pada panjang
gelombang yang lebih panjang. Cahaya yang menyerap cahaya pada daerah
tampak (yakni mudah dipromosikan dan pada senyawa yang menyerap pada panjang
gelombang UV yang lebih pendek (Day and Underwood, 2002: 180).

Bila suatu zat disimpan dengan radiasi elektromagnetik. Zat ini menyerap panjang-
panjang gelombang tertentu dari radiasi dan membiarkan panjang gelombang yang lain
lewat pada gelombang yang diserap atau zat yang disebut spektrum absorpsi. Panjang
gelombang ialah jarak antara dua titik yang identik pada gelombang (Keenan, 1990).

Radiasi elektromagnetik memiliki sifat ganda yang disebut sebagai sifat dualistik
cahaya yaitu:

1) Sebagai gelombang

2) Sebagai partikel-partikel energi yang disebut foton.

2
Karena sifat tersebut maka beberapa parameter perlu diketahui misalnya panjang
gelombang, frekuensi dan energi tiap foton. Panjang gelombang (l) didefinisikan sebagai
jarak antara dua puncak.

Gambar 1. Hubungan panjang gelombang, frekuensi dan energi tiap foton

Hubungan dari ketiga parameter di atas dirumuskan oleh Planck yang dikenal
dengan persamaan Planck. Hubungan antara panjang gelombang frekuensi dirumuskan
sebagai

c = λ . v atau λ = c/v atau v = c/λ

Persamaan Planck: hubungan antara energi tiap foton dengan frekuensi


E=h.v
E = h . c/ λ
dimana
E = energi tiap foton
h = tetapan Planck (6,626 x 10-34 J.s)
v = frekuensi sinar
c = kecepatan cahaya (3 x 108 m.s-1).
Dari rumus di atas dapat diketahui bahwa energi dan frekuensi suatu foton akan
berbanding terbalik dengan panjang gelombang tetapi energi yang dimiliki suatu foton
akan berbanding lurus dengan frekuensinya.mMisalnya: energi yang dihasilkan cahaya
UV lebih besar dari pada energi yang dihasilkan sinar tampak. Hal ini disebabkan UV

3
memiliki panjang gelombang (λ) yang lebih pendek (100–400 nm) dibanding panjang
gelombang yang dimiliki sinar tampak (400–800 nm).

Fungsi masing-masing bagian:

1. Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis dengan


berbagai macam rentang panjang gelombang. Untuk sepktrofotometer
 UV menggunakan lampu deuterium atau disebut juga heavi hidrogen
 VIS menggunakan lampu tungsten yang sering disebut lampu wolfram
 UV-Vis menggunakan photodiode yang telah dilengkapi monokromator
 Infra merah, lampu pada panjang gelombang IR

2. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu mengubah


cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya monaokromatis.
Jenis monokromator yang saat ini banyak digunakan adalan gratting atau lensa prisma
dan filter optik. Jika digunakan grating maka cahaya akan dirubah menjadi spektrum
cahaya. Sedangkan filter optik berupa lensa berwarna sehingga cahaya yang
diteruskan sesuai dengan warnya lensa yang dikenai cahaya. Ada banyak lensa warna
dalam satu alat yang digunakan sesuai dengan jenis pemeriksaan. Pada gambar di
bawah disebut sebagai pendispersi atau penyebar cahaya. dengan adanya pendispersi
hanya satu jenis cahaya atau cahaya dengan panjang gelombang tunggal yang
mengenai sel sampel. Pada gambar di bawah hanya cahaya hijau yang melewati pintu
keluar. Proses dispersi atau penyebaran cahaya seperti yang tertera pada gambar.

4
Gambar 2. Cara kerja monokromator

3. Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel

 UV, VIS dan UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet biasanya
terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika
memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan yang terbuat dari kaca dan
plastik dapat menyerap UV sehingga penggunaannya hanya pada spektrofotometer
sinar tampak (VIS). Cuvet biasanya berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm.
 IR, untuk sampel cair dan padat (dalam bentuk pasta) biasanya dioleskan pada dua
lempeng natrium klorida. Untuk sampel dalam bentuk larutan dimasukan ke dalam
sel natrium klorida. Sel ini akan dipecahkan untuk mengambil kembali larutan yang
dianalisis, jika sampel yang dimiliki sangat sedikit dan harganya mahal.

4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan mengubahnya
menjadi arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor :

 Kepekaan yang tinggi


 Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
 Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
 Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
 Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.

Macam-macam detektor :

 Detektor foto (Photo detector)


 Photocell, misalnya CdS.

5
 Phototube
 Hantaran foto
 Dioda foto
 Detektor panas

5. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat listrik yang
berasal dari detektor.

Prinsip Kerja

Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat
polikromatis di teruskan melalui lensa menuju ke monokromator pada spektrofotometer
dan filter cahaya pada fotometer. Monokromator kemudian akan mengubah cahaya
polikromatis menjadi cahaya monokromatis (tunggal). Berkas-berkas cahaya dengan
panjang tertentu kemudian akan dilewatkan pada sampel yang mengandung suatu zat
dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan
ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini kemudian di terima oleh detector.
Detector kemudian akan menghitung cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya yang
diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang
terkandung dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara
kuantitatif.

Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan


1) Larutan yang dianalisis merupakan larutan berwarna
Apabila larutan yang akan dianalisis merupakan larutan yang tidak berwarna, maka
larutan tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi larutan yang berwarna. Kecuali
apabila diukur dengan menggunakan lampu UV.
2) Panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang yang digunakan adalah panjang gelombang yang mempunyai
absorbansi maksimal. Hal ini dikarenakan pada panajgn gelombang maksimal,
kepekaannya juga maksimal karena pada panjang gelombang tersebut, perubahan
absorbansi untuk tiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar. Selain itu disekitar
panjang gelombang maksimal, akan terbentuk kurva absorbansi yang datar sehingga
hukum Lambert-Beer dapat terpenuhi. Dan apabila dilakukan pengukuran ulang, tingkat
kesalahannya akan kecil sekali.

6
3) Kalibrasi Panjang gelombang dan Absorban
Spektrofotometer digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan dan
cahaya yang diabsorbsi. Hal ini bergantung pada spektrum elektromagnetik yang
diabsorb oleh benda. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang
tertentu tergantung pada senyawa yang terbentuk. Oleh karena itu perlu dilakukan
kalibrasi panjang gelombang dan absorban pada spektrofotometer agar pengukuran
yang di dapatkan lebih teliti.

Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam rumus sbb :


A = e.b.c
dimana :
A = absorbansi
e = absorbtivitas molar
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi
Pada suatu kurva standard dan adisi standar terdapat hubungan antara konsentrasi(C) dengan
absorbansi (A) dapat diketahui dengan persamaan regresi linear dengan menggunakan hukum
Lambert-Beer (Dewi, 2012):

Y = Bx + A
Dimana :

Y : absorbansi sampel x : konsentrasi sampel

B : slope A : intersep

Tahapan Penentuan Kadar Sampel Secara Spektrofotometri:

1. Penentuan panjang gelombang maksium

7
Definisi: panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal, dilakukan dengan
membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu
larutan baku pada konsentrasi tertentu. Alasan mengapa dipergunakan panjang
gelombang maksimum dalam pemeriksaan spektrofotometri, sbb :

 panjang gelombang max memiliki kepekaan maksimal karena terjadi perubahan


absorbansi yang paling besar.
 Pada panjang gelombang max bentuk kurva absorbansi memenuhi hukum Lambert-
Beer

Hal yang perlu diperhatikan pada penentuan panjang gelombang max sbb :
Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,8 atau 15%
sampai 70% jika dibaca sebagai transmitans. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa
kesalahan dalam pembacaan T adalah 0,005 atau 0,5% (kesalahan fotometrik).

8
VI. Alat dan Bahan
Alat:

 Gelas kimia 50 ml 1 buah


 Labu ukur 3 buah
 Gelas ukur 10ml 1 buah
 Pipet tetes 10 buah
 Tabung reaksi 5 buah
 Spektrofotometer UV-Vis 1 ser

Bahan:

 Metal merah 40 ppm 30 mL


 HCl 0,4M 2 mL
 NaOH 0,4M 2 mL
 Aquades 50 mL

9
VII. Alur Percobaan
1. Penentuan Konsentrasi Suatu Larutan
a. Penyiapan larutan baku dan penentuan panjang gelombang optimum

50 ppm metil merah

- Diencerkan menjadi beberapa konsentrasi

1 ppm 3 ppm 5 ppm 10 ppm 15 ppm

- Diuji absorbansinya dengan panjang gelombang


300-600 nm
- Dimulai pada konsentrasi terendah
- Dibuat kurva serapan A Vs λ
- Ditentukan λ optimum larutan
Hasil

b. Pembuatan kurva kalibrasi dan penentuan konsentrasi suatu larutan

Larutan standart

- Diuji absorbansinya dengan panjang gelombang


optimum (A vs C ) dimulai dari konsentrasi
terendah
Absorbansi

- ditentukan persamaan kurvanya


Hasil

metil merah dengan konsentrasi tertentu

- Diuji absorbansinya dengan panjang gelombang


optimumnya
Absorbansi

- Dihitung konsentrasi dengan menggunakan


persamaan kurva kalibrasi larutan standart

Konsentrasi

10
2. Pergeseran Panjang Gelombang

a. 1 ml larutan metil merah 40 ppm

- Dimasukkan dalam labu ukur 10 mL


- Diencerkan dengan aquades sampai tanda batas
- Diuji absorbansinya pada panjang gelombang 300-600 nm dengan
blangko aquades

Absorbansi

b. 1 ml larutan metil merah 40 ppm

- Dimasukkan dalam labu ukur 10 mL


- Ditambah 2 mL HCl 0,4 M
- Diencerkan dengan aquades sampai tanda batas
- Diuji absorbansinya pada panjang gelombang 300-600 nm dengan
blangko aquades

Absorbansi
- Ditentukan panjang gelombang optimum metal merah dalam
suasana asam
Hasil

c.
1 ml larutan metil merah 40 ppm

- Dimasukkan dalam labu ukur 10 mL


- Ditambah 2 mL NaOH 0,4 M
- Diencerkan dengan aquades sampai tanda batas
- Diuji absorbansinya pada panjang gelombang 300-600 nm dengan
blangko aquades
Absorbansi

- Ditentukan panjang gelombang optimum metal merah dalam


suasana basa
Hasil

11
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, D.C. 2012. Determinasi Kadar Logam Timbale (Pb) Dalam Makanan Kaleng
Menggunakan Destruksi Basah Dan Destruksi Kering. Vol.2. Jurusan Kimia Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Maliki. Malang.

Keenan, C.W, D.C Kleinfelter dan J.H Wood. 1990. Kimia Untuk Universitas. Jilid 2. Edisi
keenam. Penerjemah : Pudjaatmaka. Erlangga. Jakarta

Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia.

Ra Day Jr, dan A.L Underwood. 1998. Quantitative analysis. Emory University: Prentice Hall.

Tim Dosen. 2014. Panduan Praktikum Kimia Analitik III MSA. Surabaya: UNESA.

12

Anda mungkin juga menyukai