IODOFORM
OLEH :
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
A. NAMA PREPARAT
Iodoform
B. PUSTAKA ASLI
Wertheim, E., A Laboratory Guide for Organic Chemistry, 3rd Edition, McGraw-Hill Book
Company, Inc., New York, Toronto, London, 1989. 625, 996, 1077
C. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengenal proses halogenisasi ( iodisasi )
2. Memahami cara rekristalisasi dengan pelarut tunggal
D. REAKSI
E. MEKANISME REAKSI
CH3COO- + CH3I
F. TINJAUAN TENTANG REAKSI
Pembuatan iodoform yang melalui proses halogenasi adalah dimana terjadi substitusi
unsur halogen pada alddehid dan keton, karena mereka mempunyai gugus metil karbonil.
Jadi reaksi ini hanya terjadi pada unsur halogen yang berada pada aldehid dan keton karena
mereka mempunyai gugus metil karbonil. Dalam reaksi ini I 2 digunakan sebagai oksidator
yang mengoksidasi aseton. Reaksi pembentukan suatu haloform aalah suatu proses
halogenisasi alfa, dimana terjadi substitusi unsur halogen paa aldehid atau keton, di mana
substitusi terjadi pada struktur metil karbonil. Fungsi penambahan NaOH sebagai pendonor
OH ( H2O lepas ) terbentuk ion enolat. Etanol dapat membentuk iodoform ketika dioksidasi
menjadi aldehid trlebih dahulu. Ketika etanol telah teroksidasi menjadi etanal / asetaldehid,
senyawa tersebut ditambahkan NaOH. Ion hidroksida dalam NaOH tersebut menarik atom H
dari metil yang memiliki ikatan lebih kuat. Hal ini mengakibatkan asetaldehid kehilangan
atom H dan menjadi ion yang tidak stabil, ketika bertemu dengan I 2, ion tersebut secara
cepat bereaksi dengan I- membentuk aldehid yang terhalogenasi α di mana sebelumnya
terlebih dulu membentuk karbanion. Hal ini terus menerus terjadi hingga ketiga atom H
yang terikat paa metil karbonil tersubstitusi oleh atom I hingga membentuk CI 3CHO. Karena
C karbonil bersifat parsial positif sebagai akibat dari keelektronegatifan O yang lebih tinggi
dibandingkan dengan C karbonil, maka atom C akan berikatan dengan ion hidroksida, atom
C akan berikatan dengan ion hidroksida namun O ikatan rangkap akan mengalami
penambahan electron dari ikatannya dengan atom C karbonil, sehingga O memiliki muatan
negative. Hal ini mengakibatkan atom O menarik atom C untuk membentuk ikatan rangkap
dan ikatan antara C karbonil dengan CI3 putus sebab electron yang digunakan C karbonil
untuk berikatan dengan CI3 diberikan kepada CI3, sehinga CI3 kelebihan electron dan bersifat
negative. Karena CI3 berifat tidak stabil, maka CI3 menarik atom H dari HCOOH, akibatnya
terbentuk suatu karboksilat anion ( HCOO- ) dan senyawa iodoform.
G. TINJAUAN TENTANG REKRISTALISASI ATAU DESTILASI
Pada reaksi iodoform ini mengalami reaksi rekristalisasi. Pada praktikum iodoform kali
ini rekristalisasi dilakukan dengan sedikit mungkin penggunaan etanol, Karena penambahan
etanol yang berlebihan justru menyebabkan sulit atau bahkan tidak terbentuk endapan
iodoform meski telah didinginkan pada suhu kamar. Alasan dipilih etano sebagai
rekristalisasi adalah kemampuannya melarutkan iododorm pada titik didih pelarut, sedikit
atau sama sekali tidak melarutkan iodoform pada suhu kamar, mempunyai daya larut yang
berbeda terhadap senyawa dan pengotor, tidak bereaksi dengan senyawa yang dimaksud
( inert ), toksisitas rendah dan harga relative lebih murah. Rekristalisasi adalah proses
pembuatan kristal dari larutan yang berlangsung lambat dan selektif. Pelarut yang digunakan
dapat pelarut tunggal ataupun pelarut campuran. Syarat pelarut yang dipakai dalam
rekristalisasi adalah titik didih pelarut harus lebih rendah disbanding titik leleh senyawa
karena apabila titik didih pelarut lebih tinggi maka padatan akan meleleh bukan terlarut,
maka pada saat dingin padatan yang meleleh tersebut akan berubah menjadi minyak.
H. SIFAT FISIKA KIMIA BAHAN AWAL
A. IODIUM
BM : 253,80
Titik lebur : 113°C
Titik didih : 185,24°C
Density : 4,93 ( 25°C )
Pemerian : bentuk padat, sebagai molekul diatomic (BM = 253,80), keping atau
butir hitamkebiruan, mengkilat seperti logam, berbau tajam dan khas, rasa
tajam dan pedas, bersifat korosit, mudah menyublim pada tekanan dan
suhu kamar.
Kelarutan : larut dalam larutan air dari KI dan iodida, dalam 13 bagian etanol (95%),
dalam 80 bagian gliserol p, dalam 4 bagian karbon disulfide, dalam
kloroform p, dan dalam karbon tetraklorida p, sedikit larut dalam pelarut
organik.
Kegunaan : antiseptic, germisida, sebagai katalis reaksi alkilasi, kondensasi amina
aromatic, sebagai reagen dalam kimia analisis. Dalam praktikum ini
digunakan sebagai bahan awal sitesa iodoform.
Bahaya : dosis tertentu dapat mengiritasi kulit ; mata ; paru-paru dan saluran
napas, pemakaian oral jangka panjang dapat menyebabkan iodism, sakit
perut, muntah, dan diare, uap korosif
B. Aseton (acetone = dimetil keton = beta keto propane = 2-propanon)
BM : 58,08
Pemerian : cairan jernih tidak berwarna, mudah menguap, sangat mudah terbakar,
berbau khas, dan rasanya manis.
Kelarutan : larut dalam air, dalam alkohol, dalam dimetil formamida, dalam
kloroform, dalam eter, dalam minyak-minyak.
Kegunaan : sebagai pelarut organik, sebagai reagen dalam pembuatan metil isobutyl
keton, mesitil, diaseton alcohol, kloroform, iodoform, bromoform, untuk
permunian paraffin, dan pengawet jaringan.
I₂
+
CH3COCH3 + H2O
+ NaOH 2N
Saring Buchner
Kristal CHI3
Direkristalisasi
I. SKEMA ALAT NaOH 2N sedikit-sedikit
125ml air
Bila larutan berwarna coklat muda tambahkan
dengan pipet
5g Iodium
5g Aseton (6.5ml)
Beberapa ml etanol
melalui corong
Labu hisap
Tidak boleh
ada api pada
jarak 2m
12.5ml air
tutup
Dengan
batang
pengaduk
aduk ad
iodoform
dinginkan mengendap
Tunggu sampai panas sempurna
Biarkan 15 menit
dan iodoform larut
semua
Keringkan di
oven iodoform
Ditimbang
ditentukan
titik
leburnya
J. PERHITUNGAN
Hasil Perhitungan Teoritis :
- Iodium ( berat : 5 gram )
mol = 5/253,81 = 0,0197 mol
- Aseton ( berat : 5 gram )
mol = 5/58,08 = 0,0861 mol
n = massa / BM
V=n/M
50mmol / 2N = 25 mL