Pendahuluan………………………………………………………………..……1
Landasan Teori……………………………………………………………….….4
Pelaksanaan Praktikum……………………………………………………….…13
Pengolahan dan Evaluasi Data…………………………………………………..17
Pembahasan…………………………………………………………………..….23
Kesimpulan…………………………………………………………………..…..26
Daftar Pustaka…………………………………………………………..………..27
I. PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
1. Mempelajari pengetahuan dasar dan keterampilan dalam menggunakan
spektrofotometri UV.
2. Menentukan panjang gelombang maksimum kafein.
3. Menentukan kadar kafein sebai sampel.
4. Memahami prinsip kerja dan kalibrasi spektrofotometri UV.
Warna adalah salah satu kriteria untuk mengidentifikasi suatu obyek. Pada
analisis spektrokimia, spektrum radiasi elektromagnetik digunakan untuk
menganalisis senyawa atau molekul kimia dan mempelajar interaksinya dengan
radiasi elektromagnetik. Menurut Planck, suatu foton memiliki energi terntentu dan
dapat menyebabkan transisi tingkat energi suatu atom, maka transisi perubahan
energinya juga berbeda. Berarti setiap spectrum atom atau molekul mempunyai
frekuensi atau panjang gelombang yang karakteristik. Sehingga selama analisis,
digunakan cahaya dengan satu panjang gelombang atau pada panjang gelombang
maksimum.
E=h.v
E = h . c/ λ
dimana,
E = energi tiap foton
h = tetapan Planck (6,626 x 10-34 J.s),
v = frekuensi sinar
c = kecepatan cahaya (3 x 108 m.s-1).
Interaksi radiasi dengan atom atau molekul untuk spektroskopi ultraviolet
dan daerah tampak, dinyatakan dengan pengukuran absorpsi energy radiasi oleh
atom atau molekul yang bersangkutan. Atom atau molekul yang mengabsorpsi
dapat melakukan transisi energi yang meliputi elektron, π, σ, n dan elektron d dan
1
f. Transisi yang meliputi elektron π, σ dan n terjadi pada molekul – molekul organic
dan sebagian kecil anion anorganik. Molekul tersebut mengabsorpsi radiasi
elektromagnetik pada daerah ultra violet, yaitu pada daerah panjang gelombang <
380 nm.
Kromofor merupakan gugus tak jenuh yang dapat menyerap radiasi pada
daerah ultra violet dan daerah sinar tampak, misalnya: gugus yang mempunyai
ikatan π, σ , dan yang mempunyai elektron bebas. Sedangkan auxokrom adalah,
gugus jenus yang bila terikat pada kromofor dapat menyebabkan panjang
gelombang dan intensitas serapan maksimum berubah. Ciri auxokrom adalah
heteroatom yang terikat langsung pada pada kromofor, misalnya –OCH3, -Cl, -OH
dan NH2, Spekta uv sinar tampak pada umumnya digunakan untuk mendeteksi
konjugasi. Semakin banyak konjugasi dalam suatu molekul maka akan semakin
panjang gelombang serapan maksimumnya. Contoh,
Alkana 177
Alkena 178-225
Karbonil 186-293
Karboksilat 204
Amida 214
Azo 339
Nitro 280
Nitroso 300-665
2
Nitrat 270
Keton 282-324
Benzena 204
Toluen 207
Fenol 211
Anilin 230
3
II. LANDASAN TEORI
2.1. Spektrofotometri
4
Gambar 2.2 Gelombang elektromagnetik (Sumber: Adhi Pratama)
5
Panjang gelombang pada alat spektrofotometer lazim disajikan dalam satuan nm di
mana 1 m = 10-9 nm.
2. Spektofotometri UV (ultraviolet)
Berbeda dengan spektrofotometri visible. Pada spektrofotometri UV
berdasarkan interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang
gelombang 190-380 nm. Sinar UV tudak dapat dideteksi dengan mata kita, sehingga
senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak
memiliki warna, bening dan transparan. Oleh karena itu, sampel tidak
berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagen tertentu. Bahkan
sample dapat langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi. Prinsip dasar pada
spektrofotometri adalah sampel harus jernih dan larut sempurna, tidak ada partikel
koloid (suspensi).
3. Spektrofotometer (IR)
Dari namanya sudah bisa dimengerti bahwa spektrofotometri ini berdasar
pada penyerapan panjang gelombang inframerah. Cahaya inframerah terbagi
menjadi inframerah dekat, inframerah pertengahan dan jauh. Inframerah pada
spektrofotometri adalah inframerah jauh dan pertengahan yang mempunyai panjang
gelombang 25-1000 µm. Pada spektro IR meskipun bisa digunakan untuk
mengidentisifikasi gugus fungsi pada suatu senyawa, terutama senyawa
organik. Setiap serapan pada panjang gelombang tertentu menggambarkan
adanya suatu gugus spesifik. Spektrum elektromagnetik terdiri dari urutan
gelombang dengan sifat-sifat yang berbeda. Kawasan gelombang penting di
dalam penelitian biokimia adalah ultra lembayung (UV, 180-350 nm) dan tampak
(VIS, 350-800 nm). Cahaya di dalam kawasan ini mempunyai energi yang cukup
untuk mengeluarkan elektron valensi di dalam molekul tersebut (Harjadi, 1990).
6
4. Spektrofotometri UV-Vis
Merupakan alat dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultra-violet
dan sinar tampak. Alat ini digunakan mengukur serapan sinar ultra violet atau sinar
tampak oleh suatu materi dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis
sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan
tersebut. Dalam hal ini, hukum Lambert-Beer dapat menyatakan hubungan
antara serapan cahaya dengan konsentrasi zat dalam larutan. Dibawah ini
adalah persamaan Lamber beer:
A = - log T= ε.b.c
dimana :
A = Absorban
T = Transmitan
ε = absorvitas molar (Lcm-4 . mol-1)
c = panjang sel (cm)
b = konsentrasi zat (mol/jam)
Pada spektrofotometer UV-Vis, warna yang diserap oleh suatu senyawa atau
unsur adalah warna komplementer dari warna yang teramati. Hal tersebut dapat
diketahui dari larutan berwarna yang memiliki serapan maksimum pada warna
komplementernya. Namun apabila larutan berwarna dilewati radiasi atau
cahaya putih, maka radiasi tersebut pada panjang gelombang tertentu, akan secara
selektif sedangkan radiasi yang tidak diserap akan diteruskan.
7
dari molekul tersebut. Proses inilah yang menjadi dasar pengukuran absorbansi
dalam spektrofotometer (Sutopo, 2006).
2.4.Instrumen Spektrofotometri UV – VIS
1. Sumber cahaya
8
Kebanyakan spektrofotometri melibatkan larutan dan karenanyan
kebanyakan wadah sampel adalah sel untuk menaruh cairan ke dalam berkas
cahaya spektrofotometer. Sel itu haruslah meneruskan energy cahaya dalam
daerah spektral yang diminati, jadi sel kaca melayani daerah tampak, sel
kuarsa atau kaca silica tinggi istimewa untuk daerah ultraviolet. Dalam
instrument, tabung reaksi silindris kadang-kadang diginakan sebagai wadah
sampel. Penting bahwa tabung-tabung semacam itu diletakkan secara
reprodusibel dengan membubuhkan tanda pada salah satu sisi tabunga dan
tanda itu selalu tetaparahnya tiap kali ditaruh dalam instrument. Sel-sel lebih
baik bila permukaan optisnya datar. Sel-sel harus diisi sedemikian rupa
sehingga berkas cahaya menembus larutan, dengan meniscus terletak
seluruhnya diatas berkas. Umumnya sel-sel ditahan pada posisinya dengan
desain kinematik dari pemegangnya atau dengan jepitan berpegas yang
memastikan bahwa posisi tabung dalam ruang sel (dari) instrument itu
reprodusibel.
3. Monokromator. Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya
polikromatis menjadi cahaya tunggal (monokromatis) dengan
komponen panjang gelombang tertentu. Bagian-bagian monokromator,
yaitu :
a. Prisma
Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin
supaya di dapatkan resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.
b. Grating (kisi difraksi)
Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses spektroskopi. Dispersi
sinar akan disebarkan merata, dengan pendispersi yang sama, hasil dispersi
akan lebih baik. Selain itu kisi difraksi dapat digunakan dalam seluruh
jangkauan spektrum.
c. Celah optis
Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis yang
diharapkan dari sumber radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang tepat,
maka radiasi akan dirotasikan melalui prisma, sehingga diperoleh panjang
gelombang yang diharapkan.
9
d. Filter
Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang
diteruskan merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang
gelombang yang dipilih.
4. Detektor
Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar
kemudian diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder
dan ditampilkan dalam bentuk angka-angka pada reader (komputer).
Detector dapat memberikan respons terhadap radiasi pada berbagai panjang
gelombang Ada beberapa cara untuk mendeteksi substansi yang telah
melewati kolom. Metode umum yang mudah dipakai untuk menjelaskan
yaitu penggunaan serapan ultra-violet. Banyak senyawa-senyawa organik
menyerap sinar UV dari beberapa panjang gelombang. Jika anda
menyinarkan sinar UV pada larutan yang keluar melalui kolom dan sebuah
detektor pada sisi yang berlawanan, anda akan mendapatkan pembacaan
langsung berapa besar sinar yang diserap.
Jumlah cahaya yang diserap akan bergantung pada jumlah senyawa
tertentu yang melewati melalui berkas pada waktu itu. Anda akan heran
mengapa pelarut yang digunakan tidak mengabsorbsi sinar UV. Pelarut
menyerapnya! Tetapi berbeda, senyawa-senyawa akan menyerap dengan
sangat kuat bagian-bagian yang berbeda dari specktrum UV. Misalnya,
metanol, menyerap pada panjang gelombang dibawah 205 nm dan air pada
gelombang dibawah 190 nm. Jika anda menggunakan campuran metanol-
air sebagai pelarut, anda sebaiknya menggunakan panjang gelombang yang
lebih besar dari 205 nm untuk mencegah pembacaan yang salah dari pelarut.
5. Visual display/recorder
Merupakan system baca yang memperagakan besarnya isyarat
listrik, menyatakan dalam bentuk % Transmitan maupun Absorbansi.
10
buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan
yang akan ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan
menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer (Basset, 1994).
1. Larutan baku primer. Larutan yang mengandung zat padat murni yang
konsentrasi larutannya diketahui secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan
massa), dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum
diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah
dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume
tertentu. Contoh: K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat. Menurut
Basset (1994). Syarat-syarat larutan baku primer :
Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin
pada suhu 110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni.
(Syarat ini biasanya tak dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena
sukar untuk menghilangkan air-permukaan dengan lengkap tanpa
menimbulkan pernguraian parsial.)
Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi
ini menunjukkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi
oleh udara atau dipengaruhi karbondioksida.
Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif
dan kepekaan tertentu.
Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen
yang besar.
Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan
langsung.
2. Larutan baku sekunder adalah larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak
dapat diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni.
Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan menggunakan larutan baku
primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3, KmnO4, Fe(SO4)2.
Menurut Basset (1994) Syarat-syarat larutan baku sekunder:
Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan
penimbangan
Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.
Syarat larutan yang dapat digunakan untuk analisis campuran dua komponen
adalah
Komponen-komponen dalam larutan tidak boleh saling bereaksi
Penyerapan komponen-komponen tersebut tiak sama
Komponen harus menyerap pada panjang gelombang tertentu
11
prisma heksagonal. Kafein terdapat secara alami pada biji kopi, biji coklat, daun teh
serta cula nuts. Kafein adalah Kristal putih alkaloida xantina yang pahit, yang
merupakan obat stimulant psychoactive. Alkaloid adalah senyawa organic mirip
alkali yang atom hidrogen bersifat basa dalam cincin heterosiklik. Akaloid Kafein
ditemukan di dalam berbagai macam jenis, kacang-kacangan, dedaunan, dan buah da
berbagai tanaman.
Kafein juga bertindak sebagai suatu pestisida alami yang mengusir dan
membunuh serangga-serangga tertentu yang hidup di tanaman tersebut. Kafein
paling sering dikonsumsi oleh manusia dari ekstraksi biji buah kopi dan teh, seperti
juga berbagai makanan dan minuman yang berbahan dasar buah kola.
Pada manusia, kafein adalah suatu stimulan sistem saraf pusat (CNS, Central
Nervous SyStem), mempunyai pengaruh temporer untuk menghindari terhadap
kantuk dan juga memulihkan keadaan siaga. .Hidangan-hidangan yang mengandung
kafein, seperti kopi, teh, minuman tanpa alkohol, dan minuman berenergi, mendapat
ketenaran yang luas. Kafein mempunyai efek diuretik, setidaknya ketika diberikan
dalam dosis tertentu kepada subjek yang tidak mempunyai toleransi padanya.
12
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
ALAT BAHAN
1. Spektrofotometri Shimadzu UV 1. Kafein 100 ppm
1700 dan kuvet kuarsa 2. HCL 0,1 M
2. Labu takar 50ml
3. Gelas kimia 250 ml, 100ml, 50
ml
4. Pipet volume 10ml, 25ml
5. Bola hisap
6. Tisu lensa
Buat sederetan larutan standar kafein dengan konsentrasi 2,4,6,8,10 dan 12 ppm
dalam HCL 0,1N dari labu takar 50 ml.
2ppm = 1 ml 8ppm = 4 ml
4ppm = 2 ml 10ppm = 5 ml
6ppm = 3 ml 12ppm = 6 ml
V1 x ppm1 = V2 x ppm2
V1 = 1 mL V1 = 4 mL
V1 = 2 mL V1 = 5 mL
V1 = 3 mL V1 = 6 mL
17
Panjang Absorbansi (A)
gelombang (nm)
272,0 0,275
205,8 0,720
18
Pengukuran Photometric (Untuk mengukur Absorbansi dengan maks
272,3 nm )
19
Pengukuran Quantitation
No Konsentrasi Absorbansi
1 2 ppm 0,089
2 4 ppm 0,170
3 6 ppm 0,264
4 8 ppm 0,373
5 10 ppm 0,438
6 12 ppm 0,530
20
Pembuatan Kurva Kalibrasi
21
No Absorbansi Konsentrasi
Kurva Kalibrasi
0.6
0.5
y = 0.0445x - 0.0006
0.4 R² = 0.9981
Absorbansi
0.3
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Konsentrasi (ppm)
No Konsentrasi Absorbansi
1 2 ppm 0,089
2 4 ppm 0,170
4 6 ppm 0,264
5 8 ppm 0,373
6 10 ppm 0,438
7 12 ppm 0,530
22
V. PEMBAHASAN
Pada praktikum spektrofotometri UV kali ini, digunakan spektrofotometri
shimadzu dengan ukuran daya serapan cahaya di daerah ultraviolet (200-350 nm).
Prinsip dari spektrofotometri UV adalah jika radiasi elektromagnetik dilewatkan
pada suatu media yang homogen, maka sebagian radiasi itu ada yang diserap dan
ditransmisikan.
Pada praktikum ini digunakan larutan induk kafein yang dibuat menjadi
larutan standar berupa 2, 4, 6, 8, dan 12 ppm dalam HCl 0,1 N masing-masing
sebanyak 50 mL. dengan menggunakan pengenceran didapat volume masing-
masing dari kafein yaitu 2 ppm sebanyak 1 mL, 4 ppm sebanyak 2 mL, 6 ppm
sebanyak 3 mL, 8 ppm sebanyak 4 mL, 10 ppm sebanyak 5 mL, dan 12 ppm
sebanyak 6 mL.
Kafein adalah suatu senyawa organik yang mempunyai nama lain yaitu
kafein, tein, atau 1,3,7-trimetilxantin. Kristal kafein dalam air berupa jarum-jarum
bercahaya. Bila tidak mengandung air, kafein meleleh pada suhu 2340C – 2390C
dan menyublim pada suhu yang lebih rendah. Kafein mudah larut dalam air panas
dan kloroform, tetapi sedikit larut dalam air dingin dan alkohol (Abraham, 2010).
Senyawa yang akan ditetapkan kadarnya secara spektrofotometri UV harus
memiliki gugus kromofor pada strukturnya agar dapat menyerap radiasi
elektromagnetik.
23
1. Kepekaan maksimum dapat diperoleh jika larutan dengan konsentrasi tertentu
memberikan signal yang kuat pada panjang gelombang tersebut.
2. Perbedaan absorban sangat minimal dengan berubahnya panjang gelombang
di sekitar panjang gelombang absorban maksimum sehingga kesalahan
pengukuran sangat kecil. Pelarut yang digunakan untuk spektrofotometri harus
memenuhi persyaratan tertentu agar diperoleh hasil pengukuran yang tepat.
Pertama-tama, pelarut harus dipilih yang melarutkan komponen analit, tetapi
sesuai dengan bahan kuvet.
Untuk mencari nilai absorbansi dari per konsentrasi kafein, pada alat
(spektrofotometri shimadzu), digunakan tools pengukuran photometric pada alat.
Dari alat, diperoleh nilai-nilai absorbansi per konsentrasi kafein:
No Konsentrasi Absorbansi
1 2 ppm 0,089
2 4 ppm 0,170
3 6 ppm 0,264
4 8 ppm 0,373
24
5 10 ppm 0,438
6 12 ppm 0,530
Setelah itu, dapat dituliskan kurva kalibrasi yang akan langsung ditampilkan
oleh alat dengan menekan tombol 2 setelah pengukuran.
25
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh nilai gelombang maksimum kafein sebesar
272,3 nm sesuai dengan panjang gelombang sinar UV yaitu berkisar 190-380 nm
dan panjang gelombang maksimum kafein menurut literatur adalah sebesar 273
nm (Clarke, 1986). Terdapat perbedaan sebesar 0,7 nm antara panjang gelombang
hasil percobaan dan literatur.
Dari data yang dihasilkan melalui praktikum diperoleh kesimpulan yang
dijelaskan dalam hukum Lambert-Beer bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan
(kafein) maka semakin tinggi pula nilai absorbansinya.
26
VII. DAFTAR PUSTAKA
GLASSTON, S. 1960. Textbook of Physical Chemistry. 2nd ed. Macmillan and
Co. Ltd., London.
PECSOK, R.L.; L.D. SHILEDS; T. CAIRNS; and I.G. MCWILLIAM 1976.
Modern Methods of Chemical Analysis. 2nd ed. John Wiley & Sons, Inc.,
New York.
SKOOG, D.A. and D.M. WEST 1971. Principles of Instrumental Analysis. Holt,
Rinehart and Winston, Inc., New York.
Cresswell, Clifford.J. 2005. Analisis Spektrum Senyawa Organik. Bandung: ITB.
Hayati, Chairini. 2014. Laporan Praktikum Analisis Spektoskopi Percobaan I.
Online: http://chairinihayati.blogspot.co.id/2014/12/laporan-praktikum
percobaan-i.html. ((Diakses pada tanggal 23-Maret-2019).
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Nurlaeli, Novie. 2013. Laporan Praktikum UV VIS. Bandung. Online:
http://noviechemist.blogspot.co.id/2013/01/laporan-praktikum-aas.html.
(Diakses pada tanggal 23-Maret-2019).
R.A.Day, Dr Jan Dan Al-Underwood. 2002. Analitik Kimia Kuantitatif.
Jakarta:Erlangga.
Setiarso, Pirim dkk. 2016. Petunjuk Praktikum Kimia Analitik III.
Surabaya:Unesa Press.
Sitorus, M. 2009. Spektroskopi Elusidasi Struktur Molekul Organik Edisi
Pertama.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sumar, Hendayana. 1994. Kimia Analisis Farmasi. Jakarta: UI Press.
Syaputri, Eka Nurwinda. 2014. Laporan Spektrofotometri UV VIS. Sulawesi
Selatan: online: http://nespharma.blogspot.co.id/2015/02/laporanspektrofo
tometri-uv-vis.html.(Diakses pada tanggal 23-Maret-2019).
27