Anda di halaman 1dari 22

PROTEKSI KATODIK

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGENDALIAN KOROSI

Dosen Pembimbing : 1. Ir. Nurcahyo, M.T.


2. Rony Pasonang Sihombing, M.T

Oleh
Calista Halimatus Syaadiah
(181411072)

Tanggal Praktikum : Senin, 2 Maret 2020


Tanggal Pengumpulan : Senin, 9 Maret 2020

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANGDUNG
2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Sistem perpipaan merupakan aspek penting yang mendukung proses produksi di


dunia industri termasuk industri minyak dan gas bumi. Sistem perpipaan terdiri dari beberapa
jaringan pipa yang digunakan sebagai alat industri. Standar teknik perpipaan yang dipakai di
Indonesia, pipa penyalur minyak dan gas bumi harus ditimbun di dalam tanah. Penempatan
jaringan pipa dalam tanah dapat menyebabkan korosi pada pipa, hal ini terjadi karena dalam
tanah terdapat mineral-mineral yang dapat menyebabkan atau memicu terjadinya korosi pada
pipa. Untuk mengendalikan atau memperlambat terjadinya korosi pada jaringan pipa tersebut
maka system pengendalian yang dapat dilakukan pada umumnya adalah pemasangan coating
dan dilengkapi dengan penerapan proteksi katodik.

Untuk menjaga pipa dari korosi maka diperlukan pencegahan dan perawatan pada
pipa agar umur pakai pipa menjadi lebih lama. Pencegahan dan perawatan yang biasa
dilakukan pada pipa adalah proses coating dengan penerapan metode proteksi katodik.
Metode ini terdiri dari dua jenis yaitu anoda korban (sacrificial anode) dan arus paksa
(impressed current). Untuk metode anoda korban, sumber arus yang digunakan berasal dari
logam yang kurang mulia yang dihubungkan dengan konduktor logam pada struktur yang
dilindungi. Sementara untuk metode arus paksa, sumber arus yang digunakan adalah arus
listrik yang bermuatan negative.

I.2. Tujuan Praktikum


 Mengukur potensial pipa dengan metode anoda korban.
 Mengukur potensial pipa dengan metode Impressed Current.
 Mengukur potensial pipa insulating joint.
 Mengukur potensial pipa dan konstruksi.
BAB II

DASAR TEORI

Pengertian Korosi

Proses yang melibatkan perubahan logam ke arah oksida dengan energi rendah disebut
korosi. Umumnya korosi dapat diartikan sebagai proses degradasi logam yang diakibatkan oleh
reaksi dengan lingkungannya. Korosi akan berlangsung pada titik dimana muatan positif (kation)
meninggalkan permukaan suatu logam. Biasanya proses korosi logam berlangsung secara
elektrokimia yang terjadi secara simultan pada daerah anoda dan katoda yang membentuk
rangkaian arus listrik tertutup. Korosi jauh lebih ekstensif berlangsung jika besi kontak dengan
oksigen dan air (Oxtoby, dkk, 1988).

Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim
adalah perkaratan besi. Korosi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.

1. Korosi basah, yaitu proses korosi yang terjadi pada lingkungan berair.
2. Korosi dalam larutan garam.
3. Korosi kering, biasanya terjadi pada suhu tinggi.

Pada anoda terjadi reaksi oksidasi dan pada katoda terjadi reaksi reduksi (Priandani
Malik, 2001). Contoh : reaksi reduksi dan oksidasi pada proses korosi besi adalah:

Katoda : ½ O2 + H2O + 2e → 2OH- (reduksi)

Anoda : Fe → Fe2+ + 2e (oksidasi)

Pada reaksi reduksi di katoda terbentuk ion hidroksil (OH -) dan pada reaksi oksidasi di anoda
terbentuk ion ferro (Fe2+) sehingga berlangsung reaksi antara kedua ion tersebut seperti reaksi di
bawah ini:

Fe2+ + 2OH- → Fe(OH)2

2Fe(OH)2 + ½ O2 → Fe2O3.nH2O (karat)

Terbentuknya Fe(OH)2 jika kontak dengan lingkungan (O2) akan membentuk senyawa
Fe2O3.nH2O pada permukaan besi. Senyawa ini merupakan karat (Sudrajat dan Ilim, 2006).
Metode Pengendalian Korosi dengan Proteksi Katodik

Proteksi katodik (Cathodic Protection) adalah teknik yang digunakan untuk


mengendalikan korosi pada permukaan logam dengan menjadikan permukaan logam tersebut
sebagai katode. Sistem proteksi katodik banyak digunakan untuk memproteksi struktur baja yang
berada di dalam tanah dan lingkungan air laut, dan sedikit digunakan (pada korosi tertentu) untuk
penempatan baja dalam air tawar.

Tujuan dari proteksi katodik adalah untuk melindungi baja pada saat coating mengalami
kerusakan. Prinsip utama sistem proteksi katodik adalah menekan arus eksternal ke dalam
material sehingga potensial material turun ke daerah imun. Dengan kata lain, material yang
digunakan sebagai katoda dalam sel elektrokimia terpolarisasi secra katodik.

Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa i0, yaitu ikor. Arus eksternal dapat dihasilkan
dengan dua cara yang berbeda, yaitu:

a. Menggunakan logam yang kurang mulia dalam bentuk anoda korban yang dihubungkan
dengan konduktor logam pada struktur yang dilindungi,
b. Menggunakan sumber arus eksternal, biasanya sebuah rectifier. Sebuah elektroda
referensi dapat digunakan untuk mengontrol rectifier.

Dilihat dari sumber arus listriknya, metode proteksi katodik dibagi menjadi dua yaitu
metode proteksi anoda korban (sacrificial anode) dan arus paksa (impressed current)
1. Anoda korban (sacrificial anode)

Proteksi katodik metode anoda korban dapat dilakukan dengan menghubungkan anoda
korban terhadap material yang akan diproteksi. Material yang akan diproteksi diatur agar
berperan sebagai katoda dalam suatu sel korosi dan pasangan yang dihubungkan adalah logam
lain yang memiliki potensial yang lebih negative sehingga berperan sebagai anoda. Elektron
akan mengalir dari anoda ke katoda melalui kabel penghubung sehingga terjadi penerimaan
electron di katoda. Dengan adanya penerimaan electron tersebut, katoda mengalami reaksi
reduksi dan terproteksi dari proses korosi.

Keuntungan atau kelebihan penerapan system proteksi katodik metode anoda korban adalah
sebagai berikut :

 Pemasangan relatif mudah dan murah.


 Tidak membutuhkan sumber energi listrik dari luar.
 Distribusi arus merata.
 Cocok untuk daerah berstruktur padat.
 Resiko overprotection rendah.
 Self-regulating.

Kekurangan anoda korban, yaitu:

 Keluaran arus terbatas.


 Anoda yang habis harus diganti.
 Tidak efektif apabila resistivitas elektrolit tinggi.
 Tidak cocok untuk struktur besar yang perlu arus proteksi besar.
Dalam perencangan system proteksi katodik metoda anoda korban, terdapat tiga kriteria yang
ditetapkan oleh NACE (National Association of Corrosion Engineers), yaitu :

1. -850 mV terhadap proteksi katodik yang diaplikasikan


2. -850 mV potensial polarisasi terhadap CSE,
3. Polarisasi minimum 100 mV.

Jenis Anoda Korban dan Karakteristiknya

Penentuan material yang digunakan sebagai anoda korban dilakukan berdasarkan


kemampuan material tersebut dalam menurunkan potensial logam yang diproteksi mencapai
daerah imun dengan cara membanjiri struktur dengan arus searah melalui lingkungan. Faktor
lainnya yaitu biayanya murah, mampu dibentuk sesuai ukuran, dan dapat terkorosi secara merata.
Anoda korban yang biasa digunakan adalah magnesium (Mg), seng (Zn), dan aluminium (Al).

Pemakaian anoda Mg digunakan untuk lingkungan yang mempunyai resistivitas tinggi.


Hal ini disebabkan pada lingkungan ini diperlukan anoda yang tinggi keluaran arus per satuan
berat dan potensial elektrodanya sangat negatif. Anoda Mg banyak digunakan untuk
memproteksi pipa dalam tanah.

Pemakaian anoda Al banyak digunakan di lingkungan air laut dan harganya relative
murah dibandingkan anoda lain. Anoda Zn merupakan anoda korban yang paling banyak
digunakan di lingkungan air laut dan mempunyai efesiensi yang tinggi.

Anoda Resistivitas Lingkungan (Ohm.cm)


Aluminium (Al) <150
Seng (Zn) 150-500
Magnesium (Mg) >500
Tabel 1 Jenis anoda dan resistivitas lingkungannya
Massa Jenis Potensial Tegangan Kapasitas
Jenis Anoda Efisiensi (%)
(kg/dm3) (V/SHE) Dorong (V) (AH/kg)
Al 1,7 1-1,7 0,6-0,8 2700 50
Zn 7,5 1,05 0,25 780 95
Mg 2,7 1,10 0,25 1230 95
Tabel 2. Karakteristik anoda korban

2. Arus Balik (Impressed Current)

Metode Impressed Current Cathodic Protection (ICCP) menggunakan anoda yang


dihubungkan dengan sumber arus searah (DC) yang dinamakan cathodic protection rectifier,
dimana arus negative dihubungkan dengan logam yang dilindungi sedangkan arus positif
dihubungkan dengan anoda pembantu.

Pada metode ini, struktur yang dilindung mendapat supply electron sehingga
potensialnya menjadi lebih katodik. System Impressed Current Cathodic Protection (ICCP)
menggunakan anoda yang dihubungkan dengan sumber arus searah (DC) yang dinamakan
cathodic protection rectifier, dimana arus negative dihubungkan dengan logam yang dilindungi
sedang arus positif dihubungkan dengan anoda pembantu. Mekanisme ICCP dapat dilihat di
bawah.
Arus yang dialirkan dapat diukur dengan mengetahui potensial logam sampai ke daerah
stabil. Anoda untuk system ICCP dapat berbentuk batangan tubular atau pita panjang dari
berbagai material khusus. Material ini dapat berupa high silicon cast iron (campuran besi dan
silikon), grafit, campuran logam oksida, platina, dan niobium serta material lainnya.

Tipe sistem ICCP yang umum untuk jalur pipa terdiri dari rectifier bertenaga arus bolak-
balik (AC) dengan output arus DC maksimum antara 10-50 ampere dan 50 volt. Terminal positif
dari output DC tersebut dihubungkan melalui kabel ke anoda-anoda yang ditanam di dalam
tanah. Banyak aplikasi menanam anoda hingga kedalaman 60 m (200 kaki) dengan diameter
lubang 25 cm (10 inchi) serta ditimbun dengan conductive coke (material yang dapat
meningkatkan performa dan umur dari anoda) (Wikipedia, 2010).

Keuntungan dengan digunakannya metoda ini adalah :

1. Kebutuhan arus dapat diatur secara luas sesuai kebutuhan.


2. Tingkat proteksi tercukupi hingga level yang sangat baik.
3. Umur proteksi lebih panjang daripada anoda korban.
4. Dapat digunakan untuk memproteksi alat yang berukuran besar.
5. Rentang proteksi dapat diatur.
6. Area ptoteksi yang luas.
7. Dapat memproteksi struktur yang tidak di-coating dengan baik.

Kekurangan metode ini, yaitu :

1. Dibutuhkan peralatan lain seperti trafo dan rectifier.


2. Membutuhkan perawatan dan pemanfaatan secara berkala.
3. Kemungkinan terjadinya interferensi sangat besar.
4. Perlu perawatan yang baik.
5. Kemungkinan terjadinya overprotection sangat besar.
6. Adanya biaya tambahan untuk menjalankan energi eksternal.

Prinsip ICCP ini adalah besi akan ditahan agar tidak dilepaskan oleh besi, dengan
membanjiri permukaan besi dengan electron. Electron didapat dari system arus paksa yang
terpaksa. Aliran electron akan mengalir dari anoda ke katoda, anoda diwakili dengan groundbed
yang terhubung dengan rectifier. System arus tanding ini membutuhkan rectifier atau penyearah
arus, groundbed, dan tansformator atau trafo.

Transformator

Transformator atau transformer atau trafo adalah komponen elektromagnet yang dapat
mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain. Transformator bekerja berdasarkan prinsip
induksi elektromagnetik. Tegangan masukan bolak-balik yang membentangi primer
menimbulkan fluks magnet yang idealnya semua bersambung dengan lilitan sekunder. Fluks
bolak-balik ini menginduksikan GGL dalam lilitan sekunder. Jika efisiensi sempurna, semua
daya pada lilitan primer akan dilimpahkan ke lilitan sekunder. Karena adanya kerugian pada
transformator, maka efisiensi transformator tidak dapat mencapai 100%. Untuk transformator
daya frekuensi rendah, efisiensi bisa mencapai 98%. Trafo yang nantinya digunakan dalam
sistem ini adalah jenis step-down. (Wikipedia, 2010).

Efisiensi transformator dapat diketahui dengan :

Po
η= 100 %
Pi

Rectifier

Rectifier adalah alat yang digunakan untuk mengubah sumber arus bolak-balik (AC)
menjadi sinyal sumber arus searah (DC). Rangkaian rectifier banyak menggunkan transformator
step-down untuk menurunkan tegangan sesuai dengan perbandingan transformasi transformator
yang digunakan.

Groundbed

Groundbed adalah sebuah array dari elektroda, dipasang di tanah untuk mengurangi
resitansi listrik dengan menyediakan jalan bagi arus proteksi lewat elektrolit berupa tanah.
Groundbed adalah komponen dalam sebuah system pembumian. Karena arus positif dialirkan ke
perakitan groundbed di dalam tanah, maka sangat penting untuk melakukan insolasi terhadap
semua instalasi kabel, baik kabel utama maupun sepanjang aliran kabel dan persimpangan kabel.
Jika tidak dilakukan insolasi yang sempurna maka kabel akan terkorosi dan umur pemakaian
kabel menjadi lebih pendek. Kerusakan pada instalasi kabel ini akan menyebabkan terputusnya
koneksi arus ke seluruh bagian groundbed.

Trafo Step-down

Transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit daripada lilitan


primer, sehingga berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator jenis ini sangat mudah
ditemui, terutama dalam adaptor AC-DC (Wikipedia, 2010).
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat

Alat utama yang dipakai untuk praktikum adalah:

1. Simulator Sistem Proteksi Katodik Metode Anoda Korban Dalam Sistem Perpipaan

2. Avometer

3. Elektroda CuSO4

3.2. Prosedur Kerja

3.2.1. Prosedur Pengukuran Potensial Natural Pipa

1. Lepaskan sambungan terminal merah (dari anoda korban) dengan terminal hitam (dari
pipa) pada testbox.

2. Hubungkan terminal hitam (dari pipa) dengan avometer (menggunakan elektroda


pembanding CSE yang ditancanpakan ke tanah).
3. Amati dan catat nilai potensial natural pipa yang tertera pada avometer.
4. Sambungkan kembali terminal merah dengan terminal hitam pada testbox untuk
keperluan proteksi

3.2.2. Prosedur Pengukuran Potensial Anoda Korban

1. Lepaskan sambungan terminal merah (dari anoda korban) dengan terminal hitam (dari
pipa) pada testbox.
2. Hubungkan terminal merah (dari anoda) dengan avometer (menggunakan elektroda
pembanding CSE yang ditancapkan ke tanah).
3. Amati dan catat nilai potensial anoda korban yang tertera pada avometer.
4. Sambungkan kembali terminal merah dengan terminal hitam pada testbox untuk keperluan
proteksi.

3.2.3. Pengukuran Potensial Proteksi pada Sistem Impressed Current


1. Merangkai Keseluruhan Sistem Impressed Current.

2. Menghubungkan output positif rectifier pada grounbed dan negatif pada pipa.

3. Set output transformator pada 220V dan output rectifier 3V.

4. Mengukur potensial proteksi pipa dengan menggunakan AVO meter di setiap test box
Impressed Current.

3.2.4. Pengukuran Potensial Proteksi pada Insulation Joint

1. Nyalakan Avometer digital kemudian pasang jenis pengukuran pada volt dan atur skala
pembacaan di 2.

2. Tempelkan elektroda CuSO4 pada tanah.

3. Tempelkan jarum pengukur avometer warna merah pada salah satu lubang di Testbox
(lubang warna hitam untuk mengukur potensial pipa atas dan warna merah untuk mengukur
potensial pipa bawah) dan jarum berwarna hitam ditempelkan pada elektroda CuSO4.

3.2.5. Pengukuran Potensial Proteksi pada Jembatan pipa

1. Menyiapkan avometer dan elektroda standar (Cu/CuSO4).

2. Mengangkat besi jembatan hingga menempel dengan pipa menggunakan dongkrak.

3. Menghubungkan avometer ke testbox pipa (sisi proteksi dan sisi kosong) dan elektroda
standar (Cu/CuSO4).

4. Mengukur potensial pipa

5. Menghubungkan avometer ke testbox jembatan (sisi proteksi dan sisi kosong) dan
elektroda standar (Cu/CuSO4).
6. Mengukur potensial jembatan
7. Menghubungkan avometer ke testbox jembatan (sisi proteksi dan sisi kosong) dan pipa
(sisi proteksi dan sisi kosong)
8. Mengukur hambatan antara pipa dengan jembatan.
BAB IV
PENGOLAHAN DATA

4.1 Tabel data pengamatan


a) Percobaan 1 – Sacrificial Anode (SA)
Potensial (mV)
SA Terproteksi Tidak Terproteksi
Pipa Pipa Anoda
1 1420 622 1742
2 237.9 344.4 382
3 354.8 355.1 354.8

b) Percobaan 2 – Impressed Current Cathode Protection (ICCP)


Impressed Current Potensial (mV)
IC-1 1199
IC-2 1250
IC-3 367.1
IC-4 393.3

c) Percobaan 3 – Insulation Joint


Potensial (mV)
Titik
Atas Bawah
A 1125 1125
B 1119 607
C 669 362.7

d) Percobaan 4 – Jembatan (Bridge)


Kasus 1 : Normal (Tidak terhubung kabel)
Titik Potensial (mV)
Pipa 1073
Tepi kanan
Jembatan 299.2
Pipa 1067
Tepi kiri
Jembatan 305.4

Kasus 2 : Jembatan bocor (Terhubung kabel)


Titik Potensial (mV)
Pipa 1066
Tepi kanan
Jembatan 305.4
Pipa 1073
Tepi kiri
Jembatan 1072

4.2 Grafik data pengamatan

a) Percobaan 1 – Sacrificial Anode (SA)

Sacrificial Anode
Pipa Anode Pipa terproteksi

2000
1800 1742
1600 1420
1400
Potensial (mv)

1200
1000
800 622
600
400 344.4 382 355.1 354.8 354.8
237.9
200
0
SA 1 SA 2 SA 3

sampel

b) Percobaan 2 – Impressed Current Cathode Protection (ICCP)


Impressed Current Cathodic Protection
1400
1250
1199
1200

1000
Potensial (mV)

800

600
393.3 367.1
400

200

0
IC 1 IC 2 IC 3 IC 4

Sampel

c) Percobaan 3 – Insulation Joint

Insulation Joint
Atas Bawah

1200 1125 1125 1119

1000

800
Potensial (mv)

669
607
600

400 362.7

200

0
A B C

Titik
d) Percobaan 4 – Jembatan (Bridge)

Bridge
Pipa (kanan) Jembatan (kanan) Pipa (kiri) Jembatan (Kiri)

1200
1073 1067 1066 1073 1072
1000

800
Potensial (MV)

600

400 299.2 305.4 305.4

200

0
Kondisi Normal Kondisi Bocor

Kondisi
BAB V
PEMBAHASAN

Oleh : Calista Halimatus Syaadiah

(181411072)

Metode perlindungan baja dalam upaya pencegahan terjadinya korosi bisa menggunakan
2 metode proteksi katodik 1 yaitu sistem anoda korban (Sacrificial Anode) atau Impressed
current cathode protection (ICCP) dengan menggunakan alat ukur avometer dan elektroda CSE
yang memiliki nilai potensial standar proteksi -0,85 V/CSE.

1) Sacrificial Anode (Anoda Korban)


Dilakukan dengan menghubungkan material yang akan diproteksi dengan logam
lain yang lebih negatif. Elektron akan mengalir dari anoda ke katoda melalui kabel
penghubung dan terjadi penerimaan elektron di katoda sehingga material yang
diproteksi dapat terlindungi dari korosi.

Sacrificial Anode
Pipa Anode Pipa terproteksi

2000
1800 1742
1600 1420
1400
Potensial (mv)

1200
1000
800 622
600
400 344.4 382 355.1 354.8 354.8
237.9
200
0
SA 1 SA 2 SA 3

sampel
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan terhadap 3 test box didapatkan hasil pada
diagram di atas:
 Test Box 1(SA 1)  Text Box 3 (SA 3)
Pipa : terkorosi Pipa : sangat terkorosi
Pipa terproteksi : aktif terproteksi Pipa terproteksi : tidak aktif
Anoda : bagus Anoda : habis

 Test Box 2 (SA 2)


Pipa : sangat terkorosi
Pipa terproteksi : tidak aktif
Anoda : habis

2) Imprresed Current (Arus Paksa)


Menekan arus eksternal ke dalam material sehingga elekron membanjiri material
dan potensial turun ke daerah imun karena menjadi lebih katodik.

Impressed Current Cathodic Protection


1400
1250
1199
1200

1000
Potensial (mV)

800

600
393.3 367.1
400

200

0
IC 1 IC 2 IC 3 IC 4

Sampel
 Test box 1 (IC 1)
Pipa : Terproteksi
 Test box 2 (IC 2)
Pipa : Terproteksi
 Test box 3 (IC 3)
Pipa : Terkorosi (tidak adanya arus yang mengalir)
 Test box 4 (IC 4)
Pipa : Terkorosi (tidak adanya arus yang mengalir)

3) Insulating Joint

Merupakan penyekat arus listrik sistem perpipaan berbentuk seperti mangkuk, besar
potensial bergantung pada arah masuknya arus.

Insulation Joint
Atas Bawah

1200 1125 1125 1119

1000

800
Potensial (mv)

669
607
600

400 362.7

200

0
A B C

Titik
Potensial (mV)
Titik Hasil Pengamatan
Atas Bawah
A 1125 1125 Bocor
B 1119 607 Terinsulasi
C 669 362,7 Terinsulasi

4) Jembatan (Bridge)
Dilakukan dengan mengukur potensial pipa yang diproteksi dan kontruksi jembatan
yang berada di dekatnya. Kemudian dibandingkan dengan nilai potensial jembatan
setelah di sambung dengan kabel pada pipa yang terproteksi.

Bridge
Pipa (kanan) Jembatan (kanan) Pipa (kiri) Jembatan (Kiri)

1200
1073 1067 1066 1073 1072
1000

800
Potensial (MV)

600

400 299.2 305.4 305.4

200

0
Kondisi Normal Kondisi Bocor

Kondisi

 Kondisi Normal
Pipa kanan & kiri aktif terproteksi, jembatan aktif terkorosi (tidak terproteksi)

 Kondisi Bocor
Pipa kanan & kiri aktif terproteksi, jembatan kanan tidak terproteksi
(menyebabkan korosi)
SIMPULAN

 Potensial pipa di bawah -850 mV menunjukkan telah terkorosi


 Besarnya potensial pipa insulation joint sesuai dengan arah masuknya arus
 Besar potensial pipa yang sama dengan konstruksi menunjukan adanya kebocoran
 Elektroda standar yang digunakan adalah half cell CuSO4 jenuh karena merupakan larutan
elektrolit.
DAFTAR PUSTAKA

A. W. PEABODY. 2011. Peabody’s Control Of Pipeline Corrosion. Second Edition.


Texas : NACE International The Corrosion Society.

Chess, Paul, Gronvold, Karnov. 2005. Cathodic Protection of Steel in Concrete.


Copenhagen: Cathodiv Protection Intertational.

Fitzgerald, John. 2004. Corrosion and Protection for On-Grade Storage Tanks and
Buried Piping. Texas: NACE International The Corrosion Society.

Einar Bardal. 2004. Corrosion and Protection. Norway: Springer.

Kelly, Robert G., dkk. 2003. Electrochemical Techniques in Corrosion Science and
Engineering. New York: Marcel Dekker, Inc.

Ngatin, Agustinus, dkk. 2002. Teknik Pengendalian Korosi. Bandung: Jurusan Teknik
Kimia Politeknik Negeri Bandung.

Nurcahyo. tanpa tahun. Aplikasi Proteksi Katodik. Bandung: Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Bandung.

Pierre, R. Roberge. 2000. Handbook of Corrosion Engineering. USA: McGraw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai