Anda di halaman 1dari 39

fLAPORAN PRAKTIKUM IDENTIFIKASI ZAT AKTIF DAN

DASAR-DASAR METODE PEMISAHAN


SEMESTER GENAP 2020 – 2021

IDENTIFIKASI KATION

DISUSUN OLEH

NAMA NPM TUGAS

Priskila Margaretha 260110200055 Pembahasan, Kesimpulan

Fidelia Angela 260110200057 Alat dan Bahan, Data


Pengamatan

Dian Anggraeni D. 260110200059 Tujuan, Prinsip, Reaksi

Shafira Anastya P. 260110200061 Pembahasan, Kesimpulan

Aisha Putri M. 260110200063 Prosedur, Data Pengamatan

Joshua Harry C. 260110200101 Teori Dasar

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2021
IDENTIFIKASI KATION

I. Tujuan
Mengidentifikasi kation berdasarkan sifat-sifat fisika dan reaksi kimia.

II. Prinsip
2.1 Analisis Kualitatif
Metode yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
keberadaan senyawa yang dituju dari larutan di dalam suatu
pengamatan disebut sebagai analisis kualitatif (Panagan et al., 2012).
2.2 Reaksi Asam Basa
Reaksi asam basa atau yang biasa disebut reaksi netralisasi adalah
reaksi antara asam dengan basa untuk menghasilkan air dan senyawa
ionik. Senyawa ionik ini disebut dengan garam (Ebbing dan Gammon,
2008). Selain itu, reaksi asam basa dapat diartikan sebagai reaksi
perpindahan proton dari satu senyawa ke senyawa lain (Chang, 2004).
2.3 Reaksi Kompleks
Reaksi kompleks adalah reaksi yang terjadi di alam melalui
tumbukan tunggal antara molekul-molekul reaktan dan memiliki
mekanisme yang melibatkan beberapa proses elementer. Reaksi
kompleks diklasifikasikan kedalam reaksi substitusi ligan, reaksi
konversi ligan dan reaksi redoks logam. Senyawa kompleks adalah
senyawa yang dibentuk oleh atom atau ion pusat dengan beberapa
gugus molekul atau gugus ion melalui ikatan kovalen koordinasi
(Setiawan, 2011).
2.4 Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang terdiri atas reduksi dan oksidasi.
Reaksi reduksi adalah reaksi yang didefinisikan sebagai perolehan satu
atau lebih elektron yang di dapat dari sebuah atom. Sementara reaksi
oksidasi adalah reaksi untuk melepaskan satu atau lebih elektron di
dalam suatu atom (Ball, 2020).

III. Reaksi
REAKSI GOLONGAN I

Kation Reaksi Identifikasi

Pb2+ 1. Pb2+ + CrO42- → PbCrO4 ↓(kuning)


2. Pb2+ + SO42- → PbSO4 ↓ (putih)

Ag+ 1. Ag(NH3)2+ + 2H+ + Cl- → 2NH4+ + AgCl ↓ (putih)


2. Ag(NH3)2+ + 2H+ + I- → 2NH4+ + AgI ↓ (kuning)

Hg2+ 1. Hg2(NO3)2 + Sn2+ → Sn4+ + 2NO3- + 2Hg (abu-abu)


2. Hg22+ + Cu → Cu2+ + 2Hg (abu-abu)
(Sulistryarti, 2017)

REAKSI GOLONGAN II
Reaksi Identifikasi Golongan IIA

Kation Reaksi Identifikasi

Bi3+ 1. Sn2+ + 2OH- →Sn(OH)2


Sn(OH)2 + 2OH- →2H2O + SnO22-
3SnO2 + 2Bi3+ + 6OH- →3H2O + 3SnO32- + 2Bi (hitam)
2. Cinconin (basa organik), yang dengan Bi3+ dan KI membentuk
endapan jingga.

Cu2+ 1. 2Cu2+ + [Fe(CN)6]4- → Cu2[Fe(CN)6] (merah coklat)


2. Benzoinoxim adalah senyawa organik dengan Bi3 membentuk
senyawa berwarna biru.

Cd2+ 1. Cd2+ + S2- → CdS↓ (kuning)


2. Cd2+ + C2O4- → Cd(C2O4)↓ (putih)
(Sulistryarti, 2017)

Reaksi Identifikasi Golongan II B

Kation Reaksi Identifikasi

As3+ AsO33- + H2O2 →H2O +AsO4


1. AsO43- + Mg2++NH4-→MgNH4AsO4↓ (Putih)
2. AsO43- + 3NH4++12 MoO42- + 24H+→12H2O +
(NH4)3AsO4.12MoO3↓ (Kuning)

Sn4+ Sn4+ + Fe → Sn2+ + Fe2+


1. Sn2+ + C21H21O7N3 → senyawa merah - ungu (kakotelin)
2. Sn2+ + 2HgCl2 → Sn4+ Hg2Cl2↓ (putih) + 2Cl-

Sb3+ 1. SbCl3 + KNO3 (padat) → senyawa berwarna ungu


2. 2Sb3+ + 3S2- → Sb2S3 (jingga)
3. 2Sb3+ + 3S2O32- → 4CO2 + Sb2OS2↓ (merah)
4. Sb3+ + NaNO3 (Kristal) + Rhodamin B2 tetes → endapan violet

(Sulistryarti, 2017)

REAKSI GOLONGAN III


Reaksi Identifikasi Kation Golongan IIIA

Kation Reaksi Identifikasi

Fe3+ 1. Fe3+ + CNS- → Fe(CNS)3 (merah)


2. 4Fe3+ + 3Fe(CN)64- → Fe4[Fe(CN)6]3 (biru prusia)

Mn2+ 1. 2Mn2+ + 5PbO2 + 4H+ → 5Pb2+ + 2H2O + MNO4- (ungu)


2. 2Mn2+ + 5NaBiO3 + 16H+ → 5Na+ + 5Bi3+ + 7H2O + 2HMnO4
(ungu)
3. Mn2+ + 2KIO4 + 8H+ → 2K+ + 4H2O + I- + MnO4- (ungu)
4. 2Mn2+ + S2O82- + 8H2O → 16H+ + 10SO42- + 2MnO4- (ungu)

Al3+ 1. Al3+ + 3OH- → Al(OH)3 (putih)


2. Al3+ + P. Aluminon → senyawa berwarna merah
1. AlO2- + Alizarin S → Al(C 12H7O4)3 (merah)

Cr3+ 1. Pb2+ + CrO42- → PbCrO4 ↓ (kuning)


2. 2Ag+ + CrO42- → AgCrO 4 ↓ (merah coklat)
3. 3CrO42- + 7H2O2 + 4H+ →2H2O + 2H7CrO10 (biru)

(Sulistryarti, 2017)

REAKSI GOLONGAN IV

Kation Reaksi Identifikasi

Ba2+ 1. Ba2+ + SO42- → BaSO4↓ (Putih)


2. Ba2+ + CrO42- → BaCrO4↓ (Kuning)
3. Ba2+ + Na2C6O6 → Ba(C6O6)↓ (Merah Coklat)
Sr2+ 1. Sr2+ +C2O42- → SrC2O4 ↓ (Putih)
2. Sr2+ + Na2C6O6→ Sr(C6O6) merah-coklat, hilang bila
ditambah HCl 1N

Ca2+ 1. Ca2+ + C2O42- →CaC2O4 ↓ (Putih)


2. Ca2+ + SO42- → CaSO4 ↓ (Putih)
(Sulistryarti, 2017)

IV. Teori Dasar


Analisis kualitatif adalah penentuan informasi non-angka tentang spesi
kimia, reaksi, dan lain-lain. Seperti contoh, ketika seorang peneliti akan
mengamati bahwa suatu reaksi menciptakan gas yang keluar dari larutan atau
mengamati bahwa reaksi tersebut menghasilkan perubahan warna. Analisis
kualitatif terlihat tidak mampu diandalkan seperti analisis kuantitatif tetapi
seringkali jauh lebih mudah, lebih cepat, dan lebih murah untuk dilakukan
(LibreTexts, 2020).
Teori asam dan basa dari Bronsted-Lowry mematahkan konsep-konsep
klasik tentang asam dan basa yang mempunyai keterbatasan-keterbatasan,
yang menjadi semakin nyata, jika fenomena asam-basa dalam larutan
bukan-air harus ditafsirkan. Mereka mendefinisikan asam sebagai setiap zat
sembarang (baik dalam bentuk molekul ataupun ion yang menyumbang
proton (H+) atau donor proton, dan basa sebagai setiap zat sembarang
(molekul atau ion) yang menerima proton (akseptor proton). Dengan
menyatakan asam sebagai A dan basa sebagai B, maka kesetimbangan asam
basa dapat dinyatakan dengan
A ⇄ B + H+
(Svehla, 1985)
Sistem kesetimbangan tersebut disebut dengan sistem asam-basa konjugasi,
dengan A dan B dinamakan pasangan asam-basa konjugasi (Svehla, 1985).
Banyak sekali reaksi yang digunakan dalam analisis kualitatif yang
melibatkan pembentukan endapan. Endapan didefinisikan sebagai zat yang
memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan. Endapan dapat
berupa kristal (kristalin) atau koloid, atau dapat dikeluarkan dari larutan
dengan penyaringan atau sentrifugasi. Endapan terbentuk karena larutan telah
menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan,
sesuai dengan definisinya sama dengan konsentrasi molar dari larutan
jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi, seperti temperatur,
tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu, dan pada komposisi
pelarutnya (Svehla, 1985).
Selain melibatkan pembentukan endapan, dalam pelaksanaan analisis
kualitatif banyak digunakan reaksi yang menghasilkan pembentukan
kompleks. Suatu ion atau molekul kompleks terdiri atas satu atom/ion pusat
dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu. Jumlah
relatif komponen-komponen tersebut dalam kompleks yang stabil tampak
mengikuti stoikiometri yang sangat spesifik. Atom pusat ditandai dengan
bilangan koordinasi, suatu angka bulat yang menunjukkan jumlah ligan yang
dapat membentuk kompleks yang stabil dengan satu atom pusat. Pada
kebanyakan kasus, bilangan koordinasi adalah 6 seperti dalam kasus Fe2+,
Fe3+, Zn2+, Cr3+, Co3+, Ni2+, Cd2+, dan kadang-kadang 4, seperti Cu2+, Cu+, Pt2+.
Bilangan-bilangan 2 (Ag+) dan 8 (seperti ion-ion dari golongan platinum) juga
terdapat (Svehla, 1985).
Redoks adalah istilah yang menyatakan berubahnya bilangan oksidasi
atom-atom dalam sebuah reaksi kimia. Istilah redoks berasal dari dua konsep,
yakni reduksi dan oksidasi. Oksidasi menjelaskan pelepasan elektron dari
sebuah molekul, atom, atau ion, dan reduksi menjelaskan penambahan
elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion. Senyawa-senyawa yang
memiliki kemampuan untuk mengoksidasi senyawa lain disebut dengan
oksidator. Oksidator melepas elektron dari senyawa lain, sehingga dirinya
sendiri tereduksi. Oleh karena ia “menerima” elektron, ia juga disebut sebagai
penerima elektron. Oksidator biasanya merupakan senyawa-senyawa yang
memiliki unsur-unsur dengan biloks yang tinggi (seperti H2O2, MnO4-, CrO3,
OsO4, Cr2O72-) atau senyawa yang sangat elektronegatif, sehingga mampu
memperoleh satu atau dua elektron yang lebih dengan mengoksidasi sebuah
senyawa (misalnya oksigen, fluorin, klorin, dan bromin) (Hudlicky dan Milos,
1990).
Senyawa-senyawa dengan kemampuan untuk mereduksi senyawa lain
dikatakan sebagai reduktor. Reduktor melepaskan elektronnya ke senyawa
lain, sehingga ia sendiri teroksidasi. Oleh karena ia “mendonorkan”
elektronnya, maka ia juga disebut sebagai pendonor elektron.
Senyawa-senyawa yang berupa reduktor sangat bervariasi. Unsur-unsur logam
seperti Li, Na, Mg, Fe, Zn, dan Al dapat digunakan sebagai reduktor. Jenis
reduktor lainnya adalah reagen transfer hidrida, contohnya NaBH4 dan
LiAlH4. Metode reduksi lainnya yang juga berguna melibatkan gas hidrogen
(H2) dengan katalis paladium, platinum, atau nikel (Hudlicky dan Milos,
1996).
Identifikasi kation menggunakan analisa kualitatif karena identifikasi
kation bertujuan untuk mengetahui jenis kation yang terkandung dalam suatu
zat, bukan untuk mengetahui berapa banyak jumlah kation yang terkandung.
(Rinaldi, et al., 2017).
Kation-kation diidentifikasi dengan mengacu kepada 5 penggolongan.
Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan
reagensia-reagensia (asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida, dan
amonium karbonat) ini dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi,
klasifikasi kation secara umum didasarkan atas perbedaan kelarutan dari
klorida, sulfida, dan karbonat dari kation tersebut. Kelima golongan tersebut
adalah:
Golongan I: Kation yang membentuk endapan dengan asam klorida encer.
Ion-ion golongan ini adalah timbel, merkurium(I), dan perak.
Golongan II: Kation yang tidak bereaksi dengan asam klorida, namun
membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral
encer. Ion-ion golongan ini adalah merkurium(II), tembaga, bismut, kadmium,
arsenik(III), arsenik(V), stibium(III), stibium(V), timah(II), dan timah(III)
(IV). keempat ion pertama merupakan sub-golongan IIA dan keenam yang
terakhir merupakan sub-golongan IIB.
Golongan III: Kation yang tak dapat bereaksi dengan asam klorida encer,
ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun,
kation ini membentuk endapan dengan amonium sulfida dalam suasana netral
atau amoniakal. Kation golongan ini adalah kobalt(II), nikel(II), besi(II),
besi(III), kromium(III), aluminium, zink, dan mangan(II).
Golongan IV: Kation yang tidak bereaksi dengan reagensia golongan I, II, dan
III. Kation-kation ini membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan
adanya amonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation
golongan ini adalah kalsium, stronsium, dan barium.
Golongan V: Kation-kation yang tidak bereaksi dengan reagensia-reagensia
golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir, yang
meliputi ion-ion magnesium, natrium, kalium, amonium, litium, dan hidrogen.
(Svehla, 1985).

V. Alat dan Bahan


5.1 Alat
a. Kaca obyek e. Plat tetes
b. Kawat Ni-Cr f. Rak Tabung reaksi
c. Kertas lakmus g. Spatula
d. Penjepit kayu h. Tabung reaksi
5.2 Bahan
a. AgNO3 l. Hg2Cl2
b. As2O3 m. KI
c. Asam borat n. MgSO4
d. BaCl2 o. Na2B4O7
e. Boraks p. NaCl
f. CaCl2 q. NH4+
g. Co(NO3)2 r. Ni(NO3)2
h. CuSO4 s. Pb-Ac2 (Pb-asetat)
i. FeCl3 t. Tawas
j. FeSO4 u. ZnSO4
k. HgCl2

5.3 Gambar Alat

No. Alat Gambar

1. Kaca obyek
2. Kawat Ni-Cr

3. Kertas lakmus

4. Penjepit kayu
5. Plat tetes

6. Rak tabung reaksi

7. Spatula
8. Tabung reaksi

VI. Prosedur (dibuat dalam bentuk paragraf per poin, kalimat pasif)
6.1 Identifikasi untuk Ion natrium (Na+), kalium (K+), magnesium (Mg2+),
dan amonium (NH4+)
a. Satu tetes larutan ammonium oksalat 4 M dan satu tetes larutan amonium
sulfat 1 M ditambahkan ke dalam larutan sampel lalu dikocok.
b. Bagi ion Na+, dua tetes larutan diambil lalu ditambahkan larutan asam
asetat 1 M sehingga bereaksi asam. Kemudian lima tetes larutan seng
uranil asetat ditambahkan lalu dikocok. Langkah terakhir adalah endapan
yang terbentuk diamati dan bentuk kristal di bawah mikroskop dilihat.
c. Bagi ion Mg2+, sepuluh tetes larutan diambil lalu dibasakan dengan
NH4OH 4 M, kemudian ditambahkan dua tetes larutan Na2HPO4 1 M lalu
dikocok. Langkah terakhir adalah endapan yang terbentuk diamati.
d. Bagi ion K+, lima tetes asam asetat 4 M ditambahkan ke dalam larutan
sampel kemudian dipanaskan. Setelah dingin, dua tetes larutan
Na3[Co(NO2)6] ditambahkan lalu dikocok. Langkah terakhir adalah
endapan yang terbentuk diamati.
e. Prosedur uji nyala, hal yang pertama dilakukan adalah kawat Ni-krom
dicelupkan ke dalam HCl pekat kemudian dibakar pada pada nyala
oksidasi sampai tidak timbul warna nyala. Kemudian padatan atau larutan
ion yang akan dianalisa diambil dengan kawat Ni-krom lalu dibakar pada
nyala oksidasi. Langkah terakhir adalah warna nyala yang terjadi diamati.
6.2 Identifikasi untuk ion hidronium (H3O+)

a. Logam Zn dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 2 mL HCl 6 M


atau HNO3 6M atau H2SO4 6M. Kemudian perubahan yang terjadi di
amati.
b. Kertas lakmus merah dan lakmus biru dicelupkan ke dalam tabung reaksi
berisi larutan asam. Kemudian perubahan yang terjadi diamati.

6. 3 Identifikasi untuk ion NH4+

a. Larutan zat yang mengandung ion NH4+ ditambahkan ke dalam tabung


reaksi. Kemudian larutan NaOH 4M ditambahkan ke dalamnya lalu kertas
lakmus diletakkan pada mulut tabung reaksi. Selanjutnya tabung reaksi
dipanaskan dan perubahan warna larutan lakmus diamati.
b. Larutan zat yang mengandung ion NH4+ ditambahkan ke dalam tabung
reaksi. Kemudian beberapa tetes pereaksi Nessler ditambahkan ke
dalamnya lalu perubahan yang terjadi diamati.

6.4 Identifikasi untuk ion perak (Ag+), timbal (Pb2+), merkuri (Hg2+), dan
merkuro (Hg+)

a. Tiga tabung reaksi disediakan dengan tabung 1 berisi ion perak, tabung 2
berisi ion timbal, dan tabung 3 berisi ion merkuro atau merkuri. HCl encer
ditambahkan ke tiap tabung kemudian perubahan yang terjadi diamati.
Masing-masing tabung dipanaskan kemudian perubahan yang terjadi
diamati. Larutan NH4OH berlebih dimasukkan ke dalamnya kemudian
perubahan yang terjadi diamati.
b. Tiga tabung reaksi disediakan dengan tabung 1 berisi ion perak, tabung 2
berisi ion timbal, dan tabung 3 berisi ion merkuro atau merkuri. Larutan
KI ditambahkan ke tiap tabung kemudian perubahan yang terjadi diamati.
KI berlebih ditambahkan lagi ke dalamnya kemudian perubahan yang
terjadi diamati.
c. Tiga tabung reaksi disediakan dengan tabung 1 berisi ion perak, tabung 2
berisi ion timbal, dan tabung 3 berisi ion merkuro atau merkuri. Larutan
K2CrO4 ditambahkan ke tiap tabung kemudian perubahan yang terjadi
diamati.
d. Tiga tabung reaksi disediakan dengan tabung 1 berisi ion perak, tabung 2
berisi ion timbal, dan tabung 3 berisi ion merkuro atau merkuri. NaOH
encer ditambahkan ke tiap tabung kemudian perubahan yang terjadi
diamati.

6. 5 Identifikasi untuk ion merkuro (Hg+) dan merkuri (Hg2+)

a. Dua tabung reaksi disediakan dengan tabung 1 berisi larutan merkuro dan
tabung 2 berisi larutan merkuri. Larutan NaOH 4 M ditambahkan ke tiap
tabung kemudian perubahan yang terjadi diamati.
b. Dua tabung reaksi disediakan dengan tabung 1 berisi larutan merkuro dan
tabung 2 berisi larutan merkuri. HCl encer ditambahkan ke tiap tabung
kemudian perubahan yang terjadi diamati.
c. Dua tabung reaksi disediakan dengan tabung 1 berisi larutan merkuro dan
tabung 2 berisi larutan merkuri. Sedikit larutan KI ditambahkan ke tiap
tabung kemudian perubahan yang terjadi diamati. KI berlebih
ditambahkan lagi ke dalamnya kemudian perubahan yang terjadi diamati.
6.6 Identifikasi untuk ion barium (Ba2+), kalsium (Ca2+), dan stronsium
(Sr2+)

Sepuluh tetes larutan sampel ditambah 1 tetes HCl 6M, kocok


hingga larut. Basakan larutan dengan NH4OH 4M, lalu 2 tetes (NH4)2CO3
1 M ditambahkan. Kemudian perubahan yang terjadi diamati. Campuran
dipanaskan dalam penangas air, biarkan campuran sampai dingin.
Kemudian perubahan yang terjadi diamati.

Dua tetes asam asetat 4 M dan 4 tetes larutan amonium asetat 4 M


ditambahkan, lalu dikocok kemudian perubahan yang terjadi diamati. Satu
tetes larutan K2CrO4 1M ditambahkan alu dikocok kemudian perubahan
yang terjadi diamati

Jika terbentuk endapan warna kuning, empat tetes larutan HCl 6


M ditambahkan, lalu di kocok hingga larut. Satu tetes H2SO4 4 M
ditambahkan kemudian perubahan yang terjadi diamati. Jika terbentuk
endapan putih, uji nyala dilakukan.

Jika larutan berwarna jingga, ditambahkan larutan amonia 4 M


hingga larutan berubah warna menjadi kuning. Etanol dalam volume yang
sama dengan larutan ditambahkan. Kemudian perubahan yang terjadi
diamati. Endapan kuning menunjukkan adanya ion stronsium. Uji nyala
dilakukan.

Jika larutan berwarna kuning pucat, larutan sampai dipanaskan


mendidih dan ditambahkan 2 tetes larutan ammonium oksalat 0,4 M.
Kemudian perubahan yang terjadi diamati. Endapan putih menunjukkan
adanya ion kalsium. Uji nyala dilakukan.
6. 7 Identifikasi untuk ion tembaga (Cu2+), dan kadmium (Cd2+)

Sepuluh tetes sampel diasamkan dengan asam asetat 4 M,


kemudian ditambah larutan K4Fe(CN)6 0,1N. Kemudian perubahan yang
terjadi diamati. Endapan merah muda menunjukkan adanya ion tembaga.
Endapan putih menunjukkan adanya ion kadmium.

Identifikasi untuk ion tembaga

Ke dalam 4 tabung reaksi yang berisi larutan ion tembaga: Tabung


1, larutan NaOH ditambahkan, lalu diamati, kemudian dipanaskan,
perubahan yang terjadi diamati. Tabung 2, amonia berlebih ditambahkan,
lalu diamati. Tabung 3, ditambahkan larutan kalium ferrosianida, lalu
diamati. Tabung 4, dimasukkan paku besi (yang tidak berkarat). Kemudian
warna paku diamati.

6. 8 Identifikasi untuk ion kobalt (Co2+)

Larutan sampel diasamkan dengan HCl 1M. Ditambahkan


beberapa butir NH4CNS, lalu dikocok. Ditambahkan sejumlah volume
yang sama aseton, lalu dikocok. Ion kobalt ditunjukkan dengan adanya
warna biru.

Disediakan 3 tabung reaksi masing-masing diisi dengan larutan


Co2+, Tabung 1, ditambahkan NaOH 1M, perubahan yang terjadi diamati.
Didiamkan beberapa saat, perubahan yang terjadi diamati. Tabung 2 ,
ditambahkan 1 ml amil alkohol dan larutan NH4CNS. Kemudian
perubahan yang terjadi diamati. Tabung 3, ditambahkan ammonia.
Kemudian perubahan yang terjadi diamati.

6. 9 Identifikasi untuk ion nikel (Ni2+)


Ke dalam tabung reaksi berisi larutan nikel, ditambahkan larutan
NH4OH 4M hingga basa. Ditambahkan beberapa tetes larutan
dimetilglioksim (DMG). Ion nikel ditunjukkan dengan adanya endapan
merah.

6. 10 Identifikasi untuk ion aluminium (Al3+) dan seng (Zn2+)

Disediakan 2 tabung reaksi. Tabung 1 diisi larutan aluminium dan


tabung 2 diisi larutan seng. Kedalamnya ditambah larutan NaOH 4 M,
perubahan yang terjadi diamati. Ditambahkan lagi larutan NaOH 4 M
sampai berlebih, perubahan yang terjadi diamati. Kemudian ditambahkan
larutan Alizarin S, perubahan yang terjadi diamati.; diasamkan dengan
asam asetat, perubahan yang terjadi diamati. Kedalam tiap tabung
ditambahkan larutan K4Fe(CN)6, perubahan yang terjadi diamati.

6. 11 Identifikasi untuk ion fero (Fe2+) dan feri (Fe3+)

a. Disediakan 2 tabung reaksi:


Tabung 1 diisi larutan ion fero dan tabung 2 diisi larutan ion feri
Kedalam tiap tabung ditambahkan larutan K4Fe(CN)6.6, diamati
perubahan yang terjadi.
b. Disediakan 2 tabung reaksi, diisi seperti pada percobaan a. Ke dalam tiap
tabung ditambahkan larutan K3Fe(CN)6. diamati perubahan yang terjadi.
c. Disediakan 2 tabung reaksi, diisi seperti pada percobaan a. Ke dalam tiap
tabung tambahkan larutan amonia encer, diamati perubahan yang terjadi.
d. Identifikasi untuk ion fero

Ke dalam tabung reaksi berisi larutan ion fero, ditambahkan asam


sulfat encer, ditambahkan larutan o-fenantrolin, diamati perubahan yang
terjadi.
e. Identifikasi untuk ion feri

Ditambahkan larutan NH4CNS atau KCNS ke dalam tabung reaksi


yang berisi larutan Fe3+, diamati perubahan yang terjadi. Ditambahkan
larutan 1-2 ml eter atau amil alkohol.
6. 12 Identifikasi untuk ion arsen (As3+) dengan cara Gutzeit Prosedur
Ke dalam tabung reaksi dimasukkan larutan ion arsen,
ditambahkan 5 tetes HCl pekat dan logam Zn. Ditambahkan kapas yang
dibasahi larutan Pb-asetat 1 cm di bawah mulut tabung yang dipasang
longgar. Mulut tabung ditutup dengan kertas yang dibasahi dengan larutan
HgCl2 atau AgNO 3. Warna kertas diamati.

VII. Data Pengamatan


7.1 Identifikasi untuk Ion natrium (Na+), kalium (K+), magnesium (Mg2+),
dan amonium (NH4+)

No. Zat Warna yang Dapat Diamati

1 Na+ Kuning kuat

2 K+ Lembayung kemerahan

3 Ca2+ Merah-kekuningan

4 Sr2+ Merah-karmin

5 Ba2+ Hijau kekuningan

6 Pb2+ Biru muda

7 As3+ Biru dengan asap putih

(Svehla, 1985)
7.2 Identifikasi untuk ion hidronium (H3O+)

No Ion Perubahan
A H+ + logam Zn Menghasilkan endapan putih

B H+ + lakmus biru Lakmus menjadi warna merah

H+ + lakmus merah Tidak ada perubahan

(Svehla, 1985)
7.3 Identifikasi untuk ion NH4+

No Ion Perubahan Yang Terjadi

A NH4+ Lakmus merah menjadi biru

B NH4+ Terbentuk endapan coklat atau kuning tergantung


dari jumlah amonia atau ion amonium di dalamnya.

(Svehla, 1985)
7.4 Identifikasi untuk ion perak (Ag+), timbal (Pb2+), merkuri (Hg2+), dan
merkuro (Hg+)
7.4.1 Pengamatan prosedur a

No Ion HCl 6M Dipanaskan NH4OH HNO3 4M


4M

1 Ag+ Terbentuk Tidak ada Menghasilk Terbentuk


endapan perubahan an endapan endapan
putih AgCl. (Svehla, coklat. berwarna
Endapan 1985). Endapan putih
tidak larut larut dalam (Svehla,
dalam air pereaksi 1985).
dan asam, berlebih
tetapi larut (Permata et
dalam al., 2019)
larutan
amonia
membentuk
garam
kompleks
dan jika
diasamkan
akan
mengendap
kembali
(Permata et
al., 2019)

2 Pb2+ Terbentuk Endapan Menghasilk Menghasilk


endapan akan larut an endapan an endapan
putih dalam ke dalam putih yang berwarna
larutan filtrat tidak larut putih
dingin dan dalam (Svehla,
tak terlalu pereaksi 1985).
encer. berlebih
Endapan (Permata et
larut dalam al., 2019)
air panas,
setelah
dingin
membentuk
kristal-krista
l seperti
jarum
(Permata et
al., 2019)
3 Hg2+ Terbentuk Tidak ada Membentuk Menghasilk
endapan perubahan endapan an endapan
putih (Svehla, berwarna berwarna
merkurium 1985). putih dan putih
(I) klorida logam Hg (Svehla,
yang tak yang 1985).
larut di berwarna
dalam asam hitam
encer sehingga
(Svehla, menghasilka
1985). n warna
kelabu
(Svehla,
1985)

7.4.2 Pengamatan prosedur b

No Ion Ditambahkan KI 1M Ditambahkan KI Berlebih

1 Ag+ terbentuk endapan kuning Tidak ada perubahan


AgI. Endapan tidak larut
dalam amonia pekat, tetapi
larut dalam larutan KCN dan
larutan tiosulfat.

2 Pb2+ terbentuk endapan kuning Endapan juga larut dalam


PbI2, endapan larut dalam air larutan KI yang berlebihan
mendidih, menghasilkan membentuk larutan
larutan yang tidak berwarna. kompleks.
3 Hg2+ Terbentuk endapan merah endapan larut dalam pereaksi
HgI2, berlebih membentuk garam
komplek K2[HgI4].

(Permata et al., 2019)


7.4.3 Pengamatan prosedur c

No Ion Ditambahkan K2CrO4 1M

1 Ag+ terbentuk endapan merah Ag2CrO4 berupa kristal jarum.


Endapan tidak larut dalam asam asetat encer, tetapi larut dalam
asam nitrat dan larutan amonia (Permata, et al., 2019).

2 Pb2+ terbentuk endapan kuning PbCrO4, endapan tidak


larut dalam asam asetat encer dan ammonia, tetapi larut dalam
alkali hidroksida dan asam nitrat (Permata, et al., 2019).

3 Hg2+ Terbentuk endapan kristal merah merkurium (I) kromat (Svehla,


1985).

7.4.4 Pengamatan prosedur d

No Ion Ditambahkan NaOH

1 Ag+ Terbentuk endapan coklat yang tidak larut dalam pereaksi


berlebih.

2 Pb2+ Terbentuk endapan putih Pb(OH)2, endapan larut


dalam reagensia berlebihan membentuk natrium plumbit.
3 Hg2+ Dalam jumlah sedikit akan terbentuk endapan merah
kecoklatan, jika jumlahnya berlebihan menjadi kuning HgO.

(Permata et al., 2019)

7. 5 Identifikasi untuk ion merkuro (Hg+) dan merkuri (Hg2+)


7.5.1 Pengamatan prosedur a dan b

No Ion Ditambah NaOH 4M Ditambah HCl 4M

1 Hg+ Terbentuk endapan hitam Terbentuk endapan putih


merkurium (I) oksida yang merkurium (I) klorida yang tak
tak larut dalam reagensia larut di dalam asam encer.
berlebihan tetapi mudah larut
dalam asam nitrat encer.

2 Hg2+ Terbentuk endapan merah Terbentuk endapan hitam


kecoklatan jika diberi dalam merkurium (II) klorida yang tidak
jumlah sedikit. Jika diberi larut dalam air, asam nitrat panas,
dalam jumlah stoikiometris alkali hidroksida, dan amonium
endapan akan berubah sulfida.
menjadi kuning ketika
terbentuk merkurium oksida
(II).

(Svehla, 1985)
7.5.2 Pengamatan prosedur c

No Ion Ditambah KI 1M Ditambahkan KI Berlebih

1 Hg+ Terbentuk endapan Reaksi disproporsionasi akan terjadi dan


hijau merkurium (I) terbentuk merkurium hitam yang berbutir
iodida. halus dan ion tetraiodomerkurat (II) yang
larut.

2 Hg2+ Terbentuk endapan Ion tetraiodomerkurat (II) terbentuk dan


merah merkurium endapan akan larut.
(II) iodida.

(Svehla, 1985)
7.6 Identifikasi untuk ion barium (Ba2+), kalsium (Ca2+), dan stronsium (Sr2+)
7.6.1 Identifikasi Ba

No Perlakuan Pengamatan

1. Penambahan larutan amonia Tidak terjadi endapan

2. Penambahan larutan amonium karbonat Endapan putih barium


karbonat

3. Penambahan larutan ammonium oksalat Terdapat endapan putih


Ba(COO)2 yang sedikit
larut dalam air

4. Penambahan Asam sulfat encer Endapan putih BaSO4


yang berbutir halus, berat,
dan praktis tak larut dalam
air

5. Penambahan larutan Kalsium Sulfat jenuh Endapan segera dari


barium sulfat putih

6. Penambahan larutan kalium kromat Endapan kuning barium


kromat, yang praktis tak
larut dalam air

7. Penambahan reagensia natrium radizonat Endapan coklat-kemerahan

8. Uji kering Nampak warna


hijau-kekuningan dalam
nyala bunsen

(Svehla, 1985)
7.6.2 Identifikasi Ca

No Perlakuan Pengamatan

1. Penambahan larutan amonia Tidak terjadi endapan

2. Penambahan larutan amonium karbonat Endapan amorf putih


kalsium karbonat

3. Penambahan asam sulfat encer, Endapan putih kalsium


sulfat

4. Penambahan Kalsium sulfat jenuh Tidak terbentuk endapan

5. Larutan amonium oksalat Endapan putih kalsium


oksalat

6. Penambahan larutan kalium kromat Tidak terjadi endapan

7. Penambahan larutan kalium Terbentuk endapan putih


heksasianoferat garam campuran

8. Penambahan reagensia natrium Terbentuk endapan kuning


dihidroksitartrat osazon garam kalsium

9. Penambahan reagensia asam pikrolonat Terbentuk kristal

10. Uji kalsium sulfat dihidrat Muncul kristal saat diamati


melalui mikroskop

11. Uji kering Memberi warna


merah-kekuningan pada
nyala bunsen
(Svehla,1985)
7.6.3 Identifikasi Sr

No Perlakuan Pengamatan

1. Penambahan larutan amonia Tidak terjadi endapan

2. Penambahan larutan amonium karbonat Endapan putih strontium


karbonat

3. Penambahan asam sulfat encer Terdapat endapan putih


strontium sulfat

4. Penambahan larutan kalsium sulfat jenuh Terdapat endapan putih


strontium sulfat

5. Penambahan larutan amonium oksalat Terdapat endapan putih


stronsium oksalat

6. Penambahan larutan kalium kromat Terdapat endapan kuning


stronsium kromat

7. Penambahan reagensia natrium rodizonat Terdapat endapan


coklat-kemerahan
strontium rodizonat dalam
larutan netral

8. Uji Kering Memberi warna


merah-karmin pada nyala
bunsen

(Svehla, 1985)
7.7 Identifikasi untuk ion tembaga (Cu2+), dan kadmium (Cd2+)

No Ion Perlakuan Pengamatan

1. Cu+ Penambahan asam asetat 4 M Endapan merah kecoklatan


Penambahan larutan K4Fe(CN)6 0,1 N Endapan coklat kemerahan

2. Cd+ Penambahan asam asetat 4 M Endapan kuning

Penambahan larutan K4Fe(CN)6 0,1 N Endapan putih

(Svehla, 1985)
7.7.1 Identifikasi untuk ion tembaga

No Ion Perlakuan Pengamatan

1 Cu2+ Penambahan larutan NaOH Terbentuk endapan biru


lalu dipanaskan tembaga (II) hidroksida jika
dalam larutan dingin. Setelah
dipanaskan endapan berubah
menjadi tembaga(II) oksida
hitam.

2 Cu2+ Penambahan amonia berlebih Pengendapan tidak terjadi,


warna biru akan langsung
muncul.

3 Cu2+ Penambahan larutan kalium Terbentuk endapan merah


ferrosianida kecoklatan.

4 Cu2+ Paku besi dimasukkan Terbentuk endapan tembaga


berwarna merah.

(Svehla, 1985)
7. 8 Identifikasi untuk ion kobalt (Co2+)

No Ion Perlakuan Pengamatan

1 Co2+ Penambahan NaOH 1M Terbentuk endapan berupa


garam basa berwarna biru jika
berada dalam keadaan dingin.
2 Co2+ Penambahan 1 ml amil Warna biru akan muncul
alkohol dan NH4CNS karena adanya ion
tetratiosianatokobaltat (II).

3 Co2+ Penambahan ammonia Dengan sedikit ammonia,


garam basa akan terendapkan
jika garam-garam ammonium
tidak terdapat.

(Svehla, 1985)
7. 9 Identifikasi untuk ion nikel (Ni2+)

No Ion Perlakuan Pengamatan

1 Ni2+ Penambahan larutan NH4OH 4 M Endapan hijau


nikel(II) hidroksida
terbentuk.

2 Ni2+ Penambahan larutan dimetilglioksim Endapan merah


(DMG) nikel
dimetilglioksima
terbentuk.

(Svehla, 1985)
7.10 Identifikasi untuk ion aluminium (Al3+) dan seng (Zn2+)

No Ion Perlakuan Pengamatan

1 Al3+ Penambahan larutan NaOH 4M Terbentuk endapan


putih aluminium
hidroksida.

2 Al3+ Penambahan larutan NaOH berlebih Endapan putih


aluminium
hidroksida larut.
3 Al3+ Penambahan larutan Alizarin S Terbentuk endapan
merah.

4 Al3+ Penambahan larutan K4Fe(CN)6 Terbentuk larutan


berwarna kuning
tidak berbau.

5 Zn2+ Penambahan larutan NaOH 4M Terbentuk endapan


putih seperti gelatin
yaitu zink
hidroksida.

6 Zn2+ Penambahan larutan NaOH berlebih Endapan zink


hidroksida larut.

7 Zn2+ Penambahan larutan Alizarin S Terbentuk larutan


berwarna ungu.

8 Zn2+ Penambahan larutan K4Fe(CN)6 Endapan putih

(Svehla, 1985)
7.11 Identifikasi untuk ion fero (Fe2+) dan feri (Fe3+)

No Ion Perlakuan Pengamatan

1 Fe2+ Penambahan larutan Dalam kondisi atmosfer biasa akan


K4Fe(CN)6. terbentuk endapan biru muda.
Sedangkan dalam keadaan tanpa udara
sama sekali akan terbentuk endapan
putih kalium besi (II) heksasianoferat.

2 Penambahan larutan Akan terbentuk endapan biru tua.


K3Fe(CN)6.

3 Penambahan larutan Pengendapan besi (II) hidroksida akan


amonia encer terjadi.

4 Fe3+ Penambahan larutan Terbentuknya endapan besi (III)


K4Fe(CN)6. heksasianoferat berwarna biru tua.

5 Penambahan larutan Munculnya warna coklat yang


K3Fe(CN)6. disebabkan karena terbentuknya
kompleks tak terdisosiasi berupa besi
(III) heksasianoferat(III).

6 Penambahan larutan Terbentuknya endapan coklat merah dari


amonia encer besi (III) hidroksida dan bentuknya
seperti gelatin.

(Svehla, 1985)
7.11.1 Identifikasi untuk ion fero

No Ion Perlakuan Pengamatan

1 Fe2+ Penambahan asam Garam garam besi (II) dan gas hidrogen
sulfat encer akan terbentuk lalu besi akan larut.

2 Fe2+ Penambahan larutan Warna merah akan muncul karena


o-fenantrolin terbentuknya kation kompleks
[Fe(C18H8N2)3]2+

(Svehla, 1985)
7.11.2 Identifikasi untuk ion feri

No Ion Perlakuan Pengamatan

1 Fe3+ Penambahan larutan Pembentukan suatu kompleks besi (III)


NH4CNS tiosianat yang tak berdisosiasi
menyebabkan akan terbentuknya warna
merah tua pada larutan sedikit asam.
2 Fe3+ Penambahan larutan Membentuk endapan coklat kemerahan.
1-2 ml eter atau amil
alkohol

(Svehla, 1985)
7.12 Identifikasi untuk ion arsen (As3+)dengan cara Gutzeit Prosedur

No Ion Perlakuan Pengamatan

1 As3+ Tambahkan 5 ml asam sulfat 5 ml asam sulfat encer dan 1-2


encer dan 1-2 gram zink ke gram zink sudah ditambahkan
dalam tabung reaksi berisi ion
arsen.

2 As3+ Tambahkan kapas yang Di bawah mulut tabung yang


dibasahi larutan Pb-asetat di terpasang longgar sudah di
bawah mulut tabung yang tambahkan kapas yang
terpasang longgar dibasahi larutan Pb-asetat

3 As3+ Tutup mulut tabung dengan Mulut tabung ditutup dengan


kertas yang dibasahi AgNO 3 kertas yang dibasahi AgNO 3

4 As3+ Amati perubahan warna kertas Akan diperoleh suatu bercak


coklat muda Setelah dua
menit

(Svehla, 1985)
VIII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan identifikasi kation secara kualitatif.
Analisis kualitatif merupakan analisis yang bertujuan agar dapat menentukan
ada atau tidaknya suatu senyawa kimia, baik organik maupun anorganik
(Mona et al, 2018). Analisis kualitatif ini dilakukan agar mendapatkan
informasi yang dapat memenuhi sifat kredibilitas suatu senyawa (Rijali,
2018).
Analisis kualitatif merupakan cara penentuan informasi non angka
tentang spesi kimia, reaksi, dan lain-lain. Analisis kualitatif seringkali jauh
lebih mudah, lebih cepat, dan lebih murah dilakukan dibandingkan dengan
analisis kuantitatif. Namun, analisis kualitatif biasanya terlihat tidak mampu
diandalkan seperti analisis kuantitatif (LibreTexts, 2020).
Dengan adanya teori asam dan basa Bronsted-Lowry, konsep - konsep
klasik tentang asam basa yang mempunyai keterbatasan - keterbatasan
dipatahkan. Teori ini menafsirkan bahwa asam sebagai setiap zat sembarang
(baik dalam bentuk molekul ataupun ion yang menyumbang proton (H+) atau
donor proton, dan basa sebagai setiap zat sembarang (molekul atau ion) yang
menerima proton (akseptor proton). Sistem kesetimbangan antara asam basa
disebut dengan sistem asam - basa konjugasi dengan A dan B dinamakan
pasangan asam - basa konjugasi (Svehla, 1985).
Banyak reaksi yang digunakan dalam analisis kualitatif yang melibatkan
pembentukan endapan. Endapan yang terbentuk dikarenakan larutan telah
menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan (Svehla, 1985). Selain
pembentukan endapan, analisis kualitatif banyak digunakan reaksi yang
menghasilkan pembentukan kompleks. Satu ion molekul kompleks terdiri atas
satu atom atau ion pusat dan sejumlah ligan yang terikat dengan atom (ion)
pusat itu sendiri. Atom pusat ditandai dengan bilangan koordinasi, suatu
angka bulat yang menunjukkan jumlah ligan yang dapat membentuk
kompleks yang stabil dengan satu atom pusat (Svehla, 1985).
Analisis campuran kation-kation memerlukan pemisahan kation secara
sistematik dalam golongan dan selanjutnya diikuti dengan pemisahan
masing-masing golongan kedalam sub golongan dan
komponen-komponennya. Pemisahan dilakukan berdasarkan perbedaan sifat
kimianya dengan menambahkan pereaksi yang akan menghadapkan ion
tertentu dan memisahkan dari ion-ion lainnya. Contohnya pada penambahan
HCl dalam larutan yang mengandung semua ion hanya mengendapkan klorida
dari ion-ion timbal (Pb2+), perak (Ag+), dan raksa (Hg2+). Setelah diendapkan
dan dipisahkan, ion-ion lain yang ada di dalam larutan dapat diendapkan dan
penambahan H2S dalam suasana asam. Setelah endapan dipisahkan,
selanjutnya adalah dengan pereaksi tertentu memungkinkan terpisahnya
golongan lain (Svehla, 1985).
Uji penggolongan kation golongan satu biasanya menggunakan asam -
asam seperti HCl. Apabila ion dari golongan satu diberikan asam, maka akan
memberikan hasil berupa endapan putih. Hal ini sesuai dengan kaidah pada
kimia analitik yang menjelaskan bahwa kation golongan satu akan
memberikan hasil berupa munculnya endapan putih, sedangkan asam berlebih
yang tidak terendapkan dengan kation golongan satu, akan dilanjutkan pada
uji kation golongan barium / golongan II (Widodo, et al., 2014).
Pada penggolongan kation pertama, setelah diberikan HCl encer, akan
menghasilkan endapan pada beberapa kation, antara lain ion timbal (dengan
endapan PbCl2), ion perak (dengan endapan AgCl) , dan ion merkurium (I)
(dengan endapan Hg2Cl2). Penggunaan HCl encer dikarenakan HCl encer
dengan normalitas 2N sudah cukup untuk membentuk endapan karena Cl
merupakan salah satu ion yang sulit larut. Namun, untuk memudahkan
pemisahan dari ketiga kation ini, dilakukan ekstraksi dengan endapan air
panas sehingga endapan tersisa adalah endapan AgCl (berwarna putih) dan
endapan Hg2Cl2 (berwarna putih). Hal ini dikarenakan endapan PbCl2 mudah
larut dalam air. AgCl tidak mudah larut dalam air maupun asam tetapi larut
dalam amonia, sedangkan Hg2Cl2 tidak akan larut dalam HCl maupun NaOH
dan akan membentuk endapan putih (HCl) dan endapan hitam serta putih
sehingga membentuk warna kelabu (NaOH) (Svehla, 1985). Endapan tersebut
bisa terjadi karena ada perbedaan hasil kali kelarutan ion-ion (Qsp) dengan
hasil kali kelarutan (Ksp). Jika nilai Qsp lebih besar dari Ksp, akan terjadi
pengendapan. (Rakhmawati dan Suprapto, 2013).
Pada umumnya, golongan kedua terbagi menjadi dua sub-golongan,
yaitu sub - golongan tembaga dan sub - golongan arsenik. Ion tembaga dan
kadmium merupakan dua contoh ion yang masuk ke dalam golongan kedua,
sub-golongan tembaga. Dasar dilakukan pemisahan ini adalah dari beberapa
senyawa yang dapat larut dalam reagensia ammonium polisulfida
menghasilkan endapan sulfida. Sementara itu, sub golongan tembaga
merupakan sub golongan yang tidak dapat larut dalam reagensia tersebut.
Tembaga merupakan ion yang tidak larut dalam HCl dan H2S, sehingga dapat
larut dalam asam nitrat yang memiliki kepekatan sedang (8M). Kadmium
merupakan logam yang dapat larut dalam asam encer dengan melepaskan ion
H+. Tembaga dan kadmium dapat di identifikasi dengan penambahan asam
asetat 4M dan larutan K4Fe(CN)6 0,1 N. Penambahan asam asetat 4M akan
memberikan endapan berwarna merah kecoklatan pada ion Cu+ dan endapan
berwarna kuning untuk ion Cd+ sedangkan penambahan larutan K4Fe(CN)6 0,1
N akan memberikan endapan berwarna coklat kemerahan pada ion Cu+ dan
endapan putih pada ion Cd+ (Svehla, 1985).
Lalu, pada kation golongan ketiga menggunakan alumunium klorida
0,33M ketika ditambahkan larutan natrium hidroksida terbentuk endapan
putih alumunium hidroksida disebabkan karena endapan melarut dalam
reagensia berlebih dan setiap reagensia akan mengurangi konsentrasi
ion-hidroksil. Pada penambahan reagensia alizarin terbentuk endapan merah
dengan alumunium hidroksida yang disebabkan adanya alumunium dengan
jumlah banyak yang warnanya muncul karena amonium alizarinat hilang dan
berubah menjadi amonia dan alizarin sehingga terbentuklah warna merah dari
endapan alizarin tersebut.
Selanjutnya, pada identifikasi kation golongan keempat, yaitu Barium,
strontium, dan kalsium. Pada identifikasi golongan ini, reaksi-reaksi ion nya
diuji dengan menggunakan larutan BaCl2.2H2O sebanyak 0,25M dan
CaCl2.6H2O 0,5 M. Setelah penambahan larutan amonia, tidak terjadi endapan
pada Ba, Sr, dan Ca karena kelarutannya yang relatif tinggi jadi susah untuk
larut. Jika sebuah larutan basa terkena udara luar, sedikit karbon dioksida akan
terserap dan terjadi kekeruhan yang ditimbulkan oleh barium karbonat. Lalu,
pada penambahan larutan amonium karbonat terdapat endapan putih pada
barium dan strontium dan endapan amorf putih pada kalsium. Endapan larut
sedikit dalam larutan garam amonia dari asam kuat disebabkan karena ion
amonium yang menjadi asam kuat bereaksi dengan karbonat sebagai basa nya.
Pada penambahan larutan kalsium sulfat jenuh terbentuk endapan barium
sulfat putih dan strontium sulfat putih tetapi tidak banyak karena dari ketiga
alkali tanah, barium sulfat yang paling sedikit larut, tetapi tidak terjadi
endapan pada kalsium. Pada uji kering, garam garam barium yang dipanaskan
pada bunsen yang tidak cemerlang memberi warna hijau-kekuningan,
sedangkan pada strontium membentuk warna merah-karmin dan pada kalsium
memberi warna merah-kekuningan karena kebanyakan garam barium, kecuali
kloridanya tidak mudah menguap (Svehla, 1985).
Ion natrium, kalium, magnesium dan amonium merupakan beberapa ion
yang termasuk ke dalam golongan lima, yaitu golongan yang tidak dapat
bereaksi dengan HCl, H2S, maupun ammonium karbonat, sehingga untuk
mengidentifikasinya diperlukan reaksi - reaksi khusus atau dengan melakukan
uji nyala (Svehla, 1985). Amonium setelah ditambahkan dengan NaOH akan
mengubah warna kertas lakmus merah menjadi biru. Penambahan NaOH
dilakukan agar dapat mengubah pH ammonium menjadi basa sehingga
dihasilkan NH4OH yang merupakan senyawa basa. Pada percobaan ini
digunakan erlenmeyer, agar perubahan yang dialami NH4OH dapat lebih
terfokus. Pengujian ammonium juga dapat dilakukan dengan reagensia
Nessler yang menghasilkan endapan berwarna coklat. Uji reagensia Nessler
ini merupakan uji yang sangat peka dalam pengecekan kandungan amonia
dalam air minum (Svehla, 1985).

IX. Kesimpulan
10.1 Telah dilakukan identifikasi kation berdasarkan sifat - sifat fisika dan sifat -
sifat kimia sehingga didapatkan beberapa penggolongan kation, antara lain
Kation golongan I, golongan II, golongan III, golongan IV, dan golongan V.
DAFTAR PUSTAKA

Ball. 2020. Oxidation-Reduction Reaction. Tersedia online di


https://chem.libretexts.org/Bookshelves/Introductory_Chemistry/Book%3A_The_Basics_o
f_GOB_Chemistry_(Ball_et_al.)/05%3A_Introduction_to_Chemical_Reactions/5.05%3A
_Oxidation-Reduction_(Redox)_Reactions [Diakses pada 14 Maret 2021 pukul 13.18].

Chang, R. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Ebbing, D. D., Gamon, S. D. 2007. General CHemistry 9th ed. Boston: Houghton Mifflin
Company.

Hudlicky dan Milos. 1990. Oxidations in Organic Chemistry. Washington D.C.: American
Chemical Society.

Hudlicky dan Milos. 1996. Reductions in Organic Chemistry. Washington D.C.: American
Chemical Society.

LibreTexts. 2020. Qualitative Analysis. Tersedia online di


https://chem.libretexts.org/Bookshelves/Analytical_Chemistry/Supplemental_Modules_(A
nalytical_Chemistry)/Qualitative_Analysis. [Diakses pada tanggal 13 Maret 2021 pukul
12.45 WIB].

Mona, R.K., Pontoh, J., dan Yamlean, P.V.Y. 2018. Analisis Kandungan Merkuri (Hg) pada
Beberapa Krim Pemutih Wajah Tanpa Izin BPOM yang Beredar di Pasar 45 Manado.
Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 7(3)

Panagan, A. T., Yohandini, H. & Wulandari, M., 2012. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif
Asam Lemak Tak Jenuh Omega-3, Omega-6 dan Karakterisasi Minyak Ikan Patin
(Pangasius pangasius). Jurnal Penelitian Sains. 15(3): 102-108.

Permata, Y. M., Pardede, T. R., Masfria., Muchlisyam. 2019. Penuntun Praktikum Analitik I

Medan: Universitas Sumatera Utara.


Rakhmawati, F. dan Suprapto, S. 2013. Pengendapan Magnesium Hidroksida pada Elektrolisis
Larutan Garam Industri. Dalam:Jurnal Sains dan Seni Pomits Vol 2(2): 50-53.

Rijali, A. 2018. Analisis Data Kualitatif. Dalam: Jurnal Alhadharah Vol. 17(33): 81-85.

Rinaldi, R., Drashwati, dan Yusnimar. 2017. Pemisahan Emas Pada Motherboard Komputer
dengan Metode Elektrolisis. Dalam:Jurnal Fakultas Teknik Vol. 4(1) :6-7.

Setiawan, D. 2011. Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Kompleks Radiolantanida Lutesium-177


(177Lu)-di-n-butil Ditiokarbamat untuk Radiopenurut di Industri. Jurnal Sains dan
Teknologi Nuklir Indonesia. 12(1): 27-38.

Sulistryarti, H. 2017. Kimia Analisa Dasar Untuk Analisis Kualitatif. Malang: UB Media.

Svehla, G. 1985. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta:
PT. Kalman Media Pusaka.

Widodo, AG., Rahmiati, B. dan Mujinem, C. 2014. Pengaruh Penjeratan Asam-asam Terhadap
Penurunan Kadar Uranium dan Impuritas Dalam Efluen Proses. Dalam:Jurnal Teknologi
Bahan Nuklir Hal. 24-32.

Anda mungkin juga menyukai