IDENTIFIKASI KATION
DISUSUN OLEH
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2021
IDENTIFIKASI KATION
I. Tujuan
Mengidentifikasi kation berdasarkan sifat-sifat fisika dan reaksi kimia.
II. Prinsip
2.1 Analisis Kualitatif
Metode yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
keberadaan senyawa yang dituju dari larutan di dalam suatu
pengamatan disebut sebagai analisis kualitatif (Panagan et al., 2012).
2.2 Reaksi Asam Basa
Reaksi asam basa atau yang biasa disebut reaksi netralisasi adalah
reaksi antara asam dengan basa untuk menghasilkan air dan senyawa
ionik. Senyawa ionik ini disebut dengan garam (Ebbing dan Gammon,
2008). Selain itu, reaksi asam basa dapat diartikan sebagai reaksi
perpindahan proton dari satu senyawa ke senyawa lain (Chang, 2004).
2.3 Reaksi Kompleks
Reaksi kompleks adalah reaksi yang terjadi di alam melalui
tumbukan tunggal antara molekul-molekul reaktan dan memiliki
mekanisme yang melibatkan beberapa proses elementer. Reaksi
kompleks diklasifikasikan kedalam reaksi substitusi ligan, reaksi
konversi ligan dan reaksi redoks logam. Senyawa kompleks adalah
senyawa yang dibentuk oleh atom atau ion pusat dengan beberapa
gugus molekul atau gugus ion melalui ikatan kovalen koordinasi
(Setiawan, 2011).
2.4 Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang terdiri atas reduksi dan oksidasi.
Reaksi reduksi adalah reaksi yang didefinisikan sebagai perolehan satu
atau lebih elektron yang di dapat dari sebuah atom. Sementara reaksi
oksidasi adalah reaksi untuk melepaskan satu atau lebih elektron di
dalam suatu atom (Ball, 2020).
III. Reaksi
REAKSI GOLONGAN I
REAKSI GOLONGAN II
Reaksi Identifikasi Golongan IIA
(Sulistryarti, 2017)
(Sulistryarti, 2017)
REAKSI GOLONGAN IV
1. Kaca obyek
2. Kawat Ni-Cr
3. Kertas lakmus
4. Penjepit kayu
5. Plat tetes
7. Spatula
8. Tabung reaksi
VI. Prosedur (dibuat dalam bentuk paragraf per poin, kalimat pasif)
6.1 Identifikasi untuk Ion natrium (Na+), kalium (K+), magnesium (Mg2+),
dan amonium (NH4+)
a. Satu tetes larutan ammonium oksalat 4 M dan satu tetes larutan amonium
sulfat 1 M ditambahkan ke dalam larutan sampel lalu dikocok.
b. Bagi ion Na+, dua tetes larutan diambil lalu ditambahkan larutan asam
asetat 1 M sehingga bereaksi asam. Kemudian lima tetes larutan seng
uranil asetat ditambahkan lalu dikocok. Langkah terakhir adalah endapan
yang terbentuk diamati dan bentuk kristal di bawah mikroskop dilihat.
c. Bagi ion Mg2+, sepuluh tetes larutan diambil lalu dibasakan dengan
NH4OH 4 M, kemudian ditambahkan dua tetes larutan Na2HPO4 1 M lalu
dikocok. Langkah terakhir adalah endapan yang terbentuk diamati.
d. Bagi ion K+, lima tetes asam asetat 4 M ditambahkan ke dalam larutan
sampel kemudian dipanaskan. Setelah dingin, dua tetes larutan
Na3[Co(NO2)6] ditambahkan lalu dikocok. Langkah terakhir adalah
endapan yang terbentuk diamati.
e. Prosedur uji nyala, hal yang pertama dilakukan adalah kawat Ni-krom
dicelupkan ke dalam HCl pekat kemudian dibakar pada pada nyala
oksidasi sampai tidak timbul warna nyala. Kemudian padatan atau larutan
ion yang akan dianalisa diambil dengan kawat Ni-krom lalu dibakar pada
nyala oksidasi. Langkah terakhir adalah warna nyala yang terjadi diamati.
6.2 Identifikasi untuk ion hidronium (H3O+)
6.4 Identifikasi untuk ion perak (Ag+), timbal (Pb2+), merkuri (Hg2+), dan
merkuro (Hg+)
a. Tiga tabung reaksi disediakan dengan tabung 1 berisi ion perak, tabung 2
berisi ion timbal, dan tabung 3 berisi ion merkuro atau merkuri. HCl encer
ditambahkan ke tiap tabung kemudian perubahan yang terjadi diamati.
Masing-masing tabung dipanaskan kemudian perubahan yang terjadi
diamati. Larutan NH4OH berlebih dimasukkan ke dalamnya kemudian
perubahan yang terjadi diamati.
b. Tiga tabung reaksi disediakan dengan tabung 1 berisi ion perak, tabung 2
berisi ion timbal, dan tabung 3 berisi ion merkuro atau merkuri. Larutan
KI ditambahkan ke tiap tabung kemudian perubahan yang terjadi diamati.
KI berlebih ditambahkan lagi ke dalamnya kemudian perubahan yang
terjadi diamati.
c. Tiga tabung reaksi disediakan dengan tabung 1 berisi ion perak, tabung 2
berisi ion timbal, dan tabung 3 berisi ion merkuro atau merkuri. Larutan
K2CrO4 ditambahkan ke tiap tabung kemudian perubahan yang terjadi
diamati.
d. Tiga tabung reaksi disediakan dengan tabung 1 berisi ion perak, tabung 2
berisi ion timbal, dan tabung 3 berisi ion merkuro atau merkuri. NaOH
encer ditambahkan ke tiap tabung kemudian perubahan yang terjadi
diamati.
a. Dua tabung reaksi disediakan dengan tabung 1 berisi larutan merkuro dan
tabung 2 berisi larutan merkuri. Larutan NaOH 4 M ditambahkan ke tiap
tabung kemudian perubahan yang terjadi diamati.
b. Dua tabung reaksi disediakan dengan tabung 1 berisi larutan merkuro dan
tabung 2 berisi larutan merkuri. HCl encer ditambahkan ke tiap tabung
kemudian perubahan yang terjadi diamati.
c. Dua tabung reaksi disediakan dengan tabung 1 berisi larutan merkuro dan
tabung 2 berisi larutan merkuri. Sedikit larutan KI ditambahkan ke tiap
tabung kemudian perubahan yang terjadi diamati. KI berlebih
ditambahkan lagi ke dalamnya kemudian perubahan yang terjadi diamati.
6.6 Identifikasi untuk ion barium (Ba2+), kalsium (Ca2+), dan stronsium
(Sr2+)
2 K+ Lembayung kemerahan
3 Ca2+ Merah-kekuningan
4 Sr2+ Merah-karmin
(Svehla, 1985)
7.2 Identifikasi untuk ion hidronium (H3O+)
No Ion Perubahan
A H+ + logam Zn Menghasilkan endapan putih
(Svehla, 1985)
7.3 Identifikasi untuk ion NH4+
(Svehla, 1985)
7.4 Identifikasi untuk ion perak (Ag+), timbal (Pb2+), merkuri (Hg2+), dan
merkuro (Hg+)
7.4.1 Pengamatan prosedur a
(Svehla, 1985)
7.5.2 Pengamatan prosedur c
(Svehla, 1985)
7.6 Identifikasi untuk ion barium (Ba2+), kalsium (Ca2+), dan stronsium (Sr2+)
7.6.1 Identifikasi Ba
No Perlakuan Pengamatan
(Svehla, 1985)
7.6.2 Identifikasi Ca
No Perlakuan Pengamatan
No Perlakuan Pengamatan
(Svehla, 1985)
7.7 Identifikasi untuk ion tembaga (Cu2+), dan kadmium (Cd2+)
(Svehla, 1985)
7.7.1 Identifikasi untuk ion tembaga
(Svehla, 1985)
7. 8 Identifikasi untuk ion kobalt (Co2+)
(Svehla, 1985)
7. 9 Identifikasi untuk ion nikel (Ni2+)
(Svehla, 1985)
7.10 Identifikasi untuk ion aluminium (Al3+) dan seng (Zn2+)
(Svehla, 1985)
7.11 Identifikasi untuk ion fero (Fe2+) dan feri (Fe3+)
(Svehla, 1985)
7.11.1 Identifikasi untuk ion fero
1 Fe2+ Penambahan asam Garam garam besi (II) dan gas hidrogen
sulfat encer akan terbentuk lalu besi akan larut.
(Svehla, 1985)
7.11.2 Identifikasi untuk ion feri
(Svehla, 1985)
7.12 Identifikasi untuk ion arsen (As3+)dengan cara Gutzeit Prosedur
(Svehla, 1985)
VIII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan identifikasi kation secara kualitatif.
Analisis kualitatif merupakan analisis yang bertujuan agar dapat menentukan
ada atau tidaknya suatu senyawa kimia, baik organik maupun anorganik
(Mona et al, 2018). Analisis kualitatif ini dilakukan agar mendapatkan
informasi yang dapat memenuhi sifat kredibilitas suatu senyawa (Rijali,
2018).
Analisis kualitatif merupakan cara penentuan informasi non angka
tentang spesi kimia, reaksi, dan lain-lain. Analisis kualitatif seringkali jauh
lebih mudah, lebih cepat, dan lebih murah dilakukan dibandingkan dengan
analisis kuantitatif. Namun, analisis kualitatif biasanya terlihat tidak mampu
diandalkan seperti analisis kuantitatif (LibreTexts, 2020).
Dengan adanya teori asam dan basa Bronsted-Lowry, konsep - konsep
klasik tentang asam basa yang mempunyai keterbatasan - keterbatasan
dipatahkan. Teori ini menafsirkan bahwa asam sebagai setiap zat sembarang
(baik dalam bentuk molekul ataupun ion yang menyumbang proton (H+) atau
donor proton, dan basa sebagai setiap zat sembarang (molekul atau ion) yang
menerima proton (akseptor proton). Sistem kesetimbangan antara asam basa
disebut dengan sistem asam - basa konjugasi dengan A dan B dinamakan
pasangan asam - basa konjugasi (Svehla, 1985).
Banyak reaksi yang digunakan dalam analisis kualitatif yang melibatkan
pembentukan endapan. Endapan yang terbentuk dikarenakan larutan telah
menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan (Svehla, 1985). Selain
pembentukan endapan, analisis kualitatif banyak digunakan reaksi yang
menghasilkan pembentukan kompleks. Satu ion molekul kompleks terdiri atas
satu atom atau ion pusat dan sejumlah ligan yang terikat dengan atom (ion)
pusat itu sendiri. Atom pusat ditandai dengan bilangan koordinasi, suatu
angka bulat yang menunjukkan jumlah ligan yang dapat membentuk
kompleks yang stabil dengan satu atom pusat (Svehla, 1985).
Analisis campuran kation-kation memerlukan pemisahan kation secara
sistematik dalam golongan dan selanjutnya diikuti dengan pemisahan
masing-masing golongan kedalam sub golongan dan
komponen-komponennya. Pemisahan dilakukan berdasarkan perbedaan sifat
kimianya dengan menambahkan pereaksi yang akan menghadapkan ion
tertentu dan memisahkan dari ion-ion lainnya. Contohnya pada penambahan
HCl dalam larutan yang mengandung semua ion hanya mengendapkan klorida
dari ion-ion timbal (Pb2+), perak (Ag+), dan raksa (Hg2+). Setelah diendapkan
dan dipisahkan, ion-ion lain yang ada di dalam larutan dapat diendapkan dan
penambahan H2S dalam suasana asam. Setelah endapan dipisahkan,
selanjutnya adalah dengan pereaksi tertentu memungkinkan terpisahnya
golongan lain (Svehla, 1985).
Uji penggolongan kation golongan satu biasanya menggunakan asam -
asam seperti HCl. Apabila ion dari golongan satu diberikan asam, maka akan
memberikan hasil berupa endapan putih. Hal ini sesuai dengan kaidah pada
kimia analitik yang menjelaskan bahwa kation golongan satu akan
memberikan hasil berupa munculnya endapan putih, sedangkan asam berlebih
yang tidak terendapkan dengan kation golongan satu, akan dilanjutkan pada
uji kation golongan barium / golongan II (Widodo, et al., 2014).
Pada penggolongan kation pertama, setelah diberikan HCl encer, akan
menghasilkan endapan pada beberapa kation, antara lain ion timbal (dengan
endapan PbCl2), ion perak (dengan endapan AgCl) , dan ion merkurium (I)
(dengan endapan Hg2Cl2). Penggunaan HCl encer dikarenakan HCl encer
dengan normalitas 2N sudah cukup untuk membentuk endapan karena Cl
merupakan salah satu ion yang sulit larut. Namun, untuk memudahkan
pemisahan dari ketiga kation ini, dilakukan ekstraksi dengan endapan air
panas sehingga endapan tersisa adalah endapan AgCl (berwarna putih) dan
endapan Hg2Cl2 (berwarna putih). Hal ini dikarenakan endapan PbCl2 mudah
larut dalam air. AgCl tidak mudah larut dalam air maupun asam tetapi larut
dalam amonia, sedangkan Hg2Cl2 tidak akan larut dalam HCl maupun NaOH
dan akan membentuk endapan putih (HCl) dan endapan hitam serta putih
sehingga membentuk warna kelabu (NaOH) (Svehla, 1985). Endapan tersebut
bisa terjadi karena ada perbedaan hasil kali kelarutan ion-ion (Qsp) dengan
hasil kali kelarutan (Ksp). Jika nilai Qsp lebih besar dari Ksp, akan terjadi
pengendapan. (Rakhmawati dan Suprapto, 2013).
Pada umumnya, golongan kedua terbagi menjadi dua sub-golongan,
yaitu sub - golongan tembaga dan sub - golongan arsenik. Ion tembaga dan
kadmium merupakan dua contoh ion yang masuk ke dalam golongan kedua,
sub-golongan tembaga. Dasar dilakukan pemisahan ini adalah dari beberapa
senyawa yang dapat larut dalam reagensia ammonium polisulfida
menghasilkan endapan sulfida. Sementara itu, sub golongan tembaga
merupakan sub golongan yang tidak dapat larut dalam reagensia tersebut.
Tembaga merupakan ion yang tidak larut dalam HCl dan H2S, sehingga dapat
larut dalam asam nitrat yang memiliki kepekatan sedang (8M). Kadmium
merupakan logam yang dapat larut dalam asam encer dengan melepaskan ion
H+. Tembaga dan kadmium dapat di identifikasi dengan penambahan asam
asetat 4M dan larutan K4Fe(CN)6 0,1 N. Penambahan asam asetat 4M akan
memberikan endapan berwarna merah kecoklatan pada ion Cu+ dan endapan
berwarna kuning untuk ion Cd+ sedangkan penambahan larutan K4Fe(CN)6 0,1
N akan memberikan endapan berwarna coklat kemerahan pada ion Cu+ dan
endapan putih pada ion Cd+ (Svehla, 1985).
Lalu, pada kation golongan ketiga menggunakan alumunium klorida
0,33M ketika ditambahkan larutan natrium hidroksida terbentuk endapan
putih alumunium hidroksida disebabkan karena endapan melarut dalam
reagensia berlebih dan setiap reagensia akan mengurangi konsentrasi
ion-hidroksil. Pada penambahan reagensia alizarin terbentuk endapan merah
dengan alumunium hidroksida yang disebabkan adanya alumunium dengan
jumlah banyak yang warnanya muncul karena amonium alizarinat hilang dan
berubah menjadi amonia dan alizarin sehingga terbentuklah warna merah dari
endapan alizarin tersebut.
Selanjutnya, pada identifikasi kation golongan keempat, yaitu Barium,
strontium, dan kalsium. Pada identifikasi golongan ini, reaksi-reaksi ion nya
diuji dengan menggunakan larutan BaCl2.2H2O sebanyak 0,25M dan
CaCl2.6H2O 0,5 M. Setelah penambahan larutan amonia, tidak terjadi endapan
pada Ba, Sr, dan Ca karena kelarutannya yang relatif tinggi jadi susah untuk
larut. Jika sebuah larutan basa terkena udara luar, sedikit karbon dioksida akan
terserap dan terjadi kekeruhan yang ditimbulkan oleh barium karbonat. Lalu,
pada penambahan larutan amonium karbonat terdapat endapan putih pada
barium dan strontium dan endapan amorf putih pada kalsium. Endapan larut
sedikit dalam larutan garam amonia dari asam kuat disebabkan karena ion
amonium yang menjadi asam kuat bereaksi dengan karbonat sebagai basa nya.
Pada penambahan larutan kalsium sulfat jenuh terbentuk endapan barium
sulfat putih dan strontium sulfat putih tetapi tidak banyak karena dari ketiga
alkali tanah, barium sulfat yang paling sedikit larut, tetapi tidak terjadi
endapan pada kalsium. Pada uji kering, garam garam barium yang dipanaskan
pada bunsen yang tidak cemerlang memberi warna hijau-kekuningan,
sedangkan pada strontium membentuk warna merah-karmin dan pada kalsium
memberi warna merah-kekuningan karena kebanyakan garam barium, kecuali
kloridanya tidak mudah menguap (Svehla, 1985).
Ion natrium, kalium, magnesium dan amonium merupakan beberapa ion
yang termasuk ke dalam golongan lima, yaitu golongan yang tidak dapat
bereaksi dengan HCl, H2S, maupun ammonium karbonat, sehingga untuk
mengidentifikasinya diperlukan reaksi - reaksi khusus atau dengan melakukan
uji nyala (Svehla, 1985). Amonium setelah ditambahkan dengan NaOH akan
mengubah warna kertas lakmus merah menjadi biru. Penambahan NaOH
dilakukan agar dapat mengubah pH ammonium menjadi basa sehingga
dihasilkan NH4OH yang merupakan senyawa basa. Pada percobaan ini
digunakan erlenmeyer, agar perubahan yang dialami NH4OH dapat lebih
terfokus. Pengujian ammonium juga dapat dilakukan dengan reagensia
Nessler yang menghasilkan endapan berwarna coklat. Uji reagensia Nessler
ini merupakan uji yang sangat peka dalam pengecekan kandungan amonia
dalam air minum (Svehla, 1985).
IX. Kesimpulan
10.1 Telah dilakukan identifikasi kation berdasarkan sifat - sifat fisika dan sifat -
sifat kimia sehingga didapatkan beberapa penggolongan kation, antara lain
Kation golongan I, golongan II, golongan III, golongan IV, dan golongan V.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, R. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Ebbing, D. D., Gamon, S. D. 2007. General CHemistry 9th ed. Boston: Houghton Mifflin
Company.
Hudlicky dan Milos. 1990. Oxidations in Organic Chemistry. Washington D.C.: American
Chemical Society.
Hudlicky dan Milos. 1996. Reductions in Organic Chemistry. Washington D.C.: American
Chemical Society.
Mona, R.K., Pontoh, J., dan Yamlean, P.V.Y. 2018. Analisis Kandungan Merkuri (Hg) pada
Beberapa Krim Pemutih Wajah Tanpa Izin BPOM yang Beredar di Pasar 45 Manado.
Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 7(3)
Panagan, A. T., Yohandini, H. & Wulandari, M., 2012. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif
Asam Lemak Tak Jenuh Omega-3, Omega-6 dan Karakterisasi Minyak Ikan Patin
(Pangasius pangasius). Jurnal Penelitian Sains. 15(3): 102-108.
Permata, Y. M., Pardede, T. R., Masfria., Muchlisyam. 2019. Penuntun Praktikum Analitik I
Rijali, A. 2018. Analisis Data Kualitatif. Dalam: Jurnal Alhadharah Vol. 17(33): 81-85.
Rinaldi, R., Drashwati, dan Yusnimar. 2017. Pemisahan Emas Pada Motherboard Komputer
dengan Metode Elektrolisis. Dalam:Jurnal Fakultas Teknik Vol. 4(1) :6-7.
Sulistryarti, H. 2017. Kimia Analisa Dasar Untuk Analisis Kualitatif. Malang: UB Media.
Svehla, G. 1985. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta:
PT. Kalman Media Pusaka.
Widodo, AG., Rahmiati, B. dan Mujinem, C. 2014. Pengaruh Penjeratan Asam-asam Terhadap
Penurunan Kadar Uranium dan Impuritas Dalam Efluen Proses. Dalam:Jurnal Teknologi
Bahan Nuklir Hal. 24-32.