Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA FARMASI


“IDENTIFIKASI KATION”

Senin, 16 September 2019

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019

I. Tujuan
Mengidentifikasi kation berdasarkan sifat – sifat fisika dan reaksi kimia.

II. Prinsip
2.1 Reaksi Asam Basa
Menurut Lewis, Reaksi Asam-Basa merupakan suatu reaksi yang
melibatkan pemberian sepasang elektron dari spesi asam ke spesi basa.
(Chang, 2005).
2.2 Reaksi Kompleks
Reaksi Kompleks merupakan reaksi yang melibatkan ion logam (kation)
dengan sebuah anion atau molekul netral. (Day dan Underwood, 2002).
2.3 Reaksi Redoks
Reaksi Redoks merupakan reaksi yang melibatkan dua reaksi, yaitu reaksi
reduksi (penurunan biloks) dan reaksi oksidasi yang ditandai dengan
peningkatan bilangan oksidasi. (Muchtaridi dan Justiana, 2007).
2.4 Analisis Kualitatif
Analisis Kualitatif berhubungan dengan identifikasi zat-zat kimia untuk
mengidentifikasi atau mengenali senyawa apa yang terdapat di dalam suatu
sampel. (Day dan Underwood, 2002).

III. Reaksi
3.1 Identifikasi ion hidronium (H3O+)
Zn + 2H+ → Zn3+ + H2↑
(Svehla,1985)
3.2 Identifikasi ion NH4+
a) NH4+ + OH- → NH3↑ + H2O
b) NH4+ + 2[HgI4]2- + 4OH- → HgO . Hg(NH2)↑↓ 7S- + 3H2O
(Svehla,1985)

3.3 Identifikasi ion Ag+,Pb+, Hg2 +, Hg+


a) Ag++ Cl+ → AgCl↓
AgCl↓ + 2NH3 → [Ag(NH3)2]+ + Cl+
6Ag + 8HNO3 → 6Ag+ + 2NO↑ + 6NO2- + 4H2O
Pb2+ + 2Cl- → PbCl2↓
PbCl2↓ + 2NH3 + 2H2O → Pb(OH)2↓ + 2NH4+ + 2Cl-
3Pb + 8HNO3 → 3Pb2+ + 6NP2- + 2NO + 4H2O
Hg2+ + 2Cl- → HgCl2
Hg2Cl2 + 2NH3 → Hg↓ + Hg(NH2)Cl↓ + NH4+ + Cl-
3Hg2Cl2↓ + 2HNO2 + 6HCl → 3HgCl2 + 2NO↑ + 4H2O
b) Ag+ + I- → AgI↓
Pb2+ + 2I- → PbI2↓
PbI2 + 2I- →← [PbI4]2-
Hg22+ + 2I- → Hg2I2↓
Hg2I2↓ + 2I- → [H2I4]2- + Hg↓
c) Ag+ + CrO42- → AgCrO4↓
Pb2+ + CrO42- → PbCrO4↓
Hg22+ + CrO42- → HgCrO4↓
d) 2Ag+ + 2OH- → Ag2O􀀀 + H2O
Pb2+ + 2OH- → Pb(OH)3
Hg22+ + 2OH- → HgO2+ H2O
(Svehla, 1985)
3.4 Identifikasi Ion Hg22+ dan Hg2+
a) Hg22+ + 2OH- → Hg2O4
Hg22+ + 2Cl- → Hg2Cl2
Hg22+ + 2OH- → Hg2O + H2O
Hg22+ + 2Cl- → Hg2Cl2
b) Hg22+ + 2I → Hg2I2
Hg2I2 + 2I- → [HgI4]2- + Hg
Hg2+ + 2I- → HgI2
HgI2 + 2I- → [HgI4]2-
(Svehla, 1985)
3.5 Identifikasi Ion Ba2+, Co2+, Sr2+
a) Ba2+ + 2HCl → BaCl2 + H2
Ba2+ + NH4OH → Ba(OH)2 + NH3
Ba2+ + CO32- → BaCO2↓
b) Sr2+ + 2HCl → SrCl2 + H2
Sr2+ + NH4OH → Sr(OH)2 + NH3
Sr2+ + CO32- → SrCO3↓
Sr2+ + CrO42+ → SrCrO4↓
Sr2+ + SO42- → SrSO4↓
c) Ca2+ + CO22- → CaCO3↓
Ca2+ + CrO42- → CaCrO4↓
Ca2+ + SO42- → CoSO4
(Svehla, 1985)
3.6 Identifikasi ion Cu2+ dan Cd2+
2Cu2+ + Ka[Fe(CN)2] → 4H+ + Cu2[Fe(CN)4]
2Cd2+ + Ka[Fe(CN)2] → 4H+ + Cd2[Fe(CN)4]
Cu2+ + 2NaOH → Cu(OH)2 + 2Na+
Cu2+ + NH2 → [Cu(NH3)4]2+
2Cu2+ + Ka[Fe(CN)6 → Cu2[Fe(CN)6]
Cu2+ + Fe Fe2+ + Cu
(Svehla, 1985)
3.7 Identifikasi ion Co2+
Co2+ + OH- + NO3- → Co(OH)NO2↓
Co2+ + 4JCN- → [Co(JCN)4]2- + amil alkohol
2H2+ + [Co(JCN)4]2- ←→ H2[C(JCN)4]
Co2+ + NH2 + H2O + NO3 → Co(OH)NO3 + NH4+
(Svehla, 1985)
3.8 Identifikasi ion Ni2+
Ni2+ + NH4OH → Ni(OH)2 + NH4+
(Svehla, 1985)
3.9 Identifikasi ion Al2+ dan Zn2+
Al2+ + 3OH- → Al(OH)3
Zn2+ + 2OH- → Zn(OH)3
(Svehla, 1985)
3.10 Identifikasi ion Fe2+ dan Fe3+
4Fe3+ + 3[Fe(CN)6]4- → Fe4[Fe(CN)6]3
3Fe2+ + 3K3Fe(CN)6 → Fe4[Fe(CN)6]6
Fe3+ + 3NH3 + 3H2O ←→ Fe(OH)2 + 3NH4
2Fe + 3H2SO4 → Fe(SO4)3 + 3H2
Fe3+ + 3KCNS → Fe(CNS)3 + 3K+
(Svehla, 1985)
3.11 Identifikasi ion As2+ cara Gutzeit
As3+ + 3Zn + 3H+ → AsH2↑ + 3Zn2+
AsH3 + 2Au3+ → As3+ + 2Au↓ + 3H+
(Svehla, 1985)
3.12 Identifikasi ion Na+, K+ , Mg2+ dan NH4+
a) Na+ + Ms2+ + 3VO22+ + 9CH3COO- → NaMg(VO2)3(CH3COO)9
b) 3K+ + [Co(NO2) 6]2- → K3[Co(NO2)10]
c) Mg2+ + HgHPO
(Svehla, 1985)

IV. Teori Dasar


Tujuan analistik kualitatif sistematik suatu kation dibagi menjadi
lima kelompok berdasarkan sifat-sifat kation tersebut terhadap beberapa reagen.
Dengan menggunakan reagensia golongan secara spesifik, praktikan dapat
memisahkan golongan-golongan tersebut dengan melaksanakan pemeriksaan
lebih lanjut. Selain merupakan cara yang tradisional untuk menyajikan bahan,
urutan-urutan ini juga memudahkan dalam mempelajari reaksi-reaksi.
Reagensia golongan yang digunakan sebagai klasifikasikation yang paling
general atau umum adalah hidrogen sulfida, asam klorida, dan ammonium
karbonat. Pengelompokkan ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi
dengan reagensia tersebut dengan membentuk endapan atau tidak.
Kesimpulannya, dapat dikatakan bahwa klasifikasi kation atau identifikasi
kation secara umum didasarkan atas perbedaan kelarutan sulfide, karbonat, dan
klorida dari kation-kation tersebut. (Svehla, 1985).
Analisis kualitatif juga menggunakan dua jenis uji lainnya, yakni
reaksi kering dan basah. Reaksi kering digunakan untuk zat padat, sedangkan
reaksi basah digunakan untuk zat dalam larutan. Kebanyakan reaksi kering
untuk analisis semimikro (Svehla, 1985).
Pengujian larutan dilakukan pertama-tama dengan
mengelompokkan ion-ion yang mempunyai kemiripan sifat. Pengelompokkan
dilakukan dengan bentuk endapan dimana penambahan pereaksi tertentu
mampu mengendapkan sekelompok ion-ion. Cara ini menghasilkan enam
kelompok yang namanya disesuaikan dengan pereaksi pengendap yang
digunakan untuk mengendapkan kelompok ion tersebut. Kimia analisis secara
garis besar dibagi dalam dua bidang yang dinamakan analisis kualitatif dan
kuantitatif. (Hastuti, 2016).
Reaksi redoks merupakan salah satu prinsip dalam identifikasi
kation. Reaksi redoks merupakan reaksi yang melibatkan dua reaksi, yaitu
reaksi reduksi (penurunan biloks) dan reaksi oksidasi yang ditandai dengan
peningkatan bilangan oksidasi. (Muchtaridi dan Justiana, 2007).
Prinsip yang selanjutnya yaitu reaksi asam basa. Menurut Lewis,
Reaksi Asam-Basa merupakan suatu reaksi yang melibatkan pemberian
sepasang elektron dari spesi asam ke spesi basa. (Chang, 2005).
Reaksi kompleks juga merupakan salah satu prinsip dalam
identifikasi kation. Reaksi Kompleks merupakan reaksi yang melibatkan ion
logam (kation) dengan sebuah anion atau molekul netral. (Day dan Underwood,
2002).
Prinsip selanjutnya yaitu analisis kualitatif. Analisis Kualitatif
berhubungan dengan identifikasi zat-zat kimia untuk mengidentifikasi atau
mengenali senyawa apa yang terdapat di dalam suatu sampel. (Day dan
Underwood, 2002).
Banyak reaksi -reaksi yang menghasilkan endapan berperan penting
dalam analisis kualitatif. Endapan tersebut dapat berbentuk kristal atau koloid
dan dengan warna yang berbeda- beda. Pemisahan endapan dapat dilakukan
dengan penyaringan ataupun sentrifugasi. Endapan tersebut terbentuk jika
larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu
endapan adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya.
(Achmad, 2015).
Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti tekanan, suhu,
konsentrasi bahan lain dan jenis pelarut. Perubahan larutan dengan perubahan
tekanan tidak mempunyai arti penting dalam Analisa kualitatif, karena semua
pekerjaan dilakukan dalam wadah terbuka pada tekanan atmosfer. (Suwardin,
2015).
Kation dibagi menjadi 5 golongan menurut sifat-sifat kation
tersebut ketika diberi beberapa reagensia. Golongan-golongan tersebut antara
lain:
▪ Golongan I : Golongan ini akan membentuk endapan dengan asam
klorida encer. Golongan I terdiri dari ion perak (Ag+), merkurium
(Hg2+), dan timbal (Pb2+).
▪ Golongan II : Membentuk endapan dengan Hidrogen Sulfida dalam
suasana asam mineral encer. Golongan II terdiri dari ion merkurium (II)
(Hg2+), tembaga (Cu2+), Cadmium (Cd2+), Bismuth (Bi3+), Stibium
(III) (Sb3+), Stibium (V) (Sb5+), Timah (II) (Sn2+), dan Timah (IV)
(Sn4+). Golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida. Dalam kation
golongan dua, terbagi lagi menjadi sub-golongan IIA yang terdiri
tembaga (Cu2+), Cadmium (Cd2+), Bismuth (Bi3+) dan sub-golongan
IIB yang terdiri dari ion Stibium (III) (Sb3+) dan Timah (IV) (Sn4+),
merkurium (II) (Hg2+). Pernggolongan ini berdasarkan pada sifat
kelarutan terhadap ammonium polisulfida. Sub-golongan IIA tidak akan
larut dalam ammonium polisulfida, tetapi sub-golongan IIB dapat larut
dalam ammonium polisulfida.
▪ Golongan III : Membentuk endapan dengan ammonium sulfida dalam
suasan netral. Golongan ini terdiri dari nikel (Ni2+), besi (Fe2+ dan
Fe3+), kromium (Cr2+), aluminium (Al2+), seng (Zn3+), cobalt (Co2+)
dan mangan (Mn2+). Kation golongan ini tidak akan bereaksi dengan
hidrogen sulifida maupun asam klorida encer, tetapi endapan akan
terbentuk ketika diberikan pereaksi amonium sulfida dalam suasana
basa.
▪ Golongan IV : Membentuk endapan dengan ammonium karbonat
dengan adanya ammonium klorida dalam suasana netral atau sedikit
asam. Golongan kation ini terdiri dari barium (Ba2+), strontium (Sr2+),
dan kalsium (Ca2+).
▪ Golongan V : Golongan ini tidak bereaksi dengan reagensia –reagensia
golongan sebelumnya. Oleh karena itu, golongan ini disebut golongan
sisa. Golongan ini terdiri dari magnesium (Mg2+), amonium (NH4+),
sodium (Na2+), dan kalium (K+). (Harjadi, 1990).
V. Alat dan Bahan
V.1. Alat
a. Kaca Objek
b. Kawat Ni-Cr
c. Lakmus
d. Penjepit Kayu
e. Pipet Tetes
f. Rak tabung reaksi
g. Spatula
h. Tabung Reaksi

V.2. Bahan
a. 𝐴𝑔𝑁𝑂3

b. 𝐴𝑠2𝑂3

c. 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐵𝑜𝑟𝑎𝑡
d. 𝐵𝑎𝐶𝑙2

e. Borax
f. CaCl2
g. Co(NO3)2
h. CuSO4
i. FeCl3
j. FeSO4
k. Hg2Cl2
l. HgCl2
m. KI
n. MgSO4
o. Na2B4O7
p. NaCl
q. NH4+
r. Ni(NO3)2
s. Pb-Ac (Pb-Asetat)
t. Tawas
u. 𝑍𝑛𝑆𝑂4

V.3. Gambar Alat


a. Kaca Objek

b. Kawat Ni-Cr

c. Lakmus
d. Penjepit Kayu

e. Pipet Tetes

f. Rak tabung reaksi


g. Spatula

h. Tabung Reaksi

VI. Prosedur
-
VII. Data Pengamatan
VII.1. Data Pengamatan Identifikasi
No Sampel Prosedur Hasil Reaksi
Pengamatan
1. Uji Kedua Tabung Pb2+ : Ag+ + Cl+ → AgCl↓
Pb2+ ditambah HCl Terbentuk Pb2+ + 2Cl- → PbCl2↓
dan encer, panaskan endapan putih,
Ag+ larut jika
dipanaskan
Ag+ :
Terbentuk
endapan putih
Tambah NH4OH Pb2+ + NH4OH
berlebih Ag+ + NH4OH
Menambah KI Ag+ : larutan Ag+ + I- → AgI↓
pada kedua kuning, Pb2+ + 2I- → PbI2↓
tabung endapan putih
Pb2+ : larutan
kuning
endapan oren
Menambah KI Ag+ : larutan Ag+ + I- → AgI↓
berlebih kuning, Pb2+ + 2I- → PbI2↓
endapan putih
Pb2+ : larutan
kuning
endapan oren
Menambah Ag+ : Ag+ + CrO42- → AgCrO4↓
K2CrO4 Terbentuk Pb2+ + CrO42- → PbCrO4↓
endapan
cokelat
Pb2+ :
Terbentuk
endapan putih
Menambah Ag+ : Ag+ + NaOH
NaOH encer Terbentuk Pb2+ + NaOH
endapan
cokelat hitam
Pb2+ :
Terbentuk
endapan putih
2. Uji 10 tetes sampel Cu2+ : Cu2+ + CH3COOH
Cu2+ diasamkan Terbentuk Cd2+ + CH3COOH
dan dengan endapan
Cd2+ CH3COOH 4M merah
kecoklatan
Cd2+ :
Terbentuk
endapan
berwarna
putih
Menambahkan Cu2+ : 2Cu2+ +Ka[Fe(CN)2] → 4H+
K4Fe(CN)6 0,1 Endapan hijau + Cu2[Fe(CN)4]
N tua 2Cd2+ + Ka[Fe(CN)2] → 4H+
Cd2+ : + Cd2[Fe(CN)4]
Endapan
kuning
3. Uji Menambahkan 1 Kedua larutan
Na+, tetes ammonium tidak berubah
K+, dan oksalat 0,4M warna/bening
Mg2+ dan 1 tetes dan
ammonium tercampur
sulfat 1M, kocok
Na+ : Ambil 2 Larutan tidak Na+ + Ms2+ + 3VO22+ +
tetes larutan berubah 9CH3COO- →
pertama + warna. (Seng NaMg(VO2)3(CH3COO)9
CH3COOH 1M, uranil asetat
+ 5 tetes larutan tidak ada)
seng uranil
asetat
Mg2+ : ambil 10 Terbentuk
tetes larutan endapan
pertama + putih
NH4OH 4M + 2
tetes larutan
Na2HPO4.
Mg2+ : Endapan Tidak terjadi
dilarutkan dalam perubahan
2 tetes asam
oksalat 1 M & 3
tetes
Air.
Mg2+ : (Titan kuning Mg2+ + HgHPO
Ditambahkan 1 tidak ada)
tetes
titan kuning &
NaOH 4
M berlebih
K+ : Ungu pucat 3K+ + [Co(NO2) 6]2- →
Metambahkan 5 K3[Co(NO2)10]
tetes
CH3COOH 4M
lalu
dipanaskan
Setelah dingin, (Tidak ada
ditambahkan 2 reagen)
tetes
larutan
Na3[Co(NO2)6]
3-
Uji Kawat Ni-Krom
Nyala dicelupkan ke
Api HCl
pekat.
Kawat dibakar
pada
nyala api
oksidasi.
Padatan diambil
menggunakan
kawat
Ni-Krom.
Dibakar pada Na+ : Kuning
nyala api terang
Oksidasi. K+ : Oren
4. Uji Masukan logam
H3O+ Zn kedalam 2 ml
HCl 6M atau
HNO3 6M atau
H2SO4 6M
Celupkan kertas Lakmus biru
lakmus biru dan jadi merah,
merah. lakmus merah
jadi biru
5. Uji Larutan yang Lakmus NH4+ + OH- → NH3↑ + H2O
NH4+ mengandung merah
NH4+ menjadi biru
tambahkan
NaOH 4M,
letakan lakmus
merah basah
pada mulut
tabung reaksi.
6 Uji Hg+ Menambahkan Hg2+ : HgCl2 + 2NaOH →
dan NaOH 4M pada Terbentuknya 2Ag(OH)2 + 2NaCl
Hg2+ kedua tabung endapan oren.
Menambahkan Hg2+ + 2Cl- → HgCl2
HCl 4M pada
kedua tabung
Menambahkan Hg2+ + 2I- → HgI2
KI 1M diamkan
dan tambah KI
berlebih.
7. Uji 10 tetes larutan
Ba2+, sampel ditambah
Ca2+, 1 tetes HCl.
dan
Sr2+
Basakan dengan Berwarna Ba2+ + NH4OH → Ba(OH)2
NH4OH 4M. putih keruh + NH3
Sr2+ + NH4OH → Sr(OH)2 +
NH3

Sampel
ditambah
(NH4)2CO3 1M
Sampel Endapan larut
ditambah sementara
CH3COOH.
Sampel Endapan larut
ditambah sementara
ammonium
asetat 4M
Sampel Berubah jadi Sr2+ + CrO42+ → SrCrO4↓
ditambah warna kuning Ca2+ + CrO42- → CaCrO4↓
K2CrO4 1M
Jika kuning + Tetap kuning
HCl
Sampel Larutan jingga
ditambah dan endapan
H2SO4 4M putih
Jika endapan Uji Nyala
putih lakukan uji warna hijau
nyala
8. Uji Larutan Larutan
CO2+ ditambah HCl berwarna
1M merah
Larutan Larutan
ditambah menjadi ungu
NH4CNS
beberapa butir,
kocok
Larutan Larutan Co2+ + NH2 + H2O + NO3 →
ditambah aseton berubah warna Co(OH)NO3 +
menjadi biru NH4+Co(OH)NO2↓

9. Uji Larutan Endapan biru Ni2+ + NH4OH → Ni(OH)2 +


Ni2+ ditambahkan tua NH4+
NH4OH 4M
Lrutan ditambah Endapan
beberapa tetes merah
DMG
10. Uji Ditambahkan Zn2+ Al2+ + 3OH- → Al(OH)3
Al3+ NaOH 4M diberikan Zn2+ + 2OH- → Zn(OH)3
dan perlakuan
Zn2+ sampai
Alizarin.
Larutan warna
ungu
Ditambahkan
NaOH 4M
berlebih
Ditambahkan
Alizarin S
Ditambahkan
CH3COOH
Ditambahkan
K4Fe(CN)6
11. Uji Tabung 1 ion Endapan biru 4Fe3+ + 3[Fe(CN)6]4- →
Fe2+ fero, tabung 2 tua Fe4[Fe(CN)6]3
dan Fe ion feri
3+ keduanya
ditambahkan
K4Fe(CN)6
Tabung 1 ion 3Fe2+ + 3K3Fe(CN)6 →
fero, tabung 2 Fe4[Fe(CN)6]6
ion feri
keduanya
ditambahkan
K3Fe(CN)6
Tabung 1 ion Fe3+ + 3NH3 + 3H2O ←→
fero, tabung 2 Fe(OH)2 + 3NH4
ion feri
keduanya
ditambahkan
ammonia encer
Tabung berisi Endapan putih
fero
ditambahkan
asam sulfat
encer, ditambah
o-fenantrolin
Tabung berisi Endapan
feri ditambahkan coklat
NH4CNS atau kemerahan
KCNS, tambah
1-2ml eter atau
amil alkohol
12. Uji Uji Ditambahkan
ion ion arsen
arsen
(As3+)
cara
Gutzeit
Ditambahkan 5 As3+ + 3Zn + 3H+ → AsH2↑
tetes HCl pekat + 3Zn2+
dan logam Zn
Ditambahkan
kapas yang telah
dibasahi
Pb-asetat di
mulut tabnng
Tutup mulut AsH3 + 2Au3+ → As3+ +
tabung dengan 2Au↓ + 3H+
kertas yang
dibasahi HgCl2
atau AgNO3

VII.2. Organoleptis
Nama Sampel Bentuk Warna
Feri Chlorida Padatan Kristal Kuning keoranyean
Barium Chlorida Kristal Putih
Arsentrioxida Hablur Putih
Zink Chlorid Kristal Putih Keruh
𝐴𝑙2𝐶𝑙3 Kristal Putih
Kalsium Klorida Padatan Putih
Natrium Klorida Kristal Putih
Pb Asetat Serbuk Putih
Amonium Klorida Serbuk Putih
Cuprik Sulfat Serbuk Biru
(
𝐶𝑜 𝑁𝑂3 )2 Kristal Merah

KI Serbuk Putih
𝑀𝑔𝑆𝑂4 Serbuk Putih
Boraks Serbuk Putih
𝐻𝑔𝐶𝑙2 Hablur Putih

VIII. Perhitungan
-

IX. Pembahasan
Dalam praktikum pengantar kimia farmasi kali ini dilakukan
praktikum identifikasi kation. Tujuan dari praktikum identifikai kation adalah
untuk mengidentifikasi kation berdasarkan sifat – sifat fisika dan reaksi kimia.
Prinsip – prinsip yang akan digunakan dalam praktikum ini yaitu reaksi asam –
basa, reaksi kompleks, reaksi redoks, serta analisis kualitatif.
Salah satu prinsip yang kami terapkan adalah analisis kualitatif.
Analisis kualitatif merupakan analisis berdasarkan mutu yang terdapat pada
suatu zat. Analisis kualitatif adalah salah satu cara yang paling efektif untuk
mempelajari kimia dan unsur – unsurnya serta ion – ion dalam larutan. Dengan
metode analisis kualitatif digunakan pereaksi golongan dan pereaksi khusus
untuk mengetahui mengetahui jenis kation dalam sebuah larutan. Pembagian
golongan ini berdasarkan apakah kation membentuk endapan dengan reagensia
tertentu atau tidak. Dalam percobaan ini, kami mengidentifikasi uji cara kering
melalui pemanasan menggunakan kawat Ni-Cr (Uji nyala api). Sedangkan
untuk uji cara basah, kami mengamati dari terbentuknya endapan atau tidak.
Namun, dalam percobaan ini tidak semua percobaan dilakukan karena memang
belum diuji atau karena reagen tidak tersedia.
Didalam kation ada beberapa golongan yang memiliki ciri khas
tertentu diantaranya:
▪ Golongan I : Golongan ini akan membentuk endapan dengan asam
klorida encer. Golongan I terdiri dari ion perak (Ag+), merkurium
(Hg2+), dan timbal (Pb2+).
▪ Golongan II : Membentuk endapan dengan Hidrogen Sulfida dalam
suasana asam mineral encer. Golongan II terdiri dari ion merkurium (II)
(Hg2+), tembaga (Cu2+), Cadmium (Cd2+), Bismuth (Bi3+), Stibium
(III) (Sb3+), Stibium (V) (Sb5+), Timah (II) (Sn2+), dan Timah (IV)
(Sn4+). Golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida. Dalam kation
golongan dua, terbagi lagi menjadi sub-golongan IIA yang terdiri
tembaga (Cu2+), Cadmium (Cd2+), Bismuth (Bi3+) dan sub-golongan
IIB yang terdiri dari ion Stibium (III) (Sb3+) dan Timah (IV) (Sn4+),
merkurium (II) (Hg2+). Pernggolongan ini berdasarkan pada sifat
kelarutan terhadap ammonium polisulfida. Sub-golongan IIA tidak akan
larut dalam ammonium polisulfida, tetapi sub-golongan IIB dapat larut
dalam ammonium polisulfida.
▪ Golongan III : Membentuk endapan dengan ammonium sulfida dalam
suasan netral. Golongan ini terdiri dari nikel (Ni2+), besi (Fe2+ dan
Fe3+), kromium (Cr2+), aluminium (Al2+), seng (Zn3+), cobalt (Co2+)
dan mangan (Mn2+). Kation golongan ini tidak akan bereaksi dengan
hidrogen sulifida maupun asam klorida encer, tetapi endapan akan
terbentuk ketika diberikan pereaksi amonium sulfida dalam suasana
basa.
▪ Golongan IV : Membentuk endapan dengan ammonium karbonat
dengan adanya ammonium klorida dalam suasana netral atau sedikit
asam. Golongan kation ini terdiri dari barium (Ba2+), strontium (Sr2+),
dan kalsium (Ca2+).
▪ Golongan V : Golongan ini tidak bereaksi dengan reagensia –reagensia
golongan sebelumnya. Oleh karena itu, golongan ini disebut golongan
sisa. Golongan ini terdiri dari magnesium (Mg2+), amonium (NH4+),
sodium (Na2+), dan kalium (K+).
Sebelum kami memulai pengujian dengan cara pemanasan maupun
mengamati pengendapan, kami melakukan uji organoleptis yaitu uji dengan
melihat warna dan bentuk dari sampel tersebut.
Identifikasi – identifikasi pengujian kation yang dilakukan adalah:
▪ Identifikasi kation Pb2+ dan Ag+
Pertama–tama, menambahkan HCl encer ke dalam tabung kemudian
dipanaskan. Menurut literatur, endapan putih akan terbentuk. Hal ini sesuai
dengan hasil pengamatan, kedua kation ini membentuk endapan putih jika
dipanaskan. Reaksi yang terjadi adalah :
Ag+ + Cl+ → AgCl↓
Pb2+ + 2Cl- → PbCl2↓
Setelah itu, ditambahkan NH4OH. Kemudian ditambahkan KI dan
diamati. Ternyata, untuk kation Ag+, terbentuk larutan kuning dan
endapan putih, serta untuk Pb2+ terbentuk larutan kuning dan endapan
oranye. Hal ini tidak sesuai dengan literature, yaitu membentuk endapan
kuning. Kemudian, ditambahkan KI berlebih kepada zat yang diuji,
hasilnya Ag+ yang membentuk larutan kuning dan endapan putih, serta
Pb2+ yang membentuk larutan kuning dan endapan oranye. Padahal,
seharusnya terbentuk endapan kuning. Reaksi yang terjadi adalah :
Ag+ + I- → AgI↓
Pb2+ + 2I- → PbI2↓

Lalu, kami menambahkan K2CrO4. Menurut literatur,


seharusnya terbentuk endapan merah, namun hasil yang kami dapatkan
dalam percobaan adalah, Ag+ membentuk endapan coklat, sedangkan
Pb2+ terbentuk endapan putih. Reaksi yang terjadi dalam percobaan ini
adalah :
Ag+ + CrO42- → AgCrO4↓
Pb2+ + CrO42- → PbCrO4↓

Setelah dilakukan penambahan K2CrO4, kemudian penambahan


NaOH encer. Pada percobaan ini, hasil pengamatan yang kami lakukan
sesuai dengan literature yang tertulis yaitu, Ag+ membentuk endapan
coklat, sedangkan untuk Pb2+ terbentuk endapan putih. Reaksi yang
terjadi adalah :
Ag+ + NaOH → AgOH ↓ + Na+
Pb2+ + NaOH → Pb(OH) ↓ + Na+

▪ Identifikasi kation Cu2+ dan Cd2+


Teteskan 10 tetes CH3COOH 4M. Menurut hasil pengamatan,
untuk Cu2+, terbentuk endapan merah kecoklatan, dan Cd2+
membentuk endapan putih. Setelah itu, dilakukan penambahan
K4Fe(CN)6 0,1 N, kemudian dengan hasil pengamatan, Cu2+
membentuk endapan hijau tua, sedangkan Cd2+ membentuk endapan
kuning . Namun, menurut literature, Cu2+ membentuk endapan coklat
– merah, sedangkan untuk Cd2+ tidak dicantumkan literaturnya.
Reaksi yang terjadi adalah :
2Cu2+ +K4[Fe(CN)6] → 4H+ + Cu2[Fe(CN)4]
2Cd2+ + K4[Fe(CN)6] → 4H+ + Cd2[Fe(CN)4]

▪ Identifikasi kation Na+, K+ dan Mg2+


Tambahkan 1 tetes ammonium oksalat 0,4 M dan 1 tetes
ammonium sulfat 1 M, kemudian kocok. Hasil pengamatan
menunjukkan kedua larutan tidak berubah warna/bening dan
tercampur. Setelah itu, untuk Na+ menurut prosedur, diambil 2 tetes,
kemudian ditambahkan CH3COOH 1M, dan ditambahkan 5 tetes
larutan seng uranil asetat. Namun, tidak dapat diamati, karena tidak
tersedia reagennya. Sedangkan untuk Mg2+, diambil 10 tetes larutan
pertama, ditambahkan NH4OH 4 M, setelah itu ditambahkan 2 tetes
larutan Na2HPO4. Hasil pengamatan menunjukkan terbentuknya
endapan putih, sesuai dengan literature. Kemudian, endapan dilarutkan
dalam 2 tetes asam oksalat 1 M dan 3 tetes air. Namun, tidak terjadi
perubahan, padahal menurut literature endapan akan larut. Untuk
prosedur selanjutnya, yaitu penambahan 1 tetes titan kuning & NaOH
4 M berlebih, tidak dilakukan pengujian. Selanjutnya, untuk K+,
ditambahkan 5 tetes CH3COOH 4M, lalu dipanaskan, dan pada
pengamatan terbentuk endapan kuning, dengan reaksi :

3K+ + [Co(NO2) 6]2- → K3[Co(NO2)10]


Seharusnya, setelah dingin ditambahkan 2 tetes larutan
Na3[Co(NO2)6]3-, namun reagen tidak tersedia. Setelah tu, dilakukan
Uji nyala, yang mnghasilkan nyala api Na+ berwarna kuning terang
dan K+ berwarna oranye.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, terdapat
beberapa data pengamatan yang kurang sesuai dengan teori karena
terdapat beberapa kesalahan. Kesalahan yang pertama, seharusnya
sampel yang akan diuji dilarutkan terlebih dahulu dengan aquades.
Akan tetapi, kami langsung menambahkan reagensia. Hal tersebut
menyebabkan hasil percobaan tidak sesuai dengan teori. Alasan yang
kedua adalah karena reagen ada yang tidak tersedia, sehingga tidak
dapat dilakukan percobaan.

X. Kesimpulan
Telah dapat mengidentifikasi kation berdasarkan sifat – sifat fisika dan reaksi
kimia dengan melihat dari perubahan warna, terbentuknya endapan, dan uji
nyala api.

XI. Daftar Pustaka


Achmad, S. (2015). Identifikasi Sifat Kimia dan Fisika Pada Ion-Ion. Warta
Perkaretan, 34 (1), 19-30.

Chang, R. (2005). Kimia Dasar : Konsep-Konsep Inti Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Day, R. A. (2002). Analisis Kimia Kualitatif Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Harjadi, W. (1990). Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.

Hastuti, S. (2016). Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Formaldehid. Agrointek, 4


(2), 132-137.

Muchtaridi dan Justiana, S. (2007). Kimia 2. Bandung: Quadra Yudhistira.

Suwardin, D. (2015). Jenis Bahan Penggumpal dan Pengaruhnya Terhadap


Parameter Mutu Karet Spesifikasi Teknis. Warta Perkaretan, 34 (2),
147-160.

Svehla, G. (1985). Kimia Analisis. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai