Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA FARMASI


“IDENTIFIKASI KATION”

Syifa Farhanah
260110180071
Kelas B 2018
Senin, 13.00-16.00

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
I. Tujuan
Untuk mengidentifikasi kation dalam suatu zat atau senyawa tunggal secara
sederhana.
II. Prinsip
2.1 Kelarutan
Kelarutan zat padat akan bertambah dengan adanya kenaikan suhu,
sedangkan kelarutan zat gas terjadi sebaliknya. Hal ini dikarenakan gas
menguap dan meninggalkan pelarut. (Syukri, 1999).
2.2 Reaksi Pengendapan
Zat yang mungkin berupa Kristal atau koloid memisahkan diri sebagai
suatu fase padat keluar dari larutan, dikarenakan larutan menjadi terlalu
jenuh dengan zat bersangkutan disebut pengendapan. (Svehla, 1985).
III. Reaksi
3.1 Identifikasi ion hidiodium (H₃O⁺)
Zn + 2H⁺ → Zn²⁺ + H₂ ↑
3.2 Identifikasi ion NH₄⁺
NH₄⁺ + OH¯ → NH₃ ↑ + H₂O
NH₄⁺ + 2 [(Hg)₄]²¯ + 4 OH¯ → HgO . Hg(NH₂)↑↓ 7I¯ + 3H₂O
3.3 Identifikasi untuk ion perak (Ag⁺), timbal (Pb²⁺), merkuri (Hg²⁺) dan
merkuro (Hg⁺)
a) 1. Ag⁺ + Cl¯→ AgCl ↓
AgCl ↓ + 2NH₃ → [Ag(NH₃)₂] + Cl¯
6Ag + 8HNO₃ → 6Ag⁺ + 2NO ↑ + 6NO₃¯ + 4H₂O
2. Pb²⁺ + 2Cl¯ → PbCl₂ ↓
PbCl₂ ↓ + 2NH₃ + 2H₂O → Pb(OH)₂ ↓ + 2NH₄⁺ + 2Cl¯
3Pb + 8HNO₃ → 3Pb²⁺ + 6NO₂¯ + 2NO ↑ + 4H₂O
3. Hg₂²⁺ + 2Cl¯ → HgCl₂
HgCl₂ + 2NH₃ → Hg ↓ + Hg(NH₂)Cl ↓ + NH₄⁺ + Cl¯
3Hg₂Cl₂ ↓ + 2HNO₃ + 6HCl → 3HgCl₂ + 2NO + 4H₂O
b) 1. Ag⁺ + I¯ → AgI ↓
AgI + I¯ → (AgI₂)¯
2. Pb₂⁺ + 2I¯ → PbI₂↓
PbI₂↓ + 2I¯ ⇌ (PbI₄)²¯
3. Hg₂²⁺ + 2I¯ → Hg₂I₂↓
Hg₂I₂↓ + 2I¯ → (HgI₄)²¯ + Hg↓
Hg₂I₂↓ → HgI₂ + Hg↓
c) 1. 2Ag + CrO₄²¯ → AgCrO₄↓
2. Pb²⁺ + CrO₄²¯ → PbCrO₄↓
3. Hg²⁺ + CrO₄²¯ → Hg CrO₄↓

d) 1. 2Ag⁺ + 2OH¯ → Ag₂O↓ + H₂O

2. Pb²⁺ + 2OH¯ →Pb(OH)₂↓

3. Hg²⁺ + 2OH¯ → Hg₂O↓ + H₂O

3.4 Identifikasi ion merkuro (Hg⁺) dan merkuri (Hg²⁺)

1. Hg₂²⁺ + 2OH¯ → Hg₂O + H₂O

2. Hg₂²⁺ + 2Cl¯ → Hg₂Cl₂

1. Hg₂²⁺ + 2I¯ → Hg₂I₂

Hg₂I₂ + 2I¯ →(HgI₄)²¯ + Hg

2. Hg²⁺ + 2I¯ → HgI₂

HgI₂ + 2I¯ → (HgI₄)²¯


3.4 Identifikasi ion barium, kalsium dan stronsium
a) 1. Ba²⁺ + 2HCl → BaCl₂ + H₂
2. Ba²⁺ + NH₄OH → Ba(OH)₂ + NH₂
3. Ba²⁺ + CO₃²¯ → BaCO₃↓
4. Ba²⁺ + CrO₄²⁻ → BaCO₃↓
5. Ba²⁺ + SO₄²¯ → BaSO₄

b) 1. Sr²⁺ + 2HCl → SrCl₂ + H₂

2. Sr²⁺ + NH₄OH → Sr(OH)₂ + NH₃

3. Sr²⁺ + CO₃²¯ → SrCO₃↓

4. Sr²⁺ + CrO₄²⁻ → SrCrO₄↓

5. Sr²⁺ + SO₄²⁻ → SrSO₄

c) 1. Ca²⁺ + 2HCl → CaCl₂ + H₂

2. Ca²⁺ + NH₄OH → Ca(OH)₂ + NH₂

3. Ca²⁺ + CO₃²¯ → CaCO₃

4. Ca²⁺ + CrO₄²⁻ → CaCrO₄

5. Ca²⁺ + SO₄²⁻ → CaSO₄

3.6 Identifikasi ion tembaga dan cadmium

a) 1. 2Cu²⁺ + K₄[Fe(CN)₆] → 4K⁺ + Cu₂[Fe(CN₆)]

2. 2Cd²⁺ + K₄[Fe(CN)₆] → 4K⁺ + Cd₂[Fe(CN₆)]

b) 1. Cu²⁺ + 2NaOH → Cu(OH)₂ + 2Na⁺


2. Cu²⁺ + NH₃ → [Cu(NH₃)₄]²⁺

3. 2Cu²⁺ + K₄[Fe(CN)₆] → Cu₂[Fe(CN₆)]

3.7 Identifikasi ion kobalt

1. Co²⁺ + OH⁻ + NO₃⁻ → Co(OH)NO₃

2. Co²⁺ + 4SCN → Co(SCN)₄²⁻

2H⁺ + [Co(SCN)₄]²⁻ ⇌ H₂[Co(SCN)₄]

3. Co²⁺ + NH₃ + H₂O + NO₃ → Co(OH)NO₃ + NH₄⁺

3.8 Identifikasi ion nikel

Ni²⁺ + NH₄OH → Ni(OH)₂ + NH₄⁺

3.9 Identifikasi ion Al³⁺ dan Zn²⁺

1. Al³⁺ + 3OH⁻ → Al(OH)₃

2. Zn²⁺ + 2OH⁻ → Zn(OH)₂

3.10 Identifikasi ion fero dan feri

1. 4Fe³⁺ + 3K₄Fe(CN)₆ → Fe₄[Fe(CN)₆]₃

2. 3Fe²⁺ + 3K₂Fe(CN)₆ → Fe₃[Fe(CN)₆]₃

3. Fe³⁺ + 3NH₃ + 3H₂O ⇌ Fe(OH)₃ + 3NH₄

 Identifikasi ion feri


Fe³⁺ + 3kCNS → Fe(CNS)₃ + 3K⁺
 Identifikasi ion fero
2Fe + 3H₂SO₄ → Fe₂(SO₄)₃ + 3H₂
3.11 Identifikasi ion As³⁺ dengan cara Gutzett

1. As³⁺ + 3Zn + 3H⁺ → AsH₃↑ + 3Zn²⁺

2. AsO₄²⁻ + 4Zn + 11H⁺ → AsH₃↑ + 4Zn²⁺ + 4H₂O

3.12 Identifikasi ion natrium, kalium, magnesium dan ammonium

1. Na⁺ + Mg²⁺ + 3VO₂²⁺ + 9CH₃COO → NaMg(VO₂)(CH₃COO)₉

2. 3K⁺ + [Co(NO₂)₆]³⁺ → K₃[Co(NO₂)₆]

3. Mg²⁺ + HPO²⁻ → MgHPO

(Svehla, 1985).

IV. Teori Dasar


Analisis merupakan suatu bidang ilmu kimia yang mempelajari tentang
identifikasi suatu spesies, penentuan komposisi, dan elusidasi strukturnya.
Analisis kimia dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuannya menjadi analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif memiliki tujuan untuk
mengidentifikasi suatu spesies dan elusidasi struktur spesies tersebut. Analisis
kuantitatif bertujuan untuk mengetahui jumlah dan komposisi suatu spesies.
(Padmaningrum, 2010).
Dalam analisis kualitatif, cara-cara memisahkan ion logam harus
mengikuti prosedur yang tersendiri. Zat yang akan diidentifikasi harus
disediakan dalam bentuk larutan. Jika zatnya berbentuk padat, maka kita perlu
memilih pelarut yang cocok untuk zat yang akan kita pakai tersebut. Ion-ion
yang ada pada golongan tersebut diendapkan satu per satu lalu endapan
tersebut dipisahkan dari larutan dengan cara disaring atau sentrifugasi.
(Cokrosarjiwanto, 1977).

Ketika analisis kualiatitatif terdapat tahap-tahap yang perlu dilakukan :


1. Analisis Pendahuluan

2. Analisis Secara Sistematis

(Gandjar, 2001).

Analisis pendahuluan diantaranya pengamatan terhadap warna, dan


bentuk zat, uji nyala, dan lain-lain. Sedangkan analisis secara sistematis adalah
analisis suatu zat berdasarkan golongan yang paling sering digunakan (Tim
Analitik, 2012).

Dalam tujuan analisis kualitatif sistematik, kation dibagi menjadi lima


golongan berdasarkan sifat kation terhadap reagensia. Reagensia yang
digunakan untuk pengklarifikasian kation adalah asam klorida, hidrogen,
sulfida, amonium sulfida dan amonium karbonat. Klarifikasi kation didasarkan
pada perbedaan larutan dari klorida, sulfida dan karbonat dari kation tersebut.
(Svehla, 1985).
Jika salah satu produk reaksi tidak larut di dalam air maka reaksi dalam
larutan tergolong reaksi pengendapan. (Sunarya dan Agus, 2007).
Salah satu jenis reaksi yang umumnya berlangsung dalam larutan berair
adalah reaksi pengendapan (precipitation reaction) yang cirinya adalah
terbentuknya produk yang tidak larut atau endapan. Endapan adalah padatan
yang tidak larut yang terpisah dari larutan. Reaksi pengendapan biasanya
melibatkan senyawa-senyawa ionik. (Chang, 2004).
Presentasi kejenuhan basa (Kb) suatu tanah yang membandingkan
antara jumlah miliekuivalen kation basa dengan miliekuivalen kapasitas tukar
kation adalah salah satu contoh penerapan pengujian kation dan anion.
(Ernawati, 2008).
Ciri-ciri golongan kation, yaitu :
 Golongan 1 : membentuk endapan dengan HCl (Pb²⁺, Hg⁺, Ag⁺).
 Golongan 2 : membentuk endapan dengan H₂S (Cu2+, Cd2+, Bi3+, Sn2+,
Sn4+, Hg2+, Sb3+, Sb5+).
 Golongan 3 : membentuk endapan dengan ammonium sulfida (Al3+,
Zn3+, Cr3+, Fe2+, Fe3+, Ni2+, Co2+, Mn2+).
 Golongan 4 : membentuk endapan dengan (NH₄)₂CO₃ (Ba2+, Sr2+,
Ca2+).
 Golongan 5 : menggunakan reaksi khusus atau uji nyala (Na+, K+,
Mg2+, NH4+, H+).
(Svehla, 1985).

Terdapat dua cara dalam menganalisa sebuah kation yaitu dengan cara
analisis kering dan analisis basah. Analisis ini meliputi pemeriksaan
organolipis atau berwarna, bau dan rasa, pemanasan. Analisis basah ini bisa
dibilang suatu analisis yang menggunakan cara melakukan suatu zat-zat dalam
larutan. Lalu kemudian pemeriksaan kelarutannya dalam air, reaksi
pengendapan, titrasi dan pencycuan pengendapan, termasuk juga pada analisis
yang basah (Hidayatulloh, 2008).

Reaksi pengendapan, pada reaksi ini tidak selalu akan terjadi


pengendapan, pengendapan bias terjadi karena adanya pengaruh dan
dipengaruhi oleh hasil kali dari konsentrasi ion-ion (Q)zat yang sukar larut
yang terbentuk misalnya :

Pb(NO₂) (aq) +2KI (aq) → PbI₂ (s) + 2KNO₃ (aq)

Pada reaksi ini zat yang sukar larut yang terbentuk adalah PbI2 berarti
mengandung ion 𝑃𝑏3+ + 𝐼 −

Jadi dapat ditentukan bahwa pembentukan endapan dapat diperkirakan


dengan adanya perbandingan hasil kali konsentrasi dari zat-zat yang pasti
bereaksi dengan Qdan K (Muchtaridji dan Justana, 2007).
V. Alat dan Bahan
5.1 Alat
a. Kaca objek
b. Kawat Ni-Cr
c. Kertas lakmus
d. Pembakar bunsen
e. Penjepit kayu
f. Plat tetes
g. Rak tabung reaksi
h. Spatel
i. Tabung reaksi
5.2 Bahan
a. Aquades
b. Amonia (NH4OH)
c. Asam klorida (HCl)
d. Asam sulfida (H2S)
e. Natrium hidroksida (NaOH)
5.3 Gambar Alat
a. Kaca objek

b. Kawat Ni-Cr
c. Kertas lakmus

d. Pembakar Bunsen

e. Penjepit kayu

f. Plat tetes
g. Rak tabung rekasi

h. Spatel

i. Tabung reaksi

5.4 Sample
a. AgNO3 i. FeCl3 q. NaCl
b. As2O3 j. FeSO4 r. NH4⁺
c. Asam borat k. Hg2Cl s. Ni(NO3)2
d. BaCl2 l. HgCl2 t. Pb.Ac2
e. Boraks m. H3O+ u. Tawas
f. CaCl2 n. KI
g. Co(NO3)2 o. MgSO4
h. CuSO4 p. Na2B4O7

VI. Prosedur
6.1 Identifikasi ion Na⁺, K⁺, Mg²⁺ dan NH₄⁺
Suatu sample yang diduga memiliki ion-ion diatas dimasukan
dalam tabung reaksi yang ditambahkan dengan 1 tetes larutan
ammonium oksalat 0,4M dan 1 tetes larutan ammonium sulfat 1m
dan dikocok. Untuk identifikasi ion Na+, diambil 2 tetes larutan
sample yag telah ditambah peraksi dan dimasukan dalam tabung
reaksi lain. Ditambahkan asam asetat 1M hingga asam.
Ditambahkan 5 tetes larutan seng uranil asetat dan dikocok. Diamati
perubahan yag terjadi dalam mikroskop. Untuk identifikasi ion
Mg2+, diambil 10 tetes larutan sample yang telah ditambah pereaksi
pada tabung reaksi lain. Ditambahkan larutan NH4 OH 4M hingga
basa. Ditambahkan 2 tetes larutan Na2 HPO4 1M dan dikocok.
Diamati perubahan yang terjadi.
6.2 Identifikasi ion hidronium (H3O+)
Suatu sample yang diduga mengandung ion ion hidronium
(H₃O⁺), misal HN3O 6M, dimasukan dalam tabung reaksi. Setelah
itu dimasukan logam Zn ke dalam tabung reaaksi. Diamati
perubahan yang terjadi. Kemudian kertas lakmus biru dan merah
dimasukan dalam tabung reaksi. Diamati kembali perubahan yang
terjadi.
6.3 Identifikasi ion NH₄⁺
Suatu sample yang diduga megandung ion ion
NH₄⁺dimasukkan dalam tabung reaksi. Ditambahkan larutan NaOH
4M dalam tabung. Diletakan kertas lakmus warna merah pada
mulut tabung dan tabung reaksi di panaskan. Diamati perubahan
warna pada kertas lakmus. Dimasukan kembali sample yang
diduga mengandung ion NH₄⁺pada tabung dan ditambahkan
beberapa tetes pereaksi Nessler. Diamati perubahan yang terjadi.
6.4 Identifikasi ion Ag+,Pb+, Hg2 , Hg+
Diperlukan beberapa tahapan dalam mengidentifikasi ionion
ini. Tahap pertama disediakan 3 tabung reaksi. Tabung 1 diisi
dengan ion perak, tabung 2 diisi dengan ion timbal, dan tabung 3
diisi dengan ion merkuri/merkuro. Ditambahkan HCl encer pada
setiap tabung dan diamati perubanhannya. Setiap tabung dipanaskan
diatas bunsen menggunakan penjepit kayu dan diamati perubahan
yang terjadi. Setelah itu ditambahkan NH4 OH berlebih pada setiap
tabung dan diamati kembali perubahannya.
Tahap kedua disediakan kembali 3 tabung reaksi. Tabung 1
diisi dengan ion perak, tabung 2 diisi dengan ion timbal, dan tabung
3 diisi dengan ion merkuri/merkuro. Ditambahkan larutan KI pada
setiap tabung. Diamati perubahannya.
Tahap ketiga disediakan kembali 3 tabung reaksi. Tabung 1
diisi dengan ion perak, tabung 2 diisi dengan ion timbal, dan tabung
3 diisi dengan ion merkuri. Ditambahkan larutan K2 CrO4 pada
setiap tabung. Diamati perubahannya.
Tahap keempat disediakan kembali 3 tabung reaksi. Tabung 1
diisi dengan ion perak, tabung 2 diisi dengan ion timbal, dan tabung
3 diisi dengan ion merkuri/merkuro. Ditambahkan larutan NaOH
encer pada tiap tabung dan diamati perubahannya.
6.5 Identifikasi ion Hg2+ dan Hg+
Tahap pertama disediakan 2 tabung reksi yang diisi dengan
merkuro dan merkuri. Ditambahkan NaOH 4M pada tiap
tabung dan diamati perubahan yang terjadi.
Tahap kedua disediakan kembali 2 tabung reaksi yang diisi
dengan merkuro dan merkuri. Tambahkan HCl encer pada tiap
tabung. Diamati kembali perubahan yang terjadi.
Tahap ketiga disediakan kembali 2 tabung reaksi yang diisi
dengan merkuro dan merkuri. Ditambahkan sedikit larutan KI di
tiap tabung. Diamati kembali perubahan yang terjadi.
6.6 Identifikasi ion Ba2+, Ca2+, Sr2+
Suatu larutan sample yang diduga mengandung ion diatas
dimasukan sebanyak 10 tetes pada tabung reaksi. Ditambahkan 1
tetes HCl 6M pada tabung. Larutan dalam tabung dikocok hingga
larut. Ditambahkan larutan NH4 OH 4M hingga basa serta
ditambahkan 2 tetes (NH4 ) 2 CO3 1M. Dimati prubahan yang
terjadi, Larutan dalam tabung reaksi dipanaskan dalam pemanas air
dan ditunggu hingga dingin kembali serta diamati perubahannya.
Ditambahkan 2 tetes asam asetat 4M dan 4 tetes larutan ammonium
asetat 4M dalam tabung dan dikocok. Diamati perubahannya.
Ditambahkan 1 tetes larutan K2 CrO4 1M kemudian dikocok.
Diamati kembali perubahannya. Ditambahkan 4 tetes larutan HCl
6M dan jika ada endapan warna kuningn dikocok kembali sampai
larut. Ditambahkan 1 tetes H2 SO4 4M serta diamati perubahannya.
Dilakukan uji nyala jika terdapat endapan putih pada tabung reaksi.
6.7 Identifikasi ion Cd2+ dan Cu2+
Disediakan tabung reaksi sebanyak 4 buah yang masing-
masing telah dimasukan larutan yang mengandung ion Cd2+ dan
Cu2+. Ditambahkan larutan NaOH pada tabung, diamati perubahan
yang terjadi serta tabung reaksi dipanaskan dan diaati kembali
perubahannya. Dimasukan larutan ammonia berlebih pada tabung 2,
diamati perubahannya. Ditambahkan larutan kalium ferrosianida
dalam tabung 3, diamati perubahannya. Ditambahkan paku besi
pada tabung 4 dan diamati perubahannya.
6.8 Identifikasi ion Co2+
Terdapat 2 tahap dalam identifikasi ion kobalt(II). Tahap
pertama yakni larutan yang mengandung ion Co2+ dimasukan
dalam tabung reaksi dan diasamkan menggunakan HCl 1M.
Ditambahkan beberapa butir NH4 CNS kemudian dikocok.
Ditambahkan aseton sejumlah volume awal larytan sampel
kemudian dikocok dan diamati perubahan yang terjadi. Tahap 2
yakni disediakan 3 tabung reaksi dan diisi dengan larutan Co2+.
Ditambahkan NaOH 1M dalam tabung 1, didiamkan dan diamati
perubahannya. Dimasukan 1 mL amil alkohol ke tabung 2 yang
telah dilarutkan terlebih dahulu di larutan NH4 CNS dan diamati
perubahannya. Ditambahkan larutan ammonia pada tabung 3 dan
diamati kembali perubahan yang terjadi.
6.9 Identifikasi ion Ni2+
Dimasukan larutan yang mengandung ion nikel dalam tabung
reaksi. Ditambahkan larutan NH4 OH 4M ke dlam tabung reaksi
hingga basa. Ditambahkan beberapa tetes larutan DMG dalam
tabung dan diamati perubahannya. Bila didapat endapan merah
dalam tabung maka sample mengandung ion nikel.
6.10 Identifikasi ion Al2+ dan Zn3+
Disediakan 2 tabung reaksi yang diisi dengan larutan
alumunium pada tabung 1 dan larutan seng pada tabung 2.
Ditambahkan larutah NaOH 4M dan diamati perubahannya.
Ditambahkan kembali NaOH 4M berlebih dan diamati
perubahannya. Ditambahkan larutan Alizarin S dan diamati
perubahannya. Ditambahkan larutan asam asetat hingga asam dan
diamati perubahannya. Ditambahi larutan K4FE(CN)6 dalam tiap
tabung dan diamati perubahannya.
6.11 Identifikasi ion Fe2+ dan Fe3+
Dalam identifikasi ion Fe2+ dan Fe3+ terdapat 3 tahap.
Tahap 1 disediakan 2 buah tabung reaksi. Tiap tabung diisi
dengan larutan ion feri dan ion fero. Ditambahkan larutan
K4FE(CN)6 dalam tiap tabung dan diamati perubahannya. Tahap 2
dilakukan sama seperti tahap pertama. Tahap 3 disediakan 2 buah
tabung reaksi. Tiap tabung diisi dengan larutan ion feri dan ion fero.
Ditambahkan larutan ammonia encer ke dalam tiap tabung dan
diamati perubahannya.
6.12 Identifikasi ion As3+dengan cara Gutzeit
Dimasukan larutan ion arsen pada tabung reaksi. Ditambahkan
5 tetes HCl pekat dan logam Zn pada tabung. Ditambahkan kapas
yang telah dibasahi oleh larutan Pb-asetat 1cm dibawah mulut
tabung yang telah dipasang longgar.mulut tabung ditutup oleh
kertas yang telah dibasahi dengan larutan HgCl2 atah AgNO3.
Diamati perubahan yang terjadi.
VII. Data Pengamatan
Kation Golongan 1
Pb²⁺
1 Menyiapkan 4 tabung
reaksi yang semuanya di
isi dengan timbal
misalkan tabung A,B,C,
dan D.
Tambahkan HCl 6M Endapan putih

Setelah itu dipanaskan Endapan putih

Ditambahkan 2 tetes Endapan putih (tidak


NH₄OH 4M berubah)

Ditambahkan 2 tetes terlarut


HNO₃ 4M

2 Pada tabung kedua atau Warna orange


B tambahkan KI 1M

Ditambahakna KI Warna orange namun ada


berlebih endapan
3 Pada tabung ketiga Endapan kuning
tambahkan K₂CrO₄

4 Tabung ke 4 Endapan putih


ditambahakan NaoH

Ag⁺
1 Menyiapkan 4 tabung
reaksi yang semuanya di
isi dengan timbal
misalkan tabung A,B,C,
dan D.
Tambahkan HCl 6M Endapan putih
Setelah itu dipanaskan Endapan putih
Ditambahkan 2 tetes Tidak berubah
NH₄OH 4M
Ditambahkan 2 tetes Endapan putih
HNO₃ 4M

Kation Golongan 2
Cu2+
1. + NaOH 4M Larut, berwarna biru dan
lebih pekat
2. Dipanaskan Terbentuk endapan hitam

3. + NH4OH Endapan larut dan


berubah warna menjadi
biru tua

4. + K4 Fe(CN)6 Terbentuk sedikit


endapan cokelat

5. Dimasukkan paku Paku berkarat

Bi3+
1. Dimasukkan Bi(NO3)3 Endapan hitam
ke dalam tabung reaksi
dan ditambah KI

2. + KI berlebih Endapan hitam (tidak


ada perubahan)
3. Dipanaskan Terbentuk endapan
jingga

4. + NaOH Endapan putih

5. Dipanaskan Endapan putih


kekuningan

Cd 2+
1. + CH3COOH 4 M dan Terbentuk Endapan putih
K4 Fe(CN)6 0,25 M

Kation Golongan 3
Al³⁺
No Prosedur Hasil Foto
1. Ditambah Larutan NaOH Menghasilkan larutan
4M bening
2. Ditambah NaOH 4M Menghasilkan larutan
sampai berlebih bening
3. Ditambah larutan Menghasilkan larutan
Alizarin S ungu

4. Diasamkan dengan asam Menjadi dua warna,


asetat
ungu tua dan muda

5. Ditambah larutan Tidak mengendap,


K4Fe(CN)6
warna gelap

Ion Zn²⁺
1. Ditambah Larutan NaOH Endapan Putih
4M
2. Ditambah NaOH 4M Larutan berwana Putih
sampai berlebih
3. Ditambah larutan Larutan berwarna Ungu
Alizarin S
4. Diasamkan dengan asam Menghasilkan 2 fase
asetat
ungu muda dan ungu

tua

5. Ditambah larutan Endapan ungu


K4Fe(CN)6

Ion Fe2+
1. Ditambah amonium Merah bata
encer
2. Ditambah K3Fe(CN)6 Hijau
3. Ditambah K4Fe(CN)6 Biru

Ion Fe³⁺
1. Ditambah amonium Merah bata
encer

2. Ditambah K3Fe(CN)6 Coklat

3. Ditambah K4Fe(CN)6 Biru


Kation Golongan 4
Ba2+
1. Sampel + HCl + Bening
NH4OH
2. + (NH4)2CO3 Endapan putih

3. Dipanaskan Endapan putih


2+
Ca
1. Sampel + HCl + Bening
NH4OH
2. + (NH4)2CO3 Endapan putih

3. Dipanaskan Endapan putih


Ba2+
1. + asam asetat Bening
2. + K2CrO4 Endapan kuning
3. + HCl Endapan kuning

Ca2+
1. + asam asetat Bening
2. + K2CrO4 Endapan berwarna
jingga

3. + NH4OH Tetap
4. + Etanol Endapan kuning

Ba2+
1. + H2SO4 Endapan putih

2. Uji Nyala Hijau

Ca2+
1. + H2SO4 Endapan putih
2. Uji Nyala Merah bata

Kation Golongan 5

No. Prosedur Hasil Foto


1. Kawat Ni di celupkan ke Api berubah
dalam HCl pekat lalu dibakar warna menjadi
celupkan kembali ke dalam warna ungu pucat
K+ setelah itu bakar dan
amati.

2. Kawat Ni di celupkan ke Api berubah


dalam HCl pekat lalu dibakar warna menjadi
celupkan kembali ke dalam warna kuning
Na+ setelah itu bakar dan terang
amati.
3. Kawat Ni di celupkan ke Api berubah
dalam HCl pekat lalu dibakar warna menjadi
celupkan kembali ke dalam warna light green
Ba setelah itu bakar dan
amati.

4. Kawat Ni di celupkan ke Api berubah


dalam HCl pekat lalu dibakar warna menjadi
celupkan kembali ke dalam warna merah bata
Ca setelah itu bakar dan
amati.

VIII. Perhitungan
-

IX. Pembahasan
Percobaan dilakukan dengan menggunakan sampel-sampel dengan
reagensia-reagensia tertentu yang kemudian menghasilkan perubahan sifat
fisika dan sifat kimianya.
Percobaan analisis kation dilakukan dengan tujuan untuk
mengidentifikasi ion-ion yang terdapat dalam sampel, yang kemudian
sesuai dengan sifat-sifatnya.
Sampel pertama yang digunakan yaitu suatu sampel yang terindikasi
sebagai ion Ag+. Sampel ini kemudian ditambah dengan larutan HCl yang
menghasilkan endapan putih. Setelah itu kemudian ditambah dengan
larutan NH4OH yang tidak ada perubahan hasilnya. Tetapi ketika ditambah
dengan HNO3, terjadi endapan kembali karena kesetimbangan reaksi
bergeser ke kiri. Sampel Ag+ tersebut kemudian direaksikan dengan larutan
KI yang kemudian mendapat hasil endapan kuning. Hal ini sesuai dengan
literatur yang ada yaitu akan terbentuknya endapan dalam kondisi encer.
Sampel Ag+ tersebut kemudian direaksikan dengan K2CrO4. Mendapat
hasil yaitu endapan merah. Hal ini juga sesuai dengan literatur yang ada
yaitu akan terbentuk endapan merah. Sampel Ag+ tersebut kemudian
direaksikan dengan larutan NaOH. Terbentuklah endapan coklat. Hal ini
juga sesuai dengan literatur yang ada yaitu akan terbentuk endapan coklat
perak oksida.
Pada sampel kedua digunakan suatu sampel yang terindikasi sebagai
ion Pb2+. Sampel ini kemudian ditambah dengan larutan HCl yang
menghasilkan endapan putih. Setelah itu, endapan dipanaskan. Tetapi
endapan tidak melarut kembali. Lalu kemudian ditambah dengan larutan
NH4OH. Pada penambahan ini endapan tetap ada. Tetapi pada saat
penambahan larutan HNO3 terjadi penguraian endapan sehingga
menyebabkan kesetimbangan reaksi bergeser ke kanan. Sampel Pb 2+ ini
kemudian direaksikan dengan larutan K2CrO4. Yang kemudian
menghasilkan endapan merah. Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yaitu akan terbentuk endapan merah. Sampel Pb2+ ini kemudian direaksikan
dengan NaOH menghasilkan endapan putih. Hal ini juga sesuai dengan
literatur yang ada yaitu akan terbentuk endapan putih.
Selanjutnya sampel ketiga yang digunakan yaitu sampel yang
terindikasi sebagai ion Cu2+. Kemudian sampel ini ditambah dengan larutan
asam asetat (CH3COOH) dan larutan K4Fe(CN)6. Terdapat hasil endapan
merah kecoklatan. Hal ini sesuai dengan literatur yang ada yaitu akan
terbentuk endapan merah kecoklatan dalam suasana asam. Sampel ini
kemudian ditambah NaOH yang kemudian larut berwarna biru. Kemudian
sampel dipanaskan yang menghasilkan endapan berwarna hitam menjadi
bentuk oksidanya. Hal ini juga sesuai dengan literatur. Sampel kemudian
ditambah dengan larutan NH4OH yang kemudian menghasilkan endapan
larut kembali karena terbentuknya kompleks. Sampel kemudian ditambah
dengan larutan K4Fe(CN)6 yang menghasilkan endapan kembali. Pada
percobaan ini sebuah paku dicelupkan ke dalam sampel yang menyebabkan
paku tersebut langsung berkarat karena besi yang ekuivalen melarut dalam
tembaga.
Sampel berikutnya yang digunakan yaitu suatu sampel yang terindikasi
sebagai Cd2+ yang kemudian direaksikan dengan larutan asam asetat dan
K4 Fe(CN)6. Hasilnya terbentuk endapan putih. Hal ini sesuai dengan
literatur.
Sampel berikutnya yaitu suatu sampel yang terindikasi sebagai ion Al 3+
yang kemudian ditambah dengan larutan NaOH. Sampel larutan tetap
berwarna bening. Sampel kemudian ditambah dengan larutan NaOH
berlebih namun larutan tetap berwarna bening. Sampell kemudian bereaksi
dengan larutan NaOH. Kemudian sampel ditambah dengan senyawa
Alizaris S. Terjadi perubahan warna pada sampel menjadi warna ungu.
Tetapi hal ini tidak sesuai dengan literatur. Dalam literatur sampel berubah
warna menjadi warna merah. Hal ini disebabkan karena adanya reaksi
Al(OH)3 dengan Alizaris S ini tidak sesuai dengan literatur kemudian
apabila ditambah lagi dengan suatu asam asetat maka larutan akan
terbentuk endapan dalam 2 fase warna. Kemudian larutan ditambah dengan
larutan K4Fe(CN)6. Terjadi menghilangnya endapan karena kompleks
tersebut meningkatkan kelarutan Al dalam larutan sehingga endapan
melarut.
Sampel berikutnya yang digunakan yaitu senyawa yang terindikasi
sebagai Zn. Sampel bereaksi dengan NaOH membentuk endapan putih.
Kemudian sampel ditambah larutan NaOH berlebih yang menghasilkan
larutan menjadi putih. Hal ini menunjukkan kelarutan larutan tersebut
sudah sangat jenuh. Sampel juga direaksikan dengan senyawa alizaris s
yang menghasilkan perubahan warna menjadi ungu. Tetapi dalam literatur
sampel berubah warna menjadi warna merah bahwa sampel tersebut adalah
ion Zn3+ bereaksi dengan NaOH menjadi senyawa Zn(OH)3. Yang
kemudian bereaksi dengan alizarin s membentuk warna ungu. Hal ini
disebabkan karena adanya reaksi Zn(OH)3 dengan alizarin s tidak sesuai
dengan literatur. Kemudian apabila ditambahkan kembali dengan suatu
asam asetat maka akan terbentuk endapan. Tetapi ditambah K4Fe(CN)6
tetap terbentuk karena kompleks tersebut tidak bisa menaikkan kelarutan
senyawa tersebut.
Sampel selanjutnya yang digunakan yaitu sampel yang terindikasi
sebagai ion Fe2+ yang direaksikan dengan larutan ammonium encer.
Hasilnya terbentuk warna merah bata dalam literature bahwa reaksi ini
akan menghasilkan endapan. Tetapi dikarenakan ion ion ammonium yang
digunakan dalam jumlah banyak maka hasil kali kelarutan Fe(OH) 2 tidak
tercapai sehingga tidak terjadi endapan. Kemudian sampel ditambah larutan
K3 Fe(CN)6 yang mengakibatkan perubahan warna karena terdapat
pengksidasian besi. Kemudian penambahan K4Fe(CN)6 berubah warna
menjadi pekat.
Sampel selanjutnya yaitu sampel yang terindikasi sebagai ion Fe3+ yang
direaksikan dengan larutan ammonium encer. Hasilnya terbentuk warna
merah bata dalam literatur bahwa reaksi ini akan menghasilkan endapan.
Tetapi dikarenakan ion ammonium yang digunakan dalam jumlah banyak
maka hasil kali kelarutan Fe(OH)3 tidak tercapai sehingga tidak terjadi
endapan. Kemudian sampel ditambah K₃Fe(CN)6 yang menghasilkan
perubahan warna coklat. Hal ini sesuai dengan literatur. Kemudian
penambahan K4Fe(CN)6 menyebabkan perubahan warna menjadi biru tua.
Sampel selanjutnya yaitu sampel yang terindikasi sebagai ion Ca 2+ yang
direaksikan dengan larutan HCl dan larutan NH4OH yang menyebabkan
tidak terjadinya perubahan. Kemudian pada saat penambahan (NH4)2CO3
terbentuk endapan putih. Lalu ketika dipanaskan tetap terdapat endapan
putih. Hal ini juga sesuai dengan literatur. Kemudian sampel Ca 2+
direaksikan dengan larutan asam asetat dan larutan K2CrO4. Sampel ini
tidak terbentuk endapan melainkan larutan menjadi berwarna jingga. Tetapi
pada saat penambahan NH4OH dan etanol terbentuk endapan kuning. Hal
ini juga sesuai dengan literatur. Kemudian sampel Ca 2+ direaksikan dengan
H2SO4 terbentuk endapan putih juga pada saat pengujian flame test
terbentuk warna merah bat. Hal ini pun sesuai dengan literatur.
Terdapat 4 sampel yang diuji dengan flame test dimana sampel 1
terindikasi sebagai ion Na+ kemudian diuji yang didapat hasil berwarna
ungu pucat. Sampel 3 terindikasi sebagai Ca + kemudian diuji didapat hasil
berwarna merah. Sampel 2 terindikasi sebagai ion Ba 2+ kemudian diuji
yang dihasilkan berwarna kuning kehijauan. Hal ini juga sesuai dengan
literatur.

X. Simpulan
Kation dalam suatu zat atau senyawa tunggal dapat diidentifikasi secara
sederhana melalui pengamatan warna, endapam dan uji nyala (flame test).
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Cokrosarjiwanto.1997. Kimia Analitik Kualitatif I. Yogyakarta : UNY Press.

Ernawati, Rika. 2008. Studi sifat-sifat kimia Tanah pada Timbunan lahan bekas
penambangan batu bara. Jurnal Teknologi Technosicientic. 1(1):85-93.

Muchtaridji, Sandri, J. 2007. Kimia II. Yudistira.

Padmaningrum, Regina Tutik. 2010. Dasar-dasar analisis kimia. Jurnal Kimia. Hal.1.

Sunarya, Yayan dan Agus Setiabudi. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia.
Bandung:PT. Setia Purna Inves.

Svehla, G. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Edisi Kelima. Jakarta:PT. Kaiman


Media Pustaka.

Syukri, S dan Sadijah Achmad. 1999. Kimia Dasar Jilid Dua. Bandung:ITB Press.

Anda mungkin juga menyukai