IDENTIFIKASI ANION
Kelompok : 1
2. Danaparamita Bashirah
260110170125
2.2. Anion
Anion merupakan kelebihan satu atau lebih elektron pada suatu atom
yang bermuatan negatif (Dwi,2013).
III. Reaksi
3.1 Identifikasi ion SO42- dan CO32-
CO32- + H2SO4 → SO42- + CO2 + H2O
CO3 + Ba(OH)2 → BaCO3 + H2O
SO42- + BaCl2 → BaSO4 + Cl2
SO42- + HNO3 → H2SO4 + NO3-
CO32- + BaCl → BaCO3 + Cl2
(Svehla, 1895).
(Svehla, 1895).
(Svehla, 1895).
(Svehla, 1895).
(Svehla, 1895).
(Svehla, 1895).
(Svehla, 1895).
Terdapat dua macam uji yang digunakan oleh analisa kualitatif yaitu reaksi
basah dan reaksi kering. Reaksi kering dapat digunakan untuk zat-zat padat dan
reaksi basah dapat digunakan untuk zat dalam larutan. Reaksi kering merupakan uji
yang sangat berguna untuk dilakukan dalam keadaan kering, yaitu tanpa melarutkan.
Contoh : pengarahan untuk operasi seperti pemanasan, uji nyala, uji pipa tiup. Uji
spektroskopi, dan uji manik. Reaksi basah merupakan uji yang dibentuk dengan
zat-zat dalam larutan. Jika ada endapan, maka suatu reaksi berlangsung, dengan
cara pembebasan gas dan perubahan warna. Kebanyakan reaksi analisis kualitatif
dengan cara basah (Svehla,1985).
Anion dan kation dalam suatu larutan dapat dipisakan dengan melakukan
reaksi pengendapan dengan prinsip analisa kualitatif. Analisa tersebut kation
mulai-mula dipisahkan berdasarkan perbedaan kelarutan senyawa. Pemisahan dan
pengkajian lebih lanjut dilakukan dalam tiap golongan (Saputro, 2014).
Anion merupakan ion yang memiliki muatan negatif akibat adanya elektron
yang diterima oleh atom netral. Kondisi ini akan membuat jumlah elektron jauh
lebih banyak dari jumah proton sehingga akan memiliki muatan negatif. Contoh
dari anion sendiri adalah florida, iodida, sulfida, oksida, sulfat, fosfat, dan lain-lain.
(Hayes,1996).
Kelas B, yaitu kelas yang dalam prosesnya tergantung pada reaksi-reaksi dalam
larutan seperti reaksi pengendapan dan reaksi oksidasi atau reduksi dalam larutan.
Reaksi pengendapan terjadi karena pada saat proses pemisahan yang kemudian
dilanjutkan dengan uji identifikasi, namun tidak ada jenis anion tertentu yang
termasuk dalam kelompok reaksi pengendapan karena hal tersebut sesuai dengan
uji lanjutannya. Senyawa baru yang terbentuk setelah bereaksi menyebabkan
adanya pembentukan endapan. Anion yang termasuk ke dalam reaksi pengendapan
ialah PO43- , PO32- , PO2H2- , AsO43- , AsO3- , CrO42- , Cr2O72- , SiO44- , SiF62- ,
C7H5O3- , C7H4O2- , C4H4O42- . Sedangkan yang termasuk ke dalam oksidasi atau
reduksi dalam larutan ialah MnO4- , MnO3- , CrO42- , dan Cr2O72- (Svehla, 1985).
5.2 Bahan
a. Asetat
b. BO3-
c. Br-
d. C2O4-
e. Cl-
f. CO32-
g. CrO42-
h. I-
i. NO2-
j. PO43-
k. S2O32-
l. S2-
m. SCN-
n. SO32-
o. SO42-
VIII. Pembahasan
Pada uji anion karbonat, ditambahkan larutan BaCl2 ke dalam tabung reaksi
dan menghasilkan. Kemudian, ditambahkan lagi dengan larutan HNO3 encer dan
menghasilkan endapan putih pula.Endapan pada CO32- didapat dalam 2 fase, fase
pertama jernih dan fase kedua berwarna putih pekat. Endapan putih tersebut
merupakan senyawa BaCO3 yang larut dalam asam mineral dan asam karbonat. BaCO3
akan larut dengan HNO3 dan membentuk gelembung gas CO2 sesuai dengan persamaan
reaksi :
BaCO3 + H+ → Ba2+ + CO2↑ +H2O. (Svehla, 1985)
Pada uji sulfat dan sulfit, ditambahkan larutan BaCl2 dan juga HNO3 encer ke
dalam masing-masing tabung. Selain itu juga menggunakan cara penotolan
masing-masing larutan ke kertas K2Cr H2SO4 namun alat tersebut tidak tersedia di ruang
laboratorium sehingga cara tesebut tidak dilakukan. Setelah ditambahkan larutan BaCl2
dan HNO3 encer, dihasilkan endapan putih pada kedua larutan tersebut, BaSO4 yang
tidak larut dalam asam klorida encer panas dan asam nitrat encer, tetapi larut
sedang-sedang saja dalam asam klorida pekat yang mendidih, saat ditambahkan dengan
asam nitrat masih terdapat endapan putih, namun hasil reaksi berubah dari endapan
barium sulfat menjadi barium klorida,Sementara itu, endapan BaSO4 tidak larut dalam
HNO3 dengan persamaan reaksi:
BaSO4 + 2HNO3 → Ba(NO3)2 + H2SO4. (Svehla,1985).
Produk yang berupa senyawa Ba(NO3)2 merupakan endapan berwarna putih
yang akan larut jika ditambahkan air (Svehla,1985).
Pada uji ion tiosulfat, ditambahkan larutan HCl 6 N ke dalam tabung reaksi
yang telah diisi dengan larrutan ion tiosulfat. Warna mula-mula dari larutan ion tiosulfat
adalah bening dan setelah ditambahkan dengan HCl akan menghasilkan warna menjadi
putih kekuningan. Setelah ditetesi HCl, dilanjutkan dengan ditetesi dengan larutan besi
(III) klorida. Warna sampel berubah menjadi warna cokelat lembayung dikarenakan
terbentuknya senyawa kompelks ditiosulfatobesi (III). Reaksinya sebagai berikut :
S2O32- + Fe3+ → [Fe(S2O3)2]-
[Fe(S2O3)2]- + Fe3+ → 2Fe2+ + S4O62-
= SO32- + 2Fe3+ → S4O62- + 2Fe2+ (Svehla,1985).
Lalu, tabung reaksi yang telah bewarna coklat tersebut didiamkan lagi selama beberapa
menit dan warnanya kembali ke warna semula, yaitu warna putih kekuningan.
Pada uji ion tiosianat, ditambahkan larutan HNO3 2M dan larutan AgNO3 ke
tabung yang pertama. Pada tabung pertama, larutan berubah menjadi warna jingga.
Kemudian pada tabung reaksi kedua ditambahkan HNO3 2M dan larutan FeCl3. Pada
tabung kedua, didapatkan larutan berwarna merah darah yang ditimbulkan karena
terbentuknya suatu kompleks. Reaksinya sebagai berikut :
3SCN⁻ + Fe3+ ↔ Fe(SCN)₃ (Svehla,1985).
Uji ion kromat menggunakan alat yang bernama plat tetes. Pada ketiga lubang
plat tetes tersebut, diisi dengan larutan 2 tetes larutan kromat dan 1 tetes AgNO3 yang
pada setiap lubangnya menghasilkan larutan berwarna oranye denngan larutan awal
berwarna kuning. Setelah itu, pada lubang pertama ditambahkan 1 tetes HCl 4M Pada
lubang kedua, ditambahkan 1 tetes asam HNO3 2M. Pada lubang ketiga, ditambahkan
1-2 tetes larutan NH4OH 4M. Hasil yang didapat tidak terlalu menampakkan perubahan
yang tidak terlalu ketara atau tidak terlalu berubah drastis hanya saja pada lubang
pertama warna oranye lebih pekat.
CrO42- + Ag+ → AgCrO4↓
(Svehla,1985).
Untuk pengujian yang kedua pada 3 lubang plat tetes ditambahkan tetes timbal
asetat. Dengan lubang kedua dan lubang ketiga berturut turur diisi HNO3 dan NaOH.
Pada lubang kedua, warna semula adalah kuning dan tidak larut kemudian berubah
menjadi oranye namun tetap tidak larut. Sedangkan pada lubang ketiga warna tetap
kuning namun menjadi larut. NaOH yang digunakan dibuat secara fresh atau segar. Hal
tersebut dikarenakan NaOH bersifat lembab cair dan akan menyerap karbondioksida
dari udara bebas sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi konsentrasi larutan
NaOH-nya.
(Svehla, 1985).
Pada uji ion-ion halogen, yaitu Cl- , Br- , I- , ditambahkan dengan reagen HNO3
encer dan 2 tetes AgNO3 ke dalam tiap tabung. Lalu, ditambahkan amonia berlebih.
Pada Uji anion klorida, tidak terjadi perubahan warna dana tidak larut pada saat
ditambahkan larutan perat nitrat. kemudian ditambahkan dengan ammonia berlebih
dan tidak terjadi perubahan pula.
Pada saat amonium direaksikan dengan klorin terbatas menghasilkan amonium
klorida dan jika direaksikan dengan klorin berlebih akan menghasilkan nitrogen
triklorida. Dengan persamaan reaksi:
8NH3 + 3Cl2 (terbatas) → 6NH4Cl + N2
NH3 + 3Cl2 (berlebih) → NCl3 + 3HCl
(Svehla,1985).
Uji anion bromida, saat ditambahkan dengan perak nitrat serta HNO3 terbentuk
kristal yang mengendap di dasar tabung reaksi. Namun seharusnya terdapat endapan
kuning AgBr, hal ini dikarenakan saat dititrasi menggunakan AgNO3, larutan makin
lama makin mengental akibat terbentuknya koloid. Koloid ini terbentuk karena reaksi
antara ion Br- dalam sampel dengan Ag+. Saat direaksikan dengan ammonia terjadi
perubahan warna menjadi putih kekuningan. Reaksi amonia dengan bromin akan
menghasilkan amonium bromida dan gas nitrogen. Dengan persamaan reaksi:
8NH3 + 3Br2 → 6NH4Br + N2
(Svehla,1985).
Pada Uji anion Iodida, ditambahkan HNO3 encer dan 3 tetes AgNO3 terjadi
perubahan warna menjadi warna kuning.. Namun seharusnyanya terbentuk endapan
kuning AgI, hal ini dikarenakan saat dititrasi menggunakan AgNO3, larutan makin
lama makin mengental akibat terbentuknya koloid. Koloid ini terbentuk karena reaksi
antara ion I- dalam sampel dengan Ag+. Ketika direaksikan dengan ammonia tidak
terjadi perubahan warna apapun.
Pada uji ion nitrat, dimasukkan ke dalam tabung reaksi larutan yang
mengandung ion nitrat. Kemudian, ditambahkan dengan reagen H2SO4. Setelah
ditambahkan dengan H2SO4, .larutan kembali ditambahkan dengan serbuk FeSO4.
Setelah ditambahkannya FeSO4 kedalam larutan, terbentukan endapan berwarna
cokelat . Setelah itu ditambahkan kembali H2SO4 pekat sebanyak 1 ml atau 20 tetes.
H2SO4 pekat ditetesi secara perlahan melalui dinding tabung dengan posisi tabung
dimiringkan. Hal tersebut bertujuan agar tabung reaksi tidak goyang. Penambahan
H2SO4 pekat menyebabkan terbentuknya dua lapisan larutan dan setelah didiamkan
selama beberapa saat terbentuklah cicin cokelat tipis diantara permukaan larutan.
Cincin cokelat yang dihasilkan menandakan bahwa sampel yang di uji mengandung
ion nitrat.
Pada uji ion nitrit, Ditambahkan 3 tetes larutan H2SO4 4 M ke dalam larutan
dan tabung reaksi tersebut dikocok. Hasil yang didapatkan, yaitu larutan yang semula
berwarna bening berubah menjadi warna kekuningan. Kemudian, ditambahkan
padatan FeSO4 ke dalam larutan dan tabung reaksi tersebut dikocok. Hasil yang
didapatkan, yaitu didapatkan endapan berwarna coklat kehitaman di dasar tabung
reaksi. Lalu, ditambahkan larutan H2SO4 lagi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
secara perlahan melalui dinding tabung reaksi dan didapatkan hasil berupa endapan
berwarna coklat kehitaman di dasar tabung reaksi dan terbentuk gas.
Pada uji ion kromat, Ion kromat berwarna kuning. Pada perlakuan (a), setelah
ditetesi dengan 2 tetes larutan kromat dan 1 tetes larutan AgNO3 larutan menjadi
berwarna oranye. Kemudian setelah penambahan 1 tetes HCl 4M pada lubang 1
larutan tetap berwrna oranye. Pada lubang 2 diteteskan HNO3 2M dan larutan juga
berwarna oranye. Lubang ketiga ditambah larutan NH4OH 4M dan larutan menjadi
berwarna oranye pekat. Pada perlakuan (b), identifikasi pertama dilakukan dengan
meneteskan tombal asetat dan ternyata ion kromat tidak larut dalam timbal asetat.
Selanjutnya penambahan HNO3 2M ke lubang kedua, menghasilkan larutan berwarna
oranye yang tidak larut. Kemudian pada lubang ketiga ditambahkan NaOH 2M dan
larutan yang dihasilkan berwarna kuning dan tidak terdapat endapan.
IX. Kesimpulan
Anion dalam larutan dapat diidentifikasi dengan menggunakan analisis
kualitatif. Hasil yang didapat beragam, mulai dari terbentuk gas, terbentuk endapan,
mapun perubahan warna.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi, K. 2013. Metode analisis kualitatif untuk beberapa anion dan kation. Tersedia di
https://bisakimia.com/2013/06/07/metode-analisis-kualitatif-untuk-beberapa-kation
-dan-anion/ [Diakses pada 11 Oktober 2017).
Mardiah, et al. 2015. Perubahan Kandungan Kimia Sari Rosela Merah dan Ungu hasil
Pengeringan menggunakan Metode Cabinet Dryer dan Fluidized Bedoryer. Jurnal
Teknologi Industri. Vol 25. no. 4.
Rahmat, Pupu Saeful. 2009. Penelitian Kualitatif. Jurnal Equilibrium. Vol.5 No.9 Hal :
1-8.
Rohman, Abdul dan Ibnu Ghohib Gandjar. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Underwood, Al dan RA, Jr, Day. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga