Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI

SEMESTER GANJIL 2017 - 2018

IDENTIFIKASI ANION

Hari / Jam Praktikum : Kamis / 07.00 - 10.00

Tanggal Praktikum : 5 Oktober 2017

Kelompok : 1

Asisten : 1. Jessica Tristi

2. Danaparamita Bashirah

FIRA BURHANISA IRAWAN

260110170125

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2017
I. Tujuan
Mengidentifikasi anion dalam larutan dengan metode kualitatif.
II. Prinsip
2.1. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif merupakan analisa yang berkaitan dengan identifikasi
berbagai macam zat kimia; mengenali unsur atau senyawa apa yang ada
dalam suatu sampel (Underwood dan Day, 2002).

2.2. Anion
Anion merupakan kelebihan satu atau lebih elektron pada suatu atom
yang bermuatan negatif (Dwi,2013).

III. Reaksi
3.1 Identifikasi ion SO42- dan CO32-
CO32- + H2SO4 → SO42- + CO2 + H2O
CO3 + Ba(OH)2 → BaCO3 + H2O
SO42- + BaCl2 → BaSO4 + Cl2
SO42- + HNO3 → H2SO4 + NO3-
CO32- + BaCl → BaCO3 + Cl2

(Svehla, 1895).

3.2 Identifikasi ion SO32- dan SO42-


SO32- + Ba2+ → BaSO3 ↓
SO32- + 2H+ → H2SO3
SO42- + Ba2+ → BaSO4 ↓
SO42- + 2H+ → H2SO4

(Svehla, 1895).

3.3 Identifikasi S2O32-


S2O32- + 2H+ → S↓ + SO2↑ + H2O
2S2O32- + Fe3+ → [Fe(S2O3)2]-
(Svehla, 1895).

3.4 Identifikasi ion SCN-


a. SCN- + HNO3 → HSCN + NO3-
HSCN + AgNO3 → AgSCN + HNO3
b. SCN- + HNO3 → HSCN + NO3-
HSCN + FeCl2 → Fe(SCN)3 + HCl

(Svehla, 1895).

3.5 Identifikasi ion CrO42-


a. CrO42- + Ag+ → AgCrO4↓
AgCrO4↓ + 2CL- → 2AgCl + CrO42-
2AgCrO4↓ + 2H+ → 4Ag+ + Cr2O72- + H2O
Ag2CrO4↓ + 4NH3 → 2[Ag(NH3)2]+ + CrO42-
b. K2CrO4 + Pb[Ca(H3O2)2] → PbCrO4 + 2KCaH2O2
PbCrO4 + 4NaOH → Na2(PbO2) + Na2CrO4 + 2H2O
PbCrO4 + HNO3 → tidak larut

(Svehla, 1895).

3.6 Identifikasi ion Cl-, Br-, I-


a. Cl- + HNO2 + AgNO3 → AgCl↓ (endapan putih)
Cl- + NH4OH → NH4Cl
b. 6Br- + 8HNO3 → 3Br2 + 2NO↑ + 6NO3- + 4H2O
Br- + Ag+ → AgBr↓

(Svehla, 1895).

3.7 Identifikasi ion NO2- dan NO3-


a. Fe2+ + SO42- + NO↑ → [FeNO]SO4
2NO3- + 4H2SO4 + 6Fe2+ → 6Fe3+ + 2NO↑ + 4SO42- + 4H2O
Fe2+ + NO↑ → [Fe(NO)]2+
b. NO2- + CH3COOH → HNO2 + CH3COO-
3HNO2 → H2O + HNO3 + 2NO
CS(NH3)2 + HNO2 → N2S + H+ + SCN- + 3H2O

(Svehla, 1895).

3.8 Identifikasi ion CrO42- dan CrO72-


CrO42- + BaCl3 → BaCrO4↓ + 2Cl-
BaCrO4 + CH3COOH → Tidak larut
2CrO42- + 2H+ ⇔ Cr2O72- + H2O

(Svehla, 1895).

IV. Teori Dasar


Analisis kualitatif merupakan analisis untuk mengidentifikasi elemen, spesies,
dan atau senyawa - senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan kata lain, analisis
kualitatif bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya suatu analit yang dituju dalam
suatu sampel (Rohman dan Gandjar, 2007). Cara yang digunakan dalam melakukan
uji kualitatif ini dapat berupa cara klasik maupun menggunakan cara canggih.
Metode pengujian klasik yang terpenting adalah analisa warna atau reaksi warna.
Cara ini dapat digunakan untuk senyawa organik, seperti teknik skrinning fitokimia
dalam pemilihan metabolit sekunder tumbuhan (Huda, 2014). Prinsip analisis
kualitatif dilakukan dengan deteksi perubahan warna dan adanya endapan (Mardiah,
2015).

Analisis kualitatif adalah prosedur yang menghasilkan data deskriptif


penelitian berupa sesuatu yang dapat dilihat oleh panca indera.Analisis kualitatif
juga bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang bersifat umum. Penelitian
kualitatif juga disebut dengan interpretive research, naturalistic research, dan
phenomenological research (Rahmat, 2009).

Terdapat dua macam uji yang digunakan oleh analisa kualitatif yaitu reaksi
basah dan reaksi kering. Reaksi kering dapat digunakan untuk zat-zat padat dan
reaksi basah dapat digunakan untuk zat dalam larutan. Reaksi kering merupakan uji
yang sangat berguna untuk dilakukan dalam keadaan kering, yaitu tanpa melarutkan.
Contoh : pengarahan untuk operasi seperti pemanasan, uji nyala, uji pipa tiup. Uji
spektroskopi, dan uji manik. Reaksi basah merupakan uji yang dibentuk dengan
zat-zat dalam larutan. Jika ada endapan, maka suatu reaksi berlangsung, dengan
cara pembebasan gas dan perubahan warna. Kebanyakan reaksi analisis kualitatif
dengan cara basah (Svehla,1985).

Anion dan kation dalam suatu larutan dapat dipisakan dengan melakukan
reaksi pengendapan dengan prinsip analisa kualitatif. Analisa tersebut kation
mulai-mula dipisahkan berdasarkan perbedaan kelarutan senyawa. Pemisahan dan
pengkajian lebih lanjut dilakukan dalam tiap golongan (Saputro, 2014).

Anion merupakan ion yang memiliki muatan negatif akibat adanya elektron
yang diterima oleh atom netral. Kondisi ini akan membuat jumlah elektron jauh
lebih banyak dari jumah proton sehingga akan memiliki muatan negatif. Contoh
dari anion sendiri adalah florida, iodida, sulfida, oksida, sulfat, fosfat, dan lain-lain.

Terdapat 4 golongan dalam anion, yaitu :

1.Golongan 1 : CO32-, S2, SO32-, S2O32-, NO2-

2.Golongan 2 :SO42-, CrO42-, PO43-, C2O42-, BO33-

3.Golongan 3 :SCN-, Cl-, Br-, I-

4.Golongan 4 :NO3-, dan CH3COO-

(Hayes,1996).

Anion juga dapat dipisahkan ke dalam golongan-golongan utama yang


bergantung pada kelarutan garam peraknya, garam bariumnya. Dan garam kalsium
serta juga dengan garam zinknya. Proses yang digunakan untuk mengklasifikasi
anion terbagi ke dalam dua kelas, yaitu :

Kelas A yaitu kelas yang dalam prosesnya mengikutsertakan identifikasi


produk proudk yang sekiranya mudah menguap, yang diperoleh pada pengolahan
dengan asam asam. Kelas A digolongkan lagi ke dalam 2 sub kelas, yaitu : Gas
yang dilepaskan akibat reaksi dengan H2SO4 encer dan pekat . Anion - anion
yang termasuk ke dalam sub H2SO4 encer CO3- , HCO3- , SO3- , S2O32- , S2- , NO2- ,
ClO- , CN- , CNO- adalah . sedangkan yang termasuk ke dalam sub h2so4 pekat
ialah (sebutin). I- , F- , SiF62- , Cl- , Br- , NO3- , ClO3- , ClO4- , MnO4 , BrO3- , BO33- ,
Fe(CN)64- , Fe(CN)63- , SCN- , COOH- , CH3COO- , C2O42- , C4H4O62- , dan sitrat.

Kelas B, yaitu kelas yang dalam prosesnya tergantung pada reaksi-reaksi dalam
larutan seperti reaksi pengendapan dan reaksi oksidasi atau reduksi dalam larutan.
Reaksi pengendapan terjadi karena pada saat proses pemisahan yang kemudian
dilanjutkan dengan uji identifikasi, namun tidak ada jenis anion tertentu yang
termasuk dalam kelompok reaksi pengendapan karena hal tersebut sesuai dengan
uji lanjutannya. Senyawa baru yang terbentuk setelah bereaksi menyebabkan
adanya pembentukan endapan. Anion yang termasuk ke dalam reaksi pengendapan
ialah PO43- , PO32- , PO2H2- , AsO43- , AsO3- , CrO42- , Cr2O72- , SiO44- , SiF62- ,
C7H5O3- , C7H4O2- , C4H4O42- . Sedangkan yang termasuk ke dalam oksidasi atau
reduksi dalam larutan ialah MnO4- , MnO3- , CrO42- , dan Cr2O72- (Svehla, 1985).

Untuk meninjau anion secara analisis kualitatif sistematik, anion


diklasifikasikan dalam ilmu golongan berdasarkan sifat-sifat anion itu terhadap
beberapa reagensia. Reagen yang digunakan untuk klasifikasi anion yang paling
umum adalah AgNO3 , Ba(NO3)2 , dan HNO3 . Klasifikasi ini didasarkan atas apakah
anion bereaksi dengan reagen-reagen ini dengan membentuk endapan atau tidak
Selain itu, uuntuk memudahkan menganalisa anion, disahakan menggunakan
senyawa yang mudah larut dalam air. Pada umumnya, garam-garam natrium mudah
larut dalam garam karbonat dari logam-logam berat sukar larut dalam air, sehingga
apabila zat yang akan diidentifikasi berupa zat yang sukar larut atau memberi
endapan dengan Na2CO3 , maka dibuat terlebih dahulu berupa ekstrak soda,
kemudian dipisahkan dari endapan yang menganggu tersebut (Harjadi, 1990).

Alasan menggunakan metode analisis kualitatif dikarenakan jenis metode ini


menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai atau diperoleh dengan
menggunakan prosedur-prosedur matematis atau cara-cara pengukuran lainnya.
Oleh karena itu, penelitian ini membutuhkan pengamatan secara langsung untuk
mengetahui perubahan apa saja yang terjadi pada saat suatu anion direaksikan
dengan berbagai reagensia (Mulyadi,2011).

Tujuan dari analisis anion adalah untuk mendeteksi atau mengidentifikasi


adanya ion dalam suatu sampel. Analisa anion dapat juga dapat diterapkan dalam
berbagai aktivitas, seperti pemerikasaan darah, urin, dan lain-lain. Beberapa anion
menunjukkan tampak yang sama saat dianalisis. Oleh karena itu, dilakukan analisa
anion. Zat yang biasa digunakan untuk emnganalisis anion adalah zat pengendapan
anorganik, umumnya dapat membentuk garam atau senyawa hidroksida yang tidak
mudah larut (Harjadi, 1990).

V. Alat dan Bahan


5.1 Alat
a. Gelas Beaker
b. Penjepit kayu
c. Plat Tetes
d. Rak tabung reaksi
e. Spatula
f. Tabung reaksi

5.2 Bahan
a. Asetat
b. BO3-
c. Br-
d. C2O4-
e. Cl-
f. CO32-
g. CrO42-
h. I-
i. NO2-
j. PO43-
k. S2O32-
l. S2-
m. SCN-
n. SO32-
o. SO42-

5.3 Gambar Alat

a. Gelas beaker d. Rak Tabung Reaksi

b. Penjepit kayu e. spatula

c. Plat Tetes f. Tabung Reaksi


VI. Prosedur
6.1 Identifikasi ion SO42- dan CO32-
Untuk mengidentifikasi ion SO42- dan CO32- , disiapkan 2 tabung reaksi dan
kemudian diisi dengan larutan ion sulfat dan larutan ion karbonat. Lalu, ditambahkan
larutan BaCl2 ke dalam tiap tabung reaksi dan amati perubahan yang terjadi pada
kedua larutan tersebut.

6.2 Identifikasi ion SO32- dan SO42-


Untuk mengidentifikasi ion SO32- dan SO42-, disiapkan 2 tabung reaksi dan
kemudian tabung pertama diisi dengan larutan ion nitrit dan tabung kedua diisi
dengan ion sulfat. Lalu, ditambahkan larutan BaCl2 dan amati perubahan yang
terjadi. Kemudian, ditambahkan lagi dengan larutan HNO3 encer dan amati pula
perubahannya.

6.3 Identifikasi ion S2O32-


Untuk mengidentifikasi ion S2O32- dilakukan dengan dua caraDisiapkan
tabung reaksi yang kemudian diisi dengan larutan ion S2O32- . Cara pertama S2O32-
ditambahkan dengan HCl 4 M dan amati perubahannya. Sedangkan cara kedua,
ditambahkan larutan iodium ke dalam tabung reaksi lalu didiamkan dan amati
perubahan yang terjadi

6.4 Identifikasi ion SCN-


Untuk mengidentifikasi ion SCN- , disiapkan 2 tabung reaksi yang kemudian
diisi dengan larutan SCN- ke dalam masing-masing tabung reaksi. Pada tabung reaksi
pertama ditambahkan HNO3 2M dan larutan AgNO3. Kemudian, pada tabung reaksi
kedua ditambahkan HNO3 2M dan FeCl3 dan amati perubahan yang terjadi.

6.5 Identifikasi ion CrO42-


Untuk mengidentifikasi ion CrO42- dilakukan dengan dua cara. Digunakan
pelat tetes, diisi tiga lubang masing-masing dengan 2 tetes larutan kromat dan 1 tetes
AgNO3. Diamati perubahan yang terjadi. Pada lubang pertama, ditambahkan 1 tetes
HCl 4M. Diamati perubahan yang terjadi. Pada lubang kedua, ditambahkan 1 tetes
asam HNO3 2M. Lalu diamati perubahan yang terjadi. Pada lubang ketiga,
ditambahkan 1-2 tetes larutan NH4OH 4M. Diamati perubahan yang terjadi.
Lalu langkah keduanya pada pelat tetes, diisi tiga lubang masing-masing
dengan 2 tetes larutan kromat dan 1 tetes larutan timbal asetat. Diamati perubahan
yang terjadi. Pada lubang kedua, ditambahkan 1 tetes asam HNO3 2M. Diamati
perubahan yang terjadi. Pada lubang ketiga, ditambahkan 3 tetes larutan NaOH 2M.
Diamati kembali perubahan yang terjadi.

6.6 Identifikasi ion Cl-, Br-, I-


Untuk mengidentifikasi ion Cl-, Br-, I- , disiapkan 3 buah tabung reaksi yang
kemudian diisi dengan masing-masing ion. Kemudian, tambahkan HNO3 encer dan 2
tetes AgNO3 ke dalam tiap tabung dan amati perubahannya. Lalu, tambahkan amonia
berlebih dan amati perubahannya.

6.7 Identifikasi ion NO2- dan NO3-


Untuk mengidentifikasi ion NO2- dan NO3-, disiapkan 2 tabung reaksi dimana
tabung reaksi pertama diisi dengan ion nitrit dan tabung reaksi kedua diisi dengan
nitrat. Kemudian, ditambahkan H2SO4 dan FeSO4 padat ke dalam masing - masing
tabung reaksi dan amati perubahan yang terjadi. Setelah itu, tabung reaksi diletakkan
ke dalam gelas beaker. Kemudian, ditambahkan secara perlahan 1 ml H2SO4 pekat
melalui dinding tabung dan amati perubahan yang terjadi.

6.8 Identifikasi ion CrO42- dan CrO72-


Untuk mengidentifikasi ion CrO42- dan CrO72- , dilakukan dengan melihat
warna dari masing-masing ion. Ion kromat berwarna kuning, ion bikromat
berwarna jingga. Ditambahkan larutan BaCl2 pada tabung reaski dan diamati
endapan yang terjadi. Kemudian masing-masing tabung ditambahkan asam asetat,
amati perubahan yang terjadi. Kemudian masing-masing tabung ditambahkan asam
nitrat encer.
VII. Data Pengamatan
7.1 Identifikasi ion CO32

No Perlakuan Hasil Foto

1. Larutan ion karbonat Larutan berubah


ditambahkan dengan warna menjadi putih
larutan Barium Klorida keruh dan setelah
(BaCl2) didiamkan beberapa
saat terdapat
endapan.
2. Larutan ion karbonat + Laurtan berubah
Barium Klorida +
kembali menjadi
Asam Nitrat
warna keruh dan
terdapat endapan
putih serta gelembung
setelah didiamkan

7.2 Identifikasi ion SO42-

No Perlakuan Hasil Gambar


1. Ditambahkan BaCl2 sulfat ketika
dalam tabung reaksi ditambahkan dengan
yang berisi sulfat lalu BaCl2 dihasilkan
diamati endapan putih.
2. Ditambahkan HNO3 Endapan putih
encer lalu diamati dihasilkan ketika
HNO3 ditambahkan
ke dalam sulfat

7.3 Identifikasi ion S2O32-

No. Perlakuan Hasil Gambar


1. Memasukkan ion Dihasilkan tiosulfat di
tiosulfat ke dalam dalam tabung reaksi
tabung reaksi

2. Menambahkan HCl Larutan berubah


6M ke dalam tabung warna menjadi putih
reaksi kekuningan

3. Menambahkan larutan Larutan berubah


FeCl3 pada tabung warna menjadi coklat
yang berisi tiosulfat lembayung, setelah di
diamkan warna
kembali menjadi
putih kekuningan
7.4 Identifikasi SCN-

No Perlakuan Hasil Gambar

1 Memsisahkan ion Didapatkan ion


tiosianat ke dalam 2 tiosianat di dalam 2
tabung reaksi yang tabung yang berbeda
berbeda

2 Menambahkan Dihasilkan larutan


kedalam tabung 1 tiosianat berubah
ul th tul warna menjadi warna
jingga muda
3 Menambahkan Dihasilkan larutan
kedalam tabung 2 tiosianat berubah
ul th th menjadi warna merah
darah

7.5 Identifikasi ion CrO42-


No. Perlakuan Hasil Gambar
A
Tiap tiap lubang
Mengisi 3 lubang plat
berwarna kuning lalu
tetes dengan 2 tetes
1. berubah menjadi
larutan kromat, 1 tetes
oranye setelah ditetesi
AgNO3
AgNO3
Lubang I:
ditambahkan 1 tetes Lubang I : Larutan
HCl 4M berubah menjadi
Lubang II: oranye pekat
2. ditambahkan 1 tetes Lubang II : Tidak ada
HNO3 2M perubahan
Lubang III: Lubang III : Tidak ada
ditambahkan 1-2 tetes perubahan
NH4OH 4M
B.
Mengisi 3 lubang plat
Tiap tiap lubang
tetes dengan 2 tetes
1. berwarna kuning dan
larutan kromat, 1 tetes
tidak larut
timbal asetat

Lubang II: Lubang II : Larutan


ditambahkan 1 tetes berubah menjadi
HNO3 2M oranye dan tidak larut
2.
Lubang III: Lubang III : larutan
ditambahkan 3 tetes berwarna kuning dan
NaOH larut dalam NaOH

7.6 Identifikasi ion Halogen (Cl, Br, I)

No Perlakuan Hasil Gambar


Identifikasi Ion Halida ( Iodida (I-) )
1 Larutan yang Didapatkan larutan
mengandung ion yang mengandung ion
iodide dimasukan ke iodide didalam tabung
tabung reaksi reaksi,

2 Ditambahkan HNO3 Terjadi berubahan


encer beberapa tetes dari warna bening
menjadi kuning
kecokelatan.
3 Ditambahkan 2 tetes Warana tetap menjadi
larutan AgNO3. kuning kecokelatan

4 Ditambahkan Larutan Terbentuk dua fase


Amonia berlebih, warna, yaitu fase
Amati perubahanya. warna kuning
kecokelatan dan fase
tak berwarna

Identifikasi Ion Halida ( Bromida Br -)


1 Larutan yang Didapatkan larutan
mengandung ion yang mengandung ion
Bromida dimasukan ke bromide didalam
tabung reaksi tabung reaksi.

2 Ditambahkan HNO3 Tidak terjadi


encer beberapa tetes perubahan, warna
larutan tetap bening.
3 Ditambahkan 2 tetes Tidak terjadi
larutan AgNO3. perubahan warna
larutan tetap bening.

4 Ditambahkan Larutan Tidak terjadi


Amonia berlebih, perubahan warna
Amati perubahanya. larutan tetap bening
dan tidak terdapat
endapan.

Identifikasi Ion Halida (Klorida ( Cl-) )


1 Larutan yang Didapatkan larutan
mengandung ion yang mengandung io
Klorida dimasukan ke klorida kedalam
tabung reaksi tabung reaksi

2 Ditambahkan HNO3 Tidak mengalami


encer beberapa tetes berubahan, warna
larutan tetap bening
dan tidak ada
endapan.

3 Ditambahkan 2 tetes Larutan sedikit


larutan AgNO3. menjadi keruh setalah
di tambahkan AgNO3-
4 Ditambahkan Larutan Terbentuknya
Amonia berlebih, endapan berwarna
Amati perubahanya. putih yang tidak larut.

7.7 Identifikasi ion NO2- dan NO3-

Identifikasi Ion nitrat (NO3-)


1 Larutan yang Didapatkan larutan
mengandung ion Nitrat yang mengandung ion
dimasukan ke tabung nitrat da dalam tabung
reaksi reaksi

2 Ditambahkan H2SO4 Tidak ada perubahan


Pekat warna dan tidak
dihasilkan endapan.
3 Ditambahkan FeSO4 Terjadi perubahan
padat ke dalam larutan warna pada FeCl3 dari
warna biru kehijauan
menjadi warna cokelat
setelah simasukan
kedalam tabung
reaksi.
Dihasilkan juga
endapan berwarna
cokelat

4 Ditambahkan 1 mL Terbentuk cicin


H2SO4 pekat cokelat tipis.

7.8 Identifikasi ion kromat (CrO42-)


No Perlakuan Hasil Gambar

1. Melihat warna ion Ion kromat berwarna


kuning
2. Menambahkan BaCl2 Larutan menjadi
pasa tabung reaksi dan berwarna kuning
mengamati endapan keruh

3. Menambahkan asam Larutan berwarna


asetat pada tabung dan jingga
mengamati perubahan
ynag terjadi

4. Menambahkan asam Larutan berwarna


nitrat encer jingga dan terdapat
endapan berwarna
kuning

VIII. Pembahasan
Pada uji anion karbonat, ditambahkan larutan BaCl2 ke dalam tabung reaksi
dan menghasilkan. Kemudian, ditambahkan lagi dengan larutan HNO3 encer dan
menghasilkan endapan putih pula.Endapan pada CO32- didapat dalam 2 fase, fase
pertama jernih dan fase kedua berwarna putih pekat. Endapan putih tersebut
merupakan senyawa BaCO3 yang larut dalam asam mineral dan asam karbonat. BaCO3
akan larut dengan HNO3 dan membentuk gelembung gas CO2 sesuai dengan persamaan
reaksi :
BaCO3 + H+ → Ba2+ + CO2↑ +H2O. (Svehla, 1985)
Pada uji sulfat dan sulfit, ditambahkan larutan BaCl2 dan juga HNO3 encer ke
dalam masing-masing tabung. Selain itu juga menggunakan cara penotolan
masing-masing larutan ke kertas K2Cr H2SO4 namun alat tersebut tidak tersedia di ruang
laboratorium sehingga cara tesebut tidak dilakukan. Setelah ditambahkan larutan BaCl2
dan HNO3 encer, dihasilkan endapan putih pada kedua larutan tersebut, BaSO4 yang
tidak larut dalam asam klorida encer panas dan asam nitrat encer, tetapi larut
sedang-sedang saja dalam asam klorida pekat yang mendidih, saat ditambahkan dengan
asam nitrat masih terdapat endapan putih, namun hasil reaksi berubah dari endapan
barium sulfat menjadi barium klorida,Sementara itu, endapan BaSO4 tidak larut dalam
HNO3 dengan persamaan reaksi:
BaSO4 + 2HNO3 → Ba(NO3)2 + H2SO4. (Svehla,1985).
Produk yang berupa senyawa Ba(NO3)2 merupakan endapan berwarna putih
yang akan larut jika ditambahkan air (Svehla,1985).
Pada uji ion tiosulfat, ditambahkan larutan HCl 6 N ke dalam tabung reaksi
yang telah diisi dengan larrutan ion tiosulfat. Warna mula-mula dari larutan ion tiosulfat
adalah bening dan setelah ditambahkan dengan HCl akan menghasilkan warna menjadi
putih kekuningan. Setelah ditetesi HCl, dilanjutkan dengan ditetesi dengan larutan besi
(III) klorida. Warna sampel berubah menjadi warna cokelat lembayung dikarenakan
terbentuknya senyawa kompelks ditiosulfatobesi (III). Reaksinya sebagai berikut :
S2O32- + Fe3+ → [Fe(S2O3)2]-
[Fe(S2O3)2]- + Fe3+ → 2Fe2+ + S4O62-
= SO32- + 2Fe3+ → S4O62- + 2Fe2+ (Svehla,1985).
Lalu, tabung reaksi yang telah bewarna coklat tersebut didiamkan lagi selama beberapa
menit dan warnanya kembali ke warna semula, yaitu warna putih kekuningan.
Pada uji ion tiosianat, ditambahkan larutan HNO3 2M dan larutan AgNO3 ke
tabung yang pertama. Pada tabung pertama, larutan berubah menjadi warna jingga.
Kemudian pada tabung reaksi kedua ditambahkan HNO3 2M dan larutan FeCl3. Pada
tabung kedua, didapatkan larutan berwarna merah darah yang ditimbulkan karena
terbentuknya suatu kompleks. Reaksinya sebagai berikut :
3SCN⁻ + Fe3+ ↔ Fe(SCN)₃ (Svehla,1985).
Uji ion kromat menggunakan alat yang bernama plat tetes. Pada ketiga lubang
plat tetes tersebut, diisi dengan larutan 2 tetes larutan kromat dan 1 tetes AgNO3 yang
pada setiap lubangnya menghasilkan larutan berwarna oranye denngan larutan awal
berwarna kuning. Setelah itu, pada lubang pertama ditambahkan 1 tetes HCl 4M Pada
lubang kedua, ditambahkan 1 tetes asam HNO3 2M. Pada lubang ketiga, ditambahkan
1-2 tetes larutan NH4OH 4M. Hasil yang didapat tidak terlalu menampakkan perubahan
yang tidak terlalu ketara atau tidak terlalu berubah drastis hanya saja pada lubang
pertama warna oranye lebih pekat.
CrO42- + Ag+ → AgCrO4↓

AgCrO4↓ + 2Cl- → 2AgCl + CrO42-

2AgCrO4↓ + 2H+ → 4Ag+ + Cr2O72- + H2O

Ag2CrO4↓ + 4NH3 → 2[Ag(NH3)2]+ + CrO42-

(Svehla,1985).
Untuk pengujian yang kedua pada 3 lubang plat tetes ditambahkan tetes timbal
asetat. Dengan lubang kedua dan lubang ketiga berturut turur diisi HNO3 dan NaOH.
Pada lubang kedua, warna semula adalah kuning dan tidak larut kemudian berubah
menjadi oranye namun tetap tidak larut. Sedangkan pada lubang ketiga warna tetap
kuning namun menjadi larut. NaOH yang digunakan dibuat secara fresh atau segar. Hal
tersebut dikarenakan NaOH bersifat lembab cair dan akan menyerap karbondioksida
dari udara bebas sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi konsentrasi larutan
NaOH-nya.

K2CrO4 + Pb[Ca(H3O2)2] → PbCrO4 + 2KCaH2O2

PbCrO4 + 4NaOH → Na2(PbO2) + Na2CrO4 + 2H2O

PbCrO4 + HNO3 → tidak larut

(Svehla, 1985).
Pada uji ion-ion halogen, yaitu Cl- , Br- , I- , ditambahkan dengan reagen HNO3
encer dan 2 tetes AgNO3 ke dalam tiap tabung. Lalu, ditambahkan amonia berlebih.
Pada Uji anion klorida, tidak terjadi perubahan warna dana tidak larut pada saat
ditambahkan larutan perat nitrat. kemudian ditambahkan dengan ammonia berlebih
dan tidak terjadi perubahan pula.
Pada saat amonium direaksikan dengan klorin terbatas menghasilkan amonium
klorida dan jika direaksikan dengan klorin berlebih akan menghasilkan nitrogen
triklorida. Dengan persamaan reaksi:
8NH3 + 3Cl2 (terbatas) → 6NH4Cl + N2
NH3 + 3Cl2 (berlebih) → NCl3 + 3HCl
(Svehla,1985).
Uji anion bromida, saat ditambahkan dengan perak nitrat serta HNO3 terbentuk
kristal yang mengendap di dasar tabung reaksi. Namun seharusnya terdapat endapan
kuning AgBr, hal ini dikarenakan saat dititrasi menggunakan AgNO3, larutan makin
lama makin mengental akibat terbentuknya koloid. Koloid ini terbentuk karena reaksi
antara ion Br- dalam sampel dengan Ag+. Saat direaksikan dengan ammonia terjadi
perubahan warna menjadi putih kekuningan. Reaksi amonia dengan bromin akan
menghasilkan amonium bromida dan gas nitrogen. Dengan persamaan reaksi:
8NH3 + 3Br2 → 6NH4Br + N2
(Svehla,1985).
Pada Uji anion Iodida, ditambahkan HNO3 encer dan 3 tetes AgNO3 terjadi
perubahan warna menjadi warna kuning.. Namun seharusnyanya terbentuk endapan
kuning AgI, hal ini dikarenakan saat dititrasi menggunakan AgNO3, larutan makin
lama makin mengental akibat terbentuknya koloid. Koloid ini terbentuk karena reaksi
antara ion I- dalam sampel dengan Ag+. Ketika direaksikan dengan ammonia tidak
terjadi perubahan warna apapun.
Pada uji ion nitrat, dimasukkan ke dalam tabung reaksi larutan yang
mengandung ion nitrat. Kemudian, ditambahkan dengan reagen H2SO4. Setelah
ditambahkan dengan H2SO4, .larutan kembali ditambahkan dengan serbuk FeSO4.
Setelah ditambahkannya FeSO4 kedalam larutan, terbentukan endapan berwarna
cokelat . Setelah itu ditambahkan kembali H2SO4 pekat sebanyak 1 ml atau 20 tetes.
H2SO4 pekat ditetesi secara perlahan melalui dinding tabung dengan posisi tabung
dimiringkan. Hal tersebut bertujuan agar tabung reaksi tidak goyang. Penambahan
H2SO4 pekat menyebabkan terbentuknya dua lapisan larutan dan setelah didiamkan
selama beberapa saat terbentuklah cicin cokelat tipis diantara permukaan larutan.
Cincin cokelat yang dihasilkan menandakan bahwa sampel yang di uji mengandung
ion nitrat.
Pada uji ion nitrit, Ditambahkan 3 tetes larutan H2SO4 4 M ke dalam larutan
dan tabung reaksi tersebut dikocok. Hasil yang didapatkan, yaitu larutan yang semula
berwarna bening berubah menjadi warna kekuningan. Kemudian, ditambahkan
padatan FeSO4 ke dalam larutan dan tabung reaksi tersebut dikocok. Hasil yang
didapatkan, yaitu didapatkan endapan berwarna coklat kehitaman di dasar tabung
reaksi. Lalu, ditambahkan larutan H2SO4 lagi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
secara perlahan melalui dinding tabung reaksi dan didapatkan hasil berupa endapan
berwarna coklat kehitaman di dasar tabung reaksi dan terbentuk gas.

Pada uji ion kromat, Ion kromat berwarna kuning. Pada perlakuan (a), setelah
ditetesi dengan 2 tetes larutan kromat dan 1 tetes larutan AgNO3 larutan menjadi
berwarna oranye. Kemudian setelah penambahan 1 tetes HCl 4M pada lubang 1
larutan tetap berwrna oranye. Pada lubang 2 diteteskan HNO3 2M dan larutan juga
berwarna oranye. Lubang ketiga ditambah larutan NH4OH 4M dan larutan menjadi
berwarna oranye pekat. Pada perlakuan (b), identifikasi pertama dilakukan dengan
meneteskan tombal asetat dan ternyata ion kromat tidak larut dalam timbal asetat.
Selanjutnya penambahan HNO3 2M ke lubang kedua, menghasilkan larutan berwarna
oranye yang tidak larut. Kemudian pada lubang ketiga ditambahkan NaOH 2M dan
larutan yang dihasilkan berwarna kuning dan tidak terdapat endapan.

IX. Kesimpulan
Anion dalam larutan dapat diidentifikasi dengan menggunakan analisis
kualitatif. Hasil yang didapat beragam, mulai dari terbentuk gas, terbentuk endapan,
mapun perubahan warna.
DAFTAR PUSTAKA

Dwi, K. 2013. Metode analisis kualitatif untuk beberapa anion dan kation. Tersedia di
https://bisakimia.com/2013/06/07/metode-analisis-kualitatif-untuk-beberapa-kation
-dan-anion/ [Diakses pada 11 Oktober 2017).

Harjadi, W. 1990. Ilmu Analitik Dasar. Jakarta : PT Gramedia

Huda, M. 2014. Pengertian analisis kualitatif dan kuantitatif beserta jenis-jenisnya.


Tersedia di http://mystupidtheory.com/pengertian-analisis-kualitatif-dan/ [diakses
pada tanggal 11 Oktober 2017]

Mardiah, et al. 2015. Perubahan Kandungan Kimia Sari Rosela Merah dan Ungu hasil
Pengeringan menggunakan Metode Cabinet Dryer dan Fluidized Bedoryer. Jurnal
Teknologi Industri. Vol 25. no. 4.

Mulyadi, M. 2011. Penelitian Kuantitatif dan kualitatif serta Pemikiran Dasar


Menggabungkannya. Jurnal Studi Komunikasi dan Media. Vol. 15. No. 1 Hal :
130-131.

Rahmat, Pupu Saeful. 2009. Penelitian Kualitatif. Jurnal Equilibrium. Vol.5 No.9 Hal :
1-8.

Rohman, Abdul dan Ibnu Ghohib Gandjar. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.

Saputro, T. 2014. Laporan Kimia Identifikasi Anion dan Kation. Tersedia di


http://www.ilmuternal.com/2014/laporan-kimia-identifikasi-anion-dan.hml?m=1
[diakses pada 11 Oktober 2017].

Svehla, G. 1985. Vogel. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka.

Underwood, Al dan RA, Jr, Day. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai