Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA FARMASI

SEMESTER GANJIL 2017-2018

IDENTIFIKASI GARAM
Hari / Jam Praktikum : Rabu / 10.00-13.00 WIB

Tanggal Praktikum : 25 Oktober 2017

Kelompok : 12

Asisten : 1. Saqila Alifa

2. Fillah Muty Syahidah

NURHAYATI

260110170064

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2017
IDENTIFIKASI GARAM

I. Tujuan

Mengidentifikasi kation dan anion dalam senyawa garam

II. Prinsip

II.1 Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif merupakan analisis identifikasi elemen,spesies


dan/atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel yang berkaitan
dengan cara mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang dituju
dalam suatu sampel (Gandjar dan Rohman, 2007).

II.2 Kation

Kation adalah ion bermuatan positif yang dapat diklasifikasikan ke


dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap
beberapa reagensia (Svehla,1985).

II.3 Anion

Anion merupakan ion yang mempunyai muatan negatif, ion ini


terjadi akibat atom netral yang menerima elektron (Aplrialdi, 2017).

III. Reaksi

III.1 Identifikasi Kation Natrium (Na+)

2Na + 2H2O → 2Na+ + 2OH- + H2 ↑ (Svehla,1985).

III.2 Identifikasi Anion Nitrit (NO2-)

NO2- + H+ → HNO2

(2HNO2 → H2O +N2O3)

3HNO2 → H2O + HNO3 + 2NO ↑

2NO ↑ + O2 ↑ → 2NO2 ↑ (Svehla,1985).


IV. Dasar Teori

Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi


elemen, spesies dan senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel
dengan cara mengidentifikasi ada atau tidaknya suatu analit yang
dituju dalam suatu sampel (Gandjar dan Rohman, 2007). Analisis
kualitatif juga merupakan metode analisa yang berkaitan dengan
identifikasi zat-zat kimia seperti mengenali unsur atau senyawa yang ada
dalam suatu sampel (Underwood, 2002). Dengan kata lain penelitian
dengan menggunakan metode kualitatif menghasilkan data deskriptif
berupa apa saja yang dapat dilihat atau dirasakan oleh panca indra dan
akan mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum (Rahmat, 2009).

Kation adalah ion yang bermuatan poritif yang dapat


diklasifikasikan ke dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation
tersebut terhadap beberapa reagensia, seperti asam klorida, hidrogen
sulfida, ammonium sulfida, dan ammonium karbonat. Klasifikasi ini
didasarkan atas perbedaan kelarutan. seperti ada atau tidaknya endapan
yang terbentuk ketika kation ini direaksikan dengan reagensia tersebut.
kelima golongan ini adalah

Golongan I, kation yang membentuk endapan dengan asam klorida


encer. Contohnya, Timbal (II), Merkurium (I) dan perak.

Golongan II, kation yang membentuk endapan dengan hidrogen sulfide


dalam suasana asam mineral encer. Contohnya, arsenik (III), arsenik
(V), merkurium (II), tembaga, bismut, kadmium, stibium (III), stibium
(V), timah (II), timah (III) dan timah (IV).

Golongan III, kation yang membentuk endapan dengan ammonium


sufida dalam suasana netral atau amoniarkal. Contohnya kobalt (II),
nikel (II), besi (II), besi (III), kromium (III), aluminium, zink, dan
mangan (II).
Golongan IV, kation yang membentuk endapan dengan ammonium
karbonat dengan adanya ammonium klorida dalam suasana netral atau
sedikit asam. Contohnya, kalsium, barium, dan stronsium.

Golongan V, kation ini merupakan kation-kation yang umum dan tidak


bereaksi dengan reagensia-reagensia golongan sebelumnya. Contohnya
adalah amonium, natrium, magnesium, kalium, litium, dan hidrogen
(Svehla, 1985).

Anion adalah ion bermuatan negatif yang dapat dipisahkan ke


dalam golongan-golongan utama bergantung pada kelarutan garam
perak, garam kalsium, garam barium, dan garam zinknya. Pada
hakikatnya proses yang digunakan untuk mengklasifikasi anion terbagi
ke dalam dua kelas yaitu :

Kelas A, kelas anion yang dalam prosesnya melibatkan identifikasi


produk-produk yang mudah menguap dan diperoleh pada pengolahan
dengan asam-asam. Kelas ini dapat diidentifikasi dengan adanya gas
yang dilepaskan akibat reaksi dengan HCl atau H2SO4 encer dan
akibat reaksi dengan H2SO4 pekat.

Kelas B, kelas anion yang dalam prosesnya bergantung pada reaksi-


reaksi dalam larutan seperti reaksi pengendapan, reaksi oksidasi dan
reaksi reduksi dalam larutan (Svehla, 1985).

Penyebab pengidentifikasian anion dengan metode kualitatif adalah


karena jenis penelitian ini menghasilkan penemuan yang tidak dapat
dicapai atau diperoleh dengan menggunakan prosedur statistik atau
kuantifikasi (pengukuran), maka dari itu penelitian ini membutuhkan
pengamatan secara langsung perubahan apa saja yang terjadi ketika
suatu anion direaksikan dengan berbagai reagensia (Mulyadi, 2011).
V. Alat, Bahan, dan Sampel

V.1Alat

a. Bunsen

b. Kawat Ni-Cr

c. Pipet tetes

d. Plat tetes

e. Spatula

f. Tabung Reaksi

V.2Bahan

a. Amonium Karbonat (NH4)2CO3

b. Asam Klorida (HCl) 1 M

c. Asam Sulfat (H2SO4) 4 M

d. Aquadest

a. Bunsen b. Kawat Ni-Cr c. Pipet tetes


d.

Plat tetes e. Spatula f. Tabung Reaksi

VI. Prosedur

VI.1 Identifikasi Kation

VI.1.1 Uji Organoleptis

Sampel garam diamati bentuk, warna dan baunya


kemudian dicatat hasil pengamatan terhadap bentuk fisik
kristalnya.

VI.1.2 Uji Kelarutan

Beberapa sampel garam dimasukkan ke dalam tabung


reaksi, kemudian ditambahkan beberapa ml aquadest dan
diamati perubahan yang terjadi. setelah itu larutan garam
tersebut ditambahkan beberapa tetes larutan asam klorida
(HCl) 1 M dan diamati perubahan yang terjadi. Selanjutnya
ditambahkan beberapa tetes larutan ammonium karbonat
(NH4)2CO3 dan diamati perubahan pada larutan yang terjadi.

VI.1.3 Flame Test

Sumbu bunsen dinyalakan menggunakan korek api,


kemudian kawat Ni-Cr disiapkan dan dicelupkan ke dalam
larutan asam klorida (HCl). Selanjutnya kawat Ni-Cr yang
telah dicelupkan dengan asam klorida (HCl) tersebut dibakar
diatas nyala api Bunsen hingga berwarna merah. kemudian
kristal garam sampel diambil menggunakan ujung Kawat Ni-
Cr yang berbentuk bulat. kemudian sampel dibakar diatas api
bunsen dengan bantuan kawat Ni-Cr. Terakhir diamati
perubahan warna nyala api pada bunsen.

VI.2 Identifikasi Anion

Beberapa sampel garam dimasukkan ke dalam tabung


reaksi, kemudian ditambahkan beberapa ml aquadest dan diamati
perubahan yang terjadi. Selanjutnya larutan sampel garam
ditambahkan beberapa tetes asam sulfat (H2SO4) 4 M dan diamati
gas yang terbentuk dari larutan sampel di dalam tabung reaksi
tersebut.

VII. Data Pengamatan

VII.1 Identifikasi Kation

7.1.1 Uji Organoleptis

No Perlakuan Hasil

1. Sampel garam diamati Sampel garam memiliki bentuk


bentuk, warna dan baunya. seperti kristal, berwarna putih
kekuningan dan tidak berbau.

7.1.2 Uji Kelarutan

No Perlakuan Hasil
1. Beberapa sampel garam Sampel garam telah berada di
dimasukkan ke dalam dalam tabung reaksi
tabung reaksi
2. Sampel garam ditambahkan Sampel larut sempurna di dalam
beberapa ml aquadest aquadest

3. Larutan sampel Tidak ada endapan yang terjadi.


ditambahkan beberapa tetes sampel larut dalam HCl dan
asam klorida (HCl) 1 M terdapat gelembung-gelembung
kecil

4. Larutan sampel Tidak ada endapan. sampel larut


ditambahkan beberapa tetes dalam amoium karbonat (NH4)2CO3
larutan ammonium karbonat dan terbentuk gas yang keluar dari
(NH4)2CO3 tabung.

7.1.3 Flame Test

No Perlakuan Hasil

1. Menyalakan bunsen Bunsen telah menyala


menggunakan korek api
2. Kawat Ni-Cr dicelupkan ke Kawat Ni-Cr telah terlumuri HCl
dalam HCl seluruhnya
3. Kawat Ni-Cr dibakar di atas Kawat Ni-Cr telah berwarna merah
bunsen hingga berwarna dalam beberapa detik
merah.
4. Sampel garam dibakar diatas Nyala api menunjukkan warna
bunsen dengan menggunakan kuning terang.
kawat Ni-Cr

7.2 Identifikasi Anion

No Perlakuan Hasil
1. Beberapa sampel garam Sampel garam telah berada di
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dalam tabung reaksi

2. Sampel ditambahkan beberapa ml Sampel garam larut sempurna


aquadest dalam aquadest

3. Sampel garam ditambahkan asam Terbentuk gas berwarna kuning


sulfat (H2SO4) 4 M kecoklatan.

VIII. Pembahasan

VIII.1 Identifikasi Kation dalam Sampel Garam

Analisis pertama yang dilakukan dalam menguji ion suatu


garam yaitu menguji secara organoleptis, yaitu dengan cara melihat
bentuk fisik sampel, bau, dan warnanya. Sampel yang dianalisis ini
berbentuk seperti kristal dan berwarna putih kekuningan tetapi
tidak berbau. Kemudian langkah selanjutnya adalah uji kelarutan
untuk memisahkan ke dalam golongan-golongan ionnya yaitu
dengan terlebih dahulu melarutkan sampel garam dengan beberapa
ml aquadest. Aquadest ini dipilih sebagai pelarut karena aquadest
adalah produk hasil distilasi yang mengalami pemurnian berkali-
kali sehingga dapat melarutkan berbagai senyawa. Aquadest juga
termasuk pelarut yang umum dan netral, dari hasil analisis ini
sampel yang dilarutkan dalam aquadest larut sempurna. Dengan
demikian ada beberapa kemungkinan bahwa sampel ini salah
satunya mengandung ion golongan nitrat. karena sesuai teori
kelarutan, semua garam nitrat larut dalam air (Svehla,1985).

Langkah kedua yaitu menambahkan beberapa tetes asam


klorida (HCl) 1 M. hasil yang didapat adalah sampel tidak
membentuk endapan atau larut dalam HCl dan terdapat sedikit
gelembung-gelembung kecil. gelembung-gelembung kecil ini
menandakan adanya suatu gas oksigen hasil dari reaksi salah satu
ion yang ada di dalam sampel. Karena sampel larut dalam HCl
maka kation ini bukan termasuk golongan I (Svehla,1985).

Dari hal tersebut maka perlu ditambah reagensia


selanjutnya untuk menentukan golongan agar dapat dilakukan uji
secara spesifik dengan cara menambahkan reagensia golongan
selanjutnya yaitu hidrogen sulfida (H2S) dan ammonium sulfida
[(NH4)2S]. Namun karena reagensia ini tidak tersedia maka
langsung ditambahkan dengan reagensia uji golongan IV yaitu
ammonium karbonat [(NH4)2CO3]. Hasil pengujian sampel dengan
ammonium karbonat adalah sampel larut kembali dan terbentuk gas
yang keluar dari dalam tabung reaksi. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa kation yang berada dalam sampel bukan termasuk kation
golongan IV. Artinya sampel ini termasuk kation golongan sisa
atau golongan V karena tidak mengendap dengan uji penambahan
reagensia-reagensia diatas (Svehla,1985). Sedangkan gas yang
terbentuk disebabkan oleh hasil reaksi antara salah satu ion dalam
sampel dengan ammonium karbonat ini menghasilkan karbon
dioksida (CO2).

Setelah uji penggolongan telah dilakukan dengan metode


kelarutan dengan reagensia-reagensianya dan di dapat hasil bahwa
kation dalam sampel garam ini termasuk ke dalam golongan V,
maka akan dilakukan uji spesifik kation golongan V yaitu dengan
cara Flame Test untuk menentukan jenis kation apa yang
sebenarnya terdapat dalam sampel garam ini. Langkah pertama
yang dilakukan dalam uji flame test adalah mencelupkan kawat Ni-
Cr dengan larutan HCl yang kemudian dibakar diatas api bunsen,
hal ini bertujuan agar kawat Ni-Cr tidak terkontaminasi dengan zat
lain yang dapat menyebabkan uji flame test mengalami ketidak
akuratan hasil. Untuk memastikan kawat-Ni-Cr sudah terbebas dari
zat-zat lain tersebut yaitu ditandai dengan warna merah pada kawat
Ni-Cr saat dibakar diatas api bunsen dan warna tersebut tidak
berubah lagi.

Langkah selanjutnya adalah sampel yang diuji diambil


menggunakan kawat Ni-Cr lalu dibakar diatas api bunsen.
Perubahan warna yang terjadi pada warna nyala bunsen yang tak
cemerlang yaitu kuning terang hal ini disebabkan oleh uap garam
kation yang kemudian membentuk warna kuning terang pada nyala
api, dengan hal ini maka kation dalam garam sampel ini adalah ion
natrium (Na+). Karena ion natrium menimbulkan warna kuning
terang saat uji flame test (Svehla,1985).

VIII.2 Identifikasi Anion dalam Sampel Garam

Beberapa sampel garam yang berbentuk serbuk atau kristal


dilarutkan terlebih dahulu menggunakan aquadest. Hal ini
bertujuan agar saat direaksikan dengan reagensia menjadi lebih
cepat bereaksi. Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah
menambahkan beberapa tetes larutan asam sulfat sebagai reagensia
pertama yang diuji untuk menjawab pendugaan apakah sampel
garam ini termasuk golongan acid volatile atau bukan karena sesuai
teori bahwa golongan acid volatile ketika direaksikan dengan suatu
asam akan membentuk gas dan/atau berbau khas. Dari hasil
penambahan reagensia asam sulfat ini larutan sampel garam
mengeluarkan gas berwarna kuning kecoklatan hal ini cukup
menjawab pendugaan diatas bahwa anion dalam sampel garam ini
termasuk golongan acid volatile. karena pada reaksi terbentuk gas,
maka anion yang ada di dalam sampel garam ini adalah mungkin
ion nitrit (NO2-) atau nitrat (NO3-) karena gas coklat dapat terbentuk
jika ada reaksi antara ion nitrogen dengan oksigen diudara yang
menyebabkan uap nitrogen dioksida dilepaskan ke atas. hal ini
sesuai reaksi dibawah ini :
2NO ↑ + O2 ↑ → 2NO2 ↑ (Svehla,1985).

Namun perlu diidentifikasi lagi bahwa menurut teori, asam sulfat


encer tidak memberi reaksi apa-apa pada ion nitrat. karena ion
nitrat hanya dapat bereaksi dan membentuk uap berwarna coklat
jika nitrat tersebut dipanaskan bersama dengan reagensia.
sedangkan saat uji ini reagensia asam sulfat dalam kondisi dingin,
sehingga dapat disimpulkan gas coklat yang berbau menyengat dan
menusuk tersebut adalah hasil dari pelepasan gas nitrogen dioksida
dari ion nitrit (NO2-).

IX. Kesimpulan

1. Kation dan anion dalam senyawa garam telah diidentifikasi dan


didapatkan hasil bahwa sampel garam pada tabung 2 mengandung
ion natrium (Na+) sebagai kation dan ion nitrit (NO 2-) sebagai
anionnya.

Daftar Pustaka

Aprialdi, A. 2017. Kimia : Kation dan Anion Lengkap (Pengertian Kation


dan Anion, Contoh Kation dan Anion dan Identifikasi Kation dan
Anion). Diakses secara online di
www.pandaibelajar.com/2017/05/kimia-kation-dan-anion-
lengkap.html?m=1. [Diakses pada tanggal 27 Oktober 2017].
Gandjar, I.G dan Rohman, A.2007. Kimia Farmasi Analisis.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Mulyadi, M.2011.Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif serta Pemikiran Dasar
Menggabungkannya.Jurnal Studi Komunikasi dan Media.Vol 15.No
1. Hal 130-131.
Rahmat, P.S.2009.Penelitian Kualitatif.Jurnal Equilibrium.Vol 5. No 9.Hal
1-8.
Svehla,G.1985.Analisis Anorganik Kualitatif Mikro dan Semimikro.Jakarta:
PT Kalman Media Pustaka.
Underwood,A.L.2002.Analisis Kimia Kuantitatif.Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai