Anda di halaman 1dari 46

FARINGITIS KEL.

1
1. Sunani 260110180002
2. Maya Andani 26011080003
3. Asilla M.R.K 260110180004
4. Nyai Ayu S.S.P.H 260110180005
5. Kaila Keyshia M 260110180006
1.
Definisi, Penyebab,
Tanda, dan Gejala
Faringitis
DEFINISI
Inflamasi nfeksi dari membran
mukosa faring atau dapat juga
tonsilopalatina. Faringitis akut
biasanya merupakan bagian dari
infeksi akut orofaring yaitu
tonsilofaringitis akut atau bagian
dari influenza (rinofaringitis).


3
(Departemen Kesehatan, 2007)
DEFINISI
Infeksi pada faring yang
disebabkan oleh virus atau bakteri,
yang ditandai oleh adanya nyeri
tenggorokan, faring eksudat dan
hiperemis, demam, pembesaran
kelenjar getah bening leher dan
malaise.


4

(Vincent, 2004).
ANATOMI FISIOLOGI
Faring merupakan suatu
tempat diantara rongga
mulut dan esofagus yang
berfungsi dalam proses
menelan makanan.
(Wijayakusuma, 2004).

5
ANATOMI FISIOLOGI
Faring dibagi menjadi 3
bagian:
1. Nasofaring: bagian
tertinggi yang berfungsi
dalam proses pernafasan
dan ikut menentukan
kualitas suara yang
dihasilkan oleh faring.

(Herawati & Rukmini, 2004).


6
ANATOMI FISIOLOGI

Faring dibagi menjadi 3


bagian:
2. Orofaring: bagian ke
arah depan berhubungan
dengan rongga mulut yang
berfungsi dalam proses
pernafasan dan dalam
proses menelan.

(Herawati & Rukmini, 2004)


7
ANATOMI FISIOLOGI
Faring dibagi menjadi 3
bagian:
3. Laringofaring: bagian
bawah yang terbuka ke
arah depan yang
berdekatan dengan laring
yang berfungsi dalam
proses pernafasan dan
menelan.

(Herawati & Rukmini, 2004)


8
PATOFISIOLO
GI

Faringitis dapat disebabkan oleh virus (40-


60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma,
iritan, dll.
(Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2013)

9
PATOFISIOLOGI
- Virus yaitu Rhinovirus, Adenovirus, Parainfluenza,
Coxsackievirus, Epstein –Barr virus, Herpes virus.
- Bakteri yaitu, Streptococcus ß hemolyticus group A,
Chlamydia, Corynebacterium diphtheriae, Hemophilus
influenzae, Neisseria gonorrhoeae.
- Jamur yaitu Candida jarang terjadi kecuali pada
penderita imunokompromis yaitu mereka dengan HIV
dan AIDS, Iritasi makanan yang merangsang sering
merupakan faktor pencetus atau yang memperberat

10
(Departemen Kesehatan, 2007)
PATOFISIOLOGI
Pada faringitis yang disebabkan oleh
infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara
langsung menginvasi mukosa faring dan
akan menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman
akan menginfiltrasi lapisan epitel, lalu
akan mengikis epitel sehingga jaringan
limfoid superfisial bereaksi dan akan
terjadi pembendungan radang dengan
infiltrasi leukosit polimorfonuklear
11 (Bailey, 2006; Adam, 2009)
PATOFISIOLOGI

Pada stadium awal terdapat hiperemis,


kemudian edema dan sekresi yang meningkat.
Pada awalnya eksudat bersifat serosa tapi
menjadi menebal dan kemudian cenderung
menjadi kering dan dapat melekat pada dinding
faring. Dengan keadaan hiperemis, pembuluh
darah dinding faring akan melebar.

12 (Bailey, 2006; Adam, 2009)


PATOFISIOLOGI

Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau


abu-abu akan didapatkan di dalam folikel atau jaringan
limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak
pada dinding faring posterior atau yang terletak lebih ke
lateral akan menjadi
meradang dan membengkak.

(Bailey, 2006; Adam, 2009)


13
TANDA &
GEJALA
1. FARINGITIS VIRAL
Gejala dan tanda diantaranya demam
disertai rinorea, mual, nyeri tenggorokan,
dan sulit menelan, faring dan tonsil
hiperemis, beberapa terdapat eksudat
pada faring, dan ada pula yang terkena
limfadenopati akut di leher dan pasien
yang tampak lemah

(Kemenkes RI, 2014).


14
TANDA &
GEJALA
2. FARINGITIS BAKTERIAL
Gejala dan tanda diantaranya nyeri
kepala yang hebat, muntah, kadang
kadang disertai demam dengan suhu
yang tinggi, jarang disertai batuk. Pada
hasil pemeriksaan tampak tonsil
membesar, faring dan tonsil hiperemis
dan terdapat eksudat di permukaannya,
timbul bercak pada palatum dan faring,
dll.
(Kemenkes RI, 2014).
15
TANDA &
GEJALA
3. FARINGITIS FUNGAL
Gejala dan tanda diantaranya nyeri
tenggorokan dan nyeri menelan, pada
hasil pemeriksaan terdapat plak putih di
orofaring dan mukosa faring lainnya yang
hiperemis.

(Kemenkes RI, 2014).

16
Diagnosis
Faringitis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
bila diperlukan ( Kemeskes RI, 2014).

18
1.Anamnesis

19
• Awal sakit didapatkan demam, sakit
tenggorok & anoreksia.
• Bisa didapatkan nyeri kepala, mual, muntah,
kelemahan & nyeri perut.
• Sebelumnya ada riwayat kontak dg penderita
faringitis.

20
2. Pemeriksaan Fisik
• Eksudat dan kemerahan pada tonsil
• Bercak kemerahan pada palatum molle,
tampakan lidah seperti stroberi dengan papila
yang merah dan lidah yang keputihan
• Limfadenopati servikal
• Pada pemeriksaan paru, dapat ditemukan
beberapa tanda klinis pada pasien dengan
riwayat demam reumatik, yaitu
pembengkakan sendi, nyeri, nodul subkutan,
eritema marginatum, 22atau murmur jantung
(Kazi et al, 2006).
23
3.Pemeriksaan Penunjang
• GAS Culture
• Rapid antigen detection test

24
1. GAS Culture
• Apusan tenggorok yang adekuat pada area tonsil
diperlukan untuk menegakkan adanya Group A
Streptoccocus.
• Diambil apusan dari dinding faring posterior dan
regio tonsil, lalu diinokulasikan pada media agar
darah domba 5% dan piringan basitrasin
diaplikasikan, kemudian ditunggu selama 24 jam.
• Hasil postitif menunjukkan adanya kolonisasi
kronik dari Group A Streptoccocus
(Kazi, et al, 20016).
25
2. Rapid Antigen Detection Test
Untuk mendeteksi antigen Streptoccocus grup A (rapid
antigen detection test).
• Termasuk ke dalam metode immunoassay
menggunakan teknik IEA, dimana akan ditemukan gas
dalam tenggorokan
• Metode uji cepat ini mempunyai sensitivitas dan
spesifisitas yang cukup tinggi (sekitar 90% dan 95%)
• hasilnya dapat diketahui dalam 10 menit, sehingga
metode ini setidaknya dapat digunakan sebagai
26
pengganti pemeriksaan kultur (Kazi, et al, 2006).
Apabila terapi
wanita tersebut
alergi terhadap
penisilin
( Depkes RI, 2005 )

28
Depkes RI.2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan.
Tersedia online di binfar.kemkes.go.id [ Diakses pada tanggal 19 November 2019 ]
Untuk pasien yang memiliki alergi
terhadap obat golongan penicillin dapat
diberikan terapi dengan obat golongan
makrolid yaitu eritromisin

29
Terapi yang
Disarankan
Terapi Pokok Penatalaksanaan
komprehensif penyakit faringitis akut,
yaitu:
1. Istirahat cukup
2. Minum air putih yang cukup
3. Berkumur dengan air yang hangat
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014)
31

More info on how to use this template at www.slidescarnival.com/help-use-presentation-template


This template is free to use under Creative Commons Attribution license. You can keep the Credits slide or mention SlidesCarnival and
other resources used in a slide footer.
Obat secara
topical:
Obat
Untuk Menjaga kumur
kebersihan mulut
antiseptik
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014)
Terapi Faringitis karena Virus
Obat secara Oral sistemik:
Anti virus metisoprinol (isoprenosine)
diberikan pada infeksi virus dengan dosis
60−100 mg/kgBB dibagi dalam 4−6 kali
pemberian/hari pada orang dewasa dan
pada anak kurang dari lima tahun
diberikan 50 mg/kgBB dibagi dalam 4−6
kali pemberian/hari.

”33
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014)
Untuk demam dan nyeri:
Parasetamol 250 atau 500 mg, 1 – 2 tablet 4 x
sehari jika diperlukan
Ibuprofen, 200 mg 1 – 2 tablet 4 x sehari jika
diperlukan.

(Kementerian
34 Kesehatan Republik Indonesia, 2014)
Terapi Faringitis
karena Bakteri a
Streptococcus
Bring the attention of your audience over a key concept using
icons or illustrations

35
36
Tujuan konseling :
Pengertian Konseling
Konseling adalah memberi Untuk meningkatkan
nasehat kepada pasien atau pengetahuan,
sebagai upaya membantu pemahaman, kesadaran
pasien memecahkan dan kepatuhan sehingga
masalah. Konseling yang di terjadi perubahan perilaku
lakukan apoteker dalam penggunaan obat
merupakan komponen dan menyelesaikan
“Pharmaceutical Care” masalah yang dihadapi
pasien.
(Depkes RI, 2007)
37 Kemenkes, 2014)
Tahapan Konseling :
1. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien.
2. Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan Obat melalui Three
Prime Questions, yaitu :
- Apa yang disampaikan dokter tentang Obat Anda?
- Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian Obat
Anda?
- Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan
setelah Anda menerima terapi Obat tersebut?
3. Menggali informasi lebih lanjut mengenai informasi obat kepada pasien.
4. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
penggunaan Obat.
5. Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien.
(Kemenkes, 2014)
38
ROLE
PLAY
39
Apoteker : “Selamat datang di apotek doxepin, ada yang bisa saya
bantu bu?”
Pasien : “Iya bu, saya ingin mengambil obat, ini resepnya.”
Apoteker : “Baik, mohon ditunggu sebentar ya bu…”
Apoteker : “Sebelumnya, perkenalkan bu saya Sunani selaku apoteker
yang menyiapkan obat untuk ibu. Apakah ini dengan Ny. Nana,
umur 25 tahun, dari Jatinangor?”
Pasien : “Iya betul, bu.”
Apoteker : “Sebelumnya, saya akan menjelaskan informasi mengenai
obat ini, apakah ibu bisa meluangkan waktunya sekitar 5 menit?”
Pasien : “Bisa, bu.”
Apoteker : “Sebelumnya keluhan apa yang ibu rasakan?”
Pasien : “Begini bu. Saya merasakan nyeri tenggorokan, sakit ketika
menelan, dan demam selama 2 hari.”

40
Apoteker : “Sebelum memeriksakan diri ke dokter, apakah ibu
mengonsumsi obat lain?”
Pasien : “Tidak saya tidak sedang mengonsumsi obat lain,”
Apoteker : “Baik. Apakah sebelumnya dokter sudah menjelaskan
informasi dari obat ini, bu?”
Pasien : “Iya, kata dokter obat ini untuk meredahkan keluhan yang
saya rasakan .“
Apoteker : “Oh gitu ya bu, ini dokter meresepkan obat Isoprenosine
untuk mengobati infeksi karena virus, sedangkan Paracetamol
dan Ibu Profen untuk pereda demam dan nyeri, dan Penicilin untuk
mengobati infeksi bakteri, obat-obat ini kadaluarsa pada bulan
November tahun 2022, dan obat ini harus disimpan pada suhu
ruangan,

41
jauh dari paparan cahaya matahari, dan jauh dari
jangkauan anak-anak, Apakah sebelumnya dokter sudah
menjelaskan mengenai cara pemakaian obat ini bu?”
Pasien : “Dokter hanya memberi tahu bahwa saya harus
menghabiskannya dan meminum tepat waktu serta berkala (rutin) jika
ingin sembuh.”
Apoteker : “Betul bu, isoprenosine diminum 4 kali dalam sehari setelah
makan, paracetamol dan ibu profen diminum 4 kali sehari jika
diperlukan, dan Penicilin diminum 4 kali sehari jadi untuk
meminumnya pagi, siang, sore, dan malam setelah makan, bisa bu?”
Pasien : “Insya Allah bisa, bu”
Apoteker : “Baik, apabila obat ini sudah habis tidak dapat dibeli lagi
tanpa resep baru dari dokter. Obat ini harus konsumsi hingga
habis meskipun ibu merasa sudah sembuh setelah beberapa hari
minum obat. Hal tersebut dilakukan untuk
42
mencegah kekambuhan penyakit. Apakah ibu memiliki
riwayat alergi obat?”
Pasien : “Saya memiliki riwayat alergi penicilin”
Apoteker : “Jika seperti itu, saya ganti Pencilin dengan Eritromisin ya
bu dengan cara penggunaanya sama saja bu, dapat
dimengerti bu?”
Pasien : “Iya, bu”
Apoteker : “Efek samping dari obat-obat ini, yaitu mual, muntah,
merasa tidak enak badan, lemas, lesu, tidak berenergi, sakit kepala,
dan keluhan lainya, apabila keluhan tersebut mengganggu aktivitas
ibu, segera hubungi dokter kembali ya bu dan apabila ibu lupa
meminum obat tersebut pada suatu waktu, maka di lewatkan saja
dan dilanjutkan untuk meminumnya pada jam berikutnya, sudah
paham apa ang saya sampaikan bu?”
Pasien : “Iya saya mengerti, bu”
43
Apoteker : “Apakah ibu bisa mengulang informasi yang saya
sampaikan, bu?”
Pasien : “Jadi, saya harus meminum obat-obat tersebut 4 kali dalam
sehari dan paracetamol dan ibu profen diminum jika perlu,
apabila saya lupa meminum obat pada suatu waktu, maka saya
harus melanjutkan ke jam berikutnya, tidak boleh membeli obat
tanpa resep dokter, apabila terdapat keluhan lain maka saya harus
menghubungi dokter.”
Apoteker : “Betul sekali bu, semoga cepat sembuh ya bu, apabila ada
pertanyaan lain bisa menghubungi kami, bu”
Pasien : “Baik bu, Terima Kasih”
Apoteker : “Sama-sama, bu”

44
DAFTAR PUSTAKA

45
DAFTAR PUSTAKA

46

Anda mungkin juga menyukai