Anda di halaman 1dari 55

MAKALAH ILMU DASAR KEPERAWATAN

PRINSIP-PRINSIP BIOKIMIA DAN GIZI

KELOMPOK 2

NAMA: 1. YARNI NABUASA

2. CITRA W.M DJAMI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, akan tetapi kami berusaha untuk
menyelesaikannya dengan baik.

Kritik dan saran yang di berikan sangat kami harapkan agar dapat membangun kami dalam
menyusun asuhan keperawatan berikut agar lebih baik.

Kupang,18 Agustus 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................4

A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Tujuan....................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
...........................................................................................................................................5

A. Biokimia................................................................................................................5
B. Gizi......................................................................................................................18
C. Angka kecukupan gizi.........................................................................................25
D. Kebutuhan gizi individu......................................................................................26
E. Penilaian status gizi ............................................................................................28

BAB III KESIMPULAN..............................................................................................32

A. Kesimpulan .........................................................................................................32
B. Saran ...................................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................33

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Biokimia berasal dari kata bio yang artinya organisme hidup dan kimia yaitu ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang prilaku dari bahan-bahan kimia. Biokimia adalah
ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi komponen selular, seperti protein, karbohidrat,
lipid, asam nukleat, dan biomolekul lainnya.

Penemuan-penemuan biokimia digunakan dalam berbagai bidang, mulai dari genetika


hingga biologi molekular serta pertanian dan kedokteran. Saat sekarang ini fokus utama
biokimia adalah memahami bagaimana molekul biologis menimbulkan proses-proses yang
terjadi dalam sel-sel hidup yang pada gilirannya sangat berhubungan dengan studi dan
pemahaman organisme.

Seorang perawat akan selalu berhubungan dengan pasien baik dalam keadaan sehat
ataupun sakit. Tugas perawat adalah meningkatkan status kesehatan pasien sehingga
mencapai stataus kesehatan yang optimal. Aspek yang paling penting untuk dapat
meningkatkan kesehatan manusia serta penyembuhan penyakit adalah dengan pemenuhan
kebutuhan gizi.

Biokimia dan gizi adalah dua hal penting yang arus diketahui dan di pahami oleh perawat
agar mampu membantu pasien mencapai status kesehatan yang optimal.

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip biokimia dalam tubuh manusia seperti metabolisme
karbohidrat,protein,lipid,purin,dan pirimidin
2. Untuk mengetahui dan memahami konsep tentang gizi seperti zat gizi makro dan
mikro,angka kecukupan gizi yang dianjurkan, kebutuhan gizi individu, penilaian status
gizi individu dan dasar-dasar diet klinik

4
3. Untuk menerapkan masalah keperawatan dengan menggunakan prinsip-prinsip biokimia
da gizi sebagai bagian pendekatan holistik keperawatan

BAB II

PEMBAHASAN

A. BIOKIMIA

Biokimia dapat diartikan sebagai ilmu kimia kehidupan yaitu ilmu yang mempelajari
tentang dasar kimia kehidupan (kata Yunani, bios berarti “kehidupan”). Biokimia merupakan
ilmu yang mempelajari tentang dasar kimia kehidupan. Sel merupakan unit struktural dan
fungsional dari system hidup. Hal ini membawa kita kepada definisi fungsional biokimia
sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari unsur-unsur kimia pembentuk sel hidup dan
dengan reaksi serta proses yang dijalaninya.

1. Metabolisme

Metabolisme (Bahasa Yunani, metabole = berubah) adalah reaksi-reaksi kimiawi untuk


mengubah zat-zat yang menghasilkan energi maupun memerlukan energi yang terjadi di
dalam sel-sel tubuh.

Metabolisme merupakan rangkaian reaksi kimia yang diawali oleh substrat awal dan
diakhiri dengan produk akhir, yang terjadi dalam sel. reaksi tersebut meliputi reaksi
penyusunan energi (anabolisme) dan reaksi penggunaan energi (katabolisme). Dalam reaksi
biokimia terjadi perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk yang lain, misalnya energi
kimia dalam bentuk senyawa Adenosin Trifosfat (ATP) diubah menjadi energi gerak untuk
melakukan suatu aktivitas seperti bekerja, berlari, jalan, dan lain-lain (Kistinnah, 2009).

2. Metabolisme Karbohidrat
a. Katabolisme Karbohidrat

5
Katabolisme karbohidrat adalaah proses penguraian atau pemecahan karbohidrat untuk
menghasilkan energi dalaam bentuk ATP. Proses kataabolisme yang menghasilkan energi ini
terjadi di dalam sel sehingga disebut respirasi internal(respirasi sel). Karbohidrat untuk
respirasi sel berupa gula heksosa, yaitu glukosa, glukosa akan dioksidasi (reaksi yang
memerlukan O2) untuk menghasilkan energi secara bertingkat melalui serangkaian reaksi
yang disebut reaksi aerob. Namun, jika persedian O2 di dalam sel tubuh kurang mencukupi,
akan terjadi respirasi anaerob.

1) Respirasi Aerob

Dibagi menjadi 4 tahap :

a) Glikolisis

Tempat : sitosol , Bahan : Glukosa

 Fosforilasi glukosa, terjadi pemindahan gugus fosfat dari ATP ke glukosa pada atom
C nomor 6 sehingga membentuk glukosa-6-fosfat. Senyawa ini akan memperoleh
energi bebas dari penguraian ATP menjadi ADP dengan bantuan enzim heksokinase.
 Glukosa-6-fosfat dikataalis oleh enzim fosfoglukoisomerase sehingga terbentuk
isomer fruktosa-6-fosfat.
 Fruktosa-6-fosfat mengikat fosfat yang dilepaskan ATP menjadi fruktsa-1,6-bifosfat.
Senyawa mendapat energi bebas dari penguraian ATP menjadi ADP untuk yang
kedua kalinya.
 Enzim aldolase menguraikan fruktosa-1,6-fosfat menjadi 2 senyawa beratom 3C,
yaitu dihidroksi aseton fosfat dan gliserildehida fosfat (PGAL)
 Enzim mengkatalis perubahan bolak-balik (reversible) antara kedua gula beratom 3C
tersebut
 Gliseraldehida fosfat dioksidaasi oleh transfer electron sehingga H+ ditambahkan ke
NAD+ yang membentuk NADH. Reaksi berlangsung secara eksergonik. Energi yang
dilepaskan kemudian digunakan untuk mengikat gugus fosfat yang selalu ada dalam
sitosol sehingga terbentuk 1,3-bifosfogliserat

6
 Gugus fosfat ditransfer ke ADP sehingga menghasilkan ATP. Sementara itu, gula
dirubah gula berubah menjadi 3-fosfogliserat
 Enzim fosfogliserautase merelokasi/memindahkan gugus fosfat sehingga terbentuk 2-
fosfogliserat
 Enzim enolase membentuk ikatan ganda dalam substrat dengan cara mengekstraksi
molekul air membentuk fosfoenolpiruvat (PEP)
 Reaksi terakhit glikolisis ini menghasilkan ATP dengan mentrasnfer gugus fosfat dari
PEP ke ADP sehingga PEP berubah menjadi asam piruvat ( beratom 3C)

Pada tahap ini, 1 molekul glukosa menghasilkan 2 molekul asam piruvat, 2 molekul
NADH (nikotinamide adenine dinucleotide). Sebenarnya 1 molekul glukosa menghasilkan 4
ATP, tetapi 2 molekul ATP diperlukan kembali dalam reaksi.

b) Dekarboksilasi oksidatif

Tempat : Matriks Mitokondria, Bahan : 2 Asam piruvat

Hasil : Asam piruvat (3 atom C) melepaskan 1 atom C dan berikatan dengan


oksigen membentuk CO2 .

 Asam piruvat (3 atom C) melepaskan 1 atom C dan berikatan dengan oksigen


membentuk CO2

 NAD+ berikatan dengan elektron membentuk NADH

 2 atom C asam piruvat bereaksi dengaan koenzim A membentuk Asetil ko-A

c) Siklus Krebs
Siklus Krebs terjadi di matriks mitokondria dan disebut juga siklus asam
trikarboksilat. Hal ini disebabkan siklus Krebs tersebut menghasilkan senyawa yang
mempunyai gugus karboksil, seperti asam sitrat dan asam isositrat.

Berikut ini tahapan-tahapan dari 1 kali siklus Krebs:

7
1. Asetil Ko-A (2 atom C) menambahkan atom C pada oksaloasetat (4 atom C) sehingga
dihasilkan asam sitrat (6 atom C).
2. Sitrat menjadi isositrat (6 atom C) dengan melepas H2O dan menerima H2O kembali.
3. Isositrat melepaskan CO2 sehingga terbentuk - ketoglutarat (5 atom C).
4. - ketoglutarat melepaskan CO2. NAD+ sebagai akseptor atau penerima elektron)
untuk membentuk NADH dan menghasilkan suksinil Ko-A (4 atom C).
5. Terjadi fosforilasi tingkat substrat pada pembentukan GTP (guanosin trifosfat) dan
terbentuk suksinat (4 atom C).
6. Pembentukan fumarat (4 atom C) melalui pelepasan FADH2.
7. Fumarat terhidrolisis (mengikat 1 molekul H2O) sehingga membentuk malat (4 atom
C).
8. Pembentukan oksaloasetat (4 atom C) melalui pelepasan NADH. satu siklus Krebs
tersebut hanya untuk satu molekul piruvat saja.

Sementara itu, hasil glikolisis menghasilkan 2 molekul piruvat (untuk 1 molekul glukosa).
Oleh karena itu, hasil akhir total dari siklus Krebs tersebut adalah 2 kalinya. Dengan
demikian, diperoleh hasil sebanyak 6 NADH, 2FADH2 dan 2ATP (ingat: jumlah ini untuk
katabolisme setiap 1 molekul glukosa).

d) Transfer electron

Rantai transpor elektron terjadi di bagian krista (membran dalam mitokondria). Pada
rantai transpor elektron, NADH dan FADH2 yang dihasilkan dalam glikolisis,,
dekarboksilasi oksidatif, dan siklus krebs akan membebaskan energi tinggi saat
melepaskan elektron dan H+

Mekanisme rantai transpor elektron sebagai berikut:

 NADH yang dihasilkan pada glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, dan siklus kreb,
melepas elektron dan H+ menjadi NAD+. NAD+ masuk kembali ke siklus reaksi.

 Elektron dari NADH ditransfer ke FMN (flavin mononucleotida) kemudian ke FeS


(protein besi sulfur)

8
 FADH2 yang dihasilkan pada siklus krebs melepaskan 2 elektron dan 2 H+ menjadi
FAD+.. FAD+ masuk kembali ke siklus krebs

 Elektron dari FADH2 ditransfer ke Fe*S (Protein besi sulfur)

 Elektron dari Fe*S ditransfer secara berturut-turut ke Q (ubikuinon/koenzim)

 Elektron dari Q selanjutnya ditransfer ke cyt (sitokrom), yaitu secara berurutan cyt b,
Fe*S, cyt c1, cyt c, cyt a, cyt a 3. Sitokrom mempunyai gugus heme dengan empat
cincin organik yang mengelilingi atom besi tunggal. Atom besi inilah yang
membebaskan elektron

 Tahap terakhir, cyt a3 mentransfer elektronnya ke oksigen, kemudian oksigen (12 O2 )


menangkap 2 H+ sehingga terbentuklah H2O

 Setiap perpindahan elektron akan dilepaskan energi yang digunakan oleh ADP untuk
mengikat Pi sehingga terbentuklah ATP

 Dalam reaksi redoks, ketika senyawa-senyawat mentransfer atau melepas elektron


dalam teroksidasi, namun menangkap elektron dalam keaadaan tereduksi.

2) Respirasi Anaerob/fermentasi

Respirasi anaerob adalah suatu proses pembebasan energi yang tersimpan dalam bahan
bakar organik (misalnya karbohidrat) melalui serangkaian reaksi tanpa menggunakan
oksigen.Reaksi pada respirasi anaerob tidak melibatkan oksigen sehingga melibatkan
senyawa tertentu seperti asam piruvat (3C) atau asetaldehida (2C) sebagai akseptor
(penerima) elektron terakhir dan mengikat H+.

a. Fermentasi alkohol

Fermentasi alkohol dilakukan oleh bakteri anaerob dan ragi (yeast). Fermentasi alkohol
dapat terjadi pada proses pembuatan minuman anggur (bir) dan tapai.

C6H12O6 → 2 C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP

9
Hasil fermentasi setiap 1 molekul glukosa, yaitu 2 etano, 2 CO2, dan 2 ATP.

b. Fermentasi Asam Laktat

Fermentasi asam laktat terjadi pada sel otot hewan dan manusia ketika kekurangan
oksigen. Eritrosit bersifat anaerob dan menghasilkan asam laktat karena tidak memiliki
mitokondria. Fermentasi ini juga sering digunakan dalam pembuatan keju dan yoghurt,
misalnya Sreptococus sp.

C6H12O6 (Glukosa) → 2 C3H6O3 (asam laktat) + 2 ATP (energi)

Anabolisme merupakan penyusunan senyawa kompleks organik dari senyawa-senyawa


organik membutuhkan sejumlah energi yang berasal dari cahaya atau dari reaksi kimia. Jika
sumber energinya berasal dari cahaya matahari disebut fotosintesis. Sedangkan, yang berasal
dari senyawa kimia disebut kemosintesis.

1. Fotosintesis

Reaksi fotosintesis dapat berlangsung dengan reaksi terang maupun gelap.

a) Reaksi Terang

 Memerlukan cahaya, Tempat : tilakoid, Hasil : ATP, NADPH2, O2

Mekanisme:

1) Aliran siklik

a) Cahaya masuk dan diserap oleh fotosistem I, sehingga elektron pada pusat
fotosistem I tereksitasi (terlempar). Kemudian diserap oleh akseptor primer.

b) Elekton dari akseptor primer ditransfer ke feredoksin → cytocrome kompleks →


plastocianin. Ketika elektron ditranspor dari cytocrome ke plastocianin terjadi
pelepasan energi. Karena adanya perbedaan energi antara cytocrome dengan
plastocianin

10
c) Elektron kembali ke fotosistem I

b) Aliran non siklik

a. Cahaya masuk dan diserap oleh fotosistem II, sehingga elektron pada pusat
fotosistem II tereksitasi (terlempar). Kemudian ditangkap oleh akseptor primer.

b. Kekurangan elektron pada fotosistem II akan diisi oleh elektron dari fotolisis air

c. Elektron dari akseptro primer ditranspor ke plastoquinon → cytocrome kompleks →


PC terjadi pelepasan energi

d. Elektron masuk ke fotosistem I → akseptor primer → Fd → NADP+

e. NADP+ berikatan dengan elektron dan H+ sehingga membentuk NADPH

b) Reaksi Gelap

Tidak memerlukan cahaya,, Tempat : stroma, Hasil : glukosa

Proses :

1. Fiksasi => RUBP + CO2 → Fosfogliserat

2. Reduksi => Fosfogliserat + ATP → 1,3 Bifosfogliserat

1,3 bifosfogliserat + NADPH2 → PGAL

3.Regenerasi RUBP => PGAL → Ribulosa Fosfat

Ribulosa fosfat → RUBP + ADP

2. Kemosintesis

Kemosintesi merupakan proses penyusunan bahan organik (karbohidrat) daro air dan
karbondioksida dengan menggunakan energi kimia.

11
a) Bakteri nitrifikasi, Contoh : bakteri nitrit ( Nitrococcus dan Nitrosomonas) dan bakteri
nitrat ( Nitrobacter dan bactoderma ).

2 NH3 ( Amonia) + 3 O2 → 2 HNO3 (Asam nitrit) + 2 H2O + Energi

2 HNO2 (Asam nitrit) + O2 → 2 HNO3 (Asam nitrat) + Energi

b) Bakteri belerang , Contohnya: Baggiatoa dan Thiosprillium

2 H2S + O2 → 2 S + 2 H2O + Energi

Jika cadangan hidrogen sulfide habis. Endapan sulfur akan dioksidasi menjadi asam
sulfat ( H2SO4).

2S + 2H2 + 3O2 → 2H2SO4 + Energi

3. Metabolisme lemak

Metabolisme Lemak Ada 3 fase:

 oksidasi: proses merubah asam lemak menjadi asetil Co-A


 Siklus Kreb: proses merubah asetil Co-A menjadi H
 Fosforilasi Oksidatif: proses mereaksikan H + O menjadi H2O + ATP

Metabolisme Lemak:

1. Di mulut, lemak mulai mengalami tahapan pencernaan, terjadi penyesuaian suhu


tertentu pada saat lemak dikunyah di mulut.
2. Pada lambung, lemak mengalami proses pencernaan dengan bantuan asam dan enzim
menjadi bentuk yang lebih sederhana.
3. Selanjutnya lemak akan memasuki hati, empedu, dan masuk ke dalam usus kecil.
4. Dari kantung empedu lemak akan bergabung dengan bile yang merupakan senyawa
yang penting untuk proses pencernaan pada usus kecil. Selanjutnya hasil pemecahan
tersebut akan diubah oleh enzim lipase pankreas menjadi asam lemak dan gliserol

12
5. Kelebihan lemak kemudian disimpan dalam tubuh, dan sebagai akan bergabung
dengan senyawa lain seperti fiber yang akan di keluarkan melewat usus besar.

13
4. Metabolisme Protein
1. Degradasi protein (makanan dan protein intraseluler)

menjadi asam amino

2. Oksidasi asam amino


3. Biosintesis asam amino
4. Biosintesis protein

Gambar Jalur metabolisme asam amino dalam siklus asam sitrat

Setiap asam amino didegradasi menjadi piruvat atau zat siklus asam sitrat lainnya
dan dapat menjadi prekrusor sintesis glukosa di hepar yang disebut glikogenik atau
glukoneogenik. Untuk beberapa asam amino seperti tirosin dan fenilalanin, hanya
sebagian dari rantai karbonnya yang digunakan untuk mensintesis glukosa karena sisa
rantai karbon di ubah menjadi asetil koa yang tidak dapat digunakan untuk sintesis
glukosa (Burnama, 2011).

Metabolisme protein menurut Suparyanto (2010) dalam Mulasari dan Tri (2013)
yaitu:

a. Penggunaan Protein Untuk Energi

14
 Jika jumlah protein terus meningkat → protein sel dipecah jadi asam amino untuk
dijadikan energi atau disimpan dalam bentuk lemak.
 Pemecahan protein jadi asam amino terjadi di hati dengan proses deaminasi atau
transaminasi.
 Deaminasi merupakan proses pembuangan gugus amino dari asam amino
sedangkan transaminasi adalah proses perubahan asam amino menjadi asam keto.
b. Pemecahan protein
 Transaminasi yaitu mengubah alanin dan alfa ketoglutarat menjadi piruvat dan
glutamate.
 Diaminasi yaitu mengubah asam amino dan NAD+ menjadi asam keto dan NH3.
NH3 merupakan racun bagi tubuh, tetapi tidak dapat dibuang oleh ginjal. Maka
harus diubah dulu menjadi urea (di hati) agar dapat dibuang oleh ginjal.
c. Ekskresi NH3
NH3 tidak dapat diekskresi oleh ginjal dan harus diubah dulu menjadi urea
oleh hati. Jika hati ada kelainan (sakit) maka proses pengubahan NH3 akan
terganggu dan akan terjadi penumpukan NH3 di dalam darah yang menyebabkan
terjadinya uremia. NH3 bersifat meracuni otak yang dapat menyebabkan koma.
Jika hati telah rusak maka disebut koma hepatikum.
d. Pemecahan protein
Deaminasi maupun transaminasi merupakan proses perubahan protein
menjadi zat yang dapat masuk ke dalam siklus Krebs. Zat-zat yang dapat masuk
adalah alfa ketoglutarat, suksinil Ko-A, fumarat, oksaloasetat, dan sitrat.
e. Siklus krebs
Siklus ini merupakan proses perubahan asetil Co-A menjadi H dan CO2.
Proses ini terjadi di mitokondria. Pengambilan asetil Co-A di sitoplasma dilakukan
oleh oksaloasetat. Proses pengambilan ini terus berlangsung sampai asetil Co-A di
sitoplasma habis. Oksalo asetat berasal dari asam piruvat. Jika asupan nutrisi
kekurangan karbohidrat maka juga akan kekurangan asam piruvat dan oksaloasetat.
f. Rantai respirasi
Hydrogen hasil utama dari siklus krebs ditangkap oleh carrier NAD menjadi
NADH. Hydrogen dari NADH ditransfer ke flavoprotein, quinon, sitokrom b,
sitokrom c, sitokrom a3, terus direaksikan dengan O2 membentuk H2O dan energy.

15
g. Fosforilasi oksidatif
Dalam proses rantai respirasi dihasilkan energy yang tinggi, energy tersebut
ditangkap oleh ADP untuk menambah satu gugus fosfat menjadi ATP.
h. Keratin dan kreatinin
Keratin disintesa di hati dari metionin, glisin, dan arginin. Dalam otot rangka
difosforilasi fosforilkreatin (simpanan energy). Fosforilkreatin dapat mejadi
kreatinin dan gerak urine.
5. Metabolisme Purin dan Pirimidin

Purin dan Pirimidin merupakan komponen utama DNA, RNA, koenzim (NAD,
NADP, ATP, UDPG). Inti purin dan pirimidin adalah inti dari senyawa komponen molekul
nukleotida asam nukleat RNA dan DNA. Contoh Pirimidin: (sitosin, urasil, timin) →
dimetabolisme jadi CO2 dan NH3. Sedangkan contoh Purin adalah Adenin dan Guanin. Di
metabolisme menjadi asam urat. Purin dan Pirimidin merupakan unsur yang nonesensial
secara dietetik artinya manusia dapat mensintesis nukleotida secara denovo (dari senyawa
intermediet anfibolik), meskipun tidak mengkonsumsi asam nuklea.

1. Reaksi Penyelamatan Mengubah Purin dan Nukleosidanya menjadi Mononukleotida

Reaksi ini jauh lebih sedikit memerlukan energi dibanding sintesis de novo. Mekanisme
yang lebih penting melibatkan fosforibolisasi oleh PRPP purin bebas (Pu) untuk membentuk
purin 5’-mononukleotida (Pu-RP).

Pu + PR-PP → PRP + PP

Dua fosforibosil transferase kemudian mengubah adenine menjadi AMP serta mengubah
hipoxantin dan guanin menjadi IMP atau GMP. Mekanisme penyelamatan kedua melibatkan
transfer fosforil dari ATP ke ribonukleosida purin (PuR):

PuR + ATP → PuR – P + ADP

Adenosin kinase mengatalisis fosforilasi adenosin dan deoksiadenosin menjadi AMP dan
dAMP, dan deoksisitidin kinase memfosforilasi deoksisitidin dan 2’-deoksiguanosin menjadi
dCMP dan dGMP.

16
Hepar sebagai tempat utama biosintesis nukleotida purin menyediakan purin dan
nukleotida purin untuk “diselamatkan” dan digunakan oleh jaringan-jaringan yang tidak
mampu membentuk kedua zat tersebut. Contohnya, otak manusia memiliki PRPP glutamil
amidotransferase dalam kadar yang rendah sehingga bergantung pada purin eksogen.

2. Umpan balik AMP dan GMP Meregulasi PRPP Glutamil Amidotransferase

Karena membutuhkan glisin, glutamine, turunn tetrahidrofolat, aspartat, serta ATP,


biosintesis IMP bermanfaat dalam regulasi biosintesis purin. Hal yang paling menentukan
laju biosintesis nukleotida purin de novo adalah konsentrasi PRPP, laju sintesis, pemakaian,
dan penguraiannya. Laju sintesis PRPP bergantung pada ketersedian ribose 5’-fosfat dan pada
aktivitas PRPP sitase, suatu enzim yang peka terhadap inhibisi umpan balik AMP, ADP,
GMP, dan GDP.

3. Reduksi ribonukleosida Difosfat Membentuk Deoksiribonukleosida Difosfat

Reduksi 2’-hidroksil ribonukleosida purin dan pirimidin yang dikatalis oleh kompleks
ribonukleotida reduktase membentuk deoksiribonukleotida difosfat (dNDP). Kompleks enzim
ini aktif hanya jika sel sedang aktif menyintesis DNA. Reduksi memerlukan tioredoksin,
reduktase, dan NADPH. Reduktan yang terbentuk yaitu tioredoksin terekdusi, dihasilkan oleh
NADPH tioredoksin redutase. Reduksi ribonukleosida difosfat (NDP) menjadi
deoksiribonukleosida difosft (dNDP) berada dibawah kontrol regulatorik yang rumit agar
tercapai produksi deoksiribonukleotida yang seimbang untuk sintesis DNA.

KATABOLISME PURIN

a. Adenosin → Inosin → Hiposantin → Santin → Asam Urat

b. Guanosin → Guanin → Santin → Asam Urat

c. Santin oksidase adalah enzim yang merubah santin → asam urat, enzim tsb banyak
terdapat di: hati, ginjal, usus halus

d. Penyakit Gout (pirai) ditandai oleh tingginya asam urat dalam tubuh, sehingga terjadi
penimbunan dibawah kulit berbentuk tophi.

17
KATABOLISME PIRIMIDIN

a. Sitosin → Urasil → Dihidrourasil → Asam β ureidopropionat → CO2 + NH3

b. Timin → Dihidrotimin → Asam β ureidoisobutirat → CO2 + NH3

c. Katabolisme pirimidin terutama berlangsung di hati

Biosintesis Purin dan Pirimidin

a) Purin

Sintesis purin terjadi di hati. Sintesis dari nukleotida purin dimulai dengan PRPP dan
mengarah ke penuh pertama terbentuk nukleotida, inosine 5′-monophosphate (IMP). jalur ini
adalah diagram di bawah ini. Basis purin tanpa terikat pada molekul ribosa terlampir adalah
Hipoxantina. Basis purin dibangun di atas ribosa dengan beberapa amidotransferase dan
reaksi transformylation. Sintesis IMP membutuhkan lima mol ATP, dua mol glutamin, satu
mol glisin, satu mol CO 2, satu mol aspartate dan dua mol formate. Para moieties formil
dilakukan pada tetrahydrofolate (THF) dalam bentuk N 5, N 10-methenyl-THFdan N 10-
formil-THF.

b. Pirimidin

Sintesis dari pirimidin kurang kompleks dibandingkan dengan purin, karena dasar jauh
lebih sederhana. Basis menyelesaikan pertama adalah berasal dari 1 mol glutamin, salah satu
mol ATP dan satu mol CO 2 (yang merupakan karbamoilfosfat) dan satu mol aspartate.
Sebuah mol tambahan glutamin dan ATP yang diperlukan dalam konversi UTP untuk CTP
adalah. Jalur biosintesis pirimidin yang digambarkan di bawah ini. Karbamoilfosfat
digunakan untuk sintesis nukleotida pirimidin berasal dari glutamin dan bikarbonat, dalam
sitosol, yang bertentangan dengan siklus karbamoil fosfat urea berasal dari amonia dan
bikarbonat dalam mitokondria. Reaksi siklus urea dikatalisis oleh sintetase karbamoilfosfat I
(CPS-I) sedangkan prekursor nukleotida pirimidin disintesis oleh CPS-II. karbamoilfosfat
kemudian kental dengan aspartat dalam reaksi dikatalisis oleh enzim yang membatasi laju
biosintesis nukleotida pirimidin, transcarbamoylase aspartate (ATCase).

18
6. Keseimbangan Asam dan Basa

Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi ion hidrogen yang
diproduksi setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang dikeluarkan oleh sel. Pada proses
kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molecular umumnya berhubungan dengan asam
lemah dan basa lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau ion OH- yang sangat
rendah. Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hidrogen. Walaupun produksi
akan terus menghasilkan ion hidrogen dalam jumlah sangat banyak, ternyata konsentrasi ion
hidrogen dipertahankan pada kadar rendah pH 7,4. Derajat keasaman (pH) darah manusia
normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan
keseimbangan asam dan basa agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan
optimal. Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni
paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam
pelepasan asam.

Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah:

 Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila pH > 7.45
 CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai komponen
asam. CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai normalnya adalah 40
mmHg.
 HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga sebagai
komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
 Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau berkurangnya
jumlah komponen basa.
 Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau berkurangnya
jumlah komponen asam.

1. Pengaturan Keseimbangan Asam dan Basa

Pengaturan keseimbangan ion hidrogen dalam beberapa hal sama dengan pengaturan ion-
ion lain dalam tubuh. Sebagai contoh, untuk mencapai homeostatis. Harus ada keseimbangan
antara asupan atau produksi ion hidrogen dan pembuangan ion hidrogen dari tubuh. Dan

19
seperti pada ion-ion lain, ginjal memainkan peranan kunci dalam pengaturan-pengaturan ion
hidrogen. Akan tetapi, pengaturan konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler yang tepat
melibatkan jauh lebih banyak daripada eliminasi sederhana ion-ion hidrogen oleh ginjal.
Terdapat juga banyak mekanisme penyangga asam basa yang melibatkan darah, sel-sel, dan
paru-paru yang perlu untuk mempertahankan konsentrasi ion hidrogen normal dalam cairan
ekstraseluler dan intraseluler. Dalam hal ini berbagai mekanisme yang turut membantu
mengatur konsentrasi ion hidrogen, dengan penekanan khusus pada kontrol sekresi ion
hidrogen ginjal dan reabsorpsi, produksi, dan ekskresi ion–ion bikarbonat oleh ginjal, yaitu
salah satu komponen kunci sistem kontrol asam basa dalam berbagai cairan tubuh.
Konsentrasi ion hidrogen dan pH cairan tubuh normal serta perubahan yang terjadi pada
asidosis dan alkalosis. Konsentrasi ion hidrogen darah secara normal dipertahankan dalam
batas ketat suatu nilai normal sekitar 0,00004 mEq/liter ( 40 nEq/liter ). Variasi normal hanya
sekitar 3 sampai 5 mEq/liter, tetapi dalam kondisi yang ekstrim, konsentrasi ion hidrogen
yang bervariasi dari serendah 10 nEq/liter sampai setinggi 160 nEq/liter tanpa menyebabkan
kematian. Karena konsentrasi ion hidrogen normalnya adalah rendah dan dalam jumlah yang
kecil ini tidak praktis, biasanya konsentrasi ion hidrogen disebutkan dalam skala logaritma,
dengan menggunakan satuan pH. pH berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen.3 pH
normal darah arteri adalah 7,4, sedangkan pH darah vena dan cairan interstetial sekitar 7,35
akibat jumlah ekstra karbondioksida (CO2) yang dibebaskan dari jaringan untuk membentuk
H2CO3. Karena pH normal darah arteri 7,4 seseorang diperkirakan mengalami asidosis saat
pH turun dibawah nilai ini dan mengalami alkolisis saat pH meningkat diatas 7,4. Batas
rendah pH dimana seseorang dapat hidup lebih dari beberapa jam adalah sekitar 6,8 dan batas
atas adalah sekitar 8,0.3 pH intraseluler biasanya sedikit lebih rendah daripada pH plasma
karena metabolisme sel menghasilkan asam, terutama H2CO3.3 Bergantung pada jenis sel,
pH cairan intraseluler diperkirakan berkisar antara 6,0 dan 7,4. Hipoksia jaringan dan aliran
darah yang buruk ke jaringan dapat menyebabkan pengumpulan asam dan itu dapat
menurunkan pH intraseluler. pH urin dapat berkisar dari 4,5 sampai 8,0 bergantung pada
status asam basa cairan ekstraseluler. Contoh ekstrim dari suatu cairan tubuh yang bersifat
asam adalah HCl yang diekskresikan kedalam lambung oleh oksintik ( sel-sel parietal ) dari
mukosa lambung.

20
2. Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan

Asam dan Basa Pengaturan keseimbangan asam basa diselenggarakan melalui koordinasi
dari 3 sistem:

1) Sistem Buffer

Sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang dengan segera bergabung
dengan asam atau basa untuk mencegah perubahan konsentrasi ion hidrogen yang berlebihan.
Sistem buffer ini menetralisir kelebihan ion hidrogen, bersifat temporer dan tidak melakukan
eliminasi. Fungsi utama sistem buffer adalah mencegah perubahan pH yang disebabkan oleh
pengaruh asam fixed dan asam organic pada cairan ekstraseluler. Sebagai buffer, sistem ini
memiliki keterbatasan yaitu:

 Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan ekstraseluler yang disebabkan karena


peningkatan CO2.
 Sistem ini hanya berfungsi bila sistem respirasi dan pusat pengendali sistem
pernafasan bekerja normal
 Kemampuan menyelenggarakan sistem buffer tergantung pada tersedianya ion
bikarbonat.

Ada 4 sistem buffer:

a) Buffer bikarbonat merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk


perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat
b) Buffer protein merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel
c) Buffer hemoglobin merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam
karbonat
d) Buffer fosfat merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.

Sistem dapat kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika


dengan buffer kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH
akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan kadar ion H
dalam darah akinat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian

21
mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal
mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan ion H dan
menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan amonia.
Proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme paru dan ginjal dalam
menunjang kinerja sistem buffer adalah dengan mengatur sekresi, ekskresi, dan absorpsi ion
hidrogen dan bikarbonat serta membentuk buffer tambahan (fosfat, ammonia). Untuk jangka
panjang, kelebihan asam atau basa dikeluarkan melalui ginjal dan paru sedangkan untuk
jangka pendek, tubuh dilindungi dari perubahan pH dengan sistem buffer. Mekanisme buffer
tersebut bertujuan untuk mempertahankan pH darah antara 7,35- 7,45.

2) Sistem Paru
Paru-paru, dibawah kendali medula otak, mengendalikan karbondioksida, dan karena itu
juga mengendalikan kandungan asam karbonik dari cairan ekstraseluler. Paru-paru
melakukan hal ini dengan menyesuaikan ventilasi sebagai respons terhadap jumlah karbon
dioksida dalam darah. Kenaikan dari tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri
(PaCO2) merupakan stimulan yang kuat untuk respirasi. Tentu saja, tekanan parsial
karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2) juga mempengaruhi respirasi. Meskipun
demikian, efeknya tidak sejelas efek yang dihasilkan oleh PaCO2. Pada keadaan asidosis
metabolik, frekuensi pernapasan meningkat sehingga menyebabkan eliminasi karbon
dioksida yang lebih besar (untuk mengurangi kelebihan asam). Pada keadaan alkalosis
metabolik, frekuensi pernapasan diturunkan, dan menyebabkan penahanan karbondioksida
(untuk meningkatkan beban asam).
3) Sistem Ginjal

Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal harus mengeluarkan anion asam
non volatile dan mengganti HCO3-. Ginjal mengatur keseimbangan asam basa dengan sekresi
dan reabsorpsi ion hidrogen dan ion bikarbonat. Pada mekanisme pemgaturan oleh ginjal ini
berperan 3 sistem buffer asam karbonat, buffer fosfat dan pembentukan ammonia. Ion
hidrogen, CO2, dan NH3 diekskresi ke dalam lumen tubulus dengan bantuan energi yang
dihasilkan oleh mekanisme pompa natrium di basolateral tubulus. Pada proses tersebut, asam
karbonat dan natrium dilepas kembali ke sirkulasi untuk dapat berfungsi kembali. Tubulus
proksimal adalah tempat utama reabsorpsi bikarbonat dan pengeluaran asam. Ion hidrogen
sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion bermuatan negative pada konsentrasi yang

22
sangat rendah. Pada kadar yang sangat rendahpun, ion hidrogen mempunyai efek yang besar
pada sistem biologi. Ion hidrogen berinteraksi dengan berbagai molekul biologis sehingga
dapat mempengaruhi struktur protein, fungsi enzim dan ekstabilitas membrane. Ion hidrogen
sangat penting pada fungsi normal tubuh misalnya sebagai pompa proton mitokondria pada
proses fosforilasi oksidatif yang menghasilkan ATP. Produksi ion hidrogen sangat banyak
karena dihasilkan terus meneru1s di dalam tubuh. Perolehan dan pengeluaran ion hidrogen
sangat bervariasi tergantung diet, aktivitas dan status kesehatan. Ion hidrogen di dalam tubuh
berasal dari makanan, minuman, dan proses metabolism tubuh. Di dalam tubuh ion hidrogen
terbentuk sebagai hasil metabolism karbohidrat, protein dan lemak, glikolisis anaerobik atau
ketogenesis.

3. Gangguan Keseimbangan Asam Basa


a. Asidosis Respiratorik

Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan


karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan
yang lambat. Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida
dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun
dan darah menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang
mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam. Asidosis
respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan karbondioksida secara adekuat.
Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru. Asidosis
respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan
gangguan terhadap mekanisme pernafasan. Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa
mengantuk. Jika keadaannya memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor
(penurunan kesadaran) dan koma. Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika
pernafasan terhenti atau jika pernafasan sangat terganggu; atau setelah berjam-jam jika
pernafasan tidak terlalu terganggu. Ginjal berusaha untuk mengkompensasi asidosis dengan
menahan bikarbonat, namun proses ini memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa
hari. Biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan pH darah dan pengukuran
karbondioksida dari darah arteri. Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk
meningkatkan fungsi dari paru-paru. Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa
diberikan kepada penderita penyakit paru-paru seperti asma dan emfisema. Pada penderita

23
yang mengalami gangguan pernafasan yang berat, mungkin perlu diberikan pernafasan
buatan dengan bantuan ventilator mekanik.

b. Asidosis Metabolik

Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan
rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem
penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah,
pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan
kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada
akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan
lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika
tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan
berakhir dengan keadaan koma. Penyebab asidosis metabolik dapat adalah:

1. Kelebihan produksi asam.


Pada asidosis diabetik atau asidosis laktak, produksi asam dapat melebihi kemampuan
ginjal untuk absorbsi dan ekskresi H+
2. Kurangnya cadangan dapar
Kehilangan ion HCO3 yang terbuang percuma melalui ginjal atau usus menyebabkan
hipokarbonatremia dana asidosis metabolik.
3. Kurangnya ekskresi asam.
Dapat terjadi pada penyakit ginjal kronik dimana ginjal gagal mengekskresikan asam
yang diproduksi secara normal.

Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya penderita
merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih
cepat, namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini. Sejalan dengan
memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa
mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin memburuk,
tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan kematian. Diagnosis asidosis
biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH darah yang diambil dari darah arteri
(arteri radialis di pergelangan tangan). Darah arteri digunakan sebagai contoh karena darah

24
vena tidak akurat untuk mengukur pH darah. Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan
pengukuran kadar karbon dioksida dan bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan
pemeriksaan tambahan untuk membantu menentukan penyebabnya. Misalnya kadar gula
darah yang tinggi dan adanya keton dalam urin biasanya menunjukkan suatu diabetes yang
tak terkendali. Adanya bahan toksik dalam darah menunjukkan bahwa asidosis metabolik
yang terjadi disebabkan oleh keracunan atau overdosis. Kadang-kadang dilakukan
pemeriksaan air kemih secara mikroskopis dan pengukuran pH air kemih. Pengobatan
asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai contoh, diabetes dikendalikan
dengan insulin atau keracunan diatasi dengan membuang bahan racun tersebut dari dalam
darah. Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis atau keracunan
yang berat. Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis ringan,
yang diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya. Bila terjadi
asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena, tetapi bikarbonat hanya
memberikan kesembuhan sementara dan dapat membahayakan.

c. Alkalosis Respiratorik

Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan
yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi
rendah. Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu
banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Alkalosis respiratorik
dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan
wajah. Jika keadaannya makin memburuk, bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.
Pengobatan diarahkan untuk memperbaiki ventilasi. Preparat farmakologi digunakan sesuai
indikasi. Sebagai contoh, bronkodilator membantu menurunkan spasme bronkhial, dan
antibiotik yang digunakan untuk infeksi pernapasan. Tindakan hygiene pulmonari dilakukan,
ketika diperlukan, untuk membersihkan saluran pernapasan dari mukus dan drainase pluren.
Hidrasi yang adekurat di indikasikan untuk menjaga membran mukosa tetap lembab dan
karenanya memfasilitasi pembuangan sekresi. Oksigen suplemen diberikan bila diperlukan.
Ventilasi mekanik, yang digunakan secara waspada dapat memperbaiki ventilasi pulmonari.
Penggunaan ventilasi mekanik yang tidak bijaksana dapat menyebabkan eksresi
karbondioksida yang demikian cepat sehingga ginjal tidak mampu untuk mengeliminasi
kelebihan biokarbonat dengan cukup cepat untuk mencegah alkalosis dan kejang. Untuk

25
alasan ini, kenaikan PaCO2 harus diturunkan secara lambat. Membaringkan pasien dalam
posisi semifowler memfasilitasi ekspansi dinding dada.

d. Alkalosis Metabolik

Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena
tingginya kadar bikarbonat. Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak
asam. Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah
yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung. Pada kasus
yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak
basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi
bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan
ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah. Penyebab utama akalosis
metabolik:

 Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)


 Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
 Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan
kortikosteroid).

Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot berkedut


dan kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang berat, dapat terjadi
kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang berkepanjangan (tetani). Biasanya
alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit (natrium dan kalium).
Pada kasus yang berat, diberikan amonium klorid.

7. Cairan Tubuh.
a. Pengertian cairan tubuh

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh.

26
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan, minuman, dan cairan intravena dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total
dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada
yang lainnya.

Dalam hal ini air merupakan bagian cairan tubuh terbesar pada tubuh manusia,
persentasenya dapat berubah tergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas
seseorang. Pada bayi usia < 1 tahun cairan tubuh adalah sekitar 80-85% berat badan dan pada
bayi usia > 1 tahun mengandung air sebanyak 70-75 %. Seiring dengan pertumbuhan
seseorang persentase jumlah cairan terhadap berat badan berangsur-angsur turun yaitu pada
laki-laki dewasa 50-60% berat badan, sedangkan pada wanita dewasa 50 % berat badan.
Perubahan jumlah dan komposisi cairan tubuh, yang dapat terjadi pada perdarahan, luka
bakar, dehidrasi, muntah, diare, dan puasa preoperatif maupun perioperatif, dapat
menyebabkan gangguan fisiologis yang berat. Jika gangguan tersebut tidak dikoreksi secara
adekuat sebelum tindakan anestesi dan bedah, maka resiko penderita menjadi lebih besar.
Seluruh cairan tubuh didistribusikan ke dalam kompartemen intraselular dan kompartemen
ekstraselular. Lebih jauh kompartemen ekstraselular dibagi menjadi cairan intravaskular dan
intersisial.

a) Cairan intraselular.
Cairan yang terkandung di antara sel disebut cairan intraselular. Pada orang dewasa,
sekitar duapertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di intraselular (sekitar 27 liter rata-
rata untuk dewasa laki-laki dengan berat badan sekitar 70 kilogram), sebaliknya pada bayi
hanya setengah dari berat badannya merupakan cairan intraselular.
b) Cairan ekstraselular.
Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular. Jumlah relatif cairan
ekstraselular berkurang seiring dengan usia. Pada bayi baru lahir, sekitar setengah dari
cairan tubuh terdapat di cairan ekstraselular. Setelah usia 1 tahun, jumlah cairan

27
ekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga dari volume total. Ini sebanding dengan
sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan berat rata-rata 70 kg.

Cairan ekstraselular dibagi menjadi :

 Cairan Interstitial.
Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial, sekitar 11- 12 liter
orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstitial. Relatif terhadap
ukuran tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir
dibandingkan orang dewasa.
 Cairan Intravaskular.
Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah (contohnya volume
plasma). Rata-rata volume darah orang dewasa sekitar 5-6 L dimana 3 liternya
merupakan plasma, sisanya terdiri dari sel darah merah, sel darah putih dan platelet.
 Cairan transeluler.
Merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu seperti
serebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan sekresi saluran
pencernaan. Pada keadaan tertentu, volume cairan transeluler adalah sekitar 1 liter,
tetapi cairan dalam jumlah banyak dapat masuk dan keluar dari ruang transeluler.

Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis zat yaitu elektrolit dan non elektrolit.

1. Elektrolit.

Merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghantarkan arus listrik. Elektrolit
dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Jumlah kation dan anion
dalam larutan adalah selalu sama (diukur dalam miliekuivalen).

 Kation.
Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na+), sedangka kation
utama dalam cairan intraselular adalah potassium (K+). Suatu sistem pompa terdapat
di dinding sel tubuh yang memompa keluar sodium dan potassium ini.

28
 Anion.
Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) dan bikarbonat
(HCO3-), sedangkan anion utama dalam cairan intraselular adalah ion fosfat.
Karena kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial pada intinya sama
maka nilai elektrolit plasma mencerminkan komposisi dari cairan ekstraseluler tetapi
tidak mencerminkan komposisi cairan intraseluler.
 Natrium.
Natrium sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan paling berperan di
dalam mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium plasma: 135-145mEq/liter.
Kadar natrium dalam plasma diatur lewat beberapa mekanisme:
- Left atrial stretch reseptor
- Central baroreseptor
- Renal afferent baroreseptor
- Aldosterone (reabsorpsi di ginjal)
- Atrial natriuretic factor
- Sistem renin angiotensin
- Sekresi ADH
- Perubahan yang terjadi pada air tubuh total (TBW=Total Body Water)
Kadar natrium dalam tubuh 58,5mEq/kgBB dimana + 70% atau 40,5mEq/kgBB
dapat berubah-ubah. Ekresi natrium dalam urine 100-180mEq/liter, faeces
35mEq/liter dan keringat 58mEq/liter. Kebutuhan setiap hari = 100mEq (6-15 gram
NaCl). Natrium dapat bergerak cepat antara ruang intravaskuler dan interstitial
maupun ke dalam dan keluar sel. Apabila tubuh banyak mengeluarkan natrium
(muntah, diare) sedangkan pemasukkan terbatas maka akan terjadi keadaan dehidrasi
disertai kekurangan natrium. Kekurangan air dan natrium dalam plasma akan diganti
dengan air dan natrium dari cairan interstitial. Apabila kehilangan cairan terus
berlangsung, air akan ditarik dari dalam sel dan apabila volume plasma tetap tidak
dapat dipertahankan terjadilah kegagalan sirkulasi.
 Kalium.
Kalium merupakan kation utama (99%) di dalam cairan ekstraseluler berperan
penting di dalam terapi gangguan keseimbangan air dan elektrolit. Jumlah kalium
dalam tubuh sekitar 53 mEq/kgBB dimana 99% dapat berubah-ubah sedangkan yang

29
tidak dapat berpindah adalah kalium yang terikat dengan protein didalam sel. Kadar
kalium plasma 3,5-5,0 mEq/liter, kebutuhan setiap hari 1-3 mEq/kgBB.
Keseimbangan kalium sangat berhubungan dengan konsentrasi H+ ekstraseluler.
Ekskresi kalium lewat urine 60-90 mEq/liter, faeces 72 mEq/liter dan keringat 10
mEq/liter.
 Kalsium
Kalsium dapat dalam makanan dan minuman, terutama susu, 80-90% dikeluarkan
lewat feces dan sekitar 20% lewat urine. Jumlah pengeluaran ini tergantung pada
intake (pemasukan), besarnya tulang, keadaan endokrin. Metabolisme kalsium sangat
dipengaruhi oleh kelenjar-kelenjar paratiroid, tiroid, testis, ovarium, da hipofisis.
Sebagian besar (99%) ditemukan didalam gigi dan + 1% dalam cairan ekstraseluler
dan tidak terdapat dalam sel.
 Magnesium
Magnesium ditemukan di semua jenis makanan. Kebutuhan unruk pertumbuhan +10
mg/hari. Dikeluarkan lewat urine dan faeces.
 Karbonat
Asam karbonat dan karbohidrat terdapat dalam tubuh sebagai salah satu hasil akhir
daripada metabolisme. Kadar bikarbonat dikontrol oleh ginjal. Sedikit sekali
bikarbonat yang akan dikeluarkan urine. Asam bikarbonat dikontrol oleh paru-paru
dan sangat penting peranannya dalam keseimbangan asam basa.
2. Non elektrolit

Merupakan zat seperti glukosa dan urea yang tidak terdisosiasi dalam cairan. Zat lainya
termasuk penting adalah kreatinin dan bilirubin. Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai
kompartmen terjadi karena adanya barier yang memisahkan kereka. Membran sel
memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan
cairan intersisial dengan plasma. Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan
volume cairan antar kompartmen. Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah
satu kompartmen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar kompartmen sehingga
terjadi keseimbangan kembali.

30
b. Sumber Cairan Tubuh.
Cairan pada tubuh kita, sebagaimana telah saya deskripsikan secara singkat di atas
bersumber dari:
 Air minum (1500-2000cc/hari).
 Air yang ada dalam makanan (700cc/hari).
 Air yang dihasilkan oleh proses metabolisme (200cc/hari).
c. Jenis-jenis Cairan Tubuh.
1. Darah

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua hewan tingkat tinggi yang berfungsi
mengirimkan zat-zat dan oksigen yang di butuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-
bahan kimia hasil metebolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau
bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato-
yang berasal dari bahasa Ayunani haima yang berarti darah.

Pada serangga, darah (atau lebih dikenal sebagai hemolimfe) tidak terlibat dalam peredaran
oksigen. Oksigen pada serangga diedarkan melalui sistem trakea berupa saluran-saluran yang
menyalurkan udara secara langsung ke jaringan tubuh. Darah serangga mengangkut zat ke
jaringan tubuh dan menyingkirkan bahan sisa metabolisme.

Pada hewan lain, fungsi utama darah ialah mengangkut oksigen dari paru-paru atau insang ke
jaringan tubuh. Dalam darah terkandung hemoglobin yang berfungsi sebagai pengikat
oksigen. Pada sebagian hewan tidak betulang belakang atau invertebrata yang berukuran
kecil, oksigen langsung meresap ke dalam plasma darah karena protein pembawa oksigennya
terlarut secara bebas. Hemoglobin merupakan protein pengangkut oksigen paling efektif dan
terdapat pada hewan- hewan bertulang belakang atau vertebrata. Hemosianin, yang berwarna
biru, mengandung tembaga, dan digunakan oleh hewan crustaceae. Cumi-cumi
menggunakan vanadium kromagen (berwarna hijau muda, biru, atau kuning orange).

2. Plasma Darah

Plasma darah adalah komponen cairan darah, dimana 55% dari jumlah volume darah
merupakan plasma darah. Plasma darah disiapkan oleh tuba darah segar yang berputar pada

31
sentrifugal sampai sel darah jatuh ke dasar tuba. Plasmapheresis adalah jenis terapi medikal
yang mengikutsertakan pemisahan plasma dari sel darah merah.

d. Fungsi Cairan Tubuh.


 Mengatur suhu tubuh.
Dalam hai ini bila kekurangan air suhu tubuh akan menjadi panas dan naik.
 Melancarkan peredaran darah.
Jika tubuh kekurangan cairan, maka darah akan mengental. Hal ini disebabkan cairan
dalam darah tersedot untuk kebutuhan dalam tubuh. Proses tersebut akan berpengaruh
pada kinerja otak dan jantung.
 Membuang racun dan sisa makanan.
Tersedianya cairan tubuh yang cukup dapat membantu mengeluarkan racun dalam
tubuh. Air membersihkan racun dalam tubuh melelui keringat, air seni, dan
pernapasan.
 Kulit.
Air sangat penting untuk mengatur struktur dan fungsi kulit.Kecukupan air dalam
tubuh berguna untuk menjaga kelembaban, kelembutan, dan elastisitas kulit akibat
pengaruh suhu udara dari luar tubuh.
 Pencernaan.
Peran air dalam proses pencernaan untuk mengangkut nutrisi dan oksigen melalui
darah untuk segera dikirim ke sel-sel tubuh. Konsumsi air yang cukup akan
membantu kerja sistem pencernaan di dalam usus besar karena gerakan usus menjadi
lebih lancar, sehingga feses pun keluar dengan lancar.
 Pernapasan.
Paru-paru memerlukan air untuk pernapasan karena paru-paru harus basah dalam
bekerja memasukkan oksigen ke sel tubuh dan memompa karbondioksida keluar
tubuh. Hal ini dapat dilihat apabila kita menghembuskan nafas ke kaca, maka akan
terlihat cairan berupa embun dari nafas yang dihembuskan pada kaca.
 Sendi dan otot.
Cairan tubuh melindungi dan melumasi gerakan pada sendi dan otot. Otot tubuh akan
mengempis apabila tubuh kekurangan cairan. Oleh sebab itu, perlu mium air dengan
cukup selama beraktifitas untuk meminimalisir risiko kejang otot dan kelelahan.

32
 Pemulihan penyakit.
Air mendukung proses pemulihan ketika sakit karena asupan air yang memadai
berfungsi untuk menggantikan cairan tubuh yang terbuang.
e. Komposisi Cairan Tubuh.

Seperti yang sudah sering diketahui bahwa cairan tubuh meliputi lebih kurang 60% total
berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu, sesuai
dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi
50% dari total berat badan. Pada bayi dan anak- anak, prosentasi ini relatif lebih besar
dibandingkan dengan oranng dewasa dan lanjut usia. Adapun faktor ynag mempengaruhu
komposisi cairan tubuh adalah :

 Umur.
 Kondisi lemak tubuh.
 Sex.

Cairan tubuh dan zat-zat terlarut didalamnya berada dalam mobilitas yang konstan. Ada
proses menerima dan mengeluarkan cairan yang berlangsung terus-menerus, baik di dalam
tubuh secara keseluruhan maupun diantara berbagai bagian untuk membawa zat-zat gizi,
oksigen kepada sel, membuang sisa dan membentuk zat tertentu dari sel.

Pertama; oksigen, zat gizi, cairan dan elektrolit diangkut ke paru-paru dan saluran
pencernaan, dimana mereka menjadi bagian cairan intravaskuler dan kemudian dibawa ke
seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi. Kedua; cairan intravaskuler dan zat-zat yang terlarut
didalamnya secara cepat akan saling bertukar dengan cairan interstisial melalui membran
kapiler yang semipermeabel. Ketiga; cairan interstisial dan zat-zat yang terlarut didalamnya
saling bertukar dengan cairan intraseluler melalui membran yang permeabel selektif.
Meskipun keadaan di atas merupakan proses pertukaran dan pergantian yang terus menerus,
namun komposisi dan volume cairan relatif stabil, dan keadaan ini disebut dengan
keseimbangan dinamis atau homeostasis. Sedangkan perpindahan cairan tubuh melibatkan
mekanisme transport aktif dan pasif, dimana transport aktif memerlukan energi, sedangkan
transport aktif tidak (difusi dan osmosis).

33
Pembatas utama dari perpindahan zat-zat terlarut adalah membran sel dan yang dapat
dengan mudah menembusnya adalah zat-zat yang larut dalam lemak. Hampir semua zat
terlarut berpindah dengan transpor pasif. Difusi sederhana merupakan perpindahan
partikel-partikel dalam segala arah melalui larutan atau gas. Beberapa faktor yang
menentukan mudah tidaknya menembus membran kapiler dan sel antara lain permeabilitas
membran, konsentrasi, potensial listrik, dan perbedaan tekanan. Permeabilitas merupakan
perbandingan ukuran dari partikel zat yang akan lewat terhadap ukuran pori-pori membran.
Dalam proses difusi, zat terlarut berpindah dari daerah dengan konsentrasi lebih tinggi ke
daerah dengan konsentrasi yang lebih rendah hingga terjadi keseimbangan konsentrasi pada
kedua sisi membran. Selain itu, difusi dari partikel bermuatan (elektrolit) juga dipengaruhi
oleh perbedaan muatan listrik atau potensial listrik dari kedua sisi membran, dimana partikel
yang bermuatan positif cenderung berpindah ke sisi membran sel yang bermuatan negatif,
begitupun sebaliknya. Kedua proses difusi tersebut disebut sebagai potensial elektrokimiawi.

Transport aktif membutuhkan energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP) dan yang umum
terjadi adalah sistem ATPase diaktifasi oleh NaK (pompa natrium-kalium) yang berlangsung
pada membran sel. Molekul enzim tunggal ini memompa 3 molekul ion Na+ dan K+, dan
membutuhkan satu molekul ATP. Sistem NaK-ATPase berperan penting dalam
mempertahankan konsentrasi yang benar dari Na+ dan K+ di dalam dan luar sel sehingga
mempertahankan elektropotensial membran. Konsentrasi Na+ pada cairan ekstraseluler tinggi
(142 mEq/L) dan rendah pada cairan intraseluler (10 mEq/L). Keadaan ini merupakan
kebalikan dari K+, dimana jumlahnya rendah pada cairan ekstraseluler (4 mEq/L) dan tinggi
pada cairan intraseluler (155 mEq/L). Selain itu, membran sel yang beristirahat bersifat
selektif permeabel bagi K+ dan cukup impermeabel bagi Na+. Potensial membran terjadi
karena K+ menembus keluar membran sel, sedangkan muatan negatif (terutama protein dan
fosfat) terlalu besar untuk dapat ikut menembus keluar. Na+ juga berdifusi ke dalam sel
mengikuti perbedaan konsentrasi, tetapi jauh lebih lambat daripada keluarnya K+. Hasil
difusi Na+ dan K+ diseimbangkan oleh transportasi aktif kedua ion ini dengan arah yang
berlawanan dalam menembus membran sel. Secara klinis, keseimbangan kalium sangat
penting, karena kelebihan atau kekurangan ion ini bisa mengakibatkan disritmi yang fatal.
Perpindahan air berbeda dari zat terlarut dan elektrolit, karena perpindahannya dipengaruhi
oleh tekanan osmotik dan tekanan hidrostatik. Tekanan osmotik adalah daya dorong air yang

34
dihasilkan oleh partikel-partikel zat terlarut didalamnya. Osmosis sendiri merupakan proses
difusi air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi. Difusi air terjadi pada daerah dengan
konsentrasi zat terlarut yang rendah (larutan encer) ke daerah dengan konsentrasi zat terlarut
yang tinggi (larutan pekat). Tekanan osmotik dapat diukur dengan penurunan titik beku dan
dinyatakan dengan istilah osmolalitas, jumlah osmol per kilogram larutan (mOsmol/kg), atau
osmolaritas, jumlah osmol per liter larutan (mOsmol/L). Konsentrasi osmotik dari sebuah
larutan hanya tergantung pada jumlah partikel- partikel tanpa melihat ukuran, muatan, atau
massanya. Partikel zat terlarut dapat berupa kristaloid (zat yang membentuk larutan sejati,
seperti garam natrium) atau koloid (zat yang tidak mudah terurai menjadi larutan sejati,
seperti molekul protein yang besar). Partikel yang bekerja sebagai osmol efektif harus
terdapat dalam jumlah besar dalam bagian tertentu. Na+ (dan anion-anionnya) sangat
menentukan osmolalitas dari cairan ekstraseluler, karena merupakan partikel terbanyak pada
cairan ekstraseluler dan membran selnya relatif impermeabel baginya, sedangkan K+
mempunyai peran yang sama dalam cairan intraseluler.

Proses perpindahan cairan dari kapiler ke ruang interstisial disebut dengan ultrafiltrasi, karena
air, elektrolit, dan zat terlarut lainnya (kecuali protein plasma dan sel darah) dengan mudah
menembus membran kapiler. Berdasarkan hukum Starling bahwa kecepatan dan arah
pertukaran cairan diantara kapiler dan cairan interstisial ditentukan oleh tekanan hidrostatik
dan tekanan osmotik koloid dari kedua cairan. Pada ujung arteri dari kapiler, tekanan
hidrostatik dari darah (mendorong cairan keluar) melebihi tekanan osmotik koloid (menahan
cairan Tetap didalam) sehingga mengakibatkan perpindahan dari bagian intravaskuler ke
Interstisial. Pada ujung vena dari kapiler, cairan berpindah dari ruang interstisial ke ruang
intravaskuler karena tekanan osmotik koloid melebihi tekanan hidrostatik. Proses ini
melepaskan oksigen dan zat gizi kepada sel, mengangkut karbondioksida dan produk-produk
sisa. Bagian interstisial juga mempunyai tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik koloid, tapi
biasanya sangan kecil. Pada kasus inflamasi atau trauma yang mengakibatkan bocornya
protein plasma ke dalam ruang interstisial, maka tekanan osmotik koloid akan meningkat
cukup tinggi. Sistim limfatik secara normal akan mengembalikan kelebihan cairan interstisial
dan protein ke sirkulasi umum. Penimbunan cairan di ruang interstisial disebut dengan
edema, yang disebabkan oleh 4 faktor yaitu :

35
a) Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler (seperti pada gagal jantung kongestif dengan
retensi natrium dan air atau obstruksi vena).
b) Penurunan tekanan onkotik plasma (seperti pada SN atau SH yang mengakibatkan
penurunan albumin).
c) Peningkatan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan peningkatan tekanan
osmotik koloid cairan interstisial (seperti pada kasus inflamasi atau cedera).
d) Obstruksi limfe atau peningkatan tekanan onkotik interstisial.

Prinsip osmosis dapat diterapkan pada pemberian cairan intravena, yang dapat berupa
isotonik, hipotonik, atau hipertonik, tergantung pada keadaan konsentrasi partikel, apakah
sama, kurang atau melebihi cairan sel tubuh. Pada dasarnya larutan isotonik secara fisiologis
isoosmotik terhadap plasma dan cairan sel. Osmolalitas plasma yang normal berkisar 287
mOsmol/kg. Jika sel-sel darah merah ditempatkan pada larutan garam isotonik (0,9%), maka
tidak akan mengalami perubahan volume. Konsentrasi osmolalitas dari larutan garam
isotonik tepat sama dengan isi sel (isoosmotik), sehingga hasil akhir difusi air kedalam dan
keluar sama dengan nol. Jika sel darah merah ditempatkan dalam larutan hipotonik, misalnya
larutan garam 0,45%, maka sel-sel itu akan membengkak. Sebaliknya, jika sel-sel darah
merah ditempatkan dalam larutan garam 3%, akan menyebabkan sel-sel mengkerut karena
larutamtersebut hiperosmotik terhadap sel.

Mekanisme pengaturan keseimbangan volume terutama tergantung pada perubahan


volume sirkulasi efektif, yang mana merupakan bagiandari CES pada ruang vaskuler yang
melakukan perfusi aktif pada jaringan. Sistem renin angiotensin aldosteron merupakan
mekanisme yang paling penting dalam mengatur CES dan ekskresi natrium oleh ginjal.
Aldosteron merupakan hormon yang disekresi do daerah glomerulosa korteks adrenal, yang
produksinya terutama dirangsang oleh reflek yang terdapat pada arteriol aferen ginjal.
Penurunan volume sirkulasi efektif akan dideteksi oleh baroreseptor yang mengakibatkan sel-
sel jukstaglomerular ginjal memproduksi renin, yang bekerja sebagai enzim yang melepaskan
angiotensin I dari protein plasma angiotensinogen. Angiotensin I kemudian dirubah menjadi
angiotensin II pada paru-paru. Angiotensin II merangsang korteks adrenal untuk mensekresi
aldosteron, yang bekerja pada duktus kolektif ginjal dan mengakibatkan retensi natrium (dan
air). Selain itu, angiotensin II menyebabkan vasokonstriksi pada otot polos arteriol. Kedua
mekanisme ini membantu memulihkan volume sirkulasi efektif. Penurunan konsentrasi

36
natrium dalam plasma yang hanya sebanyak 4 -5 mEq/L bisa merangsang pengeluaran
aldosteron, akan tetapi hal ini berperan penting pada orang normal karena konsentrasi
natrium dalam plasma relatif konstan akibat efek ADH. Namun pada kenyataannya,
meskipun terjadi keadaan hiponatremia, efek pada aldosteron sering dikalahkan oleh
perubahan volume CES. Oleh karena itu, sekresi aldosteron meningkat pada pasien
hiponatremia yang volumenya menurun, tetapi menurun pada pasien dengan volume CES
yang meningkat akibat adanya retensi air. Pada dasarnya aldosteron merupakan komponen
pengendali utama bagi sekresi kalium pada nefron distal ginjal, dimana peningkatannya
menyebabkan reabsorbsi natrium (dan air) dan ekskresi kalium, sedangkan penurunannya
menyebabkan ekskresi natrium (dan air) dan penyimpanan kalium. Sekresi aldosteron
dirangsang oleh penurunan volume sirkulasi efektif atau penurunan kalium serum.
Hipervolemia, penurunan kalium serum, atau peningkatan natrium serum akan menyebabkan
penurunan aldosteron.

Ekskresi kalium juga dipengaruhi oleh keadaan asam-basa dan kecepatan aliran di tubulus
distal. Pada keadaan alkalosis, ekskresi kalium akan meningkat dan pada keadaan asidosis
akan menurun. Pada tubulus distal, ion H+ dan ion K+bersaing untuk diekskresi sebagai
pertukaran dengan reabsorbsi Na+ untuk mempertahankan muatan listrik tubuh yang netral.
Jika terjadi keadaan alkalosis metabolik yang disertai dengan kekurangan ion H+, tubulus
akan menukar Na+dengan K+demi mempertahankan ion H+ dan menurunkan ekskresi K+.
Mekanisme ini menjelaskan mengapa hipokalemia sering disertai dengan alkalosis, dan
hiperkalemia disertai asidosis. Kecepatan aliran kemih yang tinggi pada tubulus distal akan
mengakibatkan peningkatan ekskresi K+ total dan kecepatan aliran yang rendah akan
menurunkan ekskresinya. Paru-paru juga berperan penting dalam menjaga homeostasis,
karena mengatur H+ dengan megendalikan kadar CO2 dalam CES. Asidosis metabolik
menyebabkan kompensasi berupa hiperventilasi, sehingga terjadi pengeluaran CO2 oleh
paru-paru dan mengurangi keasaman CES. Sedangkan alkalosis akan menyebabkan
kompensasi berupa hipoventilasi, sehingga CO2 tertahan dan menambah keasaman CES.
Akhirnya, ginjal juga turut berperan dalam homeostasi asam-basa dengan mengekskresikan
kelebihan H+dan mampu mengkompensasi asidosis dan alkalosis respiratorik dengan
meningkatkan atau menurunkan reabsorbsi bikarbonat.

37
Pada pemberian cairan yang berlebihan dan tidak terkontrol, dapat menimbulkan edema,
yang merupakan suatu keadaan ketidakseimbangan dimana air dan larutan dapat berkumpul
di kompartemen interstisial, yang menimbulkan ―visible swelling‖ (edema) dan sering
disebut dengan pitting‖ edema. Bila seseorang mengalami edema yang menyeluruh, maka
orang tersebut akan mengalami pengembangan volume interstisial. Selama volume tersebut
terisi air dan larutan yang terdapat dalam ruang interstisial, maka orang tersebut juga akan
mengalami kenaikan total natrium tubuh, karena Na+ (dan disertai anion-anion) merupakan
larutan terbesar CES. Berdasarkan hukum Starling, maka sudah jelas bahwa edema dapat
disebabkan oleh karena peningkatan tekanan hidrostatik intrakapiler (misalnya pada
jantung), atau karena berkurangnya tekanan osmotik akibat rendahnya protein plasma
(misalnya pada SN). Pada peningkatan tekanan hidrostatik intrakapiler, volume plasma juga
mengembang, sedangkan pada berkurangnya tekanan osmotik akan cenderung
mengakibatkan pengkerutan volume plasma. Pada kasus yang berbeda, edema
mengindikasikan adanya pengembangan volume interstisial dan berapapun luas volume
plasma, maka implikasinya juga pada peningkatan total natrium tubuh. Peningkatan
permeabilitas dinding kapiler akan mendukung pembentukan edema, tetapi jarang terjadi
yang menyeluruh. Keadaan ini disebut dengan edema lokal atau inflamasi. Selain pembuluh
darah kapiler, terdapat pembuluh limfe yang mampu mentranspor cairan interstisial kembali
ke dalam kompartemen plasma. Akibatnya, bila terjadi sumbatan limfatik, akan dapat
menyebabkan kenaikan edema lokal yang biasanya non-pitting‖. Pada keadaan edema, aliran
limfatik akan meningkat. Selain itu, sirkulasi limfatik juga mampu membawa molekul-
molekul protein yang bocor ke dalam interstisial dan mengembalikannya ke dalam
kompartemen plasma melalui limfatik sentral dan duktus thoraksikus.

Dalam tubuh terbagi beberapa kompartemen dimana cairan tubuh terdistribusi dengan
pembagian sebagai berikut :

 Cairan Intrasel : 40% BB


 Cairan Ekstrasel (20% BB), yang terdiri dari :
- Cairan intravaskuler : 5% BB
- Cairan Interstitial : 15% BB
 Cairan Transeluler (1 – 3% BB) : LCS, sinovial, gastrointestinal dan Intraorbital.

38
Volume kompartemen sangat tergantung pada kadar Na+ dan protein plasma. Na+
merupakan penentu utama osmolalitas dan tonisitas, yang lebih banyak terdapat pada ruang
ekstraseluler, dengan kadar yang hampir sama (+ 140 mEq/L) terdapat dalam ruang
interstisial, dan plasma volume. Sedangkan cairan intraseluler hampir tidak mengandung Na+
(hanya 5 mEq/L). Konsentrasi fosfat dalam plasma sedikit sekali dan diatur sepenuhnya oleh
regulasi kalsium, sehingga transfer fosfat melewati membran juga tidak berkontribusi secara
bermakna dalam interaksi asam-basa. SID merupakan variabel independen yang terpenting
dalam pengaturan asam-basa antar membran. Ion-ion kuat dapat melewati membran melalui
mekanisme saluran ion (pasif) atau pompa transpor (aktif). Ion-ion kuat juga dapat bergerak
mengikuti atau melawan perbedaan konsentrasi. CO2 (pCO2) sangat mudah melewati
membran, sehingga tidak berkontribusi dalam menyebabkan perbedaan status asam-basa
antar membran. Protein (Atot) tidak dapat melewati membran, sehingga tidak berperan
menyebabkan perbedaan status asam-basa antar membran. Sedangkan ion-ion kuat dapat
melewati membran, sehingga merupakan kontributor yang utama dalam keseimbangan asam-
basa antar membran.

Menurut teori Stewart, penurunan konsentrasi H+ dalam plasma terjadi akibat regulasi
tubuh terhadap SID (terutama Cl-) melalui tubulus ginjal. Ion klorida akan difiltrasi, namun
tidak direabsorbsi, sehingga nilai SID dalam plasma dijaga tetap seimbang. Pembentukan
amoniagenesis di ginjal berfungsi menghasilkan NH4+ agar Cl- dapat diekskresi dalam
bentuk NH4Cl. Jadi NH4+ berperan penting karena sifat ko- ekskresinya bersama klorida.

B. GIZI

Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan
keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi
normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi (Budiyanto, 2002). Gizi (nutrion)
adalah berasal dari bahasa Arab yaitu ”ghidza”, yang berarti makanan dan pada bahasa
sanskerta disebut “geogos” yang artinya sumbersumber makanan yang dapat bermanfaat bagi
kehidupan (Soekirman, 2000).

Menurut Deswarni Idrus dan Gatot Kunanto (1990:19), “Gizi adalah suatu proses
organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti,

39
absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-
organ, serta menghasilkan energi.” Singkatnya, gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan
tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara
jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier, 2001:3).

Disamping untuk kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang, karena
gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar, dan produktivitas kerja.

1. Pengelompokan Zat Gizi

Berdasarkan kebutuhannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam dua bagian, yaitu Zat
Gizi Makro dan Zat Gizi Mikro.

a. Zat Gizi Makro (Marco Nutrient)


Gizi makro adalah gizi yang menyediakan kalori atau energi. Istilah makro berasal dari
Yunani yang berarti besar, digunakan karena gizi makro itu dibutuhkan dalam jumlah yang
besar. Zat gizi makro diperlukan tubuh dengan jumlah besar, yaitu dalam satuan
gram/orang/hari.
Zat gizi makro merupakan komponen terbesar dari susunan diet serta berfungsi menyuplai
energy dan zat-zat gizi esensial yang berguna untuk keperluan pertumbuhan sel atau jaringan,
fungsi pemeliharaan maupun aktivitas tubuh. Kelompok makro nutrient terdiri dari
karbohidrat (hidrat arang), lemak, protein (zat putih telur), makro mineral dan air (ada yang
tidak memasukan air dalam zat gizi).
1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan komponen zat gizi yang tersusun oleh atom karbon, hidrogen, dan
oksigen dengan rasio CnH2nOn. Karbohidrat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar,
yaitu monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Karbohidrat dalam makanan
merupakan zat gizi yang cepat mensuplai energi sebagai bahan bakar untuk tubuh, terutama
jika tubuh dalam keadaan lapar. Makanan yang merupakan sumber karbohidrat di antaranya
adalah serealia, umbi-umbian, sayuran dan buah-buahan.

Jenis-jenis karbohidrat

40
a. Monosakarida
Monosakarida (C6H12O6), merupakan gula yang paling sederhana dan terdiri dari
molekul tunggal. Monosakarida tidak dapat dihidrolisis menjadi bentuk yang lebih
sederhana.
Berdasarkan jumlah atom karbon yang menyusunnya, monosakarida dapat dibagi lagi
menjadi triosa (3 karbon), tetrosa (4 karbon), pentosa (5 karbon), heksosa (6 karbon),
dan heptosa (7 karbon).
Di antara semua jenis monosakarida tersebut, heksosa yang memiliki 6 karbon
merupakan monosakarida yang paling banyak ditemukan dan besar peranannya dalam
sistem pencernaan tubuh, terdiri dari glukosa, fruktosa, dan galaktosa.
b. Oligosakarida
Oligosakarida merupakan polimer monosakarida, terdiri dari 2 sampai 10
monosakarida dan pada umumnya bersifat larut air. Oligosakarida dengan dua
molekul monosakarida disebut disakarida, dengan tiga molekul disebut trisakarida,
sedangkan dengan empat molekul disebut tetrasakarida. Contoh disakarida adalah:
Maltosa (terdiri dari glukosa dan glukosa),Sukrosa (terdiri dari glukosa dan
fruktosa),Laktosa (terdiri dari glukosa dan galaktosa).
c. Polisakarida
Serangkaian monosakarida yang membentuk polimer ikatan glikosidik rantai panjang
akan membentuk molekul baru, yaitu polisakarida. Polisakarida dalam bahan
makanan berfungsi sebagai penguat tekstur (selulosa, hemiselulosa, pektin, lignin),
dan sebagai sumber energi (pati, dekstrin, glikogen, fruktan). Polisakarida penguat
tekstur merupakan molekul yang tidak dapat dicerna tubuh, tetapi merupakan serat
(dietary fiber) yang dapat menstimulasi enzim-enzim pencernaan.

Fungsi dari karbohidrat yaitu sebagai sumber energi, pemberi rasa manis pada
manusia, pengatur metabolisme lemak,menghemat fungsi protein, sumber energi
utama bagi otak dan susunan syaraf pusat dan membantu pengeluaran feses.

2. Protein
Protein merupakan komponen penyusun tubuh terbesar kedua setelah air, yaitu 17%
susunan tubuh orang dewasa. Sementara itu air menyusun 63%, lemak 13%, mineral 6%,
dan lainnya sebesar 1%. Protein memiliki peran penting sebagai komponen fungsional dan

41
struktural pada semua sel tubuh. Enzim, zat pengangkut, matriks intraseluler, rambut, kuku
jari merupakan komponen protein.
Pangan yang merupakan sumber protein adalah: telur, ikan, daging (pangan hewani), serta
kacang-kacangan dan biji-bijian (pangan nabati). Fungsi protein yaitu diantaranya adalah
untuk pertumbuhan dan pemeliharaan ,berperan dalam berbagai sekresi tubuh , mengatur
keseimbangancairan didalam tubuh , mengatur netralitas jaringan tubuh , membantu
pembentukan antibodi, berperan dalam transportasi zat gizi, dan sebagai sumber energi.
Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino. Sebagaimana unsur organik lainnya,
komponen penyusun protein terdiri atas unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O).
3. Lemak
Lemak dikenal juga dengan istilah lipida. Lemak mengandung unsur karbon (C), hidrogen
(H), dan oksigen (O). Proporsi oksigen lebih kecil dibandingkan dengan kandungan karbon
(C) dan hidrogen (H). Dalam proses metabolismenya, lemak memerlukan lebih banyak
oksigen dan menghasilkan energi lebih banyak dari karbohidrat dan protein. Lemak bersifat
tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik seperti eter, alkohol, benzena, dan
kloroform.
Lemak biasanya ditemukan dalam bentuk padat dan cair.Lemak bentuk padat banyak
ditemukan pada sumber hewani sedangkan lemak dalam bentuk cair (minyak) banyak
ditemukan pada sumber nabati.
Fungsi lemak yaitu diantaranya : sumber energi, pembawa vitamin larut lemak, sumber
asam lemak esensial, sebagai pelindung bagian tubuh penting, memberi rasa kenyang dan
kelezatan pada makanan, penghemat protein (protein sparer), memelihara suhu tubuh.
b. Zat Gizi Mikro (Micro Nutrient)
Zat gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah kecil atau sedikit
tetapi ada dalam makanan. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi mikro adalah mineral
dan vitamin. Zat gizi mikro menggunakan satuan mg (mili gram) untuk sebagian besar
mineral dan vitamin.
1) Vitamin

Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil
dan pada umumnya tidak dapat dibentuk sendiri oleh tubuh. Oleh karena itu, vitamin harus

42
didapatkan dari makanan. Vitamin dibedakan dalam dua kelompok yaitu: vitamin larut
lemak (vitamin A, D, E, K) dan vitamin larut air (vitamin B dan C).

Vitamin berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energi, pertumbuhan, dan
pemeliharaan tubuh.

Vitamin yang Larut dalam Lemak

a) Vitamin A
Vitamin A berperan dalam berbagai fungsi tubuh, seperti: penglihatan,
diferensiasi sel, fungsi kekebalan, reproduksi, pencegahan kanker dan penyakit
jantung (Almatsier. 2001:160).
Di dalam bahan pangan hewani, vitamin A berada dalam bentuk vitamin A yang
aktif dan siap digunakan tubuh. Karena sifatnya yang larut lemak, vitamin A dari
pangan hewani banyak ditemukan pada bahan pangan yang berlemak.
Di dalam bahan pangan nabati, sebagian besar sumber vitamin A adalah dalam
bentuk karotenoid yang merupakan pro-vitamin A. Ada berbagai jenis karoten dalam
tanaman, tetapi yang paling banyak ditemukan adalah bentuk karoten, dan
kriptosantin. Pro-vitamin A ini banyak terdapat pada bahan pangan yang berwarna
kuning, oranye atau merah, juga pada sayuran yang berwarna hijau.Vitamin A banyak
terdapat dalam: hati, kuning telur, susu, dan mentega.

b) Vitamin D
Fungsi vitamin D erat kaitannya dengan mineralisasi tulang, yaitu membantu
pembentukan dan pemeliharaan tulang bersama vitamin A dan vitamin C. Vitamin D,
terutama bentuk aktif kalsitriol, akan meningkatkan penyerapan kalsium dan fosfor
yang merupakan zat utama pada proses pengerasan tulang.
Vitamin D diperoleh tubuh melalui sinar matahari dan makanan. Pangan hewani
yang menjadi sumber vitamin D adalah minyak hati ikan, kuning telur, dan mentega.
Adapun vitamin D pada pangan nabati sangat rendah.
c) Vitamin E
Fungsi utama vitamin E adalah sebagai antioksidan yang larut dalam lemak.
Beberapa fungsi lainnya adalah: struktural dalam memelihara integritas membran sel,

43
sebagai sintesis DNA, merangsang reaksi kekebalan, mencegah jantung koroner,
mecegah keguguran dan sterilisasi, dan mencegah gangguan menstruasi.
Vitamin E banyak terdapat dalam bahan makanan, seperti: minyak tumbuh-
tumbuhan, terutama minyak kecambah gandum, biji-bijian, serta buah-buahan dan
sayuran.
d) Vitamin K
Vitamin K berperan dalam proses pembekuan darah sehingga dapat mencegah
terjadinya perdarahan, terutama pada saat proses operasi. Vitamin K merupakan
kofaktor enzim karboksilase yang diperlukan dalam sintesis protrombin. Protrombin
setelah diubah menjadi trombin dapat mengubah fibrinogen menjadi fibrin yang
bersifat membeku sehingga dapat membekukan darah.
Sumber vitamin K adalah hati, kuning telur, dan sayuran hijau seperti bayam,
kubis, dan bunga kol. Biji-bijian dan buah-buahan hanya sedikit mengandung vitamin
K. Dalam proses metabolisme, vitamin K banyak terbuang dalam feses dan hanya
sedikit yang dapat disimpan dalam hati.
 Vitamin yang Larut dalam Air

Sebagian vitamin larut air merupakan komponen sistem enzim yang banyak terlibat
dalam membantu metabolisme energi. Vitamin larut air dikelompokkan menjadi
vitamin C dan B-kompleks.

1. Vitamin C
Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh, sebagai koenzim atau
kofaktor, seperti: sintesis kolagen, absorsi dan metabolisme besi, absorsi kalsium,
mencegah infeksi dan mencegah kanker dan penyakit jantung.
Vitamin C umumnya berasal dari pangan nabati, yaitu sayuran dan buah-
buahan, seperti jeruk, nenas, rambutan, pepaya, tomat, dan jambu batu.
Kandungan vitamin C yang tinggi juga terdapat pada daun singkong, daun katuk,
dan daun pepaya.
2. Vitamin B Kompleks
Vitamin B merupakan suatu kompleks vitamin, terdiri dari sepuluh faktor
yang memiliki fungsi saling berkaitan dan banyak ditemukan pada bahan makanan

44
yang hampir sama. Vitamin B banyak berperan sebagai koenzim ataupun kofaktor
yang diperlukan dalam proses metabolisme sel hidup.

Delapan unsur utama pembentuk vitamin B kompleks adalah: Thiamine (vitamin


B1), Riboflavin (vitamin B2),Niacin (vitamin B3), Asam pantothenate (vitamin
B5), Pyridoxine (vitamin B6), Biotin (vitamin B7), Asam Folat (vitamin
B9),Cobalamine (vitamin B12).

3. Mineral
Mineral merupakan zat gizi mikro (micronutrient) dalam tubuh yang bersama-
sama dengan vitamin berfungsi dalam proses metabolisme unsur gizi makro
(karbohidrat, protein dan lemak). Mineral bersifat esensial karena merupakan
unsur anorganik yang memiliki fungsi fisiologis yang tidak dapat dikonversikan
dari zat gizi lain sehingga harus selalu tersedia dalam makanan yg dikonsumsi.
c. Mineral Makro
1. Kalsium (Ca)
Kalsium menyusun 1,5-2% berat badan orang dewasa dan merupakan mineral
dengan kandungan tertinggi dalam tubuh. Hampir semua kalsium tubuh (99%) terdapat
pada jaringan keras seperti tulang dan gigi, dan hanya 1% kalsium yang ada pada
jaringan lunak.
Fungsi dari kalsium dalam : pembentukan tulang, pembentukan gigi, kontraksi
otot, pembekuan darah. Kalsium banyak terdapat pada susu dan produk susu, seperti
keju, es krim, yoghurt, dan sebagainya. Ikan yang dimakan dengan tulang (misalnya
ikan kering) juga merupakan sumber kalsium. Pada pangan nabati kalsium banyak
ditemukan pada serealia dan kacang-kacangan.
2. Fosfor (P)
Fosfor dan kalsium merupakan zat utama pembentuk tulang dan gigi. Fosfor juga
berperan dalam pembentukan nukleoprotein yang menyusun bahan-bahan nukleus dari
sel-sel dan sitoplasma yang berfungsi dalam pembelahan sel, reproduksi dan
pemindahan ciri-ciri yang turun menurun. Fosfor merupakan bagian dari asam nukleat
DNA dan RNA. Pangan sebagai sumber fosfor adalah pangan yang juga merupakan
sumber protein, seperti daging, ayam, ikan, telur, susu dan hasil olahannya, dan kacang-
kacangan.

45
3. Sulfur (S)
Fungsi sulfur erat kaitannya dengan fungsi protein, yaitu karena sulfur merupakan
penyusun asam amino esensial dan enzim. Di samping itu, karena merupakan penyusun
insulin, sulfur berperan juga dalam mengaturgula darah. Bersama-sama dengan kalsium
dan fosfor, sulfur juga merupakan bahan penyusun tulang dan gigi.Pada umumnya
pangan sumber sulfur juga merupakan pangan sumber fosfor, banyak terdapat pada
kecambah, gandum, dan kacang-kacangan..
4. Magnesium
Magnesium merupakan penyusun utama klorofil daun. Di dalam tubuh, sekitar
60% magnesium berada pada tulang, 26% berada dalam otot, dan sisanya berada pada
jaringan lunak dan cairan tubuh. Fungsi magnesium yaitu berperan dalam : aktivasi
enzim, mencegah kerusakan gigi. Sumber utama magnesium adalah sayuran hijau,
serealia, biji-bijian, dan kacang-kacangan, serta daging, susu dan hasil olahannya.
d. Mineral Mikro
1. Zat Besi (Fe)
Zat besi merupakan bahan pembentuk hemoglobin (Hb), yaitu protein yang
bertugas mengangkut oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu, sebagai komponen
penyusun mioglobin, zat besi membantu menjaga agar oksigen selalu tersedia untuk
keperluan kontraksi otot, transfer elektron dalam penggunaan energi pada sel-sel,
yaitu sebagai bagian proses metabolisme.
2. Seng
Seng merupakan bagian dari banyak jenis enzim (minimal 70 enzim), di
antaranya karboksipeptidase, karbonik-anhidrase. Seng juga berperan dalam fungsi
imunitas, yaitu sebagai penyusun enzim Superokside dismutase (SOD). Seng besar
perannya dalam fungsi kerja hormon insulin dalam pankreas, yaitu jika seng dalam
darah rendah maka respons insulin juga menjadi menurun, hal ini akan menjadikan
sistem metabolisme glukosa menjadi terganggu.
3. Yodium
Dengan hormon-hormon tiroid, yodium berfungsi dalam mengatur suhu tubuh,
laju pelepasan e (energi) selama metabolisme basal, laju penggunaan oksigen oleh
sel, pertumbuhan dan perkembangan sistem syaraf, serta pertumbuhan linier.

46
C. ANGKA KECUKUPAN GIZI

Untuk menilai tingkat konsumsi makanan, diperlukan suatu standar kecukupan atau
Recommended Dietary Allowance (RDA). Di Indonesia, Angka Kecukupan Gizi (AKG)
yang digunakan saat ini secara nasional adalah hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
tahun 2004 (Supriasa, 2002:112). Angka kecukupan gizi (AKG) merupakan suatu nilai yang
digunakan untuk menentukan jumlah zat yang baik dikonsumsi oleh tubuh dan zat apa saja
yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Angka kecukupan gizi yang digunakan dengan tingkat
nasional pada umumnya mengkonsumsi 2000 kkal dengan keseimbangan taraf persediaan
2000 kkal. Selain itu angka kecukupan protein dalam taraf nasional ditentukan sebanyak 52
gram dan taraf persediaannya 57 gram. Kecukupan gizi untuk pelabelan produk makanan
yang dikemas disebut dengan acuan label gizi (ALG).

Untuk dapat memenuhi AKG, dianjurkan agar menu makanan sehari-hari terdiri atas
bahan pangan bervariasi yang diperoleh dari berbagai golongan bahan makanan. Di Indonesia
pola menu seimbang tergambar dalam menu 4 Sehat 5 Sempurna dan Pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS). Pola menu 4 Sehat 5 Sempurna adalah pola menu seimbang yang bila
disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.

Adapun kegunaan dari angka kecukuan gizi meliputi:

a. Menilai kecukupan gizi pada seseorang


b. Merencanakan pemberian makanan
c. Merencanakan penyediaan pangan
d. Untuk pedoman gizi makanan yang baik
e. Sebagai bahan ajar pendidikan gizi

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2013


TentangAngka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Masyarakat Indonesia menetapkan
beberapa ketentuan pemenuhan gizi bagi seorang individu.

47
D. KEBUTUHAN GIZI INDIVIDU

Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh setiap hari dalam
jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam jangka
waktu yang lama akan menyebabkan gangguan kesehatan. Menurut Kementerian Kesehatan
Indonesia, kebutuhan gizi adalah jumlah zat gizi minimal yang dibutuhkan oleh masing-
masing orang. Jumlah yang dibutuhkan ini berbeda-beda berdasarkan kondisi tubuh masing-
masing.Kebutuhan gizi setiap individu tergantung pada beberapa faktor, yakni usia, jenis
kelamin, tingkat aktivitas fisik, berat badan, dan tinggi badan.

1. Kebutuhan Gizi Anak

Kebutuhan gizi balita meliputi : Asupan makanan sehari untuk anak harus mengandung
10-15% kalori, 20-35% lemak, dan sisanya karbohidrat. Setiap kg berat badan anak
memerlukan asupan energi sebanyak 100 kkal. Asupan lemak juga perlu ditingkatkan karena
struktur utama pembentuk otak adalah lemak. Lemak tersebut dapat diperoleh antara lain dari
minyak dan margarin.

a. Gizi pada Anak Usia Sekolah

 Pola makan anak usia Taman Kanak-kanak (4-6 tahun)

Anak sudah mempunyai sifat konsumen aktif, yaitu mereka sudah sudah bisa
memilih makanan yang disukainya. Perlu ditanamkan kebiasaan makan dengan
gizi yang baik pada usia dini dan di sekolah diarahkan pula oleh gurunya dengan
praktik mengkonsumsi makanan yang sehat secara rutin. Program makan bersama
di sekolah sangat baik dilaksanakan karena ini merupakan modal dasar bagi
pengertian anak supaya mereka mau diarahkan pada pola makan dengan gizi yang
baik .

 Pada usia 7-9 tahun

Anak pandai menentukan makanan yang disukai karena sudah kenal


lingkungan. Banyak anak menyukai makanan jajanan yang dapat mengurangi

48
nafsu makan anak. Perlu pengawasan supaya tidak salah memilih makanan
karena pengaruh lingkungan.

 Pada anak usia 10-12 tahun

Kebutuhan sudah dibagi dalam jenis kelaminnya: Anak laki-laki lebih banyak
aktivitas fisik sehingga memerlukan energi yang banyak dibandingkan anak
perempuan. Anak perempuan sudah mengalami masa haid sehingga lebih banyak
banyak protein, zat besi dari usia sebelumnya. Perlu diperhatikan pula adalah
pentingnya sarapan pagi supaya konsentrasi belajar tidak terganggu.

2. Kebutuhan Gizi Remaja

Adolescent (remaja) adalah usia 10-19 thn. Kebutuhan energi pada remaja dipengaruhi
oleh energi basal, jenis kelamin, faktor aktivitas, dan adanya penyakit. Semua kebutuhan zat
gizi meningkat pada masa remaja. Jumlah zat gizi yang dibutuhkan ini disesuaikan dengan
daftar Angka Kecukupan Gizi (AKG) yaitu: Protein seimbang (1gr/kgBB/hr), Mineral Fe
&Ca kebutuhannya 800-1200 mg/hr .Kebutuhan gizi harus sehat dan seimbang. Makanan
harus cukup semua zat gizi. Masalah gizi meliputi: pengetahuan tentang gizi yang relatif
masih kurang, aktifitas fisik yang tinggi, Pola makan yang tidak teratur, defisiensi besi karena
mulai menstruasi pada putri, dan obesitas.

3. Kebutuhan Gizi Dewasa

Kategori usia dewasa dibagi menjadi dua yaitu dewasa muda antara umur 18–30 tahun
dan dewasa tua umur > 30 thn. Masalah Gizi Kurang pada dewasa adalah Kurang Energi
Protein (KEP) dan anemia, Masalah Gizi Lebih : Kelebihan BB dan Kegemukan. Kebutuhan
kalori mulai berkurang pd usia 25 thn,tergantung pada aktivitas fisik, jenis kelamin, dan
massa tubuh. Zat besi dibutuhkan oleh usia subur selama masa reproduksi, untuk
menggantikan kehilangan selama menstruasi, kehamilan, kelahiran dan menyusui. Kalsium
juga berperan penting untuk pertulangan, mengingat kehilangan kalsium dalam massa tulang
berkurang pada masa usia lanjut. Kebiasaan minum susu atau makan bahan makanan sumber
kalsium cukup dianjurkan pada usia dewasa. Pengaturan makanan yang baik adalah: makanan
rendah lemak, makanan rendah kolesterol, makanan lebih banyak serat, makan lebih banyak

49
KH kompleks, hindari alkohol, baca label makanan, gunakan lebih sering makanan sumber
omega 3 dan kurangi konsumsi gula.

4. Kebutuhan Gizi pada Usia Lanjut

Menurut World Health Organization (WHO), (2016) lansia dibagi menjadi usia
pertengahan (45-59), usia lanjut (6074), usia tua(75-90), dan usia sangat tua (>90). Kecepatan
metabolisme basal pada orang-orang berusia lanjut menurun sekitar 1520%, disebabkan
berkurangnya massa otot dan aktivitas. Bagi lansia komposisi energi sebaiknya 20-25%
berasal dari protein, 20% dari lemak, dan sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan kalori untuk
lansia laki-laki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal.

E. PENILAIAN STATUS GIZI

Status gizi dapat dinilai dengan dua cara, yaitu penilaian status gizi secara langsung dan
penilaian status gizi secara tidak langsung.

1. Penilaian Status Gizi Secara Langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dilakukan dengan empat cara yaitu (Supariasa,
2002:19) :

a. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Penilaian antropometri yang penting dilakukan ialah penimbangan berat
dan pengukuran tinggi badan, lingkar lengan, dan lipatan kulit triseps. Penggunaan
Antropometri secara umum : digunakan untuk melihat ketidak- seimbangan asupan
protein dan energi. Ketiakseimbangan ini dilihat pada polapertumbuhanfisik dan
proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. (Nyoman
dkk., 2002).
b. Klinis

50
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan- perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel
seperti kulit, mata dan rambut (Nyoman dkk., 2002).

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat. Survei ini
dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan
salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat
status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sing) dan
gejala (symptm) atau riwayat penyakit (Nyoman., dkk, 2002).

c. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji
secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan
tubuh yang digunakan antara lain: darah, urin, tinja, dan juga beberapa jaringan
tubuh (Nyoman, dkk, 2002). Uji biokimia yang penting ialah pemeriksaan kadar
hemoglobin, pemeriksaan apusan darah untuk malaria, pemeriksaan protein
(Arisman, 2009).

Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi
keadaan malnutrisi yang lebuh parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik,
maka penetuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan
kekurangan gizi yang spesifik (Nyoman., dkk., 2002).

d. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat. perubahan
struktur dan jaringan. Penggunaannya yaitu dalam situasi tertentu seperti kejadian
buta senja epidemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap (Nyoman., dkk,
2002).

51
2. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survei konsumsi
makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Pengertian dan penggunaan metode menurut
Supariasa akan diuraikan sebagai berikut (Supariasa, 2002:20):

a. Survei konsumsi makanan


Survei ini digunakan dalam menentukan status gizi perorangan atau kelompok. Survei
konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan atau gambaran
tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga
dan perorangan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan jenis data
yang diperoleh, pengukuran konsumsi makanan menghasilkan dua jenis data yaitu data
kualitatif ( frekuensi makanan, dietary history, metode telepon, dan daftar makanan)
dan data kuantitatif ( ametode recall 24 jam, perkiraan makanan, penimbangan
makanan, food account, metode inventaris dan pencatatan).
b. Statistik Vital
Salah satu cara untuk mengetahui gambaran keadaan gizi di suatu wilayah adalah
dengan cara menganalisi statistik kesehatan. Dengan menggunakan statistik kesehatan,
kita dapat melihat indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.
Beberapa statistik yang berhubungan dengan keadaan kesehatan dan gizi antara lain
angka kesakitan dan angka kematian, pelayanan kesehatan, dan penyakit infeksiyang
berhubungan dengan gizi.
1) Angka Kesakitan dan Angka Kematian

Angka kematian berdasarkan umur adalah jumlah kematian pada kelompok umur tertentu
terhadap jumlah rata-rata penduduk pada kelompok umur tersebut setiap 1.000 penduduk.
Manfaat data ini mengetahui tingkat dan pola kematian menurut golongan umur dan
penyebabnya. Misalnya angka kematian umur 2-5 bulan, umur 1-4 tahun, umur 13 – 24
bulan. Angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu, angka penyebab kematian
pada umur 1-4 tahun merupakan informasi penting untuk menggambarkan keadaan gizi di
suatu masyarakat.

52
2. Pelayanan Kesehatan
Statistik layanan kesehatan misalnya Posyandu, Puskesmas, dan Rumah Sakit.

c.Infeksi yang Relevan dengan Keadaan Gizi.

Statistik vital ini hanya berupa data pendukung, masih harus dikaji faktor-faktor lain
yang berhubungan sehingga status gizi dapat ditentukan dengan akurat. Seperti metode
yang lain statistik vital mempunyai kelemahan antara lain : data tidak akurat, adanya
kesulitan dalam mengumpulkan data, dipengaruhi oleh kemampuan menginterpretasikan
data secara tepat.

d.Faktor Ekologi

Gizi salah merupakan masalah ekolagi sebagai hasil yang saling mempengaruhi dan
interaksi beberapa faktor fisik, biologi, dan lingkungan budaya. Faktor ekologi yang
berhubungan dengan malnutrisi ada enam kelompok yaitu, keadaan infeksi, konsumsi
makanan, pengaruh budaya, sosial ekonomi, produksi pangan, serta kesehatan dan
pendidikan.

53
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Biokimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang dasar kimia kehidupan. Sel
merupakan unit struktural dan fungsional dari system hidup. Hal ini membawa kita kepada
definisi fungsional biokimia sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari unsur-unsur kimia
pembentuk sel hidup dan dengan reaksi serta proses yang dijalaninya.

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan
dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.

B. Saran

Saran dari makalah ini adalah diharapkan mahasiswa dapat menambah pengetahuan dari
wawasan agar dapat bermnfaat dan menjadi pedoman bagi mahasiswa.

54
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier,S,2009.Prinsip dasar ilmu gizi,Jakarta : PT Gramedia pustaka


Utama : 8-28
Gibson,Rosalind,S,1990.principles of nutritional assessment,Oxfort
University press.New York.
Kementrian kesahatan RI,2011. Standar antropometri penilain status gizi
Anak.Jakarta : Direktorat jendral bina gizi dan kesehatan ibu dan anak.
Kementrian kesehatan RI.2014.Pedoman gizi seimbang.Bukti husada
[WHO] World health organization.(2008).interim summary of conclusions and dietary
recommendations on total fat & fatty acids. http://www.who.int/entity.nutrition
/topics/FFA_summary_rec_conclustion.pdf [20 okt 2011].
Soegianto,benny,dkk.2007.penilain status gizi dan buku antropemetri
WHONCHS.surabaya:Duta prima arilangga
Waryana. Gizi reproduksi .Yogyakarta : pustaka rahima:2010
Yuniastuti,Ari.2008.Air dan cairan tubuh. In : Gizi dan kesehatan Is ted.p 7580.Yogyakarta :
Graha ilmi

(http://lensaaskep.blog.com/kebutuhan-cairan-dan-elektrolit.html (diakses pada tanggal 27


September 2011)

(http://hemodialisa.files.wordpress.com/2010/10/gangguan-cairan.pdf (diakses pada tanggal


27 September 2011)

(http://www.infofisioterapi.com/pertukaran-cairan-tubuh.html (diakses pada tanggal 27


September 2011)

55

Anda mungkin juga menyukai