Anda di halaman 1dari 11

PAPER MENGENAI ISU PERIKANAN

Untuk memenuhi tugas matakuliah Pembangunan Perikanan

Perikanan B / Kelompok 3:
Mochammad Fajar Nur (230110160124)
Tri Nazar Ulfi Nugrahi (230110160127)
Widy Lestari (230110160128)
Arie Widianto (230110160141)
Alkahfi Dahlan (230110160148)

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2019
PENDAHULUAN

Latar belakang

Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi,sehingga


tidak ada kehidupan seandainya tidak ada air di bumi. Dalam jaringan hidup, air
merupakan medium untuk berbagai reaksi dan prosesekskresi.

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat diperlukan dalam
kehidupan ini. Sumber daya air secara garis besar meliputi air permukaan dan air
tanah. Air permukaan akan lebih mudah tercemar dibandingkan dengan air tanah,
karena air permukaan lebih mudah terkontaminasi dengan sumber-sumber
pencemaran.

Semakin meningkatnya kegiatan pembangunan di berbagai bidang dan


adanya pertambahan penduduk dari tahun ke tahun, maka kebutuhan air sesuai
dengan penggunaannya pun juga semakin meningkat. Pembangunan yang
semakin meningkat diikuti dengan peningkatan pencemaran lingkungan yang
berasal dari buangan limbah industri, rumah tangga dan kegiatan pertanian, yang
mengandung bahan-bahan/zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia
serta mengganggu kelestarian lingkungan. Pencemaran lingkungan khususnya
pencemaran air pada saat ini sudah sangat besar dan peningkatannya relatif tinggi.
Peningkatan pencemaran air dari sumber buangan limbah, menyebabkan sumber
daya air sungai yang penting untuk irigasi cenderung menurun, baik dari segi
kuantitas maupun kualitasnya.

kualitas air merupakan salah satu bentuk penurunan kualitas lingkungan


sebagai akibat dari tingkat pertambahan penduduk yang semakin tinggi dan
peningkatan jumlah industri di Indonesia. Sebagian besar daerah di tanah air
mengalami kehilangan sumber air bersih bahkan beberapa daerah ada yang
mengalami kekeringan. Krisis air yang terjadi saat ini akibat dari perusakan
lingkungan perairan baik oleh industri ataupun masyarakat itu sendiri (Pusat
Teknologi Lingkungan, 2012). Berdasarkan laporan JICA (1990) dalam Pusat
Teknologi Perairan (2012) tentang prosentase sumber penghasil limbah cair ke

2
sungai-sungai di Jakarta memberikan kesimpulan bahwa limbah cair domestik
lebih banyak mencemari sungi-sungai di Jakarta. Pada tahun 1989 kontribusi
limbah cair sebanyak 78,9% sedangkan limbah cair industri sebanyak 8%. Pada
tahun 2010 perkiraan kontribusi limbah cair domestic adalah menurun 72,7%
sedangkan limbah cair industri meningkat menjadi 9,9%. Selain itu juga menurut
Asmadi, dkk (2012) air limbah cair atau air buangan yang dihasilkan dalam
produksi mengandung bahan yang berbahaya bagi kesehatan manusia serta dapat
merusak lingkungan.

Penurunan kualitas perairan yang terjadi ini sangat mempengaruhi


kehidupan manusia dan biota air, maka dari itu dibuatlah paper mengenai issue
bahasan penurunan kualitas perairan untuk mengetahui penyebab terjadinya
penurunan tersebut serta solusi yang bisa dilakukan dalam pencegahan dan
penanggulangannya

Rumusan masalah

Bagaimana penyebab terjadinya penurunan kualitas perairan dan apa


solusi yang bisa dilakukan dalam mencegah dan menanggulanginya

Tujuan

Paper ini bertujuan untuk menganalisis permasalahan penurunan kualitas


perairan yang sering terjadi serta mengetahui bagaimana solusi pencegahan dan
penanggulangannya

ISU BAHASAN

Penurunan kualitas air merupakan salah satu bentuk penurunan kualitas


lingkungan sebagai akibat dari tingkat pertambahan penduduk yang semakin
tinggi dan peningkatan jumlah industri di Indonesia. Sebagian besar daerah di
tanah air mengalami kehilangan sumber air bersih bahkan beberapa daerah ada
yang mengalami kekeringan. Krisis air yang terjadi saat ini akibat dari perusakan
lingkungan perairan baik oleh industri ataupun masyarakat itu sendiri (Pusat
Teknologi Lingkungan, 2012).

3
Berdasarkan laporan JICA (1990) dalam Pusat Teknologi Perairan (2012)
tentang prosentase sumber penghasil limbah cair ke sungai-sungai di Jakarta
memberikan kesimpulan bahwa limbah cair domestik lebih banyak mencemari
sungi-sungai di Jakarta. Pada tahun 1989 kontribusi limbah cair sebanyak 78,9%
sedangkan limbah cair industri sebanyak 8%. Pada tahun 2010 perkiraan
kontribusi limbah cair domestic adalah menurun 72,7% sedangkan limbah cair
industri meningkat menjadi 9,9%. Selain itu juga menurut Asmadi, dkk (2012) air
limbah cair atau air buangan yang dihasilkan dalam produksi mengandung bahan
yang berbahaya bagi kesehatan manusia serta dapat merusak lingkungan.

Kandungan bahan yang berbahaya pada air limbah dapat diukur dengan
menggunakan metode pengukuran COD (Chemical Oxygen Demand). Menurut
Alerts (1984) dalam buku laksono tahun 2012 menyatakan bahwa angka COD
merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat–zat organik yang secara alamiah
dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis,dan mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut didalam air. Pengolahan limbah cair dapat
dilakukan secara kimia salah satunya dengan cara koagulasi dan flokulasi.
Koagulasi merupakan proses yang memanfaatkan ion-ion yang mempunyai
muatan berlawanan dengan muatan koloid yang terdapat dalam limbah cair
sehingga meniadakan kestabilan ion sedangkan flokulasi merupakan kelanjutan
dari proses koagulasi dimana mikroflok hasil koagulasi mulai menggumpalkan
partikel-partikel koloid menjadi flok-flok besar yang dapat diendapkan dan proses
ini dibantu dengan pengadukan lambat proses koagulasi dan flokulasi tidak dapat
dipisahkan dalam proses pengolahan limbah cair industri karena kedua proses ini
selalu dilakukan bersama (Bangun, 2013).

Dalam perairan laut sendiri pencemaran di Indonesia mulai banyak


meningkat. Berbagai kegiatan di sepanjang pesisir laut dan paradigma sebagian
masyarakat pesisir, yang menganggap laut sebagai tempat pembuangan sampah.
Menurut Siahainenia (2001) dalam Damaianto dan Masduqi (2014), akan
dijumpai berbagai jenis sampah dan bahan pencemar di laut, hal tersebut tentu
dapat mengakibatkan degradasi lingkungan di wilayah pesisir dan ekosistem di

4
sekitarnya. Sehingga, masuknya zat-zat organik dan anorganik ke badan air secara
berlebihan, berdampak buruk pada perairan laut dan menyebabkan penurunan
kualitas air laut secara fisik, kimia dan biologi.

Studi Kasus

Jayapura termasuk dalam wilayah administrasi Provinsi Papua. Dalam


perkembangannya, wilayah pesisir Kabupaten Jayapura mengalami
pengembangan untuk berbagai macam kepentingan dan peruntukan, seperti
kegiatan pelabuhan, pariwisata bahari, pemukiman dan maritim serta
pengembangan budidaya laut dan perikanan. Aktivitas-aktivitas tersebut tentunya
akan mempengaruhi kualitas wilayah pesisir. Permasalahan yang sangat dominan
bagi wilayah pesisir, pantai dan laut adalah terjadinya pencemaran yang
mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas sumberdaya pesisir
dan laut.

Penurunan kualitas air akan menurunkan daya guna, hasil guna,


produktivitas, daya dukung dan daya tampung dari sumberdaya perairan yang
pada akhirnya menurunkan kekayaan sumberdaya alam. Menurut Gholizadeh et
al. (2016) bahwa setiap perubahan dalam ekosistem rentan akibat kegiatan
antropogenik yang dapat membahayakan habitat ikan dan organisme air lainnya.
Masuknya pencemar organik dan anorganik ke badan air perairan pesisir pantai
dapat menyebabkan kualitas perairan mengalami degradasi fungsi secara biologis.
Potensi perairan pesisir pantai dan laut sebagai sumber pangan bagi masyarakat
akan terganggu. Cukup tingginya aktivitas manusia yang ada di wilayah pesisir
Kabupaten Jayapura dikhawatirkan akan memberikan dampak pencemaran
terhadap kondisi kualitas perairan.

Oleh karena itu, untuk melestarikan fungsi pesisir dan laut perlu dilakukan
pengelolaan kualitas dan pengendalian pencemaran air laut untuk kepentingan
sekarang dan mendatang serta keseimbangan ekologis. Untuk mewujudkan
peningkatan pengelolaan kualitas air laut salah satunya diperlukan suatu kajian
dan pemetaan terhadap kualitas air laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

5
kualitas perairan Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura yang hanya difokuskan
pada konsentrasi beberapa parameter fisika dan kimia perairan yang tertera pada
baku mutu air laut untuk biota laut dan untuk mengetahui status mutu kualitas air
laut dengan menggunakan metode Indeks Pencemaran (IP) berdasarkan parameter
tersebut.

Kondisi perairan Distrik Depapre berdasarkan hasil perhitungan indeks


pencemaran tergolong dalam kategori tercemar ringan dan tercemar berat.
Perairan Pulau Dua termasuk dalam kategori tercemar ringan, sedangkan perairan
Pantai Harlem, Kampung Tablasupa, Kampung Depapre dan pelabuhan Depapre
tergolong dalam kategori tercemar sedang. Parameter lingkungan yang masih
sesuai dengan baku mutu untuk biota laut antara lain suhu, salinitas, DO, BOD5,
sulfida dan kecerahan (kecuali perairan dekat muara sungai di Kampung
Depapre), sedangkan parameter yang telah melampaui baku mutu antara lain pH,
ammonia total, fosfat dan nitrat. Peningkatan parameter-parameter yang telah
melampaui batas maksimum baku mutu berasal dari sumber alami dan limbah
domestik dari aktifitas masyarakat cukup tinggi.

Kondisi Kualitas Air Sungai Surabaya

Berdasarkan hasil pembahasan Yudo dan Said (2019) analisa kualitas air
Kali Surabaya sebagai berikut:

Konsentrasi zat organik di Kali Surabaya relatif tinggi, dan cenderung


meningkat terutama pada saat musim kemarau. Hal ini dapat dilihat bahwa
konsentrasi BOD tertinggi dapat mencapai 14,84 mg/l dan konsentrasi COD
tertinggi dapat mencapai 53,87 mg/l. Jika dibandingkan dengan Standar Mutu Air
Kelas I sesuai dengan PP Nomor 82 Tahun 2001, hal ini menunjukkan bahwa air
Kali Surabaya telah tercemar oleh polutan organik cukup tinggi. Disebutkan
dalam Standar Mutu Air Kelas I untuk penggunaan air baku air minum
konsentrasi BOD maksimum adalah 2 mg/l, sedangkan untuk mutu air kelas II
untuk penggunaan prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, konsentrasi BOD maksimum 3 mg/l.

6
Untuk konsentrasi COD maksimum adalah 10 mg/l, sedangkan untuk mutu air
kelas II untuk penggunaan prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, konsentrasi BOD maksimum
25 mg/l. Yang perlu diwaspadai adalah pada saat tertentu konsentrasi COD dapat
mencapai di atas 50 mg/l. Hal ini akan menjadi masalah yang serius jika
digunakan untuk air baku air minum.

Dari hasil pemantauan kualitas air Kali Surabaya di lokasi Dam Gunung
Sari, senyawa Fenol sering muncul dengan konsentrasi berkisar antara 0 dan
0,039 mg/l, dan bahkan pada bulan Desember konsentrasi Fenol bahkan mencapai
5 mg/l. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001, untuk Mutu
Air Kelas I untuk penggunaan air baku air minum konsentrasi senyawa Fenol
maksimum adalah 1 μg/l atau 0,001 mg/l. Adanya senyawa fenol menunjukkan
bahwa Kali Surabaya telah tercemar oleh buangan industri. Dengan adanya
senyawa Fenol ini sangat berbahaya jika airnya digunakan sebagai air baku air
minum karena senyawa Fenol dapat bereaksi dengan senyawa klor yang
digunakan untuk proses disinfeksi, membentuk senyawa kloro-fenol yang bersifat
karsinogen.

Dengan semakin buruknya kualitas air baku yang berasal dari Kali
Surabaya, maka dengan proses pengolahan secara konvensional, maka
penggunaan bahan kimia juga semakin besar, akibatnya biaya pengolahan akan
menjadi semakin mahal. Selain itu jika konsentrasi senyawa polutan yang ada di
dalam air baku sangat tinggi, maka pengolahan secara konvesional dengan
pengendapan kimia tidak akan mampu menghilangkan senyawa polutan tersebut.
Pembubuhan bahan kimia yang berlebihan terutama klorin akan dapat
menyebabkan reaksi samping antara klorin dengan senyawa polutan membentuk
senyawa organo-khlorin yang bersifat karsinogen. Untuk mengatasi masalah
tersebut di atas, salah satu alternatif dapat menggunakan proses pengolahan awal
(pretreatment) dengan proses biologis dengan menggunakan teknologi biofilter
dengan menggunakan media isian dari bahan plastik tipe sarang tawon (honney
comb tube).

7
SOLUSI

Solusi yang diberikan pada dasarnya bisa dilakukan dengan 2 tahapan, yaitu:

1. Pencegahan, dilakukan sebelum pencemaran itu terjadi.

2. Penanggulangan, dilakukan setelah pencemaran itu terjadi.

Hal-hal yang dapat dilakukan dalam memperbaiki kualitas air yang sudah
menurun, diantaranya dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Dalam perubahan harus dimunculkan dengan keinginan diri sendiri,


misalnya dalam hal kecil yaitu untuk tidak membuang sampah
sembarangan.

2. Pemerintah yang bersangkutan dalam pengelolaan air harus bertindak


langsung.

3. Pengadaan sosialisasi dari desa ke desa tentang bagaimana dampak


pencemaran air yang akan dirasakan di masa depan.

4. Konservasi tanah dan air untuk memperbaiki fungsinya kembali.

Konservasi tanah dan air atau yang sering disebut pengawetan tanah merupakan
usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan produktifitas
tanah, kuantitas dan kualitas air (Subandi, 2012).

Air yang sudah tercemar sudah selayaknya kita perbaiki kualitasnya, diingat
bahwa air adalah komponen utama dalam kehidupan hal tersebut sesuai dengan
yang dikatakan Subandi (2011) bahwa: water is the innitial agent in earth
evolution. Allah proceeded the formation of the crust of the earth by splitting it.

8
Chemically, water is a good solvent and physically was the only material in
contact with the earth.

Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran, yaitu


penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara non-
teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara
menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan
mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak
terjadi pencemaran. Peraturan perundangan ini hendaknya dapat memberikan
gambaran secara jelas tentang kegiatan industri yang akan dilaksanakan, misalnya
meliputi AMDAL, pengaturan dan pengawasan kegiatan dan menanamkan
perilaku disiplin. Sedangkan penanggulangan secara teknis bersumber pada
perlakuan industri terhadap perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah
proses, mengelola limbah atau menambah alat bantu yang dapat mengurangi
pencemaran (Warlina, 2004).

Sementara menurut Agustiningsih et. al. (2012) terdapat 3 strategi pengendalian


pencemaran air dilihat dari beberapa permasalahan yang telah menyebabkan
terjadinya pencemaran, diantaranya:

a) Aspek managemen perencanaan

b) Aspek sosial kelembagaan

c) Aspek lingkungan/ekologi

Aspek sosial kelembagaan menjadi aspek prioritas dalam pengendalian


pencemaran air dikarenakan pemanfaatan sumber daya alam dan kualitas
lingkungan berkaitan dengan pola perilaku masyarakat di sekitarnya. Begitu pula
dengan kondisi dan kualitas air sungai Blukar, dipengaruhi oleh masukkan
buangan air limbah yang berasal dari daerah tangkapan airnya yang dipengaruhi
oleh aktivitas masyarakat di dalamnya. Aspek managemen perencanaan menjadi
aspek prioritas kedua. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam strategi
pengendalian pencemaran air diperlukan suatu instrumen kebijakan yang
dijadikan pedoman dalam pengendalian pencemaran termasuk pembagian peran

9
antar instansi terkait. Aspek ekologi menjadi prioritas ketiga, bahwa dalam
melakukan upaya pencegahan pencemaran air dapat dilakukan melalui perbaikan
kualitas lingkungan sekitar sumber air (Agustiningsih et. al., 2012).

KESIMPULAN

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat diperlukan dalam
kehidupan ini. Namun, Semakin meningkatnya kegiatan pembangunan di berbagai
bidang dan adanya pertambahan penduduk dari tahun ke tahun, maka kebutuhan
air sesuai dengan penggunaannya pun juga semakin meningkat. Pembangunan
yang semakin meningkat diikuti dengan peningkatan pencemaran lingkungan
yang berasal dari buangan limbah industri, rumah tangga dan kegiatan pertanian,
yang mengandung bahan-bahan/zat yang dapat membahayakan kehidupan
manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan. Contoh kasus pencemaran
yang terjadi dapat dilihat pada Kali Surabaya yang menagalami pencemaran
bahan organik yang sangat tinggi dan Perairan Depare Kabupaten Jayapura akibat
pengembangan wilayah pesisir Kabupaten Jayapura untuk berbagai macam
kepentingan dan peruntukan, seperti kegiatan pelabuhan, pariwisata bahari,
pemukiman dan maritim serta pengembangan budidaya laut dan perikanan. Solusi
yang diberikan pada dasarnya bisa dilakukan dengan 2 tahapan, yaitu:
pencegahan, dilakukan sebelum pencemaran itu terjadi dan penanggulangan,
dilakukan setelah pencemaran itu terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Agustiningsih, D., Setia B. S., dan Sudarno. 2012. Analisis Kualitas Air dan
Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Blukar Kabupaten Kendal.
Jurnal PRESIPITASI, 9(2): 177-187.
Asmadi dan Suharno. 2012. Dasar-Dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah.
Gosyen Publishing. Yogyakarta.
Baigo Hamuna, dkk. 2018. Kajian Kualitas Air Laut dan Indeks Pencemaran
Berdasarkan Parameter Fisika-Kimia Di Perairan Distrik Depapre,
Jayapura. Jurnal Ilmu Lingkungan, 16 (1): 35-43.

10
Gholizadeh, M.H., Melesse, A.M., and Reddi, L. 2016. A comprehensive review
on water quality parameters estimation using remote sensing techniques.
Sensors, 16 (8) : 12-98.
Hamuna, B., R. H. R, Tanjung., Suwito., H. K, Maury dan Alianto. 2018. Kajian
Kualitas Air Laut dan Indeks Pencemaran Berdasarkan Parameter Fisika-
Kimia di Perairan Distrik Depapre-43., Jayapura. Jurnal Ilmu
LIngkungan, 16 (1): 35-43.
Khalida, Hikmaya,dan Agung. 2018. PencemaranAir di Daerah Aliran Sungai
Cimencrang Jawa Barat: Sumber, Dampak, dan Solusi. Skripsi. Jurusan
Agroteknologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati
Bandung. Bandung.
Subandi, M. 2012. The Effect of Fertilizers on the Growth and the Yield of Ramie
(Boehmeria nivea L. Gaud). Asian Journal of Agriculture and Rural
Development, 2(2): 126-135.
Warlina, Lina. 2004. Pencemaran Air: Sumber, Dampak, dan Penanggulangannya.
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Yudo, S dan N. I, Said. 2019. Kondisi Kualitas Air Sungai Surabaya, Studi
Kasus : Peningkatan Kualitas Air Baku PDAM Surabaya. Jurnal
Teknologi Lingkungan, 20 (1): 19-28.

11

Anda mungkin juga menyukai