Anda di halaman 1dari 39

PEMERIKSAAN BESI DALAM AIR

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Analisa Makanan dan Minuman

Disusun oleh :
1. Adi Kurniawan P17334119001
2. Adistiani Khairunnisa P17334119002
3. Ayu Nur Azizah P17334119007
4. Lia Rahayu Ningtias P17334119021
5. Nailan Tazkiatun H P17334119025
6. Sindi Yuni Prasetianingsih P17334119033
7. Siti Erfanny Darmawanti P17334119034
8. Suci Hikmahwati R F P17334119036

Kelas : D3 – 2A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemeriksaan
Besi Dalam Air”.
Dalam kesempatan kali ini penulis menyampaikan hormat dan terima kasih
kepada Ibu Yeni Wahyuni, SSi, MT. selaku dosen pengampu mata kuliah Analisa Air,
Makanan, dan Minuman, yang telah memberikan banyak bimbingan dan masukan yang
bermanfaat dalam proses penyusunan makalah ini serta semua pihak yang telah ikut
serta membantu dalam penyusunan makalah ini.
Adapun penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna. Untuk
itu, penulis menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah
ini. penulis pun berharap kepada pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan
sarannya kepada penulis agar dikemudian hari penulis bisa membuat makalah yang
lebih sempurna lagi.
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada segala pihak, semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Bandung, Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan...............................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................4
2.1 Air.......................................................................................................................4
2.2 Besi (Fe2+)...........................................................................................................4
2.3 Pencemaran (Fe) terhadap Lingkungan..............................................................5
2.4 Bahaya (Fe) Bagi Kesehatan...............................................................................7
2.5 Masuknya Besi ke Dalam Tubuh Manusia.........................................................8
2.6 Metode Penurunan Kadar Besi...........................................................................8
2.7 Metode Penetapan kadar Fe2+...........................................................................11
BAB III PEMBAHASAN...............................................................................................12
3.1 Tinjauan besi dalam air.....................................................................................12
3.2 Metode dan Teknik Sampling Untuk Pemeriksaan Besi dalam Air.................14
3.3 Pengaruh Besi Terhadap Kesehatan dan Lingkungan Air................................18
3.4 Metode Pemeriksaan Besi dalam Air................................................................22
3.5 Gangguan Pemeriksaan Besi dalam Air...........................................................23
3.6 Perhitungan Kadar Besi....................................................................................24
3.7 Cara Kerja Penentuan Kadar Besi dalam Air...................................................25
BAB IV PENUTUP.........................................................................................................30
4.1 Simpulan...........................................................................................................30
4.2 Saran.................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................32

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Besi adalah logam transisi yang paling banyak dipakai karena relatif
melimpah di alam dan mudah diolah. Besi murni tidak begitu kuat, tetapi bila
dicampur dengan logam lain dan karbon didapat baja yang sangat keras. Biji besi
biasanya mengandung hematite (Fe2O3) yang dikotori oleh pasir (SiO2) sekitar 10
%, serta sedikit senyawa sulfur, posfor, aluminium dan mangan.(Syukri ,1999 :
623). Besi merupakan unsur esensial karena merupakan bagian dari enzim-enzim
tertentu dan merupakan bagian dari protein yang berfungsi sebagai pembawa
elektron pada fase terang fotosintesis dan respirasi (Benyamin, 2008).
Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat
penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk memajukan
kesejahteraan umum sehingga merupakan modal dasar dan faktor utama
pembangunan. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang penting bagi
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Itu bisa dilihat dari fakta
bahwa 70 persen permukaan bumi tertutup air dan dua per tiga tubuh manusia terdiri
dari air (Asmadi, Khayan and Kasjono, 2011).
Air juga merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi ini.
Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air minum, mandi, mencuci,
sanitasi, transportasi baik di sungai maupun di laut. Air juga dipergunakan untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia (Arya W., 2001). Dari persyaratan kualitas air
harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, mikrobiologi dan radioaktif. Persyaratan
fisik antara lain tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Persyaratan kimia
yaitu air tidak mengandung senyawa kimia yang beracun dan setiap zat yang terlarut
dalam air mempunyai batas tertentu yang diperkenankan. Salah satu persyaratan
kimia pada air minum adalah kadar besi (Fe) dan mangan (Mn) (Permenkes
No.416/Menkes/Per/IX/1990).
Salah satu sumber air bersih yang dimanfaatkan oleh manusia adalah air
tanah. Air tanah biasanya banyak mengandung bahan-bahan kimia yang berbahaya

1
2

jika digunakan. Menurut Said (1999), air tanah sering mengandung zat besi (Fe) dan
mangan (Mn) cukup besar. Adanya kandungan Fe dan Mn dalam air menyebabkan
warna air tersebut berubah menjadi kuning-coklat setelah beberapa saat kontak
dengan udara. Air ini selain dapat mengganggu kesehatan juga menimbulkan bau
yang kurang enak serta menyebabkan warna kuning pada dinding bak serta
bercakbercak kuning pada pakaian.
Zat besi (Fe) merupakan kandungan mineral dalam air yang dibutuhkan oleh
tubuh manusia untuk pertumbuhannya. Zat ini dalam jumlah kecil diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah. Kadar besi maksimum yang diperbolehkan ada di
dalam air minum menurut Permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1990 sebesar 0,03
mg/liter. Kadar Fe yang tinggi di dalam tubuh dapat menimbulkan masalah
kesehatan dengan gejala klinis berupa kelainan pigmen kulit dan hepatomegali.
Tingginya kadar besi dalam air yang di minum manusia ataupun air yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti air sumur tentunya memiliki efek-
efek tersendiri yang dapat merugikan manusia. Oleh karena itu, kita harus
mengtahui bagaimana cara untuk mengukur kadar besi di dalam air agar dapat
mengetahui cara penganganan yang tepat. Kita harus mengetahui metode serta
teknik sampling juga teknik pemeriksaan yang tepat dalam pengukuran kadar besi di
dalam air. Berdasarkan hal tersebut maka penulis membuat makalah yang berjudul
“Pemeriksaan Besi Dalam Air”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka makalah ini secara khusus


membahas permasalahan sebagai berikut :
1. Apa saja tinjauan besi dalam air dan pengaruhnya terhadap lingkungan dan
kesehatan?
2. Bagaimana metode dan teknik sampling untuk pemeriksaan besi dalam air?
3. Bagaimana metode pemeriksaan besi dalam air dan apa saja gangguan yang
mempengaruhinya?
4. Bagaimana cara kerja pemeriksaan besi dalam air dan perhitungan kadar besi
dalam air?
3

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka makalah ini ditulis dengan


tujuan-tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tinjauan besi di dalam air serta pengaruhnya terhadap
lingkungan juga kesehatan.
2. Untuk mengetahui metode serta teknik sampling pemeriksaan besi di dalam air.
3. Untuk mengetahui metode pemeriksaan besi dalam air serta hal-hal yang
menjadi gangguan dalam proses pemeriksaan.
4. Untuk mengetahui cara kerja dari pemeriksaan besi dalam air serta
perhihitungan kadar besi di dalam air.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari dibuatnya makalah ini, yaitu sebagai berikut :


1. Dapat mengetahui tinjauan-tinjauan besi di dalam air serta pengaruh terhadap
lingkungan juga kesehatan.
2. Dapat mengetahui metode serta teknik sampling dalam pemeriksaan besi di
dalam air.
3. Dapat mengetahui metode pemeriksaan besi dalam air serta hal-hal yang
menjadi gangguan dalam proses pemeriksaan.
4. Dapat mengetahui cara kerja dari pemeriksaan besi dalam air serta perhihitungan
kadar besi di dalam air.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air
Air merupakan sumberdaya alam yang diperlukan kegunaannya bagi
kehidupan, dan kebersihan air adalah syarat utama bagi air untuk dapat dikonsumsi
(Dwidjo Seputro,1989). Manusia memerlukan air untuk kehidupan sehari-hari,
seperti mandi, kakus, serta untuk kegiatan lain (Depkes RI,1989). Kita dapat
memperoleh air yang kita perlukan dari sumur ataupun sumber mata air lainnya. Air
semacam itu telah mengalami penyaringan selama perjalanan menembus lapisan
tanah sehingga partikelpartikelnya yang tersuspensi didalamnya termasuk logam
berat dan mikroorganisme menjadi tersingkirkan (Michael J,dan E.C.S Chan,1988).
Air dapat terkontaminasi dari berbagai sumber pencemaran. Dua sumber
utama kontaminasi air adalah kebocoran bahan kimia organik dari penyimpanan
bahan kimia yang disimpan di dalam tanah, serta limbah industri yang ditampung
dalam kolam yang dekat dengan sumber air. Persyaratan bagi masing-masing
standart kualitas air yang terdiri dari empat aspek yaitu : persyaratan fisis, kimia,
biologi, dan radiologis. Persyaratan fisis ditentukan oleh faktor kekeruhan, warna,
bau, endapan, temperatur maupun rasa. Persyaratan kimia ditentukan oleh
konsentrasi bahan-bahan kimia diantaranya Arsen, Clhor, Tembaga, Cyanida, Besi,
dan lain sebagainya. Persyataran biologis ditentukan oleh mikroorganisme patogen
maupun yang tidak patogen. Sedangkan syarat secara radiologis diantaranya
konduktivitas atau daya hantar, pesistivitas, PTT atau TDS (kemampuan air bersih
untuk menghantarkan arus listrik). (Unisba.com, 2010)

2.2 Besi (Fe2+)


Besi merupakan salah satu unsur logam transisi golongan VIIIB yang mudah
ditempa, mudah dibentuk, berwarna putih perak, memiliki nomer atom 26 dan
mudah dimagnetisasi pada suhu normal. Logam besi terdapat dalam tiga bentuk,
yaitu  -iron (alpha-iron),  -iron (gamma-iron), dan -iron (delta-iron). Perbedaan
dari tiap bentuk besi tersebut adalah dari susunan atom-atom pada kisi kristal.

4
5

Secara kimia besi merupakan logam yang cukup aktif, hal ini karena besi dapat
bersenyawa dengan unsur-unsur lain, seperti unsur-unsur halogen (fluorin, klorin,
bromin, iodin, dan astatin), belerang, fosfor, karbon, oksigen,dan silikon. Di
alam,besi terdapat dalam bentuk senyawa-senyawa antara lain sebagai hematit
(Fe2O3), magnetik (Fe2O4), pirit (FeS2), dan diderit (FeCO3). Besi murni
diperoleh dari proses elektroforesis dari larutan besi sulfat (Sunardi, 2006).

Logam
murni besi sangat
reaktif secara
kimiawi dan mudah
terkorosi, khususnya
di udara yang lembab atau ketika terdapat peningkatan suhu, memiliki 4 bentuk
allotroik ferit, yakni alfa, beta, gamma dan omega dengan suhu transisi 700, 928,
dan 1530°C. Bentuk alfa bersifat magnetik, tapi ketika berubah menjadi beta, sifat
magnetnya menghilang meski pola geometris molekul tidak berubah
( www.anneahira.com, 2012).
Besi bersifat keras, rapuh, umumnya besi dapat dicampur dengan logam lain
seperti alumunium, belerang, dan fosfor, besi dapat digunakan untuk menghasilkan
alloy lainnya, termasuk baja. Besi tempa yang mengandung kurang dari 0.1%
karbon, sangat kuat, dapat dibentuk, tidak mudah campur dan biasanya memiliki
struktur berserat. Baja karbon adalah alloy besi dengan sedikit Mn, S, P, dan Si.
Alloy baja adalah baja karbon dengan tambahan seperti nikel, khrom, vanadium dan
lain-lain. Besi relatif murah, mudah didapat, sangat berguna dan merupakan logam
yang sangat penting ( www.anneahira.com, 2012).

2.3 Pencemaran (Fe) terhadap Lingkungan


Air tanah dapat terkontaminasi dari beberapa sumber pencemar. Sumber
utama kontaminasi air tanah adalah kebocoran bahan kimia organik dari
penyimpanan bahan kimia dalam bunker yang disimpan dalam tanah, dan
penampungan limbah industri yang ditampung dalam kolam besar diatas atau di
dekat sumber air.
6

Persyaratan bagi masing-masing standar kualitas air masih perlu ditentukan


oleh 4 (empat) aspek yaitu : persyaratan fisis, kimia, biologis, radiologis.
Persyaratan fisis ditentukan oleh faktor-faktor kekeruhan, warna, bau maupun rasa.
Persyaratan kimia ditentukan oleh konsentrasi bahan-bahan kimia seperti Arsen,
Clhor, Tembaga, Cyanida, Besi dan sebagainya. Persyaratan biologis ditentukan
baik oleh mikroorganisme yang pathogen, maupun yang non pathogen.
Air sumur merupakan salah satu sumber air yang sering digunakan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Sumber air yang letaknya dekat
dengan tempat pembuangan limbah seperti, limbah pabrik atau selokan yang
mengandung banyak logam berat, bakteri, virus ataupun parasit membuat air
menjadi tercemar. Besi merupakan logam yang banyak mencemari air, dan dapat
menyebabkan penyakit jika kita terlalu banyak mengonsumsi air tersebut. Namun
jika air tersebut memiliki kadar ion Fe tinggi (Fe 2+, Fe3+) yaitu 5 - 7 mg/l sehingga
perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dipergunakan, karena telah
melebihi standar yang telah di tetapkan oleh Departemen kesehatan di dalam
Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010, yaitu sebesar 0,3 mg/L. . Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar besi (Fe 2+,Fe3+) dalam air
adalah dengan cara aerasi. Teknologi ini juga dapat dikombinasikan dengan
sedimentasi dan filtrasi (Aliya,2006).
Besi adalah logam yang dapat ditemui hampir pada setiap tempat di bumi,
pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada umumnya besi yang ada di
dalam air bersifat terlarut sebagai Fe2+ atau Fe3+. Besi dalam air berbentuk ion
bervalensi dua (Fe2+) dan bervalensi tiga (Fe3+) . Dalam bentuk ikatan dapat berupa
Fe2O3, Fe(OH)2, Fe(OH)3 atau FeSO4 tergantung dari unsur lain yang mengikatnya.
Dinyatakan pula bahwa besi dalam air adalah bersumber dari dalam tanah sendiri
atau dari sumber lain, diantaranya dari larutnya pipa besi, reservoir air dari besi atau
endapan – endapan buangan industri.
Besi terlarut dapat berbentuk senyawa tersuspensi, sebagai butir koloida
seperti Fe (OH)3, FeO, Fe2O3dan lain-Iain. Konsentrasi besi terlarut yang masih
diperbolehkan dalam air bersih adalah sampai dengan 0,1 mg/l.
Dengan rumus kimia :
4Fe2+ + O2 + 10 H2O  4Fe(OH)3 + 8H+
7

Hal ini yang menyebabkan air menjadi keruh. Pada pembentukan besi (III)
oksidasi terhidrat yang tidak larut menyebabkan air berubah menjadi abu-abu. Besi
(II) dapat menjadi jenis yang sangat stabil yang larut dalam sumber air yang
kekurangan oksigen. Ion FeOH2+ dapat terjadi dalam perairan yang bersifat basa,
tetapi jika ada CO2 maka terbentuk FeCO3 yang tidak larut. Besi (II) dapat
membentuk kompleks yang stabil dengan zat organik yang larut dalam air. Dalam
perairan dengan ph rendah, kedua ion ferro dan ferri dapat ditemukan
(www.smkae.wordpress.com, 2008).
2.4 Bahaya (Fe) Bagi Kesehatan
Senyawa besi dalam jumlah kecil di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai
pembentuk sel-sel darah merah, dimana tubuh memerlukan besi sebanyak 7-35
mg/hari yang sebagian diperoleh dari air. Tetapi jika melebihi dosis yang diperlukan
oleh tubuh akan menimbulkan masalah kesehatan, yaitu tubuh manusia tidak dapat
mensekresi Fe.
Air minum yang banyak mengandung ion besi akan menyebabkan berbagai
penyakit jika dikonsumsi dan dapat merusak dinding usus, sering mengakibatkan
kematian oleh rusaknya dinding usus ini. Kadar Fe yang lebih dari 1 mg/l
menyebabkan terjadinya iritasi pada mata dan kulit. Selain itu, menyebabkan air
berbau busuk. Warna, bau, dan rasa merupakan gangguan fisik yang ditimbulkan
oleh adanya besi terlarut dalam air.
Pada hemokromatesis primer besi disimpan dalam tubuh dengan jumlah
yang berlebihan. Feritin yang memiliki kadar besi tinggi berada dalam keadaan
jenuh, sehingga kelebihan mineral ini akan disimpan dalam bentuk kompleks
dengan mineral lain yaitu hemosiderin. Mengakibatkan sirosis hati dan kerusakan
pankreas sehingga menimbulkan diabetes. Hemokromatis sekunder terjadi karena
transfusi yang berulang-ulang. Dalam keadaan ini besi masuk ke dalam tubuh
sebagai hemoglobin dari darah yang ditransfusikan dan kelebihan besi ini tidak
disekresikan (blogspot.com).
Kelebihan zat besi (Fe) bisa menyebabkan keracunan dimana terjadi muntah,
kerusakan usus, penuaan dini, kematian mendadak, mudah marah, radang sendi,
cacat lahir, kanker, hepatitis, hipertensi, infeksi, insomnia, sakit liver, masalah
mental, rasa logam di mulut, rematik, sikoprenia, sariawan perut, sickle-cell anemia,
8

keras kepala sirosis ginjal, sembelit, diabetes, diare, pusing, mudah lelah, kulit
kehitam-hitaman, sakit kepala, gangguan penyerapan vitamin dan mineral, serta
hemokromatis (Parulian, 2009 dan Paul C. Eck, Et.al., 1989).

2.5 Masuknya Besi ke Dalam Tubuh Manusia


Zat besi (Fe) merupakan komponen dari enzim yang mempengaruhi seluruh
reaksi kimia di dalam tubuh dan agak sukar diserap (10-15%). Besi juga merupakan
komponen dari hemoglobin yaitu sekitar 75%, yang membawa oksigen dan
mengantarkannya ke jaringan tubuh.
Besi (Fe) dibutuhkan oleh tubuh karena akan sangat berpengaruh bagi
pembentukan haemoglobin. Besi (Fe) juga berperan dalam aktifitas beberapa enzim
seperti sitokrom dan flavo protein. Tubuh yang tidak mampu mengekskresikan besi
(Fe) maka akan terjadi akumulasi besi (Fe) sehingga warna kulit menjadi hitam.
Debu besi (Fe) juga dapat diakumulasi di dalam alveoli menyebabkan berkurangnya
fungsi paru-paru. Kekurangan besi (Fe) mengakibatkan defisiensi yaitu kehilangan
darah sering terjadi pada penderita tumor saluran pencernaan, lambung dan pada
menstruasi. Defisiensi besi (Fe) menimbulkan gejala anemia seperti kelemahan,
fatigue, sulit bernafas waktu berolahraga, kepala pusing, diare, penurunan nafsu
makan, kulit pucat, kuku berkerut, kasar dan cekung serta terasa dingin pada tangan
dan kaki (Rumapea, 2009 dan Siregar, 2009)
Proses masuknya besi ke dalam tubuh dapat melalui banyak cara, misalnya
saja dari makanan, minuman, serta polusi besi dalam udara. Yang paling sering
terjadi melalui air minum yang kurang higienis dan telah tercemar oleh ion besi,
tanpa adanya penyerapan atau penjernihan air terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.
Perlu diadakannya penyerapan besi dalam air agar air minum menjadi layak untuk
dikonsumsi.

2.6 Metode Penurunan Kadar Besi


Banyak cara dapat dilakukan untuk menjernihkan air baik air minum
maupun air limbah, agar air menjadi layak untuk dikonsumsi dan tidak
menyebabkan penyakit dalam tubuh. Berbagai cara penjernihan air dilakukan dalam
berbagai proses yaitu:
9

1. Secara Fisika
A. Aerasi

Aerasi adalah proses oksidasi yang dilakukan menggunakan udara dengan


cara memasukkan udara dalam air. Pada kadar oksigen yang sangat rendah, ion Fe
sering dijumpai seperti pada air tanah. Larutan ferri dapat terbentuk dengan adanya
pabrik tenun, kertas, dan proses industri. Fe dapat dihilangkan dari dalam air dengan
melakukan oksidasi menjadi Fe(OH)3 yang tidak larut dalam air, kemudian di ikuti
dengan pengendapan dan penyaringan.
B. Sedimentasi

Sedimentasi adalah proses pengendapan dimana masing-masing partikel


tidak mengalami perubahan bentuk, ukuran, ataupun kerapatan selama proses
pengendapan berlangsung. Partikel-partikel padat akan mengendap bila gaya
gravitasi lebih besar dari pada kekentalan dan gaya kelembaban (Enersia) dalam
cairan. Proses pengendapan dengan cara gravitasi ini berguna untuk mengendapkan
partikel-partikel tersuspensi yang lebih berat daripada air, metode ini sering
dipergunakan dalam pengolahan air. Sedimentasi berlangsung sempurna pada air
dalam keadaan diam. Cara ini digunakan untuk mereduksi bahan-bahan tersuspensi
(kekeruhan) dari dalam air dan dapat berfungsi untuk mereduksi kandungan
organisme (patogen) tertentu dalam air.
C. Filtrasi

Proses penyaringan merupakan bagian dari pengolahan air yang pada


prinsipnya adalah untuk mengurangi bahan-bahan organik maupun anorganik yang
berada dalam air. Penghilangan zat padat tersuspensi denggan penyaringan memiliki
peranan penting, baik yang terjadi dalam pemurnian air tanah maupun dalam
pemurnian buatan di dalam instalasi pengolahan air. Bahan yang dipakai sebagai
media saringan adalah pasir yang mempunyai sifat penyaringan yang baik, keras dan
dapat tahan lama dipakai bebas dari kotoran dan tidak larut dalam air.
D. Adsorpsi

Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu zat dengan permukaan zat lain. Zat
yang diserap disebut fase terserap (adsorbat), sedangkan zat yang menyerap disebut
adsorben.secara umum adsorpsi adalah proses penggumpalan substansi terlarut yang
ada dalam larutan oleh permukaan benda atau zat penyerap.
10

2. Secara Kimia
A. Koagulan

Koagulan adalah zat kimia yang menyebabkan destabilisasi muatan negatif


partikel di dalam suspensi. Zat ini merupakan donor muatan positif yang digunakan
untuk mendestabilisasi muatan negatif partikel. Dalam pengolahan air sering dipakai
garam dari Aluminium, Al (III) atau garam besi (II) dan besi (III).
B. Alum/Tawas

Tawas/Alum adalah sejenis koagulan dengan rumus kimia Al2S04 11H2O


atau 14H2O atau 18H2O umumnya yang digunakan adalah 18H2O. Semakin banyak
ikatan molekul hidrat maka semakin banyak ion lawan yang nantinya akan
ditangkap akan tetapi umumnya tidak stabil. Pada pH < 7 terbentuk Al( OH ) 2+,
Al( OH )2 4+, Al2( OH )2 4+. Pada pH > 7 terbentuk Al ( OH )-4. Flok –flok Al ( OH )3
mengendap berwarna putih
C. PAC ( Poly Aluminium Chloride )

PAC adalah suatu persenyawaan anorganik komplek, ion hidroksil serta ion
alumunium bertaraf klorinasi yang berlainan sebagai pembentuk polynuclear
mempunyai rumus umum Alm(OH)nCl(3m-n). Beberapa keunggulan yang dimiliki PAC
dibanding koagulan lainnya adalah :
- PAC dapat bekerja di tingkat pH yang lebih luas, dengan demikian tidak
diperlukan pengoreksian terhadap pH, terkecuali bagi air tertentu.
- Kandungan belerang dengan dosis cukup akan mengoksidasi senyawa
karboksilat rantai siklik membentuk alifatik dan gugusan rantai hidrokarbon
yang lebih pendek dan sederhana sehingga mudah untuk diikat membentuk flok.
- Kadar khlorida yang optimal dalam fasa cair yang bermuatan negatif akan cepat
bereaksi dan merusak ikatan zat organik terutama ikatan karbon nitrogen yang
umumnya dalam struktur ekuatik membentuk suatu makromolekul terutama
gugusan protein, amina, amida dan penyusun minyak dan lipida.
3. Secara Alami

Ada beberapa penjernihan air sederhana baik secara alami maupun kimiawi
yang akan diuraikan berikut ini dapat digunakan di desa dan daerah pinggiran kota,
karena menggunakan teknologi sederhana serta bahan dan alatnya mudah didapat.
11

Biasanya menggunakan tempurung kelapa, biji kelor, arang sekam padi, dan kulit
pisang (blogspot.com).

2.7 Metode Penetapan kadar Fe2+


Teknik analisa penetapan kadar Fe total ini menggunakan spektrofotometer
serapan atom. Spektrofotometer serapan atom (SSA) pertama kali diperkenalkan
oleh Welsh (Australia ) pada tahun 1955. Metode ini berkembang dengan pesat dan
merupakan metode yang populer untuk analisa logam karena disamping relatif
sederhana metode ini juga selektif dan sangat sensitif. Spektrofotometer serapan
atom telah digunakan untuk penetapan sebanyak lebih kurang 70 unsur.
Penggunaannya meliputi sampelbiologi dan klinik, forensik material, makanan dan
minuman, air termasuk air buangan, tanah, tanaman, pupuk, besi, baja, logam
campur, mineral, hasilhasil minyak bumi, farmasi dan kosmetik (Harmita, 2006).
Metode SSA berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom
menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat
unsurnya. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu
atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi (Khopkar,
1990).
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Tinjauan besi dalam air


Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir
setiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologi dan semua badan air, pada
umumya besi yang ada di dalam air dapat bersifat:
1. Terlarut sebagai Fe2+ (Ferro) dan Fe3+ (Ferri)
2. Tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter < 1 µm) atau lebih besar, seperti
Fe2O3, FeO, FeOOH, Fe (OH)3 dan sebagainya.
3. Tergabung dengan zat organik atau zat padat yang anorganik.

Larutnya besi dan mangan yang berasal dari mineral-mineral, seringkali


akibat adanya CO2 dalam air tanah, CO2 dalam air tanah pada umumnya disebabkan
oleh dekomposisi zat organik yang memerlukan oksigen, maka oksigen yang
terdapat dalam lapisan tanah habis terpakai oleh proses dekomposisi, sehingga
menyebabkan lingkungan bersifat anaerob.
Di dalam air tanah yang jernih, besi yang terkandung didalamnya umumnya
bervalensi 2 dalam bentuk karbonat atau bikarbonat {Fe(HCO3)2}, bentuk ini dalam
air tidak menimbulkan warna, karena masih larut. Apabila air tersebut kontak
dengan oksigen, maka besi bervalensi 2 tersebut akan berubah menjadi besi
bervalensi 3.
Besi dalam bentuk Fe(OH)3 akan bersifat tidak larut dalam air, sehingga
akan menyebabkan warna merah kecoklatan atau karat. Pada air yang mempunyai
pH tinggi (basa), maka kadar besinya akan rendah. Kadar besi dalam tanah sangat
dipengaruhi oleh keadaan lokasi setempat, selain itu dapat pula disebabkan adanya
bakteri besi dalam air; larutnya logam-logam; seperti pada pipa-pipa saluran air, dan
juga pada pipa sumur pompa tangan, dapat menyebabkan adanya besi dalam air.
Pada air permukaan jarang ditemui kadar besi lebih besar dari 1 mg/L, tetapi
di dalam air tanah kadar besi dapat jauh lebih tinggi, konsentrasi besi yang tinggi ini
dapat dirasakan dan dapat menodai kain dan perkakas dapur. Pada air yang tidak
mengandung O2 (seringkali air tanah) besi berada sebagai Fe 2+ yang terlarut,

12
13

sedangkan pada air sungai yang mengalir akan terjadi aerasi, sehingga Fe2+
teroksidasii menjadi Fe3+. Fe3+ ini sulit larut pada pH 6–8, bahkan dapat menjadi
Ferri Hidroksida/Fe(OH)3 atau Fe2O3 yang bisa mengendap; dalam air sumur, besi
berada dalam bentuk Fe2+, Fe3+ terlarut dan Fe3+ dalam bentuk senyawa organik
koloidal. Adanya unsur-unsur besi dalam air diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
tubuh akan unsur tersebut. Zat besi, merupakan suatu unsur yang penting dan
berguna dalam metabolisme tubuh, untuk keperluan ini tubuh membutuhkan 7–35
mg unsur tersebut per hari, yang tidak hanya diperoleh dari air; dalam jumlah kecil,
unsur-unsur ini diperlukan untuk pembentukan sel-sel darah merah. Apabila tubuh
kekurangan zat besi, maka tubuh akan merasa lesu, mudah menjadi sakit dan pada
keadaan yang banyak kekurangannya, maka jantung akan berdebar-debar.
Adanya zat besi dalam air yang melebihi nilai ambang batas yang telah
ditetapkan dalam Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010, yaitu sebesar 0,3
mg/L akan mengakibatkan :
1. Menimbulkan noda-noda pada peralatan dan bahan-bahan yang berwarna putih
pada konsentrasi lebih dari 2 mg/L.
2. Menimbulkan warna kemerah-merahan pada air, memberi kesan dan rasa yang
tidak enak pada minuman dalam konsentrasi lebih dari 1 mg/L.
3. Membentuk endapan pada pipa-pipa logam dan bahan cucian.

Logam – logam di lingkungan perairan umumnya berada dalam bentuk ion,


ion – ion logam tersebut berinteraksi dengan spesies kimia yang berada dalam
perairan, begitu juga dengan logam Fe, interaksi ion logam Fe dengan spesies kimia
dalam perairan, antara lain:
1. Reaksi Hidrolisis
Jika ion logam Fe yang mempunyai muatan tinggi, seperti Fe 3+ akan terhidrolisa
kuat oleh air dengan konstanta keseimbangan kecil. Hidrolisis, dapat juga
berlangsung lebih lanjut dengan lepasnya satu atau lebih proton dari air yang
terkoordinasi.
2. Reaksi Reduksi dan Oksidasi
Reaksi oksidasi dan reduksi logam Fe sangat dipengaruhi oleh kadar oksigen.
Apabila kadar oksigen terlarut dalam air cukup besar, oksidasi Fe +2 menjadi Fe3+
akan berlangsung dan Fe3+ yang terbentuk akan dipisahkan oleh pasir lambat.
14

Besi dalam bentuk ion Fe2+ sangat mudah larut di dalam air, oksigen terlarut di
dalam air akan mengoksidasi Fe3+ menjadi Fe(OH)3 yang merupakan endapan,
sehingga akan menyebabkan kekeruhan dalam air yang berwarna merah karat.

Besi terdapat dalam air alam, dengan kadar sangat rendah. Air
permukaan yang alkalis dan disaring, jarang mengandung besi lebih dari 1 mg/L.
Beberapa air tanah dan air permukaan yang asam, kadang – kadang mengandung
besi lebih banyak. Dalam keadaan tereduksi sebagai ferro, besi ini larut dalam
adanya ion-ion pembentuk kompleks, ion ferro hanya larut pada pH kurang dari
lima. Pada air limbah yang asam dengan pH kurang dari 3,5; besi akan larut
dalam bentuk ferri. Jadi dalam air, besi dapat sebagai larutan maupun bentuk
koloidal yang mengikat bahan organik dalam bentuk ferri maupun ferro. Besi
dapat ditemukan dalam lumpur yang berada dalam air. Dapat berasal dari
kerusakan pipa-pipa atau tutup wadah sampel yang terbuat dari logam. Secara
analitis sukar di bedakan antara besi terlarut dengan besi tersuspensi karena
diudara terbuka ion ferro yang larut dapat dioksidir oleh oksigen terlarut dan
dihidrolisa pada pH lebih dari 5 menjadi ion ferri yang tak larut.

3.2 Metode dan Teknik Sampling Untuk Pemeriksaan Besi dalam Air
3.2.1 Metode Sampling Untuk Pemeriksaan Besi dalam Air
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi. Metode pengambilan sampel
dilakukan dengan cara sampling purposif, yaitu sampel diambil dengan
ketentuan peneliti, berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya dengan memperhatikan pertimbangan kondisi serta keadaan dari
daerah penelitian.
Adapun teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh yaitu
teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel. Hal ini dilakukan karena jumlah populasi relatif kecil. Istilah lain
sampel Jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel,
sedangkan penetapan kadar Besi (Fe) menggunakan metode fenantrolin secara
spektrofotometrik.
15

3.2.2 Teknik Sampling Untuk Pemeriksaan Besi dalam Air


1) Teknik Sampling Pemeriksaan Besi dalam Air menggunakan Atomic
Absorption Spectrofotometer (AAS)
a) Pengambilan Air Sumur
Pada sumur gali, sampel diambil pada kedalaman 20 cm dibawah
permukaan air pada pagi hari. Tahapan pengambilan sampel pada sumur gali
menurut SNI 6989.58.2008 untuk keperluan ini adalah sebagai berikut :
1. Siapkan alat pengambil sampel yang sesuai dengan keadaan sumber air.
2. Bilas alat dengan sampel yang akan diambil sebanyak 3 kali.
3. Ambil sampel sesuai dengan keperluan.
b) Pengambilan Air Keran
Tahapan pengambilan sampel sebagai berikut :
1. Siapkan botol bersih bebas zat besi.
2. Buka kran selama 1-2 menit.
3. Buka tutup botol dan isi sampel ¾ volume botol.
4. Lakukan pengawetan dengan cara kimia.
c) Pengukuran Kekeruhan Sampel
Air di ambil dari botol plastik sebanyak 10 ml, kemudian tuangkan ke
dalam botol kecil yang akan dimasukkan ke dalam alat turbidimeter. Selanjutnya
alat turbidimeter dikalibrasi terlebih dahulu dengan tujuan menjamin tingkat
ketelitian dalam pengukuran. Kemudian tekan tombol on/off untuk
menghidupkan alat, tunggu hingga layar menyala dan tertera “Rd”. Sampel
dimasukkan ke dalam botol sampel, kemudian ditutup lalu read ditekan dan
ditunggu hingga muncul nilai pada layar.
d) Pengukuran Suhu Sampel
Air dimasukkan ke dalam gelas kimia masing-masing 10 ml. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan thermometer. Untuk mengetahui suhu air yang
terdapat pada gelas kimia tersebut. Pengambilan data dilakukan sebanyak 2 kali.
e) Penentuan Kadar Kandungan Unsur Besi (Fe)
a. Preparasi dengan (HNO3) pekat 65 %
b. Pembuatan Larutan Baku Logam Besi (Fe), 100 mg/l
16

c. Pembuatan Larutan Standar Logam Besi (Fe), 10 mg/l


d. Pembuatan larutan standar logam besi (Fe), 0 mg/l; 0,25 mg/l; 0,5
mg/l; 0,75 mg/l, 1 mg/l, 1,25 mg/l; dan 1,5 mg/l
e. Pengukuran absorbansi larutan standar besi (Fe) dan konsentrasi
besi (Fe) dalam sampel menggunakan Atomic Absorption Spectrofotometer
(AAS)

2) Teknik Sampling Pemeriksaan Besi dalam Air menggunakan


Spektrofotometer UV-Vis
a. Pengambilan Sampel : Teknik pengambilan sampel untuk pemeriksaan
besi dalam air menggunakan Spektrofotometri UV-Vis sama dengan Teknik
pengambilan sampel untuk pemeriksaan besi dalam air menggunakan
Spektrofotometri Atomic Absorption Spectrofotometer (AAS).
b. Pengawetan Cara Kimia : Menurut SNI 6989.58:2008 pengawetan
secara kimia dilakukkan dengan penambahan asam nitrat pekat (HNO 3 pekat)
kedalam sampel sampai pH<2.
c. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif besi dibedakan menjadi Fe2+ dan Fe3+. Menurut Vogel
(1985) analisis kualitatif besi (Fe2+) adalah 5 tetes larutan sampel dimasukkan
dalam tabung reaksi ditambah 3 tetes larutan larutan kalium tiosianida 2N.
Reaksi positif bila terjadi larutan berwarna merah darah. Analisis kualitatif besi
Fe3+ adalah 5 tetes larutan sampel dimasukkan dalam tabung reaksi ditambah 3
tetes larutan kalium tiosianida 2 N. Reaksi positif bila terjadi laruta berwana
merah darah.
d. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
e. Pembuatan Larutan Baku 1,1: 2,2: 3,3: 4,4; dan 5,5 ppm
f. Penetapan Kadar Fe

3.3 Pengaruh Besi Terhadap Kesehatan dan Lingkungan Air


Air merupakan unsur yang vital dalam kehidupan manusia. Adanya
unsur-unsur besi dalam air diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan
unsur tersebut. Zat besi, merupakan suatu unsur yang penting dan berguna dalam
metabolisme tubuh, untuk keperluan ini tubuh membutuhkan 7–35 mg unsur
17

tersebut per hari, yang tidak hanya diperoleh dari air; dalam jumlah kecil, unsur-
unsur ini diperlukan untuk pembentukan sel-sel darah merah. Manusia
membutuhkan zat besi dalam jumlah sedikit untuk metabolisme dan
pembentukan sel-sel darah merah. Jumlah zat besi yang dikeluarkan tubuh
sekitar 1,0 mg perhari, sehingga konsumsi yang dianjurkan adalah 10 mg perhari
untuk orang dewasa. Hal ini disebabkan karena jumlah besi yang dapat diserap
oleh tubuh adalah 10 %.
Apabila tubuh kekurangan zat besi, maka tubuh akan merasa lesu, mudah
menjadi sakit dan pada keadaan yang banyak kekurangannya, maka jantung
akan berdebar-debar. Kekurangan zat besi juga dapat menyebabkan anemia
defisiensi besi, anemia defisiensi besi merupakan penurunan jumlah sel darah
merah yang disebabkan oleh besi terlalu sedikit. Anemia defisiensi besi juga
dapat disebabkan oleh buruknya penyerapan zat besi dalam makanan.
Kekurangan zat besi (Fe) menimbulkan gejala anemia seperti kelemahan,
fatigue, sulit bernafas waktu berolahraga, kepala pusing, diare, penurunan nafsu
makan, kulit pucat, kuku berkerut, kasar dan cekung serta terasa dingin pada
tangan dan kaki.
Besi juga dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan hemoglobin, dan
banyaknya Fe di dalam tubuh dikendalikan pada fase absorbsi. Tubuh manusia
tidak dapat mengekskresikan Fe. Oleh karena itu, mereka yang sering mendapat
transfusi darah, warna kulitnya menjadi hitam, hal ini diakibatkan oleh
akumulasi Fe. Sekalipun Fe diperlukan oleh tubuh, tetapi dalam dosis besar
dapat berdampak negatif terhadap kesehatan tubuh diantaranya sebagai berikut :
1. Merusak dinding usus, dan kematian sering kali disebabkan oleh rusaknya
dinding usus.
2. Debu Fe juga dapat diakumulasi di dalam alveoli, dan menyebabkan
berkurangnya fungsi paru-paru.
3. Air tanah yang mengandung zat besi (Fe) yang cukup tinggi, berbau dan
berwarna coklat atau kemerahan, apabila digunakan untuk mandi akan
membuat kulit menjadi kering.
4. Terjadinya iritasi pada mata dan kulit.
18

5. Hemokromotasis primer besi yang diserap dan disimpan dalam jumlah yang
berlebihan. Feritin berada dalam keadaan jenuh akan besi sehingga kelebihan
mineral ini akan disimpan dalam 18 bentuk kompleks dengan mineral lain
yaitu hemosiderin. Akibatnya terjadilah sirosis hati dan kerusakan pankreas
sehingga menimbulkan diabetes.
6. Hemokromatis sekunder terjadi karena tranfusi yang berulang-ulang dalam
keadaan ini besi masuk ke dalam tubuh sebagai hemoglobin dari darah yang
ditranfusikan dan kelebihan besi ini tidak dieksresikan.
7. Tingginya kandungan logam Fe akan berdampak terhadap kesehatan
manusia diantaranya bisa menyebabkan keracunan (muntah), kerusakan
usus, penuaan dini hingga kematian mendadak, radang sendi, cacat lahir,
gusi berdarah, kanker, sirosis ginjal, sembelit, diabetes, diare, pusing, mudah
lelah, hepatitis, hipertensi, insomnia.

Dampak dari terpaparnya air yang mengandung bahan kimia berlebihan


seperti besi dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan kronis
maupun akut. Dalam jangka waktu pendek, zat-zat tersebut dapat menimbulkan
gangguan sistem pernapasan seperti lemas, batuk, sesak napas,
bronchopneumonia, edema paru, dan cyanosis (Kondisi ketika jari tangan, kuku,
dan bibir tampak berwarna kebiruan karena kurangnya oksigen dalam darah)
serta methemoglobinemia (Keadaan dimana hemoglobin tidak mampu
mengangkut oksigen karena besi ferro (Fe2+) dalam molekul heme teroksidasi
menjadi bentuk besi ferri (Fe3+). Dampak penyimpangan parameter zat kimia
adalah dapat meningkatkan reaktivitas pada pembuluh tenggorokan dan
sensitivitas pada penderita asma. Zat kimia bersifat racun terutama terhadap paru
dengan diawali gangguan pada pernafasan.
Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir
setiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada
umumnya besi yang ada dalam air dapat bersifat: terlarut sebagai Fe2+ (ferro)
atau Fe3+ (ferri), tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter < 1 mm) atau lebih
besar seperti FeO, Fe(OH)2, atau Fe(OH)3, dan tergabung oleh zat organis atau
zat padat yang inorganis (seperti tanah liat).
19

Besi merupakan salah satu unsur yang merupakan hasil pelapukan batuan
induk yang banyak di temukan diperairan umum, senyawa besi di dalam air
umumnya dalam bentuk garam ferri atau garam ferro yang bervalensi 2. Besi
adalah salah satu dari lebih unsur-unsur penting dalam air permukaan dan air
tanah. Air tanah yang mengandung Fe (II) memiliki sifat yang unik. Dalam
kondisi tidak ada oksigen, air tanah yang mengandung Fe (II) jernih, begitu
mengalami oksidasi oleh oksigen yang berasal dari atmosfer ferro akan berubah
menjadi ion ferri dengan reaksi :
4 Fe2+ + O2 + 10 H2O ↔ 4 Fe(OH)3 + 8 H+ (air menjadi keruh)
Besi (Fe) merupakan salah satu unsur kimia yang diperbolehkan ada
dalam air dengan kadar tertentu. Berikut merupakan standar baku kadar besi
dalam air menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolanm Renang,
Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum :

Sumber : http://hukor.kemkes.go.id/.
Menurut Permenkes, kadar besi dalam air tidak boleh lebih dari 0,3-1
mg/L. Adanya zat besi dalam air yang melebihi nilai ambang batas yang telah
ditetapkan dalam Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010, yaitu sebesar 0,3-
1 mg/L akan mengakibatkan :
20

1. Menimbulkan noda-noda pada peralatan dan bahan-bahan yang berwarna


putih pada konsentrasi lebih dari 2 mg/L.
2. Menimbulkan warna kemerah-merahan pada air, memberi kesan dan rasa
yang tidak enak pada minuman dalam konsentrasi lebih dari 1 mg/L.
3. Membentuk endapan pada pipa-pipa logam dan bahan cucian.
4. Endapan Fe(OH)3 dapat menyebabkan efek-efek yang merugikan
seperti : Mengotori bak dari seng, wastafel dan kloset dan bersifat
korosif terhadap pipa terutama pipa GI dan akan mengendapkan pada
saluran pipa, sehingga menyebabkan pembuntuan.
5. Kadar besi (Fe) > 1 mg/L dianggap membahayakan kehidupan
organisme akuatik.
Penyebab utama tingginya kadar besi dalam air diantaranya :
a. Rendahnya pH air : Potensial hydrogen atau pH air normal yang
tidak menyebabkan masalah adalah ≥ 7. Air yang mempunyai pH ≤ 7
dapat melarutkan logam termasuk besi.
b. Temperatur air : Kenaikan temperatur akan menyebabkan
meningkatnya derajat korosif.
c. Gas-gas terlarut dalam air : Adanya gas-gas terlarut diantaranya
adalah O2, CO2 dan H2S. Beberapa gas terlarut dalam air tersebut
akan bersifat korosif.
d. Bakteri : Secara biologis tingginya kadar besi dipengaruhi oleh
bakteri besi yaitu bakteri yang dalam hidupnya membutuhkan
makanan dengan mengoksidasi besi sehingga larut.

3.4 Metode Pemeriksaan Besi dalam Air


3.4.1 Metode Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri adalah suatu metoda analisis yang berdasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma
atau kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa.
Metode analisis besi yang sering digunakan adalah dengan
spektrofotometeri UV-Vis, karena kemampuannya dapat mengukur konsentrasi
besi yang rendah. Besi bervalensi dua maupun tiga dapat membentuk kompleks
21

berwarna dengan suatu reagen pembentuk kompleks dimana intensitas warna


yang terbentuk dapat diukur dengan spektrofotometri sinar tampak. Syarat
analisis menggunakan UV-Vis adalah cuplikan yang dianalisis bersifat stabil
membentuk kompleks dan larutan berwarna. (Kartasasmita, et al. 2009)
Tahap pengujian kadar Fe (III) dalam air secara spektrofotometri
dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu
 Penentuan Panjang Gelombang (𝞴) Maksimum
1. Dimasukkan 1 ml FeCl₃ ke dalam labu takar 100 ml
2. Ditambahkan 1 tetes Na-asetat
3. Ditambahkan 5 ml hidroksilamin
4. Ditambahkan 5 ml fenantrolin
5. Diencerkan hingga homogen dan didiamkan beberapa menit
 Penentuan Nilai Absorbansi pada Sampel
1. Sampel air dipipet masing-masing 25 ml ke dalam 3 buah gelas kimia
2. Diasamkan dengan HCl pekat 2 tetes, lalu diaduk hingga homogen
3. Ditambahkan Na-asetat 10 tetes
4. Ditambahkan 5 ml hidroksilamin
5. Ditambahan 5 ml fenantrolin
6. Ditambahkan FeCl₃ 1 ml
7. Lalu dihitung nilai absorbansinya
 Penentuan Nilai Absorbansi FeCl₃
1. Dimasukkan FeCl₃ sebanyak 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, dan 5 ml ke dalam 5
buah labu takar 25 ml
2. Ditambahkan NA-asetat 1 tetes
3. Ditambahkan hidroksilamin klorida 1 ml
4. Ditambahkan fenantrolin 1 ml
5. Diencerkan hingga 25 ml dan homogenkan
6. Lalu dihitung nilai absorbansinya dengan cara memasukannya kedalam
kurva kalibrasi terlebih dahulu
22

3.5 Gangguan Pemeriksaan Besi dalam Air


Menurut Joko (2010) kandungan Fe dalam air dapat menyebabkan berbagai
masalah kesehatan diantaranya:
a) Gangguan Teknis
Endapan Fe(OH)₃ dapat menyebabkan efek-efek merugikan, seperti
mengotori bak dari seng, wastafel, dan kloset. Bersifat korosif terhadap pipa
dan akan mengendap pada saluran pipa sehingga menyebabkan
pembuntuan.
b) Gangguan Fisik
Gangguan fisik yang ditimbulkan oleh adanya besi terlarut dalam air
adalah timbulnya kekeruhan, warna, bau, dan rasa.
c) Gangguan Kesehatan
Fe dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukkan haemoglobin. Kadar besi
yang melebihi dosis yang diperlukan oleh tubuh dapat menimbulkan masalah
kesehatan. Hal ini dikarenakan tubuh manusia tidak dapat mengekskresikan Fe,
sehingga bagi mereka yang sering mendapatkan transfusi darah warna kulitnya
menjadi hitam karena akumulasi Fe. Air minum yang mengandung cenderung
menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi. Selain itu, kadar Fe dalam dosis
besar dapat merusak dinding usus. Kadar fe yang lebih dari 1 mg/l akan
menyebabkan terjadinya iritasi mata dan kulit. Apabila kelarutan besi dalam air
melebihi 10 mg/l akan menyebabkan air berbau seperti telur busuk
d) Gangguan Ekonomis
Gangguan ekonomis yang ditimbulkan adalah secara tidak langsung
melainkan karena akibat yang ditimbulkan oleh kerusakan peralatan dan
biaya kesehatan untuk penggantinya.

3.6 Perhitungan Kadar Besi


3.6.1 Pelaksanaan Percobaan

Alat

1. Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)

2. Labu takar 100mL


23

3. Beker glass 1000mL

4. Pipet volume 1mL, 5mL, 10mL, 20mL, dan 25mL

5. Pipet tetes

6. Pro pipet

Bahan

1. Larutan Standar Fe 100 mg/L

2. Aquades

3.7 Cara Kerja Penentuan Kadar Besi dalam Air

masing-masing 25 mL sampel air


5 buah labu takar

- Penambahan larutan standar Fe 100 mg/L pada masing-masing deret

standar dengan volume berturut-turut adalah 0, 1, 5, 10, dan 20 mL

menggunakan pipet volume

- Pengenceran sampai tanda tera pada labu takar menggunakan

akuades

- Penghomogenan

- Pembacaan absorbansi masing-masing deret adisi standar dengan

menggunakan AAS

- Pencatatan hasil analisis

- Pembuatan grafik hubungan antara absorbansi vs konsentrasi (mg/L)

- Penghitungan konsentrasi Fe dalam sampel

Hasil

3.7.1 Hasil Percobaan dan Pembahasan


24

Praktikum berjudul pengujian kadar besi (Fe) dalam air metode adisi

standar bertujuan untuk menentukan kadar besi (Fe) dalam air menggunakan alat

Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) dengan metode Adisi Standar

Spektrofotometri. Pengukuran absorbansi sampel Fe dengan AAS dilakukan pada

panjang gelombang 248,3 nm, tekanan gas asetilen 0,3 kg/cm 2 dan tekanan udara

1,6 atm. Yang dimaksud dengan metode adisi standar adalah menambahkan

larutan standar ke dalam sampel. Volume sampel tetap sedangkan volume dari

larutan standar berbeda. Volume akhir yang diukur dengan menggunakan alat

instrumentasi adalah sama. Jadi yang memiliki variasi adalah konsentrasi larutan

standar.

Data pengukuran absorbansi larutan deret standar Fe dengan menggunakan

AAS adalah seperti ditunjukkan pada tabel.1.

Tabel. 1 Data hubungan volume larutan standar Fe dan absorbansi

Volume Larutan Standar Fe 100 mg/L Absorbansi


0 mL 0,022
1 mL 0,028
5 mL 0,060
10 mL 0,106
20 mL 0,184
dengan menggunakan rumus pengenceran V1 N1 = V2 N2, dapat dihitung

konsentrasi larutan.

Keterangan :

V1 = volume larutan sampel sebelum dilakukan pengenceran, mL


N1 = konsentrasi larutan sampel sebelum dilakukan pengenceran, mg/L
V2 = volume larutan sampel setelah dilakukan pengenceran, mL
N2 = konsentrasi larutan sampel setelah dilakukan pengenceran, mg/L

Perhitungan untuk larutan standar Fe 100 mg/L dengan volume setelah


pengenceran sebesar 100 mL adalah sebagai berikut :
25

1. Larutan Standar Fe 0 mL
V1 x N1 = V2 x N2
0mL x 100 mg/L = 100 mL x N2
N2 = 0 mg/L
2. Larutan Standar Fe 1 mL
V1 x N1 = V2 x N2
1mL x 100 mg/L = 100 mL x N2
N2 = 1 mg/L
3. Larutan Standar Fe 5mL
V1 x N1 = V2 x N2
5mL x 100 mg/L = 100 mL x N2
N2 = 5 mg/L
4. Larutan Standar Fe 10mL
V1 x N1 = V2 x N2
10mL x 100 mg/L = 100 mL x N2
M2 = 10 mg/L
5. Larutan Standar Fe 20mL
V1 x N1 = V2 x N2
20mL x 100 mg/L = 100 mL x N2
M2 = 20 mg/L

Tabel. 2 Data hubungan konsentrasi larutan standar Fe dan absorbansi


Konsentrasi Larutan Standar Fe 100 mg/L Absorbansi
0 mg/L 0,022
1 mg/L 0,028
5 mg/L 0,060
10 mg/L 0,106
20 mg/L 0,184
26

0.2
f(x) = 0.04 x − 0.04
0.18 R² = 0.9

0.16

0.14

0.12
Absorbansi

0.1

0.08

0.06

0.04

0.02

0
0 2 4 6 8 10 12
konsentrasi (mg/L)

Grafik 1. Hubungan absorbansi vs konsentrasi larutan standar Fe

Persamaan yang diperoleh adalah y = 0,008 x + 0,021 dimana y sebagai

absorbansi dan x sebagai konsentrasi dengan R = 0,999, dimana R merupakan

linieritas hasil pengukuran. Jika nilai R makin mendekati 1, berarti hasil

pengukuran tersebut semakin linier.

Untuk menghitung kadar besi (Fe) dalam sampel, garis lurus y = 0,008 x

+ 0,021 yang diperoleh diektrapolasi ke y = 0, sehingga memotong sumbu x.

Persamaan garis regresi linier:

y
= 0,008x + 0,021
1 = 0,008 x + 0,021
- 0,0021= 0,008 x
x = -2,625 mg/L
27

Gambar 2. Grafik dari Metode Adisi Standar

Maka, konsentrasi Fe dalam sampel Cs = 2,625 mg/L adalah konsentrasi hasil

ektrapolasi dikalikan dengan faktor pengenceran.

Kadar Fe dalam sampel = Cs x faktor pengenceran

100 mL
= 2,625 mg/L x
25 mL

= 10,5 mg/L

Kadar Fe sebesar 10,5 mg/L ini melebihi kadar besi terlarut yang masih

diperbolehkan dalam air bersih yaitu sebesar 0,1 mg/L.


BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan pada BAB III dapat penulis simpulkan sebagai berikut:
1. Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir setiap
tempat di bumi, pada semua lapisan geologi dan semua badan air, pada umumya
besi yang ada di dalam air memiliki sifat terlarut sebagai Fe 2+ (Ferro) dan Fe3+
(Ferri) , tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter < 1 µm) atau lebih besar,
seperti Fe2O3, FeO, FeOOH, Fe (OH)3 dan sebagainya. serta tergabung dengan
zat organik atau zat padat yang anorganik.
2. Besi dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan hemoglobin. Akan tetapi kadar
besi dalam dosis besar dapat merusak dinding usus, dan kematian yang sering
kali disebabkan oleh rusaknya dinding usus, selain itu debu Fe dapat
diakumulasi di dalam alveoli, dan menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru.
3. Pemeriksaan kadar besi dalam air dapat dilakukan dengan metode
Spektrofotometri UV-Vis dan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Dalam
pengambilan sampel wadah yang digunakan harus dicuci terlebih dahulu dengan
air suling. Selain itu pengambilan porsi yang akan dianalisa, harus sering
dikocok kuat untuk membuat besi yang tersuspensi terbagi rata dalam air dan
perlu memperhatiakan adanya besi koloid yang melekat pada dinding wadah
terutama wadah plastik. Hasil analisa kadar besi dalam air, sangat dipengaruhi
oleh cara pengambilan sampel, penyimpanan dan perlakuan pendahuluan
terhadap sampel.

4.2 Saran
Besi merupakan zat yang penting bagi kesehatan tubuh salah satunya digunakan
untuk pembentukan hemoglobin. Akan tetapi kadar besi dalam dosis besar dapat
mengganggu kesehatan tubuh dan juga dapat merusak lingkungan. Maka dari itu saran
dari penulis yaitu perlu adanya pemeriksaan kadar besi secara berkala dalam air yang
dikonsumsi untuk memastikan air yang dikonsumsi aman bagi tubuh dan juga

28
29

lingkungan sekitar. Pemeriksaan kadar besi secara berkala perlu dilakukan untuk
mecegah timbulnya berbagai gangguan kesehatan yang ditimbulkan dan meminimalisir
kerusakan lingkungan akibat kadar besi yang telalu tinggi dalam air.
DAFTAR PUSTAKA

 Berti Oktiana. (2019). http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/873/3/3.%20chapter


%201.pdf.pdf. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2020
 Ela Ambarwati. (n.d). makalah besi.
https://www.academia.edu/11000132/makalah_besi. Diakses pada tanggal 12
Oktober 2020
 Sunarsih,E, Faisya,A.F, Windusari,Y, Trisnaini,I, Arista,D, Septiawati,D,
Ardila,Y, Purba,I.G, Garmini,R. (2018). Analisis Paparan Kadmium, Besi, Dan
Mangan Pada Air Terhadap Gangguan Kulit Pada Masyarakat Desa Ibul Besar
Kecamatan Indralaya Selatan Kabupaten Ogan Ilir.
https://www.ejournal.undip.ac.id. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2020.
 Agustina,K. (2019). Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan Air.http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/882/4/4%20Chapter%202.pdf.
Diakses pada tanggal 11 Oktober 2020.
 Supriyantini,E, Endrawati,H.(2015). Kandungan Logam Berat Besi (Fe) Pada
Air, Sedimen, Dan Kerang Hijau (Perna viridis) Di Perairan Tanjung Emas
Semarang.https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jkt/article/viewFile/512/387.
Diakses pada tanggal 12 Oktober 2020.
 Ariyanti,S.P, Anas,M, Erniwati. (2020). Analisis Kandungan Logam Berat pada
Air Sumur Gali Dusun IV Desa Poasaa Kabupaten Konawe.
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JIPFI/article/view/10544/7816. Diakses pada
tanggal 12 Oktober 2020.
 Khaira, K.(2013). Penentuan Kadar Besi (Fe) Air Sumur dan Air PDAM dengan
Metode Spektrofotometri. https://media.neliti.com/media/publications/129733-
ID-penentuan-kadar-besi-fe-air-sumur-dan-ai.pdf. Diakses pada tanggal 12
Oktober 2020.
 Della Mita, (2017). Penentuan Kadar Besi Secara Spektrofotometri.Academia
https://www.academia.edu/15111961/PENENTUAN_KADAR_BESI_SECARA
_SPEKTROFOTOMETRI . Diakses pada tanggal 13 Oktober 2020

30
31

 Anonim, (2016). Penurunan Kadar Fe dengan perlakuan Aerasi, Filtrasi, dan


ion Exchange. Poltekkes Yogyakarta.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1184/3/3%2520BAB%25201-
3.pdf&ved=2ahUKEwipoo3R2LHsAhXVXisKHaSoAc4QFjAGegQIBhAB&us
g=AOvVaw1MOa2OxhNEGbw1aaJUoqcL . Diakses pada tanggal 13 Oktober
2020
 Cyrilla Oktaviananda. (2015). Pengujian Kadar Besi (Fe) Dalam Air Metode
Adisi Standar.https://www.academia.edu/18846944/Analisis_Fe_dalam_air .
Diakses pada tanggal 12 Oktober 2020.
32

Daftar Pertanyaan dan Jawaban Presentasi


list pertanyaan

1. Selain tadi yang sudah disebutkan, adakah gangguan kesehatan lainnya jika
kita mengkonsumsi fe secara berlebih? (Salsabila P Benny 2A)
Jawaban (Sindi) : Selain dikarenakan tubuh manusia tidak dapat mengekskresikan Fe,
sehingga bagi mereka yang sering mendapatkan transfusi darah warna kulitnya menjadi
hitam karena akumulasi Fe. Ada juga gangguan kesehatan lain seperti :
• Air minum yang mengandung fe cenderung menimbulkan rasa mual apabila
dikonsumsi.
• kadar Fe dalam dosis besar dapat merusak dinding usus.
• Kadar fe yang lebih dari 1 mg/l akan menyebabkan terjadinya iritasi mata dan kulit.
• pabila kelarutan besi dalam air melebihi 10 mg/l akan menyebabkan air berbau seperti
telur busuk

2. Mengapa pada air yang mempunyai pH tinggi (basa) kadar besinya akan
menjadi rendah ? (Atria 2A)
Jawaban (Adi) : Sifat kimia besi diketahui bahwa besi membentuk endapan besi (II)
hidroksida atau besi (III) hidroksida ketika bereaksi dengan ph Basa. Dengan demikian
besi mengendap pada suasana basa yang akan membuat kadar fe rendah dalam air ph
basa

3. Mengapa besi dalam air itu dapat menyebabkan endapan pada pipa-pipa logam
dan bahan cucian? (Shintia 2A)
Jawaban (Siti E) : Pada umumnya besi yang ada dalam air dapat bersifat: terlarut
sebagai Fe2+ (ferro) atau Fe3+ (ferri), tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter < 1
mm) atau lebih besar seperti FeO, Fe(OH)2, atau Fe(OH)3. Endapan Fe(OH)3 dapat
menyebabkan efek-efek yang merugikan seperti : Mengotori bak dari seng, wastafel dan
kloset dan bersifat korosif terhadap pipa terutama pipa GI dan akan mengendapkan pada
saluran pipa, sehingga menyebabkan pembuntuan.
33

4. Zat besi merupakan suatu unsur yang berguna dalam metabolisme tubuh juga
diperlukan untuk pembentukan sel sel darah merah. Apa saja contoh makanan
yang kaya akan mengandung zat besi? (Syifa NF 2A)
Jawaban (Nailan) : Daging merah, Tiram, Berbagai jenis ikan, Hati, Sereal yang
diperkaya zat besi, Kacang kedelai, Berbagai jenis kacang-kacangan, Bayam, Biji wijen,
Tahu, Kentang, Sementara pada bayi, kebutuhan zat besi dapat dipenuhi dari ASI atau
susu formula yang diperkaya zat besi.

5. Pada tahap pengujian Kadar Fe metode spektrofotometri, penentuannya


masing-masing ditambahkan larutan hidroksilamin dan fenolfetalin. Nah fungsi
larutan hidroksilamin dan fenantrolin disana untuk apa? (Nafisa 2B)
Jawaban (Suci) : Penambahan dari larutan Hidroksilamin-HCl 5% yaitu untuk
mereduksi Fe3+menjadi Fe2+,dan persamaan reaksinya adalah:2 Fe3+(aq)+ 4
NH2OH(aq)+ 2 OH-(aq)2 Fe2+(aq)+ N2 (g)+ 4 H2O(l)Fe2+lebih stabil
dibandingkan dengan Fe3+. Tujuan dari penambahan larutan 1,10-fenantrolin0,1%
adalah untuk membentuk kompleks larutan berwarna. Reaksi besi dengan 1,10-
fenantrolin 0,1% merupakan reaksi kesetimbangan dan berlangsung pada pH 6-8 maka
dariitu, perlu ditambahkan larutan CH3COONa 5% yang bertujuan untuk menjaga pH
agar tetapberada di range pH 6-8.

6. Kenapa pada perhitungan kadaar Sampel ada perhitungan dikali faktor


pengenceran. Kenapa bisa dikalikan faktor pengenceran ? (Ari 2A)
Jawaban (Adi) : Pengenceran adalah proses penambahan pelarut (umumnya air) yang
bertujuan untuk mendapatkan larutan dengan kosentrasi yang lebih kecil dari kosentrasi
awal zat yang lebih pekat. Faktor pengenceran adalah faktor yang harus
dimasukkan/dikalikan dalam rumus perhitungan yang digunakan untuk mencari
presentase zat yang telah diencerkan.

7. di penyebab utama kadar besi tinggi. Masih belum paham di temperatur air
kenapa bisa demikian ? (Bunga 2A)
Jawaban (Siti E) : Kenaikan temperatur akan menyebabkan meningkatnya derajat
korosif artinya kadar besi dalam air itu tinggi.
34

8. Apa perbedaan hemokromotasis Primen dan sekunder? Hemokromotasis


sendiri itu apa artinya? (Risma 2A)
Jawaban (Lia) : Hemokromatosis adalah kelebihan zat besi dalam tubuh.
Hemokromatosis primer adalah gangguan genetik turunan yang menyebabkan tubuh
menyerap terlalu banyak zat besi makanan. Sedangkan Hemokromatosis sekunder
terjadi ketika penumpukan zat besi disebabkan oleh kondisi medis lainnya seperti
anemia,penyakit hati kronis seperti Hepatitis C, sering menjalani transfusi darah dan
dialisis ginjal.

9. Tadi dijelaskan pada pengambilan sampel yang 20m, waktu pengambilannya


adalah saat pagi hari, memangnya tidak bisa jika tidak pagi hari? Atau memang
akuratnya ketika pagi hari? (Elsa 2A)
Jawaban (Suci): karena untuk memastikan bahwa air yang terambil berasal dari air
tanah, bukan dari air hujan atau rembesan dari air permukaan, sehingga dapat
menggambarkan kualitas air tanah sesungguhnya

10.Kan penyebab utama kadar besi dalam air itu ada bakteri, nah bakteri apa
aja? (Farida 2A)
Jawaban (Lia) : Bakteri - Bakteri zat besi seperti Crenotrik, leptotrik, callitonella,
Siderocapsa yang membutuhkan makanan dengan mengoksidasi besi sehingga larut
dalam air, secara biologis sangat mempengaruhi tinggi rendahnya kadar zat besi pada
air

11. Apakah pada seseorang yang mengkonsumsi suplemen zat besi akan menerima
efek yang sama dengan orang yang menerima transfusi atau tidak (Salsabila
Nurmadina 2B)
Jawaban (Ayu) : Berbeda efeknya, efek samping suplemen penambah darah umumnya
terjadi jika dikonsumsi dalam dosis tinggi. Beberapa efek samping zat besi yang dapat
terjadi akibat terlalu banyak mengonsumsi obat penambah darah yaitu masalah
pencernaan seperti sakit perut, mual, diare, dan konstipasi, BAB berwarna hitam, dan
berkurangnya nafsu makan. Sedangkan efek samping suplemen vitamin B12 dan asam
35

folat yang dapat terjadi yaitu pusing, sakit kepala, dan mual. Kalau yg transfusi kan
efeknya ke kulit, sedangkan yang karna obat efeknya ke pencernaan

12. Apabila kadar Fe dalam air tinggi bagaimana cara mengatasinya agar air
dapat digunakan atau dikonsumsi ? (Anis 2B)
Jawaban (Adistiani) : Cara menjernihkan air yang mengandung besi bisa
mengaplikasikan empat cara berikut ini:
1. Aerasi
Aerasi adalah proses untuk menaikkan kadar oksigen dalam air dengan cara
menyuntikkan udara ke dalam air lewat proses oksidasi. Setelah proses oksidasi dengan
udara biasa, tahap selanjutnya diikuti dengan proses pengendapan dan penyaringan.
2. Sedimentasi
Proses pengendapan dilakukan untuk mengikat partikel-partikel padat agar mengendap
dalam air dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Prinsipnya, proses sedimentasi
berusaha untuk mereduksi zat kimia yang menjadi penyebab air keruh tanpa mengubah
bentuk, ukuran, dan kerapatannya.
3. Oksidasi
Proses oksidasi dijalankan untuk membuat air bersinggungan langsung dengan udara
agar kadar besi dalam air teroksidasi menjadi feri-oksida kemudian menjadi endapan.
Beberapa metode oksidasi juga memanfaatkan beberapa jenis bahan kimia untuk
membantu mempercepat proses oksidasinya.
4. Filtrasi
Metode filtrasi digunakan dengan tujuan mengurangi bahan-bahan organik dan
nonorganik di dalam air agar air lebih bersih. Salah satu bahan yang biasa digunakan
untuk media penyaringnya adalah karbon aktif karena mampu melakukan penyaringan
dengan cukup baik

13. berapa batas toleransi fe atau kadar maksimum fe dalam air bersih dan air
minum menurut permenkes? (Dinar 2A)
Jawaban (Nailan) : Menurut Permenkes No. 492 Tahun 2010, kadar maksimum fe
dalam Air bersih 1mg/l dan Air minum 0,3 mg/l
36

14. Dampak negatif akibat fe salah satu nya dapat merusak dinding usus. Nah
gimana cara fe merusak dinding usus? (Rofi 2A)
Jawaban (Adistiani) : Fe yang terlalu banyak didalam usus akan mengendap dan akan
mengiritasi dinding usus, apabila tidak cepat ditangani akan menyebabkan kanker usus
besar atau kanker kolon.
Hal ini dipicu pula oleh reaksi Fenton tidak terkontrol dengan adanya zat besi berlebih
di dalam tubuh, yang mempromosikan ketidakstabilan dan mutasi gen, mengarah ke
kanker.

15. pada gangguan kesehatan, apakah ada organ lain yang terancam akibat dari
adanya fe di dalam tubuh? (Fabian 2A)
Jawaban (Sindi) : ada organ tersebut dapat berupa
- Dinding Usus, Air yang mengandung besi dikonsumsi dengan jumlah banyak dapat
merusak dinding usus. Kematian seringkali disebabkan oleh
rusaknya dinding usus ini
- Mata, kadar Fe yang lebih dari 1 mg/l akan menyebabkan terjadimya iritasi pada mata.
- Hati, Pada Hemokromotasis primer besi yang diserap dan disimpan dalam jumlah
yang berlebihan. Feritin berada dalam keadaan jenuh akan besi sehingga kelebihan
mineral ini akan disimpan dalam
bentuk kompleks dengan mineral lain yaitu hemosiderin. Akibatnya terjadilah sirosis
hati dan kerusakan pankreas sehingga menimbulkan diabetes. Hemokromatis sekunder
terjadi karena
tranfusi yang berulang-ulang dalam keadaan ini besi masuk ke dalam tubuh sebagai
hemoglobin dari darah yang ditranfusikan dan kelebihan besi ini tidak dieksresikan.

16. Di penentuan panjang gelombang maksimum, setelah larutan dihomogenkan


terus didiamkan dulu beberapa menit, itu tujuannya untuk apa ? (Febyra 2B)
Jawaban (Adi) : Untuk memastikan larutan standar terhomogenkan dengan sempurna

Anda mungkin juga menyukai