Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN

“ANALISIS RESIKO Fe DARI PENCEMARAN AIR BERSIH”

Dosen Pembimbing :

Rusmiati, SKM, M.Si


Fitri Rochmalia, SST., M.KL

Disusun Oleh :

Alivia Amanatus Suliha P27833318005

Intan Sigra Norlita P27833318006

Aprilia Fitriana Susanti P27833318007

Waella Septamari Budi P27833318008

POLTEKKES KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN SURABAYA
PROGRAM STUDI D-IV
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan yang berjudul
“Analisis Resiko Fe dari Pencemaran Air”.

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai mata kuliah Analisis Dampak
Kesehatan Lingkungan. Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah ibu Rusmiati, SKM, M.Si dan ibu Fitri Rochmalia, SST.,
M.KL dan tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah mendukung dan membantu proses penyusunan makalah ini sehingga
bisa selesai tepat pada waktunya.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala kritik dan saran dari pembaca
agar dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Analisis Dampak Kesehatan


Lingkungan ini dapat memberi manfaat maupun inspirasi kepada pembaca.

Surabaya, 25 Februari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 2
A. Latar Belakang..............................................................................................2
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
D. Manfaat.........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2
A. Pengertian Analisis Resiko Kesehatan Lingkungan.....................................2
B. Air Minum.....................................................................................................2
C. Besi (Fe) Pada Air Minum............................................................................2
D. Kasus Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Kandungan Fe Pada
Air Minum Untuk Pekerja di Kabupaten Pasuruan..............................................2
BAB III PEMBAHASAN 2
A. Analisis Resiko Fe Dari Pencemaran Air Bersih..........................................2
1. Identifikasi Bahaya (Hazard Identification).................................................2
2. Identifikasi Sumber.......................................................................................2
3. Analisis Dosis Respon (Dose-Response Assessment)...................................2
4. Analisis Pemajanan (Exposure Assessment).................................................2
5. Karakteristik Resiko (Risk Characterization)...............................................2
6. Manajemen Resiko (Management Risk).......................................................2
7. Komunikasi Resiko (Communication Risk)..................................................2
BAB IV PENUTUP 2
A. KESIMPULAN.............................................................................................2
B. SARAN.........................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA 2

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan sepanjang
masa sehingga menjadi kebutuhan manusia yang sangat penting. Oleh
karena itu, sumber daya air harus dilindungi dan dijaga kelestariannya.
Pada tata kehidupan masyarakat, air memang banyak peranan, seperti
untuk kehidupan keluarga, untuk kebersihan desa atau kota, untuk
irigasi dan menyiram tanaman, untuk keperluan industri, dan lain-lain.
Kemampuan air untuk melarutkan berbagai zat sangat penting dalam
proses hidup dan besar pengaruhnya terhadap lingkungan seluruh proses
metabolisme makhluk hidup membutuhkan air (Drs.Sumardjo Damin,
2006 dalam Maniur, 2019).
Air banyak digunakan oleh manusia untuk tujuan yang bermacam-
macam sehingga dengan mudah dapat tercemar, menurut tujuan
penggunanya, kriterianya berbeda-beda. Air yang sangat kotor untuk di
minum mungkin cukup bersih untuk mencuci, untuk membangkit
tenaga listrik, untuk pendingin mesin dan sebagainya. Pentingnya kualitas
air bersih adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yakni
mempunyai peran dalam menurunkan angka penderita penyakit khususnya
yang berhubungan dengan air. (Darmono, 2001 dalam Maniur, 2019).
Menurut Permenkes RI No 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku
Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk
Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan
Pemandian Umum, standar baku mutu kesehatan lingkungan untuk media
air untuk keperluan higiene sanitasi meliputi parameter fisik, biologi, dan
kimia yang dapat berupa parameter wajib dan parameter tambahan.
Parameter wajib merupakan parameter yang harus diperiksa secara berkala
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, sedangkan
parameter tambahan hanya diwajibkan untuk diperiksa jika kondisi
geohidrologi mengindikasikan adanya potensi pencemaran berkaitan

1
dengan parameter tambahan. Air untuk keperluan higiene sanitasi tersebut
digunakan untuk pemeliharaan kebersihan perorangan seperti mandi dan
sikat gigi, serta untuk keperluan cuci bahan pangan, peralatan makan, dan
pakaian. Selain itu air untuk keperluan higiene sanitasi dapat digunakan
sebagai air baku air minum (Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
2017).
Kadar besi (Fe) dalam air yang melebihi baku mutu dapat
menyebabkan perubahan fisik pada air dan beberapa penyakit pada
manusia. Keberadaan logam-logam berat terutama Fe dalam perairan dapat
berasal dari sumber alamiah dan aktivitas manusia. Sumber-sumber
alamiah yang masuk kedalam badan perairan bisa berupa pengikisan dari
batu mineral yang benyak disekitar perairan. Kadar besi (Fe) yang tinggi
pada air dapat berakibat buruk bagi kesehatan manusia. Besi dapat
terakumulasi dalam tubuh melalui adsorsi kulit dan saluran pencernaan.
Akumulasi Fe dalam tubuh meyebabkan efek kronik seperti
hemokromatosis. Kadar besi yang melebihi juga dapat meyebabkan
kerugian dari segi kebersihan karena air yang mengandung kadar besi
melebihi batas dapat menyebabkan air berbau karat dan membuat bercak
kuning pada baju putih (Intan dkk, 2019).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengidentifikasi bahaya jika terdapat kasus
pencemaran air yang disebabkan oleh kandungan Fe?
2. Bagaimana cara mengidentifikasi sumber jika terdapat kasus
pencemaran air yang disebabkan oleh kandungan Fe?
3. Bagaimana cara menganalisis Dosis-Respon jika terdapat kasus
pencemaran air yang disebabkan oleh kandungan Fe?
4. Bagaimana cara menganalisis pemajanan jika terdapat kasus
pencemaran air yang disebabkan oleh kandungan Fe?
5. Bagaimana cara menentukan karakterisasi resiko bahaya jika terdapat
kasus pencemaran air yang disebabkan oleh kandungan Fe?
6. Bagaimana cara memanajemen resiko jika terdapat kasus pencemaran
air yang disebabkan oleh kandungan Fe?

2
C. Tujuan
1. Agar mahasiwa dapat mengetahui cara mengedentifikasi bahaya dan
mengedentifikasi sumber apabila terdapat kasus pencemaran air yang
disebabkan oleh kandungan Fe yang tinggi dengan menggunakan
panduan Analisis Resiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)
2. Agar mahasiwa dapat mengetahui cara menganalisis dosis-respon,
menganalisis pemajanan, dan menetukan karakterisasi resiko bahaya
apabila terdapat kasus pencemaran air yang disebabkan oleh
kandungan Fe yang tinggi dengan menggunakan panduan Analisis
Resiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)
3. Agar mahasiwa dapat mengetahui cara menentukan manajemen resiko
apabila terdapat kasus pencemaran air yang disebabkan oleh
kandungan Fe yang tinggi dengan menggunakan panduan Analisis
Resiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)

D. Manfaat
1. Agar mampu menyelesaikan kasus pencemaran baik di air, tanah,
udara, dan makanan minuman dengan menggunakan kaidah Analisis
Resiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)
2. Dapat menambah wawasan mengenai Analisis Resiko Kesehatan
Lingkungan (ARKL)
3. Memenuhi tugas Mata Kuliah Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan (ADKL)
4. Dapat menjadi referensi bagi pembaca.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Analisis Resiko Kesehatan Lingkungan


Analisis Risiko merupakan sebuah proses untuk mengendalikan
situasi atau keadaan dimana organisme, sistim, atau sub/populasi mungkin
terpajan. Sedangkan analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL) adalah
sebuah proses untuk menghitung atau memprakirakan risiko risiko pada
kesehatan manusia, termasuk juga identifikasi terhadap keberadaan faktor
ketidakpastian, penelusuran pada pajanan tertentu, memperhitungkan
karakteristik yang melekat pada agen yang menjadi perhatian dan
karakteristik dari sasaran yang spesifik.

Proses risk analysis meliputi 3 komponen yaitu:

1. Risk assessment

2. Pengelolaan risiko
Upaya untuk mengendalikan risiko dampak pada tingkat yang
tidak membahayakan. Umumnya meliputi 3 langkah :
a. Partisipasi Masyarakat
b. Pengendalian Bahaya dimana pengendalian diarahkan kepada dua
sasaran yairu pengendalian pada sumbernya dan pengendalian
pemajanan
c. Pemantauan Risiko
3. Komunikasi risiko
Dalam hal ini komunikasi resiko sangat penting dari
keberlanjutan ARKL agar data dan informasi yang diperoleh bisa
diterima masyarakat. Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik
atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif.

Adapun Prosedur Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan yang


secara umum terbagi menjadi 4 langkah yaitu meliputi :

4
a. Identifikasi bahaya (Hazard Identification)
Identifikasi bahaya merupakan proses untuk menentukan
apakah pajanan dari sebuah agen risiko dapat menyebabkan
peningkatan kejadian gangguan kesehatan (kanker, kecacatan lahir,
dll). Sedangkan menurut Direktorat Jenderal PP dan PL tahun 2012
identifikasi bahaya digunakan untuk mengetahui secara spesifik
agen risiko apa yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan
bila tubuh terpajan.
b. Analisis Dosis Respon (Dose Response Assessment)
Melihat daya racun yang terkandung dalam suatu bahan
atau untuk menjelaskan bagaimana suatu kondisi pemajanan oleh
suatu bahan berhubungan dengan timbulnya dampak kesehatam
c. Analisis Pemajanan (Exposure Assessment)
Memperkirakan besaran, frekuensi, dan lamanya
pemajanan pada manusia oleh suatu bahan melalui semua jalur dan
menghasilkan perkiraan pemajanan numerik
d. Karakteristik Risiko (Risk Characterization)
Integrasikan informasi daya racun dan pemajanan kedalam
“Perkiraan Batas Atas” risiko kesehatan yang terkandung dalam
suatu bahan

B. Air Minum
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum air
minum merupakan air yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum baik melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan. Untuk menjaga kualitas air minum dilakukan pengawasan
kualitas air minum secara eksternal dan internal. Kegiatan pengawasan
meliputi inspeksi sanitasi, pengambilan sampel air, pengujian kualitas air,
analisis hasil pemeriksaan laboratorium, rekomendasi dan tindak lanjut.

Air minum yang ideal seharusnya bersih, tidak berwarna, tidak


berasa dan tidak berbau. Air minum seharusnya tidak mengandung kuman

5
pathogen dan segala makhluk hidup yang membahayakan kesehatan
manusia, tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh
dan dapat merugikan secara ekonomis (Agustina Linda, 2019).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum air
minum yang aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan meliputi
fisika, kimiawi dan radioaktif, terdapat 18 parameter wajib kimiawi yang
diperiksa kandungannya dan dapat mempengaruhi kualitas air minum.
Namun untuk menganalisis dengan metode ARKL (Analisis Risiko
Kesehatan Lingkungan), parameter tersebut harus memiliki nilai
Reference Dose (RfD). Beberapa parameter wajib kimiawi yang memiliki
nilai RfD diantaranya adalah Besi (Fe). Mangan (Mn), Seng (Zn), Nitrit
(NO2- ), Nitrat (NO3- ). Pada parameter tersebut apabila terjadi
peningkatan konsentrasi yang melebihi baku mutu maka akan dapat
mengganggu atau membahayakan kesehatan masyarakat.

C. Besi (Fe) Pada Air Minum


Besi merupakan salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui
disetiap tempat-tempat di bumi. Pada umumnya, besi yang ada di dalam
air dapat bersifat terlarut sebagai Fe2+ (fero) atau Fe3+ (feri), tersuspensi
sebagai butir kolodial (diameter<1µm) atau lebih besar, seperti fe2O3, FeO,
Fe(OH)2 , Fe(OH)3 dan sebagainya. Pada air permukaan jarang ditemui
kadar Fe lebih besar dari 1 mg/l, tetapi dalam air tanah kadar Fe yang
tinggi ini dapat dirasakan dan dapat menodai kain (Febrina Laila,dkk,
2015). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum batas
aman kandungan Fe pada air minum sebesar 0,3 mg/l.

Kandungan Fe pada air minum pekerja di Kabupaten Pasuruan


diakibatkan sumber yang digunakan untuk air minum merupakan air tanah
dan memiliki kandungan Fe yang tinggi dibandingkan air permukaan.

Kandungan Fe dalam air minum akan menimbulkan warna


(kuning), apabila dikonsumsi akan menimbulkan rasa mual, terjadi kerak

6
pada dinding pipa dan air menjadi keruh. Di sisi lain besi diperlukan bagi
tubuh dalam pembentukan hemoglobin, akan tetapi apabila dalam dosis
besar maka menimbulkan rusaknya dinding usus hingga menyebabkan
kematian akibat rusaknya dinding usus. Kadar Fe yang lebih dari 1mg/L
akan menyebabkan iritasimata dan kulit. Apabila kelarutan Besi lebih dari
10 mg/L akan menyebabkan air seperti bau busuk. Kandungan Fe yang
tinggi dalam air minum akan menimbulkan masalah kesehatan jika
dikonsumsi pekerja (Agustina Linda, 2019).

D. Kasus Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Kandungan Fe


Pada Air Minum Untuk Pekerja di Kabupaten Pasuruan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum,terdapat 18 parameter wajib
kimawi yang diperiksa kandungannya dan dapat mempengaruhi kualitas
air minum. Namun untuk menganalisis dengan metode ARKL, parameter
tersebut harus memiliki nilai Reference Dose (RfD). Salah satu parameter
wajib kimiawi yang memiliki nilai RfD adalah Besi (Fe). Pada parameter
tersebut apabila terjadi peningkatan konsentrasi yang melebihi baku mutu
maka akan dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan masyarakat.

Pada tahun 2017 di Kabupaten Pasuruan dilakukan uji


laboratorium kimia kandungan Fe pada air minum dengan jumlah 32 titik
pengambilan. Dimana hasil tersebut menunjukkan kadar Fe memiliki nilai
sebesar 0.8364. Sedangkan untuk baku mutu kandungan Fe pada air
minum sebesar 0,3 mg/l. Artinya air minum tersebut melebihi ambang
batas yang telah ditentukan. Sehingga perlu dilakukan Analisis Resiko
Lingkungan sebagai upaya untuk mengetahui efek apa saja yang mungkin
dapat ditimbulkan oleh agen risiko tersebut pada tubuh manusia serta
upaya agar air minum tersebut aman untuk dikonsumsi.

7
BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisis Resiko Fe Dari Pencemaran Air Bersih


1. Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)
Tahap identifikasi bahaya merupakan langkah pertama dalam
analisis resiko kesehatan lingkungan, tahap ini mengidentifikasikan
terhadap jenis dan sifat serta kemampuan yang melekat pada suatu
agen risiko yang dapat menyebabkan dampak buruk organisme, sistem,
atau sub/populasi. Tahap ini digunakan untuk mengetahui secara
spesifik agen resiko apa yang berpotensi menyebabkan gangguan
kesehatan bila tubuh terpajan. Identifikasi bahaya juga diartikan untuk
mengenali jenis dan efek-efek yang merugikan kesehatan. Efek-efek
ini dapat diketahui dari studi-studi epidemiologi pada populasi
manusia.
Berdasarkan hasil uji laboratorium kimia air pada sampel air
minum di Kabupaten Pasuruan yang diambil di beberapa lokasi dengan
jumlah 32 titik pengambilan pada tahun 2017 menunjukkan 5 zat kimia
salah satunya Fe yang dinilai dapat menimbulkan risiko kesehatan
apabila dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu. Didalam air minum
yang mengandung besi (Fe) yang dapat menimbulkan banyak efek
antara lain; air yang berwarna kuning sehingga air tidak jernih, air
yang berasa, dapat menimbulkan kerak pada dinding pipa dan air
menjadi keruh. Besi diperlukan tubuh, tetapi apabila dalam dosis besar
maka dapat merusak dinding usus dan sampai terjadi kematian.
Tabel 1 Hasil Perhitungan Konsentrasi Parameter Air Minum
di Kabupaten Pasuruan.

PARAMETER BAKU MUTU C.MAX C.MIN


FE(besi) 0,3 0,8364 0,0037

8
BBerdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa C max dari Besi
(Fe) adalah yang paling besar dibandingkan agen kimia lain yang ada
didalam parameter air minum untuk pekerja di Kabupaten Pasuruan
Tahun 2017 yaitu 0.8364.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/


MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum,
baku mutu kandungan Fe dalam air minum yaitu sebesar 0,3 mg/L.
Sedangkan dapat diketahu C max dari Fe dalam air minum untuk
pekerja melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Sehingga
diperlukan pengendalian kandungan Fe pada air minum dikarenakan
sudah melebihi baku mutu. Pengendalian kadar Fe yang melebihi baku
mutu tersebut adalah dengan cara diturunkan konsentrasinya agar
sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan sehingga tidak
menimbulkan gangguan kesehatan pada pekerja yang mengonsumsi air
minum tersebut. Ada beberapa cara menurukan kandungan Fe pada air
minum, salah satunya adalah dengan metode filtrasi. Filtrasi adalah
proses pengolahan dengan cara mengalirkan air melalui media filtrasi
yang disusun dari bahan-bahan butiran dengan diameter dan tebal
tertentu. Filtrasi yang dilakukan adalah pada sumber air yang akan
digunakan untuk air minum, yang pada dasarnya sumber air di
Kabupaten Pasuruan adalah air tanah, sehingga perlu adanya filtrasi
pada air tanah Kabupaten Pasuruan. Pening-katan kadar Fe sendiri
terjadi karena air tanah sendiri memiliki kandungan Fe yang tinggi.

Besi (Fe) dibutuhkan tubuh dalam pembentukan hemoglobin.


Air minum yang mengandung Fe cenderung menimbulkan rasa mual
apabila dikonsumsi. Sekalipun Fe diperlukan tubuh, tetapi dalam dosis
yang besar dapat merusak dinding usus, dapat pula menyebabkan
kematian akibat rusaknya dinding usus. Kadar Fe yang lebih dari 1
mg/L akan menyebabkan iritasi mata dan kulit. Apabila kelarutan Besi
lebih dari 10 mg/L akan menyebabkan air seperti bau busuk. Debu Fe
juga dapat diakumulasi dalam alveoli dapat menyebabkan
berkurangnya fungsi paru-paru.

9
Kondisi kadar Fe yang tinggi dalam air minum tidak akan baik
bagi kesehatan pekerja, hal ini dikarenakan kandungan Fe yang tinggi
pada air minum akan menimbulkan masalah kesehatan pada pekerja.
Pekerja dengan kondisi kelelahan fisik yang membutuhkan asupan air
minum bagi tubuhnya seharusnya mendapatkan air minum dengan
kuantitas yang cukup dan kualitas yang memenuhi syarat kesehatan
sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan.

Untuk nilai C min dan C max agen kimia yang lain selain Besi
(Fe) masih sesuai dengan standart dan tidak melebihi baku mutu yang
telah ditetapkan.

2. Identifikasi Sumber
Peningkatan jumlah penduduk dan perubahan tata guna yang
terjadi berimbas pada peningkatan akan kebutuhan air dan
berkurangnya wilayah konservasi air sehingga mengakibatkan
pengurangan ketersediaan air baik dari segi kuantitas maupun
kualitasnya.
Sumber pencemar yang berasal dari pesatnya sektor industri di
kabupaten Pasuruan mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan
terhadap air tanah. Dimana air tanah tersebut digunakan sebagai
sumber air minum untuk pekerja di Kabupaten Pasuruan. Air tanah
yang digunakan telah mengandung kadar Fe yang tinggi, sehingga
mengakibatkan air minum untuk pekerja di Kabupaten Pasuruan juga
mengandung kadar Fe yang tinggi pula.
Sumber pencemar yang berasal dari sector industry terdekat
dengan titik pengambilan sampel air minum karena pesatnya industri
maka penggunaan air semakin meningkat sehingga kuantitas dan
kualitas air menurun, media lingkungan dan mekanisme penyebaran
melalui air yang menyebarkan pencemar dengan mekanisme tertentu
ke titik pemajanan atau ke air tanah tersebut; titik pemajanan terjadi
pada area potensial atau daerah yang dekat dengan sector industry
dengan pekerja industry; cara pemajanannya yaitu kandungan Fe pada
air minum tersebut tertelan atau terminum oleh pekerja; penduduk

10
berisiko merupakan para pekerja yang dengan tidak sengaja
mengkonsumsi air minum yang terdapat kandungan Fe.
3. Analisis Dosis Respon (Dose-Response Assessment)
Analisis dosis respon adalah proses karakterisai hubungan
antara dosis dari sebuah agen resiko yang diterima dengan kejadian
efek gangguan kesehatan pada populasi terpajan dan memperkirakan
efek kejadian tersebut pada tubuh manusia yang terpajan agen resiko.
Analisis dosis respon digunakan untuk mencari nilai dosis Referensi
(RfD), dan/atau Slope Factor (SF) dari agen risiko yang menjadi kajian
ARKL.
Tabel 2. Dosis Respon Agen Kimia Berisiko

Agen Dosis Respon Efek Kritis dan Referensi


Kimia (RfD)
Besi (Fe) 0,3 Menyebabkan gangguan penyerapan
mg/kg/Hari oksigen dalam darah, ditandai gejala
pusing, mual. Jika dikonsumsi dalam
jumlah tinggi dapat merusak saraf.
Pada kajian ARKL air minum di Kabupaten Pasuruan diketahui
bahwa agen kimia salah satunya Besi (Fe) dapat masuk ke tubuh
manusia melalui jalur ingesti dan bersifat non karsinogenik. sehingga
nilai yang digunakan sebagai dosis refernsi untuk ingesti yaitu RfD.
Hal ini berarti apabila nilai pengonsumsian lebih dari RfD akan
menyebakan beberapa masalah kesehatan yang berkaitan dengan efek
dari masing-masing agen kimia yang ada dalam parameter air minum
untuk pekerja di Kabupaten Pasuruan Tahun 2017.

4. Analisis Pemajanan (Exposure Assessment)


Pajanan adalah proses dimana organisme kontak dengansuatu
bahaya; pajanan menjembatani antara bahaya dan resiko. Pajanan
kontaminan dari sumber primer atau sekunder (media lingkungan)
dapat terjadi melalui inhalasi, konsumsi air atau makanan, dan atau

11
penyerapan melalui kulit. Sebagian besar dari kita terkena pajanan
melalui beberapa jalur pajanan.
Analisis pemajanan merupakan proses mengukur atau
memperkirakan intensitas, frekuensi, dan durasi pajanan agen risiko ke
dalam tubuh manusia, apakah melalui inhalasi, ingesti, atau absorbsi
ke agen lingkungan atau memperkirakan pajanan hipotesis yang
mungkin timbul dari pelepasan bahan kimia baru ke lingkungan.
Tujuan dari analisis pemajan yaitu untuk mengenali jalur-jalur pajanan
risk agent agar jumlah asupan yang diterima individu dalam populasi
beresiko bisa dihitung.
Pajanan agen kimia dalam parameter air minum untuk pekerja
di Kabupaten Pasuruan yang masuk ke dalam tubuh melalui jalur
ingesti karena melewati sistem pencernaan. Bahan pencemar
merupakan polutan non karsinogenik.
Perhitungan analisis pajanan ini akan menghasilkan nilai INK
minimal dan maksimal untuk mencari nilai tingkat risiko kesehatan
yang ditimbulkan akibat pencemaran agen kimia.
a. Perhitungan Nilai Asupan
Berikut rumus pajanan Ingesti (tertelan)

I=

Dimana :
I = asupan (intake) (mg/kg/hari)
C = Konsentrasi agen resiko (mg/L untuk air minum, mg/kg
untuk makanan atau pangan)
R = Laju asupan atau konsumsi (L/hari untuk minum, g/hari
untuk makanan)
fE = frekuensi pajanan (hari/tahun)
Dt = Durasi pajanan (tahun; real time atau proyeksi, 30 tahun
untuk nilai default residensial)
Wb = Berat badan (kg)

12
Tavg = Periode rata-rata harian (Dt x 365 hari/tahun untuk zat
nonkarsinogenik)
Tabel 3. Hasil Perhitungan Intake Parameter Air Minum di
Kabupaten Pasuruan

INK MAX INK MIN


4,6077 2E-05 0.010 41594
Fe mg/L
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui nilai intake
minimal dan maksimal dari tiap agen kimia dalam parameter air
minum untuk pekerja di Kabupaten Pasuruan Tahun 2017.

b. Berat Badan
Berat badan dikelompokkan pekerja dengan estimasi 55 kg.
5. Karakteristik Resiko (Risk Characterization)
Karakteristik resiko adalah proses memperkirakan kejadian
efek kesehatan akibat berbagai pajanan yang telah dijelaskan di
analisis pajanan. Karakteristik resiko dilakukan dengan
menggabungkan analisis pajanan dan dosis respon. Karakterisasi
resiko dibagi dalam dua hal, yaitudinyatakan dalam Risk Quotient
(RQ) untuk efek nonkarsinogenik dan dinyatakan dalam Excess
Cancer Risk (ECR) untuk efek karsinogenik). Nilai RQ dihitung
dengan membagi nilai asupan nonkarsinogenik dengan nilai dosis
referensi (RfD atau RfC). Resiko kesehatan adaatau tinggi dan perlu

dikendalikan jika RQ>1, jika RQ 1, resiko tidak perlu dikendalikan

tetapi segala kondisi harus dipertahankan agar nilai numeric RQ tidak


melebihi 1. Nilai ECR dihitung dengan mengalikan asupan
karsinogenik dengan nilai ecer slope factor (CSF).
Nilai RQ dihitung dengan membandingkan antara intake atau
jumlah konsentrasi agen kimia yang masuk ke dalam tubuh manusia
dengan berat badan tertentu setiap harinya dengan nilai RfD
(Reference Dose) yang telah diperoleh berdasarkan literatur pada
database Integrated Risk Information System(IRIS).

13
Berikut rumus Risk Quotient (RQ) untuk efek
nonkarsinogenik:

RQ =

Dimana:
RQ = Karakteristik resiko (risk quotient)
I = Intake / asupan
RfC / RfD = Dosis Concentration atau dosis referensi

Berikut rumus Excess Cancer Risk (ECR) untuk efek


karsinogenik:
ECR = Intakecancer x CSF
Dimana:
ECR = Excess Cancer Risk
Intake = Jumlah asupan kronis
CSF = Cancer Slope Factor

Tabel 4 Hasil Perhitungan RQ Parameter Air Minum di Kabupaten


Pasuruan

RQ MIN RQ MAX
0.000 153591 0.084 719801
Fe mg/L
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui nilai intake minimal
dan maksimal dari tiap agen kimia dalam parameter air minum untuk
pekerja di Kabupaten Pasuruan Tahun 2017.

Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa nila RQ minimal dan


RQ maksimal tiap agen risiko adalah <1 yang artinya bahwa pada
orangdewasa seperti pekerja di kelompok berisiko dengan estimasi
berat badan 55 kg, laju asupan pada orang dewasa 1 L/hari selama 250
hari/tahun untuk jangka waktu 25 tahun kedepan dikatakan aman

14
apabila mengkonsumsi air minum di Kabupaten Pasuruan dengan nilai
konsentrasi risk agent kimia air tidak lebih dari yang ada.

6. Manajemen Resiko (Management Risk)


Manajemen resiko merupakan langkah selanjutnya diluar
ARKL yang dilakukan apabila hasil karakterisasi resiko menunjukkan
tingkat resiko yang tidak amanatau beresiko terhadap kesegatan.
Strategi pengelolaam resiko dapat dilakukan dengan cara menghitung
konsentrasi agen resiko yang aman (C), jumlah Konsumsi (R), waktu
pajanan aman (tE aman), frekuensi pajanan aman (fE aman) bagi responden
dan durasi pajanan aman (Dt). Lama pajanan harian (t g) hanya
digunakan untuk pajanan secara inhalasi.
Cara pengelolaan resiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan,
yaitu :
a. Pendekatan teknologi, yaitu pengelolaan resiko yang menggunakan
teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat, bahan, dan
metode, serta teknik tertentu
b. Pendekatan social-ekonomis, yaitu pengelolaan resiko
menggunakan pendekatan social-ekonomis meliputi pelibat-sertaan
pihak lain, efisiensi proses, substitusi dan penerapan sistem
kompensasi
c. Pendekatan instusional, yaitu pengelolaan resiko dengan
menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara
melakukan kerjasama dengan pihak lain.

Pada tahap Manajemen Risiko, kasus air minum di Kabupaten


Pasuruan berdasarkan hasil perhitungan karakteristik risiko semua
agen kimia yang berisiko yaitu Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn),
Nitrit (NO2), dan Nitrat (NO3). menunjukkan nilai RQ < 1.
Pengelolaan risiko dilakukan apabila hasil karakteristik risiko
menunjukkan hasil yang tidak aman atau nilai RQ > 1.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No.


492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum,

15
baku mutu kandungan Fe dalam air minum yaitu sebesar 0,3 mg/L.4
Sedangkan dapat diketahu C max dari Fe dalam air minum untuk
pekerja melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Sehingga
diperlukan pengendalian kandungan Fe pada air minum dikarenakan
sudah melebihi baku mutu.

Pengendalian kadar Fe yang melebihi baku mutu tersebut


adalah dengan cara diturunkan konsentrasinya agar sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan sehingga tidak menimbulkan gangguan
kesehatan pada pekerja yang mengonsumsi air minum tersebut. Ada
beberapa cara menurukan kandungan Fe pada air minum, salah satunya
adalah dengan metode filtrasi. Filtrasi adalah proses pengolahan
dengan cara mengalirkan air melalui media filtrasi yang disusun dari
bahan-bahan butiran dengan diameter dan tebal tertentu. Filtrasi yang
dilakukan adalah pada sumber air yang akan digunakan untuk air
minum, yang pada dasarnya sumber air di Kabupaten Pasuruan adalah
air tanah, sehingga perlu adanya filtrasi pada air tanah Kabupaten
Pasuruan. Peningkatan kadar Fe sendiri terjadi karena air tanah sendiri
memiliki kandungan Fe yang tinggi daripada air permukaan.

7. Komunikasi Resiko (Communication Risk)


Komunikasi resiko adalah langkah penting dari keberlanjutan
ARKL agar data dan informasi yang diperoleh bisa diterima
masyarakat (populasi yang beresiko), pemerintah, dan pihak yang
berkepentingan lainnya. komunikasi resiko juga menyampaikan saran
upaya pencegaham yang bisa dilakukan untuk mencegah temuan
bahaya dan resiko di wilayah tersebut.
Komunikasi resiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode
ceramah ataupun diskusi interaktif, dengan menggunakan media
komunikasi yang ada seperti media massa, TV, radio, ataupun
penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical
information system (GIS).
Berdasarkan hasil perhitungan Analisis Risiko Kesehatan
Lingkungan (ARKL) yang telah dilakukan dari tahapannya

16
sebelumnya, diketahui besar risiko yang dihasilkan bahwa besar
nilainya dibawah standar yang ditentukan.

BAB IV

PENUTUP

17
A. KESIMPULAN
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum terdapat 18 parameter wajib
kimawi yang diperiksa kandungannya dan dapat mempengaruhi kualitas
air minum. Salah satunya kandungan Fe pada air minum untuk Pekerja di
Kabupaten Pasuruan yang dikonsumsi pada tahun 2017. Ditinjau dari hasil
uji laboratorium maka perlu dilakukan Analisis Risiko Lingkungan. Dalam
menentukan analisis risiko kesehatan lingkungan kandungan Fe dalam air
minum pekerja di Pasuruan meliputi :
1. Identifikasi Bahaya, agen kimia Fe dalam air minum untuk pekerja di
Kabupaten Pasuruan Tahun 2017 yaitu 0,8364 hal ini telah melebihi
baku mutu kandungan Fe dalam air minum sebesar 0,3 mg/L, dimana
hal tersebut akan menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi, jika
dosis yang besar dapat merusak dinding usus hingga menyebabkan
kematian.
2. Identifikasi Sumber, sumber pencemar yang berasal dari sektor
industri karena pesatnya industri maka penggunaan air semakin
meningkat sehingga kuantitas dan kualitas air menurun, penyebaran
melalui air yang menyebarkan peencemar ke titik pemajanan atau ke
air tanah
3. Dosis respon agen kimia Fe yang dikonsumsi pekerja di Kabupaten
Pasuruan tahun 2017 dengan jalur pajanan ingesti yang telah
ditetapkan RfD sebesar 0,3 mg/kg/hari. Hal ini apabila pengonsumsian
lebih dari RfD akan menyebabkan masalah kesehatan.
4. Nilai intake Fe maksimal sebesar 2E-05 jadi standar baku mutu 4,6077
sedangkan nilai min sebesar 41594 jadi standar baku mutu 0.010
5. Hasil karakteristik risiko menunjukkan bahwa nilai RQ pada
kandungan Fe air minum menunjukkan <1, artinya apabila dikonsumsi
untuk orang dewasa dengan berat badan 55 kg tergolong aman jika
mengkonsumsi air minum di Kabupaten Pasuruan 1 L/hari selama 250
hari/tahun dalam jangka waktu 25 tahun yang akan mendatang

18
6. Manajemen risiko, dalam pengelolaan risiko pada air minum di
Kabupaten Pasuruan perlu dilakukan pengecekan kualitas air minum
secara berkala serta dilakukan pengendalian terhadap parameter Fe
yang melebihi baku mutu
7. Komunikasi resiko dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak di
Kabupaten Pasuruan terkait upaya pencegahan yang bisa dilakukan
agar air minum di Kabupaten Pasuruan aman untuk dikonsumsi.

B. SARAN
1. Untuk perusahaan penyedia air minum bagi pekerja di Kabupaten
Pasuruan seharusnya lebih mengutamakan kualitas air minum yang
sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan dimana syarat tersebut
tidak boleh melebihi baku mutu standar , sehingga memberikan rasa
aman jika dikonsumsi bagi pekerja di Kabupaten Pasuruan, serta dapat
memberikan dampak baik bagi kesehatan manusia.
2. Untuk menjamin kualitas air minum perlu dilakukan pemantauan terus
menerus terhadap kualitas air minum yang dikonsumsi oleh pekerja di
Kabupaten Pasuruan.

DAFTAR PUSTAKA

19
Agustina, L. (2019). ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN (ARKL)
PARAMETER AIR MINUM UNTUK PEKERJA DI KABUPATEN PASURUAN
TAHUN 2017. Medical Technology and Public Health Journal, 3(1), 61-69.

Febrina, L., & Ayuna, A. (2015). Studi penurunan kadar besi (Fe) dan mangan
(Mn) dalam air tanah menggunakan saringan keramik. Jurnal
Teknologi, 7(1), 35-44.

FITRA, M., & SKM, M. (2020). ANALISIS RISIKO KESEHATAN


LINGKUNGAN (ARKL)  [e-book] (Vol. 1). Miladil Fitra.

Intan Noer Auliah, Khambali, Ernita Sari. 2019. Efektivitas Penurunan Kadar
Besi (Fe) pada Air Sumur dengan Filtrasi Serbuk Cangkang Kerang
Variasi Diameter Serbuk. Surabaya. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara
Forikes.

Linda Agustina. 2019. Analisis Resiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Parameter


Air Minum Untuk Pekerja di Kabupaten Pasuruan Tahun 2017. Surabaya.
MTPH Journal.
Maniur Arianto Siahaan. 2019. Analisis Kadar Besi (Fe) pada Galian Air Sumur
Gali Penduduk wilayah Kompleks Rahayu Kelurahan Mabar Hilir
Kecamatan Medan Deli Kota Medan. Medan. Jurnal Kimia Saintek dan
Pendidikan.
Miladil Fitra, Awaluddin. 2019. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL).
Padang. Andalas University Press
Peraturan Menteri Kesehatan No 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan
Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan


Kualitas Air Minum 2010

Reda Rizal. 2016. Studi Kelayakan Lingkungan (AMDAL, UKL-UPL & SPPL).
Jakarta. Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

20

Anda mungkin juga menyukai