Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

KADAR LOGAM Mn DALAM AIR

Laporan Ini Dibuat Sebagai Syarat


Dalam Mata Kuliah Analisis Kualitas Lingkungan
Program Studi Kesehatan Lingkungan

OLEH:

Nama : Nita Amelia Putri


NIM : 10031282126028
Kelompok :1B
Dosen : Dr. Suheryanto, M.Si
Asisten : Amrina Rosyada

LABORATORIUM KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI KESEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3

2.1 Air Bersih ..................................................................................................... 3

2.2 Pencemaran Air ............................................................................................ 4

2.3 Logam Berat ................................................................................................. 4

2.4 Mangan .......................................................................................................... 4

2.4.1 Definisi Mangan ................................................................................... 4

2.4.2 Gangguan Kesehatan Akibat Mangan (Mn) ......................................... 6

2.4.3 Standar Baku Mutu Lingkungan Untuk Mangan (Mn) ........................ 6

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ........................................................... 7

3.1 Alat dan Bahan .............................................................................................. 7

3.2 Prosedur Kerja ............................................................................................... 7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 10

4.1 Hasil Praktikum ........................................................................................... 10

4.1.1 Waktu dan Lokasi Pengukuran ........................................................... 10

4.1.2 Hasil Pengukuran ................................................................................ 10

4.2 Pembahasan ..................................................................................................11

BAB V KESIMPULAN ....................................................................................... 14

5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 15

i
LAMPIRAN ......................................................................................................... 17

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Alat Atomic Absorption Spectrometer (AAS) ..................................... 7

Gambar 3.2 Flowchart Prosedur Persiapan ............................................................ 8

Gambar 3.3 Flowchart Prosedur Penggunaan Alat ................................................. 8

Gambar 3.4 Flowchart Prosedur Mencetak Hasil Pengukuran ............................... 9

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Baku Mutu Lingkungan Untuk Mangan (Mn) Dalam Air Minum
dan Air Higiene Sanitasi.......................................................................................... 6

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Kadar Mn Dalam Sampel Air .................................. 10

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan zat atau unsur penting bagi semua bentuk kehidupan yang ada
di bumi. Semua makhluk hidup mulai dari mikroorganisme sampai dengan
manusia. Tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi ini tidak ada air, karena air
merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan. Air merupakan senyawa kimia
yang paling berlimpah di alam. Tanpa makanan manusia dapat bertahan hidup 3-6
bulan. Namun tanpa air manusia hanya dapat bertahan hidup paling lama 3 hari
(Soputan, et al., 2019).
Menurut Martila (2020), keberadaan air di bumi dimanfaatkan untuk berbagai
macam sektor. Salah satu bentuk pemanfaatannya adalah untuk memenuhi
kebutuhan air bersih dan air minum bagi manusia. Jenis kebutuhan air bersih dapat
berupa kebutuhan air domestik atau kebutuhan air rumah tangga, kebutuhan
nondomestik, pelayanan umum, dan industri.
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan hidup yang paling penting dan dapat
menjadi sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Air
adalah sumber kehidupan utama bagi masyarakat. Oleh sebab itu sangat penting
untuk memastikan penyediaan air bersih yang memenuhi syarat (Maksuk, 2019).
Air yang bersih merupakan air yang jernih, tidak berwarna, tawar, tidak berbau yang
biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum jika telah dimasak (Awliahasanah et al., 2021).
Banyaknya kasus pencemaran air bersih saat ini menandakan bahwa perlunya
dilakukan pemantauan kualitas air untuk menghindari dari pencemaran air yang
dapat merugikan kesehatan. Pencemaran air dapat disebabkan oleh dua jenis
polutan, seperti bahan yang menyebabkan eutrofikasi dan bahan beracun yang
menyebabkan kerusakan pada organisme air. Logam berat adalah bahan beracun
yang dapat menyebabkan kerusakan pada organisme akuatik. Sumber pencemaran
logam sebagian besar berasal dari pertambangan, peleburan logam, industri lainnya,
dan juga dapat berasal dari limbah domestik yang menggunakan logam, serta lahan

1
pertanian yang menggunakan pupuk yang mengandung logam (Lestari dan
Trihadiningrum, 2019).
Berbagai macam sumber air yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air
bersih yaitu air laut, air hujan, air permukaan, dan air tanah yang salah satunya
adalah sumur gali. Sumur gali merupakan salah satu konstruksi sumur yang paling
umum dan paling banyak digunakan oleh masyarakat. Di dalam sumur gali terdapat
kadar logam berat. Kadar logam yang lazim terkandung dalam air sumur gali salah
satunya kadar logam mangan (Mn). Kadar logam mangan ini dapat dilihat dengan
kondisi fisik air yang berwarna keruh dan berbau logam. Selain itu, air yang
tercemar logam ini juga biasanya nampak berwarna merah kecoklatan dan terasa
pahit atau masam (Awliahasanah et al., 2021).
Mangan merupakan salah satu logam yang sering dijumpai di kulit bumi dan
sering terdapat bersamaan dengan logam besi (Fe). Mangan dapat terlarut di dalam
air tanah dan air permukaan yang sedikit oksigen. Pada kadar rendah logam berat
diperlukan oleh makhluk hidup untuk pengaturan fungsi kimia dan fisiologi tubuh.
Hal ini dikenal dengan nama trace element, yaitu elemen kimia yang dibutuhkan
oleh organisme hidup dalam jumlah yang sangat kecil (kurang dari 0,1% dari
volume). Mangan (Mn) merupakan salah satu logam yang dibutuhkan dalam tubuh
tetapi dalam jumlah yang kecil. Mangan dalam jumlah kecil tidak menimbulkan
gangguan kesehatan melainkan bermanfaat untuk menjaga kesehatan tulang dan
otak, berperan dalam pertumbuhan rambut dan kuku, serta membantu menghasilkan
enzim untuk metabolisme tubuh agar dapat mengubah karbohidrat dan protein
menjadi bentuk energi yang akan digunakan untuk beraktivitas (Earnestly et al.,
2022).
Sebaliknya, apabila kelebihan jumlah logam di dalam tubuh, maka dapat
menimbulkan efek-efek kesehatan seperti serangan jantung, gangguan pembuluh
darah, bahkan kanker hati. Logam Mn berbahaya sebab logam ini bersifat
akumulatif terutama di organ penyaringan sehingga dapat mengganggu fungsi
fisiologis tubuh (Awliahasanah et al., 2021). Mangan (Mn) yang berlebihan juga
bersifat neurotoksik. Gejala yang timbul juga berupa gejala susunan syaraf,
insomnia, kemudian lemah pada kaki dan otot muka sehingga ekspresi muka
menjadi beku dan tampak seperti topeng (Rasmito et al., 2019).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Bersih


Air adalah salah satu elemen yang sangat penting bagi setiap makhluk hidup.
Air berfungsi untuk menjaga kelangsungan makhluk hidup khususnya seperti air
minum. Air yang umumnya dibutuhkan adalah air yang memenuhi standar kualitas
atau biasa disebut air bersih. Air bersih adalah air bermutu yang dapat dikonsumsi
dalam kehidupan sehari-hari (Mutaqqin, 2017).
Kebutuhan manusia akan air bersih sangat kompleks, antara lain untuk minum,
masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Demi untuk kelangsungan hidup, air harus
tersedia dalam jumlah yang cukup dan berkualitas yang sangat memadai. Air yang
kualitasnya baik disebut air bersih. Dalam kehidupan sehari-hari, pengertian air
bersih adalah air yang dapat digunakan untuk keperluan memasak, minum dan
mencuci tanpa harus diolah dan dibersihkan (secara fisik atau kimia) terlebih
dahulu. Air akan selalu ada karena air tidak pernah berhenti bersikulasi dari
atsmofer ke bumi dan kembali lagi ke atsmofer mengikuti siklus hidrologi. Jumlah
air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan
tempatnya. Kebutuhan air sangat mutlak bagi manusia karena merupakan zat
pembentuk tubuh manusia yang terbesar yaitu 685 dari bagian tubuh manusia
(Rahayu dan Gumilar, 2017).
Setiap hari manusia tidak luput dari mengkonsumsi air minum, karena manusia
membutuhkan air untuk tubuhnya sekitar 70-80%. Kekurangan cairan dalam tubuh
akan berakibat buruk terhadap proses metabolisme tubuh manusia. Cairan pada
tubuh sebagian besar berasal dari air yang diminum, oleh karena itu air minum
memerlukan perlakuan yang ketat dan harus berkualitas. Bila air minum berkualitas
tidak baik atau tidak memenuhi standar maka akan mengganggu kesehatan
(Margareta, 2019).
Air bersih yang layak merupakan air yang memiliki syarat fisis, kimiawi, dan
bakteriologis yang sesuai dengan ketentuan. Jika ada satu saja parameter yang tidak
terpenuhi maka air tersebut tidak layak untuk dikonsumsi sebab air tersebut dapat

3
menimbulkan gangguan kesehatan baik secara cepat maupun lambat (Sunarsih et
al., 2018).

2.2 Pencemaran Air


Pencemaran atau polusi adalah suatu bentuk perubahan lingkungan dari bentuk
asalnya menjadi keadaan yang lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dari bentuk
asal pada kondisi yang buruk ini terjadi akibat masuknya bahan-bahan pencemar
atau polutan. Lingkungan perairan dapat dikatakan tercemar jika dimasuki bahan
pencemar yang dapat mengakibatkan gangguan pada makhluk hidup yang ada di
sekitar dan didalamnya. Air yang telah tercemar, baik oleh senyawa organik
maupun anorganik akan mudah sekali menjadi media berkembangnya berbagai
macam penyakit (Naslilmuna et al., 2018).

2.3 Logam Berat


Logam dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu logam berat dan logam ringan.
Logam berat adalah logam dengan berat lebih dari 5 g/cm3 dan dikategorikan
sebagai logam esensial dan non esensial. Sedangkan logam ringan adalah logam
dengan berat kurang dari 5 g/cm3. Logam berat merupakan komponen alami yang
ada di dalam tanah. Komponen tersebut tidak dapat didegradasi (Non degradable)
maupun dihancurkan. Senyawa ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui air minum,
makanan, dan udara (Irianti, et al., 2018).
Pada kadar rendah logam berat diperlukan oleh makhluk hidup untuk
pengaturan fungsi kimia dan fisiologi tubuh. Hal ini dikenal dengan nama trace
element, yaitu elemen kimia yang dibutuhkan oleh organisme hidup dalam jumlah
yang sangat kecil (kurang dari 0,1% dari volume). Untuk pencemaran air, jenis
logam berat pencemar yang sering dijumpai adalah Mangan (Mn) ) (Irianti, et al.,
2018).

2.4 Mangan
2.4.1 Definisi Mangan
Mangan merupakan salah satu logam yang paling melimpah di kerak bumi,
biasanya bersama besi. Mangan tidak ditemukan secara alami dalam bentuk

4
murninya. Mangan dalam tabel periodik memiliki nomor atom 25. Mangan
berwarna keperakan, keras namun sangat rapuh dan memiliki titik lebur yang sangat
tinggi yaitu 1250 ℃ serta memiliki jari-jari atom yaitu 1,35 Å. Logam mangan
terdapat dalam bentuk ionnya yaitu Mn2+, Mn4+ atau Mn7+ (Balai PSDA Bodri
Kuto Provinsi Jateng, 2017).
Hanya 1% mangan dari alam yang dilepaskan ke air. Sumber utama mangan
yang mencemari permukaaan dan pelapisan air tanah adalah buangan limbah
industri, pembuangan akhir, perlindian tanah, dan injeksi bawah tanah. Mangan
dalam bentuk potassium permanganat dapat digunakan dalam pengolahan air
minum untuk mengoksidasi dan menghilangkan zat besi dan kontaminan lainnya.
Bentuk kimiawi mangan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pH, potensi reduksi
oksidasi dan keberadaan anion. Seringkali, mangan dalam air akan berkoagulasi
menjadi sedimen tesuspensi. Mangan dalam air juga akan menimbulkan bau logam
yang amis (Awliahasanah et al., 2021).
Menurut Safitri (2021), sifat fisik dari Mangan yakni:
A. Titik leleh mangan adalah 1.245ºC (2.273°F) dan titik didihnya sekitar
2.100ºC atau 3.800ºF.
B. Kepadatan Mangan (Mn) 7,47 gram per sentimeter kubik.
C. Mangan terdiri dari empat bentuk alotropik. Alotrop adalah bentuk suatu
unsur dengan sifat fisika dan kimia yang berbeda.
Sedangkan sifat kimiawi dari Mn adalah:
A. Mangan dapat tergabung perlahan dengan oksigen di udara untuk
membentuk Mangan dioksida (MnO2). Pada suhu yang lebih tinggi,
mangan bereaksi lebih cepat, bahkan bisa terbakar dan mengeluarkan
cahaya putih terang. Hal ini dikarenakan mangan adalah logam yang
cukup aktif.
B. Mangan bereaksi lambat dengan air dingin, namun lebih cepat dengan air
panas atau uap panas.
C. Mangan larut di sebagian besar asam dengan pelepasan gas hydrogen.
D. Mangan juga tergabunng dengan fluor dan klorida untuk membentuk
mangan difluoride (MnF2) dan mangan diklorida (MnCl2).

5
2.4.2 Gangguan Kesehatan Akibat Mangan (Mn)
Toksisitas mangan relatif sudah tampak pada konsentrasi rendah. Kandungan
mangan yang diizinkan dalam air yang digunakan untuk keperluan domestik yaitu
dibawah 0,05 mg/L (Febrina dan Ayuna, 2015). Mangan merupakan salah satu dari
beberapa elemen penting beracun apabila memiliki kosnsentrsi yang terlalu tinggi
di dalam tubuh, tetapi juga diperlukan oleh manusia untuk bertahan hidup.
Pencemaran logam mangan berasal dari bahan zat akif di dalam batu baterai yang
telah habis digunakan dan dibuang ke perairan (Sari et al., 2016).
Dalam jumlah yang kecil (<0,05 mg/l) mangan dalam air tidak menimbulkan
gangguan kesehatan, melainkan bermanfaat dalam menjaga kesehatan otak dan
tulang, berperan juga dalam pertumbuhan rambut, kuku serta membantu
menghasilkan enzim untuk metobilisme tubuh untuk mengubah karbohidrat dan
protein membentuk energi yang akan digunakan. Akan tetapi dalam jumlah besar
(>0,5 mg/L), Mn dalam air minum bersifat neurotoksik. Gejala yang timbul berupa
gejala susunan syaraf, insomnia, kemudian lemah pada kaki dan otot muka sehingga
ekspresi muka menjadi beku seperti topeng (Rasmito et al., 2019).
Menurut Sunarsih et al. (2018) terpaparnya air oleh mangan (Mn) dalam
jangka waktu pendek dapat menimbulkan gangguan system pernapasan seperti
lemas, batuk, sesak nafas, bronchopneumonia, edema paru, dan cyanosis serta
methemoglobinemia. Selanjutnya, juga dapat meningkatkan reaktivitas pada
pembuluh tenggorokan dan sensitivitas pada penderita asma.

2.4.3 Standar Baku Mutu Lingkungan Untuk Mangan (Mn)


Kadar mangan dalam air telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 2 Tahun 2023 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Lingkungan.
Tabel 2.1
Standar Baku Mutu Lingkungan Untuk Mangan (Mn) Dalam Air Minum dan Air
Higiene Sanitasi
No. Jenis Parameter Kadar Maksimum yang Satuan Metode
Diperbolehkan Pengujian
1. Mangan (Mn) 0,1 Mg/L SNI/APHA
(terlarut)
Sumber: Permenkes No. 2 Tahun 2023

6
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


A. Alat
1. Atomic Absorption Spectrometer (AAS)

Gambar 3.1
Alat Atomic Absorption Spectrometer (AAS)

B. Bahan
1. Sampel air

3.2 Prosedur Kerja


A. Prosedur Persiapan

Hidupkan gas atau buka main valve tabung gas yang akan digunakan
• Udara (kompresor) dan Gas Acetylene, atau
• Gas Acetylene dan Gas Nitrous Oxide, atau
• Udara, Gas Acetylene dan Gas Nitrous Oxide

Dinyalakan Power UPS dengan menekan tombol ON

Disiapkan kebutuhan analisa (baku, sampel, lar.pencuci, diluent, pereaksi,


lampu katoda, dll)

Dinyalakan instrument sesuai metode yang digunakan Metode Flame

Dinyalakan Power AAS Main Unit

Dinyalakan CETAC atau Autosampler*

Dinyalakan ID-100 atau Auto dilutor*

c
7
Dinyalakan Blower dan atur flap kanopi dengan membuka sebelah kiri
(Flame) dan menutup sebelah kanan (GF)

Dihidupkan CPU, monitor dan printer. Tunggu hingga muncul menu utama
Windows
c
Gambar 3.2
Flowchart Prosedur Persiapan
c

B. Prosedur Penggunaan Alat

Pada menu utama windows, klik aplikasi solar

Nyalakan lampu sesuai dengan parameter dari off ke on

Klik wizard, dan pilih menu create a new method

Pilih metode analisa yang diinginkan


• Pilih metode flame
• Diisikan method name sesuai dengan logam yang dipilih
• Dipilih autosampler, rack code, dan flame dilution dan klik next
• Dipilih spectrometer parameters, flame parameters, dan sampling
parameters kemudian klik ok dan next
• Pilih method normal: liniear least squares fit
• Dipilih yes apabila ingin menambahkan unsur lain dan pilih no jika
tidak ingin menambahkan unsur lain
• Pilih save untuk menyimpan metode yang telah dibuat

Pilih set up optic untuk mengaktifkan semua system optic AAS

Lalu simpan dengan klik file, new result dan beri nama file (tanggal, bulan,
tahun, dan senyawa)

Siapkan aquades, larutan standar, sampel air yang akan diukur

Kemudian nyalahkan api dengan menekan tombol orange hingga api


menyala

(JATENG, 2017) Pilih set up optic dan pilih analyze

Gambar 3.3
Flowchart Prosedur Penggunaan Alat

8
C. Prosedur Mencetak Hasil Pengukuran

Apabila sudah melakukan pengukuran maka matikan api

Lalu pilih file dan print preview

Pilih result print : HP Laser 103 107 108

Gambar 3.4
Flowchart Prosedur Mencetak Hasil Pengukuran

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum


4.1.1 Waktu dan Lokasi Pengukuran
Hari, Tanggal : Jum’at, 10 November 2023
Waktu Praktikum : 14.00 WIB - selesai
Lokasi Praktikum : Laboratorium Alat AAS FKM UNSRI
Sampel Air : Air Danau Firdaus dan air keran

4.1.2 Hasil Pengukuran


Pengukuran kadar Mn dalam air ini dilakukan dengan menggunakan alat
Atomic Absorption Spectrometer (AAS). Adapun hasil pengukurannya adalah
sebagai berikut:

Tabel 4.1
Hasil Pengukuran Kadar Mn Dalam Sampel Air
No. Sampel Hasil BML Keterangan
1. Air danau Firdaus 0,0113 mg/L 0,1 mg/L Tidak melebihi
BML
2. Air keran -0,0208 mg/L 0,1 mg/L Hasil tidak
valid

10
4.2 Pembahasan
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan hidup yang paling penting dan dapat
menjadi sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Air
adalah sumber kehidupan utama bagi masyarakat. Oleh sebab itu sangat penting
untuk memastikan penyediaan air bersih yang memenuhi syarat (Maksuk, 2019).
Air yang bersih merupakan air yang jernih, tidak berwarna, tawar, tidak berbau yang
biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum jika telah dimasak (Awliahasanah et al., 2021).
Air bersih yang layak merupakan air yang memiliki syarat fisis, kimiawi, dan
bakteriologis yang sesuai dengan ketentuan. Jika ada satu saja parameter yang tidak
terpenuhi maka air tersebut tidak layak untuk dikonsumsi sebab air tersebut dapat
menimbulkan gangguan kesehatan baik secara cepat maupun lambat (Sunarsih et
al., 2018).
Salah satu bahan pencemar air adalah logam berat yang salah satunya adalah
Mangan (Mn). Mangan merupakan salah satu logam yang paling melimpah di kerak
bumi, biasanya bersama besi. Sumber utama mangan yang mencemari permukaaan
dan pelapisan air tanah adalah buangan limbah industri, pembuangan akhir,
perlindian tanah, dan injeksi bawah tanah. Seringkali, mangan dalam air akan
berkoagulasi menjadi sedimen tesuspensi. Mangan dalam air juga akan
menimbulkan bau logam yang amis (Awliahasanah et al., 2021).
Praktikum pengujian kadar Mn dalam air ini dilakukan di laboratorium alat
Atomic Absorption Spectrometer (AAS). Alat AAS ini mampu menguji hingga 90
sampel yang berbeda. Cara kerja alat ini dalam mengukur logam berat adalah
dengan mengandalkan gelombang dari logam. Sebelum masuk ke dalam
laboratorium, diperlihatkan terlebih dahulu gas dan kompresor untuk
menghidupkan alat AAS. Terdapat 3 jenis gas yakni gas asetilen untuk AAS Flame,
gas Nitrous Oxide, dan gas Argon untuk AAS Favor dan Furnace. Untuk cara
pakainya adalah hidupkan gas terlebih dahulu lalu hidupkan kompresor. Karena
pengukuran kadar Mn dilakukan menggunakan AAS Flame, maka gas yang
digunakan adalah gas asetilen. Sedangkan untuk kompresor, isinya hanyalah angin.
Namun, sangat penting untuk menyalakan kompresor ketika akan menggunakan
AAS.

11
Setelah gas asetilen dan kompresor dinyalakan, maka alat Atomic Absorption
Spectrometer (AAS) sudah bisa digunakan. Tanda Alat AAS Flame sudah menyala
adalah lampu di dalam alat juga akan menyala. Dalam penggunaan alat AAS ini,
diperlukan adanya software khusus yang dioperasikan melalui computer yang juga
tersambung dengan alat Atomic Absorption Spectrometer (AAS). Satuan yang dapat
digunakan pada pengukuran menggunakan alat AAS ini adalah ppm (part per
million) dan ppb (part per billion). Saat praktikum ini digunakan satuan ppm
dengan tujuan untuk mengukur juga satuan mg/L.
Sampel air yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel air Danau
Firdaus UNSRI dan sampel air keran FKM Unsri. Pengukuran dilakukan secara
manual karena kadar logam tidak terbaca saat melakukan pengujian secara
otomatis. Setelah dilakukan pengukuran, maka hasil pengukuran dapat dilihat pada
layar komputer yang telah tersambung dengan alat. Berdasarkan hasil pengukuran
ini diperoleh hasil kadar Mn untuk sampel air danau adalah 0,0113 mg/L. Jika
dibandingkan dengan baku mutu lingkungan untuk kadar Mn sesuai dengan
Permenkes No, 2 Tahun 2023 yakni 0,1 mg/L, maka kadar mangan (Mn) dalam
sampel air danau Firdaus belum melewati baku mutu sehingga dapat dikategorikan
aman. Kondisi seperti ini harus terus diperhatikan dan dijaga supaya kandungan
Mangan (Mn) dalam air tidak meningkat. Menurut Sunarsih et al. (2018)
terpaparnya air oleh mangan (Mn) yang berlebih dalam jangka waktu pendek dapat
menimbulkan gangguan system pernapasan seperti lemas, batuk, sesak nafas,
bronchopneumonia, edema paru, dan cyanosis serta methemoglobinemia.
Selanjutnya, Mn dalam air ini juga dapat meningkatkan reaktivitas pada pembuluh
tenggorokan dan sensitivitas pada penderita asma.
Pengukuran selanjutnya adalah mengukur kadar Mn dalam sampel air keran.
Pengukuran dilakukan secara manual karena kadar logam tidak terbaca saat
melakukan pengujian secara otomatis. Setelah dilakukan pengukuran, maka hasil
pengukuran dapat dilihat pada layar komputer yang telah tersambung dengan alat.
Namun, hasil pengukuran kadar logam mangan (Mn) pada sampel air keran ini
menunjukkan hasil yang tidak bisa dipastikan kevalidannya yakni -0,0208 mg/L.
Hasil seperti ini belum bisa dipastikan apakah kadar Mn kurang dari baku mutu
menurut Permenkes No 2 Tahun 2023 yakni 0,1 mg/L atau bahkan lebih dari baku

12
mutu. Atau kemungkinan lainnya adalah karena pengukuran menggunakan satuan
ppm, maka harus diuji lagi juga dengan satuan ppb.
Dikarenakan hasil yang belum valid, maka untuk berjaga-jaga tetap perlu
dilakukan upaya pengendalian kadar logam mangan (Mn) untuk air keran di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya. Menurut Putra et al. (2018),
salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menyisihkan kandungan mangan dalam
air adalah menggunakan cara oksidasi (aerasi), sedimentasi, dan filtrasi. Alternatif
untuk menurunkan kadar Mn dalam air adalah dengan proses aerasi. Aerasi
digunakan untuk menyisihkan gas yang terlarut di air atau untuk menambah oksigen
ke air untuk kemudian mengubah substansi yang ada di permukaan air menjadi
suatu oksida. Dalam keadaan teroksidasi, mangan terlarut di air. Bentuk senyawa
dengan larutan ion, keduanya terlarut pada bilangan oksidasi +2, yaitu Mn+2.
Ketika Mn+2 ini kontak dengan oksigen atau oksidator lain, mangan akan
teroksidasi menjadi valensi yang lebih tinggi, membentuk ion kompleks baru yang
tidak larut ke tingkat yang cukup besar. Mangan akan hilang dengan pengendapan
setelah aerasi (Putra et al., 2018).
Menurut Santi dan Astuti (2021), salah satu cara yang dapat digunakan untuk
menghilangkan kandungan Mn dalam air adalah filtrasi dengan menggunakan
media filtrasi. Filtrasi merupakan salah satu teknik pengolahan air bersih yang
sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan air bersih pada komunitas skala kecil atau
skala rumah tangga. Media filtrasi yang dapat digunakan diantaranya pasir silika,
zeolite, karbon aktif, pecahan genteng dan batu marmer. Pasir dapat digunakan
sebagai media penyaring karena pasir bersifat porous, mempunyai ukuran atau
diameter dan tingkat keseragaman serta kandungan silika yang dapat dijadikan
sebagai bahan adsorben. Pasir juga mempunyai kemampuan untuk memisahkan
flok-flok yang belum sempat mengendap sehingga kadar Mn menjadi turun.
Teknik menghilangkan kadar logam Mn menggunakan metode filtrasi ini telah
terbukti efektif dalam menurunkan kadar mangan dalam air sumur sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Maryani et al. (2015). Filtrasi zeolite dan pecahan
genteng mampu menurunkan kadar mangan air sumur dengan persentase 85,51%
pada media filtrasi zeolite dengan ketinggian 80 cm dan 79,50% pada media filtrasi
pecahan genteng dengan ketinggian 40 cm.

13
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
A. Mangan merupakan salah satu logam yang paling melimpah di kerak bumi
dan seringkali mencemari air.
B. Atomic Absorption Spectrometer (AAS) merupakan alat yang dapat
digunakan untuk mengukur kadar logam Mn dalam air.
C. Hasil pengukuran kadar logam Mn pada sampel air Danau Firdaus UNSRI
menunjukkan hasil 0,0113 mg/L. Jika dibandingkan dengan baku mutu
lingkungan untuk kadar Mn sesuai dengan Permenkes No, 2 Tahun 2023
yakni 0,1 mg/L.
D. Hasil pengukuran kadar logam Mn pada sampel air keran FKM UNSRI
menunjukkan hasil yang tidak bisa dipastikan kevalidannya yakni -0,0208
mg/L. Hasil seperti ini belum bisa dipastikan apakah kadar Mn kurang dari
baku mutu menurut Permenkes No 2 Tahun 2023 yakni 0,1 mg/L atau
bahkan lebih dari baku mutu.
E. Untuk mengendalikan kadar Mangan di dalam air dapat menggunakan
metode aerasi dan filtrasi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Awliahasanah, R., Sari, D. N., Azrinindita, E. D., et al. 2021. Analisis Risiko
Kesehatan Lingkungan Kandungan Mangan Pada Air Sumur Warga Kota
Depok. Jurnal Sanitasi Lingkungan, 1, 80-86.

Earnestly, F., Muchlisinalahuddin & Yermadona, H. 2022. Analisa Ph, Fe, Mn Pada
Sumber Air Panti Asuhan Aisyiyah Koto Tangah. Jurnal Katalisator, 7, 29-
10.

Febrina, L. & Ayuna, A. 2015. Studi Penurunan Kadar Besi (Fe) Dan Mangan (Mn)
Dalam Air Tanah Menggunakan Saringan Keramik. Jurnal Teknologi, 7, 35-
44.

JATENG, P. 2017. Mangan (Mn) [Online]. Jawa Tengah: Balai PSDA Bodri Kuto
Provinsi Jawa Tengah. Tersedia: http://bpusdataru-
bk.jatengprov.go.id/index.php/informasi-sda/kualitas-air/93-das/kualitas-
air/166-mangan-
fu#:~:text=Mangan%20adalah%20unsur%20kimia%20dalam,kira%20kira
%201250%20%C2%B0C [Diakses 7 November 2023].

Maksuk, M. 2019. Risk Quotient of Lead Concentration in Dug Wells Water at


Community Arround Sukawinatan Dumping Site in Palembang City. 2, 10-
17.

Margareta, S. N. 2019. Analisis Kandungan Logam Berat (Pb, Cu, Cd, Dan Hg)
Pada Air Minum Isi Ulang Di Kota Malang Berbasis Spektroskopi Serapan
Atom Menggunakan Metode Pca. Skripsi, Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim.

Maryani, F., Purwanto & Kadarusno, A. H. 2015. Efektivitas Variasi Ketebalan


Zeolit Dan Pecahan Genteng Dalam Menurunkan Kadar Fe Dan Mn Air
Sumur Gali Dusun Waru Rangkang Di Sapen, Manisrenggo, Klaten. Jurnal
Kesehatan Lingkungan, 6, 101-107.

Mutaqqin, I. 2017. Analisis Kandungan Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Zink (Zn)
Dalam Air Dan Sedimen Di Perairan Danau Linting Sumatera Utara
Dengan Metode Inductively Couple Plasma (Icp). S1 Skripsi, Universitas
Sumatera Utara.

Naslilmuna, M., Chatarina, M. & Sigit, S. 2018. Analisis Kualitas Air Tanah Dan
Pola Konsumsi Air Masyrakat Sekitar Industri Kertas Pt. Jaya Kertas
Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk. Jurnal GeoEco, 4, 51-58.

Permenkes RI. 2023. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2023 tentang
Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014
Tentang Kesehatan Lingkungan.

15
Putra, D. Z., Edward & Elystia, S. 2018. Penyisihan Logam Mangan (Mn) Dalam
Air Tanah Pada Proses Aerasi Menggunakan Kombinasi Cascade Aerator
Dan Arang Aktif. Jurnal Online Mahasiswa FTEKNIK, 5, 1-6.

Rahayu, S. A. & Gumilar, M. H. 2017. Uji Cemaran Air Minum Masyarakat Sekitar
Margahayu Raya Bandung Dengan Idenifikasi Bakteri Escherichia Coli.
IJPTS, 4, 50-56.

Rasmito, A., Pamungkas, D. A., Arsandi, R. J., et al. 2019. Penggunaan Manganeese
Green Sand Untuk Menurunkan Kadar Fe Dan Mn Dalam Air Tanah.
Prosiding Seminar Nas. Kim. dan Pembelajarannya, 30, 30-47.

Safitri, W. 2021. Penurunan Kadar Logam Mangan (Mn) Dan Warna Pada Air
Gambut Menggunakan Formulasi Karbon Aktif Bentonit Dan Limestone
(Kbl) Dibandingkan Dengan Clean Chemical Bentone 5651. Skripsi,
Universitas Jambi.

Santi, E. N. & Astuti, D. 2021. Literature Review on the Effectiveness of Various


Filtration Media in Reducing Manganese Content (Mn) of Well Water. The
14th University Research Colloqium 2021, 142-158.

Sari, F. G. T., Hidayat, D. & Septiani, D. 2016. Kajian Kandungan Logam Berat
Mangan (Mn) Dan Nikel (Ni) Pada Sedimen Di Pesisir Teluk Lampung.
Analytical And Enviromental Chemistry, 1, 40-47.

Sunarsih, E., Faisya, A. F., Windusari, Y., et al. 2018. Analisis Paparan Kadmium,
Besi, Dan Mangan Pada Air Terhadap Gangguan Kulit Pada Masyarakat
Desa Ibul Besar Kecamatan Indralaya Selatan Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia, 17, 68-73.

16
LAMPIRAN

Dokumentasi Pengukuran Menggunakan Alat AAS

Perhitungan Mencari Larutan Deret Standar

0,1 ppm – 4 ppm

Deret standar

1. 0,1 ppm 3. 2 ppm 5. 4 ppm

2. 1 ppm 4. 3 ppm

Larutan Baku Mn = 1000 mg/L atau ppm

1000 100 10

Larutan Deret Standar:

1. M1 x V1 = M2 x V2

1000 ppm x V1 = 100 ppm x 100 ml

1000 V1= 10.000

V1 = 10 ml

2. M1 x V1 = M2 x V2

100 ppm x V1 = 10 ppm x 100 ml

100 V1= 1000

V1 = 10 ml

17
Deret standar

Dik: M1= 10 ppm

M2 = konsentrasi sesuai standar

V2 = 50 ml

Dit: V1?

Jawab:

1. 0,1 ppm

M1 x V1 = M2 x V2

10 ppm x V1 = 0,1 x 50

10 V1 =5

V1 = 0,5 ml

2. 1 ppm

M1 x V1 = M2 x V2

10 ppm x V1 = 1 x 50

10 V1 = 50

V1 = 5 ml

3. 2 ppm

M1 x V1 = M2 x V2

10 ppm x V1 = 2 x 50

10 V1 = 100

V1 = 10 ml

4. 3 ppm

M1 x V1 = M2 x V2

10 ppm x V1 = 3 x 50

10 V1 = 150

V1 = 15 ml

18
5. 4 ppm

M1 x V1 = M2 x V2

10 ppm x V1 = 4 x 50

10 V1 = 200

V1 = 20 ml

19

Anda mungkin juga menyukai